naskah wawacan sajarah haji mangsur-kajian filologis-up-luadd-1spasi

306

Click here to load reader

Upload: jamdafrizal

Post on 05-Aug-2015

582 views

Category:

Documents


105 download

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

NASKAH WAWACAN SAJARAH HAJI MANGSUR:

KAJIAN FILOLOGIS

Oleh

EVA SYARIFAH WARDAH

1

Page 2: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

ABSTRACT

Wawacan Sajarah Haji Mangsur (WHSM) is one of kind in literature of history. The content tells about events which happened in a kingdom of Banten with the figure is Haji Mangsur.

The test of WHSM, in generally, found the shape of hand writing manuscript which is written by Arab-Pegon for the letters and Jawa-Banten for the language. The manuscript of WHSM that can be stock taking are 3 manuscript. Those third manuscript are, two manuscript are in the library of Leiden Universities Bibliothek, Nederland with the number of code are LOr. 7420 and LOr.7419, and one manuscript in National Library, Jakarta with the number of code is BG.183.

After describing those manuscript, in fact those manuscripts are in the sources. Based on the result of comparison those manuscripts are used inedition text.

Based on the result of critic text, so it is founded wrong writing on the text of WHSM, those wrong writing are subtitusion, addition, and lacuna. Those wrong writing are rewriting on edition text. Thesubstances of reading in proof manuscripts are repaired by changing, dcreasing, or adding, and written on critical instruments.

The methode of edition text which used in this thesis is proof methode. This methode is used, because on those manuscripts are founded one manuscript which more superior than another manuscripts with code number is LOr.7420.

This final research is recommemded to be a research source foe knowlegde, there are for history, literature, anthropology, and archeology.

Key Words: The manuscript of Wawacan Haji Mangsur, Philology

2

Page 3: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Wawacan Sajarah Haji Mangsur (WSHM) merupakan salah satu jenis karya sastra sejarah. Isinya menceritakan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Banten pada masa kesultanan dengan tokoh Haji Mangsur.

Teks WSHM pada umumnya terdapat dalam bentuk naskah tulisan tangan yang ditulis dengan aksara Arab-Pegon bahasa Jawa-Banten. Naskah-naskah WSHM yang dapat diinventarisasi semuanya berjumlah 3 buah. Ketiga naskah tersebut berada di perpustakaan yaitu 2 naskah tersimpan di Perpustakaan Universities Bibliothek Leiden, Belanda dengan nomor kode LOr. 7420 dan LOr.7419 dan 1 naskah di Perpustakaan Nasional Jakarta dengan nomor kode BG.183.

Setelah naskah-naskah tersebut dideskripsikan ternyata ketiga naskah itu berasal dari sumber yang sama. Berdasarkan hasil perbandingan naskah, ketiga naskah itu dipergunakan dalam suntingan (edisi) teks.

Berdasarkan hasil kritik teks, maka ditemukan kesalahan-kesalahan tulis pada teks WSHM, yaitu berupa substitusi, adisi, dan lakuna. Kesalahan-kesalahan tersebut diperbaiki dalam edisi teks. Bahan bacaan pada naskah landasan yang diperbaiki dengan cara diganti, dikurangi, atau ditambah dicatat di dalam aparat kritik.

Metode edisi teks yang dipergunakan dalam tesis ini yaitu metode landasan. Metode ini dipergunakan karena diantara ketiga naskah itu terdapat satu naskah yang lebih unggul dari kedua naskah lainnya, yaitu naskah dengan nomor kode LOr. 7420.

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk dijadikan sumber penelitian disiplin ilmu lain, diantaranya sejarah, sastra, antropologi, dan arkeologi.

Kata Kunci : Naskah Wawacan Haji Mangsur, Filologi

3

Page 4: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulisan tesis berjudul “Naskah Wawacan Sajarah Haji

Mangsur: Kajian Filologis” ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan

salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada Program Pascasarjana Universitas

Padjadjaran.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan

tesis ini tidak dapat selesai, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segenap

kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Partini Sardjono Pradotokusumo selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang dengan tulus ikhlas beliau telah meluangkan waktunya di sela-sela

berbagai kesibukan yang sangat padat untuk senantiasa memperhatikan dan

membimbing penulis mulai dari masa perkuliahan, penulisan tesis, sampai

dengan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Hj. Titin Nurhayati Ma’mun, M.S. selaku Anggota Komisi Pembimbing,

yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk bertanya dan

dan berdiskusi di sela-sela kesibukan beliau yang sangat padat sebagai

Sekretaris Program Ilmu Sastra Pascasarjana. Perhatian yang beliau berikan

kepada saya yang tulus ikhlas membuat penulis tetap bersemangat dalam

melewati setiap rintangan yang saya hadapi. Dengan segala kerendahan hati

saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada beliau.

4

Page 5: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3. Dr. Mufti Ali yang telah membantu saya memfasilitasi dalam mendapatkan

kopian naskah untuk kepentingan penelitian tesis ini dari Universities

Bibliothek Leiden Belanda.

4. Seluruh staf dan karyawan Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Fakultas Sastra, khususnya Dr. Kalsum, M.Hum., selaku Ketua BKU Filologi

dan seluruh jajaran staf dosen di Bidang Kajian Utama Filologi yang telah

membekali ilmu, pengetahuan, dan pengalaman kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.

5. Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Padjadjaran.

6. Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Ir. D.E.A., selaku Rektor Universitas Padjadjaran.

7. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Uham Burhanudin (alm) dan ibunda Titi

Rohanah atas curahan doa dan kasih sayang yang tulus ikhlas agar penulis

mendapatkan yang terbaik dalam pandangan Allah Swt dalam segala usaha

yang dilakukan.

8. Suami tercinta Drs. Kusmana Danandjaya, M.P.Kim dan anak-anakku

tersayang Sukma Ahmad Pratama dan Harry Ahmad Gunawan, atas doa, kasih

sayang serta dukungan baik moril maupun material kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

9. Semua kawan-kawan di BKU Filologi, yang telah berbagi keceriaan selama

menjalani studi di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.

Penghargaan dan terimakasih juga penulis haturkan kepada semua pihak

yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan tesis ini, namun tidak

5

Page 6: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan

semuanya.

Akhir kata, semoga tesis yang masih jauh dari kesempurnaan ini semoga

ada manfaatnya bagi kita semua, namun sehubungan dengan berbagai kekurangan,

maka dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan berbagai saran

untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bandung, Januari 2010

Penulis,

Eva Syarifah Wardah

6

Page 7: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………….. I

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. Ii

ABSTRACT ………………………………………………………………. Iii

ABSTRAK …………………………………………................................. Iv

KATA PENGANTAR .…………………………………………………... V

DAFTAR ISI ………………………………………….............................. Viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….... Xi

DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………....... Xiii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… Xiv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….. 9

1.3 Maksud danTujuan Penelitian……………………………… 10

1.4 KegunaanPenelitian ……………………………………… 10

1.5 Sistematika Penulisan ………………………………........... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………… 13

2.1 Penelitian Terdahulu ……….………………………….. 14

2.2 Kondisi Naskah-Naskah Banten Merupakan Bagian Dari

Naskah Nusantara ……………………………………….....

17

2.3 Kajian Filologi …………………………………………… 22

2.3.1 Filologi ……………………………………………. 22

2.3.2 Penyuntingan Teks ………………………………….. 24

2.4 Kajian Sastra ………………………………………………. 27

2.4.1 Wawacan …………………………………………….. 28

7

Page 8: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

2.4.2 Bentuk Karangan Wawacan ………………………… 30

2.4.3 Konvensi Pupuh …………………………………… 31

2.4.4 Sastra Sejarah ………………………………………. 33

2.4.5 Fungsi Sosial Karya Sastra ………………………….. 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ……………………….. 37

3.1 Objek Penelitian ……………………………………………. 37

3.1.1 Inventarisasi Naskah ……………………………….... 37

3.1.2 Perbandingan Naskah ……………………………….. 38

3.1.3 Pemilihan Naskah ……………………………………. 41

3.1.4 Deskripsi Naskah ……………………………………. 42

3.1.4.1 Naskah A …………………………………….. 43

3.1.4.2 Naskah B …………………………………….. 46

3.1.4.3 Naskah C …………………………………….. 48

3.2 Kritik Teks …………………………………………………. 51

3.2.1 Perbandingan Teks WSHM yang Akan Di Edisi ……. 52

3.2.2 Perbandingan Jumlah Bait ……………………………. 53

3.2.3 Perbandingan Penggunaan Nama Pupuh …………….. 53

3.2.4 Perbandingan Episode ………………………………... 55

3.2.5 Perbandingan Kata Pembukaan ………………………. 56

3.2.6 Perbandingan Guru Lagu, Guru Wilangan,

dan Guru Gatra ……………………………………….. 58

3.2.7 Perbandingan Berupa Huruf Atau Suku Kata ………... 81

3.3 Bentuk-Bentuk Kesalahan Tulis Dalam Naskah Landasan…. 85

3.3.1 Substitusi ……………………………………………... 87

3.3.2 Adisi ………………………………………………….. 98

3.3.3 Lakuna ………………………………………………... 103

3.4 Pertalian Naskah ……………………………………………. 115

8

Page 9: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.5 Penentuan Naskah yang Akan Diedisi ……………………... 117

3.6 Metode Edisi Teks ………………………………………….. 118

3.7 Tehnik Penyajian Edisi Teks ……………………………….. 121

3.8 Transliterasi dan Terjemahan ………………………………. 122

3.8.1 Transliterasi ………………………………………….. 122

3.8.2 Terjemahan ………………………………………....... 127

3.9 Fungsi Sosial dan Kedudukan Naskah WSHM ……………. 128

BAB IV EDISI TEKS TERJEMAHAN, DAN APARAT KRITIK ……... 133

4.1 Edisi Teks dan Terjemahan ………………………………… 133

4.2 Aparat Kritik ……………………………………………….. 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 189

5.1 Kesimpulan ………………………………………………… 189

5.2 Saran ………………………………………………………... 191

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 192

GLOSARIUM ............................................................................................. 195

DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. 196

LAMPIRAN- LAMPIRAN ............................................................................ 197

9

Page 10: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Patokan Pupuh Berdasarkan Guru Lagu dan Guru Wilangan… 31

Tabel 2 Karakter Pupuh ………………………………………………. 32

Tabel 3 Jumlah Bait Pada Naskah A …………………………………. 45

Tabel 4 Jumlah Bait Pada Naskah B…………………………………… 48

Tabel 5 Jumlah Bait Pada Naskah C ………………………………….. 50

Tabel 6 Jumlah Bait Pada Tiap Naskah ………………………………. 53

Tabel 7 Perbandingan Penggunaan Pupuh ……………………………. 54

Tabel 8 Perbandingan Episode WSHM ………………………………. 56

Tabel 9 Perbandingan Kata Pembukaan ……………………………… 57

Tabel 10Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Asmarandana ………………………………………….

58

Tabel 11Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Sinom ………………………………………………...

62

Tabel 12Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Kinanti ………………………………………………..

64

Tabel 13Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Pangkur ………………………………………………..

67

Tabel 14Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Durma ………………………………………………..

72

Tabel 15Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Kinanti ………………………………………………..

75

Tabel 16Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Pangkur ………………………………………………..

78

10

Page 11: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Tabel 17 Perbandingan Bacaan Berupa Huruf atau Suku Kata ………... 82

Tabel 18 Substitusi Huruf atau Suku Kata …………………………….. 88

Tabel 19 Substitusi Kalimat …………………………………………… 94

Tabel 20 Adisi Huruf atau Suku Kata ………………………………….. 99

Tabel 21 Lakuna Huruf atau Suku Kata ……………………………….. 103

Tabel 22 Lakuna Kata ………………………………………………….. 106

Tabel 23 Lakuna Kalimat ………………………………………………. 112

Tabel 24 Transliterasi Arab-Latin Bentuk Konsonan …………………. 124

Tabel 25 Vokal, Vokal Panjang, dan Diftong ………………………….. 126

11

Page 12: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

DAFTAR SINGKATAN

ANRI : Arsip Nasional Republik Indonesia

BB : Babad Banten

BG : Bataviaasch Genootschap

Br : Brandes

BPPP : Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala

ed : editor

LOr : Leiden University, Oreintal Departemen

NBS : Netherlands Bible Society

PNRI : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

SB : Sejarah Banten

SBB : Sejarah Banten Besar

SBK : Sejarah Banten Kecil

STAISMAN : Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Syaikh Mansyur

WSHM : Wawacan Sajarah Haji Mangsur

12

Page 13: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Naskah A ………………………………………………… 196

Lampiran 2 Contoh Naskah B ………………………………………………… 198

Lampiran 3 Contoh Naskah C ……….……………………………………….. 200

Lampiran 4 Situs Batu Quran …………………….…….…………………….. 202

Lampiran 5 Makam Syaikh Mansyur …………………………......................... 203

Lampiran 6 Riwayat Hidup ……………………………………………………. 204

13

Page 14: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Naskah-naskah lama merupakan salah satu warisan budaya yang dapat

dijadikan sebagai sumber informasi tentang kehidupan leluhur bangsa Indonesia.

Kata ‘naskah’ di sini dimaksudkan sebagai karya tertulis produk masa lampau

sehingga dapat disebutkan sebagai naskah lama (Baried, 1985:54). Kata ‘naskah’

diikuti juga oleh atribut ‘lama’, di sini untuk menandai kejelasan pembatasan

konsep naskah, yang berarti bahwa naskah lama merupakan ciptaan yang terwujud

dalam bahasa-bahasa yang dipakai di Indonesia pada masa lampau dan atau

dipakai pada masa kini. Termasuk di sini karya-karya yang menggunakan bahasa

Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Aceh, Minang, dan sebagainya. Adapun dari bahan

yang gunakannya, yaitu kertas Eropa, dluwang (kertas Jawa), lontar atau lontara,

daun nipah untuk naskah-naskah Sunda, dan kulit kayu (pustaha) untuk naskah-

naskah Batak (Mulyadi, 1994: 44 -- 46).

Di dalam naskah-naskah itu terkandung pola pemikiran, tingkah laku, adat

istiadat, sistem pemerintahan, sistem kepercayaan, pendidikan, tradisi, dan lain

sebagainya yang mengandung nilai-nilai luhur. Bahkan naskah merupakan

dokumen bangsa yang menarik untuk diteliti, dilestarikan, dan disebarluaskan.

Dengan demikian naskah menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui dan digali

informasi yang terkandung di dalamnya.

Akan tetapi, naskah itu sendiri mengandung serta mengundang berbagai

kendala bagi para penggunanya, termasuk peneliti. Di samping peneliti harus

14

Page 15: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

memiliki keahlian dan pengetahuan tentang tradisi naskah, juga kondisi naskah

banyak yang telah rusak karena dimakan usia. Aksara dan bahasanya pun pada

umumnya sudah tidak dapat dipahami dan dipakai oleh masyarakat dewasa ini,

sehingga hal ini menjadi sebuah kendala untuk memahami informasi teks yang

terdapat di dalam naskah tersebut.

Bahasa dan aksara yang digunakan pada naskah-naskah lama yang ada di

Nusantara ditulis tangan dengan menggunakan aksara dan bahasa daerah pada

masa dan di tempat naskah itu lahir. Perkembangan bahasa yang terus berjalan

menyebabkan adanya kosa kata dalam naskah yang menjadi arkais (kuna) tidak

lazim dipakai lagi. Aksara, dan bahasa yang tidak lazim digunakan sekarang ini,

menyulitkan dibaca dan dipahami isinya.

Naskah yang beratus-ratus tahun usianya itu mengalami berkali-kali

penyalinan dan proses penyalinannya dilakukan dengan bebas, karenanya dapat

dijumpai dalam satu teks muncul dalam beberapa buah naskah salinan. Tradisi

penyalinan naskah yang berulang-ulang itu membuka kemungkinan terjadinya

kesalahan-kesalahan (tulis) selama proses penyalinan. Naskah salinan itu biasanya

mengalami perubahan yang dapat berarti sebuah kesalahan. Perubahan itu sendiri

ada yang berbentuk perubahan yang tidak disenganja dan ada pula berbentuk

disengaja. Bahkan sebagian adakalanya penyalin tidak mengetahui benar, apa isi

teks yang disalinnya itu sehingga kerapkali ada naskah yang berjudul sama namun

berbeda isi, berbeda plot, atau kadang-kadang menyimpang jauh dari isi naskah

asli. Selain itu, ada pula penyalin kreatif yang sengaja melakukan perubahan

dengan tujuan membuat variasi atau mempunyai tujuan lain dengan motivasi

penyalinannya.

15

Page 16: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Salah satu naskah Banten yang menarik perhatian penulis untuk diteliti

adalah naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur (untuk selanjutnya disingkat

WSHM) yang berjumlah 3 buah naskah. Dari ketiga naskah WSHM itu telah

disebut dalam studi Husein Djajadiningrat (1913: 1983) tentang Sadjarah Banten.

Menurut Djadjadiningrat (1983:1--15), naskah WSHM tergolong ke dalam

Sejarah Banten Kecil (SBK), yaitu suatu naskah yang bertanggal muda yang

isinya hanya menceritakan peristiwa yang terjadi di Banten dengan pokok cerita

mengenai peperangan antara Sultan Ageng dengan anaknya yang bernama Sultan

Haji, yang kemudian dikenal Kiai Haji Mangsur.

Di samping SBK, ada sekelompok naskah sejarah Banten yang disebut

Sejarah Banten Besar (SBB), yaitu sejarah Banten yang isinya mengungkapkan

sejarah Banten secara panjang lebar, mengaitkan Banten dengan tradisi-tradisi

sejarah yang lebih tua di tanah Jawa sebelum Islam, dari masa Islam, sampai

perdamaian yang terjadi antara Banten dan Belanda.

Berdasarkan tinjauan pada semua naskah-naskah Sadjarah Banten (SB),

menurut Pudjiastuti (2000:8) bahwa teks SBK lebih variatif daripada Sejarah

Banten Besar (SBB), karena selain teksnya disusun dalam bentuk puisi wawacan,

pokok ceritanya pun bermacam-macam. Berdasarkan pokok ceritanya teks-teks

SBK dapat dipilah menjadi lima versi, yaitu: (1) kisah pengislaman Banten oleh

Maulana Hasanuddin, (2) riwayat Maulana Hasanuddin, (3) kisah peperangan

antara Raja Bahujaya dari Banten Girang dengan Raja Sukarma dari Lampung, (4)

kisah Kiai Haji Mangsur, (5) peperangan Sutan Ageng Tirtayasa dengan putranya

Sultan Haji (Haji Mangsur).

16

Page 17: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah WSHM ini sangat penting untuk diteliti tidak hanya dari segi

bentuk, bahasa, melainkan juga dari isi. Dari segi bentuk naskah WSHM disusun

dalam bentuk puisi wawacan, yaitu cerita panjang yang digubah dalam bentuk

dangding. Adapun dangding adalah puisi yang ditulis menurut aturan pupuh

(puisi yang ditembangkan). Pupuh yang dikenal dalam masyarakat Sunda ada 17

macam dan masing-masing mempunyai nama dan karakter tersendiri. Nama-nama

pupuh dan setiap karakter nya adalah sebagai berikut: Asmarandana (berahi,

kasih sayang), Balakbak (lucu, lawak), Danddanggula (keagungan, kebahagiaan),

Durma (marah, berkelahi, bertengkar), gambuh (bingung, bimbang), Gurisa

(lelucon pengisi sepi), Jurudemung (penyesalan), Kinanti (menanti, prihatin,

harapan), Ladrang (humor, teka-teki), Lambang (humor), Magatru (lelucon,

prihatin, untuk menyelingi cerita), Maskumambang (prihatin, meratap, sakit hati),

Mijil (susah, sedih, sepi, celaka), Pangkur (berkelana, nafsu, siap untuk

berperang), Pucung (nasihat, kaget, himbauan), Sinom (gembira, senang,

keindahan), dan Wirangrong (malu, sial, rugi). Akan tetapi tidak semua macam

pupuh digunakan dalam satu wawacan. Misalnya pupuh yang digunakan dalam

Pemakaiannya dalam wawacan bergantung pada kebutuhan cerita yang dikaitkan

dengan suasana cerita an karakter pupuh itu sendiri. Selain memiliki nama dan

karakter tertentu, pupuh itu pun mempunyai aturan dalam hal guru gatra (jumlah

suku kata pada tiap bait), guru lagu (ketentuan vokal pada suku kata di tiap ujung

larik), dan guru wilangan (jumlah suku kata pada tiap larik). Jumlah pupuh yang

digunakan dalam naskah WSHM sebanyak 5 macam pupuh, yaitu Asmarandana,

Sinom, Kinanti, Pangkur, dan Durma.

17

Page 18: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah WSHM disusun dalam bentuk puisi wawacan tersebut merupakan

suatu karya sastra dalam bentuk dangding memiliki daya tarik tersendiri di

masyarakat Sunda termasuk di Banten. Hiburan melalui bacaan merupakan hal

yang langka, kebutuhan seperti itu terutama bacaan yang berisi cerita cukup

besar, karena itu kemunculan wawacan umumnya mendapat sambutan baik di

masyarakat, karena kebutuhan terhadap seni dalam hal-hal yang mengandung

estetika itu merupakan fitrah manusia. Penyajian isi cerita dengan berbagai unsur

rekaannya yang membumbui berbagai alur cerita membuat orang tertarik dan

senang mendengarnya tanpa menyebabkan kebosanan meskipun dibaca berulang-

ulang. Demikian juga dengan naskah Sajarah Haji Mangsur yang disusun dalam

bentuk wawacan tujuannya adalah untuk memudahkan penyampaian informasi

tentang isi yang terkandung dalam naskah tersebut supaya mudah diingat,

diterima, dicerna dan dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang sulit atau

energi yang besar untuk lebih lama mengingatnya. Pengungungkapkan peristiwa

sejarah itu sebagai bukti keberadaan dan kebenarannya dengan tujuan agar tidak

hilang atau musnah.

Isi dari Naskah WSHM itu bertalian dengan peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa Kesultanan Banten dengan tokoh Haji Mangsur. Dalam

pandangan masyarakat Banten Haji Mangsur itu adalah tokoh kharismatik yang

memiliki pengaruh besar di Banten. Dalam tradisi lisan yang berkembang di

masyarakat Haji Mangsur dikenal sebagai Sultan Haji yang memerintah pada

masa kesultanan di Banten. Demikian juga fakta di lapangan terdapat situs Batu

Qur’an dan makam Haji Mangsur yang terdapat di Desa Cibulakan dan di Desa

18

Page 19: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Cikaduweun Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Kedua tempat itu

selalu ramai dikunjungi para penziarah baik Banten, maupun dari luar Banten.

Selain itu kepopuleran nama Haji Mangsur tersebut tidak hanya dinisbahkan

untuk nama-nama pada tempat-tempat tertentu saja, bahkan diabadikan untuk

sebuah nama sekolah agama dan perguruan tinggi agama di Kabupaten

Pandeglang, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Syaikh Mansyur

(STAISMAN).

Kebesaran nama Haji Mangsur sebagai mana dikemukakan di atas masih

tersimpan dalam bentuk naskah kuna yang memerlukan kajian ilmu tersendiri

yaitu filologi. Kajian filologi atas teks naskah WSHM diharapkan mampu

mengembalikan ingatan masyarakat Banten khususnya terhadap tokoh

kharismatik tersebut. Kajian filologis pun membantu memahami teks yang ditulis

dalam bahasa dan aksara yang tidak dikenal lagi masa sekarang ini supaya teks

lebih bermakna. Hal terpenting dari kajian filologis itu menyelamatkan informasi

yang terdapat dalam teks itu sendiri sekaligus di dalamnya tercakup upaya

pemeliharaan, penyimpanan, pendokumentasian, dan pelestarian naskah sebagai

warisan nenek moyang.

Keberadaan naskah WSHM ini tercatat dalam katalogus Literature Of

Java jilid II, Pigeaud (1968:432) sebanyak 2 naskah dengan kode naskah LOr.

7420 dan LOr. 7419. 1 naskah tercatat dalam Katalogus Naskah Sunda,

Inventarisasi dan Pencatatan, Ekadjati (1988:131--132) dengan kode naskah BG.

183. Naskahnya sendiri tersimpan di Universities Bibliothek Leiden Belanda dan

di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Sedangkan penelusuran

19

Page 20: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

naskah WSHM di masyarakat tidak ditemukan, kecuali berita-berita yang bersifat

legenda atau dongeng-dongeng (tradisi lisan). Namun adanya 3 naskah yang

terdapat dalam katalog dan sekaligus menjadi bahan objek penelitian ini secara

tidak langsung menunjukkan bahwa naskah yang dimaksud pernah populer dan

dikenal masyarakat.

Ketiga naskah tersebut mempunyai keunikan tersendiri yang memerlukan

penanganan khusus di dalam menyampaikan informasinya. Keunikan yang

dimaksud adalah naskah WSHM ditulis dengan aksara Arab-Pegon dan bahasa

Jawa-Banten yang tidak memiliki tanda baca, ejaan, dll, sehingga tidak mudah

untuk dibaca dan dipahami isinya. Di samping itu bahannya pun mahal dalam

kepentingan penelitian ini hasil foto kopi sebanyak 3 naskah, 2 diantaranya

didapatkan dari Belanda.

Adapun dari segi isinya, naskah WSHM termasuk karya sastra sejarah,

yakni memberikan informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan peristiwa-

peristiwa sejarah di Banten. Menurut isi kandungannya, struktur karya sastra

sejarah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama mitos bersifat konvensi,

yakni mengantarkan pembaca kepada tradisi sastra yang telah dikenal oleh

masyarakat. Misalnya cerita Pangeran Haji (Sultan Haji) pulang menunaikan

ibadah haji dari Mekkah dan perahunya terdampar di Pulau Putri dan menikah

dengan putri Jin di Pulau tersebut. Setelah sadar telah melanggar pesan ayahnya

untuk tidak singgah di Pulau Putri kemudian kembali ke Mekkah untuk bertaubat

dan meminta do’a untuk pulang kembali ke Banten dengan menyelam melalui air

zam-zam, kemudian muncul di Cibulakan Cimanuk-Pandeglang. Bagian kedua

20

Page 21: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

adalah yang mengandung aspek-aspek sejarah, bersifat inovatif serta mengandung

hal-hal yang baru yang merujuk suatu teks. Secara referensial sastra sejarah

merujuk pada fakta-fakta yang benar terjadi dan juga hal-hal yang fiktif atau

imajinatif dari pujangga atau penulisnya. Fakta-fakta itu diciptakan berdasarkan

pola pemikiran dan perasaan yang hidup dalam masyarakat yang mempengaruhi

penulis sebagai salah satu anggota masyarakat. Misalnya peristiwa peperangan

antara Pangeran Haji (Sultan Haji) yang dibantu Belanda dengan ayahnya Sultan

Ageng Tirtayasa untuk berkuasa dan menjadi raja di Kesultanan Banten. Cerita ini

dapat digunakan sebagai pembanding sumber sejarah apabila diadakan penelitian

secara cermat dan kritis melalui disiplin ilmu sejarah.

Dari keterangan di atas, bahwa keberadaan naskah WSHM populer di

masyarakat dan penting untuk diteliti baik, dari segi bentuk, segi aksara dan

bahasa, maupun dari segi isi. Akan tetapi kenyataan di masyarakat Banten

sekarang ini mengenai informasi tentang naskah WSHM ini kurang mendapat

perhatian dikarenakan dari ketidaktahuan orang tentang bagaimana sejarah Haji

Mangsur, tidak memiliki kepedulian terhadap naskah, mengabaikan pentingnya

wawacan, bahkan membuang atau menghilangkan naskah, dan tidak adanya

penghargaan terhadap naskah dibanding dengan orang lain (asing) yang

berhubungan dengan naskah itu. Dengan demikian informasi penting yang

terdapat dalam kandungan teks naskah itu sendiri akan menjadi hilang musnah.

Berdasarkan kenyataan tersebut, seharusnya naskah WSHM itu

mendapatkan perhatian cukup besar untuk diketahui informasinya yakni kaitannya

dengan sejarah Haji Mangsur, membuat orang peduli terhadap naskah WSHM

21

Page 22: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

untuk membaca, memahami, dan mengkajinya, menjadikan wawacan itu penting

dalam naskah WSHM, adanya upaya untuk memelihara, menyelamatkan,

melestarikan, dan mendokumentasikan naskah WSHM itu. Selain itu isi naskah

WSHM ini dapat berkaitan dengan masalah agama, sejarah, sastra, bahasa,

antropologi, arkeologi, dll.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa naskah WSHM ini

telah disebut dalam studi Husein Djadjadiningrat dan Titik Pudjiastuti. Akan

tetapi penelitiannya tentang Sejarah Banten, sehingga sosok Haji Mangsur yang

penting tersebut tidak tercover semuanya. Atas dasar itu, pengkajian filologis

terhadap naskah WSHM penting dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan meneliti naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur secara filologi,

akan terjawab permasalahan sebagai berikut :

(1) Bagaimana edisi teks WSHM dan terjemahannya ke dalam bahasa

Indonesia ?

(2) Bagaimana hubungan pertalian antar naskah WSHM ?

(3) Bagaimana fungsi sosial dan kedudukan naskah WSHM bagi masyarakat?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

22

Page 23: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Maksud dari penelitian filologi adalah mendapatkan kembali naskah yang

bersih dari kesalahan dan mencari teks yang paling mendekati aslinya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini,adalah sebagai berikut:

(1) menyajikan edisi teks WSHM yang dipandang lengkap dari segi alur atau

struktur ceritanya sehingga mudah dibaca, kemudian menerjemahkan teks

tersebut ke dalam bahasa Indonesia agar mudah dipahami.

(2) Mendapatkan hasil perbandingan antarteks dan pertalian naskah melalui

kegiatan kritik teks.

(3) Mengetahui gambaran kehidupan naskah WSHM dalam fungsi sosial dan

kedudukan naskah di masyarakat.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis, kegunaan hasil penelitian filologi terhadap naskah WSHM

adalah sebagai berikut:

(1) Hasil penelitian filologi terhadap naskah WSHM sangat relevan dan perlu

dilakukan untuk kepentingan disiplin ilmu yang lain.Tanpa melalui kajian

secara filologi terlebih dahulu, maka naskah-naskah lama yang akan

dijadikan sebagai sumber data penelitian belum dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Di samping itu, naskah yang telah

dikaji secara filologi memperkecil kemungkinan untuk ditafsirkan secara

23

Page 24: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

salah. Dengan demikian penelitian ini menjadi sangat penting untuk

dilakukan agar dapat disajikan edisi teks WSHM secara ilmiah.

(2) Naskah WSHM ditulis dalam bahasa Jawa-Banten dengan aksara Arab-

Pegon, sehingga sulit untuk dapat dibaca dan dikenal kembali oleh

kalangan masyarakat yang ingin mengetahui sebagian nilai tradisi lama

dari warisan budaya para leluhurnya.

(3) Edisi teks disertai terjemahan menjadi penting dilakukan untuk

mempermudah masyarakat, khususnya generasi muda dalam membaca dan

memahami isinya. Edisi teks WSHM dapat digunakan sebagai sumber data

bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut, terutama dari

segi bentuk dan isinya dengan mempertimbangkan sifat-sifat dan tujuan

penulisannya sebagai karya sastra.

(4) Dari segi isi, naskah WSHM ini memberikan informasi tentang peristiwa-

peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Banten pada masa kesultanan

dengan tokoh Haji Mangsur dapat bermanfaat bagi pengetahuan sejarah

khususnya sejarah lokal.

1.4.2 Kegunaan Secara Praktis

Adapun secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan:

(1) memberikan pengetahuan tentang peninggalan-peninggalan yang berupa

naskah-naskah lama di Banten, untuk lebih diperhatikan dan dijaga

kelestariannya sebagai bagian dari khazanah budaya lokal Banten.

24

Page 25: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

(2) Dipandang penting kerjasama pihak pemerintah dalam hal ini intansi-

intansi yang terkait dengan masyarakat pemegang atau pemilik naskah

untuk selalu menjaga dan menyelamatkan naskah-naskah lama tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan

Penyajian sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Bab I, berisi Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang penelitian,

rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II, berisi kajian pustaka, meliputi: penelitian terdahulu, keberadaan

naskah-naskah Banten merupakan bagian dari naskah nusantara, kajian filologis,

kajian sastra dan fungsi sosial karya sastra.

Bab III, berisi objek dan metode penelitian, meliputi: objek penelitian,

kritik teks, beberapa kesalahan tulis dalam teks landasan, pertalian naskah, metode

edisi teks, tehnik penyajian edisi teks, transliterasi dan terjemahan, dan fungsi

sosial dan kedudukan naskah WSHM.

Bab IV, berisi suntingan teks, aparat kritik, dan terjemahan. Bagian ini

merupakan inti dari tujuan pokok penelitian filologi.

Bab V, berisi kesimpulan dan saran.

25

Page 26: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan penelitian filologi

terhadap naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur (WSHM) ini terdiri atas 3

tujuan, yaitu menyajikan edisi teks WSHM secara ilmiah. Untuk dapat

tersajikannya edisi teks secara ilmiah tersebut diperlukan kajian filologis. Selain

edisi teks, penelitian ini pun mengkaji bentuk/genre pupuh yang digunakan di

dalam naskah WSHM tersebut. Demikian juga dalam penelitian ini perlu

diketahui fungsi sosialnya dan kedudukan naskah WSHM di masyarakat. Untuk

mengetahui bentuk/ genre pupuh dan fungsi sosial diperlukan kajian sastra dalam

hal ini yang mengarah kepada segi bentuk/genre disebut puisi wawacan. Adapun

untuk mengetahui gambaran kehidupan naskah dalam fungsi sosial dan

kedudukannya di masyarakat diperlukan kajian sosiologis.

Sebelum mengemukakan tentang kajian filologis dan kajian sastra, terlebih

dahulu akan dikemukakan tentang penelitian-penelitian terdahulu secara luas dan

mendalam terhadap naskah-naskah Banten yang berisi Sejarah Banten. Naskah

dimaksud berjudul Sajarah Banten (SB), dan Babad Banten (BB), termasuk di

dalamnya Wawacan Sajarah Haji Mangsur. Demikian juga tentang kondisi

naskah-naskah Banten merupakan bagian dari naskah Nusantara.

2.1 Penelitian Terdahulu

26

Page 27: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Diantara para ahli Belanda yag pertama kali menjadikan naskah Sajarah

Banten (SB) atau Babad Banten (BB) sebagai objek kajian ilmiah, antara lain A.C

Vreede (1892), ia membuat ringkasan isi dan catatan teks versi SB pada naskah

LOr. 1982 untuk penyusunan katalogus naskah Jawa dan Madura. Selanjutnya

diikuti J.L.A Brandes (1894a, 1894b, 1900,1920) mengungkapkan SB kedalam

empat karangannya. Menurut Brandes SB dipandang memiliki ciri-ciri sebagai

sebuah babad yang lengkap seperti Babad Tanah Jawi.

C.M. Plyte, membuat suntingan teks SB yang tertera dalam pupuh ke-21

isinya menuturkan penyerangan tentara Banten ke ibukota Pakuan Padjadjaran

pada masa pemerintahan Maulana Yusuf.

Husein Djadjadiningrat (1913), mengkaji naskah Sejarah Banten dan

Babad banten ditinjau dari sudut sejarah dalam disertasi yang ditulis dalam bahasa

Belanda berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten: Bijdrage ter

Kenschesting van de Javaansche Geschiedeschrijving (Tinjauan Kritis Sejarah

Banten: Sumbangan bagi pengenalan Sifat-sifat Penulisan Sejarah Jawa), dalam

disertasinya itu Husein Djadjadiningrat berpendapat bahwa SB merupakan kronik

Jawa tertua yang dikenalnya. Meskipun sebagian besar dari isinya menguraikan

sejarah Banten, tetapi tradisi-tradisi sejarah Jawa yang lebih tua dan masa

mengenai pengislaman tanah Jawa yang kadang-kadang menyimpang dari apa

yang dijumpainya dalam kronik-kronik lain, juga ditampilkan. Ia mengkaji unsur

sejarah yang terkandung dalam teks SB dengan jalan mencocokan isi teks SB

dengan sejumlah data yang terdapat pada sumber asing dan kronik-kronik lainnya.

27

Page 28: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Dalam studinya Husein Djadjadiningrat mengkaji 10 nskah yang ditulis

menggunakan 3 aksara (Pegon, Jawa, dan Latin) dan berbahasa Jawa berasal dari

koleksi Snouk Hurgronje 4 buah naskah, koleksi Dr. D.A Rinkes 1 nskah, Bijbelb

Genootsscahap 1 naskah, koleksi Brandes 2 naskah, koleksi Warner 1 naskah, dan

koleksi keluarganya secara pribadi 1 naskah. Naskah-naskah tersebut kemudian

menjadi koleksi Perpustakaan Universitas Leiden sebanyak 6 naskah, koleksi

Perpustakaan Nasional sebanyak 2 naskah. Dari sudut kelengkapan teks nya,

semua naskah itu berstatus sebagai naskah salinan, sedangkan dari bacaan teks

nya dari 10 naskah dapat dibedakan atas 3 redaksi atau versi yang masing-masing

terdiri atas 3 naskah, 5 naskah, dan 2 naskah.

Menurut Pudjiastuti (2000:8), redaksi pertama terdiri atas 3 naskah, yaitu

LOr 7390, Br 86,bdan LOr 7387 disusun sekitar tahun 1662/1663 dan dianggap

sebagai karya asli. Kedua terdiri atas 2 naskah, yaitu NBS 236 dan Br 625,

disusun pada tahun 1625 Syaka (1701/1702 M), dianggap sebagai teks yang rusak

karena metrumnya kacau, dan vokalisasinya kadang-kadang tidak tepat. Redaksi

ketiga terdiri atas 6 naskah, yaitu naskah pribadi Husein Djadjadiningrat, disusun

tahun 1732 M yang merupaka salinan dengan beberapa penambahan teks dari

redaksi pertama.

Menurut Husein Djadjadiningrat, ke-10 naskah tersebut memiliki isi yang

sama, yaitu menceritakan sejarah Banten sejak menjelang masuknya agama islam

ke Banten hingga pecahnya peperangan antara Banten dengan Batavia pada

pertengahan abad ke-17. Bagian awal sampai dengan masuknya islam di daerah

ini ceritanya bersifat mitologis dan legendaris, banyak diambil dari tradisi Jawa

28

Page 29: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

dan Nusantara, sedangkan cerita sesudahnya pada bagian akhir bersifat historis.

Pada Bab I berupa ikhtisar isi berdasarkan sifat ceritanya tidak disertai suntingan

teksnya sendiri. Oleh karena itu, dalam studi ini isi sejarah Banten dikaji

berdasarkan tinjauan sejarah bagi cerita yang bersifat sejarah (Bab II) serta dikaji

dengan pendekatan sastra dan historiografi tradisional pada bagian cerita yang

bersifat sejarah (Bab III). Model studi ini dipandang sebagai perintis dan pelopor

dalam mengkaji sebuah naskah yang berisi karya sastra sejarah.

Edel (1938) dalam disertasinya yang berjudul Hikayat Hasanoeddin. Edel

menyajikan suntingan teks Sejarah Banten Kecil (SBK) yang berjudul Sejarah

Banten Rante-Rante untuk dibandingkan dengan teks SB versi melayu yang

berjudul Hikayat Hasanoeddin.

Patmadiwiria (1991) dan Titik Pudjiastuti (1991), menyajikan suntingan

teks beserta terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia dan kajian tentang jenis

aksara dan amanat SB. Patmadiwiria menyunting teks SB yang tertera dalam

naskah yang berasal dari Cibeber tahun 1932 serta bersumberkan cerita lisan.

Selain itu pula membahas tokoh Hasanuddin dan Pucuk Umun yang menurut teks

nya hidup pada masa penyebaran agama islam. Kemudian Titik Pudjiastuti (1991)

menyunting teks SB pada naska LOr. 7389 serta perbandingan teks tersebut

dengan dengan 3 teks SB lainnya, sehingga tampak jelas memperlihatkan versi.

Pada tahun 2000 studi ini berupa disertasi berjudul Sadjarah Banten: Suntingan

Teks dan terjemahan disertai Tinjauan Aksara dan Amanat. Studi ini dapat

dikatakan menindaklanjuti studi Husein Djadjadiningrat. Pudjiastuti

mengklasifikasi naskah SB berdasarkan kuantitas dan kelengkapan isinya kedalam

29

Page 30: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

dua kelompok besar, yaitu Sejarah Banten Besar (SBB), dan Sejarah Banten Kecil

(SBK). Isi SBB mengandung perbedaan bacaan dengan SBK sampai tingkat versi,

sehingga keduanya saling berhubungan. Titik Pudjiastuti mengkaji lebih jauh SB

ditinjau dari segi aksara pegon dalam sebagian naskah SB, yaitu 19 naskah dan

amanat yang dikandung dalam teksnya masing-masing.

Peneliti selanjutnya yang membahas teks SB adalah Drewes (1995). Ia

meringkas dan membahas isi teks SB LOr. 10767.1,2, sebuah naskah SBK yang

berisi cerita tentang Haji Mangsur, orang keramat dari Pandeglang.

Di samping penelitian teks SB sebagai sumber kajiannya, ada

jugabeberapa penelitian yang memanfaatkan teks SB sebagai pendukung

penelitiannya. Misalnya Uka Tjandrasasmita (1967) menggunakan teks SB untuk

dijadikan sumber penyusunan sejarah Banten priode Sultan Ageng Tirtayasa.

Talens (1993,1999) memanfaatkan informasi dari SB bagi kajian Antropologi

kekuatan ritual dan sejarah. Martin van Bruinnessen (1995) dan Ongkodharma

Untoro (1998) juga memanfaatkan informasi dari SB untuk kajian lembaga

keagamaan di Banten pada abad ke-16 dan 17. Adapun naskah WSHM kajian

filologis belum ada yang meneliti.

2.2 Kondisi Naskah-Naskah Banten Merupakan Bagian Dari

Naskah Nusantara

Jumlah naskah lama di Nusantara tidak terhitung banyaknya dengan

bentuk dan jenis yang beraneka ragam. Sebagaimana dikemukakan oleh Soebadio,

(1973:6), Indonesia merupakan khazanah raksasa bagi naskah kuno yang

30

Page 31: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

kebanyakan tertulis dalam bahasa dan huruf daerah. Isi naskah itu beraneka

ragam, mulai dari naskah kesusastraan dalam arti terbatas sampai dengan sumber

keagamaan, kemasyarakatan, sejarah, yang sangat penting bagi pengetahuan kita

mengenai kebudayaan pada tiap-tiap daerah dan yang sebagai keseluruhan dapat

memberi gambaran lebih jelas mengenai kebudayaan Indonesia pada umumnya.

Hermansoemantri (1999:6) mengelompokkan naskah-naskah lama ini menjadi 4

kelompok, yaitu: (1) naskah yang berisi teks sejarah, (2) naskah keagamaan,

(3)naskah sains, dan (4) naskah kesusastraan. Di antara 4 kelompok ini, naskah

kesusastraanlah yang paling banyak mengalami penyalinan. Hal ini disebabkan

oleh fungsi-fungsi naskah kesusastraan di masyarakat yang pada umumnya

bersifat pelipur lara (hiburan).

Dari sekian banyak naskah Nusantara, sebagian diantaranya adalah naskah

Banten. Naskah Banten yang dimaksud adalah naskah yang dibuat di Banten dan

isinya umumnya bertalian dengan kehidupan masyarakat dan kebudayaan Banten

sepanjang sejarahnya, baik langsung maupun tidak langsung. Perkembangan

kesultanan Banten sepanjang abad ke-17 yang bercirikan islamisasi dan

perniagaan, sesungguhnya memberikan gambaran bahwa pada masa itu banyak

ditulis naskah-naskah yang berhubungan dengan pengajaran agama Islam dan

tradisi kehidupan di lingkungan masyarakat elit setempat.

Informasi mengenai keberadaan naskah-naskah Banten dapat ditelusuri

dari beberapa buku katalogus naskah, antara lain: Naskah Sunda: Inventarisasi

dan Pencatatan (Ekadjati dkk, 1988), Literatur of Java (Pigeaud,

1967,1968,1970), Catalogus van Malaesche en Soendaneesche Handschriften der

Leidsche Universiteists Bibliotheek (Junyboll), Katalog Induk-Induk Naskah

Nusantara, Jilid IV (Behreend, 1988), Khazanah Naskah: Panduan Koleksi-

31

Page 32: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Koleksi Naskah Indonesia Sedunia (Chambert Loir dan Oman Faturrahman,

1999), dan Direktory Edisi Naskah Nusantara (Ekadjati, 2000). Adapun naskah-

naskahnya sendiri berada di Perpustakaan Universitas Leiden (Belanda),

Perpustakaan Nasional (Jakarta), Museum Banten Lama.

Berdasarkan katalogus Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan,

bahwa naskah Banten berjumlah 94 buah naskah, terdiri atas 31 naskah berada di

Perpustakaan Nasional Jakarta, 61 naskah berada di Perpustakaan Leiden

Belanda, dan 2 buah didapatkan di masyarakat Banten. Dari 94 naskah tersebut,

tampak bahwa bahan naskah, asal-usul naskah, bentuk karangan, jenis aksara, dan

bahasa yang digunakan, da jenis isi yang terkandung di dalamnya beraneka ragam.

Ini semua menggambarkan bahwa naskah-naskah Banten dibuat oleh penulis yng

tidak sama dan pada waktu yang berbeda.

Di samping sumber buku atau katalogus naskah, tidak tertutup

kemungkinan naskah-naskah Banten masih banyak yang tersebar di kalangan

masyarakat luas, sehingga keberadaannya sulit untuk diketahui. Biasanya terdapat

kesulitan yang disebabkan, antara lain: (1) naskah itu telah banyak berpindah

tangan dari pemilik semula. (2) para peneliti tidak mengetahui bahwa di daerah

tertentu sebenarnya terdapat naskah, sehingga keberadaannya luput dari

pengamatan. (3) naskah tersebut tidak boleh dibaca dan diteliti oleh siapa pun

karena dikeramatkan, dan (4) naskah itu merupakan barang warisan, sehingga

dirahasiakan dan disakralkan.

Dari segi bahan, naskah-naskah yang berasal dari wilayah Banten pada

umumnya ditulis pada dua jenis bahan naskah, yaitu daluwang dan kertas. Dari

segi jenis atau bentuk karangan, naskah-naskah Banten, yaitu prosa dan puisi.

Adapun jenis aksara yang digunakan terdiri atas aksara-aksara Jawa (Cacarakan),

32

Page 33: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Arab, Pegon, dan latin. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa,

Sunda, Melayu, Arab, dan terselip bahasa Belanda. Menurut Ekadjati (1988:11)

naskah yang berbahasa Jawa-Banten dan Jawa Cirebon yang diketahui paling tua

usianya berasal dari akhir abad ke-17 Masehi.

Pudjiastuti (2000:97), mengemukakan bahwa naskah-naskah lama di

Banten yang bernafaskan Islam, seperti salinan Qur’an, doa-doa, tauhid, dan

pelajaran salat selalu ditulis dengan menggunakan aksara Arab dalam bahasa

Arab. Akan tetapi, tafsir Qur’an, terjemahan, dan uraian tentang keagamaan Islam

menggunakan bahasa Jawa-Banten, umumnya ditulis dalam aksara Pegon.

Adapun naskah yang berisi cerita sejarah (babad), legende para wali, cerita Islam,

primbon dan hukum adat Banten menggunakan bahasa Jawa ditulis dalam aksara

Pegon atau aksara Jawa.

Mengenai ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat Banten tidak

terlepas dari perjalanan sejarahnya itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan Lubis

(2004: 85--86) bahwa pada tahun 1500-1800 Masehi, masyarakat Banten

mengenal dan memakai berbagai bahasa dalam pergaulan sehari-hari, yaitu bahasa

Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Melayu. Adapun bahasa dalam lingkungan

pesantren yang digunakan pula adalah bahasa Arab.

Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) ke Banten

bahasa penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di Banten Girang adalah

bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa dibawa oleh Syarif Hidayatullah dan

putranya Maulana Hasanuddin berbarengan dengan penyebaran Islam. Dalam

kontak budaya yang terjadi, bahasa Sunda dan Jawa itu saling mempengaruhi dan

membentuk dialek tersendiri.

33

Page 34: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Perkembangannya bahasa Jawa abad ke-17 tumbuh dan berkembang di

kraton, bahkan menjadi bahasa resmi kraton termasuk pada pusat-pusat

pemerintahan di daerah. Pengaruh kraton itu lah yang menyebabkan bahasa Jawa

berkembang pesat di Banten Utara. Bahasa Sunda dipakai oleh masyarakat Banten

Selatan, khusus bahasa Sunda di Baduy, disebut ”Sunda Wiwitan”. Adapun

bahasa Melayu dipakai di masyarakat pelabuhan dan pesisir Utara sampai

Tanggerang.

Di samping bahasa, masyarakat Banten pada kurun waktu tahun 1500--

1800 Masehi telah mengenal beragam bentuk aksara sebagai sarana untuk

menyampaikan ide melalui simbol-simbol tertulis. Melalui berbagai naskah dan

prasasti yang berasal pada kurun waktu yang sama masyarakat Banten

menggunakan aksara Jawa, Pegon, dan Latin. Oleh sebab itu, tidak heran apabila

Banten memiliki banyak peninggalan tertulis yang ditulis dengan huruf Jawa,

Arab (Pegon), dan Latin.

Naskah-naskah Banten khususnya yang menuturkan peristiwa-peristiwa

sejarah yang pernah berlangsung di Banten dalam bentuk wawacan sebanyak 3

buah, yaitu Wawacan Banten Girang (isinya menceritakan peperangan antara

Banten Girang. Wawacan Nyi Artati (mengisahkan asal mula telaga Lebak Dano

di Padarincang), dan Wawacan Kyai Haji Mangsur (Sajarah Haji Mangsur), isinya

bertalian dengan Kesultanan Banten dan Cirebon dengan tokoh Haji Mangsur

(Ekadjati, 1988: 131--132).

2.3 Kajian Filologis

2.3.1 Filologi

34

Page 35: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Secara etimologi kata filologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu philologia

artinya kegemaran berbincang-bincang. Kegemaran berbincang sangat dibina oleh

bangsa Yunani kuno, karena itu kata filologi berubah artinya menjadi “cinta

kepada kata” atau “senang bertutur”. Kemudian artinya berkembang menjadi

senang belajar, senang ilmu, senang kesusastraan, dan senang kebudayaan.

Filologi dalam arti sempit berarti mempelajari teks-teks lama yang sampai

kepada kita dalam bentuk-bentuk salinannya dengan tujuan menemukan teks asli

dan untuk mengetahui maksud penyusunan teks tersebut (Sudjiman, 1994: 10).

Sedangkan pengertian dalam arti luas berarti mempelajari kebudayaan, pranata

dan sejarah bangsa sebagaimana yang terdapat dalam bahan-bahan tertulis.

Berdasarkan pengertian di atas, filologi mengacu kepada penelitian

naskah-naskah kuna yang bacaannya sudah rusak (korup) dan dalam banyak

variasi penulisan, sehingga memerlukan penelaahan untuk memperbaiki dan

mendapatkan naskah yang mendekati aslinya (Baried, 1985:1--2). Sependapat

dengan Baried, Pradotokusumo (2005: 9) menambahkan bahwa filologi

merupakan ilmu bahasa dan studi tentang kebudayaan bangsa-bangsa beradab

seperti yang diungkapkan dalam bahasa, sastra, dan agama mereka, terutama yang

sumbernya di dapat dalam naskah-naskah (lama), sehingga secara umum dapat

disebut sebagai ilmu tentang naskah-naskah (lama/kuna).

Filologi pertama kali dikenal pada abad ke-3 SM di Eropa, tepatnya di

kota Iskandariyah (Alexandria), sebelah kota dipinggir Laut Tengah. Filologi

diperkenalkan oleh sekelompok ahli yang kemudian dikenal sebagai ahli filologi.

Orang yang pertama kali menggunakan istilah ini adalah Erastothanes, salah

35

Page 36: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

seorang penelaah naskah-naskah Yunani kuna masa itu. Para ahli itu meneliti

naskah-naskah Yunani yang telah ditulis sejak abad ke-8 SM. Mereka berusaha

menemukan bentuk naskah yang asli dari naskah-naskah yang ditemukan dengan

memperbandingkan kesalahan penulisan yang ditemui, dan tujuan dari penulisan

naskah tersebut (Reynold & Wilson, 1978:5--6).

Dalam menghadapi naskah klasik, peneliti naskah terlebih dahulu harus

mengetahui pandangan tentang teori filologi. Ada dua jenis teori filologi yang

terkenal sampai sekarang, yaitu teori filologi tradisional dan teori filologi

moderen. Dalam filologi tradisional, kegiatan filologi menitikberatkan pada

perubahan yang terdapat di dalam teks naskah bahkan bacaan yang rusak (korup)

dianggap sebagai suatu kesalahan karena kelalaian pennyalin atau keinginan

sendiri untuk tidak setia dengan sumber salinan. Namun, apabila perubahan yang

terdapat di dalam naskah dianggap sebagai pengungkapan kreatifitas penyalin

dalam hal pemahaman dan penafsiran teks sesuai dengan zaman penciptanya teks

tersebut, maka dalam hal ini aspek kerja filologi disebut dengan filologi moderen

(Baried, 1985:3).

Sebagaimana dikemukakan Soebandio (1975:13), kondisi naskah di

Indonesia bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk digali. Seperti yang

telah disebutkan sebelumnya bahwa kondisi naskah sudah banyak yang telah

rusak karena dimakan usia merupakan kendala bagi penggunanya, termasuk

peneliti. Selain itu masalah bahasa dan aksara pada umumnya sudah tidak dapat

dipahami dan dipakai oleh masyarakat dewasa ini, sehingga menjadi sebuah

kendala untuk memahami informasi teks yang terdapat di dalam naskah. Itulah

36

Page 37: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

sebabnhya naskah di Indonesia mengalami kesalahan dan perbedaan antara

salinan yang satu dengan yang lainnya.

Filologi sebagai satu disiplin ilmu yang mempunyai tugas menangani

naskah-naskah lama, perkembangannya tergantung pada keselamatan naskah-

naskah itu sendiri, terutama naskah yang masih tersebar di masyarakat.

Sebaliknya manfaat naskah-naskah lama bagi kepentingan disiplin ilmu lain

sangat tergantung pula pada filologi. Manfaat tersebut akan terwujud jika filologi

mampu menggali apa-apa yang tergantung dalam teks.

2.3.3 Penyuntingan Teks

Setelah diadakan perbandingan naskah dan transliterasi, maka akan

diperoleh karakteristik dari masing-masing naskah tersebut. Untuk selanjutnya

dapat ditentukan naskah mana yang akan dijadikan sebagai dasar untuk suntingan

teks. Robson (1994:35) mengemukakan bahwa penyuntingan dilakukan apabila

menghadapi berbagai macam bacaan dalam naskahnya atau tempat yang

mencurigakan, harus memilih bacaan yang benar untuk mengembalikan

kebenaran teks itu seperti pada awal penulis itu menulisnya. Menurut

Pradotokusumo (1986: 159) penyuntingan naskah adalah suatu usaha untuk

menyajikan suatu teks kepada pembacanya.

Penyuntingan teks dibedakan atas dua hal yaitu penyuntingan naskah

tunggal dan penyuntingan naskah jamak. Untuk penyuntingan naskah jamak

menurut Robson (1994:26), langkah pertama yang harus dilakukan adalah

menyelidiki naskah dengan membacanya apakah naskah-naskah tersebut memiliki

hubungan antara satu dengan yang lainnya. Djamaris (2006: 24) berpendapat

37

Page 38: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk penyuntingan naskah jamak,

yaitu metode gabungan dan metode landasan.

Penyuntingan naskah tunggal dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

metode standar dan metode diplomatik. Metode standar digunakan apabila isi

naskah itu dianggap sebagai naskah biasa, bukan cerita yang dianggap suci dari

sudut agama atau bahasa, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau

istemewa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam edisi standar antara lain: (1)

mentransliterasi teks, (2) membetulkan kesalahan teks, (3) membuat catatan

perbaikan atau perubahan, (4) memberi komentar atau tafsiran, (5) membagi teks

dalam beberapa bagian, (6) menyusun daftar kata-kata sukar (glosari) (Djamaris,

2002: 24--25)

Metode suntingan diplomatik bertujuan menerbitkan satu naskah seteliti

mungkin tanpa melakukan perubahan, teks disajikan sebagaimana adanya. Metode

diplomatik digunakan apabila isi naskah dianggap penting bagi sejarah,

kepercayaan, atau bahasa sehingga diperlukan perlakuan khusus atau istimewa.

Tujuan metode diplomatik ini adalah untuk mempertahankan kemurnian teks.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suntingan teks yang menggunakan metode

diplomatik, antara lain: (1) teks disajikan sepeerti apa yang terdapat dalam naskah

tanpa merubah seperti ejaan, tanda baca, atau pembagian teks, (2) apabila ada

kesalahan, maka kesalahan tersebut harus ditunjukkan dengan referensi yang

tepat, (3) saran untuk membetulkan teks, (4) komentar kemungkinan perbaikan

teks. Jadi, penyuntingan teks melalui metode diplomatik digunakan

38

Page 39: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

mereporoduksi teks seteliti mungkin tanpa melakukan perubahan atau teks

disajikan apa adanya.

Penyuntingan naskah jamak dilakukan dengan dua metode, yaitu metode

gabungan dan metode landasan. Metode gabungan digunakan apabila menurut

tafsiran nilai naskah semua hampir sama. Artinya, naskah yang satu tidak lebih

baik dari naskah yang lain. Umumnya bacaan yang dipilih dalam suntingan adalah

yang mayoritas, dengan pertimbangan bahwa naskah yang banyak merupakan

saksi bacaan yang benar. Hasil suntingan teks yang disajikan dari metode

gabungan ini merupakan hasil gabungan bacaan dari semua naskah yang ada.

Sedangkan metode landasan digunakan apabila menurut tafsiran, ada salah naskah

yang unggul kualitasnya setelah dibandingkan dengan naskah yang lain (Robson

1978: 36).

Naskah yang dipilih sebagai dasar suntingan teks seperti dimaksudkan di

atas tidak berarti naskah tersebut akan bebas dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan

yang dimaksudkan dalam naskah landasan akan dicatat dalam aparat kritik dan

diperbaiki berdasarkan kesaksian pada teks naskah pembanding. Demikian pula

varian-variannya dengan naskah pembanding akan dicatat dalam aparat kritik.

Hal ini penting apabila terdapat bacaan yang diganti, ditambah, dan dikurangi

ternyata tidak sesuai, data dari bacaan yang benar itu tidak hilang karena sudah

dicatat dalam aparat kritik.

39

Page 40: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

2.4 Kajian Sastra

Karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial mencakup semua

aspek kehidupan manusia yang telah tersusun baik dan indah dalam bentuk benda

kongkrit seperti tulisan juga berwujud tuturan yang telah tersusun dengan rapi dan

sistematis dituturkan oleh tukang cerita atau yang terkenal dengan istilah karya

sastra lisan (Sangidu, 2005:38). Karya sastra menurut ragam bentuk nya terbagi

dua, yaitu puisi dan prosa. Karya sastra dalam penelitian ini adalah Naskah

Wawacan Sajarah Haji Mangsur. Naskah WSHM ini secara bentuk/genre

termasuk puisi wawacan. Untuk mengetahui mengetahui bentuk/genre puisi

wawacan tersebut serta fungsi sosial dan kedudukan naskah di masyarakat

diperlukan teori yang mengungkap terhadap karya sastra dalam penelitian ini

adalah naskah WSHM.

Masalah keanekaragaman seringkali sangat mengacaukan di bidang teori

sastra dan pendekatan terhadap karya sastra. Menurut Abrams bahwa kekacauan

dan keanekaragaman teori tersebut lebih mudah dipahami dan diteliti jika

berpangkal pada situasi karya sastra secara menyeluruh (the total situation of a

work of art) (Teeuw, 1984: 50). Abrams memberikan model pendekatan kritis

yang utama terhadap karya sastra sebagai berikut:

a. Pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri; pendekatan ini

disebut pendekatan obyektif.

b. Pendekatan yang menitikberatkan penulis, pendekatan ini disebut

pendekatan ekspresif.

c. Pendekatan yang menitikberatkan semesta, yang disebut mimetik.

40

Page 41: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

d. Pendekatan yang menitikberatkan pembaca, disebut pragmatik

Dari keempat model pendendekatan tersebut, untuk mengungkapkan naskah

dari segi bentuk/genre yaitu wawacan yang berbentuk dangding yaitu puisi yang

ditulis menurut aturan pupuh adalah pendekatan objektif menitikberatkan pada

struktur karya sastra itu sendiri. Adapun dari segi sosial dan kedudukan naskah di

masyarakat adalah pendekatan pragmatik, menitikberatkan pembaca, yakni

bagaimana menyampaikan informasi mengenai keberadaan naskah di masyarakat

serta bagaimana fungsi sosial dan kedudukan naskah itu dimasyarakat.

2.4.1 Wawacan

Naskah WSHM dituilis dengan huruf Arab-Pegon dalam bentuk puisi

wawacan. Wawacan adalah cerita panjang yang digubah dalam bentuk dangding.

Adapun dangding adalah puisi yang ditulis menurut aturan pupuh. Bentuk pupuh

mulai dikenal oleh masyarakat Sunda, terutama kaum bangsawan, setelah adanya

pengaruh politik dari Mataram (Jawa) pada abad ke-17 yang dibawa ke daerah

Sunda melalui kaum bangsawan (menak) dan kaum ulama (lingkungan

pesantren). Wawacan tidak lain dari hikayat yang ditulis dalam bentuk puisi

(dangding) tertentu yang disebut pupuh.

Mengenai pengertian wawacan, (Rosidi, 1966:11) mengemukakan bahwa

wawacan ialah hikayat yang ditulis dalam bentuk puisi tertentu yang dinamakan

dangding. Dangding ialah ikatan puisi yang sudah tertentu untuk melukiskan hal-

hal yang sudah tertentu pula. Dangding terdiri daripada beberapa buah bentuk

puisi yang disebut pupuh. Adapun secara harfiah, wawacan berasal dari kata

41

Page 42: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

wawacaan atau babacaan, yang berarti apa-apa yang dibaca, dalam hal ini

berbentuk tulisan.

Pada umumnya teks wawacan diwadahi dalam sebuah buku atau naskah

yang proses penurunannya dilakukan melalui tradisi tulis dengan cara penyalinan.

Adapun penyampaiannya dilakukan melalui sebuah proses pembacaan, biasanya

dalam suatu acara tertentu di masyarakat, dibawakan oleh sebuah kelompok yang

terdiri dari seorang atau lebih pembaca (juru ilo) dan beberapa orang yang

melantunkannya dalam bentuk nyanyian (tembang). Adapun pergelarannya biasa

dikenal dalam kesenian beluk atau gaok.

Pada awal perkembangannya wawacan disebarluaskan melalui para ulama

di pesantren-pesantren, dan bupati serta pamong praja lainnya yang pernah

mempelajari pupuh dan bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya isi

wawacan, baik yang berbentuk naskah maupun yang sudah dicetak. Wawacan-

wawacan tersebut berisi ajaran Islam dan kisah-kisah islami baik saduran maupun

asli. Penulisan wawacan di lingkungan pesantren diperkirakan lebih banyak

menggunakan aksara pegon, karena pada lingkungan ini penguasaan baca tulis

aksara Arab sangat dominan. Misalnya tentang fiqh, tauhid, rukun iman, hikayat

nabi, dan sebagainya.

Adapun perkembangan selanjutnya wawacan tersebar melalui para

bangsawan dan priyayi Sunda seperti bupati, demang, dan pejabat di bawahnya,

termasuk penghulu. Ekadjati (2001) mengemukakan bahwa identitas penulis atau

penyusun naskah berasal dari tiga lingkungan sosial, yaitu lingkungan

kraton/pendopo, lingkungan agama (mandala, pesantren, kaum), dan lingkungan

42

Page 43: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

rakyat biasa (petani, tokoh adat, dukun, guru). Sejalan dengan kebiasaan

masyarakat yang menulis anonim, misalnya dongeng, maka penulis wawacan pun

hanyasebagian kecil yang mencantumkan identitasnya, termasuk wawacan yang

ditulis di lingkungan pesantren. Sehingga penelusuran mengenai kepengarangan

dalam wawacan tidak semua dapat terselesaikan.

Perkembangan wawacan terhitung pesat setelah diajarkannya pupuh di

sekolah-sekolah. Selain itu ditampilkannya wawacan pada acara beluk atau gaok

menjadi media untuk dikenalnya teks wawacan di seluruh lapisan masyarakat

Sunda. Akan tetapi sekarang ini, kehidupan wawacan sudah tidak berkembang

lagi. Hanya satu dua pengarang yang memberanikan diri menulis wawacan. Hal

ini berkaitan dengan fungsi wawacan di masyarakat. Di samping itu, pagelaran

kesenian beluk atau gaok sudah sangat jarang dipentaskan lagi di masyarakat.

2.4.2 Bentuk Karangan Wawacan

Wawacan merupakan teks, yang umumnya naratif, ditulis dalam bentuk

pupuh. Menurut Soepandi (1985:3) pupuh berarti bait atau pada, aturan, lagu,

tembang, rangkaian bait yang memiliki pola yang sama, dan pola penyusunan

syair atau rumpaka.

Dalam tembang Sunda pupuh berjumlah 17, yaitu Kinanti, Sinom,

Asmarandana, Dangdanggula, Magatru, Mijil, Durma, Pangkur, Maskumambang,

Pucung, Jurudemung, Balakbak, Gambuh, Gurisa, Lambang, Ladrang, dan

wirangrong. Empat di antaranya, yaitu Kinanti, Sinom, Asmarandana,

Dangdanggula disebut Sekar Ageung, sedangkan 14 sisanya termasuk ke dalam

43

Page 44: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Sekar Alit. Nama pupuh yang sama pada tembang Jawa dan Sunda kadang

menempati kategori yang berbeda. Misalnya, pupuh Kinanti, Sinom,

Asmarandana, dan Dangdanggula dalam tembang Sunda termasuk ke dalam Sekar

Ageung, sedang dalam tembang Jawa keempat pupuh tersebut termasuk ke dalam

Sekar Alit. Pupuh lainnya, kecuali Ladrang, dalam tembang Sunda termasuk ke

dalam Sekar Alit, sedangkan dalam tembang Jawa termasuk ke dalam Sekar

Tengahan.

2.4.3 Konvensi Pupuh

Selain memiliki nama dan karakter tertentu, pupuh itu pun terikat oleh

aturan dalam hal berupa guru- gatra, yaitu ketentuan tentang jumlah baris atau

larik pada masing-masing bait, guru- wilangan, yaitu ketentuan tentang jumlah

suku kata pada tiap larik, dan guru- lagu, yaitu ketentuan tentang vokal pada suku

kata di tiap ujung larik. Dalam berbagai keterangan (Satjadibrata, 1952:13-17;

Soepandi, 1985:60-61), disebutkan bahwa aturan guru lagu dan guru wilangan

pupuh dalam tembang Sunda adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Patokan Pupuh Berdasarkan Guru-lagu dan Guru-wilangan

No

.

Nama

Pupuh

Baris/Larik ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Asmarandana 8-i 8-a 8-e/o 8-a 7-a 8-u 8-a

2 Balakbak 12-

a

3-e 12-a 3-e 12-

a

3-e

3 Dangdanggul 10- 10- 8-e/o 7-u 9-i 7-a 6-u 8- 12-i 7-a

44

Page 45: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

a i a a

4 Durma 12-

a

7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

5 Gambuh 7-u 10-

u

12-i 8-u 8-o

6 Gurisa 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a 8-

a

7 Jurudemung 8-a 8-u 6-e 8-a 8-u

8 Kinanti 8-u 8-i 8-a 8-i 8a 8-i

9 Lambang 8-a 8-a 8-a 8-a

10 Ladrang 10-

e

8-a 8-i 12-a

11 Magatru 12-

u

8-i 8-u 8-i 8-o

12 Maskumamb

ang

12-

i

6-a 8-i 8-a

13 Mijil 10-

i

6-o 10-e 10-i 6-i 6-u

14 Pangkur 8-a 11-

i

8-u 7-a 12-

u

8-a 8-i

15 Pucung 12-

u

6-a 8-e/o 12-a

16 Sinom 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-

i

12-a

17 Wirangrong 8-i 8-o 8-u 8-i 8-a 8-a

Tabel 2

Karakter Pupuh

No Nama Pupuh Karakter

1

2

3

4

Asmarandana

Balakbak

Dangdanggula

Durma

berahi, kasih sayang

lucu, lawak

keagungan, kebahagiaan

marah, berkelahi, bertengkar

45

Page 46: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Gambuh

Gurisa

Jurudemung

Kinanti

Lambang

Ladrang

Magatru

Maskumambang

Mijil

Pangkur

Pucung

Sinom

Wirangrong

bingung, bimbang

lelucon pengisi sepi

penyesalan

prihatin, harapan, menanti

humor

humor, teka-teki

lelucon, prihatin, untuk menyelingi cerita

prihatin, meratap, sakit hati

susah, sedih, sepi, celaka

berkelana, nafsu, siap untuk berperang

nasehat, kaget, himbauan

gembira, senang, keindahan

malu, sial, rugi

2.4.4 Sastra Sejarah

Kaitannya dengan karya sastra sejarah, menurut isi yang dikandungnya,

struktur karya sastra sejarah terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut

mitos/legendaris, bersifat konvensi, yakni mengantarkan pembaca kepada tradisi

sastra yang telah dikenal oleh masyarakatnya. Bagian kedua adalah sejarah, yaitu

bagian yang mengandung aspek sejarah, bersifat inovatif serta mengandung hal-

hal yang baru yang merujuk suatu teks. Secara referensial sastra sejarah merujuk

fakta-fakta yang benar terjadi dan juga hal-hal yang fiktif atau imajinatif dari

pujangga atau penulisnya.

Sartono Kartodirdjo (1968), menyebut naskah sejarah sebagai historiografi

tradisional yaitu penulisan sejarah menurut pandangan dan kepercayaan

masyarakat secara turun-menurun. Sebagai suatu karya sastra sudah tentu ciri-ciri

atau sifat suatu karya sastra, yaitu unsur imajinasi atau fantasi. Dalam karya sastra

46

Page 47: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

sejarah unsur sejarah diolah dan dicampuradukan dengan unsur imajinasi,

misalnya dalam sastra lama hal ini terlihat berupa mitos, legende, atau dongeng.

Unsur ini menjadi ciri umum naskah sejarah.

Ditinjau dari cara pengungkapan isi naskah WSHM dapat dibagi atas dua

bagian. Pertama, bagian yang bersifat legendaris/mitos, dan kedua bersifat

historis. Bagian cerita yang bersifat legendaris terletak pada bagian awal yaitu

menceritakan peristiwa Pangeran Haji sepulangnya menunaikan ibadah haji dari

Mekkah dan singgah di Pulau Putri, setelah sadar melanggar pesan ayahnya

kemudian ia kembali ke Mekkah untuk bertaubat dan memohon untuk pulang

kembali ke Banten. Dengan pertolongan Allah ia pulang ke Banten melalui dasar

bumi, yaitu menyelam melalui sumur zam-zam, lalu ia berhasil keluar dari dasar

bumi dan muncul di desa Cibulakan Cimanuk-Pandeglang dan namanya berubah

menjadi Haji Mangsur. Adapun bagian yang bersifat historis terletak pada bagian

akhir, yaitu cerita tentang perjanjian Pangeran Haji (Sultan Haji) dengan Belanda,

kemudian peperangan antara Sultan Haji dengan ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa,

dan Sultan-sultan yang memerintah di Banten setelah Sultan Haji. Namun

demikian dalam bagian yang bersifat legendaris pun tidak berarti tidak

mengandung unsur sejarah, hanya cara pengungkapannya menurut pola pemikiran

legendaris/mitos. Begitu pula dalam bagian yang bersifat historis terdapat unsur-

unsur legendaris.

Berdasarkan isi dan bentuknya, naskah WSHM termasuk golongan karya

sejarah tradisional (historiografi tradisional), artinya karya sejarah yang disusun

secara tradisional dengan menggunakan pola pemikiran dan pengertian sejarah

47

Page 48: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

tradisional. Sejarah dalam pengertian tradisional tidak membedakan antara

kenyataan yang sesungguhnya dengan kenyataan bikinan pengarangnya. Hal ini

seperti tampak pada judulnya, penyusun WSHM mengakui sendiri bahwa

karangannya itu merupakan karya sejarah. Sejarah menurut pengertian penyusun

atau yang berlaku dalam masyarakat penyusun waktu itu. Sejarah menurut

pengertian mereka adalah (kisah tentang) peristiwa-peristiwa yang dianggap dan

dipercayai telah terjadi pada masa lampau. Peristiwa-peristiwa yang diungkapnya

tidak usah selalu menunjuk kepada kebenaran menurut kepercayaan atau

kebudayaan mereka. Dengan demikian sejarah tidak bedanya dengan sastra. Hal

itu diperkuat oleh bentuk karangan yang dipilihnya, yaitu bentuk puisi (tembang).

Selain itu, sejarah diartikan pula sebagai silsilah keturunan atau leluhur seseorang

atau sekelompok orang. Dalam hal ini, kisah tentang peristiwa-peristiwa yang

dianggap dan dipercayai yang dialami oleh Pangeran Haji (Sultan Haji) serta

tentang silsilah mereka yang ditarik ke atas (leluhur mereka) sampai ke Nabi

Muhammad Saw.

2.4.5 Fungsi Sosial Karya Sastra

Sastra dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis oleh

pengarang pada kurun waktu tertentu pada umumnya berkaitan dengan norma-

norma dan adat istiadat jaman itu (Sangidu, 2005: 41). Aspek terpenting dalam

kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkannya dalam karya

sastra adalah masalah kemajuan manusia. Karena itu, pengarang yang melukiskan

kenyataan dalam keseluruhannya tidak dapat mengabaikannya begitu saja dalam

48

Page 49: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

masalah tersebut. Karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang)

terhadap dunia (realitas sosial) yang dihadapinya. Di dalam sastra berisi

pengalaman-pengalaman subjektif penciptanya, pengalaman subjektif seseorang

(fakta individual), dan pengalaman sekelompok masyarakat (fakta sosial).

Kaitannya dengan karya sastra dalam penelitian ini, yakni naskah WSHM,

berdasarkan isi dan bentuknya, termasuk karya sastra sejarah tradisional, artinya

karya sejarah yang disusun secara tradisional dengan menggunakan pola

pemikiran dan pengertian sejarah tradisional. Sebagai karya sastra sejarah, naskah

WSHM bagi masyarakat Banten memiliki fungsi sosial, tidak hanya sebagai

sarana rekreatif (hiburan) saja, melainkan fungsi informatif, didaktis, dan

ekspresif. Demikian juga dengan kedudukan naskah di masyarakat bahwa

naskahWSHM menunjukkan populer di masyarakat Banten. Dalam tradisi lisan

yang berkembang di masyarakat Banten, tokoh Haji Mangsur sangat memiliki

pengaruh luas pada masyarakat Banten, tempat-tempat yang berkaitan dengan

Haji Mangsur seperti Situs Batu Qur’an dan makam Haji Mangsur mendapat

perhatian cukup besar oleh para penziarah yang berasal dari daerah sekitar Banten

maupun dari luar Banten, sehingga mendatangkan manfaat ekonomi bagi

masyarakat sekitar situs dan makam tersebut.

49

Page 50: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Naskah WSHM yang ditemukan untuk penelitian ini sebanyak 3 buah

naskah, agar penelitian terhadap naskah WSHM secara sistematis objek dan

metode penelitian ini dibagi dua, yaitu mengacu kepada naskah dan mengacu pada

teks. Berikut uraiannya:

3.1 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah naskah-naskah berjudul Wawacan

Sadjarah Haji Mangsur beraksara Arab-Pegon dengan bahasa Jawa-Banten.

Naskah-naskah ini berisi pemaparan tentang, antara lain: sisilah Maulana

Hasanuddin, dan penyebaran Islam di Banten, Pangeran Haji pergi ke Mekkah

untuk menunaikan ibadah haji, peristiwa di Pulau putri tentang penyamaran Raja

Pandhita sebagai Sultan Haji berangkat menuju Banten, pemberontakan Sultan

haji terhadap ayah nya Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan-Sultan Banten setelah

Sultan Haji, pertobatan Pangeran Haji, dan penangkapan Sultan Ishak oleh

Belanda.

3.1.1 Inventarisasi Naskah

Keberadaan suatu naskah dapat diketahui dari berbagai sumber yang

memuat informasi tentang penyimpanan naskah-naskah tersebut. terhadap naskah

WSHM dilakukan dengan mencari sumber data dan informasi melalui (1) Metode

Studi Pustaka, dan (2) Metode Studi Lapangan (field research). Metode Studi

Pustaka, yaitu penelusuran melalui katalogus naskah, antara lain Katalogus

50

Page 51: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Literature of Java Jilid II (Pigeaud, 1968), Naskah Sunda: Inventarisasi dan

Pencatatan (Ekadjati dkk., 1988), Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah-

Naskah Indonesia Sedunia (Chambert Loir dan Oman Fathurahman, 1999), dan

Direktori Edisi Naskah Nusantara (Ekadjati, 2000).

Di samping katalogus, sumber data lain adalah buku atau daftar naskah

yang terdapat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Arsip

Nasional Indonesia (ANRI), Perpustakaan Daerah, dan sebagainya.

Metode Studi Lapangan, yaitu penelusuran naskah WSHM yang masih

tersimpan dan menjadi milik perseorangan di masyarakat yang mengetahui

kebudayaan Banten. Tempat yang dikunjungi penulis, antara lain pesantren dan

yayasan Syekh Mansur yang terletak di desa Cikaduwen Kecamatan Cimanuk

Kabupaten Pandeglang. Menurut informasi dari pengurus yayasan bahwa di

Cikaduwen terdapat kuburan Haji Mangsur (Syekh Mansur), sekarang ini sering

dikunjungi banyak orang untuk berziarah. Museum Banten Lama, dan Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Dari studi lapangan tersebut tidak

ditemukan naskah WSHM.

3.1.2 Perbandingan Naskah

Dengan merujuk pada sumber data di atas, penulis berhasil

mengumpulkan data penelitian berupa naskah WSHM sebanyak tiga buah. Di

dalam katalogus Literature Of Java jilid II Pigeaud (1968:432) tercatat 2 naskah

WSHM atau yang berkaitan dengan WSHM dan 1 naskah juga tercatat dalam

51

Page 52: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

katalogus Naskah Sunda, Inventarisasi dan Pencatatan. Ekadjati dkk (1988, 131--

132). Ketiga naskah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sadjarah Hadji Mangsur, LOr. 7420, Jawa-Banten, Arab-Pegon, ukuran

teks 12x16 cm, jumlah baris 11-13 baris, 41 halaman, naskah ini terdiri

dari tiga teks. Untuk dijadikan bahan penelitian yaitu teks pertama yang

memiliki judul teks Salinan Wawacan Sajarah Haji Mangsur Dari Orang

Tanahara.

2. Sajarah Banten, BG 183 ukuran teks 12x16, 14 baris/halaman, Jawa,

Arab-Pegon, Puisi, 86 halaman.

3. Primbon Sadjarah Hadji Mangsur, LOr 7419, Jawa-Banten, Arab-Pegon,

ukuran teks 17x12 cm, 12-15 halaman, Puisi, 49 halaman, memuat

informasi Sadjarah Hadji Mangsur.

Ketiga naskah tersebut berada di perpustakaan, yaitu 2 naskah di

Perpustakaan Bibliothek Leiden Belanda dan 1 naskah di Perpustakaan Nasional

Jakarta. Untuk kepentingan penelitian ini menggunakan hasil foto kopi. Untuk

mengetahui kondisi fisik naskah dari ketiganya tersebut akan dilakukan

perbandingan naskah.

Naskah nomor urut 1 berjudul Sajarah Haji Mangsur, dengan kode naskah

LOr 7420 memiliki judul teks Salinan Wawacan dari Orang Tanahara. Tebal

naskah sebanyak 41 halaman, bentuk karangan puisi wawacan, jumlah bait

sebanyak 250 bait. Kondisi naskah baik, artinya masih utuh dan lengkap tidak

terdapat bekas lembaran kertas yang terlepas, tulisannya jelas dan rapih sehingga

mudah dibaca. Huruf, bahasa, dan tulisan dalam naskah menggunakan huruf

52

Page 53: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Arab-Pegon, bahasa Jawa-Banten, teks ditulis setiap lembar kertas tidak bolak-

balik. Bahan yang digunakan adalah kertas Eropa tanpa cap kertas. Mengenai

identitas penyalin tidak terdapat keterangan mengenai nama penyalin maupun

waktu dan tempat penyalinan.

Naskah nomor urut 2 berjudul Sajarah Banten, kode naskah BG 183,

Tebal naskah sebanyak 87 halaman, bentuk karangan puisi wawacan, jumlah bait

sebanyak 220 bait. Kondisi naskah sudah tidak begitu baik, karena lembaran

kertas sudah banyak yang terlepas dari jilid bukunya, tulisannya jelas dan rapih

sehingga mudah dibaca. Huruf, bahasa, dan tulisan dalam naskah menggunakan

huruf Arab-Pegon, bahasa Jawa-Banten, teks ditulis setiap lembar kertas tidak

bolak-balik tulisannnya. Bahan yang digunakan adalah kertas Eropa dengan cap

kertas Singa Belanda dalam perisai bermahkota dengan semboyan ‘Eendragt

Maakt Marg’ dengan cap tandingan Gerhard Loeber. Mengenai identitas penyalin

tidak terdapat keterangan mengenai nama penyalin maupun waktu dan tempat

penyalinan.

Naskah nomor urut 3 berjudul Primbon Sajarah Haji Mangsur, dengan

kode naskah LOr 7420. Tebal naskah sebanyak 49 halaman, bentuk karangan

puisi wawacan, jumlah bait sebanyak 237 bait. Kondisi naskah baik, artinya masih

utuh dan lengkap tidak terdapat bekas lembaran kertas yang terlepas, tulisannya

jelas dan rapih sehingga mudah dibaca. Huruf, bahasa, dan tulisan dalam naskah

menggunakan huruf Arab-Pegon, bahasa Jawa-Banten jelas terbaca, teks ditulis

setiap lembar kertas tidak bolak-balik. Bahan yang digunakan adalah kertas Eropa

tanpa cap kertas. Mengenai identitas penyalin tidak terdapat keterangan mengenai

53

Page 54: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

nama penyalin maupun waktu dan tempat penyalinan. Akan tetapi ada keterangan

berupa kertas sisipan yang menerangkan bahwa naskah ini berasal dari Cimanuk-

Pandeglang. Berdasarkan perbandingan tersebut ketiga naskah WSHM

menunjukkan berasal dari sumber yang sama.

3.1.3 Pemilihan Naskah

Pemilihan naskah WSHM untuk penelitian ini dibagi menjadi dua katagori

yaitu pemilihan naskah skunder dan pemilihan naskah primer. Katagori skunder

adalah naskah WSHM yang telah disebut dalam studi penelitian orang lain,

kajiannya bukan menyajikan edisi teks. Sedangkan katagori primer adalah naskah

WSHM yang akan dipilih dan dijadikan dasar penelitian filologi dengan alasan

bahwa naskah ini populer, bernilai sejarah, dan memberikan kontribusi bagi

peristiwa sejarah, khususnya sejarah lokal. Out put dari penelitian ini adalah

menyajikan edisi teks secara ilmiah.

Pemilihan naskah skunder, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,

bahwa naskah WSHM ini telah disebut dalam studi Husein Djajadiningrat (1913)

tentang Sejarah Banten dalam sebuah disertasi yang berjudul Tinjauan Kritis

Sejarah Banten: Sumbangan bagi Pengenalan Sifat-Sifat Pengenalan Penulisan

Sejarah Jawa. Menurut Djadjadiningrat menyebutkan bahwa naskah WSHM

tergolong ke dalam Sejarah Banten Kecil (SBK).

Selanjutnya Pudjiastuti (2000) dalam studinya tentang Sejarah Banten

dalam sebuah disertasi yang berjudul Sadjarah Banten: Suntingan Teks dan

Disertai Terjemahan Disertai Aksara dan Amanat. Dalam studinya tersebut

54

Page 55: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Pudjiastuti mengklasifikasi naskah SB berdasarkan kuantitas dan kelengkapan

isinya kedalam dua kelompok besar, yaitu Sejarah Banten Besar (SBB) dan

Sejarah banten Kecil (SBK) sampai tingkat versi. Pudjiastuti mengkaji lebih jauh

teks SB ditinjau dari segi aksara dan amanat.

Adapun pemilihan naskah primer dalam penelitian ini seperti telah

dikemukakan sebelumya ditemukan sebanyak 3 buah naskah. Untuk mengetahui

lebih jelasnya ketiga naskah tersebut akan dijelaskan pada deskripsi naskah.

3.1.4 Deskripsi Naskah

Naskah-naskah WSHM yang dikatagorikan sebagai naskah yang tidak satu

versi tidak dijadikan objek penelitian. Oleh sebab itu pendeskripsian naskah

terbatas pada naskah-naskah yang berdasarkan isi dan pengubahannya dianggap

satu versi. Naskah-naskah itu adalah disebut naskah A, B, dan C. Metode yang

digunakan dalam deskripsi ini adalah metode deskriptif. Semua naskah akan

dideskripsikan, yaitu nomor naskah, judul naskah, tempat penyimpanan naskah,

asal naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris, dan bait,

huruf, bahasa, dan tulisan, cara penulisan, tanda koreksi, bahan naskah, identitas

penyalin, dan isi cerita. Hal ini untuk memudahkan tahap penelitian selanjutnya

berupa pertimbangan (recentio), pengguguran (eliminatio), kolasi (colatio),

perbandingan naskah (Djamaris, 2002:11). Berikut ini deskripsi naskah A, B,

dan C.

3.1.4.1 Naskah A.

55

Page 56: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

1) Nomor Naskah: LOr. 7420. Naskah ini tercatat dalam katalogus

Literature of Java Jilid II (Pegeaud, 1968)

2) Judul Naskah: Sadjarah Hadji Mangsur

3) Judul Teks: Salinan Wawacan dari Orang Tanahara

4) Tempat Penyimpanan Naskah: Museum Bibliothek Leiden Belanda

5) Asal Naskah: Naskah ini merupakan salah satu koleksi Snouk Hurgronje

tahun 1936. Pada bagian muka naskah terdapat sisipan selembar kertas

dalam ketikan huruf latin dalam bahasa Belanda yang menyebutkan

bahwa naskah ini berasal dari koleksi Snouk Hurgronje nomor 10 berisi

Sadjarah Haji Mangsur. Naskah ini telah didata oleh Sugiarto pada bulan

Oktober 1939 dan daftar pupuhnya dicatat dalam Cod 10.767 pada bulan

Juni 1967.

6) Keadaan Naskah: Kondisi naskah baik, artinya masih utuh dan lengkap.

Tulisannya jelas dan rapih, mudah dibaca.

7) Ukuran Naskah: 21,5 x 17 cm dengan ukuran ruang tulisan 15 x 11 cm.

8) Tebal Naskah: 41 halaman.

9) Jumlah Baris dan Bait: Teks setiap halamannya berisi 13 baris, kecuali

halaman 1 dan 2 hanya 11 baris. Jumlah bait sebanyak 250 bait.

10) Huruf, Bahasa, dan Tulisan: Tulisan pada naskah ini menggunakan huruf

Arab-Pegon, ukuran huruf sedang, artinya tidak terlalu besar dan tidak

terlalu kecil, serta jarak antara huruf dengan huruf pun sedang, tidak

terlalu renggang dan tidak terlalu rapat. Bahasa yang digunakan adalah

56

Page 57: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

bahasa Jawa-banten. Teks ditulis dengan menggunakan warna tinta hitam,

jelas rapih, sehingga mudah dibaca

11) Cara Penulisan: Teks ditulis setiap lembar kertas tidak bolak-balik. Pada

tiap halaman teks ditulis dengan cara memanjang ke kiri, maksudnya

tidak bait demi bait. Pemisahan bait dengan bait menggunakan

tanda__:__, sedangkan tanda awal penulisan teks berupa nama pupuh

diteruskan bismillah. Di samping itu dalam setiap pergantian halaman,

khususnya dari halaman ganjil ke halaman genap setelah baris terakhir di

ujung kiri bawah , ditulis dengan kata yang akan ditulis pada halaman

berikutnya. Contoh tersebut adalah مسنا yang ditulis di halaman 7, dan

pada halaman berikutnya dimulai dengan tulisan مسنا Adanya . سکڠ

sistem penulisan halaman seperti tersebut, dimaksudkan untuk

memudahkan dalam pembacaan dan pemeriksaan apabila terdapat

halaman yang berserakan atau untuk petunjuk kesinambungan teks.

12) Tanda Koreksi: Mengenai tanda baca diperkirakan sudah mendapat

campur tangan dari pengamat atau pemerhati. Campur tangan tersebut

seperti dalam penomoran halaman yang ditulis dengan menggunakan alat

tulis pensil yang terdapat pada sudut atas setiap halaman, dan penomoran

yang terdapat pada margin sisi di sebelah bait atau bab nya untuk

mengganti bait dan nomor pupuh (bab).

13) Bahan Naskah: Kertas Eropa tanpa cap kertas, untuk kepentingan bahan

penelitian ini, yaitu menggunakan hasil fotokopi.

57

Page 58: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

14) Identitas penyalin: Tidak terdapat keterangan mengenai nama penyalin,

maupun waktu dan tempat penyalinan.

15) Isi Cerita: Dimulai dengan silsilah Sunan Gunung Jati dan putranya

Maulana Hasanuddin secara garis naik (ia keturunan Nabi Muhammad),

pengislaman Banten, Pangeran Haji pergi Ke Mekkah untuk menunaikan

ibadah haji, peristiwa di Pulau Putri, penyamaran Raja Pandhita sebagai

Sultan Haji berangkat menuju Banten, pemberontakan Sultan Haji

terhadap ayahnhya Sultan Ageng Tirtayasa dibantu Belanda, Sultan-

Sultan Banten setelah Sultan Haji, pertobatan Pangeran Haji, dan

penangkapan Sultan Ishak oleh Belanda.

Tabel 3.

Jumlah bait pada Naskah A

3.1.4.2 Naskah B

1) Nomor Naskah: BG 183, naskah ini dalam katalogus Naskah Sunda,

Inventarisasi dan Pencatatan. Ekadjati dkk (1988, 131--132) dan terdaftar

dalam Literature of Java II (1968:875) dengan judul Sadjarah Banten Haji

Mangsur.

2) Judul naskah: Sadjarah Banten.

58

No. Nama Pupuh Pupuh Ke-n Jumlah Bait

1 Asmarandana I 45

2 Sinom II 18

3 Kinanti III 39

4 Pangkur IV 49

5 Durma V 29

6 Kinanti VI 39

7 Pangkur VII 31

Jumlah 250

Page 59: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3) Tempat Penyimpanan Naskah: Perpustakaan Nasional Jakarta.

4) Asal Naskah: Naskah ini semula mwrupakan koleksi Bataviaasch

Genootschaap van Kunsten en Wetenschappen, akan tetapi sekarang

tersimpan di Perpustakaan Nasional

5) Keadaan Naskah: Kondisi naskah sudah tidak begitu baik, karena

lembaran kertasnya banyak yang terlepas dari jilid bukunya. Naskah

dilindungi oleh karton tebal warna abu-abu muda berupa kotak yang diberi

dua utas tali sebagai pengunci pada sisinya. Sampul naskah dari karton

tebal berwarna coklat tua bermotif batik,

6) Ukuran Naskah: 20,5 x 16,5 cm dengan ukuran ruang tulisan 12 x 16,5

cm.

7) Tebal Naskah: Semua halaman keseluruhan 87 halaman, tetapi teks ditulis

pada halaman 2 - - 86. Halaman 1 berupa gambar tiang kapal lengkap

dengan benderanya yang berwarna dari atas ke bawah berwarna biru

unggu kuning, dan di bawah tiang terdapat tulisan Keraton Makuan

Banten, sedangkan halaman 87 kosong.

8) Jumlah Baris dan Bait: Setiap halaman berisi 13 halaman, kecuali halaman

1 hanya 11 baris, dan halaman 86 hanya 4 baris. Jumlah bait sebanyak 220

bait.

9) Huruf, Bahasa, dan Tulisan: Tulisan pada naskah ini menggunakan Arab-

Pegon, dengan bahasa Jawa-Banten. Teks ditulis menggunakan tinta warna

hitam.

59

Page 60: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

10) Cara Penulisan: Teks ditulis pada setiap lembar kertas dengan cara

memanjang ke kiri menurut lebar kertas. Penomoran halaman ditulis

dengn pensil ditempatkan pada margin atas tengah, sedangkan nomor pada

(bait), dan pupuh (bab) ditempatkan di samping teksnya. Tidak ada

pemisah bait dengan bait, tanda yang digunakan pemisah antara bait

dengan bait berupa huruf ‘ Ь ’ kecil dalam tulisan tangan sambung huruf

latin, tetapi bagian atasnya lebih panjang dari bagian bawah _____.

11) Tanda Koreksi: Mengenai tanda baca diperkirakan sudah mendapat

campur tangan dari pengamat atau pemerhati. Campur tangan tersebut

seperti dalam penomoran halaman yang ditulis dengan menggunakan alat

tulis pensil yang terdapat pada sudut atas setiap halaman, dan penomoran

yang terdapat pada margin sisi di sebelah bait atau bab nya untuk

mengganti bait dan nomor pupuh (bab).

12) Bahan Naskah: Kertas Eropa dengan cap kertas Singa Belanda dalam

perisai bermahkota dengan semboyan ‘ Eendragt Maakt Marg’ dengan cap

tandingan Gerhard Loeber.

13) Identitas Penyalin: Tidak terdapat identitas penyalin, tahun, dan tempat

penyalinan.

14) Isi Cerita: Dimulai silsilah Nabi Muhammad, riwayat Sunan Gunung Jati

yang menurunkan Sultan-Sultan Banten, peperangan Sultan Ageng

Tirtayasa dengan anaknya Sultan Haji, dan diakhiri dengan penangkapan

Sultan Ishak yang disebut Sultan Gemuk oleh Belanda.

Tabel 4

60

Page 61: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Jumlah bait pada Naskah B

3.1.4.3 Naskah C.

1) Nomor Naskah: LOr 7419, naskah ini tercatat dalam Literatute of Java

jilid II (1968:432)

2) Judul Naskah: Primbon Sadjarah Hadji Mangsur.

3) Tempat Penyimpanan Naskah: Museum Bibliothek Leiden Belanda.

4) Asal Naskah: Naskah ini berasal dari koleksi Snouk Hurgronje nomor 9,

naskah ini telah didata oleh Sugiarto pada bulan Juni 1967.

5) Keadaan Naskah: Kondisi naskah baik, artinya masih utuh dan lengkap.

Tulisannya jelas dan rapih, mudah dibaca.

6) Ukuran Naskah: 17 x 12 cm.

7) Tebal Naskah: 49 halaman

8) Jumlah Baris dan Bait: Jumlah setiap halaman 15 baris, kecuali halaman

pertama hanya 11 baris, dan halaman terakhir hanya 9 baris. Jumlah bait

sebanyak 237 bait.

61

No. Nama Pupuh Pupuh Ke-n Jumlah Bait

1 Asmarandana I 502 Sinom II 173 Kinanti III 374 Pangkur IV 415 Durma V 296 Kinanti VI 187 Pangkur VII 28

Jumlah 220

Page 62: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

9) Huruf, Bahasa, dan Tulisan: Tulisan teks ini menggunakan huruf Arab-

Pegon, ukuran huruf sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Bahasa yang digunakan adalah Jawa-Banten. Teks ditulis dengan

menggunakan warna tinta hitam, jelas rapih, sehingga mudah dibaca.

10) Cara Penulisan: Teks ditulis setiap lembar kertas tidak bolak-balik. Pada

tiap halaman teks ditulis dengan cara memanjang ke kiri, maksudnya tidak

bait demi bait. Pemisahan bait dengan bait menggunakan tanda

_____,sedangkan tanda penulisan berupa judul pupuh pertama diletakan di

tengah margin. Di samping itu dalam setiap pergantian halaman,

khususnya dari halaman ganjil ke halaman genap setelah baris terakhir di

ujung kiri bawah , ditulis dengan kata yang akan ditulis pada halaman

berikutnya. Contoh tersebut adalah جر yang ditulis di halaman 1, dan يتا

pada halaman berikutnya dimulai dengan tulisan جر يتا Adanya . ين

sistem penulisan halaman seperti tersebut, dimaksudkan untuk

memudahkan dalam pembacaan dan pemeriksaan apabila terdapat halaman

yang berserakan atau untuk petunjuk kesinambungan teks.

11) Tanda Koreksi: Mengenai tanda baca diperkirakan sudah mendapat

campur tangan dari pengamat atau pemerhati. Campur tangan tersebut

seperti dalam penomoran halaman yang ditulis dengan menggunakan alat

tulis pensil yang terdapat pada sudut atas setiap halaman, dan penomoran

yang terdapat pada margin sisi di sebelah bait atau bab nya untuk

mengganti bait dan nomor pupuh (bab).

62

Page 63: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

12) Bahan Naskah: Naskah ini menggunakan kertas Eropa tanpa cap kertas,

untuk bahan penelitian ini menggunakan hasil fotokopi.

13) Identitas Penyalin: Tidak terdapat identitas penyalin. Akan tetapi ada

keterangan berupa kertas sisipan yang menerangkan bahwa naskah ini

berasal dari Cimanuk.

14) Isi Cerita: Mengngisahkan silsilah Pangeran Haji yang kemudian terkenal

dengan julukan Kiai Haji Mangsur, tokoh keramat dari Cikaduwen

Pandeglang.

Tabel 5

Jumlah bait pada Naskah C

No. Nama Pupuh Pupuh Ke-n Jumlah Bait

1 Asmarandana I 452 Sinom II 183 Kinanti III 364 Pangkur IV 485 Durma V 296 Kinanti VI 367 Pangkur VII 25

Jumlah 237

3.2 Kritik Teks

Di dalam penelitian filologi kritik teks merupakan satu upaya pemurnian

teks. Kegiatan kritik teks ini biasanya meliputi identifikasi kesalahan salin tulis

dan alternatif perbaikannya. Upaya ini dimaksudkan untuk memperoleh sebuah

teks yang autentik. Inti kegiatan filologi dapat dikatakan penetapan bentuk sebuah

teks yang autentik (Baried, dkk., 1985: 67-70).

63

Page 64: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Menurut Baried (1985:59), kemunculan kritik teks dilatarbelakangi oleh

adanya kenyataan bahwa tradisi salin-menyalin naskah telah mengakibatkan suatu

teks atau cerita disalin berulang-ulang. Di dalam proses penyalinan tidak tertutup

kemungkinan timbulnya berbagai kesalahan atau perubahan terhadap teks yang

disalin. Hal ini disebabkan oleh berbagai kemungkinan, antara lain, penyalin

kurang memahami bahasa atau pokok persoalan naskah yang disalin, tulisannya

kurang jelas, kurang teliti, atau penyalin sengaja menambah, mengurangi, atau

bahkan mengubah teks yang disalinnya. Sehubuhungan dengan hal itu, Teeuw

(1984: 250) mengungkapkan bahwa sangat sulit untuk mempertahankan bentuk

teks asli dalam penyalinan naskah karena berbagai faktor. Kondisi seperti ini

mengakibatkan adanya varian, yaitu perbedaan antara naskah yang satu dengan

naskah yang lain yang diturunkan dari satu naskah (induk).

Sehubungan terjadinya kesalahan dan perubahan pada saat penyalinan

Djamaris (2002: 6) berpendapat, Pertama, penyalin menyalin suatu naskah secara

otomatis, tidak cermat dan tidak memperhatikan isi kalimat naskah yang

disalinnya, sehingga sering kali terdapat kesalahan tulis. Kedua, penyalin

menyalin naskah dengan cara memperhatikan isi kalimat naskah yang disalin,

sehingga ia dengan sengaja mengubah kata, menambah atau mengurangi kata-kata

atau susunan kalimat yang dianggapnya salah. Ketiga, penyalin menyalin suatu

naskah dengan gaya bahasanya sendiri, sehingga terdapat beberapa naskah yang

gaya bahasanya berbeda. Keempat, teks naskah yang disalin berasal dari sastra

lisan, sehingga ada bagian yang lupa atau susunan cerita yang berbeda.

64

Page 65: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Upaya untuk memperoleh teks, yang bersih dari kesalahan dilakukan

dengan kegiatan kritik teks. Sudjiman (1994: 44) menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan kritik teks adalah pengkajian dan analisis terhadap naskah

untuk menetapkan umur naskah, identitas pengarang, dan keotentikan pengarang.

Kritik teks berusaha untuk menentukan yang mana di antaranya yang autoritatif..

Usaha ini dilaksanakan dengan melakukan rekontruksi teks. Tujuan kritik teks

yaitu menyajikan sebuah teks dalam bentuk seasli-aslinya dan betul berdasarkan

bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang ada (Djamaris, 2002:14). Untuk

menyajikan edisi teks diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

3.2.1 Perbandingan Teks WSHM yang Akan Diedisi

Berdasarkan deskripsi naskah yang diuraikan pada sub bab 3.1.4 tersebut,

ketiga naskah WSHM mempunyai unsur-unsur perbadaan antara naskah yang satu

dengan naskah lainnya.

Meskipun semua naskah WSHM menceritakan hal yang sama dengan isi

dan urutan peristiwa yang sama, namun tidak semua naskah sama dalam cara

penyajian kata demi kata atau kalimatnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan

perbandingan diantara naskah-naskah WSHM tersebut. Perbandingan ini berguna

untuk menentukan penggolongan naskah serta pertalian antar naskah. Adapun

hal-hal yang diperbandingkan meliputi: 1) jumlah bait, 2) penggunaan pupuh, 3)

episode, 4) kata pembukaan, 5) guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu, 6)

perbandingan bacaan berupa huruf atau suku kata.

3.2.2 Perbandingan Jumlah Bait

65

Page 66: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Jumlah bait pada tiap-tiap naskah WSHM ternyata berbeda satu dengan

yang lainnya. Adapun jumlah bait dari masing-masing pada tabel berikut:

Tabel 6

Jumlah Bait pada Tiap Naskah

No Naskah Jumlah Bait

1 A 250

2 B 240

3 C 237

Perbedaan jumlah bait pada tabel 6 tersebut tidak begitu mencolok.

Berdasarkan perbandingan antarnaskah, pada umumnya perbedaan ini disebabkan

oleh kesalahan penulis atau penyalin pada pemenggalan bait demi bait.

3.2.3 Perbandingan Penggunaan Pupuh

Penggunaan pupuh dalam WSHM berjumlah 5 pupuh yang terdiri dari:

Asmarandana, Sinom, Kinanti, Pangkur, dan Durma. Diantara kelima pupuh

tersebut, penggunaannya tidak sama pada tiap naskah WSHM diluhat dari jumlah

bait untuk tiap pupuh.

Setelah diperbandingkan dengan seksama, perbedaan jumlah bait untuk

tiap pupuh itu tidak selamanya berbeda dalam kandungan teksnya, tetapi karena

kesalahan penulis dalam pemenggalan bait. Ada teks yang seharusnya berada

dalam satu bait, tetapi karena kesalahan pemenggalan (pemberian tanda bait),

maka teks tersebut menjadi dua bait. Hal ini terjadi pada penggunaan pupuh

Asmarandana, dari ketiga naskah WSHM hanya satu naskah B yang jumlah

66

Page 67: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

baitnya berbeda. Naskah A dan C berjumlah 45 bait, sedangkan naskah B

berjumlah 50 bait, padahal isi teksnya tidak berbeda sama sekali.

Untuk lebih jelasnya perbandingan penggunaan pupuh dan jumlah bait

dalam naskah-naskah WSHM dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Perbandingan Penggunaan Pupuh

No. No. Pupuh Nama Pupuh Teks A Teks B Teks C

1 I Asmarandana 45 50 45

2 II Sinom 18 17 18

3 III Kinanti 39 37 36

4 IV Pangkur 49 41 48

5 V Durma 29 29 29

6 VI Kinanti 39 18 36

7 VII Pangkur 31 28 25

Jumlah 250 220 237

Pada tabel 7 di atas tampak bahwa pupuh Kinanti merupakan pupuh yang

paling banyak digunakan dalam pengubahan WSHM, baik dilihat dari tiap naskah,

maupun dari jumlah keseluruhan naskah. Pupuh lainnya yang termasuk jumlah

baitnya, yaitu Pangkur, dan Asmarandana.

67

Page 68: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.2.4 Perbandingan Episode

Naskah A, B, dan C memiliki jumlah episode yang sama, yaitu sebanyak 7

episode akan tetapi naskah yang memiliki lengkap urutan peristiwanya adalah

naskah A. Sedangkan urutan peristiwa dalam naskah B, dan C tidak begitu

lengkap, ini dapat dilihat pada jumlah bait dari ketiga naskah tersebut. Apabila

naskah A diambil sebagai sampel , maka peristiwa yang dibangun pada naskah A

terdiri dari peristiwa pokok yang dimaksud di sini yaitu urutan peristiwa yang

dianggap lengkap.

Urutan peristiwa dalam WSHM sejalan dengan urutan episodenya yang

terdiri dari: (1) Silsilah Maulana Hasanuddin dan penyebaran Islam di Banten, (2)

Pangeran Haji pergi Ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, (3) Peristiwa di

Pulau Putri, penyamaran Raja Pandhita sebagai Sultan Haji berangkat menuju

Banten, (4) Pemberontakan Sultan Haji terhadap ayahnhya Sultan Ageng

Tirtayasa, (5) Sultan-Sultan Banten setelah Sultan Haji, (6),

Pertobatan Pangeran Haji, dan (7) Penangkapan Sultan Ishak oleh Belanda.

Tabel 8

Perandingan Episode WSHM

Keterangan: v = ada

68

Naskah Eipsode-Episode WSHM

1 2 3 4 5 6 7A v v v v v v vB v v v v v v vC v v v v v v v

Page 69: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Pada tabel di atas tampak bahwa jika dilihat dari jumlah episode, naskah

A, B, dan C memiliki jumlah episode sama.

3.2.5 Perbandingan Kata Pembukaan

Perbandingan kata pembukaan dilakukan dengan cara membandingkan

kata demi kata pada bait awal setiap naskah. Cara seperti ini dianggap

representatif dalam mengungkapkan naskah induk yang digunakan dalam

penyalinan naskah-naskah WSHM tersebut. Dengan demikian akan tampak

apakah naskah-naskah WSHM itu disalin dari naskah induk yang sama atau tidak.

Hasil perbandingan kata pembukaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 9

Perbandingan Kata Pembukaan

No Naskah Kata Pembukaan

1 2 3

69

Page 70: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

1

2

3

A

B

C

isun amimiti angawi,anulis angarang tembang,asmarandana tembange,nyaritakaken sajarah,supaya pada rogaba,nabi kita Kangjeng Rasul,lan pada den ingetana.

kawula arsa angawi,anulis angarang tembang,asmarandana tembange,nyaritakaken sajarah,nabi kita Muhammad,--------------------------iku pada den ingetana,

kawula arsa angawi,anulis angarang tembang,asmarandana tembange,nyaritakaken sajarah,nabi Kangjeng Rasulullah,------------------------------pada den ingetana,

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa ketiga naskah WSHM memiliki kata

pembukaan yang dapat dikatakan sama. Perbedaannya hanya 1 kata, dan satu

baris terdapat pada naskah A, yaitu kata pertama baris ke-1 (isun amimiti).

Perbedaan kata pertama baris ke-1 merupakan pilihan kata, sedangkan satu baris

pada baris ke-5 tidak terdapat pada naskah B, dan C.

Meskipun baris ke-5 pada naskah A, tidak terdapat (hilang satu baris)

pada naskah B, dan C, namun secara konteks kalimat memiliki kesinanbungan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari kata pembukaan, ketiga naskah

WSHM ini tidak memiliki perbedaan yang mencolok sehingga untuk sementara

naskah ini masih dalam versi yang sama.

70

Page 71: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.2.6 Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

Tabel 10

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Asmarandana

NO Bait NaskahGuru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

1 2 3 4 5 6 78-i 8-a 8-e/o 8-a 7-a 8-u 8-a

1 I A 9-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-a 7-a - 7-a 8-aC 9-i 8-a 7-e 7-a - 8-a 7-a

2 2 A 6-a 7-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 6-a 7-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

3 3 A 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 9-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-a

4 4 A 8-i 8-a 8-e 9-a 4-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 9-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-a

5 5 A 8-i 8-a 8-e 8-e 9-e 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

6 6 A 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-o 8-a 8-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-o - 8-a 8-u 8-a

7 7 A - 7-0 6-a 8-e 6-i 8-u 8-aB 10-i 7-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 7-a 7-a 8-u 8-a

8 8 A 8-i 8-a 8-o 8-e 7-a 8-u 8-aB 8-i 7-a 8-o 8-e 6-a 8-u 8-aC 8-i 7-a 8-o 8-e 6-a 8-u 8-a

9 9 A 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-a

10 10 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 5-e 6-a 7-a 7-u 7-aC 8-i 8-a 5-e 6-a 7-a 7-u 7-a

11 11 A 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-a

71

Page 72: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

C 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a12 12 A 8-i 7-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-a

B 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

13 13 A 8-i 13-e 7-o 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-e 6-o 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-e 8-o 8-a 7-a 8-u 8-a

14 14 A 8-i 8-a 10-e 7-a 5-a 8-u 3-aB 8-i 8-a 7-e 7-a 8-a 8-u 3-aC 8-i 8-a 9-e 8-a 8-a 8-u 8-a

15 15 A 8-i 9-a - 8-a 7-a 8-u 9-aB 8-i 9-a 8-e 8-a 7-a 9-u 7-aC 8-i 8-a 6-a 8-a 7-a 8-u 8-a

16 16 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-aB 8-i 8-a 9-e 9-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 9-a 7-a 8-u 8-a

17 17 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-i 10-u 8-aB 8-i 8-a - 8-a 7-i 8-u 7-aC 8-i 8-a - 8-a 7-i 8-u 7-a

18 18 A 8-i 7-a 8-o 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-o 8-a 8-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-o 8-a 7-a 8-u 8-a

19 19 A 8-i 8-a 8-e 8-a 8-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

20 20 AB

8-i11-i

8-a8-a

8-o8-a

8-a8-a

8-a6-a

8-u8-u

8-a8-a

C 9-i 8-a 9-e 8-a 7-a 8-u 8-a21 21 A 9-i 8-a 9-e 8-a 8-a 8-u 7-a

B 9-1 6-a 8-e 8-a 8-a 8-u 7-aC 8-i 9-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

22 22 A 8-i 8-a 9-a 8-a 7-a 4-o 8-aB 8-i 8-a 9-a 8-a 8-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-a

23 23 A 8-i 8-a 8-e 10-a 7-a 3-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-u 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-a

24 24 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

25 25 A 8-i 7-a 8-e 8-a - 8-u 5-iB 8-i 6-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a - 8-u 5-i

26 26 A 8-i 9-a 8-e 8-a 8-a 9-u 8-a

72

Page 73: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

B 8-i 9-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 9-a 8-u 8-a

27 27 A 8-i 8-a 8-e 8-a 9-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

28 28 A 8-i 7-a 7-o 8-a - 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 7-a 7-a 7-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-a

29 29 A 8-i 8-a - 6-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 7-u 8-a

30 30 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

31 31 A 8-a 8-a 8-o 9-a 9-a 8-u 8-aB 3-i 8-a 8-o 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-o 8-a 8-a 8-u 8-a

32 32 A 8-i 8-a 8-e - 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 7-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 7-a

33 33 A 8-i 8-a 8-e 7-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 7-a 7-a 8-u 8-a

34 34 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

35 35 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 9-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 6-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

36 36 A 8-i 8-a 8-e 4-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 7-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 10-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

37 37 A - - 9-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 9-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

38 38 A 8-i 8-a 8-e 10-a 8-e 9-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 9-a 8-e 8-u 8-aC 6-i 8-a 8-e 8-a 7-e 8-u 8-a

39 39 A 8-i 8-a 8-o 8-a 7-a 9-u 8-oB 8-i 8-a 8-o 8-a 7-a 9-u 8-oC 8-i 8-a 8-o 8-a 7-a 8-u 8-o

40 40 A 9-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 9-aB 8-i 8-a 8-o 8-a 6-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 7-e 8-a 7-a 8-u 8-a

73

Page 74: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

41 41 A 8-i 8-a 8-e 8-a 9-a 9-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 9-a 9-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

42 42 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aB 8-i 8-a 9-i 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

43 43 A 8-i 8-a 10-a 8-a 7-a 10-u 8-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

44 44 A 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 10-aB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 10-aC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-a

45 45 A 8-i 9-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-uB 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-uC 8-i 8-a 8-e 8-a 7-a 8-u 8-u

Pada tabel 10, banyaknya kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan,

guru lagu, dan guru gatra dapat diprosentasekan sebagai berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu:

Naskah A:

Naskah B:

74

Page 75: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Tabel 11

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu Pupuh Sinom

No Bait NasKah

Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu1 2 3 4 5 6 7 8 9

8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a46 1 A 9-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

B 3-a 8-i 8-a 6-i - 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

47 2 A 8-a 8-i 8-a 8-i 9-i 8-u 8-a 8-i 12-uB 8-a 8-i 8-a 8-i 9-i 8-a 11-a 8-i 3-uC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 7-u 7-a 8-i 12-a

48 3 A 8-a 11-a 8-i 8-e 7-i - 7-a 8-i 12-uB - 8-a 8-i 8-i 7-i - 7-a 8-i 12-uC 8-a 8-a 8-i 7-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-u

49 4 A 8-a 10-i 8-a 9-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aB 8-a 10-i 8-a 9-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

50 5 A - 8-i 8-a 9-i - 8-u 7-a 8-i 10-aB - 8-i 8-a 9-i 6-i 8-u 9-i 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 13-a

51 6 A 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

52 7 A 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 6-i 12-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 8-i 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

75

Page 76: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

53 8 A 8-a 8-i 4-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 14-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

54 9 A 8-a 8-i 8-a 8-i 6-i 8-u 8-a 8-i 12-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 6-i 8-u 9-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 10-u 7-a 8-i 12-a

55 10 A 9-a 8-a 8-a 8-i 7-i 8-u 9-a 6-i 12-aB 8-a 8-a 8-a 8-i 7-i 8-u 10-u 6-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

56 11 A 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 8-a 7-i 12-aB 8-a 8-a 2-a 8-i 7-i 8-u 8-a 8-i 12-aC 8-a 8-a 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 7-i 12-a

57 12 A 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 13-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 11-a

58 13 A 8-a 10-i 8-a - 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aB 8-a 8-i 11-a 7-u 2-a 8-u 7-a 8-i 12-aC 8-i 8-i 10-a 8-i 2-a 8-u 7-a 8-i 12-a

59 14 A 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 10-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 13-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

60 15 A 6-a 8-i 5-a 8-i - - 7-a 8-i 8-aB 9-a 8-i - 8-i 9-i 8-i 8-u 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

61 16 A 8-a 8-i 9-a 7-i 6-i 9-u 8-a 8-i 12-aB 10-a 8-i 8-a 8-i 7-i 9-u 8-e 8-i 11-aC 8-a 9-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

62 17 A 8-a 7-i 8-a 8-i 10-u 8-u 9-a 8-i 12-aB 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 8-a 8-i 12-aC 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 9-u 4-a 8-i 12-a

63 18 A 8-a 8-i 8-i 8-i 7-i 8-a 7-a 8-i 12-aB 7-a 8-i 8-i 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-aC 7-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

Pada tabel 11, banyaknya kesalahan berupa penyimpangan guru

wilangan, guru lagu, dan guru gatra dapat diprosentasekan sebagai berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

76

Page 77: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Tabel 12

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu Pupuh Kinanti

77

Page 78: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Pada

tabel

12,

78

No Bait Naskah Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu1 2 3 4 5 6

8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i64 1 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

B 8-u 9-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 9-i 8-a 8-i 8-a 8-i

65 2 A 8-u 9-i 8-a 8-i 8-a 8-iB - - - - - -C 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

66 3 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 7-iB 8-u 7-i - - 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 6-a 8-a 8-i

67 4 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

68 5 A 8-u 8-i 10-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 10-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 4-i 8-a 8-i

69 6 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 6-i 8-a 8-i 8-a 8-iC - - - - - -

70 7 A 8-u 8-i 8-a 7-a 8-a 8-iB 8-u 8-i 6-a 8-i 8-a 8-iC - 8-i 7-a 5-i - -

71 8 A 8-u 8-i 8-a 8-u 8-u 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-u 8-u 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-u 8-u 8-i

72 9 A 8-u 10-i 7-a 8-u 8-a 8-iB 8-u 8-i 7-a 8-u 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-u 8-a 8-i

73 10 A 8-u 9-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 9-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

74 11 A 8-u 9-i 8-a 9-i 9-i 9-iB 8-u 9-i 8-a 9-i 9-i 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

75 12 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-i 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 7-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

76 13 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-u 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

77 14 A 8-a 8-i 8-a 8-i - -B 7-a 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i - -

78 15 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 9-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 9-a 8-i 8-a 8-i

79 16 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-aB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-aC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-a

80 17 A 8-u 8-i 8-a 9-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 9-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

81 18 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-e 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-e 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

82 19 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

Page 79: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

banyaknya kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan, guru lagu, dan guru

gatra dapat diprosentasekan sebagai berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Tabel 13

79

Page 80: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Pangkur

NO Bait NaskahGuru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

1 2 3 4 5 6 78-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

103 1 A 7-a 13-i 8-u 7-a 11-u 8-a 8-iB 8-a 13-i 8-u 7-a 11-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

104 2 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 9-a 11-i 8-i 9-u 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 5-u 7-a 12-u 8-a 8-i

105 3 A 10-a 11-i 8-u 6-a 4-a 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-u 2-a 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

106 4 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-u 12-u 7-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

107 5 A 8-a 11-i 8-u 8-i 12-u 8-a 9-iB 8-a 11-i 8-u 7-i 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-i 12-u 8-a 8-i

108 6 A 8-a 9-i 7-u 8-a 8-u 9-a 8-iB 8-a 10-i 9-u 7-a 9-u 7-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

109 7 A 8-u 7-i 10-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 9-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

110 8 A 7-a 11-i 8-u 7-a 14-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-i 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

111 9 A 8-a 11-i 9-u 8-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

112 10 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-o 9-a 8-oB 8-a 11-i 8-u 7-a 11-u 8-a 8-oC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-o

113 11 A 7-a 11-i 8-u 7-a 12-u 9-a 8-iB 7-a 11-i 8-u 7-a 12-u 6-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

114 12 A 8-a 11-i 6-u 7-u 14-o 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-u 16-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-u 12-o 8-a 8-i

115 15 A 8-a 12-i 8-u 8-a 12-u 8-a 10-iB 8-a 7-a 8-u 6-a 12-u 8-a 7-i

80

Page 81: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 10-i116 16 A 8-a 11-i 8-o 7-a 12-u 8-a 8-i

B - - - - - - -C - - - - - - -

117 17 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-u 8-iB - - - - - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

118 18 A 8-a 14-i 8-u 7-a 15-u - -B - - - - - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

119 19 A 8-a 11-i 8-u 7-a 14-u 8-u 8-iB - - - - - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

120 20 A 8-a 13-i 8-u 7-a 12-u 8-u 8-iB - - - - - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

121 21 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-u 8-iB - - - - - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 13-u 8-a 8-i

122 22 A 8-a 11-i 13-u 7-a - - 10-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 11-i 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

123 23 A 8-a 11-i 9-u 8-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u - - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

124 24 A 8-a 10-i 9-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 10-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

125 25 A 5-u 14-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 7-a 11-i 8-u 7-a - - -C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

126 26 A 8-a 11-i 8-o 7-a - - -B 8-a 11-i 8-o 7-a 10-u 8-a 12-iC 8-a 11-i 8-o 7-a 12-u 8-a 8-i

127 27 A 8-a 8-i 8-u 7-a 3-u 9-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 3-u 9-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

128 28 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 7-a 8-iB 8-a 12-i 8-u 7-a 12-u 7-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

129 29 A 8-a 11-i - 8-a 15-u 7-a 8-iB 7-a 9-i 8-u 8-a 8-u 7-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

130 30 A 8-a 12-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

81

Page 82: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

B 8-a 12-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

131 31 A - - 8-u 12-a 8-a 8-a 8-iB 7-a 11-i 8-u 7-a 12-u 9-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 10-a 8-a 8-i

132 32 A 8-a 11-i 7-u 10-a 12-u 7-a 8-iB 8-a 15-i 7-u 10-a 12-u 8-a 8-iC 9-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-i

133 33 A 8-a 11-i 8-u 8-a 13-u 8-a -B 8-a 11-i 8-u 7-a 13-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

134 34 A - - 13-a 8-a 12-u 8-a 8-iB 7-a 12-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

135 35 A 8-a 9-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

136 36 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 10-iB 8-a 14-i 8-u 7-a 12-u 8-a 10-iC 8-a 9-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

137 37 A 8-a 12-i 7-u 8-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 9-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 12-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

138 38 A 8-a 14-i 8-u 7-a 11-a 8-a 8-iB 8-a 14-i 8-u 7-a 9-a 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

139 39 A 8-a 11-i 8-u 9-a 12-u 9-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 12-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

140 40 A 8-a 13-i 8-u 8-a 12-u 9-a 8-iB 8-a 13-i 8-u 8-a 12-u 12-a 17-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

141 41 A 8-a 12-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 12-i - 7-a 12-u 8-a 8-iC 15-a 11-i - 7-a 12-u 8-a 8-i

142 42 A 8-a 11-a 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

143 43 A 8-a 10-e 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 10-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

144 44 A 8-a 12-u 8-u 7-a 12-u 9-a 8-iB 9-a 12-u 8-u 8-a 11-u 9-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

82

Page 83: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

145 45 A 8-a 11-i 8-u 7-a 7-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

146 46 A 7-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-aB 8-a 11-i 8-u 9-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-i

147 47 A 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 7-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 7-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 7-i

148 48 A 8-e 11-i 8-u 8-a 11-u 8-a 8-iB 17-i 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-e 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

149 49 A 8-a 11-i 7-u 7-a 12-u 9-a 8-iB 8-a 11-i 7-u 7-a 10-a 9-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 11-u 8-a 8-i

150 50 A 8-a 10-i 9-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 10-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 9-u 7-a 12-u 8-a 8-i

151 51 A 8-a 15-i 11-u 6-a 9-o 5-a 8-iB 8-a 16-i 8-u 7-a 11-o 5-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

Pada tabel 13, banyaknya kesalahan berupa penyimpangan

guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra dapat diprosentasekan sebagai

berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu:

83

Page 84: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Tabel 14

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Durma

NO Bait NaskahGuru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

1 2 3 4 5 6 712-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

152 1 A 12-a 8-a 6-a 7-a 8-i 5-a 7-iB 12-a 8-i 6-a 6-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 8-i 6-a 6-a 8-i 5-a 7-i

153 2 A 15-e 7-i 6-a 6-a 8-i 5-a 8-iB 12-a 7-i 6-a 8-a 8-i 5-a 8-iC 13-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

154 3 A 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 8-iB 12-a 7-i 8-a 7-a 8-i 5-a 8-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

155 4 A 12-a 8-i 6-a 7-u 8-i 5-a 7-iB 12-a 8-i 6-a 7-u 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-u 8-i 5-a 7-i

156 5 A 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

84

Page 85: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

B 11-e 7-i 6-a 7-i 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 8-e 8-i 5-a 7-i

157 6 A 12-a 7-i 7-a 7-a 7-a 4-a 7-iB 12-a 7-i 6-a 8-a 8-i 5-a 4-iC 12-a 7-i 6-a 5-a 8-i 6-a 8-i

158 7 A 12-a 7-i 6-a 7-a 8-a 5-a 7-iB 12-a 7-i 7-a 7-a 9-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

159 8 A 12-a - - 7-a 9-i 5-a 7-iB 12-a - - 7-a 8-i 5-a 7-iC 13-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

160 9 A 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-i 10-iB 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-i 9-aC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-i 7-i

161 10 A 12-a 7-i 4-a 7-a 8-i 5-a 7-iB 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

162 11 A 12-a 7-i 7-a 7-a 8-i 5-a 7-iB 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 6-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

163 12 A 13-a 8-i 7-a 6-a 8-i 5-a 8-iB 13-a 9-i 7-a 7-a 8-i 5-a 8-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

164 13 A 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-iB 12-a 7-i 7-a 7-a 8-i 5-a 4-iC 12-a 7-i 7-a 7-a 8-i 5-a 7-i

165 14 A 12-a 7-i 7-i 9-a 8-i 5-a 4-iB 12-a 13-a 6-a 7-a 8-i 5-a 4-iC 12-a 13-a 6-a 9-a 8-i 5-a 11-i

166 15 A 12-a 7-i 8-a 9-a 8-i 5-a 6-iB 12-a 8-a 7-a 7-a 8-i 3-a 8-iC 12-a - 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

167 16 A 12-a 8-i 6-a 7-a 8-i 4-a 7-iB 12-a 7-i 12-a 7-i 8-i 3-a 7-iC 12-a 8-i 6-a 4-a 8-i 4-a 7-i

168 17 A 12-a 8-i 6-a 5-a 8-i 2-a 7-iB 12-a 7-i 6-a 7-a 6-i 7-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 5-a 4-a 5-a 7-i

169 18 A 12-a 7-i 7-a 8-a 8-e 4-a 7-iB 12-a 7-i 8-a 7-a 8-e 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

170 19 A 12-a 8-i 7-a 7-a 8-i 5-a 7-iB 12-a 8-i 10-i 7-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

85

Page 86: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

171 20 A 13-a 8-i 6-a 7-i - 3-a -B 12-a 8-i 8-a 7-i - 6-a 8-iC 12-a 7-i 6-a 7-i 8-i 5-a 7-i

172 21 A 12-a 7-i 6-a - 8-i 5-a 7-iB 12-a 7-i 7-a 9-i 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

173 22 A 12-a 7-i 7-a 7-a 8-i 4-a 8-iB 12-a 7-i 8-a 7-a 8-i 5-a 8-iC 12-a 7-i 8-a 7-a 8-i 4-a 7-i

174 23 A 10-a 7-i 6-a 3-a - 5-a 7-iB 12-a 7-i 6-a 7-a 13-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

175 24 A 12-a 7-i 6-a 8-a 8-i 5-a 9-iB 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 9-iC 12-a 7-i 6-a 8-a 8-i 5-a 7-i

176 25 A 9-a 7-i 8-a 7-a 7-i 4-a 12-iB 12-a 7-i 7-a 7-a 8-i 4-a 8-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

177 25 A 13-a 7-i 8-a 7-a 8-i 5-a 7-iB 9-a 8-i 8-a 7-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

178 26 A 12-a 8-i 6-a 4-o 7-i 5-a 7-iB 12-a 8-i 6-a 11-a 6-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

179 27 A 10-a 7-i 6-a 7-a 6-a 6-a 9-iB 10-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

180 28 A 12-a 3-i 6-a 8-a 7-i 5-a 7-iB 12-a - 6-a 8-a 8-i 5-a 7-iC 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

Pada tabel 14, banyaknya kesalahan berupa penyimpangan guru

wilangan, guru lagu, dan guru gatra dapat diprosentasekan sebagai berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

Naskah A:

86

Page 87: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Tabel 15

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu Pupuh Kinanti

87

Page 88: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

88

No Bait Naskah Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu1 2 3 4 5 6

8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i181 1 A 8-u 8-i 8-a 7-i 8-i 8-i

B 8-u 8-i 8-a 7-i 8-i 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-i 8-i

182 2 A 8-u 8-i 7-u 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

183 3 A 4-u 8-i 9-a 8-i 8-a 7-iB 9-u 8-i 8-a 8-i 8-a 9-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

184 4 A 8-u 8-i 8-a 9-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 9-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

185 5 A 8-u 8-i 8-a 7-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

186 6 A 6-u 8-i 7-i 7-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

187 7 A 8-u 8-u 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 10-u 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

188 8 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

189 9 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 9-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

190 10 A 12-u 8-i 3-e - 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 9-a 8-i 8-a 8-i

191 11 A 8-u 7-i 8-a 8-i 9-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 9-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

192 12 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

193 13 A 8-u - - - 6-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

194 14 A 8-u 8-o 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-u 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

195 15 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

196 16 A 8-u 8-i 10-a 8-i 8-a 8-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-iC 7-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

197 17 A 8-u 8-a 8-e 8-i 7-a 8-iB 8-u 8-i 9-e 8-i 9-a 8-iC 7-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

198 18 A 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 10-iB 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 10-iC 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

199 19 A 9-u 8-a 8-a 8-i 8-a 8-iB 9-u 7-i 8-a 8-i 8-a 8-i

Page 89: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Pada tabel 15, banyaknya kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan,

guru lagu, dan guru gatra dapat diprosentasekan sebagai berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Tabel 16

89

Page 90: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Perbandingan Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu

Pupuh Pangkur

NO Bait NaskahGuru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

1 2 3 4 5 6 78-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

220 1 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 13-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 5-i 8-a 8-i

221 2 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 12-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 12-i 8-u - 12-u 8-a 8-i

222 3 A 8-a 12-i 8-u 6-a 13-u 8-a 9-iB 8-a 10-a 8-u 6-u 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 15-u 8-a 8-i

223 4 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 14-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

224 5 A 8-a 11-i 8-u 5-a - 5-a 8-iB 9-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

225 6 A 7-a 11-i 8-u 5-u 2-u 5-a 8-iB 7-a 11-i 8-u 4-u 2-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

226 7 A 7-a 10-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 13-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

227 8 A 7-a 10-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iB 7-a 11-i 8-u 7-a 14-u 8-a 8-iC 8-a 9-i 8-u 7-a 13-u 8-a 8-i

228 9 A 8-a 11-i 8-u 8-a 7-a 7-e 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 6-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 8-a 8-a 8-a 8-i

229 10 A 8-i 11-i 8-u 7-a 12-u - 9-iB 8-a 11-i 8-u 8-a 11-u 8-a 9-iC 8-a 11-i 8-u 8-a 15-a 9-a 8-i

230 11 A 9-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 6-i 12-u 8-a 8-i

231 12 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a -B 8-a 11-i - 7-a 9-u 8-a -C 8-a 11-i 8-u 7-a 13-u 8-a 8-i

232 13 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

90

Page 91: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

C 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i233 14 A 7-a 11-i 8-u 7-a 5-a - 8-i

B 8-a 11-i 8-u 7-a 10-a 5-i 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

234 15 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

235 16 A 8-a 12-i 9-u 8-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 10-i 9-u 8-a 14-u 8-a 8-iC 8-a 12-i 8-u 7-a 13-u 8-a 8-i

236 17 A 7-a 11-i 7-a 8-a 11-u 9-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 8-a 11-u 6-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

237 18 A 8-a 11-i 8-u 8-a 11-a 8-a 7-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 17-u 6-a 7-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-a 8-a 8-i

238 19 A 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 9-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

239 20 A 8-o 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 6-a 11-i 8-u - 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

240 21 A 8-a 11-i 9-u 7-a 12-u 8-a 7-iB 6-a 11-i 9-u 8-a 12-u 8-a 9-iC 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-i

241 22 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 6-a 13-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 6-a 12-u 8-a 8-i

242 23 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

243 24 A 8-a 11-i 8-u 9-a 12-u 8-a 8-aB 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

244 25 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 8-a 12-u 8-a 6-iC 8-a 11-i 8-u 6-a 12-u 8-a 8-i

245 26 A 8-a 11-i 8-u 8-a 4-u 8-a 8-iB 8-a 13-i 8-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 9-i 8-u 7-a - 8-a 8-i

246 27 A 8-a 11-i 8-i 8-a 10-u 10-a 8-iB 8-a 13-i 6-u 8-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 9-i 8-u 7-a 6-u 5-a 8-i

247 28 A 9-a 11-i 9-u 7-a 12-u 8-a 10-i

91

Page 92: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

B 8-a 11-i 10-u 7-a 12-u 8-a 7-iC 2-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

248 29 A 8-a 11-i 8-u 7-a 11-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 10-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 5-i

249 30 A 5-a 11-i 7-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 5-a 11-i 5-u 7-a 12-u 8-a 8-i

250 31 A 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iB 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-iC 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

Pada tabel 16, banyaknya kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan,

guru lagu, dan guru gatra dapat diprosentasekan sebagai berikut:

didapatkan data sebagai berikut:

Kesalahan berupa penyimpangan guru wilangan:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru lagu:

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

Kesalahan berupa penyimpangan guru gatra:

92

Page 93: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Naskah A:

Naskah B:

Naskah C:

3.2.7 Perbandingan Bacaan Berupa Huruf atau Suku Kata

Pada bagian ini naskah A, B, dan C diperbandingkan secara lebih terinci.

Bagian teks yang dipilih untuk perbandingan bacaan ini adalah bagian awal,

tengah, dan akhir. Bagian-bagian itu diperbandingkan dengan menggunakan

metode perbandingan teks. Metode ini digunakan karena kebebasan penyalin

naskah sangat terbuka, apalagi naskah yang bersifat hiburan. Dalam hal ini

mungkin penyalin sengaja menambah, mengurangi, atau bahkan mengubah

naskah tersebut, kecuali naskah-naskah yang dianggap sakral.

Adapun hasil perbandingan bacaan disajikan dalam bentuk tabel. Tiap

tabel berisi penggambaran tentang bacaan di dalam naskah-naskah WSHM yang

memperlihatkan adanya varian. Selanjutnya dilakukan perbandingan diantara

ketiga-tiganya dan akhirnya dipilih bacaan yang dinilai sebagai alternatif bacaan

yang baik dan tepat. Pertimbangan bacaan yang baik atau tidak didasarkan kepada

pertimbangan konteks kalimat dan tuntutan aturan penulisan pupuh, terutama pada

guru lagu (persamaan bunyi akhir pada tiap larik) dan aturan guru wilangan

(jumlah suku kata dalam tiap larik).

93

Page 94: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Di bawah ini disajikan perbandingan bacaan pada naskah-naskah WSHM,

yaitu perbandingan bacaan huruf demi huruf atau suku kata, perbandingan bacaan

berupa kata, dan perbandingan bacaan berupa kalimat.

Tabel 17

Perbandingan Bacaan Berupa Huruf atau Suku Kata

No HalamanBaitBaris Naskah Bacaan yang Tertulis

Bacaan yang Dipilih Berdasarkan Guru

Wilangan dan Guru Lagu

1

2

3

4

5

6

7

8

1,1,2

1,1,4

1,1,4

2,16,3

3,14,4

5,21,1

5,23,7

6,23,6

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

angawingawiangawiti

sajarahsajarahsajak

ingkangingkangkang

mungamongmung

kaumkomekaume

jumenengjumenengjeneng

selamenaselamanaselamena

susuhunansusuhan

angawi (A)

sajarah (A)

kang (C)

mung (A)

kaume (C)

jeneng (C)

selamena (A,C)

susuhunan (A)

94

Page 95: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

7,29,3

7,31,1

23,108,3

23, 111,3

26,124,3

27,129,3

28,134,2

28,140,4

30,141,2

30,144,5

31,148,2

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

susunuhan

dawuhdawengdawuh

warnanepamanewarnane

serdaduserdadusaradadu

anggupuhgupuhgupuh

ejinjinjin

manawimanawamanawi

golokgolokgalak

ngajakngajakangajak

duluringduluredulure

kumpulakumpulkumpul

picispicismimis

dawuh (A,C)

warnane (A,C)

saradadu (C)

gupuh (B,C)

jin (B,C)

manawi (A)

golok (A,B)

ngajak (A)

duluring (A)

kumpul (A,C)

picis (A,C)

95

Page 96: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31,148,7

34,160,7

35,167,2

36,175,2

44,216,1

45,222,5

48,235,2

48,235,3

49,240,7

50,245,4

50,245,4

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

sarupanesarupanesarumane

pariyatnapapritahparayatna

balanirabalasirabalanira

boroniboronibarani

tumandektumandektumendak

nolinulyanulya

lan kulambikulambikelambih

punikapunikipunika

paraptanulya paraptaparapta

nagaranagarinagari

lakunilakunelakune

sarupane (A,B)

pariyatna (A)

balanira (A,C)

boroni (A,B)

tumendak (C)

nulya (B,C)

kelambih (C)

punuki (B)

parapta (A,C)

nagari (B,C)

lakune (B)

Catatan : Nomor halaman, bait, dan baris mengacu pada teks dalam naskah A.

96

Page 97: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Pada tabel 15, pada kolom bacaan yang dipilih maka terbukti bahwa

naskah A lebih unggul dari naskah B, dan C. Dari 30 kata yang diperbandingkan,

18 kata yang dipilih berasal dari naskah A. Ditinjau dari makna dalam konteks

kalimat, sebetulnya kata-kata yang diperbandingkan dari ketiga naskah itu pada

umumnya tidak menunjukkan perbandingan yang mencolok.

3.3 Bentuk-Bentuk Kesalahan dalam Naskah Landasan

Dalam penyalinan naskah tidak bisa dihindari adanya kesalahan atau

kekeliruan terhadap teks yang disalin. Hal ini disebabkan penyalinan tersebut

bersifat manual, yakni dengan menggunakan tulisan tangan. Kesalahan ini dapat

terjadi dalam dua bentuk yaitu secara mekanis dan non mekanis. Secara mekanis

artinya kesalahan itu terjadi secara tidak disengaja yang disebabkan oleh

kelelahan penyalin selama menyalin ataupun kekurangtelitian penyalin. Secara

non mekanis maksudnya kreatifitas penyalin yang dengan sengaja mengubah

salinannya untuk menyesuaikan isi salinan dengan kondisi pada saat penyalinan

dilakukan.

Kesalahan yang bersifat mekanis ini dapat berupa substitusi (substitution),

Adisi (addition), lakuna (lacunae), omisi (ommition), transposisi (transposition),

interpolasi (interpolation), haplografi (haplographie), dan ditografi (ditographie).

Penelitian ini melibatkan tiga buah naskah WSHM, yaitu naskah A, B, dan

C. Naskah A dijadikan naskah landasan, naskah B dan C dijadikan sebagai naskah

pembanding. Di dalam teks WSHM ditemukan kesalahan-kesalahan tulis (corupt)

antara lain:

97

Page 98: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

1) Substitusi, yaitu penggantian huruf atau suku kata, kata, atau kalimat

2) Adisi, yaitu penambahan huruf atau suku kata, kata, atau kalimat.

3) Lakuna, yaitu penghilangan huruf atau suku kata, kata, atau kalimat.

Hasil kritik teks disajikan dalam bentuk teks otoritatif serta tabel yang

mengacu pada kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam naskah landasan (A).

Tiap tabel menyajikan deskripsi atau gambaran tentang bentuk yang salah dari

naskah landasan, yaitu naskah A dan bentuk perbandingannya dengan bentuk lain

(naskah B dan C) serta bentuk perbaikannya (edisi teks).

Berikut ini disajikan tabel-tabel kesalahan pada naskah landasan,

perbandingan dengan naskah B dan naskah C, serta bentuk perbaikannya berturut-

turut mulai dari substitusi, adisi, lakuna.

3.3.1 Substitusi

Pada bagian ini kesalahan tulis disajikan menjadi dua tabel, yaiut

substitusi huruf atau suku kata, dan substitusi kalimat. Pada bagian ini kesalahan

yang terdapat dalam naskah WSHM sebanyak 93 substitusi, yaitu 67 substitusi

huruf atau suku kata, dan 26 substitusi kalimat.

Nomor halaman, bait, dan baris pada tabel-tabel tersebut mengacu kepada

nomor halaman, bait, serta baris pada naskah A yang dijadikan sebagai naskah

landasan. Penyuntingan berdasarkan kesalahan guru lagu ini tiada lain merupakan

salah satu upaya ‘meluruskan’ teks berdasarkan estetika seni, sehingga naskah

WSHM merupakan naskah wawacan yang memiliki penulisan secara baik dan

benar sebagai teks yang berbentuk dangding.

98

Page 99: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Tabel 18

Substitusi Huruf atau Suku Kata

No Halaman Bait Baris

Naskah Tertulis Edisi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

3,14,4

5,21,7

5,22,6

5,23,4

6,25,2

7,31,1

7,31,4

7,32,1

8,28,5

9,38,7

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

kaumkomekaume

bertapabertapabaratapa

-sirasari

ituikuika

lanlanlawan

paraptaparaptiparapti

-linggihlungguh

molanamolanamaulana

ngembanangembanangaben

ngembanngaben

kaume

baratapa

sira

ika

lawan

parapti

linggih

maulana

angaben

ngaben

99

Page 100: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

9,39,5

9,40,1

9,40,7

9,41,2

9,43,4

10,47,6

12,52,4

12,54,7

14,59,9

14,63,2

14,63,3

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ngaben

maulanamolanamolana

parasanipurasanipalu pulosari

maulanamolanamolana

ngembanngambenngaben

amongamungamung

sakingsakingsing

wanadriwanandiriwanandri

angeswtreniangestreni ingngestreni

ngendeniangundaningindeni

sidasidasira

negarinagarinagara

molana

palu purosari

molana

ngaben

amung

saking*

wanandiri

ngestreni

ngdeni

sira

nagara

100

Page 101: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

16,70,2

17,74,6

18,81,1

19,86,4

20,94,6

20,95,4

20,96,2

21,97,6

21,99,1

21,101,1

22,103,5

23,108,3

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

mancatmuncatmanjat

sawudisudisudi

tumendektumendektumenduk

angentenangenten anganti

kaulakaulakula

nulyatumulyatumulya

upaheupaheupahi

pabean pabehanpabeanpabean

dodokdawengdadak

-tumandektumanduk

serdaduserdadusaradadu

kratonkaratone

manjat

sudi

tumenduk

anganti

kula

tumulya

upahi

pabean

daweng

tumanduk

saradadu

karaton

101

Page 102: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

27,129,3

28,134,2

28,134,4

29,137,2

30,141,2

30,142,2

30,143,1

31,146,1

31,146,7

31,147,7

31,148,7

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

karaton

-nenggihnenggeh

-sakatahingsakatahe

ngarubungangrubungngerubung

perkakasepakaksepakakase

ana ingana inganeng

ponggawaponggawiponggawi

rancabalarancasilarancasila

bedahbarandahbarandah

paraptaparaptiparapti

lan lawan lan

singingning

nenggeh

sakatahing

ngerubung

perkakas*

aneng

ponggawi

rancasila

barandah

parapti

lawan

ing

102

Page 103: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

31,149,3

31,149,5

32,152,2

32,152,7

33,156,3

35,167,2

36,171,1

37,175,4

37,179,5

39,187,2

40,196,1

44,215,3

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

serdaduserdadusaradadu

lan lawan lan

paraptaparaptiparapta

parajuritprajuritprajurit

ributrebutrebut

ing rewangrewangerewang ing

kauningankuningankuningan

parajuritprajuritparajurit

ponggawaponggawiponggawi

punikupunikupuniki

turaneauraneatyrena

tumendektumendek

saradadu

lawan

prapti*

prajurit

rebut

ingwang*

kuningan

prajurit

ponggawi

puniki

aturane*

tumendak

103

Page 104: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

44,216,1

44,216,3

45,219,2

45,222,2

45,222,5

48,235,2

48,235,3

50,243,7

50,245,4

50,245,4

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

tumendak

endaanedaaneda

panedapanedananda

angganteniagenteniden ganti

nolinulyanulya

lan kulambikulambikelambi

punikapunikipunika

tanyaatayaataya

nagaranagarinagari

lakunilakunelakune

katukatantutukaran-

aneda

neda*

nganteni*

nulya

kelambi

puniki

ataya

nagari

lakune

tukaran*

Keterangan : - tidak ada dalam teks

* edisi berdasarkan guru wilangan

104

Page 105: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Tabel 19

Substitusi Kalimat

No HalamanBaitBaris

Naskah Tertulis Edisi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1, 4, 5

2, 5, 3

2, 5, 4

2, 5, 5

2, 5, 6

2, 7, 6

2, 8, 7

5, 22, 7

6, 28, 2

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

A

yen binaktaqom pada ingetanasaking berkahing carita

Siti Patimah jenengePatimah iku wastanePatimah iku wastane

Puputra Hasan lan HusenPatimah iku puputraPatimah iku puputra

kakasih nang kabeh putraneHasan iku puputraHasan putra satunggal

Hasan lan Husen tah punikuqasim nenggeh wastanipunqasyim inggih wastanipun

Bagenda Ali puniku sumalahe kenang racunsumalahe kenang racun

gumati dadi khalifahwus aneng tegal Karbalakakalih inggih punika

sebab iku masih dudaing kono ingkang nagaraing kono ingkang nagara

kang ana watu gilang

qom pada ingetana

Patimah iku wastane

Patimah iku wastane

Hasan putra puputra

Qosyim inggih wastanipun

sumalake kenang racun

kakalih inggih punika

ing kono ingkang nagara

105

Page 106: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

6, 28, 3

7, 31, 3

10, 44, 2

14, 61, 4

15, 63, 6

19, 85, 5

26, 122, 1

26, 122, 7

27, 126, 5

27, 131, 1

BC

ABC

A

BC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

C

ABC

ABC

roro bade pundakawanroro bade pundakawan

ing kono santri rorodados titiga katahedados titiga katahe

lan santri wus lungguh sekatokalawan ki santri karokalawan ki santri karo

pan ajeg sujud malih aneda kaula gustianeda kaula gusti

ayune kalintang lintangwarnane kalintang ayuwarnane kalintang ayu

wus melebet ing jero purisakabeh sandang manirasakabeh sandang manira

-mara tah den isun iyaiya mara isun den upahi

angrapih ing kang punikaanulya angunus kerisangunus kang punang keris

-mang kane mangsa kalahu besukapan isun mangsa kalaha asayut

-nenggeh tubagus buangKi Boled nulya angucap

-sumaur bature sadaya samiboten angsal kaula tan den wehi

roro bade pundawan

dados titiga katahe

kalawan ki santri karo

aneda kaula gusti

warnane kalintang ayu

sakabeh sandang manira

mara tah den isun iya

anulya angunus keris

apan isun mangsa kalaha asayut

Ki Boled nulya angucap

boten angsal kaula tan den wehi

106

Page 107: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

20

21

22

23

24

25

26

32, 153, 4

36, 172, 4

36, 174, 5

35, 186, 3

35, 186, 4

40, 193, 6

43, 212, 3

ABC

AB

C

AB

C

ABC

ABC

ABC

ABC

pan enggal sadayasadaya pan sampun mintarsadaya sampun mintar

-ika mangetan tekeng Batawitekeng Batawi pisan

-wonten sawijining kori iku den tinggali apan ora katinggali

pangeran arsa balik sing pundi marga kaulasing pundi marga kaula

atakon maring Syeh Ahmadkaula kapengen mulihkaula kapengen mulih

kongsi den rampogiumahe den baradehiumahe den baradehi

den hukum dening sang ratuanemu hukuming Allah-

sadaya sampun mintar

tekeng Batawi pisan

apan ora katinggali

sing pundi marga kaula

kaula kapengen mulih

umahe den baradehi

anemu hukuming Allah

2. Adisi

107

Page 108: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Tabel pada bagian ini pun disajikan dalam satu tabel, yaitu tabel adisi huruf atau

suku

kata. Nomor halaman, bait, dan baris mengacu pada nomor halaman, bait

dan garis pada naskah A sebagai naskah landasan. Edisi berdasarkan pada aturan

guru wilangan, hal itu dilakukan setelah teks tersebut dipertimbangkan

berdasarkan pada konteks kalimat. Edisi berdasarkan pada aturan guru wilangan

ini merupakan salah satu upaya untuk meluruskan teks berdasarkan pada estetika

seni, sehingga naskah WSHM memiliki penulisan yang benar secara penulisan

teks dangding. Bahkan adisi dalam teks WSHM yang tertera pada tabel-tabel di

bawah ini pada umumnya adalah adisi berdasarkan kesalahan guru wilangan

(kelebihan suku kata pada tiap baris). Edisi pada adisi huruf atau suku kata

berjumlah 47 adisi.

Tabel 20

108

Page 109: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Adisi Huruf atau Suku Kata

No HalamanBaitBaris

Naskah Tertulis Edisi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1, 2, 5

1, 3, 5

1, 4, 4

5, 21, 1

5, 21, 5

6, 27, 5

10, 44, 5

11, 49, 4

14, 61, 7

15, 71, 6

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

Khalipahingkhalipahingkhalipahing

yen den wacayen den wacayen den waca

ingkangingkankang

jumenengjumenengjeneng

mapanmapan pan

nenggeh kangkangkang

angandikangandikangandika

datantantan

mugiamugiamugi

kaulakaulakula

Khalipah*

yen waca*

kang

jeneng

pan

kang

ngandika

tan

mugi

kula

109

Page 110: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

11

12

13

15

16

17

18

19

20

21

22

23

17, 74, 4

19, 86, 6

21, 98, 3

22, 103, 1

23, 109, 3

23, 109, 3

23, 111, 3

23, 111, 4

24, 112, 6

24, 113, 6

24, 114, 5

26, 124, 3

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

apanapanpan

enggal denenggalwong asal

lan ramalan ramarama

angucapngucapngucap

den terusterusterus

tibanetibanetiba

anggupuhgupuhgupuh

amepekamepekmepek

lan pistolpistolpistol

wus parapta ingingparapta

tata baristata barisbaris

lan KiKi

pan

enggal

rama

ngucap

terus

tiba

gupuh

mepek

pistol

prapta*

baris

Ki

110

Page 111: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

26, 125, 2

27, 130, 2

28, 133, 4

29, 138, 2

29, 140, 4

31, 150, 3

32, 153,7

33, 157, 3

33, 158, 5

34, 160, 7

34, 163, 2

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

Ki

ejinjinjin

desaneing desaing desa

uwongwongwong

TubagusTubagusTus

ngurusingurusingurus

sakabehkabehsakabeh

den enggalenggalenggal

asasahsasahsasah

ajuritjuritjurit

akundurkundurkundur

panggonanpanggonaningenggon

jin

desa*

wong

Tus

ngurus

kabeh

enggal

sasah

jurit

kundur

panggon*

111

Page 112: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

35, 166, 2

35, 169, 4

36, 170, 2

36, 170, 3

37, 176,2

37, 177, 1

34, 178, 2

34, 178, 6

41, 198, 6

47, 229, 4

48, 237, 6

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

mambunemambune-

ayudayudayuda

akeh kangakeh kangakeh

asusunasusunsusun

kabeh kelebukalebukalebu

angurusiangurusingurusi

alinggihalinggihlinggih

lan sawijisawijisawiji

dados parajuritdados parajuritprajurit

ora mulihora mulihkena mulih

ing pabeanpabeanpabean

mambu*

yuda

akeh

susun

kelebu

ngurusi

linggih

sawiji

prajurit

mulih*

pabean

112

Page 113: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

46 50, 243, 4 ABC

angurusingurusingurusi

ngurus*

Keterangan : - tidak ada dalam teks

*edisi berdasarkan guru wilangan

3. Lakunan

Kesalahan tulis pada bagian ini disajikan dalam tiga tabel yang terdiri dari

lakuna huruf atau suku kata, lakuna kata, dan lakuna kalimat. Dari ketiga tabel ini

diperoleh 120 lakuna yang terdiri dari 28 huruf atau suku kata, 68 lakuna kata, dan

24 lakuna kalimat. Nomor halaman, bait dan baris pada tabel ini mengacu kepada

nomor halaman, bait, serta baris pada naskah A sebagai naskah landasan. Selain

berdasarkan konteks kalimat, hasil edisi ini pun ditentukan berdasarkan pada

pertimbangan aturan pupuh (guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan).

Tabel 21

Lakuna Huruf atau Suku Kata

No HalamanBaitBaris

Naskah Tertulis Edisi

1

2

5, 24, 2

7, 32, 7

ABC

ABC

Punapunapunang

aranaranearane

Punang

arane

113

Page 114: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

9, 39, 5

11, 48, 4

11, 48, 9

12, 52, 4

12, 54, 5

13, 55, 8

13, 56, 4

13, 56, 8

22, 103, 5

23, 108, 5

27, 128, 6

27, 129, 6

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

ngandikangandikaangandika

sakehingsakehe ingsakehe

hajihajinehajine

wanandriwanandiriwanandri

wangunwangunawangun

nyebrangnyebranganyebrang

westaniden wastaniden wastani

derbederebederbe

serdaduserdadusaradadu

kanginkanginkang

wangunwangunawangun

anjalukanjaluk

angandika

sakehe ing

hajine

wanandiri

awangun

anyebrang

den wastani

derebe

saradadu

inkang

awangu

anjaluka

114

Page 115: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

28, 132, 3

31, 148, 5

34, 162, 3

36, 174, 1

38, 181, 4

38, 132, 3

39, 185, 4

42, 204, 1

44, 214, 5

44, 216, 1

48, 237, 7

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

anjaluka

lungguhlungguhalungguh

kabehsakabehsakabeh

lawaslawaselawas

sabalasabalanirasabalanira

balikbalikabalik

wangsulwangsulanwangsulan

sujudasujudasujud

nalikanalikanenalikane

pinggirpinggiranpinggiran

endaanedaaneda

walandawalandawalandane

alungguh

sakabeh

lawase

sabalanira

abalik

wangsulan

asujud

nalikane

pinggiran

aneda

walandane

115

Page 116: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

26

27

49, 238, 2

51, 250, 3

ABC

ABC

ninggalianinggalianinggali

raoswiraos-

aninggali

wiraos

Keterangan : - tidak ada dalam teks

Tabel 22

Lakuna Kata

No HalamanBaitBaris

Naskah Tertulis Edisi

1

2

3

4

5

6

1, 2, 1

2, 7,2

3, 13, 3

4 14, 5

4, 14, 7

4, 14, 7

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

-Tulis-

-Bagenda AliBagenda Ali

--nenggeh

-ing toyaing toya

--kaliwat

--dahaga

tulis

Bagenda Ali

Nenggeh

ing toya

kaliwat

dohga*

116

Page 117: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

5,22,6

7,29,1

7,29,4

7,32,4

7,32,4

7,33,4

8,36,4

11,48,1

11,50,9

13,57,8

13,58,3

13,58,5

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

-agupuhagupuh

-nulya katinggalnulya katinggal

-aglisaglis

-panpan

-wus marandikawus marandika

-sih-

-lagi padalagi pada

-iyaiya

-warna-warnawarrna-warna

-Abulmaali AhmadAbulmaali Ahmad

-jujulukjujuluk

-aneda

agupuh

nulya katinggal

aglis

pan

wus marandika

sih

lagi pada

iya

warna-warna

Abulmaali Ahmad

jujuluk

aneda

117

Page 118: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

14,60,3

14,60,3

14,60,9

15,65,2

16,70,3

16,70,4

16,72,3

17,77,1

17,77,1

21,99,4

21,101,1

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

aneda

--uwis

-nulyanulya

-sujudsujud

-pulo-pulopulo-pulo

--putri

-Panggeran HajiPanggeran Haji

--den tanya sira

-lanlan

--pun

-sultan pintunesultan pintune

-aglis maniraaglis manira

uwis

nulya

sujud

pulo-pulo

putri

Panggeran Haji

den tanya sira

lan

pun

sultan pintune

aglis manira

118

Page 119: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

22,105,4

22,105,5

23,108,2

23,108,5

23,109,2

23,110,1

26,124,3

27,126,7

27,127,2

28,131,5

28,134,1

28,134,2

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

--ngelos sarayate

--Agung

-anggulati inganggulati ing

--piunika

-wus den susukwus den susuk

- sabab ikusabab iku

--iku

-Sultan HajiSultan Haji

-Ki TabliKi Tabli

-ing wesmanipun-

-Mas Hasan nulyaMas Hasan nulya

-wani

ngelos sarayate

Agung

anggulati ing

punika

wus den susuk

saba iku

iku

Sultan Haji

Ki Tabli

ing wesmanipun

Mas Hasan nulya

wani

119

Page 120: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

30,143,2

30,145,5

32,151,4

32,151,6

34,161,3

34,165,2

35,168,4

35,169,6

36,171,6

36,171,7

37,176,1

C

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

wani

-Sultan AgungSultan Agung

-pepekpepek

-saksanasaksana

--mangulon

-langkunglangkung

--tumbak

-kita-

-wuswus

-sadayasadaya

-pada matipada mati

-polahepolahe

Sultan Agung

pepek

saksana

mangulon

langkung

tumbak

kita

wus

sadaya

pada mati

polahe

120

Page 121: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

37,179,1

37,179,5

38,180,2

38,183,1

41,197,5

42,205,1

43,207,3

43,210,2

46,224,4

46,224,6

46,225,4

47,228,5

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

--Kangjeng

-parapara

--Muhammad

-bebendonbebendon

--ki

-denden

--iku

-maringmaring

-katurankaturan

-kalawankalawan

--samapta

-kudu

Kangjeng

para

muhammad

bebendon

ki

den

iku

maring

katuran

kalawan

samapta

121

Page 122: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

65

66

67

68

48,233,6

49,241,7

51,248,7

51,250,1

C

ABC

ABC

ABC

ABC

-

--sampean

-anaana

-yen-

-wus pada-

kudu

sampean

ana

yen

wus pada

Keterangan : - tidak ada dalam teks

* edisi berdasarkan guru wilangan

Tabel 23

Lakuna Kalimat

No HalamanBaitBaris

Naskah Tertulis Edisi

1

2

3

4,14,6

6,28,5

11,48,6

11,50,1

ABC

ABC

ABC

--punika sadaya lesu

-angleresi Banten Girangangleresi Banten Girang

--Wus tarek lawan tawakuf

punika sadaya lesu

angleresi Banten Girang

WUS tarek tawakuf

122

Page 123: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

14,60,8

17,77,6

18,85,22

20,95,2

21,101,2

26,122,6

26,129,2

26,133,7

33,159,2

33,159,3

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

C

ABC

ABC

ABC

--katahe kang dados abdan

-ora kena munggah hajiora kena munggah haji

-manira ing dalem puri-

-nanging ana kang sun jaluk nanging anakang sun Jaluk

-dumateng ing Sultan Hajidumateng ing Sultan Haji

-Sultan Haji ing BatawiSultan Haji ing Batawi

-TUMULI Tubagus BuangTumuli Tubagus Buang

-Yen Masing-masing Hasan nikahken putraneki Yen Masing-masing Hasan nikahken putraneki

-karya arsa amajahikarya arsa amajahi

--pada sikep jurit

--balane Tus Buang

Katahe kang dados abdan

ora kena mungguh haji

manira ing dalem puri

nanging ana kang sun jaluk

dumateng ing Sultan Haji

Sultan Haji ing Batawi

tumuli Tubagus Buang

Yen Mas Hasan nikahken putraneki

karya arsa amajahi

pada sikep jurit

balane Tus Buang

123

Page 124: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

36,171,5

39,190,4

40,193,2

40,193,3

40,193,3

43,209,3

46,224,5

46,225,5

47,231,7

50,245,5

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

ABC

AB

C

ABC

ABC

AB

C

--Lawan sabalane sami

-iku Muhammad Muhyidiniku Muhammad Muhyidin

-Cina rusak den rampogiCina rusak den rampogi

-gawe rusuh ing nagaragawe rusuh ing nagara

-Mas Jakaria punikiMas Jakaria puniki

-wus aneng jero kedaton-

-ing Batawi jendral kapengin kapetuking Batawi jendral

kapengin kapetuk-sampe sekabeh pan sampun

--supayane sampun dadi

-ora gawe mantek suruh maring-

Lawan sabalane sami

iku Muhammad Muhyidin

Cina rusak den rampogi

gawe rusuh ing nagara

Mas Jakaria puniki

wus aneng jero kedaton

ing Batawi jendral kapengin kapetuk

sampune sakabh pan sampun

supayane sampun dadi

ora gawe madek suruh maring

Keterangan : - tidak ada dalam teks

124

Page 125: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.4 Pertalian Naskah

Kecermatan dalam melakukan transliterasi, analisi, dan perbandingan

antarteks naskah yang ada dalam edisi naskah banyak nerupakansatu syarat untuk

mengetahui adanya penyimpanan-penyimpanan yang terjadi di dalam masing-

masing teks tersebut. Dari hasil perbandingan tadi, akan diketahui adanya

persamaan dan perbedaan dari masing-masing naskah berikut ksalahan bersama

secara filologis. Metode yang menitikberatkan pada kesalahan bsama yang

terdapat dalam naskah-naskah tertentu disebut metode stemma. Dalam hal ini

naskah-naskah itu disusun dalam sebuah stemma atau silsilah baskah yang

hubungan ditentukan dengan memperbandingkan kesalahan-kesalahan yang

dimiliki bersama itu.

Prinsip utama stemma ini, ialah kesalahan bersama yang berimbang

membuktikan bahwa teks naskah-naskah tersebut mengalami sejarah yang sama,

hal ini sejalan dengan pendapat Teeuw (1984:264) yang menyatakan bahwa

hubungan sejarah antara naskah itu dapat dipasikan berdasarkan metode stemma.

Saran utama dari metode stemma ini adalah kesalahan bersama yang terdapat

dalam teks naskah yang diperbandingkan. Pada prinsipnya, tidak mungkin

beberapa naskah yang telah mengalami satu tradisi penyalinan yang memakan

waktu panjang, tanpa mempunyai kesalahan sama sekali. Kesalahan bersama

tersebut membuktikan bahwa naskah-naskah tadi merupakan naskah-naskah yang

telah mengalami sejarah secara bersama dalam rentang waktu yang berbeda, dan

125

Page 126: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

hal ini membuktikab bahwa naskah-naskah tersebut berasal dari setu induk yang

sama.

Berdasarkan pengamatan atas pada fisik naskah dalam hal penggunaan

pupuh dari masing-masing teks naskah yang ada, diketahui bahwa naskah WSHM

yang berhasil dihimpun berasal dari satu induk yang sama, naskah A, B, dan C

disebut dengan naskah salinan dari induk yang sama, karena memang diantara

ketiganya memiliki kasus kesalahan bersama (dalam berbagai kasus

penyimpangan) , namun kesalahan bersama tersebut tidak terjadi di tempat

kesalahan yang sama, melainkan tersebar di beberapa tempat kesalahan.

Berikut ini, disajikan bentuk stemma pertalian teks naskah WSHM yang

berhasil dihimpun.

Keterangan :a : Arketifß : HiperketifA,B,C : Naskah yang ada

: langsung : tidak langsung

126

Page 127: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.5 Penentuan Naskah yang Akan Diedisi

Naskah yang akan dipergunakan untuk edisi teks adalah naskah Adalah,B,

dan C. langkah selanjutnya adalah yang akan dijadikan sebagai dasar edisi, yaitu

naskah yang dianggap terbaik dari ketiga naskah terpilih. Pada langkah ini naskah

A dipilih sebagai dasar edisi berdasarkan pada :

1) Secara kronologis cerita, isi teks pada naskah A lebih lengkap

dibandingkan kedua

naskah lainnya (kelengkapan episode cerita lebih lengkap)

2) kondisi naskah A baik dan utuh, pada naskah B banyak lembar

(halaman) yang menghitung sehingga tulisanya kurang jelas dan

sudah banyak coretan baik berupa coretan langsung maupun berupa

coretan tanda silang (X). naskah tulisanya agak kurang terbaca

karena tintanya kurang tebal.

3) Bahasa di dalam naskah A, berdasarkan perbandingan bacaan

berupa huruf atau suku kata, perbandingan kata, dan perbandingan

kalimat memperlihatkan memperlihatkan kualitas yang lebih baik.

Maupun demikian, apabila pada naskah A terdapar kekurangan atau

kesalahan akan dilakukan perbaikan berdasarkan bacaan pada teks yang

ada di dalam naskah B dan naskah C.

127

Page 128: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.6 Metode Edisi Teks

Setelah diadakan perbandingan naskah dan transliterasi, maka akan

diperoleh karakteristik dari masing-masing naskah tersebut. Untuk

selanjutnya dapat ditentukan naskah mana yang akan dijadikan sebagai

dasar untuk edisi teks. Robson (1994:35) mengemukakan bahwa

penyuntingan dilakukan apabila menghadapi berbagai macam bacaan

dalam dalam naskahnya atau tempat yang mencurigakan, harus memilih

bacaan yang benar untuk mengembalikan kebenaran teks itu seperti pada

awal penulis itu menulisnya. Di samping itu, menurut Pradotokusumo

(1984:158-159) bahwa dalam perkembangan filologi, usaha untuk mencari

teks yang paling dekat dengan aslinya dan diperkirakan paling bersih dari

kesalahan, tidak lagi menjadi sarana yang paling menentukan.bagi seorang

filolog suntingan naskah adalah suatu usaha untuk menyajikan suatu teks

bagi pembacanya.

Naskah WSHM yang akan dikaji dalam penelitian ini berjumlah tiga buah.

Oleh karena itu, metode yang akan dilakukan untuk mengedisi naskah ini

adalah metode penyuntingan naskah jamak. Sebagaimana telah dijelaskan

dalam bab sebelumnya, bahwa ada dua metode yang digunakan untuk

mengedisi naskah jamak, yaitu metode gabungan dan metode landasan.

Setelah dilakukan perbandingan yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti

memutuskan untuk memakai metode landasan. Naskah yang akan

dijadikan landasannya adalah naskah A, naskah ini dianggap lebih unggul

dari dua naskah lainnya.

128

Page 129: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Dalam rangka edisi teks WSHM ini, pertama dipilih bacaan pada naskah

A, jika terdapat kesalahan, kekurangan atau kelebihan pada bacaan naskah

landasan, maka akan dilakukan perbaikan. Bacaan pada naskah landasan

yang diperbaiki itu di catat pula dalam aparat kritik. Metode demikian

disebut metode landasan (Robson, 1978:36). Tujuan dari penyuntingan

teks ini adalah berupaya membebaskan teks WSHM dari segala macam

kesalahan yang diperkirakan di atas. Upaya ini bertujuan agar teks WSHM

dapat dipahami dengan sejelasnya.

Naskah yang dipilih sebagai dasar edisi teks dimaksudkan diatas tidak

berarti naskah tersebut akan bebas dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan

yang dimaksud dalam naskah landasan akan dicatat dalam aparat kritik

dan diperbaiki berdasarkan kesaksian pada teks naskah pembanding.

Demikian pula varian-variannya dengan naskah kesaksian pada teks

naskah pembanding akan dicatat dalam aparat kritik. Hal ini penting

apabila terdapat bacaan yang diganti, ditambah, dan dikurangi ternyata

tidak sesuai, data dari bacaan yang benar itu tidak hilang karena sudah

dicatat dalam aparat kritik.

Setelah dilakukan perbandingan bacaan berupa huruf atau suku kata,

perbandingan kata, dan perbandingan kalimat, ternyata naskah WSHM

memperlihatkan beberapa kesalahan. Misalnya bacaan yang kurang,

bacaan yang ditambah, serta kesalahan penulisan kata atau kalimat. Dari

hasil perbandingan ketiga naskah WSHM ( A, B, C,) tersebut, akan

dirumuskan hal-hal sebagai berikut :

129

Page 130: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

1) Bacaan dari naskah A dipilih sebagai teks landasan, sedangkan varian

dari kedua naskah lainnya, yaitu A dan B dicatat di dalam aparat kritik.

2) Kesalahan, kekurangan, serta kelebuhan bacaan pada naskah landasan

akan diperbaiki dengan cara mengganti, menambah, atau mengurangi

berdasarkan kesaksian naskah-naskah WSHM lainnya, yaitu naskah B

dan C. bacaan pada naskah landasan yang diperbaiki, diganri,

dikurangi, atau ditambah itu di catat dalam aparat kritik. Hal ini

penting ada bacaan yang diperbaiki, diganti, dikurangi, atau ditambah

seperti dikemukakan oleh Ekadjati (1982:112), Prodotokusumo

(1984:127), Baried, dkk(1985:96) ternyata salah atau tidak sesuai

konteksnya, maka data dari bacaan yang benar itu tidak hilang karena

sudah dicatat dalam aparat kritik.

3.7 Tehnik Penyajian Edisi Teks

Penyalinan edisi teks sebagai hasil akhir dari sebuah garapan filologis

akan menjadi sebuah edisi teks yang baik apabila memenuhi dan memperhatikan

beberapa faktor seperti : (1) teknik transliterasi (2) aparat kritik yang menyajikan

varian-varian sebagai penyaksi atas sebuah korelasi, (3) penyajian teks, dan (4)

terjemahan.

Di samping hal tersebut di atas, penyajian edisi teks naskah yang

berbentuk puisi, termasuk teks wawacan, untuk memudahkan pembacaan dan

pemahaman sebaiknya disajikan dalam bentuk bait demi bait yang disusun oleh

larik demi larik; untuk menghindari hilangnya data dari teks penyaksi, aparat

kritik demi larik, untuk menghindari hilangnya data dari teks penyeleksi, aparat

130

Page 131: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

kritik disajikan pada bagian aparat kritik. Adapun hal lain yang dipandang perlu

diantaranya adalah:

1. Huruf kapital digunakan untuk setiap permulaan pada dan kata-kata

yang dianggap sebagai nama diri, nama tempat, dan kata-kata yang

mengharuskan pemakaian huruf kapital lainnya;

2. Tanda (.) digunakan untuk setiap akhir pada dan tanda (,)dipakai untuk

setiap akhir padalisan dan menunjukan satu kesatuan sintaksis;

3. Urutan (xxx) seperti 001, 002, dan seterusnya yang disajikan di

sebelah kiri pada suntingan teks dan terjemahan, menunjukan urutan

nomor pada secara keseluruhan;

4. Urutan (xx) seperti (01), (02), dan seterusnya disajikan di sebelah

kanan nomor urutan pada edisi teks dan terjemahan, menunjukan

urutan nomor pada dalam setiap pupuh;

5. Angka-angka 1n 2, 3, dan seterusnya yang terdapat dalam suntingan

teks, baik angka tunggal ataupun angka kembar, menunjukan penanda

teks penyaksi yang disajikan di dalam aparat kritik;

6. Tanda [ ] dalam suntingan teks menunjukan bahwa penggalan huruf,

suku kata, kata, ataupun kalimat yang terdapat didalam tanda tersebut

tidak usah dibaca atau dihilangkan;

7. Tanda ( ) dalam suntingan teks menunjukan bahwa penggalan huruf,

suku kata, kata, ataupun kalimat yang terdapat didalam tanda tersebut

harus dibaca atau ditambahkan.

8. Tanda garis miring rangkap, // , dipergunakan untuk pembatas setiap

131

Page 132: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

akhir halaman dengan maksud sebagai tanda pemisah antar halaman.

3.8 Transliterasi dan Terjemahan

3.8.1 Transliterasi

Salah satu tahapan kerja yang harus dilakukan dalam penelitian

filologi adalah transliterasi, yaitu pengalihan huruf demi huruf dariabjad yang satu

ke abjad yang lain (Baried, 1985:65; Lubis, 2001:80; Robson, 1994:24). Adapun

hal-hal yang harus diperhatikan di dalam transliterasi, diantaranya adalah

memelihara kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya mengenai penulisan

kata, bacaan pada teks yang menunjukkan ciri khusus dan merupakan ciri ragam

bahasa lama, harus dipertahankan sebagaimana adanya, serta tidak dilakukan

penyesuaian bentuk penulisan dengan aturan yang berlaku pada saat ini, yaitu

aturan EYD. Adapun bacaan yang tidak menunjukkan ciri ragam bahasa lama,

penulisannya disesuaikan dengan penulisan menurut EYD dan kamus. Hal ini

dimaksudkan agar ciri khusus bahasa lama di dalam naskah tidak hilang begitu

saja. Upaya untuk tetap menjaga kemurnian ciri ragam bahasa lama di dalam

naskah ini menjadi hal yang penting.

Dalam edisi teks ini, pedoman transliterasi dilakukan untuk alih aksara

kata-kata atau kalimat bahasa Arab dalam naskah WSHM ini digunakan pedoman

transliterasi Arab-Latin yang tercantum dalam Surat keputusan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tertanggal 10 September

1987 No.158 tahun 1987 dan No. 0543 b/u/1987 tentang Pembakuan Transliterasi

132

Page 133: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Arab-Latin. Pembakuan transliterasi Arab-Latin menurut SKB tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Konsonan

Tata cara transliterasi aksara Arab ke dalam aksara latin dalam bentuk

konsonan adalah sebagai berikut:

Tabel 26

Transliterasi Arab-Latin Bentuk Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Huruf Latin Keterangan

ا alif Tidak dilambangkan

ب ba ba be

ت ta t te

ث sa Ś es titik diatas

ج jim J Je

ح ha Һ

X

Ha

خ kha kh ka dan ha

د dal d de

ذ ż z zet titik di atas

ر ra r er

ز zai z zet

133

Page 134: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

س sin s es

ش syin sy es dan ye

ص șad S es titik di bawah

ض dad d de (dengan titik di

bawah)

ط ta t te (dengan titik di

bawah)

ظ za z zet (dengan titik di

bawah)

ع ‘ain …‘… koma terbalik di atas

غ gain g ge

ف fa f ef

ق qaf q ki

ك kaf k ka

ل lam l el

م mim m em

ن nun n en

و wau w we

ھ ha h ha

134

Page 135: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

ء hamzah ..... apostrof

ي ya y ye

2. Vokal, Vokal Panjang, dan Diftong

Tabel 27

Vokal, Vokal Panjang, dan Diftong

No. Arab Latin No Arab Latin No. Arab Latin

1. + a 1. ا ā 1. ى ai

2. - і 2. ي ī 2. و au

3. u 3. و Ū

4. an

5. in

6. un

Beberapa aksara sebagai penanda konsonan yang ada dalam bahasa

Nusantara tidak terdapat dalam aksara Arab. Penanda konsonan itu adalah /c/,

/p/, /g/, /η/, dan /ň/. Konsonan-konsonan ini disesuaikan dengan bahasa nusantara

menjadi چ

Untuk konsonan ca, ڤ untuk konsonan pa, گ untuk konsonan ga, ڽ untuk

konsonan nya, dan ڠ untuk konsonan nga.

135

Page 136: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Tata cara penulisan aksara Arab Melayu tidak sama dengan aksara Arab Pegon di

Sunda, yang setiap hurupnya mempunyai penanda (harkat). Aksara Arab Melayu

yang digunakan dalam naskah-naskahnya semuanya ditulis tanpa penanda.

Namun, untuk menandakan vokalnya digunakan hurup-hurup saksi antara lain ا

(a), و (u/o), dan ي (i).

3.8.2 Terjemahan

Terjemahan merupakan suatu proses pemindahan pesan yang telah

diungkapkan di dalam bahasa sumber sehingga memiliki kesepadanan yang

sewajarnya di dalam bahasa sasaran. Melalui sajian terjemahan ini, amanat yang

terkandung di dalam bahasa sumber dapat dipahami secara utuh oleh pembacanya.

Menurut Robson (1994:55) menerjemahkan berarti menyajikan karya (teks)

tersebut dengan sedemikian rupa sehingga pembaca yang belum menguasai seluk-

beluk bahasa asli, tetapi meresa tertarik untuk menemukan lebih banyak tentang

sifat dan isi karya (teks) itu menjadi terbantu dengan adanya terjemahan.

Prinsip terjemahan adalah pemindahan arti dan peranan. Memindahkan arti

bergantung pada pengertian yang baik terhadap teks asli karena pengarang teks

klasik tidak ada yang dengan sengaja menulis teks tanpa makna. Perkataan yang

mirip dengan bahasa Indonesia jangan langsung diterjemahkan sebagaimana

adanya karena artinya mungkin berubah (dalam bahasa sumber), jadi

penafsirannya harus mempertimbangkan zaman, genre, dan teks itu sendiri.

Catford (1965:20) menjelaskan bahwa terjemahan merupakan pergantian atau

pemindahan teks suatu bahasa (bahasa sumber) ke bahasa lain (bahasa sasaran)

136

Page 137: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

dengan padanannya. Sedangkan Nida & Taber menyatakan bahwa terjemahan itu

adalah pengungkapan nkembali pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran

dengan padanannya yang paling alamiah, pertama-tama artinya kedua gayanya.

Ada pula yang berpendapat bahwa terjemahan secara harfiah dapat

menjaga keaslian, yaitu agar terjemahan tidak menyimpang dari maksud

pengarang semula. Akan tetapi Pradotokosumo (1986:173) berpendapat bahwa

terjemahan secara harfiah mungkin masih dapat mengungkapkan pesan, jika teks

yang diterjemahkan itu dalam naskah-naskah genre prosa serta bahasa sumber dan

bahasa sasaran termasuk satu rumpun bahasa, sehingga tidak banyak terjadi

perubahan dalam bentuk gaya. Namun jika diterapkan dalam naskah-naskah genre

puisi, terjemahan secara harfiah akan menimbulkan kekakuan karena bahasa puisi

mempunyai ungkapan-ungkapan yang khas dan bertalian erat dengan latar

kebudayaannya.

Berdasarkan beberapa “cara” menerjemahkan sebuah teks seperti diungkap

di atas, maka dalam menerjemahkan teks WSHM ke dalam bahasa Indonesia tidak

dilakukan secara harfiah, tetapi diusahakan mencari padanannya yang sesuai

dengan gaya dan artinya. Oleh karenanya terjemahan yang dimaksud tidak

akan memenuhi tuntutan konvensi persajakan sepenuhnya sebagaimana teks

sumbernya. Akan tetapi diusahakan semaksimal mungkin agar pesan, kesan, dan

amanat yang terdapat di dalam teks sumbernya terlukis kembali dalam teks

terjemahan.

137

Page 138: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

3.9 Fungsi Sosial dan Kedudukan Naskah WSHM

3.9.1 Fungsi Sosial Naskah WSHM

Naskah WSHM bagi masyarakat Banten mengarah kepada tiga fungsi

utama, yaitu informatif, didaktis, dan ekspresif. Naskah ini mengungkapkan

peristiwa-peristiwa dari perjalanan sejarah di Banten pada masa kesultanan

Banten. Meskipun cara pengungkapannya menggunakan pola pemikiran dan

pengertian sejarah tradisional. Pandangan tradisional sejarah diartikan kisah

tentang peristiwa-peristiwa yang dianggap dan dipercayai telah terjadi pada masa

lampau dengan tidak membedakan antara kenyataan yang sesungguhnya dengan

kenyataan bikinan pengarangnya. Sebagai karya sastra sejarah antara lain

tujuannya untuk mengagungkan tokoh atau menjungjung tinggi raja pada

zamannya, yaitu Sultan Haji.

Sebagai fungsi informatif, naskah ini memberikan informasi/pengetahuan

kepada masyarakat yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sejarah Banten

pada masa kesultanan, antara lain berisi: (1) Silsilah Sunan Gunung Jati (Cirebon)

dan anaknya Maulana Hasanuddin, (2) Pengislaman Banten oleh Maulana

Hasanuddin, (3) Penobatan Maulana Hasanuddin menjadi raja panembahan

Surosowan oleh ayahnya Maulana Hasanuddin, (4) Kisah Haji Mangsur (Sultan

Haji), (5) Peperangan Sultan Haji dengan ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa, (6)

Sultan-sultan yang memerintah setelah Sultan Haji, dan (7) Penangkapan Sultan

Ishak oleh Belanda. Informasi ini dapat digunakan sebagai pembanding sumber

sejarah apabila diadakan penelitian secara cermat dan kritis melalui disiplin ilmu

sejarah.

138

Page 139: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Selain sebagai fungsi informatif, naskah WSHM juga berfungsi didaktis,

yakni memberikan pelajaran sejarah bagi masyarakat. Salah satunya tentang

catatan silsilah Haji Mangsur atau dikenal oleh masyarakat Pandeglang dengan

sebutan Syaikh Mansyur dan Riwayat Cibulakan/ Batu Qur’an bekas timbulnya

Syaikh Mansyur dari dasar bumi. Catatan tersebut sudah dicetak berupa buku

ringkasan oleh pengurus Situs Cibulakan/Batu Qur’an yang diketuai oleh Bpk.TB.

Aip Kusnaedi. Buku ini mudah didapatkan oleh masyarakat luas dengan cara

berkunjung Situs Cibulakan/Batu Qur,an di Cimanuk-Pandeglang atau di tempat

penjiarahan di makam Syaikh Mansyur Cikaduweun-Pandeglang. Buku catatan

ini berisi silsilah dan ringkasan perjalanan Syaikh Mansyur ketika pergi ke

Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sampai kepulangannya kembali ke Banten

melalui dasar bumi dan muncul di Cibulakan Cimanuk-Pandeglang untuk

mengajarkan ajaran Islam sampai meninggalnya di Cikaduweun. Buku ini sangat

memberikan manfaat terutama bagi penjiarah dari luar Banten untuk lebih

mengenal sosok Haji Mangsur, Selain memberikan manfaat bagi penjiarah buku

silsilah ini juga dijadikan sebagai pengetahuan atau pelajaran sejarah tentang

peristiwa-peristiwa kesejarahan yang pernah terjadi di Banten pada masa

kesultanan.

Adapun fungsi ekspresif, yakni mengungkapkan perasaan, pertimbangan

dalam diri pengarang. Pengarang dapat menampilkan tokoh fiktif sebagai juru

bicara, dengan demikian hal itu dapat memberi kemungkinan kepada pengarang

untuk mengambil jarak terhadap perasaan yang diungkapkannya dengan cara yang

halus. Tokoh fiktif yang diungkapkan pengarang dalam naskah WSHM adalah

139

Page 140: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Haji Mangsur dipandang sebagai tokoh legendaris dan memiliki kesaktian yakni

cerita mengenai kepulangan Haji Mangsur untuk kembali ke Banten dengan

melalui dasar bumi menyelam dari sumur zam-zam, kemudian muncul di

Cibulakan Cimanuk- Pandeglang, ketika keluar dari dasar bumi, air terus keluar

dengan dahsyatnya sehingga kalau dibiarkan air itu terus keluar akan menjadi

lautan di Cibulakan tersebut. Kemudian air tersebut oleh beliau ditutupi dengan

Al- Quran dan beliau memohon kepada Allah supaya Al Qur’an tersebut menjadi

batu, sehingga dinamakan Batu Qur’an.

3.9.2 Kedudukan Naskah WSHM

Dalam tradisi lisan yang berkembang dalam masyarakat, cerita tentang

Haji Mangsur (Syaikh Mansyur) menyebar dan populer di kalangan masyarakat,

khususnya di Kabupaten Pandeglang. Tokoh ini sangat memiliki pengaruh yang

luas pada masyarakat sekitar Pandeglang dan Banten. Menurut salah seorang

kuncen di pemakaman Syaikh Mansyur Bpk Ishak bahwa pada bulan Mulud

(Rabiul Awal) atau malam jum’at makam Haji Mangsur sebagai salah satu tempat

yang ramai dikunjungi penziarah, baik dari dalam maupun dari luar Banten,

sehingga mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar pemakaman

tersebut. Misalnya dari sumbangan para pengunjung, hasil jualan makanan,

minuman dan cendera mata yang mereka jual di sekitar makam. Bahkan sebagian

dari mereka ada yang menjual wafak, air berkah, batu-batuan dan berbagai macam

benda lainnya yang dianggap memiliki kekuatan magis. Bahkan di dalam makam

pun akan dipandu oleh seorang muhajir (pemimpin pembaca doa ketika

berziarah), dan setelah selesai memimpin doa, para muhajir biasanya memohon

140

Page 141: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

sodakoh dari para pengunjung. Selain itu mereka sering menawarkan do’a atau

hijib yang akan ia bacakan dengan imbalam sejumlah uang itu dan sebagian

dikelola untuk dana keberesihan mesjid serta pemakaman Syaikh Mansyur

(Wawancara 17 Oktober 2009).

Bagi masyarakat Pandeglang penghormatan kepada Haji Mangsur (Syaikh

Mansyur) sangat tinggi, di samping dipandang sebagai wali Allah orang yang

sangat dekat dengan Allah yang dipercayai memiliki karomah yang luar biasa.

Sebagai seorang tokoh kharismatik, oleh masyarakat setempat seperti benda-

benda yang pernah dimilikinya dianggap sebagai benda keramat yang dipercayai

sebagai mitos. Maka dari itu kepoluleran nama Haji mangsur baik di Kabupaten

Pandeglang maupun di Banten pada umumnya tidak hanya dinisbahkan untuk

nama-nama pada tempat-tempat tertentu saja, Bahkan namanya diabadikan untuk

sebuah nama sekolah agama dan perguruan tinggi agama di Kabupaten

Pandeglang, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Syaikh Mansyur

(STAISMAN).

141

Page 142: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

BAB IVEDISI TEKS, TERJEMAHANAN, DAN APARAT KRITIK

I. Pupuh Asmarandana (001 -- 045) /1/

001 (01)i 1Kaula arsa1 angawi2

anulis angarang tembangasmarandana tembangényaritakaken sajarah3 4supaya pada rogaba4

nabi 5kita Kangjeng Rasul5

lan6 pada dén ingetana

Aku ingin mengarangmenulis dalam tembangtembang asmarandanamenceritakan sejarahsupaya pada merasanabi kita kangjeng Rasuldan pada mengingatnya

002 (02)ii Ingkang arsa maca tulis1

iku angukupa2 menyanden inget maring gustiné karana Nabi Muhammadiku khalipah[ing] Allahlawan maning Nabi Rasuliku utusaning Allah

Kepada yang akan membacabakarlah kemenyaningatlah kepada Tuhankarena Nabi Muhammad ituadalah khalipah Allahlagi pula Nabi dan Rasulitu utusan allah

003 (03)iii Lawan carita punikilamun dén waca ing alassyétan ora wani kabéhmiwah saking sato galak1ora wani1 yén [dén] wacaing désya antuk rahayulamun ana ing lautan

Dan cerita inijika dibaca di hutansemua syetan semua tidak beranijuga binatang buas tidak beranijika dibaca di desa akan selamatjuga jika di lautan

004 (04)iv Sakabéh bejo tan waniangin barat datan arsalangkung déning pangraksanémalaikat kang1 angraksa2qom pada ingetena2

perang antuk rahayudéning3 sawabing carita

Semua perampok tidak akan beraniangin barat tidak maukarena demikian kuat penjaganyamalaikat yang menjagakalau perang pun akan selamatkarena berkah cerita ini

i 001 (01) 1-1A isun amimiti, 2B ngawi, 2C angawiti, 3C sajak, 4-4B ø, 4-4C ø, 5-5B kita Muhammad, 5-5C Kangjeng Rasulullah, 6B ika, 6C ø.

ii 002 (02) 1A ø, 1C ø, 2A anggone.iii 003 (03) 1-1B sakabeh orana.iv 004 (04) 1A ingkang, 1B ingkang, 2-2A yen binakta, 2-2C saking berkahing

carita, 3B saking

142

Page 143: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

005 (05)i Sajarahing kangjeng nabiRasulullah apaputra1Patimah iku wastanéPatimah iku puputra1 ///2/2Hasan putra satunggalQosyim inggih wastanipun2

Husén3 paputra satunggal

Sejarah kangjeng NabiRasulullah berputrayang bernama Patimahpatimah itu berputraputranya bernamaHasan dan HusenHasan itu berputra seorang

006 (06)ii Nenggéh1 ingkang aran Qosyimanadéning Husén punika2

3papat iku (ing) katahé3

4kang lanang iku titiga4

kang istri wong satunggalPatimah kang wastanipunkang lanang ing kakasihnya

Yaitu yang bernama kosimadapun Husen berputra empatsemuanyayang laki-laki semua tigadan yang perempuan seorangyang perempuan namanya Patimahyang laki-laki yang bernama

007 (07)iii 1Kang putra1 2Bagénda Ali2

3kang wasta3 Sayidi4 Hasan5

6lan Husén iku duluré6

sasampuning7 Ali8 pejah9

nulia10 11hasan sumalah11

12sumalahé kenang racun12

dén13 Yajid14 dén15 kaniaya16

Ali Akbardengan Ali Asgor Zaenul Abidin… Hasan Husenia diaku putra oleh Baginda Aliitu sesudah Ali wafat

008 (08)iv kantun Husén lawan Qosyimkang putra1 déning hasannulya Yajid enggal mangko(dening) arsa amejahéingkang2 Husén punikadéning3 Husén 4derbé sunu4

5kakalih inggih punika5

Lalu Hasan meninggaltempatnya di Madinahterkena racun oleh Yajidyang telah menganiaya Husendan putranya pun jadi khalifah

i 005 (05) 1-1A Siti Patimah jenenge, puputra Hasan lan Husen, 2-2A kakasih nang kabeh putrane, Hasan lan Husen tah puniku, 2-2B Hasan iku puputra, Qosim nenggeh wastanipun, 3A Hasan

ii 006 (06) 1B nanggih, 2A puputra, 3-3B paputra kakalih mangko, 3-3C paputra kakalih mangko, 4-4C ø, 5A uwong, 5B inggih, 5C inggih

iii 007 (07) 1-1A ø, 1-1B kaputra dening, 2-2A ø, 3-3A kalawan, 4A Ali, 4B sayid, 5A asgor, 6-6A Zaenulabidin, 7A katarine, 7C sampune, 8A Hasan, 8B Ngali, 9A Husen, 10A pan, 10B nulya, 10C nulya, 11-11A kaputra dening, 12-12A Bagenda Ali puniku, 13A sasampuning, 13B dening, 14A Ali, 15A pejah, 16A ø, 16B kanihya

iv 008 (08) 1A paraja, 1C kaputra, 2A katuan, 2B ing, 2C ing, 3A lan, 3B pan, 3C ing, 4-4A putrane pun, 4-4C inggih puniku, 5-5B wus aneng Tegal Karbala, 5-5A gumati dadi khalifah

143

Page 144: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

009 (09)i Kang lanang Zénulabidinkang istri wasta Patimahnulya Husén sarayatépindah ing Tegal Karbalakadatoné Husén sampun1 tilar lan kaumé2 Kangjeng Rasul wus anéng Tegal Karbala

Setelah lama memimpin negaraHusen lalu pergibermukim di Padang Karbalapindahnya sudah diketahui oleh Yajidsesudah pindah ke Padang Karbalalalu Yajid mempersiapkan pasukannya

010 (10)ii Yajid arsa amateni ing Husén lan wadya (bala)Duluré1 ing bala Husénamung2 kantun putrané lanQosyim ingkang atmacaHasan nenggéh dulur3 punkang4 putera pariyengga

Yajid ingin membunuh Husenia takut pasukannyahanya tinggal anaknya HusenKosim…………adapun Hasan dengan saudaranya dan anak ………..

011 (11)iii Den enggal sang raja Yajidanulya amangkal bala ///3/wong islam lan kafir kabeharsa ing Tegal Karbalanempuh qom1 Rasulullahsadaya pan sampun kumpul balane Yajid cilaka

Tidak lama kemudian sang rajaYajid segera mempersiapkan pasukannyasemua prajurit Islam dan kafiringin ke Tegal Karbalauntuk menyerang kaum Rasulullahsemua sudah berkumpulpasukan Yajid celaka

012 (12)iv Nenggeh kaum kangjeng nabi1pepek ing1 Tegal Karbalamun wong pitung dasa nenggeh2

kaum nabi Rasulullahkantun Husen kang3 warahdados khalipah ing rikukang liyan sami wanita

Adapun kaum kangjeng nabiberada di Padang karbalatetapi hanya tujuh puluh orangbanyaknya kaum Rasulullahtinggal Husen dan yang tua-tuayang menjadi khalipah di sanayang lainnya kaum wanita

013 (13)v Ingkang jaler alit-alitputrane1 Hasan lan Husen2ana tua2 nenggeh3 wadon4

nenggeh ing sawiji dinaYajid balane praptaing Karbala arsa nempuhmaring kaum Rasulullah

Yang laki-laki masih kecil-kecilsalah satunya putra Hasan dan Husenyang tua perempuantersebutlah suatu haripasukan Yajid tibadi Padang karbala ingin menuntutkepada kaum Rasulullah

i 009 (09) 1A lamun, 1B wus, 1C den, 2A ing tegal, 2B qomeii 010 (10) 1A dulur, 1B ø, 1C ø, 2A mung, 2B ø, 2C ø, 3A sadulur, 4A lawan

kang, 4B ø, 4C øiii 011 (11) 1A kaum, 1C kaumiv 012 (12) 1-1A aneng, 1-1B wus pepek aneng, 2A akeke, 3A ingkang, 3B

ingkangv 013 (13) 1A nenggeh sawiji putrane, 2-2B kang istri nenggeh kang, 3A ø, 3B ø,

4B ø

144

Page 145: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

014 (14)i Wus 1jejer ing1 pinggir kalibalane yajid cilaka2qom den tunggu2 tayanekaume3 nabi panutankaliwat dohga 4ing toya4

5punika sadaya lesu5

kaliwat6 dohga7 toya8

Sudah berjejer di tepi sungaipasukan Yajid celakakaum nabi dijagai airnyakaum nabi panutansangat kehausan sangat menginginkanmeminum air

015 (15)ii Wus campuh saking prajuriting1 tengah Tegal Karbala2sampun pirang-pirang dinten2

sampun pirang-pirang dina [mangko] rame denira surak3kaya sajagat rubuh3

ing4 tengah Tegal Karbala

Sudah bertempur semua prajuritdi tengah Padang Karbalasudah beberapa harikaum Yajid samaramai berkeliarandi tengah Padang Karbala

016 (16)iii Adangdan balane Yajid akehe tanpa wilanganHusen mung1 [pitung] dasa balanewong2 Madinah sampun kesah [la]mun pada kirang toyalamun tah antuka2 banyuHusen mangsa kalah perang

Adapun pasukanYajid banyaknyatidak terhitungsedangkan pasukan Husen hanya tujuh puluhkaum Madinah sudah pergikarena kekurangan airandaikata kaum itu mendapat airHusen akan kalah perang

017 (17)iv Qosyim lan Husen wus matiAli Akbar Ali Asgar1wus pada (ing) mati kabeh1

aneng kantun wong wanitalan Zainul Abidin ///4/2pejah yudane2 pernahe lampusing3 tengah Tegal Karbala

Kosim dan Husen telah gugurAli Akbar- Ali Asgorsudah meninggal semuanyahanya tinggal kaum wanitadan Zainul Abidinyang sudah gugur tempat matinyadi tengah Padang Karbala

i 014 (14) 1-1A undarang, 1-1B anjejer ing, 1-1C ander ing, 2-2A kaum nabi den tonggoni, 2-2C pada den tonggoni, 3A kaum, 3B kome, 4-4A ø, 5-5A kalangkung kepengen anginum, 5-5B ø, 6A ø, 6B ø, 7A ø, 7B ø, 7C dahaga, 8B ø

ii 015 (15) 1A aneng, 1B aneng, 2-2A ø, 2-2C pirang-pirang dina, 3-3A umerab rame denira sewat, 3-3B kaya rubuh punang sajagat, 3-3C rame denira asayut, 4A aneng, 4B ø.

iii 016 (16) 1B among, 2A uwong, 2A antukiv 017 (17) 1-1B ø, 1-1C ø, 2-2A iku kang tuha, 3A aneng, 3B aneng, 3C aneng

145

Page 146: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

018 (18)i Sakabeh kaume nabi1sakabeh aneng1 kunjaraZainul Abidin [tah] mangkokalawan istri Patimah2lan liane2 wanita3

angsal4 telung puluh tahunmedale saking kunjara

Semua kaun nabiseluruhnya dipenjaramaka Zainul Abidin bersama saudaranya Patimahdan kebanyakan wanita ketika ituusia tiga puluh tahun (ketika) keluar dari penjara

019 (19)ii [A]nenggeh Zainul Abidinwus medal saking kunjaraYajid wus kalah yudaneden[ing] Muhammad Hanapiyahyudane sampun1 kartaZainul Abidin [pun]ikunulya angalap ing garwa

Adapun Zainul Abidinsesudah keluar dari penjaraYajid sudah dikalahkanoleh Muhammad Hanapiyahpeperangan sudah usaiZainul Abidin itulalu menikah dengan perempuan

020 (20)iii [Ing] nagara1 Bani Israillungguhe jumeneng Sultan Zainul Abidin [tah] mangko2

mapan sampun tumaninahsinuhun3 j[um]eneng Sultan 4Zainul Abidin [pun]iku4

sampun karta ing negara

Dari Bani Israilmenjadi Sultan Zainul Abidinsudah mapania sudah tenangbeliau menjadi rajaZainul Abidin itutelah sejahtera negaranya

021 (21) Jeneng1 sultan sampun lami2nulya derbe2 putra [sa]tunggalbagus lenjang salirane3

kangjeng sayid sampun renapan4 sampun sinugrahan5

dening 6yang kang6 Mahaagung7

langkung dening baratapa8

Setelah lama menjadi Sultania mempunyai seorang putrayang tampan dan gagah perawakannyakangjeng sayid sudah pantastersebutlah ia sudah diberi anugraholeh yang Maha Agungoleh karena rajin bertapa

022 (22)iv Kang jujuluk Sayid[ina] Kingkinkang rama nulya ngandikaaris1 arum awacanaangandika ingkang putrasarira nulya2 lungahaing Cirebon sira3 /a/gupuh4

5ing kono ingkang nagara5

Yang bernama Sayidina Kingkinayahnya lalu berkatakepada putranya lembut manis kata-katanyaberkata kepada putranyaengkau pergilah ke Cirebonsebab itu masih buda

i 018 (18) 1-1A iku sami, 2-2A lan sakehe ing, 2-2B ngumure Patimah, 3B ika, 4A umure, 4B oleh

ii 019 (19) 1A nan sampuniii 020 (20) 1B istri ing nagara, 1C ing nagara, 2B punika, 2C lungguhe, 3A

susuhunan, 3B sampun, 4-4B amepok ing nagara ikuiv 021 (21) 1A jumeneng, 1B jumeneng, 2-2B derbe, 2-2C anulya derbe, 3A ing

salirane, 4A mapan, 4B mapan, 5A sinung nurgahan, 5B sinung nurgahan, 6-6A buang sukma kang, 7A agung, 8A bertapa, 8B bertapa

146

Page 147: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

023 (23)i Negara Cirebon ikisebab iku masih budalungguha ing kono rekehnegara Cirebon ika1

durung ana (ing)kang Islam2mara sira den2 agupuh3

lah mara den selamena4

Negara Cirebon inimasih budataklukanlah dengan segeranegara Cirebon itu budabelum ada yang beragama Islamtaklukanlah segeraIslamkanlah semua !

024 (24)ii Kang putra nulya lumarising Cir/e/bon punang1 negaraing gunungjati lungguhewus jumeneng susuhunan ///5/Gunungjati kang mulyakabeh susuhunan sujuding Gunungjati punika

Putranya lalu berangkatke negara Cirebondi gunungjati tinggalnyaia sudah menjadi susuhunanGunungjati yang mulyasemua susuhunan taklukkepada Gunungjati itu

025 (25)iii Susuhunan Lemah Amrilawan1 susuhunan2 Jogyamiwah Demak lawan ampellawan susuhunan Bonang3sadaya la/wa/n susuhunan3

sadaya sariya sujuding Gunungjati 4kang mulya4

Susuhunan Lemah Amridan susuhunan Yogyatermasuk Demak dan Ampeldan susuhunan Bonangsemuanya taklukkepada Gunung jati itu

026 (26)iv Sebab itu putra nabiRasul1 Alaihissalaming Madinah astananeiku utusaning Allahsusuhunan2 luwih mulya3nenggeh putun3 nabi rasuling cirebon tumaninah

Karena ia putra nabiRasulullah Alaihissalamyang makamnya di Madinahitu utusan Allahsusuhunan yang sangat mulia ituadalah cucu Nabi Rasuldi Cirebon (ia) tenang

027 (27)v Susuhunan Gunungjatiderebe putra satunggallanang tur bagus warnanekang rama nulya ngandikaing arsane kang1 putra2/he putra sira den enggal/2

misawa ing tengah lautanggulati bakal negara

Susuhunan Gunungjatimempunyai seorang putralelaki yang tampan wajahnyaayahnya lalu berkatadihadapan putranyapergilah engkau segerake tengah lautanmencari bakal negara

i 022 (22) 1A ingkang putra aris, 2A ø, 2C enggal, 3A ø, 3C sari, 4A ø, 5-5A sebab iku masih buda

ii 023 (23) 1A itu buda, 1B iku, 2-2A rekeh kalah puniku, 3A ø, 3C gupuh, 4B selamana

iii 024 (24) 1A puna, 1B punaiv 025 (20) 1A lan, 1B lan, 2B susuhan, 3-3A ø, 3-3C ø, 4-4A punikuv 026 (26) 1A Rasulullah, 1B Rasulullah, 2A susuhunan kang, 2B susuhan, 2C

susuhunan kang, 3-3A anenggeh putune, 3-3B nenggih putu

147

Page 148: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

028 (28)i Lan gawanen santri iki1roro bade pundakawan1

2dados titiga katahe2

3mangulon minggir3 lautan4

5angleresi Banten Girang5dawuh6 7ing Pasirimpun7

wonten8 alas Surosowan

Nah, bawalah santri ituyang ada batu gilangdi situ kedua santriJadi bertiga jumlahnyake Barat menelusuri pantaitepatnya di pesisirnya (Surosowan)

029 (29)ii Wonten ing pinggir kakisikninggali tengah lautankatingal1 warnane2

aglis3 nulya pinaranandening Kangjeng Molanatumulya ninggali watuMolana nulya sembahyang

Di tepi pantaimemandang ke tengah lautlalu dihampirioleh Kangjeng Molanalalu (ia) melihat batuMolana lalu sembahyang

030 (30)iii Nulya Molana Hasanudintuminggal maring samudrasagara asat tan suwepun sampun dadi daratanselo wus gilang-gilanganMolana Hasanudin wangsulmangidul ing Banten Girang

Lalu Molana Hasanudinmemandang ke tangah samudraseketika laut (menjadi) kering(dan) sudah menjadi daratanbatunya sudah (tampak) berkilau-kilauanMolana Hasanudin berbalikke selatan menuju Banten Girang

031 (31)iv 1Tana suwe nulya1 p/a/rapti2

Molana ing Banten // Girang/6/3kalawan ki santri karo3

linggih4 ing guha tembaga5 kang6 tapa anulya7 medalsujud ing Kangjeng Sinuhunwus pada malebet Islam

Lama (di sana) lalu tibaMolana di Banten Girangdan kedua santri sudah dudukdi gua tembaga ituyang sedang bertapa lalu keluar(darigua)dan (sujud) kepada kangjeng Sinuhun(mereka) sudah masuk (agama) Islam

032 (32)v /Nulya/ Maulana1 Hasanudinaris ingkang pangandikamaring ajar sekaronepan2 sira 3wus maradika3

wus manjing agama Islamjeneng emas lawan Agusjongjo4 arane5 manira6

Lalu Molana Hasanudinpelan berkatakepada kedua ajarkalian sudah masuk agama Islamkunamakan emas dan Agus Jong Jokalian berdua

i 027 (27) 1A nenggeh kang, 2-2B ø, 2-2C øii 028 (28) 1-1A kang ana watu gilang, 2-2A ing kono santri roro, 3-3A badane

dados, 3-3B metu lawan, 4A titiga, 5-5A ø, 6A ngulon, 6B daweg, 7-7A nurut pinggir laut, 8A laras

iii 029 (29) 1-1A ø, 2A ø, 2B pamane, 3A øiv 031 (31) 1-1B ø, 2A parapta, 3-3A lan santri wus lugguh sekaro, 4A ø, 4C

lungguh, 5A tembaga-tembaga, 6A iku kang, 7B nulyav 032 (32) 1A molana, 1B molana, 2A ø, 3-3A ø, 4B jeng, 5A aran, 6B ika, 6C ika

148

Page 149: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

033 (33)i Lah mara sira den aglispariksasen duluriralan tekanane karsaneanut atawa sih1 oramanjing agama Islamtan enggal numulya rawuh Ki Jong Jo nulya aturan

Nah, segeralah kalianperiksalah saudara-saudaramudan tanyakan apa maunyamau ikut atau tidakmasuk agama Islamtak lama kemudian datang Ki Jong Jolalu melaporkan

034 (34)ii Ature kaula gustiderek kaula punikasampun sepi (ing) sedanten1

Molana nulya ngandikasadaya dulurnirakumpul maring Pucukumunaneng puncak Gunung Karang

Hamba lapor tuansaudara-saudara hamba itusudah tidak ada semua”Molana lalu berkata:“Semua saudaramuberkumpul bersama Pucukumundi puncak Gunung Karang”

035 (35)iii Ratu1 2Dewa Telawangi2

ing patapan Sela Petak ing3 Pucukumun pernahe4

lah payo kita pariksaMolana nulya mentaring pernahe Pucukumuntan enggal tumulya prapta

Dewa Talawangidi tempat pertapaannyakalian tangkaplah Pucukumunnah, mari kita periksaMolana lalu berangkatke tempat Pucukumuntak lama kemudian tiba

036 (36)iv Pucukumun wus kapanggih1ing sabala1 nira ajarpan iku kumpul sakabehlagi pada2 mupakatanMolana wus tumindaking arsane Pucukumunanut tah atawa ora

Pucukumun sudah ketemudi antara para ajar (murid-muridnya)yang semua sedang berkumpulsedang bermupakatMolana sudah bertindakdihadapan Pucukumun (ia bertanya)kau ikut atau tidak

037 (37)v 1Mulane isun parani1

2anute atawa ora2

ing3 agama Islam kabehPucukumun angandikakaula dereng karsapan kaula dereng anutkatah kasakten kaula

Pucukumun berkataHamba belum mausebabnya hamba belum ikutkarena banyak kesaktianku

i 033 (33) 1A ø, 1C ø.ii 034 (34) 1B sedenteniii 035 (35) 1A aran, 2-2C Den Gulati, 2-2A sira petaka, 2-2B guha ika, 3B ing si,

4A ø, 4B ika pernaheiv 036 (36) 1-1A ing sala, 1-1B ing sala, 1-1C kalawan sabala, 2A øv 037 (37) 1-1A ø, 1-1B mulane tah sun purani, 2-2A ø, 2-2B anuta atawa ora, 3A

maring, 3B sira ing

149

Page 150: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

038 (38)i Molana sahure arislatah ageh wetukenakasaktenira sakabehPucukumun // angandika1

/7/benjang2 pada angaben3

/sato dawuh ing dinten salasa/awak4 pada ngaben5 sawunging Tegal Papak Waringin /lanjar/

Molana menjawab halusNah, kalau begitu segeralah keluarkansemua kesaktianmu”Pucukumun lalu berkata;besok sama-sama membawabinatang peliharaan di hari selasa

039 (39)ii Pucukumun nulya aglisanyipta wesi lan wajadipun wangun sawung mangko sampun dadi jago jalakMolana1 /nulya/ angandika2

maring pun3 santri punikusampun dados sawung patok

Pucuk umun lalu segeramencipta besi dan bajamenjadi ayam jagomaka sudah jadi ayam jago jalakMolana lalu berkata :kepada santrinya itusudah menjadi ayam jago putih

040 (40)iii Nganggo1 palu purosani2

dados ing dinten salasa/wus pepek/ ing3 Tegal Papak sakabeh4

sakatahing para ajarwus penuh5 /ing/ Tegal Papaksarta lawan PucukumunMolana6 Hasanudin p/a/rapta

Yang membawa palu besitepatnya pada hari selasasudah lengkap semua di Tegal Papaksemuanya, seluruh para ajarsudah pada ikut ke Tegal Papaktermasuk dengan PucukumunMolana Hasanudin tiba

041 (41)iv Sawunge sampun tinandingnulya ngaben1 punang iwak2

langkung dening gigitikekaya geledeg lan gelapsurak sakatahing3 ajarswarane rame gumuruh kaya rubuh punang jagat

Ayamnya sudah bertandinglalu digendong jagonyaluar biasa hantamannyaseperti petir dan gunturbersorak semua ajarsuaranya ramai bergemuruhseperti akan runtuh dunia

042 (42)v Nulya males jago putih/si/rep sakehing para ajarjago jalak lawan1 dan wales2

lebur ilang ingkang warnawusnane tanpa karnailang dadi awun-awunsirep sakatahing ajar

Lalu jago putih membalasdiam semua para ajarjago jalak dibalaslalu hilang wujudnyaakhirnya musnah tidak ketahuanhilang menjadi abumaka diamlah seluruh para ajar

i 038 (38) 1A nulya anganndika, 1B nulya ngandika, 2A benjang-benjang, 2B benjang kita, 3A ngemban, 3B ngemban, 4A dewaga, 5A ngemban

ii 039 (39) 1C Maulana, 2B ngandika, 2C ngandika, 3A puning, 3C puaniii 040 (40) 1A anggawa, 2A parasani, 2B purasani, 3A aneng, 3B aneng, 4B

mangko, 4C kabeh, 5A panut, 5B ø, 6C Maulanaiv 041 (41) 1A ngemban, 1B ngemban, 2A sato, 2B 2A sato, 2C 2A sato, 3A

sakehing para, 3B sakehing para.v 042 (42) 1A dan, 1B dan, 1C dan, 2B walesi

150

Page 151: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

043 (43)i Pucukumun sahur/e/ arisya tuan kaula kasrahrencang kaula sakabeh1

amung2 k/a/ula boten kasrahkatah kesakten k/a/ulaMolana3 nulya amuwus4

saking Tegal Papak punika

Pucukumun menjawab sopanya Tuhan, hamba serahkansemua rakyat hambahanya hamba belum menyerahsebab masih banyak kesaktian hambaKangjeng Molana lalu segera pulangdari Tegal Papak itu

044 (44)ii 1Aglis nulya den nutuwi1

2wus // musna saking ajengan2

/8/3nulya ana3 sawaraneTuwan ing pundi kaulaMolana4 nulya5 ngandika6

lan mara santri den susulPucukumun lawan7 mega

Kemudian (ia) segera…….sudah musnah dari hadapan (molana)lalu terdengan suaranyaTuan dimana hamba ?”Molala lalu berkata :Nah, ayo santri susulahPucukumun ada diantaraawan dan kabut (mega)

045 (45)iii Palune denira nuli pucukumun 1yen kabedag1

yen kapendak nulya akeh pancaten punake ika noli den ditikena nulya bupuh pucuk umun nulya musna saking riku

Palunya diangkat lalu Pucuk Umun ada diantara awan dan mega Jika ketemu panjatlahbahunya kemudianpukul dengan palu maka terjatuhPucuk umun lalu menghilang dari sana

II. Pupuh Sinom (046 -- 063)

046 (01)iv 1Kangjeng sinuhun1 ngandika2

3ing santri denira aglisenggal manira wangsul(an) wus bayah jang jening3 gusti4

5Pucukumun dadi /i/blis5

bayah kersaning yang agung6iku /wus/ dadi siluman6

tan anut agama muslimsampun tetep7 wus dadi Batara Rama

Kangjeng sinuhun berkatakepada santrinya kalian segerakembali kekeluargamusudah kehendakYang Maha KuasaPucukumun menjadi iblissudah kehendakYang Maha Agung(ia) sudah menjadi silumantidak masuk agama Islamsudah kembali menjadi Batara Rama

i 043 (43) 1A katuran sadaya, 1B sadanten, 2A among, 3A Kangjeng Molana, 3C Pucukumum, 4A aglis wangsul, 4C muwus

ii 044 (44) 1-1B Pucukumum nulya aglis, 1-1C Wus lantas ing mega putih, 2-2C nulya aris angandika, 3-3A nulya aya, 3-3C dening, 4B Kangjeng Molana, 4C Maulana, 5B ø, 6A angandika, 7A ika owar lawan, 7B manjing ing kudup melati nulya tan enggal, 7C awar lan

iii 045 (45) 1-1A owar lan mengaiv 046 (01) 1-1B ø, 2A angandika, 3-3B ø, 3C widi, 5-5B ø, 6-6B bayah kersaning

yang sukma, 7A mantuk

151

Page 152: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

047 (02)i Ajar wus dadi boyonganden/ing/ Molana1 Hasanudinden giring ing Banten GirangKi Jong Jo dadi papatihMolana2 HasanudinSaking3 Banten Girang /pun/iku4

kasamper5 den/ing/ kang ramasusuhunan Gunungjatinenggeh6 7punika den bakta maring7 kabah8

Para ajar (pendeta) sudah dibawa pindaholeh Molana Hasanudindigiring ke Banten GirangKi Jong Jo jadi pemimpinnyalalu Molana Hasanudindari banten Girang itudijemput oleh ayahandanyasusuhunan Gunungjatika’bah yaitu dibawa ke ka.bah

048 (03)ii 1Punika bener1 denira2

ning haji3 Masjidil Haramasujud ing Kangjeng Nabi4sakehe ing4 para wali5

lawan tawaf satari6wus tarek lawan // tawakup6 /9/daten kari wus sampurna(lan) dzikir saman tubadilhajine7 nipun pangeran arsa mulang8

Pada waktu itu adalahpergi haji tawaf di Masjidil Harambersujud kepada Kangjeng Nabi(dan) semua para wali sudah tareqdan tawaf satoridzikir saman tubadilsegala sesuatu sudah dianggap sempurnahajinya lalu pulang

049 (04)iii Den buntel kalawan rendabalik ing Banten1 Girang malihmariksa kang para ajartan2 enggal nulya3 paraptiajar sadaya samiwau nenggeh katahipundomas kirang tigang dasaakehe datan kaluwikantun seket ingkang tetep dados abdan

Ia dibungkus dengan kain rendakembali lagi ke Banten Girangia melihat para ajartidak lama kemudian (mereka) datangsemua para ajaryang semula banyaknyahanya tinggal tiga puluhjumlahnya tidak lebihhanya lima puluh yang mantap menjadi abdi

050 (05)iv 1Katahe kang dados abdan1

mung seket kirang kakalihdados nayaka punikasing2 Molana3 Hasanudin4inggih milane puniki4

sababe sujud rumuhunjeneng agus l/aw/an emas5 punika dados priyayiiya6 iku tunggu7 ing lawan kapuran

Hanya lima puluh kurang duayang menjadi nayakadari Molana Hasanudin(karena mereka) yang pertama sujud(maka) dinamakan Agus dengan emasmereka menjadi bangsawanyang menjaga pintu kapuran

i 047 (02) 1C Maulana, 2A noli Molana, 2B nuli Molana, 2C nulya Maulana, 3C sing, 4B punika, 5A den samper, 5B kasamper susuhunan, 6A singgih, 6B ø, 7-7B ø, 8A ing waktu, 8B ing waktu

ii 048 (03) 1-1B ø, 2B ø, 2C ing dina, 3A haji tawaf ing, 4-4A sakehing, 4-4C sakehe, 5A wali wus tareq, 6-6A ø, 6-6B ø, 7A haji, 8A wangsul, 8B wangsul, 8C wangsul

iii 049 (04) 1A Banten Girang, 1B Banten Girang, 2A datan, 2B datan, 3C nuliiv 050 (05) 1-1A ø, 1-1B ø, 2A saking, 2B saking, 3C Maulana, 4-4A ø, 4-4B ika

sabab nuli, 5B emas malih, 6A ø, 7B ingkang tunggu, 7C atunggu

152

Page 153: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

051 (06) Lan malih lawang kawangsanrawuh maning pancanitiiku kang duwe bagianponggawa ingkang kakalihlajuning pinggir kalimangidul nurut lulurunglantas ing Kabadaranannuli ing Pulowartiiya iku den arani jero kuta

Dan pintu Kawangsankembali lagi ke pandanitimereka itu yang mendapat tugasadalah kedua punggawaberjaga di tepi sungaike sebelah selatan, sepanjang lorongterus ke Kabadaranlalu sampai ke Pulowartiitulah yang disebut dalam kota

052 (07)i Ajar saking Banten Girangsakabeh wus den pepekimaring alas Surasuwanambuka1 ing wanandiri2

sampun atata samigolok kujang lawan wadungpepek ing Watugilangbale bobot3 pancanitiwus kumerap sakabeh ambabad alas

Pendeta dari Banten Girangsemua sudah dilengkapi mereka berangkat ke hutan Surasuwanuntuk membuka hutansemua sudah diaturgolok kujang dan kapaklengkap di Watugilanguntuk…….. pancanitisudah menyebar semua membuka hutan

053 (08)ii Alas sakabeh wus padangsampun telas den abongi ///10/tatanduran warna-warna1

jagung kacang lawan parinanging /ta/tanduran2 dadilan wus pada gawe gubuk/sa/katahing para ajarwus rame ingkang nagari lawan3 suka atine ajar sadaya

Seluruh hutang sudah terangsudah habis dibakarbermacam-macam tanaman jagung kacang dan padiketika tanaman sudah tumbuh suburdan mereka sudah membuat rumahsemua ajar itusudah ramai negara lebih-lebihsemua ajar senang hatinya

054 (09)iii Nenggeh1 Kangjeng Maulana2

sampun jumeneng narpatiden tejo dening kang ramaSusuhunan Gunungjatirame awangun3 kardiajar4 sadaya (ing) sampun ngestreni5 Kangjeng Sultankangjeng rama nulya bali ing Cirebon pernahepun kangjeng rama

Tersebutlah Kangjeng Molanasesudah bertahta sebagai rajaia ditinjau oleh ayahandanyaSusuhunan Gunungjatiyang melihat kesibukannya membangunbersama para pendeta (ajar)sudah dinobatkan Kangjeng Sultanayahnya lalu kembali ke Cirebontempat tinggalnya ayahanda

i 052 (07) 1C ambubak, 2A wanadri, 2C wanadri, 3A ø, 3B buatii 053 (08) 1A ø, 2B tatanduran wus, 3A luwih-luwihiii 054 (09) 1B nenggih, 2A Molana, 2B Molana, 3A wangun, 3B wangun, 4C para

ajar, 5A angestreni, 5B angestreni ing

153

Page 154: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

055 (10)i Banten1 wus dadi nagararame ing/kang/ pada parapti2

akeh ingkang pada dagangwong gunung lawan wong sabinlawan wus gawe tangsiwangun masjid Karangantuiku3 kang dados nagara4

anulya5 anyebrang6 kalilantas ngulon maring lulurung Kawangsan

Banten sudah menjadi negarabanyak yang datingdan banyak yang berdagang (niaga)orang gunung dan petanidan sudah membuat tangsimembangun mesjid karangantuitu yang menjadi (lambing) negaralalu menyebrang sungaiterus ke arah Barat sepanjang lorong kawangsan

056 (11)ii Yatah Kangjeng Maulana1

derebe putra sasiki2

lanang (ing) 3jenenging putra3

mangka nulya4 den wastani5

Molana Yusuf singgihpunika jenenging sunusampun agung kang6 putrapan sampun derebe7 rabinulya iku waktuning wangun munara

Tersebutlah Kangjeng Molanamempunyai seorang anak, lelakimaka dinamainyaMolana Yusufitu nama anaknyasudah dewasa putranyadan telah mempunyai istriketika sedang membangun menara

057 (12)iii Wangun gedong kadalemanPakuwan kang den westaniwangun masjid Kaparnatansedanten pan sampun dadirame ingkang makardititiyang umyung gumuruhMolana1 Yusuf /pu/putra (ing) Sultan Abdulmaali2

Muhammad Syeh3 Zainulalimin putra4

Dan membangun istanayang dinamakan pakuwan(dan) membangun masjid Kaparnatan(yang dalam) sehari sudah jadi(karena) banyak yang bekerjaorang ramai membicarakannyaMolana Yusuf berputraSultan Abdulmaali Muhammad Syeh Zainulalimin (Ia) berputra

058 (13)iv Molana1 Sultan Abunash/a/r2

Abdulqodir3 // /pu/putra malih/11/Sultan4 5Abulmaali Ahmad5

kang6 jujuluk7 ing8 narpati9 (ingkang) 10Molana Sultan10

Abdulmali kang jujulukSultan Agung puputraingkang arsa lunga hajikang jujuluk puniku Pangeran Dakar

Maulana sultan AbunasharAbdulqodir yang juga berputrayang terkenal dengan Molana Sultan AbdulmaaliSultan agung berputrayang ingin pergi hajinama putranya ituPangeran Dakar

i 055 (10) 1A Ing Banten, 2A arapta, 2B arapta, 3A iku kang, 3B itu kang, 4B nagara itu, 5A nulya, 5B nuli, 6A nyebrang, 6B nyebrang

ii 056 (11) 1A Molana, 1B Molana, 2B satunggal, 2C satunggal, 3-3B ø, 4B nuli, 4C noli, 5A westani, 6A ingkang, 6B ingkang, 7A derbe, 7C derbe

iii 057 (12) 1C Maulana, 2B Abu Maali, 2C Abul Maali, 3C ø, 4A puputra, 4C puputra

iv 058 (13) 1C Maulana, 2C Abunasri, 3A Abdulqodir nulya, 3C Abdulqohar nulya, 4A ø, 4B puputra sultan, 4C Maulana sultan, 5-5A ø, 6A ø, 6B ingkang, 7A ø, 8A ø, 8B maring, 9A ø, 9B agung, 10-10B ø, 10-10C ø

154

Page 155: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

059 (14)i Pangeran matur anembahdatang kangjeng rama gusti kaula arsa ing Kabah kaula aneda idin ing kangjeng rama gustikaula kepengen lulusyen sawawi kang ramaanembah ing Kangjeng Gusti karsa ngideni1 k/aw/ula2 inggih jeng kesah

Pangeran berkata sambil menyembahdatang kangjeng ramakehadapan ayahandanyaHamba ingin hamba mohon izinkepada ayahanda rajahamba ingin benarjika ayahanda setujuberziarah ke makam Nabihasrat hamba mengetahui perjalanan Nabi

060 (15)ii Kang rama nulya1 aneda2

iya gusti anak mamikang3 uwis4 5jumeneng sultan5 ora kena lunga haji6iku laranganing widi6

7kang sampun jumeneng ratu7

8mantak rusuh nagara8

9ora kena munggah haji9

nulya10 sembah 11kang putra11 /ma/ring kangjeng rama

Ayahanda lalu memintaSudah menjadi janjikuasalkan hamba diizinkanoleh ayahandahamba ingin bersujud

061 (16)iii Sampun1 bayah jangji2 k/aw/ulaasal3 k/aw/ula den idinidening gusti kangjeng rama4 5aneda kaula gusti5

sujud6 ing7 Kangjeng Nabinembah8 ingkang Maha Agungmugi9 den tulusena10

pakesahe awakmaminulya eweuh manah/e/ kangjeng11 rama

Kepada Kangjeng nabidan menyembah Yang maha agungsemogalah dikabulkankepergian hamba “lalu bimbanglah hati ayahanda

i 059 (14) 1A ngendeni, 1B angundani, 2B gusti panutan, 2C gusti panutanii 060 (15) 1A anulya, 1B anulya, 2A ø, 3B ø, 4A ø, 4B ø, 5-5B ø, 6-6A ø, 6-6B

iya iku sebab cegahing widi, 7-7A ø, 7-7B kang arep dadi narpati, 8-8A ø, 8-8A kang sampun jumeneng ratu, 9-9A ø, 10A ø, 11-11A ø

iii 061 (16) 1B gusti sampun, 2C jangjining, 3C wong asal, 4A kawula, 4B rama yai, 5-5A pan ajeng sujud malih, 6A ø, 7A maring, 8A anembah, 8B anembah, 9A mugia, 9B mugia, 10B tulusane, 11B kang

155

Page 156: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

062 (17)i Kangjeng rama angandika1maring putrane1 aririhiya gusti anakingwang maring putra nira aglis rarawata (ing) nuli2

enggo(ning) momomot3 sangu4

5barang rupa5 kadaharan6

7sangune wong7 lunga hajipan sadaya sangunesampun samapta

Ayahanda berkata :kepada putranya dengan pelanya anakkusegeralah engkau bersiap-siap naik perahudipenuhi dengan bekaldan makanan yang bamyakorang pergi haji itusemua bekal telah tersedia

063 (18)ii Nanging ingkang1 wewekasan/ingkang/ lamun sira2 lunga hajiaja mampir ing nagara3

ingkang aran Pulo Putriingkono ana // putri/12/4warnane kalintang ayu4

sira pasti kagembangyen kongsi sira ninggaliingetena wewekasing kangjeng rama

Tetapi ada pesankujika engkau jadi pergi hajijangan singgah di negeriyang namanya Pulo Putrikarena di sana ada putridwajahnya sangat cantikengkau pasti akan tergodajika sampai engkau melihatnyaingat-ingatlah pesan ayahanda

III. Pupuh Kinanti (064 -- 102)

064 (01)iii Sultan Agung wus malengukliwat susahe ingkang1 atininggali maring kang putralampahe sampun lumariskapale pan sampun mintarsampun nenggah ing jaladri

Sultan Agung tercenungsangat sedih hatinyamemandang kepada putranyayang sudah berjalan hajikapalnya sudah berangkatsudah berada di tengah samudra

065 (02)iv 1Kapal sampun nengah laut1

pulo-pulo2 3den wungkulisampun lebah Pulo Pinangkapal riren den jangkaritan enggal tumulya mintarsampun negah ing jaladri3

Kapal sudah ke tengah lautpulau-pulau sudah dilewatisudah sampai di Pulau pinangkapal berhenti dipasang jangkartak lama kemudian berangkat lagisudah berada di tengah samudra

i 062 (17) 1-1A putra nira, 2A nuli perahu, 3C ø, 4C sangu ing perahu, 5-5A lan sakatahing , 5-5C lan dadaharane sadaya, 6C ø, 7-7A ing wong arsa

ii 063 (18) 1A tah, 1B sih, 1C sih, 2A wawakasan, 2B wewekas, 2C wewekas, 2A sida, 2B sida, 3A negari, 3B nagari, 4-4A ayune kalintang lintang

iii 064 (01) 1A ingkang, 1B ingkangiv 065 (02) 1-1B ø, 2A pulo-pulo wus, 2B ø, 3-3B ø

156

Page 157: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

066 (03)i Kapale pan sampun lajuing Madinah 1sampun p/a/rapti1

2pangeran tumulya manjat2

3ing Madinah sampun parapti3

aglis4 tawaf ing Masjidil haramsujud5 ing Kangjeng Nabi

Kapalnya sudah kencang berlayarsudah tiba di MadinahPangeran lalu turunsudah tiba di Madinahsegera tawaf di Masjidil Harambersujud kepada kangjeng nabi

067 (04) Wirid lan martabat pituzikir jahar lan satoritubadil lan zikir samantareq ingkang para walisadaya sampun sampurnapangeran arsa abalik

wirid dan martabat tujuhzikir jahar dan satoritubadil dan zikir saman(serta) belajar tareqat para walisemua sudah sempurnaPangeran bermaksud pulang

068 (04)ii Syeh Ahmad nulya amuwuspangeran yen arsa balik1inget wewekas1 kang/jeng/ ramasampun mampir2 /ing/ Pulo Putri3

yakti pangeran kagembangninggali maring sang putri

Syeh Ahmad lalu berkata:“Pangeran jika akan pulangingatlah pada pesan ayahmujangan singgah di Pulo Putri(karena) pasti pangeran tergodamelihat sang putri”

069 (06)iii 1Pangeran tumulya wangsul1 ///13/kapale2 pan3 4sampun praptisaksana tumulya mintarsampun negah ing jaladribahita kasilir baratkacandak ing Pulo Putri4

Pangeran lalu pulangsudah tiba di kapalnyadengan segera lalu berangkatsudah berada di tangah samudrakapalnya terseret angin barat(dan) terdaptar di Pulo putri

070 (07)iv 1Kapale riren tan /ana/ santun 1

pangeran2 manjat3 tumuli4

nulya5 putri6 7katinggalandenira7 Pangeran Haji8

9Pangeran Haji garjitaninggali maring sang putri9

kapalnya segera beristirahatPangeran segera turun (dari kapal)lalu terlihat Sang PutriPangeran haji senangmelihat sang putri

071 (08)v Pangeran Haji malengukapikir sajeroning1 atiapa ejin apa syetankang liwat wau sing rikuapa manusa2 /a/pa dewakula3 tembene ninggali

Pangeran Haji tercenungberpikir dalam hatinyajinkah atau syetanyang lewat tadi di sanamanusiakah atau dewabaru kali ini aku melihatnya

i 066 (03) 1-1 B tur aglis, 2-2B ø, 3-3B ø, 3-3C maro ing Madinah, 4B ø, 5B asujud, 5C wus sujud

ii 068 (05) 1-1A ingetna ing wewekase, 1-1B ingetna ing wewekase, 2C ø, 3C Manjeti

iii 069 (06) 1-1C ø, 2B ø, 3A ø, 3C ø, 4-4C ø.iv 070 (07) 1-1C ø, 2C ø, 3A mancat, 3B muncat, 4C ø, 5B anulya, 5C ø, 6A ø, 6B

ø, 7-7C ø, 8A ø, 9-9C ø.v 071 (08) 1A sajeroning, 1B sajeroning, 2C jin, 3A kaula, 3B kaula

157

Page 158: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

072 (09)i Datan lami nulya rawuhpangeran1 mendek agelisanulya2 den tanya sira3

he wong ayu sira ikuapa ejin apa dewa/apa manusa apa syetan/sang putri sahure aris

tak lama kemudian dating (lagi sang Putri)mendekat kepada Pangeran Hajilalu ditanya ia “ hai, manusiakah engkaujin atau dewa manusia atau syetan “sang putrid menjawab sopan

073 (10)ii Ature amelas ayunkaula manusa yakti1

dulure Raja Panditakang murub ing pulo ikiPangeran Haji ngandikapunapa derebe laki

kata-katanya menghiba “ hamba manusia sejatisaudara Raja Pandhitayang menguasai pulau ini “Pangeran Haji berkata “ apa punya suami “

074 (11)iii Sang putri alon sumahurnulya anembah tumuliing arsane Haji Pangerandenira pan1 sampun ajrihkaula boten upama2

boten wonten ingkangsudi3

sang Putri menjawab pelansambil menyembahdihadapan Pangeran Haji“ engkau jangan takut “ (kata Pangeran Haji) “ hamba tidak pantastidak ada yang mau “

075 (12)iv Haji pangeran amuwuslamun ing mangsa punikimanawa ayun akramaputra sultan ing nagarisang putri 1nulya ngandika1

langkung boten saupami

Pangeran Haji berkata: “ jika saat ini (apakah)engkau mau menikahputra Sultan dari negeri (Banten)sang Putri menjawab sopanitu lebih tidak pantas

076 (13)v Pangeran aris amuwuswong ayu manira gustiwong ayu aris // wacana/14/lamun Pangeran sawawiwong ayu ature1 ika2

dateng ing Pangeran Haji

Pangeran sopan berkata“ aku mau denganmu,dinda “si cantik berkata sopan “ jika Pangeran setuju,demikian tutur si cantikkepada Pangeran Haji

077 (14)vi Lan1 daweg (ing) pangeran2 pun3

ing derek kaula gustikang wasta Raja Panditakang wonten ing dalem puri4anulya sira angucapmanira ing dalem puri4

marilah Gusti Pangeranmenghadap saudara hambayang bernama Raja Panditayang berada di dalam istana

i 072 (09) 1A ing Pangeran Haji, 1A ingarsa Pangeran Haji, 2C aglis, 3A ø, 3B øii 073 (10) 1A sayakti, 1B sayaktiiii 074 (11) 1A apan, 1B apan, 2A saupami, 2B saupami, 3A sawudiiv 075 (12) 1-1A sahure aris, 1-1B nulya nembahv 076 (13) 1 C aris, 2A arum, 2C wacanavi 077 (14) 1A ø, 2A gusti pangeran, 3A ø, 3B ø, 4-4A ø, 4-4C ø

158

Page 159: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

078 (15)i Pangeran aris amuwusmaring manira sang putripayu kita pada turan1

ing derek andika yayi yen sawawi kalih karsaayun kaula rabeni

Pangeran sopan berkatakepada sang Putri“ mari kita menghadapsaudaramu dindajika disetujuiaku akan menikahimu

079 (16) Sang putri aris amuwuskados pundi awakmamidening balilu kaulaboten patuh ing nagaripangeran aris wacana maring sang putri punika

sang Putri menjawab sopanceritakan tentang aku…………………….dituduh tidak patuh kepada negaraPangeran berkata sopankepada sang Putri itu

080 (17)ii Lah payu medek rumuhunaturan awakmamimanira ayun akramaputra Sultan Banten1 singgihkang wasta Haji PangeranSultan Agung putraniki

nah, ayo kita menghadap dahuluceritakan tentang aku(bahwa) engkau akan menikah(dengan) putra Sultan Bantenbernama Pangeran Hajiputranya Sultan Agung

081 (18)iii Pangeran Haji tumenduk1

ing Raja Pandita anglingmanira Raja Panditaderebe saderek putriyen2 suwawi kalih karsaajeng kaula rabeni

Pangeran Haji menghormatkepada Raja Pandita (dan) berkata: “Anda, Raja Panditapunya saudara perempuanjika disetujuiaku akan nikahi “

082 (19) Raja pandita amuwusdatang ing Pangeran Hajilah daweg Haji Pangeranlamun andika sawawiakrama derek kaulananging boten saupami

Raja Pandita berkatakepada Pangeran Haji “Baiklah pangeran Hajijika anda setujumau bersaudara dengan hambatetapi (jika) tidak berkeberatan

083 (20)iv Nanging ana kang sun1 jaluksandange Pangeran Hajilamun sawawi ingkarsa2

daweg3 andika racutisakabeh sandang andikaaglis kaula salini

ada yang aku minta(yaitu) pakaian Pangeran Hajijika disetujuinah lebih baik anda lepaskansemua pakaianmulalu akan segera kuganti

i 078 (15) 1A aturan, 1B aturanii 080 (17) 1A sing Banten, 1B sing Banteniii 081 (18) 1A tumendek, 1B 1A tumendek, 2A lamun, 2B lamuniv 083 (20) 1A kaula, 2A kalih karsa, 2B kalih karsa, 3A lah daweg, 3B lah daweg

159

Page 160: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

084 (21) Angiket pinggang alus-aluskalawan dastar cawanitinaretes lan kancana ///15/inten gumebyar ing aksipanganggo kang sarwa emaiket pinggang kang rinukmi

(dengan ikat pinggang yang indahdan ikat kepala putih(yang) bertahtakan permataintan yang cahayanya gemerlapan(dengan) semua perlengkapan serba emasikat pinggang emas yang indah

085 (22)i 1Nanging ana kang sun jaluk1

sandange2 Pangeran Hajisakabeh nulya sinandangdaweg3 andika racuti4

5sakabeh sandang manira5

6aglis nulya6 7sun salini7

segera pakaian Pangeran Hajisemua lalu dipakaiPangeran Haji sudah diganti Pakaiannyasudah masuk ke dalam istanaberpengantin dengan sang Putri

086 (23)ii Raja pandita anggupuhambadeg kapal tumulitunggangang/e/ Haji PangeranRaja Pandita angganti1

sampun nunggang maring kapalenggal2 jangkare den tarik

Raja Pandita cepat-cepatsegera mengambil kapalkendaraan Pangeran HajiRaja Pandita menggantikannyasudah naik kapalcepat jangkarnya diangkat

087 (24)iii Kapale pan sampun lajusampun nengah ing jaladriwarnane Haji Pangeranpanganten lawan1 sang Putrisampun suka ing pamindalewih bungah ingkang ati

kapalnya segera laju (berlayar)sudah berada di tangah samudratersebutlah Pangeran Haji (yang menjadi) penganten dengan sang Putrisangat bahagia dengan pernikahannyabukan main senang hatinya

088 (25) Angrasa rabine ayutan inget ing parajangjiwewekase ramaniradumateng Pangeran Hajilagih ana ing nagarapangandika rama gusti

(ia) merasa istrinya cantik(sehingga) tak ingat pada janji(dan) pesan ayahnyakepada Pangeran Hajiketika berada di negara (Banten)(ia) lupa pada kata-kata ayahnya

089 (26) Mandane andika iku wong ayu aneng nagarilungguh maring kaparnatansun lungguhaken ing korsipantes temen dadi nataing Banten tan ana tanding

“pantasnya engkau, (jika) kita sama-sama ke negri (Banten)duduk di singgasana(akan) kedudukan (dinda) di kursipantas benar menjadi (pendamping) rajadi Banten tak (akan ada yang dapat menandingi”

i 085 (22) 1-1A ø, 2A enggal sandange, 3A Haji Pangeran, 3B lah daweg, 4A wus den salini, 5-5A wus melebet ing jero puri, 6-6A panganten lan, 6C aglis, 7-7A sang putri, 7C kaula salin

ii 086 (23) 1A agenten, 1B agenten, 2A enggal deniii 087 (24) 1A lan

160

Page 161: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

090 (27)i Sang Putri aris amuwus/ing/ arsane Pangeran Hajiatutur derek maniraRaja Pandita inguni1

anglindih ing kasultananing Banten punang nagari

sang Putri pelan menjawabdi hadapan Pangeran Haji:“menurut saudarakuRaja Pandita dahulu(bahwa ia akan) melibas kesultananBanten”

091 (28)ii Pangeran Haji malengukapikir sajeroning1 atimanda rusuh ing nagaripasti kang rama den lindihdenira Raja // Pandita/16/pasti rusuh kang nagari

Pangeran Haji lalu tercecungberfikir dalam hatinyapasti rusuh negarapasti ayahnya yang di libasoleh Raja Panditapasti rusuh negara

092 (29)iii Raja Pandita wus lajusampun1 p/a/rapta ing BatawiRaja Pandita wus mancatsaking kapale2 ing Batawinulya kapendak lan Jendrallan Kumendur Idler Semit

Raja Pandita sudah laju (berlayar)telah tiba di Betawiraja Pandita sudah turundari kapalnya di Betawilalu berjumpa dengan Jendraldan Komandur Idler Semit

093 (30)iv Raja Pandita amuturing Jendral lan Idler Semitheh tuwan awakmanirapan tambene rawuh hajipan kaula putra sultaning Banten punang nagari

Raja Pandhita berkatakepada Jendral dan Idler Semit“Hai Tuan, hamba (ini)baru pulang hajidan hamba putra Sultannegri Banten

094 (31)v Ya tuwan kaula maturkados pundi awakmamilamun boten den akuha1sabab k/a/ula sampun lami1

lamun rusuh ing nagarikula2 neda den tulungi

ya Tuan, (jika) hamba pulangbagaimanakah hamba (ini)jika tidak diakuisebab hamba sudah lama (meninggalkan negara)jika (nanti) negara kacauhamba mohon ditolong”

095 (32)vi Tuan1 jendral aris amuwus2

3dumateng ing sultan haji3

lamun boten den akuha manira tumulya4 aglislah isun5 arsa tulungalamun isun den upahi

Jendral sopan berkata“jika tidak diakuiaku akan segera membantu(tetapi) aku akan menolongjika aku dibayar”

i 090 (27) 1A ingkangii 091 (28) 1A sajeroning, 1B jenenganiii 092 (29) 1A wus sampun, 2A kapale, 2C kapaleiv 093 (30) 1A amuturing, 1C øv 094 (31) 1-1C ø, 2A kaula, 2B kaulavi 095 (32) 1A pan, 2A amuwus, 2B amuwus, 3-3A ø, 4A nulya, 5A isun

161

Page 162: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

096 (33)i Sultan Haji waca1 gupuh2

iya mara sun upahi3

yen isun den tulungayen kongsi rusuh nagari4

5mara tah den isun iya5

mangko sun upehi nagari

Sultan Haji berkata;“ya akan saya bayarjika saya ditolongjika benar negara sampai kacaumaka akan bayar (dengan) negara”

097 (34)ii Wus dadi ing jangji nipunSultan haji nulya agliswangsul ing punang bahitanulya layare den tarikwus layar ingkang bahitaing pabean1 sampun2 prapti

sudah disepakati perjanjiannyaSultan Haji lalu segerakembali ke kapallalu layarnya ditariksudah berlayar kapalnya (ia) sudah tiba di Pabean

098 (35)iii Nulya manjat tana santuning pabehan Sultan Haji1kapengin kapetuk1 rama2

Sultan Agung wastanekianging wangko3 sih kangjeng Sultandatan // arsa anemoni/17/

lalu segera turunSultan Haji di Pabeaningin bertemudengan ayahnya yang bernama Sultan Agungtetapi Kangjeng Sultan sekarangtidak mau menemui

099 (36)iv Wus daweg1 ing alun-alunSultan Agung tan nemonisampun pirang-pirang dina2sultan pintune2 3den kancing3

warga ponggawa wakewuhan4

ngaturaken /kang/ rawuh haji

sudah berada di alun-alunSultan Agung tidak mau menemuisudah beberapa hariwarga Ponggawa kwbingunganmelaporkan bahwa yang datang (adalah) Haji

100 (37)v 1Wus lawas1 denira /a/tunggunanging boten den temonisadaya warga Ponggawaanut maring Sultan Hajinulya ing sawiji dinaSultan Haji ing Batawi

sudah lama ia menunggutetapi tidak ditemuisemua para ponggawasudah ikut kepada Sultan Hajilalu pada suatu hariSultan Haji ke Betawi

101 (38)vi 1Aglis manira1 tumanduk2

3Sultan Haji ing Batawi3

nulya katemu lan jendralsampun4 matur Sultan Hajiwau kita5 par/a/jangjianarsa tulung maring mami

lalu bertemu dengan jendralsudah berkata Sultan Haji “kita kan sudah membuat perjanjian(bahwa tuan) akan menolongku

102 (39)vii Wus lawas isun alungguhisun datan den temoni

sudah lama saya duduk (tetapi) saya tidak ditemui

i 096 (33) 1A aris, 1A wacana, 1C wacana, 2A amuwus, 3A upahe, 3B upahe, 4A ing nagari4, 5-5A ø, 5-5C iya mara isun den upahi

ii 097 (34) 1A pabean pabehan, 2C sultan, 3A parapti, 3B parapti, 3C hajiiii 098 (35) 1-1C ø, 2A lan rama, 2B lan rama, 2C ø, 3A sih, 3C øiv 099 (36) 1A dodok, 1C dadak, 2-2A ø, 3-3A ø, 3-3B akancing, 4A wakewuhanv 100 (37) 1-1A lawasevi 101 (38) 1-1A ø, 2A ø, 2B tumandek, 3-3A ø, 4A wus, 5C sampunvii 102 (39) 1A kaula, 2C daten

162

Page 163: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

lamun tuan ayun tulungisun1 boten2 den temonimalah pirang-pirang dinalebah ing waktu puniki

kalau tuan akan menolonginilah saatnyamalah sudah berhari-harisaya tidak ditemui

IV. Pupuh Pangkur (103 -- 151)

103 (01)i Tuan1 Jendral nulya ngucap2

sampun susah k/a/ula kang anglodasi3

ing tandange Sultan Agungwus/ pepek baris walandaJayangsekar lawan maning saradadu4

wus pepek balane Jendralarsa tulung Sultan Haji

Jendral lalu berkata:“jangan sedih hamba yang akan melayani perangpada perlakuan Sultan Agungsudah lengkap pasukan BelandaJayangsekar dan juga serdadulengkap (semua) prajurit Jendral(yang) akan menolong Sultan Haji

104 (02)ii Sultan Agung nulya medal1

sasambat Sultan Agung maring Inggrispan datan tulung iku2

wong tua tukar /lan/ anak3

langkung susah Inggris manahe kalangkunganggur isun endah lungasuminggir // saking nagari /18/

Sultan Agung keluarKemudian Sultan Agung mengadu ke Inggris (tetapi Inggris) tidak mau menolongorang tua kok bertengkar dengan anaksangat menyusahkan Inggrishatinya sangat susah(memutuskan) lebih baik aku pergimenyingkir dari negri (ini)

105 (03)iii Sabab isun lewih1 susah/am/belani ayun angladosi jurityatah mangko Sultan Agunglangkung susahing2 manahnulya 3ngelos sarayate3 Sultan4 Agung5

barang-barang wus den gawamundur saking Bulowarni

sebab (ini) lebih menyulitkan aku(mana yang) akan dibela dalam peperanganmaka tersebutlah Sultan Agungsemakin menyusahkanlalu Sultanbarang-barangnya sudah dibawa(ia) mundur dari Bulowarni

106 (04)iv Mangetan ming Dukuh Malangnulya lantas ning Sawahluhur /pun/ikising Batawi sampun rawuhing Banten sampun munggahsampun sepi (ing) kratone Sultan Agungpunika1 pan sampun sukasakabeh ing bala kapir

ke timur ke Dukuh Malangdan kemudian ke Sawahluhurpasukan dari Betawi sudah datang(mereka) tiba di Banten (tetapi) sudah sepi keraton Sultan Agungitu menyenangkan Jendraldan semua pasukan kapir

i 103 (01) 1A ø, 2A angucap, 3A anglodasi jurit, 3B anglodasi jurit, 4A serdadu, 4B serdadu

ii 104 (02) 1B sasambat, 2A ø, 2B puniki, 2C ø, 3B akan ikuiii 105 (03) 1A lewih-lewih, 1C liwat, 2A susah, 3-3A ø, 3-3B ø, 4B ø, 5A ø, 5B øiv 106 (04) 1B jendral, 1C puniki

163

Page 164: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

107 (05)i Ing kono den tumaninahSultan Agung ana ing rawa singitakeh ingkah pada sujuding rawa wangun nagri1

dadi rame wangun khatib lan mumurukwangun gedong Kadikaranlawan maning bendung2 kali

di sana sudah tenangSultan Agung berada di rawa angkerbanyak yang mengabdi (kepadanya)di rawa (angker itu ia) membangun negara(yang) jadi ramai karena (ia) berkhutbah dan mengajar agamamembangun gedung Kadikarandan membendung sungai

108 (06)ii Sultan Agung kang lagi susahanggulati ing1 enggon kang asingit2

ing karaton3 Sawahluhurmusna4 lantas mangetanalas Pontang punika5 ingkang6 den jug-jugelor ning7 Desa8 Ulabanrawa singit kang den ungsi

Sultan Agung sedang susahmencari tempat yang sepidi kraton SawahluhurMolana lalu ke timurhutan Pontang yang ditujudi sebelah utara desa Ulabanrawa angker yang dijadikan tempat pengungsiannya

109 (07)iii 1Wangun gedong kadikaran1

2wus den susuk2 tibane maring3 masigitterus4 tiba5 ing Sidayununjang ing kali Pontangsampun dadi susukane Sultan Agungjujuluke Tirtayasabanyu suci adimurih

membangun terusan Tanaharajuga dari mesjidterus ke Sidayumelintasi sungan Pontangsudah jadi terusan Sultan agung (itu)(yang) digelari Tirtayasa(artinya) air suci yang utama

110 (08)iv Sabab iku1 Kangjeng Sultan ///19/nalikane sumingkir /sak/ing nagariing riku dening alungguhelor saking Ulabanlangkung rame wong2 maca Quran puniku3

kalawan wong maca kitabpan sadaya sampun dadi

itu sebabnya Kangjeng Sultanketika menyingkir dari negeridi sana Baginda bertahtadi sebelah utara desa Ulabansemakin ramai orang belajarsemarak orang membaca Qur’andan juga membaca kitab(karena) semuanya sudah jadi

i 107 (05) 1A nagari, 1B ø, 1C ø, 2A ambendung, 2B ø, 2C øii 108 (06) 1A ø, 2A sepi, 2B singit, 3A kraton. 3B karatone, 4A molana, 5A ø, 5B

ø, 6A kang, 7A saking, 7B saking, 8B øiii 109 (07) 1-1A Tanahara wus den susuk, 1-1C bedung lebah kadikaran, 2-2A ø,

3A ning, 4A den terus, 5A tibane, 5B tibaneiv 110 (08) 1A ø, 1C nyata, 2A mumuruk wong, 3A gumuruh, 3B puniki

164

Page 165: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

111 (09)i Wus lami ning Tirtayasanulya mangko kawarta ing nagariSultan Haji nulya gupuh1

mepek2 baris walandalan wong Jawa Sultan Haji arsa angluruging nagara Tirtayasaing Sultan Agung puniki

sudah lama membina Tirtayasamaka kemudian terdengar di negeri (SurosowanSultan Haji lalu cepat-cepatmempersuapkan prajurit Belandadan orang Jawa, Sultan Haji bermaksud menyerbuke negara Tirtayasake (keraton) Sultan Agung ini

112 (10)ii Wus pepek baris walandalan wong Jawa wus pepek sadaya saminulya mintar tan asantungagaman /sam/pun samaptabedil tinggar mariyem 1lawan terebuspistol2 cilik lan pamurasmiwah obat lawan pelor

sudah lengkap barisan Belandadan orang Jawa semua sudah lengkaplalu berangkatsenjata sudah disiapkansenapan, tinggir meriyam, dantarbon, pistol kecil, dan pamurasjuga mesiu dan peluru

113 (11)iii Sampun pasang kang1 bahitalan bala sadaya wus tata samipada munggah ing perahupan enggal nulya mintar pasang layar mangetan pan sampun laju prapta2 Muhara Pontangwus /me/lebet bahita niki

sudah disiapkan perahudan semua pasukansemua sudah naiksegera ke perahu lalu pergi ke timur tersebutlah sudah laju berlayar (ketika) tibake muara Pontangsudah masuk ke perahunya

114 (12)iv Mudik saking Kali Pontang nulya parapta ing Sidayu linggihsadaya pan sampun kumpul1

sarju ing Lebahujungden2 baris3 tumbak mariyem lawan terbos4

bedil tinggar lan pamurassadaya wus den eseni

mudik dari sungai Pontanglalu tiba di Sidayusemua duduk beristirahatdi Lebahujungdiatur pasukan tombak, mariyamdan terbos, senapan, tinggar, dan pamurassemua sudah diisi

115 (13)v Anempuh ing TirtayasaSultan // Agung datan ngladeni1 jurit2

/20/sakabeh pada melayububar ning3 Tirtayasasabalane Sultan Agung pan melayuangungsi (ing) alas rancabala anusup ing singit4

menuju TirtayasaSultan agung tidak melayaniprajurit semua lariberpencar dari Tirtayasapasukan Sultan agungsemua pergi mengungsidi hutan Ranca pasukan sembunyidi rawa angker

i 111 (09) 1A anggupuh, 2A amepek, 2B amepekii 112 (10) 1-1A kalawan tarbon, 1-1B tarbon kumpul, 2A lan pistoliii 113 (11) 1A ø, 1B ø, 2A wus parapta ing, 2B ing, 2C paraptaiv 114 (12) 1A ø, 2B ø, 3A tata baris, 3B tata baris, 4B terbos kumpulv 115 (13) 1A angladeni, 1B ø, 1C angladosi, 2B ø, 2C ø, 3A saking, 3B ø, 4A

wana singit, 4B ø, 4C rawa singit

165

Page 166: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

116 (14)i 1Sawareh ing Kepunduhankang sawareh ing Pamarayan (iki)iku angungsi ing konolungguh pada sewangansabalane (da)tan (ing) paranipun wus pada ngungsi kuripan/an/gulati wara kang singit1

sebagian di Kepunduhandan sebagian di Pamarayanmengungsi di situmasing-masing pada duduksemua pasukansudah mengungsimencari tempat yang sepi

117 (15)ii 1Sultan Haji balamanira /sam/pun wangsul Sultan Agung sampun sepiwus pada nunggang perahuSultan Haji /sam/pun mintar Sak(eh)ing Tirtayasa wus pada munduring Banten jumeneng1 sultan2

3sampun karta ing nagari3

pasukan Suktan Haji sudah kembali(tempat) Sultan Agung sudah sepisemua naik perahuSultan Haji sudah meninggalkanTirtayasasemua mundur ke Bantenmenduduki singgasanasudah maju negara

118 (16)iii 1Wus tetep jumeneng sultaning pakuwan k/a/raton wus1 den2 3linggihiwarga ponggawa wus anut/ing/ sultan kang rawuh anyarsampun rame3 keratone4 5wus gumuruh5

6saban dina suka-sukaing alun-alun abaris6

Sultan sudah menetapdi Keraton Pakuwanberkumpul di alun-alunsudah ikut kepada Sultan Hajiyang baru saja datang (Haji)sudah ramai bergemuruh di keratonnyaSultan Haji

119 (17)iv 1Nunggal dina babarisansakatahe warga Ponggawa baris den tata ing alun-alunanging /sih/ Tubagus Buangdatan1 arsa2 3anut /ing/ parentahipunlangkung3 4duka manah4 5sultaning ponggawa kang sawiji5

setiap hari berbarisseluruh warga Ponggawa diatur di alun-alunnamun Tubagus Buangtidak mau menuruti(sehingga) Sultan sangat marahkepada salah satu pegawainya (ini)

120 (18)v 1Tan anut maring // parentah/21/Sultan Haji1 tumindak2 3paribadiTus Buang den tanya gupuhanut /atawa ora/ maring SultanTus Buang (a)nulya sumahur pan isunmangsa anut anging sirasabab sira iku ejin3

tidak mau menurutperintah Sultan Hajilalu (ia) bertindak sendiriditanyanya Tubagus Buangikut atau tidak kepada SultanTubagus Buang lalu menjawabmasa aku ikut kepada engakausebab engkau itu adalah jin

i 116 (14) 1-1B ø, 1-1C øii 117 (15) 1-1B ø, 2A ratu, 2B ø, 2C tana, 3-3B øiii 118 (16) 1-1B ø, 2A den alun-alun, 2B ø, 3-3B ø, 4A keratone sultan haji, 5-5B

ø, 6-6A ø, 6-6B øiv 119 (17) 1-1B ø, 2A ayun arsa, 2B ø, 3-3B ø, 4-4A marahe, 4-4B ø, 5-5B øv 120 (18) 1-1B ø, 2A nulya tumindak, 2B ø, 3-3B ø

166

Page 167: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

121 (19)i 1Ananging jumeneng Sultantan rumasa yen paranakan ejinSultan Haji nulya1 amuwus2

3ing arsane3 Tus4 5Buangyen mangkono5 nira6 7angalawan ratu7

8lah maraden rasakenamangko sun gada tumuli8

Sultan terdiammerasa bahwa dirinya keturunan jinSultan Haji marahkepada Tubagus Buang(bahwa) Tubagus Buang itumelawan rajamaka rasakan nanti segera kugada

122 (20)ii 1Yen sira arsa anggada1

tiba kena sun wales /ka/lawan kerisSultan Haji nulya2 gupuhnulya Tubagus Buang3ingarsane Tubagus Buang puniku3

4tumuli Tubagus Buang4

5anulya angunus keris5

jika engkau ingin membunuhkujika kena (awas) kubalas dengan kerisSultan Haji lalu cepat-cepat mengangkat gadalalu Tubagus Buang segera menghunus kerislalu warga Ponggawa memisahyang sedang bertengkar tersebut

123 (21)iii Warga ponggawa sadaya/a/tulungi Tus Buang lan Sultan Hajisakaro1 pada den rangkul2ajar/e/ /kang/ warga ponggawa2

3boten sahe wong tukaran /nga/lawan ratuTubagus Buang angucapbesuk sira sun tandangi3

semua warga ponggawamenoling Tubagus Buang dan Sultan Hajikeduanya dipelukwarga Ponggawa berkata:tidak baik bertengkar melawan rajaTubagus Buang berkatakelak kita segera bertanding

124 (22)iv Tubagus Buang angucap iku1 maring pandakawan kakalih2

Ki Boled Ki3 Tabli iku4

/pa/yo kita pada lungaing Nagara Sukaraja iku besukkita angalawan sultansabab dudu Ratu Asyim

Tubagus Buang lalu berkata:kepada kedua pelayannyaKi Boled dan Ki Tabli “ayo kita pergi dari negri (ini)ke Sukarajabesok (kita) akan melawan Sultansebab (dia) bukan keturunan raja mulia

125 (23)v 1Yakti iku yen gogodan1

sultan haji2 iku paranakan // jin3

/22/dudu putra Sultan Agungsalimuran iku iya 4putra sultan den tutup wesmanira punpara ponggawa tan wikanyen iku dulure putri4

(dia) itu bukan Sultan (yang sebenarnya)(yang) itu adalah keturunan jin(dia) bukan putra Sultan Agungitu putra Sultan yang palsu(karena itu) ditutup pintunya warga ponggawatidak tahu karena (dia) itu saudara Putri

i 121 (19) 1-1B ø, 2A amuwus, 2B ø, 3-3B ø, 4A tubagus, 4B ø, 5-5B ø, 6A manira, 6B ø, 6C ø, 7-7B ø, 7-7C tadahena gadanisun, 8-8B ø

ii 122 (20) 1-1B eh manira ngangkat gada, 1-1C tubagus buang angucap, 2A nulya angangkat gada, 3-3A ø, 3-3B tiba kena gadanira puniki, 4-4A ø, 5-5A angrapih ing kang tukar punuki, 5-5C angunus kang punang keris

iii 123 (21) 1A sakarone, 2-2B ø, 2-2C den sapih tatakaran, 3-3B ø.iv 124 (22) 1A ø, 1B ø, 2A kang kakalih, 2C wong kakalih, 3A lan Ki, 4A sampunv 125 (23) 1-1A pan iku dudu, 1-1B yakni iku gogodan, 2A sasurupan, 3A ejin, 4-

4B ø.

167

Page 168: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

126 (24)i Mulane isun tan arsaanut maring parentahe punikibesuk sun ngalawan sewotmanawi1 /ka/dungsang-dungsang2

3apan isun mangsa kalaha asayut3

4lan isun mangsa wedaya4

ing5 yudane6 7sultan haji7

itu sebabnya saya tidak maupatuh kepada perintahnya(karena itu) kelak aku akan melawannya habis- habisanmudah-mudahan Sultan Haji kesulitandalam pertempuran dengankuakan lawan prajurit itu

127 (25)ii Wus minter Tubagus Buanglan Ki Boled 1Ki Tabli1 datan karidening manahe kalangkunglunga maring Sukaraja2ara dening ing Sukaraja2 punikupabuarane3 Mas Hasaning riku melebet kuli

sudah berangkat Tubagus Buangdengan Ki Boled tidak ketinggalanhatinya teramat (marah)ia pergi dari Sukarajamenuju ke Pabuaran (ke tempat) Mas Hasandi situ (ia) tinggal

128 (26)iii Ing pabuaran/e/ Mas Hasan1sampun lami Tus1 Buang dening /a/linggihanging Mas Hasan tan weruh iku Tubagus Buanglawas-lawas nenggih Mas Hasan punikutumulya awangun2 hajatlangkung rame wangun kardi

ke Pabuaran (ke tempat) Mas Hasansudah lama Tubagus Buang duduktetapi Mas Hasan tidak tahu (bahwa) ituTubagus Buangpada waktu itu Mas Hasansedang mengadakan hajatsangat ramai pestanya

129 (27)iv Lah1 iku Tubagus Buang2yen Mas Hasan nikahken putraneki2

nenggeh3 4Tus Buang puniku4

ngucap5 ing pandakawan6ing Ki Boled6 sira7 nulia8 den9 gupuh10

anjaluka11 papangananlan daging kebo satitik

demikianlah Tubagus Buangberkata kepada pelayannyakepada Ki Boled dan Ki Tabliengkau segeramintalah makanandan daging kerbau sedikit

i 126 (24) 1B manawa, 1C manawa, 2B gedong sapsahan, 3-3A ø, 3-3B mangkane mangsa kalahu besuk, 4-4A ø, 5A ø, 6A ø, 6B yudane punika ing 7-7A ø

ii 127 (25) 1-1A ø, 2-2A ø, 2-2B ø, 3A ing pabuarane, 3B ing pabuaraneiii 128 (26) 1-1B tubagus, 2A wangun, 2B wanguniv 129 (27) 1A ø, 1B puniku, 2-2A ø, 3A ø, 3B nenggih, 4-4A ø, 5A angucap, 5B

angucap, 6A ing Ki Boled lan Ki Tabli, 6-6B mara Ki Boled, 7C ø, 8A anulia, 8B ø, 9B ø, 9C ø, 10C jajaluk, 11A anjaluk, 11B anjaluk

168

Page 169: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

130 (28)i Ki Boled tumulya kesyah ///23/lunga desa1 Mas Hasan wus2 /den/ pedekienggal manira anjalukwarnaning papangananlawan maning daging kebo sun anjalukMas Hasan wus garandakanan ulih salah sawiji

Ki Boled lalu pergipergi ke desa Mas Hasansetelah didekati segera ia mintamacam-macam makanandan juga daging kerbauakan meminta Mas Hasanberkata iasatu macam (makanan) pun tidak diperoleh

131 (29)ii 1Ki Boled nulya angucap1

2boten angsal kaula tan den wehi2

aris denira amatur maring Tubagus Buang3

risaksana tumendak4 5ing wesmanipun5

6katiga lan pandakawan6

panganten arep sun lindih

lalu (ia) berkatakepada Tubagus Buangyang turun Tubagus Buangbertiga dengan abdinyapengantin akan kurampas

132 (30)iii Tan enggal1 tumulya p/a/raptamaring desa panganten den2 tinggalisakaro pada alungguh3

panganten lagi unggah4

datan enggal Tubagus Buang punikupanganten sampun5 den selagaglis nulya den dodoki

tidak lama kemudian tiba (ia)ke desa pengantin itusudah dilihat keduanyapengantin sedang duduk-dudukdi pelaminantak lama Tubagus Buang itupengantinnya sudah digantilalu segera (pelaminannya) diduduki

133 (31)iv Ingkang lanang den kon lungamangsa iki isun ingkang anduwenipanganten tumulya mundurrusu wong1 Sukarajaaluyuran swarane2 umyung gumuruhtandange wong sukaraja3kaya arsa amejahi3

pengantin lelaki disuruh pergisekarang ini aku yang punyapengantin lelaki disuruh mundurgempar orang Sukarajaramai suara orang membicarakan, gemuruh suaranya

134 (32)v 1Mas hasan nulya1 samapta2

sakatahing3 4wong Sukaraja4 iki5

tumbak6 golok7 8lan pepentung8

ngrubung9 Tubagus Buangsakatahe wong kang pada angarubuganging datan derbe polahtan ana kang bisa musik

prilaku orang Sukarajasudah siap membawa tombak, golok dan pentunganmengerumungi Tubagus Buangsemua orang yang mengerumuninya(tetapi) tidak ada yang mampu bergeraktidak ada yang dapat bergerak

i 130 (28) 1A desane, 1B ing desa, 1C ing desa, 2C sunii 131 (29) 1-1A ø, 1-1B nenggeh Tubagus Buang, 2-2A ø, 2-2B sumaur bature

sadaya sami, 3A buang tubagus buang, 4A isun tumendak, 4B kang tumendek, 4C isun den tumendak, 5-5A ø, 5-5C ø, 6-6B padakawan lah weruh nira

iii 132 (30) 1C suare, 2B punika panganten wus den, 3A lungguh, 3B lungguh, 4A unggah-unggahan, 4B unggah-unggahan, 4C unggahan, 5A wus, 5B ewus

iv 133 (31) 1A uwong, 2A sawarane, 2B sawarane, 2C sahara, 3-3A øv 134 (32) 1-1A ø, 2B sambat 2A ø, 3A ø, 3C sakatahe, 4-4A ø, 5A ø, 5B puniki,

5C puniki, 6A wus sadiya tumbak, 7B golok, 7C galak, 8-8A lawan pentungan, 9A ngarubung, 9B angrubung, 9C ngerubung

169

Page 170: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

135 (33)i Cengeng kang pada tuminggalora nana wong kang wani1 marekiTus Buang lagi alungguhlan panganten /i/stri /pun/ikadatan obah Tus buang dening alungguhsakabeh wong Sukaraja cengeng denira ninggali

tercengang yang melihatnyatidak ada orang yang berani mendekatiTubagus Buang sedang dudukdengan pengantin perempuantidak bergerak Tubagus Buang duduknyasemua orang Sukarajatercengang melihatnya

136 (34)ii Tus Buang aris ngandika ///24//ing Ki/ Boled1 takonana2 denira3 aglisapa karepe wong ikugamane racutenakumpulena sakabeh pakakas nipungawanen merene padasawiji ajana4 kari

Tubagus Buang berkata pelankepada Ki Boled “itu tanyakanlah segeraapa maunya mereka itusenjatanya lucutikumpulkan segala alat-alat itubawa ke sinisatu pun jangan ada yang ketinggalan

137 (35)iii Sakabeh wus rinacutan1

perkakas2 punika3 sadaya samilan4 wonge5 sakabeh turu6lah iku6 tangikena lan hajate sakabeh pada wong ikumangka wus tangi sadayanuli pada sujud sami

semua sudah dilucutisekalian senjata merekasemua orang yang tidurbangunkan semuanyadan semua orang itumaka ketika sudah terjaga semualalus semuanya sujud

138 (36)iv Sakabeh wus pada tobating1 Tus2 Buang mangka ngandika3 aris4

lamun sira ora weruhisun pan gusti siraiya isun wong kansunyatan puniku5

kang wasta Tubagus Buangisun kang den waris abdi

semua sudah bertobatkepada Tubagus Buangmaka (ia) berkata lembutjika (kalian) tidak tahuaku((ini) adalah rajamuaku (ini) orang saktinamaku Tubagus Buangaku yang diwariskan abdi

139 (37)v Sakabeh wong Sukaraja/pad/asujud lanang wadon gede ciliksakabeh wus pada anut nunggal dina aseba1

ana beras papamangan atur-aturgumuruh sawara2 ingkang3

pada atur-atur bukti

semua orang Sukarajasekalian sujud, laki-laki, perempuan besar kecilsemua sudah ikutsetiap hari mereka menghadapmembawa beras, makanan dan hantaranramai gemuruh suaranyayang menghaturkan makanan

i 135 (33) 1A øii 136 (34) 1B Boled lan Ki Tabli, 2A lah tokonana, 2b ika takonana, 3C den, 4A

aja ana kang, 4B aja ana kangiii 137 (35) 1C sirnacutan, 2A perkakase, 2B pakakse, 2C pakakase, 3B puniku, 4A

ø, 5B ewonge, 6-6A iku kabeh, 6-6B kabeh ikuiv 138 (36) 1B sadaya maring, 2A Tubagus, 2B Tubagus, 3A angandika, 3B

angandika, 4B garis, 5A ika, 5B øv 139 (37) 1A wong pada seba, 1B pada seba, 2A sawarane, 2B sawarane, 3B

bala-bala, 3C nira

170

Page 171: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

140 (38)i Lan ana sawiji dinaingkang parapta Ki Tapa den1 wastanimarentah kukumpul baturngajak2 ngurus3 nagaraSultan Haji iku payo kita tempuhsabab dudu putra natasiluman4 dulure5 putri

dan pada suatu haritersebutlah ada seorang yang datang Ki Tapa namanya(ia) memerintahkan orang-orang untuk berkumpul(ia) mengajak mengurus negaraSultan Haji ituayo kita serang (dia)sebab (dia) bukan turunan raja (dia) itu jelmaan saudaranya Putri

141 (39)ii Putra1 Sultan Agung punika2

aneng3 Pulo Manjeti lawan sang putri (dening) 4kang laju angaku4

yen putra Sultan (ika)mangka iku payo pada kita tempuhsakabeh warga ponggawa ///25/kaya wong matapipirik

putra Sultan Agung ituada di Pulau Manjeti(ia) bersama sang Putriyang datang ini (ia) mengaku putra Sultanoleh karena itu ayo kita serangsemua warga ponggawaseperti orang yang gelap mata

142 (40)iii Sultan Agung dadi susahiya iku sabab warga ponggawi1

ora nana ingkang anut/pa/ngandika Kangjeng Sultansabab iku Sultan Agung dadi kundurlungane saparan-parananusup ing wana singit

Sultan Agung jadi susahkarena itu warga ponggawanyatidak ada yang mau menurutiperkataan Kangjeng Sultanitu sebabnya Sultan Agung pulangperginya tak tentu tujuanmenyusup ke hutan angker

143 (41)iv Aneng alas Rancasila1

ya2 ingkono3 Sultan Agung4 anepi5

adoh elor adoh ngidulora nan6 desa-desalan mulane Tus Buang ing mangsa ikudadi maring Sukarajaamepek bala sing ukir

di hutan Rancasiladi sana Sultan Agung menempati jauh dari utara dan selatantak ada desa-desaitu sebabnya Tubagus Buangakhirnya ke Sukaraja (untuk) mempersiapkan pasukan dari gunung

i 140 (38) 1A ingkang den, 1B kang den, 2C angajak, 3A ngurusi, 3B ngurusi, 4A salimuran, 4B wong salimuran saking Pulo Manjeti punika, 5A duluring

ii 141 (39) 1-1C ingkang laju ngaku putra, 2A punika, 2B punika, 3A ana ing, 3B ana ing, 4-4B ø, 4-4C ø

iii 142 (40) 1A ponggawaiv 143 (41) 1C rancabala, 2A iya, 2B ø, 3B ing riku, 4A ø, 5A enggone, 6A nana,

6B nana

171

Page 172: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

144 (42)i Yen mangko1 Tubagus Buangwus amepek wong2 Sukaraja iki3

wong Sukaraja wus kumpulkabeh4 wong Sukarajalan Ki Tapa ing5 Sukaraja wus6 kumpul7

sakabeh bala wus gelar8

kalawan wong Gunung Magrib

tersebutlah Tubagus Buangsudah mempersiapkan orang Sukarajaorang Sukaraja berkumpulsemua orang SukarajaKi Tapa dan orang Sukaraja berkumpulsemua pasukan sudah bersiapdan juga orang Gunung Magrib

145 (43)ii Cihae lan CiampeyaGunung Muncung Cibadak Bagaleri/putih/ Bogor Pelabuhan RatuBinuangen Kawungpandakpepek1 sakabeh2 prajurit kumpulaneng tegal Kahuripanmupakat/an/ sadaya sami

Cihahe dan CihampeaGunung Muncung CibadakBagaleri putih, Bogor, BinuangKawungpandhak lengkapsemua prajurit berkumpuldi padang Kahuripansemua bermufakat

146 (44)iii Benteng kang kita barandah1

sabab iku akeh barang l/aw/an picisbedil obat pasti gumuh2enggon pada2 kita yuda3

wus mupakat sadaya prajuritipunpamuk lawan pamuk nulya/mentar/ ing benteng nulya parapti4

benteng yang akan kita serbusebab di sana banyak barang dan uangsenapan dan mesiu pasti bertimbunkita akan berperangsudah sepakat semua prajuritnya…………..lalu mereka berangkat ke bentengtak lama kemudian tiba

147 (45)iv Wus pada atata1 yudaCina // benteng wus telas pan den amuki/26/2Walanda lawan serdadu2

sampun3 pejah sadaya4

lan barange sakabeh pada den pikuloleh bedil lawan obat miwah barang lawan5 picis6

sudah bersiap melakukan peperanganbenteng Cina sudah rubuhdiserang Belandadan serdadu sudah mati semuabarang-barangnya diangkutmereka memperoleh senapan dan obatjuga barang dan uang

148 (46)v 1Barange wus rinayaken1

sarupane2 ora nana /ing/kang kariTus Buang pan sampun munduranjugjug pesanggrahan3

maring Betung ingkono4 sakabeh5 kumpulbalane Tubagus Buangnulya p/a/rapta ing6 Betawi

barang-barangnya sudah dirajahsemuanya tidak ada yang ketinggalanTubagus Buang sudah mundur (mereka) tiba di Pesanggrahandi Betung itulahsemua berkumpulpasukan Tubagus Buang

i 144 (42) 1B amepak, 3C bala wong, 3A puniku, 3B puniku, 4A sakehe, 4B sakabeh, 4C sakabeh, 5B ø, 5C wong, 6B ø, 7B akumpul, 8A gumelar, 8B gumelar

ii 145 (43) 1A ø, 2A kabeh, 2C kabeh sadayaiii 146 (44) 1A bedah, 2-2C engko banda, 2-2C ingkang, 3B barandah, 4A paraptaiv 147 (45) 1C tata, 2-2B bedil obat pasti kumpul, 3A wus pada, 3B pada, 4C

sadayane, 5A lan, 5C lan, 6C mimisv 148 (46) 1-1B obat kalawan senjata, iku kabeh wus den rayahi, 2C sarumane, 3A

ing pesanggrahan, 3B ing pesanggrahan, 4B ing gunung, 5A kabeh, 6A sing, 6C ning

172

Page 173: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

149 (47)i Walanda lan Jayengsengkargumuruh Tus Buang nulya ninggaliWalanda lan saradadu1

kaya lalaron medal2langkung katah Walanda2 lawan3 serdadu4 prajurit5 isun sadayaden enggal denira cawis

kemudian tiba dari Betawi (pasukan) Belanda dan Jayengsengkar gemuruhTubagus Bung lalu melihat Belandaibaratnya seperti laronyang keluar bukan kepalang banyaknya (pasukan) Belanda dan serdadu “hai prajuritku semuasegeralah kalian bersiap-siap

150 (48)ii Yen akeh musuh paraptalah den enggal 1pada tandange jurit1

kabeh2 pada alok amukbalane Tubagus Buangwus tumandang Walanda pada den amuklangkung katah ingkang pejahbangke asusun atindih

karena banyak musuh yang datangmarilah cepat kalian hadapi (lalu) semua berseru mengamuk pasukantubagus Buang sudahbertindak (pasukan) Belandadiamuk banyak sekaliyang matibangkai tersusun tumpang tindih

151 (49)iii Jayangsengkar lan Walandaakeh1 mati dadi2 sagara getih3kang urip3 4pada malayu4

lan Tus5 Buang saksana6

risaksana anulya7 8mangulon mundur8

mangulon9 ning Tegal Papakparek ragas parnahneki

Jayangsengkar dan Belandabanyak yang mati (medan pertempuran) sudah jadi lautan darahmereka yang hidup melarikan dirimengungsi ke Sulakarta itudan Tubagus Buang seketika itulalu mundur ke barat ke Tegal Papaktempatnya dekat Ragas

V. Pupuh Durma (152 -- 179)

152 (01)iv Den warnane Sultan Haji angsal wartayen ana musuh prapti1

pernah/e/ /ing/ Tegal Papakingkang2 wasta T/ubag/us // Buang/27/iku3 kang dadi bupatiing4 Tegal Papak

tersebutlah Sultan Haji mendapat beritakalau ada musuh yang datangtempatnya di Tegal Papakyang bernama Tubagus Buangdialah pemimpinnyadi Tegal Papakdan banyaknya prajurit

i 149 (47) 1A serdadu, 1B serdadu, 2-2B lengkung-lengkung katahipun, 3A lan, 3C lan, 4B ø, 5A he prajurit, 5B he prajurit

ii 150 (48) 1-1A tanding parajurit, 1-1B pada tepang jurit, 2A sakabeh, 2C sakabehiii 151 (49) 1A akeh kang pada, 1B apan wus akeh kang, 2A wus dadi, 2B wus

dadi, 3-3A padha ngungsi, 3-3B kang urub, 4-4A Sulakarta puniku, 5A tubagus, 6A ø, 7A ø, 7B nulya, 7C ø, 8-8A mundur mangulon, 8-8B mundur mangulon, 9A ø, 9B ø

iv 152 (01) 1A parapta, 1B parapti 1C parapti, 2B kang, 2C kang, 3A puniku, 3B inggih, 4A aneng, 5A parajurit, 5C parjurit

173

Page 174: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

lan akeh kang prajurit5

153 (02)i Sultan Haji nulya 1sigra mepek bala1

wong Jawa lan wong kapir/ang/lurug /ing/ Tegal Papak2sadaya sampun mintar2

sabalane Sultan Hajiing Tegal Papak enggal3 nulya4 parapti

Sultan haji lalu segeramempersiapkan pasukannya orang Jawadan orang kapiruntuk) menyerbu ke Tegal Papaksemuanya bergegaspasukannya Sultan Hajike Tegal Papak lalu segera datang

154 (03)ii Nulya mangsa1 Sultan Haji balanira/Tu/bagus Buang ninggalilamun musuh2 p/a/raptawong kapir3 /lan/ wong Jawa4

sabalane Sultan Hajilah pariyatna sakatahing5 parajurit6

kemudian pada suatu saatpasukan Sultan HajiTubagus Buang melihatbahwa musuh yang datangorang kapir dan orang Jawa (mereka) pasukan Sultan Haji“nah kita perintahkan semua prajurit (untuk melawan)

155 (04)iii Sampun campuh pan sampun tumbak tinumbakpedang pinedang1 malihrame denira yudabangke susun atumpukora lawan parajurit/de/ning kabaranan/wus/ dadi sagara getih

perang sudah terjadimereka saling menombakjuga saling memedangbertambah ramai pertempurannyabangkai bersusun bertumpukprajurit tidak melawanyang terluka(Tegal Papak) sudah menjadi lautan darah

156 (05)iv Akeh mati Sultan Haji balanira1

melayu /sa/daya samirebut2 urip /sewang-/sewanganrawa-rawa3 /den/ babentang4

palayune Sultan Hajilali ing raganyebrang ing rawa cekil

pasukan Sultan Haji banyak yang matisemuanya melarikan dirimencari selamat sendiri-sendirirawa-rawa dilewatiSultan Haji juga melarikan dirilupa akan dirinyamenyebrang ke rawa cekil

157 (06)v Nulya lantas nyebrang kali1 Kamayungantan ana wong sawijibatur/e/ pada sasah2

pejah3 4tampa wilangan4

5balanira Sultan Haji5

6 wus kalah6 yuda7

lalu terus menyebrangke sungai Kamayungantidak ada seorangpun yang menemaninyasemua menyebar dan matitidak terhitung jumlahnyasudah kalah lagi perangnya

i 153 (02) 1-1A sigara amepek balane, 1-1C segara mepek bala, 2-2A pan enggal sadaya, 2-2B sadaya pan sampun mintar, 3A den enggal, 4B tumulya, 4C tumulya

ii 154 (03) 1B maju, 1C mangseh, 2B ana musuh, 3B jawa, 4B kupar, 5C sakatahe, 6A parajurit, 6C parjurit

iii 155 (04) 1A pinedangan, 1B pinedanganiv 156 (05) 1C balane, 2A ribut, 3B malah rawa, 4B ungsuni, 4C palayunev 157 (06) 1C maring, 2A asasah, 3A kang pejah, 3B akeh ingkang pada pejah, 3C

akeh kang pejah, 4-4B ø, 4-4C ø, 5-5A yudane sampun kalah, 6-6A malih Sultan, 6-6C dening kabaratan, 7A ø, 7C ø, 8-8B ø, 8-8C balanira

174

Page 175: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

8kang aran8 Sultan Haji yang namanya Sultan Haji

158 (07)i Tana dungu Tus Buang anulya pindahing Patahiran1 /pun/ikimangka2 nulya p/a/rapta(ing) Sultan /Haji/ balanirasaradadu 3lan Walandi3

ing Patahiran wus nempuh parajurit

tidak lama kemudian Tubagus Buangpindah ke Patahiranpada saat itu tibapasukan Sultan Hajiserdadu dan Belandadi Patahiran ramai prajurit bertempur

159 (08)ii Wus pariyatna1 balane Tubagus Buang2pada sikep juritbalane Tus Buang2

/ka/lawan balane Sultanwus campuh denira jurit3

ing Patahiran rame /de/nira ajurit

sudah diperintahkanpasukan Tubagus Buangdan pasukan Sultan (Haji)mereka sudah bertempur hadap-hadapandi Patahiran ramai mereka bertempur

160 (09)iii Sultan Haji balane lebur sadayasakarene kang uriprahayu Tus Buang ///28/ora nana ingkang pejahpepek sabalane sami(ing) Sultan Haji balanira1 kundur2 sami3

Sultan Haji pasukannya bercerai-beraimasih banyak yang hidupTubagus Buang selamatada yang matipasukannya masih lengkappasukan Sultan Haji pulang semua

161 (10)iv Sampun bubar yudane Tubagus Buangsabalan/e/ Sultan Hajilangkung1 katah /kang/ pejahTus Buang ing balanirasakabeh pada angalihing kadikaran /wus/ budal2 sadaya sami

sudah selesai pertempuran Tubagus Buangadapun pasukan Sultan Hajibanyak yang matiTubagus Buang dan pasukannyasemua sudah pindahke Kadikaran sudah berangkat semua

162 (11)v Sampun lantas sakabeh maring Karundanging1 Parung Sentul /a/linggihlawase2 dening (kang) tumaninahmusuh daten paraptanulya barang dina malihTubagus Buang nyebrang sadaya sami

semua sudah langsungmenuju ke Karundangdi Parung Sentul(mereka) beristirahat setelah beberapa lama tenangada musuh yang datanglalu hari berikutnyaTubagus Buang bersama prajuritnya Menyebrang

i 158 (07) 1C panyahiran, 2B mangkana, 3-3A lan walanda, 3-3B walanda ikiii 159 (08) 1A pariyatna, 1B papritah, 1C parayatna, 2-2A ø, 2-2B ø, 3A ajuritiii 160 (09) 1B balasira, 2A akundur, 3A sadaya sami, 3B sadayaiv 161 (10) 1A ø, 2B angkat, 2C lantasv 162 (11) 1C ø, 2A lawas, 2C lawas

175

Page 176: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

163 (12)i Panenjoan1 Tus Buang ngulati parnahkang enak panggon2 juritiku3 Margasanamapan enak alega4

lawan padek Pulowartienak payudan ing Margasana linggih5

di peninjauannya,Tubagus Buang mencari tempatyang enak untuk berperangyaitu di Margasana(karena) enak dan luasdan dekat dengan Pulowartienak bertempur di sana di Margasana itu

164 (13)ii Nulya lantas Tus Buang sing panenjoan(den)ing Margasana alinggih1

ingkang2 tumaninahwus pepek bala sadayamariyem sampun cumawising Margasana sampun atata3 jurit

lalu terus Tubagus Buangke peninjauan di Margasana (mereka) beristirahatdi sana (mereka) tenangsudah lengkap semua pasukannyameriam sudah tersediadi Margasana sudah siap seluruh prajurit

165 (14)iii Lewih suka perange ing Margasanapasang tumbak1 lan2 bedil3

bangke susun tumpang tindih4 ing Margasana5 wong Jawa lawan wong kapiring Margasana 6wong Jawa6 7lawan kapir7

lebih seru pertempurannya di Margasana(mereka juga) mempersiapkan tombak dan senapanbangkai berusun tumpang tindihdi margasana ituorang Jawa dan orang kapirdi Margasana melawan orang kapir

166 (15)iv Sampun lawas yudane ing Margasanamambu1 2amis abacin2

wus3 mambu babatang4Tuan Tapa4 angucap5

wus sedeng pada angalihora enak mangan6

mambu7 amis8 abacin9

sudah lama pertempuran di Margasanabaunya amis busukbau mayat menmbusuk Tuan Tapa lalu berkatakepada Tubagus Buang “sudahlah semua segera pindahdi sini tidak enak baunya busuk

i 163 (12) 1A Ing panenjoan, 1B Ing panenjoan, 2A panggonan, 2B pangonaning, 2C enggon, 3A iku ing, 3B iku ing, 4A lega, 5A puniki, 5B alinggih

ii 164 (13) 1C linggih, 2A ingkono, 2B ing riku, 2C ingkono, 3A aneng tang, 3B øiii 165 (14) 1B ø, 1B ø, 2A lawan, 2B ø, 2C ø, 3B bedil lawan mimis tumbak-

tinumbakan, 3C bedil binedil tumbak pan tinumbak, 4C atindih perang, 5A Margasana punika, 6-6A ø, 6-6B ø, 7-7B tumbak tinumbakan

iv 166 (15) 1A mambune, 1B mambune, 1C ø, 2-2C ø, 3A kongas wus, 3B kongas, 3C ø, 4-4B tus buang, 5A nulya angucap, 5B bari tapa, 5C mara, 6A mapan, 6B ø, 7A mambune, 7B mambune, 8A ø, 8C amis lawan, 9C bacin

176

Page 177: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

167 (16)i Tan langgana Tuwan Tapa nulya mentar1tan ngartos1 ingwang2 neki3

4Tus Buang4 // ngalih5 /ing/ Serang/29/sarta6 bala7 sadaya8

ing Serang wus tata juritdening9 tumulya Tus Buang kenang mimis

tidak setuju Tuan Tapa, lalu (ia) pergi(ia hanya) mengutus pembantunyaTubagus Buang pindah ke Serangbersama seluruh pasukannyadi Serang sudah diaturkemudian Tubagus Buang kena peluru

168 (17)ii Nulya ngucap Tus Buang ing pandakawanheh Boled sira1 yaktiiku lajo kena ing laku kita2 yuda3 (tan) 4gumingsir kapir4

sun5 kabarajan6

tangan /i/sun kenang mimis

lalu berkata Tubagus Buangkepada pengiringnya “Hai Boled ketahuilah olehmupertahankan (perjuangan ini) jangan goyahmelawan Jendral kapir itutanganku kena peluru

169 (18)iii Wus den racuti sandange Tubagus buangKi Boled /kang/ tunggu1 juritLan2 Ki Tabli ika3

rame denira yuda4

pangamuke nyaradoti5

wus6 kaisinan 7den amuk7 akeh /kang/ mati

sudah dilepaskan pakaian Tubagus BuangKi Boled yang menggantikannya memimpin Perangdan Ki Tabli ituramai pertempuran merekapamukan berbondong-bondongBelanda sudah menanggung malu karena banyak yang mati

170 (19)iv Sampun kumpul Sultan Haji balaniraWalanda akeh1 matibangke susun2 tumpang3

ing Banten /wus/ ora nanaiku tandes pada mati perang ing Serang/nuli/ musna (ing) Sultan Haji

sudah berkumpul pasukan Sultan Hajibelanda banyak yang matibangkai bersusun tumpang tindihdi Banten sudah tidak ada (Belanda)sudah tumpas mati semua perang di Seranglalu musnah Sultan Haji

171 (20)v Sampun minggat Sultan Haji tan kuningan1

tan weruh2 paranekibalane3 sampun telas den amuk dening Ki Tabli4lawan sabalane sami4

Sultan Haji sudah pergi melarikan diritidak ketahuan, tidak diketahui tempatnyasemua pasukannya sudah habis diamukoleh Ki Tabli

i 167 (16) 1-1A lan angutus, 1-1B agustus, 2A ing rewang, 2B rewange, 2C rewang ing, 3A reki, 3B sami, 4-4B enak tubagus buang, 5B angalih, 6C saparaptane, 7A balane, 7B balane, 8B sami, 8C ø, 9A den, 9B ø, 9C den

ii 168 (17) 1A sira den, 1B sira den, 2Aø, 2C ø, 3A aja, 3B ayuda, 3C ajagu, 4-4B pacuwan sira gumingsir, 4-4C mingsira, 5A ø, 5B isun, 5C isun, 6A jendral, 6B wus kabaran

iii 169 (18) 1B nunggung, 1C nanggung, 2A lawan, 3B punika, 4A ayuda, 5A nyeru wuwude, 5B borodone, 6A ø, 7-7A walanda

iv 170 (19) 1A akeh kang, 1B akeh kang, 2A asusun, 2B asusun, 3B atumpang tindih

v 171 (20) 1A kauningan, 2A weruh ing, 2B weruh ing, 3B bala sadaya, 4-4A ø, 4-4B ø, 5A ø, 5B denira, 6A ø, 7A ø, 7B walanda wus, 8-8A ø

177

Page 178: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

iku5 sadaya6

walanda7 8pada mati8

172 (21)i Ingkang urip melayu ing Sulakartananging masih /den/ boroni1

den/ing/ bala2 Tus Buang3tekeng Batawi pisan3

Ki Boled lawan Ki Tabli den udag-udagnunggal lawang /den/ bungkari

yang selamat melarikan diri ke Sulakartatetapi masih terus diburuoleh pasukan Tubagus BuangKi Boled dan Ki Tabli dikejar-kejarsetiap pintu dibuka dengan paksa

173 (22)ii Pan sadaya Walanda wus tutup lawangnanging masih /den/ gulati1

tan kandeg ing2 yuda3

dening kalangkung sukanulya ana lawang sawiji iku4 kang menga5

Walanda6 pada manjing // /30/

semua Belandasudah menutup pintutetapi terus dicaritak terhenti pertempurannyakarena sangat senangnyalalu ada sebuah pintu yang terbukasemua belanda masuk

174 (23)iii Datan enggal1 Ki Boled sabalanira2

/am/buru walanda manjingtan wikan yen ana sajabaning3 piluang4

5apan ora katingali5

pan bumi rata Ki Boled /sa/balaneki

tak lama Ki Boled dan pasukannyamemburu Belanda (juga) masuktidak tahu jika ada lubangseperti tanah datar

175 (24)iv Sampun carem kabeh kalebu ing lawansurak kang bala kapir/kina/rebut lan sanjataprajurit1 /tan/ bisa polahgumuruh sawaraning kapirpamuk sadayapejah 2suka wong2 kapir

Ki Boled beserta pengikutnyasudah terjerumus semua masuk lubangbersorak pasukan kapir (mereka) dikeroyok dengan senjatapasukan (Ki Boled) tak bisa bergerakgemuruh suara kapirsemua pamuk matisenang orang kapir itu

i 172 (21) 1B boroni, 1C barani, 2B balane, 3-3A ø, 3-3B ika megetan tekeng batawi

ii 173 (22) 1B buruni, 1C guluti, 2A dening, 2C tan, 3B tandangira, 3C tandangira, 4A ing, 4C ø, 5C masih menga, 6A Walandane, 6B Walandane

iii 174 (23) 1C suare, 2A sabala, 3A ø, 3B manjingyen, 4B wonten luang, 4C lawang ika, 5-5A ø, 5-5B wonten sawijining kori iku den tingali

iv 175 (24) 1A parajurit, 1C parajurit, 2-2A suka tan dening, 2-2B katingalira

178

Page 179: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

176 (25)i Sampun repeh polahe1 Tubagus Buangpamuk/e/ wus pada matikalebu2 3ing luwang3

kabeh wus pada pejahsampun4 karta ing5 nagari6sampuning karta6

jumeneng7 Ratu Sarip

sudah berhenti perlawanan Tubagus Buangpamuknya sudah mati semua masuk ke dalam lubangsemua sudah matisudah tenang negarakarena sudah bertahtaratu yang bernama Ratu Sarip

177 (26)ii 1Ratu Sarip1 ngurusi2 Banten nagarawus /den/ tata Pulowarti3

linggih4 kaparnatanwus karta ing nagaranulya Ratu sarip baliking kaparnatanSultan Ambon wastan/ek/i

Ratu Sarip yang mengurusi Bantennegara sudah diatur di Pulowartiduduknya di singgasanasudah aman negaralalu Ratu Sarip kembali (yang) menduduki singgasana (digantikan) (oleh) yang bernama Sultan Ambon

178 (27)iii Sultan Ambon tan arsa ing kaparnataning Gedong Cinde linggih1

iku gawe parnahwangun gedong satata2

kadatone3 paribadi4

nulya sumalah/wangun/ Sultan saking Kanari

Sultan Ambon ingin singgasananyadidudukan di Gedung Cindedi situ (ia) membangun istana pribaditidak lama (ia) wafat digantikan oleh Sultan Kanari

179 (28)iv Den wastani Kangjeng1 Sultan AbdulpatahMuhyidin Abdulqodirnulya derbe tingkah boten patut2 /lan/ wong katahwirang ing para3 ponggawi4

sawiji5 dina/den/ suduk6 Tubagus Ali

namanya Sultan AbdulpatahMuhyidin Abdulqodirlalu (ia) mempunyai perangaiyang tidak pantas pada orang banyakmalu semua ponggawadan suatu hari (ia) ditikam Tubagus Ali

i 176 (25) 1A ø, 2A kabeh kalebu, 3-3B ing pluwangan, 3-3C pluwangan, 4A wus, 4B wus, 5B maring, 6-6A pan sampuning, 6-6B pan wus karta, 7A jumeneng ratu kang wasta, 7B wus jumeneng

ii 177 (26) 1-1B ø, 2A angurusi, 2B 2A angurusi, 3B ing pulowarti, 4A lulungguh ing, 4B lulungguh ing

iii 178 (27) 1A alinggih, 1B alinggih, 2A ø, 2B gora jawasatata, 3A ø, 3B gedung, 4A paribadi tan lami

iv 179 (28) 1A ø, 1B ø, 2B paptut, 2C amaca, 3A ø, 4A ponggawa, 5A lan sawiji, 6A tusuk-tusuk

179

Page 180: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

180 (29)i Yatah pejah (dening) Sultan AbdulpatahMuhammad1 Muhyidin2

nulya nganter Sultan ///31/jumeneng3 Sultan Ishaqsampun karta ing4 nagariwarga ponggawasukanira tan sepi

maka mati SultanAbdulpatah Muhyidinlalu diganti lagi Sultanyang bernama Sultan Ishaqsudah sejahtera negarawarga ponggawa sangat menyukainya

VI. Pupuh Kinanti (180 -- 218)

181 (01)ii Wonten ganti kang winuwuskang kari ing Pulo Putriingkang bener putra Sultanpuniku arsa abalik1

ing Banten punang nagarirahina wengi anangis

ada ganti cerita(tentang) yang tertinggal di Pulo Putri(yaltu) putra Sultan yang sebenarnya(ia) itu ingin kembalike negri Bantensiang malam (ia) menangis

182 (02)iii Aneda maring yang agungya Allah Pangeran mamhamba kepengen wangsulan1

ing kadaton hamba Gustimugiya den ampurahaing salah kaula gusti

memohon kepada Yang Agung“ya Allah ya Tuhankuhamba ingin pulangke kraton hamba ya Tuhansemoga dimaafkan segala kesalahan hamba ya Tuhan

183 (03)iv Bebendon1 ingkang yang2 agunging awak kaula gustiugia3 den ampuraha gogodan ing awakmamiya Allah pangeran hamba4kaula teda4 ing5 gusti

kepada Yang Maha Agung (aku serahkan)semoga Kau ampunicobaan padaku iniya Allah ya Tuhankuhamba mohon ya Tuhan

184 (04)v Rahina wengi melengukkatuwone awakmamiAllah ta’ala ngandika1ring Malaikat1 Jabrailjuputen umat Muhammadkang /ka/sasar ing Pulo Putri

siang malam tercenungampuni hamba (ya Tuhan)Allah ta’ala berkatakepada malaikat Jibril: “jemputlah umat Muhammadyang tersesat di Pulo Putri (itu)”

i 180 (29) 1A ø, 1B ø, 2B ø, 3A kang kakasih, 3B kang jumeneng, 4A øii 181 (01) 1A balik, 1B balikiii 182 (02) 1A wangsuliv 183 (03) 1A ø, 2A ø, 2B yang kang, 3A muga-muga, 4-4B kang kaula, 5A ø, 5B

tedak gustiv 184 (04) 1-1A maring Malaikat, 1-1B maring malikat

180

Page 181: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

185 (05)i Pangeran nulya den juputden bakta ing Ka’bah malihsampun parapta ing Ka’bahasujud1 ing Kangjeng Nabitawaf ing Masjidil Haramwus tareq ing para wali

Pangeran lalu dijemputda bawa ke Ka’bah lagisudah sampai di Ka’bahsujud kepada Kangjeng Nabitawaf di Masjidil Haramsudah tareq kepada para wali

186 (06)ii Pangeran nulya1 umaturatobat ing para wali2sing pundi marga kaulakaula kapengen mulih2

Syeh Ahmad nulya ngandikadumateng // pangeran haji/32/

Pangeran berkata (setelah) bertobatkepada para waliPangeran ingin pulangbertanya kepada Syeh AhmadSyeh Ahmad lalu berkatakepada Pangeran Haji

187 (07)iii Saking riku marga agung1ning aer1 jam-jam puniki2

tan enggal silem pangeranpangeran silem tumuliwonten marga agung kalintangmarga saking jero bumi

“dari jalan besar itudari air zam-zam itunah, segeralah menyelam, pangeranPangeran segera menyelam(di dalam air itu) ada jalan yang luar biasa besarnyajalan dari dalam bumi

188 (08) Marga ika kang den uruttan enggal nulya paraptimedale saking Bulakankaleresan Rancapaksisaking riku dening medalHaji Mangsur jeneng reki

jalan itu yang ditelusuri (nya)tak lama kemudian (ia) sampaikeluar dari desa Bulakankebetulan Rancapaksidi situ tempat (ia) munculHaji Mangsur namanya

189 (09)iv Jujuluke Haji Mangsuring Cimanuk dening alinggihiku wus karsaning Allahora1 kongang dados2 narpatiDen Buang nama PangeranHaji Mangsur wastakeni

julukannya adalah Haji Mangsurdi Cimanuk tinggalnyaitu sudah kehendak Allahtidak diizinkan menjadi rajadibuang nama Pangeran(nya)Haji Mangsur namanya

190 (10)v Wus tetep aneng1 Cimanukboten wangsul ing nagariing Banten 2wus jeneng sultan2

3iku Muhammad Muhyidin3

jumeneng Sultan Abdulpatahsabab den suduk Tus Ali

sudah mebetap di Cimanuktidak pulang ke negara (Banten)(ketika itu) di Banten bertahta sebagai SultanAbdulpatahsebab ia (mati) ditikam Tubagus Ali

i 185 (05) 1A sujudii 186 (06) 1A ø, 1C haji, 2-2A pangeran arsa balik, atakon maring syeh ahmadiii 187 (07) 1-1A saking er, 1-1B saking jero er, 2A puniku, 2B puniku, 2C punikuiv .189 (09) 1C tan, 2A balik maningv 190 (10) 1A denira lungguh ing, 2-2A ø, 2-2C kang jumeneng sultan, 3-3A ø

181

Page 182: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

191 (11)i Kang jumeneng Sultan Gemukdatan1 lami nulya matiganti dening Kangjeng Sultankang wasta Sultan Muhyidin2kaganti ing2 Sultan Ishaqiya iku kang gumati

yang menggantikannya (adalah) Sultan gemuktidak lama (ia) juga matidiganti oleh Kangjeng Sultanyang bernama Sultan Muhyidindiganti oleh Sultan Ishaqyang kemudian meninggal

192 (12) Ing nalikane punikuana kusuma sawijijujuluk Mas Zakarialawan Mas Tanda punikiakeh Cina pada rusakiku pada den rampogi

pada saat ituada seorang bangsawanpanggilannya Mas Zakariadan Mas Tandhabanyak Cina dirusakdan dirampok

193 (13)ii Ing nalika gawe rusuh1Cina rusak den rampogigawe rusuh ing nagaraMas Jakaria puniki1

akeh2 Cina 3pada rusak3

4umahe den baradehi4

ketika kerusuhan terjadidi negri Cinamenjadi sasaran perampokan(saat itu) Mas tandha di Lemah Duhur

194 (14)iii Mas Tanda ing Lemah DuhurMas Zakaria puniki1

Cina Putat kang den rusakiku ingkang den rampogiyen ngalawan penajahanlamun nurut // den rayahi2

/33/

Mas Zakaria di situ(hanya) Cina Putat yang dirusak ituyang dirampokjika melawan dibunuhjika menurut digeradah

195 (15) Kongsine nulya melayuing Ngabehisalam /pun/ikiparnahe /ing/ Tanaharaden ajak maring nerpatineda tulung parakaraCina rusak den rampogi

(Cina) kaongsi lalu melarikan dirike Ngabehisalamtempatnya di Tanahara(mereka) diajak menghadap raja(untuk) minta tolong mengnaiCina yang dirusak dan dirampok

196 (16)iv Aturane1 ing2 sang ratuabdanipun Kangjeng GustiCina3 ingkang sampun telaskongsi Putat den rampogipuniki atur kauladumateng ing Kangjeng Gusti

laporannya kepada rajaabdi bagindasudah menghabisi Cina-Cina(mereka) merampok Cina Kongsi dan Cina Putatdemikian laporan hambakepada Kangjeng Gusti

i 191 (11) 1A den, 2-2A kang ganti dening, 2-2B anggenteni ingii 193 (13) 1-1A ø, 2A ing nagari, 3-3A ø, 4-4A kongsi den rampogiiii 194 (14) 1A ingkono, 1B puniku, 1C ing gawe iki, 2A baradahiiv 196 (16) 1B turane, 1C atyrena, 2A maring, 3A cina-cina

182

Page 183: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

197 (17)i Sang ratu 1tumulya muwus1

/ing/ sakehe para ponggawi2

lah3 mara pariksanana4sapa ingkang anglampahilamun yakti5 Ki6 Mas Tandaiku kang dadi bupati

Baginda lalu berkatakepada semua ponggawa“Nah, ayo segera diperiksasiapa yang melakukannyajika iku Mas Tandhayang menjadi pemimpinnya

198 (18)ii Lah pada Cikelen gupuhgawanen marene aglissun hukum lawan syereatendah karta ing nagariMas Tanda dados khalipahMas Zakaria prajurit1

tangkaplah (ia) segerabawalah cepat ke siniakan kuhukum dengan syari’atagar negara menjadi amanMas Tandha yang jadi pemimpinnyaMas Zakaria jadi prajuritnya

199 (19)iii Nulya nira1 tana santun2sakehe warga2 ponggawi3

kalawan Ngabehisalamlawan maning Cina KongsiKi Patih lan Arya Sobahkalawan Pangeran Ardi

lalu dengan segera iaseluruh warga ponggawabeserta Ngabehisalamdan juga Cina kongsiKi Patih dan Ariya Sobahjuga dengan Pangeran Ardi

200 (20)iv Mas Tanda ingkang den jugjug1

iku kang dados bupatilamun sih Mas Zakariaiku lamun ulih-ulihkumpul ing2 umahe Mas Tandaingkono maris upeti

as Tandha yang dikenalyang menjadi pemimpinnyajika Mas Zakaria itu yang dapat (ditangkap)berkumpul di rumahnya Mas Tandhadi situ (ia) membayar upeti

201 (21)v Ingkono anggone andumbarang-barang lawan picis1mangka lamun1 (ing) palastaMas Tanda ulih upetikarane iku Mas Tandabener itungane iki

di situ digunakan (tempat) menyimpanbarang-barang dan uangmaka kalau………Mas Tandha dapat upetikarena itu Mas Tandhaperhitungannya tepat

202 (22)vi Nenggeh ing waktu punikuSultan Ishak // lan Ki Patih/34/ngandika1 /ing/ warga ponggawapariksanen /de/nira aglisCina kang pada /den/ rayahikang ngalawan den pejahi

pada waktu ituSultan Ishaq dan Ki Patihberkata kepada para ponggawaperiksalah segera oleh kalian semuaCina yang dijarahyang melawan dibunuh

i 197 (17) 1-1A tumulya amuwus, 1-1B nulya amuwus, 1-1C tu,ulya muwus, 2A ponggawa, 3A malah, 4A pariksanen, 4B age pariksanen, 5B iku, 6A ø, 6B ø

ii 198 (18) 1A dados parajurit, 1B dados prajuritiii 199 (19) 1A manira, 1B manira, 1C nintar, 2-2B arya sobah, 3A ponggawa, 3B

punikiiv 200 (20) 1A jujuluk, 1B , 2B ø, 2C anengv 201 (21) 1-1B ø, 1-1C lamun sampunvi 202 (22) 1A angandika, 1B ø

183

Page 184: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

203 (23) Pada mentar tan na santunAria Sobah lan /Pangeran/ Ardisarta lan Ngabehisalamlawan maning Cina kongsip/a/rapta ing umah/e/ Mas Tandatembene lorod pabaris

(mereka) segera pergiAriya Sobah dan Pangeran Ardidan Ki Ngabehisalamdan juga Cina kongsitiba di rumah Mas Tandhayang baru membubarkan pasukan

204 (24)i Nalikane1 wayah shubuhMas Tanda masih agulingnulya Ki2 Ngabehisalamanggadeg ing lawang rekiden nyana kang3 saban-sabanora nyana yen nar(a)pati

ketika waktu subuhMas Tandha masih tertidurlalu Ki Ngabehisalamberdiri di depan pintudikira seperti yang biasanyatidak tahu bahwa (itu urusan) raja

205 (25)ii Mas Tanda sampun den1 barutsawise2 dening3 talenimangka rabine tumandangdening4 arsa ambelanianging Mas Tanda tan arsaisun aja den belani

Mas Tandha sudah diringkussesudah diikatmaka istrinya berbuat sesuatu(ia) mau membela (suaminya)tetapi Mas tandha tidak inginaku jangan dibela

206 (26)iii Nulya rabine anubrukteruse angunus kerisenggal manira den candakdenira Pangeran ArdiMas Tanda nulya angucap1

isun aja den belani

lalu istrinya menubrukterus menghunus keriscepatlah aku ditangkapPangeran ArdiMas tandha lalu berkata: “Aku jangan dibeladan aku jangan dicontoh

207 (27)iv Lan aja isun den gugu/sa/bab iku Pangeran Ardiiku1 2wirang ing2 nagarasabab parentah narpatiwus bayah den apakenasabab karsa ing narpati

sebab itu Pangeran Ardinanti malu negarakarena (ia) diperintah raja(saya) sudah pasrah mau diapakan jugasebab (itu) kehendak raja

208 (28)v Mas Tanda pan sampun lajuing Tanahara 1wus prapti1

risaksana nulya lantasing Banten sampun paraptiwus katur ing Kangjeng Sultanmapan sampun den tampani

Mas tandha sudah langsung (dibawa)sudah tiba di Tanaharalalu dengan segerasudah tiba di Bantensudah dilaporkan kepada Kangjeng Sultandan sudah diterima

i 204 (24) 1A nalika, 2A ø, 2C ø, 3A kenaii 205 (25) 1A ø, 2B sasampune, 3A den, 3C depun, 4A pan, 4B ikuiii 206 (26) 1A ngucap, 1B nagaraiv 207 (27) 1a ø, 1B ø, 2-2B mang anengv 208 (28) 1-1A sampun parapti, 1-1B sampun parapti

184

Page 185: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

209 (29)i Anulya den1 bakta2 lajuing kadaton // 3tur den aglis3

/35/4wus aneng jero kadaton4

rabina kang iku ngiringMas Tanda nulya angucapisun wus aja den giring

lalu langsung dibawa ke istanaistrinya ikut mengiringiMas Tandha lalu berkata:aku tak usah diantar

210 (30)ii Lan ana wewekas isunmaring1 manira2 pawestriiku pada angingetenatekeng3 waktu taun Alipana bebendoning Allah4

dumateng maring narpati

ada pesankupadamu istrikuini, hendaklah diingatkelak pada tahun Alip(akan) ada hukuman dari Tuhankepada raja

211 (31)iii Besuk ulih telung taunana wawalesing Gustidumawuh maring yang natalangkung saking awakmamiisun wus den apakenaparanti1 dadi wong cilik

kelak setelah tiga tahun(akan) ada pembalasan Tuhankepada Bagindalebih dari dirikusaya sudah diperlakukan sewenang-wenang(memang begini) jadi rakyat kecil

212 (32)iv Den hukum dening sang ratuparanti1 dadi wong cilik2anemu hukuming Allah2

mangko lamun isun matiiku ana hukum3 Allahdumateng maring narpati

(yang) dihukum oleh rajasangat pantas jadi rakyat kecildihukum oleh sang rajakelak jika saya matiakan tiba hukuman Allahkepada raja

213 (33) Besuk ulih telung taunbener waktu taun Alipana kapal saking Serangarsa ngagempur nagari pan saking raja Walanda angarusak /mar/ing narpati

kelak setelah tiga tahuntepat pada tahun alipada kapal dari Serang(yang) akan menyerang negara (Banten)Belanda (ingin) menghancurkan raja

214 (34)v Barang ulih telung taunbener waktu taun Alipana kapal ingkang p/a/raptaana kapal wara-wiriwus layuh ing1 pinggiran2

noli nunggang p/e/rahu cilik

setelah tiga tahuntepat pada tahun Alipada kapal yang datangada kapal yang berlayar hilir mudiksudah merapat ke tepilalu (awaknya) naik perahu kecil

i 209 (29) 1A ø, 2B bakti laju, 3-3A ø, 3-3C denira aglis, 4-4A ø, 4-4C øii 210 (30) 1A ø, 2C lah sira, 3A ø, 3B teka ing, 4A Pangeraniii 211 (31) 1A parantine, 1B parantine, 1C øiv 212 (32) 1A parantine, 1B parantine, 1C ø, 2-2A den hukum dening sang ratu, 2-

2C ø, 3A hukuming, 3B ø, 3C øv 214 (34) 1A maring, 1B aneng, 2A pinggir

185

Page 186: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

215 (35)i Nulya mancat tana gupuhsaking Anyer mentas rekianulya sira tumendak1

ing Haji Abdullah mangkinature punang Walandamangkin daten Tuan Haji

lalu segera turundari Anyer merapatnyalalu ia mendekatkepada haji Sbdullah sekarangkata si Belandakepada Tuan Haji

216 (36)ii Kaula aneda1 tulungmanawi ana kang kulineda2 Walanda punikamangka angkat3 wong kakalihWalanda agung kalintangtembene isun // ninggali/36/

hamba mau minta tolongbarangkali ada yang kulidemikian pinta (si) Belanda itu(lalu) diangkat (oleh) dua orangBelanda yang sangat besar itubaru pertama kali ini aku melihatnya

217 (37) Walanda kalintang agungmangsa ana kang madaniden pikul dening wong papatora obah ora usikanuli wong kalih kawanWalanda ingkang sawiji

Belanda yang bukan main besarnyatidak akan ada yang menyamainyadipikul oleh empat orangtldak bergerak sama sekalilalu ditambah empat orang (lagi)(untuk mengangkat) satu orang Belanda

218 (38)iii Walanda gotong1 wong wolu2

parandenge tiba tangilan3 kuline welung4 pasmatsapasmane wong sawijiparandene pada payahing Margalangu parapti5

satu orang Belanda dipikul oleh delapan orangmeskipun demikian (kuli-kuli itu) masih jatuh bangunsemua kulinya delapan pasangkuli untuk satu orangmeskipun demikian (kuli-kuli itu) tampak payahmereka tiba di Margalangu

219 (39)iv Sing Anyar ning Margalanguwong kalih kawan nganteni1

parapta maring pabeanWalanda pada ninggalipan sami goyang kepalasabab tembene ninggali

dari Anyer ke Margalangukedelapan orang itudigantikan (sampai) tiba di PabeanBelanda semua melihatnyasemua pada menggelengkan kepalasebab baru sekali ini melihatnya

VII. Pupuh Pangkur (220 -- 250)

i 215 (35) 1A tumandek, 1B tumandekii 216 (36) 1A enda, 2A paneda, 2B paneda, 2C nanda, 3A kaangkat, 3C kangkatiii 218 (38) 1A den gotong, 1B kagotong, 2A wowolu, 3B pan, 3C pan, 4A wong,

5A denira paraptaiv 219 (39) 1A angganteni, 1B agenteni, 1C den ganti

186

Page 187: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

220 (01)i Wus medek ing Sultan Ishaqtan anjaluk tulung wong ayun kuliwus ulih ning Tegal Tanjung/pun/ika wong kalih kawan1 lan2 3puniku pikulane pering betung3

kuline sapuluh pasmating dalem kuli sawiji

sudah menghadap Sultan Ishaqhamba bermaksud minta tolong (barangkali) ada yang mau kuli(hamba) sudah mendapat orang Tegal Tanjungkedelapan orang ini dan pikulannya babbu betungkulinya menjadi sepuluh pasang per orang

221 (02)ii Sing Banten ning Sulakarta1walung puluh1 real kuline2 ringgitpuniku ing wong wowolusaksana3 nulya4 mentar5

wong wowolu punika pan sampun lajuwus parapta6 ing Sulakartakuline wus den bayari

dari Banten ke Sulakartadibayar delapan puluh realupah kulinya dihitung ringgitkedelapan orang itutak lama kemudian segera berangkatkedelapan orang tersebutsudah berjalansudah tiba di Sulakarta para kuli sudah dibayar

222 (03)iii Wong kuli sampun den bayarnulya1 lantas kuli2 ning pasar balik3

pan kabeh pada tutuku rupaning4 barang-barang5

tuku romal // kelambih6 kalawan7 sarung/37/lawan maning papanganan8nuli sampun8 pada mulih

orang yang kuli sudah dibayarlalu terus ke pasar(ketika) pulang semua membeli bermacam- macam barangmembeli ikat kepala dan bajudan sarungjuga makanantak lama kemudian mereka pulang

223 (04)iv Ing dadalan suka-sukasabab Gemuh ulih1 sandang la/wa/n picisnulya p/a/rapta /ing/ wesmanipunanak rabine mapagtekang wesma tegane si bapa gemuhdening ulih barang-baranggemuh tapih lawan picis

di jalan bersenang-senangsebab Gemuh ayahnya mendapat pakaian dan uanglalu tiba dirumahnyaanak istrinya gembira (menyambut) datangnya si bapak si Gemuhkarena mendapat bermacam-macam barangsamping si Gemuh dan uang

i 220 (01) 1C kalawan, 2A lawan, 2B lawan, 2C ø, 3-3B pikulane pering betung puniku, 3-3C pikulane pring

ii 221 (02) 1-1B ewong wolu wolung puluh, 2A kuliyane, 2B ø, 2C burohane, 3A risaksana, 3C ø, 4B tumulya, 4C ø, 5C ø, 6A wus parapta, 6B wus parapta

iii 222 (03) 1A noli, 2A wong kuli, 2C wong kuli, 3B ø, 3C bacin, 4A paning, 4B tuku, 5B warna-warna, 5C tuku-tuku, 6A lan kulambi, 6B kulambi, 7C kalawan atuku, 8-8A tan rismapune

iv 223 (04) 1B si bapa ulih

187

Page 188: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

224 (05)i Tan1 enggal2 nulya paraptasurat saking Sulakarta punikidumawuh maring sang ratuKi Patih enggal3 katuran4

5ing Batawi jendral kapengin kapetuk5

kalawan6 7warga ponggawa7kaula8 wonten hawatir

tak lama lalu datangsurat dari Sulakarta(yang) meminta kepada BagindaKi Patih ituhamba jangan khawatir

225 (06)ii Ki Patih tumulya1 (a)dangdanbahitane layar lawan kemudipawelah lan juru batuiku2 sampun samapta3

4sampune sakabeh pan sampun4 penuhbadendang5 lawan badayasakabeh pan sampun cawis

Ki Patih lalu bersiap-siapkapalnya berlayardengan juru mudi dan awak kapaldan juru bantusudah penuh perahudengan bawaansemua sudah tersedia

i 224 (05) 1B datan, 2C suwe, 3A ika, 4A ø, 5-5A ø, 6A ø, 7-7C ki patih ika, 8C yen rawuh

ii 225 (06) 1A nulya, 1B nulya, 2A punika, 3A ø, 3B ø, 4-4A ø, 4-4B ø, 5A bandara ing

188

Page 189: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

226 (07)i Saksana anulya1 mintaring Betawi tan suare2 paraptiJendral Mas Halak kapetukkalawan Arya Sobakatinggalan Ki Patih nulya den tungtunkerise wus rinacutanpunika sadaya sami

tak lama lalu berangkatke Betawi tak lama kemudian tibaJendral Mas Halak (sudah berjumpa)dengan Ariya Sobaterlihat Ki Patih lalu dibimbingkerisnya sudah dilepaskantak lama keduanya (berjalan) bersama

227 (08)ii Anulya1 den bakta lantasdening2 Jendral 3warga ponggawa3 iki4

barang risampuning kumpulJendral nulya ngandika5

6ing Ki6 Patih mulane pengen7 ketemukaula kapengen tanyasanggupe Kiai Patih

lalu langsung dibawaoleh Jendralbeserta ponggawanya inilalu setelah semua berkumpulJendral lalu berkata: “ya Patih sebabnya saya ingin bertemuhamba ingin bertanya (tentang)kesanggupan Ki Patih

228 (09)i Gawe gedong ing Jungkulanlan aya sababe // isun undangi/38/yen Ki Patih boten sanggupArya Soba punika1

kudu2 gawe gedong 3jungkulan puniku3

ingkang4 4dadi Arya Soba4

ingkang sanggup paribadi

membuat gedung di Jungkulanitu sebabnya aku mengundang (ke sini)jika Ki Patih tidak sanggupAriya Soba yang bersediamembuat gedung Jungkulanyang (harus )sanggup jadinyayang (harus) sanggup sendirian

229 (10)ii awe gedong Pulomerak1

mangsa iki tan kena mulih Ki Patihsakabeh mangko sun tutupmulih2 Ariya Soba3sabab iku Ariya Soba3 ing4 sanggup5

6anulya ponggawai ika6

sabab wus7 jumeneng patih

membuat gedung di Pulobaksisaat ini (ia) tidak boleh pulangKi Patih(berkata) sekarang semua pintu kututupAria Soba tidak (boleh) pulangsebab Ariya Soba yang sanggup (membuat) Gedungsebab (engkau) sudah menjadi Patih

i 226 (07) 1A nulya, 1C tumulya, 2A enggal, 2B enggal tumulyaii 227 (08) 1A nulya, 1C tumulya, 2C maring, 3-3A ponggawa, 3-3C ponggawa

sadaya, 4A puniki, 5A angandika, 6-6B inggih, 7A kapengen, 7B isun karsa, 7C kapengen

i 228 (09) 1A nyanggupena, 1C kang kaduga, 2A ø, 2C ø, 3-3A jungkulan, 3-3C ing jungkulan, 4C dadi yen, 4B ø, 5-5A sanggup dadine, 5-5C Arya Soba

ii 229 (10) 1A Pulobaksi, 2A ora mulih, 2B ora mulih, 2C kena mulih, 4A ingkang, 3-3B paracaya Aria Soba, 3-3C sabab iku tinarima, 4B puniku, 5B ø, 5C Jendral Arya Soba, 6-6A ø, 6-6C sabab iku tumulya arya, 7A iku, 7C iku

189

Page 190: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

230 (11)i 1Ponggawa kabeh1 kewuhansenapati umatur maring Ki Patihpuniku andika sanggupmangko2 /yen/ 3rawuh ing umah3

apa jereh endah kita kenging mantukyen sampai rawuh ing umahulih enak-enak pikir

semua ponggawa kebingungansenapatinya berkata kepada Ki Patihapakah anda sanggupnanti setelah sampai di rumahbagaimana nanti sajasupaya kita boleh pulangjika sudah sampai di rumahbisa enak berfikir

231 (12)ii Ki patih nulya angucapmaring Jendral ature kaula gustiing parentah1 andika sanggupmaraki patih siralakona2 gawe gedong sakaro ikunoli arep sun pariksa3supayane sampun dadi3

Ki Patih lalu berkatamelapor kepada Jendralsaya sanggup menuruti perintahanda sanggupkemari Patihsanggupilah membuat kedua gedung itunanti saya akan periksa

232 (13) Arep balik para ponggawamaring Banten sakabeh bature Patihwus pada nunggang perahuiku pada mupakatanbayah iki yen bakal kapendak rusuhiki dadalaning perangbakal rusuh ing nagara

akan kembali para ponggawa ke Bantensemua para pengiring Patihsemua sudah naik perahumereka semua sepakatbahwa ini akan menjadi sumber kerusuhanini merupakan jalan terjadinya perangakan rusuh negara

233 (14)i Den1 enggal nulya paraptamaring Banten /wus/ 2pada manjat2 tumuli(ing) warga ponggawanipun /Ki/ Patih nulya aturan ing Kangjeng Sultan 3kaula nuhun atur3

dumateng4 (dening) sampean5

ature kaula gusti

tak lama kemudian (mereka) datangke Banten, semua sudah turunsemua warga ponggawaKi Patih lalu melaporkan kepada Kangjeng Sultanlaporanku ini tuan

234 (15)ii Kaula /ka/petuk lan1 Jendralan puniku neda gedong Pulopaksilawan ing Jungkulan ikupunika kang den neda dening Jendral // yen kaula boten sanggup/39/warga ponggawa sadayapunika tan asung mulih

hamba (sudah) bertemu dengan Jendralia minta (dibangunkan) gedung Pulopaksidan di Jungkulan demikian permintaan Jendraljika hamba tidak sanggupsemua warga ponggawasemua tidak boleh pulang

i 230 (11) 1-1A Ponggawa sakabeh, 1-1B pora ponggawa, 2A mangkin, 2B lah mara, 3-3B age patih

ii 231 (12) 1A ing parentah, 1B ø, 1C ing parentah, 2A lakonana, 2B ø, 2C lakonana, 3-3A ø, 3-3B ø

i 233 (14) 1A ø, 1B tan, 2-2A pada mancat, 2-2B manjat pada, 2-2C pada mancat, 3-3A ø, 3-3B ature kaula, 4A ø, 4B puniki, 5A ø, 5B ø

ii 234 (15) 1A1C punika, 2A kang kenan, 2B yen, 2C kang diken, 3A ingkang, 3B ingkang, 4A ing, Jungkulan, 4B ing Jungkulan, 5B lan ing pulomerak, 5C lan pulomerak, 6A ø, 6B ingkang

190

Page 191: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

235 (16)i Ing tutup ing SulakartaAriya Soba puniki1 kenan2 mulihAriya Soba kang3 sanggupgawe gedong jungkulan4

Pulopaksi5 Ariya Soba kang6 sanggup punika atur kauladumateng ing Kangjeng Gusti

ditutup di SulakartaAriya Soba ini jika (hamba) pulangAriya Soba yang sanggupmembuat gedung di Jungkulan dan PulopaksAriya Soba yang sanggupdemikianlah laporan hambakepada Kangjeng Gusti

236 (17) Wiraos1 derek palastadaten lami kumendur nulya paraptiataya2 gedong puniku3

dadi atawa4 oraKangjeng Sultan salirane5 wus6 kumendurKi Patih denira kebat7

den suduk kalawan keris

perasaan belun (lagi) tenangtak lama Kumendur datangbertanya tentang gedung itujadi atau tidakKangjeng Sultan berkata kepada KumendurKi Patih, kautikamlah (ia) dengan keris

237 (18)ii Kumendur nulya kajengkanglantas pejah ponggawa sadaya tangiSultan nulya alak amukpabean1 pada /den/ bedak2wus den amuk dening2 wargane3 ponggawa4

iku lojine5 wus ingunggahanWalandane6 den pateni

Kumendur lalu jatuh terjengkallangsung mati,semua punggawa bangunSultan lalu menyerukan perangpabean diserbusudah diacak-acakoleh warga punggawadan sudah dinaikiorang Belanda itu, dibunuh

238 (19)iii Cina-Cina pada gusaraninggali1 bangkai Walanda ing lojiwong Cina pada melayuora inget ing2 barang wus den tinggal pirang-pirang peti iku3lan akeh kang3 bararadahulih tembako lan gambir

Cina-Cina semua panikmelihat bangkai Belanda di dalam Lojiorang Cina semua laritidak ingat barangnya, semua ditinggalberpeti-petidan banyak yang menjarah(ada yang) mendapat tembakau dan gambir

i 235 (16) 1A raos, 2A tanya, 3A punika, 4A tah atawa, 4B arawasih, 5B sira, 5C sarirane, 6A ø, 6B nulya, 7A akibat, 7B ø

ii 237 (18) 1A ing pabehan, 2-2B walandane nulya malayu, 3A warga, 3B, denira, 3C warga, 4B nulya malayu, 5A iku lojine, 5B ø, 5C iku lojine, 6A walanda, 6B walanda

iii 238 (19) 1A ningali, 1B aningal, 2A maring, 2B baring, 3-3A akeh kang pada

191

Page 192: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

239 (20)i Lenga pirang-pirang etang1

jawadah satu gipang datan karialuwaran gula watutanggume2 gula3 sakar4

kang sawaneh ulih suntir lawan kartukang sawaneh ulih barangkeju kentang lawan roti

minyak bertong-tongjawadah, gipangtidak ada yang ketinggalangula batu tanggumedan gula sakar yang masih bagusdapat disintir dengan kartunyayang masih bagus-bagusdapat keju, kentang, dan rotiada yang mendapatkantembakau dan gambir

240 (21)ii Ana ingkang ulih barangkang sawaneh ulih tembako gambiruwat-uwat wus1 den pikulbarang Cina wus2 telasdatan enggal Walanda sampun gumuruhyen iku balane Jendralparapta3 saking4 // Betawi/40/

penyengga sudah dipikulbarabg Cina sudah habis (dijarah)tak lama (pasukan) Belanda (datang)gemuruh (suaranya)bahwa itu (adalah) pasukan Jendraldatang dari Betawi

241 (22)iii Gumuruh baris WalandaJayengsekar penuh aneng pancanitiwong desa umyung gumuruh/ana/ kang anusup1 ing alas(ing)kang sawareh 2iku pada2 melayuumpetan ing dukuh anaana3 ing Salarakuning

gemuruh (suara) tentara BelandaJayengsekar penuh di Pancanitiorang desa ramai membicarakanada yang menyusup ke hutanyang lainnya ada yang larimenyusup ke kampungada yang ke Salakuning

242 (23) Rusuh ingkang bala kuparing madrasah penuh dening bala kapirpabaris kalawan pamuking Pakuwan /sampun/ samaptasupayane den cegat Pangeran RatuPangeran ratu lan Jendralkakanten rahina wengi

kacau prajurit kapir di Madrasahpenuh dengan prajurit kapirpasukan dan kaum pemberontaksudah siap di PakuanPangeran ratu berusaha mencegahPangeran Ratu dan Jendralbergandengan (terus) siang dan malam

i 239 (20) 1A enbong, 1B ø, 2B ø, 2C cinane, 3A lan gula, 3B ø, 3C wus ora, 4A sakar, 4B ø, 4C nana

ii 240 (21) 1A sampun, 1B sampun, 2B sampun, 2B sampun, 3B nulya parapta, 4A sing, 4B sing

iii 241 (22) 1B nusup, 1C nusup, 2-2B ana kang neda, 3A ø

192

Page 193: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

243 (24)i Anjaluk ing Sultan Ishaqmulane isun teka merene ikiora arep gawe rusuharep ngurus1 nagaraendah terang tandaning wong urus-urussupayane mupakat2

endah karta ing nagari3

(Jendral) meminta kepada Sultan Ishaqsebabnya saya kemari inibukan untuk membuat kerusuhan(tetapi) ingin mengatur negara(supaya) jelas tandanya orang membantusupaya mufakat(dan) negara aman sentosa

244 (25)ii Iku ewong enggo apadening1 umahe pada akeh hawatiring kene pating pelenguksun2 ora niat alabatur isun iku ingkang wus kapungkurnajan kita gawe perangiku mangsa urip3 maning

orang-orang itu untuk apasemua yang di rumah banyak (yang) khawatirsemua (pasti) termenungsaya tidak bermaksud burukanak buahku yang sudah mati di masa lalumeskipun kita perangniscaya akan hidup lagi

245 (26)iii Iku wus den apakenaiki bahe ing buri ketemu1 maningora guna mantak rusuhlakune2 wong tukaran3

4ora gawe mantek suruh maring4 batur5

Cina pada kaburusahbarange den baradahi6

itu sudah tidak dapat diapa-apakan lagihanya saja yang telah terjaditidak akan ada lagikejadian orang yang bertengkartidak menyebabkan kekacauan rakyatbanyak Cina yang rusakbarang-barangnya diangkut

246 (27)iv Ujare Jendral Mas halakarsa1 ing Pangeran Ratu punikiSultan masih tutup pintu2

Pangeran angandika3

dening4 sakabehe5 parajurit nipunlan6 sanak7 pada mulihaing umah akeh hawatir ///41/

(demikian) kata Jendral Mas Halakkepada Pangeran Ratuapakah Sultan masih tutup pintulalu Pangeran berkata pelankepada semua prajuritnya “wahai, saudara-saudara pulanglahorang rumah banyak yang khawatir

247 (28)v 1Lan Walanda1 ora2 perangpatekane Jendral marene ikihajat3 kapengen katemukalawan Sultan Ishaqlamun kita dudulur kalawan isunkapengen kapendak basa

Belanda tidak ingin perangkedatangan Jendral ke sinimaksudnya ingin bertemudengan Sultan Ishaq

i 243 (24) 1A angurusi, 1B ngurusi, 1C ngurusi, 2A mupakatan, 2B kang mupapat, 2C mupakatan, 3A nagara

ii 244 (25) 1A ing, 1B ing, 1C ø, 2A isun, 2B isun, 2C ø, 3A uripa, 3B øiii 245 (26) 1A aja ketemu, 1B aja ketemu1, 1C ø, 2A lakuni, 3A katukatan, 3B

tutukaran, 3C ø, 4-4A ø, 4-4C ø, 5A batur-batur, 5B ø, 6A gotongi, 6B øiv 246 (27) 1A ø, 1B arsa taken, 1C ø, 2A korni, 2B ø, 3A aris ngandika, 3B ratu

ngandika, 3C ø, 4A ing, 4B ing, 4C ø, 5A sakehe, 5C ø, 6A lah, 6C ø, 7A sanak-sanak, 7B sanak-sanak, 7C ø

v 247 (28) 1A walanda, 1C ø, 2A ora arep, 2C ø, 3A hajate, 3B iki hajate, 3C ø, 4A agi isun, 4B ø, 4C ø

193

Page 194: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

sakecap sun4 arep mulih sesungguhnya ia bersaudara dengankuingin bertemu(meskipun) sejenak ketika hendak pulang

248 (29)i Pangeran jumeneng SultanSultan Ishaq (ingkang) ulih upetiendah ragem wong dadulurPangeran Ratu gembangdening1 balane Jendral Mas Halak ikupangeran anggedog lawangangaku2 yen3 dulurneki

Pangeran menjadi SultanSultan Ishaq mendapat upetibiar bersama saudara-saudaranyaPangeran Ratu Gembangdengan pasukan Jendral Mas HalakPangeran membuka pintumengundang saudaranya

249 (30)ii Kang rayi katuran1 medalsampun susah parakanten punikiwiraos2 sampun kapetuklan3 k/a/ula sampun terangnulya menga lunga wesi wus den tubruksaradadu lan Walandasadaya malebet sami

kakaknya diminta untuk keluarjangan khawatir tentang masalah iniperasaan (kami) sudah bertemuhamba sekarang sudah jelaslalu pintu besi terbukasudah disergap (Sultan Ishaq) oleh serdadudan Belanda semua masuk (ke Istana)

250 (31)iii Wus pada1 tunjang2 tinunjangiya iku rebut barang l/aw/an picisPangeran ratu melengukdulure sampun /den/ baktaing pabean nulya mancat ing perahuSultan Ishaq sampun mentarmangetan maring Betawi

sudah berebutan saling menunjang(mereka) berebut barang dan uangPangeran Ratu termenung(melihat) saudaranya sudah dibawake pabeanlalu naik ke perahuSultan Ishaq sudah berangkatke timur ke Betawi

i 248 (29) 1A ing, 1B ø, 1C ø, 2A angundang, 3A , 3C øii 249 (30) 1A ø, 1C ø, 2A raos, 2C ø, 3B paniii 250 (31) 1A ø, 1C ø, 2B ø, 2C ø

194

Page 195: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bertitik tolak dari tujuan penelitian dan berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan, maka hasil penelitian secara filologis terhadap naskah-naskah

WSHM dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Tiga naskah WSHM yang berhasil diinventarisasi memiliki persamaan

dan perbedaan baik dari segi penggunaan pupuh, pemaparan isi, dan

pokok-pokok bahasan serta bahasa yang digunakan. Ketiga naskah ini

tidak memiliki perbedaan yang besar sehingga naskah-naskah ini

merupakan diperkirakan dari satu induk yang sama. Dalam hal ini

perbedaan yang terdapat pada naskah A, B, dan C mengindikasikan

naskah-naskah ini berada dalam satu versi. Tiga naskah inilah yang

195

Page 196: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

dijadikan sebagai naskah yang akan diedisi dengan pendekatan filologi

untuk mendapatkan teks yang bersih dari kesalahan dan mendekati

teks aslinya. Tiga naskah tersebut adalah tercatat dalam Katalogus

Naskah, dan tersimpan di Perpustakaan Bibliothek Leiden Belanda dan

Perpustakaan Nasional RI Jakarta. Di antara ketiga naskah ini, naskah

yang menjadi dasar edisi adalah naskah yang dalam penelitian ini

disebut sebagai naskah A, dengan pertimbangan naskah ini memiliki

teks yang lebih lengkap,kesalahan yang terdapat pada ketiga naskah

masih dalam tataran yang sama, dalam hal ini perbedaannya tidak

terlalu besar, dan keterbacaan teks naskah A lebih baik. Dengan

mengadakan perbandingan naskah dapat dihasilkan teks yang

mendekati autografnya dengan berlandaskan pada naskah A.

2) Melalui perbandingan antar teks WSHM, yaitu naskah A, naskah B,

dan naskah C ditemukan beberapa kesalahan yaitu: (1) substitusi

sebanyak 93 buah, (2) Adisi sebanyak 47 buah, (3) Lakuna sebanyak

120 buah. Dari kesalahan-kesalahan yang ditemukan ini, ternyata

kesalahan dalam bentuk lacuna dan substitusi yang paling banyak

ditemukan. Kesalahan ini mengindikasikan kekurangtelitian penyalin

dalam menuliskan kata-kata sehingga kesalahan ini dapat dikatakan

sebagai kesalahan mekanis.

3) Naskah WSHM yang diteliti memiliki hubungan yang dekat dan

berasal dari induk yang sama karena memiliki kesamaan seperti

196

Page 197: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

bahasa, urutan serita (pupuh), struktur naratif, dan kasus

penyimpangan yang tidak terlalu berbeda.

4) Bagi masyarakat Banten, naskah WSHM berfungsi memberikan

pelajaran untuk mengetahui informasi-informasi kesejarahan di

Banten. Dalam tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Haji

Mangsur dikenal sebagai Sultan Haji yang memerintah pada masa

kesultanan di Banten. Fakta di lapangan terdapat situs Batu Qur’an dan

makam Haji Mangsur yang terdapat di Desa Cibulakan dan di Desa

Cikaduweun Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Kedua

tempat itu selalu ramai dikunjungi para penziarah baik Banten,

maupun dari luar Banten. Selain itu nama Haji Mangsur diabadikan

pada nama sekolah agama dan perguruan tinggi agama di Kabupaten

Pandeglang, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Syaikh Mansyur

(STAISMAN).

5.2. Saran

1) Edisi teks WSHM ini dapat digunakan sebagai sumber penelitian

dalam bidang sejarah, sastra, antropologi, dan arkeologi ( Situs Batu

Qur’an yaitu tempat keluarnya Haji Mangsur dari dasar bumi yang

terdapat di Cibulakan- Cimanuk kabupaten Pandeglang ).

197

Page 198: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

2) Sebagai bentuk pupuh edisi teks WSHM ini pun dapat dijadikan media

uji coba dalam mengukur hasil gubahan yang baik untuk

ditembangkan.

3) Situs Batu Qu’ran dan Makam Syaikh Mansyur (Haji Mangsur) dapat

dijadikan aset wisata yang berharga bagi pemerintah daerah sebagai

kawasan cagar budaya yang harus diperhatikan dan dipelihara .

4) Bagaimanapun idealnya hasil penelitian filologi, itu tak akan

bermanfaat jika tanpa koordinasi dengan lembaga disiplin ilmu lain.

Untuk itu, paling tidak diperlukan media publikasi yang

menginformasikan mengenai kandungan isi dari berbagai naskah

sebagai hasil penelitian filologi.

DAFTAR PUSTAKA

Baried, Siti Barorah, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translations. London: Oxford University Press.

Cortesao, Armando. 1944. The Suma Oreintal of Tome Pires; An Account of the East, From the Red Sea to Javan, Written in Malacca and India in1512-1515. Volume I. London: Printed for the Hakluyt Society.

198

Page 199: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Djajadiningrat, Hoesen. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, Sumbangan Bagi Pengenalan Sifat-Sifat Sejarah Jawa. Karangan Terj. KITLV & LIPI. Jakarta: Djambatan.

Djamaris, Edwar. 1990. Menggali Khasanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta: Balai Pustaka.

_____ ,1991. Tambo Minangkabau: Suntingan Teks Disertai Analisis Struktur.Jakarta: Balai Pustaka.

_____ ,2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco.

Ekadjati, Edi. S. 1981. Wawacan Sajarah Galuh. Jakarta: Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Jauh.

_____ ,1988 Naskah Sunda, Inventarisasi, dan Pencatatan. BandunKerjasama Lembaga Penelitian Unpad dengan Toyota Foundation.

_____ ,2000 Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Hermansoemantri, Emuch. 1986 Identifikasi Naskah. Diktat Perkuliahan Metode penelitian Naskah Pada Pakultas Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Ikram, Achdiati. 1978. Hikayat Sri Rama, Suntingan Naskah Disertai Telaah Struktur dan Amanat. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

_____ ,1997 Filologia Nusantara. Jakarta. Pustaka Jaya.Kartodirdjo, Sartono. 1982. Pemikiran Perkembangan Historiografi Indonesia:

Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1987. Pedoman Transliterasi Arab-Latin. Tanggal 10 September 1987 No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/u/1987.

Lubis, Nabilah.1996. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah.

Lubis, Nina H. 2003. Sejarah Tatar Sunda Jilid I. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Masyarakat Sejarawan Cabang Jawa Barat.

_____ ,2004. Banten Dalam Pergumulan Sejarah, Sultan, Ulama, dan Jawara.Jakarta: LP3ES.

199

Page 200: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Michrob, Halwany danChudari A. Mujahid. 1993. Catatan Masa Lalu Banten. Serang: Penerbit Saudara

Mulyadi, S.E.R, (Ed).199. Naskah dan Kita. Depok. Fak. Sastra UI. Nomor:

12/1 1991.

Nida, Eugene A. & Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practise of Translations. Leiden: Published the United Bihle Societes by E.J Brill.

Patmadiwiria, Munadi. 1977. Kamus Dialek Jawa-Banten-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud.

Pigeaud, Th. G. Th. 1968. Literature of Java Catalogue raissone of Javanese Manuscript in the Library of the University of Leiden and other public Collections in the Nederlands. Vol. II. Descriptipe List of Javanese Manuscript. The Hague: Nijhoff.

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 1968. Kakawin Gajah Mada (Sebuah Karya Sastra kakawin Abad Ke-20; Suntingan Naskah serta Telaah Struktur, Tokoh dan hubungan Antarteks). Bandung: Bina Cipta.

_____ ,2002 Pengkajian Sastra. Bandung: Wacana.

Pudjiastuti, Titik . 2000. Sadjarah Banten; Suntingan Teks dan Terjemahan Disertai Tinjauan Aksara dan Amanat. Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana UI.

Robson, S. O. 1978. Pengkajian Sastra-Sastra Tradisional. Bahasa dan Sastra. Th IV, No. 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan sastra.

_____ ,1944. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta : Publikasi Bersama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Universitas Leiden.

Rosidi, Ajip. 1966. Kesusastraan Sunda Dewasa Ini. Tjirebon: Tjupumanik.

Sangidu. 2005 Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Tehnik dan Kiat. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Satjadibrata, R. 1953. Rasiah Tembang Soenda. Jakarta: Bale Poestaka.

Soebadio, 1975. Haryati. Penelitian Naskah Lama Indonesia. Buletin Yarpena No 7 11. Juni 1975.

200

Page 201: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Soejatmoko (ed.). 1995. Historiografi Indonesia; Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Sopandi, Atik. 1985. Lagu Pupuh dan Notasinya. Bandung: Pustaka Buana.

Sudjiman, Panuti. 1994. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

GLOSARIUM

Ajar = guru, resi, pandita

Akrama = diri sendiri, diri saya

Bahita = kapal

Barandah = serbuan

Girang = tinggi

Jaladri = laut

201

Page 202: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Kakisik = pesisir

Maradika = bebas

Pancaniti = bangunan yang terdapat di kraton tempat menunggu para tamu yang

akan menghadap raja

Parapta, prapti = tiba, datang

Priyangga = diri sendiri

Pundakawan = pembantu

Sawawi, suwawi = segera lebih baik

Sawung = ayam

Selo = batu

Sumalah = wafat

Sunu = anak

Wanandiri = hutan

Wewekasan = pesan-pesan

202

Page 203: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

LAMPIRAN

Lampiran 1, Contoh Naskah A

( Halaman Pertama )

203

Page 204: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Contoh Naskah A

( Halaman Terakhir )

Lampiran 2 Contoh Naskah B

( Halaman Pertama )

Contoh Naskah B

( Halaman Terakhir )

Lampiran 3, Contoh Naskah C

( Halaman Pertama )

Contoh Naskah C

( Halaman Terakhir )

204

Page 205: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Lampiran 4

(Situs Batu Qur’an Cibulakan-Cimanuk Kabupaten Pandeglang)

205

Page 206: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Lampiran 5

(Situs Makam Haji Mangsur Cikaduweun- Cimanuk Pandeglang)

206

Page 207: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

Riwayat Hidup

207

Page 208: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

N a m a : Eva Syarifah Wardah

Tmp/Tgl.Lahir : Garut, 11 Agustus 1972

Pekerjaan : Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “Sultan

Maulana Hasanuddin” Banten

Alamat Rumah : Jl. Ciruas-Walantaka Km 3,5 Kp Pesanggrahan Rt 02/030

Walantaka – Serang 42183.

Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No 30 Serang 42118 Tlp. (0254)

200323-208849 Fax. 200022.

Riwayat Pendidikan : - MI Garut tahun 1984

- MTs. YAPIKA Kurnia Kersamanah-Garut tahun 1987

- PGAN Cianjur tahun 1990

- IAIN “SGD” Bandung 1995

208

Page 209: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

209

Page 210: Naskah Wawacan Sajarah Haji Mangsur-kajian Filologis-up-luadd-1spasi

210