naskah skripsi selesai
TRANSCRIPT
Jihad Dalam Pandangan Kaum Teroris Islam Dan Penerapannya
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam ilmu sejarah dan kebudayaan islam pada fakultas adab
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Oleh:Nama : Ragil Rachmad J
NIM : A72210060
Dosen pembimbing:Drs.H.Achmad Zuhdi DH, M.Fil.I
Fakultas AdabJurusan Sejarah Peradaban Islam
Universitas Islam Negeri Sunan AmpelSurabaya
2014
0
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah yang telah memudahkan dan
memberi kemudahan dalam pengerjaan skripsi ini, tidak akan selesai cepat waktu
bila tidak ada yang membantu dalam pengerjaanya.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Jihad Dalam Pandangan Kaum Teroris Islam Dan
Penerapannya” ini sebagai tugas dari mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs.H.Achmad Zuhdi DH, M.Fil.I. selaku dosen selaku dosen pembimbing skripsi
ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya
makalah ini. Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini
bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.
Mojokerto, 02 januari 2014
Ragil Rachmad Januar
1
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................................. 0
Kata pengantar.................................................................................................. 1
Daftar isi........................................................................................................... 2
Bab I : Pendahuluan........................................................................................
A. Latar belakang............................................................................. 3
B. Rumusan masalah........................................................................ 11
C. Tujuan masalah............................................................................ 11
D. Kegunaan penelitian.................................................................... 11
E. Pendekatan dan kerangka teori.................................................... 12
F. Penelitian terdahulu..................................................................... 14
G. Metode penelitian........................................................................ 15
H. Sistematika pembahasan.............................................................. 17
Bab II : Jihad dalam pandangan ulama............................................................
A. Pengertian jihad menurut para ulama.......................................... 18
B. Aplikasi Jihad yang di lakukan ulama di Indonesia.................... 26
Bab III : Jihad dalam pandangan terorisme islam di Indonesia........................
A. Konsep jihad yang di lakukan oleh para teroris islam di
Indonesiea.................................................................................... 38
B. Aplikasi jihad yang di lakukan terorisme islam ......................... 50
Bab IV : Perbandingan jihad yang dilakukan ulama dengan terorisme islam
Indonesia........................................................................................... 59
Bab V : Penutup...............................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................. 61
B. Saran............................................................................................ 61
Daftar pustaka................................................................................................... 63
Lampiran...........................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara bahasa jihad berasal dari kata Jahada-yujahidu-mujahabatan yang
berarti berjuang atau berusaha dengan sunguh-sunguh. Sedangkan dalam istilah
islam, baik yang terdapat di dalam al-Quran maupun hadits nabi, kata ini memiliki
arti yang sangat luas.1Sebagai seorang yang beragama islam tentu sangat
mengenal akan istilah jihad fi sabilillah yang bertujuan membela agama islam
dengan mengorbankan nyawa dengan imbalan surga, jihad fi sabililah adalah
amalan untuk membela agama islam dari serangan orang-orang kafir yang
menentang akan berkembangnya agama islam. Tujuan utama dari berperang di
dalam Islam adalah menghilangkan kekafiran dan kesyirikan, mengeluarkan
manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka kepada cahaya iman dan
ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam, menghilangkan fitnah,
meninggikan kalimat Allah, menyebarkan agamaNya, serta menyingkirkan setiap
orang yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam. Jika tujuan ini dapat dicapai
dengan tanpa peperangan, maka tidak diperlukan peperangan. Tidak boleh
memerangi orang yang belum pernah mendengar dakwah kecuali setelah
mendakwah mereka kepada Islam. (Namun jika dakwah telah disampaikan) dan
mereka menolak maka pemimpin Islam harus memerintahkan mereka untuk
membayar jizyah, dan jika mereka tetap menolak, maka barulah memerangi
mereka dengan memohon pertolongan Allah. Jika sebelumnya dakwah Islam telah
1 Zen fathurin, Radikalisme retoris; studi radikalisme islam,(Jakarta: Bumen pustaka emas, 2012) hal 22
3
sampai kaum tersebut (dan mereka tetap menolaknya) maka boleh memerangi
mereka dari sejak semula, karena Allah menciptakan manusia untuk beribadah
kepadaNya. Tidak diizinkan memerangi mereka kecuali bagi mereka yang
bersikeras mempertahankan kekafiran, atau berbuat zalim, memusuhi Islam, serta
menghalangi manusia untuk memeluk agama ini atau bagi mereka yang menyakiti
kaum muslimin. Rasulullah r tidak pernah memerangi satu kaumpun kecuali
setelah mengajak mereka kepada agama Islam.2
Sedangkan jihad yang dilakukan oleh para teroris islam yang mengaku
melaksanakan jihad, merupakan tata cara dalam jihad mengedepankan pada
eksekusi atau pelaksanaan dari pada pemahaman akan jihad dan penerapan islam
kepada orang-orang yang diangap menyebarkan pengaruh buruk terhadap
keislaman di wilayah tersebut.
Hadits akan jihad
a) Diriwayatkan dari msaruq ia berkata, “Kami bertanya kepada Abdullah
bin Mas’ud tentang ayat ini ‘janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi
tuhannya dengan mendapat rezeki’. (Ali Imran [3]: 169) Abdullah bin
Mas’ud menjawab, ‘kami dahulu pernah menanyakannya, maka Rasululah
menjawab, ‘arwah mereka berada di dalam rongga burung hijau yang
mempunyai banyak pelita-pelita itu, kemudian Rabb mereka menengok
mereka seraya berfirman, ‘apakah kalian menginginkan sesuatu?’ mereka
menjawab, ‘apalagi yang kami inginkan kalau kami sudah dapat keluar
masuk ke surga sesuka hati kami? ‘lalu Allah terus mengulangi pertanyaan
2 Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry,jihad fi sabililah, jihad fi sabililah, islam house.com hal 2
4
itu hingga tiga kali. Ketika mereka melihat bahwa mereka tidak akan
ditinggalkan sebelum menjawab pertanyaan itu, maka mereka menjawab,
‘Duhai Rabb, kami menginginkan ruh kami dikembalikan lagi ke jasad
kami hingga kami dapat berperang lagi di jalan-mu untuk kesekian
kalinya. ‘ketika Allah melihat kalau mereka tidak lagi membutuhkan
sesuatu, akhirnya mereka di tinggal’”. (HR. Muslim 1887. An-Nawawi
13/28-31)3
b) Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah bersabda,’Allah
menjamin bagi orang yang berperang di jalan-nya, tidak ada yang
mendorongnya keluar kecuali kerena keinginan jihad di jalan-ku, ia iman
dengan Aku dan membenarkan para Rasul-ku, maka Aku menjamin akan
memasukannya ke dalam surga atau mengembalikannya pulang ke
rumahnya dengan membawa kemenangan berupa pahala dan ghanimah.
Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tanggan-nya, tidak ada seorang pun
yang terluka dalam perang fi sabillah, melainkan kelak di hari kiamat ia
akan datang dalam keadaan luka seperti semula, warna darah dan baunya
bau minyak kesturi. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-
nya, sekitarnya tidak memberatkan kaum Muslimin, sungguh selamanya
aku tidak ingin tertinggal di belakang ekspedisi berperang menegakkan
agama Allah, namun saya tidak mampu menangung biaya mereka,
sedangkan mereka juga tidak memiliki kelapangan, padahal mereka
merasa kecewa tidak ikut berperang bersamaku. Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada di tangan-nya, sesunguhnya saya ingin sekali
3 Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qawi Al-Mundziri, Mukhtashar shahih Muslim.(solo: insane kamil solo,2012), hal 536
5
berperang fi sabilillah, kemudian saya terbunuh, lalu saya berperang lagi
lalu saya terbunuh setelah itu saya berperang lagi dan terbunuh’.”
(HR.Muslim 1876. An-Nawawi 13-23)4
Hukum jihad dalam islam
Berjihad di jalan Allah hukumnya fardu kifayah. Jika sebagian kaum
muslimin telah melakukannya maka gugurlah kewajiban itu bagi sebagian yang
lain.
Jihad diwajibkan kepada setiap orang yang mampu berperang dalam beberapa
keadaan, seperti:
a. Apabila dirinya telah masuk dalam barisan peperangan
b. Jika pemimpin memobilisasi masyarakat secara umum.
c. Jika suatu negeri/ daerah telah dikepung oleh musuh
d. Jika dirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam peperangan,
seperti dokter, pilot, dan yang semisalnya. Allah berfirman, "Berperanglah kalian
dengan sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok, dan berjuanglah di jalan
Allah dengan harta dan jiwa kalian. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika
kalian mengetahui." (QS. At-Taubah: 41).
Jihad di jalan Allah adakalanya wajib dengan jiwa dan harta sekaligus,
yaitu bagi setiap orang yang mampu dari segi harta dan jiwa; terkadang jihad itu
wajib dengan jiwa semata, (hal ini berlaku) bagi orang yang tidak mempunyai
harta; dan adakalanya wajib hanya dengan harta tidak dengan jiwanya, yaitu bagi
orang yang tidak mampu untuk berjihad dengan badannya namun dia termasuk
orang yang mempunyai harta.
4 Ibid hal 537
6
- Allah berfirman, "Perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah dan agama itu
hanyalah milik Allah dan jika mereka berhenti (berperang) maka tidak boleh
memusuhi kecuali atas orang-orang yang zalim." (QS.Al-Baqarah: 193)
- Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, "Perangilah kaum musyrik
dengan harta, jiwa, dan lisan kalian." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i).5
Jihad terbagi menjadi empat:
1. Jihad melawan jiwa dan hawa nafsu (Jihad an-nafs): yaitu berjihad
melawan hawa nafsu untuk belajar agama, mengamalkan, berdakwah
terhadapnya dan bersabar terhadap cobaan yang dihadapinya.
2. Jihad melawan setan (jihad asy-syaitan): yaitu berjihad untuk melawan
apa yang disebarkan oleh syetan berupa keraguan dan syahwat kepada
seorang hamba.
3. Jihad melawan orang-orang yang dzalim dan pelaku bid'ah dan
kemungkaran, yaitu: berjihad melawan mereka dengan menggunakan
tangan (kekuatan) jika mampu, dan jika tidak maka menggunakan lisan
atau hati, sesuai dengan kondisi dan maslahat yang terbaik bagi Islam dan
kaum muslimin.
4. Jihad melawan orang kafir dan munafik: yaitu berjihad melawan mereka
dengan menggunakan hati, lisan, harta atau jiwa–dan inilah yang dimaksud
disini- (perang melawan orang-orang kafir dan munafik).
5 Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry,jihad fi sabililah, jihad fi sabililah, islam house.com hal 2
7
1) Derajat Dan Kedudukan Para Mujahidin Di Sorga:
-Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: " … sesungguhnya di
dalam surga terdapat seratus tingkat yang disediakan bagi orang-orang yang
berjihad di jalan Allah, jarak antara tingkat yang satu dengan yang lain sama
seperti jarak antara langit dan bumi, jikalau kalian meminta surga maka
mintalah surga al firdaus karena dia marupakan surga yang berada di tengah
dan yang paling tinggi, di atasnya terdapat 'arsy Allah dan darinya mengalir
sungai-sungai surga" (HR. Bukhari).
2) Jihad di jalan Allah terbagi dalam beberapa kategori:
a. Jihad melawan orang-orang kafir dan musyrik: hukumnya wajib, hal ini
untuk menjaga kaum muslimin dari kejahatan mereka dan untuk
menyebarkan Islam. Namun, sebelum melangkah untuk berperang mereka
ditawarkan untuk memilih antara; masuk Islam, membayar jizyah (upeti),
atau perang.
b. Jihad melawan orang-orang murtad (keluar dari agama Islam): mereka
juga tawarkan untuk memilih antara kembali kepada Islam atau perang.
c. Jihad melawan para pembangkang dan pemberontak: yaitu orang-orang
yang melawan pemimpin kaum muslimin serta menyebarkan fitnah di
antara mereka, jika mereka kembali maka hal itu baik bagi mereka, akan
tetapi jika menolak maka mereka boleh dibunuh.
d. Jihad melawan para perampok: dalam hal ini, seorang pemimpin kaum
muslimin boleh memberikan hukuman yang layak untuk mereka, antara;
membunuh atau menyalib mereka, atau mencincang tangan dan kaki
mereka secara silang, atau mengasingkan mereka ke luar daerah. Hukuman
8
bagi mereka, sesuai dengan besar dan kecilnya kejahatan yang mereka
lakukan.
- Boleh seorang wanita untuk ikut berperang bersama kaum pria dalam
keadaan darurat:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata: "Dulu Rasulullah ketika
berperang, beliau disertai oleh Ummu Sulaim dan beberapa wanita anshar,
tugas mereka memberi minum dan mengobati sahabat yang terluka"
(Muttafaq 'alaih).
- Kita disunnahkan untuk mengiringi keberangkatan para mujahidin dan
medo'akan mereka, serta menjemput mereka ketika pulang dari medan jihad.6
Ciri terorisme, harus di bedakan antara teroris yang mengerikan (horrific
terrorism) yang membunuh manusia tak berdosa tanpa pandang bulu dengan
bentuk terorisme yang dilakukan oleh pejuang kemerdekaan (heroic terrorism)
dalam menghadapi kekuatan penindas, atau bahkan Negara adidaya penindas.
Ada tiga cirri perbuatan terorisme (1) menyebarkan rasa takut kepada
masyarakat, (2) menghancurkan insfrastruktur public, (3) menimbulkan korban
tak berdosa dalam jumlah besar. Dari segi pelaku, ada empat kelompok terorime,
(1) Negara, yakni terorisme yang dilakukan oleh Negara, lounching by state,
(2) kelompok oposisi politik terhadap pemerintahan, (3) penganut ideology fanatic
dari agama atau aliran pemikiran, dan (4) mereka yang sunguh mengidap sakit
mental.7
Praktek terorisme dapat dilihat akar sejarahnya dai tokoh syi’ah ekstrim
Hasan bin sabah dari sekte Hassyasyin (1057 M) yang di beri gelar The Old man
6 Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-tuwajri, ringkasan fiqih (9), jihad di jalan Allah (islam .com) hal 6-117 Achmad Mubarok, Radikalisme Retoris,(Jakarta: Bumen Pustaka Emas, 2012), hal vii
9
of the Mountain in Alamut. Nama Hassyasyin kemudian di “barat”kan menjadi
Assasination, kerena kelompok ini selalu membunuh lawan-lawan politiknya
secara tiba-tiba. Sedangkan ideology terorisme modern pada umumnya
dinisbahkan kepada teori evolusi Darwin Strunggel for survival between the the
races and teori natural selection. Selanjutnya Maximilien Robespierr, tokoh
revolusi prancis dianggap sebagai peletak dasar terorisme modern, kemudian
disusul oleh Vladimir lenin dan yosep stalin dari rusia yang diberi predikat
Masterexecutive terror (1924), Mao Tse Tung dari cina yang dalam melakukan
terror untuk menjamin kesetiaan rakyat terhadap Negara menghancurkan institusi
keluarga dan agama.8
Mereka bertujuan untuk mendirikan Negara islam dengan dasar islam
sesuai dengan Al-Quran dan Hadits9, Dari sini penulis ingin mengali lebih dalam
seperti apa jihad yang dilakukan oleh para teroris muslim yang mengaku dirinya
mujahidin. Karena seringnya aksi pengeboman yang dilakukan oleh para teroris
dan membuat islam itu identik dengan kekerasan bukan dengan perdamaian. Dari
sini penulis ingin mengali dan memahami dasar jihad sesuai dengan anjuran nabi
Muhammad SAW dan Al-Quran.
8 Ibid hal viii9 Wawancara Ali ghufron dengan Tv one pada bulan agustus
10
B. Rumusan masalah
i) Bagaimana jihad menurut para ulama Islam?
ii) Bagaimana jihad fi sabiliah menurut pemikiran teroris Indonesia?
iii) Seperti apa perbandingan jihad antara para ulama dengan para teroris
di Indonesia?
C. Tujuan penelitian
(1) Memahami jihad yang sebenarnya menurut Al-Quran dan hadits
(2) Memahami jihad yang dilakukan oleh para kelompok terorisme
Islam di Indonesia
(3) Membedakan pelaksanaan jihad yang menurut Al-Quran dan para
teroris
D. Kegunaan penelitian
Pembahasan ini berguna untuk menjelaskan akan jihad fi sabililah yang di
anjurkan oleh Al-Quran dan hadis, karena jihad dewasa ini telah mengalami
pergeseran makna, yang pada awalnya di gunakan untuk membela agama islam
dan menyebarkan agama islam namun sekarang digunakan untuk menyerang dan
membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Penulis menekankan bagaimana jihad itu di laksanakan dan bagaimana
pelaksanaan jihad yang sesuai dengan syariat agama islam dan sesuai dengan
jihad yang dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan anjuran akan jihad.
Dengan bayaknya hadits yang membahas tentang jihad di harapkan kepada
pembaca nantinaya akan lebih berwaspada akan kawan atau saudara yang
11
mengajak untuk berjihad dengan landasan atau praktek yang tidak sesuai dengan
ajaran islam dan anjuran dari nabi Muhammad. Kegunaan yang lainnya adalah
i) Meningkatkan pengetahuan akan jihad dan anjurannya
ii) Mewaspadai akan pengaruh terorisme yang mengatakan bahwa yang
dilakukan adalah atas dasar jihad
iii) Mengetahui dan memahami seperti apa jihad pada masa nabi
Muhammad, para sahabat dan pada masa perang salib.
iv) Mengetahui pemahaman akan jihad dari pandangan para teroris
v) Mengetahui tujuan para teroris melakukan pengeboman di Indonesia
E. Pendekatan dan kerangka Teoritik
Penulis skripsi ini berjudul “jihad dalam islam dengan jihad yang
dilakukan oleh terorisme islam di Indonesia”. Penulis mengunakan pendekatan
antropologi agama dan sosiologi. Kajian agama meneggaskan timbulnya
kepercayaan manusia pada suatu kekuatan yang di angap lebih tinggi darinya,
serta bagaimana cara mencari kekuatan tersebut.10Berdasarkan antropologi agama
pemikiran akan jihad menjadi lebih jelas sebagai sarana mencari surga atau ridho
dari yang maha kuasa karena jihad sendiri hukumnya fardu kifayah. Jika sebagian
kaum muslimin telah melakukannya maka gugurlah kewajiban itu bagi sebagian
yang lain. Tata cara dalam berjihad jiga harus dilihat agar tidak sembarang orang
atau kelompok dibinasahkan dan mengatasnamakan jihad akan yang dilakukan.
Tindakan yang seprti itulah yang akan menjadi angapan bahwa islam identik
dengan kekerasan.
10 Koentjaraningrat, beberapa pokok antropologi social, (Jakarta : Dian Rakyat, 1992) hal 229
12
Pendekatan sosiologi mengkhususkan pada reaksi masyarakat terhadap
terorisme yang mengatasnamakan jihad dan bagaimana dampak pada pemahaman
islam oleh masyarakat luas bahkan dari mancanegara akan tindakan terorisme
yang mengatas namakan jihad.
Adapun teori yang digunakan adalah teori continuity and change karena
terdapat perubahan akan pemahaman jihad dan pelaksanaan jihad pada masa Nabi
Muhammad dengan masa sekarang. Apabila pada masa Nabi Muhammad jihad
dilaksanakan untuk mengibarkan atau menyebarkan agama islam, lalu pada masa
sahabat juga untuk menyebarkan agama islam dan pada masa salahudin al ayubi
untuk mempertahankan kota suci yerusalem dari tentara salib. Di masa sekarang
jihad di lakukan dengan melancarkan serangan ke gereja, diskotik, kantor
kepolisian bahkan di dalam masjid juga ikut menjadi serangan kelompok yang
mengaku jihad.
Fenemoneologi didefinisikan sebagai ilmu tentang esensi-esensi kesadaran
dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelat kesadaran11 sedang hermeneutik
merupakan seni pemahaman dan penginterpretasian tentang teks-teks historis12
Dari dasar teori tersebut penulis mencoba membuka garis yang menghubungkan
bagaimana jihad bisa memiliki perbedaan pemahaman antara pada awal islam
dengan pada masa sekarang. Tujuan dan pelaksanaan jihad juga mengalami
sebuah perubahan namun memiliki kesamaan yaitu islam sebagai dasar dari
semua tindakan tersebut.
11 Donny Gahral Adian, Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra, 2005, hlm. 15112 Richard E. Palmer. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, Terj. Masnur Heri Damanhuri Muhammad, hal 14-36
13
F. Penelitian terdahulu
Belum adanya penelitian yang membahas akan terorisme dan islam dengan
dasar dari seluruh pemikiran, yang keduanya berangkat dari satu pemikiran yaitu
jihad. Dan penulis juga memasukkan beberapa hadits yang membahas akan jihad
dan juga bagaimana jihad pada masa Nabi Muhammad dan para sahabat,
kemudian sedikit sejarah akan perjuangan salahudin al ayubi dalam merebut
kembali yerusalem yang juga termasuk jihad karena tujuan perangnya
mempertahankan kembali kota islam dan menengakkan kembali islam di
yerusalem. Selain itu perang yang di lakukan oleh salahudin merupakan ciri
perang jihad yang telah di anjurkan oleh nabi dan para sahabat.
Sedangkan jihad yang dilakukan oleh para teroris islam Indonesia
merupakan jihad melawan orang kafir dan penulis merasa mereka berdasarkan
akan hadits berikut
(1) Di riwayatkan dai Abu hurairah, dia berkata, “Rasulullah bersabda, “tidaklah
berkumpul di neraka dua orang yang salah satunya mencelakai orang lain.’
Ditanyakan kepada Rasulullah,’ siapa dia wahai Rasulullah?’ beliau
menjawab, seorang mukmin yang telah membunuh orang kafir, lalu konsisten
dalam kebaikan. (HR. Muslim 1891. An-Nawawi 13/33-34)13.
Selain itu para teroris islam ini mengaku apa yang mereka lakukan
merupakan jihad dan jihad akan membawa mereka ke surga.
13 Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qawi Al-Mundziri, Mukhtashar shahih Muslim.(solo: insane kamil solo,2012), hal 552
14
G. Metode penelitian
Mengunakan metode penelitian kulitatif adalah penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung mengunakan analisis dengan pendekatan
induktig. Proses dan makna lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Disamping itu penelitian ini lebih menekankan akan proses dari pada hasil karena
mengenai sesuatu sangat ditentukan oleh proses bagaimana ketentuan itu terjadi14
Penelitian ini juga lebih merujuk pada kejadian atau peristiwa yang telah
terjadi di masyarakat akan jihad dan teroris. Dan merubah pandangan masyarakat
non muslim bahwa jihad dan jalan islam itu cenderung kepada kekerasan.
Banyak peristiwa yang menujukan islam itu adalah teroris, diantaranya
adalah bom bali 1-2 lalu bom di JW meriot dan di kalangan internasional adalah
pembajakan pesawat yang digunakan untuk meruntuhkan WTC di New York, AS.
Kejadian itu membuat islam di angap sebagai teroris namun dari serangan tersebut
juga ada dampak positif kepada Islam meski Cuma kecil namun sudah cukup
berarti yaitu banyaknya orang ingin mempelajari islam dan akhirnya masuk ke
dalam agama islam. Kejadian itu terjadi di Negara-negara non muslim atau
muslim minoritas bagaimana dengan di Indonesia yang agama Islam menjadi
mayoritas? Banyak warga yang merasa cuek bahka tidak peduli akan adanya hal
yang semacam teroris bahkan pemahaman warga kota besar akan jihad tidak
terlalu banyak, hanya mereka yang pernah memahami atau mempelajari
pendidikan agama islam akan memahami lebih baik akan jihad dan menekan
pengaruh akan terorisme.
Metode dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, interpretasi,
penarikan kesimpulan lalu historiografi
14 H.B Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS,1996) hal 54
15
Pengumpulan data adalah kegiatan atau proses pencarian data dan
menunjukan data yang di butuhkan15, jenis sumber data adalah mengenai dari
mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer)
atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder)16., sumber data
primer adalah ucapan serta tindakan orang yang di wawancarai dan diamati17, dan
juga sumber buku berupa hadis. Sumber data primer diantaranya adalah
(1) Wawancara Ali Ghufron dengan Tv one akan terorisme
(2) Buku ringkasan Shahih Muslim, kumpulan hadits-hadits shahih
Interpretasi pada tahap ini penulis mencari hubungan antara data-data yang
ditemukan kemudian menafsirkannya18, Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher
(1768-1834), tokoh hermeneutika romantisis, ia yang memperluas pemahaman
hermeneutika dari sekedar kajian teologi (teks bible) menjadi metode memahami
dalam pengertian filsafat. Menurut perspektif tokoh ini, dalam upaya memahami
wacana ada unsur penafsir, teks, maksud pengarang, konteks historis, dan konteks
kultural19.melihat hubungan antara pemikiran teroris dengan yang terdapat pada
hadits dan yang dilakukan oleh nabi Muhammad dan sahabat. Menarik
kesimpulan dari kedua hubungan tersebut kemudian menjelaskannya hasil
penafsiran interpretasi fakta sejarah dalam bentuk tulisan menjadi kisah20.
H. Sistematika pembahasan
15 Nugroho Noto Susanto, Pengantar metode penelitian,(jakarta: UI-press,1993), hal 3216 Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat17 Lexi Moeloeng, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: remaja Rosdakarya,1998) hal 112 18 Nugroho Noto Susanto, masalah penelitian Peradaban sejarah kontemporer,(Jakarta: yayasan Indayu,1997) hal 1119 Richard E. Palmer, Hermeneutika, Teori Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005) 39-4220 Ibid hal 43
16
Bab I. Pendahuluan merupakan landasan awal penelitian, meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan
dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika
pembahasan, tinjauan pustaka.
Bab II. Deskripsi akan jihad yang dilakukan oleh nabi Muhammad, perang yang
dilakukan oelh nabi Muhammad, perang yang di lakukan oleh para sahabat, dan
perang yang di lakukan oelh salahudin al Ayubi. Hadits-hadit yang membahas
akan jihad dan perang.
Bab III Deskripsi akan awal berkembangnya terorisme islam di Indonesia,
gagasan akan jihad yang menyebabkan terjadinya terorisme, tata cara dalam
pelaksanaan jihad yang sesuai dengan anjuran islam dan beberapa hadits tentang
perang yang telah di langar oleh para terorisme islam, gerakan dan kejadian yang
mengatas namakan jihad pada setiap operasinya.
Bab IV perbedaan antara jihad para ulama dengan jihadnya para Teroris Islam di
Indonesia
Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran
17
BAB II
JIHAD DALAM PANDANGAN ULAMA
A. Konsep jihad menurut para ulama dan prakteknya
Kenyataan umat Islam pada awal millennium ke-3 ini adalah sebagai umat
terpinggirkan, tertindas dan terjajah hak-haknya. Hal ini menyebabkan sebagian
anggota dari umat yang mempunyai ghirah agama yang tinggi berbekal dengan
ilmu yang diperolehnya mencari cara yang tercepat untuk mengembalikan izzah
umat, dengan niat berjihad mereka melancarkan serangan-serangan terhadap
seluruh kepentingan kekuatan kufur dan syirik dalam bentuk pemboman titik-titik
penting simbol kekuatan durjana.
Ijtihad fardi yang diikuti dengan praktik dari sebagian anggota umat ini
menambah coreng hitam dikening umat sebagai "umat teroris", andai gelar ini di
berikan karena keiltizaman (komitmen) kita dengan Kitabullah dan sunnah
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dapat dipastikan tidak seorang muslim
sejatipun yang menolaknya bahkan diperintahkan meneror kekuatan syirik dan
kufur dalam bentuk I`dadul quwwah. Tetapi jika gelar ini dianugerahkan lantaran
ijtihad fardi dari sebagian umat yang perlu dikaji ulang, maka disini setiap
individu umat harus memberikan nasehat sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
Konsep Jihad dalam Islam
Makna Jihad Menurut Bahasa: Kata jihad di dalam bahasa arab, adalah mashdar
dari kata:
وجهادا مجاهدة العدو Yang جاهدت merupakan turunan dari kata yang الجهد
18
berarti: kesulitan atau kelelahan karena melakukan perlawanan yang optimal
terhadap musuh.
Makna Jihad Menurut Istilah: Dalam terminologi syar`i kata jihad
mempunyai beberapa makna: Suatu usaha optimal untuk memerangi orang-orang
kafir.
Jika diteliti dari akar katanya dalam bahasa Arab, kata jihad berasal dari
akar kata jahada, jahdan atau juhdan yang diartikan sebagai ath-thalaqah, al-
musyaqah dan mubalaghah.
Adapun jihad berkedudukan sebagai masdar ( kata benda ) dan pada
( jahada, yaitu bab fa’ala yang diartikan sebagai “ berusaha menghabiskan segala
daya kekuatan, baik berupa perkataan maupun perbuatan.21
Sedangkan menurut para ulama bagaimana makna akan jihad adalah :
Madzhab Hanafi
Menurut mazhab Hanafi, sebagaimana yang dinyatakan dalam
kitab Badaa’i’ as-Shanaa’i’, “Secara literal, jihad adalah ungkapan tentang
pengerahan seluruh kemampuan… sedangkan menurut pengertian syariat, jihad
bermakna pengerahan seluruh kemampuan dan tenaga dalam berperang di jalan
Allah, baik dengan jiwa, harta, lisan ataupun yang lain.22
Madzhab Maliki
Adapun definisi jihad menurut mazhab Maaliki, seperti yang termaktub di
dalam kitab Munah al-Jaliil, adalah perangnya seorang Muslim melawan orang
Kafir yang tidak mempunyai perjanjian, dalam rangka menjunjung tinggi kalimat
Allah Swt. atau kehadirannya di sana (yaitu berperang), atau dia memasuki
21 Ibnu Munzir, Lisan al-arab, Ad-Dar al- Mishriyy, kairo, t.t , jil 3 hlm 10922 Al-Kasaani, Op. Cit., juz VII, hal. 97.
19
wilayahnya (yaitu, tanah kaum Kafir) untuk berperang. Demikian yang dikatakan
oleh Ibn ‘Arafah.23
Madzhab as Syaafi’i
Madzhab as-Syaafi’i, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab al-Iqnaa’,
mendefinisikan jihad dengan “berperang di jalan Allah”.24 Al-Siraazi juga
menegaskan dalam kitab al-Muhadzdzab;sesungguhnya jihad itu adalah perang.
Madzhab Hanbali
Sedangkan madzhab Hanbali, seperti yang dituturkan di dalam kitab al-
Mughniy, karya Ibn Qudaamah, menyatakan, bahwa jihad yang dibahas
dalam kitaab al-Jihaad tidak memiliki makna lain selain yang berhubungan
dengan peperangan, atau berperang melawan kaum Kafir, baik fardlu kifayah
maupun fardlu ain, ataupun dalam bentuk sikap berjaga-jaga kaum Mukmin
terhadap musuh, menjaga perbatasan dan celah-celah wilayah Islam.
Dalam masalah ini, Ibnu Qudamah berkata: Ribaath (menjaga perbatasan)
merupakan pangkal dan cabang jihad.25 Beliau juga mengatakan: Jika musuh
datang, maka jihad menjadi fardlu ‘ain bagi mereka… jika hal ini memang benar-
benar telah ditetapkan, maka mereka tidak boleh meninggalkan (wilayah mereka)
kecuali atas seizin pemimpin (mereka). Sebab, urusan peperangan telah
diserahkan kepadanya.26
Lalu bagaimana dengan pendapat ulama kontemporer? Pendapat mereka adalah
sebagai berikut :
23 Muhammad ‘Ilyasy, Munah al-Jaliil, Muhktashar Sayyidi Khaliil, juz III, hal. 135.24 Al-Khathiib, Haasyiyah al-Bujayrimi ‘alaa Syarh al-Khathiib, juz IV, hal. 225.25 Ibn Qudaamah, al-Mughniy, juz X, hal. 375.26 Ibid, juz X, hal. 30-38.
20
Menurut syayid Quthb, perang dalam islam bukanlah defensive melainkan
ofensif. Sasaran penyerangan bukan memaksa lawan untuk meninggalkan
perinsipnya melainkan membasmi pemerintahan yang menyuburkannya.27
Menurut Muhammad Rasyid Ridha menafsirkan jihad yakni jihad tidak
semata-mata melakukan peperangan, melainkan jihad bermakna harfiah upaya
jerih payah seseorang bisa di transfer perjuangan dakwah, pendidikan,
pengentasan kemiskinan dan perbaikan pemerintahan28
Pemikiran di atas sebenarnya menuju pada satu hal yaitu berusaha untuk
menegakkan agama islam dengan berbagai cara mulai dari berdakwah, sampai
berperang. jihad tidak harus di identikkan dengan kekerasan namun jihad juga
bisa dengan cara damai. Tata caranya telah di contohkan oleh nabi Muhammad
SAW dalam setiap peperangan, nabi selalu mengirim utusan untuk mengajak
pemimpin di daerah tersebut untuk masuk islam dan bila ajakan itu tak di
hiraukan dan lebih memilih untuk berperang melawan nabi maka jihad di
laksanakan.
1) Fase-FaseDiSyari`atkannyaJihad Jihad salah satu diantara ibadah yang
dalam proses tasyri`nya mengikuti sunnah tadarruj (bertahap), yang dapat
kita bagi menjadi 4 fase:
i) Periode Mekah.Dalam periode ini jihad dengan mengangkat senjata tidak
disyari`atkan, yang diperintahkan pada periode ini adalah jihad dengan
menggunakan hujjah dan argumen yang bersumber dari Al qur`an dalam
menyampaikan risalah Islam kepada manusia pada umumnya dan
khususnya masyarakat Quraisy, Allah berfirman, (Q.S. Al Furqan: 51-52)
27 Muhammad chirzin, Kontroversi jihad Di Indonesia moderenis VS Fundamentalis, hal 20828 Skripsi “konsep jihad (studi komperatif pemikiran Muhammad Rasyid Ridha dan Sayid Qutbh)” UIN sunan kali jaga 2009.
21
ا﴿ . كبير فالتطعالكافرينوجاهدهمبهجهادا لبعثنافيكلقريةنذيرا ولوشئنا
Dan andai Kami menghendaki, niscaya Kami utus di tiap-tiap negeri seorang
Rasul. Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan jihad yang besar
Ibnu qayyim berkata, "Allah telah memerintahkan berjihad sejak
periode Mekah dengan firman-Nya (Q.S. Al Furqan: 52) yang tentunya surat
Makkiyah, menghadapi orang-orang kafir dengan Hujjah, penjelasan dan
menyampaikan Al qur`an …" [8]
Bahkan ketika beberapa orang sahabat yang dipimpin oleh
Abdurrahman bin `Auf datang kepada Nabi mengeluhkan keadaan mereka
sambil berkata,"Kami dahulu berada dalam kemuliaan disaat kami masih
musyrik, apakah kami menjadi hina setelah kami beriman?!", Nabi
menjawab,
تقاتلوا فال بالعفو أمرت إني
Aku diperintahkan untuk mema`afkan, maka janganlah kalian mengangkat
senjata! [9]
Juga setelah selesai pembai`atan `Aqabah yang ke dua sebagian para
peserta yang datang dari Yastrib meminta izin dari Nabi untuk menyerang
penduduk `Aqabah dengan pedang, beliau menjawab, "" بهذا أؤمر لم aku إني
tidak diperintahkan untuk melakukan hal ini [10]
Dalam (Q.S. An Nisaa` :77) Allah mempertegas larangan mengangkat senjata
di periode Mekah, firman-Nya:
﴿ الزكاة وآتوا الصالة وأقيموا أيديكم كفوا لهم قيل الذين إلى تر ﴾ ألم
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka,
22
"tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat!
Nushus diatas sangat jelas bahwa selama periode Mekah jihad
mengangkat senjata dilarang (hal ini telah menjadi kesepakatan para ulama
yang dinukil oleh Qurthubi 2/347). Yang ada hanya jihadun nafsi
menanamkan aqidah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, sabar dan
istiqamah menghadapi segala bentuk penindasan dari kaum kafir serta yakin
dengan janji Allah dan Rasul-Nya. Tidak-disyaria`tkannya jihad mengangkat
senjata dalam periode ini -yang dalam pandangan kasat mata kebanyakan
manusia juga termasuk sebagian sahabat hal itu telah patut karena penindasan
kaum Quraisy sampai pada titik diluar batas kewajaran- tentulah mempunyai
hikmah yang sangat dalam untuk keberlangsungan dakwah islamiyah
keseluruh penjuru bumi.
2) Fase dibolehkan Jihad Qital dan belum difardhukan.
Setelah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan para sahabatnya
hijrah ke Madinah, menetap di sana membangun sebuah negeri Islam yang
berdaulat dan memiliki kekuatan, persiapan dan peralatan yang dirasa cukup
untuk menghadapi setiap gangguan, yang dilain pihak kaum kafir Quraisy
selalu melancarkan berbagai bentuk tekanan, maka Allah membolehkan
(bukan difardhukan) kaum muslim mengangkat senjata, membela dan
mempertahankan jiwa dan dakwah Islam dari segala bentuk penindasan,
dengan firman-Nya: (Q.S. Al Hajj: 39)
﴾ لقدير نصرهم على الله إان و ظلموا أ�نهم ب يق�تلون للذين أاذن ﴿
23
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa
menolong mereka
3) Fase difardhukan jihad qital atas kaum muslim terhadap orang yang memulai
memerangi mereka.
Fase ini juga bisa dinamakan dengan jihad difa` (berperang karena
membela diri), yakni kaum muslim diwajibkan mengangkat senjata memasuki
medan pertempuran melawan setiap kekuatan yang memulai menabuh
genderang perang terhadap mereka, Allah berfirman, (Q.S. Al Baqarah: 190-
191)
﴾ المعتدين يحب لا الله إان تعتدوا ولا يق�تلونكم الذين الله سبيل في وقتلوا ﴿
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas
﴾ الكفرين جزاء كذلك ف�قتلوهم قتلوكم إ�ن ف ﴿
Maka jika mereka memerangi kamu, maka bunuhlah mereka! Demikianlah
balasan bagi orang-orang yang kafir
Pada periode ini sekalipun kaum muslim telah mempunyai kekuatan
tetapi belum sanggup memulai pertempuran menghadapi seluruh kekuatan
kafir dan musyrikin, maka dengan hikmah Allah, Dia tidak mewajibkan
kepada hambanya untuk melakukan penyerangan karena mereka belum
mampu melaksanakannya.
24
4) Fase difardhukan jihad qital terhadap setiap kekuatan kufur apapun agama
dan ras mereka, sekalipun mereka tidak memulai berperang hingga mereka
masuk Islam atau membayar jizyah.
Setelah kekuatan kufur di kota Mekah runtuh di tangan 10.000 orang
sahabat yang dipimpin langsung oleh Nabi shallallahu `alaihi wa sallam,
dengan ini berarti berakhirlah permusuhan kaum Quraisy terhadap kaum
muslimin dan manusia berbondong-bondong memeluk agama Allah sehingga
dakwah islam menjadi memiliki banyak pasukan dan peralatan serta
kekuatan, maka pada tahun ke-9 H Allah mewajibkan kaum muslim
memerangi setiap bentuk kekufuran dengan firman-Nya, (Q.S. At Taubah: 5
dan 36)
وجدتموهم ﴿ حيث المشركين فاقتلوا الحرم األشهر انسلخ ﴾ فإذا
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka
﴾ ك�فة يق�تلونكم كم� ك�فة المشركين وقتلوا ﴿
Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka
memerangi kamu semuanya. Dan nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,
رسول محمدا وأن الله إال إله ال أن يشهدوا الناسحتى أقاتل أن أمرت
الله
Aku diperintahkan memerangi seluruh manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak diibadati selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah HR.Muslim.
Demikianlah jihad thalab (jihad memerangi setiap aral yang
merintangi arus dakwah islam) akhirnya difardhukan dan setelah Rasulullah
25
shallallahu `alaihi wa sallam wafat kewajiban ini tidak berubah. Kemudian
kewajiban jihad thalab ini diteruskan oleh para khulafaur rasyidin dan para
khalifah serta para penguasa setelah mereka. Hingga akhirnya khilafah
Utsmaniyah runtuh kurang dari satu abad yang lalu dan kewajiban inipun
terhenti sementara sampai kaum muslim memiliki kembali kekuatan untuk
menumpas segala bentuk kesyirikan dan kekufuran.
B. Aplikasi Jihad yang dilakukan oleh para ulama Indonesia adalah sebagai
berikut :
Tuanku Imam Bonjol yang bernama asli Muhammad Shahab muncul
sebagai pemimpin dalam Perang Padri setelah sebelumnya ditunjuk oleh Tuanku
Nan Renceh sebagai Imam di Bonjol.29 Kemudian menjadi pemimpin sekaligus
panglima perang setelah Tuanku Nan Renceh meninggal dunia.
Pada masa kepemimpinannya, ia mulai menyesali beberapa tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh Kaum Padri terhadap saudara-saudaranya,
sebagaimana yang terdapat dalam memorinya. Walau di sisi lain fanatisme
tersebut juga melahirkan sikap kepahlawanan dan cinta tanah air. Lamanya
penyelesaian peperangan ini, memaksa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda
Johannes van den Bosch pada tanggal 23 Agustus 1833 pergi ke Padang untuk
melihat dari dekat proses operasi militer yang dilakukan oleh pasukan Belanda.
Sesampainya di Padang, ia melakukan perundingan dengan Komisaris Pesisir
Barat Sumatera, Mayor Jenderal Riesz dan Letnan Kolonel Elout untuk segera
menaklukkan Benteng Bonjol, pusat komando pasukan Padri. Riesz dan Elout
menerangkan bahwa belum datang saatnya yang baik untuk mengadakan serangan
29 Munasifah (2007). Ayo Mengenal Indonesia: Sumatra 1. Jakarta: CV. Pamularsih. hlm. 51.
26
umum terhadap Benteng Bonjol, karena kesetiaan penduduk Luhak Agam masih
disangsikan dan mereka sangat mungkin akan menyerang pasukan Belanda dari
belakang. Tetapi Van den Bosch bersikeras untuk segera menaklukkan Benteng
Bonjol paling lambat tanggal 10 September 1833, kedua opsir tersebut meminta
tangguh enam hari sehingga jatuhnya Bonjol diharapkan pada tanggal 16
September 1833.
Taktik serangan gerilya yang diterapkan Kaum Padri kemudian berhasil
memperlambat gerak laju serangan Belanda ke Benteng Bonjol, bahkan dalam
beberapa perlawanan hampir semua perlengkapan perang pasukan Belanda seperti
meriam beserta perbekalannya dapat dirampas. Pasukan Belanda hanya dapat
membawa senjata dan pakaian yang melekat di tangan dan badannya. Sehingga
pada tanggal 21 September 1833, sebelum Gubernur Jenderal Hindia-Belanda
digantikan oleh Jean Chrétien Baud, Van den Bosch membuat laporan bahwa
penyerangan ke Bonjol gagal dan sedang diusahakan untuk konsolidasi guna
penyerangan selanjutnya.
Kemudian selama tahun 1834 Belanda hanya fokus pada pembuatan jalan
dan jembatan yang mengarah ke Bonjol dengan mengerahkan ribuan tenaga kerja
paksa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mobilitas pasukannya dalam
menaklukkan Bonjol. Selain itu pihak Belanda juga terus berusaha menanamkan
pengaruhnya pada beberapa kawasan yang dekat dengan kubu pertahanannya.
Pada tanggal 16 April 1835, Belanda memutuskan untuk kembali
mengadakan serangan besar-besaran untuk menaklukkan Bonjol dan sekitarnya.
Operasi militer dimulai pada tanggal 21 April 1835, pasukan Belanda dipimpin
oleh Letnan Kolonel Bauer, memecah pasukannya menuju Masang menjadi dua
27
bagian yang bergerak masing-masing dari Matur dan Bamban. Pasukan ini mesti
menyeberangi sungai yang saat itu tengah dilanda banjir, dan terus masuk
menyelusup ke dalam hutan rimba; mendaki gunung dan menuruni lembah; guna
membuka jalur baru menuju Bonjol.
Pada tanggal 23 April 1835 gerakan pasukan Belanda ini telah berhasil
mencapai tepi Batang Gantiang, kemudian menyeberanginya dan berkumpul di
Batusari. Dari sini hanya ada satu jalan sempit menuju Sipisang, daerah yang
masih dikuasai oleh Kaum Padri. Sesampainya di Sipisang, pecah pertempuran
sengit antara pasukan Belanda dengan Kaum Padri. Pertempuran berlangsung
selama tiga hari tiga malam tanpa henti, sampai banyak korban di kedua belah
pihak. Akhirnya dengan kekuatan yang jauh tak sebanding, pasukan Kaum Padri
terpaksa mengundurkan diri ke hutan-hutan rimba sekitarnya. Jatuhnya daerah
Sipisang ini meningkatkan moralitas pasukan Belanda, kemudian daerah ini
dijadikan sebagai kubu pertahanan sambil menunggu pembuatan jembatan menuju
Bonjol.30
Walau pergerakan laju pasukan Belanda menuju Bonjol masih sangat
lamban, hampir sebulan waktu yang diperlukan untuk dapat mendekati daerah
Alahan Panjang. Sebagai front terdepan dari Alahan Panjang adalah daerah
Padang Lawas yang secara penuh masih dikuasai oleh Kaum Padri. Namun pada
tanggal 8 Juni 1835 pasukan Belanda berhasil menguasai daerah ini.31
Selanjutnya pada tanggal 11 Juni 1835 pasukan Belanda kembali bergerak
menuju sebelah timur Batang Alahan Panjang dan membuat kubu pertahanan di
30 .C. van Rijnveld (1841). De Merkwaardige Terugtocht van Pisang op Agam. Militaire Spectator. Bladzijde 1-7 en 24-32.31 Abdul Qadir Djaelani, (1999), Perang sabil versus perang salib: umat Islam melawan penjajah Kristen Portugis dan Belanda, Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah.
28
sana, sementara pasukan Kaum Padri tetap bersiaga di seberangnya. Pasukan
Belanda berhasil mendekati Bonjol dalam jarak kira-kira hanya 250 langkah pada
tengah malam tanggal 16 Juni 1835, kemudian mereka mencoba membuat kubu
pertahanan. Selanjutnya dengan menggunakan houwitser, mortir dan meriam,
pasukan Belanda menembaki Benteng Bonjol. Namun Kaum Padri tidak tinggal
diam dengan menembakkan meriam pula dari Bukit Tajadi. Sehingga dengan
posisi yang kurang menguntungkan, pasukan Belanda banyak menjadi korban.
Pada tanggal 17 Juni 1835 kembali datang bantuan tambahan pasukan
sebanyak 2000 orang yang dikirim oleh Residen Francis di Padang dan pada
tanggal 21 Juni 1835, dengan kekuatan yang besar pasukan Belanda memulai
gerakan maju menuju sasaran akhir yaitu Benteng Bonjol di Bukit Tajadi.
Melihat kokohnya Benteng Bonjol, pasukan Belanda mencoba melakukan
blokade terhadap Bonjol dengan tujuan untuk melumpuhkan suplai bahan
makanan dan senjata pasukan Padri. Blokade yang dilakukan ini ternyata tidak
efektif, karena justru kubu-kubu pertahanan pasukan Belanda dan bahan
perbekalannya yang banyak diserang oleh pasukan Kaum Padri secara gerilya. Di
saat bersamaan seluruh pasukan Kaum Padri mulai berdatangan dari daerah-
daerah yang telah ditaklukkan pasukan Belanda, yaitu dari berbagai negeri di
Minangkabau dan sekitarnya. Semua bertekad bulat untuk mempertahankan
markas besar Bonjol sampai titik darah penghabisan, hidup mulia atau mati
syahid.
Usaha untuk melakukan serangan ofensif terhadap Bonjol baru dilakukan
kembali setelah bala bantuan tentara yang terdiri dari pasukan Bugis datang, maka
pada pertengahan Agustus 1835 penyerangan mulai dilakukan terhadap kubu-
29
kubu pertahanan Kaum Padri yang berada di Bukit Tajadi, dan pasukan Bugis ini
berada pada bagian depan pasukan Belanda dalam merebut satu persatu kubu-
kubu pertahanan strategis Kaum Padri yang berada disekitar Bukit Tajadi. Namun
sampai awal September 1835, pasukan Belanda belum berhasil menguasai Bukit
Tajadi, malah pada tanggal 5 September 1835, Kaum Padri keluar dari kubu
pertahanannya menyerbu ke luar benteng menghancurkan kubu-kubu pertahahan
Belanda yang dibuat sekitar Bukit Tajadi. Setelah serangan tersebut, pasukan
Kaum Padri segera kembali masuk ke dalam Benteng Bonjol.
Pada tanggal 9 September 1835, pasukan Belanda mencoba menyerang
dari arah Luhak Limo Puluah dan Padang Bubus, namun hasilnya gagal, bahkan
banyak menyebabkan kerugian pada pasukan Belanda. Letnan Kolonel Bauer,
salah seorang komandan pasukan Belanda menderita sakit dan terpaksa dikirim ke
Bukittinggi kemudian posisinya digantikan oleh Mayor Prager.
Blokade yang berlarut-larut dan keberanian Kaum Padri, membangkitkan
semangat keberanian rakyat sekitarnya untuk memberontak dan menyerang
pasukan Belanda, sehingga pada tanggal 11 Desember 1835 rakyat Simpang dan
Alahan Mati mengangkat senjata dan menyerang kubu-kubu pertahanan Belanda.
Pasukan Belanda kewalahan mengatasi perlawanan ini. Namun setelah datang
bantuan dari serdadu-serdadu Madura yang berdinas pada pasukan Belanda,
perlawanan ini dapat diatasi.
Hampir setahun mengepung Bonjol, pada tanggal 3 Desember 1836,
pasukan Belanda kembali melakukan serangan besar-besaran terhadap Benteng
Bonjol, sebagai usaha terakhir untuk penaklukan Bonjol. Serangan dahsyat ini
mampu menjebol sebagian Benteng Bonjol, sehingga pasukan Belanda dapat
30
masuk menyerbu dan berhasil membunuh beberapa keluarga Tuanku Imam
Bonjol. Tetapi dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi Kaum Padri
kembali berhasil memporak-porandakan musuh sehingga Belanda terusir dan
terpaksa kembali keluar dari benteng dengan meninggalkan banyak sekali korban
jiwa di masing-masing pihak.
Kegagalan penaklukan ini benar-benar memukul kebijaksanaan Gubernur
Jenderal Hindia-Belanda di Jakarta yang waktu itu telah dipegang oleh Dominique
Jacques de Eerens, kemudian pada awal tahun 1837 mengirimkan seorang
panglima perangnya yang bernama Mayor Jenderal Cochius untuk memimpin
langsung serangan besar-besaran ke Benteng Bonjol untuk kesekian kalinya.
Cochius merupakan seorang perwira tinggi Belanda yang memiliki keahlian
dalam strategi perang Benteng Stelsel.
Selanjutnya Belanda dengan intensif mengepung Bonjol dari segala
jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret–17 Agustus 1837) dipimpin oleh
jenderal dan beberapa perwira. Pasukan gabungan ini sebagian besar terdiri dari
berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Bugis dan Ambon. Terdapat 148 perwira
Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi, termasuk
di dalamnya Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen (pasukan pembantu
Sumenap alias Madura). Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda
tersebut di antaranya adalah Mayor Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer,
Mayor Sous, Mayor Prager, Kapten MacLean, Letnan Satu van der Tak,
Pembantu Letnan Satu Steinmetz, dan seterusnya. Kemudian ada juga nama
Inlandsche (pribumi) seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant
31
Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto,
Merto Poero dan lainnya.
Dari Jakarta didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda,
dimana pada tanggal 20 Juli 1837 tiba dengan Kapal Perle di Padang, sejumlah
orang Eropa dan Sepoys, serdadu dari Afrika yang berdinas dalam tentara
Belanda, direkrut dari Ghana dan Mali, terdiri dari 1 sergeant, 4 korporaals dan
112 flankeurs, serta dipimpin oleh Kapitein Sinninghe.
Serangan yang bergelombang serta bertubi-tubi dan hujan peluru dari
pasukan artileri yang bersenjatakan meriam-meriam besar, selama kurang lebih 6
bulan lamanya, serta pasukan infantri dan kavaleri yang terus berdatangan. Pada
tanggal 3 Agustus 1837 dipimpin oleh Letnan Kolonel Michiels sebagai
komandan lapangan terdepan mulai sedikit demi sedikit menguasai keadaan, dan
akhirnya pada tanggal tanggal 15 Agustus 1837, Bukit Tajadi jatuh, dan pada
tanggal 16 Agustus 1837 Benteng Bonjol secara keseluruhan dapat ditaklukkan.
Namun Tuanku Imam Bonjol dapat mengundurkan diri keluar dari benteng
dengan didampingi oleh beberapa pengikutnya terus menuju daerah Marapak.
Dalam pelarian dan persembunyiannya, Tuanku Imam Bonjol terus
mencoba mengadakan konsolidasi terhadap seluruh pasukannya yang telah
bercerai-berai dan lemah, namun karena telah lebih 3 tahun bertempur melawan
Belanda secara terus menerus, ternyata hanya sedikit saja yang tinggal dan masih
siap untuk bertempur kembali.
Dalam kondisi seperti ini, tiba-tiba datang surat tawaran dari Residen
Francis di Padang untuk mengajak berunding. Kemudian Tuanku Imam Bonjol
menyatakan kesediaannya melakukan perundingan. Perundingan itu dikatakan
32
tidak boleh lebih dari 14 hari lamanya. Selama 14 hari berkibar bendera putih dan
gencatan senjata berlaku. Tuanku Imam Bonjol diminta untuk datang ke Palupuh,
tempat perundingan, tanpa membawa senjata. Tapi hal itu cuma jebakan Belanda
untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol, peristiwa itu terjadi di bulan Oktober
1837 dan kemudian Tuanku Imam Bonjol dalam kondisi sakit langsung dibawa ke
Bukittinggi kemudian terus dibawa ke Padang, untuk selanjutnya diasingkan.
Namun pada tanggal 23 Januari 1838, ia dipindahkan ke Cianjur, dan pada akhir
tahun 1838, ia kembali dipindahkan ke Ambon. Kemudian pada tanggal 19
Januari 1839, Tuanku Imam Bonjol kembali dipindahkan ke Menado, dan di
daerah inilah setelah menjalani masa pembuangan selama 27 tahun lamanya, pada
tanggal 8 November 1864, Tuanku Imam Bonjol menghembuskan nafas
terakhirnya.
33
BAB III
JIHAD DALAM PANDANGAN PARA TERORIS ISLAM DI INDONESIA
Pengertian teroris
Teroris : orang yg menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut,
biasanya untuk tujuan politik: gerombolan -- telah mengganas dng membakar
rumah penduduk dan merampas hasil panen32, Mengenai pengertian yang baku
dan definitive dari apa yang disebut dengan Tindak Pidana Terorisme itu, sampai
saat ini belum ada keseragaman. Menurut Prof. M. Cherif Bassiouni, ahli Hukum
Pidana Internasional, bahwa tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian
yang identik yang dapat diterima secara universal sehingga sulit mengadakan
pengawasan atas makna Terorisme tersebut. Oleh karena itu menurut Prof. Brian
Jenkins, Phd., Terorisme merupakan pandangan yang subjektif33.
Tidak mudahnya merumuskan definisi Terorisme, tampak dari usaha
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan membentuk Ad Hoc Committee on
Terrorism tahun 1972 yang bersidang selama tujuh tahun tanpa menghasilkan
rumusan definisi34. Pengertian paling otentik adalah pengertian yang diambil
secara etimologis dari kamus dan ensiklopedia. Dari pengertian etimologis itu
dapat diintepretasikan pengembangannya yang biasanya tidak jauh dari pengertian
dasar tersebut35.
32 http://kamusbahasaindonesia.org/teroris#ixzz2p27aHBAe33 Indriyanto Seno Adji, “Terorisme, Perpu No.1 tahun 2002 dalam Perspektif Hukum Pidana” dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia (Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001), hal. 35.34 Muhammad Mustofa, Memahami Terorisme: Suatu Perspektif Kriminologi, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III (Desember 2002): 35.35 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1999), hal.19.
34
Menurut MUI, fatwa mui no 03 tahun 2004 “teroris adalah tindakan
kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradapan yang menimbulkan ancaman
serius terhadap kedaulatan Negara bahaya terhadap keamanan dan perdamaian
dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat, teroris adalah suatu bentuk
kejahatan yang diorganisir secara baik bersifat trans nasional dan digolongkan
kejahatan luar biasa, yang tidak membedakan sasaran”36
Menurut Black’s Law Dictionary, Terorisme adalah kegiatan yang
melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan
manusia yang melanggar hukum pidana (Amerika atau negara bagian Amerika),
yang jelas dimaksudkan untuk: a. mengintimidasi penduduk sipil. b. memengaruhi
kebijakan pemerintah. c. memengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara
penculikan atau pembunuhan .
Muladi memberi catatan atas definisi ini, bahwa hakekat perbuatan
Terorisme mengandung perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
berkarakter politik. Bentuk perbuatan bisa berupa perompakan, pembajakan
maupun penyanderaan. Pelaku dapat merupakan individu, kelompok, atau negara.
Sedangkan hasil yang diharapkan adalah munculnya rasa takut,
pemerasan, perubahan radikal politik, tuntutan Hak Asasi Manusia, dan kebebasan
dasar untuk pihak yang tidak bersalah serta kepuasan tuntutan politik lain37.
Menurut US Central Intelligence Agency (CIA)38. Terorisme
Internasional adalah Terorisme yang dilakukan dengan dukungan pemerintah atau
36 Tv one, debat “tahun baru datang, teroris menghadang” tanggal 6 januari 2014, amirsyah Tambunan wasekjen MUI.37 Muladi, Hakekat Terorisme dan Beberapa Prinsip Pengaturan dalam Kriminalisasi, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III (Desember 2002): 1.38 Muladi, Demokrasi, HAM dan Reformasi Hukum di Indonesia, Op. cit., hal. 171.
35
organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan negara, lembaga atau
pemerintahan asing .
Menurut US Federal Bureau of Investigation (FBI)39. Terorisme adalah
penggunaan kekuasaan tidak sah atau kekerasan atas seseorang atau harta untuk
mengintimidasi sebuah pemerintahan, penduduk sipil dan elemen-elemennya
untuk mencapai tujuan-tujuan sosial atau politik .
Menurut US Departements of State and Defense40. Terorisme adalah
kekerasan yang bermotif politik dan dilakukan oleh agen negara atau kelompok
subnasional terhadap sasaran kelompok non kombatan. Biasanya dengan maksud
untuk memengaruhi audien. Terorisme internasional adalah terorisme yang
melibatkan warga negara atau wilayah lebih dari satu negara .
Menurut Muhammad Mustofa41. Terorisme adalah tindakan kekerasan
atau ancaman kekerasan yang ditujukan kepada sasaran secara acak (tidak ada
hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada kerusakan, kematian,
ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan massal .
Menurut Charles Kegley dan Eugene Witkoff (The Global Agendas
Issues and Perspectives), mengemukakan sebanyak 109 definisi tentang
terorisme, namun para ahli setuju bahwa Terorisme adalah suatu cara untuk
mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan ancaman kekerasan guna
menimbulkan rasa takut dan korban sebanyak-banyaknya secara tidak beraturan.
Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1
39 Ibid, hal 17240 Ibid, hal 17241 Muhammad Mustofa, Memahami Terorisme: Suatu Perspektif Kriminologi, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III (Desember 2002): 30.
36
ayat 1, Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-
unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan ke dalam Tindak Pidana
Terorisme, diatur dalam ketentuan pada Bab III (Tindak Pidana Terorisme), Pasal
6, 7, bahwa setiap orang dipidana karena melakukan Tindak Pidana Terorisme,
jika:
1. Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang
strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional
(Pasal 6)42.
2. Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud
untuk menimbulkan suasana terror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara
merampas kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang
lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek
vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional (Pasal 7)43.
Dan seseorang juga dianggap melakukan Tindak Pidana Terorisme, berdasarkan
ketentuan pasal 8, 9, 10, 11 dan 12 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang
42 Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Op. cit., pasal 6.43 Ibid, pasal 7
37
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Dari banyak definisi yang dikemukakan
oleh banyak pihak, yang menjadi ciri dari suatu Tindak Pidana Terorisme adalah:
1. Adanya rencana untuk melaksanakan tindakan tersebut.
2. Dilakukan oleh suatu kelompok tertentu.
3. Menggunakan kekerasan.
4. Mengambil korban dari masyarakat sipil, dengan maksud mengintimidasi
pemerintah.
5. Dilakukan untuk mencapai pemenuhan atas tujuan tertentu dari pelaku, yang
dapat berupa motif sosial, politik ataupun agama.
A. Konsep jihad teroris Islam di Indonesia
Pengertian jihad menurut imam samudra
1. Dari segi bahasa, secara simple jihad berarti bersunguh-sunguh, mencurahkan
tenaga untuk mencapai satu tujuan. Dalam hal ini, seorang yang bersunguh-
sunguh dalam mencari jejak bisa dikategotikan jihad.
2. Dari segi istilah, jihad berarti bersunguh-sunguh memperjuangkan hukum
Allah, mendakwahnya serta menegakkannya.
3. Dari segi syar’I, jihad berarti berperang melawan kaum kafir yang memerangi
Islam dan kaum muslimin. Pengertian syar’I ini lebih terkenal dengan sebutan
“jihad fi sabililah”. Ketiga definisi di atas telah menjadi consensus para ulama
salafus-Shalih, terutama dari kalangan empat mazhab (syafi’i, Hambali,
Maliki, Hanafi). Jadi tidak ada perselisihan pendapat dalam hal
mendefinisikan jihad.
Mereka yang ingin mengaji lebih dalam tentang hal ini, dapat membaca buku
yang berjudul Al-jihadu Sabiluna karya Syaikh Abdul Baqi Ramdun. Atau bisa
38
juga buku-buku lain yang berhubungan dengan jihad serta yang ditulis oleh
ulama-ulama yang berkompeten dan terlibat aktif dalam dunia jihad.44
Dari pengertian akan jihad tersebut, membuat semua umat islam berusaha
untuk dapat berjihad dalam menegakkan agama islam dan berjuang membela
agama Islam, seperti yang di lakukan nabi Muhammad SAW pada masa
penyebaran agama islam dengan melakukan perundingan dan peperangan
melawan kaun kafir dengan tujuan menyebarkan agama islam, sedangkan pada
masa khulafa urasidin juga sama yaitu berusaha menyebarkan agama Islam, pada
masa Daulah Islamiyah terdapat peperangan yang menutut saya sangat menarik
yaitu pengambil alihan kontantinopel dan yerusalem oleh Muhammad al Fatih dan
Salahudin al ayubi. Di masa sekarang ada jihad yang di lakukan saudara muslim
kita di Palestina yang berusaha mempertahankan negaranya dan agama yang di
jajah oleh Israel atau yahudi, mereka (masyarakat palestina) tidak hanya
mempertahankan Negara mereka tapi juga agama mereka karena “orang-orang
Yahudi dan Nasrani sama sekali tidak akan pernah senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti Millah (agama) mereka” (Al-Baqarah : 120).
Keinginan untuk memperjuangkan agama Islam di laksanakan di sana
tidak hanya oleh para pemuda bahkan anak kecil beserta ayahnya ikut serta dalam
mengangkat senjata, tidak lagi lelaki sendirian yang berjuang melainkan
wanitanya juga berjuang mengangkat senjata. Keinginan yang kuat telah tertanam
dalam hati mereka untuk berjuang menegakkan agama, hal yang seperti itu adalah
jihad fi sabililah dan Allah menjamin akan masuk surge, tidak hanya itu beredar
foto dari suriah seorang anak kecil membawa senjata
44 Aziz, Abdul. Imam samudra : aku melawan teroris, solo : jazera, 2004. Hal 109
39
Suriah - Sebuah foto berisi seorang anak
pejuang FSA (Komandan Pasukan Pembebasan
Suriah) yang masih berusia 7 tahun sungguh
mengejutkan. Dalam gambar, bocah itu ikut
mengangkat senjata di barisan oposisi Suriah melawan rezim Bashar Assad.
Anak berusia 7 tahun bernama Ahmed, sebagaimana dikutip dari Daily
News, Sabtu (30/3/2013), tampak berdiri di depan barikade di sebuah kota di
mana tampak reruntuhan bangunan. Ahmed ikut serta sebagai pejuang pasukan
pembebasan Suriah di lingkungan kelompok Shalahudin, salah satu lini depan
Aleppo.
Dalam foto tersebut, Ahmed tampak mengangkat sebuah senjata laras
panjang berwarna hitam cokelat dan strip hijau putih pada bagian genggamannya.
Tak hanya bersenjata, Ahmed yang mengenakan switer dan celana merah itu,
terlihat tengah memegang sebuah rokok di tangankirinya.
Foto ini muncul berbarengan dengan keberhasilan para pemberontak
Suriah menguasai Kota Dael, sebuah kota strategis dekat perbatasan Yordania
yang menjadi gerbang utama menuju Damaskus pada Jumat (29/3) kemarin. Para
pemberontak Suriah berhasil merebut Kota Dael setelah bentrok berdarah dengan
pasukan Bashar Asaad dan menewaskan sedikitnya 38 orang. Sebanyak 16 orang
diantara yang tewas adalah pasukan pemberontak.45
Terdapat tahapan dalam melakukan jihad, tahapan itu terbagi menjadi
empat yaitu Manahan diri, diizinkan berperang, mewajibkan memerangi secara
terbatas, kewajiban memerangi seluruh kaum kafir/musyrik. dalam permasalahan
45 Detik.com
40
ini akan saya perjelas dalam setiap tahapan tersebut sesuai dengan pemahaman
dan konsep yang dilakukan oleh teroris di Indonesia.
1. Menahan diri
Dalam masalah ini, jihad belum diperintahkan. Kaum muslimin diperintahkan
untuk menahan diri dari segala macam ujian, celaan, serangan dan penindasan
dari kaum kafir. Kaum muslimin tetap diperintahkan melaksanakan shalat dan
zakat.
Peristiwa penyiksaan yang paling kejam dan popular yang menimpa kaum
muslimin ketika itu antara lain dialami oleh Bilal bin Rabah dan keluarga
Yasir. Di bawah matahari gurun yang panas, Bilal bin Rabah di siksa oleh
majikannya Umayah bin Khalaf. Sedangkan keluarga Yasir, disiksa oleh
kaum musyrikin Quraisy. Pada saat itu belum ada perlawanan, Rasulullah
saw. Bersabda kepada keluarga yasir, “bersabarlah wahai keluarga yasir,
sesunguhnya tempat kembali kalian adalah jannah (surga)”(H.R. Ahmad,
Thabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqy, dan Adz-Dzahabi)46. Masa ini di sebut
sebagai masa kafful yadd (menahan tangan, menahan diri) dari mengadakan
peperangan melawan kaum kafir. Diantara ayat yang berhubungan dengan
tahap ini ialah,
Tidakah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:
“Tahanlah tanganmu dari peperangan, dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat”. (An-Nisa: 77).47
46 Dr. Najih Ibrahim, Risalatu lla Kulli Man Ya’mal lil Islam, hal 3147 Abdul aziz, Imam samudra aku melawan teroris!, hal 126
41
2. Di izinkan berperang
Siksaan dan tekanan terhadap kaum muslimin semakin menjadi-jadi dan
merajalela. Setelah gagal mengintimidasi dan mengadakan sejenis muslim
cleansing,kini kaum kafir “mendeportasi” kaum muslim dari tanah air mereka
sendiri, dari tanah tumpah darah. Tetapi Allah tidak membiarkan kesemena-
menaan dan kebathilan berkuasa, dan dengan seenak perut mereka
merendahkan harga diri kaum muslimin, maka turunlah ayat ini, “Telah
diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesunguhnya
mereka telah dianiaya. Dan sesunguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu. (Yaitu) orang yang telah diusir dari kampong halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata “Rabb
(Tuhan) kami hanyalah Allah” (al-Hajj:39).
Imam Mujahid dan Imam Adh-Dhahhak menyebutkan, bahwa banyak ulama
salaf seperti Ibnu Abbas ra, Urwah bin Zubair, Zaid bin Asla, Muqatil bin
Hayyanm Qatadah dan lain-lain yang mengatakan bahwa ayat di atas adalah
ayat pertama yang menyebutkan tentang Al-jihad.48
Pada tahap ini, kaum muslimin baru sebatas diizinkan, belum diperintahkan
untuk berperang. Artinya dapat difahami bahwa sifat izin adalah tidak sama
dengan surat perintah izin berperang, sebatas boleh, dibenarkan,
dipersilahkan, belum sampai pada tingkat wajib. Meski mendapat ijin
berperang namun belum merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan
oleh seorang muslimin.
48 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adhim, juz III/225
42
3. Diwajibkan memerangi secara terbatas
Pada tahap ketiga ini, Allah swt. Telah mewajibkan kaum muslimin untuk
berperang di jalan Allah. Tetapi peperangan terbatas kepada orang yang
menyerangi kaum muslimin saja. Sedangkan mereka yang tidak memerangi
kaum muslinin, tetap dibiarkan tidak diperangi.49 “dan perangilah di Jalan
Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu berlebihan,
sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (Al-
Baqarah: 109).
Menurut sumber dari Abu Ja’far Ar-Razi melalui jalur Abu ‘Aliyah
disebutkan bahwa, ketika turun ayat tersebut, Rasulullah saw, memerangi
orang-orang yang memeranginya dan membiarkan (tidak memerangi) orang-
orang yang tidak memeranginya.50
4. Kewajiban memerangi seluruh kaum kafir/ musyrik
Sebelum datang perintah Allah untuk berperang, selama itu pula kaum
muslimin tetap menahan diri. Kini perintah sebagaimana di sebutkan dalam
surat Al-Baqarah ayat 109 itu telah datang. Perintah Allah di maksud adalah;
“dan Bunuhlah kaum musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka” (At-
Taubah: 5).
Ali bin Abi Thalib ra. Menyebutkan Rasulullah saw. Diurus dengan “empat
pedang”.
Pedang pertama; (perintah perang) terhadap kaum musyrikin, sebagaimana
disebut dalam ayat 5 surat At-Taubah: “dan Bunuhlah kaum musyrikin itu
dimana saja kamu jumpai mereka”.
49 Abdul aziz, imam samudra aku melawan teroris, hal 12750 Ibnu Katsir, tafsir Al Qur’an Al-Adhim, juz I/226
43
Pedang kedua ditujukan kepada ahlikitab (yahudi dan nasrani) seperti yang
telah disebut pada surat At-Taubah ayat 29: “perangilah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-nya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (Islam), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-kitab (ahlikitab),
sampai kepada mereka membayar jizyah denganpatuh sedangkan mereka
dalam keadaan tunduk”.
Pada pedang ketiga ditujukan kepada kaum munafik, “wahai Nabi,
berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafik.” (At-Taubah: 73.)
Sedangkan pedang keempat di arakan untuk memerangi kaum Bughat
(pemberontak) terhadap egara Islam: “Dan jika ada dua golongan dari
mukminin berperang maka damaikanlah antara keduanya, jika salah satu dari
kedua golongan itu berbuat aniaya (bughat) maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah.”(Al-
Hujarat: 9)51
Potensi Terorisme Di Indonesia
Indonesia memiliki potensi terorisme yang sangat besar dan perlu langkah
antisipasi yang ekstra cermat. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kadang tidak
dipahami oleh orang tertentu cukup dijadikan alasan untuk melakukan teror.
Berikut ini adalah potensi-potensi terorisme tersebut:
Pertama, terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan
Indonesia. Beberapa kali negara lain melakukan pelanggaran masuk ke wilayah
Indonesia dengan menggunakan alat-alat perang, sebenarnya adalah bentuk
terorisme. Lebih berbahaya lagi seandainya negara tetangga melakukan terorisme
dengan memanfaatkan warga Indonesia yang tinggal di perbatasan dan kurang
51 Ibid : hal 131
44
diperhatikan oleh negera. Nasionalisme yang kurang dan tuntutan kebutuhan
ekonomi bisa dengan mudah orang diatur untuk melakukan teror.
Kedua, terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas
kebijakan pemerintah. Misalnya bentuk-bentuk teror di Papua yang dilakukan
oleh OPM. Tuntutan merdeka mereka dilatar-belakangi keinginan untuk
mengelola wilayah sendiri tanpa campur tangan pemerintah pusat. Perhatian
pemerintah yang dianggap kurang menjadi alasan bahwa kemerdekaan harus
mereka capai demi kesejahteraan masyarakat. Terorisme jenis ini juga berbahaya,
dan secara khusus teror dilakukan kepada aparat keamanan.
Ketiga, terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan
ideologi tertentu. Pemikiran sempit dan pendek bahwa ideologi dan dogma yang
berbeda perlu ditumpas menjadi latar belakang terorisme. Bom bunuh diri, atau
aksi kekerasan yang terjadi di Jakarta sudah membuktikan bahwa ideologi dapat
dipertentangkan secara brutal. Pelaku terorisme ini biasanya menjadikan orang
asing dan pemeluk agama lain sebagai sasaran.
Keempat, terorisme yang dilakukan oleh kaum kapitalis ketika
memaksakan bentuk atau pola bisnis dan investasi kepada masyarakat. Contoh
nyata adalah pembebasan lahan masyarakat yang digunakan untuk perkebunan
atau pertambangan tidak jarang dilakukan dengan cara yang tidak elegan.
Terorisme bentuk ini tidak selamanya dengan kekerasan tetapi kadang dengan
bentuk teror sosial, misalnya dengan pembatasan akses masyarakat.
Kelima, teror yang dilakukan oleh masyarakat kepada dunia usaha,
beberapa demonstrasi oleh masyarakat yang ditunggangi oleh provokator terjadi
secara anarkis dan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.
45
Terlepas dari siapa yang salah, tetapi budaya kekerasan yang dilakukan
oleh masyarakat adalah suatu bentuk teror yang mereka pelajari dari kejadian-
kejadian yang sudah terjadi.
Terorisme yang terjadi di Indonesia, disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor
sosial, dan faktor ideologi.
Faktor ekonomi. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi
merupakan motif utama bagi para terorisme dalam menjalankan misi mereka.
Keadaan yang semakin tidak menentu dan kehidupan sehari-hari yang membikin
resah orang untuk melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah harus
bekerja keras untuk merumuskan rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan
membuat orang gerah untuk berbuat yang tidak selayaknya diperbuat seperti:
membunuh, mengancam orang, bunuh diri, dan sebagainya.
Faktor sosial. Dalam keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata sosial
yang membentuk pribadi kita menjadi sama. Situasi ini sangat menentukan
kepribadian seseorang dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem
sosial yang dibentuk oleh kelompok radikal atau garis keras membuat semua
orang yang mempunyai tujuan sama dengannya bisa mudah berkomunikasi dan
bergabung dalam garis keras atau radikal. Misalnya, orang-orang yang
mempunyai pikiran keras di mana di situ terdapat suatu kelompok garis keras
yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh.
Faktor ideologi. Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang
diperbuatnya. Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang
sudah disepakati dari awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok
mempunyai misi dan visi masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya.
46
Dalam hal ini terorisme yang ada di Indonesia dengan keyakinannya yang
berdasarkan Jihad yang mereka miliki.
Dilihat dari caranya, terorisme dibedakan menjadi dua, yaitu teror fisik
dan teror mental. Teror fisik adalah teror untuk menimbulkan ketakutan,
kegelisahan memalui sasaran fisik jasmani dalam bentuk pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan dan sebagainya, sehingga
secara nyata dapat dilihat secara fisik akibat tindakan teror.
Sedangkan teror mental merupakan teror dengan menggunakan segala
macam cara yang bisa menimbulkan ketakutan dan kegelisahan tanpa harus
menyakiti jasmani korban (psikologi korban sebagai sasaran) yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa, akibatnya bisa gila,
bunuh diri, putus asa dan sebagainya.
James H.Wolfe (1990) menyebutkan beberapa karakteristik terorisme sebagai
berikut:
1. Terorisme dapat didasarkan pada motivasi yang bersifat politis maupun
nonpolitis.
2. Sasaran yang menjadi obyek aksi terorisme bisa sasaran sipil (supermarket,
mall, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit dan fasilitas umum lainya), maupun
sasaran non-sipil.
3. Aksi terorisme dapat ditujukan untuk mengintimidasi atau mempengaruhi
kebijakan pemerintah negara.
4. Aksi terorisme dilakukan melalui tindakan yang tidak menghormati hukum
internasional atau etika internasional.
47
5. Serangan yang dilakukan dengan sengaja untuk membinasakan penduduk
sipil seperti yang terjadi di Kuta adalah pelanggaran hukum internasional.
6. Persiapan atau perencanaan aksi teror bisa bersifat multinasional. Kejadian di
Bali, kalau memang benar sebagai teror, bisa dilakukan oleh orang Indonesia,
orang asing atau gabungan keduanya.
7. Tujuan jangka pendek aksi terorisme adalah menarik perhatian media massa
dan untuk menarik perhatian publik. Jadi pemberitaan yang gencar di seluruh
penjuru dunia tentang kejadian di Bali dapat disebut sebagai cara teroris
untuk menarik perhatian publik.
8. Aktivitas terorisme mempunyai nilai mengagetkan (shock value) yang bagi
teroris berguna untuk mendapatkan perhatian. Untuk itulah dampak aktivitas
teroris selalu terkesan kejam, sadis dan tanpa menghargai nilai-nilai
kemanusiaan. Kalau memang betul aksi terorisme, maka tragedi di Bali justru
akan mengangkat perhatian publik, yang berguna bagi kepentingan teroris.
Masih adanya ancaman terorisme di Indonesia juga disebabkan oleh belum
adanya payung hukum yang kuat bagi kegiatan intelijen untuk mendukung upaya
pencegahan dan penanggulangan terorisme. Kendala lain dalam pencegahan dan
penanggulangan terorisme adalah belum adanya pembinaan yang menjamin dapat
mengubah pemikiran radikal menjadi moderat. Sementara itu masih lemahnya
sistem pengawasan terhadap peredaran berbagai bahan pembuat bom,
menyebabkan para teroris masih leluasa melakukan perakitan bom yang jika tidak
terdeteksi dapat menimbulkan kekacauan di berbagai tempat.
48
Berikut adalah arah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dalam rangka
mencegah dan menanggulangi kejahatan terorisme pada tahun 2005–2009 adalah
sebagai berikut:
1. Penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga Pemerintah;
2. Peningkatan kapasitas lembaga pemerintah dalam pencegahan dan
penanggulangan teroris, terutama satuan kewilayahan;
3. Pemantapan operasional penanggulangan terorisme dan penguatan upaya
deteksi secara dini potensi aksi terorisme;
4. Penguatan peran aktif masyarakat dan pengintensifan dialog dengan
kelompok masyarakat yang radikal;
5. Peningkatan pengamanan terhadap area publik dan daerah strategis yang
menjadi target kegiatan terorisme;
6. SSosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap aksi terorisme;
7. Pemantapan deradikalisasi melalui upaya-upaya pembinaan (soft
approach) untuk mencegah rekrutmen kelompok teroris serta merehabilitasi
pelaku terror yang telah tertangkap.
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi ancaman terorisme di dalam
negeri, Pemerintah telah menempuh berbagai cara, terutama dengan
mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan prosedur hukum yang
berlaku. Pemerintah, melalui aparat terkait, telah melakukan pendekatan
melalui tokoh masyarakat, tokoh agama moderat dan yang cenderung radikal
guna mengubah pemikiran radikal menjadi moderat, yakni dengan
memberikan pengertian sesungguhnya tentang istilah jihad yang selama ini
“disalahartikan”.
49
Menurut osama bin laden Jihad as an “Individual Duty” for every muslim who is
capable of going to war. As he put it, “jihad is part of religion and no muslim may
say that he does not want to do jihad in the cause of God….. These are the tenets
of our religion.” Bin laden went further: “No other priority, except faith, could be
considered before jihad.523
B. Aplikasi jihad yang dilakukan para terorisme Islam
Banyak aplikasi jihad para teroris yang cenderung menunjukan kekerasan,
kita ambil saja contoh bom bali yang dilakukan oleh imam samudra dan kawan-
kawan. Mereka tidaklah menyesal akan apa yang telah dilakukan dan mereka
mengangap itu merupakan suatu kebenaran. Berikut adalah beberapa aksi teroris
di Indonesia.
1) (Bom bali 1 dan 2) Malam itu 12 Oktober 2002, terjadi ledakan bom di
Paddy’s Cafe dan Sari Club di kawasan Legian, Kuta, Bali. 202 orang tewas,
164 orang di antaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga
Indonesia 209 orang mengalami luka-luka. Dampak kerusakan hingga radius
satu kilometer dari pusat ledakan. Setelah melewati proses penyelidikan, Polri
berhasil menangkap Amrozi, Ali Imron, Imam Samudra, dan Ali Gufron
pelaku aksi pengeboman. Ali Imron divonis hukuman seumur hidup,
sementara tiga tersangka lainnya divonis hukuman mati. Untuk kedua
kalinya, teror bom kembali mengguncang Bali pada 1 Oktober 2005.
Serangan bom bunuh diri di Jimbaran dan Kuta ini menelan korban jiwa
sebanyak 23 orang dan 196 orang mengalami luka-luka. Berdasarkan hasil
penyelidikan polisi, terungkap keberadaan kelompok Dr. Azhari Husin serta
52 Fawas A. gerges, ”The far Enemy why jihad went global, Cambridge university press, 2005, hal 17
50
tujuh orang pelaku utama peledakan. Dr. Azhari Husin akhirnya tewas dalam
penyergapan di Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005.
2) (Bom JW. Mariot) Indonesia kembali dikejutkan oleh teror bom. Sebuah bom
berkekuatan besar meledak sekitar pukul 12.45 WIB di depan lobi Hotel JW
Marriott, Kawasan Kuningan, Jakarta, pada 5 Agustus 2003. Ledakan tersebut
menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Penyelidikan bom Marriott
dilakukan melalui dua cara, yaitu pengolahan TKP dan pengumpulan
informasi dari dalam dan luar TKP. Hasil perpaduan dua cara ini dianalisis.
Modus dan pola pengeboman di Marriott mirip dengan kasus bom Bali yang
menggunakan bom mobil. Kesamaan modus itu ditunjukkan dengan
dirusaknya nomor chasis dan mesin serta digunakannya bahan peledak
campuran antara high explosive dan low explosive. Sembilan puluh persen
barang bukti yang penting dan dibutuhkan, sudah dikenali, yaitu jenis
kendaraan, jenis bom dan identitas orang atau bagian tubuh yang ditemukan
di TKP pada Selasa, 7 Agustus 2003. Mobil yang ditemukan di TKP sudah
diidentifikasi dari jenis, warna hingga ke pemiliknya. Mobil itu merek Toyota
Kijang tahun 1986 dengan nomor mesin 5K0134591. Adapun nomor rangka
digerinda, namun polisi berhasil mengetahui nomor aslinya, yaitu
KF50000478. Nomor polisi mobil adalah 7462-ZN. Dari bagian mobil yang
ditemukan di sana, dapat dikenali warnanya biru metalik. Setelah dicek di
polisi lalu lintas, dalam waktu setengah jam diperoleh jawaban bahwa nomor
polisi Kijang itu nomor asli. Pemilik Kijang itu adalah Sony, warga Cibubur,
yang mengatakan bahwa mobil itu sudah dijual kepada seseorang yang tidak
diketahui namanya. Namun Sony mengenal ciri-ciri mereka. Ciri-cirinya,
51
lelaki yang satu memiliki tinggi 168 cm, kurus, berkulit putih, rambut ikal
pendek, hidung dan mata biasa, tidak berkumis dan berjenggot, berlogat
melayu. Ketika datang menemui Sony, dia berpakaian rapi, berjaket, tak
banyak bicara. Selain itu, dari rekonstruksi kepala yang ditemukan di Hotel
Marriott dipastikan sebagai Asmar Latin Sani. Polisi melengkapi kepastian itu
dengan tes DNA yang memiliki kesamaan dengan keluarganya. Nama Abu
Dujana muncul dalam radar polisi setelah peledakan Hotel JW Marriott,
Jakarta, 5 Agustus 2003. Dua bulan sebelum pengeboman itu, ia yang saat itu
menjadi sekretaris komando pusat Jamaah Islamiyah, dan Qotadah alias
Basyir, anggota Mantiqi II (Jawa-Bali), menemui Noor Din Mohammad Top
dan Dr Azahari. Dua nama terakhir diyakini sebagai otak berbagai
pengeboman. Azahari tewas dalam peng- gerebekan polisi di Batu, Jawa
Timur, November 2005.
3) (Bom Natal Tahun 2000) Sejumlah gereja porak poranda pada malam Natal
tahun 2000. Berdasarkan data Polda Metro Jaya, terjadi enam kasus
peledakan gereja di Jakarta. Masing-masing adalah gereja Kathedral, gereja
Kanisius, gereja Anglikan, gereja Oikumene, gereja Koinonia, dan gereja
Santo Josef. Sementara, secara keseluruhan, terjadi pengeboman 15 gereja di
beberapa kota Indonesia pada malam itu. Laporan resmi menyebut sedikitnya
20 orang tewas, 35 luka berat, dan 48 cedera ringan. Polisi menangkap pelaku
Bom Natal 2000.
Tragedi malam Natal sempat berubah menjadi misteri akibat lemahnya
pengetahuan mengenai aksi terorisme. Polisi berhasil menangkap Zoefri Yoes
bin Yunus, seorang anggota Jamaah Islamiyah (JI) pada 9 Mei 2003. Zoefri
52
terlibat dalam pengeboman gereja pada malam Natal 2000 di daerah
Pekanbaru. Zoefri anggota JI sejak 1994 dan dibaiat di Ponpes Al Mukmin
Ngruki, Sukoharjo.
Selain dijerat pasal tindak pidana terorisme, Zoefri juga menggunakan surat
keterangan palsu di antaranya KTP palsu. Polisi kemudian juga berhasil
menahan Abdul Jabar, tersangka peledakan bom malam Natal yang
mengetahui semua lokasi ledakan bom malam Natal yang terjadi tahun 2000
lalu. Dia juga tahu tentang bom yang meledak di Mataram, Nusa Tenggara
Barat. Abdul Jabar mengaku terlibat pengeboman dua gereja di Jakarta pada
malam Natal tahun 2000. Masing-masing adalah Gereja Anglikan, Menteng,
dan Koinonia, Matraman. Jabar tidak melakukan sendirian, tapi dibantu oleh
Edi Setiono alias Abas (tertangkap), Asep alias Darmin alias Abdulah
(buron), Ibrahim (buron), Musa (warga negara Malaysia, buron), dan Dani
(warga negara Malaysia, tertangkap). Selain itu, Jabar juga mengaku
mengenal Imam Samudera, tersangka bom Bali. Akan tetapi, Jabar belum
memiliki keterkaitan dengan pengeboman tersebut.
Atas tindakannya, Jabar diancam Undang- Undang Darurat No. 12/1951, dan
pasal 170 KUHP. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis
Abdul Jabar bin Ahmad Kandai 20 tahun penjara. Abdul Jabar terbukti
bersalah, melakukan tindak pidana secara bersama-sama dengan Faturrahman
Al-Ghozi dan Edi Setiono alias Usman53.
Dari kejadian diatas menunjukan intensitas organisasi yang memiliki
sebuah pemikiran akan jihad fi sabililah dan berjuang untuk menegakkan agama
islam, lalu siapa target dari operasi jihad mereka targernya adalah warga asing dan
53 http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom-marriot.html
53
pemeluk agama lain selain islam, ini di buktikan dengan korban dari kejadian
diatas dan tempat terjadinya jihad tersebut, mulai dari gereja sampai Bali. Lalu
kenapa harus di Indonesia? Alasannya sederhana saja mereka berpikiran akan
surat At-Taubah ayat 5 “Dan Bunuhlah kaum musyrikin itu dimana saja kamu
jumpai mereka”. Tidak hanya itu, menurut imam samudra dalam bukunya “aku
melawan teroris” mengatakan bahwa pemilihan lokasi bali sebagai lokasi
pelaksanaan, dikarenakan bali, khususnya di sari club merupakan tempat dari
terkumpulnya masyarakat asing. Imam samudra dak kawan-kawan sebelum
melakukan jihad mereka, terlebih dahulu mereka mencari lokasi yang memiliki
daya korban yang sangat tinggi dengan sekali serangan, karena menurut mereka
melakukannya dengan sekali serangan akan lebih efisien dari pada
mengunakannya berkali-kali serangan namun memiliki jumlah korban yang
sedikit. Dari pengamatan tersebut di pilihlah sari klub dan pady pub untuk operasi
jihad mereka dengan tujuan membalas apa yang dilakukan oleh warga asing
tersebut terhadap saudara seagama mereka di palestina, afganistan dan
sebagainya.
Usai melakukan jihad mereka imam samudra merasa menyesal di
karenakan terdapatnya korban muslim dalam kejadian tersebut54, namun sangat
bangga akan korban yang menimpa Negara asing.
Berikut adalah kronologi kejadian bom bali 1
Jakarta - Dua bom berkekuatan dasyat telah mengguncang Bali pada 12
Oktober 2002. Lebih dari 200 orang tewas akibat peristiwa tragis itu. Tak cuma
itu, lebih dari 200 orang lainnya luka-luka baik ringan maupun parah.Jika
dihitung-hitung, bom yang meledak di dua tempat hiburan di Jalan Legian, Kuta,
54 www.youtube/watch?v=kcg6hokcczewawancaraimamsamudra
54
Bali itu tepat 1 tahun, 1 bulan dan 1 hari setelah bom yang mengguncang World
Trade Center (WTC) Amerika Serikat. Tak cuma warga di Indonesia, dunia pun
bergetar mendengar kabar ini.
Berikut kronologi peristiwa bom Bali I hingga eksekusi ketiga terpidana
mati, Amrozi, Ali Gufron, danImam Samudra yang mengguncang dunia itu: 12
Oktober 2002Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali
diguncang bom. Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu
pukul 23.05 Wita. Lebih dari 200 orang menjadi korban tewas keganasan bom itu,
sedangkan 200 lebih lainnya luka berat maupun ringan. Kurang lebih 10 menit
kemudian, ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul 23.15 Wita, bom
meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat. Namun
tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
16 Oktober 2002
Jakarta - Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai dilakukan.
Lebih dari 50 orang telah dimintai keterangan di Polda Bali. Untuk membantu
Polri, Tim Forensik Australia (asal kebanyakan turis yang menjadi korban) ikut
diterjunkan untuk identifikasi jenazah. 20 Oktober 2002 Tim Investigasi
Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani
kasus ini menyimpulkan, bom di Paddy's Pub berjenis TNT seberat 1 kg dan di
depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50-150 kg. Sementara
bom di dekat konsulat Amerika Serikat menggunakan jenis TNT berbobot kecil
yakni 0,5 kg. 29 Oktober 2002 Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati
Soekarnoputri terus mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang mencoreng
nama Indonesia itu. Putri Soekarno itu memberi deadline, kasus harus tuntas pada
55
November 2002. 30 Oktober 2002 Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul.
Tiga sketsa wajah tersangka pengebom itu dipublikasikan.
Jakarta - 4 November 2002 Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama
dan identitas tersangka telah dikantongi petugas. Tak cuma itu, polisi juga
mengklaim telah mengetahui persembunyian para tersangka. Mereka tidak tinggal
bersama namun masih di Indonesia. 5 November Salah satu tersangka kunci
ditangkap. Amrozi bin Nurhasyim ditangkap di rumahnya di di Desa Tenggulun,
Lamongan, Jawa Timur. 6 November 2002 10 Orang yang diduga terkait
ditangkap di sejumlah tempat di Pulau Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan
ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba di Bandara Ngurah Rai. 7 November
2002 Jakarta - Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan. Sementara itu Abu
Bakar Ba'asyir yang disebut-sebut punya hubungan dengan Amrozi membantah.
Ba'asyir menilai pengakuan Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan
rekayasa pemerintah dan Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika
Serikat. 8 November 2002 Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka
dalam tindak pidana terorisme. 9 November 2002 Tim forensik menemukan
residu bahan-bahan yang identik dengan unsur bahan peledak di TKP. Sementara
Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu mengatakan kesaksian Omar Al-
Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dan Amrozi dalam kasus
bom valid. 10 November 2002 Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi
tim inti peledakan. Ali Imron, Ali Fauzi, Qomaruddin adalah eksekutor di Sari
Club dan Paddy's. Sementara M Gufron dan Mubarok menjadi orang yang
membantu mempersiapkan peledakan. Polisi pun memburu Muhammad Gufron
(kakak Amrozi), Ali Imron (adik Amrozi), dan Ari Fauzi (saudara lain dari ibu
56
kandung Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir dianggap tahu seluk-beluk
mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan rumahnya untuk dipakai Amrozi
sebagai bengkel.
11 November 2002 Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas kehutanan
yang juga teman dekat Amrozi di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan.
Qomaruddin diduga ikut membantu meracik bahan peledak untuk dijadikan bom.
17 November 2002 Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga merupakan
perajik bom Bali I. Bersama Ali Imron, Umar alias Wayan, dan Umar alias Patek,
merekapun ditetapkan sebagai tersangka. 26 November 2002Imam Samudra, satu
lagi tersangka bom Bali, ditangkap di dalam bus Kurnia di kapal Pelabuhan
Merak. Rupanya dia hendak melarikan diri ke Sumatera. 1 Desember 2002 Tim
Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap mastermind bom Bali yang
jumlahnya empat orang, satu di antaranya anggota Jamaah Islamiah (JI). 3
Desember 2002
Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi) ditangkap di Klaten, Jawa Tengah. 4
Desember 2002 Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di Klaten, Solo, Jawa
Tengah, di antaranya Ali Imron (adik Amrozi), Rahmat, dan Hermiyanto.
Sejumlah wanita yang diduga istri tersangka juga ditangkap. 16 Desember 2002
Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang masih siswa SMU di Lamongan. Tim
juga berhasil menemukan 20 dus yang berisi bahan kimia jenis potassium klorat
seberat satu ton di rumah kosong milik Ashuri di Desa Banjarwati, Kecamatan
Paciran, Lamongan yang diduga milik Amrozi. 18 Desember 2002 Tim
Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia membuka dan membeberkan
Dokumen Solo, sebuah dokumen yang dimiliki Ali Gufron. Dalam dokumen
57
tersebut berisi tata cara membuat senjata, racun, dan merakit bom. Dokumen itu
juga memuat buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JA) dan topografi suatu daerah
serta sejumlah rencana aksi yang akan dilakukannya. Kejadian yang lainnya
termasuk bom di kedubes Australia itu juga memiliki target yang sama yaitu
warga asing, operasi yang mereka lakukan tidak serampangan dan memilih
tempatnya dengan sangat berhati-hati dan mempertimbangkan banyak hal. Seperti
itulah jihad yang dilakukan oleh para teroris di Indonesia. Benar tidaknya jihad
mereka biarkan yang maha kuasa yang menentukan, saya pribadi berpendapat
bahwa usaha mereka dalam berjihad dan berusaha membalas apa yang menimpa
saudara seagamanya merupakan usaha yang gigih, semoga apa yang mereka
lakukan merupakan jihad fi sabililah, Amin.
58
BAB IV
PERBANDINGAN PEMIKIRAN JIHAD PARA ULAMA
DENGAN TERORIS DI INDONESIA.
Menurut MUI jihad adalah kesunguh-sunguhan berjuang untuk
mengatasi kesulitan bahkan sekalipun dengan perang, namun perang yang
menurut aturan bukan perang yang asal-asalan. Sedangkan teroris bersifat
merusak karena itu hukumnya haram. Jihad berarti kesunguhan berjuang jadi
wajib hukumnya karena perbaikan umat sedangkan teroris bersifat merusak maka
hukumnya haram.55
Secara konsep keduanya memiliki kesamaan dalam memahami makna
jihad fi sabililah, yang mana keduanya berusaha untuk mendapat ridho dari Allah
untuk membela agama Islam atau membela saudara mereka yang tersakiti di
negeri lain. Para ulama berpendapat bahwa jihad adalah berusaha melakukan
semaksimal mungkin untuk menjunjung tinggi agama Islam dan memperjuangkan
agama Islam meski kematian didepan mata. Begitu juga yang dilakukan oleh para
teroris yang sesunguhnya berusaha mencari mati syahid dalam perjuangan
menegakkan agama Islam, mereka berusaha untuk membalas kekejian bangsa
barat seperti Amerika dan sekutunya yang telah bertindak keji terhadap saudara
mereka sesama muslim, kekejaman itu membuat para teroris berusaha membalas
dengan melakukan tindakan terror terhadap Amerika dan sekutunya tersebut
seperti, penabrakan 2 buah pesawat komersil di gedung WTC, serangkaian
pengeboman di Indonesia merupakan usaha untuk membalas apa yang telah di
rasakan oleh saudara Muslim mereka.
55 www.Youtube.com/watch?v=IGMwLgwVRNE
59
Secara Aplikasi keduanya melakukan kesamaan dalam bagian target
serangannya yaitu orang Asing, dimana pada masa ulama di Indonesia jihadnya
berupa perjuangan melawan para penjajah atau portugis, belanda dan jepang.
Sedangkan para teroris memiliki target warga Asing yaitu Amerika dan sekutunya
yang merupakan usaha untuk membalas kekejian yang telah dialami saudara
mereka di negeri lain. Usaha membalasnya tidak seperti para ulama yang berjuang
untuk mengusir penjajah, melainkan berusaha membalasnya kepada para turis dari
Negara target mereka yang berada di Indonesia dengan melakukan serangkaian
teror bom bunuh diri, di tempat-tempat yang terdapat para warga asing
berkumpul.
Segi pembeda adalah para ulama melakukan jihadnya di wilayah tempat
mereka yang di jajah oleh bangsa asing atau bisa dibilang melakukan jihadnya
secara langsung kepada pelaku yang akan di perangi, seperti para penjajah.
Berbeda dengan para teroris yang melakukan jihadnya kepada warga Negara dari
target mereka, alasan mereka melakukannya kepada warga Negara target adalah
a. Tidak memiliki biaya untuk melakukan tindakan di Negara target seperti
amerika dan sekutunya dikarenakan akomodasi dan perencanaan jihad dan
pengeboman disana kurang dananya.
b. Menyerang target homogen adalah lebih efektif dari pada menyerang target
heterogen, dalam artian bercampur dengan bangsa yang bukan sasaran. Target
homogen (Amerika dan sekutunya adalah homogen) yang terkumpul di satu
tempat lebih efektif dan efisien untuk diserang dari pada target homogeny
yang bertebaran.56
56 Abdul aziz, imam samudra aku melawan teroris, (jazera, 2004 : solo) hal 120
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perintah untuk menegakkan agama Islam dan menyebarkannya keseluruh
penjuru dunia terus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam dan pelaksanaannya
pun dapat melalui jalur dakwah atau ceramah dan perang atau jihad. Jihad sendiri
dilakukan oleh umat islam dengan mengerahkan seluruh kemampuan untuk
menegakkan agama Islam dengan imbalan surga. Pemaknaan jihad oleh para
ulama dan para teroris memiliki makna yang sama yakni berjuang untuk agama
Islam dan memperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Namun cara pandang
ulama dengan para teroris terdapat perbedaan, yaitu berbeda dalam pelaksanaan
yang berbeda, dimana para ulama melaksanakan jihadnya dengan
memperjuangkannya dalam pertempuran seperti yang dilakukan oleh imam bonjol
dan para pejuang kemerdekaan Indonesia, mereka berjuang demi tanah air kita
dan lawan mereka nyata atau langsung kepada pelakunya, berbeda dengan para
teroris yang melakukan serangkaian bom bunuh diri yang targetnya bukan kepada
pelakunya langsung melainkan kepada warga Negara target yang tak berdosa atau
tak mengetahui apa-apa.
B. Saran
Melakukan jihad bukanlah untuk merusak agama Islam melainkan untuk
menjunjung tinggi Agama islam, jika ingin melakukan jihad sebaiknay ikut terjun
langsung ketempat terjadinya konflik tersebut misalnya di palestina atau di
libanon. Disana dapat secara langsung mengalami jihad fi sabililah karena
61
berjuang bersama saudara muslim untuk memepertahankan yerusalem dan
mempertahankan agama Islam.
Jihad itu tidak membunuh wanita dan anak-anak, jika di ijinkan
membunuh itu yang menghina para muslimin, sedangkan pada bom bali dan
seterusnya tidak diketahui apakah korban wanitanya menghina kaum muslimin
atau tidak.
62
Daftar pustaka
Abdul Qadir Djaelani, (1999), Perang sabil versus perang salib: umat Islam melawan penjajah Kristen Portugis dan Belanda, Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah.
Achmad Mubarok, Radikalisme Retoris,(Jakarta: Bumen Pustaka Emas, 2012)
Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qawi Al-Mundziri, Mukhtashar shahih Muslim.(solo: insane kamil solo,2012)
Al-Khathiib, Haasyiyah al-Bujayrimi ‘alaa Syarh al-Khathiib, juz IV
Aziz, Abdul. Imam samudra : aku melawan teroris, solo : jazera, 2004
C. van Rijnveld (1841). De Merkwaardige Terugtocht van Pisang op Agam. Militaire Spectator. Bladzijde
Detik.com
Donny Gahral Adian, Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra, 2005
Dr. Najih Ibrahim, Risalatu lla Kulli Man Ya’mal lil Islam
Fawas A. gerges, ”The far Enemy why jihad went global, Cambridge university press, 2005
H.B Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS,1996)
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom-marriot.html
http://kamusbahasaindonesia.org/teroris#ixzz2p27aHBAe
Ibn Qudaamah, al-Mughniy, juz X
Ibnu Munzir, Lisan al-arab, Ad-Dar al- Mishriyy, kairo, t.t , jil 3
Indriyanto Seno Adji, “Terorisme, Perpu No.1 tahun 2002 dalam Perspektif Hukum Pidana” dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia (Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001)
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adhim, juz III
Ibnu Katsir, tafsir Al Qur’an Al-Adhim, juz I
63
Koentjaraningrat, beberapa pokok antropologi social, (Jakarta : Dian Rakyat, 1992)
Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1999)
Lexi Moeloeng, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: remaja Rosdakarya,1998)
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry,jihad fi sabililah, jihad fi sabililah, islam house.com
Muhammad ‘Ilyasy, Munah al-Jaliil, Muhktashar Sayyidi Khaliil, juz III
Muhammad chirzin, Kontroversi jihad Di Indonesia moderenis VS Fundamentalis, hal 208
Skripsi “konsep jihad (studi komperatif pemikiran Muhammad Rasyid Ridha dan Sayid Qutbh)” UIN sunan kali jaga 2009.
Munasifah (2007). Ayo Mengenal Indonesia: Sumatra 1. Jakarta: CV. Pamularsih.
Muhammad Mustofa, Memahami Terorisme: Suatu Perspektif Kriminologi, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III (Desember 2002)
Muladi, Hakekat Terorisme dan Beberapa Prinsip Pengaturan dalam Kriminalisasi, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III (Desember 2002)
Nugroho Noto Susanto, Pengantar metode penelitian,(jakarta: UI-press,1993)
Nugroho Noto Susanto, masalah penelitian Peradaban sejarah kontemporer,(Jakarta: yayasan Indayu,1997)
Richard E. Palmer. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, Terj. Masnur Heri Damanhuri Muhammad,
Richard E. Palmer, Hermeneutika, Teori Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005)
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-tuwajri, ringkasan fiqih (9), jihad di jalan Allah (islam .com)
Tv one, debat “tahun baru datang, teroris menghadang” tanggal 6 januari 2014, amirsyah Tambunan wasekjen MUI.
64
Wawancara Ali ghufron dengan Tv one pada bulan agustus
www.youtube/watch?v=kcg6hokcczewawancaraimamsamudra
www.Youtube.com/watch?v=IGMwLgwVRNE
Zen fathurin, Radikalisme retoris; studi radikalisme islam,(Jakarta: Bumen pustaka emas, 2012)
65