naskah publikasi perbedaan asupan zat gizi makro...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO ANTARA ANAK USIA 1-3 TAHUN
(BATITA) YANG BERSTATUS GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL
DI DESA SANGGE KECAMATAN KLEGO
KABUPATEN BOYOLALI
Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Ijazah Diploma III Gizi
Disusun Oleh:
ELSA OKTAVIA DEWI
J 300 110 006
PROGRAM STUDI GIZI DIII
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
iii
NUTRITIONAL SCIENCE PROGRAM HEALTH SCIENCE FACULTY
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA SCIENTIFIC PAPER
ABSTRACT
ELSA OKTAVIA DEWI. J.300.110.006 DIFFERENCE OF MACRO-NUTRITION INTAKES BETWEEN 1-3 YEARS OLD CHILDREN (UNDER THREE YEARS OLD CHILDREN) WITH POOR NUTRITIONAL STATUS AND THOSE WITH NORMAL NUTRITIONAL STATUS OF SANGGE VILLAGE, KECAMATAN KLEGO, BOYOLALI REGENCY. Introduction: Preliminary study on twenty children of 1-3 years old in Sangge
village indicated that 85% of them had inadequate nutritional intake, and 20% of them had poor nutritional status, and 45% of them had normal nutritional status. Purpose: Purpose of the research is to know difference of macro-nutrition intake of 1-3 years old children with normal nutritional status and poor nutritional one in Sangge village, Kecamatan Klego, Boyolali Regency. Method of the Research: The research is observational one with cross-sectional approach. Subject of the research is a group of children with poor nutritional status and those with normal nutritional status, 20 children in respective group. Sample is taken by using simple random sampling. Data of nutritional status and z-score value are obtained by measuring body weight. Instrument of the measurement is a balance (weighing scales). Data of food intake is acquired by interview with mothers of the children by using form recall 24 hours taken three days inconsecutively. Data
normality is examined by using Kolmogorov-Smirnov test. Results of the data normality test showed that the data was abnormal so that the difference was examined by using Mann-Whitney U test. Results: Test of difference produced p≥0.05 meaning that there is no difference of
macro-nutrition intakes between 1-3 years old children with normal nutritional status and those with poor nutritional status. Conclusion: There is no difference of macro-nutrition intakes between 1-3 years old children with poor nutritional status and those with normal nutritional status in Sangge village, Kecamatan Klego, Boyolali Regency. Suggestion: For further research, other factors affecting nutritional status such as infection, can be added. Key words: Macro-nutrition intake, poor nutritional status, normal nutritional status References: 40: 2002-2013
ABSTRACT
ELSA OKTAVIA DEWI.J300110006 PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO ANTARA ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) YANG BERSTATUS GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL DI DESA SANGGE KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI. Pendahuluan : Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 anak usia 1-3 tahun di Desa Sangge, diketahui bahwa 85% mempunyai asupan gizi yang kurang, status gizi kurang 20%, dan status gizi normal 45%. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi normal dan gizi kurang di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek penelitian untuk kelompok status gizi kurang dan gizi normal masing-masing 20 batita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Data status gizi dan nilai z-skor diperoleh dengan pengukuran berat badan (BB). Alat yang digunakan dalam pengambilan berat badan adalah dacin. Data asupan makan batita diperoleh melalui wawancara dengan ibu batita menggunakan form recall 24 jam yang diambil 3 hari tidak berturut-turut. Uji kenormalan data menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji kenormalan data tidak normal, sehingga menguji perbedaan menggunakan Uji Mann Whitney U. Hasil : Hasil uji perbedaan p=>0.05 menunjukkan tidak ada perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi normal dan berstatus gizi kurang. Kesimpulan : Tidak ada perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi kurang dan gizi normal di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Kata kunci : Asupan zat gizi makro, status gizi kurang, status gizi normal. Kepustakaan : 40 :2002-2013.
PENDAHULUAN
Anak usia 1-3 tahun merupakan
konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Asupan gizi
sangat penting bagi anak usia 1-3
tahun, karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan
(Supartini, 2004). Anak usia 1-3
tahun biasanya mengalami kesulitan
makan dan aktifitas fisiknya tinggi
dibandingkan anak usia prasekolah
(Khomsan, 2001).
Anak batita usia 1-3 tahun
merupakan masa tumbuh kembang
yang berlangsung sangat cepat
disebut sebagai masa keemasan
(Golden Age) karena pada masa ini
otak berkembang sangat cepat dan
akan berhenti saat anak berusia tiga
tahun. . Pertumbuhan seorang anak
bukan hanya sekedar gambaran
perubahan ukuran tubuh, tetapi lebih
dari itu memberikan gambaran
tentang keseimbangan antara
asupan dan kebutuhan gizi (status
gizi). Pertumbuhan merupakan
indikator yang baik dari
perkembangan status gizi anak
(Depkes RI, 2002).
Pertumbuhan otak berlangsung
hanya sampai usia tiga tahun,
setelah usia tersebut hanya terjadi
pembentukan sel neuron baru untuk
mengganti sel otak yang rusak.
Perkembangan otak ini tidak bisa
diperbaiki bila batita kekurangan gizi.
Anak batita mengalami proses
pertumbuhan yang sangat pesat,
sehingga memerlukan asupan
makan yang relatif lebih banyak
dengan kualitas yang lebih tinggi
(Sutomo dan Anggraini, 2010).
Kekurangan gizi merupakan salah
satu penyebab tingginya kematian
pada bayi dan anak. Anak
kekurangan karbohidrat (zat tenaga)
dan protein (zat pembangun) akan
berakibat anak menderita
kekurangan gizi yang disebut
Kekurangan Energi Protein tingkat
ringan dan sedang, apabila hal ini
berlanjut lama maka akan berakibat
hingga menjadikan penderita KEP
tingkat berat sehingga sangat
mudah terserang penyakit dan dapat
berakibat kematian (Syahmien,
2005). Kekurangan protein akan
berdampak terhadap pertumbuhan
yang kurang baik, daya tahan
tubuh menurun, lebih rentan
terhadap penyakit, dan daya
kreativitas (Irianto dan Waluyo,
2004). Lemak dalam fungsinya
sebagai salah satu zat gizi
penghasil energi utama sehingga
apabila kekurangan asupan lemak
akan mengurangi pembentukan
energi (Sediaoetama, 2000). Ketiga
unsur gizi makro seperti karbohidrat,
protein dan lemak merupakan zat
gizi penyuplai energi bagi tubuh
dengan prioritas pada karbohidrat,
lemak, dan terakhir pada protein
(Arisman, 2009).
Di Indonesia masalah kekurangan
pangan dan kelaparan merupakan
salah satu masalah pokok.
Kekurangan Energi Protein
merupakan salah satu masalah gizi
utama di Indonesia. KEP disebabkan
karena defisiensi zat gizi makro.
Sekarang ini terjadi pergeseran
masalah gizi dari defisiensi zat gizi
makro kepada defisiensi zat gizi
mikro, namun beberapa daerah di
Indonesia prevalensi KEP masih
tinggi (>30%) sehingga memerlukan
penanganan intensif dalam upaya
penurunan prevalensi KEP
(Supariasa dkk, 2002).
Data prevalensi gizi buruk
mengalami penurunan dari 9,7% di
tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun
2010 dan diharapkan pada tahun
2015, pravalensi gizi buruk dapat
turun menjadi 3,6 %. Walaupun
terjadi penurunan gizi buruk di
Indonesia, tetapi masih akan ditemui
sekitar 3,7 juta balita yang
mengalami masalah gizi (Minarto,
2011). Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, prevalensi balita yang
mengalami masalah gizi di Indonesia
secara garis besar 19,6%.
Berdasarkan prevalensi total
tersebut, balita yang menderita gizi
kurang sebesar 13,9% dan sebesar
5,7% belita menderita gizi buruk.
Berdasarkan penelitian Putra (2012),
Adanya perbedaan antara tingkat
konsumsi energi, protein, Fe, Zn,
Vitamin A antara balita stunting dan
non stunting di Kelurahan Kartasura
Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo. Berdasarkan penelitian
Natalia dkk (2013), Ada hubungan
tingkat kecukupan protein dengan
status gizi batita. Berdasarkan
penelitian Yulni dkk (2013), Ada
hubungan yang signifikan antara
asupan Karbohidrat dan status gizi
menurut indikator IMT/U pada anak
Sekolah Dasar di wilayah pesisir
kota Makassar tahun 2013. Terdapat
hubungan yang bermakna antara
tingkat kecukupan protein dengan
status gizi batita di Desa Gondang
Winangun.
Berdasarkan hasil survei status gizi
balita berdasarkan berat badan
dibandingkan umur (BB/U) terdapat
18.447 balita didapatkan hasil
sebagai berikut gizi lebih 0.59 %, gizi
baik 95.71 %, gizi kurang 5.45 %
dan gizi buruk 0.76 %. Hasil
pemantauan gizi balita khususnya di
Puskesmas Klego II, terdapat gizi
kurang dengan prevalensi paling
tinggi sebesar 14.95 % (Dinkes
Boyolali, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan pada 20 anak usia 1-
3 tahun di Desa Sangge pada Bulan
November 2013, diketahui bahwa
terdapat 85% mempunyai asupan
gizi yang kurang, status gizi kurang
20% dan status gizi normal 45%.
Berdasarkan uraian singkat di atas
dapat dicermati bahwa faktor
langsung status gizi adalah asupan
makan balita. Asupan zat gizi makro
mempengaruhi status gizi batita.
Penulis tertarik untuk mengkaji
apakah ada perbedaan asupan zat
gizi makro antara anak usia 1-3
tahun (batita) yang berstatus gizi
normal dan berstatus gizi kurang.
Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah
observasional dengan pendekatan
cross sectional yaitu melakukan
observasi dan pengukuran variabel
pada saat tertentu saja. Penelitian
akan mengambil data variabel bebas
yaitu asupan zat gizi makro dan data
veriabel terikat yaitu batita status gizi
normal dan status gizi kurang.
Penelitian ini dilakukan di Desa
Sangge Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh batita di
Desa Sangge Kecamatan Klego,
Kabupaten Boyolali wilayah kerja
Puskesmas Klego II. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan teknik Simple
Random Sampling, dengan cara
mengundi semua populasi kemudian
mengacak nama dari seluruh
responden dengan sistem undian.
Undian pertama menjadi responden
pertama dan seterusnya untuk
mendapatkan sampel sesuai dengan
jumlah yang ditetapkan.
Berdasarkan perhitungan besar
sampel untuk masing-masing
kelompok status gizi kurang dan
status gizi normal yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah 20 batita,
sehingga total sampel 40 batita
Instrumen yang dipakai dalam
penelitian ini adalah form
persetujuan menjadi sampel, form
recall 24 jam selama 3 hari tidak
berturut-turut dan program
komputer SPSS 17.0. Alat yang
dipakai dalam penelitian ini adalan
dacin dengan kapasitas 25 Kg,
ketelitian 0,1 Kg.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
Desa Sangge merupakan sebuah
Desa di Kecamatan Klego,
Kabupaten Boyolali. Total penduduk
di Desa ini sebanyak 4188 jiwa
dengan jumlah KK sebanyak 990
KK. Rata-rata pekerjaan masyarakat
di Desa Sangge adalah petani dan
peternak. Desa Sangge terletak di
dekat bukit dan sawah, sehingga
memungkinkan untuk bercocok
tanam. Pekarangan yang luas
dimanfaatkan untuk ternak. Tanah di
Desa Sangge tergolong subur.
B. Gambaran Karakteristik
Responden
Sampel pada penelitian ini adalah
anak usia 1 sampai 3 tahun yang
tinggal di Desa Sangge, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali. Sampel
yang bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini dipilih secara random
yang berasal dari Kelurahan Klego
masing-masing kelompok status gizi
kurang dan status gizi normal yang
diperlukan dalam penelitian ini
adalah 20 batita, total sampel 40
batita.
C. Perbedaan Asupan Karbohidrat pada Batita Status gizi Kurang dan Gizi
Normal
Tabel 1 Asupan Karbohidrat pada Batita Status Gizi Kurang dan Gizi Normal
Status Gizi Asupan Karbohidrat
Min (gr)
Max (gr)
Mean±SD
Kurang 93 140 116.11±15.77 Normal 87.84 139.68 119.33±18.32
p = 0.407
Berdasarkan tabel 1 Analisis data
karakteristik sampel yang meliputi
asupan karbohidrat pada batita
status gizi kurang dan gizi normal
diuji statistik menggunakan uji Mann-
Whiteney Test untuk mengetahui
perbedaan asupan karbohidrat pada
batita status gizi kurang dan gizi
normal di Desa Sangge, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whiteney
Test pada uji perbedaan asupan
karbohidrat pada batita status gizi
kurang dan gizi normal adalah nilai p
= 0.407 (>0,05) yaitu Ho diterima
yang berarti tidak ada perbedaan
asupan karbohidrat pada antara
batita status gizi kurang dan gizi
normal.
D. Perbedaan Asupan Protein pada Batita Status gizi Kurang dan Gizi
Normal
Tabel 2 Asupan Protein pada Batita Status Gizi Kurang dan Gizi Normal
Status Gizi Asupan Protein
Min (gr)
Max (gr)
Mean±SD
Kurang 17 25 20.31±2.91 Normal 16.38 24.88 21.35±3.43
p = 0.370
Berdasarkan tabel 2 Analisis data
karakteristik responden yang
meliputi asupan protein pada batita
status gizi kurang dan gizi normal
diuji statistik menggunakan uji Mann-
Whiteney Test untuk mengetahui
perbedaan asupan protein pada
batita status gizi kurang dan gizi
normal di Desa Sangge, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whiteney
Test pada uji perbedaan asupan
protein pada batita status gizi kurang
dan gizi normal adalah nilai p =
0.370 (>0,05) yaitu Ho diterima yang
berarti tidak ada perbedaan asupan
protein pada antara batita status gizi
kurang dan gizi normal.
E. Perbedaan Asupan Lemak pada Batita Status gizi Kurang dan Gizi
Normal
Tabel 3 Asupan Lemak pada Batita Status Gizi Kurang dan Gizi Normal
Status Gizi Asupan Lemak
Min (gr)
Max (gr)
Mean±SD
Kurang 26 41 32.10±5.31 Normal 25.42 45.92 34.25±6.66
p = 0.562
Berdasarkan tabel 3 Analisis data
karakteristik responden yang
meliputi asupan lemak pada batita
status gizi kurang dan gizi normal
diuji statistik menggunakan uji Mann-
Whiteney Test untuk mengetahui
perbedaan asupan lemak pada
batita status gizi kurang dan gizi
normal di Desa Sangge, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whiteney
Test pada uji perbedaan asupan
lemak pada batita status gizi kurang
dan gizi normal adalah nilai p =
0.562 (>0,05) yaitu Ho diterima yang
berarti tidak ada perbedaan asupan
lemak pada antara batita status gizi
kurang dan gizi normal.
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Dari penelitian disimpullkan bahwa:
1. Tidak ada perbedaan asupan
karbohidrat antara batita status
gizi kurang dan gizi normal p=
0.407 (p > 0,05)
2. Tidak ada perbedaan asupan
protein antara batita status gizi
kurang dan gizi normal p= 0.370
(p > 0,05)
3. Tidak ada perbedaan asupan
lemak antara batita status gizi
kurang dan gizi normal p= 0.562
(p > 0,05).
B. Saran
Disarankan ibu batita untuk
memperhatikan asupan gizi agar
sesuai kebutuhan gizi batita.
Mengkonsumsi makanan sehari-hari
biasakan dengan menu seimbang,
yaitu nasi lengkap dengan lauk
hewani, lauk nabati, sayur, dan
buah.
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arisman, M.R. 2009.Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Azwar, A. 2004. Kecenderungan
Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang; disampaikan pada pertemuan advokasi program perbaikan gizi menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.
Beck, Mari.E, 2008. Ilmu Gizi Dan
Diet. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2002.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita. Jakarta.
_______. 2009. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. Jakarta.
_______.2010. Laporan Riskesdas, 2010. Badan Litbangkes Depkes RI Jakarta. Dinas Kesehatan Boyolali. Laporan Pemantauan Status Gizi 2012. Boyolali: 2012. Faradevi, R. 2011. Perbedaan
besar pengeluaran keluarga, jumlah anak serta asupan energi dan protein balita antara balita kurus dan normal. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Gibson RS. 2005. Principles of
Nutritional Assessment. Ed ke-2. New York:Oxford University Press.
Gumala, N. 2002. Perbedaan
Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Status Gizi Balita Menurut Peran Ibu di Kabupaten Gianyar. Thesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Handari, R. T. Siti dan Siti
Humaeroh. 2005. “Perbedaan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Sekolah Berdasarkan Status Sosial Ekonomi di Jakarta Selatan Tahun 2004”. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Hardinsyah dan Martianto, G. 2002.
Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.
Hidayah, A. 2008. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian
Keperawatan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, Kus dan Waluyo, Kusno. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: CV. Yrama Widya.
Khomsan, A. 2009. Studi
Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan, dan Dampak Terhadap Status Gizi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Kusharto C.M dan Sa’adiyyah N.Y.
2008. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Minarto.(2011, Februari 10).
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat(RAPGM) Tahun 2010-2014. From http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/658.
Natalia L.D., Dina R.P., Siti F. 2013.
“Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi
Batita Di Desa Gondangwinangun Tahun 2012”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
. . 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Persagi, 1999. Visi dan Misi Gizi
dalam Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010, Jakarta.
Putra, K. 2012. Perbedaan antara tingkat konsumsi energi, protein, Fe, Zn, Vitamin A antara balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, RI.
Sastroasmoro, S., 2008. Pemilihan
Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Sediaoetama, A.D. 2000. Ilmu Gizi
Untuk Mahasiswa dan
Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI, Jakarta.
Sugiyono. 2009. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfa
Beta.
Suhardjo.2002. Perencanaan
Pangan Dan Gizi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soehardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I.
2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sutomo, B dan Anggraini, DY. 2010.
Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
Uripi V. 2004. Menu Sehat Untuk
Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Wardle, J., A. Steptoe. 2003.
”Socioeconomic Differences in Attitudes and Beliefs About Healthy Lifestyles”. J Epidemiol Community Health.
WHO dan Depkes RI. 2005.Modul C
Pelatihan dan Penilaian Pertumbuhan Anak WHO.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
[WNPG] Widyakarya Pangan dan
Gizi X. 2012. Angka Kecukupan Gizi. Jakarta.
Wong ,D.I. 2004. Pedoman Klinik
Keperawatan Pediarik. Diterjemahkan oleh Monica Ester. Jakarta:EGC.
Yulni, Veni, H., Devintha, V. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin