naskah akademis rancangan peraturan...

87
1 NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KERJASAMA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN JEMBRANA DAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Upload: phamngoc

Post on 04-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

1

NASKAH AKADEMIS

RANCANGAN PERATURAN

DAERAH KABUPATEN

JEMBRANA

TENTANG PENYELENGGARAAN

PELAYANAN PUBLIK

KERJASAMA DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT KABUPATEN JEMBRANA

DAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

2

KATA PENGANTAR

Pemerintah Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan

Fakltas Hukum Universitas Udayana untuk menyusun

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang

Pelayanan Publik beserta Konsep Awal Rancangan Peraturan

Daerah. Berdasarkan kerjasama tersebut Fakultas Hukum

pengerjaannya ditugaskan kepada Pusat Perancangan Hukum

Fakultas Hukum Universitas Udayana (PPH FH-UNUD), yang

selanjutnya membentuk tim peneliti yang bertugas melakukan

penelitian hukum dan menuangkannya dalam bentuk Naskah

Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah .

Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak

menutup, bahkan sangat mengharapkan, kritik dan saran dari

pembaca, untuk penyempurnaannya. Terutama dalam konsultasi

publik, masukan dari masyarakat sangat diperlukan dalam

penyempurnaan Naskah Akademik dan Konsep Awal Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Pelayanan

Publik.

Terimakasih disampaikan kepada pimpinan Fakultas Hukum

Universitas Udayana dan Pemerintah Kabupaten Jembrana,

sehingga Tim Peneliti mempunyai kesempatan mengembangkan

bidang keilmuannya. Terimakasih juga pada anggota Tim Peneliti

atas dedikasi dan integritasnya sehingga tugas ini dapat

diselesaikan.

Denpasar, November 2015

Tim Peneliti PPH FH-UNUD

Ketua,

Page 3: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

3

DAFTAR ISI

Narasi Pengantar ……………………………………………….. ii

Daftar Isi ……………………………………………….. iv

Daftar Tabel ……………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah………………………………… 6

C. Tujuan dan Kegunaan………………………………. 6

D. Metode………………………………………………….. 8

BAB II KAJIAN TEORITIS……………………………………………. 13

A Kajian Teoritis………………………………………… 13

B Kajian terhadap asas / prinsip yang terkait

dengan penyusunan norma……………………….

15

C Kajian Kajian terhadap praktik

penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta

permasalahan yang dihadapi masyarakat………

20

D Kajian terhadap implikasi penerapan sistem

baru yang akan diatur dalam Peraturan Daerah

terhadap aspek kehidupan masyarakat dan

dampaknya terhadap aspek beban keuangan

daerah…………………………………………………….

24

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURANPERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT……………………………………….

25

A Kondisi Hukum Dan Satus Hukum Yang Ada

B Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-

Undangan Yang Lain........................................

28

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN

Page 4: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

4

YURIDIS………………............................................ 32

A. Pandangan Akhli dan UU 12/2011…………. 32

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH…

40

A Ketentuan Umum……………………………………… 40

B Materi Yang Akan Diatur………………………........ 42

BAB VI PENUTUP…………………………………………………………. 44

A Simpulan ……………………………………………….. 44

B Saran……………………………………………………… 45

DAFTAR PUSTAKA >> 46

LAMPIRAN:

Racangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Tentang

Pelayanan Publik

Page 5: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

5

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang

Baik, Yang Bersifat Formal (berdasarkan Pasal 5 UU

12/2011 dan Penjelasannya)……………………………………..

16

Tabel 2 : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang

Baik, Yang Bersifat Materiil (berdasarkan Pasal 6 yat (1)

dan ayat (2) UU 12/2011 dan penjelasan……………………

17

Tabel 3 : Visi dan Misi....................................................................... 22

Tabel 4 : Jenis Layanan Perizinan Di Kabupaten Jembrana Tahun

2014...............................................................................

22

Tabel 5: Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan......... 31

Tabel 6 : Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan

menurut Para Sarjana Indonesia.....................................

34

Tabel 7 : Pandangan teoritik tentang landasan keabsahan peraturan

perundang-undangan……………………………………………….

38

Tabel 8 : Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan Pandangan Teoritik dan UU No. 12/2011……

39

Page 6: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

6

Page 7: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan publik sesungguhnya yang menjadi produk dari

organisasi pemerintahan adalah pelayanan masyarakat (publik

service). Pelayanan tersebut diberikan untuk memenuhi hak

masyarakat, baik itu merupakan layanan civil maupun layanan

public dalam bentuk pelayanan jasa dan barang. Pelayanan pada

dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak yang didasrkan

pada komitmen pelayanan yang melekat pada setiap orang, baik

secara pribadi maupun berkelompok (organisasi), dan dilakukan

secara universal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moenir

(1998:41) bahwa “hak atas pelayanan itu sifatnya sudah universal,

berlaku terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak itu, dan

oleh organisasi apa pun juga yang tugasnya menyelenggarakan

pelayanan.” 1

Pemerintah Kabupaten Jembrana belum memiliki dasar

pengaturan tentang pelayanan public. Pemerintah Kabupaten

Jembrana terus berbenah diri dengan meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) dalam upaya meningkatkan pelayanan publik .

Sarana dan prasarana juga terus dilengkapi sehingga aparatur

negara mampu lebih cepat memberikan pelayanan terhadap

keperluan masyarakat, baik terhadap perizinan, kependudukan,

kesehatan, maupun keperluan lainnya. Kawasan perkantoran

Pemerintah Kabuapten Jembrana cukup strategis, dan beberapa

instansi terkait berada dalam suatu kawasan sehingga

mempermudah masyarakat jika berhubungan dengan aparatur

pemerintah. Aparatur pemerintah yang mampu melakukan tugas

1 http://tentangpelayananpublik.blogspot.com/, 9 Oktober 2014

Page 8: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

2

dengan baik dan cekatan tentu akan menerima penghargaan dari

pemerintah, upaya itu guna mendorong aparat melakukan tugas

dengan baik. Tugas pemerintah adalah untuk melayani dan

mengatur masyarakat, menurut Thoha (1995:4) bahwa :Tugas

pelayan lebih menekankan kepada mendahulukan kepentingan

umum, mempermudah urusan publik, memperisngkat waktu

proses pelaksanaan urusan publik.2 Sedangkan tugas mengatur

lebih menekankan kepada kekuasan atau power yang melekat

pada posisi jabatan birokrasi. Keberadaan pelayanan publik

sebagai bentuk pelayanan penyelenggaraan administrasi

pemerintah, pembangunan dan masyarakat Kabupaten Jembrana

, memiliki peranan dan fungsi strategis sebagai bahan

pertanggungjawaban proses administrasi dan fungsi-fungsi

manajemen.

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yang menentukan

pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan. Ketentuan ini merupakan landasan hukum

konstitusional bagi pembentukan Peraturan Daerah. Mengenai

otonomi dan tugas pembantuan ditentukan dalam Pasal 18 ayat

(2) UUD 1945, bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah

kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,

kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5)

UUD 1945).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

2 http://tentangpelayananpublik.blogspot.com/, 9 Oktober 2014

Page 9: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

3

Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5587). UU 23/2004 merupakan dasar hukum

pembentukan peraturan daerah. Pasal 236 menentukan:

Pasal 236

(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan TugasPembantuan, Daerah membentuk Perda.

(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh

DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.

(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan:

a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas

Pembantuan; dan b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. (4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 344 ayat (1) Undang-Undang No 23 tahun 2014

tentang Pemerintahan daerah mengatur bahwa Pemerintah Daerah

wajib menjamin terselenggaranya pelayanan publik berdasarkan

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun

2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 No. 32) Dalam Pasal Produk

hukum daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a

berbentuk:

a. Perda atau nama lainnya;

b. Perkada;

c. PB KDH; dan

d. Peraturan DPRD

Pasal 5 UU 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (

selanjutnya disebut UU Pelayanan Publik ) adalah menyangkut

dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah.Pengaturan

dasar kewenangan dimaksud adalah :

Page 10: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

4

(1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang

publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,

jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor lain yang terkait.

(3) Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah; b. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan

oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau

kekayaan daerah yang dipisahkan; dan c. pengadaan dan penyaluran barang publik yang

pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan

dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian

atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya

menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(4) Pelayanan atas jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah; b. penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

c. penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(5) Pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi skala kegiatan yang didasarkan pada ukuran

besaran biaya tertentu yang digunakan dan jaringan yang

Page 11: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

5

dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan

sebagai penyelenggara pelayanan publik. (6) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur lebih

lanjut dalam peraturan pemerintah.

(7) Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh

negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan

dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda.

b. tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang

diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan

perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan

perjanjian dengan penerima pelayanan.

Pengaturan terkait dengan materi muatan diatur dalam Pasal

8 yang mengatur :

(1) Organisasi Penyelenggara berkewajiban menyelenggarakan

pelayanan publik sesuai dengan tujuan pembentukan.

(2) Penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi:

a. pelaksanaan pelayanan; b. pengelolaan pengaduan masyarakat;

c. pengelolaan informasi; d. pengawasan internal;

e. penyuluhan kepada masyarakat; dan f. pelayanan konsultasi.

(3) Penyelenggara dan seluruh bagian Organisasi Penyelenggara

bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan

kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah mengatur No 96 Tahun

2011 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tentang

Pelayanan Publik mengatur bahwa Materi muatan yang diatur

dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi :

a. ruang lingkup pelayanan publik; b. sistem pelayanan terpadu;

c. pedoman penyusunan standar pelayanan; d. proporsi akses dan kategori kelompok masyarakat dalam

pelayanan berjenjang; dan

Page 12: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

6

e. pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

Berkenaan dengan materi muatan peraturan daerah. Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (selanjutnya

disebut PP 38/2007), yang memasukan urusan pemerintahan

bidang pelayanan publik diatur dalam Lampiran huruf T PP

38/2007 (huruf T tersebut tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,

Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian,

Dan Persandian).

Ketentuan tersebut diimplementasikan dalam Peraturan

Daerah Kabupaten JembranaNomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintah Kabupaten Jembrana. Berdasarkan UU 23 Tahun

2014 menunjukan Pemerintahan Daerah Kabupaten Jembrana

memiliki kewenangan mengatur dalam bentuk Peraturan Daerah.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dilakukan

identifikasi masalah, yakni bahwa Pelayanan Publik di Kabupaten

Jembrana merupakan suatu hal yang mendapat perhatian

sehingga perlu dilakukan pengaturan, oleh karena itu perlu

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembranatentang

Pelayanan Publik.

Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut dapat

dirumuskan 3 (tiga) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan hukum apakah yang dihadapi sebagai alasan

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana tentang Pelayanan Publik ?.

Page 13: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

7

2. Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Jembran tentang Pelayanan Publik ?.

3. Apakah sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang

Pelayanan Publik ?.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN

NASKAH AKADEMIK

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang

dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik

dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai

alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Jembrana tentang Pelayanan Publik .

2. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Jembranatentang Pelayanan Publik .

3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang

Pelayanan Publik

Adapun kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah

sebagai acuan penyusunan dan pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Pelayanan

Publik.

Page 14: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

8

D. METODE PENELITIAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

Penyusunan Naskah Akademik ini yang pada dasarnya

merupakan suatu kegiatan penelitian penyusunan Naskah

Akademik ­ digunakan metode yang berbasiskan metode penelitian

hukum.3

D.1 Jenis Penelitian.

Di dalam penelitian hukum terdapat dua model jenis penelitian

yaitu : 4

a. Metode penelitian hukum normative atau penelitian doctrinal, mempergunakan data sekunder berupa ;

peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana hukum terkemuka, Analisis data sekunder dilakukan secara normative kualitatif

yaitu yuridis kualitataif.

b. Metode penelitian hukum sosiologis / empiris,

mempergunakan semua metode dan tehnik-tehnik yang lasim dipergunakan di dalam metode-metode penelitian

ilmu-ilmu sosial / empiris.

Bertitik tolak dari pemasalahan yang diangkat dalam kajian

ini, maka jenis penelitian dalam kajian ini mempergunakan

penelitian hukum normative. Dalam beberapa kajian jenis

penelitian seperti ini juga disebut dengan penelitian dogmatik.5

Dalam penelitian hukum normatif, untuk mengkaji persoalan

hukumnya dipergunakan bahan-bahan hukum yang terdiri dari

bahan hukum primer ( primary sources or authorities ) bahan-

bahan hukum sekunder ( secondary sources or authorities ) dan

bahan hukum tersier ( tertier sources or authorities ). Bahan-bahan

3 Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum

Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor, hal. 177-178. 4 Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia

Indonesia Jakarta, 1985, hal. 9. 5 Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta )

Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan

Bandung, hal. 109-110.

Page 15: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

9

hukum primer dapat berupa peraturan perundang-undangan,

bahan-bahan hukum sekunder dapat berupa makalah, buku-

buku yang ditulis oleh para ahli dan bahan hukum tersier berupa

kamus bahasa hukum dan kamus bahasa Indonesia.

D.2. MetodePendekatan.

Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode

pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan ( statute

approach ), pendekatan konsep (conceptual approach ), pendekatan

analitis ( analytical approach ), pendekatan perbandingan (

comparative approach ), pendekatan histories ( historical approach

), pendekatan filsafat ( philosophical approach ),dan pendekatan

kasus ( case approach).6 Dalam penelitian ini digunakan beberapa

cara pendekatan untuk menganalisa permasalahan. Dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (

statute approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan

pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ).

Pendekatan perundang-undangan ( statute approach ),

dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang

bersangkut paut dengan pendelegasian kewenangan, antara lain

UU Kearsiapan dan UU Pemda.

Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach )

dilakukan dengan menelaah pandangan-pandangan mengenai

pendelegasian kewenangan sesuai dengan penelitian ini..7

Disamping itu digunakan pendekatan kontekstual terkait dengan

penrapan hukum dalam suatu waktu yang tertentu.

6 Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset, hal. 93-137.

7 Ibid, hal. 19.

Page 16: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

10

D.3. Sumber Bahan Hukum.

Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder.8 Bahan hukum primer adalah segala

dokumen resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal ini

adalah UU Kearsiapan dan UU Pemda serta peraturan perundang-

undangan yang lain yang terkait dengan pendelegasian

kewenangan mengatur pada peraturan perundang-undangan.

Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan

hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer seperti hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, termasuk di

dalamnya kamus dan ensiklopedia.

Selain itu akan digunakan data penunjang, yakni berupa

informasi dari lembaga atau pejabatdi lingkungan Pemerintah

Daerah Kabupaten Jembrana

D.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum.

Bahan hukum dikumpulkan melakukan studi dokumentasi,

yakni dengan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang

relevan dengan masalah yang diteliti yang ditemukan dalam bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum

tersier.Untuk mendukung bahan hukum tersebut dilakukan

wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang terkait

dengan Pelayanan Publik.

1.6.5. Teknis Analisis Bahan Hukum

Teknik analisa terhadap bahan-bahan hukum yang

dipergunakan dalam kajian ini adalah teknik deskripsi,

interpretasi, sistematisasi, argumentasi dan evaluasi. Philipus

8 C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada

Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung, hal. 134.

Page 17: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

11

M.Hadjon mengatakan bahwa tehnik deskripsi adalah mencakup

isi maupun struktur hukum positif.9 Pada tahap deskripsi ini

dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari aturan-aturan

hukum yang dikaji .dengan demikian pada tahapan ini hanya

menggambarkan apa adanya tentang suatu keadaan.10 Lebih

lanjut berkaitan dengan teknik Interpretasi Alf Ross mengatakan :

The relation berween a given formulation and specific complex

of facts.The technique of argumentation demanded by this method is directed toward discovering the meaning of the statute and arguing that the given facts sre either covered by it or not.11

( terjemahan bebas : Hubungan antara rumusan konsep

yang diberikan dan kumpulan fakta khusus. teknik argumentasi ini dibutuhkan oleh cara ini yang diarahkan

kepada penemuan makna dari undang-undang dan fakta-fakta yang saling melengkapi satu sama lain )

Dari sisi sumber dan kekuatan mengikatnya menurut I

Dewa Gede Atmadja secara yuridis interpretasi ini dapat

dibedakan menjadi :12

1. Penafsiran otentik ; yakni penafsiran yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan itu sendiri. Penafsiran

ini adalah merupakan penjelasan-penjelasan yang

dilampirkan pada undang-undang yang bersangkutan (

biasanya sebagai lampiran ). Penafsiran otentik ini

mengikat umum ;

9 Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif )

dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember hal. 33. 10 Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-

rouz, hal. 16. 11 Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press,

Barkely & Los Angeles, hal. 111. 12 I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran Kostitusi Dalam Rangka

Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada

FH.UNUD, (selanjutnya disebut I Dewa Gede Atmadja II ), hal. 14 .

Page 18: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

12

2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang

ditetapkan oleh hakim yang hanya mengikat para pihak

yang bersangkutan ;

3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan

penafsiran yang diketemukan dalam buku-buku dan

buah tangan para ahli sarjana hukum. Penafsiran ini

tidak mempunyai kekuatan mengikat, namun karena

wibawa ilmiahnya maka penafsiran yang dikemukakan,

secara materiil mempunyai pengaruh terhadap

pelaksanaan undang-undang.

Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I

Dewa Atmadja di atas, maka untuk membahas persoalan hukum

yang akan dikaji, akan dipergunakan penafsiran otentik,

penafsiran gramatikal dan penafsiran sejarah hukum.

Penafsiran otentik dalam kajian ini dimaksudkan adalah

penafsiran yang didasarkan pada penafsiran yang diberikan oleh

pembentuk undang-undang, melalui penjelasan-penjelasannya

dan peraturan perundang-undangan yang lain.

Sedangkan penafsiran Gramatikal dalam kajian ini

dilakukan dalam kaitannya untuk menemukan makna atau arti

aturan hukum, khususnya aturan hukum yang berkaitan dengan

Penyelenggaraan Kearsipan.

Page 19: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

13

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS

Tugas utama pemerintah adalah memberikan kesejahteraan

dan kemakmuran bagi masyarakatnya, melayani kepentingan

masyarakat secara merata dan berkedilan, memberikan

perlindungan dan rasa aman serta kemudahan dalam

memberikan pelayanan. Pengertian Layanan Publik,

Sesungguhnya yang menjadi produk dari organisasi pemerintahan

adalah pelayanan masyarakat (public service). Pelayanan tersebut

diberikan untuk memenuhi hak masyarakat, baik itu merupakan

layanan civil maupun layanan publik. Artinya kegiatan pelayanan

pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak. Ia melekat

pada setiap orang, baik secara pribadi maupun berkelompok

(organisasi), dandilakukan secara universal. Pelayanan publik

atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk

jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa

publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di

lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik

Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya,

pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

Page 20: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

14

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang

diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua

penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan

oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, PTS,

perusahaan pengangkutan milik swasta.

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang

diselenggarakan oleh organisasi publik. Yang dapat

dibedakan lagi menjadi :

a. Yang bersifat primer dan,adalah semua penye¬diaan

barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan

satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau

tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah

pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan

pelayanan perizinan.

b. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk

penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan

oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya

pengguna/klien tidak harus mempergunakannya

karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan

ketiga jenis penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu:

1. Adaptabilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan

sesuai dengan tuntutan perubahan yang diminta oleh

pengguna.

2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar

pengguna/klien, maka akan semakin tinggi pula peluang

pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik.

Page 21: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

15

3. Type pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah

penyelenggara pelayanan yang ada, dan hubungannya

dengan pengguna/klien.

4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang

memegang kontrol atas transaksi, apakah pengguna

ataukah penyelenggara pelayanan.

5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan

pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih

dominan.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moenir (1998:41) bahwa

“hak atas pelayanan itu sifatnya sudah universal, berlaku

terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak itu, dan oleh

organisasi apa pun juga yang tugasnya menyelenggarakan

pelayanan.” Tugas pemerintah adalah untuk melayani dan

mengatur masyarakat, menurut Thoha (1995:4) bahwa :Tugas

pelayan lebih menekankan kepada mendahulukan kepentingan

umum, mempermudah urusan publik, memperisngkat waktu

proses pelaksanaan urusan publik. Sedangkan tugas mengatur

lebih menekankan kepada kekuasan atau power yang melekat

pada posisi jabatan birokrasi

B. KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT

DENGAN PENYUSUNAN NORMA

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,

sebagaimana yang dikehendaki oleh tujuan hukum, yakni adanya

keadilan dan kepastian hokum, adalah telah dipositipkan dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dalam undang-undang

sebagaimana dimaksud, asas yang bersifat formal diatur dalam

Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal 6.

Pengertian masing-masing asas ini dikemukakan dalam

Page 22: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

16

penjelasan pasal dimaksud. Dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik, asas yang bersifat formal

pengertiannya dapat dikemukakan dalam tabel berikut.

Tabel 1 : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Yang Baik, Yang Bersifat Formal (berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasannya)

Pasal 5 UU 12/2011 Penjelasan Pasal 5 UU 12/2011

Dalam membentuk

Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan

berdasarkan pada asas Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan yang baik,

yang meliputi:

a. kejelasan tujuan

bahwa setiap Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (PPu) harus mempunyai tujuan yang jelas yang

hendak dicapai.

b. kelembagaan atau pejabat

pembentuk yang tepat

bahwa setiap jenis PPu harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat

Pembentuk PPu yang berwenang. PPu tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh

lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.

c. kesesuaian antara

jenis, hierarki, dan materi

muatan

bahwa dalam Pembentukan PPu harus

benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan

jenis dan hierarki PPu.

d. dapat

dilaksanakan

bahwa setiap Pembentukan PPu harus

memperhitungkan efektivitas PPu tersebut di dalam masyarakat, baik

secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

e. kedayagunaan

dan kehasilgunaan

bahwa setiap PPu dibuat karena

memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

f. kejelasan rumusan

bahwa setiap PPu harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan PPu,

sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan

Page 23: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

17

mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam

interpretasi dalam pelaksanaannya.

g. Keterbukaan bahwa dalam Pembentukan PPu mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka.

Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan

yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan PPu.

Sumber: Diolah dari Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasan

Adapun asas pembentukan peraturan perundang-undangan

yang baik, yang bersifat materiil berikut pengertiannya,

sebagaimana tampak dalam tabel berikut.

Tabel 2 : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat Materiil (berdasarkan Pasal 6 yat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan)

PASAL 6 UU 12/2011 PENJELASAN PASAL 6 UU

12/2011

Ayat (1) Materi muatan Peraturan

Perundang-undangan harus mencerminkan

asas:

a. Pengayoman

bahwa setiap Materi Muatan

Peraturan Perundang-undangan (PPu) harus berfungsi

memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman

masyarakat.

b. Kemanusiaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan

hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara

dan penduduk Indonesia secara proporsional.

c. Kebangsaan bahwa setiap Materi Muatan PPu

Page 24: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

18

harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang

majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Kekeluargaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai

mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Kenusantaraan

bahwa setiap Materi Muatan PPu senantiasa memperhatikan

kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan PPu

yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum

nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

f. Bhinneka Tunggal Ika bahwa Materi Muatan PPu harus memperhatikan keragaman

penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah

serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

g. Keadilan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

warga negara.

h. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan

bahwa setiap Materi Muatan PPu tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan

berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras,

golongan, gender, atau status sosial.

i. Ketertiban dan

Kepastian Hukum

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian

hukum.

j. Keseimbangan, Keserasian, dan

Keselarasan

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan

Page 25: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

19

individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

Ayat (2)

PPu tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan

Perundang-undangan yang bersangkutan.

antara lain:

a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa

kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga

tak bersalah; b. dalam Hukum Perdata,

misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan

berkontrak, dan itikad baik.

Sumber: Diolah dari Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan

Asas-asas tersebut kemudian membimbing para legislator

dalam perumusan norma hukum ke dalam aturan hukum, yang

berlangsung dengan cara menjadikan dirinya sebagai titik tolak

bagi permusan norma hukum dalam aturan hukum.

Berdasarkan Pasal 4 UU No 25 Tahun 2009 Penyelenggaraan

Pelayanan Publik berasaskan:

a. kepentingan umum; b. kepastian hukum;

c. kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban;

e. keprofesionalan; f. partisipatif;

g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; h. keterbukaan; i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Dalam Pasal 344 Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah mengatur tentang asas-asas yang melandasi

tentang pelayanan public antara lain :

a. kepentingan umum;

Page 26: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

20

b. kepastian hukum;

c. kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban;

e. keprofesionalan; f. partisipatif; g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h. keterbukaan; i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Penyusunan Raperda Kabupaten Jembranadidasarkan pada

asas-asas tersebut di atas, baik asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik yang formal dan materiil, maupun

asas yang termuat dalam UU Pelayanan Publik dan dalam UU

Pemda .

C.KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN, KONDISI

YANG ADA, SERTA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

MASYARAKAT

Pemerintah Kabupaten Jembrana sangat menyadari bahwa

otonomi daerah dilaksanakan untuk mendekatkan pelayanan

kepada masyarakat utamanya dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang berkualitas termasuk memberi ruang kepada

masyarakat untuk menyampaikan pengaduan atas

penyelenggaraan pelayanan publik. Pengaduan maksudnya

adalah pengaduan masyarakat yang merupakan bentuk

penerapan dari pengawasan masyarakat yang disampaikan oleh

masyarakat, baik secara lisan maupun tertulis kepada Aparat

Pemerintah Daerah, berupa saran, gagasan atau

keluhan/pengaduan yang bersifat membangun.

Setiap penyelenggara pelayanan publik memang harus terus

menerus melakukan upaya untuk membangun kepercayaan

masyarakat terhadap pelayanan publik yang diselenggarakannya

Page 27: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

21

agar seiring dengan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap

peningkatan pelayanan publik. Peningkatan kualitas pelayanan

publik dapat dilakukan melalui penyediaan pelayanan publik

sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang

baik serta memberi perlindungan kepada masyarakat dari

penyalahgunaan wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan

publik.

Pemerintah Kabupaten Jembrana melkaukan upaya melalui

reformasi paradigma lama melalui peningkatan kesadaran

perangkat birokrasi yang dimanifestasikan antara lain dalam

perilaku : 13

a. melayani bukan dilayani;

b. mendorong bukan menghambat; c. mempermudah bukan mempersulit;

d. sederhana bukan berbelit-belit; e. transparan bukan tertutup; f. terbuka untuk setiap orang dan bukan unutk

segelintir orang.

Kantor Pelalayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Jembrana

dalam memberikan layanan perizinan memerapkan Standar

Operasional yang konsisten pedoman :

1. arah dan kepastian;

2. proporsional;

3. professional;

4. berstandar;

5. serta memenuhi prinsip-prinsip pelayanan prima yang

mengarah pada tercapainya tujuan, visi dan misi.

Visi dan misi pelayanan public yang selama ini dalam praktek di

Kabupaten Jembrana antara lain :

13

Kantor Pleyanan Perizinan Terpadu Kabupaten Jembrana, 2014,

Buku Pelayanan Perijinan Terpadu, h. 2-4

Page 28: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

22

Tabel 3 : Visi dan Misi

Visi Terwujudnya pelayanan prima di bidang perizinan dan

non perijinan dengan pola pelayanan terpadu dengan loket yang cepat, tepat, benar dan transpara.

Misi Memberikan pelayanan yang berkualitas dan merata bagi

masyarakat dengan kepastian prosedur, biaya dan waktu yang ditetapkan

Sumber : Kantor Pelalayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Jembrana

Jumlah layanan yang dilayani sebanyak 69 jenis, terdiri dari

layanan perijinan sebanyak 51 buah, nonperijinan 12 buah, akta

catatan sipil 5 buah dan 1 buah layanan Kartu Tanda Pencari

Kerja dengan rincian dalam tabel sebagi berikut :

Tabel 4 : Jenis Layanan Perizinan Di Kabupaten Jembrana Tahun 2014

No Nama Jenis Pelayanan Keterangan

1 Persetujuan prinsip Non Perizinan

2 Izin Lingkungan Perizinan

3 Izin Undang-Undang Gangguan ( HO) Perizinan

4 Izin Mendirikan Bangunan ( IMB) Perizinan

5 Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) Perizinan

6 Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha ( TDU ) Usaha penggilingan Padi/ Huller dan

penyosohan beras

Perizinan

7 Izin Pemasangan Reklame Perizinan

8 Izin Usaha Hotel Perizinan

9 Izin Usaha Pondok Wisata Perizinan

10 Izin Usaha restoran /Rumah Makan/Warung

Wisata

Perizinan

11 Rekomendasi pemakaian gedung Mandapa Kesari

Non Perizinan

12 Rekomendasi pemakaian Tanah Lapang Non Perizinan

13 Izin Usaha Peternakan Perizinan

14 Tanda Pendaftaran peternakan Rakyat Perizinan

15 Izin pemotongan ternak, penganan daging serta hasil ikutannya

Perizinan

16 Izin Usaha Perikanan Perizinan

17 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) Perizinan

18 Tanda Daftar Usaha Perikanan Perizinan

19 Izin Menebang Kayu Kebun /Kayu Rakyat Perizinan

20 Surat Ijin Usaha Konstruksi (S IUJK) Perizinan

21 Pengesahan Nomor Kode Tenaga Teknik ( Non Perizinan

Page 29: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

23

NKTT)

22 Tanda Pendaftaran Usaha (TPU ) VCD Rental Non Perizinan

23 Izin Menyelenggaran pendidikan Khusus Luar sekolah

Perizinan

24 Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional Perizinan

25 Izin Usaha Pusat Perbelanjaan ( IUPP) Perizinan

26 Izin Usaha Toko Modern ( IUTM) Perizinan

27 Surat Izin Usaha Perdagangan ( SIUP) Perizinan

28 Surat Izin Perdagangan Minuman Beralkohol Perizinan

29 Surat Izin penjualan Minuman Beralkohol Perizinan

30 Tanda Daftar Perusahaan ( TDP) Non Perizinan

31 Izin Usaha Undustrai Perizinan

32 Tanda Daftar Industri ( TDI) Non Perizinan

33 Tanda Daftar Gudang ( TDG) Non Perizinan

34 Izin Apotek Perizinan

35 Izin Optical Perizinan

36 Izin Berpraktek Dokter Umum Perizinan

37 Izin Berpraktek Dokter Gigi Perizinan

38 Izin Klinik; BP; RB; BKIA Perizinan

39 Izin Balai Pengobatan Gigi Perizinan

40 Izin Unit Tranfusi Darah Perizinan

41 Izin Tukang Gigi Perizinan

42 Izin Praktik Fisioterapi Perizinan

43 Izin Praktik Perorangan Dokter / Dokter Gigi Perizinan

44 Surat Izin Praktik bidan ( SIPB) Perizinan

45 Surat Izin Praktik perawat ( SIPP) Perizinan

46 Sertifikat Produksi Pangan Rumah Tangga (

SPP-IRT)

Non Perizinan

47 Izin Toko Obat Perizinan

48 Izin Salon Kecantikan Perizinan

49 Surat Izin Kerja Tenaga Medis Perizinan

50 Ijin Laboratoriun Kesehatan Swasta Perizinan

51 Surat Izin Mendirikan Rumah Sakit Umum Perizinan

52 Izin Operasional Rumah Sakit Umum Perizinan

53 Izin Operasional menara ( IOM) Perizinan

54 Izin Penimbunan / Penyimpanan BBM Perizinan

55 Rekomendasi penutupan Jalan Non Perizinan

56 Izin Usaha Angkutan Kendaraan Umum Perizinan

57 Kartu Tanda Pemilikan Izin Usaha Angkutan

Kendaraan Bermotor Umum

Non Perizinan

58 Izin Trayek Angkutan Pedesaan Perizinan

59 Izin Insidentil ( Penyimpanan Trayek) Perizinan

60 Surat Tanda Uji Kendaraan Bermotor Non Perizinan

61 Izin Tempat Penampungan Sementara ( TPS) Limbah B3

Perizinan

62 Izin Pembungan limbar cair ( IPLC) Perizinan

Page 30: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

24

63 Izin Pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah

Perizinan

64 Akta Perkawinan Perizinan

65 Akta Perceraian Perizinan

66 Akta Kematian Perizinan

67 Akta Kelahiran Perizinan

68 Akta Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, Pengesahan Akata Anak, Perubahan Nama

Perizinan

69 Kartu Tanda Pencari Kerja ( AK-1) Tenaga kerja

Sumber : Buku Pelayanan Perizinan Terpadu Yang Diterbitkan Oleh

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Jembrana Tahun 2014

D. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PADA ASPEK KEHIDUPAN

MASYARAKAT DAN DAMPAKNYA PADA ASPEK BEBAN

KEUANGAN DAERAH.

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembranatentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik merupakan

sarana untuk menjaga agar terlaksananya :

a. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,

tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak

yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

b. terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang

layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan

korporasi yang baik;

c. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; dan

d. terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembranatentang Pelayanan Publik membawa implikasi pada

aspek keuangan daerah, sehingga sangat diperlukan adanya

pengaturan sebagai dasar penyelenggaraan Pelayanan Publik oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana .

Page 31: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

25

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN YANG MENJADI DASAR HUKUM DAN YANG

TERKAIT

A. KONDISI HUKUM DAN SATUS HUKUM YANG ADA

Dengan diberlakukannya UU No. 25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, seluruh instansi pemerintah dituntut untuk

dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

masyarakat yaitu pelayanan yang cepat, mudah, murah dan

akuntabel. Untuk itu setiap unit pelayanan diharapkan mampu

berinovasi menciptakan berbagai terobosan yang memudahkan

masyarakat mendapatkan layanan tanpa melanggar norma hukum

yang berlaku.

Pemerintah Daerah menyadari bahwa dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah, salah satu

faktor yang menentukan adalah kualitas pelayanan publik. Dalam

hal peningkatan kualitas pelayanan publik, Pemkab Jembrana

memiliki komitmen yang jelas, hal itu dapat dibuktikan dalam

RPJMD Kabupaten Jembrana dengan tegas tercantum

peningkatan kualitas pelayanan publik menjadi salah satu

prioritas pembangunan daerah. Atas dasar prioritas pembangunan

daerah tersebut, berbagai upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik diantaranya membentuk

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu sebagai wujud Pelayanan

Terpadu Satu Pintu dan memberikan penghargaan bagi

SKPD/unit pelayanan yang berprestasi dan memiliki komitmen

dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Page 32: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

26

Pembentukan (BPPT) yang mulai beroperasi 1 Mei 2013 lalu

merupakan wujud nyata komitmen kami dalam mempermudah

dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat serta mendorong

tumbuhnya iklim investasi yang sehat di Kabupaten Jembrana,”

tegas Bupati seraya menambahkan dalam memberikan pelayanan

dan memimpin Jembrana selalu dengan hati yang tulus.

Selain itu menurut Bupati, bahwa dalam upaya untuk

mendapatkan masukan dari masyarakat, Jembrana juga sudah

mengarahkan agar seluruh SKPD untuk melakukan survey Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM).

Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum

pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Jembranatentang

Pelayanan Publik adalah:

1. Pasal 18 ayat (2) UUD NRI 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2009 Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234).

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun

Page 33: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

27

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor

473 ).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 Petunjuk

Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar

Pelayanan.

8. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun

2008 tentang Urusan Pemerintah Kabupaten

Jembrana(Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana

Tahun 2008 Nomor 2).

Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan pemerintahan

daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan. Ketentuan ini merupakan landasan hukum

konstitusional bagi pembentukan Peraturan Daerah.

Pemerintahan daerah provinsi, pemerintah daerah

kabupaten/kota adalah mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

(Pasal 18 ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan daerah menjalankan

otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat

(Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).

Ketentuan tersebut menjadi politik hukum pembentukan

peraturan daerah tentang Pelayanan Publik. Sebagai dasar hukum

formal pembentukan perda ini adalah Pasal 18 ayat (6) UUD 1945,

sebagaimana juga ditentukan pada Pedoman 39 Teknik

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan (TP3U) Lampiran UU

12/2011, yang menyatakan bahwa dasar hukum pembentukan

Page 34: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

28

Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945..

B. KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN YANG LAIN

Dalam sistem negara hukum modern, kekuasaan Negara

dibagi dan dipisah-pisahkan antara cabang-cabang kekuasaan

legislative, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan untuk membuat

aturan dalam kehidupan bernegara dikonstruksikan berasal dari

rakyat yang berdaulat yang dilembagakan dalam organisasi negara

di lembaga legislatif sebagai lembaga perwakilan rakyat misalnya

kekuasaan membentuk undang-undang merupakan kekuasaan

negara yang dipegang oleh badan legislatif.14 Sedangkan cabang

kekuasaan pemerintahan negara sebagai organ pelaksana atau

eksekutif hanya menjalankan peraturan-peraturan yang

ditetapkan oleh cabang legislative. Sementara itu cabang

kekuasaan kehakiman atau yudikatif bertindak sebagai pihak

yang menegakkan peraturan-peraturan itu melalui proses

peradilan.

Norma-norma hukum yang bersifat dasar biasanya

dituangkan dalam undang-undang dasar atau hukum yang

tertinggi di bawah undang-undang dasar ada undang-undang

sebagai bentuk peraturan yang ditetapkan oleh legislatif. Namun

karena materi yang diatur dalam undang-undang itu hanya

terbatas pada soal-soal umum, diperlukan pula bentuk-bentuk

peraturan yang lebih rendah sebagai peraturan pelaksana undang-

undang yang bersangkutan. Lagi pula sebagai produk lembaga

14 Made Subawa, 2003, Implikasi Yuridis Pengalihan Kekuasaan

Membentuk Undang-Undang terhadap Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca perubahan UUD 1945, Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas

Airlangga, Surabaya, hal. 1.

Page 35: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

29

politik seringkali undang-undang hanya dapat menampung

materi-materi kebijakan yang bersifat umum. Forum legislatif

bukanlah forum teknis melainkan forum politik, A.V.Dicey

menyetujui adanya pendelegasian kewenangan ;

The cumbersomeness and prolixity of English statute is due in

no small measure to futile endeavoursof Parliament to work

out the details of large legislative changes… the substance no

less than the form of law would,it is probable, be a good deal

improved if the executive government of England could, ike

that of France , by means of decrees, ordinances, or

proclamations having yhe force of law, work out the detailed

application of the general principles embodied in the acts of

the legislature [(1898),1959,pp52-53].15

( terjemahan bebasnya : Kesulitan dalam penggunaan dan

bertele-telenya Undang-undang di Inggris adalah

dikarenakan tidak adanya ukuran untuk melakukan usaha

yang sia-sia dari parlemen untuk menyelesaikan pekerjaan

perubahan legislative yang besar secara

terperinci…persoalan bentuk hukum yang diinginkan,

dimana hal tersebut memungkinkan, akan merupakan

peningkatan persetujuan yang baik apabila pemerintah

eksekutif di Inggris bisa seperti di Prancis, yang diartikan

sebagai dekrit, peraturan, atau proklamasi yang memiliki

tekanan akan hukum, menyelesaikan rincian penerapan

dari prinsip secara umum yang diwujudkan dalam undang-

undang dari badan pembuat undang-undang .

[(1898),1959,pp52-53].

Dalam kaitannya dengan adanya pendelegasian kewenangan

mengatur dimana sumber kewenangan pokoknya ada ditangan

legislator maka pemberian kewenangan untuk mengatur lebih

lanjut itu kepada lembaga eksekutif atau lembaga pelaksana

haruslah dinyatakan dengan tegas dalam undang-undang yang

akan dilaksanakan hal inilah biasanya dinamakan legislative

15 Hilaire Barnett, 2003, Constitusional & Adminittratif Law, Fourth

Edition Cavendish Publishing hal. 485.

Page 36: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

30

delegation of rule making power.16 Berdasarkan prinsip

pendelegasian ini norma hukum yang bersifat pelaksanaan

dianggap tidak sah apabila dibentuk tanpa di dasarkan atas

delegasi kewenangan dari peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara

dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik.

Mengingat arti pentingnya pemerintah Indonesia

menaruh perhatian yang cukup besar terhadap pelayanan publik.

Hal ini terbukti dengan diperlukannya beberapa peraturan

perundangan yang mengatur tentang pelayanan publik.

Materi pokok yang diatur mengenai Penyelenggaraan

Kearsipanyang akan diatur dalam Peraturan Daerah yang sedang

disusun Naskah Akademisnya ini mempunyai keterkaitan dengan

sejumlah peraturan perundang-undangan.

Tabel 5 : Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan

Materi Muatan KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANAN YANG LAIN

Perda

Jembrana No 2 Tahun 2008

tentang Urusan

Pemerintah Kabupaten Jembrana

UU No 23

Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

ANALISIS

a. pelaksanaan

pelayanan; b. pengelolaan

pengaduan

Pasal 4

Urusan wajib sebagaimana

dimaksud

Pemerintah

Daerah wajib menjamin

terselenggara

Pengkajian

kewenangan kaitan antara

jenis peraturan

16 Jimly Asshiddiqie II, Op.cit, hal. 215.

Page 37: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

31

masyarakat; c. pengelolaan

informasi; d. pengawasan

internal;

e. penyuluhan kepada

masyarakat; dan

f. pelayanan konsultasi.

dalam Pasal 3 adalah

urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh

Pemerintahan Daerah yang

berhubungan dengan pelayanan

dasar

nya pelayanan

publik berdasarkan Urusan

Pemerintahan yang

menjadi kewenangan

Daerah

dan materi muatan peraturan

perundang-undangan menunjukkan

terdapat adanya dasar kewenangan

pembetukan Peraturan Daerah

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang

Organisasi Perangkat Daerah, UU No 23 Tahun 2014 dan Peraturan Daerah Kabupaten JembranaNo. 2 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintah Kabupaten Jembrana

Page 38: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

32

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. PANDANGAN AKHLI DAN UU 12/2011

Validitas hukum sebagaimana dimaksudkan oleh Hans Kelsen,

adalah eksistensi spesifik dari norma-norma. Dikatakan bahwa

suatu norma adalah valid adalah sama halnya dengan mengakui

eksistensinya atau menganggap norma itu mengandung

“kekuatan mengikat” bagi mereka yang perbuatannya diatur oleh

peraturan tersebut17.

Validitas hukum adalah suatu kualitas hukum yang

menyatakan bahwa norma-norma hukum itu mengikat dan

mengharuskan orang untuk berbuat sesuai dengan yang

diharuskan oleh norma-norma hukum tersebut. Suatu norma

hanya dianggap valid apabila didasarkan kondisi bahwa norma

tersebut termasuk ke dalam suatu sistem norma.

Berkenaan dengan validitas hukum ini, Satjipto Rahardjo

dengan mendasarkan pada pandangan Gustav Radbruch

mengungkapkan, bahwa validitas adalah kesahan berlakunya

suatu hukum serta kaitannya dengan nilai-nilai dasar dari hukum

tersebut. Bahwasanya hukum itu dituntut untuk memenuhi

berbagai karya dan oleh Radbruch disebut sebagai nilai-nilai dasar

dari hukum, yakni keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum18.

Uraian tersebut menunjukkan keterhubungan antara validitas

hukum dengan nilai-nilai dasar hukum, bahwasanya hukum

didasarkan pada keberlakuan filsafati supaya hukum

mencerminkan nilai keadilan, didasarkan pada keberlakuan

sosiologis supaya hukum mencerminkan nilai kegunaan, dan

17 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan

Raisul Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung:

Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), hal. 40 18 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya

Bakti, 2000), hal. 19

Page 39: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

33

didasarkan pada keberlakuan yuridis agar hukum itu

mencerminkan nilai kepastian hukum.

Uraian tentang validitas hukum atau landasan keabsahan

hukum dalam kaitannya dengan peraturan perundang-undangan

di Indonesia dapat ditemukan dalam sejumlah buku yang ditulis

oleh sarjana Indonesia, antara lain Jimly Assiddiqie19, Bagir

Manan20, dan Solly Lubis21.. Pandangan ketiga sarjana itu dapat

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 6: Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan

menurut Para Sarjana Indonesia22

Landasan Jimly

Asshiddiqie

Bagir Manan M. Solly Lubis

Filosofis

Bersesuaian

dengan nilai-

nilai filosofis

yang dianut oleh

suatu Negara.

Contoh, nilai-

nilai filosofis

Negara Republik

Indonesia

terkandung

dalam Pancasila

sebagai

“staatsfunda-

mentalnorm”.

Mencerminkan

nilai yang

terdapat dalam

cita hukum

(rechtsidee), baik

sebagai sarana

yang melindungi

nilai-nilai

maupun sarana

mewujudkannya

dalam tingkah

laku

masyarakat.

Dasar filsafat

atau

pandangan,

atau ide yang

menjadi dasar

cita-cita

sewaktu

menuangkan

hasrat dan

kebijaksanaan

(pemerintahan

) ke dalam

suatu rencana

atau draft

peraturan

Negara.

19 Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta: Konstitusi Press,

2006), hal . 169-174, 240-244 20 Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta:

Penerbit Ind-Hill.Co, 1992), hal. 14-17. 21 M. Solly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, (Bandung:

Penerbit CV Mandar Maju, 1989), hal. 6-9. 22 Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum ….”,

Op. Cit., hal. 38.

Page 40: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

34

Sosiologis Mencerminkan

tuntutan

kebutuhan

masyarakat

sendiri akan

norma hukum.

[Juga dikatakan,

keberlakuan

sosiologis

berkenaan

dengan (1)

kriteria

pengakuan

terhadap daya

ikat norma

hukum; (2)

kriteria

penerimaan

terhadap daya

ikat norma

hukum; dan (3)

kriteria faktisitas

menyangkut

norma hukum

secara faktual

memang berlaku

efektif dalam

masyarakat].

Mencerminkan

kenyataan yang

hidup dalam

masyarakat.

Kenyataan itu

dapat berupa

kebutuhan atau

tuntutan atau

masalah-

masalah yang

dihadapi yang

memerlukan

penyelesaian.

-

Yuridis Norma hukum

itu sendiri

memang

ditetapkan (1)

sebagai norma

hukum

berdasarkan

norma hukum

yang lebih tinggi;

(2) menunjukkan

hubungan

Keharusan (1)

adanya

kewenangan dari

pembuat

peraturan

perundang-

undangan;

(2) adanya

kesesuaian

bentuk atau

jenis peraturan

Ketentuan

hukum yang

menjadi dasar

hukum bagi

pembuatan

suatu

peraturan,

yaitu:

(1) segi formal,

yakni

landasan

Page 41: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

35

keharusan

antara suatu

kondisi dengan

akibatnya; (3)

menurut

prosedur

pembentukan

hukum yang

berlaku; dan (4)

oleh lembaga

yang memang

berwenang

untuk itu.

perundang-

undangan

dengan materi

yang diatur;

(3) tidak

bertentangan

dengan

peraturan

perundang-

undangan yang

lebih tinggi; dan

(4) mengikuti

tata cara

tertentu dalam

pembentukanny

a.

yuridis yang

memberi

kewenangan

untuk

membuat

peraturan

tertentu; dan

(2) segi

materiil, yaitu

landasan

yuridis untuk

mengatur hal-

hal tertentu.

Politis Harus tergambar

adanya cita-cita

dan norma dasar

yang terkandung

dalam UUD NRI

1945 sebagai

politik hukum

yang melandasi

pembentukan

undang-undang

[juga dikatakan,

pemberlakuanny

a itu memang

didukung oleh

faktor-faktor

kekuatan politik

yang nyata dan

yang mencukupi

di parlemen].

Garis

kebijaksanaan

politik yang

menjadi dasar

bagi

kebijaksanaan

-

kebijaksanaan

dan

pengarahan

ketatalaksana

an

pemerintahan.

Misalnya,

garis politik

otonomi dalam

GBHN (Tap

MPR No. IV

Tahun 1973)

memberi

pengarahan

dalam

pembuatan

UU Nomor 5

Page 42: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

36

Tahun 1974.

Pandangan teoritik tentang landasan keabsahan peraturan

perundang-undangan tersebut menunjukan:

1. Pemahaman keabsahan peraturan perundang-undangan

pada ranah (1) normatif; dan (2) sosiologis. Pemahaman

dalam ranah sosiologis tampak pada pandangan Jimly

Asshiddiqie tentang landasan sosiologis dan politis yang

terdapat dalam tanda kurung ([…]). Dalam konteks

landasan keabsahan peraturan perundang-undangan yang

menyangkut pembentukan peraturan perundang-

undangan, lebih tepat memahami landasan keabsahan

peraturan perundang-undangan dalam ranah normatif.

2. Landasan keabsahan politis pada ranah normatif dari Jimly

Asshiddiqie, mengambarkan politik hukum, yakni adanya

cita-cita dan norma dasar yang terkandung dalam UUD NRI

1945 (Pembukaan dan pasal-pasalnya), yang dapat

diakomodasi dalam landasan filosofis dan yuridis.

3. Landasan keabsahan politis dari M. Solly Lubis yang

menggambarkan garis politik hukum dalam Ketetapan MPR,

yang dapat diakomodasi dalam landasan yuridis

Berdasarkan pandangan para sarjana tersebut tentang

landasan keabsahan atau dasar keberlakuan peraturan

perundang-undangan, maka landasan keabsahan filosofis,

sosiologis, dan yuridis dapat dirangkum sebagai berikut:

Page 43: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

37

Tabel 7 : Pandangan teoritik tentang landasan keabsahan

peraturan perundang-undangan 23

LANDASAN URAIAN

Filosofis Mencerminkan nilai-nilai filosofis atau nilai yang

terdapat dalam cita hukum (rechtsidee).

Diperlukan sebagai sarana menjamin keadilan.

Sosiologis Mencerminkan tuntutan atau kebutuhan

masyarakat yang memerlukan penyelesaian.

Diperlukan sebagai sarana menjamin kemanfaatan.

Yuridis Konsistensi ketentuan hukum, baik menyangkut

dasar kewenangan dan prosedur pembentukan,

maupun jenis dan materi muatan, serta tidak

adanya kontradiksi antar-ketentuan hukum yang

sederajat dan dengan yang lebih tinggi. Diperlukan

sebagai sarana menjamin kepastian hukum.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (UU 12/2011) mengadopsi

validitas tersebut sebagai (1) muatan menimbang yang memuat

uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi

pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Perundang–

undangan, ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologis,

dan yuridis; dan (2) harus juga ada dalam naskah akademis

rancangan peraturan perundang-undangan.

Merujuk pada pandangan teoritik dari para sarjana yang telah

dikemukakan di atas, dikaitkan dengan ketentuan tentang teknik

penyusunan peraturan perundang-undangan24 dan teknik

penyusunan naskah akademik25 yang diadopsi Undang-Undang

23 Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum ….”, Ibid., hlm. 29.

24 Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011).

25 Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Page 44: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

38

Nomor 12 Tahun 2011, ketiga aspek dari validitas tersebut dapat

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8 : Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan Pandangan Teoritik dan UU No. 12/2011

LANDASAN URAIAN

Filosofis Menggambarkan pandangan hidup, kesadaran, dan

cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta

falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari

Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum itu,

pada dasarnya berkenaan dengan keadilan yang

mesti dijamin dengan adanya peraturan

perundang-undangan.

Sosiologis Menggambarkan kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek yang memerlukan penyelesaian,

yang sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan

masyarakat dan negara.

Kebutuhan masyarakat pada dasarnya berkenaan

dengan kemanfaatan adanya peraturan perundang-undangan.

Yuridis Menggambarkan permasalahan hukum yang akan diatasi, yang sesungghunya menyangkut persoalan

hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur.

Permasalahan hukum yang akan diatasi itu pada dasarnya berkenaan dengan kepastian hukum

yang mesti dijamin dengan adanya peraturan perundang-undangan, oleh karena itu harus ada konsistensi ketentuan hukum, menyangkut dasar

kewenangan dan prosedur pembentukan, jenis dan materi muatan, dan tidak adanya kontradiksi

antar-ketentuan hukum yang sederajat dan dengan yang lebih tinggi.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Page 45: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

39

Tanggung jawab Negara diamanatkan dalam pembukaan

UUD 1945 alenia ke 4 anatara lain adalah ; 1) melindungi segenap

bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia ; dan 2)

memajukan kesejahteraan umum

Perlindungan yang menjadi tanggung jawab Negara itu tidak

saja terhadap setiap orang baik dari arti individual dan kelompok

berikut identitas budaya yang melekat padanya, tetapi juga

perlindungan terhadap tanah air, yang tercakup di dalamnya

sumber daya alam dan lingkungan hidup. Perlindungan tersebut

diarahkan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum yang

juga merupakan tanggung jawab Negara.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pemerintahan Kabupaten

Jembranaperlu membentuk Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berdasarkan Pasal 4 UU No

25 Tahun 2009 Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c. kesamaan hak;

d. keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan;

f. partisipatif; g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h. keterbukaan; i. akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k. ketepatan waktu; dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Penjabaran asas tersebut tidak dapat dilepaskan dari upaya

mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik

dan bersih serta dalam menjaga agar dinamika gerak maju

masyarakat, bangsa, dan negara ke depan agar senantiasa berada

pada pilar perjuangan mencapai cita-cita dan bahan pembelajaran

masyarakat

Page 46: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

40

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. KETENTUAN UMUM

Istilah “materi muatan “ pertama digunakan oleh A.Hamid

S.Attamimi sebagai terjemahan atau padanan dari “het

onderwerp”.26 Pada tahun 1979 A.Hamid S.Attamimi membuat

suatu kajian mengenai materi muatan peraturan perundang-

undangan. Kata materi muatan diperkenalkan oleh A.Hamid

S.Attamimi sebagai pengganti istilah Belanda Het ondrwerp dalam

ungkapan Thorbecke “het eigenaardig onderwerp der wet” yang

diterjemahkan dengan materi muatan yang khas dari undang-

undang, Attamimi mengatakan :

“…dalam tulisan tersebut penulis memperkenalkan untuk

pertama kali istilah materi muatan.Kata materi muatan

diperkenalkan oleh penulis sebagai pengganti kata Belanda

het onderwerp dalam ungkapan ThorbPecke het eigenaardig

onderwerp der wet. Penulis menterjemahkannya dengan

materi muatan yang khas dari undang-undang, yakni materi

pengaturan yang khas yang hanya dan semata-mata dimuat

dalam undang-undang sehingga menjadi materi muatan

undang-undang”.27

Dalam konteks pengertian ( begripen ) tentang materi

muatan peraturan perundang-undangan yang hendak dibentuk,

semestinya harus diperhatikan apa sesungguhnya yang menjadi

materi muatan yang akan dibentuk. Karena masing-masing

tingkatan ( jenjang ) peraturan perundang-undangan mempunyai

materi muatan tersendiri secara berjenjang dan berbeda-beda.28

26 A.Hamid.S.Attamimi II, Op.cit, hal. 193-194. 27 Ibid. 28 Gede Pantje Astawa & Suprin Na´a, 2008, Dinamika Hukum Dan Ilmu

Perundang-undangan di Indonesia, Penerbit Alumni Bandung, hal. 90.

Page 47: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

41

Sri Sumantari juga berpendapat yang sama bahwa masing-masing

peraturan perundang-undangan mengatur materi muatan yang

sama, apa yang diatur oleh undang-undang jelas akan berbeda

dengan apa yang diatur oleh Peraturan Daerah. Demikian pula

yang diatur dalam UUD 1945 juga berbeda dengan yang diatur

dalam Peraturan Presiden.29

Rosjidi Ranggawidjaja menyatakan yang dimaksud dengan

isi kandungan atau substansi yang dimuat dalam undang-undang

khususnya dan peraturan perundang-undangan pada

umumnya.30 Dengan demikian istilah materi muatan tidak hanya

digunakan dalam membicarakan undang-undang melainkan

semua peraturan perundang-undangan .Pedoman 98 TP3U

menentukan, ketentuan umum berisi: a.batasan pengertian

atau definisi; b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam

batasan pengertian atau definisi; dan/atau c. hal-hal lain yang

bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal

berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas,

maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal

atau bab.

Pedoman 109 TP3U menentukan, urutan penempatan kata

atau istilah dalam ketentuan umum mengikuti ketentuan sebagai

berikut: a. pengertian yang mengatur tentang lingkup umum

ditempatkan lebih dahulu dari yang berlingkup khusus; b.

pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi

pokok yang diatur ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu;

dan c. pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian

di atasnya yang diletakkan berdekatan secara berurutan.

29 Sri Sumantri Martosoewignjo & Bintan R.Saragih,1993,

Ketatanegaaan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia ; 30 Tahun Kembali ke UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, hal. 62.

30 Rosjidi Rangga Widjaja, Op.cit, hal. 53.

Page 48: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

42

Beberapa hal yang relevan dicantumkan sebagai ketentuan

umum dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Publik diantaranya adalah:

a. pelaksanaan pelayanan;

b. pengelolaan pengaduan masyarakat; c. pengelolaan informasi; d. pengawasan internal;

e. penyuluhan kepada masyarakat; dan f. pelayanan konsultasi.

B. MATERI YANG AKAN DIATUR

Materi Pokok Yang Diatur adalah Penyelenggaraan Pelayanan

publikPembagian materi pokok ke dalam kelompok yang lebih

kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian

(Pedoman 111 TP3U), yakni:

a. Ketentuan Umum

b. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

c. Pembina dan Penanggung Jawab

d. Organisasi penanggung jawab

e. Organisasi penyelenggara

f. Kerjasama Penyelenggara

g. Hak dan Kewajiban Penyelenggara.

h. Kewajiban Pelaksana

i. Hak Dan Kewajiban Masyarakat.

j. Penyusunan

k. Penetapan

l. Maklumat dan Penerapan Standar Pelayanan

m. Pemantauan Dan Evaluasi

n. Peran Serta Masyarakat

Page 49: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

43

o. Pengawasan

p. Penyelesaian Pengaduan.

Page 50: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

44

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu,

dapat ditarik konklusi bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten

Jembranabelum mempunyai Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berdasarkan keseluruhan

tersebut di atas dirumuskan simpulan yaitu :

1. Pasal 18 ayat (2) UUD NRI 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2009 Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234).

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 , Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik

Page 51: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

45

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 Petunjuk

Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar

Pelayanan.

7. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun

2008 tentang Urusan Pemerintah Kabupaten Jembrana

(Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2008

Nomor 2).

B. Saran

1. Menyiapkan segera Peraturan Bupati tentang Pelayanan

Publik.

2. Agar diselenggarakan proses konsultasi publik sehingga

masyarakat dapat memberikan masukan dalam penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang

Penyelenggaraan Pelayanan public sesuai dengan asas

keterbukaan dan ketentuan tentang partisipasi masyarakat

dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354 ayat (4) UU

Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU

Pemerintahan Daerah 2004. Pasal partisipasi masyarakat

dalam bentuk :

g. konsultasi publik; h. musyawarah;

i. kemitraan; j. penyampaian aspirasi;

k. pengawasan; dan/atau l. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

erundang-undangan

Page 52: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

46

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ann Seidman, et.all, 2001, Penyusunan Rancangan Undang-

Undang Dalam Masyarakat Yang Demokratis, Terjemahan

ELIPS Jakarta.

Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press,

Barkely & Los Angeles.

A.Hamid.S.Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden RI Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi Doktor UI,

Jakarta,

Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia,

(Jakarta: Penerbit Ind-Hill.Co, 1992).

C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia

Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung.

Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran Kostitusi Dalam Rangka

Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni

Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar

Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD.

Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-

rouz.

Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum dalam

Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan

Peraturan Daerah”, Disertasi Doktor, (Malang: Program

Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,

2012).

Hans Kelsen, 1995, Teori Hukum Murni Dasar-dasar Ilmu Hukum

Normatif Sebagai Ilmu hukum Empirik-Deskriptif, Alih Bahasa

Soemardi, Rimbi Press.

Maria Farida Indrati Soeprapto, 2004, Ilmu Perundang-undangan,

Dasar-Dasar Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta.

Page 53: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

47

Hans Kelsen, 2006, Teori Umum tentang Hukum dan Negara,

terjemahan Raisul Muttaqien dari judul asli: General Theory

of Law and State.

Hilaire Barnett, 2003, Constitusional & Adminittratif Law, Fourth

Edition Cavendish Publishing.

Jan Gijsels,Mark Van Hocke, 2005, ( terjemahan B. Arief Sidharta

) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum

Universitas Parahyangan Bandung.

Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta

Interpratama Offset

Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta: Konstitusi

Press, 2006).

M. Solly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan,

(Bandung: Penerbit CV Mandar Maju, 1989).

Mahendra Putra Kurnia, 2007, et all, Pedoman Naskah Akademis

Perda Partisipatif, Kreasi Total Media Yogyakarta.

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (

Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-

Desember ( selanjutnya disebut Philipus M Hadjon II ).

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Jembrana, 2014,

Buku Pelayanan Perijinan Terpadu

Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit PT Citra

Aditya Bakti.

Subawa, Made 2003, Implikasi Yuridis Pengalihan Kekuasaan

Membentuk Undang-Undang terhadap Sistem Ketatanegaraan

Republik Indonesia Pasca perubahan UUD 1945, Disertasi

Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya.

Page 54: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

48

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5038).

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 ,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679);

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar Pelayanan.

Page 55: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

49

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No. 32);

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No 2 Tahun 2008 Tentang

Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Jembrana

Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 2

Page 56: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

50

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

PELAYANAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana dan sebagai amanat Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pelayanan publik diamanatkan untuk

terus ditingkatkan kualitas untuk menjamin kesederhanaan, kemudahan, keterjangkauan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat;

b. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang kompleks dan didukung dengan adanya kemajuan teknologi, maka

pemerintah Kabupaten Jembrana dituntut untuk melakukan peningkatan dan perbaikan pelayanan public kepada masyarakat;

c. bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan

publik serta mempertegas hak dan kewajiban

setiap warga masyarakat, korporasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan

Page 57: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

51

norma hukum yang memberi dasar pengaturan

yang jelas;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan

huruf d, perlu dibentuk Peraturan Daerah

tentang Pelayanan Publik.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam

Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 1555);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25

Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038;

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012

Page 58: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

52

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5357 );

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Standar Pelayanan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 615);

8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 616);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor

… tahun 2008 tentang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Jembrana, Tambahan Lembaran Daerah Nomor …);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan

BUPATI JEMBRANA,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELAYANAN PUBLIK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Kabupaten adalah Kabupaten Jembrana.

Page 59: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

53

2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana.

3. Bupati dalah Bupati Jembrana. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.

5. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan

oleh penyelenggara pelayanan publik.

6. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

7. Atasan satuan kerja Penyelenggara adalah pimpinan satuan kerja

yang membawahi secara langsung satu atau lebih satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik.

8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana.

9. Organisasi penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya

disebut Organisasi Penyelenggara adalah satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi

penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk

kegiatan pelayanan publik.

10. Pelaksana pelayanan publik yang selanjutnya disebut Pelaksana

adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan

tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

11. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan

hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan

Page 60: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

54

publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

12. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas

pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

13. Maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam

standar pelayanan.

14. Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut Sistem

Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam

bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa lokal, serta disajikan secara manual

ataupun elektronik.

15. Informasi Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Informasi

adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca yang

disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi secara

elektronik ataupun nonelektronik.

16. Dokumentasi adalah pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan

pencatatan dokumen, data, gambar dan suara untuk bahan informasi publik.

17. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang selanjutnya

disingkat PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab dalam pengumpulan, pendokumentasian, penyimpanan, pemeliharaan,

penyediaan, distribusi dan pelayanan informasi di Lingkungan Pemerintahan Daerah.

18. Mediasi adalah penyelesaian sengketa pelayanan publik antar para pihak melalui bantuan, baik oleh ombudsman sendiri maupun melalui mediator yang dibentuk oleh ombudsman.

Page 61: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

55

19. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa pelayanan publik

antarpara pihak yang diputus oleh ombudsman.

20. Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan

mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara,

badan usaha milik daerah, dan badan hukum milik negara serta badan swasta, maupun perseorangan yang diberi tugas

menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup pelayanan publik meliputi:

a. pelayanan barang publik;

b. jasa publik; dan

c. pelayanan administratif.

Pasal 3

Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf a

meliputi:

a. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber

dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah;

b. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan

Page 62: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

56

daerah yang dipisahkan; dan

c. pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya

tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang

modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi

ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

Pasal 4

Pelayanan atas jasa publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b

meliputi:

a. penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian

atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah;

b. penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

daerah yang dipisahkan; dan

c. penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari

anggaran pendapatan belanja daerah atau badan usaha yang

modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pasal 5

(1) Pelayanan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c

merupakan pelayanan oleh penyelenggara yang menghasilkan

berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat;

(2) Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan

diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka

mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda.

b. tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan

Page 63: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

57

oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta

diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

BAB III

PEMBINA DAN PENANGGUNGJAWAB

Pasal 6

(1) Pembina penyelenggaraan pelayanan publik di Daerah dilakukan oleh Bupati;

(2) Tugas Pembina meliputi :

a. melakukan pembinaan; b. pengawasan; dan

c. evaluasi terhadap pelaksanaan tugas penanggungjawab. (3) Pembina berkewajiban melaporkan hasil perkembangan kinerja

pelayanan publik kepada DPRD dan gubernur.

Pasal 7

(1) Bupati menunjuk pimpinan kesekretariatan lembaga sebagai

penanggungjawab;

(2) Tugas penanggung jawab berupa:

a. mengkoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan

publik sesuai dengan standar pelayanan pada setiap SKPD;

b. melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik; dan

c. melaporkan kepada pembina pelaksanaan penyelenggaraan

pelayanan publik di lingkungan SKPD.

BAB IV ORGANISASI PENYELENGGARA

Pasal 8

(1) Organisasi Penyelenggara berkewajiban menyelenggarakan pelayanan publik;

(2) Penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), meliputi: g. pelaksanaan pelayanan;

h. pengelolaan pengaduan masyarakat;

Page 64: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

58

i. pengelolaan informasi;

j. pengawasan internal; k. penyuluhan kepada masyarakat; dan

l. pelayanan konsultasi

BAB V

KERJASAMA PENYELENGGARA

Pasal 9

(1) Kegiatan teknis operasional pelayanan dan/atau pendukung

pelayanan, dapat dilakukan kerjasama antar penyelenggara;

(2) Dalam hal Penyelenggara yang memiliki lingkup kewenangan dan

tugas pelayanan publik tidak dapat dilakukan sendiri karena

keterbatasan sumber daya dan/atau dalam keadaan darurat,

Penyelenggara dapat meminta bantuan kepada Penyelenggara lain

yang mempunyai kapasitas memadai.

Pasal 10

(1) Penyelenggara Pelayanan Publik dapat melakukan kerja sama dalam

bentuk penyerahan sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik

kepada pihak lain dengan ketentuan:

a. dituangkan dalam perjanjian kerja sama;

b. pelaksanaannya didasarkan pada standar pelayanan;

c. menginformasikan perjanjian kerja sama kepada

masyarakat;

d. tanggung jawab pelaksanaan kerja sama berada pada

penerima kerja sama, sedangkan tanggung jawab

penyelenggaraan secara menyeluruh berada pada

penyelenggara;

e. informasi tentang identitas pihak lain dan identitas

Penyelenggara harus dicantumkan oleh Penyelenggara pada

tempat yang mudah diketahui masyarakat; dan

f. mencantumkan alamat yang mudah diakses untuk

menampung keluhan masyarakat;

(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berbadan

Page 65: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

59

hukum Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.`

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

membebani masyarakat.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA Pasal 11

Penyelenggara memiliki hak:

a. memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya;

b. melakukan kerja sama;

c. mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan publik; d. melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak

sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan

e. menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

Penyelenggara memiliki kewajiban:

a. menyusun dan menetapkan standar pelayanan; b. menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat pelayanan;

c. menempatkan pelaksana yang kompeten; d. menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik

yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai; e. memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas

penyelenggaraan pelayanan publik;

f. melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan; g. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan

yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; h. memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang

diselenggarakan; i. membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya; j. bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara

pelayanan publik; k. melaksanakan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana di lingkungan

organisasi secara berkala dan berkelanjutan. l. melakukan upaya peningkatan kapasitas Pelaksana.

m. melakukan penyeleksian dan promosi Pelaksana secara

Page 66: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

60

transparan, tidak diskriminatif, dan adil;

n. memberikan penghargaan kepada Pelaksana yang memiliki prestasi kerja.

o. memberikan hukuman kepada Pelaksana yang melakukan pelanggaran ketentuan internal penyelenggara

p. memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku

apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan; dan

q. memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan

pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

KEWAJIBAN PELAKSANA Pasal 13

Pelaksana memiliki Kewajiban meliputi :

a. melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan penugasan yang

diberikan oleh Penyelenggara;

b. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. memenuhi panggilan untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu

tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari

lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang,

dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. memberikan pertanggungjawaban apabila mengundurkan diri atau

melepaskan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; dan

e. melakukan evaluasi dan membuat laporan keuangan dan kinerja

kepada Penyelenggara secara berkala.

BABVIII

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Pasal 14

Masyarakat berhak:

a. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan;

b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;

Page 67: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

61

c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;

d. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan; e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki

pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;

f. memberitahukan kepada Pelaksana untuk memperbaiki pelayanan

apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;

g. mengadukan Pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada

Penyelenggara dan ombudsman; h. mengadukan Penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina

Penyelenggara dan ombudsman; dan i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan

pelayanan.

Pasal 15

Masyarakat berkewajiban:

a. mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan

dalam standar pelayanan;

b. ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

pelayanan publik; dan

c. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan publik.

BAB IX PENYUSUNAN, PENETAPAN, MAKLUMAT DAN PENERAPAN STANDAR

PELAYANAN

Bagian kesatu Penyusunan Standar Pelayanan

Pasal 16

(1) Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban menyusun Standar Pelayanan;

(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Rancangan Standar Pelayanan.

Page 68: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

62

Pasal 17

Penyusunan Rancangan Standar Pelayanan meliputi :

a. Identifikasi persyaratan;

b. Identifikasi Prosedur;

c. Identifikasi Waktu;

d. Identifikasi Biaya atau Tarif;

e. Identifikasi Produk Pelayanan;

f. Penanganan Pengelolaan Pengaduan.

Pasal 18

(1) Identifikasi persyaratan berupa dokumen, barang atau hal lain

yang harus dipenuhi dalam pengurusan jenis pelayanan;

(2) Persyaratan yang dipenuhi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa persyaratan teknis dan persayaratan administrasi;

(3) Identifikasi persyaratan dilakukan dengan mengkaji kebutuhan

yang diperlukan untuk penyelesaian proses pelayanan.

Pasal 19

(1) Proses Identifikasi dilakukan untuk setiap jenis pelayanan.

(2) Hasil Proses Identfikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa:

a. Daftar persyaratan yang diperlukan dalam setiap tahapan jenis

pelayanan;

b. Persyaratan waktu.

Pasal 20

Page 69: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

63

(1) Prosedur pelayanan berupa tata cara pelayanan yang dibakukan

untuk penerima pelayanan;

(2) Penyelenggara pelayanan wajib memiliki Standar Oprasional

Prosedur.

Pasal 21

(1) Waktu Pelayanan berupa jangka waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan seluruh proses pelayanan setiap jenis pelayanan;

(2) Proses identifikasi waktu dilakukan untuk setiap jenis pelayanan.

Pasal 22

(1) Biaya/tarif pelayanan publik merupakan tanggung jawab daerah

dan/atau masyarakat; (2) Biaya/tarif pelayanan publik yang merupakan tanggung jawab

daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada

daerah apabila diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan; (3) Biaya/tarif pelayanan publik selain yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan kepada penerima pelayanan publik.

(4) Penentuan biaya/tarif pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan persetujuan DPRD dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 23

Penyelenggara Pelayanan Publik berhak mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan tingkat kebutuhan pelayanan.

Pasal 24

(1) Produk pelayanan berupa hasil pelayanan yang diberikan dan

diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

(2) Produk pelayanan berupa;

a. Penyediaan barang; b. Penyediaan jasa;

Page 70: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

64

c. Penyediaan produk administrasi.

(3) Hasil identifikaasi berupa daftar produk layanan pada setiap jenis

layanan.

Pasal 25

(1) Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dan

menugaskan Pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan

pengaduan.

(2) Penyelenggara berkewajiban mengelola pengaduan yang berasal

dari penerima pelayanan, rekomendasi ombudsman, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dalam batas waktu tertentu.

(3) Penyelenggara berkewajiban menindaklanjuti hasil pengelolaan

pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Penyelenggara berkewajiban mengumumkan nama dan alamat

penanggung jawab pengelola pengaduan serta sarana pengaduan

yang disediakan.

Pasal 26

(1) Penyelenggara berkewajiban menyusun mekanisme pengelolaan

pengaduan;

(2) Materi dan mekanisme pengelolaan pengaduan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Penyelenggara.

(3) Materi pengelolaan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) meliputi:

a. identitas pengadu;

b. prosedur pengelolaan pengaduan;

c. penentuan Pelaksana yang mengelola pengaduan;

d. prioritas penyelesaian pengaduan;

e. pelaporan proses dan hasil pengelolaan pengaduan kepada

atasan pelaksana;

f. rekomendasi pengelolaan pengaduan;

Page 71: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

65

g. penyampaian hasil pengelolaan pengaduan kepada pihak

terkait;

h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan;

i. dokumentasi dan statistik pengelolaan pengaduan; dan

j. pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta sarana

pengaduan yang mudah diakses.

(4) Bentuk-bentuk pengelolaan pengaduan berupa :

a. Penyediaan kotak saran atau kotak pengaduan;

b. Pesan Pendek melalui Telepon Genggam atau sms

c. Portal pengaduan dalam website;

d. Penyediaan petugas penerima pengaduan.

Bagian kedua Penetapan Standar Pelayanan

Pasal 27

(1) Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban melakukan

penetapan Standar Pelayanan;

(2) Penyelenggara berkewajiban membuat Berita Acara Pembahasan

sebelum dilakukan penetapan Standar Pelayanan;

(3) Para Pihak yang terlibat dalam pembahasan Standar Pelayanan wajib memberikan tanda tangan.

Page 72: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

66

Bagian Ketiga

Penetapan Maklumat Pelayanan Pasal 28

(1) Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban menyususn dan

menetapkan Maklumat Pelayanan;

(2) Pernyataan yang dimuat dalam Maklumat Pelayanan meliputi :

a. janji dan kesanggupan untuk melaksanakan pelayanan sesuai

dengan Standar Pelayanan;

b. memberikan pelayanan sesuai dengan kewajiban;

c. melakukan perbaikan secara terus-menerus;

d. kesediaan untuk menerima sanksi dan/atau memberikan

konpensasi apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai

dengan standar.

(3) Maklumat Pelayanan wajib dipublikasikan melalui media yang

mudah diakses masyarakat.

Bagian Kempat Penerapan Standar Pelayanan

Pasal 29

(1) Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban menerapkan Standar Pelayanan;

(2) Penerapan Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diintergarsikan ke dalam :

a. perencanaan program;

b. Penganggaran;

c. Pelaksanaan;

d. Pemantauan dan evaluasi hasil penyelenggaraan pelayanan.

(3) Proses Penerapan Standar Pelayanan meliputi :

a. Internalisasi; dan

Page 73: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

67

b. Sosialisasi.

BAB X

PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 30

(1) Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk evaluasi kinerja

pelayanan sebagai dasar peningkatan kualitas pelayanan publik

berkelanjutan;

(2) Pemantauan berupa penilaian standar pelayanan yang telah

disusun dan dilaksanakan;

(3) Evaluasi berupa rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau

prestasi penerapan standar pelayanan yang telah di tetapkan.

Pasal 31

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan :

a. Analisis dokumen;

b. Survei Kepuasan masyarakat;

c. Wawancara; dan

d. Observasi.

BAB XI

PERAN SERTA MASTARAKAT

Pasal 32

(1) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi

dan pemberian penghargaan.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diwujudkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban

masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan

Page 74: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

68

publik.

(3) Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan

publik.

(4) Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati.

BAB XII PENGAWASAN

Pasal 33

(1) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh

pengawas internal dan pengawas eksternal.

(2) Pengawasan internal pelayanan publik dilakukan melalui:

a. pengawasan oleh Penyelenggara; dan

b. pengawasan oleh instansi pengawas fungsional.

(3) Pengawasan eksternal pelayanan public dilakukan oleh:

a. masyarakat;

b. DPRD; dan

c. Ombudsman.

BAB XIII PENYELESAIAN PENGADUAN

Bagian kesatu

Pengaduan Pasal 34

(1) Masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik

kepada Penyelenggara, ombudsman, dan DPRD;

(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

terhadap:

a. Penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban; dan

b. Pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan

Page 75: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

69

standar pelayanan.

Pasal 35

(1) Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diajukan oleh

setiap orang yang dirugikan atau oleh pihak lain yang menerima

kuasa untuk mewakilinya.

(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pengadu menerima pelayanan.

(3) Pengaduan disampaikan secara tertulis memuat:

a. nama dan alamat lengkap;

b. uraian pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan dan uraian kerugian materiil atau immateriil yang diderita;

c. permintaan penyelesaian yang diajukan; dan

d. tempat, waktu penyampaian, dan tanda tangan.

(4) Pengadu dapat memasukkan tuntutan ganti rugi dalam surat

pengaduannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Dalam keadaan tertentu, nama dan identitas pengadu

dirahasiakan.

Pasal 36

(1) Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) disertai

dengan bukti-bukti sebagai pendukung pengaduannya.

(2) Dalam hal pengadu membutuhkan dokumen terkait dengan

pengaduannya dari penyelenggara dan/atau pelaksana untuk

mendukung pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

penyelenggara dan/atau pelaksana wajib memberikannya.

Pasal 37

(1) Penyelenggara dan/atau ombudsman wajib memberikan tanda terima

pengaduan.

(2) Tanda terima pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 76: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

70

memuat:

a. identitas pengadu secara lengkap;

b. uraian pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan; c. tempat dan waktu penerimaan pengaduan; dan

d. tanda tangan serta nama pejabat/pegawai yang menerima pengaduan.

(3) Penyelenggara dan/atau ombudsman wajib menanggapi pengaduan

masyarakat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak pengaduan

diterima;

(4) Dalam hal materi aduan tidak lengkap, pengadu melengkapi materi

aduannya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

menerima tanggapan dari Penyelenggara atau ombudsman

sebagaimana diinformasikan oleh pihak Penyelenggara dan/atau

ombudsman.

(5) Dalam hal berkas pengaduan tidak dilengkapi dalam waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pengadu dianggap mencabut

pengaduannya.

Pasal 38

(1) Pengaduan terhadap Pelaksana ditujukan kepada atasan Pelaksana.

(2) Pengaduan terhadap Penyelenggara ditujukan kepada atasan satuan

kerja Penyelenggara.

(3) Pengaduan terhadap Penyelenggara yang berbentuk korporasi dan

lembaga independen ditujukan kepada pejabat yang bertanggung

jawab pada instansi pemerintah yang memberikan misi atau

penugasan.

Bagian Kedua Penyelesaian Pengaduan

Pasal 39

(1) Ombudsman wajib menyelesaikan pengaduan masyarakat apabila

pengadu menghendaki penyelesaian pengaduan tidak dilakukan

oleh Penyelenggara;

(2) Ombudsman wajib melakukan mediasi dan konsiliasi dalam

Page 77: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

71

menyelesaikan pengaduan atas permintaan para pihak.

(3) Mekanisme dan tata cara penyelesaian pengaduan oleh ombudsman

diatur lebih lanjut dalam peraturan ombudsman.

Pasal 40

(1) Penyelenggara wajib memeriksa pengaduan masyarakat;

(2) Proses pemeriksaan untuk memberikan tanggapan pengaduan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Penyelenggara.

(3) Penyelenggara berkewajiban berpedoman pada prinsip independen,

nondiskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut biaya dalam

memeriksa materi pengaduan;

(4) Dalam hal pengadu keberatan dipertemukan dengan pihak teradu

karena alasan tertentu yang dapat mengancam atau merugikan

kepentingan pengadu, dengar pendapat dapat dilakukan secara

terpisah.

(5) Dalam hal pengadu menuntut ganti rugi, pihak pengadu

menguraikan kerugian yang ditimbulkan akibat pelayanan yang tidak

sesuai dengan standar pelayanan.

Pasal 41

(1) Dalam hal melakukan pemeriksaan materi pengaduan,

Penyelenggara berkewajiban menjaga kerahasiaan.

(2) Kewajiban menjaga kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak gugur setelah pimpinan Penyelenggara berhenti atau

diberhentikan dari jabatannya.

Pasal 42

(1) Penyelenggara harus memutuskan hasil pemeriksaan pengaduan

paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berkas pengaduan

dinyatakan lengkap.

Page 78: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

72

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan

kepada pihak pengadu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak

diputuskan.

(3) Dalam hal pengadu menuntut ganti rugi, keputusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) memuat jumlah ganti rugi dan batas waktu

pembayarannya.

(4) Penyelenggara harus menyediakan anggaran guna membayar ganti

rugi.

BAB XIV

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 43

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten

mempunyai wewenang untuk menyidik pelanggaran tehadap

ketentuan Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana Pelayanan Publik agar

keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana Pelayanan Publik;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau

Badan sehubungan dengan tindak pidana Pelayanan Publik;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan

tindak pidana Pelayanan Publik;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan

penyitaan terhadap bahan bukti tersebut

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana Pelayanan Publik.

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

Page 79: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

73

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung

dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang

dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana

Pelayanan Publik;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana Pelayanan Publik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 44

(1) Setiap orang dan/ atau badan hukum yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2), Pasal 20 ayat (2), Pasal 22 Ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 27 (3), Pasal 28 ayat (3), Pasal 36 ayat (2), Pasal 37 (3), Pasal 39 (1) dan

dalam Pasal 39 ayat (2) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pelanggaran;

(3) Selain ancaman pidana yang di maksud pada ayat (1) dapat juga dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku.

Page 80: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

74

BAB XVI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana ini diundangkan dengan penempatannya dalam Lembaran

Daerah Kabupaten Jembrana.

.

Ditetapkan di Jembrana Pada tanggal ........................

BUPATI JEMBRANA

............................................

Diundangkan di

Jembrana Pada tanggal .............

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,

.............................

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2015 NOMOR ....

Page 81: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

75

PENJELASAN

ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

NOMOR ............ TAHUN............ TENTANG

PELAYANAN PUBLIK

I. UMUM

Pelayanan Publik merupakan amanat Konstitusi, oleh karena itu, untuk bisa meningkatkan penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas, sederhana dan

mudah diakses oleh masyarakat sehingga perlu diselenggarakan Pelayanan Publik yang sesuai dengan standar pelayanan publik dengan tujuan memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya kepada masyarakat.

Penyelenggaraan Pelayanan Publik merupakan perwujudan pelaksanaan pelayanan bagi setiap masyarakat yang berupa pelayanan barang publik,

pelayanan jasa publik dan pelayanan administratif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan sumber daya aparatur sebagai

aset utama dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Pekembangan teknologi informasi yang semakin canggih, maka pemerintah

daerah dituntut untuk melaksanakan pelayanan publik dengan sarana penunjang pelayanan yang memadai, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

dan mempermudah proses penyusunan, serta meningkatkan kemandirian unit-unit pelayanan.

Bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap

warga negara dan badan hukum dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang

mendukungnya.

Berdasarkan Pertimbangan Tersebut, Pemerintahan Kabupaten Jembrana Perlu membentuk Peraturan Daerah Tentang Pelayanan Publik. Adapun materi yang diatur dalam Peraturan Daerah Ini Meliputi : Ruang Lingkup

Penyelenggaraan Pelayan Publik, Pembina Dan Penanggungjawab, Organisasi Penyelenggara, Kerjasama Penyelenggara, Hak Dan Kewajiban Penyelenggara,

Kewajiban Pelaksana, Hak Dan Kewajiban Masyarakat, Penyusunan, Penetapan, Maklumat Dan Penerapan Standar Pelayanan, Pemantauan Dan

Evaluasi, Peranserta Mastarakat, Pengawasan, Penyelesaian Pengaduan.

II. PASAL DEMI PASAL

Page 82: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

76

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8 Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10 Ayat (1)

Huruf a Cukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e Cukup jelas

Huruf f

Page 83: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

77

Yang dimksud dengan mencantumkan alamat yang mudah

diakses adalah pihak lain wajib mencantumkan alamat tempat mengadu dan sarana untuk menampung keluhan masyarakat

yang mudah diakses, antara lain telepon, pesan layanan singkat (short message service (sms)), laman (website), pos-el (e-mail), dan kotak pengaduan.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 11 Cukup jelas

Pasal 12 Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20 Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1) Cukup jelas

Page 84: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

78

Ayat (2) Yang dimaksud dengan proses identifikasi waktu adalah bahwa

dalam menghiting waktu, perlu betul-betul memperhatikan prosedur yang mengatur hubungan dengan pangguna layanan, maupun prosedur yang mengatur hubungan antar petugas.

Pasal 22 Cukup jelas

Pasal 23 Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26 Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3) a. Yang dimkasud dengan internalisasi adalah suatu proses yang

diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh jajaran organisasi pennyelenggara pelayanan.

b. Yang dimaksud dengan sosialisasi adalah suatu proses yang perlu

dilakukan untuk membangun pemahaman dan persamaan persepsi dilingkungan unit/satker penyelenggara pelayanan.

Pasal 30

Cukup jelas

Page 85: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

79

Pasal 31 Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Yang dimaksud dengan survei kepuasan masyarakat adalah pengukuran secara komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan

masyarakatyang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara

pelayanan publik.

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d Cukup jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33 Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36 Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39 Cukup jelas

Pasal 40 Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Page 86: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

80

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43 Cukup jelas

Pasal 44 Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2015 NOMOR …..

Page 87: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN …erepo.unud.ac.id/5230/1/83eca6e8ab64e508bba8d405e511d9d8.pdf · Naskah Akademik ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak menutup, bahkan

81