naskah akademik fullft.unri.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/32..rancangan... · 2020. 7. 12. ·...

166
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU TENTANG PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DAN BATAS-BATAS KAWASAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DISUSUN OLEH : CV. TRI PERFECT UTAMA

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • NASKAH AKADEMIK

    RANCANGAN

    PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU

    TENTANG

    PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI

    PENERBANGAN DAN

    BATAS-BATAS KAWASAN KEBISINGAN

    DI BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

    DISUSUN OLEH :

    CV. TRI PERFECT UTAMA

  • DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU PEKANBARU

    2012

  • i

    KATA PENGANTAR (sebaiknya dibuat oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau)

    Dalam rangka menyusun Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang

    Pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batasbatas

    Kawasan Kebisingan (BKK) di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

    maka disusunlah Naskah Akademik sebagaimana diamanahkan oleh

    Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

    Perundang-Undangan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

    Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

    Naskah Akademik ini adalah kajian dan analisis dari perspektif akademis terhadap

    permasalahan yang ada dan isu yang berkembang pada Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru. Permasalahan tersebut kemudian diselaraskan dengan

    berbagai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga

    dihasilkan suatu konsep penyelesaian yang memiliki kekuatan hukum yang tidak

    bertentangan dengan kepentingan umum dan masyarakat.

    Penyusunan Naskah Akademik ini sebahagian besar menggunakan rujukan dari

    peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penerbangan dan

    kebandarudaraan, serta konvensi internasional di bidang keselamatan penerbangan

    sipil dan aerodrome. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

    dalam penyusunan naskah Akademik ini. Semoga Naskah Akademik ini

    bermanfaat bagi penyusunan Peraturan Daerah tentang pengendalian Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    Pekanbaru, November 2012.

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar ..................................................................................................... i

    Daftar Isi .............................................................................................................. ii

    Executive Summary ............................................................................................. iv

    BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5

  • ii

    C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................. 6

    D. Metodologi ................................................................................... 7

    BAB II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris .................................................. 17

    A. Kajian Teoretis ............................................................................. 17

    1. Koordinat Bandar Udara ....................................................... 18

    2. Batas-batas Kawasan dan Ketinggian ................................... 20

    3. Tingkat Kebisingan dan Batas Kawasan Kebisingan ............ 29

    4. Persyaratan Tata Guna Lahan ............................................... 33

    B. Asas dan Sistematika Kebijakan Publik ....................................... 35

    1. Formulasi Kebijakan ............................................................. 40

    2. Kebijakan Dasar .................................................................... 41

    3. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Produk Hukum

    Daerah ................................................................................... 44

    C. Kajian Implementasi Kebijakan ................................................... 45

    D. Evaluasi dan Klarifikasi ............................................................... 49

    1. Kondisi Existing .................................................................... 50

    2. Kondisi yang Diharapkan ...................................................... 54

    BAB III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait ........ 58

    A. Dasar Hukum ................................................................................ 60

    B. Pengkajian dan Penyelarasan ....................................................... 62

    BAB IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis ....................................... 76

    A. Landasan Filosofis ........................................................................ 76

    B. Landasan Sosiologis ..................................................................... 78

    C. Landasan Yuridis .......................................................................... 81

    BAB V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan

    Peraturan Daerah ................................................................................ 85

    A. Jangkauan Pengaturan .................................................................. 86

    B. Arah Pengaturan ........................................................................... 89

    C. Ruang Lingkup Materi ................................................................. 91

  • iii

    BAB VI Penutup ............................................................................................... 95

    A. Kesimpulan ................................................................................... 95

    B. Saran ............................................................................................. 96

    Daftar Pustaka ...................................................................................................... 98

    Lampiran .............................................................................................................. 99

  • iv

    EXECUTIVE SUMMARY

    Sebagai ibukota provinsi yang sangat berdekatan dengan bandar udara, kota

    Pekanbaru dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan tata ruang wilayah,

    terutama penataan ruang di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II. Iklim

    investasi yang relatif baik ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi

    Riau yang menunjukkan trend positif (7,50%, triwulan II 2012, BPS Riau). Salah

    satu dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan terhadap infrastruktur sehingga

    muncul pembangunan perumahan, gedung-gedung perkantoran, perhotelan, dan

    pusat-pusat bisnis, serta prasarana telekomunikasi yang cenderung bergerak

    vertikal (menjulang tinggi). Munculnya infrastruktur perumahan dan permukiman

    serta bangunan-bangunan berstruktur tinggi di kota Pekanbaru khususnya di

    sekitara kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, tentu saja akan sangat

    berpengaruh terhadap keselamatan dan keamanan operasi penerbangan.

    Untuk menjamin bahwa kawasan udara sekitar bandar udara bebas dari segala

    hambatan dan rintangan yang berpotensi membahayakan keselamatan operasi

    penerbangan, maka pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah

    menerbitkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2004, tentang

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar Udara

    Sultan Syarif Kasim II, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM

    17 Tahun 2005, tentang Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Akan tetapi, peraturan perundang-

    undangan tersebut belum terakomodasi dalam produk hukum daerah sehingga

    terjadi kekosongan kepastian hukum bagi masyarakat terutama dalam hal

    pengaturan pengendalian tata ruang dan pemanfaatan lahan di sekitar Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan Kawasan Kebisingan di Bandar Udara

    Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau

    perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan

    operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. KKOP

    mencakup wilayah yang sangat luas dimana pada wilayah dimaksud tidak diizinkan

    adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap (fixed) maupun dapat

    berpindah (mobile) yang lebih tinggi dari persyaratan batas ketinggian yang

    diperkenankan sesuai dengan kode referensi landas pacu (Aerodrome Reference

    Code) dan Klasifikasi Landas Pacu (Runway Classification) dari suatu bandar

    udara. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terdiri atas :

    - Kawasan Pendekatan (Ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas

    - Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

    - Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam

    - Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar

    - Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut

    - Kawasan di Bawah Permukaan Transisi

    - Kawasan di sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan

  • v

    Kawasan Kebisingan adalah kawasan tertentu di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II yang terpengaruh oleh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang

    dapat menggangu lingkungan. Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara diukur

    dengan peralatan ukur dan metodologi yang ditetapkan oleh standar nasional serta

    ditentukan dengan bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana

    Pengembangan Bandar Udara, prakiraan jenis pesawat udara, prekwenai dan

    periode waktu operasi. Nilai tingkat kebisingan maksimum dibaca dalam skala A,

    yaitu tingkat kebisingan tertimbang (A-Waeighted Sound Level) dinyatakan dalam

    satuan decibel dan disingkat dengan dB(A). Tingkat kebisingan yang dapat diterima

    secara terus menerus disusun dalam suatu satuan Tingkat Kebisingan yang Dapat

    Diterima Terus-menerus Ekivalen Tertimbang (Weighted Equivalent Continuous

    Perceived Noise Level, WECPNL). WECPNL adalah satuan untuk menyusun

    prekuensi pesawat udara pada siang, malam, dan dini hari, yaitu pada saat

    kebisingan lebih terasa, serta penyesuaian terhadap dampak psikologis. Batas-batas

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, Batas-batas Kawasan Kebisingan,

    ambang batas ketinggian bangunan, tingkat kebisingan yang diperkenankan, serta

    kriteria dan jenis pemanfaatan dan tata guna lahan di kawasan-kawasan tersebut

    diuraikan secara lengkap dalam Naskah Akademik yang merupakan satu kesatuan

    dengan Executive Summary ini.

    Untuk menjamin terpenuhinya persyaratan-persyaratan teknis di Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan di Kawasan Kebisingan, serta untuk

    mengatur pengendalian tata ruang dan penggunaan lahan di sekitar kawasan

    tersebut maka diperlukan suatu kebijakan publik berupa produk hukum daerah yang

    disusun dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda). Kebijakan pada

    hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki keadaan sekarang (existing) menuju

    keadaan yang diinginkan di masa datang secara berkelanjutan. Kondisi sekarang

    (existing) mengandung unsur permasalahan yang terdiri dari faktorfaktor penyebab

    terjadinya permasalahan (independent variable) dan faktor-faktor yang merupakan

    akibat dari permasalahan (dependent variable) yang terdapat di sekitar Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Menurut Mustpadidjaja (2005)

    ada 4 faktor dinamik yang menjadi unsur dari sistem kebijakan dan berperan dalam

    proses kebijakan, yaitu :

    - Lingkungan Kebijakan (policy environment) adalah keadaan yang melatar

    belakangi atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya isu kebijakan (policy

    issues), yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para pelaku kebijakan dan

    oleh sesuatu kebijakan. Isu kebijakan tersebut antara lain adalah : semakin

    mendekatnya permukiman penduduk ke kawasan Bandar Udara, semakin

    banyaknya berdiri gedung-gedung tinggi dan menara telekomunikasi di kota

    Pekanbaru, serta isu-isu lain yang terkait.

    - Pembuat dan Pelaksana Kebijakan (policy maker and implementer), adalah

    orang atau sekelompok orang, atau organisasi yang mempunyai peranan

    tertentu dalam proses kebijakan, sebab mereka berada dalam posisi menentukan

    ataupun mempengaruhi baik dalam pembuatan kebijakan ataupun dalam tahap

  • vi

    lainnya, seperti pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian atas hasil atau kinerja

    yang dicapai dalam perkembangan pelaksanaan kebijakan,

    - Kebijakan itu sendiri (policy content), yaitu keputusan atas sejumlah pilihan

    yang kurang lebih berhubungan satu sama lain yang dimaksudkan untuk

    mencapai sejumlah tujuan tertentu. Hingga saat ini belum ada kebijakan publik

    dalam bentuk Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengendalian Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,

    - Kelompok Sasaran Kebijakan (target group), yaitu orang atau sekelompok

    orang, atau organisasi-organisasi dalam masyarakat yang perilaku dan atau

    keadaannya ingin dipengaruhi oleh kebijakan bersangkutan, yaitu masyarakat

    yang bermukim dan beraktifitas di sekitar Bandar Udara.

    Sehubungan dengan penyusunan kebijakan publik sebagai Produk Hukum Daerah,

    maka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah yang akan mengatur tentang

    pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas

    Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru memuat unsur-unsur sebagai berikut :

    - Landasan hukum dan kerangka pemikiran dalam penyusunan Rancangan

    Peraturan Daerah (Ranperda) untuk pengendalian Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di

    sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,

    - Pokok-pokok materi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan

    Kebisingan (BKK) di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru,

    - Kedudukan dan keterkaitan antara Peraturan Daerah yang akan disusun dengan

    paraturan perundang-undangan lain yang terkait dengannya, sehingga tidak

    terjadi pertentangan dan tumpang tindih peraturan perundang-undangan dalam

    sistem hukum nasional,

    Penyusunan kebijakan publik yang akan digunakan untuk pengendalian Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan

    (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru didasarkan

    kepada hierarki peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Hierarki

    adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan

    pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

    bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Kekuatan

    hukum peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarkinya. Hierarki

    peraturan perundang-undangan tersebut adalah :

    - Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

    - Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

    - Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

    - Peraturan Pemerintah;

    - Peraturan Presiden; - Peraturan Daerah Provinsi; dan - Peraturan Daerah

    Kabupaten/Kota.

  • vii

    Pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II menjadi bandar udara untuk

    embarkasi haji akan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian fisik dan spesifikasi

    teknis agar bisa menampung jenis pesawat yang lebih besar. Panjang landas pacu

    (runway) diproyeksikan dari panjang existing 2.240 meter menjadi 2.600 meter.

    Dan pada pengembangan selanjutnya panjang landasan pacu akan diperpanjang

    menjadi 3.000 meter. Perubahan panjang landas pacu akan merubah batas-batas

    ketinggian pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. Disamping itu,

    pesawat-pesawat berkapasitas besar akan mengeluarkan suara dengan tingkat

    kebisingan yang lebih tinggi. Hal ini akan berdampak langsung terhadap kualitas

    lingkungan hidup di sekitar bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    Berkenaan dengan peningkatan dan pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru, diperlukan penertiban dan pengendalian terhadap

    bangunanbangunan dan benda tumbuh yang ada pada Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (existing) serta

    pengendalian terhadap rencana pembangunan permukiman dan pembangunan

    infrastruktur lainnya agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    berkaitan dengan kebandarudaraan dan operasi penerbangan nasional dan

    internasional. Kondisi yang diharapkan adalah bahwa pembangunan dan

    pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dapat dilaksanakan

    dengan tetap terpenuhinya ketentuan mengenai keselamatan operasi penerbangan.

    Kondisi ideal yang diharapkan akan terpenuhi apabila semua pihak yaitu

    masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Otoritas Bandar

    Udara dapat memenuhi segala hak dan kewajibannya untuk menjamin

    terkendalinya Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-

    batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru.

    Khusus untuk penyusunan kebijakan publik yang akan mengatur tentang

    pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batasbatas

    Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru merujuk kepada peraturan perundang-undangan nasional, konvensi

    internasional, spesifikasi teknis bandar udara, standarisasi nasional dan

    internasional di bidang penerbangan, ketentuan dan peraturan terkait dan asas serta

    norma yang mengikat lainnya. Setelah melakukan kajian dan penyelarasan terhadap

    peraturan perundang-undangan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa

    Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Kawasan Keselamatan Operasi

    Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru adalah merupakan perintah dari peraturan perundang-

    undangan yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat, tidak

    tumpang tindih dengan peraturan yang ada, tidak bertentangan dengan kepentingan

    umum, serta tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

    Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah tentang pengendalian Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan

    (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru disusun dengan

    sistematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

  • viii

    Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah,

    dengan materi muatan sebagai berikut :

    Materi Pokok Materi Muatan

    Umum Menjelaskan pengetian dari istilah dan frasa yang

    digunakan dalam Peraturan Daerah tentang Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas

    Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru

    Maksud dan Tujuan Memuat : maksud dan tujuan dari pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru

    Ruang Lingkup Memuat : ruang lingkup arah kebijakan sebagai dasar penatagunaan dan pengendalian penggunaan daerah dan

    kawasan di sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II

    Pekanbaru meliputi :

    - daerah lingkungan kerja bandar udara,

    - daerah lingkungan kepentingan bandar udara

    - kawasan keselamatan operasi penerbangan

    - batas-batas kawasan kebisingan

    Kriteria dan Batasan

    Pemanfaatan KKOP

    Memuat : cakupan wilayah, kriteria, dan batasan

    pemanfaatan kawasan KKOP di sekitar Bandar Udara

    Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru, yang terdiri dari : - kawasan pendekatan (ancangan) pendaratan dan lepas

    landas

    - kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan

    - kawasan di bawah permukaan transisi

    - kawasan di bawah permukaan horizontal dalam

    - kawasan di bawah permukaan kerucut

    - kawasan di bawah permukaan horizontal luar

    - kawasan di sekitar alat bantu navigasi

    Kriteria dan Batasan

    Pemanfaatan BKK

    Memuat : cakupan wilayah, kriteria, dan batasan

    pemanfaatan batas-batas kawasan kebisingan di sekitar

    Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru, yang

    terdiri dari :

    - kawasan kebisingan tingkat 1, 2, dan 3

    - ambang batas kebisingan

  • ix

    Pengendalian

    Pemanfaatan KKOP

    dan BKK

    Memuat : instrumen dan petunjuk, serta pihak-pihak

    penyelenggaraan pengendalian kawasan keselamatan

    operasi penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan

    di sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru, terdiri dari :

    - perizinan

    - pengawasan

    - penertiban

    Hak dan Kewajiban Memuat : hak dan kewajiban pihak-pihak berkaitan dengan pengaturan dan pengendalian kawasan keselamatan

    operasi penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan

    di sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru,

    meliputi : - hak dan kewajiban masyarakat

    - hak dan kewajiban penyelenggara bandar udara

    - hak dan kewajiban pemerintah daerah

    Sanksi Administrasi Memuat : jenis dan bentuk sanksi yang bersifat

    administratif terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan

    dalam pengendalian kawasan keselamatan operasi

    penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan di

    sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru

    Ketentuan

    Penyidikan

    Memuat : pihak yang berwenang serta kewenangan yang

    diberikan dalam hal penyidikan terhadap tindak pidana di

    bidang kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam

    undang-undang hukum acara pidana

    Ketentuan Pidana Memuat : pasal-pasal yang dilanggar (dalam Peraturan

    Daerah tentang pengendalian Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan

    Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim

    II Pekanbaru) yang dianggap sebagai tindak pidana serta

    ancaman pidana kurungan maksimum dan denda

    maksimum,

    Ketentuan Lain-lain Memuat : ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

    penggunaan kawasan KKOP dan BKK, upaya

    pengendalian terhadap bangunan dan benda-benda yang

    sudah ada yang dianggap sebagai penghalang (obstacle)

    serta pencegahan terhadap gangguan lingkungan hidup

    pada bangunan yang sudah ada.

  • x

    Ketentuan Peralihan Memuat : pernyataan tentang diberlakukannya Pertaturan

    Daerah tentang pengendalian Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan

    Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim

    II Pekanbaru, serta implikasinya yang bersifat mengikat,

    serta keterkaitan dengan ketentuan lain yang tidak saling

    bertentangan.

    Ketentuan Penutup Memuat : pernyataan tentang hal-hal yang belum diatur dalam Pertaturan Daerah tentang pengendalian Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru yang akan diatur dengan

    peraturan perundang-undangan (produk hukum daerah)

    lainnya, serta memuat waktu pengundangan.

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) adalah bandar udara

    internasional yang berada di kota Pekanbaru. Selain melayani penerbangan

    sipil, bandar udara ini juga menjadi home base bagi Skuadron Udara 12 TNI

    AU. Bandar Udara ini telah ada sejak sebelum kemerdekaan dan telah

    mengalami perkembangan yang sangat pesat mengikuti perkembangan

    kedirgantaraan nasional. Pada tahun 1950 landasan pacu yang terdiri dari

    lapisan kerikil di perpanjang dari 800 meter menjadi 1.500 meter. Pada tahun

    1960 pemerintah mengoperasikan bandar udara ini menjadi Bandar Udara

    Perintis dan merubah namanya dari Landasan Udara menjadi Pelabuhan Udara

    Simpang Tiga. Nama Simpang Tiga diambil dari letaknya yang berada pada

    salah satu sisi pertigaan jalan menuju Kota Pekanbaru - Kabupaten Kampar -

    Kabupaten Indragiri Hulu.

    Pada tahun 1967 dilakukan penambahan landasan pacu sepanjang 500 meter,

    dan dimulai proses pengaspalan runway, taxiway, dan apron. Nama Pelabuhan

    Udara Simpang Tiga kemudian diganti menjadi Bandar Udara

    Simpang Tiga terhitung sejak tanggal 1 September 1985. Melalui Keputusan

    Presiden Nomor : Kep.473/OM.00/1988-AP II, tanggal 4 April 1998, nama

    Bandar Udara Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru. Perluasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II kembali

    dilakukan mulai tahun 2009 melalui kerjasama pihak Angkasa Pura II sebagai

    Badan Usaha Bandar Udara dengan Pemerintah Provinsi Riau. Saat ini Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II telah hampir sempurna ber-evolusi dan berhak

    menyandang prediket sebagai pelabuhan udara internasional regional.

    Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II terletak di tengah kota

    Pekanbaru. Mengingat lokasinya yang hanya berjarak lebih kurang 10

    Kilometer dari pusat kota, maka dapat dipahami mengapa kawasan di sekitar

    bandar udara ini tumbuh dan berkembang menjadi kawasan permukiman dan

    pusat-pusat aktifitas masyarakat. Kota Pekanbaru menjadi salah satu kota di

  • 2

    Sumatera yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional (PKN). Karena

    posisi kota Pekanbaru yang sangat strategis baik dari perspektif nasional

    maupun internasional, maka Pekanbaru memiliki potensi untuk berkembang

    menjadi kota pusat pertumbuhan ekonomi, bisnis nasional dan internasional.

    Proses menuju kota metropolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan

    bisnis itu akan menimbulkan berbagai problem tata ruang dan tata guna lahan

    bagi Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru

    Di satu sisi terjadi dinamika pembangunan yang begitu pesat di berbagai sektor,

    termasuk sektor permukiman, prasarana wilayah, dan infrastruktur perkotaan

    lainnya. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam memacu tingkat pertumbuhan

    ekonomi memerlukan kebijakan yang ramah investor, serta kemampuan

    pemerintah daerah dalam menyediakan infrastruktur. Di sisi lain, tentu saja

    akan terjadi lonjakan kebutuhan dan permintaan pada sektor transportasi

    khususnya transportasi udara yang begitu pesat. Selain peningkatan kuantitas,

    masalah kualitas layanan transportasi udara perlu mendapat perhatian, terutama

    masalah keselamatan dan keamanan penerbangan. Pembangunan dan

    pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II pada akhirnya memang

    menjadi keniscayaan.

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II memiliki lahan untuk operasional dan

    pelayanan kebandarudaraan, serta kegiatan penunjang yang terkait dengan

    operasional penerbangan lainnya seluar 165,882 Hektar. Berdasarkan

    Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 3 Tahun 2008, tentang Rencana

    Induk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, untuk keperluan

    peningkatan pengoperasian, pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan, serta

    pembangunan dan pengembangan bandar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim

    II memerlukan lahan seluas 229,407 Hektar. Itu berarti bahwa jika lokasi

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dipertahankan pada lokasi saat ini maka

    untuk keperluan-keperluan tersebut di atas masih dierlukan lahan seluar 63,525

    Hektar.

    Faktor utama yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi dan

    pengoperasian Bandar Udara sebagaimana diatur dalam peraturan

  • 3

    perundangundangan adalah terpenuhinya persyaratan keselamatan dan

    keamanan penerbangan. Persyaratan keselamatan penerbangan berkaitan

    dengan keselamatan dalam memanfaatkan wilayah udara, pesawat udara,

    bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, fasilitas penunjang, dan

    fasilitas umum lainnya. Sedangkan persyaratan keamanan penerbangan

    berkaitan dengan perlindungan terhadap penerbangan dari tindakan melawan

    hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumberdaya manusia, fasilitas dan

    prosedur.

    Disamping faktor keselamatan dan keamanan penerbangan, lokasi bandar

    udara juga harus mempertimbangkan keserasian dan keseimbangan dengan

    budaya lokal (Melayu). Faktor-faktor tersebut bertujuan untuk menciptakan

    harmonisasi dan mereduksi polarisasi antara kultur yang dianut oleh

    masyarakat di sekitar wilayah bandar udara dengan dampak sosial yang

    berpotensi timbul selama pengoperasian bandar udara. Misalnya dampak

    terhadap kegiatan keagamaan, tradisi masyarakat, serta kegiatan-kegiatan lain

    yang menjadi ciri dan identitas masyarakat di Provinsi Riau dan di Kota

    Pekanbaru pada ksususnya.

    Sebagai ibukota provinsi yang sangat berdekatan dengan bandar udara, kota

    Pekanbaru dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan tata ruang wilayah.

    Iklim investasi yang relatif baik ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

    Provinsi Riau yang mengalami trend positif (7,50%, triwulan II 2012, BPS

    Riau). Salah satu dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan akan

    infrastruktur sehingga muncul pembangunan perumahan, gedunggedung

    perkantoran, perhotelan, dan pusat-pusat bisnis, serta prasarana telekomunikasi

    yang cenderung bergerak vertikal (menjulang tinggi). Beberapa infrastruktur

    gedung yang dapat diklasifikasikan sebagai bangunan tinggi di kota Pekanbaru

    antara lain adalah : Gedung Surya Dumai, Menara Dang Merdu- Bank Riau

    Kepri Tower (15 lantai, 83 meter), Gedung Graha Pena (14 lantai, under

    construction), The Peak Hotel and Apartement (29 lantai, under construction),

    bangunan-bangunan perhotelan, dan infrastruktur non-hunian lainnya seperti

    menara telekomunikasi.

  • 4

    Munculnya infrastruktur perumahan dan permukiman serta bangunanbangunan

    berstruktur tinggi di kota Pekanbaru khususnya di sekitara kawasan Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II, tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap

    keselamatan dan keamanan penerbangan. Ketentuan perundangundangan yang

    terkait dengan masalah penerbangan menyaratkan bahwa kawasan udara di

    sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan

    mengganggu pergerakan pesawat udara. Di lain pihak, aktifitas pembangunan,

    operasional, dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara memberi dampak

    terhadap kualitas lingkungan hidup di sekitar bandar udara, seperti pencemaran

    udara, energi, air, tanah, dan limbah, serta ambang batas kebisingan. Oleh

    sebab itu, untuk menjamin bahwa kawasan udara sekitar bandar udara bebas

    dari segala hambatan dan rintangan, serta untuk menjamin keselamatan

    masyarakat yang bermukim dan beraktifitas di sekitar bandar udara, maka

    pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Keputusan

    Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2004, tentang Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, dan Peraturan Menteri Perhubungan

    Nomor KM 17 Tahun 2005, tentang Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK)

    di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau

    perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk

    kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan

    penerbangan. KKOP mencakup wilayah yang sangat luas dimana pada wilayah

    dimaksud tidak diizinkan adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap

    (fixed) maupun dapat berpindah (mobile), yang lebih tinggi dari persyaratan

    batas ketinggian yang diperkenankan sesuai dengan kode referensi landas pacu

    (Aerodrome Reference Code) dan Klasifikasi Landas Pacu (Runway

    Classification) dari suatu bandar udara.

    Adanya ketentuan dan regulasi nasional dan internasional di sub-sektor

    tranportasi udara yang begitu ketat akan menimbulkan benturan kepentingan

  • 5

    antara masyarakat, Pemerintah Provinsi Riau/Pemerintah Kota Pekanbaru, dan

    Otoritas Bandar Udara. Pemerintah berkewajiban untuk menjaga kelangsungan

    pembangunan dan melindungi kepentingan masyarakat. Otoritas Bandar Udara

    berkewajiban pula untuk melindungi kepentingan keselamatan dan keamanan

    penerbangan. Untuk menjembatani berbagai kepentingan tersebut diperlukan

    suatu kjebijakan publik dan regulasi berupa produk hukum daerah yang

    berkeadilan dan mampu melindungi dan mengakomodasi hak dan kewajiban

    semua pihak.

    Dalam rangka menyusun regulasi dan kebijakan publik yang berkaitan dengan

    penertiban dan pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

    (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara

    Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, maka dilakukan studi dalam bentuk kajian

    akademik untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Provinsi Riau dan

    para pemangku kepentingan di bidang transportasi udara, tentang perlunya

    kebijakan publik dalam bentuk Peraturan Daerah. Peraturan Daerah dimaksud

    harus bersifat humanistis, realistis, implementatif, dan responsif, serta dapat

    menjamin pengendalian berkelanjutan (sustainable control) Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batasbatas Kawasan

    Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

    secara konsisten dan berkelanjutan.

    B. IDENTIFIKASI MASALAH

    Berdasarkan kepada latar belakang sebagaimana diuraikan di atas dapat

    diidentifikasi dan dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1.

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berada dalam kota Pekanbaru. Untuk

    sebuah kota yang memiliki bandar udara atau berdekatan dengan bandar udara

    sangat diperlukan kebijakan publik berupa produk hukum daerah untuk

    mengendalikan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan

    Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) sebagai mana diatur dalam peraturan

    perundang-undangan pada hierarki yang lebih tinggi. Apakah yang menjadi

    landasan hukum dan kerangka pemikiran dalam penyusunan Rancangan

    Peraturan Daerah (Ranperda) untuk pengendalian Kawasan Keselamatan

  • 6

    Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di

    sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru?

    2. Peraturan Daerah tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

    (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru adalah salah satu bentuk produk

    hukum yang bersifat pengaturan untuk mengendalikan kawasan existing

    dan pengendalian kondisi di masa datang. Pokok-pokok materi apa saja

    yang harus diatur dalam Peraturan Daerah tentang Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan

    (BKK) di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru?

    3. Pengaturan dan pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

    (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dengan suatu produk hukum

    daerah bertujuan untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan

    serta pengembangan bandar udara. Pengaturan dan pengendalian tersebut

    pada hakikatnya adalah perintah dari peraturan perundang-undangan dalam

    hierarki yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat.

    Bagaimanakah kedudukan dan keterkaitan antara Peraturan Daerah yang

    akan disusun dengan paraturan perundangundangan lain yang terkait

    dengannya?

    C. TUJUAN DAN KEGUNAAN

    Sebagaimana uraian pada Latar Belakang dan Indentifikasi Masalah di atas,

    kajian akademik ini bertujuan untuk mengetahui :

    1. Landasan hukum dan kerangka pemikiran dalam penyusunan Rancangan

    Peraturan Daerah (Ranperda) untuk pengendalian Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan

    (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,

    2. Pokok-pokok materi yang harus diatur dalam Peraturan Daerah tentang

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas

    Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru,

    3. Kedudukan dan keterkaitan antara Peraturan Daerah yang akan disusun

    dengan paraturan perundang-undangan lain yang terkait dengannya,

  • 7

    sehingga tidak terjadi pertentangan dan tumpang tindih peraturan

    perundang-undangan dalam sistem hukum nasional,

    Kajian akademik ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara ilmiah

    dari persfektif akademik tentang kondisi existing kawasan Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru serta kondisi yang diinginkan di masa datang.

    Naskah Akademik sebagai produk dari kajian akademik diharapkan pula

    berguna sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan dan pembahasan

    Rancangan Peraturan Daerah tentang pengendalian Kawasan Keselamatan

    Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di

    sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    D. METODOLOGI

    Naskah Akademik bersumber dari kajian akademik, yaitu kajian yang bersifat

    ilmiah sehingga memiliki ciri-ciri : 1) Rasional, yaitu menggunakan cara-cara

    logik (masuk akal) dan memenuhi kaidah nalar manusia, 2) Empiris, yaitu

    menggunakan cara-cara yang teramati dan dapat dilakukan oleh semua orang

    secara berulang, dan 3) Sistematis, yaitu menggunakan langkah-langkah kajian

    yang runtut dan logis. Kajian akademik akan memberikan beberapa gambaran

    dari perspektif akademik berupa aspek teknis, aspek ekonomi dan finansial,

    aspek bisnis, aspek hukum, aspek pertahanan dan keamanan. Untuk

    memperoleh data-data dalam kajian akademik ini, dilakukan penelitian yang

    bersifat deskriptif. Pemilihan jenis penelitian ini karena sifatnya berorientasi

    kepada data-data tertentu yang bersifat khusus (tidak berlaku generalistik).

    Penelitian deskriptif mengutamakan teknik menggambarkan atau

    mendeskripsikan obyek yang diteliti melalui data-data yang diperoleh melalui

    observasi, wawancara, kuisioner, dan telaah dokumentasi, sehingga lebih

    sesuai untuk keperluan dalam merancang kebijakan publik yang berkaitan

    dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas

    Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru.

  • 8

    Untuk mewujudkan sebuah kebijakan publik yang demokratis, partisipatif,

    implementatif, dan humanistis yang dapat melindungi hak dan kewajiban

    semua pihak dalam mengendalikan Kawasan Keselamatan Operasi

    Penerbangan dan di Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru, serta menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan

    di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru maka dilakukan kajian dengan metodologi sebagai berikut

    :

    1. Studi Literatur

    Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian terhadap sejumlah literatur

    yang dapat mendukung hipotesis dan analisis, mencakup (1) kajian regulasi

    dan peraturan perundang-undangan penerbangan nasional dan

    internasional, (2) kajian sistem, karakterisitik, dan standarisasi

    penerbangan dan kebandarudaraan, (3) kajian analisa batas kawasan

    kebisingan dan kawasan keselamatan operasi penerbangan, (4) kajian

    rencana tata ruang wilayah Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru, (5) kajian

    peraturan-peraturan daerah yang terkait, dan (6) kajian demografi,

    topografi, klimatologi, geologi, dan statigrafi. Sumber kajian adalah

    referensi berupa buku-buku teks, peraturan perundang-undangan dan

    regulasi terkait, dokumen teknis, jurnal ilmiah yang dipublikasi secara

    nasional dan internasional, hasil riset yang dipublikasikan, dan juga

    informasi terkait yang diakses melalui internet.

    2. Lokasi Penelitian

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak di wilayah administrasi

    Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.

    Penelitian dilakukan di sekitar kawasan yang terdampak oleh operasional Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, meliputi kawasan terbangun dan

    kawasan tidak terbangun. Kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru berbatasan dengan :

    - Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

    - Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan

  • 9

    - Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan

    - Sebelah Barat : Kabupaten Kampar

    Lokasi penelitian (dalam batas dan lingkup seluas-luasnya) terbatas dalam

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II yang mencakup wilayah : a. Kabupaten Kampar :

    - Kecamatan Siak Hulu

    - Kecamatan Kampar Kiri

    b. Kota Pekanbaru :

    - Kecamatan Bukit Raya

    - Kecamatan Marpoyan Damai

    - Kecamatan Senapelan

    - Kecamatan Sukajadi

    Perincian detail wilayah desa dan kelurahan yang akan dijadikan populasi

    akan di tentukan dalam metodologi kajian akademik.

    3. Metode Pengumpulan Data

    Data-data dalam kajian akademik ini terdiri dari data primer dan data

    sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber data, baik data yang di ambil

    langsung melalui observasi, maupun data dokumentasi instansional,

    koleksi perorangan, serta dokumen yang sudah menjadi domain publik.

    Sebahagian dari data-data yang sudah menjadi domain publik diakses

    melalui website.

    Data Primer diperoleh melalui survey primer yang menghasilkan data

    otentik produk dari hasil : pengukuran, pengamatan, permintaan keterangan

    secara lisan dan tertulis langsung dari objek penelitian di sekitar kawasan

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Teknik pengambilan data

    primer antara lain :

    a. Observasi, adalah teknik pengambilan data langsung melalui

    pengamatan dan/atau pengukuran dengan atau tanpa alat, seperti ukuran

    luas, volume, ketinggian, lebar, kedalaman, dimensi, kecepatan, warna,

    serta sifat fisik dan mekanik lainnya yang ada pada kawasan objek

  • 10

    penelitian. Sebahagian dari data yang diperoleh melalui observasi akan

    di amati silang (cross check) dengan data yang diperoleh dengan teknik

    pengambilan data yang lain. Observasi juga dilakukan ke bandar udara

    lain yang diperkirakan memiliki kesamaan permasalahan kedaerahan

    dan kesamaan karakterisitik dengan Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,

    b. Wawancara, adalah teknik pengambilan data secara verbal, baik yang

    bersifat monolog atau dialog dengan para nara sumber, baik yang

    bersifat kesaksian (testimony), pengalaman (experience), keahlian dan

    kepakaran (expertise). Khusus untuk data dari expert difokuskan

    kepada pejabat pemerintah, pakar kebandarudaraan, pelaku

    pembangunan bandar udara, penerbang, serta pemangku kepentingan

    lain yang berkaitan dengan transportasi udara. Metode wawancara yang

    dipilih adalah wawancara terstruktur yaitu dengan membuat dan

    mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Hal

    ini bertujuan untuk mereduksi bias informasi dan untuk efektifitas

    perolehan informasi, serta mempertajam tingkat akurasi informasi.

    c. Kuisioner, adalah teknik pengumpulan data tertulis melalui lembar

    kuisioner/angket yang disebar di lokasi objek penelitian di sekitar

    kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Terutama di

    sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara

    Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Tingkat keakuratan data dan

    informasi semata-mata mengandalkan kejujuran responden, sehingga

    data yang diperoleh akan bersifat subjektif. Untuk mereduksi

    subjektifitas data, maka kuisioner di-design dalam bentuk pertanyaan

    yang bersifat terbuka dan berjenjang tanpa penyertaan lampiran bukti

    fisik responden dan bukti fisik dokumen objek data. Data yang

    diharapkan dari teknik pengumpulan data ini adalah gambaran kondisi

    sebenarnya yang sudah ada (exsisting) dan harapan dimasas yang akan

    datang.

    Data primer yang diharapkan mendukung kajian akademik ini adalah

    seperti pada tabel berikut :

  • 11

    Tabel 1 Data dan Sumber Data Primer

    No. Teknik

    Pengumpulan

    Data Sumber Data Data Masukan

    1. Observasi Lokasi Objek - Penelitian -

    Kondisi existing kawasan bandara

    Intensitas bangunan di kawasan

    bandar udara - Jarak terdekat bangunan

    nonfasilitas bandar udara terhadap bandar udara

    - Aktifitas masyarakat di sekitar bandar udara

    - Aksesabilitas existing dari/ke kawasan sekitar bandar udara

    - Data lain yang dianggap perlu

    2. Wawancara - Pejabat/Pegawai - Pemerintah

    - Pejabat/Pegawai

    - Otoritas

    Bandar Udara - - Penerbang - Expert Kebandar- -

    udaraan -

    Penyebab kecelakaan yang pernah

    terjadi Jenis kecelakaan yang sering

    terjadi Jenis hambatan (obstacle) yang

    sering dikeluhkan Implementasi kebijakan yang ada

    Koordinasi pemerintah provinsi/

    kota dengan otoritas bandar udara

    SSK II - Koordinasi pemerintah provinsi/

    kota dengan DPRD 3. Kuisioner - Masyarakat - Asal pemilik tanah/bangunan

    - Status kepemilikan

    - Dokumen kepemilikan

    - Tahun berdiri bangunan

    - Lama menempati

    - Luas tanah/bangunan

    - Tinggi bangunan

    - Jenis Bangunan

    - Fungsi bangunan

    - Pekerjaan penghuni atau pemilik tanah/bangunan

    - Pendapatan

    - Alasan memilih domisili

    - Jenis penyakit yang sering diderita

    - Tingkat kenyamanan hunian dan lingkungan, serta jenis gangguan

    - Tingkat kebersihan udara, air, dan tanah,

  • 12

    - Pengetahuan tentang KKOP dan BKK

    Data Sekunder, diperoleh secara tidak langsung pada objek kajian. Data

    sekunder merupakan data yang telah terkoleksi dan terdokumentasi (cetak

    dan/atau digital) pada instansi tertentu yang bukan merupakan rahasia negara,

    baik yang sudah dipublikasikan atau belum dipublikasikan. Data sekunder

    dapat berupa file dokumen, image, audio, dan video. Teknik pengambilan data

    sekunder antara lain adalah :

    a. Survey Instansional, adalah pengumpulan data pada instansi pemerintah

    seperti; Bappeda Provinsi Riau, Bappeda Kota Pekanbaru, dan Bappeda

    Kabupaten Kampar, Dinas Perhubungan Provinsi Riau, Dinas

    Perhubungan Kota Pekanbaru, dan Dinas Perhubungan Kabupaten

    Kampar, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, Dinas Pekerjaan Umum

    Kota Pekanbaru, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kampar, Dinas

    Tata Ruang dan Bangunan Kota Pekanbaru, Lanud Pekanbaru, Badan

    Pertanahan Nasional Kota Pekanbaru, Badan Pusat Statistik Pekanbaru,

    Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, dan Badan Usaha Bandar Udara

    (Perum Angkasa Pura II dan Kantor Bandar Udara).

    b. Survey Literasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari

    leteratur dan referensi terkait, misalnya data yang berkaitan dengan

    spesifikasi umum dan khusus yang berlaku di Provinsi Riau dan Kota

    Pekanbaru, serta standarisasi nasional dan internasional,

    Data sekunder yang diharapkan mendukung kajian akademik ini adalah seperti

    pada tabel berikut :

    Tabel 2 Data dan Sumber Data Sekunder

    No. Teknik

    Pengumpulan

    Data Sumber Data Data Masukan

    1. Survey Literasi Buku dan Dokumen - Referensi

    Undang-Undang RI Nomor 1 ahun

    2009, tentang Penerbangan - International Standards and

    Recommended Practices, Annex 14, Aerodromes, Vol.1, Aerodrome Design snd Operations

    - Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 tahun 2012, Tentang Pembangunan

    dan Pelestarian Lingkungan Hidup

    Bandar Udara

  • 13

    - Permenhub Nomor KM 11 Tahun 2010, Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    - Permenhub Nomor KM 24 Tahun 2009, Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139, Tentang Bandar Udara

    - Permenhub Nomor KM 3 Tahun 2008, Tentang Rencana Induk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Provinsi Riau

    - Permenhub Nomor KM 17 Tahun 2005, Tentang Batas-Batas Kawasan Kebisingan Di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

    - Permenhub Nomor KM 60 Tahun 2004, Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

    - Dokumen lain yang terkait

  • 14

    2. Survey - Instansional

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Bappeda Provinsi, - Kota pekanbaru, Kabupaten - Kampar, Dinas Tata Ruang dan

    Bangunan -

    Dinas - Perhubungan Provinsi Riau dan - Kota Pekanbaru

    -

    Dinas PU Provinsi - Riau dan Kota Pekanbaru - Badan Pertanahan - Nasional Pekanbaru -

    -

    Badan Pusat - Statistik - Pekanbaru -

    -

    -

    Kantor - Kecamatan

    -

    - - -

    Kantor Kelurahan -

    RTRW Provinsi Riau dan Kota

    Pekanbaru Tahun 2010 – 2026

    Kebijakan Pemprov dan Pemko

    tentang Pengembangan Bandara SSK II Kebijakan Pemko Pekanbaru

    tentang Izin Mendirikan Bangunan

    Kebijakan tentang Moda dan Pengembangan Sektor Transportasi Data Pertumbuhan Transportasi

    Udara di Bandara SSK II Data Kecelakaan Transportasi

    Udara di Bandara SSK II Kebijakan tentang Pembangunan

    Perumahan dan permukiman, Kebijakan tentang Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Bandara Dokumen Hak Guna/Hak Kelola

    Tanah Kawasan Bandara SSK II

    Dokumen Hak Guna/Hak Milik

    tanah di sekitar wilayah Bandara SSK II Peta Persil Tanah di sekitar

    Bandara SSK II Riau Dalam Angka Pekanbaru Dalam Angka Pertumbuhan Penduduk Kota

    Pekanbaru Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau Pertumbuhan Sektor Parawisata Provinsi Riau/Kota Pekanbaru RDTRK Kecamatan Bukit Raya RDTRK Kecamatan Marpoyan

    Damai RDTRK Kecamatan Senapelan RDTRK Kecamatan Sukajadi Peta Administratif Kecamatan Peta Administrasi Kelurahan

    - Data Kependudukan Kelurahan

    - Badan Usaha - Kebijakan Teknis Operasi

    Bandar Udara Penerbangan (Perum Angkasa - Kebijakan Zona KKOP dan BKK

    Pura II dan Kantor - Pertumbuhan Jumlah Penerbangan Bandar Udara dan Penumpang SSK II), Lanud - Jenis dan Type Pesawat Udara Pekanbaru yang Diizinkan Mendarat di

    Bandara SSK II - Jadwal dan Rute Penerbangan dari/ke Bandara

    SSK II

  • 15

    4. Populasi dan Teknik Sampling

    Menurut Sugiyono (1997), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

    atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

    Selanjutnya Sugiono mengatakan bahwa, populasi bukan hanya orang, tetapi

    juga benda-benda alam yang lain. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang

    ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/

    sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu. Dengan demikian, yang

    dimaksud dengan populasi dalam kajian ini adalah seluruh orang dan/atau

    bangunan dan/atau objek lainnya yang terdapat di sekitar Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru.

    Jika populasi di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    Pekanbaru memiliki jumlah dan karakteristik yang besar, maka secara teoretis

    diizinkan untuk mengambil sebagian dari jumlah dan karakteristik dari

    populasi yang ada sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel (teknik

    sampling). Dalam kajian ini digunakan teknik probability sampling, yaitu

    pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap

    unsur populasi untuk dipilh menjadi sampel. Sesuai dengan karakteristik

    wilayah sekitar bandar udara, maka teknik sampling yang lebih khusus akan

    digunakan adalah Disproporsionate Stratified Random Sampling. Hal ini

    dilakukan karena populasi gedung tinggi tidak proporsional terhadap populasi

    gedung-gedung dan bangunan (hunian dan non-hunian) lainnya yang ada di

    sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru.

  • 16

  • 17

    Penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Krejcie dan nomogram Harry

    King. Tingkat kesalahan dari perhitungan menggunakan tabel Krejcie adalah

    5% sehingga tingkat kepercayaan terhadap populasi adalah 95%. Sedangkan

    nomogram Harry King dalam perhitungannya membuat variasi tingkat

    kesalahan antara 5% s/d 15%.

    5. Desain Penelitian

    Penelitian ini didesain untuk mengetahui secara ilmiah tentang aspek teknis,

    aspek yuridis, aspek sosiologis, dan aspek pilosofis pada kawasan terdampak

    di sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II Pekanbaru. Kajian akademik ini menggunakan pendekatan

    ilmu keteknikan khususnya ilmu lapangan terbang, ilmu teknik lingkungan,

    ilmu statistik, ilmu hukum, dan bidang ilmu terkait lainnya. Desain penelitian

    dirancang agar dapat menjelaskan secara formal bagaimana urutan dan tata cara

    kajian akademis ini dilakukan. Urutan kegitan penelitian disajikan dalam

    bentuk bagan alir (flow chart) seperti pada Gambar 1.

  • 18

    BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS A. KAJIAN TEORETIS

    Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II terletak di tengah kota

    Pekanbaru, berjarak lebih kurang 10 kilometer dari pusat kota. Berdasarkan

    Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 3 Tahun 2008, tentang Rencana

    Induk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Bandar Udara ini

    memiliki lahan untuk operasional dan pelayanan kebandarudaraan, serta

    kegiatan penunjang yang terkait dengan operasional penerbangan lainnya

    seluas 165,882 Hektar. Untuk keperluan peningkatan pengoperasian,

    pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan, serta pembangunan dan

    pengembangan, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II memerlukan lahan seluas

    229,407 Hektar. Itu berarti bahwa jika lokasi Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II dipertahankan pada lokasi saat ini maka untuk keperluankeperluan

    tersebut di atas masih diperlukan lahan seluar 63,525 Hektar.

    Sebagai ibukota provinsi yang sangat berdekatan dengan bandar udara, kota

    Pekanbaru dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan tata ruang wilayah.

    Iklim investasi yang relatif baik ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

    Provinsi Riau yang mengalami trend positif (7,50%, triwulan II 2012, BPS

    Riau). Salah satu dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan infratsruktur

    sehingga banyak muncul pembangunan perumahan, gedunggedung

    perkantoran, perhotelan, dan pusat-pusat bisnis, serta prasarana telekomunikasi

    yang cenderung bergerak vertikal (menjulang tinggi). Beberapa infrastruktur

    gedung yang dapat diklasifikasikan sebagai bangunan tinggi di kota Pekanbaru

    antara lain adalah : Gedung Surya Dumai, Menara Dang Merdu- Bank Riau

    Kepri Tower (15 lantai, 83 meter), Gedung Graha Pena (14 lantai, under

    construction), The Peak Hotel and Apartement (29 lantai, under construction),

    dan infrastruktur non-hunian lainnya seperti menara telekomunikasi.

    Munculnya infrastruktur perumahan dan permukiman serta bangunanbangunan

    berstruktur tinggi di kota Pekanbaru khususnya di sekitara kawasan Bandar

    Udara Sultan Syarif Kasim II, tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap

    keselamatan dan keamanan penerbangan. Ketentuan perundangundangan yang

  • 19

    terkait dengan masalah penerbangan menyaratkan bahwa kawasan udara di

    sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan

    mengganggu pergerakan pesawat udara. Di lain pihak, aktifitas pembangunan,

    operasional, dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara memberi dampak

    buruk terhadap kualitas lingkungan hidup di sekitar bandar udara, seperti

    pencemaran udara, energi, air, tanah, dan limbah, serta ambang batas

    kebisingan. Oleh sebab itu, untuk menjamin bahwa kawasan udara sekitar

    bandar udara bebas dari segala hambatan dan rintangan, serta untuk menjamin

    keselamatan masyarakat yang bermukim dan beraktifitas di sekitar bandar

    udara, maka pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah menerbitkan

    Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2004, tentang Kawasan

    Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar Udara Sultan

    Syarif Kasim II, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun

    2005, tentang Batas-batas Kawasan

    Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    1. Koordinat Bandar Udara

    Penetapan batas-batas kebutuhan lahan suatu Bandar Udara dinyatakan dalam

    sistem koordinat bandar udara (Aedrome Coordinate System, ACS), yaitu

    posisi Bandar Udara (pada permukaan bumi) yang dinyatakan dengan besaran

    WLQHPž WDMDUHGQDXWDVPDODG%UXMXEQDG/JQDWQLOމ

    GDQ GHWLNފ

    Penentuan koordinat geografis tersebut mengacu kepada bidang referensi

    World Geodetic System 1984 (WGS’84). Berdasarkan acuan bidang referensi

    WGS’84 telah ditetapkan titik referensi bandar udara (Aerodrome Reference

    Point, ARP) Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang dinyatakan dalam

    sistem koordinat bandar udara dan dijadikan sebagai titk referensi bandar udara

    (Aerodrome Reference Point, ARP).

    Titik referensi koordinat geografis dan koordinat kartesius (perpotongan sumbu

    X dan sumbu Y) Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak pada : koordinat

    geografis 00º 8/ފމGDQº 7%ފމDWDXSDGD koordinat (kartesius) bandar

  • 20

    udara X = 20.000 meter dan Y = 20.000 meter, dimana sumbu X berhimpit

    dengan sumbu landasan pacu yang mempunyai

    ž KWXPL]DފމJHRJUDILVGDQVXPEX

  • 21

    - Kawasan Pendekatan (Ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas

    - Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

    - Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam

    - Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar

    - Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut

    - Kawasan di Bawah Permukaan Transisi

    - Kawasan di sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan

    Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II adalah

    kawasan tertentu di sekitar Bandar Udara yang terpengaruh oleh gelombang

    suara mesin pesawat udara dan yang dapat menggangu lingkungan. Kawasan

    kebisingan di sekitar Bandar Udara diukur dengan peralatan ukur dan

    metodologi yang ditetapkan oleh standar nasional serta ditentukan dengan

    bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana Pengembangan

    Bandar Udara, prakiraan jenis pesawat udara, prekwenai dan periode waktu

    operasi.

    Nilai tingkat kebisingan maksimum dibaca dalam skala A, yaitu tingkat

    kebisingan tertimbang (A-Waeighted Sound Level) dinyatakan dalam satuan

    decibel dan disingkat dengan dB(A). Tingkat kebisingan yang dapat diterima

    secara terus menerus disusun dalam suatu satuan Tingkat Kebisingan yang

    Dapat Diterima Terus-menerus Ekivalen Tertimbang (Weighted Equivalent

    Continuous Perceived Noise Level, WECPNL). WECPNL adalah satuan untuk

    menyusun prekuensi pesawat udara pada siang, malam, dan dini hari, yaitu

    pada saat kebisingan lebih terasa, serta penyesuaian terhadap dampak

    psikologis.

    2. Batas-batas Kawasan dan Ketinggian

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru memiliki landas pacu (run

    way) dengan spesifikasi Pendekatan Presisi Kategori 1, Nomor Kode 4

    (Precision Approach Category 1, Code Number 4). Penetapan code number

    didasarkan kepada perhitungan panjang landas pacu (runway) berdasarkan

    referensi pesawat (aeroplane reference field lenght, ARFL). Penetapan

  • 22

    batasbatas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) didasarkan

    kepada spesifikasi yang ditetapkan melalui Konvensi Chicago tahun 1944

    sebagaimana tercantum dalam Annex 14 Volume 1 tentang Persyaratan

    Permukaan Batas Penghalang Landas Pacu.

    Ketinggian semua titik pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

    (KKOP) ditentukan terhadap ketinggian ambang landas pacu 36 Exisiting dan

    Pengembangan sebagai titik referensi sistem ketinggian bandar udara. Titik

    referensi sistem ketinggian Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

    adalah titik 0,00 M yang berada pada ketinggian + 19,875 meter di atas

    permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level, MSL). Beda tinggi antara

    ambang landas pacu 36 dengan ambang landas pacu 18 adalah 10,20 meter

    (data sekunder).

    Ketinggian Permukaan Horizontal Dalam untuk Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru ditentukan +50 meter di atas ambang landas pacu 36

    Existing dan Pengembangan. Dengan demikian Kawasan Permukaan

    Horizontal Dalam memiliki batas ketinggian (+50 meter) + (+19,875 meter) =

    +69,875 meter. Sedangkan ketinggian Permukaan Horizontal Luar untuk

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ditentukan +155 meter di atas

    ambang landas pacu 36 Existing dan Pengembangan. Dengan demikian

    Kawasan Permukaan Horizontal Luar memiliki batas ketinggian (+155 meter)

    + (+19,875 meter) = +174,875 meter

    Tabel 3 Dimensi dan Kemiringan Permukaan Batas Penghalang

    Dimensi dan Permukaan

    Klaisifikasi Run Way

    (code number 4) Keterangan

    Precision Approach Category 1

    Kerucut (conical) - Kemiringan - Ketinggian

    5%

    100 m

    Horizontal Dalam (inner horizontal) - Ketinggian

    45 m

    - Jari-jari 4.000 m

  • 23

    Pendekatan Dalam (inner

    approach) - Lebar - Jarak dari ambang landas - Panjang - Kemiringan

    120 m 60

    m 900 m

    2%

    Pendekatan (approach) - Panjang tepi dalam - Jarak dari ambang landasan - Pelebaran Bagian Pertama - Panjang - Kemiringan Bagian Kedua - Panjang - Kemiringan Bagian Horizontal - Panjang - Panjang Total

    300 m 60 m 155

    3.000 m

    2%

    3.600 m 2,5%

    8.400 m 15.000 m

    Transisi (transitional) -

    Kemiringan

    14,3%

    Transisi Dalam (inner transitional) - Kemiringan

    33,3%

    Pemukaan Pendaratan (balked landing surface) - Panjang tepi dalam - Jarak dari ambang landasan - Pelebaran - Kemiringan

    120 m

    1.800 m 10%

    3,33%

    Sumber : ICAO, Aerodrome Annex 14, 2004)

    Posisi permukaan batas penghalang dinyatakan dalam Sistem Koordinat

    Bandar Udara yang posisinya ditentukan terhadap titik-titik referensi sebagai

    berikut :

    - Titik referensi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak pada koordinat

    geografis :

    00° 27 ᇱ 27,130"

    ܮ ܷ ᇱ 36,55" ܷܤ

    101° 26

    - Titik referensi Pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak

    pada koordinat geografis :

  • 24

    00° 27 ᇱ 05,82"

    ܮ ܷ ᇱ 39,16" ܷܤ

    101° 26

    - Titk referensi sistem koordinat Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

    (perpotongan sumbu X dan sumbu Y) terletak pada ujung landasan pacu

    18 (eksisting) dan pengembangan, atau koordinat bandar udara :

    + = 000.20 ܯ ܺ

    ܺ + = 000.20 ܯ

    Sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu dengan arah 178º މ

    JHRJUDILVVXPEX

  • 25

    Tabel 4 Batas Ketinggian Kawasan Pendekatan Pendaratan dan Lepas

    Landas pada Landas Pacu 18

    Kemiringan

    (%) Jarak

    (meter)

    Ketinggian di Atas Ambang Landas Pacu

    18 (meter)

    Tinggi (meter)

    AES MSL

    Bagian I 2 1.940 + 50 + 50 + 69,875

    Bagian II 0 2.060 + 50 + 50 + 69,875

    Bagian III 5 1.339 + 104 + 104 + 123,835

    Bagian IV - Tengah - Tepi I - Tepi II - Tepi III

    2 5

    2,5 0

    1.693

    469 584 640

    + 155 + 140 + 155

    + 155

    + 155 + 140 + 155

    + 155

    + 174,875 + 160,875 + 174,875

    + 174,875 Bagian V 0 7.968 + 155 + 155 + 174,875

    Tabel 5 Batas Ketinggian Kawasan Pendekatan Pendaratan dan Lepas

    Landas pada Landas Pacu 36

    Kemiringan

    (%) Jarak

    (meter)

    Ketinggian di Atas Ambang Landas Pacu

    36 (meter)

    Tinggi (meter)

    AES MSL

    Bagian I 2 2.500 + 50 + 50 + 69,875

    Bagian II 0 1.500 + 50 + 50 + 69,875

    Bagian III 5 1.000 + 100 + 100 + 119,875

    Bagian IV - Tengah - Tepi I - Tepi II - Tepi III

    2 5

    2,5 0

    2.500

    400 1.200 900

    + 150 + 120 + 150 + 150

    + 150 + 120 + 150 + 150

    + 169,875 + 139,875 + 169,875 + 169,875

    Bagian V 0 7.500 + 150 + 150 + 169,875

    b. Batas Ketinggian Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

    Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan adalah sebagian dari kawasan

    Pendekatan (ancang) Pendaratan dan Lepas Landas yang berbatasan

    langsung dengan ujung-ujung landasan yang dapat menimbulkan

    kemungkinan terjadinya kecelakaan, serta mempunyai ukuran tertentu,

    sebagai berikut :

    Tepi dalam dari Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan berhimpit

    dengan ujung Permukaan Utama, dengan lebar 484 meter. Dari tepi dalam

    tersebut Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan meluas keluar secara

    teratur, dengan garis tengahnya merupakan perpanjangan dari garis tengah

  • 26

    landas pacu, sampai lebar 1.384 meter dan jarak mendatar 3.000 meter dari

    ujung Permukaan Utama.

    Tabel 6 Batas Ketinggian Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

    Landas pada Landas Pacu 36

    Lebar (meter) Kemiringan

    (%) Jarak

    (meter)

    Ketinggian di Atas Ambang

    Landas Pacu 36

    Tinggi (meter)

    Lebar

    Awal Lebar Akhir

    AES MSL

    (meter)

    484 1.384 2 3.000 + 50 + 50 69,875

    c. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal

    Dalam

    Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam adalah bidang datar di

    atas dan di sekitar bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian

    dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara melakukan

    terbang rendah pada waktu akan mendarat atau setelah lepas landas.

    Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan oleh

    lingkaran dengan radius 4.000 meter dari titik tengah setiap ujung

    Permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang

    berdekatan. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam tidak

    termasuk Kawasan Pendekatan (ancang) pendaratan dan lepas landas, serta

    Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi. Batas ketinggian pada Kawasan

    Di Bawah Permukaan Horizontal Dalam adalah : (+ 50 meter) +

    (+ 19,875 meter) = + 69,875 meter

    d. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal

    Luar

    Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar adalah bidang datar di

    sekitar bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan

    ukuran tertentu untuk kepentingan keselamatan dan efisiensi operasi

    penerbangan antara lain pada waktu pesawat melakukan pendekatan untuk

    mendarat dan gerakan setelah lepas landas atau gerakan dalam hal

    mengalami kegagalan dalam penderatan. Kawasan di Bawah Permukaan

  • 27

    Horizontal Luar ditentukan oleh lingkaran dengan radius 15.000 meter dari

    titik tengah setiap ujung Permukaan Utama dan menarik garis singgung

    pada kedua lingkaran yang berdekatan, dan Kawasan di Bawah Permukaan

    Horizontal Luar tidak termasuk Kawasan Pendekatan

    (ancang) Pendaratan dan Lepas Landas, serta Kawasan Di Bawah

    Permukaan Kerucut. Batas ketinggian pada Kawasan Di Bawah

    Permukaan Horizontal Dalam adalah : (+ 155 meter) + (+ 19,875 meter) =

    + 174,875 meter

    e. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut

    Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut adalah bidang dari suatu kerucut

    yang bahagian bawahnya dibatasi oleh garis perpotongan dengan kawasan

    horizontal dalam dan bagian atasnya dibatasi oleh garis perpotongan

    dengan permukaan horizontal luar, masing-masing dengan radius dan

    ketinggian tertentu dimulai dari tepi luar Kawasan Di Bawah Permukaan

    Horizontal Dalam meluas ke luar dengan jarak mendatar 2.000 meter. Batas

    ketinggian pada Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut ditentukan oleh

    kemiringan 5% arah ke atas dan keluar, dimulai dari tepi luar Kawasan Di

    Bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 50 meter di atas

    ketinggian ambang landas pacu 36 Existing dan Pengembangan atau sama

    dengan + 69,875 meter dari MSL, sampai memotong Permukaan

    Horizontal Luar pada ketinggian + 150 meter di atas ketinggian ambang

    landas pacu 36 Existing dan Pengembangan atau sama dengan + 169,875

    meter dari MSL.

    f. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Transisi

    Kawasan di Bawah Permukaan Transisi adalah bidang dengan kemiringan

    tertentu sejajar dengan dan berjarak tertentu dari poros landasan, pada

    bagian bawah dibatasi oleh titik perpotongan dengan garis-garis datar yang

    ditarik tegak lurus pada poros landasan dan pada bagian atas dibatasi oleh

    garis perpotongan dengan permukaan horizontal dalam. Tepi dalam dari

    Kawasan di Bawah Permukaan Transisi berhimpit dengan sisi panjang

    Permukaan Utama, sisi Kawasan Lepas Landas, meluas ke luar sampai

    jarak mendatar 315 meter dari sisi panjang Permukaan Utama. Batas

  • 28

    ketinggian pada Kawasan di Bawah Permukaan Transisi ditentukan oleh

    kemiringan 14,3% arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan

    pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Permukaan

    Pendekatan (ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas menerus sampai

    memotong Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 50 meter di atas

    ketinggian ambang landas pacu 36 existing dan pengembangan, atau sama

    dengan + 69,875 meter dari MSL

    g. Batas Ketinggian pada Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu

    Navigasi Penerbangan

    Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan adalah

    kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan di dalam

    dan/atau di luar Daerah Lingkungan Kerja, yang penggunaannya harus

    memenuhi persyaratan tertentu guna menjamin kinerja/efisiensi alat bantu

    navigasi penerbangan dan keselamatan penerbangan. Alat Bantu Navigasi

    Penerbangan yang tersedia dalam peneylenggaraan operasi penerbangan di

    Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terdiri dari :

    - Non Directional Beacon (NDB) memiliki ukuran nominal lokasi 100

    meter x 100 meter, terletak pada koordinat geografis :

    00° ʹᦡ 59,͵ᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 11,ͶͲᦢ ܷܤ

    Batas ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB) ditentukan

    oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° ke atas dan ke luar dari

    titik tengah dasar antena, dan pada jarak sampai radius 300 meter dari

    antena dilarang ada bangunan dari metal seperti konstruksi rangka

    baja/besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian tersebut.

    - Doppler Very High Omni Range (DVOR) / Distance Mesuring

    Equipment (DME) memiliki ukuran nominal lokasi 200 meter x 200

    meter, terletak pada koordinat geografis :

    00° ʹͷᦡ 32,12 ᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 29,͵ͺᦢ ܷܤ

  • 29

    Batas ketinggian di sekitar alat Doppler Very High Omni Range

    (DVOR) / Distance Mesuring Equipment (DME) ditentukan oleh

    kemiringan bidang kerucut dengan sudut 2° ke atas dan ke luar dari titik

    antena pada ketinggian bidang counterpois, dan pada jarak radial kurang

    600 meter dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan dari

    metal seperti konstruksi rangka baja/besi, tiang listrik dan lain-lain

    melebihi batas ketinggian sudut tersebut.

  • -

    30

    Instrument Landing System (ILS), dengan ukuran nominal lokasi 10

    meter x 10 meter, terdiri dari :

    1. Localizer, terletak pada koordinat geografis :

    00° ʹͺᦡ 20,ͳͳᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 41,ʹ͵ᦢ ܷܤ

    Batas ketinggian di sekitar alat Localizer dibatasi oleh bidang yang

    dibentuk dengan sudut 1° dari titik tengah dasar antena Localizer

    terhadap bidang horizontal sejauh 600 meter ke arah landas pacu.

    2. Glide Path, terletak pada koordinat geografis :

    00° ʹᦡ 15,ͳͶᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 42,ͻᦢ ܷܤ

    Batar ketinggian di sekitar Glide Path (GP) dibatasi oleh bidang

    yang dibentuk dengan sudut 2° dari titik tengah dasar antena Glide

    Path terhadap bidang horizontal sejauh 600 meter ke arah landas

    pacu.

    3. Middle Marker, terletak pada koordinat geografis :

    00° ʹᦡ 28,Ͷᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 38,Ͷʹᦢ ܷܤ

    Batas ketinggian Middle Marker ditentukan oleh kemiringan bidang

    kerucut dengan sudut 20° ke atas dan ke luar dari titik dasar antena,

    dan sampai radius 300 meter dari antena dilarang adanya bangunan

    dari metal seperti konstruksi rangka baja/besi, tiang listrik dan lain-

    lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut.

    - Radar, dengan ukuran nominal lokasi 100 meter x 100 meter, terletak

    pada koordinat geografis :

    00° ʹᦡ 48,ʹͳᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 48,͵ͺᦢ ܷܤ

  • -

    31

    Batas ketinggian di sekitar alat Radar ditentukan oleh kemiringan bidang

    kerucut dengan sudut 1° ke atas dan ke luar dari titik antena pada

    ketinggian dasar antena, dan dalam radius 500 meter tidak diperkenan

    adanya bangunan metal, tangki minyak, bangunan dan lainlain melebihi

    batas ketinggian kerucut tersebut.

    Approach Lighting System, dengan ukuran nominal lokasi 1.000 meter

    x 60 meter, dengan persyaratan lahan di sebelah kanan dan kiri

    Approach Light sebesar 120 meter dan as (center line) landas pacu harus

    rata serta bebas benda tumbuh.

    3. Tingkat Kebisingan dan Batas Kawasan Kebisingan

    Kawasan kebisingan adalah kawasan tertentu di sekitar Bandar Udara yang

    terpengaruh oleh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang dapat

    menggangu lingkungan. Gangguan kebisingan akan dirasakan dan dialami oleh

    orang yang bermukim dan beraktifitas di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif

    Kasim II Pekanbaru terutama yang bermukim dan beraktifitas di dalam

    kawasan yang termasuk kedalam kawasan kebisingan. Kawasan kebisingan di

    sekitar Bandar Udara diukur dengan peralatan ukur dan metodologi yang

    ditetapkan oleh standar nasional serta ditentukan dengan bertitik tolak pada

    Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana Pengembangan Bandar Udara,

    prakiraan jenis pesawat udara, prekwenai dan periode waktu operasi.

    Nilai tingkat kebisingan maksimum dibaca dalam skala A, yaitu tingkat

    kebisingan tertimbang (A-Waeighted Sound Level) dinyatakan dalam satuan

    decibel dan disingkat dengan dB(A). Tingkat kebisingan yang dapat diterima

    secara terus menerus disusun dalam suatu satuan Tingkat Kebisingan yang

    Dapat Diterima Terus-menerus Ekivalen Tertimbang (Weighted Equivalent

    Continuous Perceived Noise Level, WECPNL). WECPNL adalah satuan untuk

    menyusun prekuensi pesawat udara pada siang, malam, dan dini hari, yaitu

    pada saat kebisingan lebih terasa, serta penyesuaian terhadap dampak

    psikologis.

  • -

    32

    Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II ditentukan

    berdasarkan tingkat kebisingan yang dinyatakan dalam sistem koordinat

    bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

    a. Kawasan Kebisingan Tingkat 1

    Kawasan Kebisingan Tingkat 1 adalah kawasan yang mempunyai nilai

    tingkat kebisingan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise

    Level :(&31/• GDQ” WECPNL < 75),

    - Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 1 dapat

    dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan, kecuali

    untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah dan rumah sakit,

    - Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan

    Kebisingan Tingkat 1 terletak pada ujung landasan 18 dengan

    koordinat geografis :

    00° 27´ 05,ͺʹͲᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 39,ͳᦢ ܷܤ

    Atau koordinat titik ujung landasan pacu 18 :

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = +

    ܺ

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = + ܺ

    Dan koordinat titik ujung landasan pacu 36 :

    ݐݎ

    ܺ ܺ 500.22 = +

    ܺ

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = + ܺ

    Dimana sumbu X berhimpit dengan garis tengah landasan dengan arah

    ƒ ފމ- ފމ WHUKDGDSDUD\XWDUDVHEHQDUQ\DVXPEX Y

    melalui ujung landasan 18 dan tegak lurus pada sum X

    - Kawasan Kebisingan Tingkat 1 merupakan daerah yang mengelilingi

    landasan dimana tepi luar bagian Utara kawasan ini berjarak

    maksimum 3.516,758 meter dari ujung landasan 18, dan tepi bagian

    Selatan berjarak maksimum 3.923,879 meter dari ujung landasan 36,

  • -

    33

    dimana tepi dalamnya merupakan batas-batas kawasan kebisingan

    tingkat 2.

    b. Kawasan Kebisingan Tingkat 2

    - Kawasan Kebisingan Tingkat 2 adalah kawasan yang mempunyai nilai

    tingkat kebisingan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise

    Level :(&31/• GDQ” WECPNL < 80),

    - Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 2 dapat

    dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan,

  • 34

    kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit,

    dan rumah tinggal,

    - Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan Kebisingan

    Tingkat 2 terletak pada ujung landasan 18 dengan koordinat geografis :

    00° 27´ 05,ͺʹͲᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 39,ͳᦢ ܷܤ

    Atau koordinat titik ujung landasan pacu 18 :

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = +

    ܺ

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = + ܺ

    Dan koordinat titik ujung landasan pacu 36 :

    ݐݎ

    ܺ ܺ 500.22 = +

    ܺ

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = + ܺ

    Dimana sumbu X berhimpit dengan garis tengah landasan dengan arah

    ƒ ފމ- ފމ WHUKDGDSDUD\XWDUDVHEHQDUQ\DVXPEX Y

    melalui ujung landasan 18 dan tegak lurus pada sum X

    - Kawasan Kebisingan Tingkat 2 merupakan daerah yang mengelilingi

    landasan dimana tepi luar bagian Utara kawasan ini berjarak maksimum

    1.671,909 meter dari ujung landasan 18, dan tepi bagian Selatan

    berjarak maksimum 1.957,217 meter dari ujung landasan 36, dimana

    tepi dalamnya merupakan batas-batas kawasan kebisingan tingkat 3.

    c. Kawasan Kebisingan Tingkat 3

    - Kawasan Kebisingan Tingkat 3 adalah kawasan yang mempunyai nilai

    tingkat kebisingan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise

    Level :(&31/•

    - Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 3 dapat

    dimanfaatkan untuk membangun bangunan atau fasilitas bandar udara

    yang dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan

    prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam

    bangunan sesuai dengan batas-batas kebisingan yang diizinkan serta

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

  • 35

    - Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan Kebisingan

    Tingkat 3 terletak pada ujung landasan 18 dengan koordinat geografis :

    00° 27´ 05,ͺʹͲᦢ ܮ ܷ

    101° ʹᦡ 39,ͳᦢ ܷܤ

    Atau koordinat titik ujung landasan pacu 18 :

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = +

    ܺ

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = + ܺ

    Dan koordinat titik ujung landasan pacu 36 :

    ݐݎ

    ܺ ܺ 500.22 = +

    ܺ

    ݐݎ

    ܺ ܺ 000.20 = + ܺ

    Dimana sumbu X berhimpit dengan garis tengah landasan dengan arah

    ƒ ފމ- ފމ WHUKDGDSDUD\XWDUDVHEHQDUQ\DVXPEX Y

    melalui ujung landasan 18 dan tegak lurus pada sum X

    - Kawasan Kebisingan Tingkat 3 merupakan daerah yang mengelilingi

    landasan dimana tepi luar bagian Utara kawasan ini berjarak maksimum

    595,272 meter dari ujung landasan 18, dan tepi bagian Selatan berjarak

    maksimum 793,351 meter dari ujung landasan 36, serta garis tengahnya

    berhimpit dengan garis tengah landasan.

    Index Tingkat Kebisingan yang dapat diterima terus-menerus ekivalen

    tertimbang (Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level,

    WECPNL) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

    ܥܧ ܷ ܰܲ ܮ = തܷ തܤതത(തതܣതത) + 10

    log ܷ െ 27 തܷ തܤതത(തതܣതത) =

    10 log ൬1൰ 10ଵ൨

    ܷ ଵ

    ܷ = ܷ

    ଶ + 3 ܷ

    ଷ + 10 (ܷ

    ଵ + ܷ

    ସ)

    Dimana :

  • 36

    WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level

    adalah satu diantara indeks tingkat kebisingan pesawat

    udara yang ditetapkan dan direkomendasikan oleh

    International Civil Aviation Organization (ICAO)

    തܷ തܤതത(തതܣതത) = Nilai decible bobot A rata-rata dari setiap puncak kesibukan pesawat dalam satu hari

    pengukuran

    n = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara

    selama periode 24 jam

    Li = Bacaan dB(A) tertinggi dari nomor penerbangan pesawat

    ke-i dalam satu hari pengukuran

    N = Jumlah kedatngan dan keberangkatan pesawat udara yang

    dihitung berdasarkan pemberian bobot yang berbeda untuk

    waktu pagi, petang, dan malam

    N1 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari

    jam 00.00 – 07.00

    N2 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari

    jam 07.00 – 19.00

    N3 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari

    jam 19.00 – 22.00

    N4 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari

    jam 22.00 – 00.00

    4. Persyaratan Tataguna Lahan

    Untuk menjamin terkendalinya Kawasan Keselamatan Operasi

    Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di

    sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru maka setiap

    aktifitas penggunaan lahan, seperti mendirikan, mengubah atau

    melestarikan bangunan, menanam, dan memelihara benda tumbuh di dalam

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan di dalam kawasan

    kebisingan harus mengacu dan memenuhi batas-batas ketinggian, serta

    memenuhi batas nilai tingkat kebisingan sebagaimana diuraikan di atas.

    Khusus untuk mendirikan bangunan baru di dalam Kawasan Pendekatan

    (ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas harus memenuhi batas ketinggian

    dengan tidak melebihi kemiringan 1,6% arah ke atas dan ke luar dimulai

    dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masingmasing ambang

    landas pacu 18 dan landas pacu 36 Existing dan Pengembangan.

  • 37

    Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan sampai jarak mendatar

    1.100 meter dari ujung-ujung Permukaan Utama hanya digunakan untuk

    bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan, dan

    benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi

    penerbangan. Batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh yang tidak

    membahayakan tersebut harus mengacu dan sesuai dengan batas-batas

    ketinggian kawasan sebagaimana diuraikan di atas.

    Aktifitas penggunaan tanah, perairan, dan udara pada setiap kawasan

    sebagaimana telah diuraikan di atas harus pula memenuhi ketentuan dan

    persyaratan sebagai berikut :

    a. Tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi

    penerbangan atau komunuikasi radio antar Bandar Udara dan pesawat

    udara,

    b. Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara

    dengan lampu-lampu lain,

    c. Tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang

    mempergunakan Bandar Udara

    d. Tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara

    e. Tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengan cara lain

    dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau

    gerakan pesawat udara yang bermaksud mempergunakan Bandar Udara

    Untuk bangunan-bangunan yang sudah ada baik bangunan berupa benda

    bergerak yang sifatnya sementara atau benda-benda bersifat tetap, baik

    yang didirikan oleh manusia atau ada secara alami, seperti gedunggedung,

    menara, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi, bukit atau

    gunung yang sekarang menjadi penghalang (obstacle) masih dapat

    diperkenankan sejauh segala prosedur keselamatan operasi penerbangan

    dapat terpenuhi. Bangunan dan fasilitas yang tidak diizinkan tetapi sudah

    ada di Kawasan Kebisingan di sekitar Ba