naskah akademik fullft.unri.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/32..rancangan... · 2020. 7. 12. ·...
TRANSCRIPT
-
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU
TENTANG
PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI
PENERBANGAN DAN
BATAS-BATAS KAWASAN KEBISINGAN
DI BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU
DISUSUN OLEH :
CV. TRI PERFECT UTAMA
-
DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU PEKANBARU
2012
-
i
KATA PENGANTAR (sebaiknya dibuat oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau)
Dalam rangka menyusun Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang
Pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batasbatas
Kawasan Kebisingan (BKK) di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
maka disusunlah Naskah Akademik sebagaimana diamanahkan oleh
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
Naskah Akademik ini adalah kajian dan analisis dari perspektif akademis terhadap
permasalahan yang ada dan isu yang berkembang pada Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru. Permasalahan tersebut kemudian diselaraskan dengan
berbagai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga
dihasilkan suatu konsep penyelesaian yang memiliki kekuatan hukum yang tidak
bertentangan dengan kepentingan umum dan masyarakat.
Penyusunan Naskah Akademik ini sebahagian besar menggunakan rujukan dari
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penerbangan dan
kebandarudaraan, serta konvensi internasional di bidang keselamatan penerbangan
sipil dan aerodrome. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan naskah Akademik ini. Semoga Naskah Akademik ini
bermanfaat bagi penyusunan Peraturan Daerah tentang pengendalian Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Pekanbaru, November 2012.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
Executive Summary ............................................................................................. iv
BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
-
ii
C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................. 6
D. Metodologi ................................................................................... 7
BAB II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris .................................................. 17
A. Kajian Teoretis ............................................................................. 17
1. Koordinat Bandar Udara ....................................................... 18
2. Batas-batas Kawasan dan Ketinggian ................................... 20
3. Tingkat Kebisingan dan Batas Kawasan Kebisingan ............ 29
4. Persyaratan Tata Guna Lahan ............................................... 33
B. Asas dan Sistematika Kebijakan Publik ....................................... 35
1. Formulasi Kebijakan ............................................................. 40
2. Kebijakan Dasar .................................................................... 41
3. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Produk Hukum
Daerah ................................................................................... 44
C. Kajian Implementasi Kebijakan ................................................... 45
D. Evaluasi dan Klarifikasi ............................................................... 49
1. Kondisi Existing .................................................................... 50
2. Kondisi yang Diharapkan ...................................................... 54
BAB III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait ........ 58
A. Dasar Hukum ................................................................................ 60
B. Pengkajian dan Penyelarasan ....................................................... 62
BAB IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis ....................................... 76
A. Landasan Filosofis ........................................................................ 76
B. Landasan Sosiologis ..................................................................... 78
C. Landasan Yuridis .......................................................................... 81
BAB V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan
Peraturan Daerah ................................................................................ 85
A. Jangkauan Pengaturan .................................................................. 86
B. Arah Pengaturan ........................................................................... 89
C. Ruang Lingkup Materi ................................................................. 91
-
iii
BAB VI Penutup ............................................................................................... 95
A. Kesimpulan ................................................................................... 95
B. Saran ............................................................................................. 96
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 98
Lampiran .............................................................................................................. 99
-
iv
EXECUTIVE SUMMARY
Sebagai ibukota provinsi yang sangat berdekatan dengan bandar udara, kota
Pekanbaru dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan tata ruang wilayah,
terutama penataan ruang di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II. Iklim
investasi yang relatif baik ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau yang menunjukkan trend positif (7,50%, triwulan II 2012, BPS Riau). Salah
satu dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan terhadap infrastruktur sehingga
muncul pembangunan perumahan, gedung-gedung perkantoran, perhotelan, dan
pusat-pusat bisnis, serta prasarana telekomunikasi yang cenderung bergerak
vertikal (menjulang tinggi). Munculnya infrastruktur perumahan dan permukiman
serta bangunan-bangunan berstruktur tinggi di kota Pekanbaru khususnya di
sekitara kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, tentu saja akan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan dan keamanan operasi penerbangan.
Untuk menjamin bahwa kawasan udara sekitar bandar udara bebas dari segala
hambatan dan rintangan yang berpotensi membahayakan keselamatan operasi
penerbangan, maka pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah
menerbitkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2004, tentang
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar Udara
Sultan Syarif Kasim II, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM
17 Tahun 2005, tentang Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Akan tetapi, peraturan perundang-
undangan tersebut belum terakomodasi dalam produk hukum daerah sehingga
terjadi kekosongan kepastian hukum bagi masyarakat terutama dalam hal
pengaturan pengendalian tata ruang dan pemanfaatan lahan di sekitar Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Kawasan Kebisingan di Bandar Udara
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau
perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan
operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. KKOP
mencakup wilayah yang sangat luas dimana pada wilayah dimaksud tidak diizinkan
adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap (fixed) maupun dapat
berpindah (mobile) yang lebih tinggi dari persyaratan batas ketinggian yang
diperkenankan sesuai dengan kode referensi landas pacu (Aerodrome Reference
Code) dan Klasifikasi Landas Pacu (Runway Classification) dari suatu bandar
udara. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terdiri atas :
- Kawasan Pendekatan (Ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas
- Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
- Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam
- Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar
- Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut
- Kawasan di Bawah Permukaan Transisi
- Kawasan di sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan
-
v
Kawasan Kebisingan adalah kawasan tertentu di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II yang terpengaruh oleh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang
dapat menggangu lingkungan. Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara diukur
dengan peralatan ukur dan metodologi yang ditetapkan oleh standar nasional serta
ditentukan dengan bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana
Pengembangan Bandar Udara, prakiraan jenis pesawat udara, prekwenai dan
periode waktu operasi. Nilai tingkat kebisingan maksimum dibaca dalam skala A,
yaitu tingkat kebisingan tertimbang (A-Waeighted Sound Level) dinyatakan dalam
satuan decibel dan disingkat dengan dB(A). Tingkat kebisingan yang dapat diterima
secara terus menerus disusun dalam suatu satuan Tingkat Kebisingan yang Dapat
Diterima Terus-menerus Ekivalen Tertimbang (Weighted Equivalent Continuous
Perceived Noise Level, WECPNL). WECPNL adalah satuan untuk menyusun
prekuensi pesawat udara pada siang, malam, dan dini hari, yaitu pada saat
kebisingan lebih terasa, serta penyesuaian terhadap dampak psikologis. Batas-batas
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, Batas-batas Kawasan Kebisingan,
ambang batas ketinggian bangunan, tingkat kebisingan yang diperkenankan, serta
kriteria dan jenis pemanfaatan dan tata guna lahan di kawasan-kawasan tersebut
diuraikan secara lengkap dalam Naskah Akademik yang merupakan satu kesatuan
dengan Executive Summary ini.
Untuk menjamin terpenuhinya persyaratan-persyaratan teknis di Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan di Kawasan Kebisingan, serta untuk
mengatur pengendalian tata ruang dan penggunaan lahan di sekitar kawasan
tersebut maka diperlukan suatu kebijakan publik berupa produk hukum daerah yang
disusun dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda). Kebijakan pada
hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki keadaan sekarang (existing) menuju
keadaan yang diinginkan di masa datang secara berkelanjutan. Kondisi sekarang
(existing) mengandung unsur permasalahan yang terdiri dari faktorfaktor penyebab
terjadinya permasalahan (independent variable) dan faktor-faktor yang merupakan
akibat dari permasalahan (dependent variable) yang terdapat di sekitar Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Menurut Mustpadidjaja (2005)
ada 4 faktor dinamik yang menjadi unsur dari sistem kebijakan dan berperan dalam
proses kebijakan, yaitu :
- Lingkungan Kebijakan (policy environment) adalah keadaan yang melatar
belakangi atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya isu kebijakan (policy
issues), yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para pelaku kebijakan dan
oleh sesuatu kebijakan. Isu kebijakan tersebut antara lain adalah : semakin
mendekatnya permukiman penduduk ke kawasan Bandar Udara, semakin
banyaknya berdiri gedung-gedung tinggi dan menara telekomunikasi di kota
Pekanbaru, serta isu-isu lain yang terkait.
- Pembuat dan Pelaksana Kebijakan (policy maker and implementer), adalah
orang atau sekelompok orang, atau organisasi yang mempunyai peranan
tertentu dalam proses kebijakan, sebab mereka berada dalam posisi menentukan
ataupun mempengaruhi baik dalam pembuatan kebijakan ataupun dalam tahap
-
vi
lainnya, seperti pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian atas hasil atau kinerja
yang dicapai dalam perkembangan pelaksanaan kebijakan,
- Kebijakan itu sendiri (policy content), yaitu keputusan atas sejumlah pilihan
yang kurang lebih berhubungan satu sama lain yang dimaksudkan untuk
mencapai sejumlah tujuan tertentu. Hingga saat ini belum ada kebijakan publik
dalam bentuk Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengendalian Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,
- Kelompok Sasaran Kebijakan (target group), yaitu orang atau sekelompok
orang, atau organisasi-organisasi dalam masyarakat yang perilaku dan atau
keadaannya ingin dipengaruhi oleh kebijakan bersangkutan, yaitu masyarakat
yang bermukim dan beraktifitas di sekitar Bandar Udara.
Sehubungan dengan penyusunan kebijakan publik sebagai Produk Hukum Daerah,
maka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah yang akan mengatur tentang
pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas
Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru memuat unsur-unsur sebagai berikut :
- Landasan hukum dan kerangka pemikiran dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Ranperda) untuk pengendalian Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di
sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,
- Pokok-pokok materi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan
Kebisingan (BKK) di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru,
- Kedudukan dan keterkaitan antara Peraturan Daerah yang akan disusun dengan
paraturan perundang-undangan lain yang terkait dengannya, sehingga tidak
terjadi pertentangan dan tumpang tindih peraturan perundang-undangan dalam
sistem hukum nasional,
Penyusunan kebijakan publik yang akan digunakan untuk pengendalian Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan
(BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru didasarkan
kepada hierarki peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Hierarki
adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan
pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Kekuatan
hukum peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarkinya. Hierarki
peraturan perundang-undangan tersebut adalah :
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
- Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
- Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
- Peraturan Pemerintah;
- Peraturan Presiden; - Peraturan Daerah Provinsi; dan - Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
-
vii
Pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II menjadi bandar udara untuk
embarkasi haji akan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian fisik dan spesifikasi
teknis agar bisa menampung jenis pesawat yang lebih besar. Panjang landas pacu
(runway) diproyeksikan dari panjang existing 2.240 meter menjadi 2.600 meter.
Dan pada pengembangan selanjutnya panjang landasan pacu akan diperpanjang
menjadi 3.000 meter. Perubahan panjang landas pacu akan merubah batas-batas
ketinggian pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. Disamping itu,
pesawat-pesawat berkapasitas besar akan mengeluarkan suara dengan tingkat
kebisingan yang lebih tinggi. Hal ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
lingkungan hidup di sekitar bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Berkenaan dengan peningkatan dan pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru, diperlukan penertiban dan pengendalian terhadap
bangunanbangunan dan benda tumbuh yang ada pada Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (existing) serta
pengendalian terhadap rencana pembangunan permukiman dan pembangunan
infrastruktur lainnya agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan kebandarudaraan dan operasi penerbangan nasional dan
internasional. Kondisi yang diharapkan adalah bahwa pembangunan dan
pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dapat dilaksanakan
dengan tetap terpenuhinya ketentuan mengenai keselamatan operasi penerbangan.
Kondisi ideal yang diharapkan akan terpenuhi apabila semua pihak yaitu
masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Otoritas Bandar
Udara dapat memenuhi segala hak dan kewajibannya untuk menjamin
terkendalinya Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-
batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru.
Khusus untuk penyusunan kebijakan publik yang akan mengatur tentang
pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batasbatas
Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru merujuk kepada peraturan perundang-undangan nasional, konvensi
internasional, spesifikasi teknis bandar udara, standarisasi nasional dan
internasional di bidang penerbangan, ketentuan dan peraturan terkait dan asas serta
norma yang mengikat lainnya. Setelah melakukan kajian dan penyelarasan terhadap
peraturan perundang-undangan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru adalah merupakan perintah dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat, tidak
tumpang tindih dengan peraturan yang ada, tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, serta tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah tentang pengendalian Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan
(BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru disusun dengan
sistematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
-
viii
Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah,
dengan materi muatan sebagai berikut :
Materi Pokok Materi Muatan
Umum Menjelaskan pengetian dari istilah dan frasa yang
digunakan dalam Peraturan Daerah tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas
Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru
Maksud dan Tujuan Memuat : maksud dan tujuan dari pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru
Ruang Lingkup Memuat : ruang lingkup arah kebijakan sebagai dasar penatagunaan dan pengendalian penggunaan daerah dan
kawasan di sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II
Pekanbaru meliputi :
- daerah lingkungan kerja bandar udara,
- daerah lingkungan kepentingan bandar udara
- kawasan keselamatan operasi penerbangan
- batas-batas kawasan kebisingan
Kriteria dan Batasan
Pemanfaatan KKOP
Memuat : cakupan wilayah, kriteria, dan batasan
pemanfaatan kawasan KKOP di sekitar Bandar Udara
Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru, yang terdiri dari : - kawasan pendekatan (ancangan) pendaratan dan lepas
landas
- kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan
- kawasan di bawah permukaan transisi
- kawasan di bawah permukaan horizontal dalam
- kawasan di bawah permukaan kerucut
- kawasan di bawah permukaan horizontal luar
- kawasan di sekitar alat bantu navigasi
Kriteria dan Batasan
Pemanfaatan BKK
Memuat : cakupan wilayah, kriteria, dan batasan
pemanfaatan batas-batas kawasan kebisingan di sekitar
Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru, yang
terdiri dari :
- kawasan kebisingan tingkat 1, 2, dan 3
- ambang batas kebisingan
-
ix
Pengendalian
Pemanfaatan KKOP
dan BKK
Memuat : instrumen dan petunjuk, serta pihak-pihak
penyelenggaraan pengendalian kawasan keselamatan
operasi penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan
di sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru, terdiri dari :
- perizinan
- pengawasan
- penertiban
Hak dan Kewajiban Memuat : hak dan kewajiban pihak-pihak berkaitan dengan pengaturan dan pengendalian kawasan keselamatan
operasi penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan
di sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru,
meliputi : - hak dan kewajiban masyarakat
- hak dan kewajiban penyelenggara bandar udara
- hak dan kewajiban pemerintah daerah
Sanksi Administrasi Memuat : jenis dan bentuk sanksi yang bersifat
administratif terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan
dalam pengendalian kawasan keselamatan operasi
penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan di
sekitar Bandar Udara Syltan Syarif Kasim II Pekanbaru
Ketentuan
Penyidikan
Memuat : pihak yang berwenang serta kewenangan yang
diberikan dalam hal penyidikan terhadap tindak pidana di
bidang kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang hukum acara pidana
Ketentuan Pidana Memuat : pasal-pasal yang dilanggar (dalam Peraturan
Daerah tentang pengendalian Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan
Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim
II Pekanbaru) yang dianggap sebagai tindak pidana serta
ancaman pidana kurungan maksimum dan denda
maksimum,
Ketentuan Lain-lain Memuat : ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
penggunaan kawasan KKOP dan BKK, upaya
pengendalian terhadap bangunan dan benda-benda yang
sudah ada yang dianggap sebagai penghalang (obstacle)
serta pencegahan terhadap gangguan lingkungan hidup
pada bangunan yang sudah ada.
-
x
Ketentuan Peralihan Memuat : pernyataan tentang diberlakukannya Pertaturan
Daerah tentang pengendalian Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan
Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim
II Pekanbaru, serta implikasinya yang bersifat mengikat,
serta keterkaitan dengan ketentuan lain yang tidak saling
bertentangan.
Ketentuan Penutup Memuat : pernyataan tentang hal-hal yang belum diatur dalam Pertaturan Daerah tentang pengendalian Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru yang akan diatur dengan
peraturan perundang-undangan (produk hukum daerah)
lainnya, serta memuat waktu pengundangan.
-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) adalah bandar udara
internasional yang berada di kota Pekanbaru. Selain melayani penerbangan
sipil, bandar udara ini juga menjadi home base bagi Skuadron Udara 12 TNI
AU. Bandar Udara ini telah ada sejak sebelum kemerdekaan dan telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat mengikuti perkembangan
kedirgantaraan nasional. Pada tahun 1950 landasan pacu yang terdiri dari
lapisan kerikil di perpanjang dari 800 meter menjadi 1.500 meter. Pada tahun
1960 pemerintah mengoperasikan bandar udara ini menjadi Bandar Udara
Perintis dan merubah namanya dari Landasan Udara menjadi Pelabuhan Udara
Simpang Tiga. Nama Simpang Tiga diambil dari letaknya yang berada pada
salah satu sisi pertigaan jalan menuju Kota Pekanbaru - Kabupaten Kampar -
Kabupaten Indragiri Hulu.
Pada tahun 1967 dilakukan penambahan landasan pacu sepanjang 500 meter,
dan dimulai proses pengaspalan runway, taxiway, dan apron. Nama Pelabuhan
Udara Simpang Tiga kemudian diganti menjadi Bandar Udara
Simpang Tiga terhitung sejak tanggal 1 September 1985. Melalui Keputusan
Presiden Nomor : Kep.473/OM.00/1988-AP II, tanggal 4 April 1998, nama
Bandar Udara Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru. Perluasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II kembali
dilakukan mulai tahun 2009 melalui kerjasama pihak Angkasa Pura II sebagai
Badan Usaha Bandar Udara dengan Pemerintah Provinsi Riau. Saat ini Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II telah hampir sempurna ber-evolusi dan berhak
menyandang prediket sebagai pelabuhan udara internasional regional.
Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II terletak di tengah kota
Pekanbaru. Mengingat lokasinya yang hanya berjarak lebih kurang 10
Kilometer dari pusat kota, maka dapat dipahami mengapa kawasan di sekitar
bandar udara ini tumbuh dan berkembang menjadi kawasan permukiman dan
pusat-pusat aktifitas masyarakat. Kota Pekanbaru menjadi salah satu kota di
-
2
Sumatera yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional (PKN). Karena
posisi kota Pekanbaru yang sangat strategis baik dari perspektif nasional
maupun internasional, maka Pekanbaru memiliki potensi untuk berkembang
menjadi kota pusat pertumbuhan ekonomi, bisnis nasional dan internasional.
Proses menuju kota metropolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan
bisnis itu akan menimbulkan berbagai problem tata ruang dan tata guna lahan
bagi Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru
Di satu sisi terjadi dinamika pembangunan yang begitu pesat di berbagai sektor,
termasuk sektor permukiman, prasarana wilayah, dan infrastruktur perkotaan
lainnya. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam memacu tingkat pertumbuhan
ekonomi memerlukan kebijakan yang ramah investor, serta kemampuan
pemerintah daerah dalam menyediakan infrastruktur. Di sisi lain, tentu saja
akan terjadi lonjakan kebutuhan dan permintaan pada sektor transportasi
khususnya transportasi udara yang begitu pesat. Selain peningkatan kuantitas,
masalah kualitas layanan transportasi udara perlu mendapat perhatian, terutama
masalah keselamatan dan keamanan penerbangan. Pembangunan dan
pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II pada akhirnya memang
menjadi keniscayaan.
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II memiliki lahan untuk operasional dan
pelayanan kebandarudaraan, serta kegiatan penunjang yang terkait dengan
operasional penerbangan lainnya seluar 165,882 Hektar. Berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 3 Tahun 2008, tentang Rencana
Induk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, untuk keperluan
peningkatan pengoperasian, pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan, serta
pembangunan dan pengembangan bandar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim
II memerlukan lahan seluas 229,407 Hektar. Itu berarti bahwa jika lokasi
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dipertahankan pada lokasi saat ini maka
untuk keperluan-keperluan tersebut di atas masih dierlukan lahan seluar 63,525
Hektar.
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi dan
pengoperasian Bandar Udara sebagaimana diatur dalam peraturan
-
3
perundangundangan adalah terpenuhinya persyaratan keselamatan dan
keamanan penerbangan. Persyaratan keselamatan penerbangan berkaitan
dengan keselamatan dalam memanfaatkan wilayah udara, pesawat udara,
bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, fasilitas penunjang, dan
fasilitas umum lainnya. Sedangkan persyaratan keamanan penerbangan
berkaitan dengan perlindungan terhadap penerbangan dari tindakan melawan
hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumberdaya manusia, fasilitas dan
prosedur.
Disamping faktor keselamatan dan keamanan penerbangan, lokasi bandar
udara juga harus mempertimbangkan keserasian dan keseimbangan dengan
budaya lokal (Melayu). Faktor-faktor tersebut bertujuan untuk menciptakan
harmonisasi dan mereduksi polarisasi antara kultur yang dianut oleh
masyarakat di sekitar wilayah bandar udara dengan dampak sosial yang
berpotensi timbul selama pengoperasian bandar udara. Misalnya dampak
terhadap kegiatan keagamaan, tradisi masyarakat, serta kegiatan-kegiatan lain
yang menjadi ciri dan identitas masyarakat di Provinsi Riau dan di Kota
Pekanbaru pada ksususnya.
Sebagai ibukota provinsi yang sangat berdekatan dengan bandar udara, kota
Pekanbaru dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan tata ruang wilayah.
Iklim investasi yang relatif baik ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau yang mengalami trend positif (7,50%, triwulan II 2012, BPS
Riau). Salah satu dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan akan
infrastruktur sehingga muncul pembangunan perumahan, gedunggedung
perkantoran, perhotelan, dan pusat-pusat bisnis, serta prasarana telekomunikasi
yang cenderung bergerak vertikal (menjulang tinggi). Beberapa infrastruktur
gedung yang dapat diklasifikasikan sebagai bangunan tinggi di kota Pekanbaru
antara lain adalah : Gedung Surya Dumai, Menara Dang Merdu- Bank Riau
Kepri Tower (15 lantai, 83 meter), Gedung Graha Pena (14 lantai, under
construction), The Peak Hotel and Apartement (29 lantai, under construction),
bangunan-bangunan perhotelan, dan infrastruktur non-hunian lainnya seperti
menara telekomunikasi.
-
4
Munculnya infrastruktur perumahan dan permukiman serta bangunanbangunan
berstruktur tinggi di kota Pekanbaru khususnya di sekitara kawasan Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II, tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap
keselamatan dan keamanan penerbangan. Ketentuan perundangundangan yang
terkait dengan masalah penerbangan menyaratkan bahwa kawasan udara di
sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan
mengganggu pergerakan pesawat udara. Di lain pihak, aktifitas pembangunan,
operasional, dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara memberi dampak
terhadap kualitas lingkungan hidup di sekitar bandar udara, seperti pencemaran
udara, energi, air, tanah, dan limbah, serta ambang batas kebisingan. Oleh
sebab itu, untuk menjamin bahwa kawasan udara sekitar bandar udara bebas
dari segala hambatan dan rintangan, serta untuk menjamin keselamatan
masyarakat yang bermukim dan beraktifitas di sekitar bandar udara, maka
pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2004, tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, dan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 17 Tahun 2005, tentang Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK)
di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau
perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan. KKOP mencakup wilayah yang sangat luas dimana pada wilayah
dimaksud tidak diizinkan adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap
(fixed) maupun dapat berpindah (mobile), yang lebih tinggi dari persyaratan
batas ketinggian yang diperkenankan sesuai dengan kode referensi landas pacu
(Aerodrome Reference Code) dan Klasifikasi Landas Pacu (Runway
Classification) dari suatu bandar udara.
Adanya ketentuan dan regulasi nasional dan internasional di sub-sektor
tranportasi udara yang begitu ketat akan menimbulkan benturan kepentingan
-
5
antara masyarakat, Pemerintah Provinsi Riau/Pemerintah Kota Pekanbaru, dan
Otoritas Bandar Udara. Pemerintah berkewajiban untuk menjaga kelangsungan
pembangunan dan melindungi kepentingan masyarakat. Otoritas Bandar Udara
berkewajiban pula untuk melindungi kepentingan keselamatan dan keamanan
penerbangan. Untuk menjembatani berbagai kepentingan tersebut diperlukan
suatu kjebijakan publik dan regulasi berupa produk hukum daerah yang
berkeadilan dan mampu melindungi dan mengakomodasi hak dan kewajiban
semua pihak.
Dalam rangka menyusun regulasi dan kebijakan publik yang berkaitan dengan
penertiban dan pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, maka dilakukan studi dalam bentuk kajian
akademik untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Provinsi Riau dan
para pemangku kepentingan di bidang transportasi udara, tentang perlunya
kebijakan publik dalam bentuk Peraturan Daerah. Peraturan Daerah dimaksud
harus bersifat humanistis, realistis, implementatif, dan responsif, serta dapat
menjamin pengendalian berkelanjutan (sustainable control) Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batasbatas Kawasan
Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
secara konsisten dan berkelanjutan.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan kepada latar belakang sebagaimana diuraikan di atas dapat
diidentifikasi dan dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1.
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berada dalam kota Pekanbaru. Untuk
sebuah kota yang memiliki bandar udara atau berdekatan dengan bandar udara
sangat diperlukan kebijakan publik berupa produk hukum daerah untuk
mengendalikan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan
Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) sebagai mana diatur dalam peraturan
perundang-undangan pada hierarki yang lebih tinggi. Apakah yang menjadi
landasan hukum dan kerangka pemikiran dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Ranperda) untuk pengendalian Kawasan Keselamatan
-
6
Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di
sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru?
2. Peraturan Daerah tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru adalah salah satu bentuk produk
hukum yang bersifat pengaturan untuk mengendalikan kawasan existing
dan pengendalian kondisi di masa datang. Pokok-pokok materi apa saja
yang harus diatur dalam Peraturan Daerah tentang Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan
(BKK) di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru?
3. Pengaturan dan pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dengan suatu produk hukum
daerah bertujuan untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan
serta pengembangan bandar udara. Pengaturan dan pengendalian tersebut
pada hakikatnya adalah perintah dari peraturan perundang-undangan dalam
hierarki yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat.
Bagaimanakah kedudukan dan keterkaitan antara Peraturan Daerah yang
akan disusun dengan paraturan perundangundangan lain yang terkait
dengannya?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Sebagaimana uraian pada Latar Belakang dan Indentifikasi Masalah di atas,
kajian akademik ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Landasan hukum dan kerangka pemikiran dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Ranperda) untuk pengendalian Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan
(BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,
2. Pokok-pokok materi yang harus diatur dalam Peraturan Daerah tentang
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas
Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru,
3. Kedudukan dan keterkaitan antara Peraturan Daerah yang akan disusun
dengan paraturan perundang-undangan lain yang terkait dengannya,
-
7
sehingga tidak terjadi pertentangan dan tumpang tindih peraturan
perundang-undangan dalam sistem hukum nasional,
Kajian akademik ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara ilmiah
dari persfektif akademik tentang kondisi existing kawasan Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru serta kondisi yang diinginkan di masa datang.
Naskah Akademik sebagai produk dari kajian akademik diharapkan pula
berguna sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan dan pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah tentang pengendalian Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di
sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
D. METODOLOGI
Naskah Akademik bersumber dari kajian akademik, yaitu kajian yang bersifat
ilmiah sehingga memiliki ciri-ciri : 1) Rasional, yaitu menggunakan cara-cara
logik (masuk akal) dan memenuhi kaidah nalar manusia, 2) Empiris, yaitu
menggunakan cara-cara yang teramati dan dapat dilakukan oleh semua orang
secara berulang, dan 3) Sistematis, yaitu menggunakan langkah-langkah kajian
yang runtut dan logis. Kajian akademik akan memberikan beberapa gambaran
dari perspektif akademik berupa aspek teknis, aspek ekonomi dan finansial,
aspek bisnis, aspek hukum, aspek pertahanan dan keamanan. Untuk
memperoleh data-data dalam kajian akademik ini, dilakukan penelitian yang
bersifat deskriptif. Pemilihan jenis penelitian ini karena sifatnya berorientasi
kepada data-data tertentu yang bersifat khusus (tidak berlaku generalistik).
Penelitian deskriptif mengutamakan teknik menggambarkan atau
mendeskripsikan obyek yang diteliti melalui data-data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, kuisioner, dan telaah dokumentasi, sehingga lebih
sesuai untuk keperluan dalam merancang kebijakan publik yang berkaitan
dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas
Kawasan Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru.
-
8
Untuk mewujudkan sebuah kebijakan publik yang demokratis, partisipatif,
implementatif, dan humanistis yang dapat melindungi hak dan kewajiban
semua pihak dalam mengendalikan Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan dan di Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru, serta menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan
di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru maka dilakukan kajian dengan metodologi sebagai berikut
:
1. Studi Literatur
Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian terhadap sejumlah literatur
yang dapat mendukung hipotesis dan analisis, mencakup (1) kajian regulasi
dan peraturan perundang-undangan penerbangan nasional dan
internasional, (2) kajian sistem, karakterisitik, dan standarisasi
penerbangan dan kebandarudaraan, (3) kajian analisa batas kawasan
kebisingan dan kawasan keselamatan operasi penerbangan, (4) kajian
rencana tata ruang wilayah Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru, (5) kajian
peraturan-peraturan daerah yang terkait, dan (6) kajian demografi,
topografi, klimatologi, geologi, dan statigrafi. Sumber kajian adalah
referensi berupa buku-buku teks, peraturan perundang-undangan dan
regulasi terkait, dokumen teknis, jurnal ilmiah yang dipublikasi secara
nasional dan internasional, hasil riset yang dipublikasikan, dan juga
informasi terkait yang diakses melalui internet.
2. Lokasi Penelitian
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak di wilayah administrasi
Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.
Penelitian dilakukan di sekitar kawasan yang terdampak oleh operasional Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, meliputi kawasan terbangun dan
kawasan tidak terbangun. Kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar
- Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
-
9
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Barat : Kabupaten Kampar
Lokasi penelitian (dalam batas dan lingkup seluas-luasnya) terbatas dalam
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II yang mencakup wilayah : a. Kabupaten Kampar :
- Kecamatan Siak Hulu
- Kecamatan Kampar Kiri
b. Kota Pekanbaru :
- Kecamatan Bukit Raya
- Kecamatan Marpoyan Damai
- Kecamatan Senapelan
- Kecamatan Sukajadi
Perincian detail wilayah desa dan kelurahan yang akan dijadikan populasi
akan di tentukan dalam metodologi kajian akademik.
3. Metode Pengumpulan Data
Data-data dalam kajian akademik ini terdiri dari data primer dan data
sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber data, baik data yang di ambil
langsung melalui observasi, maupun data dokumentasi instansional,
koleksi perorangan, serta dokumen yang sudah menjadi domain publik.
Sebahagian dari data-data yang sudah menjadi domain publik diakses
melalui website.
Data Primer diperoleh melalui survey primer yang menghasilkan data
otentik produk dari hasil : pengukuran, pengamatan, permintaan keterangan
secara lisan dan tertulis langsung dari objek penelitian di sekitar kawasan
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Teknik pengambilan data
primer antara lain :
a. Observasi, adalah teknik pengambilan data langsung melalui
pengamatan dan/atau pengukuran dengan atau tanpa alat, seperti ukuran
luas, volume, ketinggian, lebar, kedalaman, dimensi, kecepatan, warna,
serta sifat fisik dan mekanik lainnya yang ada pada kawasan objek
-
10
penelitian. Sebahagian dari data yang diperoleh melalui observasi akan
di amati silang (cross check) dengan data yang diperoleh dengan teknik
pengambilan data yang lain. Observasi juga dilakukan ke bandar udara
lain yang diperkirakan memiliki kesamaan permasalahan kedaerahan
dan kesamaan karakterisitik dengan Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,
b. Wawancara, adalah teknik pengambilan data secara verbal, baik yang
bersifat monolog atau dialog dengan para nara sumber, baik yang
bersifat kesaksian (testimony), pengalaman (experience), keahlian dan
kepakaran (expertise). Khusus untuk data dari expert difokuskan
kepada pejabat pemerintah, pakar kebandarudaraan, pelaku
pembangunan bandar udara, penerbang, serta pemangku kepentingan
lain yang berkaitan dengan transportasi udara. Metode wawancara yang
dipilih adalah wawancara terstruktur yaitu dengan membuat dan
mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Hal
ini bertujuan untuk mereduksi bias informasi dan untuk efektifitas
perolehan informasi, serta mempertajam tingkat akurasi informasi.
c. Kuisioner, adalah teknik pengumpulan data tertulis melalui lembar
kuisioner/angket yang disebar di lokasi objek penelitian di sekitar
kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Terutama di
sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Tingkat keakuratan data dan
informasi semata-mata mengandalkan kejujuran responden, sehingga
data yang diperoleh akan bersifat subjektif. Untuk mereduksi
subjektifitas data, maka kuisioner di-design dalam bentuk pertanyaan
yang bersifat terbuka dan berjenjang tanpa penyertaan lampiran bukti
fisik responden dan bukti fisik dokumen objek data. Data yang
diharapkan dari teknik pengumpulan data ini adalah gambaran kondisi
sebenarnya yang sudah ada (exsisting) dan harapan dimasas yang akan
datang.
Data primer yang diharapkan mendukung kajian akademik ini adalah
seperti pada tabel berikut :
-
11
Tabel 1 Data dan Sumber Data Primer
No. Teknik
Pengumpulan
Data Sumber Data Data Masukan
1. Observasi Lokasi Objek - Penelitian -
Kondisi existing kawasan bandara
Intensitas bangunan di kawasan
bandar udara - Jarak terdekat bangunan
nonfasilitas bandar udara terhadap bandar udara
- Aktifitas masyarakat di sekitar bandar udara
- Aksesabilitas existing dari/ke kawasan sekitar bandar udara
- Data lain yang dianggap perlu
2. Wawancara - Pejabat/Pegawai - Pemerintah
- Pejabat/Pegawai
- Otoritas
Bandar Udara - - Penerbang - Expert Kebandar- -
udaraan -
Penyebab kecelakaan yang pernah
terjadi Jenis kecelakaan yang sering
terjadi Jenis hambatan (obstacle) yang
sering dikeluhkan Implementasi kebijakan yang ada
Koordinasi pemerintah provinsi/
kota dengan otoritas bandar udara
SSK II - Koordinasi pemerintah provinsi/
kota dengan DPRD 3. Kuisioner - Masyarakat - Asal pemilik tanah/bangunan
- Status kepemilikan
- Dokumen kepemilikan
- Tahun berdiri bangunan
- Lama menempati
- Luas tanah/bangunan
- Tinggi bangunan
- Jenis Bangunan
- Fungsi bangunan
- Pekerjaan penghuni atau pemilik tanah/bangunan
- Pendapatan
- Alasan memilih domisili
- Jenis penyakit yang sering diderita
- Tingkat kenyamanan hunian dan lingkungan, serta jenis gangguan
- Tingkat kebersihan udara, air, dan tanah,
-
12
- Pengetahuan tentang KKOP dan BKK
Data Sekunder, diperoleh secara tidak langsung pada objek kajian. Data
sekunder merupakan data yang telah terkoleksi dan terdokumentasi (cetak
dan/atau digital) pada instansi tertentu yang bukan merupakan rahasia negara,
baik yang sudah dipublikasikan atau belum dipublikasikan. Data sekunder
dapat berupa file dokumen, image, audio, dan video. Teknik pengambilan data
sekunder antara lain adalah :
a. Survey Instansional, adalah pengumpulan data pada instansi pemerintah
seperti; Bappeda Provinsi Riau, Bappeda Kota Pekanbaru, dan Bappeda
Kabupaten Kampar, Dinas Perhubungan Provinsi Riau, Dinas
Perhubungan Kota Pekanbaru, dan Dinas Perhubungan Kabupaten
Kampar, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, Dinas Pekerjaan Umum
Kota Pekanbaru, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kampar, Dinas
Tata Ruang dan Bangunan Kota Pekanbaru, Lanud Pekanbaru, Badan
Pertanahan Nasional Kota Pekanbaru, Badan Pusat Statistik Pekanbaru,
Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, dan Badan Usaha Bandar Udara
(Perum Angkasa Pura II dan Kantor Bandar Udara).
b. Survey Literasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari
leteratur dan referensi terkait, misalnya data yang berkaitan dengan
spesifikasi umum dan khusus yang berlaku di Provinsi Riau dan Kota
Pekanbaru, serta standarisasi nasional dan internasional,
Data sekunder yang diharapkan mendukung kajian akademik ini adalah seperti
pada tabel berikut :
Tabel 2 Data dan Sumber Data Sekunder
No. Teknik
Pengumpulan
Data Sumber Data Data Masukan
1. Survey Literasi Buku dan Dokumen - Referensi
Undang-Undang RI Nomor 1 ahun
2009, tentang Penerbangan - International Standards and
Recommended Practices, Annex 14, Aerodromes, Vol.1, Aerodrome Design snd Operations
- Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 tahun 2012, Tentang Pembangunan
dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Bandar Udara
-
13
- Permenhub Nomor KM 11 Tahun 2010, Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
- Permenhub Nomor KM 24 Tahun 2009, Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139, Tentang Bandar Udara
- Permenhub Nomor KM 3 Tahun 2008, Tentang Rencana Induk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Provinsi Riau
- Permenhub Nomor KM 17 Tahun 2005, Tentang Batas-Batas Kawasan Kebisingan Di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
- Permenhub Nomor KM 60 Tahun 2004, Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
- Dokumen lain yang terkait
-
14
2. Survey - Instansional
-
-
-
-
-
-
Bappeda Provinsi, - Kota pekanbaru, Kabupaten - Kampar, Dinas Tata Ruang dan
Bangunan -
Dinas - Perhubungan Provinsi Riau dan - Kota Pekanbaru
-
Dinas PU Provinsi - Riau dan Kota Pekanbaru - Badan Pertanahan - Nasional Pekanbaru -
-
Badan Pusat - Statistik - Pekanbaru -
-
-
Kantor - Kecamatan
-
- - -
Kantor Kelurahan -
RTRW Provinsi Riau dan Kota
Pekanbaru Tahun 2010 – 2026
Kebijakan Pemprov dan Pemko
tentang Pengembangan Bandara SSK II Kebijakan Pemko Pekanbaru
tentang Izin Mendirikan Bangunan
Kebijakan tentang Moda dan Pengembangan Sektor Transportasi Data Pertumbuhan Transportasi
Udara di Bandara SSK II Data Kecelakaan Transportasi
Udara di Bandara SSK II Kebijakan tentang Pembangunan
Perumahan dan permukiman, Kebijakan tentang Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Bandara Dokumen Hak Guna/Hak Kelola
Tanah Kawasan Bandara SSK II
Dokumen Hak Guna/Hak Milik
tanah di sekitar wilayah Bandara SSK II Peta Persil Tanah di sekitar
Bandara SSK II Riau Dalam Angka Pekanbaru Dalam Angka Pertumbuhan Penduduk Kota
Pekanbaru Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau Pertumbuhan Sektor Parawisata Provinsi Riau/Kota Pekanbaru RDTRK Kecamatan Bukit Raya RDTRK Kecamatan Marpoyan
Damai RDTRK Kecamatan Senapelan RDTRK Kecamatan Sukajadi Peta Administratif Kecamatan Peta Administrasi Kelurahan
- Data Kependudukan Kelurahan
- Badan Usaha - Kebijakan Teknis Operasi
Bandar Udara Penerbangan (Perum Angkasa - Kebijakan Zona KKOP dan BKK
Pura II dan Kantor - Pertumbuhan Jumlah Penerbangan Bandar Udara dan Penumpang SSK II), Lanud - Jenis dan Type Pesawat Udara Pekanbaru yang Diizinkan Mendarat di
Bandara SSK II - Jadwal dan Rute Penerbangan dari/ke Bandara
SSK II
-
15
4. Populasi dan Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (1997), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Selanjutnya Sugiono mengatakan bahwa, populasi bukan hanya orang, tetapi
juga benda-benda alam yang lain. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang
ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/
sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan populasi dalam kajian ini adalah seluruh orang dan/atau
bangunan dan/atau objek lainnya yang terdapat di sekitar Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru.
Jika populasi di sekitar kawasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru memiliki jumlah dan karakteristik yang besar, maka secara teoretis
diizinkan untuk mengambil sebagian dari jumlah dan karakteristik dari
populasi yang ada sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel (teknik
sampling). Dalam kajian ini digunakan teknik probability sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap
unsur populasi untuk dipilh menjadi sampel. Sesuai dengan karakteristik
wilayah sekitar bandar udara, maka teknik sampling yang lebih khusus akan
digunakan adalah Disproporsionate Stratified Random Sampling. Hal ini
dilakukan karena populasi gedung tinggi tidak proporsional terhadap populasi
gedung-gedung dan bangunan (hunian dan non-hunian) lainnya yang ada di
sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru.
-
16
-
17
Penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Krejcie dan nomogram Harry
King. Tingkat kesalahan dari perhitungan menggunakan tabel Krejcie adalah
5% sehingga tingkat kepercayaan terhadap populasi adalah 95%. Sedangkan
nomogram Harry King dalam perhitungannya membuat variasi tingkat
kesalahan antara 5% s/d 15%.
5. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain untuk mengetahui secara ilmiah tentang aspek teknis,
aspek yuridis, aspek sosiologis, dan aspek pilosofis pada kawasan terdampak
di sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru. Kajian akademik ini menggunakan pendekatan
ilmu keteknikan khususnya ilmu lapangan terbang, ilmu teknik lingkungan,
ilmu statistik, ilmu hukum, dan bidang ilmu terkait lainnya. Desain penelitian
dirancang agar dapat menjelaskan secara formal bagaimana urutan dan tata cara
kajian akademis ini dilakukan. Urutan kegitan penelitian disajikan dalam
bentuk bagan alir (flow chart) seperti pada Gambar 1.
-
18
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS A. KAJIAN TEORETIS
Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II terletak di tengah kota
Pekanbaru, berjarak lebih kurang 10 kilometer dari pusat kota. Berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 3 Tahun 2008, tentang Rencana
Induk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Bandar Udara ini
memiliki lahan untuk operasional dan pelayanan kebandarudaraan, serta
kegiatan penunjang yang terkait dengan operasional penerbangan lainnya
seluas 165,882 Hektar. Untuk keperluan peningkatan pengoperasian,
pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan, serta pembangunan dan
pengembangan, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II memerlukan lahan seluas
229,407 Hektar. Itu berarti bahwa jika lokasi Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II dipertahankan pada lokasi saat ini maka untuk keperluankeperluan
tersebut di atas masih diperlukan lahan seluar 63,525 Hektar.
Sebagai ibukota provinsi yang sangat berdekatan dengan bandar udara, kota
Pekanbaru dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan tata ruang wilayah.
Iklim investasi yang relatif baik ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau yang mengalami trend positif (7,50%, triwulan II 2012, BPS
Riau). Salah satu dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan infratsruktur
sehingga banyak muncul pembangunan perumahan, gedunggedung
perkantoran, perhotelan, dan pusat-pusat bisnis, serta prasarana telekomunikasi
yang cenderung bergerak vertikal (menjulang tinggi). Beberapa infrastruktur
gedung yang dapat diklasifikasikan sebagai bangunan tinggi di kota Pekanbaru
antara lain adalah : Gedung Surya Dumai, Menara Dang Merdu- Bank Riau
Kepri Tower (15 lantai, 83 meter), Gedung Graha Pena (14 lantai, under
construction), The Peak Hotel and Apartement (29 lantai, under construction),
dan infrastruktur non-hunian lainnya seperti menara telekomunikasi.
Munculnya infrastruktur perumahan dan permukiman serta bangunanbangunan
berstruktur tinggi di kota Pekanbaru khususnya di sekitara kawasan Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II, tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap
keselamatan dan keamanan penerbangan. Ketentuan perundangundangan yang
-
19
terkait dengan masalah penerbangan menyaratkan bahwa kawasan udara di
sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan
mengganggu pergerakan pesawat udara. Di lain pihak, aktifitas pembangunan,
operasional, dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara memberi dampak
buruk terhadap kualitas lingkungan hidup di sekitar bandar udara, seperti
pencemaran udara, energi, air, tanah, dan limbah, serta ambang batas
kebisingan. Oleh sebab itu, untuk menjamin bahwa kawasan udara sekitar
bandar udara bebas dari segala hambatan dan rintangan, serta untuk menjamin
keselamatan masyarakat yang bermukim dan beraktifitas di sekitar bandar
udara, maka pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah menerbitkan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2004, tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun
2005, tentang Batas-batas Kawasan
Kebisingan (BKK) di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
1. Koordinat Bandar Udara
Penetapan batas-batas kebutuhan lahan suatu Bandar Udara dinyatakan dalam
sistem koordinat bandar udara (Aedrome Coordinate System, ACS), yaitu
posisi Bandar Udara (pada permukaan bumi) yang dinyatakan dengan besaran
WLQHPž WDMDUHGQDXWDVPDODG%UXMXEQDG/JQDWQLOމ
GDQ GHWLNފ
Penentuan koordinat geografis tersebut mengacu kepada bidang referensi
World Geodetic System 1984 (WGS’84). Berdasarkan acuan bidang referensi
WGS’84 telah ditetapkan titik referensi bandar udara (Aerodrome Reference
Point, ARP) Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang dinyatakan dalam
sistem koordinat bandar udara dan dijadikan sebagai titk referensi bandar udara
(Aerodrome Reference Point, ARP).
Titik referensi koordinat geografis dan koordinat kartesius (perpotongan sumbu
X dan sumbu Y) Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak pada : koordinat
geografis 00º 8/ފމGDQº 7%ފމDWDXSDGD koordinat (kartesius) bandar
-
20
udara X = 20.000 meter dan Y = 20.000 meter, dimana sumbu X berhimpit
dengan sumbu landasan pacu yang mempunyai
ž KWXPL]DފމJHRJUDILVGDQVXPEX
-
21
- Kawasan Pendekatan (Ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas
- Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
- Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam
- Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar
- Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut
- Kawasan di Bawah Permukaan Transisi
- Kawasan di sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II adalah
kawasan tertentu di sekitar Bandar Udara yang terpengaruh oleh gelombang
suara mesin pesawat udara dan yang dapat menggangu lingkungan. Kawasan
kebisingan di sekitar Bandar Udara diukur dengan peralatan ukur dan
metodologi yang ditetapkan oleh standar nasional serta ditentukan dengan
bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana Pengembangan
Bandar Udara, prakiraan jenis pesawat udara, prekwenai dan periode waktu
operasi.
Nilai tingkat kebisingan maksimum dibaca dalam skala A, yaitu tingkat
kebisingan tertimbang (A-Waeighted Sound Level) dinyatakan dalam satuan
decibel dan disingkat dengan dB(A). Tingkat kebisingan yang dapat diterima
secara terus menerus disusun dalam suatu satuan Tingkat Kebisingan yang
Dapat Diterima Terus-menerus Ekivalen Tertimbang (Weighted Equivalent
Continuous Perceived Noise Level, WECPNL). WECPNL adalah satuan untuk
menyusun prekuensi pesawat udara pada siang, malam, dan dini hari, yaitu
pada saat kebisingan lebih terasa, serta penyesuaian terhadap dampak
psikologis.
2. Batas-batas Kawasan dan Ketinggian
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru memiliki landas pacu (run
way) dengan spesifikasi Pendekatan Presisi Kategori 1, Nomor Kode 4
(Precision Approach Category 1, Code Number 4). Penetapan code number
didasarkan kepada perhitungan panjang landas pacu (runway) berdasarkan
referensi pesawat (aeroplane reference field lenght, ARFL). Penetapan
-
22
batasbatas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) didasarkan
kepada spesifikasi yang ditetapkan melalui Konvensi Chicago tahun 1944
sebagaimana tercantum dalam Annex 14 Volume 1 tentang Persyaratan
Permukaan Batas Penghalang Landas Pacu.
Ketinggian semua titik pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) ditentukan terhadap ketinggian ambang landas pacu 36 Exisiting dan
Pengembangan sebagai titik referensi sistem ketinggian bandar udara. Titik
referensi sistem ketinggian Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
adalah titik 0,00 M yang berada pada ketinggian + 19,875 meter di atas
permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level, MSL). Beda tinggi antara
ambang landas pacu 36 dengan ambang landas pacu 18 adalah 10,20 meter
(data sekunder).
Ketinggian Permukaan Horizontal Dalam untuk Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru ditentukan +50 meter di atas ambang landas pacu 36
Existing dan Pengembangan. Dengan demikian Kawasan Permukaan
Horizontal Dalam memiliki batas ketinggian (+50 meter) + (+19,875 meter) =
+69,875 meter. Sedangkan ketinggian Permukaan Horizontal Luar untuk
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ditentukan +155 meter di atas
ambang landas pacu 36 Existing dan Pengembangan. Dengan demikian
Kawasan Permukaan Horizontal Luar memiliki batas ketinggian (+155 meter)
+ (+19,875 meter) = +174,875 meter
Tabel 3 Dimensi dan Kemiringan Permukaan Batas Penghalang
Dimensi dan Permukaan
Klaisifikasi Run Way
(code number 4) Keterangan
Precision Approach Category 1
Kerucut (conical) - Kemiringan - Ketinggian
5%
100 m
Horizontal Dalam (inner horizontal) - Ketinggian
45 m
- Jari-jari 4.000 m
-
23
Pendekatan Dalam (inner
approach) - Lebar - Jarak dari ambang landas - Panjang - Kemiringan
120 m 60
m 900 m
2%
Pendekatan (approach) - Panjang tepi dalam - Jarak dari ambang landasan - Pelebaran Bagian Pertama - Panjang - Kemiringan Bagian Kedua - Panjang - Kemiringan Bagian Horizontal - Panjang - Panjang Total
300 m 60 m 155
3.000 m
2%
3.600 m 2,5%
8.400 m 15.000 m
Transisi (transitional) -
Kemiringan
14,3%
Transisi Dalam (inner transitional) - Kemiringan
33,3%
Pemukaan Pendaratan (balked landing surface) - Panjang tepi dalam - Jarak dari ambang landasan - Pelebaran - Kemiringan
120 m
1.800 m 10%
3,33%
Sumber : ICAO, Aerodrome Annex 14, 2004)
Posisi permukaan batas penghalang dinyatakan dalam Sistem Koordinat
Bandar Udara yang posisinya ditentukan terhadap titik-titik referensi sebagai
berikut :
- Titik referensi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak pada koordinat
geografis :
00° 27 ᇱ 27,130"
ܮ ܷ ᇱ 36,55" ܷܤ
101° 26
- Titik referensi Pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II terletak
pada koordinat geografis :
-
24
00° 27 ᇱ 05,82"
ܮ ܷ ᇱ 39,16" ܷܤ
101° 26
- Titk referensi sistem koordinat Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
(perpotongan sumbu X dan sumbu Y) terletak pada ujung landasan pacu
18 (eksisting) dan pengembangan, atau koordinat bandar udara :
+ = 000.20 ܯ ܺ
ܺ + = 000.20 ܯ
Sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu dengan arah 178º މ
JHRJUDILVVXPEX
-
25
Tabel 4 Batas Ketinggian Kawasan Pendekatan Pendaratan dan Lepas
Landas pada Landas Pacu 18
Kemiringan
(%) Jarak
(meter)
Ketinggian di Atas Ambang Landas Pacu
18 (meter)
Tinggi (meter)
AES MSL
Bagian I 2 1.940 + 50 + 50 + 69,875
Bagian II 0 2.060 + 50 + 50 + 69,875
Bagian III 5 1.339 + 104 + 104 + 123,835
Bagian IV - Tengah - Tepi I - Tepi II - Tepi III
2 5
2,5 0
1.693
469 584 640
+ 155 + 140 + 155
+ 155
+ 155 + 140 + 155
+ 155
+ 174,875 + 160,875 + 174,875
+ 174,875 Bagian V 0 7.968 + 155 + 155 + 174,875
Tabel 5 Batas Ketinggian Kawasan Pendekatan Pendaratan dan Lepas
Landas pada Landas Pacu 36
Kemiringan
(%) Jarak
(meter)
Ketinggian di Atas Ambang Landas Pacu
36 (meter)
Tinggi (meter)
AES MSL
Bagian I 2 2.500 + 50 + 50 + 69,875
Bagian II 0 1.500 + 50 + 50 + 69,875
Bagian III 5 1.000 + 100 + 100 + 119,875
Bagian IV - Tengah - Tepi I - Tepi II - Tepi III
2 5
2,5 0
2.500
400 1.200 900
+ 150 + 120 + 150 + 150
+ 150 + 120 + 150 + 150
+ 169,875 + 139,875 + 169,875 + 169,875
Bagian V 0 7.500 + 150 + 150 + 169,875
b. Batas Ketinggian Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan adalah sebagian dari kawasan
Pendekatan (ancang) Pendaratan dan Lepas Landas yang berbatasan
langsung dengan ujung-ujung landasan yang dapat menimbulkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan, serta mempunyai ukuran tertentu,
sebagai berikut :
Tepi dalam dari Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan berhimpit
dengan ujung Permukaan Utama, dengan lebar 484 meter. Dari tepi dalam
tersebut Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan meluas keluar secara
teratur, dengan garis tengahnya merupakan perpanjangan dari garis tengah
-
26
landas pacu, sampai lebar 1.384 meter dan jarak mendatar 3.000 meter dari
ujung Permukaan Utama.
Tabel 6 Batas Ketinggian Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
Landas pada Landas Pacu 36
Lebar (meter) Kemiringan
(%) Jarak
(meter)
Ketinggian di Atas Ambang
Landas Pacu 36
Tinggi (meter)
Lebar
Awal Lebar Akhir
AES MSL
(meter)
484 1.384 2 3.000 + 50 + 50 69,875
c. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal
Dalam
Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam adalah bidang datar di
atas dan di sekitar bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian
dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara melakukan
terbang rendah pada waktu akan mendarat atau setelah lepas landas.
Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan oleh
lingkaran dengan radius 4.000 meter dari titik tengah setiap ujung
Permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang
berdekatan. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam tidak
termasuk Kawasan Pendekatan (ancang) pendaratan dan lepas landas, serta
Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi. Batas ketinggian pada Kawasan
Di Bawah Permukaan Horizontal Dalam adalah : (+ 50 meter) +
(+ 19,875 meter) = + 69,875 meter
d. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal
Luar
Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar adalah bidang datar di
sekitar bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan
ukuran tertentu untuk kepentingan keselamatan dan efisiensi operasi
penerbangan antara lain pada waktu pesawat melakukan pendekatan untuk
mendarat dan gerakan setelah lepas landas atau gerakan dalam hal
mengalami kegagalan dalam penderatan. Kawasan di Bawah Permukaan
-
27
Horizontal Luar ditentukan oleh lingkaran dengan radius 15.000 meter dari
titik tengah setiap ujung Permukaan Utama dan menarik garis singgung
pada kedua lingkaran yang berdekatan, dan Kawasan di Bawah Permukaan
Horizontal Luar tidak termasuk Kawasan Pendekatan
(ancang) Pendaratan dan Lepas Landas, serta Kawasan Di Bawah
Permukaan Kerucut. Batas ketinggian pada Kawasan Di Bawah
Permukaan Horizontal Dalam adalah : (+ 155 meter) + (+ 19,875 meter) =
+ 174,875 meter
e. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut
Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut adalah bidang dari suatu kerucut
yang bahagian bawahnya dibatasi oleh garis perpotongan dengan kawasan
horizontal dalam dan bagian atasnya dibatasi oleh garis perpotongan
dengan permukaan horizontal luar, masing-masing dengan radius dan
ketinggian tertentu dimulai dari tepi luar Kawasan Di Bawah Permukaan
Horizontal Dalam meluas ke luar dengan jarak mendatar 2.000 meter. Batas
ketinggian pada Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut ditentukan oleh
kemiringan 5% arah ke atas dan keluar, dimulai dari tepi luar Kawasan Di
Bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 50 meter di atas
ketinggian ambang landas pacu 36 Existing dan Pengembangan atau sama
dengan + 69,875 meter dari MSL, sampai memotong Permukaan
Horizontal Luar pada ketinggian + 150 meter di atas ketinggian ambang
landas pacu 36 Existing dan Pengembangan atau sama dengan + 169,875
meter dari MSL.
f. Batas Ketinggian Pada Kawasan di Bawah Permukaan Transisi
Kawasan di Bawah Permukaan Transisi adalah bidang dengan kemiringan
tertentu sejajar dengan dan berjarak tertentu dari poros landasan, pada
bagian bawah dibatasi oleh titik perpotongan dengan garis-garis datar yang
ditarik tegak lurus pada poros landasan dan pada bagian atas dibatasi oleh
garis perpotongan dengan permukaan horizontal dalam. Tepi dalam dari
Kawasan di Bawah Permukaan Transisi berhimpit dengan sisi panjang
Permukaan Utama, sisi Kawasan Lepas Landas, meluas ke luar sampai
jarak mendatar 315 meter dari sisi panjang Permukaan Utama. Batas
-
28
ketinggian pada Kawasan di Bawah Permukaan Transisi ditentukan oleh
kemiringan 14,3% arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan
pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Permukaan
Pendekatan (ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas menerus sampai
memotong Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 50 meter di atas
ketinggian ambang landas pacu 36 existing dan pengembangan, atau sama
dengan + 69,875 meter dari MSL
g. Batas Ketinggian pada Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu
Navigasi Penerbangan
Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan adalah
kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan di dalam
dan/atau di luar Daerah Lingkungan Kerja, yang penggunaannya harus
memenuhi persyaratan tertentu guna menjamin kinerja/efisiensi alat bantu
navigasi penerbangan dan keselamatan penerbangan. Alat Bantu Navigasi
Penerbangan yang tersedia dalam peneylenggaraan operasi penerbangan di
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terdiri dari :
- Non Directional Beacon (NDB) memiliki ukuran nominal lokasi 100
meter x 100 meter, terletak pada koordinat geografis :
00° ʹᦡ 59,͵ᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 11,ͶͲᦢ ܷܤ
Batas ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB) ditentukan
oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° ke atas dan ke luar dari
titik tengah dasar antena, dan pada jarak sampai radius 300 meter dari
antena dilarang ada bangunan dari metal seperti konstruksi rangka
baja/besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian tersebut.
- Doppler Very High Omni Range (DVOR) / Distance Mesuring
Equipment (DME) memiliki ukuran nominal lokasi 200 meter x 200
meter, terletak pada koordinat geografis :
00° ʹͷᦡ 32,12 ᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 29,͵ͺᦢ ܷܤ
-
29
Batas ketinggian di sekitar alat Doppler Very High Omni Range
(DVOR) / Distance Mesuring Equipment (DME) ditentukan oleh
kemiringan bidang kerucut dengan sudut 2° ke atas dan ke luar dari titik
antena pada ketinggian bidang counterpois, dan pada jarak radial kurang
600 meter dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan dari
metal seperti konstruksi rangka baja/besi, tiang listrik dan lain-lain
melebihi batas ketinggian sudut tersebut.
-
-
30
Instrument Landing System (ILS), dengan ukuran nominal lokasi 10
meter x 10 meter, terdiri dari :
1. Localizer, terletak pada koordinat geografis :
00° ʹͺᦡ 20,ͳͳᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 41,ʹ͵ᦢ ܷܤ
Batas ketinggian di sekitar alat Localizer dibatasi oleh bidang yang
dibentuk dengan sudut 1° dari titik tengah dasar antena Localizer
terhadap bidang horizontal sejauh 600 meter ke arah landas pacu.
2. Glide Path, terletak pada koordinat geografis :
00° ʹᦡ 15,ͳͶᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 42,ͻᦢ ܷܤ
Batar ketinggian di sekitar Glide Path (GP) dibatasi oleh bidang
yang dibentuk dengan sudut 2° dari titik tengah dasar antena Glide
Path terhadap bidang horizontal sejauh 600 meter ke arah landas
pacu.
3. Middle Marker, terletak pada koordinat geografis :
00° ʹᦡ 28,Ͷᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 38,Ͷʹᦢ ܷܤ
Batas ketinggian Middle Marker ditentukan oleh kemiringan bidang
kerucut dengan sudut 20° ke atas dan ke luar dari titik dasar antena,
dan sampai radius 300 meter dari antena dilarang adanya bangunan
dari metal seperti konstruksi rangka baja/besi, tiang listrik dan lain-
lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut.
- Radar, dengan ukuran nominal lokasi 100 meter x 100 meter, terletak
pada koordinat geografis :
00° ʹᦡ 48,ʹͳᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 48,͵ͺᦢ ܷܤ
-
-
31
Batas ketinggian di sekitar alat Radar ditentukan oleh kemiringan bidang
kerucut dengan sudut 1° ke atas dan ke luar dari titik antena pada
ketinggian dasar antena, dan dalam radius 500 meter tidak diperkenan
adanya bangunan metal, tangki minyak, bangunan dan lainlain melebihi
batas ketinggian kerucut tersebut.
Approach Lighting System, dengan ukuran nominal lokasi 1.000 meter
x 60 meter, dengan persyaratan lahan di sebelah kanan dan kiri
Approach Light sebesar 120 meter dan as (center line) landas pacu harus
rata serta bebas benda tumbuh.
3. Tingkat Kebisingan dan Batas Kawasan Kebisingan
Kawasan kebisingan adalah kawasan tertentu di sekitar Bandar Udara yang
terpengaruh oleh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang dapat
menggangu lingkungan. Gangguan kebisingan akan dirasakan dan dialami oleh
orang yang bermukim dan beraktifitas di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru terutama yang bermukim dan beraktifitas di dalam
kawasan yang termasuk kedalam kawasan kebisingan. Kawasan kebisingan di
sekitar Bandar Udara diukur dengan peralatan ukur dan metodologi yang
ditetapkan oleh standar nasional serta ditentukan dengan bertitik tolak pada
Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana Pengembangan Bandar Udara,
prakiraan jenis pesawat udara, prekwenai dan periode waktu operasi.
Nilai tingkat kebisingan maksimum dibaca dalam skala A, yaitu tingkat
kebisingan tertimbang (A-Waeighted Sound Level) dinyatakan dalam satuan
decibel dan disingkat dengan dB(A). Tingkat kebisingan yang dapat diterima
secara terus menerus disusun dalam suatu satuan Tingkat Kebisingan yang
Dapat Diterima Terus-menerus Ekivalen Tertimbang (Weighted Equivalent
Continuous Perceived Noise Level, WECPNL). WECPNL adalah satuan untuk
menyusun prekuensi pesawat udara pada siang, malam, dan dini hari, yaitu
pada saat kebisingan lebih terasa, serta penyesuaian terhadap dampak
psikologis.
-
-
32
Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II ditentukan
berdasarkan tingkat kebisingan yang dinyatakan dalam sistem koordinat
bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
a. Kawasan Kebisingan Tingkat 1
Kawasan Kebisingan Tingkat 1 adalah kawasan yang mempunyai nilai
tingkat kebisingan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise
Level :(&31/• GDQ” WECPNL < 75),
- Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 1 dapat
dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan, kecuali
untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah dan rumah sakit,
- Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan
Kebisingan Tingkat 1 terletak pada ujung landasan 18 dengan
koordinat geografis :
00° 27´ 05,ͺʹͲᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 39,ͳᦢ ܷܤ
Atau koordinat titik ujung landasan pacu 18 :
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = +
ܺ
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = + ܺ
Dan koordinat titik ujung landasan pacu 36 :
ݐݎ
ܺ ܺ 500.22 = +
ܺ
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = + ܺ
Dimana sumbu X berhimpit dengan garis tengah landasan dengan arah
ƒ ފމ- ފމ WHUKDGDSDUD\XWDUDVHEHQDUQ\DVXPEX Y
melalui ujung landasan 18 dan tegak lurus pada sum X
- Kawasan Kebisingan Tingkat 1 merupakan daerah yang mengelilingi
landasan dimana tepi luar bagian Utara kawasan ini berjarak
maksimum 3.516,758 meter dari ujung landasan 18, dan tepi bagian
Selatan berjarak maksimum 3.923,879 meter dari ujung landasan 36,
-
-
33
dimana tepi dalamnya merupakan batas-batas kawasan kebisingan
tingkat 2.
b. Kawasan Kebisingan Tingkat 2
- Kawasan Kebisingan Tingkat 2 adalah kawasan yang mempunyai nilai
tingkat kebisingan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise
Level :(&31/• GDQ” WECPNL < 80),
- Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 2 dapat
dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan,
-
34
kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit,
dan rumah tinggal,
- Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan Kebisingan
Tingkat 2 terletak pada ujung landasan 18 dengan koordinat geografis :
00° 27´ 05,ͺʹͲᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 39,ͳᦢ ܷܤ
Atau koordinat titik ujung landasan pacu 18 :
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = +
ܺ
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = + ܺ
Dan koordinat titik ujung landasan pacu 36 :
ݐݎ
ܺ ܺ 500.22 = +
ܺ
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = + ܺ
Dimana sumbu X berhimpit dengan garis tengah landasan dengan arah
ƒ ފމ- ފމ WHUKDGDSDUD\XWDUDVHEHQDUQ\DVXPEX Y
melalui ujung landasan 18 dan tegak lurus pada sum X
- Kawasan Kebisingan Tingkat 2 merupakan daerah yang mengelilingi
landasan dimana tepi luar bagian Utara kawasan ini berjarak maksimum
1.671,909 meter dari ujung landasan 18, dan tepi bagian Selatan
berjarak maksimum 1.957,217 meter dari ujung landasan 36, dimana
tepi dalamnya merupakan batas-batas kawasan kebisingan tingkat 3.
c. Kawasan Kebisingan Tingkat 3
- Kawasan Kebisingan Tingkat 3 adalah kawasan yang mempunyai nilai
tingkat kebisingan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise
Level :(&31/•
- Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 3 dapat
dimanfaatkan untuk membangun bangunan atau fasilitas bandar udara
yang dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan
prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam
bangunan sesuai dengan batas-batas kebisingan yang diizinkan serta
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
-
35
- Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan Kebisingan
Tingkat 3 terletak pada ujung landasan 18 dengan koordinat geografis :
00° 27´ 05,ͺʹͲᦢ ܮ ܷ
101° ʹᦡ 39,ͳᦢ ܷܤ
Atau koordinat titik ujung landasan pacu 18 :
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = +
ܺ
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = + ܺ
Dan koordinat titik ujung landasan pacu 36 :
ݐݎ
ܺ ܺ 500.22 = +
ܺ
ݐݎ
ܺ ܺ 000.20 = + ܺ
Dimana sumbu X berhimpit dengan garis tengah landasan dengan arah
ƒ ފމ- ފމ WHUKDGDSDUD\XWDUDVHEHQDUQ\DVXPEX Y
melalui ujung landasan 18 dan tegak lurus pada sum X
- Kawasan Kebisingan Tingkat 3 merupakan daerah yang mengelilingi
landasan dimana tepi luar bagian Utara kawasan ini berjarak maksimum
595,272 meter dari ujung landasan 18, dan tepi bagian Selatan berjarak
maksimum 793,351 meter dari ujung landasan 36, serta garis tengahnya
berhimpit dengan garis tengah landasan.
Index Tingkat Kebisingan yang dapat diterima terus-menerus ekivalen
tertimbang (Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level,
WECPNL) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
ܥܧ ܷ ܰܲ ܮ = തܷ തܤതത(തതܣതത) + 10
log ܷ െ 27 തܷ തܤതത(തതܣതത) =
10 log ൬1൰ 10ଵ൨
ܷ ଵ
ܷ = ܷ
ଶ + 3 ܷ
ଷ + 10 (ܷ
ଵ + ܷ
ସ)
Dimana :
-
36
WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level
adalah satu diantara indeks tingkat kebisingan pesawat
udara yang ditetapkan dan direkomendasikan oleh
International Civil Aviation Organization (ICAO)
തܷ തܤതത(തതܣതത) = Nilai decible bobot A rata-rata dari setiap puncak kesibukan pesawat dalam satu hari
pengukuran
n = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara
selama periode 24 jam
Li = Bacaan dB(A) tertinggi dari nomor penerbangan pesawat
ke-i dalam satu hari pengukuran
N = Jumlah kedatngan dan keberangkatan pesawat udara yang
dihitung berdasarkan pemberian bobot yang berbeda untuk
waktu pagi, petang, dan malam
N1 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari
jam 00.00 – 07.00
N2 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari
jam 07.00 – 19.00
N3 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari
jam 19.00 – 22.00
N4 = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari
jam 22.00 – 00.00
4. Persyaratan Tataguna Lahan
Untuk menjamin terkendalinya Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di
sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru maka setiap
aktifitas penggunaan lahan, seperti mendirikan, mengubah atau
melestarikan bangunan, menanam, dan memelihara benda tumbuh di dalam
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan di dalam kawasan
kebisingan harus mengacu dan memenuhi batas-batas ketinggian, serta
memenuhi batas nilai tingkat kebisingan sebagaimana diuraikan di atas.
Khusus untuk mendirikan bangunan baru di dalam Kawasan Pendekatan
(ancangan) Pendaratan dan Lepas Landas harus memenuhi batas ketinggian
dengan tidak melebihi kemiringan 1,6% arah ke atas dan ke luar dimulai
dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masingmasing ambang
landas pacu 18 dan landas pacu 36 Existing dan Pengembangan.
-
37
Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan sampai jarak mendatar
1.100 meter dari ujung-ujung Permukaan Utama hanya digunakan untuk
bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan, dan
benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi
penerbangan. Batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh yang tidak
membahayakan tersebut harus mengacu dan sesuai dengan batas-batas
ketinggian kawasan sebagaimana diuraikan di atas.
Aktifitas penggunaan tanah, perairan, dan udara pada setiap kawasan
sebagaimana telah diuraikan di atas harus pula memenuhi ketentuan dan
persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi
penerbangan atau komunuikasi radio antar Bandar Udara dan pesawat
udara,
b. Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara
dengan lampu-lampu lain,
c. Tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang
mempergunakan Bandar Udara
d. Tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara
e. Tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengan cara lain
dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau
gerakan pesawat udara yang bermaksud mempergunakan Bandar Udara
Untuk bangunan-bangunan yang sudah ada baik bangunan berupa benda
bergerak yang sifatnya sementara atau benda-benda bersifat tetap, baik
yang didirikan oleh manusia atau ada secara alami, seperti gedunggedung,
menara, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi, bukit atau
gunung yang sekarang menjadi penghalang (obstacle) masih dapat
diperkenankan sejauh segala prosedur keselamatan operasi penerbangan
dapat terpenuhi. Bangunan dan fasilitas yang tidak diizinkan tetapi sudah
ada di Kawasan Kebisingan di sekitar Ba