namu hon-butsu buddha sakyamuni - · pdf filedengan agama buddha, karena pada bulan ini...

28
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA NO.08 MEI 2005 1 NAMU HON-BUTSU "BUDDHA SAKYAMUNI" Oleh: Sidin Ekaputra, SE “Sejak Aku mencapai KeBuddhaan, Kalpa-kalpa yang telah Aku lalui, Adalah beribu-ribu koti Asamkhyeya tahun yang tak terbatas” ulan mei selalu identik dengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita kenal sebagai Tri Suci Waisak. Tiga Peristiwa penting itu adalah, Hari Kelahiran Pangeran Sidharta Gautama, Hari Pencapaian Penerangan Agung dan Hari Parinirvana Sang Buddha. Peringatan ini dilakukan secara berbeda-beda antara aliran Mahayana dan Hinayana, terutama dinegara seperti Jepang, Korea, China dan lain-lain. Nichiren Shu sendiri sebagai bagian dari Mahayana Buddhisme, memperingati KeTiga Peristiwa itu dalam hari-hari yang berbeda. Hari Kelahiran Buddha Sakyamuni diperingati pada tanggal 8 April sebagai Hari Hanamatsuri , Hari Pencapaian Penerangan dan Hari Parinirvana tanggal 15 Pebruari. Pemahaman terhadap keberadaan dari Buddha Sakyamuni dalam ajaran Nichiren Shonin berbeda dengan sekte-sekte lainnya. Nichiren Shu, mengakui bahwa Buddha Sakyamuni adalah Perwujudan dari Buddha Pokok Asal Muasal yang kekal abadi. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan kalimat, Saddharma Pundarika Sutra Bab.XVI “Panjang Usia Sang B

Upload: dinhdang

Post on 04-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA

NO.08MEI 2005

1

NAMU HON-BUTSU"BUDDHA SAKYAMUNI"

Oleh: Sidin Ekaputra, SE

“Sejak Aku mencapai KeBuddhaan, Kalpa-kalpa yang telah Aku lalui, Adalah beribu-ribu koti Asamkhyeya tahun yang tak

terbatas”

ulan mei selalu identik dengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha

memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita kenal sebagai Tri Suci Waisak. Tiga Peristiwa penting itu adalah, Hari Kelahiran Pangeran Sidharta Gautama, Hari Pencapaian Penerangan Agung dan Hari Parinirvana Sang Buddha. Peringatan ini dilakukan secara berbeda-beda antara aliran Mahayana dan Hinayana, terutama dinegara seperti Jepang, Korea, China dan lain-lain. Nichiren Shu sendiri sebagai bagian dari Mahayana Buddhisme, memperingati KeTiga Peristiwa itu dalam hari-hari yang berbeda. Hari Kelahiran Buddha Sakyamuni diperingati pada tanggal 8 April sebagai Hari

Hanamatsuri, Hari Pencapaian Penerangan dan Hari Parinirvana tanggal 15 Pebruari. Pemahaman

terhadap keberadaan dari Buddha Sakyamuni dalam ajaran Nichiren Shonin berbeda dengan sekte-sekte lainnya. Nichiren Shu, mengakui bahwa Buddha Sakyamuni adalah Perwujudan dari Buddha Pokok Asal Muasal yang kekal abadi. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan kalimat, Saddharma Pundarika Sutra Bab.XVI “Panjang Usia Sang

B

Page 2: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

2

Tathagata.” Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa Ia telah mencapai KeBuddhaan sejak Asamkhyeya kalpa koti yang tak terbatas, bukan ketika Ia terlahir sebagai Pangeran Siddharta Gautama. Buddha Sakyamuni yang terlahir dalam sejarah 2.500 tahun lalu hanya salah satu dari sekian banyak perwujudan dari Buddha Pokok (Hon-Butsu).

uddha Sakyamuni juga menjelaskan bahwa Ia menyatakan dirinya memasuki Nirvana hanyalah

sebagai sebuah kebijaksanaan saja, sesungguhnya beliau tidak pernah moksha dan selalu ada di dunia saha ini. Seluruh dunia-dunia

dari para dewa, manusia dan asura membayangkan d e m i k i a n , “Sekarang Sang S a k y a m u n i Buddha telah b e n a r - b e n a r keluar dari istana keluarga Sakya dan telah duduk diatas tempat asuhan penerangan yang terletak tidak jauh dari kota Gaya, serta telah pula mencapai Penerangan Agung itu.” Akan tetapi, wahai putera-puteraKu yang baik, sejak Aku benar-benar menjadi Buddha, sang waktu telah berlalu ratusan ribu koti nayuta kalpa yang tak terhingga dan tak terbatas.” Sang Buddha adalah selalu hidup dan mengajarkan Dharma kepada kita. Secara pisik Buddha yang dikenal lahir di India (sekarang Nepal) telah moksha, jadi kita tidak dapat melihatNya atau mendengarkan dariNya; bagaimanapun, Buddha Sejati hidup dalam Dharma. Manusia, binatang, tanaman, angin, udara, dan segala sesuatu di alam semesta adalah perwujudan dari Dharma.

emudian berapa lama waktu yang ada ketika Sang Buddha mencapai KeBuddhaan pada masa

lampau yang tak terhingga. Sang Buddha menyatakan, “Bayangkanlah seandainya terdapat 500 ribu koti nayuta asamkhyeya jutaan dunia, dan kemudian terdapat juga seseorang yang menghancurkannya menjadi butiran-butiran atom. Dengan melintasi 500 ribu koti nayuta asamkhyeya negeri menuju kearah timur, Ia menjatuhkan satu butir dari atom-atom itu dan seandainya, Ia melanjutkannya kearah timur lagi sampai atom-atom itu habis…” Dan

“…Seandainya kalian mengumpulkan atom-atom dari semua dunia itu, baik yang sudah ditebarkan maupun yang belum, kemudian menghitung setiap butiran atom itu sebagal satu kalpa, maka waktu sejak Aku menjadi Buddha masih juga melampaui semuanya ini dengan ratusan ribu koti nayuta asamkhyeya kalpa…” Saddharma Pundarika Sutra juga mengajarkan tentang KeAbadian Jiwa, bahwa jiwa itu tidak pernah mati. Sang Buddha Sakyamuni Abadi mempunyai hubungan yang erat dengan kita, umat manusia yang hidup di dunia saha. Jadi sudah sewajarnya kalau kita harus memujanya sebagai satu-satunya orang tua kita.

uddha Abadi juga menjelaskan bahwa selama masa yang tak terbatas, telah mewujudkan diri dalam berbagai nama

dan wujud untuk membimbing dan mengajarkan dharma kepada mahluk hidup. Perwujudan diri Beliau mencakupi Sepuluh Penjuru Dunia. Sebagai contoh, Ia menamakan dirinya sendiri sebagai Buddha Kemilau Cahaya, Buddha Amitabha, Buddha Dainichi, Bodhisattva Saddhaparibhuta, dan masih banyak nama lainnya. Sutra-sutra lain kecuali Saddharma Pundarika Sutra hanya menerima Buddha dalam sejarah: Buddha Sakyamuni, yang telah meninggalkan Istana Kapila dari suku Sakya, duduk dibawah Pohon Bodhi, dan mencapai

K

B

B

Page 3: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

3

KeBuddhaan, dan meninggal pada usia 80 tahun. Buddha dalam sejarah adalah sementara dan terukur. Buddha ini disebut “Shaku-butsu.” Pada sisi lain, “Hon-butsu” adalah sejati dan Buddha Abadi yang telah mencapai KeBuddhaan sejak ratusan ribu miliar nayuta kalpa yang lalu.

haku-butsu adalah perwujudan dari Hon-butsu. Hon-butsu adalah Buddha yang tidak ada

permulaan dan akhir, sama seperti sebuah lingkaran. Jika terdapat permulaan, berarti terdapat akhir, sama seperti sebuah garis. Oleh karena itu, Siddhartha Gautama yang lahir di Istana Kapila adalah seorang Buddha pada waktu Ia dilahirkan, tetapi karena keinginan untuk memperlihatkan kepada kita bahwa kita bisa mencapai KeBuddhaan seperti Beliau, Ia meninggalkan istananya dan menjalankan berbagai macam pertapaan dan meditasi; sebagai hasilnya, Ia mencapai KeBuddhaan. Disini, kita bisa melihat terdapat tiga tipe yang berbeda dari Buddha: Buddha Sejati, Perwujudan dari Buddha (Emanasi), dan Buddha Penghormatan. Meskipun demikian dari semua para Buddha, hanya Buddha Sakyamuni yang mempunyai ketiga tipe Buddha ini dalam diriNya. Buddha Abadi tidak berwujud, tidak berbentuk, tidak terbatas ruang dan waktu dan tidak terukur serta tidak terbatas. Namun dalam Nichiren Shu mengambil bentuk Buddha Sakyamuni sebagai pelambang dari Buddha Abadi (Hon-butsu), karena hanya Buddha Sakyamuni yang pernah lahir dan tinggal di dunia saha ini.

endiri kita, Nichiren Shonin juga menjelaskan dalam salah satu surat yang ditujukan kepada murid-muridnya

“Hakii Saburo Dono Go-Henji”

bahwa, “Selama lebih dari 2.000 tahun sejak kemoksaan Sang Buddha, Buddhisme tersebarluaskan di India, China dan Jepang, terdapat banyak kuil di negara-negara tersebut. Tetapi tidak terdapat satu kuilpun yang pernah menempatkan Buddha

Sakyamuni yang telah mencapai Penerangan Agung sejak masa lampau yang abadi (Hon Butsu) sebagai altar pemujaan sebagaimana yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra.” Nichiren Shonin mengajarkan kepada kita bahwa Honzon yang harus dipuja pada masa akhir dharma adalah Buddha Sakyamuni Abadi yang didasarkan pada Bab XVI Saddharma Pundarika Sutra bagian ajaran Hon-mon

dan menempatkan Tujuh Aksara Odaimoku “Na Mu Myo Ho Ren Ge Kyo” sebagai pelaksanaan sehari-hari dalam upaya untuk mencapai Jalan Penerangan Agung.

ri Ratna Nichiren Shu, dengan jelas membabarkan hal tersebut. Buddha adalah Buddha Pokok Sakyamuni

(Hon Butsu), Dharma Agung adalah Saddharma Pundarika Sutra (Namu Myoho Renge Kyo), serta Sangha adalah Guru kita, Nichiren Shonin serta seluruh para Bhiksu/bhiksuni. Pemahaman ini haruslah jelas dan tepat karena ini adalah inti dari ajaran Nichiren Shonin. Altar Nichiren Shu selalu mencerminkan Tri Ratna tersebut. Sebagai murid Nichiren Shonin, kita juga tidak boleh melupakan Tujuan Agung dari guru kita, yaitu mewujudkan perdamaian dunia melalui penyebarluaskan Dharma Agung “Namu Myoho Renge Kyo”. Merubah setiap individu ke arah yang baik adalah satu-satunya cara untuk menciptakan rasa damai dan tentram dalam jiwa setiap umat manusia. Melalui penyebutan Odaimoku, maka akan memunculkan kualitas KeBuddhaan dalam diri setiap manusia, yang pada akhirnya akan merubah pola pikir, tingkah laku, hati dan jiwa dari diri mereka masing-masing. Tentu saja melalui perombakan setiap individu ini, maka akan terwujud sebuah masyarakat, negara, bangsa dan dunia yang lebih baik. Semoga Dharma Agung ini tersebarluaskan tiada henti-hentinya pada Masa Akhir Dharma, Semoga Buddha Abadi (Hon-Butsu) selalu membimbing dan mengajarkan kita, Semoga semua mahluk hidup mendapatkan kurnia kebajikan yang tak terbatas dari Saddharma Pundarika Sutra, Semoga semua mahluk berbahagia. Gassho, Namu Myoho Renge Kyo.SELESAI.

S

P

T

Page 4: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

Bimbingan Oleh:YM.Bhiksuni Myosho Obata(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)

4

ita baru saja melaksanakan Upacara CHENG MING hari ini. Kita bersama-sama berdoa untuk pencapaian

Penerangan Agung dari para jiwa leluhur kita, saudara-saudara kita dan untuk diri kita sendiri. Di Jepang, terdapat juga upacara yang sama seperti CHENG-MING. Kita menyebut upacara Higan-E, sebuah acara sembahyang yang unik. Hari ini, saya ingin berbagi tentang makna dari Higan-E kepada kalian semua. Higan dalam bahasa Jepang berarti "Pantai Seberang." Terdapat sebuah sungai antara “Pantai Disini” dan “Pantai Seberang”. “Pantai Disini” berarti dunia saha ini, dimana kita hidup sekarang. Dunia ini dipenuhi dengan banyak hawa nafsu, penderitaan dan ketidakpuasan. “Pantai Seberang” adalah Tanah Buddha Abadi. Jadi, kita harus menyeberangi sungai tersebut dengan ajaran dari Sang Buddha dan Nichiren Daishonin. Bagaimana kita dapat menyeberangi sungai itu? Kita dapat berenang. Namun, jika kita menyeberangi sungai sendiri-sendiri, maka hanya mereka yang mempunyai tenaga yang kuat dapat melakukannya dan sampai ke Pantai Seberang. Ini sungguh tidak adil. Buddha Abadi dan Nichiren Daishonin mengharapkan kita semua agar dapat menyeberangi sungai tersebut. Kita membutuhkan sebuah kapal untuk dapat bersama-sama menyeberangi sungai. Nichiren

UPACARA CHENG-MING (Berprilaku Seperti Sang Buddha)

Buddhisme adalah Mahayana Buddhisme. Maha berarti Besar / Agung, Yana berarti Kendaraan. Jadi, apa itu Kendaraan Besar untuk menyeberangi sungai ? Itu adalah Odaimoku, “Namu Myoho Renge Kyo”. Kita dapat bersama-sama menyeberangi sungai tersebut dengan Kapal bernama “Namu Myoho Renge Kyo” Terdapat dua kali periode Higan dalam setahun. Pertama, adalah Higan Musim Semi dan Higan Musim Gugur. Waktu Higan adalah satu minggu. Selama 2 minggu Higan dalam setahun itu, kita harus berusaha keras untuk belajar dan melaksanakan ajaran dari Sang Buddha dan Nichiren Daishonin dan memperkuat Bibit Buddha kita lebih dari biasanya. Saya ingin membagi sebuah cerita pendek tentang untuk mencapai KeBuddhaan. Dalam Buddhisme dikatakan bahwa kita mempunyai Bibit Buddha dalam pikiran dan kita dapat mencapai KeBuddhaan dengan mengikuti ajaran dari Sang Buddha. kemudian, apa yang harus kita lakukan untuk mencapai KeBuddhaan ? Saya akan memberitahukan apa

yang harus kalian lakukan untuk itu. Kita harus berprilaku seperti Sang Buddha. Hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Beliau. Kemudian kita secara alami akan mencapai KeBuddhaan. Pada suatu masa yang lalu di India, terdapat seorang laki-laki yang berusaha meniru prilaku Sang Buddha. Laki-laki itu adalah seorang perampok besar, namun namanya tidak begitu terkenal. Tidak seorangpun tahu namanya, karena ia seorang perampok. Seorang perampok tidak boleh diketahui namanya oleh orang lain, dan karena itu ia tidak pernah membuat kekilapan, namanya tidak ada yang tahu. Pada suatu waktu, terdapat sebuah Kuil Buddhis yang didalamnya terdapat sebuah patung emas murni dari Sang Buddha. Laki-laki itu ingin mencuri patung itu dan ia pun membuat sebuah rencana. Pada suatu hari, Ia berkunjung ke Kepala Bhiksu Kuil dan berkata, “Yang Mulia, istri dan anakku baru saja meninggal. Saya tidak mempunyai semangat lagi untuk melanjutkan hidup ini. Jadi, saya memutuskan untuk mempersembahkan hidup

K

Page 5: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

5

kepada Buddha. Harap menerima diriku sebagai muridmu.” Mendengarkan perkataan laki-laki tersebut dan Bhiksu tersebut berkata.”Hai, laki-laki yang malang. Baiklah, aku akan menerimamu sebagai muridku.” Setelah laki-laki itu menjadi seorang bhiksu, dia belajar dan melaksanakan ajaran Buddha dengan bersemangat sebab ia ingin memperoleh kepercayaan dari seluruh bhiksu di kuil ini. Ia berpikir bahwa ia dapat mencuri patung tersebut setelah semua orang

percaya kepadanya. Jadi, ia dengan seksama mendengarkan pembabaran dharma dari kepala bhiksu dan mengingat sutra dan melakukan meditasi setiap hari. Setelah beberapa tahun berlalu, laki-laki itu mulai bimbang kapan waktu yang tepat untuk mencuri patung tersebut. Kemudian ia berpikir,”tidak, tidak sekarang, lebih baik aku menunggu beberapa tahun lagi.” Kemudian 20 tahun telah berlalu. Ia pun berhasil menjadi kepala bhiksu dari kuil tersebut. Orang-orang berkata,” saya mendengar bahwa terdapat seorang bhiksu agung di kuil ini. Jika kamu mendengarkan ceramah dia, maka masalahmu seketika akan hilang.” Jadi, laki-laki itu tidak jadi mencuri patung itu karena patung itu sekarang adalah milik dia sepenuhnya. Kenyataannya, bahwa laki-laki itu sudah melupakan sepenuhnya bahwa ia menjadi seorang bhiksu karena ingin mencuri patung emas tersebut. Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai KeBuddhaan adalah melakukan apa yang dilakukan oleh Sang Buddha. Bahkan seorang perampok itu telah menemukan Bibit Buddhanya ketika

ia berusaha berprilaku seperti Sang Buddha. mungkin sebagai manusia biasa kita tidak dapat mencapai KeBuddhaan sepenuhnya, tetapi kita dapat menjadi lebih dekat dengan KeBuddhaan. Terdapat Enam Pelaksanaan yang harus kita laksanakan untuk menjadi dekat dengan KeBuddhaan, yakni Berdana, Menjaga Ajaran, Tabah, Berusaha, Kosentrasi, dan Kebijaksanaan. Dengan mengikuti pelaksanaan ini, kita dapat dengan segera pindah dari pantai ilusi ke pantai penerangan.

Sebuah contoh sederhana, Berdana berarti mempunyai hati untuk memberi kepada orang lain dan rasa peduli, Menjaga Ajaran berarti mengikuti aturan-aturan yang ada, Tabah berarti tidak mudah marah, Berusaha berarti hidup secara positif, Kosentrasi berarti pikiran selalu tenang, dan KeBijaksanaan berarti berpikir sebelum melakukan sesuatu. Enam Pelaksanaan ini adalah ajaran yang penting bagi para Buddhis Mahayana untuk menjadi lebih dekat dengan KeBuddhaan. Melakukan Enam Pelaksanaan itu berarti melakukan hal yang sama seperti Sang Buddha. Kita menyebut Odaimoku, NAMU MYOHO RENGE KYO untuk mengendalikan pikiran kita agar selalu melihat kebenaran dan menjaga prilaku Buddha sebagaimana apa yang dilakukan oleh Sang Buddha. SELESAI

DOA PERDAMAIANOIeh: Yovin Dainty Nasib

Wahai Seluruh Umat Nichiren Shu Indonesia

Marilah Kita Berdoa Semogadunia ini menjadi aman,

makmur, adil dan tentram

Anak-anak Terpisah dariorangtuanya

Kekejaman dari peperanganmenjadi santapan sehari-hariAnak-anak kehilangan kasihsayang dan menjadi trauma

karena peperanganRibuan nyawa melayang sia-sia

Hanya demi kepentingansekelompok orang

Mari hentikan permusuhandiantara kita, satukan hati

dalam satu tujuanMari saling menyayangi dan

mengasihi sesama umat manusiaMari kita wujudkan perdamaian

Karena perdamaian adalah wujud Tanah Buddha

Page 6: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

6

Seri Pelajaran Mahayana

EMPAT KEBENARAN MULIA(BAGIAN KE-EMPAT)

Redaksi:Seri Pelajaran Mahayana ini kelanjutan dari edisi bulan lalu.-----------------------------------------------------

Kebahagiaan

uddha Sakyamuni mengajarkan, bahwa pelenyapan penderitaan merupakan kebahagiaan

sempurna. Setiap langkah yang menuju kepada pelenyapan penderitaan selalu disertai dengan peningkatan kebahagiaan. Mereka yang mengikuti Ajaran Buddha Sakyamuni akan hidup bahagia tanpa keserakahan di antara mereka yang masih dikuasai oleh nafsu keserakahan. Mereka akan merasakan hidup bahagia tanpa kebencian di antara mereka yang masih diperbudak oleh kebencian. Makin banyak keserakahan yang dapat dijauhkan, makin besarlah kebahagiaan yang akan diperoleh. Apabila kita telah dapat menghilangkan keseluruhan sifat serakah dan kebencian, maka akan diperoleh kebahagiaan sempurna sebagaimana yang dialami oleh Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni berkata: “Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci; di antara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa membenci. Sungguh bahagia, jika kita hidup tanpa keserakahan di antara orang-orang yang serakah; di antara orang-orang yang serakah kita hidup tanpa keserakahan.” (Dhammapada, 197, 199)

Pencerahan

engan menempatkan ajaran Buddha Sakyamuni dalam kehidupan sehari-hari, maka akan diperoleh juga Pencerahan Sempurna.

Pencerahan merupakan suatu hal yang tidak dapat dikuantifikasikan, dimana kebijaksanaan dan kasih sayang adalah yang paling utama. Dengan kebijaksanaan dan kasih sayang, Beliau mampu menolong seluruh makhluk mengatasi penderitaan. Bagaimanakah keadaan seseorang yang telah memperolah Pencerahan ? Bagi mata orang biasa, manusia yang telah mencapai Pencerahan tampak sangat aneh. Dalam catatan Buddhisme Zen [Ch’an] , para Maha Bhiksu Zen yang telah mencapai Pencerahan memiliki cara-cara yang berbeda untuk mengekspresikannya. Beberapa di antaranya tertawa terbahak-bahak, atau berdiam diri tanpa mengeluarkan

sepatah katapun, hingga ada yang memukul guru mereka, di mana guru mereka dapat menyetujui tindakan tersebut. Jenis kelakuan seperti ini benar-benar tidak dapat diterima oleh orang biasa. Akan tetapi, bagi manusia yang telah memperoleh Pencerahan, ekspresi seperti ini adalah Zen [Ch’an]. Pada saat kita menyadari Kebenaran Sejati, maka pada saat itulah kita telah memperoleh Pencerahan. Sering terdapat orang yang berusaha mencari kebahagian dari hal-hal diluar dirinya, padahal Pencerahan itu sendiri ada dalam diri masing-masing. Bentuk luar hanyalah merupakan penampakan maya yang menghalangi pandangan sejati kita.

Meniru Sang Guru

da suatu cerita dimana terdapat seorang bhiksu muda yang berguru kepada seorang Maha Bhiksu Zen

yang terkenal telah memperoleh Pencerahan, sehingga dinamakan Yang Tercerahkan. Namun sesudah mengikuti sekian tahun segala tingkah laku gurunya tersebut, mulai dari bangun siang, makan berisik, jalan seenaknya, sampai hal-hal lainnya termasuk cara berteriak dan bicara, tetap saja bhiksu muda ini merasa belum mencapai pencerahan. Akhirnya timbul keraguan dalam dirinya bahwa kemungkinan besar gurunya ini belum mencapai pencerahan sebagaimana julukan yang diberikan kepadanya. Pagi-pagi berikutnya, si bhiksu muda menemui gurunya dan telah memutuskan untuk pergi

B

D A

Page 7: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

7

dengan berkata, “Guru, saya telah mengikuti guru sekian lama dan telah meniru segala perbuatan guru seperti bangun siang, makan berisik, jalan dan teriak seenaknya sampai kadang-kadang tiga hari tidak mandi juga sebagaimana kebiasan guru, namun saya tetap merasakan belum memperoleh pencerahan. Dan saya sendiri ragu kalau guru telah mencapai pencerahan. Untuk itu saya memutuskan meninggalkan guru!” Mendengar itu sang Maha Bhiksu ketawa, “Ha....ha....ha...., muridku yang malang. Siapa suruh engkau mencari pencerahan di luar dari dirimu sendiri. Masih untung saya tidak bertingkah laku seperti seorang suci yang telah mencapai pencerahan, karena kemungkinan Anda akan nantinya membenci semua orang suci yang engkau temui.” Begitulah akhirnya bhiksu muda itupun menyadari akan suatu Kebenaran Sejati dan langsung tercerahkan, kemudian dia membatalkan keputusan untuk meninggalkan gurunya.

Kebenaran Nirvana

elenyapan penderitaan telah diuraikan sebagai kebahagiaan sempurna dan Pencerahan.

Bagaimanapun, kondisi ini tidaklah seluruhnya mencerminkan kesunyataan dari pelenyapan penderitaan atau Nirvana. Nirvana tidak dapat begitu saja diuraikan dengan kata-kata. Usaha untuk menguraikan Nirvana hanyalah seperti mengatakan durian itu enak dan tidak seperti ketimun atau kentang. Seseorang haruslah memakan durian untuk mengetahui rasanya. Demikian juga kebenaran Nirvana haruslah dialami sendiri. Kebenaran Nirvana bukanlah dihasilkan [uppadetabba] tetapi haruslah dicapai sendiri [pattabba].

Proses pencapaian Nirvana tersebut dapat diperoleh dalam kehidupan kali ini juga, sehingga kita janganlah karena berpedoman adanya konsep tumimbal-lahir lalu menunda pencapaian Nirvana tersebut pada kelahiran yang akan datang. Apabila setiap orang memiliki keyakinan akan Ajaran Sang Buddha dan mengamalkannya, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan yang damai dan mengalami Pencerahan. Disebutkan dalam sutra, “ Jika seseorang ingin mengetahui tentang keadaan pikiran Buddha, dia harus mengembangkan pikirannya seperti ruang kosong.”

Cendekiawan Meminum Teh

ada jaman dulu di Tiongkok terdapat seorang cendekiawan yang sangat menguasai segala filsafat

kehidupan serta memiliki kedudukan yang tinggi di pemerintahan. Tetapi karena adanya suatu kesalahan dalam keputusannya yang disebabkan oleh sifat kesombongannya, maka raja mengutuskannya untuk bertemu dengan seorang Maha Bhiksu Zen. Setelah bertemu dengan Maha bhiksu tersebut yang duduk tanpa memperdulikannya, demikian juga cendekiawan tersebut yang karena kesombongannya tidak mau memberikan hormat kepada Maha Bhiksu tersebut. Maka mereka berdua saling duduk tanpa terucap sepatah katapun, malah saling membuang muka persis seperti orang pacaran yang baru bertengkar hebat. Setelah sekian lama, Maha bhiksu mulai menuangkan teh ke cawan cendekiawan tersebut. Teh terus dituangkan sampai seluruh cawan itu telah penuh dan air teh meluber keluar. Melihat ini cendekiawan tersebut berteriak, “Kenapa Anda masih menuangkan teh ini terus padahal telah penuh?”

Sang Maha Bhiksu memberikan suatu jawaban yang ringkas, “Sama seperti pikiran Anda yang telah penuh, sangatlah sulit untuk dapat diisi lagi!” Cendekiawan yang memang pintar ini langsung mengerti dan bersujud memanggil guru kepada Maha Bhiksu tersebut.

4. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Pelenyapan Penderitaan

ebenaran Mulia keempat ini merupakan suatu jalan yang ditemukan oleh Sang Buddha dalam

mengakhiri penderitaan sehingga mencapai Pembebasan yaitu terlepas dari siklus kelahiran dan kematian. Jalan ini merupakan suatu cara yang menghindari penyiksaan diri yang melemahkan kecerdasan dan juga pemuasan nafsu keinginan rendah yang menghambat kemajuan spiritual seseorang.

Jalan Tengah

angeran Siddharta mengalami hidup bergelimang dalam kesenangan di kerajaan

ayahndaNya. Setelah dia menolak kehidupan duniawi dan hidup sebagai seorang pertapa di hutan, Beliau menjalankan latihan pertapaan menyiksa pikiran dan badan. Hingga akhirnya pada saat sebelum Beliau memperoleh Pencerahan, disadari bahwa cara pertapaan menyiksa diri tersebut adalah sia-sia belaka. Beliau menyadari, bahwa jalan menuju kebahagiaan dan Pencerahan hanyalah dengan menghindari latihan penyiksaan diri tersebut yang kemudian diuraikan sebagai Jalan Tengah. Tiga bentuk kehidupan yang

Bersambung ke Hal.12

P

P

K

P

Page 8: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

8

Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 2Edited by George Tanabe.Jr, Compiled by Kyotsu HoriTerbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - JapanDiterjemahkan oleh Sidin Ekaputra,SE

Latar Belakang

ebuah surat ditulis pada tahun Kenji ke-4 (1278) oleh Nichiren Shonin dari Gunung Minobu, yang dialamatkan

kepada Tuan Misawa, Propinsi Suruga (Sekarang Shizuoka). Ini merupakan surat balasan atas sebuah surat yang dikirimkan oleh Tuan Misawa yang berisi beberapa pertanyaan tentang ajaran, yang dikirim bersamaan dengan berbagai macam persembahan. Kita hanya mengetahui sedikit tentang Tuan Misawa, karena beliau adalah penganut yang kurang begitu aktif, sebagaimana Shijo Kingo yang terkenal sebagai seorang pengikut yang bersemangat. Nichiren memulai dengan diskusi pembelajaran yang sangat sulit dan penganiayaan yang diterima oleh Sang Buddha dan para muridnya semasa Beliau masih hidup dan setelah kemoksaanNya. Nichiren menjelaskan tentang penganiayaan yang diterimaNya; dan menjelaskan

MISAWA SHO(SURAT KEPADA TUAN MISAWA)

WNS, HAL.238

bagaimana ia dan hanya dia yang bertemu dengan berbagai macam penganiayaan sebagaimana yang telah digambarkan dalam “Guru Dharma” Bab.X Saddharma Pundarika Sutra. SElanjutnya, Ia menegaskan bahwa Ia adalah seorang pelaksana utama dari Saddharma Pundarika pada Masa Akhir Dharma, dan sebagaimana yang diketahui akibat kegagalanNya menyakinkan pemerintah, dan juga menjelaskan bahwa Ia memasuki Gunung Minobu tanpa ada keraguan sedikitpun. Nichiren menjelaskan tentang pelaksanaanNya, perbedaan yang ada setelah kejadian sebelum Ia dibuang ke Pulau Sado dan setelah Ia menjalani hukuman pembuangan di Pulau Sado ---secara jelas dijabarkan tentang pikiran dan pelaksanaan. Nichiren kemudian mengajarkan tentang hati kepercayaan, mengacu pada kenyataan bahwa Ia menolak untuk bertemu dengan Bhiksuni Utsubusa, karena ia sebelum tiba di Gunung Minobu, sebagai tujuan utamanya – telah berjiarah ke tempat suci Shinto setempat. Terakhir,

Nichiren menekankan bahwa Shingon Shu adalah jalan iblis yang dapat menyebabkan kehancuran negara. Surat ini mencerminkan suatu hal yang sangat penting, yang diungkapkan oleh Nichiren Shonin sendiri, yang mana banyak para sarjana menyakini bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam ajaran Nichiren dan intensitas ajaran sebelum dan sesudah pengasingan Pulau Sado.

ISI GOSHO

ku sangat berterima kasih atas berbagai macam persembahan yang kamu kirimkan kepada kami

disini, Gunung Minobu, yang terdiri dari; seratus koji (sejenis buah jeruk, berwarna kuning, dan berbentuk datar serta kecil), ganggang laut, nori (ganggang laut yang telah diolah), ogo (ganggang laut merah), dan sebuah kimono tidur dari Bhiksuni Utsubusa. Aku dengan seksama membaca suratmu. Sang Buddha dalam Sutra Nirvana mengatakan,”Walaupun orang yang mempelajari ajaran Buddha berjumlah bagaikan debu dari bumi besar; meskipun demikian orang yang dapat mencapai KeBuddhaan hanya sedikit bagaikan partikel

S

A

Page 9: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

9

debu yang berada diatas kuku.” Setelah merenungkan tentang betapa sulitnya mencapai KeBuddhaan, maka ini dapat dilihat dari berbagai rintangan yang telah diterima. Hal ini dimungkinkan karena seseorang yang tidak mempelajari ajaran Buddha secara benar, apalagi seseorang yang mempelajari Buddhisme dengan kebodohannya.; atau meskipun seseorang itu sangat pintar, adalah hal yang mungkin menjadi ragu-ragu dan tidak mendapatkan ajaran Buddhisme yang benar sebagai hasilnya karena dibimbing oleh guru yang tidak tepat. Sekalipun seseorang telah mendapatkan seorang guru dan ajaran yang sesungguhnya untuk melepaskan dirinya dari segala belenggu, dan untuk mencapai tingkat KeBuddhaan, ia akan dihadapi oleh Tujuh Rintangan Besar yang terdiri dari Tiga Rintangan dan Empat Iblis (rintangan yang datang didalam pelaksanaan Buddhisme), hal ini sama seperti bayangan yang mengikuti tubuhnya, dan awan yang hadir ketika hujan. Meskipun seseorang dengan tekun dan giat berhasil membebaskan dirinya dari enam rintangan dari tujuh rintangan tersebut tersebut, orang itu belum dapat mencapai KeBuddhaan, sebelum mengatasi rintangan yang ketujuh. Aku tidak akan membahas mengenai Enam Rintangan itu disini. Rintangan Besar Ke-tujuh disebut Raja Iblis Surga Ke-Enam. Ketika kita sebagai manusia biasa pada Masa Akhir Dharma ini, telah berhasil mempelajari dan mengerti seluruh ajaran seumur hidup dari Sang Buddha, mengerti secara mendalam makna dari Maka Shikan dari Maha Guru T’ien-t’ai dan mendekati jalan KeBuddhaan, meskipun hal ini begitu sulit namun kita telah berhasil memenuhinya. Ketika melihat seseorang akan berhasil mencapai KeBuddhaan, maka Raja Iblis

Surga ke-Enam akan berkata, “Jika seseorang yang berada di dunia ini, ia telah berhasil dengan susah payah untuk terlepas dari ilusi hidup mati dan menjadi Buddha, maka ia akan memimpin orang lain memasuki Buddhisme, mengendalikan dunia ini dan mengubah dunia yang kotor ini menjadi suci. Apa yang harus saya lakukan ?”. Ia kemudian mengumpulkan semua bawahannya yang berada dalam Triloka dari Tiga Nafsu Keinginan (Kamadhatu), Berbentuk (Rupadhatu) dan Tidak Berbentuk (Arupadhatu) dan memerintahkan mereka, “Masing-masing dari kalian, gunakanlah segala kemampuan untuk menggangu para pelaksana (yang berusaha keluar dari ilusi). Jika hal itu tidak berhasil, maka rasukilah jiwa para murid dan penganut, atau masyarakat dinegaranya, untuk mengacaukan dan memaksa dia keluar dari pelaksanaannya. Dan jika itu tidak berhasil juga, maka aku akan turun ke dunia ini, dan merasuki jiwa para pemimpin negara (raja), yang dapat menekan para pelaksana tersebut dan mengakhiri keinginan untuk mencapai KeBuddhaan.” Demikianlah hasil diskusi dari Raja Iblis Surga Ke-Enam dan bawahannya. Aku, Nichiren, telah memahami hal ini sejak semula, bahwa bukanlah hal yang mudah bagi manusia pada Masa Akhir Dharma untuk mencapai KeBuddhaan. Sebagaimana Penerangan Agung yang dicapai oleh Buddha Sakyamuni yang telah dijelaskan dalam banyak sutra; dan juga mengungkapkan bahwa Sang Buddha telah mendapat gangguan dari Iblis Surga Ke-Enam

dengan berbagai penyiksaan yang tak tertahankan. Perbuatan jahat dari Devadatta, yang telah melemparkan sebuah batu besar dari puncak gunung dan melukai jari kaki dari Sang Buddha; namun hal ini hanya menyebabkan luka ringan, dan Raja Ajatasatru yang telah melepaskan seekor gajah gila sebagai usaha untuk membunuh Sang Buddha, semua usaha ini adalah merupakan akal licik dari Raja Iblis Surga Ke-Enam. Sebagaimana yang diungkapkan dalam Bab “Guru Dharma”, Saddharma Pundarika Sutra dikatakan, “Semasa hidup Sang Buddha Sakyamuni saja sudah terdapat begitu banyak penganiayaan / rintangan apalagi setelah kemoksaan dari Sang Buddha.” Apapun rintangan yang telah dialami oleh Buddha Sakyamuni semasa hidupnya, sebagai seorang manusia biasa, Nichiren, meskipun hanya sehari atau sesaat tidak mungkin dapat mengatasinya, apalagi berbagai penderitaan besar selama lima puluh tahun atau lebih yang dihadapi oleh Sang Buddha. Dan lagi, pada Masa Akhir Dharma, penderitaan yang akan dialami itu menjadi seratus, seribu, sepuluh ribu dan sejuta kali lebih besar dari masa sebelumnya, hal inilah kenapa Aku sering mengkhawatirkan bagaimana kita dapat mengatasinya. Mereka yang disebut orang arif bijaksana dapat mengetahui tentang masa depan. Mengetahui ke tiga masa; masa lampau, masa sekarang dan masa mendatang, serta mampu mengetahui secara jelas keadaan masa depan, disebut

Page 10: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

10

sebagai seorang arif bijaksana yang sesungguhnya. Meskipun, Nichiren bukanlah seorang arif bijaksana, tetapi Aku telah mengetahui bahwa negara Jepang pada saat sekarang sedang menuju kehancuran (kecuali jika negara ini mau mengikuti ajaran yang sesungguhnya dari Saddharma Pundarika Sutra). Selanjutnya seperti yang dikatakan dalam sutra, “Segala permasalahan akan lebih meningkat setelah kemoksaan Sang Buddha.” Setelah mengetahui hal tersebut, dan melakukan kritikan terhadap segala kekeliruan, orang itu tentulah seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra pada Masa Akhir Dharma,

sebagaimana yang telah diramalkan oleh Sang Buddha. Jika mengetahui hal ini, namun tidak berani maju kedepan dan mengutarakannya, serta menghadapi penderitaan dari siklus hidup mati. Orang tersebut akan menjadi musuh dari Buddha Sakyamuni dan kepala negara Jepang. Setelah kematian, orang itu akan jatuh kedalam Neraka Avici (sebuah Neraka Penderitaan tidak terputus-putus bagaikan sebuah benteng besar yang mengurungnya, disinilah orang itu berada). Penderitaan tersebut bagi orang demikian, telah Aku pikirkan. Kita mungkin akan dirampas sandang pangan, dikecam oleh orang tua kita, saudara-saudara dan para guru, dan dipaksa oleh kepala negara dan masyarakat, tetapi marilah kita utarakan tanpa keraguan sedikit pun. Hari ini, jika terdapat sedikitpun rasa ragu dan takut, maka pasti tidak akan diutarakan sama sekali. Sejak masa lampau yang tak terhingga sampai hari, Aku pasti

mempunyai beberapa kesempatan untuk bertemu dengan Saddharma Pundarika Sutra dan telah memiliki hati kepercayaan didalamnya. Sebagai akibatnya, Aku mungkin saja mampu menghadapi satu atau dua penderitaan tetapi jika rintangan itu datang terus menerus tiada henti, mungkin Aku akan mundur dari hati kepercayaan. Saat sekarang, dengan mengabaikan segala penderitaan yang akan Aku hadapi, Aku menyatakan bahwa Aku tidak akan pernah mundur. Kemudian, seperti apa yang telah Aku jelaskan dan bahwa Aku telah mengalami berbagai macam penderitaan itu dari

waktu ke waktu sebagaimana yang telah diramalkan dalam sutra. Sekarang, perhatianKu satu-satunya adalah tidak akan kalah dari berbagai kesulitan besar yang ada, dan tidak akan membuang Saddharma Pundarika Sutra. Hal ini telah memperkuat hati kepercayaanKu. Melalui berbagai pengalaman hidupKu sampai sekarang, Aku secara pribadi menghabiskan seluruh waktu hidup untuk sutra ini. Aku yakin bahwa Aku dapat menghadapi rintangan yang berat ini, oleh karena itulah Aku datang dan hidup di Gunung Minobu ini. Walaupun satu persatu dari kalian semua kehilangan hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra, anda sekalian pada masa lalu telah menyelamatkan jiwa Nichiren. Bagaimana mungkin Aku akan berpikir bahwa kalian adalah orang asing? Sama seperti dulu, Aku, Nichiren, tidak peduli apa yang terjadi terhadap diriKu. Tidak peduli apapun yang terjadi, jika Aku bisa

mempertahankan hati kepercayaan dan mencapai KeBuddhaan, Aku berjanji tanpa kecuali akan membimbing kalian semua. Kalian semua tidaklah mengetahui Buddhisme secara mendalam seperti Nichiren, dan kalian adalah penganut biasa, mempunyai harta benda, suami istri dan anak-anak, dan orang-orang yang memperkerjakanmu, mungkin mempersulit kamu menjalani hati kepercayaan. Maka dalam hal ini, meskipun kalian tidak mempercayai Saddharma Pundarika Sutra, tetapi kalian telah datang kepada Nichiren, Aku tidak akan mengingkari segala keadaan. Aku tidak akan pernah melalaikan kalian semua. Selanjutnya, setelah semua ajaranKu yang telah disampaikan, Aku ingin kamu berpikir bahwa apa yang sudah aku ajarkan sebelum dibuang ke Pulau Sado adalah dapat disamakan dengan empat puluh atau lebih tahun pembabaran ajaran Buddha Sakyamuni sebelum Saddharma Pundarika Sutra. (Ini adalah sebuah kebenaran dan tujuan dari Sang Buddha yang secara tidak langsung dinyatakan dalam beberapa tahun). Jika penguasa negeri ini ingin memerintah rakyat dengan prinsip politis yang benar, maka akan ada suatu kesempatan bagi Aku untuk berdebat dengan para bhiksu dari sekte Shingon. Aku akan menguraikan secara terperinci ajaran yang terpenting untuk pertama kalinya. Sekalipun Aku telah membahas ajaran ini hanya kepada para muridKu saja, sebagian dari mereka akan tidak berani datang untuk berdebat. Karena itu maka, mengapa Aku tidak menjelaskannya kepadamu. Bagaimanapun, sejak malam ke dua belas bulan kesembilan, tahun Bun’ei ke-delapan (1271), ketika Aku akan dihukum pancung di Tatsunokuchi (daerah pinggiran Kamakura), Aku telah berpikir bahwa adalah sangat tidak bijaksana untuk

Page 11: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

11

menyembunyikan kebenaran ini dari kalian, yang sudah begitu setia kepadaKu. Ini adalah sebuah ajaran yang telah aku jelaskan secara rahasia ketika di Pulau Sado (dimana Aku telah dihukum buang) kepada para muridKu. Ini adalah sebuah ajaran yang telah diketahui oleh para guru sastra agung di India, China dan Jepang, yang telah mengikuti ajaran Buddha, seperti Kasyapa, Ananda, Nagarjuna, Vasubandhu, T’ien-t’ai, Miao-le, Dengyo dan Gishin, mengetahuinya dalam hati mereka tetapi tidak pernah membabarkannya. Alasannya karena peringatan dari Sang Buddha bahwa, “Ajaran yang penting ini jangan dibabarkan pada seribu tahun Masa Kebenaran Dharma dan seribu tahun Masa Persamaan Dharma sebelum memasuki Masa Akhir Dharma.” Meskipun Nichiren bukanlah seorang utusan langsung dari Sang Buddha; namun, sejak Aku lahir pada Masa Akhir Dharma ini dan telah menyadari tentang Dharma ini, Aku telah menyebarluaskannya dalam kapasitas sebagai perantara sampai munculnya Bodhisattva Visistakaritra, utusan dari Sang Buddha, terwujud secara nyata. Sejak Dharma ini tersebarluaskan, maka Dharma yang telah terlebih dahulu tersebar pada Masa Kebenaran Dharma dan Masa Persamaan Dharma akan menjadi redup, hal ini seperti bintang-bintang dilangit akan sirna dengan munculnya matahari atau sama seperti mengikuti yang unggul, meninggalkan yang dangkal. Semua ini ditulis dalam sutra, bahwa ketika memasuki Masa Akhir Dharma, hal-hal seperti kekuatan spiritual sutra-sutra dan para bhiksu, kuil-kuil yang dibangun pada Masa Kebenaran Dharma dan Masa Persamaan Dharma akan lenyap; dan hanya Dharma Agung ini yang akan tersebarluaskan diseluruh dunia (Jambudvipa). Anda semua hendaknya merasa suka cita

karena mempunyai jodoh untuk bertemu dengan Dharma Agung ini. Aku ingin menjelaskan mengenai Bhiksuni Utsubusa, selain telah lanjut usia, telah datang dari tempat yang jauh ke sini. Bagaimanapun, Aku tidak ingin bertemu dengannya, karena ia datang kesini untuk bertemu denganKu di Gunung Minobu, namun itu dilakukan setelah berkunjung ke tempat suci Shinto daerah setempat. Jika aku harus bertemu maka hal itu akan membuat karma buruknya semakin dalam. Seorang dewa Shinto adalah seorang pengikut, sedangkan Saddharma Pundarika Sutra adalah gurunya. Mengunjungi seorang guru setelah berkunjung ke pengikutnya adalah berlawanan dengan norma-norma masyarakat. Lebih lagi, seorang bhiksuni tanpa kecuali harus mendahulukan Sang Buddha. Karena terdapat beberapa kesalahan itu maka Aku tidak dapat menemuinya. Bhiksuni Utsubusa, bukanlah satu-satunya orang yang Aku tolak untuk bertemu. Ada banyak orang yang telah berkunjung ke sumber air panas Shimobe terlebih dahulu sebelum ke sini. Aku telah menolak orang-orang ini juga. Bhiksuni Utsubusa, secara pribadi adalah bagaikan orangtuaKu sendiri. Dan karena dia telah datang dari tempat yang jauh dan tidak dapat bertemu denganKu, sehingga merasa menyesal; meskipun demikian Aku bertindak seperti itu agar ia dapat memahami makna sesungguhnya Dharma ini. Disamping itu, Aku mendengarkan kabar bahwa kamu mengalami sakit setelah kita bertemu sekitar satu tahun

yang lalu dan Aku berpikir untuk mengirimkan seorang pesuruh untuk menanyakan tentang kesehatanmu. Itu mungkin hal yang terbaik dapat dilakukan; tetapi menurut para muridKu, mengirimkan seseorang akan membuat kamu merasa lebih buruk. Mendengarkan nasihat seperti itu, membuatKu mengurungkan niatKu itu. Sesungguhnya, Aku sangat mengharapkan kamu mengirimkan seorang pesuruh untuk memberitahukan tentang keadaan penyakitmu; tetapi karena tidak ada kabar sama sekali, hal ini seolah-olah Aku melalaikanmu. Padahal Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Lagipula, walau kefanaan adalah hal biasa dalam masyarakat, namun sejak tahun lalu dan tahun ini keadaan masyarakat semakin memburuk, maka sungguh tidak terpikirkan bahwa kita dapat bertemu kembali. Dalam keadaaan demikian rindu, lalu menerima suratmu, kiranya tidak ada yang lebih mengembirakan hati daripada hal ini. Tolong sampai kepada Bhiksuni Utsubusa mengenai Dharma ini. Aku sebenarnya ingin menjelaskan ajaran ini secara terperinci, Aku membatasi diriKu, sehingga tidak menjadi terlalu panjang. Walaupun Aku menyebutkan sesuatu tentang Sekte Zen, Sekte Tanah Suci, dan Sekte Ritsu, terutama Sekte Shingon yang akan membinasakan negara Jepang dan China. Tidak hanya mengenai apa yang dilakukan oleh enam guru eksoterik-guru Tripitaka Subhakarasimha, Vajarabodhi, Amoghavajra, Maha Guru Kobo, Jikaku dan Chisho—kesalahan penafsiran tentang perbandingan

Page 12: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

12

keunggulan sutra Shingon yang terdiri atas tiga susun (Dainichi Kyo, Kongocho Kyo, Soshitsuji Kyo) dan Saddharma Pundarika Sutra, ke Tiga Guru Agung dengan penuh kesesatan telah mengambil dan menyebarluaskannya kepada penguasa Jepang dan rakyatnya, ciptaan Tiga Guru Agung, yakni dua mandala; Dunia Intan dan Dunia Acuan , yang diakui didatangkan dari India untuk menipu orang-orang. Ingatlah bahwa inilah mengapa kekuasaan Kaisar Hsuan-Tsung, Negeri China lenyap adalah karena menaruh hati kepercayaan kepada Sekte Shingon. Demikian juga, Negeri Jepang pelan-pelan semakin melemah. Pernyataan bahwa Maha Bodhisattva Hachiman akan membantu melindungi sampai seratus generasi Kaisar Jepang telah tidak terbukti. Penguasa ke-delapan puluh, Kaisar yang telah pensiun, Gotoba, telah kehilangan kekuasaannya ke tangan militer Kamakura dan telah dibuang ke Pulau Oki, adalah sebuah contoh nyata bahwa ke Tiga Guru Agung, mencakupi Maha Guru Kobo, telah mengunakan doa yang didasarkan pada sutra yang salah. Hal ini telah dibabarkan dalam Bab.XXV, Saddharma Pundarika Sutra; mereka yang menginginkan orang lain menerima keburukan, akan menerima akibatnya kembali. Ketika Kamakura Bakufu mengeluarkan perintah memusnahkan ajaran Shingon yang jahat bersamaan dengan guru jahat Shingon, delapan belas lebih generasi kerajaan telah berhasil setelah kejatuhan Gotoba. Seharusnya, mereka dapat mempertahankan sampai seratus generasi, tetapi karena mereka telah menganut hukum yang sesat dari ajaran guru mereka, sehingga tercipta kemusnahan kepemimpinan yang sebenarnya. Ini adalah kehendak dari Raja Surga Brahma, Indra, Dewa Matahari dan Bulan, dan

dialami oleh Sang Buddha tersebut dapat diumpamakan seperti senar pada kecapi. Senar yang terlalu longgar (dapat diumpamakan hidup yang telalu manja) menghasilkan suara kecapi yang sumbang dan lemah. Apabila senar yang terlalu kencang (dapat diumpamakan hidup menyiksa diri) juga akan menghasilkan suara yang tidak enak. Para Tathagata hanya menunjukkan Jalan dan kitalah yang harus menuju arah yang ditunjuk itu, bukan terpaku pada ‘telunjuk’ Tathagata. Sang Buddha mengatakan bahwa Dharma yang sesungguhnya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Kitab Panduan

ada suatu masa, terdapat seorang guru yang selalu memberitakan kebenaran hidup. Semua hal yang telah

diberitakan diminta dicatat oleh murid-muridnya. Kemana-mana kitab kebenaran yang telah dicatat ini selalu menjadi bahan rujukan dalam melakukan segala perbuatan. Pada Suatu saat, guru dan muridnya berjalan melintasi jembatan yang di bawahnya melintas arus sungai deras. Karena tidak hati-hati maka Guru tersebut terpeleset dan jatuh ke bawah. Ia berteriak dengan nyaring meminta pertolongan muridnya, beberapa murid yunior berusaha turun untuk menolong gurunya, namun para murid senior yang ingat akan wejangan gurunya agar segala perbuatan haruslah merujuk kepada `kitab suci kebenaran’. Seorang murid senior sambil membolak-balik `kitab suci’ tersebut berteriak kepada gurunya yang sudah hampir tenggelam terbawa arus sungai, “Guru...sabar.., jangan tenggelam dulu, biar saya mencarikan bab pertolongan untuk guru yang sedang tenggelam di sungai deras!” SELESAI

Empat Raja Langit sehingga negara Jepang terancam oleh kekuatan dari luar (Mongol). Disamping kenyataan bahwa seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra telah dikirim untuk melakukan kritikan dan protes atas segala kekeliruan, namun penguasa lebih memilih untuk menghormati para pesuruh yang dikirim oleh para guru Shingon, sehingga masyarakat, negara dan ajaran Buddha menjadi rusak. Pada hakekatnya, mereka semua sudah menjadi musuh dari Saddharma Pundarika Sutra, dan sejalan dengan waktu, negeri ini akan musnah. Karena sesuai dengan yang diramalkan akan segera terjadi peperangan besar. Sungguh menyedihkan, sungguh menyedihkan !

Bulan ke tiga tanggal 23

Nichiren (tanda tangan)

Catatan Kepada Tuan Misawa:Sebagaimana biasanya, tolong beritahukan bahwa seluruh rakyat di Suruga agar bersatu.

Sambungan dari Hal.7

p

Page 13: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

13

Salinan Saddharma Pundarika Sutra dan Komentar Nichiren

Seri Penjelasan Saddharma Pundarika SutraOleh: YM.Bhiksu Shokai KanaiSumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu MuranoDiterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE

RINGKASAN

Bab 2 membahas tentang jiwa Buddha setiap orang yang terpendam. Semua orang

yang melaksanakan jalan Bodhisattva akan mampu mencapai Kebuddhaan Ketika para peserta pesamuan mendengar hal ini dari sang Buddha Sakyamuni, mereka begitu berbahagia mendengar ajaran Kendaraan Tunggal ini, yang mana belum pernah mereka dengar sebelumnya. Orang-orang dari golongan shomon dan engaku begitu bergembiranya hingga mereka mulai menari-nari karena sebelumnya mereka diajarkan bahwa orang-orang dari kedua golongan ini tidak akan bisa mencapai Kebuddhaan. Akan tetapi dalam bab 3, Sariputra dipastikan bahwa kelak ia akan menjadi seorang Buddha dengan gelar Buddha Cahaya Bunga, jika ia terus melaksanakan pertapaan Kendaraan Tunggal Buddha. Ajaran teoritis tentang Kendaraan Buddha Tunggal yang telah dibabarkan dalam Bab 2 diilustrasikan melalui sebuah perumpamaan berjudul “Tiga Pedati Mainan dan Rumah yang Terbakar” dalam Bab 3.

Penjelasan

“Kepastian akan masa depan Kebuddhaan mereka” (P.51, L.9) :

BAB IIIKIASAN DAN PERUMPAMAAN

Ini adalah sebuah sertifikat untuk menjadi seorang Buddha. Bukan sebuah ijazah tapi lebih seperti sebuah sertifikat karena telah lulus dari perguruan tinggi. Jika Anda memenuhi persyaratan seperti ini dan itu, maka Anda akan menjadi seorang Buddha. Apa sajakah persyaratan yang dimaksud? Yakni jalan pertapaan Bodhisattva, pencarian kebenaran, dan membimbing orang lain kepada kebenaran tersebut.

“Aku adalah putramu. Aku lahir dari mulutmu.” (P.51, baris bawah)

Semua Buddhis adalah pengikut ajaran sang Buddha. Dengan kata lain, kita dilahirkan kembali melalui ajaran-ajaran sang Buddha. Buddha Sakayamuni adalah ayah kita. Kita adalah anak-anakNya; oleh karena itu kita mewarisi segala ajaran dan kebaikanNya, dan kita menyebarkannya kepada orang lain. Ini adalah tugas kita.

“Di bawah dua milyar Buddha-Buddha di masa lampau, Aku selalu mengajarmu agar mampu mencapai penerangan yang tak

tertandingi” (P.55, L.17) :

Konsep tentang Buddha Abadi, yang akan diungkapkan dalam Bab 16 Saddharma Pundarika Sutra, telah ditunjukkan dalam bab ini. Lebih detailnya akan dibahas pada bab 16.

Tiga Kehidupan Sariputra

Kehidupannya yang Lampau: “Di bawah dua milyar Buddha-Buddha di masa lampau, Aku selalu mengajarmu agar mampu mencapai penerangan yang tak tertandingi. Engkau berguru di bawahKu.” (P.55, LL.17-20)

Kehidupannya yang Sekarang: “Oleh sebab itu, Engkau di kehidupanmu yang sekarang berada di bawahKu.... Engkau telah melupakan semua ini.... Untuk

Page 14: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

14

membuatmu mengingat jalan yang telah kau laksanakan di bawah sumpah asal mu, sekarang Aku membabarkan Sravaka dalam sutra ini.” (P.55, LL.20-26)

Kehidupannya di Masa Depan: “Setelah kalpa yang tak terhitung dan tak terbayangkan jumlahnya dari saat sekarang, Kau akan mampu memberi persembahan kepada ribuan dan jutaan Buddha, menjaga ajaran mereka dengan benar, melaksanakan jalan yang dipuji oleh para Bodhisattva, dan menjadi seorang Buddha bergelar Cahaya Bunga.” (P.55, L.29 - P.56, L.3)

Siddharta Gotama dilahirkan di India dan menjadi seorang Buddha dari suku Sakya. Ia membabarkan kebenaran dan upaya kausalya selama 40 tahun. Akan tetapi sesungguhnya, Ia telah menjadi seorang Buddha selama kalpa yang tak terhitung jumlahnya. Sariputra adalah salah satu murid dari Buddha di masa lampau, dan Ia bersumpah mencapai Kebuddhaan pada saat itu. Ia terlahir kembali pada jaman yang sama dengan Buddha Sakyamuni tetapi ia telah melupakan masa lalunya sendiri. Dengan pelaksanaan jalan Bodhisattva yang terus menerus, ia kelak akan mampu menjadi seorang Buddha bergelar Cahaya Bunga. Cerita ini tidak hanya berlaku bagi Sariputra, tetapi juga bagi diri kita. Kita mungkin telah pernah mendengar ajaran Buddha atau Odaimoku Nichiren Shonin dalam kehidupan kita yang lalu.

“Sumpah Asal “ (P.55, L.25):

Adalah sumpah para Bodhisattva di kehidupan lalu. Dalam Buddhisme Mahayana, semua Buddhis menganggap diri mereka Bodhisattva yang berusaha mencapai penerangan sambil membantu orang lain melakukan hal yang sama.

Selain sumpah asal, para Bodhisattva memiliki sumpah tertentu tergantung masing-masing individu dan keadaan seperti Empat puluh delapan Sumpah Amida. Sama halnya, anda mungkin telah menjalankan sumpah asal selama kehidupan lalu anda. Anda juga mungkin memiliki sumpah tertentu dalam kehidupan ini.

EMPAT SUMPAH AGUNG:

1. Mahkluk hidup berperasaan tak terhitung jumlahnya, Aku berjanji akan menyelamatkannya semua.

2. Keinginan iblis kita tak berkesudahan, Aku berjanji akan memusnahkannya semua..

3. Ajaran Buddha tak terukur dalamnya, Aku berjanji akan mempelajarinya semua.

4. Jalan Buddha tak terkalahkan, Aku berjanji mencapai Jalan Mahamulia.

Semua aliran Buddhis menjalankan Empat Janji Agung ini meski kata-katanya akan sedikit berbeda. Meski sumpah ini terdengar begitu sulit, kita harus berusaha memenuhi janji ini sedikit demi sedikit.

“Dharma Agung Sutra Bunga Teratai” (P.55, L.27):

Bunga Teratai melambangkan ajaran sang Buddha. Bunga ini begitu indah dan tak terpengaruh oleh lumpur. Mereka juga memiiki bunga dan biji pada saat bersamaan yang melambangkan hukum sebab, jodoh, dan akibat. Dharma berarti hukum atau kebenaran, terutama Hukum Universal yang mana Buddha mampu mencapai penerangan karena hukum ini. Dharma juga mengandung aturan keluarga, aturan jalan raya, undang-

undang negara, sebagai tambahan dari Segel Ketiga Hukum yang membedakan Buddhisme dari agama lainnya. Kita harus mematuhi hukum-hukum ini. “Namu Myoho Renge Kyo” berarti “Aku mengabdikan diriku kepada Dharma Agung Sutra Bunga Teratai”. Oleh sebab itu, mereka yang menyebut Judul Agung ini harus menghormati aturan dan hukum di tempat dimana berada berada, selain juga ajaran Buddha.

“Engkau akan bisa memberikan persembahan kepada ribuan dari jutaan Buddha” (P.55, L.30):

Bagaimana mungkin bagi kita untuk bisa memberi persembahan kepada ribuan dari jutaan Buddha jaman sekarang ini? Ada berapa banyak nama Buddha yang bisa Anda sebut? Coba kita lihat: Sakyamuni, Amida, Mahavairocana, Taho, Buddha Penyembuh, dll. Semua itu hanya lima dari milyaran Buddha yang ada. Ketika seseorang menyadari Hukum Engi atau asal muasal yang berketergan-tungan, ia disebut seorang Buddha. Nichiren Shonin mengatakan bahwa mereka yang menyebut Odaimoku adalah Buddha. Anda memberi banyak persembahan kepada semua bhikku Nichiren dan umat awam, tidak hanya kepada patung-patung Buddha dan Nichiren di altar. Dengan cara ini, Anda telah memberi persembahan kepada ribuan Buddha.

“Persembahan” (P.55, L.30)

Ada tiga macam persembahan/sumbangan:

1. Persembahan material seperti uang, bunga, dupa, pakaian, dll.,

2. Persembahan tindakan: seperti menjelaskan tentang Buddhisme atau kata-kata Nichiren,

3. Persembahan spiritual seperti

Page 15: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

15

mengatupkan kedua belah tangan secara bersamaan kepada Gohonzon, Buddha, bhikku, dll.

“Para Bodhisattva tersebut bukanlah baru saja mulai berkeinginan kuat untuk mencapai penerangan. Jauh sebelum ini mereka telah mulai menanam akar-akar kebajikan...” (P. 56, L.25-L.29)

Kita tidak mendengar Saddharma Pundarika Sutra untuk pertama kalinya dalam kehidupan kali ini. Kita sebelumnya telah memiliki hubungan khusus dengan sutra ini dalam kehidupan sebelumnya. Untuk alasan yang sama inilah, apakah kita bahagia atau tidak hari ini, adalah tergantung dari sebab yang telah kita ciptakan di masa lalu. Jangan mencoba menyalahkan orang lain. Meski Anda merasa tidak bahagia saat ini, cobalah untuk mengubah cara hidup Anda dengan kekuatan Odaimoku dan Saddharma Pundarika Sutra. Anda mungkin saja bisa merubah karakter anda ataupun tidak, tapi yang pasti Anda bisa mengubah cara hidup Anda. Akibatnya, masa depan Anda pasti akan menjadi cerah.

“Ajaran tentang Empat Kebenaran “ (P.59, L.16)

Empat Kesunyataan Mulia: adalah sebuah konsep mendasar dalam Buddhisme yang menjelaskan sebab dari penderitaan dan jalan untuk membebaskan diri kita dari penderitaan. Ini adalah salah satu ajaran awal yang dibabarkan Buddha Sakyamuni setelah Ia mencapai Penerangan:

1. Ku-tai atau “Semua keberadaan adalah penderitaan”: Hidup kita penuh dengan penderitaan seperti kelahiran, penyakit, usia tua, kematian, berpisah dengan yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci, tidak memperoleh apa yang

diinginkan, dsb.

2. Jit-tai atau “Penyebab penderitaan adalah ilusi dan keinginan”: Kita setiap harinya menlihat begitu banyak berita duka di koran, tapi kita tidak merasa menderita melihat pengumuman tersebut. Akan tetapi kita merasa berduka tatkala kita mengetahui bahwa seseorang yang kita kenal meninggal, karena kita memiliki keterikatan terhadap orang itu.

3. Met-tai atau “Nirvana adalah alam/kondisi yang bebas dari penderitaan”: Ketika kita mampu memusnahkan penderitaan, disitulah Nirvana.

4. Do-tai atau “Jalan untuk melenyapkan penderitaan”: Kita melaksanakan Jalan Beruas Delapan yakni Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Tindakan Benar, Penghidupan Benar, Upaya Benar, Kewaspadaan Benar, dan Meditasi Benar.

Empat Kesunyataan Mulia pada khususnya ditekankan di Hinayana. Seorang yang mengejar kebenaran ini disebut shomon atau pendengar.

PERUMPAMAAN TENTANG TIGA PEDATI DAN RUMAH YANG TERBAKAR (P.61, L.2 - P.63, L.21)

Dahulu kala, seorang yang kaya tinggal di sebuah desa. Kekayaannya tidak terukur. Ia memiliki banyak ladang padi, rumah, dan pelayan. Rumahnya begitu besar, akan tetapi hanya memiliki satu pintu keluar. Dalam rumah itu tinggal ratusan orang. Gedungnya telah rusak, pagar dan dindingnya telah rapuh, dasar dari tiang rumahnya telah lapuk, dan balok dan kuda-kuda atapnya bengkok dan goyah. Tiba-tiba saja, timbul kebakaran dan

segera menyebar ke seluruh penjuru rumah. Dalam rumah ini juga tinggal banyak anak dari orang kaya tersebut. Ia amat takut akan kebakaran besar ini dan berpikir, “Aku mampu keluar dari rumah yang terbakar ini dengan aman, tapi anak-anakku masih di dalam. Pikiran mereka tenggelam dalam permaianan. Mereka tidak mengetahui kalau api sedang menuju ke arah mereka. Mereka tidak takut atau khawatir. Mereka tidak mengetahui apa itu kebakaran.” “Rumah ini hanya memiliki satu pintu gerbang. Lebih parah lagi, gerbangnya kecil dan sempit. Anak-anakku terlalu kecil untuk mengetahui hal ini. Mereka terikat kepada tempat dimana mereka sedang bermain. Mereka bisa terbakar. Aku sebaiknya memberitahu mereka akan bahaya ini. Mereka harus keluar secepatnya, agar tidak mati terbakar.” “Cepatlah keluar!”, ia memperingatkan mereka dengan kata-kata yang penuh kasih, akan tetapi mereka telalu larut dalam bermain hingga tidak mendengar kata-kata ayahnya. Mereka tidak ingin keluar. Mereka berlarian dengan gembiranya. Mereka hanya melirik kepada ayahnya sesekali. “Jika mereka dan saku tidak segera keluar, kita akan terbakar. Aku harus menyelamatkan mereka dari bahaya ini dengan suatu cara upaya.” Ia berkata kepada mereka, “Mainan yang kalian inginkan ada di luar pintu pagar. Ada pedati domba, pedati rusa, dan pedati kerbau. Kalian bisa bermain-main dengannya. Cepatlah keluar dari rumah yang terbakar ini segera!” Anak-anak itu berlarian keluar segera dari rumah yang terbakar, saling dorong-mendorong satu sama lainnya karena masing-masing ingin menjadi yang pertama. Orang kaya yang melihat mereka semua telah keluar dengan selamat, menjadi lega dan menari penuh

Page 16: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

16

kegembiraan. Mereka berkata kepada ayahnya, “Ayah! Berikan kepada kami maianan itu! Berikan kami pedati domba, rusa, dan kerbau yang kau janjikan kepada kam!” Kemudian orang kaya tersebut memberi mereka masing-masing sebuah PEDATI SAPI PUTIH BESAR yang sama ukurannya. Pedati tersebut tinggi, lebar dan besar, dihiasi dengan berbagai harta karun, dan memiliki lonceng yang tergantung di keempat sisinya. Orang hebat ini memberikan setiap pedati tersebut kepada masing-masing anak-anaknya karena kekayaannya begitu tak terukur hingga semua toko-tokonya dipenuhi segala jenis harta karun. Anak-anak tersebut naik ke atas pedati besar, bergembira karena mereka belum pernah naik pedati seperti ini, dan tidak pernah mengira akan menerima hadiah yang sedemikian mewahnya.

PENJELASAN:

1. Rumah yang terbakar: melambangkan bahwa dunia ini dipenuhi dengan berbagai penderitaan.

2. Anak-anak: melambangkan orang-orang yang masa bodoh yang tidak menyadari bahwa kematian mendatangi setiap orang.

3. Kebakaran: melambangkan bahwa kematian datang sama rata kepada baik kepada orang kaya, miskin, bijak, maupun bodoh.

4. Satu-satunya pintu gerbang yang sempit: melambangkan bahwa keselamatan bukanlah hal yang mudah dicapai.

5. Anak-anak yang berlarian keluar: Anda harus melakukannya sendiri. Agama adalah sebuah alam yang hanya bisa dialami sendiri.

6. Pedati domba: melambangkan kendaraan kaum shomon

Pedati rusa: melambangkan kendaraan kaum engaku

Pedati kerbau: melambangkan kendaraan kaumBodhisattva

7. Pedati sapi besar: melambangkan kendaaran Buddha Tunggal, Saddharma Pundarika Sutra

8. Orang yang kaya: melambangkan Buddha Sâkyamuni

Perumpamaan ini menjelaskan bahwa Buddhisme adalah ajaran yang diperuntukkan bagi kita yang bisa membuat kita menghapus ketidak bahagiaan dan menikmati kebahagiaan. Kebahagiaan sejati adalah bersuka cita membantu orang lain dan memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Ini adalah pelaksanaan dari Kendaraan Buddha Tunggal.

“Ketiga dunia tidaklah tentram. Dunia itu bagaikan rumah yang terbakar. Dunia itu penuh dengan penderitaan. Dunia itu mengerikan”: (P.75, L.17)

Ketiga dunia adalah dunia para manusia yang belum mencapai penerangan.

Dunia tersebut dibagi menjadi tiga:

I. Dunia keinginan/hasrat, dimana para penghuninya memiliki nafsu makan dan seksual.

II. Dunia bentuk, dimana para penghuninya tidak memiliki baik nafsu makan ataupun seksual seperti batu-batuan dan tumbuh-tumbuhan.

III. Dunia tanpa bentuk, dimana para penghuninya tidak memiliki bentuk fisik, seperti udara, gas.

Kita tinggal di ketiga dunia dari rumah yang terbakar ini dengan dipenuhi penderitaan. Buddhisme

dimulai dengan konsep bahwa “Semua keberadaan adalah penderitaan”. Orang mungkin berpikir bahwa Buddhisme terlalu pesimistis, akan tetapi tidaklah demikian. Penderitaan biologis adalah bagian dari proses kehidupan. Buddhisme mengajarkan kepada kita bagaimana menanggapi penderitaan.

“Selalu ada penderitaan akan kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Semua ini bagaikan nyala api yang berkobar tiada akhirnya.” (P.75, L.21-L.24)

Terdapat delapan jenis penderitaan termasuk keempat di atas. Keempat lainnya adalah:

penderitaan akibat dipisahkan dari yang dicintai,

penderitaan akibat berkumpul dengan orang yang dibenci,

penderitaan karena tidak mampu mendapat apa yang diinginkan, dan

penderitaan yang timbul akibat keterikatan kepada kelima bahan elemental penyusun tubuh, pikiran, dan lingkungan seseorang.

Shinjo Suguro, pengarang dari Pengenaalan kepada Sutra Bunga Teratai mengatakan, “’Semua keberadaan adalah penderitaan’ bukanlah sudut pandang yang pesimis terhadap kehidupan. Akan tetapi, lebih kepada gambaran yang berlawanan akan sudut pandang positif—berusaha untuk hidup lebih baik... usaha membentuk dunia tanpa konflik dimana setiap individu menganggap kebahagiaan dan kepentingan orang lain adalah sama seperti miliknya. Inilah yang dimaksud dengan Tanah Suci Buddha.”

Ketiga Kebajikan Buddha

Bersambung ke Hal.18

Page 17: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

17

elakangan ini, ajaran Nichiren Shu semakin tersebarluaskan di Amerika Utara, Eropa,

dan Asia. Terdapat dua jenis orang yang datang ke kuil Nichiren Shu: pertama, mereka yang belum pernah mendengar tentang Saddharma Pundarika Sutra dan Odaimoku, dan kedua, mereka yang sudah pernah melaksanakan Odaimoku sebelumnya dan berasal dari grup lain tetapi sekarang mulai mempelajari dan melaksanakan ajaran sesungguhnya dari Saddharma Pundarika Sutra dan Odaimoku. Pertanyaan yang paling sering diajukan oleh mereka adalah Bagaimana caranya saya untuk dapat menjadi anggota Nichiren Shu? Pertanyaan ini adalah sangat penting dan merupakan sebuah keputusan yang agung untuk menjadi seorang anggota Nichiren Shu, sebab keputusan ini berarti menyatukan kehidupan dalam Saddharma Pundarika Sutra dan Odaimoku. Inilah sebabnya keputusan ini adalah begitu pentingnya. Langkah pertama, untuk menjadi anggota Nichiren Shu adalah berkunjung ke kuil Nichiren Shu, atau sangha. Kedua, bicaralah kepada kepala bhiksu kuil atau yang bertanggungjawab agar membimbing kita. Kadang-kadang terdapat anggota yang sudah pernah belajar agama Buddha sebelumnya, dan merasa sombong serta berpikir,” Saya telah mengetahui segalanya.” Orang ini harus mendapat bimbingan khusus untuk belajar Buddhisme dan melaksanakan. Ketika seseorang itu telah merasa yakin akan keputusannya dan bhiksu atau penanggungjawab telah menyetujui bahwa orang ini telah siap untuk

menjadi anggota Nichiren Shu, orang itu harus ikut dalam Upacara “Kisho Shiki atau Upacara Pentabhisan.” Dalam upacara ini, anggota baru membuat janji atau sumpah kepada Tiga Pusaka (Tri Ratna; Buddha, Dharma dan Sangha) bahwa ia akan menjaga ajaran, maha mandala Gohonzon dan Odaimoku tidak hanya kehidupan kali ini saja tetapi sampai mencapai KeBuddhaan pada masa mendatang. Pada waktu itu, anggota baru menerima Maha Mandala Gohonzon, hal yang terpenting bagi seluruh umat Nichiren Shu. Secara resmi, sekarang ia telah resmi menjadi anggota Nichiren Shu. Tri Ratna yang harus dijunjung tinggi dan dihormati sepanjang hidup sampai mencapai KeBuddhaan adalah : Sang Buddha Sakyamuni Abadi (Yang didasarkan

pada Bab.XVI, Saddharma Pundarika Sutra), Dharma Agung “Namu Myoho Renge Kyo”, dan Kesatuan Hati dari Sangha, yang dipimpin oleh Nichiren Shonin dan diikuti oleh para Bhiksu/bhiksuni dan umat awam. Pada waktu upacara Kisho Shiki, kita berjanji dengan sepenuh hati untuk menjaga hati kepercayaan kita sepenuhnya dalam Tri Ratna Nichiren Shu tersebut sampai akhir hidup kita. Upacara Kisho-Shiki, ini tidak hanya sekedar formalitas. Ini membuat janji kepada Sang Buddha Sakyamuni Abadi dan Nichiren Shonin. Kita harus melaksanakan hal ini dengan penuh rasa hormat dan serius. SELESAI

Sumber: The Bridge, Nichiren Buddhist International Center, Edisi No.42. 2003-Winter

Ket.Anggota yang menerima Kisho Shiki dan Gohonzon

KISHO SHIKI(UPACARA PENTABHISAN ANGGOTA BARU)

B

Page 18: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

18

Menurut Nichiren Shonin, Buddha Abadi Sakyamuni memiliki ketiga kebajikan sebagai majikan, guru, dan orang tua. Dalam gatha/bait bab “Sebuah Perumpamaan” hal ini jelas dinyatakan.

“Ketiga dunia ini adalah milikKu’ (P.75, dua baris terakhir)

Sang Buddha adalah majikan yang harus kita semua patuhi.

“Semua mahkluk hidup di sana adalah anak-anakKu.” (P.76, L.1)

Sang Buddha adalah orang tua kita yang memperhatikan kita tanpa batas.

“Hanya Akulah yang bisa menyelamatkan semua mahkluk hidup.” (P.76, L.5)

Sang Buddha adalah guru kita yang perkataanNya harus kita pelajari.

Nichiren Shonin menjelaskan konsep Buddha Abadi lebih dekat kepada kita; sang Buddha sebagai majikan, orang tua, dan guru. Adalah penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki ketiga kebajikan ini. Para orang tua harus juga memiliki dan mempertahankan ketiga kebajikan ini, sama halnya juga seperti para bhikku. SELESAI

Sambungan dari Hal.16

ita selalu mengucapkan “Itadaki masu” sebelum makan dan “Gochiso-sama Deshita” sesudah

makan. Kita sebagai seorang buddhis harus mengucapkan rasa syukur dan odaimoku ketika kita akan memakan sesuatu. Tidak masalah apakah panjang atau pendek, kita harus mengucapkan sebuah kata syukur sebelum makan. Kemudian, apa maksud dari kita mengucapkan “Itadaki masu” sebelum makan ? dan kenapa kita melakukan hal tersebut ? pertama-tama, saya ingin menjelaskan tentang makna dari kalimat tersebut dan penghormatan kepada kehidupan mahluk hidup. Kalimat “Itadaki Masu” yang terdiri dari kata “Masu” berarti kata ungkapan kesopanan dan kata “Itadaki” mempunyai beberapa makna antara lain:

1. Menempatkan sesuatu diatas kepala atau menjunjung

2. Mengangkat sesuatu ke tempat yang tertinggi

3. Menghormati atau memperlaku-kan sesuatu dengan baik

Jadi arti dari kata-kata tersebut adalah sesuatu yang sangat penting dan harus kita perlakukan secara hormat dan tunjukkan rasa penghormatan kita kepadanya. Kemudian, apa itu yang harus kita

MENGHORMATI SEBUAH KEHIDUPAN

Oleh: YM.Bhiksu Eiyu Yoshiki

hormati dan berterima kasih ? secara sederhana, adalah seluruh makanan dan kelengkapan yang menunjang kehidupan kita. Kita tidak dapat hidup tanpa makanan. Ini dapat dikatakan bahwa orang sangat membutuhkan makanan, ketika kita membuka mata melihat keseluruh dunia, kita melihat bahwa banyak orang yang meninggal karena kelaparan, tidak punya sesuatu untuk dimakan sehingga kelaparan dan sebagai akibat dari peperangan. Dan dipihak lain, sebagian orang tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan. Sebagian orang makan secara berlebihan sehingga tubuh mereka menjadi sakit dan hidup mereka menjadi pendek, sedangkan yang lainnya mengais untuk mendapatkan makanan dan kehilangan kehidupan mereka karena tidak ada sesuatu untuk dimakan. Kemudian, setelah makanan tersedia, apa yang harus dilakukan? kita harus menaruh perhatian dan penghormatan terhadap makanan yang kita makan, seperti daging, ikan, sayuran, buah-buahan, dan nasi. Kita harus memperhatikan bahwa semua bagian dari makanan itu terdapat kehidupan. Semua makanan mempunyai kehidupan mereka masing-masing, mulai dari binatang besar seperti sapi sampai binatang kecil seperti

K

Page 19: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

19

dalam pesta seperti ini. Tokiyori berpikir bahwa jawaban dia adalah sebuah kebohongan, tetapi hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Kemudian, Tokiyori kembali mengulangi jamuan yang sama dan bertanya kembali kepadanya. Bhiksu itu kembali menjawab, “Saya lupa melepaskan jubahku karena makanannya sangat enak.” Tokiyori kali ini ingin mendapat jawaban yang sebenarnya. “Kamu tidak boleh sering lupa. Apa sebenarnya alasan kamu?” Tokiyori menghendaki agar Bhiksu tersebut menjawab pertanyaannya. Kemudian, Bhiksu itu menjawab, “Saya telah melanggar ajaran dengan makan daging dan saya secara sadar telah melakukan karma buruk. Ketika aku membunuh suatu mahluk hidup yang malang, saya ingin mahluk ini mencapai KeBuddhaan. Saya menikmati makan siang dengan tetap memakai jubah kesa karena mengharapkan mereka dapat mencapai KeBuddhaan karena kurnia kebajikan dari jubah kesa ini.” Penjelasan dari Bhiksu ini, telah memberikan kita pengertian yang mendalam mengenai makanan, ketika kita mengambil kehidupan

ayam, mulai dari ikan besar seperti tuna sampai ikan kecil seperti chiei menjako. Makanan yang kadang tidak kita sadari seperti sayuran-sayuran seperti selada dan bawang, buah-buah seperti jeruk dan apel, bijian seperti beras dan gandum juga mempunyai jiwa kehidupan. Minuman alkohol yang kita minum juga berasal dari buah-buahan seperti anggur dan lain-lain, kita tidak dapat mempertahankan kehidupan tanpa mengorbankan kehidupan lain didalam mulut kita. Selanjutnya, saya ingin menceritakan sebuah cerita yang terkenal di Jepang semasa jaman Edo di Kamakura. Suatu hari, beberapa bhiksu-bhiksuni melakukan pembacaan sutra di kediaman keluarga Hojo, yang berkuasa mengendalikan rejim militer di Kamakura pada jaman Kamakura. Pada siang hari, acara makan siang pun dimulai, tersedia diatas meja selain sayur-sayuran juga terdapat ikan dan daging. Para bhiksu lain sibuk melepaskan jubah kesanya kecuali satu orang bhiksu yang tidak melepaskan jubah kesa ketika makan. Hojo Tokiyori, ketika itu berusia 9 tahun bertanya kepada bhiksu tersebut yang makan sambil tetap mengenakan jubah kesanya. “Kenapa kamu makan siang dengan tetap mengenakan jubah kesa ?” Bhiksu itu menjawab, “Mereka mengetahui bahwa mereka harus menanggalkan jubah kesa ketika makan daging karena mereka sudah terbiasa makan di jamuan besar, sedangkan aku lupa menanggalkan jubah kesa karena tidak pernah makan

lain untuk kelanjutan dari hidup kita. Semua kehidupan adalah sangat berharga. Tidak ada perbedaan bagi seluruh mahluk hidup, karena kita sebagai seorang buddhis percaya bahwa semua mahluk hidup mempunyai Bibit Buddha dan mempunyai kesempatan untuk mencapai KeBuddhaan. Dalam kenyataan kita setiap hari mengambil hidup mahluk lain kedalam mulut kita untuk menyambung kehidupan kita sendiri, karenanya kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan yang ada. Kemudian, kita berkata, “Itadaki-masu” dan “Gochiso-sama deshita” sebelum dan sesudah makan. Kita berterima kasih kepada semua mahluk hidup yang telah mengorbankan hidup mereka untuk menjaga hidup kita. Semoga hidup mereka menjadi darah dan daging dari tubuh kita kemudian kita dapat melayani orang lain dengan baik dalam masyarakat.” Kita tidak boleh lupa bahwa kita bisa berada di dunia ini karena jasa dan telah mengunakan mahluk hidup lain. Dengan kata lain, bersyukur akan hidup adalah hal yang sangat penting. Kita dapat berkata “Itadaki-masu” dan Gochiso-sama deshita” dimana saja, kapan saja. Silahkan anda mencobanya dirumah. SELESAI

Terima kasih kepada seluruh anggota atas semua dukungan baik secara materi maupun moril, sehingga Acara Retreat Jawa Tengah pada tanggal 21-25 April 2005 dapat sukses. Penghargaan setinggi-tingginya kami berikan terutama kepada:

Ibu Lily, Bpk.Tony Soehartono, Sdri.Yunita, Sdri.Lie Ha, Sdr.Saudiono, Sdr.Bambang Indrawan, Ibu.Yung-Yung, Sdr.George, Ibu Yap Ie Sioe, dan seluruh anggota Nichiren Shu Indonesia

Semoga segala kebajikan yang telah dibuat dapat memperindah Tanah Suci Buddha, Semoga Semua Mahluk Berbahagia. Gassho, Namu Myoho Renge Kyo.

Page 20: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

20

ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU(Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)

HARI HANAMATSURI(Hari Kelahiran Buddha Sakyamuni, 8 April)

radisi Mahayana berbeda dengan Hinayana didalam peringatan hari-hari besar dari Buddha Sakyamuni.

Didalam Mahayana ada terdapat Tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha yang diperingati secara terpisah. Nichiren Shu adalah Sekte dari aliran Mahayana. Beberapa hari yang diperingati diantaranya Hari Kelahiran Buddha Sakyamuni (Hanamatsuri) 8 April, Hari Pencapaian Penerangan, dan Hari Parinirvana 15 Pebruari. Sebagaimana tahun lalu, maka peringatan Hanamatsuri kali ini dilaksanakan pada tanggal 10 April bertempat di Kuil Myoho San Renge JI, Sunter - Jakarta. Upacara Hanamatsuri dimulai pada jam 10.00 yang dipimpin

oleh Sdr.Sidin Ekaputra. Dokyo membaca Saddharma Pundarika Sutra Bab. II, XVI-Jigage dan XXI, yang kemudian dilanjutkan dengan Shodai yaitu pengucapan Odaimoku. Pada saat Shodai berlangsung, satu persatu anggota yang hadir melakukan upacara pemandian terhadap rupang

T

Ket.(Atas) Altar untuk Hanamatsur(Bawah): Anggota memandikan rupang bayi Buddha

M.Bhiksu Shogen Kumakura (45) tiba dari New York pada tanggal 10 Januari 2005, untuk membantu Kepala

Bhiksu Shokai Kanai. YM.Bhiksu

Shogen Kumakura menjadi seorang Bhiksu Nichiren Shu pada tahun 2003 dan telah pernah membantu pelayanan di Kuil Daiseionji New York. Dibawah bimbingan dari Kepala Bhiksu Shokai Kanai, Ia belajar dan melaksanakan berbagai macam upacara dan kelengkapan untuk akhirnya secara penuh menjadi seorang Bhiksu Kuil. Keinginannya

pada masa mendatang adalah membangun sebuah kuil di New York dekat dengan Ground Zero. Pada pagi hari tanggal 9 Nopember terjadi serangan teroris, YM.Bhiksu Kumakura sedang dalam perjalanan ke World Trade Center untuk menghadiri sebuah rapat. Ketika ia telah seperempat perjalanan dari Center, ia melihat

Y

LOS ANGELES(Asisten Pembantu Baru)

Bayi Buddha dengan air bunga yang melambangkan air amerta. Setelah itu melakukan Shoko atau persembahan dupa kepada para Buddha.Umat yang hadir untuk mengikuti upacara Hanamatsuri ini sekitar 20 orang. Mereka datang dari Tangerang, dan Jakarta. SELESAI.

Page 21: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

21

bahwa sebuah api besar membakar di Gedung Selatan. Pesawat yang kedua menghantam gedung tersebut. Sesuatu yang aneh mengenai rapat tersebut adalah terjadinya penundaan setengah jam dari jam semula, sehingga ia beruntung dapat terhindar dari tragedi tersebut. Ia percaya bahwa ini adalah perlindungan dari Saddharma Pundarika Sutra dan Nichiren Shonin. Setelah kejadian itu, ia bertanya pada diri sendiri apa yang harus ia lakukan. Ia menjawab bahwa ia harus membangun sebuah kuil dekat Ground Zero dan berdoa untuk mereka-mereka yang tidak beruntung dan kehilangan hidupnya. Setelah 11 September, Ground Zero secara teknis adalah sebuah area peperangan. Ini adalah neraka! sehingga YM.Bhiksu Kumakura berkeinginan untuk merubah tempat ini dari neraka menjadi Tanah Buddha dengan kebajikan dari Saddharma Pundarika Sutra dan Nichiren Shonin. “Teroris telah menyerang dan menjadi sebuah peristiwa yang mengerikan, tetapi kita tidak hanya menempatkan hal tersebut dalam ingatan saja, kita harus berusaha agar setiap orang menciptakan sebuah dunia yang lebih baik dan damai. Saya akan menyebarluaskan “Namu Myoho Renge Kyo” di New York dan merubah itu semua menjadi Tanah Suci Buddha yang Abadi di Ground Zero,” kata YM.Bhiksu Kumakura.

Pelaksanaan Taiko

Pelaksanaan Taiko (memukul drum) diadakan digedung baru Aula Koichi dan Toyo Nerio. Kelompok Taiko tersebut bertemu pada jam 7:30PM sekali sebulan pada hari rabu tanggal 4. YM.Bhiksu Kanai mengajarkan kelompok tersebut bagaimana cara memukul irama Taiko dengan dua tongkat untuk Odaimoku, Jigage, Matsuri dan lain-lain. Semua peserta diharus membayar biaya

$5.00 persesi latihan. Keseluruhan dana yang terkumpul digunakan untuk membeli Taiko yang baru dan materi lainnya dan juga untuk membangun tempat yang lebih baik pada masa mendatang.

LABCF Hanamatsuri Upacara Hanamatsuri di Kuil Los Angeles Buddhist Church Federation telah dilaksanakan di JACCC Plaza di San Pedro St. dan East 2 nd St. di Little Tokyo pada 10 april jam 1 p.m. Upacara ini didahului dengan parade seorang anak dengan seekor gajah yang memimpin jalan. Acara lain dalam perayaan ini termasuk kontes gambar anak-anak, haiku dan pameran foto, turnamen golf pada tanggal 1 april, diikuti oleh pembersihan area Little Tokyo pada 2 april. Pada tanggal 10 April, Duncan Williams, seorang asisten professor di U.C. Irvine memberikan sebuah ceramah pada jam 11 a.m, diikuti juga oleh Kepala Bhiksu Gengo Akiba dari Zenshuji Soto Mission, yang berbicara mengenai pengalaman dalam Zen (dalam bahasa Jepang). Dansa Tradisional Jepang, gagaku dan pertunjukkan taiko dilaksanakan setelah upacara. Pameran gambar anak-anak dan foto dipertunjukkan di Galeri Doizaki dari 10-17 April. Dan sebuah pertunjukkan Jazz oleh June Kuramoto dan teman dimulai pada pukul 7 p.m, hari Sabtu tanggal 9 April. Tiket masuk seharga $15. Sebuah upacara peringatan bagi korban Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, telah dilaksanakan terlebih dahulu di konser Jazz tersebut. Penjualan lilin untuk dapat masuk dalam acara ini akan disumbangkan untuk korban Tsunami. SELESAI

STUDI WISATA KE LAOS

ari 4-13 September, studi wisata ke tempat bantuan untuk pembangunan Sekolah Laotian yang

sedang dilaksanakan di Propinsi Champassak, Laos, dibawah pengawasan dari Nichiren Shu Pusat. Berkerjasama dengan BAC: Buddhist Aid Center (Ketua: YM.Bhiksu Katsu Ito dari Kuil Kannoji, Shizuoka), Proyek ini dibuat untuk mendidik para pemimpin muda untuk masa depan dan menyebarluaskan misi dari Nichiren Shu melalui proyek nyata pembangunan sekolah. BAC, bekerjasama dengan Departemen Pendidikan di Laos, telah merencanakan proyek pembangunan sekolah ini sejak tahun 1993. Sekolah ini terdiri dari 2 atau 5 ruang kelas membutuhkan biaya sebesar 3.000.000,- Yen, dan mendapatkan bantuan dari Nichiren Shu dan kuil-kuil lain, Tendai Shu, Universitas dan para donatur lainnya. BAC telah berhasil mencapai tujuannya dengan membangun 108 sekolah pada akhir desember dan tempat studi wisata ini

D

Ket. Ms. Hitomi Amemiya memasang batu bata untuk pertama kali dalam hidupnya

Page 22: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

22

Ket. YM.Bhiksu Tsuo Yokoi (kiri) sedang merangkai sebuah jaringan kontruksi bangunan dibawah pengawasan pekerja setempat.

adalah yang ke 111, atau yang ke-32 bagi Nichiren Shu. Karena kurangnya anggaran, Departemen Pendidikan Laos mencari bantuan dari negara asing untuk membantu membangun dan merenovasi fasilitas pendidikan. Nichiren Shu, disamping alasan tersebut diatas, melakukan koordinasi untuk mengadakan studi wisata agar mendapatkan dukungan internasional melalui para Bhiksu Nichiren Shu dan untuk menemukan penganti mereka pada masa mendatang. Kali ini, sembilan orang peserta dari Nichiren Shu termasuk para pelajar sekitar 20 orang ikut bergabung dalam wisata ini. Pada tanggal 3 pebruari, jam 18:30 mereka melaksanakan upacara di International Service Tokyo, disponsori oleh Departemen Misionaris, Nichiren Shu Pusat. Besoknya mereka meninggalkan Bandara Narita ke Bangkok, kemudian pada malam harinya dengan kereta api dan bus dari Bangkok ke Laos. Tujuan perjalanan ini adalah sebuah perkampungan kecil di daerah sungai Mekong di Propinsi Champassak, yang terletak di selatan Laos. Dekat dengan perkampungan

tersebut terdapat kuil bernama Vat Phou yang tercatat sebagai salah satu cagar budaya dan pusaka dunia. Perkampungan ini mempunyai sebuah sekolah taman kanak-kanak, namun sudah tua dan rusak, dan anak-anak perkampungan itu menunggu sebuah sekolah baru. Mulai 8 pebruari, kontruksi pembangunan segera dimulai dan pengerjaan lantai pondasi terus berlangsung dibawah terik matahari sekitar 30 derajat. Hari berikutnya, para peserta mengalami pegal-pegal otot karena ikut serta dalam mengecat, meskipun demikian terasa gembira melihat wajah anak-anak perkampungan yang ceria melihat sekolah baru mereka. Pada pagi hari berikutnya pengerjaan pondasi telah selesai dilakukan, dan mereka memulai pemasangan batu bata dan kerangka bangunan. Komunikasi dengan para pekerja dan penduduk setempat hanya dengan kata-kata Laotian sederhana dan bahasa tubuh, para peserta belajar dari para pekerja setempat tentang bagaimana cara pemasangan batu bata. Pada hari ketiga mereka sudah mengerti apa yang harus dilakukan dan bekerja. Pada siang harinya, para peserta bermain

bola voli dengan para penduduk untuk membangun hubungan antar mereka. Setelah dinding batu bata selesai, pada siang hari tanggal 11 perbuari, acara presentasi tentang sekolah dilaksanakan. Para peserta mengikuti upacara animistik “Bashi” dan meminum anggur lokal “Laolao”. Para penduduk, anak-anak dan staf sekolah menari dalam sebuah dansa Laotian yang disebut “Lam Vong,” menunjukkan keramahtamahan mereka. Sebagai balasannya para peserta studi wisata mempersembahkan tarian Jepang, “Tokyoondo” dan “Tanko-bushi”. Semua orang menikmati acara tersebut, beberapa peserta tour terlihat menangis gembira. Salah satu peserta studi wisata YM.Bhiksu Kisho Namioka dari Kuil Hommyoji, Hokkaido berkata, “Laos bukanlah sebuah negara yang kaya, namun orang-orang disini tidak berpikir bahwa mereka miskin dan tidak bahagia. Saya datang untuk mengetahui bahwa bantuan Internasional atau Pekerjaan NGO adalah sangat sulit, kadang-kadang mereka mendapatkan tantangan dari para penduduk setempat. Sekalipun negara tempat kita tinggal berbeda, hubungan diantara kita baik peserta dan penduduk setempat memberikan banyak makna bagi ku pada saat ini. Aku akan ikut bergabung lagi dalam acara studi wisata seperti ini.” Acara ini akan dilaksanakan setiap tahun. SELESAI.

(Oleh YM.Bhiksu. Dairyo Tomikawa)

Page 23: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

23

RETRET JAWA TENGAH &

YOGYAKARTA21-24 APRIL 2005

enjelang ulang tahun ke-2 Nichiren Shu Indonesia pada tanggal 28 April 2005, terdapat

beberapa peristiwa penting yang merupakan derap langkah Kosenrufu di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah dilaksanakannya Retret Jawa Tengah dan Yogyakarta pada tanggal 21-24 April 2005. Retret ini bertempat di Hotel Galuh Perambanan, Klaten-Jawa Tengah. Pada tanggal 21 April, YM.Bhiksuni Myosho Obata dan Mr.Ang Tian Soen (Ketua Nichiren Shu Malaysia) tiba di Jakarta dan langsung pada jam 16:40 terbang menuju Yogyakarta, namun karena ada keterlambatan pesawat, maka rombongan dari Jakarta baru tiba di Yogyakarta jam 19:30. Ikut serta dalam rombongan adalah Sdr.Sidin Ekaputra, Bpk.Tony Soehartono,

M

Ibu Yap Ie Sioe. Semula retret ini direncanakan mencakup beberapa negara, namun karena keterbatasan sumber daya, maka acara ini hanya mencakupi Jawa Tengah dan Yogyakarta saja.

21 April 2005, Yogyakarta

Pada malam harinya diadakan ramah tamah dengan para anggota dari Semarang berjumlah 9

orang yang dipimpin oleh Bpk.Kwik Ing Hao (Ketua Wilayah Nichiren Shu Jawa Tengah). Canda tawa pun terdengar diantara peserta terlihat adanya keakraban antara umat.

22 April 2005, Yogyakarta

Upacara Gojukai, Toba, Penerimaan Gohonzon, Pemberkatan dimulai pada jam 10:00 pagi. Peserta yang hadir diantaranya dari Semarang sebanyak 9 orang, Yogyakarta sebanyak 12 orang, DKI Jakarta 3 orang. Meskipun altar begitu sederhana dengan menyewa ruangan pertemuan hotel, terasa kesungguhan hati dan kebersamaan anggota begitu kuat. Pada kali ini, 4 orang anggota dari Semarang, menerima mandala Gohonzon dan 4 orang dari Yogyakarta. Para peserta Gojukai mencapai 21 orang, mereka diminta untuk berjanji menjaga Gohonzon dan Saddharma Pundarika Sutra sampai mencapai Jalan Kesadaran Buddha. Setelah selesai upacara, YM.Bhiksuni Obata memberikan kata sambutan dan juga dibuka diskusi dengan umat. Acara ini berlangsung sekitar 2 jam. Kemudian setelah makan

Ket.Foto bersama dengan seluruh umat Jawa Tengah, dan Yogyakarta

Ket. (Tengah) YM.Bhiksu Myosho Obata di Candi Borobudur

Page 24: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

24

siang, YM.Bhiksuni Myosho Obata dan rombongan berkunjung ke Candi Prambanan, dan Candi Borobudur. Terlihat kekaguman di wajah Beliau ketika menyaksikan Candi Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban Buddhisme yang terbesar didunia. Berjalan ke puncak Candi Borobudur, kemudian bersama-sama melakukan Odaimoku "Namu Myoho Renge Kyo". Semoga Dharma Sejati ini tersebarluaskan di seluruh Indonesia, dan Kebajikan dari Nichiren Shonin menghiasi Bangsa Indonesia. Hari telah menjelang sore sekitar jam 17:00, suasana Candi pun mulai sepi, akhirnya rombongan meninggalkan Candi Borobudur dan melakukan perjalanan menuju rumah anggota Yogyakarta, yaitu Bapak Agus. Setelah beramah tamah sebentar, perjalanan pun dilanjutkan kembali ke Hotel Galuh Prambanan. 23 April 2005, Yogyakarta - Jakarta

Setelah sarapan pagi, maka rombongan pun cek out hotel dan

selanjutnya berangkat ke Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Perjalanan kembali ke Jakarta memakan waktu kurang lebih 45 menit. Setelah tiba di Jakarta, YM.Bhiksuni Myosho Obata dan Mr.Ang Tian Soen, chek in Hotel Sanno, Pluit-Jakarta Utara dan istirahat. Pada malam harinya diadakan jamuan makan malam bersama.

24 April 2005, Jakarta

Acara hari ini adalah Upacara Gojukai, Toba, Kaimu Rupang Buddha, Bodhisattva Avalokitesvara dan Penerimaan Mandala Gohonzon. Upacara di mulai pada jam 10.00 pagi. Kali ini sebanyak 10 orang anggota melakukan Gojukai dan 3 orang menerima Mandala Gohonzon. Umat yang hadir dari Tangerang,

Jakarta mencapai 20 orang. Selesai upacara, diadakan diskusi dan ceramah oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata, dipandu oleh Sdri.Yunita. Pada kesempatan ini Mr.Ang Tian Soen berkenan menyampaikan pesan agar para anggota baru dapat terus mempertahankan hati kepercayaan dalam segala keadaan. Acara dilanjutkan dengan makan siang bersama berupa nasi tumpeng. Para anggota begitu menikmati suasana kebersamaan ini. Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan dan pemasangan Gohonzon kerumah anggota Tangerang yakni: Bapak Santosa, Ibu Tan Alian, dan Bapak Sobyo. Tidak lupa juga dilakukan pembukaan mata (kaimu) rupang Nichiren Shonin di rumah Bapak Santosa. Kunjungan dan pemasangan di tiga rumah anggota memakan waktu kurang lebih 4 jam, dan rombongan kembali ke Jakarta sekitar jam 18:30, dan langsung menuju ke Hotel untuk istirahat. Sungguh sebuah kurnia tidak terhingga, jika pada kehidupan kali ini dapat bertemu dengan Gohonzon dan mempertahankannya. Semoga semua anggota Nichiren Shu mampu mewujudkan Tanah Suci Buddha dalam kehidupannya sehari-hari. Gassho, Namu Myoho Renge Kyo.

Ket. (kanan). YM.Bhiksuni Obata sedang mencicipi makanan khas jawa

Ket.Foto bersama umat Tangerang dan Jakarta

Page 25: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

25

Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia)Oleh: Sidin Ekaputra,SE

Ket.Tampak Depan Kuil Ankokuron Ji

• Nama Resmi: Myoho-zan Ankokuronji • Sekte : Nichiren Shu, Buddhisme• Didirikan Pada: Circa 1253 Oleh: Nichiren (1222-1282) • Bhiksu Pendiri: Nichiren • Objek Pemujaan Utama: Rupang Nichiren dan Stupa Odaimoku• Alamat: 4-18, Omachi 4-chome, Kamakura, Kanagawa 248-0007, Telepon: 0467-22-4825 • Luas Kuil: 33,000 meter persegi• Lokasi: 1,100 meter selatan stasiun Kamakura• Waktu yang diperlukan untuk sampai dikuil:: 15 menit• Buka: 9:00-17:00 • Tempat Istirahat / Penginapan: Tersedia

KUIL MYOHO ZAN ANKOKURON JI

Ringkasan Sejarahichiren, pendiri dari Nichiren Shu Buddhisme, d i l a h i r k a n

disebuah kampung nelayan di Propinsi Chiba, dan datang ke Kamakura pada tahun 1253, ketika berusia 31 tahun untuk memulai tugas penyebarluasan ajaranNya. Kuil ini mengklaim bahwa tempat tinggal Nichiren terdapat disebelah kanan dari kuil ini, dan disini Beliau melakukan berbagai macam cara penyebarluasan selama 20 tahun di Kamakura. Berdekatan dengan kuil ini terdapat juga Kuil Myohoji dan Choshoji juga mengklaim bahwa dikuil itulah tempat tinggal Nichiren.

N

Page 26: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

26

Daerah ini disebut Matsubagayatsu. Pada pertengahan abad 13, Sekte Buddhisme Zen sedang berkembang dengan pesat di Kamakura didukung oleh Tokiyori Hojo (1227-1263), yang merupakan seorang yang sangat berkuasa, berkedudukan sebagai Bupati ke-5 Hojo dan membangun Kuil Kenchoji. Nichiren menulis sebuah risalah yang diberi judul “Penegakkan Ajaran Yang Sejati” pada tahun 1260 ketika Beliau berusia 39 tahun, dan diberikan kepada Bupati Tokiyori Hojo. Pada waktu itu, berbagai macam bencana alam terjadi dan keresahan sosial membuat masyarakat begitu menderita dan ketakutan. Dalam risalah tersebut yang dialamatkan kepada pemerintah, menyarankan untuk menjalankan ajaran yang benar yaitu Saddharma Pundarika Sutra, dan menegakkan ajaran pokok kebenaran dari Buddhisme. Melakukan perubahan sosial melalui doktrin ajaran yang benar adalah satu-satunya jalan, Beliau berkeinginan untuk menyelamatkan negara. Judul dari risalah ini

disebut Rissho Ankokuron, dan juga nama dari kuil ini Ankokuron-ji. Namun, Bupati Keshogunan Kamakura tidak menunjukkan ketertarikannya sedikitpun terhadap apa yang disampaikan oleh Nichiren. Nichiren akhirnya melakukan penyebaran ajaranNya langsung kepada masyarakat Kamakura di jalan-jalan kota tersebut, melakukan kritikan tajam kepada sekte-sekte lain, menjelaskan kesalahan dari sekte-sekte tersebut, termasuk sekte Jodo Buddhisme yang didukung oleh Shigetoki Hojo (1198-1261), yang juga merupakan anggota keluarga Hojo dan ikut menyumbang bagi pembangunan kuil Gokurakuji. Ia akhirnya menunjukkan antipatinya terhadap Nichiren pada tahun 1260, sehingga Nichiren terpaksa meninggalkan Kamakura. Beberapa waktu kemudian kembali lagi ke Kamakura, melanjutkan penyebaran ajaranNya, hal ini menimbulkan banyak penganiayaan, tetapi tidak menyurutkan langkahNya. Dimana tempat tinggal sebenarnya dari Nichiren di Kamakura, menimbulkan perdebatan

yang panjang dari tiga buah kuil Nichiren Shu, yang mengklaim diri mereka sebagai tempat tinggal Nichiren. Sebuah survei akademis membuktikan bahwa Kuil Ankokuron-ji adalah tempat pertama kali Nichiren tinggal di Kamakura, dan setelah penganiayaan yang pertama oleh para bhiksu sekte lain, Beliau membuat tempat tinggal lain di Kuil Myoho-ji yang berdekatan dengan Ankokuron-ji. Pada sisi lain, Kuil Chosho-ji, 200 meter dari Ankokuron-ji berada jauh dari tempat tinggal Nichiren, hal ini diungkapkan juga dalam survei tersebut.

Aula Utama

ni merupakan bangunan baru, dibangun kembali setelah Kuil ini musnah oleh kebakaran pada tahun 1961.

Objek utama dari altar, adalah rupang Nichiren, yang dibuat tahun 1963. Juga ditempatkan diatas altar Stupa Odaimoku, dan berbagai rupang dari para dewa-dewi dan bhiksu:1. Kishimojin atau Dewi Anak-anak

(Hariti, dalam bhs.skt)2. Jura-setsunyo (Raksasa dalam

Skt.): Sepuluh Iblis Wanita yang muncul dalam Saddharma Pundarika Sutra, mereka berjanji untuk melindungi para penganut Saddharma Pundairka Sutra dan menolong mereka yang melaksanakannya. Kishimojin dan Jura-setsunyo selalu dianggap idententik dengan Nichiren Shu Buddhisme.

3. Daikokuten atau Dewa Kekayaan (Mahakala in Skt.)

4. Bhiksu Nichiro (1243-1320): satu dari enam murid utama Nichiren, yang merupakan Kepala Bhiksu kedua dari kuil ini.

5. Shichimen Daimyojin: Dewa pelindung Kuil Kuon-ji, kuil pusat dari Nichiren Shu di Propinsi Yamanashi.

IKet.Pintu Gerbang Kuil Ankokuron Ji

Page 27: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005 No.08/ Mei 2005

27

Go-shoan atau Pondok Kecil

erdapat sebuah rupang Nichiren yang disemayamkan dalam bangunan ini. Rupang

kayu Nichiren ini memperlihatkan rupa Nichiren yang sedang menulis berbagai macam risalah. Rupang ini dibuat pada tahun circa 1700. Go-shoan dibuat dari kayu zelkova, direhab kembali atas dukungan dari keluarga Tokugawa di Nagoya, satu dari tiga bagian keluarga dari Shogun Tokugawa pada periode Edo (1603-1868). Didepan bangunan ini terdapat sebuah pohon Cherry yang sangat tua, dipercaya bibit pohon ini dibawa oleh Nichiren dari Propinsi Chiba. Bersamaan dengan itu terdapat juga tanaman aronia atau Malus halliana) dan sazanka atau Camellia sasanqua. Pada pertengahan april, sebuah upacara tea dilaksanakan disekitar kuil ini ketika bunga merah jambu dari kaido itu berbungga dengan indahnya.

Tempat Kramasi dari Bhiksu Nichiro

hiksu Nichiro, satu dari Enam Murid Utama Nichiren yang meninggal pada tahun 1320, ketika

berusia 78 tahun. Ketika menjelang ajalnya, ia berpesan untuk dikramasi ditempat ini dan abunya dikuburkan ditempat ini. Bhiksu Nichiro bergabung dengan Nichiren pada tahun 1254 ketika berusia 10 tahun dan mengabdikan hidupnya untuk belajar ajaran Nichiren. Menurut sejarah, kemanapun Nichiren pergi, Nichiro selalu menemaninya. Tidak hanya sebagai Kepala Kuil kedua dikuil ini, beliau juga adalah Bhiksu pendiri dari Kuil Myohonji dan Kuil Kosokuji di Hase. Bangunan yang sekarang ini direhab kembali pada tahun 1982 dan sebuah stupa

batu Gorinto sebagai bentuk dari peti kuburnya ditempatkan didalam bangunan ini.

Kuma-o-den atau Aula Kuma-o

uma-o is adalaha nama seorang samurai pada pertengahan abad 14. Beliau bergabung

sebagai samurai dengan kelompok samurai yang disebut Masanori Kusunoki, yang telah membunuh ayahnya. Kuma-o bergabung dengan Kusunoki sebagai pelayannya dengan mengunakan identitas palsu dan untuk mendapatkan kesempatan membunuhnya sebagai upaya balas dendam. Bertentangan dengan harapannya, Kusunoki ternyata adalah seorang samurai yang terpandang sehingga Kuma-o tidak mampu membalas dendamnya. Sebagai upaya menghapus dendamnya, ia akhirnya menjadi seorang Buddhis dan bergabung serta berjanji untuk melayani Nichiren. Bagaimanapun, Masanori Kusunoki adalah putra ketiga dari Masashige (1294-1336), seorang pahlawan dalam sejarah Jepang yang

terkenal setia kepada penguasa di Osaka, tetapi kelahiran dan kematian Masanori tidak diketahui.

Fujimidai (Tempat melihat Gunung Fuji)

eberapa langkah mendaki dekat Kuma-o-den terdapat sebuah bukit, dimana para pengunjung

dapat melihat pemandangan yang indah menghadap ke Gunung Fuji. Sangat disayangkan saat sekarang sudah terdapat banyak pemukiman penduduk yang padat sehingga, Gunung Fuji sudah tidak terlihat.

Nanmen-kutsu (Gua Menhadap ke Selatan)

erdekatan dengan tempat melihat Gunung Fuji, terdapat sebuah goa. Nichiren diserang dan

ingin dibunuh pada tahun 1260 oleh ribuan bhiksu dari sekte Jodo setelah Beliau menyampaikan risalahnya kepada Tokiyori. Beliau melarikan diri dan bersembunyi ditempat ini.

T

B

K B

B

Ket.Bangunan Tempat Keramasi Bhiksu Nichiro

Page 28: NAMU HON-BUTSU BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filedengan Agama Buddha, karena pada bulan ini seluruh umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Penting dalam kehidupan Sang Buddha, yang kita

No.08 / Mei 2005

28

Topik Utama:~Namu Hon-Butsu Buddha

Sakyamuni, Hal. 01

Ceramah :~Cheng Ming (Berprilaku

Seperti Sang Buddha), Hal.04~Menghormati Sebuah

Kehidupan, Hal.18~Kisho Shiki, Upacara

Pentabhisan Anggota Hal.17

Gosho / Goibun:~Misawa Sho, Hal.08

Serba Serbi:~Seri Penjelasan Saddharma

Pundarika Sutra, Hal.13~Seri Pengenalan Kuil-Kuil

Nichiren Shu, Hal.25~Seri Pelajaran Mahayana:

Empat Kebenaran Mulia, Hal.06

Aneka Peristiwa:~Hari Hanamatsuri, Hal.20

~Berita dari Nichiren Shu Los Angeles, Hal.20

~Studi Wisata Ke Laos, Hal. 21~Retret Jawa Tengah dan

Yogyakarta, Hal.23

Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email: [email protected] Website: www.nshi.org

PENGUMUMAN

Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo

Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:

Bank Central Asia (BCA)KCP.Muara Karang

No.Account : 637-012-8152A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia

DANA PARAMITA Buletin "LOTUS"

Rp.6.000,-

Menurut sejarah, terdapat seekor monyet putih mendekati Nichiren dan menuntun Beliau untuk bersembunyi di goa ini, yang mana goa ini merupakan jalan tembus ke sisi lain dari gunung ini. Namun, monyet putih itu telah ditangkap oleh para bhiksu dari Sekte Jodo dan dibunuh. Sebagai bentuk penghargaan bagi monyet tersebut yang telah menyelamatkan nyawa Nichiren, sebuah rupang dibuat dan ditempatkan disini, disebelah kiri dari goa ini terdapat

rupang Nichiren.

Acara Tahunanada minggu pertama atau kedua di bulan Agustus: Diadakan upacara Segaki (Upacara

Hantu Kelaparan) dilaksanakan. Pada tanggal 27 September: Upacara peringatan untuk Nichiren untuk memperingati penyiksaan yang dialaminya pada tahun 1260. SELESAI

P

Ket.Goa Tempat Persembunyian Nichiren Shonin