nama obat
DESCRIPTION
,,TRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Salah satu langkah dalam penulisan resep yang baikdan rasional adalah pemilihan bentuk
sediaan obat yang tepat untuk pasien. Terdapat berbagai macam bentuk sediaan obat dengan cara
pemberiaan yang berbeda-beda dapat dipilih sehingga pengobatan kepada pasien lebih terjamin. Ada
satu jenis obat yang terdiri atas berbagai bentuk sediaan, namun ada juga obat yang hanya memiliki
satu bentuk sediaan. Produsen obat telah mempertimbangkan banyak hal dalam membuat bentuk
sediaan. Terkadang diperlukan bentuk sediaan tertentu namun tidak ada di apotek, maka dokter dapat
meminta ke apotek melalui resep untuk dibuatkan bentuk sediaan sesuai yang diharapkan. Namun
demikian dalam membuat resep untuk meminta bentuk sediaan obat tertentu tersebut, dokter harus
memahami sifat- sifat obat. Karena tidak semua obatdapat dibentuk seperti yang diinginkan.
Pembuatan sediaan obat yang tidak tetap justru akan mengurangi efektivitas dari obat,
misalnya ada obat tertentu bila dibuat dalam bentuk cair (sirup) akan mengalami kerusakan sehingga
menjadi tidak manjur. Ada juga obat tertentu yang ketika dibuat dalam bentuk sirup rasanya sangat
pahit sehingga meskipun ditambah pemanis pasien akan kesulitan konsumsinya karena tidak tahan
dengan pahitnya. Bentuk sediaan tertentu juga di produksi dengan biaya yang mahal sehingga harga
jualnya juga semakin tinggi. Pasien tertentu tidak mampu membeli obat dengan bentuk sediaan yag
mahal juga harus menjadi pertimbangan dokter untuk memilih obat.
B. METODE
Mengamati dan mengidentifikasi bentuk-bentuk sediaan obat yang disediakan. Lakukan
pencatatan nama obat, jenis obat (kandungan obat), bentuk sediaan obat, dan cara pemberiaan
obatnya. Berikut langkah kerja dalam praktikum Farmakologi kali ini :
1. Menetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja.
2. Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok.
3. Amati dan identifikasi bentuk-bentuk sediaan obat yang disediakan, catat nama obat, jenis
obat (kandungan obat), bentuk sediaan, dan cara pemberian obatnya.
4. Mencari informasi, bentuk sediaan lain dari jenis obat yang ada dalam sediaan.
5. Mendiskusikan dalam kelompok apakah indikasi pemberian jenis obat tersebut dan apakah
pertimbangan dokter dalam memilih bentuk sediaan tersebut.
6. Mendiskusikan prosedur pemberian obat masing-masing.
C. HASIL PENGAMATAN
Lampiran 1 (Pertemuan saat Praktikum)
Lampiran 2 (Hasil Akhir)
D. PEMBAHASAN
A. BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk sediaan obat terdiri atas bentuk sediaan padat, setengah padat dan cair.
I. Sediaan padat
1) Serbuk atau powder (Pulvis dan Pulveres)
Merupakan campuran kering bahan obat yang dihaluskan untuk pemakaian
oral/pemakaian luar. Bentuk sediaan serbuk dibagi menjadi :
1. Serbuk terbagi
2. Serbuk tak terbagi
a. Serbuk oral tidak terbagi
b. Pulveres adspersorium (serbuk tabur)
c. Powder for injection (serbuk injeksi)
CARA PENGGUNAAN:
- Dilarutkan/disuspensikan dalamaquadest
- Pulvis adspersorius ditaburkan
- Serbuk injeksi, dilarutkan ataudisuspensikan dalam aqua proinjeksi pelarut
yangsesuai/tersedia
2) Granul (Granual/Drygranule)
Merupakan sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 μm
dengan atau tanpa vehikulum (zat pembawa bahan aktif). Macam bentuk granul:
- Bulk granules
- Divided granules
CARA PENGGUNAAN::
Sebelum diminum,dilarutkan/disuspensikandulu dalam air /pelarut yang sesuai
dengan volume tertentu, menurut petunjukdalam brosur yang disediakan.
3) Tablet
Merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Macam tablet antara lain :
1. Berdasar teknik pembuatan:
a. Tablet cetak
b. Tablet kempa
2. Berdasar penggunaannya:
- Bolus
- Tablet triturate
- Tablet hipodermik
- Tablet bukal
- Tablet sublingual
- Tablet efervesen (tablet buih)
- Tablet kunyah (chewable tablet)
- Tablet Hisap (Lozenges)
1. Lokal
2. Sistemik
3.Berdasarbentuknya:
- Bulat pipih
- Silindris
CARA PENGGUNAAN
Secara umum obat bentuk ini adalah dengan ditelan utuh kecuali tablet dengan
penggunaan khusus seperti tablet hisap.
4) Kapsul (Capsulae)
Merupakan sediaan padat terdiri atas obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Macam obat bentuk kapsul antara lain:
- kapsul cangkang keras (Hard Capsule)
- kapsul cangkang lunak.(Soft Capsule)
II. Sediaan setengah padat
- Keuntungan sediaan setengah padatdibandingkan sediaan cair:
1. Dapat diatur daya penetrasi denganmemodifikasi basisnya.
2. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
3. Lebih sedikit mengandung air sehinggasulit tumbuh bakteri.
4. Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu.
- Kerusakan pada sediaan setengah padat:
1. Terjadi ketengik terutama untuksediaan-sediaan dengan basis lemak takjenuh.
2. Terbentuk kristal atau keluarnya fasepadat dari basisnya.
3. Terjadinya perubahan warna.
- Macam-macam Obat sediaan setengah padat:
1) Cremores (krim)
Merupakan obat yang mengandung satu/lebih bahan obat, berbentuk emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang
dalam air. Krim mudah dibersihkan.
2) Jelly (gel)
Merupakan bentuk obat yang jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat aktif
dalam keadaan terlarut. Jelly lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak ada
lilin, digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis
bahan obat, umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik
leleh rendah serta dapat dicuci karena mengandung mucilage, gum atau bahan
pensuspensi sebagai basis.
3) Pastae (pasta)
Merupakan bentuk obat yang mengandung satu / lebih bahan obat yang ditujukan
untuk pemakaian topikal. Konsistensi obat ini lebih kenyal dari unguenta, tidak
memberi rasa berminyak seperti unguenta, mengandung bahan serbuk padat antara 40-
50%. Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta:
a. Mengikat cairan sekret lebih baik dariunguentum
b. lebih melekat pada kulit
4) Unguenta (salep)
Obat bentuk ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Bahan obat terlarut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
III. Sediaan cair
1) Sediaan cair oral
-Potions/obat minum
-Elixir
-Sirup
-Guttae/drop)
2) Sediaan cair topikal
-Collyrium
-Guttae Opthalmicae (Tetes Mata)
-Gargarisma
-Mouthwash
-Guttae Nasals (Tetes Hidung)
-Guttae Auricularis (Tetes Telinga)
-Irigationes
-Inhalations
-Epithema
-Lotion
-Linimentum
Keuntungan liniment dibandingkan dengan salep adalah:
a. Lebih mudah dicuci dari kulit
b. Penetrasi lebih baik dari sediaan salep.
3) Sediaan cair rektal/vaginal
-Lavament/Clysma/Enema
Selain untuk membersihkan, enemajuga berfungsi sebagai karminativa,emollient,
diagnostik, sedatif,antelmintik, dan lain-lain.
- Douche
4) Sediaan injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsiatau suspensi atau serbuk yangharus dilarutkan
atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakansecara parenteral, disuntikkan
dengan cara menembus ataumerobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput
lendir.
B. CARA PEMBERIAN OBAT
Ada beberapa jenis obat yang diberikan dengan cara yang berbeda, berikut adalah
beberapa macam tehnik pemberian obat diantaranya yaitu :
I. Pemberian Obat Secara Oral.
Pemberiannya obatnya adalah melalui mulut. Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan
praktis dalam memberikannya.
Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, contohnya adalah : obat yang bersifat merangsang
(emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan
oksitoksin). Pemberian obat oral ini dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat
kerjanya. Dapat juga untuk mencapai efek lokal yang diinginkan dan dikehendaki contohnya adalah
obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus (pemeriksaan diagnostik). Obat oral
bekerja sangat baik untuk mengobati infeksi usus. Bentuk sediaan oral diantaranya yaitu : Tablet,
Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan.
II. Pemberian Obat Secara Oromucosal
Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua macam cara, yaitu:
a. Obat Sublingual
Obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah, tidak melalui hati sehingga
tidak diinaktif. Obat sublingual ini hanya untuk obat yang bersifat lipofilik. Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah
lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa
lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari, misalnya pada pasien serangan jantung dan asma. Kelemahan obat
ini kurang praktis untuk digunakan terus-menerus karena dapat merangsang selaput
lendermulut. Bentuk sediaan sublingual adalah tablet kecil atau spray, contoh :
Isosorbid Tablet.
b. Bucal
Obat yang cara pemberiannya diletakkan diantara pipi dan gusi. Obat ini langsung
masuk ke dalam aliran darah .Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak
ada kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet.
III. Pemberian Obat Secara Inhalasi.
Obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Obat diberikan untuk disedot atau
disemprotkan melalui hidung atau mulut.
Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan
homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan
langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau
uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada
saluran pernapasan.
Bentuk sediaan obat inhalasi adalah dalam bentuk gas dan zat padat. Bentuk inhalasi ini bisa
dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, contohnya yaitu : Alupent
Metered Aerosol ).
IV.Pemberian Obat Secara Rektal
Obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat
kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik. Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila
dibandingkan dengan peroral, karena berhubungan langsung dengan pembuluh-pembuluh darah
pertama. Contoh : pada pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal, dalam
pengobatan kejang akut)
Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya
mempunyai efek local. Bentuk sediaan obat secara rectal adalah suppositoria dan clysma(obat
pompa).
V. Pemberian Obat Secara Pervaginam.
Pemberian Obat yang diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina. Diberikan pada
antifungi dan anti kehamilan. Bentuknya sediaan obat secara pravaginal adalah Tablet, Salep, Krim
dan Cairan bilasan.
VI.Pemberian Obat Secara Perenteral.
Obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat
langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak
kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah
disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
Jenis Injeksi lebih kurang ada 10 :
a. Subcutan/Hipodermal (sc)
Penyuntikkan dibawah kulit, Obatnya tidak mernagsang dan larut dalam air atau
minyak, Efeknya agak lambat dan dapat digunakan sendiri misalnya : penyuntikan insulin
pada penderita diabetes.
b. Intramuskular (im)
Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan antibiotika atau dimana
tidak banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas.
c. Intravena (iv)
Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah, Reaksinya sangat cepat yaitu waktu
satu peredaran darah, obat sudah beredar ke seluruh tubuh atau jaringan, Dapat menimbulkan
reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak, shock, dsb. Infus
intravena dengan obat sering dilakukan di rumah sakit dalam keadaan darurat atau dengan
obat yang cepat metabolismenya dan eksresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap
tinggi.
d. Intra arteri (ia)
Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk membanjiri suatu organ
misalnya pada Kanker Hati.
e. Intra cutan (ic)
Penyuntikkan dilakukan dalam kulit, Absorpsi sangat perlahan misalnya pada
tuberculin test dati Mantoux.
f. Intra lumbal
Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang (sumsum tulang belakang) misalnya
untuk anestesi umum.
g. Intra peritonial
Penyuntikan ke dalam selaput perut.
h. Intra cardial
Penyuntikan ke dalam jantung.
i. Intra pleural
Penyuntikan ke dalam rongga pleura (paru-paru).
k. Intra articulair
Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi.
VII. Pemberian Obat Secara Topikal/lokal.
Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara Topikal / Lokal.
Pemberian secara topikal atau lokal maksudnya adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal,
misalnya tetes mata, salep, tetes telinga dan lain-lain.
VIII. Pemberian Obat Secara Intranasal
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung. Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa
hidung yang membengkak (otrivin nasal drop).Cara ini dapat digunakan untuk efek sistemik
misalnya untuk melancarkan pengeluaran ASI cth : Syntocinon nasal spray. Bentuk sediaan obat
secara intranasal adalah Drop dan Spray.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Setiap obat memiliki bentuk sediaan obat (BSO) yang berbeda. Perbedaan BSO ini
disesuaikan dengan jalur pemasukan obat ke dalam tubuh dan juga dilihat dari sifat fisikokimia
obat (aktivitas/struktur kimia obat, farmokinetik, lokasi target obat) dan faktor pasien (keadaan
pasien baik kesadaran, metabolisme, fisik, dan umur pasien untuk menentukan dosis dan
pemakaian).Misalnya, ada obat yang tidak bisa diabsorbsi melalui oral, ada obat yang rusak bila
terkena getah lambung, juga ada obat yang tidak larut air/lemak. Semua hal tersebut harus
diperhatikan dan diperhitungkan oleh dokter, sehingga efek terapi yang diinginkan dapat tercapai
dengan baik.
Saran pada praktikum kali ini, lebih baik tiap kelompok diberika obat yang berbeda-beda
yang nantinya dapat dijadikan dalam satu daftar obat beserta sediaannya agar pengetahuan kami
lebih luas.
F. KEPUSTAKAAN
2012. MIMS Vol 13. Bhuana Ilmu popular.
2012/2013. ISO Indonesia Vol 47. PT. ISFI Penerbitan.
Farmakologi.file.wordpress [14 April 2013].
Modul Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Unlam Banjarmasin.
www.Apotikantar.com/berotec_larutan_inhalasi
G. LAMPIRAN
Lampiran 2
No Nama Obat Jenis Obat Indikasi BSO Cara
Pemberian
Kelompok Pasien BSO lain
1. Asam Mefenamat Asam Mefenamat Mengurangi rasa nyeri ringan
sampai sedang termasuk
Menorrhagia, Rheumatoid artritis,
Osteoarthritis, Dysmenorrhea
Kaplet Oral Dewasa dan anak
di atas 14 tahun
Kaplet 250 mg
Kaplet 500 mg
2. Genoint 0,3% Gentamicin Pengobatan infeksi bakteri rentan
gentamicin pada struktur luar dari
mata, juga untuk pencegahan
infeksi mata setelah pembuangan
benda asing di kornea, setelah
trauma fisik dan kimiawi, serta
setelah bedah mata
Tube
(salep)
Dioleskan pada
permukaan kulit
Semua umur Tetes mata
Salep kulit
3. Berotec Fenoterol
HydroBromide
Asma bronkial, bronkitis
obstruktif, emfisema, asma
disebabkan suatu gerakan
olahraga dan kelainan
bronkopulmonari
Inhaler Inhalasi Semua umur Sirup
4. Hydrocortisone Hydrocortisone
acetate 1%
Untuk ekzema dan alergi kulit lain
(dermatitis)
Salep Dioleskan di
bagian yang
Semua umur. Hati-
hati untuk wanita
Tablet 10 mg
Tablet 20 mg
alergi hamil, bayi, dan
anak usia kurang
dari 4 tahun
Salem 5 gr
(Hydrocortisone
acetate 2,5 %)
5. Mycetine Clhoramphenicol infeksi superfisial pada telinga
luar oleh bakteri gram positifatau
negatif yang peka terhadap
clhoramphenichol
liquida 10
ml
Suspensi gut aur
(diteteskan ke
dalam telinga)
Semua umur -
6. Clhoramphenicol Clhoramphenicol -Penyakit thypus, parathypus,
salmonelosis lainnya.
-Infeksi berat oleh H. Influenza,
ricketsia,lhymphogranulosa,psitta
cosis, dan beberapa bakteri gram
negativemenyebabkan infeksi
berat.
Kapsul Oral Dewasa, anak-
anak, dan bayi
lebih dari 2 minggu
(50 mg/kg sehari).
Bayi premature dan
bayi kurang dari 2
minggu (25 mg/kg
berat badan
Kapsul
Tablet
Sirup
Tetes mata
Tetes telinga
Salep mata
7. Alpara Paracetamol 500 mg Meringankan influenza yang
disertai gejala demam, pilek,
bersin-bersin, sakit kepala, dan
batuk
Kaplet Oral Dewasa dan Anak-
anak (7-12 tahun)
Sirup
8. Lidocain -Lidocalin HCl 40
mg
Untuk anestesi lokal Ampul Injeksi Dewasa:1-1.5 mg/kg
dan diulang sampai
Cream
Spray
-Adrenalin 50mg
-Solvens ad 2mg
3 mg/kg -Gel
9. Timol Timololol Maleale Glaukoma sudut terbuka yang
kronis, aphakic glaukoma,
beberapa pasien dengan
glaukoma sekunder
Cair Diteteskan ke
mata
-
10. Bintang Toedjoe -Acetaminophen
400mg
-Acetosal 250mg
-Caffein 50mg
Meringankan sakit gigi, sakit
kepala,dan menurunkan demam
Pulvis Oral Dewasa dan Anak-
anak
Sirup
11. Antihemoroid Tiap suppositoria
mengandung:
-Bismuth
Subgallate 150 mg.
-Hexachlorophene
2,5 mg.
-Lignocaine 10 mg.
-Zinc Oxide120
mg.
Hemoroid / ambeien / wasir Ovule Supositoria
rektal
Tidak boleh untuk
anak-anak
-
12. Flagystatatin -Metronidazole Pengobatan vaginitis ketika di Ovule Supositoria Wanita yang sudah -
Vaginal Ovule 500mg
-Nystatin 100.000
iu
diagnose/ diduga terdapat infeksi
campuran trikomonas / candida
vaginal menikah. Karena
pemberian obat iini
dapat merusak
selaput dara.
13. Xylamidone -Antalgin 250mg
-Pyramidan 50mg
-Lidocaine HCL
15mg
Penurun tensi darah Vial Injeksi
Muskular
Dewasa -
Lampiran 3
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)
BLOK 5
Oleh : Kelompok A1
Risma Adista 092010101021
Defriyana Suwandi 122010101012
Rinda Yanuarisa 122010101024
Farmitalia 122010101037
Aditha Fitrina Andiani 122010101049
Nugroho Priyo Utomo 122010101062
Rosita Sopwi Nur Laily 122010101066
Bakhtiar Yusuf Habibi 122010101079
Maulidah Ayuningtyas 122010101089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013