nama-nama kampung berunsur ok dalam bahasa … · jurusan sastra indonesia, fakultas sastra,...
TRANSCRIPT
NAMA-NAMA KAMPUNG BERUNSUR "OK" DALAM BAHASA NGALUM
KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
W. Yuventus Opki
NIM: 134114007
PROGRAM S'I'UDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
NAMA-NAMA KAMPUNG BERUNSUR "OK"
DALAM BAHASA NGALUM
DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG
Oleh:
W. Yuventus Opki
NIM: 134114007
Telah disetujui oleh:
P=~h__~-7"-:....L..-=-"j? Tanggal,.JI..~ 2017Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum
p_e_m_b_im_b--,,~_g_II,t Tanggal ./!. ..&~~.2017Dr. Yoseph Yapi Taum
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
NAMA-NAMA KAMPUNG BERUNSUR "OK"
DALAMBAHASANGALUM
DlKABUPATENPEGUNUNGANBINTANG
Dipersiapkan dan ditulis oleh
W. Yuventus Opki
NIM: 134114007
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
Pada tanggal 25 Agustus, 2017
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia
Nama Lengkap
Sekretaris : Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
Anggota : Susilawati Endah. Peni Adji, S.S,. Mum.
: Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum.Ketua
Yogyakarta, 25 Agustus, 2017
nDr. P. Ari Subagyo, M.Hum
III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERYANTAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahawa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah diseblltkan dalam kutipan
dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 05 September, 2017
Penlllis
W. Yuventus Opki
IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa
Universitas Sanata Dharma
Nama : W. Yuventus Opki
NIM : 134114007
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang beljudul " Nama-Nama
Kampung Berunsur "Ok" dalam Bahasa Ngalum di Pegunungan Bintang' serta perangkat
yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhmma
hak menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk lain, mengolanya ke dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas daan mempublikasikannya di internet atau media yang
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesunggunya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 05 September, 2017
Yang menyatakan,
w. Yuventus Opki
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KEPADA MEREKA, KUPERSEMBAHKAN:
1. Bapa Hengki Opki ()
2. Bapa Lambertus B. Opki, S.Pd ()
3. Ibu Bernadeta Opki ()
4. Bapa Drs. Theo B. Opki ()
5. Bapa Oktavianus Opki ()
6. Yakon Lodwina Opki ()
7. Yakon Diana Opki ()
8. Yakon Longginus Opki ()
9. Yakon Stefanus Opki ()
10. Ibu Emilka Opki
11. Laurens K. Opki
12. Yanuarisu K. Opki
13. Ning Yanuaris Bakweng Opki
14. Ning Laban Opki
15. Ning Okalka Opki
16. Ning Okipur Opki
17. Anak Krosia Bill Opki
18. Bapak Edmondus Opki
19. Olandia Opki
20. Olivia Opki
21. Okyuki Opki
22. Bapak Timotius Opki ()
23. Anak Basip Bill Opki
24. Anak Yosika Bill Opki
25. Anak Yoseph D. Bill Opki
26. Anak Yusuf D. Bill Opki
27. Uropkur Karolina Opki
28. Adik Lia Opki
29. Adik Julia D. Opki
30. Adik John Permaweng Opki
31. Anak Luky Opki
32. Anak Anjela K. Opki
33. Anak Marioneta K. Opki
34. Anak Bernadeta Opki
35. Ansap Tresio K. Opki
36. Bapa Marko Opki, S.Pd
37. Ibu Alfonsina Opki
38. Ibu Theodora Opki
39. Bapa Libertus Opki, S.Pd
40. Anak Pelivia Opki
41. Priskila Opki
42. Eufrasi Opki
Motto:
Jangan Takut Berjalan Lambat, Asal Jangan Berhenti
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA:
Yang tercinta, Bapa Almahrum Hengki Opki, engkau selalu mendewasakan saya melalui
nasehat yang tak pernah bosan saat masa kecilku yang begitu sembrono. Aku bersyukur, atas
nasehatmu, harapan dan impianmu, impianku telah kuraih. Yepmum Botom Dipyop.
Atangki Aplim Apom selalu menyertaimu bersama para kudus di Surga
Yang tercinta, Mather of Teresa, Mellyana Kuripkon Kalaka, engkau adalah mutiaraku
yang datang meringankan di setiap beban dengan nilai yang tak kurang dan tak lebih
membayar UKT dan SKS. Pengorbananmu tak pernah kusandingkan dengan apa pun. Doa-
doamu selalu menyertaiku. Doa-doamu berubah dengan situasi yang tak aku bayangkan.
Semua kebaikanmu, hanya Tuhan yang membalasnya. Yepmum Nanong Dipyop Atangki
Apli Apom Berkati.
Yang tercinta, Keleuarga Bapak Jery Uropdana yang selalu memberi dukungan moril.
Yang tercinta Pade Pieter Kalakmabin, yang telah membantu tena, dalam setiap
kesulitan. Atangki Aplim Apom Berkati.
Yang tercinta, Urop Dosen Melkior N.N. Sitokdana, serta Istri, dan anak-anak yang
Tuhan Yesus kasihi, Yepmum atas bantuannya dalam membagikan ilmu, sehingga skripsi ini
bisa dapat ditulis. Atangki Aplim Apom berkati.
Yang tercinta, Urop, Tena, Yanuarisu K. Opki serta istrinya Basilisa Asemki, anak-
anak; Anggela K. Opki, Marioneta K. Opki, Bernadeta Opki, Hansam Thresio K.
Opki, terimakasih atas dukuangannya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Atangki Aplim Apom Berkati.
Yang tercinta, keluarga bapak Kalox Bil (), istrinya, Karolina Opki, serta anak-anak;
Krosiana B. Opki, Basip B. Opki, Yosika B. Opki, dan kembar yang tercinta, Yoseph D.
B. Opki, dan Yusup D. B. Opki. Terima kasih atas dukungannya.
Atangki Aplim Apom Berkati
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan doa kepada Allah Aplim Apom yang telah menciptakan dan
memberikan nafas kehidupan serta hikmat dalam pengetahuan dan atas perlindungan-Nya,
saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nama-Nama Kampung Berunusr Ok
dalam Bahasa Ngalum di Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Dengan perjalanan
yang panjang dari SD, SMP, SMA, sampai ke Perguruan Tinggi, yang telah saya lalui, maka
akhir dari pada ini, saya pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat
yang telah membimbing, mendampingi, dan mengoreksi skripsi saya dari awal hingga akhir
ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof., Dr., I., Praptomo Baryadi, M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah
berkenan membimbing kepada saya dalam penulisan skripsi dari perbaikan kata,
kalimat, sehingga penyusunan skripsi ini telah diselesaikan.
2. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
memberikan arahan, masukkan, dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Staf Dosen Fakultas Sastra, Program Studi Sastra Indonesia, Universitas
Sanata Dharma yang saya cintai; Dr. P. Ari Subagyo, selaku dosen dan Dekan
Fakultas Sastra, Program Studi Sastra Indonesia, S.E. Peni Adji, M.Hum, dosen dan
Kaprodi Sastra Indonesia, Dr. B. Rahmanto, M.Hum, dan Pak Sony serta karyawan
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Hengki Opki () dan Mellyana Kalaka yang telah melahirkan, membesarkan,
mendidik dengan penuh kasih sayang yang tak hingga berupa doa materi, nasihat,
semangat, dan perhatian yang setulus-tulusnya.
5. Uropkur dan Ning yang telah memberikan dukungan doa, moril, beri semangat:
Emilka Opki, dan Laurensius K . Opki
6. Uropkur Karolina serta anak-anaknya: Yhosep, Yusup, Yosika, Basip, dan Krosiana
7. Urop Yanuarusi K. Opki serta Istri Basilia Asemki serta anak-anaknya: Anjela,
Marioneta, Bernadeta, dan Hansam.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Keluarga Bapa Jeri serta, Istrinya, Emilka Opki, dan anak-anaknya: Mario, Uel, dan
Ela.
9. Bapa Geri dan istrinya, Enggelina Opki, dan anak-anaknya: Geopani, Denom,
Tombul, dan Ipur.
10. Pemerintah Kabupaten Pegunungan yang saya cintai dan Tuhan kasihi.
Yogyakarta, 05 September, 2017
Penulis
~OP"
IX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Opki, W.Yuventus, 2017. Nama-Nama Kampung Berunusr Ok Dalam Bahasa Ngalum di
Pegunungan Bintang, Provinsi. Skripsi Strata I (S-1). Progran Studi Sastra Indonesia.
Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Objek penelitian ini adalah nama-nama kampung berunsur Ok dalam Bahasa
Ngalum di Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Ada tiga masalah yang dibahas, yaitu (1)
Bagaimana sejarah asal usul masayarakat suku Ngalum, letak geografi, dan demografi
masyarakat suku Ngalum bertutur bahasa Ngalum?, (2) Dasar penamaan Kampung (3) Apa
maksud atau makna filosofi yang direpresentasikan oleh nama kampung yang berunsur "Ok"
dalam bahasa Ngalum?.
Tujuannya adalah (1) deskripsikan sejarah asal usul masyarakat suku Ngalum, letak
goegrafis, dan demografi masyarakat suku Ngalum di Pegunungan Bintang (2) deskripsikan
nama kampung mana saja yang berunsur "Ok " dalam bahasa Ngalum, dan (3) deskripsikan
maksud atau makna filosofi yang direpresentasikan oleh nama kampung yang berunsur "Ok"
dalam bahasa Ngalum bagi masyarakat suku Ngalum.
Penelitian ini digunakan empat metode dalam pengumulan data, yaitu (1) metode simak
adalah metode yang dilakukan secara mengamati, menyimak, langsung pengguna bahasa dalam
nama-nama kampung yang berunsur Ok dalam bahasa Ngalum. (2) teknik libat cakap, yaitu
teknik dengan mengamati dan mencatat data berupa nama-nama kampung berunsur "Ok" dalam
bahasa Ngalum, (3) metode cakap, yaitu metode yang dilibatkan antara peneliti dan informan
dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, (4) metode padan dan metode translasi, yaitu
metode padan adalah alat penentunya terletak di luar unsur bahasa dan metode translasional,
yaitu metode yang dipengaruhi oleh aspek social penutur yang dapat diteliti. Metode hasil
analisis data dapat digunakan dengan metode informal, yaitu metode yang menggunakan kata-
kata biasa, yaitu kata-kata yang bersifat denotative.
Hasil penelitian atas Nama-nama kampung yang berunsur Ok yang berasal dari
bahasa Ngalum, yaitu (1) Oksibil, (2) Okaom, (3) Okautaka, (4) Okatem, (5) Okyop, (6)
Okbab, (7) Oklip, (8) Okyumi, (9) Okarka, (10) Okngangop, (11) Okbape, (12) Oktela be,
(13) Okitiwok (Nanom), (14) Okmanit, dan (15) Okano-Oksebul
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil penelitian di atas, ada 6 kampung yang sudah jadi wilayah distrik yaitu, (1)
Distrik Oksibil, (2) Distrik Okaom, (3) Distrik Okyop, (4) Distrik Okbab, (5) Distrik Oklip, dan
(6) Distrik Okbape. Makna atau maksud filosofis yang direpresentasikan oleh nama-nama
kamung berunsur Ok dalam bahasa Ngalum bagi masyarakat Ngalum dapat dibagi empat
demensional yaitu, (1) makna atau maksud filosofis dari dimensi ekonomis, (2) dimensi
teologis, (3) dimensi geografis, dan (4) dimensi sosiologis. Asal pemberian nama kampung di
Pegunungan Bintang berdasarkan nama Ok terjadi antara mitos penciptaan, folklore, dan
pemberian nama berdasarkan pengaruh-pengaruh luar, serta terjadi fenoma alam di sektar
lingkungan masyarakat.
Kata kunci: Sejarah, dasar penamaan kampung, dan maksud atau makna filosofis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Opki. W. Yuventus, 2017. The names of the village of Ok in Ngalum tribe language in
Pegunungan Bintang Privince of Papua. Thesis strata I(S-1). Indonesian Literature Study
Program, Sanata Dharma University of Yogyakarta.
Opki, W.Yuventus.2017. The names of the village of Ok in Ngalum tribe language in
Pegunungan BintangPrivince of Papua.There are three issues discussed namely ; (1)how the
historical origin of Ngalum tribe , geographical position , demographic society of Ngalum
tribe who speak Ngalum language, (2)Basic naming of the villages , and (3) What is the
meaning of the philosophy represented by the name of the village of Ok in Ngalum language ..
The aims of this research are (1) to describe the historical origin of Ngalum tribe in
Pegunungan Bintang , (2) To categorize the names of the villages which are the villages of Ok
in Ngalum tribe language , and (3) portray the meaning of the philosophy represented by the
name of the village of Ok in Ngalum language for Ngalum tribes.
This research used four methods in collecting data, namely (1) the method of listening.
It is done by observing and direct listening in language use in the names of the village of Ok
in Ngalum tribe language . (2) Involvement Conversational techniques. It is a technique by
observing and recording data in the form of the names of the village of Ok in Ngalum tribe
language .(3) Conversational technique . It is a method involves the researcher and informant
conducted using spoken language. (4) The method of the equivalent and translation. The
method of equivalent is the means of determining is located outside the language elements. The
translational method is the method influenced by the social aspects of the speakers that can be
examined . The result of data analysis can be used in informal methods. Informal methods is
a method that use ordinary words and denotative. The result of the research above the
names of the village of Ok which comes from Ngalum tribe language are :
(1) Oksibil, (2) Okaom, (3) Okautaka, (4) Okatem, (5) Okyop, (6) Okbab, (7)
Oklip, (8) Okyumi, (9) Okarka, (10) Okngangop, (11) Okbape, (12) Oktelabe, (13)
Okitiwok (Nanom), (14) Okmanit, dan (15) Okano-Oksebul
xii
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
From the results of the above research, there are 6 villages that have become district.
They are; District of Oksibil , (2) District of Okaom, (3) District of Okyop, (4) District of
Okbab, (5) District of Oklip, dan (6) District of Okbape.
the meaning of the philosophy represented by the name of the village of Ok in Ngalum
language for Ngalum tribes can be divided into four dimensional such as ; (1) the
philosophical meaning of the economic dimension , (2) the theological dimension, (3) the
geographic dimension , and (4) sociological dimension.
The origin of village naming in Pegunungan Bintang based on the name of Ok takes
place between the creation of mythos , folklore , and naming based on outside influences and
natural phenomenon in neighborhoods.
Keys Words: History, basic naming of the villages, philosophical meanings
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN BIMBINGAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESEHAN PENGUJI ............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN HASIL KARYA ................................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN KEPADA KELUARGA OPKI ....................................... vi
LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ viii
ABSTRAK .......................................................................................................................... x
ABSTRACT .......................................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 6
1.6 Landasan Teori ................................................................................................. 7
1.6.1 Penamaan Dalam Konteks Bahasa .................................................... 7
1.6.2 Peniruan Bunyi .................................................................................. 9
1.6.3 Penyebutan Sifat Khas ....................................................................... 10
1.6.4 Penemu dan Pembuat ......................................................................... 10
1.6.5 Tempat Asal ....................................................................................... 11
1.7 Penamaan dalam Konteks Bahasa Daerah ....................................................... 11
1.8 Maksud atau Makna Filosofis Nama Kampung atau Tempat .......................... 13
1.9 Metode dan Teknik Penelitian ......................................................................... 15
1.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 15
1.9.2 Metode dan Teknik Analisis Data ..................................................... 16
1.9.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data .............................................. 17
1.9.4 Metode Studi Pustaka ........................................................................ 18
1.9.5 Sistematika Penyajian ........................................................................ 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II LETAK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS SUKU NGALUMSERTA DAN
SEJARAH ASAL USULNYAMASYARAKAT NGALUM YANG BERTUTUR BAHASA
NGALUM ........................................................................................................................... 19
2.1 Kata Pengantar ................................................................................................. 19
2.2 Letak Gografis.................................................................................................. 19
2.2.1 Lokasi ................................................................................................. 20
2.2.2 Kondisi Alam ..................................................................................... 22
2.2.3 Demografi .......................................................................................... 23
2.3 Pengertian Sejarah ............................................................................................ 24
2.3.1 Sejarah Asal Usul Masyarakat Suku Ngalum .................................... 27
2.3.2 Bahasa Yang Digunakan Oleh Masyarakat Suku Ngalum ................ 32
2.3.3 Wilayah dalam Perbedaan Dialek Bahasa Ngalum ........................... 33
2.4 Sistem Mata Pencaharian ................................................................................. 38
2.4.1 Sistem Berladang ............................................................................... 38
2.4.2 Sistem Berburu dan Meramu ............................................................. 39
2.4.3 Sistem Beternak ................................................................................. 40
2.4.4 Sistem Kekerabatan dan Pranata Sosial ............................................. 41
2.4.5 Sistem Pengetahuan ........................................................................... 43
2.4.6 Sistem Pemukiman ............................................................................ 45
2.4.7 Sistem Kesenian ................................................................................. 46
2.4.8 Sistem Religi ...................................................................................... 48
2.4.9 Sistem Perdagangan ........................................................................... 49
BAB III NAMA-NAMA KAMPUNG BERUNSUR OK DALAM BAHASA NGALUM
KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG .................................................. 51
3.1 Pengantar .......................................................................................................... 51
3.2 Dasar Penamaan (thoponimy) Wilayah atau Tepmat ....................................... 51
3.2.1 Kampung/Kota Oksibil ...................................................................... 53
3.2.2 Kampug/Distrik Okaom ..................................................................... 54
3.2.3 Kampung Okalutaka .......................................................................... 56
3.2.4 Kampung Okatem .............................................................................. 57
3.2.5 Kampung Okyop ................................................................................ 59
3.2.6 Kampung/Distrik Okbab .................................................................... 60
3.2.7 Kampung Oklip .................................................................................. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3.2.8 Kampung Okyumi .............................................................................. 64
3.2.9 Kampung Okarka ............................................................................... 65
3.2.10 Kampung Oknganop .......................................................................... 66
3.2.11 Kampung/Distrik Okbape .................................................................. 67
3.2.12 Kampung Oktelabe ............................................................................ 68
3.2.13 Kampung Okitiwok (Nanom) ............................................................ 69
3.2.14 Kampung Okmanit = batu delima ...................................................... 70
3.2.15 Kampung Okano (Air mentah) .......................................................... 71
BAB IV MAKSUD ATAU MAKNA FILOSOFI OK BAGI MASYARAKAT SUKU
NGALUM KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG .................................... 73
4.1 Pengantar .......................................................................................................... 73
4.2 Pengertian Filosofi ........................................................................................... 74
4.3 Macam Filosofi Ok Bagi Masyarakat Suku Ngalum
di Pegunungan Bintang .................................................................................... 76
4.3.1 Makna Filososi Ok dari Sudut Pandang Teologis .......................... 79
4.3.2 Makna Filosofi Ok dari Sudut Pandang Ekonomis ........................ 81
4.3.3 Makna Filosofis Ok dari Sudut Pandang Geografis ....................... 82
4.3.4 Makna Filosofi Ok dari Sudut Pandang Sosiologis ....................... 82
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 86
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 86
5.2 Saran................................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 89
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Objek penelitian ini adalah nama-nama kampung berunsur "Ok" dalam bahasa daerah
suku Ngalum (local language) di Kabupaten Pegunungan Bintang. Nama-nama kampung
berunsur "Ok" tersebut sebagai berikut, (1) Oksibil, (2) Okaom, (3) Okautaka, (4) Okatem,
(5) Okyop, (6) Okbab, (7) Oklip, (8) Okyumi, (9) Okarka, (10) Okngangop, (11)
Okbape, (12) Oktelabe, (13) Okitiwok (Nanom), (14) Okmanit, dan (15) Okano-Oksebul
Kata "Ok" (Ngalum) diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah "air". Masyarakat
suku Ngalum di Pegunungan Bintang dipandang sebagai "Kata Ok" (Manusia Ok/suku Ok).
Artinya, kata "Ok" merujuk pada manusia Ngalum itu sendiri.
Nama-nama kampung yang berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum di Pegunungan
Bintang merupakan hasil karya (cipta) Tuhan (Atangki), bahwa setiap kampung memilik
sumber mata air. Oleh karena itu, masyarakat suku Ngalum disebut sebagai manusia "Ok" (
kaka "Ok). Pada umumnya, air dipandang sebagai mata kehidupan bagi manusia, hewan,
dan tumbuh-tumbuhan
Bagi masyarakat suku Ngalum, "Ok" dipandang sebagai berkat kesucian yang diberikan oleh
sang pencipta alam semesta. Dalam ritual-ritual upacara adat, masyarakat suku Ngalum
diawali dan diakhiri dengan minum air. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan minum air, jiwa
manusia "Ok" dapat disucikan atau diberkati oleh Attangki (Tuhan). Dalam kehidupan
sehari-hari misalnya, ketika orang sedang sakit, masyrakat Ngalum melakukan doa bersama
dengan ritual-ritual khusus untuk mendoakan orang sakit. Pada saat doa, si pendoa akan
sediakan air, setelah doa selesai, si penderita diberi air untuk diminum. Dengan maksud agar
orang tersebut dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Selain itu, masyarakat suku Ngalum menggunakan air pada saat upacara pernikahan.
Dalam upacara pernikahan tradisional Ngalum, pihak laki-laki akan mengundang pihak
perempuan ke rumah pihak laki-laki untuk menerima harta (maskawin) yang telah disiapkan
pihak laki-laki. Acara pernikahan ini ditandai dengan menggantungkan noken (men) di atas
kepala perempun (men abol diron atau men abol dirparenepuron). Men/Noken
direpresentasikan sebagai alat untuk menyimpan dan membawa segala hasil buminya melalui
noken itu dari ladangnya ke rumah. Setelah itu, perempuan tersebut diberi minum
(Okdirparon atau Okdirparepuron). Dengan maksud, bahwa kedua pasangan ini sah
sebagai pasangan suami istri dan menjalankan hidupnya terpisah dari orang tua mereka.
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya adalah
antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang bunyi. Misalnya kata, dengan sesuatu benda atau
hal yang dilambangkan bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan wajib di antara
keduanya, (Chaer, 2009:43). Misalnya kata, "Ok" dengan benda yang diacunya, yaitu air. Air
merupakan berwujud zat cair. Konteks dari pada air yang dimaksud berbeda dengan air yang
dicampurkan atau direaksikan dalam bahan-bahan kimia, seperti air raksa, dan alkohol.
Kata "Ok" dibagi dalam tiga fariasi dalam bunyi bahasa, yaitu kata "Oke" (bahasa
Indonesia), "Ok" (dalam bahasa Ngalum), dan "Ok/Okey" (dalam bahasa Inggris). Satu kata
ini, memiliki bunyi yang mirip dan atau sama namun, mengandung arti yang berbeda. Kata
"Ok" (Ngalum) artinya air, "Oke" (Indonesia) artinya `ya' dan "Ok/Okey" (Inggris) artinya,
Oke, iya, dan baik). Kata Ok/Okey (Inggris) dan Oke (Indonesia), yaitu ya, iya, dan baik
artinya kata ya, iya, dan baik adalah menyatakan persetujuan atau (di)-setuju-(i) dan
menyetujui. Kata "Ok" dalam bahasa Ngalum merupakan kata benda yang bermakna pada
benda berwujud zat cair yang dapat diminum dan dipakai untuk mencuci. Kata "Ok" dalam
bahasa Ngalum tidak mengalami perubahan bunyi afiksasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Secara makna gramatikal, kata "Ok" mengandung makna berupa zat cair. Sedangkan
kata "Ok" secara makna leksikal tidak akan terbentuk dalam afiksasi, reduplikasi dan proses
komposisi karena proses afiksasi pada awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat:
(1) Batu seberat itu ter-angkat juga oleh adik.
Kata ter-angkat pada kalimat (1) menunjukkan makna dapat'.
(2) Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas.
Kata terangkat pada kalimat (2) menunjukkan makna gramatikal. Artinya tidak
dengan sengaja'.
Oleh karena itu, kata "Ok" dalam bahasa Ngalum hanya dapat dimaknai secara
gramatikal yang mengandung makna dalam sebutan kata benda, yaitu berwujud benda zat
cair yang menunjukkan makna dapat' diminum. Dalam keseharian masyarakat Ngalum akan
menyebut "Ok" tidak hanya "Ok" (air) yang berwaranah bening. Akan tetapi, sejenis air
apapun menyebutnya "Ok" dengan jenis Ok yang diacunya.
Contoh:
(1) Ok teng (Ngalum), Air panas (Indonesia)
(2) Ok ngil (Ngalum), Air dingin (Indonesia)
(3) Yamen Ok (Ngalum), Kuh sayur (Indonesia)
Dalam pemberian nama kampung misalnya, adalah nama Kampung atau Kota Oksibil
juga merupakan nama ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang. Secara historis, nama
Oksibil yang sebenarnya adalah Sibilbakon. Sibil yang artinya dekat, Bakon adalah darat (an)
atau daerah tempat tinggal. Kemudian nama Sibilbakon dalam bahasa Indonesia adalah
Lembah Sibil.
Nama kota Oksibil diberi nama oleh seorang missionaris asal Belanda, yaitu Pater Jan
Vander Pavert, saat pertama kali ia menginjakkan kakinya membawa Firman Tuhan melalui
Pania ke Merauke. Kemudian, ia menjalankan misinya melalui jalan darat ke Sibilbakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
(Oksibil) saat ini. Perjalanan yang jauh ini, Pater Jan Van De Pavert menanyakan pada
masyarakat, bahwa "Saya haus dengan air. Siapa yang membawa air minum? Di samping
menyampaikan secara bahasa verbal, Pater juga mempraktikkan dengan bahasa non verbal
sehingga masyarakat setempat dengan mudah memberikan respon terhadap permintaan
Pater/Rm. Jan. Kemudian, masyarakat setempat menjawab dalam bahasa Ngalum bahwa
"Oka sibilpe... " yang artinya air ada di dekat sini (airnya tidak jauh dari tempat
pemukiman masyarakat setempat). Kemudian Pater/Rm Jan Van De Pavert OFM
merumuskan kalimat ini menjadi Oksibil, tanpa ada huruf vokal a dan pe sebagi penekanan
pada menunjuk tempat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian (1.1) di atas, yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.2.1 Bagaimana sejarah asal usul masyarakat suku Ngalum, letak geografi dan demografi
masyarakat suku Ngalum bertutur bahasa Ngalum?
1.2.2 Nama kampung apa saja yang berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum?
1.2.3 Apa maksud atau makna filosofi yang direpresentasikan oleh nama kampung yang
berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk deskripsikan nama kampung yang berunsur
"Ok" dalam bahasa Ngalum. Berdasarkan ketiga rumusan di atas, tujuan terbagi dalam tiga
bagian, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.3.1 Mendeskripsikan sejarah kedudukan nama-nama kampung berunsur "Ok" dalam
peta goegrafi dan demografi masyarakat suku Ngalum.
1.3.2 Mendeskripsikan nama kampung yang berunsur "Ok " dalam bahasa Ngalum
1.3.3 Mendeskripsikan maksud atau makna filosofi yang direpresentasikan oleh nama
kampung yang berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini, adalah (1) deskripsi tentang sejarah asal usul masayarakat suku
Ngalum serta letak geografis dan demografi masyarakat suku Ngalum bertutur bahasa
Ngalum di Pegunungan Bintang (2) deskripsi tentang nama-nama kampung yang berunsur
Ok dalam bahasa Ngalum di Pegunungan Bitang (3) deskripsi tentang maksud atau filosofi
Ok (air) yang direpresentasikan oleh nama-nama kampung berunsur Ok dalam bahasa
Ngalum bagi masyarakat suku Ngalum di Pegunungan Bintang. Penelitian ini memberi
manfaat teoritis dalam bidang semantik dan prakmatis. Dalam bidang semantik, hasil
penelitian ini mengembangkan teori dasar penamaan.
Dalam Chaer (2009:43) dipaparkan, bahwa penamaan dan pendefinisian merupakan
dua buah proses perlambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang
berada di luar bahasa. Menurutnya, kedua proses ini walaupun banyak kesamaan, tetapi
banyak pula perbedaannya. Contoh, kata Ok dalam bahasa Ngalum maupun Indonesia
walaupun kata dan bunyi yang sama, namun bentuk referennya akan berbeda. Perbedaannya
ada pada fungsi penggunaannya, yaitu Ok dalam bahasa Indonesia mapun bahasa Inggris,
merupakan kependekan dari Oke, yang bermakna pada setuju, menyetujui, atau ungkapan
sebua persetujuan (terima) dalam mitra bicara. Namun, kata Ok dalam bahasa Ngalum
merujuk pada kata benda, yaitu air yang bersifat benda cair, bahwa air ini dapat difungsikan
oleh mahluk hidup, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dalam hakikat bahasa dikatakan bahawa bahasa merupakan suatu satuan bahasa,
sebagai lambang. Misalnya, kata dengan sesuatu benda dilambangkan bersifat sewenang-
wenang tidak ada hubungan wajib di anatra keduanya (Chaer,2009:43). Contoh, antara kata
kuda dengan benda yang diacunya, yaitu seekor binatang yang dapat dikendarai atau dipakai
menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Kemudian dalam bidang pragmatik, hasil
penelitian ini mengembangkan teori maksud atau makna filosofis penamaan kampung.
Sedangkan manfaat praktisnya adalah untuk mendokumentasikan nama-nama
kampung yang berunsur Ok dalam bahasa Ngalum dapat dirujuk untuk dapat diketahui
secara luas, khususnya masyarakat Ngalum yang bertutur dalam bahasa Ngalum di
Pegunungan Bintang.
1.5 Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ditemukan beberapa pembahasan tetang penamaan.
Pembahasan yang telah ditemukan berupa skripsi, buku, dan jurnal. Pembahasan pertama
ditulis oleh Suyati dengan judul "Peribahasa yang Berunsur Nama Binatang dalam
Bahasa Indonesia (2015) ". Tulisan ini membahas tentang nama binatang yang digunakan
dalam peribahasa bahasa Indonesia. Ditemukan pula pembahasan kedua oleh Satryo, dengan
judul "Nama-Nama Usaha Dagang Makanan dan Minumand di Jalan Selokan
Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta:
Kajian Sosiolinguistik: (2009) ". Tulisan ini mendeskripsikan bentuk dan unsur-unsur
bahasa dari nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di Jalan Selokan Mataram. Ada
dua hal yang dibahas, yaitu (1) bentuk-bentuk nama, dan (2) unsur-unsur kebahasaan.
Selain itu, ditemukan tulisan berupa skripsi yang ditulis oleh Novi Kristiana dengan
judul "Idiom Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia (2006) ". Skripsi ini
membahas tiga bahasan pokok, yaitu (1) nama binatang yang membentuk kata idiom (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kategori kata yang dapat bergabung dengan nama binatang sehingga membentuk idiom nama
binatang, dan (3) kategori idiom nama binatang dan pola idiom nama binatang (INB) yang
berunsur nama binatng (NB). Ditemukan juga pembahasan nama tempat atau toponimi
Surakarta, oleh Radjiman. Dilihat dari tinjauan pustaka, telah diteliti, bahwa sudah ada yang
meneliti tentang penamaan, namun penelitian tentang penamaan tempat atau kampung belum
ada yang meneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti akan melakukan penelitian yang
berkenaan dengan nama kampung, yaitu nama-nama kampung yang berunsur "Ok" dalam
bahasa Ngalum di Pegunugan Bintang kemudian peneliti akan membahas nama kampung
yang berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum di Kabupaten Pegunungan Bintang.
1.6 Landasan Teori
Dalam landasan teori akan dipaparkan pengertian penamaan (toponimi), bahasa
daerah, maksud, makna (filosofi).
1.6.1 Penamaan dalam Ilmu Bahasa
Dalam sistem penamaan, bahasa pada hakikatnya adalah sistem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer. Artinya satuan bahasa berfungsi sebagin lambang. Misalnya kata dengan
sesuatu benda atau hal yang dilambangkan tidak ada hubugan wajib di antara keduanya.
Misalnya kata kuda dengan benda yang diacunya adalah seekor binatang yang bekendarai
atau dipakai menarik pedati, tidak dapat dijelaskan sama sekali, (Chaer, 2009:43). Menurut
percakapan Plato, (dalam Chaer, 2009:43) yang berjudul " Craylos", bahwa lambang adalah
kata di dalam satuan bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata
berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang. Oleh karena itu, lambang-
lambang atau kata-kata tersebut tidak lain adalah nama atau label dari yang dilambangkan
berupa benda, konsep, aktivitas, dan atau peristiwa. Contoh nama kampung di Kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Oksibil adalah Kikon Mirip. Kikon artinya nama orang (perempuan), dan Mirip artinya bakar.
Pada masa lalu, ada sebuah peristiwa terjadi. Istrinya meninggalkan suaminya pergi ke
kampung lain tanpa diberi tahu suaminya sehingga pihak laki-laki membunuh wanita tersebut
lalu dibakar. Itulah sebabnya kampung tersebut dinamai Desa Kikon Mirip.
Oleh sebab itu, lahirlah nama kelompok dari benda atau hal yang berjenis-jenis,
misalnya (1) nama binatang, (2) nama buah-buahan, dan sebagainya. Nama merupakan suatu
lambang untuk sesuatu yang dilambangkan maka pemberian nampun bersifat arbitrer
(manasuka atau sewenang-wenang), artinya tidak ada hubungannya sama sekali. Aristoteles
(384-322 SM, dalam Chaer, 44) menjelaskan, bahwa pemberian nama adalah soal konvensi
atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyaakat bahasa.
Dalam Jurnal Bhumikksara, Edisi November, 2012 oleh Subagyo memberi
sumbangan terhadap penamaan kampung berdasarkan "ekolinguistik". Pada artikel ini
diungkapkan toponimi ekologi bahwa ekolinguistik pertama-tama berguna sebagai
seperangkat pengetahuan untuk melacak gagasan manusia yang terekam dalam toponimi
ekologi. Maka dari itu, toponimi adalah ilmu atau kaidah tentang penamaan rupa bumi. Rupa
bumi mencakup fitur-fitur bumi yang baik alamiah, seperti (1) gunung, (2) bukit, (3) sungai,
(4) teluk, (5) selat, (6) pulau, (7) laut, dan (8) danau. Penamaan tidak hanya alamiah, adapula
tak alamiah atau yang dibuat oleh manusia, misalnya (9) bandara, (10) pelabuhan, (11) Jalan
(12) kawasan permukiman (13) Kawasan adminitrasi [provinsi, kabupaten, kecamatan, kota,
dan desa] (2012:8). Contoh penamaan berdasarkan buatan manusia (14) Bandara Adisucipto,
Bandara Soekarno Hatta. Sedangkan penamaan berdasarkan alamiah (15) Gunung Wa
(Abenong Wa), Gunung Aplim Apom (abenongAplim Apom).
Menurut pakar toponimi dari ITB , Jakub Rais, (dalam Jurnal Bhumikasara,
2012:8), bahwa nama merupakan refleksi sejarah peradaban manusia. Nama sebuah tempat
menyimpan semua fenomena vegetasi pada zaman tertentu, aktivitas masyarakat nama itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dibentuk, termasuk juga konteks sosial yang tertuang dalam cerita rakyat. Misalnya (l6) nama
Kemang di Jakarta menunjukkan kondisi kawasan yang waktu itu banyak ditumbuhi oleh
pohon kemang.
Dalam "Pengantar Semantik Bahasa Indonsesia " (Chaer, 1990:43-52) pada bab 3
dibahas tentang penamaan dan pendefinisian. Pada bagian penamaan yang meliputi, (1)
peniruan bunyi (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat,
(5) tempat asal (6) bahan, (7) keserupaan, (8) kependekan, (9) dan penamaan baru. Dari
kesembilan bahasan di atas, peneliti akan dibatasi beberapa pokok yang dijadikan sebagai
bahan penelitian, yaitu (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan sifat khas, (3) Penemu dan atau
pembuat, (4) Tempat asal, dan (5) bahan.
1.6.2 Peniruan Bunyi
Peniruan bunyi adalah sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi.
Nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda atau suara yang
ditimbulkan oleh sesuatu benda. Sebagai contoh (17), sejenis reptil kecil yang melata di
dinding disebut cecak cecak karena bunyinya "cak cak cak". Kata-kata yang dibentuk
berdasarkan tiruan ini disebut peniruan bunyi atau onomatope, (Chaer, 44-45). Contoh (18)
sejenis burung (aves) disebut Wakom (Ngalum) karena bunyinya kwok kwok, kwok.
Fungsngsi bunyi atau suara yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh burung
Cenderawasih, tidak memiliki hubungan fungsionalitas bahwa, yang menjadi fungsi utama
dari burung tersebut adalah bulunya sebagai perhiasan untuk menari, menghiasi dalam ruang
tamu, digunakan atau diberikan kepada tamu negara, pejabat yang hendak berkunjung ke
daerah (provinsi, kabupaten, desa, dan kecamatan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.6.3 Penyebutan Sifat Khas
Pada penyebutan sifat khas, jenis ini sama dengan parst prototo, yaitu bahasa yang
menyebutkan hanya bagian dari suatu benda atau hal. Yang dibicarakan adalah penamaan
suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda. Gejala ini merupakan
peristiwa semantik, karena peristiwa tersebut terjadi transposisi makna dalam pemakaian
yakni perubahan dari kata sifat mejandi kata benda. Sifat itu akan menonojol sehingga kata
sifat tersebut akan menjadi sebuatan nama benda. Disini terjadi perkembangan, yaitu berupa
ciri makna yang disebut dengan kata sifat mendesak kata bendanya, karena sifatnya yang
amat menonjol; sehingga kata sifat itulah yang menjadi nama bendanya, (Chare, 1990: 46-
47). Contoh (19) misalnya nama orang yang tidak bisa kerja atau pemalas akan diberi nama
Setyongmen (Ngalum).
1.6.4 Penemu dan Pembuat
Pada bagian ini memperlihatkan, bahwa di lingkungan sekitar banyak dijumpai
penamaan berdasarkan penemu dan pembuat. Di bidang ilmu-ilmu sain misalnya, Fisika,
Matematika, Kimia, Geografi dan bidang ilmu lainnya. Banyak nama benda dalam kosakata
bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemu, nama pembuat pabrik, dan atau
nama peristiwa sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa.
Nama-nama benda dari nama orang. Contoh, (20) Kondom, yaitu sejenis alat kontrasepsi
yang dibuat oleh Dr. Condom, (21) Volt adalah seoarang ahli fisikawan Italia yang
menciptakan Baterai Volta (Voltac Pile) sekarang, hasil temuannya dijadikan sebagai satuan
beda potensial listrik (volt). Selain itu, nama orang atau nama pabrik dan mereka dagang
yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi yang dapat digunakan oleh manusia.
Contoh lain (22) aspirin, obat sakit kepala, coba, obat sakit perut, tippex alat koreksi
tulisan/ketikan, miwon bumbu masak, (Chaer, 47-49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.5 Tempat Asal
Sejumlah nama dapat ditelusuri dari nama tempat asal benda. Sebagai contoh (23)
kata magnet berasal dari nama tempat di Magnesia (24) kenari, yaitu nama sejenis burung
yang berasal dari nama pulau kenari di Afrika, (25) kata sarden atau ikan sarden berasal
dari nama pulau Sardinia di Italia. Penamaan tempat tidak hanya berdasarkan nama tempat,
melainkan bisa dengan kata kerja. Misalnya nama tempat yang dibentuk dari kata kerja
didigulkan yang berarti dibunag ke Digul di Bovendigul Marauke. Selain itu, ada juga kata
kerja dilautkan yang artinya diceburkan ke dalam laut. Nama pulau di Australia Selatan,
yaitu Tasmania diambil dari nama seorang penjelajah dan pedagang berkebangsaan Belanda
yang terkenal dengan perjalanannya pada 1642 dan 1644 untuk Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC). Dia adalah orang Eropa pertama yang diketahui mencapai kepulauan
Tanah Van Diemen atau sekarang disebut dengan Tasmania.
1.7 Penamaan dalam Konteks Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah
negara kebangsaan pada suatu dareah kecil, Negara bagian federal, provinsi, atau daerah yang
lebih luas, https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa daerah. Definisi bahasa daerah menurut
piagam internasional, bahwa bahasa-bahasa daerah digunakan dalam wilayah suatu Negara,
oleh warga Negara dari Negara itu yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih
kecil dari populasi lainnya di Negara tersebut, (2) Bahasa-bahasa yang berbeda dari bahasa
resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari Negara itu. Bahasa daerah di Papua yang sudah diteliti
berjumlah 307 bahasa daerah. Salah satunya adalah bahasa daerah suku Ngalum di daerah
Pegunungan Bintang.
Tradisi pemberian nama tempat akan disesuaikan dengan fenomena yang berlangsung
terjadi dalam lingkungan yang dipengaruhi pula struktur kebudayaan dalam suatu daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
12
Pemberian nama pada setiap masyrakat mungkin berbeda budaya. Contoh, (1) di Amerika
Utara hanya mengenal satu nama, yaitu nama diri yang diambilkan dari ilham yang diberikan
oleh Monitou kepadanya. Untuk memberikan nama bayi yang baru lahir, maka ayahnya akan
memangkunya tiap sore hari di depan pintu rumahnya. Begitu pula alam akan memberi tanda
bagi bayinya tersebut. (2) Hal ini pula terjadi pada masyarakat Tionghoa. Di lingkungan
masyarakat Tionghoa ada tiga macam nama, yaitu pertama, personal name (nama diri), yaitu
nama yang diperoleh dari orang tua ketika dia masih bayi. Nama-nama akan diambil dengan
penuh pengharapan. Contoh (2a) Mo-tze, Lau-tze, Tze-ying, Jung-lo, dan Hui-ti. Kedua,
Period name (nama keluarga) ketika masih hidup. Dalam tradisi Raja-raja nama ini disebut:
Nien-Hao, yaitu nama ketika Raja masih berkuasa, tradisi ini digunakan sejak jaman Dinasti
Ming berkuasa. Ketiga, Temple name (nama setelah meninggal atau setelah dicandikan atau
Miao-hao), yaitu nama ini diberikan setelah bersangkutan meninggal dunia, (Radjiman,
1984:60-61).
Di daerah Jawa, dalam tradisi penamaan istana, pemberian nama disebut dengan
Sentana dan Abdi Dalem ditentukan oleh Raja dengan peraturan atau pranata dan
kekancingan Dalem. Sentana atau Apdi Dalem tidak boleh memilih nama sendiri menurut
seleranya. Nama imbuhan "Nagara" untuk jabatan Bupati dan sederajat; "Reksaka" untuk
jabatan Mantri dan sederajat; "Pranata" untuk jabatan Lurah/Jajar dan sederajat; "Pustaka"
untuk jabatan Kantor Administrasi atau perpustakaan; "Yuda" untuk para prajurit. Namun,
bagi Sentana akan digunakan atau diberi kata-kata imbuhan Ningrat, Kusuma, Wijaya,
Magkubumi, Mangkunagara, Buminata, dan sebagainya. Tidak hanya itu, masyarakat Jawa
juga memiliki tradisi pemberian penamaan tempat. Masyrakat Jawa mempraktekkan tradisi
pemberian nama tempat dengan mengingat situasi dan kondisi, harga masa depan yang
gemilang atau penguasa maupun tokoh terhormat ditempat terhadap peristiwa masa lampau
yang hebat, (Radjiman, 1984:63).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Menurut Rajiman (1984:64) dalam (Random House Dictionary, 1968:1386);
MJ.Koenens (1938-1038), toponimi disebut dengan istilah plaatsnumen-kunde. Arti dari
kedua pendapat itu adalah ilmu yang bergerak dalam pengetahuan tentang penelitian nama-
nama tempat. Dari kedua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan toponomi
dapat menentukkan atau menunjukan nama-nama dari tempat-tempat tertentu dan dapat
menentukkan peta geografisnya. Contoh: (3) Nama Kota "Banyumangi". Nama ini dimulai
dari seorang bangsawan yang membunuh istrinya sendiri tanpa sebab. Sebelum meninggal,
isterinya berkata: "Apabila air sungai ini berbau wangi, (harum), itu pertanda bahwa saya
tidak bermasalah. Demikianlah benar-benar airnya berbau harum dan bangsawan ini berteriak
"Banyuwangi" menjadi nama tempat/kota di daerah Jawa di bagian timur. Contoh (4) Nama
Kota "Semarang". Nama Semarang terjadi sebab dahulu menjadi pusat penimbunan buah
asam dan arang. Asem dan arang menjadi Asemarang. Kemudian huruf vocal a dihilangkan
menjadi Semarang. Contoh (5) Boyolali. Nama ini berhubungan dengan cerita rakyat Kyai
Ageng Pandanarang (Sunan Tembayat) dalam perjalanannya dari Semarang Akan berjiarah
ke makam di Jabalkat (Tembayat). Dari ceritra tersebut muncul nama-nama: Salatiga, Teras,
Majasanga, dan sebagainya (Rajiman, 1984:65).
1.8 Maksud atau Makna Filosofis Nama Kampung atau Tempat
Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar telah disepakati bersama
oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti, (Suyanti, 2015:11-12). Dari
pengertian tersebut, ada tiga unsur pokok pengertian makna, yaitu (1) makna adalah hasil
hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena
kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi sehingga saling mengerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sedangkan filosofi secara etimologis, istilah filsafat merupakan kata falsafah (bahasa
Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), yang berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Kata
philosophia adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata, yaitu philos dan shopia. Kata
philos berarti cinta (love) atau sahabat, dan shopia berarti kebijaksanaan (wisdom), kearifan,
dan pengetahuan. Sehingga secara etimologis, kata filsafat berarti "love of wisdom " atau
cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat kebijaksanaan, sahabat
kearifan, dan sahabat pengetahuan, (Maksum, 2016:11).
Dilihat dari maksud atau makna filosofis dalam penamaan kampung, bisa dapat dilihat
dari karakteristik letak geografis yang ada dilingkungan sekitar . Jiika dilihat dari segi
geografis, Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan wilayah berpegunungan yang kaya
akan sumber air. Sebab di setiap kampung atau desa, di Pegunungan selalu ada air. Baik itu
air (sungai) besar maupun air (sungai) besar. Air (sungai) yang tersedia di setiap kampung
(desa) dengan sumber mata air langsung dari pegunungan. Oleh karena itu, salah satu
filososis yang mendasar adalah, nama-nama kampung (desa) di Pegunungan Bintang diberi
nama dengan nama Ok (air) yang mengalir di tengah permukiman manusia berada.
Bagi masyarakat suku Ngalum Ok di pandang sebagai hal yang sangat dinamis.
Artinya, mereka akan selalu tenang ketika dalam menghadapai suatu masalah. Mereka juga
sangat mudah bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat lain di lingkungannya. Karena
Ok (air) sebagai peneguk hati atau penenang bagi jiwa manusia itu sendiri. Maka dari itu,
maksud atau makna filosifis Ok bagi masyarakat suku Ngalum dapat dilihat dari aspek
teologis, ekonomis, geografis, dan sosiologis, yang nanti akan di paparkan pada bab tersindiri
mengenai keempat aspek filosofis Ok bagi suku Ngalum di Pegunungan Bintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.9 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, (1) tahap pengumpulan data (2) tahap analisis
data dan (3) tahap penyajian hasil analisis data, dan (4) Metode Studi Pustika. Berikut akan
diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian.
1.9.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah nama-nama kampung berunsur Ok dalam bahasa
Ngalum. Data dapat diperoleh dari buku, majalah, jurnal, karya ilmiah, artikel yang
berhubungan dengan objek penelitian ini. Selain itu, data yang dikumpulkan berupa nama-
nama kampung yang berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum melalui metode simak. Metode
simak adalah metode yang dilakukan secara mengamati dan menyimak langsung pengguna
bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah teknik simak libat cakap,
yaitu teknik dengan mengamati dan mencatat data berupa nama-nama kampung yang
berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum. Data yang sudah terkumpul akan diklasifikasikan
berdasarkan sejarah filosofi "Ok", maksud yang direpresentasikan "Ok" bagi masyarakat suku
Ngalum di Pegunungan Bintang. Langkah berikutnya adalah metode analisis data.
Langkah ini akan digunakan dengan metode cakap. Metode cakap adalah metode yang
dilakukan antara peneliti dengan informan. Metode ini ditandai dengan percakapan antara
peneliti dengan informan dapat kontak langsung berhadapan sehingga data diperoleh melalui
penggunaan bahasa secara lisan. Selain itu, metode ini digunakan pula metode teknik catat.
Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika metode simak dengan teknik
lanjutan. Apabila teknik ini tidak dilakukan dengan pencatatan, si peneliti dapat melakukan
alat perekaman. Teknik rekam sangat dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti masih
dituturkan oleh pemiliknya (Mahsun, 2005:92-95)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1.9.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Langkah berikut adalah metode analisis data. Metode dalam bahasa Ingrris (method),
yaitu cara untuk melakukan sesuatu (Muhammad, 2016:233). Berdasarkan defenisi tersebut,
metode analisis data dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertama, metode padan (identity method)
dan metode agih (distributional method). Dalam buku Muhammad, berjudul Metode
Penelitian Bahasa, kedua metode tersebut masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut.
Pertama, metode padan merupakan metode yang alat penentunya berada di luar bahasa.
Artinya, aspek luar bahasalah yang menentukan satuan lingual sasaran penelitian. Ada lima
alat penentu yang digunakan oleh metode padan ketika menganalisi data (Sudaryanto, 1993 :
13, dalam Muhammad, 2016 : 234). Berikut adalah ke-lima alat penentu untuk menganalisis
data sebuah penelitian, (1) penelitian dilakukan ditentukan oleh referen. Referennya adalah
konsep nomina (benda) yang merujuk pada kata benda yang dimaksudkan. Secara semantik,
referennya adalah realitas di luar konsep nomina. Jadi referen bisa berupa konsep dan realitas
di luar bahasa (konsep). Misalnya, secara fonologis, nomina-nomina dapat dikelompokkan
berdasarkan kata bersuku dua. Contoh, orang, ayah, kata, anak, dan sebagainya. (2) metode
kedua adalah menggunakan metode padan fonetik. Metode ini digunakan berupa alat ucap
atau wicara penghasil bahasa, yakni bibir, gigi, gusi, lida, langit-langit udara, dan sebagainya.
Misalnya, metode ini ditemukan bunyi vokal yang disimbolkan menjadi; [a], [u], [e], [i], [I],
[], dan sebagainya. Berdasarkan metode ini, kalimat merupakan untaian bunyi yang diakhiri
oleh kesenyapan karena alat wicara tidak bekerja lagi. Oleh Karen itu, kalimat ditentukan
oleh alat ucap bahasa. (3) metode ketiga adalah alat penentunya berada pada bahasa lain.
Misalnya, analisis noun bahasa Inggris ditentukan oleh kata benda bahasa Indonesia. Bentuk
lain misalnya, kata benda (noun) pada Ok dalam bahasa Indonesia dan Inggris merupakan
sebuah kata yang menunjuk pada persetujuan, (setuju) akan tetapi, digunakan dalam bahasa
Ngalum, Ok ditunjuk sebagai noun, yaitu air sebagai benda cair. Dan umumnya, digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berdasarkan padanan makna dalam bahasa Indonesia. Misalnya, memadankan nomina bahasa
Inggris dengan Indonesia (metode translasional), seperti ayah (father), orang (person), anak
(child). (4) metode yang keempat alat penentunya bisa terjadi ketika menganalisis objek
sasaran penelitian. Metode ini disebut dengan metode ortografis. Metode yang (5) adalah
metode pragmatis, yaitu metode yang alat penentunya berada pada lawan bicara, yaitu dilihat
dari aspek luar bukan bahasa, (Muhammad, 2016 : 234-238). Kedua, metode agih merupakan
metode yang alat penentunya berada di dalam bahasa itu sendiri.
Metode ini dapat dibagi dalam beberapa teknik, seperti teknik dasar; teknik lanjutan,
teknik unsur langsung, teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, teknik sisip, teknik balik,
teknik ubah wujud, teknik ulang, teknik baca markah, teknik pemerkuat, teknik pemorakan,
dan teknik pengontrasan, (Muhammad, 2016 : 244). Dari teknik dan metode analisis data
yang sudah dibahas di atas, penelitian ini akan digunakan metode padan dan metode
translasional. Karena metode padan merupakan metode yang alat penentunya terletak di luar
unsur bahasa. Sedangkan metode translasional merupakan metode yang dipengaruhi oleh
aspek social penutur dapat menentukan satuan lingual yang diteliti. Misalnya, penggunaan
ungkapan sapaan, seperti bapak, ibu, sudara, anak, kamu, ente dan lain-lain. Metode ini
disebut dengan metode padan aspek sosial, (2016:238).
1.1 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Langkah selanjutnya adalah metode penyajian hasil analisis data. Tahap ini akan
dipaparkan dengan menggunakan metode formal dan informal. Metode formal adalah metode
yang memanfaatkan dengan berbagai lambang, singkatan, dan sejenisnya. Sedangkan metode
informal adalah metode yang menggunakan kata-kata biasa, yaitu kata-kata yang bersifat
denotatif bukan dengan kata-kata konotatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.9.4 Metode Studi Pustaka
Selain tiga metode di atas, pengumpulan atau pengambilan data dari sumber studi
pustka. Studi pustaka adalah teknik pengumpulkan data dengan melakukan penelaah melalui
berbagai sumber, yakni buku, literarut, catatan, jurnal, skripsi, artikel, dan serta berbagai
referensi yang berkaitan dengan masalah yang di teliti dan dipecahkan
(http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-studi-pustaka/).
1.9.5 Sistematika Penyajian
Penelitian ini disusun dalam V bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari
(1) Latar Belakang masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Hasil
Penelitian, (5) Tinjauan Pustaka, (6) Landasan Teori, (7) Metode dan Sistematika Penyajian.
Bab II berisi tentang sejarah asal usul manusia Ngalum, letak geografi, dan demografi
masyarakat suku Ngalum yang bertutur bahasa bahasa Ngalum. Bab III berisi uraian nama-
nama-kampung di Pegunungan Bintang yang berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum. Bab IV
berisi maksud atau makna (filosofi) yang direpresentasikan oleh nama-nama kampung
berunsur "Ok" dalam bahasa Ngalum. Bab V adalah penutup. Bab ini akan berisi berupa
kesimpulan dan saran dari penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB II
LETAK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI MASYARAKAT SUKU NGALUM SERTA
SEJARAH ASAL MULA MASYARAKAT SUKU NGALUM YANG BERTUTUR
BAHASA NGALUM
2.1 Pengantar
Pada bab II akan dibahas letak geografis, demografi, dan sejarah asal usul masyarakat
suku Ngalum yang bertutur bahasa Ngalum, sejarah (mitos) penciptaan manusia Ngalum
serta tempat penyebarannya atau penempatan masyarakat suku Ngalum oleh Atangki di
wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
2.2 Letak Geografis
Dalam ilmu pengetahuan tentang bumi (tempat tinggal yang dihuni oleh setiap makhluk
hidup), buku berjudul Geografi oleh Wardiyatmoko, memamprkan bahwa istilah geografi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti tulisan.
Secara harafia, geografi berarti tulisan tentang bumi. Akan tetapi, yang dipelajari dalam
geografi, bukan hanya mengenai permukaan bumi, tetapi juga berbagai hal yang ada di
permukaan bumi, hingga benda-benda di ruang angkasa. Dengan kata lain, geografi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan di bumi, seperti
penduduk, flora, fauna, iklim, udara, dan segala interaksinya. Definisi lain, geografi adalah
studi tentang gejalah-gejalah di permukaan bumi secara keseluruhan dalam lingkup interaksi
dan keruangan, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan
tersebut (2012: 3). Di lain pihak menyebutkan bahwa, geografi mempelajari dunia di mana
manusia tinggal. Dalam menjalani proses kehidupannya, manusia tidak hidup sendirian.
Manusia memiliki hubungan ketergantungan dengan berbagai hal, seperti penduduk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
lingkungan wilayah, dan keragaman bumi (Sudarman, 2015:10). Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat disimpulkan berdasarkan pengaruh unsur fisik dalam letak geografis adalah letak
suatu daerah dilihat dari kenyataan atau posisi daerah tersebut di bumi dibandingkan dengan
posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh letak astronomis, dan letak geologis
(Wardiyatmoko, 2012:25).
2.2.1 Lokasi
Kabuaten Pegunungan Bintang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten
Jayawijaya yang beribukota di Wamena pada saat itu. Pegunungan Bintang merupakan titik
pusat dari pulau Papua yang terbentang dari kepala burung (Sorong) sampai ke Negara
tetangga PNG di Samarai. Kabupaten Peunungan dibentuk pada tanggal 21, November 2002
berdasarkan UUD No. 26 tahun 2002. Kabupaten yang sudah usia 16 tahun ini, baru
diresmikan pada 12 April 2003. Dengan demikian, secara geografis, Kabupaten Pegunungan
Bintang terletak di antara 14000'05'00"-141
00'00" Bujur Timur dan 3
04'00"-5
20'00"
Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 111 km, sedangkan jarak terjauh dari
utara ke selatan adalah 160 km. Luas Kabupaten Pegunungan Bintang adalah sebesar 15.683
km 2
atau sekitar 4,01% dari luas Provinsi Papua. Wilayah ini berada dengan ketinggian
2.000-4.000 meter dpl. Kabupaten Pegunungan Bintang, terbagi dalam 34 Distrik
(Kecamatan) dan 277 Kampung (Desa), dengan jumlah penduduk 54.396 jiwa. Distrik di
Kabupaten Pegunungan Bintang dari 6 (enam) distrik di tahun 2002, menjadi 10 distrik, di
tahun 2005, bertamabah 12 distrik, di tahun 2006 dan 2008 bertambah 6 distrik maka total
menjadi 34 daerah distrik.
Secara fisik dan atminitrasi, batas-batas wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang
adalah sebagai berikut, sebelah timur berbatasan dengan Negara tetangga Papua New Guinea,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo, sebelah utara berbatasan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kabupaten Keerom, Sarmy, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel,
Merauke.
Gambar 01. Peta Kabupaten Pegunungan Bintang
Oleh karena itu, Melkior dalam bukunya berjudul "Menerima Misionaris Menjemput
Peradaban" dipaparkan bahwa masyarakat suku Ngalum di Kabuapten Pegunungan Bintang
memiliki dua suku besar dan tujuh sub suku kecil, yaitu suku Ngalum dan suku Ketengban.
Sub suku kecil yang dimaksud, yaitu suku Murop, Kambom, Arimtap, Lepki, Omkai, Kimki,
Una, dan Batom, (2016:6). Namun demikian, jika diteliti lebih dalam, masih ada suku-suku
kecil lainnya yang berada di wilayah pedalaman Pegunungan Bintang dengan memiliki
budaya, serta bahasa daerah yang berbeda dari suku-suku yang telah disebutkan di atas.
Hampir sebagian besar masyarakat ini bermukim atau bertempat tinggal di daerah pedalaman
pegunungan Papua. Masyrakat suku Ngalum merupakan masyarakat asli Papua yang berasal
dari suku Ok" di Provinsi Papua. Masyarakat ini, bermukim atau bertempat tinggal di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dataran Pegunungan. Masyarakat suku Ngalum yang berdiam di wilayah Pegunungan
Bintang antara lain, Oksibil, Okaom, Oksop, Oklip, Okyop, Okbab, Oksebang, Oksirka,
Warasamol, Bontapar abip, Kalmdol, Serambakon, Yapimakot, Kiwirok, dan Okbape.
Mereka inilah yang termasuk masyarakat suku Ngalum dengan memiliki dialek bahasa
Ngalum yang berbeda-beda namun system tradisi berbudaya yang kurang lebih sama.
2.2.2 Kondisi Lingkungan Alam
Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan daerah berpegunungan. Dengan
ketinggian kurang lebih 2.000-4.000 dpl atau kaki dari permukaan laut dan serba tertutup.
Masyarakat pada umumnya, berladang di lereng-lereng gunung dan di lembah-lembah.
Kondisi daerah seperti ini sangat sulit dalam akses pelayanan masyarakat dari kota ke desa-
desa atau dari pusat ibukota ke kecamatan. Di Pegunungan Bintang juga terdapat beberapa
wilayah yang berdataran rendah, di antaranya Distrik Aboi, Distrik Batom, Distrik Iwur,
Kampung Teraplu, Kampung Kawor, dan Distrik Welding atau Tarup di bagian Selatan
Pegunungan Bintang. Sementara itu, 29 daerah wilayah (distrik) merupakan daerah
berpegunungan. Daerah ini juga memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan cuaca yang
selalu berubah-ubah, sehingga transportasi udara sangat berhati-hati dalam menerbangakan
pesawat udara untuk melayani logistik ke desa-desa, dan distrik yang jauh dari ibukota
kabupaten. Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggih rendahnya wilayah dari
permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2014, suhu udara kira-kira berkisar
antara 14,8-26,8C dengan kelembapan udara relative tinggi di mana rata-rata berkisar antara
78-86 persen. Cura hujan di Kabuapten Pegunungan Bintang dapat dipengaruhi oleh keadaan
iklim, keadaan geografi dan perputara atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah
curah hujan beragam menurut bulan. Rata-rata cura hujan selama, 2014 adalah 94, 5 mm
dengan rata-rata hari hujan 23 hari (Badan Pusat Statistik pdf, 2015:2-3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.2.3 Demografi
Demografi merupakan suatu susunan, uraian, atau gambaran tentang keadaan
kependudukkan dalam jumlah dan perkembangan penduduk yang disajikan dalam bentuk
data statistik di suatu wilayah, Negara, atau suatu komunitas masyarakat. Kepadatan
penduduk dapat dinyatakan dalam jumlah penduduk untuk tiap wilayah. Kepadatan penduduk
juga dapat dinyatakan dalam perbandingan jumlah orang perluas tanah pertanian dan
perbandingan jumlah orang yang hidup dari pertanian perluas tanah garapan atau kepadatan
agraris (Wariyatmoko, 2012: 31).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pegunungan dipaparkan jumlah penduduk pada
tahun 2013 adalah sebesar 69.304 jiwa dan meningkat menjadi 70.697 jiwa pada tahun 2014,
laju pertumbuhan penduduk yaitu, 2.01 persen. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap
tahun diperoleh dari jumlah penduduk yang hidup ditambah jumlah bayi yang dilahirkan
dikurangi jumlah orang yang meninggal serta jumlah perpindahan penduduk karena peluang
lapangan kerja atau pindah tugas.
Kepadatan di Kabupaten Pegunungan Bintang, yaitu sebesar 5 orang per kilometer
persegi (km2) pada tahun 2014 dengan rata-rata penduduk per rumah tangga, yaitu 4 jiwa.
Pada tahun 2014 rasio berkelamin jenis penduduk Kabuapten Pegunungan Bintang 114.
Bahwasannya, Kabupaten Peguunungan Bintang di antara 114 penduduk laki-laki dan ada
100 jumlah penduduk perempuan. Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring
dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2014, di Kabaupaten Pegunungan
Bintang terdapat 45.472 penduduk usia kerja. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang
diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja
cenderung menurun. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang kerja tidak selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Pada tahun 2014, dari total angkata kerja
sebesar 45.472 orang 65.25 persen di antaranya tidak atau belum pernah sekolah.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kabuapten Pegunungan Bintang, 2.148 pegawai,
sedangkan berdasarkan pangkat atau golongan, sekitar 11,78 persen PNS merupakan PNS
golongan I, yaitu, 52, 24 persen PNS, golongan II, 32-53 persen, Golongan III, 3,45 persen
PNS dan PNS golongan IV. Dari persentase di atas, 11, 78 persen pegawai masuk sebagai
pegawai berijazah SD sampai SMA, yang menggunakan Ijazah SLTA 52,24 persen, Badan
Pusat Statistik Daerah Kabupetn Pegunungan Bintang Papua (2015:67-68).
2.3 Pengertian Sejarah
Dalam presfektif ilmu agama, dapat diceritakan melalui Alkitabiah umat Nasrani,
bahwa sejarah adanya bumi karena hasil dari ciptaan Tuhan. Dalam Alkitab, dituliskan
bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Diceritakan juga
kronologi Tuhan menciptakan langit dan bumi dari hari perta hingga hari ketujuh. Semua
yang diciptakan-Nya baik adanya. Dengan demikan, hari berikutnya (hari ketujuh) Tuhan
menciptakan manusia untuk menjaga alam serta segala isinya yang diciptakan oleh-Nya.
Sejarah ini tertulis dalam kitab kejadian. Akan tetapi, pada bagian ini akan membahas sejarah
berdasarkan teori untuk menjawab penelitian ini.
Berdasar asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun" berarti
"pohon" atau " keturunan " atau "asal usul ". Kemudian berkembang dalam bahasa Melayu
"Syajarah" yang akhirnya menjadi kata "sejarah " dalam bahasa Indonesia. Kata syajarah
mula-mula dimaksudkan sebagai gambaran silsilah/keturunan, (Rochmat, 2009: 1). Dilihat
dari penulisan sejarah tradisional, dapat digambarkan bahwa sejarah adalah gambaran asal-
usul keturunan (silsilah) yang dibumbui dengan gambaran yang bersifat religio-magis, sesuai
dengan alam pikiran masyarakat waktu itu (Rochmat, 2009: 1-2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Setelah dunia modern mulai berkembang pesat, istilah sejarah dari dunia telah muncul
di Indonesia. Istilah sejarah yang digunakan oleh dunia barat yang dikenal dalam bahasa
Inggris adalah "history ". Kata "history " berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu "historia "
yang berarti: inquiry (penelitian), interview (wawancara) interogasi dari seseorang saksi mata,
mata dan laporan mengenai hasil tindakan-tindak itu; witness (sasksi mata), judge (seorang
hakim), dan seorang yang tahu. F. Muller ( Rochmat: 2) yang dikutip oleh Topolski
menunjukkan bahwa historia mempunyai tiga arti, yaitu (1) research (penelitian), dan laporan
tentang penelitian itu, (2) suatu cerita puitis, dan (3) suatu pernyataan tentang fakta-fakta.
Dilain pihak, istilah historia masuk ke dalam bahasa lain terutama bahasa Latin.
Istilah historia memiliki makna seperti halnya dalam bahasa Yunani, yaitu yang menekankan
pada direct observation (pengamatan langsung), research (penelitian), dan laporan hasil
penelitian, (Rochmat, 2009:2). Dengan demikian dari definisi sejarah yang dipaparkan di
atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan studi keilmuan tentang segala sesuatu yang
telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu
sekarang, ketika tekanan perhatian diletakkan terutama pada aspek peristiwanya sendiri.
Dalam hal ini, terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya, yang
kemudian disusun dalam suatu cerita, (Rochmat, 2009: 9). Sejarah merupakan ilmu karena
ilmu bersumber dari filsafat. Asal kata filsafat dari bahasa Inggris disebut philosophy yang
berarti kebijaksanaan (wisdom). Artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk mencari
kebenaran agar manusia dapat bertindak secara bijaksana (Rochmat, 2009:11).
Dalam buku yang berjudul Apa Guna Sejarah? yang ditulis oleh A.L.ROWSE, dan
diterjemahkan oleh Winda Primasari bahwa Rowse mengemukakan dua cara bagaimana
berpikir tentang sejarah, yaitu Pertama, sejarah dianggap sebagai cara pandang terhadap
berbagai hal, apa pun itu bersifat sementara, dari alam semesta hingga pena yang saya
gunakan untuk menulis, bahwa segala hal memiliki sejarah tersendiri. Ada sejarah tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
alam, yang ditulis juga dengan pena. Maka pena juga memilik sejarah yang panjang. Oleh
karena itu, apa pun yang telah dituliskan, pena merupakan bagian dari sejarah. Pena khusus
itu adalah `Relief, No. 314, dibuat oleh R. Esterbrook & Co. di Inggris. Sejarah juga
merupakan sebagai aspek waktu dari semua kejadian. Kedua, ada sesuatu yang kita sebut
gambaran sejarah yang sebenarnya, apa yang sesungguhnya dimaksud dengan sejarah. Lebih
tepatnya, sejarah adalah subjek kajian itu sendiri. Menurut Sir Chales Firth, sejarah tidak
mudah untuk diartikan. Namun, bagi saya, sejarah seperti catatan kehidupan masyarakat,
perubahan yang dialami masyarakat tersebut, berbagai gagasan yang menentukan tindakan
masyarakat, dan kondisi materi yang membantu atau pun menghambat perkembangan mereka
(2014:55-56). Sejarah merupakan bagian dari kondisi kehidupan umat manusia dalam
bermasyarakat (2014:86). Selain itu, sejarah juga merupakan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, juga penyesuaian hubungan kerja di antara kelompok manusia, sejarah
manusia dengan alam, mempelajari hubungan antara manusia dan alam (2014:96). Dalam
buku Sejarah Mataram Kartasura sampai Surata Karta Hadiningrat, oleh Radjiman,
(1984:1) dipaparkan, bahwa "History is the story of Man", (Hoaglind, 1962:L) wilayah
oprasional sejarah adalah manusia dengan segala kegiatannya. Baik kegiatan politik,
ekonomi, bermasyarakat, beribadat menurut agama dan keyakinan yang dianutnya dan
kegiatan lainnya dari masa lampau manusia itu sampai sekarang. Kemudian, dalam lingkup
geografis, sejarah akan meliputi tingkat Negara, seperti tingkat Negara (Nasional), daerah
(Regional), dan suatu tempat (Local). Sedangkan sejarah menurut Rochiati Wiriatmadja
dalam blog hedisastrawan.blogspot.co.id, dipaparkan bahwa, sejarah merupakan disiplin
ilmu yang menjanjikan etika, moral, kebijaksanaan, nilai-nilai spiritual, dan kultural karena
kajiannya yang bersifat memberikan pedoman kepada keseimbangan hidup, harmoni dalam
nilai-nilai, keteladanan dalam keberhasilan dan kegagalan, dan cerminan pengalaman kolektif
yang dapat menjadi kompas untuk kehidupan masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Buku berjudul Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, oleh Mohamad Ali dalam skripsi
Antonius Ningmabin (2015:46) mengemukakan, bahwa sejarah adalah cerita tentang
perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. Maka diri itu, dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, sejarah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang kejadian dalam fenomena alam, manusia, kehidupan manusia
berinteraksi atau kontak hubungan dengan alam atau alam dengan manusia dengan kurun
waktu tertentu yang sudah dan telah berlangsung saat ini.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka masyarakat suku Ngalum memiliki sejarah
lokal, yakni sejarah penciptaan (mitos) tentang manusia, tumbu-tumbuhan, hewan serta dan
air. Sebutan ini dalam bahasa Ngalum disebut dengan Ok, Mong, Nal. Sebutan lain kepada
masyarakat Ngalum adalah manusia Aplim dan Apom, atau juga sering disebut manusia Ok
(kaka Ok).
2.3.1 Sejarah Asal Usul Masyarakat Suku Ngalum
Di seluruh dunia, tentu memiliki sejarah kehidupan dengan kata lain disebut mitos,
atau cerita dongeng tentang kisah-kisah kehidupan. Hal ini dikisahkan melalui mitos itu
sendiri, legenda, dongeng, yang dikisahkan oleh setiap suku bangsa di dunia. Mitos adalah
cerita rakyat yang benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta,
para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos juga merujuk kepada suatu cerita
dalam kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang
pernah terjadi pada masa dahulu. Mitos penciptaan manusia di Aplim Apom dipercaya
mengandung nila-nilai kebenara dan nilai realitas asli (benar-benar terjadi).
Mitos ini dipahami dan dipercaryai oleh masyarakat suku Ngalum Ok, sebagai
panduan hidup, sebagaimana layaknya suku-suku lain di wilayah adat Papua. Mitos ini pula,
mengandung nilai filosofis dan ideologis sebagai landasan hidup bagi suku Ngalum Ok. Jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sebelum pengaru luar masuk di tanah Aplim Apom, suku Ngalum Ok memiliki tatanan hidup
dan norma yang berasal dari adat sebagai bagian dari budaya suku Ngalum Ok.
Dalam buku berjudul Mengenal Manusia Ok oleh Melkior N.N Sotokdana
dipaparkan, bahwa Suku Nagulm Ok mempunyai kepercayaan sendiri tentang penciptaan
manusia. Kepercayaan ini berhubungan dengan Aplim Apom. Kata Aplim dan Apom adalah
nama sakral (alut) bagi masyarakat Pegunungan Bintang pada umumnya dan khususnya suku
Ngalum Ok. Berdasarkan mitos yang dipercaya bahwa suku Ngalum Ok diciptakan di Aplim
Apom. Kemudian, mereka ditempatkan di wilayah barat, timur, utara, dan selata. Penyebutan
mengandung arti dari sanalah awal mula mereka diciptakan. Sejumlah sungai yang dimaksud
adalah Okabab, Oksop, Okbi, dan Oktasin. Dengan demikian mereka disebut "manusia Aplim
Apom" atau dengan kata lain adalah Aplim Apom Sibilki (2017:21-22).
Dalam buku berjudul Menerima Misionaris Menjemput Peradaban oleh Melkior,
bahwa mitos penciptaan manusia Aplim Apom, Pegunungan Bintang, pada mulanya dunia ini
hampa, tak berisi atau tanpa ada kehidupan. Kemudian, Atangki berfirman dan jadilah tanah
(mangol), jadilah tumbuhan (abenongmin), dan jadilah air (Ok) beserta aneka biota air
(okmin). Diciptkannya segala jenis hewan, baik hewan berkaki maupu melata, yang buas
maupun jinak, dan juga beraneka macam hewan (2016: 31). Hasil ciptaan yang begitu indah,
Atangki menciptakan sepasang manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Manusia
laki-laki disebut sebagai "Kaka I Ase ". Kaka yang berarti manusia, I yang berarti, mereka,
Ase berarti Bapak/Ayah. "Kaka I Ase " dapat diartikan sebagai "Bapak Segala Suku Bangsa
Manusia" (laki-laki/pria). Sebagai pendampingnya "Kaka I Ase ", Atangki menciptakan
pula seorang perempuan dan diberi nama "Kaka I Onkora ".
Secara harafiah, Kaka berarti "manusia" I berarti "mereka" Onkor berarti "ibu". Kaka
I Onkora dapat diartikan "yang mendampingi, melahirkan dan melindungi manusia
pertama". Atau terjemahan lain adalah Ibu Segala Suku Bangsa Manusia (perempuan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Pencinptaan manusai laki-laki dan permpuan pertama tersebut di Aplim Apom, dua buah
gunung yang terletak di daerah Pegunungan Bintang. Tempat ini yang disebut oleh orang
Belanda sebagai Strenge Beergete atau yang dikenal dengan sebuatan Puncak Mandala. Di
sinilah Atangki menciptakan manusia pertama dalam mithologi masyarakat suku Ngalum.
Setelah Atangki menciptakan kedua manusia ini, Atangki menempatkan mereka di sebuah
dataran di antara Aplim dan Apom yang dikenal dengan sebutan Banal Banar Bakon atau
lebih tepatnya pada saat ini di Sibil Serambakon (daerah Wanbakon). Di tempat inilah
manusia pertama mulai membagikan jalur untuk menguasai bumi Aplim Apom (Pegunungan
Bintang). Di tempat ini pulah dalam kepercayaan orang Ngalum Ok, seluruh manusia di
muka bumi ini berasal.
Dalam perjalannnya menuju Banal Banar Bakon, Kaka I Ase melakukan hubungan -
badan. Dari hasil perkawinan tersebut mereka menghasilkan 4 keturunan, yaitu (1) Urop
(Anak pertama/sulung), (2) Kasip (anak kedua) (3) Kakyar (anak ketiga), dan (4) Kalak (anak
keempat/bungsu). Kakak I Ase dan Kaka I Onkora inilah yang kemudian menurukan empat
marga besar di wilayah Pegunungan Bintang, yaitu Uropmabin, Kasipmabin, Kakyarmabin,
dan Kalakmabin. Secara garis besar penciptaan manusai Aplim Apom tersebut dapat
digambarkan seperti bagan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Gamabr 02. Bagan Keturunan Kaka I Ase dan Kaka I Onkora
Keterangan:
1. Aplim Apom : Tempat penciptaan langit, bumi, manusi, hewan, tumbuh-tumbuhan,
serta bentuk ciptaan lainnya (menurut kepercayaan orang Ngalum. Menurut
masyarakat suku Ngalum, Aplim Apom merupakan tempat kediaman Tuhan
(Atangki). Aplim Apom adalah sebuah gunung.
2. Kaka I Ase : Manusia Pertama (Pria) yang dicipatakan oleh Atangki (Tuhan).
3. Kaka I Onkora: Manusia Pertama (Wanita) yang diciptakan oleh Atangki (Tuhan)
4. Urop [anak pertama atau marga pertama yang diturunkan dari Kaka I Ase dan Kaka I
Onkora]. Kemudian Urop diberi identitas marga Urop-Mabin.
5. Kasip [anak kedua atau marga kedua yang diturunkan dari Kaka I Ase dan Kaka I
Onkora]. Kemudian Kasip diberi identitas marga Kasip-Mabin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
6. Kakyar [anak ketiga atau marga ketiga yang diturunkan dari Kaka I Ase dan Kaka I
Onkora]. Kemudian Urop diberi identitas marga Kakyar-Mabin.
7. Kalak [anak terakhir/bungsu atau marga terakhir yang diturunkan dari Kaka I Ase dan
Kaka I Onkora]. Kemudian Urop diberi identitas marga Kasip-Mabin.
Keempat marga di atas sebagai induk dari setiap marga suku Ngalum yang ada di
Pegunungan Bintang sehingga dalam satu marga, masyarakat suku Ngalum dapat
menggandakan marga, misalnya Tapyor-Opki, Uropdana-Almung, Yawalka-Betkum dan
sebagainya.
Dan kemudian, Atangki (Tuhan) meneyebarkan semua manusia tersebut ke segala
penjuru tanah Aplim Apom. Dalam menyebarkan hasil ciptaan tersebut Atangki
menyanyikan lagu skral sebagai pengantar dan pemberian identitas setiap sub etnik di atas
tanah ini. Oleh karena itu, meskipun dari sumber yang satu dan sama setiap sub etnik dan Ap
I Wol dengan wilayah otoritas adatnya memiliki lagu sakralnya tersendiri, (O. Sostenes
Urombain dkk; Nilai-Nilai Hidup dalam Tari Oksang dan Bar, dalam Melkior; Manusia
Ngalum Ok, 2017: 21-25). Tidak hanya Atangki mencipatakan manusia Ngalum Ok,
melainkan Atangki juga menciptakan sub suku lainnya yang merupakan etnik yang memiliki
otoritas segala ciptaan Atangki di atas tanah Aplim-Apom. Sub etnik ini adalah suku
Ketengban, Murob, Yetfa, Kambon, Batom, dan Kimki-Lepki. Masyarakat Ngalum Ok
percaya bahwa warisan Atangki yang paling tinggi dan sakral adalah Ap I Wol. Ap I Wol
melambangkan pintu masuk keluar yang menghubungkan alam gaib, jalur bagi sang leluhur
Atangki dengan manusia.
Ap I Wol diyakini sebagai landasan ideologi. Hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut: (1) Rumah tempat tinggal yang sakral bagi manusia Pegunungan Bintang (khususnya
kaum laki-laki yang sudah diinisiasi, (2) Merupakan simbol lambang suatu kelompok
manusia yang hidup dalam suatu wilayah otoritas (culture area) yang didasari dengan tatanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
hidup, aturan, norma, dan kaidah yang tertera dalam institusi adat, dimana dalam
peraturannya diwariskan oleh nenek moyang suku Ngalum Ok, (3) Ap I Wol melambangkan
rantai persaudaraan dalam kehidupan antar masyarakat Ngalum Ok, (4) Ap Iwol sebagai
kodrati seorang perempuan, ibu dari masyarakat Aplim Apom Sibilki, (5) Ap Iwol sebagai
tempat menempatkan dan menyimpan benda-benda sakral yang diwariskan secara turun
temurun yang dijadikan sebagai penopang hidup masyarakat Aplim Apom.
Kata Ap I Wol jika diartikan secara harafiah, Ap (rumah), I (mereka; manusia Ngalum
Ok), Wol (jalan). Ap I Wol dipandang sebagai tempat melakukan seluruh proses ritual adat
suku Ngalum Ok kepada Atangki dan nenek moyang mereka. Dalam pengertian lain, kata Ap
I Wol juga merupakan sebuah bangunan sakral yang khusus didiami oleh lelaki yang telah
diinisiasi dan juga tempat menyimpan sejumlah benda sakral dan kerahasiaan kearifan lokal
yang merupakan jalan menuju kehidupan yang baik, kekal, serta bertanggungjawab kepada
lingkungan, Tuhan, alam, kodrat, dan dunia bagi suku Ngalum Ok. Proses terbentuknya Ap I
Wol berasal dari satu sumber kemudian menjadi dua sumber dan menurunkan empat sumber
Ap I Wol pusat. Di dalam Ap I Wol pusat terdapat berpuluh-puluh Ap I Wol dan beratus-
ratus sub ranting Ap I Wol yang menyebar di seluruh kawasan otoritas manusia Aplim Apom
(Melkior, 2017: 23-26).
2.2.8 Bahasa yang Digunakan Oleh Masyarakat Suku Ngalum
Masyarakat suku Ngalum Ok, sebelum mengenal dan berhubungan dengan dunia luar,
bahasa yang digunakan adalah bahasa Ngalum. Pada saat masyarakat Ngalum hidup pada
waktu zaman batu, mereka melakukan transaksi (barter) dengan kelompok masyarakat suku
Ngalum lain, mereka berkomunikasih dengan bahasa Ngalum. Seiring berjalannya waktu,
masyarakat suku Ngalum telah mengenal dengan dunia luar melalui pengkabaran injil Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
melalui Missionaris Eropa khususnya dari Belanda masuk di wilayah ini dan
memperkenalkan bahasa asing seperti bahasa Belanda, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Dalam tesis Apolonaris Urpon (2008: 29) digungkapkan, bahwa bahasa Ngalum
pertama kali diteliti oleh Pastor Hylkema OFM dan Pater Maus OFM. Tujuannya untuk
menterjemahkan Katikusmus, Tata Liturgi dan Kitab Suci (Injil) dalam bahasa Ngalum.
Secara detail, penelitian mengenai bahasa Ngalum yang dilakukan Pastor Hylkelma terwujud
dalam bentuk buku kamus bahasa Ngalum-Belanda-Indonesia. Berdasarkan peneli