muko kel

13
KELAINAN – KELAINAN PADA JARINGAN LUNAK MULUT 1. Kelainan atau penyakit pada bibir a. Cheilitis Cheilitis adalah infeksi yang mengenai salah satu atau kedua sudut bibir. b. Cheilitis ekspoliatif Cheilitis ekspoliatif adalah kelainan atopik pada bibir yang terjadi dengan agent tertentu, infeksi mikroorganisme, efek samping pengobatan. c. Celah bibir Celah bibir merupakan cacat bawaan berupa celah bibir atau labiochisis dapat bilateral atau unilateral, hal ini terjadi akibat kegagalan penyatuan antara prosessus nasalis dan prosessu maksilaris pada embrio saat trimester perta 2. Kelainan atau penyakit pada lidah dan dasar mulut a. Glositis Glositis adalah peradangan pada lidah yang ditandai dengan deskuamasi filliformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat. b. Lidah geografik - dalah gambaran pola seperti peta pada permukaan dorsum lidah. - !ering dijumpai pada wanita - "tiologi # tidak diketahui - $enurut %&'K"( oleh karena infeksi fungi dan bakteri - Lapisan keratin papilla mengalami des)uamasi dan inflamasi dari korium. - (erjadi pewarnaan merah halus dan dibatasi oleh papilla filiformis pada dor lidah. c. $edian rhomboid glositis

Upload: reisya-gina

Post on 05-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GIMUL

TRANSCRIPT

KELAINAN KELAINAN PADA JARINGAN LUNAK MULUT

1. Kelainan atau penyakit pada bibira. CheilitisCheilitis adalah infeksi yang mengenai salah satu atau kedua sudut bibir. b. Cheilitis ekspoliatifCheilitis ekspoliatif adalah kelainan atopik pada bibir yang terjadi karena kontak dengan agent tertentu, infeksi mikroorganisme, efek samping pengobatan.c. Celah bibir

Celah bibir merupakan cacat bawaan berupa celah bibir atau labiochisis dapat terjadi bilateral atau unilateral, hal ini terjadi akibat kegagalan penyatuan antara prosessus nasalis dan prosessu maksilaris pada embrio saat trimester pertama.

2. Kelainan atau penyakit pada lidah dan dasar mulut a. GlositisGlositis adalah peradangan pada lidah yang ditandai dengan deskuamasi papilla filliformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat.b. Lidah geografik Adalah gambaran pola seperti peta pada permukaan dorsum lidah. Sering dijumpai pada wanita Etiologi : tidak diketahui Menurut BURKET oleh karena infeksi fungi dan bakteri Lapisan keratin papilla mengalami desquamasi dan inflamasi dari korium. Terjadi pewarnaan merah halus dan dibatasi oleh papilla filiformis pada dorsum lidah.c. Median rhomboid glositis Berupa persistensi tonjolan di median posterior lidah akibat kegagalan fungsi tuberkulum impar pada masa embrio.d. Hipertrofi papilla lidah Adalah peradangan akibat iritasi kronis atau infeksie. Hairy tongue White Hairy Tongue Terjadi pembesaran papilla filiformis dan adanya desquamasi papilla filiformis. Misalnya : Pada Px. Yang mengalami demam, apabila demam menurun penyakit sembuh dengan sendirinya.

Black Hairy Tongue Pemanjangan papilla filiformis pada 1/3 panjang lidah Jarang terjadi pada anak-anak. Pada remaja sering terjadi oleh karena pemakaian antibiotik secara sistemik. Bersifat asimtomatik (sembuh dengan sendirinya).f. Atrofi papilla lidah Adalah mengilangnya papilla lidah yang disebabkan oleh kebiasaan membersihkan lidah atau sebab mekanis lainnya, seperti trauma tepi tambalan, gigi tiruan, alat orthodontic, gigi tajam, atau karena hipersensitif obat-obat gigi seperti chkm, tkf, defisiensi besi, vitamin B komplek, menyebabkan atrisi pada papilla filliformis.g. Fissure Tongue Jarang terdapat pada anak. Ada pada pasien kretinisme dan mongol Terdapat pada dorsum lidah, simetris memanjang. menurut robinson hal ini terjadi oleh karena defisiensi Vit. B Compleks. sering timbul inflamasi. Permukaan lidah tidak licinh. Glosodiniaadalah paerasaan terbakar atau panas pada lidah ( burning mouth sindrom )i. Glosopirosisadalah Pasien merasa terbakar pada lidah dan sering terjadi pada pasien diatas 50 tahun.j. Angkiloglosiaakan terjadi gangguan gerakan dan bicara. Frenulum Lingua Pendek, antara ujung lidah dan dasar mulut .k. Makroglosia Ukuran lidah lebih besar dari normal, biasanya kongenital. Sebab lain oleh karena alergi, trauma dan ini bersifat sementara. Sering pada anak kretinisme dan anak-anak pada type mongol. terjadi kelainan klass III. Pada keadaan ini biasanya pertumbuhan tulang rahang terganggu Perawatan : Tergantung etiologil. Mikroglosiaukuran lidah lebih kecil dari normalnya.

3. Kelenjar Ludaha. Sialolitiasisadalah terbentuknya batu dalam saluran kelenjar ludah sehingga menghambat aliran ludah.b. kista kelenjar ludahc. Mukokel kelenjar ludah Adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. d. XerostomiaXerostomia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala/simptom yang merupakan penurunan produksi saliva di dalam mulut akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang.Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah.4. Kelainan pada mukosa palatuma. celah langit-langitb. malformasi langit

5. Kelainan mukosa mulut, bibir, dan lidaha. Stomatitis

Leukoplakia

Leukoplakia adalah bercak atau plak putih yang melekat erat pada mukosa mulut, tidak dapat dikerok, dan etiologinya belum diketahui.MUKOKEL

DefinisiMukokel adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mukokel jarang terjadi pada bibir atas, palatum molle.Mukokel adalah penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Glandula saliva terbagi dua, yaitu glandula saliva mayor dan glandula saliva minor. Glandula saliva mayor terdiri dari : 1. Glandula parotis Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan cairan serous.2. Glandula submandibula Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian medial sudut bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60- 65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serous dan mukus. 3. Glandula sublingual Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior. Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus. Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang tersebar pada lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik palatum durum maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga terdapat di uvula, dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal. Glandula saliva minor terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada glandula Von Ebners (glandula yang berada pada papilla circumvalata lidah) yang menghasilkan cairan serous. Kasus mukokel umumnya melibatkan glandula saliva minor. Tidak tertutup kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor tergantung pada letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar mulut dekat dengan glandula sublingual dan glandula saliva minor. Dengan kata lain ranula umumnya melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual. Sama halnya dengan mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor, misalnya glandula saliva submandibula apabila ranula telah meluas ke otot milohioideus dan memasuki ruang submandibula.

Glandula Saliva

Etiopatogenesis Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital. Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut mukokel. Klasifikasi Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik, dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung. Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi tiga, yaitu superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya. Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi.

Mukokel ekstravasasi mukus

Mukokel retensi mukus

Gambaran Klinis dan Histopatologi Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit.Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.

Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah

Mukokel pada bibir bawah

Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya epithelial lining.

.Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang terletak di bibir bawah

Gambaran histopatologi mukokel yang bagian duktusnya mengalami dilatasi

Diagnosa Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien. Pada pasien anak dilakukan alloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.

Diagnosa Banding Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan lain-lain. Untuk dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.

Perawatan Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur menuliskan beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-anak.Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.Eksisi mukokel dengan memakai modifikasi teknik elips, menebus mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Batas mukokel dengan jaringan sehat mudah diidentifikasi, lesi dipotong dengan teknik gunting, pengambilan glandula mukos asesoris, penutupan dengan jahitan terputusTerkadangmukokeldapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, jika dibiarkan tanpa perawatan akan meninggalkan luka parut.Mukokelbiasanya harus diangkat, bisa dengan bedah maupun laser. Namun ada kemungkinan pembedahan dapat menyebabkan munculnyamukokellain. Beberapa dokter saat ini ada juga yang menggunakan menggunakan injeksi kortikosteroid sebelum melakukan pembedahan, ini terkadang dapat mengempiskan pembengkakan. Jika berhasil, maka tidak perlu dilakukan pembedahan.

KomplikasiMukokel biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak. Pada perabaan akan juga akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul pus (nanah).