m web viewcerita yang terbaik adalah yang memiliki alur sederhana, ... sehingga kontrol dan ......

33
Modul Praktikum SINEMATOGRAFI Widya Pujarama, S.I.Kom., M.Communication Bambang Semedhi, SE 0

Upload: lamdang

Post on 30-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Modul PraktikumSINEMATOGRAFI

Widya Pujarama, S.I.Kom., M.CommunicationBambang Semedhi, SE

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB – Malang2014

0

Isi Modul

DAFTAR ISI ...................................................................................................................1

Kata pengantar ..........................................................................................................2

A. PENJELASAN .....................................................................................................2

1. DASAR DAN PRINSIP PEMBUATAN FILM ....................................................2

2. DASAR DAN PRINSIP PRA-PRODUKSI FILM .................................................5

3. PRODUKSI FILM ........................................................................................8

4. PASCA PRODUKSI/EDITING FILM ...........................................................11

B. TUJUAN ............................................................................................................11

C. OUTPUT DAN HASIL ..........................................................................................12

D. BAHAN DAN ALAT ............................................................................................12

E. LOKASI DAN WAKTU .........................................................................................12

F. LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM .....................................................................13

G. CATATAN .........................................................................................................20

1

Modul PraktikumSINEMATOGRAFI

Mata Kuliah : Sinematografi

Kode : ISK 4128

PRAKTIKUM 1

PRODUKSI PEMBUATAN FILM PENDEK

Kata Pengantar

Modul bahan ajar ini merupakan sebuah panduan yang bisa digunakan mahasiswa untuk membuat karya film. Panduan ini akan berisi berbagai hal tentang produksi film baik pra produksi, produksi, sampai dengan pra produksi. Dengan adanya panduan ini diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di kelas secara terarah.

A. PENJELASAN

1. DASAR DAN PRINSIP PEMBUATAN FILM

Media massa merupakan salah satu bagian referensi pengalaman kognitif dari kehidupan sehari-hari individu dalam masyarakat modern. Meski demikian, sedikit yang menyadari bahwa proses produksi yang dilakukan oleh institusi media massa seperti filmatau juga yang disebut dengan video dibuat melalui serangkaian tahapan yang rumit dan melibatkan banyak individu dalam sistem organisasi institusi media massa dengan banyak sekali manipulasi gambar dan teknik pembingkaian benda-benda dan manusia untuk tujuan-tujuan psikologis yang disengaja.

Proses pembuatan film merupakan inti dalam sinematografi. Sinematografi membahas baik hal-hal teoritis maupun praktis untuk pengambilan gambar, editing, pencahayaan, tata suara maupun hal-hal manajerial dalam pembuatan karya audiovisual baik untuk film maupun televisi. Sinematografi bisa didefinisikan sebagai seni untuk menciptkan gambar bergerak yang

2

memiliki tujuan, bersifat informatif, dan menghibur. Film juga memiliki kemampuan untuk merepresentasikan budaya tertentu.

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, Film merupakan salah satu bentuk media massa, dimana film memiliki dua dimensi komoditas, pertama, sebagai komoditas ekonomi, dan kedua sebagai komoditas budaya. Film dibuat oleh banyak pekerja biasanya tanpa hubungan personal sebelumnya, dimana hubungan profesional yang ada akan terputus ketika film tersebut telah dibuat. Sebagai komoditas ekonomi, industri perfilman melibatkan proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Film diproduksi oleh Production House atau organisasi tertentu, disebar luarkan dengan teknik spesifik, baik secara komersial maupun non komersil. Selain itu juga film dinikmati oleh audience yang tersebar luas dan memiliki motivasi yang beragam dalam aktivitas menonton mereka. Konsumsi film yang terjadi dalam masyarakat tentu saja memiliki efek, meski beragam dan tidak bisa digeneralisasikan. Salah satu argumen dasar mengenai efek film bisa kita lihat dari dimensi film sebagai bagian dari komoditas budaya. Ketika menonton film, audience tidak hanya melihat alur cerita yang terjadi, tetapi juga setting, cara penyelesaian masalah, dan sudut pandang terhadap budaya tertentu. Dengan kata lain, film membawa ideologi dan pemaknaan terhadap budaya atau kelompok masyarakat tertentu.

Sebagai contoh, Hollywood, California, merupakan lokasi atau sentral dari “dream factory” yang merupakan simbol dari industrialisasi sinema. Hollywood menawarkan narasi yang fokus pada pengembangan diri individual dan pencapaian hidup dalam film-film yang dipertontonkan. Sejak 1900-an, Hollywood menawarkan hiburan sekaligus “mimpi” sebagai warga Amerika Serikat, dan juga dunia. Periode film modern dimulai sejak tahun 1907 di Amerika Serikat, dimana restrukturisasi industri perfilman skala besar dan sistematis terjadi dan melahirkan pusat perfilman dunia modern di Hollywood. Pasar film Hollywood tidak hanya beredar secara lokal di negara Amerika Serikat, tetapi juga secara internasional. Meski perfilm-an Amerika Serikat mendominasi, beberapa negara lain seperti Jepang, Korea, Inggris dan Perancis, memiliki giat film yang cukup relevan di dunia.

Sebagaimana produk media massa lainnya, film setidaknya melibatkan tiga unsur penting, yaitu pertama Ilmu Komunikasi yang berkisar tentang tanda, simbol dan pemaknaannya oleh manusia (berkaitan dengan alur logika); kedua Teknologi Komunikasi (berkaitan dengan kamera atau device yang digunakan untuk merekam gambar tiga dimensi di dunia nyata dan proses editing); dan ketiga skill yang dimiliki oleh individu-individu yang terlibat dalam pembuatan produk media massa manapun. Jika anda pernah menonton karya videografi yang memiliki gambar memusingkan, kurang bercerita, alur tidak menentu atau membosankan, maka anda sedang menyaksikan film/video yang tidak menerapkan ilmu-ilmu dalam sinematografi dengan baik. Praktek pembuatan film ini merupakan kegiatan teknis bagaimana membuat gambar dalam produksi film yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca

3

produksi. Tahapan produksi dan contoh laporan pembuatan film yang akan dijelaskan selanjutnya dalam modul praktikum ini.

2. DASAR DAN PRINSIP PRA-PRODUKSI FILMSinematografi merupakan mata kuliah jurusan Ilmu Komunikasi yang membahas hal-hal

teoritis dalam pengambilan gambar, editing, pencahayaan, tata suara, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses produksi film dan televisi. Fase Pra-produksi film adalah kumpulan kegiatan yang meliputi semua persiapan yang harus dilakukan sebelum proses produksi sebuah film dilakukan. Pra-produksi merupakan tahap penting yang harus dilalui untuk membuat sebuah film yang berkualitas. Produk atau film yang tidak memiliki persiapan yang baik bukan berarti akan menghasilkan karya yang buruk, tetapi persiapan yang ditempuh pada waktu tahap pra produksi akan memudahkan proses pengambilan gambar dan proses editing, yang berhubungan erat dengan penghematan waktu dan biaya produksi secara keseluruhan.

Fase pra-produksi merupakan proses non linear, yang tidak memiliki aturan baku mengenai apa saja yang perlu untuk dibuat. Tiga hal utama dalam proses pra-produksi adalah penentuan jadwal pengambilan gambar, menentukan pendanaan dan besar dana, serta membuat script dari film yang akan dibuat. Bagi kru dan pemain film, script membantu untuk memvisualisasikan tampilan dan kualitas dari project yang sedang dikerjakan.

Proses pra-poduksi melibatkan perencanaan atas narasi, alur, teknik pengambilan gambar, pemikiran lokasi, budgeting, hingga pemilihan aktor. Ketika anda telah mendapatkan inspirasi judul atau tema, sebelum anda menentukan alur keseluruhan, anda dan tim harus menyediakan waktu untuk tahapan pertama dalam proses pra produksi yang disebut dengan penentuan elemen-elemen sinematik, yaitu:

1. Menentukan Spines atau inti cerita, yang merupakan dasar atas kesatuan tematik yang bisa terlihat dari judul atau tema film. Contoh dari salah satu film Hollywood tahun 2006 yang berjudul Lake House:

4

Spines juga bisa disebut dengan plot point, yaitu pembentukan peristiwa-peristiwa signifikan yang menjadi alur utama cerita yang ada, sekaligus memastikan perkembangan alur cerita. Setidaknya, dalam sebuah film, terjadi dua plot point dimana plot point pertama umumnya terjadi di menit ke-30, sedangkan plot point ke dua terjadi di sekitar menit ke-90 dari rentang durasi normal 100-120 menit.Jika digambarkan dalam sebuah plot, maka diagram dari plot point atau spines bisa terlihat dalam diagram di bawah ini:

2. Menggambarkan Tokoh Utama. Karya sinematografi yang ideal selalu memiliki tokoh protagonis yang dominan dalam alur cerita, yang disebut juga dengan tokoh utama. Karakter ini merupakan fokus utama dalam keseluruhan cerita dalam film. Yang perlu diingat, tokoh utama sebaiknya tidak selalu terlihat dalam keseluruhan scene dan sequence film.

3. Menentukan karakter-karakter pendukungyang diperlukan dalam sebuah film, selain sebagai penentu settingdan konflik dalam cerita, karakter-karakter yang ada dalam plot cerita merupakan hal yang memperkaya dinamika komunikasi dan interaksi dalam cerita tersebut. Cerita yang terbaik adalah yang memiliki alur sederhana, tetapi karakter yang kompleks (Lucy dalam Proferes, 2005). Pada saat menentukan karakter, kita juga perlu untuk memikirkan (a) aspek yang menjadi tujuan utama dari karakter yang kita buat; (b)

5

rahasia dari karakter utama; (c) reaksi dan respons dari karakter saat bersinggungan dengan tokoh antagonis; (d) ciri khas tokoh yang memiliki hubungan signifikan dengan cerita yang dibuat; (e) Bagaimana perlakuan orang-orang di sekitarnya, dan (f) Cara dia menyelesaikan masalah.

4. Menentukan situasi atau setting cerita yang memberikan perspektif dari karakter yang terlibat dalam cerita. Situasi ini bisa diceritakan dari sudut pandang orang ketiga dengan keberadaan narator dalam film, atau secara subyektif dari sudut pandang pemeran utama atau tokoh utama yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Mendesain dinamika hubungan, atau yang disebut juga dengan “dramatic juice”, yaitu pengayaan perspektif permasalahan yang ada dari sudut pandang beberapa karakter. Poin utama dari dinamika hubungan ini adalah bagaimana sebuah karakter memandang karakter lain pada saat itu. Hal ini bisa dilihat dari reaksi-reaksi karakter dalam film atas ketidak adilan, kekejama, bagaimana dia mempertanggung jawabkan masalah yang dibuatnya, serta reaksinya terhadap tujuan yang tidak tercapai.

6. Menentukan Wants atau keinginan. Wants merupakan goal atau tujuan jangka pendek yang ingin diraih dalam film yang ada, berbeda dengan spines yang merupakan alur utama dari cerita.

7. MendesainExpectation atau harapan, yang melibatkan emosi penonton atas apa yang akan terjadi pada karakter-karakter yang ada dalam plot cerita. Misalnya, ketika dua orang yang saling mencintai dalam film bertengkar, harapan yang bisa dibuat adalah mereka akan berpisah selamanya, mereka menemukan solusi atas permasalahan mereka dan bersatu, atau mereka menemukan orang yang lebih bisa mengerti dan memahami mereka sehingga mereka berpisah dengan baik-baik.

8. MengarangActions, yaitu perilaku yang melahirkan hubungan dinamis dan keadaan-keadaan tertentu. Aksi ini bukan berarti simulasi gerakan silat, melainkan sikap yang tercermin dalam tindakan-tindakan baik sederhana maupun kompleks yang telah didesain dalam plot cerita. Actions bisa dilihat baik melalui gerakan-gerakan gesture tubuh, cara berekspresi, maupun cara berbicara atau dialek.

9. Menjabarkan alur plot cerita dalam Activity. Activity berbeda dengan action, dimana action berupa perilaku setiap karakter, dimana activity adalah rutinitas atau narasi dari plot yang ada.

10. Keseluruhan elemen cerita yang ada disambungkan oleh Acting Beats atau irama dari acting, yang bergantung pada dinamika alur cerita yang ada.

Keseluruhan elemen di atas bisa tetapi tidak didokumentasikan secara tertulis, misalnya, ketika menentukan karakter dalam film, kita bisa berjalan-jalan dan mengambil gambar dari orang-orang yang menarik, dan berusaha menduga bagaimana mereka menjalani hidup dengan segala permasalahan yang mungkin terjadi padanya. Meski demikian, untuk memudahkan

6

proses komunikasi atas penentuan elemen-elemen di atas, maka sineas dapat membuat Film Treatment. Film treatment memudahkan kita untuk mengorganisasikan pemikiran, dialog-dialog yang mungkin muncul, dan sebagainya. Treatment ini bukan saja berisi urutan kejadian, tetapi juga goal/tujuan yang jelas untuk memberikan arah, serta alasan mengapa sebuah cerita perlu untuk didengar atau diperhatikan oleh audience.

Film yang baik memiliki three-act structure yang jelas, dalam artian, memiliki awalan atau perkenalan atas karakter-karakter yang ada, lalu bagian eskalasi masalah dan konflik-konflik yang terlihat di gesekan-gesekan kepentingan antar karakter, klimaks, yaitu pecahnya masalah yang ada sehingga seolah-olah tidak terpecahkan, dan kemudian anti-klimaks berupa penyelesaian masalah atau akhir dari sebuah cerita. Bagian awal dalam film biasanya berdurasi 30% dari keseluruhan alur, sementara bagian tengah 50%, dan akhir 20%, misalnya jika sebuah film berdurasi 100 menit, maka bagian awal berdurasi 20-30menit, bagian tengah 40-50menit, dan akhir berdurasi 20 menit.

Dua pendekatan untuk produksi film, terutama yang bergenre dokumenter yaitu pendekatan induktif (shoot dulu baru potong footage sesuai dengan keperluan), atau dengan pendekatan deduktif (menulis script baru kemudian mencari footage). Kedua cara ini diperbolehkan dalam produksi film.

Ketika elemen-elemen sinematografik yang ada di atas telah direncanakan dengn baik dan dikembangkan dalam plot berdasarkan three-act structure, maka yang perlu dilakukan kemudian adalah menentukan Jadwal pengambilan gambar, menghitung Budget, serta membuat Script, yang bisa dilihat dalam proposal film di bagian berikutnya.

3. PRODUKSI FILM

1. Manajemen ProduksiSebuah kerja produksi film berada di tangan manajemen seorang produser,

Meski praktik produksi sepenuhnya berada di bawah kebijakan dari sutradara. Produser bertanggung jawab untuk mencari hingga mengelola dana sesuai dengan budget yang ada, denagan kata lain, ia bertugas mengatur dan bertanggung jawab atas semua alur produksi film.

Di tingkat produksi terdapat berapa bagian kru yang lain, yaitu Produser juga memiliki tanggung jawab terhadap kerja camera person yang bertugas mengambil gambar, kru lighting yang bertugas mengatur cahaya, kru kostum dan make up yang

7

bertugas mengatur kostum dan make up pemeran, serta kru peralatan yag bertugas menyediakan peralatan.

2. Job Description masing - masing kru dalam pembuatan filmTugas dari masing-masing kru dalam sebuah pembuatan film mutlak diketahui

setiap awak produksi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Berikut ini tugas masing-masing kru dalam pembuatan film:

a. SutradaraSeorang sutradara yang baik haruslah mempunyai jiwa kepemimpinan dan

manajerial yang baik. Ia akan mengarahkan dan bertanggung jawab terhadap semua proses produksi dari awal hingga akhir. Seorang sutradara yang baik juga harus memahami bagaimana sistem kerja setiap bagian dalam pembuatan film. Karena ia memimpin semua kegiatan dalam proses produksi. Pemahaman yang mumpuni akan sinematografi mutlak dimiliki oleh seorang sutradara sehingga pengarahan yang diberikan akan menghasilkan sebuah film yang berkualitas.

b. Camera PersonSeorang Camera Person adalah orang yang bertanggung jawab mengoperasikan

kamera dalam setiap pengambila gambar. Untuk kelancaran proses produksi seorang camera person juga harus mempelajari naskah, mempersiapkan peralatan yang berhubungan dengan kamera yang ia bawa seperti tripod, baterai, monitor, kabel, dan headphone.

c. LightingmanSeorang lightingman merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap

pencahayaan yang diperlukan dalam pembuatan film. Seorang lightingman yang baik harus mengetahui naskah dan konsep film secara umum. Ia bertugas menyediakan kebutuhan pencahayaan dan menata setting lampu dari setiap adegan.

d. SoundmanKru ini bertanggung jawab memastikan perekaman suara dalam pengambilan

gambar berjalan dengan baik. Kru sound ini harus mampu menggunakan dan memelihara peralatan perekaman suara yang digunakan dalam proses pembuatan film.

e. Pencatat Adegan dan ClipperPencatat adegan ini bertugas mencatat semua perekaman gambar. Kegiatan ini

bertujuan untuk memudahkan editor dalam melakukan tugasnya. Apa saja yang dicatat

8

oleh kru ini adalah scene, shoot, take, time code, dan keterangan. Pencatat adegan ini juga bertugas untuk mencatat semua keterangan seperti ide - ide yang muncul di saat pengambilan gambar untuk editor. Ia juga mencatat misalnya dalam satu adegan berapa kali pengambilan gambar dilakukan, dan gambar pada ambilan keberapa yang terbagus, sehingga editor bisa lebih mudah dan cepat menggabungkan gambar-gambar terbaik. Sedangkan seorang kleper bertugas menunjukkan kepada editor keterangan setiap shot kepada editor lewat papan kleper yang ia bawa.

f. Art DepartementArt departement merupakan divisi yang bertanggung jawab terhadap set

film. Divisi ini berkoordinasi intensif dengan kameramen dan sutradara. Fungsi dari divisi ini adalah merealisasikan segi visual maupun audio yang artistik dari naskah film yang sudah dibuat. Divisi ini meliputi kru setting, make up, wardrobe, dan property.

Kru setting bertanggung jawab mengolah lokasi pengambilan gambar menjadi sesuai naskah yang telah dibuat. Sedangkan kru make up bertanggung jawab mengolah pemeran khususnya tata riasnya sesuai naskah yang ada dan hampir sama dengan kru make up, dan biasanya jadi satu dengan kru wardrobe yang menyediakan kostum yang digunakan pemeran.

3. Mempersiapkan dan menggunakan KameraKetersediaan kamera video dalam sebuah produksi film mutlak dibutuhkan.

Sebuah Film yang menuntut kualitas yang baik memerlukan kamera video yang profesional. Perbedaan antara kamera video profesional dan kamera video biasa (handycam) terletak pada resolusi gambar yang dihasilkan. Sebuah gambar dengan resolusi tinggi akan menampakkan obyek dalam gambar dengan tajam atau tidak pecah. Selain itu kamera profesional merupakan kamera yang didesain mempunyai stabilitas pengambilan gambar yang lebih baik daripada kamera video handycam. Kamera ini mempunyai penstabil gambar baik dari sisi perangkat lunaknya maupun dari sisi desainnya.

Mempersiapkan sebuah kamera perlu diperhatikan beberapa hal seperti white balance, pencahayaan, dan stabilitas gambar. Settingan white balance merupakan settingan untuk menstandarkan warna dari gambar yang dihasilkan. Warna gambar yang dihasilkan bila settingan ini tidak diperhatikan, warna gambar akan cenderung merah (reddish) atau bisa juga cenderung biru (bluish). Settingan ini menggunakan warna putih untuk menstandarkan warna-warna yang akan diambil sehingga standarnya dinamakan white balance. Settingan ini biasanya di banyak kamera memiliki settingan otomatis, tetapi mengecek ulang settingan ini di menu sebuah kamera

9

sebelum penggunaan adalah hal yang penting untuk menghasilkan warna gambar yang standar. Resolusi untuk film yang akan dibuat sebaiknya 16:9, tetapi jika ingin membuat film yang terkesan klasik, bisa menggunakan resolusi 4:3 dengan format DV/Pal. Selain itu, pada saat mengambil gambar, usahakan tidak banyak gerakan yang tidak diperlukan di kamera (kamera steady) dengan penambahan durasi shot tiga detik di awal dan akhir untuk editing.

Aturan dalam proses pengambilan gambar, bisa dilihat di dalam Modul Bahan Ajar Mata Kuliah Sinematografi.

4. PASCA PRODUKSI/EDITING FILMProses editing merupakan proses pasca produksi, dimana potongan-potongan

gambar yang diambil sebelumnya kemudian digabungkan dengan software khusus sesuai dengan alur cerita atau script yang telah dibuat sebelumnya. Jika film yang dibuat tidak memiliki script, maka kameraman perlu menjelaskan bagian-bagian penting, dan bersama dengan sutradara, membuat potongan-potongan clip yang diberi urutan sehingga gambar bergerak yang dimiliki mempunyai alur cerita.

Motivasi pembuatan film seperti tujuan, genre yang telah ditentukan, serta alasan pembuatan film pendek; Informasi tentang keseluruhan alur cerita, pengaturan komposisi yang diinginkan, kebersambungan keseluruhan ide cerita dalam gambar, judul yang telah ditentukan, maupun suara baik dalam bentuk kata-kata yang diucapkan, sound effect, maupun musik yang dipadu padankan, perlu untuk menjadi perhatian utama pada saat melakukan editing.

Tahapan editing yang perlu diingat:1. Preview screening & Logging

Keseluruhan stock shot yang dimiliki kemudian ditransfer ke dalam komputer atau laptop, kemudian dipilih bagian-bagian yang dirasa penting, baik dengan teknik cutmaupun dengan proses pencatatan waktu dan nomer kamera dari gambar yang dipilih tersebut atau yang disebut dengan proses logging. Pastikan format video transfer .avi dengan dimensi 720X576 pixels.

2. AssemblingPada tahapan ini, editor telah memasukkan potongan-potongan video sesuai dengan urutan yang telah ditentukan dalam skenario. Jangan memasukkan efek transisi pada tahapan ini. Hasil dari penyatuan urutan gambar di tahapan ini disebut dengan rough cut. Alasan utama mengapa pada tahap assembling tidak diharapkan memiliki transisi karena memori komputer akan terpakai banyak dan komputer

10

menjadi lebih lambat. Selain itu, kemungkinan berubahnya timeline atau timecode bisa terjadi ketika kita merubah urutan gambar.

3. Fine Cut dan TrimmingGambar rough cut yang telah disusun kemudian dirapikan/dihaluskan, kemudian efek ditambahkan untuk menyambung perpindahan antar shot/scene. Dalam fase ini, semua gambar kemudian disamakan dimensi warnanya dengan proses color grading. Kemungkinan mendapatkan gambar yellowish atau kekuningan, reddish atau kemerahan pada saat proses pengambilan gambar sangat besar, sehingga perlu dilakukan kroscek terhadap warna dari keseluruhan gambar yang dimiliki. Software yang bisa membantu anda untuk tahapan ini adalah Adobe after effect.Selain color grading, teks dalam bentuk tulisan, baik judul, counting leader, bumper in/out, subtitle, ataupun credit title sudah bisa ditambahkan. Proses ini disebut dengan Titling.

4. Audio Mixing Merupakan proses penyelasaran suara. Bisa berupa penghilangan noise dari video yang telah kita punya sebelumnya, maupun penambahan voice over dan sound effect serta musik pada bagian-bagian yang telah direncanakan sesuai dengan skenario yang ada. Software yang bisa dimanfaatkan antara lain Adobe Audition atau Cool Edit Pro.

5. Release MasterKetika semua proses telah dilewati, maka kemudian hasil akhirnya akan melalui proses rendering untuk mengeksport file yang dimiliki ke dalam bentuk movie. Pastikan komputer anda memiliki memori yang cukup supaya tidak berhenti di tengah jalan. Selain itu, perhatikan format video yang diinginkan (tugas sinematografi memberi batasan format video: .avi; .mov; dan .mpeg). Selalu pastikan device yang anda gunakan tidak sedang membuka program lain karena selain memakan waktu yang relatif cukup lama, mesin komputer cenderung cepat panas dalam proses rendering, sehingga untuk mengurangi resiko komputer hang atau diam, maka sebaiknya tidak menjalankan program yang lain.

B. TUJUANPraktikum yang dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sinematografi bertujuan untuk:1. Memahami prinsip-prinsip dasar dalam sinematografi2. Mampu mempraktikkan cara bekerja sebagai profesional dalam tim dan implementasi

softskill yang diperlukan dalam creative partnership untuk karya sinematografi.

11

3. Mampu mengembangkan dan mengimplementasikan manajemen perencanaan keuangan dan pelaporan event yang diperlukan dalam communication project yang sukses.

C. OUTPUT DAN HASIL

Setelah diadakan praktikum, diharapkan mahasiswa nantinya akan:

1. Memiliki kemampuan kognitif dan psikomotorik yang baik dalam mendesain dan membuat film;

2. Memiliki soft skill yang diperlukan untuk bekerja dalam tim produksi, baik sebagai leader maupun anggota tim.

3. Memiliki pengalaman dalam manajemen perencanaan keuangan dan pelaporan event yang diperlukan dalam communication project yang sukses.

D. BAHAN DAN ALAT

1. PERLENGKAPANa. Peralatan tulis, seperti bolpoin dan buku catatan (note book)b. Peralatan perekam atau digital recorder (pilihan)c. Kamera video profesional, lampu untuk lighting, Microphone, Tripod, dan lain sebagainya

d. Komputer untuk editing yang mampu untuk mengoperasikan Adobe Premiere atau Final

Cut Pro (diperlukan saat transfer data dan editing/penyuntingan).

e. Hardisk untuk back up data atau menyimpan data (diperlukan saat transfer data dan

editing/penyuntingan)..

E. LOKASI DAN WAKTU

Kegiatan praktikum ini berlokasi di lingkungan Universitas Brawijaya, Malang, terutama

untuk perencanaan produksi film. Meski demikian, lokasi pengambilan gambar tidak dibatasi,

selama komunikasi antar dosen dan mahasiswa yang bersangkutan tidak mengalami kendala

berarti, sehingga kontrol dan pengawasan, serta manajemen resiko dipastikan berjalan dengan

baik.

Praktikum untuk proses pra produksi film berjalan sejak minggu ke-2 hingga minggu ke-6

baik sesuai jadwal perkuliahan, maupun di waktu-waktu yang disepakati sebelumnya untuk

12

berkonsultasi. Di minggu pertama, mahasiswa ditugaskan untuk menentukan tema serta mulai

membuat sebuah sinopsis yang kemudian dipresentasikan di minggu ke-2. Proses ini dinamakan

pitching project, dimana mahasiswa yang memiliki ide terbaik, otomatis menjadi ketua

kelompok, dan mahasiswa-mahasiswa yang menyukai dan ingin bergabung dengan mahasiswa

yang telah menjadi ketua kelompok, dibebas tugaskan dari kewajiban untuk melakukan pitching

project.Pada rentang waktu tersebut, mahasiswa peserta praktikum ditugaskan untuk mulai

membuat treatment film, sinopsis, dan melakukan presentasi atas proposal film di minggu ke 7

atau pada saat UTS.

F. LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM

Sebuah film yang bagus mensyaratkan sebuah konsep yang matang. Setelah menentukan tema dan judul film, maka kemudian konseptualisasi dan desain film perlu untuk mulai dibuat. Sebuah konsep yang bagus harus memenuhi beberapa tahap yang harus dilakukan diawal seperti: (a) tujuan pembuatan film; (b) pesan apa yang mau disampaikan dalam film yang dibuat; dan, (c) siapa penikmat film yang akan dibuat; (d) serta hal-hal teknis seperti perhitungan budget, durasi, pemilihan kru, peralatan, penjadwalan shooting dan casting. Berikut ini penjelasannya satu persatu:

1. Penentuan tujuan Pembuatan FilmPada dasarnya, pesan teks media merupakan pesan yang sifatnya disengaja dan

melalui proses yang rumit dan melibatkan individu-individu dalam industri kompleks yang melibatkan teknologi. Tujuan ini harus jelas untuk bisa dikembangkan dalam setiap detail gambar di dalam film. Setidaknya ada tiga tujuan dalam pembuatan produk media massa, yaitu untuk hiburan, untuk pendidikan (dan kegiatan non profit lainnya), dan untuk tujuan komersial (misalnya film yang sepenuhnya dibiayai oleh kegiatan marketing dalam bentuk product placement). Dalam dunia profesional, tujuan-tujuan ini biasanya ditentukan dalam bentuk pitching atau meeting antara pengiklan dan produser film ataupun klien lain dari pembuat film. Semua detail film akan mengarah pada tujuan pembuatan ini, seperti pesan apa yang akan disampaikan, naskah, narasi, shooting script, pemilihan talent atau pemeran, sampai pemilihan alat dan lokasi pengambilan gambar. Misalkan sebuah tujuan pembuatan film yang mengajak penonton untuk peduli lingkungan akan memerlukan lokasi pengambilan gambar yang banyak menggambarkan keasrian alam, kamera berlensa wide yang bisa mengambil suasana alam, serta narasi yang bermuatan persuasif.

Selain berdasarkan tujuan pembuatan, penentuan teks media, dalam hal ini film juga bisa didasarkan pada genre atau jenis film yang akan dibuat. Terdapat dua kategori

13

film yaitu, film komersial dan film indie. Film komersial dibuat dalam rangka menjangkau audience yang beragam serta mendapatkan keuntungan, sedangkan film indie atau film independen tidak memiliki jalur distribusi seluas film skala industri dan biasanya dibuat untuk kalangan tertentu atau tujuan yang spesifik. Terdapat setidaknya 20 genre film berdasarkan tingkat ketegangan atau tension di dalamnya, seperti yang terlihat dari gambar di bawah ini:

3. Penentuan Pesan dalam FilmDari tujuan yang sudah tergambar seorang yang ingin membuat film atau bisa

dikatakan produser ini akan menentukan pesan apa yang disampaikan sehingga tujuan pembuatan film tercapai. Pesan yang akan dimasukkan dalam pembuatan film haruslah fokus di satu pesan utama. Terfokusnya pesan ini bertujuan untuk memudahkan penonton menangkap maksud dari pesan yang disampaikan dalam film. Seperti contoh sebelumnnya film yang bertujuan membangkitkan kepedulian lingkungan akan terbiaskan pesannya bila pesan tentang anti rasial ikut serta dimasukkan.

Sebuah karya film yang baik tentu memerlukan sebuah riset yang kuat sehingga mampu menjadi acuan dalam melakukan proses pembuatannya. Riset ini bisa berupa pengumpulan data-data literatur, wawancara, maupun observasi langsung. Data-data yang didapat ini dipertimbangkan untuk evaluasi proses yang berjalan ataupun perencanaan proses yang akan dilakukan.

Misalnya proses survey lokasi bisa dilakukan beberapa hari sebelum jadwal pengambilan gambar. Lokasi ini diperiksa dimana spot-spot yang akan digunakan dalam adegan film, yang sebaiknya dilakukan dengan bantuan kamera foto. Pengambilan contoh spot – spot yang diperlukan dilokasi dengan menggunakan kamera foto akan sangat membantu dalam merencanakan produksi film. Dengan hasil jepretan kamera foto tersebut perencanakan dimana saja angle kamera menarik yang bisa digunakan dalam hari H pengambilan gambar bisa dilakukan. Selain itu juga, hasil foto akan menjadi bahan pertimbangan perlu tidaknya kru membawa tambahan cahaya untuk pengambilan gambar di spot tersebut.

14

Observasi lokasi ini juga berguna untuk bahan pertimbangan akhir untuk penyusunan budget dan pencarian terhadap alternatif lokasi sejenis. Selain itu, observasi lokasi ini juga bisa menjadi pertimbangan apakah konsep kreatif yang dibuat bisa diaplikasikan dilapangan. Seperti yang telah dikatakan di paragraf sebelumya, kegiatan observasi ini juga berguna untuk menentukan peralatan apa saja yang akan digunakan. Peralatan ini bisa berupa seberapa kuat pencahayaan buatan yang diperlukan, tipe lensa kamera seperti apa yang diperlukan, dan berapa banyak baterai kamera tambahan yang harus dipersiapkan untuk mendukung kelancaran pengambilan gambar.

Selain itu tim kreatif juga perlu untuk melakukan riset mengenai data literatur, baik berupa keadaan sosial politik pada setting waktu yang telah ditentukan, catch phrases atau kata-kata populer apa yang biasa digunakan. Tidak kalah penting, riset yang dilakukan kemudian menentukan setting tempat dan wardrobe yang dikenakan oleh para talent. Selain itu, data yang ada juga bisa digunakan untuk bahan narasi ataupun percakapan antar pemeran dalam adegan film yang akan dibuat.

4. Penentuan AudienceSiapa penonton yang akan menikmati film yang akan dibuat juga perlu

diperhatikan. Sebuah film yang dibuat tanpa memperhatikan siapa yang akan menontonnya akan sangat sulit diterima pesannya oleh penontonnya. Film yang ditujukan untuk masyarakat berpendidikan rendah tentu akan sangat sulit menerima konsep global warming, back to nature, ataupun reboisasi sehingga konsep-konsep tersebut harus dijelaskan sesuai kemampuan mereka dengan bantuan gambar-gambar yang mendukung.

Setidaknya ada lima penggolongan audience teks media elektronik berdasarkan perbandingan alur cerita dan umur target segmen, yaitu: Dewasa (D), Semua Umur (SU), Bimbingan Orang Tua (BO), Remaja (R), dan Anak-anak (A). Dari segi isi atau content, pembagian target segmen audience bisa juga dilihat atas dasar demografi dan psikografinya.

5. Teknik penentuan durasi, pemilihan kru, peralatan, penjadwalan shooting, casting, dan perhitungan budget.a. Penentuan Durasi

Hal yang penting juga diperhatikan diawal pembuatan film adalah penentuan berapa durasi yang diinginkan. Durasi ini berpengaruh seberapa banyak pengambilan gambar yang diperlukan, durasi waktu yang diperlukan dalam pengambilan gambar dan editing, biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi dan pasca produksi.

15

Tugas akhir dalam mata kuliah sinematografi adalah pembuatan film pendek yang berdurasi 15-20 menit. Lama pengambilan gambar serta penyuntingan atas film yang sedang diproduksi bisa beragam, tergantung apakah film yang ada memiliki script yang pasti atau tidak. Jika tidak memiliki script, maka pengambilan gambar akan memakan waktu yang lebih lama, dan tenaga yang lebih besar. Bagaimana menentukan waktu, bisa dilihat di bagian scheduling atau penyusunan jadwal.

b. Pemilihan kruBagaimana kemampuan kru yang berperan dalam pembuatan film sangat

menunjang kualitas film yang dihasilkan. Setiap tim dalam sistem kerja sebuah pembuatan film perlu didukung oleh individu – individu yang menguasai di tiap bagian tugasnya. Berikut ini beberapa bagian – bagian sistem kerja sebuah pembuatan film.

Kru yang penting dalam pembuatan film salah satunya adalah seorang sutradara. Seorang sutradara yang baik haruslah mempunyai jiwa kepemimpinan dan manajerial yang baik. Ia akan mengarahkan dan bertanggung jawab terhadap semua proses produksi dari awal hingga akhir. Seorang sutradara yang baik juga harus memahami bagaimana sistem kerja setiap bagian dalam pembuatan film. Karena ia memimpin semua kegiatan dalam proses produksi. Pemahaman yang mumpuni akan sinematografi mutlak dimiliki oleh seorang sutradara sehingga pengarahan yang diberikan akan menghasilkan sebuah film yang berkualitas.

Kru kamera atau disebut juga camera person. Kru ini lebih disarankan mempunyai tinggi dan berat badan proporsional sehingga bisa membawa kamera dengan stabil. Tinggi badan lebih diutamakan proporsional karena selain mampu mewakili mata penonton, ia juga bisa membawa kamera dengan sorotan yang minim halangan bila dibandingkan dengan tinggi badan yang kurang. Tinggi badan seorang camera person lebih diutamakan lebih dari 165 cm.

Dalam perkuliahan ini, tidak semua mahasiswa yang tergabung dalam kelompok anda memiliki skill yang sama. Tugas pemimpin tim dari kelompok yang ada adalah mengidentifikasi kemampuan masing-masing individu dan mengawal serta mengawasi pembagian tugas selama praktikum ini dilaksanakan.

c. PeralatanSebuah hasil karya film yang baik tentu memerlukan peralatan pendukung

yang sesuai dengan kebutuhan. Beberapa alat utama yang sering digunakan dalam pembuatan film biasanya berupa kamera, tripod, lighting, dan komputer editing.

16

Berdasarkan research yang sudah dilakukan, mampu memberi panduan alat tambahan atau jenis alat apa yang perlu digunakan. Misalkan sebuah film tentang kehidupan bawah air misalnya tentu memerlukan kamera dan peralatan pendukungnya yang tahan air. Beberapa peralatan dasar bisa dipinjam dari laboratorium komunikasi dengan mengisi form yang tersedia di www.komunikasi.ub.ac.id.

d. Penjadwalan shootingPenjadwalan sebuah shooting atau pengambilan gambar akan sangat

bergantung pada kesiapan lokasi pengambilan gambar, kesiapan kru dan peralatan, serta rencana batas waktu jadi dari sebuah film. Banyak hal juga menjadi pertimbangan sebuah jadwal shooting dibuat, namun beberapa hal yang telah disebutkan menjadi hal yang sangat penting menjadi pertimbangan.

Kesiapan lokasi pengambilan gambar bisa meliputi perijinan penggunaan lokasi, pencahayaan yang sesuai, atau bisa juga berhubungan dengan hal-hal lain yang sudah direncanakan di shooting script, selain itu juga perlu untuk melakukan risk assessment. Kesiapan kru dan peralatan bisa disesuaikan dengan jadwal kerja tiap kru yang terlibat, ataupun waktu kerja para kru kapan tiap mereka siap menjalankan proses pengambilan gambar ini. Sedangkan batas waktu yang direncanakan hingga film yang akan diterselesaikan tentu juga berpengaruh pada jadwal pengambilan gambar. Jangka waktu normal pengerjaan film pendek yang berdurasi 15 menit umumnya berkisar satu bulan. Durasi pengambilan gambar umunya lebih singkat bila dibandingkan durasi waktu yang dibutuhkan untuk persiapan dan editing gambar. Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan gambar rata-rata mebutuhkan waktu 2 - 3 hari jika semua proses pra produksi lancar, sedangkan durasi waktu untuk editing bisa diperkirakan sekitar seminggu termasuk revisi editing.

Penjadwalan ini dapat dilakukan setelah anda melakukan script breakdown. Dalam tahapan ini, anda perlu untuk melakukan identifikasi terhadap aktor maupun pemeran tambahan atau figuran yang akan memerankan adegan per sequence, properti yang digunakan, pakaian dan make up, kendaraan yang diperlukan, peralatan lain, atau perlu tidaknya backsound atau musik dalam scene atau sequence yang ada. Berikut formatnya:

17

Setelah melakukan penentuan atas perlengkapan dan alat serta sumber daya lainnya, maka kemudian anda perlu untuk melakukan penghitungan jadwal. Dalam satu hari kerja dengan durasi normal 10 jam, yang dikurangi 1 jam untuk makan siang, 30 menit untuk coffee break (15 menit pada pagi hari dan 15 menit sore hari), hanya terdapat 8 jam 30 menit waktu efektif. Ini merupakan perkiraan normal jika semua anggota kelompok berkumpul di jam kerja. Oleh karena itu, dalam tim anda, pikirkan seseorang yang bertugas untuk melihat dan melakukan manajemen waktu untuk memastikan waktu pengambilan gambar berjalan dengan efektif dan efisien. Berikut contoh dari penghitungan jadwal untuk film yang akan dibuat:

18

Kesalahan atas manajemen waktu dan penghitungan jadwal yang tidak baik akan menghasilkan keterlambatan produksi film, bahkan konflik internal yang bisa jadi menghambat produktivitas seluruh kru yang ada.

e. CastingCasting adalah pemilihan pemeran dalam sebuah film. Memilih pemeran

dalam sebuah film harus mempertimbangkan beberapa hal. Pesan apa yang akan disampaikan ke penonton adalah salah satu hal yang harus diperhatikan. Misalkan sebuah film pendek bertema mengenalkan kepedulian lingkungan pada anak cenderung memerlukan pemeran anak - anak juga untuk menarik perhatian mereka. Selain itu pemilihan pemeran dalam sebuah film tentu memerlukan pertimbangan kemampuan akting di depan kamera

f. Perhitungan budgetBiaya produksi ini perlu dipertimbangkan untuk menjamin keberlangsungan

proses pembuatan film dari awal hingga akhir. Pembiayaan merupakan faktor penting yang mendukung semua tahap yang akan dilalui. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya pembiayaan biasanya meliputi durasi film, keterjangkauan lokasi pengambilan gambar, talent atau pemeran yang diambil, dan berapa banyak kru yang terlibat.

6. Pembentukan konsep kreatifKonsep kreatif ini merupakan hal yang penting dalam menarik minat penonton

dalam mengikuti film yang dibuat. Pembentukan konsep kreatif ini meliputi bagaimana alur cerita berjalan, gambar apa saja yang akan diambil, lokasi mana saja yang dijadikan lokasi pengambilan gambar, hingga penentuan pemeran yang akan ditampilkan.

19

Sebuah konsep kreatif dari film tentang kepedulian lingkungan bisa ditunjukkan misalnya dengan menampilkan sebuah tumbuhan kecil sebagai pemeran utama dalam film tersebut. Perjalanan kehidupan yang dilalui sebuah tanaman tersebut ditampilkan dan seolah tanaman tersebut berkeluh kesah kepada penonton.

7. Penentuan Biaya ProduksiBiaya produksi merupakan hal penting untuk mendukung terlaksananya proses

dari awal hingga akhir produksi. Penentuan biaya produksi bisa ditentukan dari apa saja alat yang digunakan seperti berapa kamera yang dioperasikan dan berbagai alat pendukung lainnya. Selain itu berapa kru yang terlibat yang akan berhubungan dengan berapa lama produksi berlangsung dan berhubungan juga dengan fee dan biaya makan dan biaya operasional.

Lokasi juga sangat mempengaruhi besarnya biaya produksi seperti jarak yang harus ditempuh ke lokasi pengambilan gambar. Hampir semua poin yang disebutkan dalam penjabaran ini berhubungan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Sehingga faktor biaya ini perlu dipersiapkan dari awal untuk menjamin terlaksananya semua fase pembuatan film.

8. Pembuatan Shooting ScriptShooting script adalah naskah yang berguna untuk menyampaikan gagasan

konsep kreatif yang telah dibuat kepada kru produksi film khususnya sutradara. Shooting Script terbagi menjadi beberapa scene atau adegan. Tiap scene atau adegan terpisah oleh waktu, tempat, ataupun kejadian yang berbeda. Contoh dari shooting script dan naskah audio-video bisa dilihat di halaman selanjutnya.

G. CATATAN

Praktikum dalam mata kuliah ini tidak dilakukan di dalam studio. Oleh karena itu, pembimbingan dilakukan baik dalam bentuk konsultasi dalam kelas maupun di luar kelas.

Lampiran 1: FORM MODUL PRAKTIKUMKetentuan Umum:

1. Diketik 1 spasi, font Tahoma 112. Ujuran Kertas A43. Diketik dengan software Microsoft Word4. Ada cover, kata pengantar, daftar isi, dan lembar praktikum5. Contoh Format Lembar Praktikum

Praktikum ke:Judul/Tema Praktikum:

20

Dasar/Teori/Konsep/Kerangka Pikir:

Tujuan Praktik:1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang prosedur dan tata cara….

Peralatan/Bahan:1. Dokumentasi2. Naskah3. Tape Recording

Prosedur Pelaksanaan:

Hasil/Kompetensi yang diharapkan:1. Mahasiswa memahami secara nyata tentang proses…

Tanggal:

Tempat/Lokasi:Kelas/Lab Broadcast/Lapangan/Kantin/Matos/EtcLama Pelaksanaan (Jam):

Nilai Pengesahan Dosen/Pembina Praktik/Instruktur

Lampiran 2: Contoh Script(Cover)

JUDUL

Oleh:Produser

Anggota lain dalam kelompok

21

Draft Pertama (dan Seterusnya)Februari 2014 Nama Produser, Januari 2014Alamat Rumah ProduserNomer Handphone

Halaman 11. INT. KANTOR. SIANG HARI

Halaman cover harus memiliki judul Script, draft ke berapa, simbol copyright (karena anda membuat sendiri), tanggal, dan nama serta contact detail. Bisa ditulis nama produser atau nama sutradara.

Semua halaman harus ditulis di pojok kanan atas. Margin standarnya 2.5cm atas, kanan, dan bawah. Margin kanan biasanya 3.9cm, bisa 3.0cm jika jumlah halaman kurang dari 50.Font Courier 12 point.

2. INT. KANTOR. MALAM HARIJUDUL SCENE: harus diberi nomer, menggunakan huruf kapital semua dan ditebalkan (Bold). Nomer dari scene diletakkan di sebelah kiri, diberi jarak 1.5cm dari keterangan lokasi, dan waktu berjarak 0.5cm setelah lokasi. Untuk mempermudah, gunakan tombol tab.

BODY TEXT (deskripsi dan aksi yang tertulisdalam script) harus rata kiri. Setiap karakter berdialog, harus dimulai dengan nama karakter (centered) dengan huruf kapital semua, baru diikuti dengan dialognya.

DIALOG: harus berjarak 3.4cm dari kiri dan kanan.

DORA Dialognya diindent 3.4cm

kiri dan kanan

DEREK Begitu pula dengan dialog

yang mengikuti

3. INT. RUANG MAKAN. PAGI HARILEBIH LANJUT TENTANG DIALOG: Jika anda mengambil sudut pandang orang pertama, sehingga ada Voice Over (V/O) atau ketika karakter berbicara tetapi tidak terlihat di layar (Off screen atau O/S), maka informasi ini (singkatannya) harus diletakkan setelah nama karakter yang ada.

22

DORA (O/S) Dialognya diindent 3.4cm

kiri dan kanan

Jika ada nada bicara yang ingin ditekankan, maka tuliskanlah dengan huruf kecil semua di dalam tanda kurung, jarak 4.4cm dari sebelah kiri, diantara nama karakter dan dialog yang akan diucapkan.

DORA (dengan manis) Kamu itu seperti duri dalam daging, Derek

Bisa jadi juga dituliskan dalam dialog jika memang tidak terpisah oleh dialog orang lain

DEREK Kamu mau pergi kemana?(MEMANGGIL) Dora, kesini kamu, aku belum Selesai bicara!

Atau bisa ditulis dengan cara berikut!

DEREKDora?

Jalan ke arah kamar mandi.DEREK Kamu lagi apa? Aku punya banyak pertanyaan yang harus kamu jawab.

4. INT/EXT. RUANG MAKAN. SENJADora masuk melalui pintu yang lain, dan Derek masuk mengikutinya, keduanya keluar melalui pintu lain menuju taman belakang.

Ketika sebuah scene dimulai dari lokasi dalam ruang dan berlanjut ke lokasi di luar ruang, maka harus dituliskan INT/EXT atau sebaliknya tergantung yang mana yang digunakan terlebih dahulu.

23

24