mte kesurupan

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fenomena psikologis saat ini semakin berkembang. Salah satunya adalah fenomena kesurupan. Saat ini kesurupan merupakan hal yang biasa di kalangan masyarakat Indonesia. Melihat prevalensinya, Kesurupan atau Dissociative Trance Disorder (DTD) lebih banyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India, dimana kedua negara ini mempunyai karakteristik kultur dan budaya yang hampir sama. Studi epidemiologi kesurupan telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat (Luh Ketut Suryani, 2006). Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia perbuat. Tidak dapat dipungkiri memang masyarakat masih banyak yang lebih percaya bahwa kesurupan merupakan peristiwa ghaib daripada ilmiah (Joyanna,2006). Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada,diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita. Dalam tinjauan medis, Kesurupan atau Dissociative Trance Disorder (DTD) merupakan penyakit dan bukan sesuatu yang berbau mistis seperti yang banyak dipercayai oleh masyarakat. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri, mengakui fenomena kesurupan

Upload: putriyuriandiniyulsam

Post on 19-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mte

TRANSCRIPT

Page 1: MTE kesurupan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan fenomena psikologis saat ini semakin berkembang. Salah satunya

adalah fenomena kesurupan. Saat ini kesurupan merupakan hal yang biasa di kalangan

masyarakat Indonesia. Melihat prevalensinya, Kesurupan atau Dissociative Trance Disorder

(DTD) lebih banyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India,

dimana kedua negara ini mempunyai karakteristik kultur dan budaya yang hampir sama.

Studi epidemiologi kesurupan telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di

masyarakat (Luh Ketut Suryani, 2006). Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai

kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana

fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari

roh-roh halus yang mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat

korban tidak sadar akan apa yang ia perbuat. Tidak dapat dipungkiri memang masyarakat

masih banyak yang lebih percaya bahwa kesurupan merupakan peristiwa ghaib daripada

ilmiah (Joyanna,2006). Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang

ada,diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.

Dalam tinjauan medis, Kesurupan atau Dissociative Trance Disorder (DTD)

merupakan penyakit dan bukan sesuatu yang berbau mistis seperti yang banyak dipercayai

oleh masyarakat. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri, mengakui fenomena kesurupan

sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi. Banyak orang

mengatakan kesurupan disebabkan oleh suatu roh atau kekuatan, namun dalam dunia

medis hal-hal seperti itu tidaklah dikenal.

Menurut pendapat para ahli di bidang psikologi dan psikiatri kesurupan disebabkan

oleh reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya

kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya

tekanan fisik maupun mental. Pada dasarnya, orang yang mengalami kesurupan masuk

kedalam keadaan trans dimana dirinya berada dalam level ketidaksadaran bukan pada

kesadaran. Dalam level ketidaksadaran, seseorang secara spontan merespon segala sesuatu

stimulus yang muncul di sekitarnya. Sehingga mengakibatkan mengeluarkan simptom-

simptom yang diluar akal sehat. Hal ini yang menjelaskan bahwa pada saat seseorang

mengalami kesurupan, memungkinkan menggumam hal-hal yang aneh. Perilaku aneh yang

Page 2: MTE kesurupan

muncul merupakan manifes dari trauma yang ditekan oleh ego dalam bawah sadar

seseorang.

Di Indonesia angka kejadian kesurupan terdengar lebih sering dialami oleh para

siswa sekolahan, pada masa ini remaja sedang mengalami masa storm dan stres, yang

berarti remaja-remaja pada fase ini sangat mudah terpengaruhi oleh lingkungan sosial yang

berdampak dengan tidak adanya pertahan diri sendiri yang baik. Pada masa ini juga para

remaja sangat mudah mengalami masalah psikis bila kurangnya dukungan dari orang

terdekatnya seperti orang tua, kakak, teman dan guru, tak heran bila para siswa sekolahan

tergolong dalam orang-orang yang rentan terkena gangguan trance dan possesion.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan Meet the Expert (MTE) ini bertujuan untuk memahami serta menambah

pengetahuan tentang Kesurupan (Dissociative Trance Disorder).

1.3 Batasan Masalah

Pada Meet The Expert (MTE) ini akan dibahas tentang Kesurupan (Dissociative

Trance Disorder, Sejarah, Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Perjalanan

Penyakit, Penatalaksanaan, dan prognosis.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan MTE ini menggunakan berbagai sumber kepustakaan.

2

Page 3: MTE kesurupan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi

Dalam PPDGJ III, gangguan kesurupan dimasukkan ke dalam kelompok gangguan

disosiasi, yang dinamakan Gangguan Trance Disosiatif yaitu suatu keadaan kesadaran yang

berubah (Trance) dimana kesadaran berkurang atau secara selektif terfokus pada stimulus-

stimulus tertentu, atau kepercayaan diri kita diambil alih oleh seseorang. Dissociative Trance

Disorder (DTD) dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling mempengaruhi,

dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (hysteria massa)

Kesurupan atau possession and trance adalah gangguan yang ditandai dengan

adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal di bawah kendali

kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan

segera, serta kontrol terhadap gerakan tubuh.

Trance yang disebut juga twilight state adalah suatu keadaan yang

ditandai oleh perubahan kesadaran atau hilangnya penginderaan dari identitas

diri dengan atau tanpa suatu identitas alternative (DSM IV).

2.2. Sejarah

Trance sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan digunakan sebagai suatu cara

pengobatan penyakit fisik dan mental. Pada masyarakat Mesir Kuno terdapat kuil lelap

(temple sleep) tempat orang meminta kesembuhan dengan cara memasuki

keadaan trans yang dibimbing oleh para imam. Kuil ini juga terdapat di Yunani yang

terdapat di Delphi. Pada masyarakat modern identifikasikan sebagai hipnosis pertama kali

oleh Anton Mesmer pada abad 18 dikenal dengan sebutan “magnetism” dan

“Mesmerisme”. Istilah hipnosis diperkenalkan pertama kali oleh James Braid dan digunakan

dalam pengobatan gangguan psikosomatik.

Disosiasi adalah terpecahnya aktivitas mental yang spesifik dari sisa

kesadaran normal, seperti terpecahnya pikiran atau perasaan dari perilaku (misalnya,

ketika kita bosan mengikuti kuliah, kita melamun dan ketika kuliah usai ternyata catatan

kuliah tetap lengkap tanpa menyadari bahwa kita telah melakukan hal itu. Gangguan

disosiatif menunjukkan disosiasi berat yang mengakibatkan timbulnya gejala-gejala

3

Page 4: MTE kesurupan

yang berbeda dan bermakna dan mengganggu fungsi seseorang. Gangguan tersebut cukup

lazim terjadi, khususnya timbul pada orang yang masa kanak-kanaknya mengalami

kekerasan fisik atau seksual dan sering timbul dalam bentuk komorbiditas dengan

depresi mayor, gangguan somatisasi, gangguan stress pasca trauma, penyalahgunaan

zat, gangguan kepribadian ambang, gangguan konduksi dan gangguan kepribadian

antisosial. Hal yang paling umum terlihat pada gangguan disosiatif adalah adanya kehilangan

sebagian atau seluruh dari integrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran akan

identitas dan penghayatan dan kendali terhadap gerakan tubuh.

2.3 Epidemiologi

Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kasusnya lebih banyak dijumpai di

Negara dunia ketiga dan Negara-negara bagian timur daripada bagian barat. Di India yang

kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan merupakan bentuk disosiasi yang paling

sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 – 4 % dari populasi umum.

Kondisi trans biasanya terjadi pada perempuan dan seringkali dihubungkan dengan

stress atau trauma (Barlow & Durand, 2002:177). Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang

terjadi sebagian besar adalah perempuan. Berdasarkan usia, sebagian besar korban

kesurupan berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

mereka yang berisiko untuk terjadinya gangguan disosiasi adalah perempuan usia remaja

atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi. Barlow & Durand (2002 : 174) menyatakan,

ketika individu merasa terlepas dari dirinya atau seolah-olah ia seperti bermimpi, maka

dapat dikatakan ia memiliki pengalaman disosiatif. Kemungkinan besar disosiasi terjadi

setelah kejadian-kejadian yang membuat individu sangat stress. Mungkin juga terjadi ketika

psikis seseorang melemah atau mengalami tekanan mental. Anak-anak dapat mengalami

periode berulang setelah penyiksaan fisik atau trauma (Kaplan dan Saddock, 2010).

Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada awalnya

merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal dikarenakan orang

lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan individual yang terjadi

muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh individu sebelum proses

kesurupan itu terjadi.

2.4 Etiologi

4

Page 5: MTE kesurupan

Etiologi dari gangguan disosiasi ini diduga terkait dengan kondisi psikologis yang

tertekan. Menurut The American Psychiatric Publishing Textbook of Psychiatry, 5th Edition

antara lain:

Memiliki karakter cemas dan takut, karakter histerik

Keinginan untuk menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan secara

emosional

Konflik antar pribadi, kondisi subyektif yang berarti, penyakit, dan kematian

individu atau bermimpi dari individu almarhum

Depresi

Berbagai stessor dan factor pribadi seperti financial, perkawinan, pekerjaan,

peperangan, dan agama.

Riwayat penyalahgunaan zat

2.5 Patofisiologi Kesurupan

Dalam keadaan kesehatan mental, seseorang memiliki perasaan diri (sense of self)

yang utuh sebagai manusia dengan kepribadian dasar yang tunggal. Kesehatan mental

merupakan modal utama kehidupan seorang manusia. Tanpa mental yang sehat, seorang

manusia tidak dapat melaksanakan tugas kemanusiaannya dengan baik. Manusia yang sehat

tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis. Bebas dari gangguan adalah

indikasi manusia yang bermental sehat. Ada berbagai macam gangguan mental (mental

disorder), salah satunya adalah gangguan trans disosiatif (dissociative trance disorder).

Dalam masyarakat fenomena disosiatif dikenal dengan istilah kesurupan. Kesurupan

dipercaya oleh masyarakat sebagai suatu keadaan yang terjadi bila roh yang lain memasuki

seseorang dan menguasainya sehingga orang itu menjadi lain dalam hal bicara, perilaku dan

sifatnya. Perilakunya menjadi seperti ada kepribadian lain yang ‘memasukinya’. Maramis

menyebutnya sebagai suatu mekanisme disosiasi yang dapat menimbulkan kepribadian

ganda (multiple personality) dan gangguan identitas disosiasi (dissociative identity disorder).

Kaplan & Sadock menyatakan bahwa disfungsi utama pada disosiatif adalah

kehilangan keutuhan keadaan kesadaran sehingga orang merasa tidak memiliki identitas

atau mengalami kebingungan terhadap identitasnya sendiri atau memiliki identitas

berganda.

5

Page 6: MTE kesurupan

Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem

limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbik sangat

luas dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi dan

beratnya tekanan akibat kesulitan hidup, timbullah rangsangan yang akan memengaruhi

sistem limbik. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang saraf atau

neurotransmitter. Zat penghantar rangsang saraf yang keluar mungkin norepinephrin atau

juga serotonin yang menyebabkan perubahan perilaku atau sebaliknya.

Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah fenomena disosiatif yang diartikan

sebagai keadaan psikologis yang terjadi karena suatu perubahan dalam fungsi self (identitas,

memori atau kesadaran). Kondisi ini bisa terjadi secara tiba tiba atau secara bertahap,

bersifat sementara atau kronis. Menurut Suryaningrum, fenomena disosiasi ini mengacu

pada kondisi trans disosiatif. Trans disosiatif adalah perubahan yang bersifat temporer

dalam hal kesadarannya atau lemah/hilangnya perasaan identitas diri (sense of personal

identity) tanpa kemunculan identitas baru. Dalam kondisi trans, hilangnya identitas tidak

berhubungan dengan munculnya identitas baru dan tindakan yang dimunculkan selama

kondisi trans umumnya tidak kompleks (misalnya kejang-kejang, berguling-guling, terjatuh).

Menurut Hawari, kesurupan adalah reaksi kejiwaaan yang dinamakan reaksi disosiasi

(dissociative reactions). Reaksi itu mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk menyadari

realitas sekitarnya, disebabkan tekanan fisik maupun mental. Reaksi disosiasi ini menimpa

mereka yang jiwanya labil ditambah dalam kondisi yang membuatnya tertekan. Stress yang

bertumpuk ditambah pemicu memungkinkan reaksi yang dikendalikan alam bawah sadar ini

3 muncul ke permukaan, sehingga seseorang yang mengalami stress berat, maka ia sangat

mudah sekali akan mengalami trans disosiasi.

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat,

badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk.

Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak

mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di

antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya. Mereka

yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu

6

Page 7: MTE kesurupan

kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari

sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali.

Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis,

tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk

mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti

keadaan hipnotis diri.

Perjalanannya biasanya episodik, dengan durasi variabel episode akut dari menit ke

jam. Telah dilaporkan bahwa selama keadaan kesurupan, individu mungkin memiliki

ambang nyeri yang meningkat, dapat mengkonsumsi bahan yang tidak biasa dimakan

(misalnya kaca), dan mungkin mengalami peningkatan kekuatan otot. Gejala-gejala

kesurupan patologis dapat meningkat atau berkurang dalam respon terhadap isyarat

lingkungan dan pertolongan dari orang lain.

Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan, antara lain

sebagai berikut:

1. Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang

dirasakan pada tubuhnya.

2. Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada

sebagian yang dialaminya disadarinya.

3. Stadium ketiga disebut stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang

memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.

2.7 Diagnosis

1. Menurut kriteria PPDGJ-III

Pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-III), Gangguan

Trans dan Kesurupan dimasukkan dalam kelompok Gangguan disosiatif (konversi)

dengan pedoman diagnostik sebagai berikut:

• Gangguan ini menunjukkan kehilangan sementara aspek penghayatan akan

identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; dalam beberapa kejadian,

individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan

gaib, malaikat, atau ’kekuatan lain’.

7

Page 8: MTE kesurupan

• Hanya gangguan Trans yang ’involunter’ (di luar kemauan individu) dan bukan

merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan

ataupun budaya yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini.

• Tidak ada penyebab organik (misalnya epilepsi lobus temporalis, cedera kepala,

intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (misalnya

skizofrenia, gangguan kepribadian multipel) .

2. Menurut kriteria DSM IV

a. Salah satu (1) atau (2):

(1) Trance, yaitu, perubahan sementara yang jelas pada keadaan kesadaran dan

hilangnya rasa identitas pribadi yang biasa sedikitnya salah satu berikut ini :

a. penyempitan kesadaran akan sekeliling, atau focus selektif dan sangat,

sempit yang tidak biasa terhadap stimulus lingkungan.

b. perilaku atau gerakan stereotipik yang dialami seolah-olah berada di luar

kendali seseorang.

(2) Trance “kemasukan”, perubahan tunggal atau episodik keadaan kesadaran yang

ditandai dengan pergantian rasa identitas pribadi biasa oleh identitas baru. Hal ini

dikaitkan dengan pengaruh roh, kekuatan, dewa atau orang lain, seperti yang

dibuktikan oleh satu (atau lebih) keadaan di bawah ini :

a. perilaku atau gerakan stereotipik dan ditentukan oleh budaya yang dialami

seolah-olah dikendalikan oleh agen yang “memasuki”

b. amnesia penuh atau sebagian untuk peristiwa tersebut.

b. Keadaan trance atau “kemasukan” tidak diterima sebagai bagian praktik budaya

kolektif atau praktik religious.

c. Keadaan trance atau “kemasukan” menimbulkan penderitaan yang secara klinis

bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, dan area fungsi penting lain.

d. Keadaan trance atau “kemasukan” tidak hanya terjadi selama perjalanan

gangguan psikotik (termasuk gangguan mood dengan ciri psikotik dan gangguan

psikotik singkat) atau gangguan identitas disosiatif dan tidak disebabkan oleh efek

fisiologis langsung suatu zat atau keadaan medis umum

8

Page 9: MTE kesurupan

2.8 Tatalaksana

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila tidak

ditemukan kelainan fisik/neurologik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan pendekatan

psikologik terhadap penanganan gejala-gejala yang ada. Terapi kesurupan terbagi menjadi

tiga, yakni terapi farmakologik, terapi psikoterapi, dan terapi hypnosis. Pada terapi

farmakologi dapat digunakan barbiturat kerja sedang dan kerja singkat, seperti thiopental

dan natrium amobarbital diberikan secara intravena, dan benzodiazepine dapat berguna

untuk memulihkan ingatannya yang hilang. Pengobatan terpilih untuk gangguan disosiatif

adalah psikoterapi psikodinamika suportif-ekspresif. Psikoterapi adalah pengobatan dengan

secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku.

Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran

atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh

karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi

pikiran. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi

berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu

dalam mengerti penyebab dari kondisi yang dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi

sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma

yang menimbulkan gejala disosiatif.

9

Page 10: MTE kesurupan

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, 2000. Diagnostic and statistical manual of mental

disorders, 4th ed., text revision. Washington, DC: Author.

Diniari NKS., Hanati N. Kesurupan, Tinjauan dari Sudut Budaya dan Psikiatri. Medicina

Volume 43 Nomor 1 Januari 2012.

Joyanna Silberg. Guidelines for the Evaluation and Treatment of Dissociative Symptoms in

Children and Adolescents. Journal of Trauma & Dissociation, Vol. 5 (3) 2006.

Kaplan HI, Sadock BJ. 2010. Synopsis of Psychiatry. Seventh edition, Baltimore;Williams &

Wilkins.

Luh Ketut Suryani, Gordon D. Johnson. 2006. Trance and Possession in Bali : A Window on

Western Multiple Personality, Possession Disorder, and Suicide. Oxford University

Press.

Maslim R, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta

10