mortalitas, resorpsi dan abnormalitas struktur …digilib.unila.ac.id/61254/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
-
ii
MORTALITAS, RESORPSI DAN ABNORMALITAS STRUKTUR
TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL TANAMAN SURUHAN
(Peperomia pellucida [L.] Kunth)
(Skripsi)
Oleh
YOSI DWI SAPUTRA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
-
ii
ABSTRAK
MORTALITAS, RESORPSI DAN ABNORMALITAS STRUKTUR
TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL TANAMAN SURUHAN
(Peperomia pellucida [L.] Kunth)
Oleh
YOSI DWI SAPUTRA
Suruhan merupakan tanaman obat yang memiliki senyawa metabolit sekunder
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Dengan adanya berbagai
senyawa kimia tersebut yang berpotensi sebagai obat tetap perlu diperhatikan
kemungkinan adanya efek samping terhadap organisme khususnya pada masa
kehamilan. maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai uji teratogenik
ekstrak suruhan terhadap fetus mencit (Mus musculus L.), meliputi mortalitas,
resorpsi, dan abnormalitas struktur tulang belakang. Penelitian dilaksanakan pada
September – November 2019 bertempat di laboratorium Zoologi dan Botani
FMIPA Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 20 ekor mencit betina
dibagi kedalam 4 kelompok yaitu: K(+) (Aquabides), P1 diberi ekstrak tanaman
suruhan dengan dosis (1,68 mg/g bb), P2 (3,36 mg/g bb), dan P3 (6,72 mg/g bb).
Hasil penelitian terhadap persentase fetus yang mengalami mortalitas dan
-
ii
resorpsi fetus antara perlakuan kontrol K(+) dan perlakuan dengan ekstrak etanol
suruhan (P1, P2, dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara
statistik berdasarkan uji ANOVA satu faktor (𝛼 > 0,05). Selain itu pada parameter
tulang belakang menunjukkan dari setiap perlakuan tidak menyebabkan suatu
kelainan pada struktur tulang belakang fetus mencit. Hal ini disebabkan karena di
dalam tanaman suruhan mengandung kalsium, magnesium, kalium, natrium,
mangan, dan zat besi yang berguna dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tulang.
Kata kunci : Mus musculus L., Peperomia pellucida [L.] Kunth, Anatomi Fetus.
-
ii
Mortalitas, Resorpsi dan Abnormalitas Struktur
Tulang Belakang Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah
Pemberian Ekstrak Etanol Tanaman Suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth)
Oleh
Yosi Dwi Saputra
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Program Studi Biologi
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
-
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yosi Dwi Saputra lahir di
Natar, Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan
pada tanggal 04 September 1998 merupakan anak kedua
dari dua saudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri
Bapak Margono dan Ibu Sawiyem. Pekerjaan orang tua
buruh bangunan dan ibu rumah tangga. Penulis sekarang
bertempat tinggal di Dusun IV Sari Rejo Natar RT 13
RW 06 Kecamatan Natar Lampung Selatan.
Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Negara Ratu
di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2010. Pada tahun itu
juga peneliti melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 1 Natar Kecamatan Natar
dan tamat pada tahun 2012 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 1 Natar pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun
2016 peneliti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri, tepatnya di
Universitas Lampung Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam pada
Program Studi Biologi Murni. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif
mengikuti kegiatan organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO)
sebagai kepala Biro Dana dan Usaha serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
sebagai anggota PSLH. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Pengenalan
Alat Laboratorium, struktur perkembangan tumbuhan, Analisis Lingkungan
(Universitas Malhayati), Embrio Tumbuhan, Embrio Hewan, Taksonomi
Tumbuhan, Keterampilan Kerja Laboratorium, Kultur Jaringan Tumbuhan,
Fisiologi Tumbuhan, Fitohormon,dan Biologi Umum. Penulis juga aktif di
-
ii
Laboratorium sebagai operator jasa Spektofotometer dan Maserasi. Pada 07
Januari sd 07 Februari 2019 penulis melaksanakan Kerja Praktikum (KP) di
RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dengan judul ANALISIS POLA
SENSITIVITAS BAKTERI Klebsiella pneumonia TERHADAP
ANTIBIOTIK DARI SAMPEL DARAH PASIEN DI RSUD DR. H. ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. Ditahun yang sama pada bulan Juli,
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bakhu Kecamatan Batu
Ketulis Kabupaten Lampung Barat. Penulis melakukan penelitian sebagi bahan
penyusun tugas akhir di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung. Hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan
pendidikan sarjananya pada bulan Januari tahun 2020 dengan skripsi yang
berjudul MORTALITAS, RESORPSI DAN ABNORMALITAS STRUKTUR
TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL TANAMAN SURUHAN (Peperomia
pelucida [L.] Kunth).
viii
-
ii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa dan Maha Sempurna atas
Ridho dan Karunia-nya Kebagian ini dapat kuraih
Kupersembahkan karya kecilku ini Buah manis dari perjuangan dan jerih payahku kepada :
Kedua orang tuaku tesayang Bapak Margono dan Ibu Sawiyem
Yang telah memberikan kasih dan sayangnya yang sangat luar bisa Dalam membesarkanku, meendidik, mendoakan serta
Merestui setiap langkahku ini Dan mewujudkan harapan-harapan yang kita impikan bersama
Kakakku Desca Ema Wati
Terima kasih untuk segalanya cinta dan dukungan yang kau berikan
Para dosen dan guru yang sangat berjasa Tanpa kalian tak kan mungkin aku sampai disinih
Para sahabat dan teman- temanku
Terima kasih untuk canda, tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati Bersama serta kenangan manis yang telah kalian berikan kepada ku
almamater tercinta “Universitas Lampung”
-
ii
MOTO
Dengan hadirnya orang – orang yang selalu meremehkanmu menjadi ujian akan kerendahan hatimu. Jangan pernah membenci mereka, karena mereka merupakan
pengasah ketegaranmu.
Saat kamu memutuskan tuk tetap berjuang dan berdoa, maka tuhan akan memberikanmu kekuatan
Jangan kamu berkecil hati dengan kekurangan yang dimiliki dan jangan pula sombong terhadap kelebihan yang dimiliki. Tetaplah bersikap rendah hati dan
lakukan sesuatu yang berarti.
“Hendaklah engkau semakin semangat melakukan apa yang bermanfaat untuk dirimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan
janganlah engkau merasas lemah” (HR. Muslim)
“janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita”. Ketika menghadapi suatu ujian, tak perlu bersedih hati, kebahagian dan kesedihan kadang datang silih berganti tergantung bagaimana kita menghadapinya dan mengambil pelajaran darinya. Kembalikan segalanya pada sang pencipta bahwa segala yang
terjadi adalah ketetapan yang baik darinya (qs At Taubah : 40)
“Berdoalah kepada ku pastilah aku kabulkan untukmu”. Setiap kali memiliki hajat atau menginginkan Sesuatu hendaknya mengusahakan dengan sungguh – sungguh
dan meminta pada Allah untuk mengabulkan hajat anda. Allah senang pada hambanya yang senantiasa berdoa, karena doa menghubungkan langsung antara
seorang hambah dengan sang pencipta (Allah SWT) )(qs Al Mukmin : 60)
-
ii
SANWANCANA
Assalammuallaikum WR.WB
Alhamdullilah hirobbilallami, puji syukur penulis kepada kehadirat Allah SWT
atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Mortalitas, Resorpsi, dan Abnormalitas Struktur Tulang Belakang Fetus
Mencit ( Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Tanaman
Suruhan (Peperomia pelucida ( L.) Kunth)
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa bimbingan,
informasi, saran serta dukungan moril dan materil. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1. Terimakasih Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta keberkahan
yang sangat luar biasa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tuaku tercinta “Bapak Margono dan Ibu Sawiyem” yang telah
membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang serta doa yang sangat
luar biasa dan tiada henti yang mengiringi perjalanan penulis dalam mencapai
cita- cita.
3. Kakak ku tersayang “Desca Ema Wati” yang telah memberikan kasih sayang
serta doa yang sangat luar biasa dan tiada henti yang mengiringi perjalanan
penulis dalam mencapai cita- cita.
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, bantuan secara moril maupun materil,
masukan, kritik, saran serta motivasi dalam pelaksanaan penulisan dan
penyelesaian skripsi.
-
v
5. Bapak Dr. Hendri Busman, M. Biomed., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan ,bantuan secara moril maupun materil, untuk
kesempurnaan skripsi.
6. Ibu Endang L. Widiastuti, Ph. D., selaku penguji utama yang telah
memberikan arahan, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi.
7. Bapak Drs. Suratman, M. Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Bapak Drs. M. Kanedi, M. Si., selaku ketua jurusan Biologi yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam pelaksanaan penulisan
dan penyelesaian skripsi.
9. Ibu Dra. Yulianty, M. Si., selaku ketua program studi Biologi FMIPA
Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan, masukkan maupun
arahan untuk menyelesaikan skripsi.
10. Bapak Ir. Zulkifli, M. Sc., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan maupun arahan serta masukan.
11. Bapak dan ibu dosen ( Ibu Dra. Tunjung Tripeni H dan Bapak Hambali ) serta
segenap karyawan (Teh Leha, Ibu Dewi, Mas Sudar, Pak Rus, Pak Tamrin,
Mb Oni, dan mas fajar) yang tidak bisa disebutkan satu-persatu dijurusan
Biologi FMIPA Unila, atas ilmu,bimbingan, dan bantuan kepada penulis.
12. Seluruh keluarga besar penulis yang memberi semangat, dukungan dan doa
kepada penulis.
13. Sahabat – sahabatku tersayang Kamelia Yulianti. S. SOS, Fitri Wulandri,
Amd. Kep, Priska Anjani, SE. Terima kasih dukungan dan doanya.
14. Sahabat – sahabatku tercinta Umy Nursafitri, Susi Mufida H, Puji Lilis L,
Nurkholiza, dan Unih AS yang memberi semangat, dukungan dan doa kepada
penulis.
15. Zikra Fadhira, Nita Reny K , Sekar Patiwi, Vanesa Chung, Ratna Claudiya
NH, Vanya Qotrunada, Nadya Ulfah S, Nur Anita S, Dian A, Ayu Tiara Fitri,
Fanny Maulida, Kinanti Alif, Ema Ervina, Ferly A, Rikhe A, Puhek, Mine,
Risa Suryani, Wevi Y.S, Jihan Lutfi, Nadya Febri, Ostarica Alqoriani A, Putri
Kendari, Anisa Faradila, mb Adlenia Doa, Dinda S dan Saskya Adrila R yang
selalu memberi semangat, canda, tawa, doa dan dukungan kepada penulis.
xii
-
xvi
8
16. Sahabatku Maria Denada Siallagan terima kasih atas pertemanan yang kau
berikan selama ini, yang memberikan semangat, motivasi maupun canda dan
tawa kepada penulis.
17. Sahabatku Nada Ulfah terima kasih atas pertemanan selama ini yang
memberikan semangat, motivasi maupun canda dan tawa kepada penulis.
18. Teman seperjuangan skripsi Ayukku Nurkholiza terimakasi atas motivasi,
dukungan maupun canda dan tawa yang diberikan kepenulis.
19. Teman dan sahabat seperjuangan skripsi Lati Piari Putri terimakasi atas
motivasi, dukungan maupun canda dan tawa yang diberikan kepenulis.
20. Teman – teman angkatan 2016, Legi, Desti, Andi, Salwa, Della, Rani, Maura,
Ikhsan, Budi, Roli dan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih
atas saran, kritikan, canda, tawa, dukungan dan kebersamaan kepada penulis.
21. Terima Kasih Sahabatku dan keluarga seperjuangan KKN Periode II Desa
Bakhu, Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat, Aby Virangga,
Tri Hastuti, Yoga Aji B, Laila Hidayah, Adeliani dan Aulia Septiani P yang
memberikan semangat, motivasi, maupun canda dan tawa kepada penulis.
22. Ramdhan, Diah, Latufa, Mia, Erika, Syalma, Iin, Widi, Yuyun, Meisy, Elyza,
Enik, Berliana, Khorin, Fania, Yolanda, Hardina, Maelinda, Linda, Sahira,
2017, Tifany, Vira, Anjung, Lulu, Feriza, Putri, Cika, Sisil, Sofia, Lidya,
Metari, Nabila, Agung, Vega, Gilang, Aura, Argauli, Heni 2018, Rahcmad,
Adib, Rian, David, Tarisa, Nuraini 2019 yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu, terima kasih atas canda, dukungan dan kebersamaan kepada penulis.
23. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari
bahwa sekripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan masukan dikemudian hari. Besar harapan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua amiin.
Bandar Lampung, 17 Januari 2020
Penulis
Yosi Dwi Saputra
xiii
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM ..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIHAN SKRIPSI ................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix
MOTTO ....................................................................................................... x
SANWACANA ............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
I . PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 D. Kerangka Pikir .............................................................................. 4 E. Hipotesis ...................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Tanaman Uji ............................................................................... 7
-
v
1. Morfologi Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth ..................................................................................... 7
2. Klasifikasi Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth ..................................................................................... 9
3. Kandungan Kimia................................................................... 9
4. Penamaan Tanaman Suruhan .................................................. 10
5. Bagian Tanaman Yang Digunakan .......................................... 10
6. Kegunaan Suruhan Dalam Penyembuhkan Beberapa Penyakit 10
7. Kegunaan Dan Efek Samping Senyawa Suruhan Terhadap
Kebuntingan Mencit Betina (Mus musculus L.) ....................... 12
A. Steroid ............................................................................. 12
B. Flavonoid ......................................................................... 12
C. Alkaloid ........................................................................... 12
D. Saponin ........................................................................... 13
E. Tanin ............................................................................... 13
B. Hewan Percobaan ........................................................................ 14
1. Mencit (Mus musculus L.) ...................................................... 14
2. Reproduksi Hewan Betina ..................................................... 17
2.1. Sistem Reproduksi Mencit .............................................. 17
A. Ovarium..................................................................... 17
B. Oviduk ....................................................................... 18
C. Uterus ........................................................................ 18
D. Vagina ....................................................................... 19
2.2. Proses Embriogenesis Mencit ........................................ 19
A. Stadium Morula ......................................................... 19
B. Stadium Blastula ........................................................ 19
C. Stadium Granula ........................................................ 20
D. Pembentukan Mesoderm ............................................ 20
E. Pembentukan Selom ................................................... 20
F. Organogenesis ........................................................... 20
G. Periode Pertumbuhan Fetus ........................................ 21
2.3. Siklus Reproduksi .......................................................... 22
A. Fase Proestrus ............................................................ 23
B. Fase Estrus ................................................................. 23
C. Fase Metestrus ........................................................... 24
D. Fase Diestrus ............................................................. 24
2.4. Pengaturan Hormonal Pada Siklus Estrus ....................... 26
2.5. Kopulasi Dan Fertilisasi ................................................. 28
2.6. Toksikologi .................................................................... 29
2.7. Teratogenesis ................................................................. 30
A. Aberasi ...................................................................... 30
B. Resorpsi ..................................................................... 31
C. Fetus Resorpsi............................................................ 31
2.8. Malformasi .................................................................... 31
2.9. Struktur Tulang Belakang Fetus...................................... 32
2.10 Resorpsi Mencit .............................................................. 33
xv
-
xvi
8
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 35
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ..................................................... 35
B. Alat Dan Bahan ........................................................................... 35
C. Rancangan Penelitian .................................................................. 36
D. Cara Kerja ................................................................................... 37
1. Penyediaan Bahan Uji ........................................................... 37
2. Proses Kopulasi Mencit......................................................... 37
3. Pembuatan Ekstrak Suruhan .................................................. 38
4. Pengujian Fitokimia Ekstrak Etanol Tanaman Suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth........................................... 40
5. Pemberian Perlakuan ............................................................ 40
6. Pemeliharaan Mencit ............................................................ 41
7. Pengecekan Apusan Vagina .................................................. 41
8. Pemberian Ekstrak Suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth Pada Mencit Betina .................................................... 42
9. Parameter Penelitian ............................................................. 43
1. Mortalitas Fetus Mati Pada Mencit Betina ....................... 43
2. Resorpsi Fetus Pada Mencit Betina ................................. 43
3. Abnormalitas Struktur Tulang Belakang Fetus Mencit 43
10. Analisis Data ........................................................................ 45
11. Diagram Alir ........................................................................ 46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 47
A. HASIL PENGAMATAN ........................................................ 47
A.1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Suruhan ...................... ̀ 47
A.2. Rerata Mortalitas Fetus Mencit ......................................... 48
A.3. Rerata Resorpsi Fetus ....................................................... 48
A.4. Abnormalitas Struktur Tulang Belakang Fetus .................. 49
B. PEMBAHASAN ...................................................................... 52
B.1. Mortalitas Fetus ................................................................ 52
B.2. Resorpsi Fetus .................................................................. 53
B.3.Tulang Belakang Fetus ...................................................... 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 59
A. KESIMPULAN ......................................................................... 59
B. SARAN ..................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 60
LAMPIRAN ................................................................................ 69
Gambar 12-19 ................................................................................ 75
Gambar 20-27 ................................................................................ 76
Gambar 28-35 ................................................................................ 77 Gambar 36-43 ................................................................................ 78
Gambar 44-50 ................................................................................ 79
xvi
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Data biologis mencit di laboratorium ................................................ 16
Tabel 2. Perubahan pada epitel vagina selama siklus estrus ............................. 25
Tabel 3.Pengujian fitokimia ekstrak etanol tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) ........................................................................ 40
Tabel 4. Hasil uji fitokimia ekstrak etanol suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) .............................................................................................. 47
Tabel 5.Rerata persentase fetus mati mencit (Mus musculus L.) setelah
pemberian ekstrak tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) .............................................................................................. 48
Tabel 6. Rerata persentase embrio resorpsi mencit (Mus musculus L.) setelah
pemberian ekstrak tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth). ............................................................................................. 49
Tabel 7.Kelainan struktur tulang belakang fetus mencit (Mus musculus L.)
setelah pemberian ekstrak tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth). ...................................................................................... 50
i
x
-
xvi
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) .................... 8
Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.). ............................................................. 14
Gambar 3. Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus L.) .......................... 20
Gambar 4. Apusan Vagina Tikus Betina Setelah Perkawinan........................... 24
Gambar 5. Tampilan Skematis Apusan Vagina Pada Daur Esterus................... 26
Gambar 6. Kerangka mencit (Mus musculus L.) .............................................. 32
Gambar 7. Morfologi Fetus Mencit, Fetus Normal, Fetus Kedil, Dan Fetus
Resorpsi ............................................................................................. 34
Gambar 8. Rancangan Penelitian ..................................................................... 36
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ................................................................ 46
Gambar 10. Anatomi Struktur Tulang Belakang Fetus Mencit Setelah
Pemberian Ekstrak Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth) ........................................................................................ 51
Gambar 11. Morfologi Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Tanaman
Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) ................................ 53
-
xvi
8
Gambar 12. Pengering Anginan ...................................................................... 75
Gambar 13. Pengovenan ................................................................................. 76
Gambar 14. Hasil Dari Pengovenan ................................................................ 75
Gambar 15. Penggilingan .............................................................................. 75
Gambar 16. Pengayakan .................................................................................. 75
Gambar 17. Blender ...................................................................................... 75
Gambar 18. Peralatan Maserasi ....................................................................... 75
Gambar 19. Proses Perendaman Simplisia Kering ........................................... 75
Gambar 20. Etanol 96 % ................................................................................. 76
Gambar 21. Hasil Perendaman ........................................................................ 76
Gambar 22. Proses Penyaringan ..................................................................... 76
Gambar 23. Corong Buchner ........................................................................... 76
Gambar 24. Sampel Ditutup Menggunakan Kertas Karbon .............................. 76
Gambar 25. Rotary Evaporator ...................................................................... 76
Gambar 26. Pengovenan Simplisia (Pasta) ...................................................... 76
Gambar 27. Pasta Suruhan .............................................................................. 76
Gambar 28. Pengujian Senyawa Kimia Tanaman Suruhan .............................. 77
Gambar 29. Uji Saponin (+) ............................................................................ 77
Gambar 30. Uji Steroid (+).............................................................................. 77
Gambar 31. Uji Tanin (+) ................................................................................ 77
Gambar 32. Uji Flavonoid (+) ......................................................................... 77
Gambar 33. Uji Alkaloid (+) ........................................................................... 77
Gambar 34. Seperangkat Alat Bedah ............................................................... 77
xix
-
xvi
8
Gambar 35. Oven 70º C .................................................................................. 77
Gambar 36. Timbangan Analitik .................................................................... 78
Gambar 37. Cawan Petri ................................................................................ 78
Gambar 38. Gelas Ukur .................................................................................. 78
Gambar 39. Alizarin Red ................................................................................ 78
Gambar 40. Pencekokan ................................................................................. 78
Gambar 41. Proses Pembedahan ..................................................................... 78
Gambar 42. Hasil Pembedahan ....................................................................... 78
Gambar 43. Perkembangan Fetus .................................................................... 78
Gambar 44. Penimbangan Ekstrak Suruhan .................................................... 79
Gambar 45. Hot Plate ...................................................................................... 79
Gambar 46. Alizarin Red + KOH1 % .............................................................. 79
Gambar 47. Gliserin + KOH (3:1, 1:1, 1:3) ................................................... 79
Gambar 48. KOH 1 % ..................................................................................... 79
Gambar 49. Kandang Mencit .......................................................................... 79
Gambar 50. Wadah Makan Dan Minum Mencit .............................................. 79
xx
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia maupun di dunia setiap tahunnya 7,9 juta anak (6% dari seluruh
kelahiran) dilahirkan dengan keadaan cacat lahir, akibat adanya kelainan
genetik atau pasca konsepsi seperti minuman alkohol, penyakit rubella, sifilis,
defisiensi yodium, maupun obat – obatan dan sebagainya (Jusuf, 2008).
Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragaman
salah satunya adalah keanekaragaman hayati (Mega Biodiversity) khususnya
tumbuhan, selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis serta
memiliki berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional yang
menggunakan bahan – bahan alami dari tumbuhan. Tanaman obat sejak zaman
dahulu sudah dipergunakan untuk meningkatkan maupun memulihkan
kesehatan, pencegahan penyakit dan penyembuhan oleh masyarakat
Indonesia.
Tanaman suruhan merupakan suatu tanaman herba yang berasal dari Amerika
Selatan tetapi pada umumnya banyak ditemukan di Asia Tenggara (Purba,
2007). Menurut Dalimarta (2006), tanaman ini banyak
-
2
digunakan masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit seperti radang,
sakit perut, demam, antifertilitas, bisul, asam urat, kolesterol, dan mengobati
penyakit ginjal. Bagian tanaman yang sering digunakan masyarakat yaitu
keseluruhan dari tanaman ini, atau disebut herba. Masyarakat Filipina
memanfaatkan tanaman suruhan sebagai obat menurunkan asam urat, dan
mengobati masalah ginjal (Majumer, Pulak dkk., 2011), sedangkan penduduk
lokal di Indonesia terutama di Kalimantan banyak digunakan dengan cara
merebus keseluruhan tanaman dengan menggunakan air dan air rebusannya
diminum untuk mengatasi sakit reumatik, selain itu juga dapat mengobati
ginjal, sakit perut, bisul, jerawat, luka bakar, batuk, diare, masuk angin serta
hipetensi (Purba, 2007). Penduduk Amerika Selatan menggunakan rebusan
daun dan batangnya dapat mengobati asam urat maupun arthritis (Majumder,
dan Pulak, 2011).
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tanaman suruhan
mempunyai potensi sebagai antiinflamasi (Wijaya dan Monica, 2004),
Antipiretik (Khan. dkk, 2008), antimikroba dan antikanker. Selain itu di
Indonesia banyak produk jamu yang dipasarkan untuk mengobati penyakit
asam urat dengan komposisi adanya campuran ekstrak suruhan. Dengan
banyaknya penggunaan masyakarat dalam pengolahan jamu maka perlu
dilakukan proses standarisasi sehingga dapat dibuat bahan baku obat yang
terjamin mutunya. Masyarakat Indonesia sudah banyak menggunakan obat
dari bahan alam yang salah satunya adalah suruhan (Piperomia pellucida [L.]
Kunth).
-
3
Mengingat menurut (Nurliani, 2007) Pada tanaman suruhan terdapat beberapa
senyawa toksik yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin (Anjelina,
2015) yang diduga mempunyai sifat sitotoksik, yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan sel yang salah satunya adalah perkembangan
fetus mencit (Mus musculus L.) terutama pada sel yang mengalami
perkembangan. Selain itu efek samping tanaman suruhan sebagai obat belum
dapat diketahui secara ilmiah bagi ibu yang sedang hamil, untuk itu maka
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat keamanan pemakaian
dengan memberikan zat tertentu dari ekstrak tanaman suruhan (Peperomia
pellucida [L.] Kunth) untuk melihat ada atau tidaknya kelainan pada fetus
hewan uji akibat pemberian zat selama periode organogenesis.
Penggunaan tanaman sebagai obat harus memiliki persyaratan aman,
bermanfaat dan telah terstandar. Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut
perlu dilakukan upaya penegasan keamanan melalui uji toksisitas. Uji
toksisitas digunakan sebagai penentu dosis maksimum suruhan yang boleh
digunakan sebagai obat herbal. Salah satu ujinya toksisitas yang harus
dilakukan adalah uji teratogenik. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan
perlu dilakuakan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak
suruhan memiliki efek teratogenik terhadap fetus mencit dan apa saja jenis
malformasi struktur fetus mencit yang dipengaruhi oleh ektrak etanol suruhan.
Sehubungan dengan hal itu saya tertarik untuk melakukan penelitian ini
dengan judul mortalitas, resorpsi, dan abnormalits struktur tulang belakang
fetus mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak etanol tanaman
suruhan (Piperomia pellucida [L.] Kunth).
-
4
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persentase mortalitas fetus mati pada mencit betina
(Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak etanol tanaman suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth).
2. Untuk mengetahui persentase resorpsi fetus pada mencit betina (Mus
musculus L.) setelah pemberian ekstrak etanol tanaman suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth).
3. Untuk mengetahui kelainan pada struktur tulang belakang fetus mencit
(Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak etanol tanaman suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth).
C. Manfaat Penelitian
Dari penelitian struktur anatomi dan mortalitas fetus mencit ( Mus Musculus
L.) setelah pemberian ekstrak tanaman suruhan (Peperomia pelucida [L.]
Kunth) diharap dapat memberikan manfaat seperti:
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai efek pemberian ekstrak etanol
tanaman suruhan (Piperomia pellucida [L.] Kunth) terhadap pertumbuhan
dan perkembangan fetus mencit (Mus musculus L.).
2. Memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu
reproduksi yang kemudian dapat digunakan sebagai obat alami.
D. Kerangka Pikir
Penggunaan tanaman obat hingga saat ini masih dijadikan sebagai alternatif
dalam proses pengobatan. Hal ini yang menjadikan masyarakat Indonesia
-
5
memanfaatkan keanekaragaman hayati yang tinggi sebagai bahan baku obat.
Tanaman merupakan obat tradisional yang banyak tersedia di lingkungan
sekitar. Bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia terhadap obat –
obatan tradisional meningkat, baik di negara berkembang maupun maju.
Pengobatan tradisional dan obat – obatan dari bahan alami, terkandung bahan
– bahan senyawa kimia yang belum diketahui pasti fungsi dan peranannya
sehingga dapat menjadi peluang menyebabkan efek yang diinginkan oleh
pemakaiannya.
Salah satunya tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah
suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth), tanaman ini banyak digunakan
untuk mengobati radang, sakit perut, demam, bisul, asam urat, menurunkan
kolesterol dan mengobati ginjal. Bila ditinjau dari zat – zat yang terdapat pada
tanaman tersebut, bila digunakan sebagai obat peluruh haid dan memperlancar
haid secara langsung dapat mempengaruhi efek samping apabila dikonsumsi
wanita hamil.
Dengan adanya suatu senyawa yang terkandung di tanaman suruhan, maka
ekstrak tanaman suruhan mempunyai potensi untuk dapat digunakan sebagai
obat – obat alternatif. Namun demikian, perlu diteliti secara lebih jauh tentang
tingkat keamanannya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk dapat
membuktikan pengaruh ekstrak tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth), terhadap mortalitas fetus, resorpsi fetus, dan abnormalitas struktur
anatomi tulang belakang.
-
6
E. Hipotesis.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian pemberian ekstrak etanol tanaman
suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) pada mencit (Mus musculus L.)
betina yang hamil adalah.
1. Ekstrak etanol tanaman suruhan dapat meningkatkan mortalitas pada fetus
mencit setelah pemberian ekstrak suruhan.
2. Ekstrak etanol tanaman suruhan dapat meningkatkan presentase resorpsi
fetus pada mencit betina setelah pemberian ekstrak tanaman suruhan.
3. Ekstrak etanol tanaman suruhan dapat menyebabkan abnormalitas pada
struktur tulang belakang.
-
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Uji
(Peperomia pellucida [L.] Kunth).
1. Morfologi Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth).
Mengingat menurut Majumer, Pulak dkk., 2011. Suruhan merupakan
tanaman yang dapat tumbuh pada tempat – tempat yang lembab atau
sedikit terlindung seperti pinggiran selokan, sela- sela bebatuan, celah
dinding yang retak, ladang, pekarangan maupun pepohonan seperti kelapa
sawit. Tanaman suruhan merupakan suku Piperaceae (suku sirih – sirihan)
dengan genus Peperomia. Tanaman ini berasal dari Amerika tropis
ditemukan pada dataran rendah hingga sampai 100 - 400 m (diatas
permukaan laut) sebagai tanaman gulma yang hidup disepanjang pinggir
jalan, perkebunan yang biasanya menggerombol. Secara luas tanaman
suruhan Peperomia pellucida [L.] Kunth banyak didistribusikan ke
Amerika maupun Asia Selatan (Arrigoni-Blank, 2002). Morfologi dari
tanaman ini yaitu memiliki tumbuh tegak, batang membulat yang
mempunyai penampangan 3 – 5 mm, dengan ketinggian 20 - 40 cm dan
apabila tanaman ini hidup pada pepohonan tinggi maka tumbuhnya
menggantung.
-
8
Akarnya berserabut, batang berwarna hijau pucat, daun berbentuk lonjong dan
panjang hingga 1 – 4 cm dengan lebar 2-5 cm, permukaan daun mengkilap dan
licin seperti lilin. Bentuk daun seperti jantung atau hati (Hariana, 2006). Pada
ujung daun memiliki bentuk runcing dan pangkal daunnya bertoleh, tepi daun rata
serta permukaan daun lunak dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk bulir
yang terdapat di ketiak daun atau di ujung batang dengan panjang 2 – 5 cm,
tanaman ini memiliki buah berbentuk bulat kecil dan berwarna hijau yang
tersusun seperti buah lada, sedangkan bijinya berwarna hitam dan perakarannya
serabut (Khinho dkk., 2011).
Gambar 1. Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) ( Sumber :
Dokumentasi Pribadi, 2019 )
-
9
2. Klasifikasi Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)
Klasifikasi ilmiah hasil dari determinasi menurut (Majumder dkk, 2011) yaitu:
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Peperomia
Species : Peperomia pellucida [L.] Kunth.
3. Kandungan Kimia
Tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) dapat ditemukan di
Indonesia. Tanaman ini termasuk ke dalam golongan gulma yang dapat
ditemukan di sepanjang pinggiran jalan, perkebunan, dan pepohonan serta
terdapat pada sekitar rumah dengan morfologi menggerombol (Irsyad, 2013).
Menurut Egwuche, 2011. Tanaman suruhan didapatkan hasil dari penampisan
fitokimia pada keseluruhan bagian suruhan menunjukkan adanya alkaloid,
kardenolid, saponin, tanin, steroid dan flavonoid (Majumer, Pulak dkk., 2011).
Suruhan mengandung serat, protein, karbohidrat, dan lemak serta mineral
seperti kalsium, magnesium, kalium, natrium, mangan, dan zat besi (Egwuche,
Odetola & Erukainure, 2011).
-
10
4. Penamaan Tanaman Suruhan
Tanaman herba suruhan memiliki keragaman yang sangat besar, baik budaya,
bahasa, adat istiadat, maupun penamaan. Berdasarkan daerahnya suruhan
memiliki beberapa nama seperti sasaladaan (Sunda); range-range, slandanan,
suruhan (Jawa); tumpangan air (Sumatera dan Jakarta); gofu goroho (Ternate);
tangon - tangon (Filipina); cao hu jiao (Cina); ketumpangan air (Malaysia);
chaa krutt (Thailand) (Hariana, 2006).
5. Bagian Tanaman Yang Digunakan
Penggunaan tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) adalah
seluruh bagian tanaman atau sering disebut herba. Kriteria suruhan yang
digunakan yaitu memiliki bentuk ukuran yang sedikit besar dan berwarna
hijau kusam.
6. Kegunaan Suruhan Dalam Penyembuhan Beberapa Penyakit.
Suruhan banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, Thailand, Cina, dan
negara – negara lainnya, karena tanaman ini dapat tumbuh pada tempat yang
lembab, secara empiris tanaman ini berguna untuk mengobati diabetes dan
asam urat dengan cara meminum air rebusan seluruh bagian tanaman. Selain
itu tanaman ini dapat dilakukan dengan cara menggiling seluruh bagian
tanaman kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit cara ini untuk
mengobati sakit kepala dan demam ataupun dengan meremas dan menyaring
hasil sari dari gilingan tanaman suruhan untuk diminum sebagai obat sakit
perut (Khinho, 2011).
-
11
Tanaman ketumpangan air atau suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth),
digunakan masyarakat untuk pengobatan asam urat, rematik, sakit kepala maupun
sakit perut. Selain itu bagian yang sering digunakan yaitu tanaman yang telah
kering, sedangkan di Kalimantan maupun Sulawesi Utara oleh penduduk lokal,
banyak digunakan untuk mengobati penyakit rematik dan menurunkan kolesterol
(Tarigan. dkk, 2012), digunakannya dengan cara direbus dan air rebusannya
diminum. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi penyakit
gijal, jerawat, bisul, luka bakar, batuk, diare dan hipertensi (Purba, 2007).
Mengingat menurut (Oloyede, Ganiyat, Onocha, Patricia, Olaniran & Kundu,
2011), tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) banyak digunakan
sebagai ramuan dalam pengobatan tradisional, dimanfaatkan sebagai obat sakit
kepala, demam, sakit perut, abses, bisul, dan gangguan ginjal. Berbagai penelitian
sudah banyak dilakukan dengan menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki
aktivitas analgesic, antipiuritik, antiinflamasi, hipoglikemik (Sheikh, Sikder, Paul,
Hasan, Rahaman, & Kundu, 2012), antibakteri, antimikroba dan antikanker.
Mengingat menurut penelitian Sio, Susie O (2001) tanaman suruhan dapat
digunakan sebagai alternatif pengobatan asam urat. Berbagai penelitian sudah
banyak dilakukan, beberapa penelitian tersebut menunjukkan aktivitas suruhan
sebagai antijamur, antioksidan, anti diabetes (Muthadi, 2004), anti hipeururisemia,
abses, bisul, radang kulit, gangguan ginjal (Oloyede, 2011), luka bakar, atau
memar, antibakteri (Xu Su, 2005) dan antikanker.
-
12
7. Kegunaan Dan Efek Samping Senyawa Suruhan Terhadap Kebuntingan
Mencit Betina (Mus Murculus L.)
a) Steroid
Tanaman suruhan mengandung banyak senyawa aktif dan metabolit
sekunder yang baik untuk kesehatan tubuh dan mengobati berbagai
penyakit. Selain itu senyawa kimia steroid dapat menyebabkan malformasi
pada pertulangan wajah (kraniofacial) yang meliputi pengecilan ukuran
mata (microphthalmia) maupun hidrosefalus (Sarah, 2012).
b) Flavonoid
Menurut hasil penelitian Nurliani (2007), tanaman yang dapat digunakan
sebagai bahan antifertilisasi yaitu tanaman yang memiliki kandungan
flavonoid tinggi, karena dapat mempengaruhi sistem hormonal serta dapat
menyebabkan gangguan pada proses ovulasi dan fertilisasi. Bahan aktif
dari senyawa yang tergolong flavonoid diduga dapat memberikan
pengaruh jalur hipotalamus hipofisis yang selanjutnya akan mempengaruhi
sekresi FSH yang berperan penting terhadap pembentukan perkembangan
dan pematangan folikel.
c) Alkaloid
Senyawa Alkaloid yang terdapat pada biji tanaman petai cina yang telah
terbukti menurunkan persentasi hidup, berat dan panjang fetus
(Syamsudin, dkk., 2006), sedangkan alkaloid pada kulit batang pule dapat
menyebabkan keguguran dan hidrosephalus pada fetus mencit
(Kumolosari, dkk., 2004). Selain itu penelitian yang telah dilakukan
-
13
Wahyudi (2013), dapat menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling yang
memiliki kandungan senyawa kimia seperti stigmasterol, β-sitosterol,
alkaloid, flavonoid, dan tanin telah terbukti dapat memperhambat
penulangan fetus mencit.
d) Saponin
Senyawa saponin memiliki sifat antara lain mempunyai rasa pahit dan
dalam larutan air membentuk suatu busa yang stabil. Saponin dapat
menahan siklus sel pada fase G1, sehingga tidak dapat berlanjut ke fase
selanjutnya seperti ke fase S, G2, dan fase M. Saponin yang terdapat pada
kulit buah mahkota dewa telah terbukti menyebabkan berbagai malformasi
struktur pada fetus mencit yang berupa hemoragi, punggung fleksi, cacat
bentuk tubuh, dan gangguan osifikasi (Widyastuti, dkk., 2006).
e) Tanin
Menurut Cannas (2013) tanin memiliki sifat fenol, yang mempunyai rasa
pahit. Senyawa ini dapat menghambat penyerapan nutrisi di dalam usus
dan meningkatkan ekskresi protein maupun asam amino. Terhambatnya
penyerapan nutrisi akan menyebabkan kurangnya ketersediaan nutrisi bagi
embrio yang sedang berkembang (malnutrisi) terutama kalsium yang
sangat dibutuhkan embrio selama pembentukan tulang yang dapat
menyebabkan keterlambatan osifikasi.
-
14
B. Hewan Percobaan
Hewan percobaan merupakan hewan yang digunakan atau dipakai dalam
proses penelitian yang berguna untuk mempelajari serta mengembangkan
berbagai macam bidang ilmu pengetahuan dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorium (Somala, 2006).
1. Mencit (Mus musculus L.)
Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) Medero, (2011).
Hewan pengerat (rodensia) termasuk mencit merupakan hewan yang dapat
berkembang dengan baik, mudah diperlihara, memiliki variasi genetik
yang cukup besar sifat anatomi dan fisiologisnya terkarakteristik dengan
baik. Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratoium
merupakan hasil perkawinan tikus putih “inbreed “ maupun “outbreed”
(Tabakoff dan Hoffman, 2000).
Hasil dari perkawinan hingga 20 generasi menghasilkan strain – strain
murni dari mencit. Mencit merupakan hewan yang termasuk ke dalam
-
15
suku Muridae. Menurut ITIS (Integrated Taxonomic Information System (2017),
mencit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kindom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus L.
Mencit merupakan hewan yang termasuk ke dalam kelas Mamalia. Bersifat
omnivorus dan nokturnal. Ciri umum yang dimiliki mencit yaitu warna kulit
rambut tubuh putih atau ke abu – abuan dengan warna perut sedikit pucat, mata
berwarna merah atau hitam (Murwanti, dkk., 2004).
Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri - ciri seperti bentuk tubuh kecil, berwarna
putih, siklus estrus teratur yaitu 4 -5 hari. Dalam pemeliharaan mencit (Mus
musculus L.) kandang harus senantiasa besih, tidak lembab dan jauh dari
kebisingan serta memiliki suhu ruang pemeliharaan kisaran antara 18 - 19º C serta
kelembaban udara antara 30 - 70%. Pada mencit jantan memiliki berat badan
sekitar 18 - 35 g. Mencit betina dewasa dengan umur 35 - 60 hari memiliki berat
badan hingga 18 - 35 g, lama hidupya 1 - 2 tahun, masa reproduksi mencit betina
berlangsung 1,5 tahun (Akbar, 2010).
-
16
Mencit betina maupun jantan dapat dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama
kebuntingan 19 - 20 hari. dengan jumlah anak mencit rata - rata 6 - 15 ekor
dengan berat lahir 0,5 – 1,5 g dan berat lahir 0,5 – 1.0 gram. Suhu rektal mencit
35 - 39º C dengan pernafasan 140 - 180 kali / menit, dengan denyut jantung 600 -
650 kali (Somala, 2006). Mencit sering digunakan dalam penelitian, karena
memiliki daur estrusnya teratur yang mudah dideteksi, bisa dibuat seragam sifat
genetiknya, sedangkan periode kebuntingannya yang relatif singkat, memiliki
kemampuan reproduksi yang tinggi dengan waktu yang singkat, biaya yang
terjangkau, mempunyai anak yang banyak serta dapat kelarasan pertumbuhan
dengan kondisi manusia (Somala, 2006).
Tabel 1. Data biologis mencit di laboratorium
Lama hidup 1-2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama bunting 19 – 21 hari
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Berat dewasa 20 - 40 g jantan; 18 - 35 g betina
Berat lahir 0,5 - 0,1 gram
Jumlah anak Rata – rata 6 bisa 5
Suhu (rektal) 36 - 39ºC ( rata - rata 37,9ºC)
Konsumsi oksigen 2,38 - 4,48 ml/g/jam
Volume darah 75 - 80 ml/kg
Sel darah merah 7,7 - 12,5 x 103/mm
3
Sel darah putih 66,0 - 12,6 x 103mm
3
Trombosit 150 - 400 x 103/mm
3
Hb 13 - 16/100 ml
Kecepatan tumbuh 1 g/ hari
(Sumber : Kusumawati, 2004).
Mamalia kecil seperti tikus telah digunakan para ilmuan dahulu untuk melakukan
eksperimen ataupun penelitian mereka. Mencit sangat mudah berkembangbiak
dan merupakan salah satu dari beberapa spesies mamalia yang dapat dideterminasi
sehingga bersyarat sebagai hewan eksperimen.
-
17
2. Reproduksi Hewan Betina
Tikus maupun mencit memiliki banyak sekali kemiripan dalam sistem
maupun reproduksi. Sistem reproduksi hewan betina pada umunya terdiri dari
ovarium dan sistem duktus, sistem ini menerima sperma dan membawanya
ketempat fertilisasi yaitu oviduk. Pertumbuhan, fungsi otot dan epitel saluran
betina ada di bawah pengaruh hormon dan ditentukan oleh pergeseran
progresif dalam sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium selama siklus
ovarium.
2.1. Sistem Reproduksi Mencit
Sistem reproduksi mencit betina terdiri dari: kelenjar betina (ovarium),
kelenjar asesoris pada umur 10 - 12 minggu, dan saluran reproduksi.
Periode aktivitas reproduksi dapat berlangsung sejak umur dewasa
seksual mencit berumur 14 bulan, sedangkan masa mencit betina hanya
akan berkopulasi dengan mencit jantan selama fase esterus
(Prawirohardjo, 2008).
A. Ovarium
Menurut Yatim (1994), ovarium adalah kelenjar yang memiliki
bentuk seperti biji yang terletak di kanan dan kiri uterus yang
memiliki fungsi sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur
(ovum), sedangkan organ endokrin berfungsi untuk
mengekskresikan hormon kelamin betina yaitu estrogen dan
progesteron (Susilawati, 1992).
-
18
Ovarium ini sebagai tempat berkembangnya folikel telur, yaitu folikel primer,
folikel sekunder, folikel tersier, folikel de graaf, korpus rubrum, korpus
luteum dan korpus albikan. Folikel telur adalah sel telur yang dilingkupi oleh
sel - sel granulose (sel folikel) dengan ketebalan lapisan yang bervariasi,
sesuai dengan tingkat perkembangannya (Feradi, 2010).
B. Oviduk
Sepasang saluran yang merupakan penghubung antara ovarium dengan uterus
disebut oviduk. Oviduk terbagi dari bagian interstisialis, bagian ismika, bagian
ampularis dan infundibulum yang berfibria. Fungsi oviduk sebagai kapasitasi
sperma, fertilisasi, dan penebalan embrio yang terjadi dibagian ampula.
Pengangkutan sperma dan ovum ke uterus diatur oleh kontraksi muskuler
yang dikoordinasi oleh hormon ovarial, estrogen dan progesteron (Yatim,
1994).
C. Uterus
Struktur saluran muskuler untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi dan
sebagai penyediaan nutrisi serta perlindungan fetus. Dinding uterus terdiri dari
3 lapisan seperti membran serosa (perimetrium), merupakan lapisan terluar
yang membungkus uterus yang terdiri dari jaringan ikat. Lapisan kedua uterus
disebut miometrium yang terdiri dari otot polos yang mengandung pembuluh
darah dan limpa. Lapisan ketiga pada uterus disebut endometrium yang
merupakan tempat implantasi serta perkembangan embrio bagi mencit yang
bunting Mescher (2009).
-
19
D. Vagina
Vagina memiliki dua bagian yaitu vertibulum (bagian luar vagina) dan
vagina posterior (dari muara uterus hingga serviks). Pada dinding vagina
terdiri dari mukosa, muscularis dan serosa. Pada betina yang memiliki
siklus normal, sel - sel epitelium yang membatasi vagina mengalami
perubahan secara periodik dikontrol oleh hormon yang di sekresikan oleh
ovarium. Vagina merupakan saluran panjang yang terletak di dorsal
terhadap uretra dan ventral terhadap rectum, sebagai tempat penumpahan
semen dari individu jantan.
2.2. Proses Embriogenesis Mencit
Mengingat menurut Sadler (2000), bahwa embrio merupakan suatu individu
yang dapat tumbuh dan berkembang hingga ke stadium dewasa, yaitu fetus
yang siap dilahirkan. Umumnya zigot membelah secara berturut – turut dan
berlangsung berkesinambungan dengan cara mitosis. Memiliki sel – sel yang
berdiferensiasi dengan pola tertentu sehingga terbentuk dewasa. Masa
embriogenesis dapat berlangsung dari perkembangan minggu ke - 3 hingga
minggu ke - 8 kehamilan. Pada proses embriogenesis memiliki stadium –
stadium pembelahan embrio tersebut:
A. Stadium morula: Tahap pertama dalam proses pembentukan embrio,
dimana sel hasil pembelahan masih bergandengan.
B. Stadium blastula: Pembelahan sel – sel morula yang dilanjutkan
pembentukan bola sel yang berongga (blastula).
-
20
C. Stadium granula: Proses pembelahan sel – sel kutub animal, sehingga kutub
– kutub vegetatif akan terdesak ke dalam dan akan terjadinya invaginasi.
D. Pembentukan mesoderm: Sel – sel antara ektoderm dan endoderm
berpoliferasi dan mengisi ruang segmentasi.
E. Pembentukan selom : Berpisahnya sel – sel lapisan mesoderm menjadi 2
lapisan sel. Lapisan sel luar akan menjadi sel tubuh atau somatik dan lapisan
dalam menjadi sel – sel splanknik.
F. Organogenesis : Setelah terbentuknya selom, maka kemudian akan terjadi
diferensisasi alat tubuh. Periode ini merupakan pembentukan organ dan sistem
tubuh yang akan mengalami perubahan bentuk tubuh. Pada stadium ini sel
secara intensif mengalami diferensiasi maupun mobilisasi sehingga embrio
sangat rentan terhadap efek teratogenik. Proses organogenesis akan berakhir
jika bentuk embrio sudah seperti induknya, yaitu pada hari ke 10-14.
Gambar 3. Perkembangan embrio mencit (Mus musculus L.). (Sumber :
Kispert dkk. 2012).
-
21
G. Periode pertumbuhan fetus: Tahap terjadinya pematangan dan
perkembangan fungsi jaringan, organ maupun sistem tumbuh, selama tahap ini
teratogenik tidak akan menyebabkan cacat morfologi. Tetapi dapat
mengakibatkan kelainan fungsi seperti sistem saraf pusat yang mungkin tidak
akan dideteksi setelah kelahiran perkembangan maupun pertumbuhan fetus
dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya genetik dan nutrisi (Muna,
Astirin, dan Sugiyarto, 2011).
Embrio akan mengalami proses dideferensiasi pada masa implantasi dengan
melangsungkan kegiatan segregasi sel – sel embrio yang mengarah ke proses
pembentukan sel khusus yang akan berubah menjadi sistem tubuh beserta
organ. Periode organogenesis merupakan proses pembentukan jaringan dan
organ yang terjadi pada hari ke - 6 sampai hari ke - 16 kebuntingan
(Rochmiatun, 2003).
Senyawa teratogen memiliki sifat letal yang mampu menimbulkan kelainan
pada fetus yang dapat diakibatkan oleh perubahan seperti mutasi,
penyimpangan kromosom, gangguan pembelahan sel, dan penurunan energi
untuk perkembangan fetus. Maniferasi dari teratogenesis antara lain kematian
sel, gangguan interaksi sel, dan gangguan jaringan, sedangkan maniferasi itu
sendiri akan menghasilkan kematian intrauterine, malformasi, gangguan
pertumbuhan, maupun penurunan fungsi (Wilson, 1973; Loomis, 1978; Peters
& Berkvens, 1996).
-
22
2.3. Siklus Reproduksi
Pada beberapa mamalia siklus reproduksi disebut juga sebagai siklus estrus.
Estrus atau birahi adalah suatu periode secara psikologis maupun fisiologis
yang dapat bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi (Hunter. 1995).
Siklus estrus yaitu siklus seksual pada mamalia bukan primata yang tidak
menstruasi. Siklus ini merupakan cerminan dari aktivitas yang saling
berkaitan antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus estrus
terjadi dapat berbagai perubahan baik pada organ reproduksi maupun
perubahan tingkah laku seksual. Mencit suatu hewan politerus yang dapat
diartikan bahwa, dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang
berulang - ulang. Perbedaan antara daur estrus pada mencit dan tikus dibagi
menjadi lima fase yaitu Proestrus, Estrus, Metestrus I, Mestestrus II dan
Diestrus. Siklus estrus mencit berlangsung hingga 4 - 5 hari berbeda dengan
tikus satu kali siklus dapat selesai dalam 6 hari. Faktor - faktor eksteroseptif
yang mempengaruhi waktu siklus yaitu seperti cahaya, suhu, status nutrisi,
dan hubungan sosial Muljono (2001).
Dari setiap fase daur estrus dapat dikenali melalui pemeriksaan apus vagina.
Apus vagina merupakan cara yang sampai kini dianggap relatif paling muda
dan murah untuk mempelajari kegiatan fungsional ovarium. Melalui apus
vagina ini dapat mempelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina
yang secara tidak langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium.
Siklus reproduksi dapat dibagi menjadi empat stadium yaitu sebagai berikut:
-
23
A. Fase Proestrus
Menurut Faradis, (2009). Fase ini dimulai pada saat korpus luteum
mengalami pengecilan sehingga kadar hormon progesteron semakin turun.
Sebelum fase estrus yaitu periode dimana folikel ovarium tumbuh menjadi
folikel de graaf di bawah pengaruh FSH (Toelihere, 1979). Fase ini dapat
berlangsung selama 12 jam. Setiap folikel mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat hampir 2 - 3 hari sebelum estrus sistem reproduksi memulai
persiapan – persiapan untuk proses pelepasan ovum dari ovarium.
Preparat apus vagina ditandai dengan tampaknya jumlah sel epitel berinti dan
sel darah putih berkurang, digantikan dengan sel darah putih yang bertanduk
serta memiliki lendir yang cukup banyak (Smith,1988; Turner,1988).
B. Fase Estrus
Fase dimana ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk
berkopulasi pada fase ini dapat berlangsung selama 12 jam. Pada preparat
apus vagina dapat dilihat dengan menghilangnya leukosit dan epitel berinti,
yang ada hanya epitel bertanduk dengan bentuk tidak beraturan dan
ukurannya yang cukup besar (Hunter, 1995). Fase estrus dapat diketahui
dengan cara membuat apusan vagina. Terjadi kopulasi pada fase estrus dapat
dimulai pada tengah malam pukul 02.00 WIB hingga menjelang pagi.
Sperma yang telah diejakulasikan ke dalam vagina pada waktu kopulasi akan
mencapai oviduk dalam beberapa menit. Mobilitas dan viabilitas sperma
dapat dipertahankan hingga 8 jam setelah terjadinya ovulasi (Prawirohardjo,
2008).
-
24
Keterangan : (S = Sperma, L = Leukosit)
Gambar 4. Apusan vagina tikus betina setelah perkawinan (Krinke, 2000).
C. Fase Metestrus
Metestrus merupakan suatu periode sesudah estrus dimana korpus luteum
bertumbuh cepat dari sel granulose folikel yang telah pecah dipengaruhi LH
dan adenohypophysa. Fase metestrus ini berlangsung selama 21 jam. Pada
preparat apus vagina ciri yang tampak yaitu epitel berinti dan leukosit terlihat
lagi dalam jumlah epitel menanduk makin lama makin sedikit (Faradis, 2009;
Turner, 1988).
D. Fase Diestrus
Fase diestrus merupakan periode terakhir siklus birahi pada mamalia. Pada
fase ini berlangsung selama 48 jam. Sehingga korpus luteum menjadi matang
dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Pada
akhir periode ini korpus luteum dapat memperlihatkan perubahan retrogresif
dan vakualisasi secara gradual. Endometrium dan kelenjar beratrofi atau
beregresi ke ukuran semula, mulai terjadi perkembangan folikel primer dan
sekunder akhirnya kembali ke siklus proestrus.
-
25
Pada preparat apusan vagina dijumpai banyak sel darah putih, mucus dan epitel
berinti yang letaknya tersebar dan homogen (Hunter, 1995).
Pada setiap fase akan mengalami perubahan dengan ciri - ciri yang berbeda antara
fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Hasil dari gambaran apus vagina akan
menunjukkan setiap fase dari siklus estrus pada mencit (Mus musculus L.).
Perubahan yang terjadi pada suatu saluran reproduksi betina selama berlangsungnya
siklus estrus dapat terlihat pada gambaran perubahan epitel vagina seperti yang
telah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perubahan pada epitel vagina selama siklus estrus
Fase
siklus
estrus
Lama
fase
(jam)
Gambaran ulasan vagina dari berbagai sumber
Dalal dkk.
(2001)
Smith &
Mangkoewidjojo
(1988)
Nalbandov
(1999)
Syahrum
dkk. (1994)
Proestrus 12 Sel epitel,
leukosit
sangat sedikit
Sel epitel berinti Sel epitel
berinti
Sel
epidermis
berinti,
leukosit
sedikit
Estrus 12 Sel tanduk
makin
banyak
Sel epitel
mengalami
penandukan
Sel
berkomifikasi
Sel epitel
bertanduk
banyak
Metestrus 12 Sel tanduk,
leukosit lebih
banyak
Sel epitel
berkomifikasi,
terhadap leukosit
Sel
berkomifikasi
diantar
leukosit
Sel epitel
bertanduk,
leukosit
lebih
banyak
Diestrus 65 Leukosit dan
sel epitel
berinti
Leukosit dan sel
epitel
Sel epitel
berinti
Sel epitel
berinti dan
leukosit
-
26
Gambar 5. Tampilan skematis apusan vagina pada daur esterus (A) Diestrus,
(B) Proestrus, (C) Estrus, (D) Metestrus (Bognara & Donnel, 1988)
Keberhasilan dalam perkawinan mencit dapat ditandai dengan adanya sumbat
vagina yang merupakan awal kehamilan ke - 0 hari. Zigot akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Segala kebutuhan embrio dapat
diperoleh dari induk melalui organ ekstra embrio yaitu plasenta. Pembentukan
plasenta dimulai dari kehamilan ke - 8,5 hari (Cunningham, 2006).
2.4. Pengaturan hormonal pada siklus estrus
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) merupakan hormon yang
disintesis di hipotalamus dan disekresikan ke hipofisis anterior melalui vena
porta hipotalamo - hipofisis. Hipofisis anterior tidak mempunyai serabut
saraf sedangkan untuk perlepasan hormonnya dirangsang oleh faktor
hormonal melalui pembuluh darah. Proses sekresi FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (Luitinizing Hormone) akan di pengaruhi oleh GnRH
Sel epitel berkomifikasi
Sel epitel berinti
Leukosit
-
27
dari hipofisis anterior. Hormon FSH dan LH akan merangsang ovarium untuk
mensekresikan hormon estrogen dan progesteron yang akan mempengaruhi siklus
estrus (Gilbert, 2006).
Pada fase proestrus folikel ovarium masih dalam ukuran kecil, maka dari itu
adanya hormon FSH yang disintesis di hipofisa anterior yang menyebabkan sel -
sel glanulose yang terdapat di dalam folikel akan cepat menjadi banyak. Setelah
itu akan terbentuknya ruangan dalam folikel. Folikel ini disebut folikel de graaf.
maka sel - sel granulose di dalam folikel de graaf akan dihasilkan estrogen (Millar
dkk. 2004).
Estrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan epitel vagina dan folikel
ovarium sehingga menjadi matang dan siap untuk ovulasi. Folikel yang telah
matang akan terus memproduksi estrogen, akibatnya estrogen di dalam darah
menjadi tinggi. Kadar estrogen yang tinggi di darah menandakan mencit sedang
dalam keadaan fase estrus dan estrogen ini akan merangasang GnRH untuk
memproduksi LH. Pada tahap berikutnya akibat terus dihasilkannya LH maka
akan mengalami kelonjakan LH yang penting untuk terjadinya ovulasi setelah
oosit II ke luar, maka folikel berubah menjadi korpus luteum yang mampu
menghasilkan progesteron. Progesteron dapat menyebabkan perubahan
endometrium berupa perubahan lapisan endometrium. Lapisan endometrium ini
dipersiapkan untuk terjadinya implantasi. Fase pembentukan ini terjadi pada fase
metestrus (Kanasaki dkk. 2017).
Pada fase terakhir atau diestrus, jika terjadi implantasi peningkatan kadar
progesteron penting untuk pertumbuhan plasenta. Plasenta dapat membentuk
-
28
gonadtropin yang terdapat pada manusia disebut HcG (Human Chorionic
Gonadothropine) yang berfungsi untuk mempertahankan korpus luteum.
Jadi korpus luteum akan mampu memproduksi estrogen dan progesteron
sendiri. Apabila tidak terjadinya implantasi maka tidak terbentuknya
plasenta sehingga kadar progesteron menyebabkan terjadinya pengelupasan
lapisan endometrium.
2.5. Kopulasi dan fertilisasi
Mengingat menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988), bahwa mencit
merupakan hewan yang hanya melakukan kopulasi pada malam hari. Mencit
betina akan mengalami birahi pada pukul 16:00 WIB sampai dengan pukul
22:00 WITA. Kopulasi biasanya terjadi pada tiga jam pertama stadium
estrus, pada stadium ini cairan vagina diubah oleh estrogen yang
mengakibatkan berubahnya substrat metabolik vagina, sehingga mengubah
produksi asam alifatik yang mudah menguap dan menyebabkan perubahan
daya tarik seksual dari tikus betina.
Pada mencit betina terjadinya kopulasi ditandai dengan adanya sumbat
vagina (vaginal plug) yang terdapat pada liang vagina (antara pukas dan
leher uterus). Sumbat vagina merupakan air mani yang menggumpal dari
secret kelenjar prostat tikus jantan dan akan teramati selama 16 sampai 48
jam serta tidak mudah jatuh. Pada tikus, kopulasi berlangsung pada tahap
proestrus akhir Silvia (2011).
-
29
Fertilisasi (pembuahan) adalah suatu proses penyatuan atau peleburan antara
gamet jantan dan gamet betina yang menghasilkan zigot. Apabila terjadinya
kopulasi maka sperma akan bergerak menuju tempat pembuahan. Gerak
antiperistaltik membantu proses pergerakan sperma menuju tempat
pembuahan. Waktu perjalan sperma menuju pembuahan pada mencit selama
± 15 menit. Tempat terjadinya pembuahan yaitu di oviduk bagian ampula.
Terjadinya pembuahan yang mengakibatkan sel telur mampu menyelesaikan
meiosis yang tertuda sampai metaphase II saat ovulasi. Fertilisasi pada
mencit akan terjadi dalam waktu 7 - 10 jam sesudah kopulasi. Setelah itu
embrio akan mencapai stadium blastula dalam waktu 3 - 4,5 hari
Mangkoewidjojo dan Smith (1988).
2.6. Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun, terutama ada atau
tidak ada pengaruh terhadap makhluk hidup. Salah satu unsur toksikologi
adalah suastu sistem biologi yang dapat ditimbulkan oleh zat kimia. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi telah banyak
cara ditemukan untuk menguji status keteratogenikan suatu senyawa, yang
dapat berupa obat – obatan, bahan aditif untuk makanan, bahan pencemar,
pestisida, logam berat, pelarut organik dan gelombang elektromagnetik.
Apabila embrio yang sedang berkembang dan terpapar senyawa tersebut,
maka proses perkembangannya menjadi terganggu Hutaean (2002).
Apabila satu atau kelompok dari sel rusak oleh gangguan toksik masih
memungkinkan bagi sel-sel sekitarnya membelah dan menggantikan posisi
-
30
serta peran sel yang telah rusak. Maka dari itu embrio dapat pulih dan
berkembang tanpa ada efek gangguan, sebaliknya apabila embrio tidak dapat
mentoleransi suatu kerusakan, maka embrio tidak dapat melanjutkan proses
perkembangan dan mengakibatkan kematian (Hutahean, 2002).
Tahap praimplantasi merupakan proses pembelahan blastula hingga
gastrulasi awal. Pada tahap ini efek dari senyawa yang bersifat toksik tidak
menyebabkan kelainan perkembangan, namun jika efek tersebut terjadi pada
tahap organogenesis, maka perkembangan organ dapat terganggu dan
mungkin akan terjadinya kecacatan yang dapat diamati saat lahir, adapun
empat wujud gangguan perkembangan embrio, yaitu kematian, kecacatan,
hambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi (Solomo, 2012).
2.7. Teratogenesis
Teratogenik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat menyebabkan
kecacatan. Kelainan ini merupakan penyebab utama mortalitas pada fetus
yang lahir. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya teratogenik adalah
senyawa kimia, kekurangan giji maupun kondisi stress Bailey (2005).
Mengingat menurut Lu (1995), bahwa mekanisme kerja senyawa kimia
(teratogen) pada hewan uji diantaranya seperti gangguan terhadap asam
nukleat, kurangnya pasokan energi maupun osmolaritas, dan penghambatan
enzim. Pengaruh yang ditimbulkan oleh senyawa teratogen antara lain:
a. Aberasi merupakan kelainan morfologi yang meliputi struktur bagian
luar maupun dalam serta kelainan fungsional misalnya :
-
31
Anomali minor : kelainan pertulangan pada sternum, ekor keriting,
kaki lurus, adanya tulang rusuk tambahan, lidah menonjol, dan kulit
transparan.
Anomali mayor : spina bifida dan hidrosepali akan mengganggu
proses pertumbuhan maupun perkembangan, kesuburan dan panjang
usia hewan.
b. Resorpsi merupakan maniferasi kematian hasil konsepsi
c. Fetus resorpsi
2.8. Malformasi
Pada proses pertumbuhan maupun perkembangan fetus tidak selalu
terbentuk sempurna kadang terjadi penyimpangan ataupun kelainan.
Kelainan yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor genetik ataupun faktor
lingkungan yang meliputi faktor internal maupun eksternal. Teratogen dapat
terjadi karena faktor lingkungan seperti radiasi, ketidak seimbangnya
hormon, induksi ion Hg, Pb, dan kondisi stress (Jelodar dan Rodashtian,
2009).
Salomo (2002), menyatakan bahwa dalam proses pengamatan malformasi
dapat dimulai dari daerah kepala, dengan memperhatikan bentuk dan ukuran
kepala, serta di bagian kepala harus memilki 2 tonjolan mata yang masih
tertutup, 2 lubang hidung dan 2 lubang telinga, tidak lupa mulut dan bibir
harus diamati ukuran maupun bentuknya, selanjutnya mulut dibuka untuk
diamati dan memastikan ada atau tidak adanya celah dilangit – langit mulut
atau sumbing (cleft palate), sedangkan pada tungkai diamati ukuran,
kelengkapan ruas, arah rotasi, siku, telapak dan jemari.
-
32
Jumlah jemari masing – masing memilki 5 serta mengamati terjadi atau
tidaknya suatu kelainan pada jumlah ukuran jari mencit dan ekor diamati
ukuran maupun pembengkokannya.
2.9. Struktur Tulang Belakang Fetus
Saat terjadinya fetus, tulang akan mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang disebut dengan istilah osifikasi. Proses awal terjadinya
osifikasi dengan adanya perubahan jaringan mesenkim pada fetus menjadi
jaringan tulang atau jaringan kartilago yang selanjutnya menjadi jaringan
tulang (Junqueira, Carneiro, dan Kelley, 1998). Osifikasi pada mencit
dimulai pada hari ke 11-17 kehamilan (Rugh, 1968).
Gambar 6. Kerangka mencit (Mus Musculus L.) (Amsel, 2012).
Pada fetus yang normal terdapat 7 tulang servik, 13 tulang thorak, 6 tulang
lumbalis, 6 tulang sakral, dan 2 atau 3 tulang kaudal (Sukandar, Fidrianny,
Garmana, 2008).
Menurut Setyawati (2011), pemberian suatu senyawa yang bersifat
teratogen pada masa organogenesis dapat menyebabkan penghambatan
-
33
pada proses pertumbuhan tulang. Senyawa teratogen yang dapat masuk
melalui plasenta akan menghambat transfer nutrisi dari induk ke fetus serta
menghambat proses metabolisme nutrisi yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan organ fetus itu sendiri termasuk mineral untuk proses
kalsifikasi atau pembentukan tulang. Proses pembentukan tulang sangat
mempengaruhi morfologi fetus.
Apabila ada terjadinya hambatan dalam proses pembentukan tulang maka
dari itu terjadi kelainan pada struktur kerangka seperti memendek dan
memanjangnya tulang. Faktor yang mempengaruhi seperti senyawa toksik
dari bahan alami maupun bahan kimia pada penelitian ini. Kelainan pada
tulang belakang fetus dapat dilihat dan diketahui dari jumlah tulang maupun
pemanjangan atau pemendekan dari tulang belakang Setyawati (2011).
2.10. Resorpsi Mencit
Kematian fetus tidak selalu terjadi pada setiap induk karena kemampuan
metabolisme tubuh makhluk hidup berbeda – beda dari setiap induk.
Diduga bahwa fetus yang mati sejak di dalam kandungan diakibatkan belum
selesainya mengalami perkembangan sehingga memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan fetus yang lahir dalam keadaan hidup. Efek embriotoksik
suatu zat dapat muncul jika terjadi akumulasi pada embrio yang secara
genetik peka terhadap zat tersebut. Terdapat empat menifistasi yang dapat
diketahui dan dilihat apabila fetus tikus terpapar suatu zat embriotoksik,
yaitu resorpsi, pertumbuhan yang melambat, efek fungsional, dan struktur
yang abnormal (Krinke, 2000).
-
34
Resorpsi fetus adalah merupakan salah satu indikasi agen yang bersifat teratogen.
Toksisitas maternal dapat dilakukan evaluasi dari angka morbiditas dan
mortalitas, tanda klinis, pertambahan berat, konsumsi makan dan minum, berat
organ, dan lesi patologis yang terdapat pemberian suatu zat yang diberikan kepada
induk yang akan dipengaruhi perkembangan fetus tikus secara langsung maupun
tidak langsung (Krinke, 2000).
Semakin tinggi tingkatan dosis pada kisaran dosis embriotoksik, maka akan
mengakibatkan suatu respon dengan tingkatannya lebih tinggi, yang
mengakibatkan suatu hambatan pertumbuhan, resorpsi, sampai terjadinya
kematian intrauterine, dan malformasi (Setyawati, 2009).
Gambar 7. Morfologi fetus mencit (a) fetus normal, (b). Fetus kerdil, (c) fetus
resorpsi (Setyawati, 2009).
-
35
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – November 2019 yang
bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Lampung untuk proses pemeliharaan dan perlakuan hewan uji dan untuk
pembuatan ekstrak tanaman suruhan dilakukan di Laboratorium Botani
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
kandang mencit beserta penutup yang terbuat dari kawat sebanyak 20 unit,
gelas ukur, pipet tetes, beaker glass 100 ml, erlenmeyer, corong buchner,
batang pengaduk, mikroskop stereo, timbangan analitik, rotary
evaporator, gunting, pisau, kamera, blender, papan paraffin, sarung
tangan, mangkuk pakan mencit, tempat minum mencit, plastik wrap, sonde
lambung yang dihubungkan dengan alat suntik digunakan untuk proses
pemberian ekstrak secara oral, kertas label, sapatula, dan botol film
sebagai tempat pewarnaan fetus.
-
36
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
20 ekor mencit betina berumur 3 - 4 bulan dengan berat sekitar 30 - 40
gram, sekam padi, pur ayam besar sebagai pakan mencit, tanaman
suruhan, etanol 96%, aquabides, kloroform, kapas, larutan KOH 1%,
larutan alizarin red, metylen blue, gliserin, dan kertas saring.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan. 20
ekor mencit betina dengan berat 30 – 40 gr berumur 2 – 3 bulan dibagi ke
dalam 4 kelompok, yaitu: K(+) (Aquabides), P1 (1,68 mg/g BB), P2 (3,36
mg/g BB), dan P3 (6,72 mg/g BB) ekstrak etanol suruhan.
Gambar 8. Rancangan penelitian
-
37
D. Cara kerja
1. Penyediaan Bahan Uji
Tanaman suruhan segar (Peperomia pellucida [L.] Kunth) diperoleh dari
Dusun IV Sari Rejo Natar , Kecamatan Natar , Lampung Selatan , Provinsi
Lampung, Indonesia. Kriteria tumbuhan yang dipilih atau digunakan yaitu
tumbuhan yang masih segar dan bergerombol, terletak disela - sela batuan
maupun di pohon. Mencit (Mus musculus L.) diperoleh di BPPV Regional
III Lampung. Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus Federer agar data homogen, sebagai berikut: (t-1) (n-
1) ≥ 15 berdasarkan rumus yang dipaparkan, dengan demikian jumlah
mencit betina secara keseluruhan adalah 4 kelompok dengan 5 kali
pengulangan (Sastroasmoro & Ismael, 2008).
2. Proses Kopulasi Mencit
Mencit (Mus musculus L.) diaklimatisasi selama 1 minggu selanjutnya
ditimbang dan diberi label sesuai perlakuan, sore harinya sekitar pukul
16.00 - 17.00 WIB mencit dikawinkan kemudian pada pukul 06.00 - 07.00
WIB dilakukan pemeriksaan apus vagina. Adanya sperma dalam preparat
apusan vagina menandakan telah terjadi kopulasi dan dinyatakan sebagai
hari kebuntingan ke - 0 (Sumarmin dkk. 2000).
-
38
3. Pembuatan Ekstrak Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)
Pembuatan ekstrak etanol tanaman suruhan dapat menggunakan metode
maserasi, yaitu dengan cara merendam simplisia menggunakan etanol 96%
sebagai pelarut karena yang memiliki sifat yang mampu melarutkan hampir
semua zat, baik yang bersifat polar, semipolar, maupun non polar serta
memiliki kemampuan untuk mengendapkan protein yang menghambat kerja
enzim sehingga dapat menghindari proses hidrolisis dan oksidasi (Firtya dkk.
2010; Salamah & Hanifah. 2014).
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi
(Pratiwi, 2010). Tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) di kering
anginkan atau menggunakan alat oven 70º C. Setelah simplisia kering
dilakukan penggilingan menggunakan blender dengan hasil penggilingan yaitu
283,9 gram (Kanedi dkk. 2016). Tanaman suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth) yang telah di hancurkan selanjutnya di masukkan ke dalam beaker
glass 2000 ml lalu dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96 %
diletakkan di tempat yang terhindar dengan cahaya matahari selama 3 x 24
jam hingga diperoleh maserat. Hasil maserasi selanjutnya disaring dengan
menggunakan kertas saring dan diambil filtratnya. Filtrat yang telah
didapatkan akan dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator pada
suhu 50º C (Busman, 2013). Katrin dkk (2014), menyatakan bahwa zat yang
dikatakan toksik apabila menyebabkan kematian pada dosis 5000 mg/kg BB –
9000 mg/kg BB. Menurut Indah dkk (2014) LD50 dari tanaman suruhan pada
mencit betina yaitu 11,87 g/kg BB.
-
39
Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan dosis yang bervariasi dan tidak
melebihi batas letal. Sehingga dosis yang digunakan pada hari ke 6 – 17
kebuntingan yaitu, 40 mg/kg BB, 80 mg/kg BB, dan 160 mg/kg BB. Penelitian ini
menggunakan variasi dosis dengan perbandingan 1:2:4 sehingga didapatkan
dosisnya sebagai berikut:
1. Dosis 1,68 mg/g BB ekstrak etanol suruhan
2. Dosis 3,36 mg/g BB ekstrak etanol suruhan
3. Dosis 6,72 mg/g BB ekstrak etanol suruhan
Jumlah keseluruhan ekstrak tanaman suruhan yang digunakan selama penelitian
yaitu:
P1 = 1,68 x 20 (mencit) x 10 (hari) = 336 mg = 0,336 gram.
P2 = 3,36 x 20 (mencit) x 10 (hari) = 672 mg = 0,672 gram.
P3 = 6,72 x 20 (mencit) x 10 (hari) = 1344 mg = 1,344 gram.
Pemberian ekstrak per-oral mecit = berat mencit x persen pemberian
= 30 gram x 1 %
= 30 gram x 1 𝑚𝑙
100 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,3 ml
= 0,3 ml x 20 (mencit) x 10 hari perlakuan
= 60 ml (pelarut aquabides)
Dosis P1 = ekstrak tanaman suruhan 0,336 gram + 60 ml aquabides
Dosis P2 = ekstrak tanaman suruhan 0,672 gram + 60 ml aquabides
Dosis P3 = ekstrak tanaman suruhan 1,344 gram + 60 ml aquabides
-
40
4. Pengujian Fitokimia Ekstrak Etanol Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth
Prosedur pengujian fitokimia ekstrak etanol tanaman suruhan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Prosedur pengujian fitokimia (Tasmin dkk. 2014).
Jenis uji Perlakuan Indikator
Saponin 0,5 ml sampel + 5 ml aquades ,
kemudian divortex selama 30 detik
Busa
Steroid /
Terpenoid
0,5 ml sampel + 0,5 ml asam asetat
glacial + 0,5 ml H2SO4
Warna sampel akan
berubah menjadi biru
atau ungu
Tanin 1 ml sampel + 3 tetes larutan FeCl3 Warna larutan akan
menjadi hitam kebiruan
Alkaloid 0,5 ml sampel + 5 tetes kloroform +
5 tetes pereaksi Mayer ( 1 g KI
dilarutkan dalam 20 ml aquades dan
ditambahkan 0,271 g HgCl2 hingga
larut )
Warna sampel akan
berubah menjadi larutan
putih kecoklatan
Flavonoid 0,5 ml sampel + 0,5 g serbuk Mg + 5
ml HCl pekat ( ditambahkan tetes
demi tetes )
Warna larutan akan
menjadi merah atau
kuning dan terbentukn