moh. fathurrozi rif’iyatul fahimah ... - al khoziny

14
142 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122 KETERKAITAN AHRUF SAB’AH DAN QIRA’AT SAB’AH Moh. Fathurrozi, Lc, M.Th.I Instititut Agama Islam Al Khoziny Sidoarjo Email: [email protected] Rif’iyatul Fahimah, Lc, M.Th.I Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Email: [email protected] Abstrack: The discussion related to the knowledge of qira'at Al-Qur'an has its own appeal for activists of the study of the knowledge of the Qur'an, not only from insiders but also from outsiders. Even for some outsiders, studies related to qira'at were used as a weapon to spread confusion in the hearts of Muslims. Therefore, the discussion related to qira'at is very important, so that the phenomenon of misunderstanding can be corrected properly. In the knowledge of qira'at, there is the term qira'ah sab'ah which means seven kinds of qira'at or Al-Qur'an recitation which came from the Prophet and was ordained to the scholars who spread it. At the time of the Prophet, the term qira'ah sab'ah did not exist yet. In some hadiths, this is the only term ahruf sab'ah which means seven letters. From here, it seems, the activists of the study of the science of qira'ah try to explore and find the relationship between ahruf sab'ah and qira'ah sab'ah. This article, using a historical approach and comparative descriptive analysis, describes the understanding and brief history of ahruf sab'ah and qira'ah sab'ah and the relationship between the two, so that it is known that the scholars have various opinions regarding this matter. Some claim that the entire qira'at is "one letter" of only seven letters (ahruf sab'ah). Some say that the entire qira'at is a "representation" of the ahruf sab'ah itself. And there are those who state that the entire qira'ah is only a "part" of the ahruf sab'ah. Keyword : Ahruf Sab’ah, qira’at Al-Quran dan qira’at Sab’ah.

Upload: others

Post on 20-Apr-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

142 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

KETERKAITAN AHRUF SAB’AH DAN QIRA’AT SAB’AH

Moh. Fathurrozi, Lc, M.Th.I

Instititut Agama Islam Al Khoziny Sidoarjo

Email: [email protected]

Rif’iyatul Fahimah, Lc, M.Th.I

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Email: [email protected]

Abstrack: The discussion related to the knowledge of qira'at Al-Qur'an has its

own appeal for activists of the study of the knowledge of the Qur'an,

not only from insiders but also from outsiders. Even for some

outsiders, studies related to qira'at were used as a weapon to spread

confusion in the hearts of Muslims. Therefore, the discussion

related to qira'at is very important, so that the phenomenon of

misunderstanding can be corrected properly. In the knowledge of

qira'at, there is the term qira'ah sab'ah which means seven kinds of

qira'at or Al-Qur'an recitation which came from the Prophet and was

ordained to the scholars who spread it. At the time of the Prophet,

the term qira'ah sab'ah did not exist yet. In some hadiths, this is the

only term ahruf sab'ah which means seven letters. From here, it

seems, the activists of the study of the science of qira'ah try to

explore and find the relationship between ahruf sab'ah and qira'ah

sab'ah. This article, using a historical approach and comparative

descriptive analysis, describes the understanding and brief history of

ahruf sab'ah and qira'ah sab'ah and the relationship between the two,

so that it is known that the scholars have various opinions regarding

this matter. Some claim that the entire qira'at is "one letter" of only

seven letters (ahruf sab'ah). Some say that the entire qira'at is a

"representation" of the ahruf sab'ah itself. And there are those who

state that the entire qira'ah is only a "part" of the ahruf sab'ah.

Keyword : Ahruf Sab’ah, qira’at Al-Quran dan qira’at Sab’ah.

Page 2: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

143 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

PENDAHULUAN

Al-Quran diturunkan menggunakan bahasa Arab. Dalam

mengungkapkan bahasanya, bangsa Arab menggunakan banyak dialek

(lahjah) yang memiliki karakter yang berbeda-beda karena berasal dari

bermacam-macam kabilah. Kendati demikian, perbedaan dialek mereka tidak

merubah bahwa bahasa mereka disebut sebagai bahasa Arab.1 Setiap kabilah

memiliki cara dan model pengucapan khusus yang tidak dimiliki oleh kabilah

lain, hanya saja bahasa kabilah Quraisy lebih unggul di antara kabilah yang

lain karena memiliki faktor-faktor pendukung yang menyebabkan bahasa

mereka diunggulkan, antara lain karena mereka menjaga Baitullah, menjamu

para jama’ah haji, memakmurkan Masjid al-Haram dan menguasai

perdagangan.2

Abdul Mun’im menyatakan bahwa perbedaan dialek yang terjadi pada

Bangsa Arab disebabkan oleh sikap fanatisme (ta’ashshub) terhadap kabilah

masing-masing. Setiap kabilah memiliki kebiasaan (adat) sendiri, dialek

sendiri dan seterusnya. Terlebih tidak ada sebuah institusi yang bisa

menghimpun, melebur dan menyatukan kabilah-kabilah ini dalam lingkaran

negara. Bahkan, meskipun terdapat negara yang bisa menyatukan dan

melebur mereka, karakteristik dari setiap kabilah yang berkaitan dengan

aspek dialek dan kebiasaan (adat) tidak akan bisa hilang hanya dengan

membai’atkan diri terhadap negara tersebut.3

Pada mulanya, sebagian ayat Al-Quran diturunkan dalam dialek

Quraisy. Ketika masyarakat Arab-- yang terpolarisasi dalam kesukuan dan

kabilah-- berbondong-bondong masuk agama Islam, mereka tetap

menggunakan bahasa (dialek) kabilah masing-masing dan tidak

menggunakan (dialek) bahasa Quraisy4 sebab merasa sukar dan kesulitan

dalam menyerap dan mengucapkan bahasa dari kabilah lain. Kesulitan

pengucapan ini juga terjadi pada pengucapan ayat-ayat Al-Quran yang saat

itu berdialek Quraisy. Dengan keberadaan kesulitan inilah, Nabi Muhammad

memohon kepada Allah supaya diberikan keringanan dalam membacakan Al-

Quran sesuai dengan bahasa dan dialek mereka, dengan tujuan untuk

1 Abd al-Mun’in al-Namr, Ulum al-Quran al-Karim (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishri, 1983),

127 2 Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahis fi Ulum al-Quran, (Kairo: Maktabah al-Ma’arif li al-

Nasyar wa al-Tauzi’), 156. 3 Abd al-Mun’in al-Namr, Ulum al-Quran al-Karim, 127 4 ‘Abd al-Fattah Abu Sinnah, Ulum al-Quran (Kairo: Dar al-Syaruq, 1995), 54.

Page 3: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

144 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

mempermudah. Maka sejak saat itulah, Allah mengizinkan Nabi Muhammad

untuk membacakan kepada mereka dengan ahruf sab’ah.

Fenomena turunnya Al-Qur’an sebagai mukjizat teragung yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., dengan tujuh huruf atau “ahruf

sab’ah” bagaikan sebuah magnet yang menarik banyak kalangan untuk

mengkaji, meneliti dan memahami kandungan-kandungan yang terdapat di

dalamnya. Keberadaannya yang sangat urgen dalam sejarah Al-Qur’an

mendorong banyak kalangan, baik dari kalangan insider; para intelektual

muslim ataupun dari kalangan outsider; orientalis untuk mempelajari dan

mendalami hakikat ahruf sab’ah ini.

Terdapat banyak pendapat tentang ahruf sab’ah, bahkan Imam Al-

Suyuthi menyatakan bahwa pendapat ulama terkait hal ini mencapai empat

puluh pendapat. Kajian ini menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan

intelektual kendati termasuk kategori kajian yang cukup sulit dan cenderung

membahayakan. Dikatakan sulit karena setiap pembahasan membutuhkan

ketelitian dan konsentrasi dalam memilah dan memilih pendapat. Dikatakan

bahaya karena menyangkut sejarah Al-Qur’an dan teks Al-Qur’an itu sendiri,

karena kesalahan dan kesalahpahaman dalam pembahasan ini akan berakibat

fatal dan menjadi senjata ampuh bagi musuh-musuh Islam untuk

melemahkan kajian Islam secara umum dan ilmu Al-Qur’an secara khusus.

Dengan demikian, tidak berlebihan jika Imam Al-Zurqani mengatakan dalam

karya-nya “Manahil Irfan fi Ulum Al-Quran”5 “Pembahasan ini sulit karena

dapat memunculkan berbagai pendapat sehingga terbesit dalam hati sebagian

ulama bahwa pembahasan ahruf sab’ah ini sulit difahami, dan kesalahan

dalam pembahasan ini akan membuka pintu bagi musuh-musuh Islam untuk

melontarkan kritik negatif terhadap Al-Qur’an”.

Di sisi lain, terdapat kajian qira’at Al-Qur’an yang secara khusus

mengkaji tentang tata cara melafalkan Al-Quran, cara penyampaiannya dan

perbedaannya yang dinisbatkan kepada penukilnya. Kajian ini memiliki

kaitan yang erat dengan dialek masyarakat Arab, yang notabene memiliki

karakter dan dialek yang berbeda-beda. Lantas, apa hubungan ahruf sab’ah

dengan qira’at sab’ah?.

5 Al-Zurqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an, Kairo: Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, tt,

hal 137-138.

Page 4: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

145 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

DEFINISI AHRUF SAB’AH

Secara etimologis, kata ahruf sab’ah tersusun dari dua kata, ahruf dan

sab’ah. Kata ahruf merupakan jamak dari kata huruf. Menurut Fairuz Abadi

dalam bukunya, Al-Qamus, menjelaskan bahwa kata huruf mempunyai

banyak arti, antara lain berarti ujung, batasan dan salah satu bagian dari huruf

hijaiyah. Menurut ulama nahwu, huruf adalah kata yang mempunyai makna

tapi bukan terdiri dari fi’il maupun isim. Seperti firman Allah:

6حرف ىعل الله يعبد من الناس ومن

Kata huruf dalam ayat di atas memiliki arti “satu wajah” (satu arah), yang

artinya: dia menyembah-Nya ketika dalam keadaan bahagia bukan pada saat

keadaan kesulitan7.

Kata huruf berarti segala sesuatu yang berada pada sisi, tepi atau ujung.

Klasifikasi penggunaan kata huruf sebagai berikut :

1. Huruf adalah sesuatu yang umum, seperti harf Quraisy, harf Tsaqif.

2. Huruf adalah sisi/tepi, seperti kisah Nabi Musa dengan Khidhir :

نقص ما وسىم يا الخضر فقال البحر فى نقرتين أو نقرة فنقر السفينة حرف علي فوقع عصفور فجاء البحر فى العصفور هذا كنقرة إلا الله علم من وعلمك علمى

“Kemudian datang seekor burung yang berdiri di tepi perahu, burung

tersebut mematuk dengan sekali atau dua kali patukan ke laut, Khidhir

berkata: Wahai Musa, tidaklah berkurang ilmuku dan ilmumu yang berasal

dari ilmu Allah kecuali hanya seperti patukan yang dilakukan burung

tersebut di laut”

3. Huruf berarti corak dari beragam corak Qira’at, seperti Qira’ah Ibnu

mas’ud.

4. Huruf bisa berarti bentuk dari berbagai bentuk makna, seperti:

أحرف سبعة على القران أنزل

Sedangkan kata “sab’ah” yang secara harfiyah berarti “tujuh”, menurut Al-

Qadhi Iyadh dan orang-orang yang mengikutinya, dalam hal qira’at berarti

bentuk bilangan yang menunjukkan arti mubalaghah (berlebihan/banyak)

karena kabilah-kabilah orang Arab berjumlah lebih dari tujuh.8 Seperti halnya

dalam istilah Indonesia “pintu seribu (lawang sewu)” yang berarti pintu yang

berjumlah “banyak”, meskipun faktanya pintu tersebut tidak berjumlah

seribu.

6 Al-Quran, 22: 11. 7 Al-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi Ulum al-Quran…,155. 8 Abdurrahman bin Ibrahim Al-Matrudi, Al-Ahruf al-Qur’aniyah Al-Sab’ah , (Riyadh: Dar-

‘Alim Al-Kutub,1991) 9-10.

Page 5: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

146 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

Secara terminologis, para ulama berbeda pendapat tentang pengertian ahruf

sab’ah. Imam Jalaluddin al-Suyuti mengungkapkan bahwa perbedaan

tersebut sampai berjumlah empat puluh. Beliaupun mengutip perkataan Ibnu

Sa’dan al-Nahwi bahwa kata “ahruf” tidak diketahui maknanya secara pasti,

karena kata huruf secara etimologis bisa berarti huruf hija’iyah, kata, makna

dan arah9.

Dari beberapa pendapat ulama tentang pengertian ahruf sab’ah dapat

disimpulkan bahwa perbedaan tersebut tidak keluar dari tiga pendapat:10

1. Pendapat pertama mengutarakan bahwa ahruf sab’ah berhubungan

dengan variasi makna bukan pada lafadz. Pendapat ini terbagi menjadi dua

kelompok.

Kelompok pertama diwakili oleh banyak ulama dari berbagai disiplin

ilmu. Mereka berusaha menggugurkan hadis-hadis tentang ahruf sab’ah

dan meletakkannya bukan pada pembahasan yang semestinya. Pendapat

ini tidak didukung oleh bukti-bukti yang otentik (naql) sebagaimana

mereka tidak menyandarkan pendapatnya pada pembahasan secara ilmiah.

Walau ini merupakan dua puluh dari empat puluh pendapat ulama tentang

ahruf sab’ah, namun pendapat ini ditolak oleh sebagian besar para ulama.

Pendapat ini diwakili oleh:

Pertama, ahli bahasa: mereka berpendapat bahwa yang dimaksud

dengan ahruf sab’ah adalah al-Hadhf (membuang huruf), al-Shilah

(menyambung huruf), al-Taqdim (mendahulukan kata), al-Ta’khir

(mengakhirkan kata) al-Qalb (mengganti huruf), al-Isti’arah (peminjaman

kata), al-Tikrar (pengulangan kata), al-Kinayah (sindiran), al-Haqiqah, al-

Majaz, al-Mujmal (global), al-Mufassir (penjelas) al-Dhahir (yang

tampak) dan al-Gharib (yang asing).

Kedua, ahli aqidah: mereka berpendapat bahwa yang dimaksud

dengan ahruf al-Sab’ah adalah ilmu Isbat wa al-Ijad (ilmu pengetahuan

tentang penetapan Allah), ilmu Tauhid wa al-Tanzih (ilmu pengetahuan

tentang ke-esaan dan kesucian Allah), ilmu Shifat al-Dhat (ilmu

pengetahuan tentang dzat Allah), ilmu Shifat al-Fi’li (ilmu pengetahuan

tentang sifat perbuatan Allah), ilmu Shifat al-‘Afwi wa al-‘Adhab (ilmu

pengetahuan tentang sifat-sifat ampunan dan siksaan Allah) ilmu al-Hasyr

dan al-Hisab (ilmu pengetahuan tentang pengumpulan di hari kiamat dan

9 Jalaluddin al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Quran (Kairo: Maktabah Dar al-Turats, 2007),

237. 10 Amal Khamis Hammad, “Tafsi>r al-Quran bi al-Qira’at al-Quraniyat al-Ashr min Khilal Suwar: al-Isra’ wa al-Kahfi wa Maryam” (Tesis--Universitas al-Jami’ah al-Islamiah,

Madinah, 2006 M) 9-10.

Page 6: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

147 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

ilmu tentang hisab), dan ilmu al-Nubuwwat wa al-Imamat (ilmu

pengetahuan tentang nabi-nabi dan imam).

Kelompok kedua berpandangan bahwa yang dimaksud dengan ahruf

sab’ah adalah tujuh aspek hukum yang terdapat dalam al-Qur’an, yaitu:

perintah, larangan, janji, ancaman, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan

amtsal.Kelompok ini bersandar pada beberapa hadis Nabi. Sebagian ulama

menolak pendapat ini dan men-daif-kan hadis-hadis yang dikemukakan.

Manna’ al-Qaththan berkata: Hadis tentang ahruf sab’ah

menunjukkan bahwa satu kata boleh dibaca dengan dua atau tiga wajah

bahkan sampai tujuh karena merupakan bentuk kemurahan dan keluasan

Allah kepada umat-Nya. Namun perlu dipahami, bahwa dalam satu perkara

tidak mungkin memiliki dua arti yang kontadiktif seperti halal dan haram

dalam satu ayat. Keluasan Allah ini tidak berlaku pada halal dan haram,

menghalalkan yang haram ataupun sebaliknya, bukan pada perubahan

sesuatu dalam makna-makna yang telah disebutkan.11

2. Pendapat ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan ahruf sab’ah

adalah tujuh wajah yang dapat berubah-ubah. Pendapat ini merupakan

pendapatnya imam al-Razi yang didukung oleh banyak madzhab dan

kelompok, seperti, Ibnu Qutaibah, al-Qadhi Ibnu al-Thayyib, Abu al-Fadl

al-Razi, Ibnu al-Jazari dll, dan dikuatkan oleh pendapat para ulama

muta’akhirin, semisal al-Zurqani dan Shubhi Shaleh.

Pendapat ini mengutarakan bahwa yang dimaksud dengan ahruf

sab’ah adalah tidak keluar dari tujuh wajah:

a. Perbedaan yang berkenaan dengan ragam isim, seperti mufrad,

tatsniah, jamak, mudhakkar dan mu’annats.

b. Perubahan yang berkenaan dengan ragam fi’il, seperti madhi,

mudhari’ dan amr.

c. Perbedaan yang berkenaan dengan wajah-wajah I’rab.

d. Perbedaan yang berkenaan dengan Naqsh (pengurangan huruf)

dan Ziyadah (penambahan huruf).

e. Perbedaan yang berkenaan dengan taqdim (mendahulukan

kata) dan ta’khir (mengakhirkan kata).

f. Perbedaan yang berkenaan dengan ibdal (pergantian huruf).

g. Perbedaan yang berkenaan dengan lahjah (dialek) seperti,

membaca fathah, imalah, tafkhim, idhhar, idgham dll.

11 Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Quran…, 164.

Page 7: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

148 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

b. Pendapat ini berpandangan bahwa yang dimaksud dengan

ahruf sab’ah adalah tujuh bahasa dari bahasa Arab. Pendapat

ini terbagi menjadi dua kelompok:

Kelompok pertama, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ahruf

sab’ah adalah tujuh bahasa dari bahasa Arab yang terkenal, seperti kata

yang memiliki perbedaan lafadz namun memiliki satu makna dan tidak

kontradiktif. Seperti contoh:

.وقربي قصدي، نحوي، إلي، اقبل، تعال، هلم،

Ketujuh kata ini, memiliki ungkapan/lafadz yang berbeda-beda namun

memiliki satu arti yang sama, yaitu memohon sambutan. Pendapat ini

diwakili oleh mayoritas ulama seperti al-Thabari, al-Qurthubi, para ahli

fiqh dan hadis.

Kelompok kedua, berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan atas

tujuh bahasa yang berbeda-beda. Sebagian diturunkan dengan bahasa

Quraish, bahasa Hudhail, bahasa Hawazin, bahasa Yaman. ahruf sab’ah

berserakan di dalam bahasa-bahasa tersebut.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, barangkali yang dimaksud

dengan ahruf sab’ah adalah: tujuh bahasa dari bahasa Arab yang

memiliki aspek perbedaan dari segi lafadz tetapi tidak berbeda dari segi

makna, begitu pula perbedaan dalam ihwal pengucapan, ungkapan dan

penyampaian.

HADIS TENTANG AHRUF SAB’AH

Sumber utama dalam perdebatan ulama tentang ahruf sab’ah yang

kemudian melahirkan qira’at atau bacaan yang banyak adalah hadis Nabi

yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi, baik dari kitab shahih Bukhari,

shahih Muslim atau yang lainnya. Para ulama mencatat bahwa hadis yang

menjelaskan tentang ahruf sab’ah banyak diriwayatkan oleh para sahabat12.

Dalam kitab “al-Madkhal Ii Dirasat Al-Qur’an Al-Karim” karya Abu

Syahbah menjelaskan bahwa sahabat yang meriwayatkan hadis tentang ahruf

sab’ah ini di antaranya adalah: Ubay bin Ka’ab, Anas bin Malik, Hudzaifah

Ibnu Yaman, Zaid bin Arqam, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Abdurrahman bin

Auf, Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Muadz bin Jabal, Abu Said Al-

Khudri, Abu Talhah al-Ansari, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, hadis-hadis

yang menjelaskan tentang ahruf sab’ah dan ragam bacaan al-Qur’an oleh

pakar hadis dinilai sebagai hadis yang shahih dan dapat dipertanggung

12 Jalaluddi>n al-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Quran,..

Page 8: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

149 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

jawabkan kehujjahannya, baik dari segi matan hadis maupun dari segi

perawinya.

Berikut adalah sebagian dari redaksi hadis tentang ahruf sab’ah:

، حدثني :قال ع فير، بن سعيد ناحدث ع روة حدثني :قال شهاب، ابن عن ع قيل، حدثني :قال الليث بير، بن حمن وعبد مخرمة، بن المسور أن الز ، عبد بن الر ما حدثاه القاري بن ع مر اسمع أنه

رس ول حياة في الف رقان س ورة يقرأ حزام، بن حكيم بن هشام سمعت :يق ول الخطاب، صلى اللوف على يقرأ ه و فإذا لقراءته، فاستمعت وسلم، عليه الله ر رس ول ئنيهاي قر لم كثيرة، ح صلى الله فكدت وسلم، عليه الله لاة، في أ ساور أقرأك من :فق لت بردائه، فلببت ه سلم، حتى فتصبرت الص

رس ول أقرأنيها :قال ؟ تقرأ سمعت ك التي السورة هذه فإن كذبت، :فق لت وسلم، عليه الله صلى الل رس ول رس ول إلى أق ود ه به فانطلقت قرأت، ما غير على أقرأنيها قد وسلم عليه الله صلى الل اللوف على الف رقان بس ورة يقرأ هذا سمعت إن ي :فق لت وسلم، عليه الله صلى ر فقال ت قرئنيها، لم ح رس ول فقال يقرأ ، سمعت ه التي القراءة عليه فقرأ هشام ، يا اقرأ أرسله ، :وسلم عليه الله صلى اللا رس ول أقرأني، التي القراءة فقرأت ع مر، يا اقرأ :قال ث م أ نزلت، كذلك :وسلم عليه الله صلى لل

رس ول فقال ف، ةسبع على أ نزل الق رآن هذا إن أ نزلت كذلك :وسلم عليه الله صلى الل أحر

وا 13.منه تيسر ما فاقرء

Artinya: “Aku (Umar) mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-

Furqan ketika Rasulullah masih hidup dan aku memperhatikan bacaannya.

Tiba-tiba dia membaca dengan huruf yang belum pernah aku dengar dari oleh

Rasulullah, hal ini membuatku geram ingin segera melabraknya saat itu juga,

namun aku berusaha sabar menunggunya hingga usai shalat. Setelah salam,

kutarik surbannya seraya bertanya: “Siapakah yang telah mengajarkan

qira’at/bacaan surat yang kamu baca tadi?”. Dia menjawab: “Rasulullah

membacakannya kepadaku”. Akupun berkata: “Kau berbohong,

sesungguhnya Rasulullah mengajarkanku qira’at/bacaan surat tersebut tidak

seperti yang kau baca”. Lantas kuajak dia menghadap Rasulullah dan

kusampaikan kepada beliau: “Saya mendengar dia membaca surat al-Furqan

dengan beberapa huruf yang tidak engkau ajarkan kepadaku”. Rasulullah

menyuruh Umar melepaskan Hisyam dan menyuruhnya membaca. “Bacalah,

wahai Hisyam”. Maka dia membaca sebagaimana yang aku dengar tadi.

Kemudian Rasulullah bersabda: “Demikian (qira’at/bacaan) surat tersebut

diturunkan”. Setelah itu, Nabipun menyuruhku membaca. “Bacalah, wahai

Umar”. Maka aku membaca sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.

Rasulullahpun bersabda: “Demikian pula (qira’at/bacaan) surat tersebut

13 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (t.t: Dar Thuq al-Najah, t.th), 184.

Page 9: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

150 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

diturunkan. Sesungguhnya Al-Quran diturunkan atas tujuh huruf, maka

bacalah apa yang mudah darinya (pilihlah yang mudah di antaranya)”.

، حدثني :قال ع فير، بن سعيد حدثنا ع بيد حدثني :قال ،شهاب ابن عن ع قيل، حدثني :قال الليث

، عبد بن الل عبد أن الل ما، الل رضي عباس بن الل رس ول أن :حدثه عنه عليه الله صلى الل

سبعة إلى انتهى حتى ويزيد ني أستزيد ه أزل فلم فراجعت ه ، حرف على جبريل أقرأني :قال وسلم

ف 14 أحر

Artinya: “Abdullah bin Abbas berkata: Rasulullah bersabda: “Jibril

mengajarkanku satu huruf (bentuk bacaan) dan aku mengulang-ulangnya,

kemudian aku memohon untuk menambahkan (mengajarkan) huruf lain dan

ia bersedia menambah (mengajarkan) huruf yang lain hingga sampai tujuh

huruf”.

وسى بن الحسن حدثنا :قال منيع بن أحمد حدثنا ، حدثنا :قال م بن زر عن عاصم، عن شيبان

بيش، عن ح بي رس ول لقي :قال عب،ك بن أ إن ي جبريل يا :فقال جبريل، وسلم عليه الل صلى الل

ة إلى ب عثت ي ين أ م م :أ م ، منه وز ، والشيخ العج ل والجارية ، والغ لام ، الكبير ج اباكت يقرأ لم الذي والر

د يا :قال قط، حم ف سبعة على أ نزل الق رآن إن م أحر 15

Artinya: “Ubay bin Ka’ab bercerita bahwa Rasulullah bertemu dengan Jibril

dan berkata: “Wahai Jibril, sesungguhnya aku diutus kepada umat yang

ummi, sebagian dari mereka ada yang telah renta, umur yang tua, ada anak

kecil, budak dan orang yang tidak bisa membaca tulisan sama sekali. Jibril

berkata: “Wahai, Muhammad, sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan atas

tujuh huruf”.

ثنى، ابن وحدثناه ح ش عبة، عن غ ندر، احدثن شيبة، أبي بن بكر أب و وحدثنا قال بشار، وابن الم ثنى ابن د حدثنا :الم حم جاهد، عن الحكم، عن ش عبة ، حدثنا جعفر، بن م عن ليلى، أبي ابن عن م

بي عليه جبريل فأتاه :قال غفار، بني أضاة عند كان وسلم عليه الله صلى نبيال أن كعب، بن أ

ك الله إن :فقال السلام ، ر ت ك تقرأ أن يأم عافاته الله أسأل :فقال حرف، على الق رآن أ م ،ومغفرته م تي وإن ك الله إن :فقال الثانية، أتاه ث م ، ذلك ت طيق لا أ م ر ت ك تقرأ أن يأم ، حرفين على الق رآن أ م

عافاته الله أسأل :فقال تي وإن ومغفرته ، م ك الله إن :فقال الثالثة، جاءه ث م ذلك، ت طيق لا أ م ر يأم

ت ك تقرأ أن ف، ثلاثة على الق رآن أ م عافاته الله أسأل :فقال أحر تي وإن ومغفرته ، م ت طيق لا أ م

14 Ibid., 184. 15 Al-Turmudhi, Sunan al-Turmudhi (Mesir: Maktabah Mushthafa al-Babi al-Halibi, 1975),

194.

Page 10: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

151 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

ابعة، جاءه ث م ذلك، ر الله إن :فقال الر ت ك تقرأ أن كيأم ف، سبعة على الق رآن أ م حرف فأيما أحر

وا أصاب وا فقد عليه قرء 16

Artinya: “Ubay bin Ka’ab menjelaskan bahwa ketika Nabi berada di dekat

parit Bani Ghifar, beliau di datangi oleh Jibril seraya mengatakan:

“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu supaya membacakan Al-Quran

kepada umatmu dengan satu huruf. Beliau menjawab: “Aku memohon

kepada Allah ampunan dan maghfirah-Nya, karena umatku tidak dapat

melaksanakan perintah itu. Kemudian Jibril datang lagi untuk kedua kalinya

dan berkata: “Allah memerintahkanmu membacakan Al-Quran kepada

umatmu dengan dua huruf. Nabi menjawab: “Aku memohon kepada Allah

ampunan dan maghfirah-Nya, karena umatku tidak kuat melaksanakannya.

Jibril datang lagi untuk ketiga kalinya dan berkata: “Allah memerintahkanmu

membacakan Al-Quran kepada umatmu dengan tiga huruf”. Nabi menjawab:

“Aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirah-Nya, karena umatku

tidak kuat melaksanakannya. Kemudian Jibril dating lagi untuk keempat

kalinya dan berkata: ““Allah memerintahkanmu membacakan Al-Quran

kepada umatmu dengan tujuh huruf, dengan huruf mana saja mereka

membaca, mereka tetap benar”.

HUBUNGAN AHRUF SAB’AH DENGAN QIRA’AT SAB’AH Qira’at sab’ah merupakan bacaan Al-Qur’an yang memiliki

transmisi sanad yang sangat jelas dan shahih kepada Rasulullah. Bacaan ini

merupakan hasil penyeleksian dan penelitian para imam qira’at terhadap

bacaan Al-Qur’an, kemudian hasil dari penyeleksian dan penelitian tersebut

dijaga, dilestarikan dan diajarkan kepada masyarakat pada suatu tempat,

hingga kemudian bacaan tersebut dinisbatkan kepada para imam qira’at yang

mengajarkan. Orang yang pertama kali melakukan kodifikasi qira’at

sab’ah atau imam qira’at sab’ah adalah Imam Mujahid dalam kitabnya

“Kitab al-Sab’ah”. Hasil kodifikasinya ini mendapatkan respon yang sangat

baik dari kalangan masyarakat maupun para intelektual muslim saat itu,

terlepas dari faktor ekonomi dan politik.

Tidak sedikit orang menyangka bahwa yang dimaksud dengan qira’at sab’ah

adalah ahruf sab’ah. Faktor utama munculnya persangkaan ini adalah karena

Ibnu Mujahid memilih untuk membahas tujuh imam qira’at dalam kitabnya,

yang jumlahnya sama dengan jumlah ahruf sab’ah. Apalagi pada suatu

kesempatan para ulama menggunakan kata huruf dalam studi qira’at. Seperti

16 Imam Muslim, Sahih Muslim (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, t.th) 562.

Page 11: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

152 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

perkataan: “Bacalah dengan huruf Nafi’ atau bacalah dengan huruf Ibnu

Katsir”, maka yang demikian ini menimbukan kuatnya persangkaan bahwa

qira’at Al-Quran adalah ahruf sab’ah.17

Dari pemaparan di atas, terdapat pertanyaan terkait hubungan antara qira’at

dan ahruf sab’ah sebagai berikut: Apakah qira’at sab’ah adalah ahruf sab’ah

itu sendiri atau hanya bagian dari ahruf sab’ah?.

Ada beberapa pendapat perihal hubungan antara qira’at sab’ah dan

ahruf sab’ah. Pendapat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

1. Kelompok ini mengungkapkan bahwa tujuh qira’at ditambah tiga

qira’at yang lain, sehingga menjadi sepuluh qira’at, qira’at Hasa al-

Bashri, al-Yazidi dan yang lainnya, merupakan “satu huruf” dari tujuh

huruf yang terdapat dalam al-Qur’an. Ia adalah huruf yang ditulis oleh

Sahabat Utsman dalam mushafnya yang kemudian disebarkan ke

seluruh penjuru Negeri Islam.

Pendapat ini dikemukakan oleh sekelompok ulama yang dipelopori

oleh Ibnu Jarir al-Thabari yang mengatakan: “Bukanlah yang dibaca

oleh orang muslim saat ini kecuali satu huruf yang dipilih oleh imam

qira’at, bukan enam huruf yang tersisa”.18

2. Kelompok ini diwakili oleh ahli kalam dan ahli qurra’ yang

mengungkapkan bahwa qira’at, baik yang tujuh, sepuluh ataupun

yang lainnya adalah secara keseluruhan merupakan “representasi”

dari ahruf sab’ah yang terdapat dalam al-Quran. Bahkan sebagian

mereka berpendapat bahwa ahruf sab’ah terus dinukil secara

mutawatir sampai sekarang.

Kelompok ini ber-hujjah bahwa tidak diperbolehkan bagi umat Islam

meninggalkan sedikitpun dari ahruf sab’ah, jika hal tersebut

ditinggalkan, maka seluruh umat ini telah bersalah.19

3. Kelompok ini berpendapat bahwa qira’at merupakan “bagian” dari

ahruf sab’ah yang terdapat dalam al-Quran. Pendapat ini didukung

oleh beberapa ulama, di antaranya adalah: Makki bin Abi Thalib dan

Ibnu al-Jazari.

Sehubungan dengan hal tersebut, Imam Makki bin Abi Thalib

mengatakan bahwa seluruh ragam qira’at yang dibaca pada saat ini,

17 Amal Khamis Hammad, “Tafsir al-Quran bi al-Qira’at al-Quraniyat al-Ashr…,15. 18 ‘Amal Khamis Hammad, Tafsir al-Quran bi al-Qira’at al-Quraniyat al-Ashr, 16. 19 Ibid., 17.

Page 12: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

153 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

dan shahih periwayatannya dari para imam qira’at adalah bagian dari

ahruf sab’ah yang terdapat dalam al-Quran.

Senada dengan pendapat ini, Sya’ban Muhammad Ismail

mengungkapkan bahwa qira’at yang kita baca saat ini, baik qira’at

sab’ah, asyrah maupun qira’at syadz adalah bagian dari ahruf sab’ah.

Sebagian dari ahruf sab’ah telah dinasakh pada saat wahyu terakhir

diturunkan oleh Jibril kepada Nabi pada bulan Ramadhan tahun

terakhir dari masa hidup Nabi.20

KESIMPULAN.

Dari beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian ahruf sab’ah.

Pendapat ini dikelompokkan ke dalam dua pendapat:

a. Pendapat pertama mengutarakan bahwa ahruf sab’ah

berhubungan dengan variasi makna bukan pada lafadz.

b. Pendapat kedua beranggapan bahwa yang dimaksud dengan ahruf

sab’ah adalah tujuh wajah yang dapat berubah-ubah.

2. Qira’at sab’ah adalah bacaan para imam qira’at sab’ah (tujuh) yang

memiliki standart transmisi yang shahih dan mutawatir hingga sampai

kepada Rasulullah.

3. Hubungan antara ahruf sab’ah dan qira’at sab’ah adalah hubungan

khusus dan umum. Qira’at sab’ah merupakan bagian dari ahruf

sab’ah, sedangkan ahruf sab’ah merupakan pioner utama munculnya

qira’at sab’ah. Dalam hal ini ulama mengklasifikasi hubungan ini ke

dalam beberapa pendapat:

a. Kelompok ini mengungkapkan bahwa tujuh qira’at ditambah

dengan tiga qira’at lain, sehingga menjadi sepuluh qira’at,

qira’at Hasan al-Bashri, al-Yazidi dan yang lainnya, tidak lain

adalah “satu huruf” dari tujuh huruf yang terdapat dalam al-

Quran. Ia adalah huruf yang ditulis oleh Sahabat Utsman dalam

mushafnya yang kemudian disebarkan ke seluruh penjuru

Negeri Islam.

b. Kelompok ahli kalam dan ahli qurra’ yang mengungkapkan

bahwa qira’at, baik yang tujuh, sepuluh ataupun yang lainnya

secara keseluruhan adalah “representasi” dari ahruf sab’ah yang

terdapat dalam al-Quran. Bahkan sebagian mereka berpendapat

20 Muhammad Sya’ban Ismail, al-Qira’at Ahkamuha wa Mashdaruha (Kairo: Dar al-Salam,

2008), 51.

Page 13: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

154 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

bahwa ahruf sab’ah terus dinukil secara mutawatir sampai

sekarang.

c. Kelompok ini berpendapat bahwa qira’at merupakan “bagian”

dari ahruf sab’ah yang terdapat dalam al-Quran. Pendapat ini

didukung oleh beberapa ulama, di antaranya adalah: Makki bin

Abi Thalib dan Ibnu al-Jazari.

Page 14: Moh. Fathurrozi Rif’iyatul Fahimah ... - Al Khoziny

Moh. Fathurrozi & Rif’iyatul Fahimah Keterkaitan Ahruf Sab’ah

155 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume III Nomor 2 September 2020 e-ISSN 2620-5122

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Adzim Abdurrahman bin Ibrahim Al-Matrudi, Al-Ahruf al-Qur’aniyah Al-Sab’ah. Riyadh: Dar-‘Alim Al-Kutub,1991.

Abd al-Mun’in al-Namr, Ulum al-Quran al-Karim. Kairo: Dar al-Kitab al-

Mishri, 1983.

Abd al-Fattah Abu Sinnah, Ulum al-Quran. Kairo: Dar al-Syaruq, 1995.

Amal Khamis Hammad, “Tafsi>r al-Quran bi al-Qira’at al-Quraniyat al-Ashr min Khilal Suwar: al-Isra’ wa al-Kahfi wa Maryam” . Tesis--Universitas al-

Jami’ah al-Islamiah, Madinah, 2006.

Al-Zurqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an, Kairo: Dar Ihya Al-Kutub Al-

Arabiyah, tt.

Jalaluddin al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Quran. Kairo: Maktabah Dar al-

Turats, 2007.

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari. t.t: Dar Thuq al-Najah, t.th.

Al-Turmudhi, Sunan al-Turmudhi. Mesir: Maktabah Mushthafa al-Babi al-

Halibi, 1975.

Imam Muslim, Sahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, t.th.

Muhammad Sya’ban Ismail, al-Qira’at Ahkamuha wa Mashdaruha. Kairo:

Dar al-Salam, 2008.

Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahis fi Ulum al-Quran, (Kairo: Maktabah

al-Ma’arif li al-Nasyar wa al-Tauzi’, 2000.