modul-sl-blok2.3-mahasiswa.pdf

67
1 PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS (SKILL LABORATORY) BLOK 2.3 (DASAR-DASAR PATOLOGI) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN AJARAN 2014/2015

Upload: rahma-rm

Post on 08-Jul-2016

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

1

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS

(SKILL LABORATORY)

BLOK 2.3 (DASAR-DASAR PATOLOGI)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2014/2015

Page 2: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

2

KONTRIBUTOR

KOORDINATOR BLOK : dr. Nindya Aryanti, M.Med.Ed

SEKRETARIS BLOK : dr. Emiyati

TIM BLOK : dr. Frizky Arlind

dr. Siska Nurlela

STUDENT CENTER TEACHING: Bagian Ilmu Penyakit Dalam SMF Interne , RSD. Raden

Mattaher , Jambi .

Page 3: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

3

KATA PENGANTAR

Proses pembelajaran pada Blok 2.3 (Dasar-dasar Patologi) ini merupakan integrasi dari

ilmu sistem digesti dan urinari serta sistem endokrin dan reproduksi. Dalam blok ini, mahasiswa

akan mempelajari dasar-dasar patologi yang akan diterapkan pada pembelajaran mengenai

berbagai penyakit pada blok-blok berikutnya

Untuk mendukung kemampuan tersebut, dalam blok ini mahasiswa akan dititikberatkan

pada metode belajar mandiri secara aktif serta keterampilan menyatakan pendapat baik secara

verbal maupun tertulis, terdiri dari sesi kuliah tatap muka, diskusi kelompok, dan skills lab.

Proses pembelajaran ini telah disusun sedemikian rupa dengan maksud agar mahasiswa dapat

mengembangkan kemampuan analisis, evaluasi dan argumentasi dalam konteks sosial budaya

masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan aspek etika kedokteran dan humaniora.

Dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu menjadi dokter keluarga, selain mempunyai

perilaku yang baik, beretika, seorang dokter juga harus terampil serta mampu berkomunikasi

secara efektif. Dalam blok 2.3 (Dasar-Dasar Patologi) ini mahasiswa akan mempelajari tentang

skills lab anamnesis dan penulisan rekam medis, bantuan hidup dasar, penutupan dan

pembalutan luka, serta skills terintegrasi dengan blok sebelumnya. Untuk masing-masing materi

skill lab akan dilakukan dalam 3 sesi , yang pertama merupakan sesi terbimbing dimana

mahasiswa akan didampingi oleh seorang tutor untuk masing-masing kelompok, sesi kedua

adalah feedback (proses evaluasi), dan sesi ketiga adalah ujian OSCE yang akan diadakan pada

akhir semester. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa diharapkan dapat

mengikuti skill lab dengan sebaik-baiknya.

Jambi, Juni 2014

Page 4: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

4

DAFTAR ISI

KONTRIBUTOR 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

DAFTAR KOMPETENSI 5

BASIC LIFE SUPPORT (BANTUAN HIDUP DASAR) 7

PENATALAKSANAAN PASIEN TERINTEGRASI 28

DASAR-DASAR ANAMNESIS 32

PENUTUPAN DAN PEMBALUTAN LUKA 45

Page 5: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

5

DAFTAR KOMPETENSI

Berdasarkan SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) 2012, ada beberapa level

kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang dokter.

Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk

menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang

harus dicapai di akhir pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows

how, shows, does). Tingkat kemampuan tersebut, sebagai berikut:

Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan

Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan

psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan

keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan

komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui

perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat

menggunakan ujian tulis.

Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan

penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatanuntuk

melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau

pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat

kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus

secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah

supervise

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang

biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat

dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan

langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga

dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan

Page 6: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

6

menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective

Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri

Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai

seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan

pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian

keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment

misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter

4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi

adalah 4A.

Pada topik dasar-dasar patologi ini, berikut adalah daftar standar kompetensi

terkait.

NO KETERAMPILAN LEVEL KOMPETENSI

1. Bantuan Hidup Dasar 4A

2. Autoanamnesis dengan pasien 4A

3. Alloanamnesis dengan anggota

keluarga/orang lain yang bermakna

4A

4. Memperoleh data mengenai

keluhan/masalah utama

4A

5. Menelusuri riwayat perjalanan penyakit

sekarang/dahulu

4A

6. Memperoleh data bermakna mengenai

riwayat perkembangan, pendidikan,

pekerjaan, perkawinan, kehidupan

keluarga

4A

Page 7: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

7

BASIC LIFE SUPPORT (BLS) /

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar sesuai dengan kebutuhan pasien.

TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti keterampilan klinik mengenai Bantuan Hidup Dasar ini, diharapkan

mahasiswa mampu :

1. Memeriksa tingkat kesadaran berdasarkan penilaian AVPU

2. Membebaskan jalan nafas

3. Menilai jalan nafas dengan teknik Look, listen and feel

4. Memberikan bantuan nafas pada korban henti nafas

5. Memeriksa denyut nadi karotis

6. Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada korban henti nafas dan henti jantung

7. Menempatkan korban pada posisi pemulihan (recovery position)

RENCANA PEMBELAJARAN

1) Pra-sesi

- Mahasiswa menyaksikan video pemberian bantuan hidup dasar

http://www.youtube.com/watch?v=xtOZN4F4DSo

http://www.youtube.com/watch?v=OTXGbdOdH2M

http://www.youtube.com/watch?v=FREYDwotESE

- Mahasiswa diwajibkan mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan

tentang bantuan hidup dasar dengan referensinya yaitu video BHD, buku panduan skills

lab bantuan hidup dasar, kuliah, dan referensi lain)

Page 8: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

8

SKENARIO KLINIS

Pada suatu hari, Anda sedang lari pagi di Gubernuran, tiba-tiba Anda melihat seorang

laki-laki berusia ± 60 tahun terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Apa yang Anda lakukan untuk menolongnya?

TINJAUAN TEORI

Basic Life support / Bantuan Hidup Dasar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk

mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam

jiwa. Sedangkan bantuan yang diberikan pada pasien /korban yang dilakukan dirumah sakit

sebagai kelanjutan dari BHD disebut Bantuan Hidup Lanjut/Advance Cardiac Life Support

(ACLS).

Yang dilakukan pada saat pertama kali menemukan pasien/korban adalah melakukan

penilaian dini guna menemukan adanya suatu keadaan yang mengancam jiwa. Aapun indikasi

dilakukannya bantuan hidup dasar (BHD) adalah :

1. Henti Napas

Merupakan suatu keadaan berhentinya pernapasan spontan disebabkan karena ganggguan

jalan napas baik parsial maupun total atau karena gangguan pusat pernapasan.

Adapun penyebab dari henti napas, yaitu :

a. Sumbatan jalan napas

Jalan napas dapat mengalami sumbatan total ataupun parsial. Sumbatan jalan napas

total dapat menyebabkan henti jantung secara mendadak karena berhentinya suplai

oksigen ke otak maupun ke miokard. Sumbatan jalan napas parsial umumnya lebih

lambat menimbulkan henti jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernapas

dapat menyebabkan kelelahan.

Kondisi-kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan napas :

- Benda asing ( termasuk darah)

- Muntahan

- Edem laring atau bronkus akibat trauma langsung pada wajah atau tenggorokan

- Spasme laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma

- Tumor

b. Gangguan paru

Page 9: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

9

Kondisi-kondisi paru yang menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi antara lain :

- Infeksi

- Aspirasi

- Edema paru

- Kontusio paru

- Keadaan tertentu yang menyebabkan rogga paru tertekan oleh benda asing, seperti

pneumothoraks, hemtothoraks, efusi pleura

c. Gangguan Neuromuskular

Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan otot-otot utama pernapasan

(otot dinding dada, diafragma, dan otot intercostal) untuk mengembang kempiskan paru,

antara lain :

- Miastenia gravis

- Sindroma Guillen Bare

- Multiple sclerosis

- Poliomielitis

- Kiposkoliosis

- Muskular distrofi

- Penyakit motor neuron

2. Henti Jantung

Merupakan suatu keadaan berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagallan jantung

untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh penyakit

primer dari jantung atau penyakit sekunder non-jantung.

Kondisi primer penyebab henti jantung, yaitu :

- Gagal jantung

- Tamponade jantung

- Miokarditis

- Kardiomiopati

- Hipertrofi

- Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard, infark miokard,

tersengat listrik, gangguan elektrolit, atau karena konsumsi obat-obatan.

Page 10: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

10

3. Tidak Sadarkan Diri

Survey bantuan hidup dasar bertujuan untuk membantu atau mengembalikan oksigenisasi,

ventilasi, dan sirkulasi yang efektif sampai kembalinya sirkulasi spontan atau hingga

intervensi bantuan hidup jantung lanjut (BHJL) dapat dimulai. Pelaksanaan tindakan ini pada

dasarnya akan meningkatkan kemungkinan pasien untuk bertahan hidup dan memperoleh

hasil akhir neurologis yang lebih baik.

Survey primer BHD merupakan suatu pendekatan ABC yang menggunakan serangkaian

pemeriksaan yang berurutan.

A = Airway control atau penguasaan jalan nafas

B = Breathing Support atau bantuan pernafasan

C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan Pijatan Jantung

Luar dan menghentikan perdarahan besar

Alur bantuan hidup dasar

INGAT!!! Sebelum melakukan survey BHD, kita harus memastikan bahwa lingkungan sekitar

penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan

respon penderita, sambil meminta pertolonan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat.

Page 11: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

11

Gambar 1 Alur Bantuan Hidup Dasar

Sumber: American heart association; Guidelines CPR

Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada

pasien/korban, yaitu:

1. Memastikan keamanan lingkungan

Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.

Page 12: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

12

2. Memastikan kesadaran pasien/korban

Dalam memastikan pasien/korban dapat dilakukan dengan menyentuh atau menggoyangkan

bahu pasien/korban dengan lembut dan mantap, sambil memanggil namanya atau Pak!!!/

Bu!!!!/ Mas!!!/Mbak!!!, dll.

Salah satu cara memeriksa kesadaran adalah dengan menilai AVPU :

A (Alert) : kesadaran baik, orientasi baik saat ditanyakan nama, tempat, tanggal, waktu

V (Verbal) : korban hanya memberi respon jika di panggil

P (Pain) : korban baru memberikan respon jika diberi rangsang sakit

U (Unresponsive) : korban tidak berespon terhadap rangsangan apapun

3. Meminta pertolongan

Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon segera minta pertolongan

dengan cara : berteriak ”tolong !!!!” beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi

yang ada, atau aktifkan bel/sistem emergency yang ada (bel emergency di rumah sakit).

4. Memperbaiki posisi pasien/korban

Tindakan BHD yang efektif bila pasien/korban dalam posisi telentang, berada pada

permukaaan yang rata/keras dan kering. Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup

pasien/korban harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan sebagai satu kesatuan yang

utuh untuk mencegah cedera/komplikasi.

5. Mengatur posisi penolong

Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada saat memberikan

batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan

A (AIRWAY CONTROL) : Membebaskan Jalan Nafas

Dalam teknik ini diajarkan bagaimana cara membuka jalan napas, membersihkan jalan napas

serta mempertahankan jalan napas untuk memperbaiki oksigenisasi tubuh serta ventilasi.

Membuka Jalan Nafas

Page 13: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

13

Gambar 2 Teknik membuka jalan nafas head-tilt/chin-lift

Sumber: American heart association; BLS

Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, maka lidah mungkin jatuh ke belakang

dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat segera diperbaiki dengan cara

mengangkat dagu (head-tilt and chin-lift maneuver) atau dengan mendorong rahang ke bawah

ake arah depan (jaw-thrust maneuver). Airway selanjutnya dapat dipertahankan dengan airway

orofaringeal (oropharyngeal airway) atau nasofaringeal (nasopharyngeal airway). Tindakan

yang digunakan untuk membuka

airway dapat menyebabkan atau

memperburuk cedera spinal, oleh

karena itu leher penderita selama

mengerjakan prosedur ini harus

dilakukan immobilisasi segaris (in-

line immobilization).

Cek apakah ada tanda-tanda berikut :

Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)

Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)

Berdasarkan saksi pasien

mengalami cedera di tulang

belakang bagian leher

Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang

bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya. Apabila ditemukan tanda-tanda

di atas maka lakukan Head-tilt dan Chin-lift maneuver.

Head-tilt and Chin-lift Maneuver

- Jari-jemari salah satu tangan diletakkan di bawah rahang, yang kemudian secara hati-hati

diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan.

- Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Ibu

jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incicivus) bawah, dan dengan dagu secara

bersamaan hati-hati diangkat. Sedangkan tangan yang lain letakkan di dahi penderita dan

menekan kepala penderita ke bawah.

- Maneuver chin-lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna pada

korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas

Page 14: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

14

Gambar 3 Teknik membuka jalan nafas jaw-thrust

Sumber: American heart association; BLS

tulang leher, dan tidak juga beresiko mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi

patah tulah dengan cedera spinal.

Apabila ditemui tanda-tanda cedera tulang belakang servikal maka lakukan imobilisasi leher

secara manual. Hal ini untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang

bagian leher pasien. Setelah itu lakukan Jaw-thrust maneuver.

Jaw-thrust maneuver

Maneuver mendorong rahang (jaw-thrust)

dilakukan dengan cara memegang sudut

rahang bawah (angulus mandibulae) kiri dan

kanan, dan mendorong rahang bawah ke

depan. Pertahankan posisi mulut pasien/korban

tetap terbuka .Bila cara ini dilakukan sambil

memegang masker dari alat bag-valve, dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang

adekuat.

Bersihkan Jalan Nafas

Dilakukan untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Jenis-jenis

suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas, yaitu :

Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian

atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan

cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk

tangan yang digunakan untuk chin-lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk

Page 15: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

15

Gambar 4 Teknik membuka jalan nafas jaw-thrust

Sumber: American heart association; BLS

menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan

korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan

oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-

sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu”

rongga mulut dari cairan-cairan.

Crowing : suara dengan nada tinggi,

biasanya disebakan karena

pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head-

tilt and chin-lift atau jaw-thrust saja.

B ( BREATHING SUPPORT) Bantuan Pernafasan

Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada

saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.

Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Setiap

komponen ini harus dievaluasi secara cepat.

Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan. Auskultasi dilakukan

untuk memastikan masuknya udara dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara

atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding

dada yang mungkin mengganggu ventilasi.

Breathing support terdiri dari 2 tahapan, yaitu :

1. Memastikan pasien/korban tidak bernafas

Dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut dalam waktu kurang dari 10 detik :

a. Lihat (Look)

- Apakah penderita mengalami agitasi atau tampak bingung. Agitasi memberi kesan

adanya hipoksia, dan tampak bingung memberi kesan adanya hiperkarbia.

- Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan

dapat dilihat dengan mudah pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut.

Page 16: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

16

- Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan. Bila ada merupakan

bukti tambahan adanya gangguan airway.

b. Dengar (Listen) adanya suara-suara abnormal. Pernafasan yang berbunyi (suara nafas

tambahan) menunjukan pernafasan yang tersumbat.

- Mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor)

mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring.

- Suara parau (horseness, dysphonia) menunjukkan sumbatan pada laring

- Penderita yang melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin mengalami

hipoksia dan sering disalah artikan sebagai kondisi keracunan/mabuk.

c. Rasakan (Feel) lokasi trakhea dengan cepat tentukan apakah trakhea berada di tengah.

Gambar 5 teknik Look Listen dan Feel

Sumber: hunter advanced first aid

2. Memberikan bantuan nafas

Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Bantuan nafas

diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan volume 700 ml – 1000

ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang. Konsentrasi oksigen

yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan respon pasien. Ini dilakukan jika frekuensi nafas <12

kali/menit atau terjadi henti nafas (pernafasan normal adalah 12-20 kali/menit untuk orang

dewasa).

Cara memberikan bantuan pernafasan:

Page 17: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

17

a. Mulut ke mulut

Merupakan metode yang mudah dan cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang

dikeluarkan oleh penolong. Cara melakukan pertolongan adalah:

- Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilanjutkan dengan menjepit hidung

menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang melakukan head tilt chin lift.

- Buka sedikit mulut pasien, tarik napas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong

melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan

pastikan dada terangkat.

- Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat

apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.

Gambar 6 Posisi pemberian nafas bantuan teknik mouth to mouth

Sumber : www.pennmedicine.org

b. Mulut ke hidung

Napas bantuan ini dilakukan bila pernapasan mulut ke mulut sulit dilakukan misalnya

karena trismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin lift, kemudian

tiupkan udara seperti pernapasan mulut ke mulut. Buka mulut pasien waktu ekshalasi.

Gambar 7 Posisi pemberian nafas bantuan teknik mouth to nose

Sumber: buku panduan kursus bantuan hidup jantung dasar

c. Mulut ke sungkup

Page 18: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

18

Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakkan diatas dan melingkupi

mulut serta hidung pasien. Sungkup terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan

dan warna bibir pasien dapat terlihat.

Gambar 8 Posisi pemberian nafas bantuan mulut ke sungkup

Sumber : www.jevuska.com

C (CIRCULATION) bantuan sirkulasi

Terdiri dari 2 tahap :

1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban

Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau

tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke

arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selama 5 – 10 detik. Bila teraba

penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas mouth to

mouth selama 2 menit dengan kecepatan 1 nafas setiap 5-6 detik sehingga berkisar 10-12

kali bantuan nafas per menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.

Gambar 8 Meraba arteri karotis

Sumber: buku panduan kursus bantuan hidup jantung dasar

Page 19: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

19

2. Melakukan kompresi jantung

Kompresi jantung merupakan tindakan yang dilakukan untuk menciptakan aliran darah

melalui peningkatan tekanan intratorakal untuk menekan jantung secara tidak langsung.

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada setengah

bawah dinding sternum. Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi dada

adalah :

- Penderita dibaringkan di tempat yang datar dan keras

- Tentukan lokasi kompresi dada dengan cara dua jari penolong ( telunjuk dan jari tengah)

menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu

tulang dada (sternum)

- Dari tulang dada (sternum), cari processus xiphoideus, 2- 3 jari ke atas dari processus

xiphoideus, daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.

- Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan

diatas telapak tangan yang lain. Hindari jari-jari menyentuh dinding dada pasien/korban.

- Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga

dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 1,5 –

2 inchi ( 4 – 5 cm)

- Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi

semula setiap kali kompresi. Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama.

- Tangan tidak boleh berubah posisi

Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolong.

Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 5 siklus.

Page 20: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

20

Gambar 9 Posisi kedua tangan pada saat melakukan RJP

Sumber: atlas RJP, 2013

Page 21: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

21

Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 – 80 mmHg dan diastolik

yang sangat rendah. Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan

tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.

PENILAIAN (EVALUASI) ULANG

Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali

Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 : 2

Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi pemulihan (recovery

position)

Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas selama 1 menit

dengan kecepatan 1 nafas setiap 6 detik dan monitor denyut jantung setiap saat.

Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Ini adalah posisi aman untuk korban yang tidak sadar namun bisa bernafas. Bila korban yang

tidak bernafas terlentang, lidahnya bisa menyumbat tenggorokan dan menahan udara melalui

saluran nafas ke paru-paru. Situasi ini berbahaya karena bisa menghentikan pernafasan dan

denyut jantung. Posisi pemulihan menjaga kepala, leher dan punggung tetap segaris, menjaga

saluran nafas terbuka dan memungkinkan cairan keluar dari mulut bila korban muntah. Ikuti

semua langkah dibawah ini bila menemukan seorang korban tertelungkup atau terbaring miring.

1. Berlututlah sejajar korban. Buka saluran nafas dengan menekan dagunya memakai dua

jari untuk mendongakkan kepala korban (Head Tilt Chin Lift). Luruskan kaki dan lengan

si korban yang jauh dari anda, posisikan lengan korban disisi dekat anda agar tegak lurus

tubuh korban dan lipat sikunya dengan telapak tengadah.

2. Dengan satu tangan ambil tangan si korban melintang dadanya dan tempatkan punggung

tangan menempel dibawah sisi pipi dekat anda. Dengan tangan yang lain, tarik tungkai

korban ke posisi tertekuk tegak lalu tarik lututnya kearah anda.

3. Tarik lutut korban sampai ia terguling ke samping. Bila perlu topang tubuhnya dengan

lutut anda agar korban tidak terguling dengan cepat. Biarkan tangan korban mengganjal

kepalanya, dan sedikit dongakkan kepala korban agar ia bisa bernafas.

Page 22: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

22

4. Mungkin perlu diatur posisi tangan korban pengganjal kepala dan bila memungkinkan

tekuk pinggul dan kaki penopang agar ada di posisi menopang tubuh

Gambar 10 posisi pemulihan

Sumber : www.bupa.co.uk

Kapankah BHD dihentikan?

1. Sampai pasien HIDUP kembali

2. Sampai bantuan datang

3. Sampai korban dipastikan mati

4. Sampai Penolong Kelelahan

Page 23: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

23

ALUR BHD

EVALUASI

RJP (kompresi : ventilasi)

30 : 2 sebanyak 5 siklus

PASTIKAN LINGKUNGAN AMAN

PERIKSA KESADARAN KORBAN (AVPU)

MINTA PERTOLONGAN

PERBAIKI POSISI KORBAN

BEBASKAN AIRWAY

- Head Tilt Chin Lift

- Jaw Thrust Maneuver

- Bersihkan benda asing (cross finger)

BREATHING

(Look, Listen and Feel)

ADA NAFAS TIDAK ADA NAFAS

Recovery Position

CEK DENYUT NADI

DENYUT NADI (+) DENYUT NADI (-)

Berikan 2x nafas buatan

Berikan nafas buatan 10 – 12 x per menit

(lakukan selama 2 menit)

EVALUASI

Unresponsive

Page 24: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

24

Checklist BLOK 2.3 – Basic life support (BLS)

CHECKLIST BASIC LIFE SUPPORT (BANTUAN HIDUP DASAR)

NAMA :

NIM :

No TAHAPAN

SKOR

0 1 2

1 Pastikan keadaan aman

2 Periksa kesadaran korban (AVPU)

A (Alert) : kesadaran baik, orientasi baik saat ditanyakan nama,

tempat, tanggal, waktu

V (Verbal) : korban hanya memberi respon jika di panggil

P (Pain) : korban baru memberikan respon jika diberi rangsang

sakit

U (Unresponsive) : korban tidak berespon terhadap rangsangan

apapun

3 Meminta pertolongan

4 Perbaiki posisi korban

Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup

pasien/korban harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan

sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencegah

cedera/komplikasi

5 A (Airway Control) : Bebaskan Jalan Nafas

- Membuka jalan nafas : Lakukan head tilt – chin lift atau

jaw thrush maneuver

- Bersihkan jalan nafas : Lakukan tehnik cross finger

Skenario airway bebas (clear)

6 B (Breathing Support) : Bantuan Pernafasan

Look, listen and feel

EVALUASI EVALUASI

Page 25: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

25

7 Bila pasien bernafas tempatkan pasien pada posisi recovery

position

8 Bila pasien tidak bernafas atau frekuensi nafas < 12 kali/menit

berikan 2 x nafas buatan

- Mengambil nafas dalam, letakkan mulut terbuka

menutup seluruh mulut korban agar tersekap rapat

- Menghembuskan udara ke mulut korban selama sekitar

1,5 – 2 detik

- Mengangkat mulut dengan kedua tengan tetap di posisi

semula untuk menjaga posisi kepala korban

- Sekilas melihat pada dada korban, seharusnya terlihat

mengempis ketika udara meninggalkan paru-paru

- Mengambil nafas kembali lalu menghembuskan nafas

kedua selama 1,5 – 2 detik

- Lihat kembali dada korban, apakah ada gerakan

mengempis

9 Meraba denyut nadi karotis dengan dua jari selama 5 - 10 detik

10 Bila nadi karotis teraba px pernafasan Berikan nafas buatan

(bila tidak ada nafas/frek.nafas <12x/mnt) 10 – 12x per menit

(lakukan selama 2 menit) lalu EVALUASI (periksa respon

korban), adakah nafas spontan?

Bila ya : Tempatkan pasien pada ‘recovery position’

Bila tidak : cek nadi karotis : bila teraba, ulangi bantuan nafas

10 – 12x per menit, cek nadi karotis tiap 2 menit

Lakukan pemberian nafas bantuan sampai timbul nafas spontan

atau sampai bantuan datang.

11

Bila nadi karotis tidak teraba lakukan RJP (kompresi :

ventilasi) 30 : 2 sebanyak 5 siklus, lalu EVALUASI(Cek nadi

karotis)Ulangi langkah 5

12

Bila nadi (+), nafas (+) Hentikan RJP namun melanjutkan

pemantauan denyut nadi dan nafas korban sampai datang

bantuan medis recovery position’

13

RJP dihentikan bila :

- Pasien HIDUP kembali (nadi +, nafas +)

- Sampai bantuan datang

- Sampai korban dipastikan mati

- Sampai Penolong Kelelahan

Page 26: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

26

JUMLAH

26

Keterangan: INSTRUKTUR

0 = Tidak melakukan

1 = Melakukan tetapi salah/kurang tepat

2 = Dapat melakukan dengan benar ( )

Nilai Mahasiswa = (Jumlah Skor / 26) x 100%

KISARAN NILAI

JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI

26 100 21 80,77 16 61,54 11 42,31 6 23,08

25 96,15 20 76,92 15 57,69 10 38,46 5 19,23

24 92,31 19 73,08 14 53,85 9 34,62 4 15,38

23 88,46 18 69,23 13 50 8 30,77 3 11,53

22 84,61 17 65,38 12 46,15 7 26,92 2 07,69

1 03,85

Page 27: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

27

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut – ACLS Indonesia. Cetakan

Kedua. Jakarta : PERKI; 2010

Agus subagjo, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar – BCLS Indonesia.

Edisi 2011. Cetakan pertama. Jakarta : PERKI; 2011

American Heart Association. Guidelines for CPR and ECC; 2010

Purwoko. Bantuan Hidup Dasar (BHD). Surakarta : FK UNS

www.bupa.co.uk

www.huntermedic.zoomshare.com

www.jevuska.com

www.pennmedicine.org

Page 28: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

28

PENATALAKSANAAN PASIEN TERINTEGRASI

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pasien terintegrasi secara baik dan benar.

TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari keterampilan pasien terintegrasi ini, diharapkan mahasiswa mampu

1. Mahasiswa mampu mengembangkan alur berfikir secara sistematis (mulai dari

anamnesis, pemeriksan fisik, dan rencana pemeriksaan penunjang) sehingga nantinya

mampu untuk mendiagnosis suatu penyakit

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik secara benar kepada pasien

3. Mahasiswa mampu mengambil kesimpulan dari pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan

benar

4. Mahasiswa diharapkan bisa memberikan pilihan pemeriksaan lanjutan yang diperlukan

untuk pasien sesuai dengan indikasinya

RENCANA PEMBELAJARAN

1) Pra-sesi

a. Pemberian tugas bagi mahasiswa untuk mempelajari materi pasien terintegrasi dari

berbagai sumber termasuk materi skills lab dari blok-blok sebelumnya yang

berhubungan dengan materi penatalaksanaan pasien terintegrasi, dan merangkumnya

dalam bentuk artikel. (agar mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang

anamnesis)

2) Sesi Pembelajaran

1. Mahasiswa secara bergantian dalam satu kelompok berlatih kasus dengan berperan

sebagai dokter.

2. Hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah:

a. Mempraktekkan keterampilan anamnesis

b. Mempraktekkan keterampilan pemeriksaan fisik

Page 29: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

29

c. Menentukan diagnosis

d. Memberikan terapi (termasuk menulis resep)

e. Menyampaikan edukasi kepada pasien

3. Yang berperan sebagai pasien adalah pasien simulasi.

4. Instruktur bertugas untuk mengobservasi dan memberikan feedback.

CONTOH SKENARIO KLINIS

1. Tn.Robi 45 tahun datang dengan ke IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam yang

lalu. Nyeri dada menjalar kelengan kiri, berlangsung lebih dari 15 menit, dan dirasakan

seperti tertindih beban berat. Keluhan tidak berkurang dengan istirahat. Selain itu, pasien juga

mengeluh ada perasaan cemas dan keringat dingin. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak

setahun yang lalu. Ayah Tn.robi 1 tahun yang lalu meninggal karena penyakit jantung

hipertensi.

Sebagai seorang dokter apa yang akan anda lakukan?

Lakukan anamnesis singkat, pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik jantung

CHECK LIST

NAMA: NIM :

PEMERIKSAAN TANDA VITAL DAN PX JANTUNG

No Kriteria Penilaian Skor

0 1 2 3

1 Membina sambung rasa

2 Menanyakan identitas pasien

3 Menanyakan dan memastikan keluhan utama

4 Menggali:

RPS

Page 30: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

30

RPD

RPK

Kebiasaan dan lingkungan

5 Melakukan cross check

6 Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan

meminta ijin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan

7 Pemeriksa mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

8 Mempersiapkan posisi pasien

9 Pemeriksaan Nadi

10 Interprestasi hasil pemeriksaan nadi

11 Pemeriksaan respirasi

12 Interprestasi hasil pemeriksaan respirasi

13 Pemeriksaan suhu aksila

14 Interprestasi hasil pemeriksaan suhu

15 Interprestasi hasil pemeriksaan tekanan darah

16 Meminta pasien untuk membuka pakaian bagian atas

17 Meminta pasien untuk berbaring

Inspeksi

18 Melakukan inspeksi dinding thorax anterior

- Melihat ictus cordis

Palpasi

19 Meraba pulsasi ictus cordis dengan ke-4 jari tangan dan

kemudian menunjuk lokasi ictus cordis dengan 1 jari

Perkusi

20 Menentukan batas atas jantung

21 Menentukan batas kiri jantung

Page 31: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

31

22 Menentukan batas kanan jantung

Auskultasi

23 Auskultasi di daerah mitral

24 Auskultasi di daerah tricuspidalis

25

Auskultasi di daerah pulmonal

26 Auskultasi di daerah aorta

Jumlah 65

Keterangan :

0 = tidak melakukan Instruktur

1 = melakukan tapi salah

2 = melakukan tapi kurang sempurna

3 = melakukan dengan sempurna ( )

Nilai Mahasiswa = (Jumlah Skor / 65) x 100%

KISARAN NILAI

JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI

65 100 57 88 49 75 41 63 33 51

64 98 56 86 48 74 40 62 32 49

63 97 55 85 47 72 39 60 31 48

62 95 54 83 46 71 38 58 30 46

61 94 53 82 45 69 37 57 29 45

60 92 52 80 44 68 36 55 28 43

59 91 51 78 43 66 35 54 27 42

58 89 50 77 42 65 34 52 26 40

Page 32: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

32

ANAMNESIS – HISTORY TAKING

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu melakukan anamnesis secara baik dan benar.

TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari keterampilan History Taking / Anamnesis ini, diharapkan mahasiswa

mampu:

1. Memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan anamnesis.

2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien

3. Membina sambung rasa dengan pasien.

4. Mendapatkan identitas pasien,

5. Mendapatkan riwayat medis secara tepat dan akurat, dengan tujuan untuk

mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.

6. Menggali informasi tentang kondisi tempat tinggal pasien

7. Melakukan anamnesis system, dan cross check terhadap jawaban yang diberikan

pasien, (heteroanamnesis)

8. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan

pemahaman pasien, serta menjaga hubungan baik dengan pasien.

9. Mencatat dan merangkum data anamnesis secara sistematis

RENCANA PEMBELAJARAN

1) Pra-sesi

a. Pemberian tugas bagi mahasiswa untuk mempelajari materi anamnesis dari

berbagai sumber, dan merangkumnya dalam bentuk artikel. Diberikan sebelum

pemberian kuliah skill lab anamnesis, dan dikumpulkan sebelum kuliah. (agar

mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang anamnesis)

b. Menyaksikan video anamnesis dokter-pasien.

(http://www.youtube.com/watch?v=YKF3Eo5m1P4)

c. Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang anamnesis)

Page 33: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

33

TINJAUAN TEORI

Komunikasi terhadap pasien terdiri dari 3 hal yang harus berjalan secara paralel yaitu

seperti yang terdapat pada diagram di bawah :

THE CAMBRIDGE CALGARY OBSERVATION

GUIDE After Silvermann, Kurtz dan Draper

Berdasarkan diagram diatas, komunikasi dokter-pasien meliputi :

1. Memulai wawancara (initiating the session)

2. Mengumpulkan informasi (gathering information)

3. Penjelasan dan perencanaan (explanation and planning)

4. Menutup wawancara (closing the session)

Page 34: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

34

Lalu pada saat melakukan tahap komunikasi dokter-pasien, ada dua hal yang harus

diperhatikan yaitu :

Kemampuan menjalin hubungan / sambung rasa dengan pasien

(building the relationship).

Kemampuan menstruktur wawancara (structuring the consultation).

Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara harus selalu

digunakan (secara tepat) pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien. Bisa dikatakan ketiga hal

tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang berlangsung.

Pada modul Anamnesis – history taking ini akan dibahas lebih lanjut mengenai proses

mengumpulkan informasi (gathering information). Proses pengumpulan informasi ini lebih

lanjut akan disebut sebagai proses Anamnesis.

ANAMNESIS

Anamnesis merupakan suatu hubungan komunikasi antara dokter/tenaga kesehatan

dengan pasien mengenai keadaan kesehatan pasien. Anamnesis terbagi menjadi dua yaitu auto

anamnesis, yaitu anamnesis dengan melakukan komunikasi berupa wawancara mengenai

keadaan kesehatan pasien dengan pasien sendiri, dan heteroanamnesis yaitu dengan orang

yang dianggap mengerti tentang keadaan pasien.

Anamnesis yang baik harus berdasarkan pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan

berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir

mutiara anamnesis (The Sacred Seven).

Empat pokok pikiran dalam anamnesis adalah mencari data :

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan

adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan

Page 35: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

35

pekerjaan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang,

Meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama merupakan keluhan

yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,

misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dan sebagainya. Keluhan utama ini

sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan

anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :

1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)

2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)

3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)

4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)

5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.

6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.

7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :

1. Lokasi Sakit

Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut

secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan

dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.

Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas

dan duodenum; sebelah kiri - lambung; sebelah kanan - duodenum, hati, kandung

empedu; di atas - hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.

Penjalaran nyeri tepat lurus di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas

atau duodenum dinding belakang; di punggung lebih ke atas - lambung dan duodenum;

bawah belikat kanan - kandung empedu; bahu kanan - duodenum, kandung

empedu, diafragma kanan; bahu kiri -diafragma kiri.

Page 36: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

36

2. Onset dan kronologis

Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa

lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau

menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati

timbul secara ritmik - curiga ulkus peptikum, malam hari - ulkus peptikum dan tiap

pagi - dispepsia non ulkus.

3. Kualitas (sifat sakit)

Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit

yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan

inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu

yang bergerak biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna,

empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).

4. Kuantitas (derajat sakit)

Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari

penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain

kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap

penyakitnya.

Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya

mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.

5. Faktor yang memperberat keluhan.

Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan,

fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah

sakit, seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas

makan/ minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan

pankreas. Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis,

perforasi, peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada

pleuritis.

Page 37: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

37

6. Faktor yang meringankan keluhan.

Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan

minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran

cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses

inflamasi dari pankreas atau hati.

7. Keluhan yang menyertai

Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,

misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah

- Apakah keluhan tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?

- Bagaimana buang air besarnya, adakah flatus ?

- Adakah ikterik ?

- Adakah pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?

- Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat

dingin atau badan lemas ?

- Adakah penurunan berat badan ?

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.

2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa,

sehingga pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.

3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan

pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan

terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit

yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus,

dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi

(untuk wanita).

Page 38: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

38

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari

pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial dan ekonomi

Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,

pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau

merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan

kepercayaan).

Page 39: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

39

BAGAN ALUR PROSES ANAMNESIS

Berikut ini disajikan bagan yang diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai

proses anamnesis.

Page 40: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

40

Dari dua bagan di atas dapat kita lihat ada beberapa bagian dari anamnesis.

A. Tahap-tahap anamnesis yang terdiri atas:

1. Initial exploration : Berisi keluhan utama pasien.

2. Further exploration : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari

sisi penyakit maupun perspektif pasien.

3. Essential background information.

B. Isi (content) yang terdiri atas :

1. Disease framework

2. Illness framework

Baik disease framework maupun illness framework termasuk dalam tahap further

exploration.

Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The

Sacred Seven) merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari

kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.

Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dapat kita jabarkan

sebagai berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”; Riwayat

Penyakit Dahulu (RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan

Ekonomi merupakan bagian dari ”essential background information”.

Page 41: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

41

KETERAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI DALAM MELAKUKAN

ANAMNESIS

KETERAMPILAN MENGEKSPLORASI MASALAH PASIEN :

1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang

dihadapinya (dengan kata – kata pasien sendiri).

2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan

terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.

3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk

menyelesaikan ceritanya, dan jangan menginterupsi.

4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal

maupun nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan,

adanya pengulangan, paraphrasing, interpretasi, dll.

5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.

6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan

suatu keterangan tambahan.

7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk

memverifikasi pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda,

atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.

8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan

istilah- istilah medis yang tidak dipahami pasien.

9. Buatlah urutan waktu suatu kejadian.

Page 42: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

42

CONTOH KASUS

Seorang laki-laki umur 35 tahun mengeluh nyeri pinggang.

Anamnesis yang sistematis adalah :

Dengan menggunakan pertanyaan terbuka, galilah mengenai keluhan utama

pasien, yaitu pada kasus ini adalah : Nyeri pinggang.

Pada penggalian informasi lebih lanjut tanyakan :

1. Lokasi nyeri : pertengahan daerah lumbal kadang-kadang menjalar ke

tungkai atas dan kaki kanan

2. Onset & kronologi : berangsur-angsur sejak bekerja di kebun, sudah dirasakan

selama 3 hari, memburuk waktu sore dan malam hari, membaik

waktu pagi.

3. Kuantitas nyeri : ringan, namun tidak dapat bekerja, karena rasa kurang nyaman

4. Kualitas nyeri : nyeri tumpul.

5. Faktor pemberat : bertambah nyeri bila digerakkan, masuk kendaraan,

membungkuk, dan batuk

6. Faktor peringan : bila diam terlentang.

7. Gejala yang menyertai : kaku

Sistem saraf perifer : Tidak ada kelemahan atau perubahan sensorik

Sistemik : Tidak ada demam

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat jatuh disangkal

- Riwayat batu ginjal disangkal

Riwayat social : Pasien tinggal sendiri, bekerja sebagai salesman, dalam

sepekan pada akhir minggu mengelola sebuah kebun kecil, hobi

bermain tenis.

Keuangan : Tidak mempunyai asuransi kesehatan.

Page 43: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 43

CHECK LIST ANAMNESIS

NAMA :

NIM :

NO KRITERIA

SKOR

0 1 2 3

1

Membina sambung rasa

a. Memperlihatkan kontak mata secara wajar

b. Menyapa dengan sopan

c. Mempersilakan duduk dengan yang baik dan sopan

d. Menunjukkan sikap tubuh (posisi, cara duduk) yang

baik dan sopan

e. berpakaian sopan

2

Menanyakan identitas pasien

Menanyakan nama, umur, alamat, identitas lain pasien

3

Menanyakan dan memastikan keluhan utama

4

Menggali riwayat penyakit sekarang

a. Menanyakan kapan dan lamanya penyakit (onset dan

durasi penyakit

b. Menanyakan letak keluhan dan perjalanan penyakit

(lokasi, kualitas, kuantitas, frekuensi, faktor yang

memperberat atau meringankan keluhan)

c. Menanyakan akibat penyakit/keluhan dan riwayat

pengobatan sebelumnya (perjalanan penyakit)

5

Menggali riwayat penyakit dahulu

a. Menanyakan keluhan atau penyakit sejenis yang dulu

Page 44: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 44

pernah diderita

b. Menanyakan penyakit lain yang dulu [pernah diderita

dan sesuai/berhubungan dengan kemungkinan

diagnosis atau diagnosis banding

c. Menanyakan riwayat kesehatan yang berhubungan

dari riwayat rawat inap

6

Menggali riwayat penyakit keluarga

a. Menanyakan apakah ada anggota keluarga pasien

yang menderita keluhan/penyakit yang serupa/yang

sama (relevan dengan masalah atau keluhan

b. Menanyakan apakah ada penyakit dalam keluarga

yang sifatnya diturunkan

7

Menggali informasi tentang kondisi kesehatan lingkungan tempat tinggal

pasien

a. Menanyakan apakah ada orang di sekitar tempat tinggal pasien yang

menderita keluhan atau penyakit serupa

b. Menanyakan kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal pasien jika

berperan dalam timbulnya keluhan/penyakit pasien

8

Melakukan anamnesis system

Menanyaan fungsi fisiologis yang terganggu dari sistem lain dan

sistematis (8 sistem)

9 Melakukan cross check atas jawaban yang

diberikan oleh pasien atau pengantarnya

(pada heteroanamnesis)

10 Mencatat dan merangkum data hasil

anamnesis secara sistematis

Keterangan :

0 = tidak melakukan Instruktur

1 = melakukan tapi salah

2 = melakukan tapi kurang sempurna

Page 45: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 45

3 = melakukan dengan sempurna ( )

Nilai Mahasiswa = (Jumlah Skor / 30) x 100%

JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI

30 100 23 77 16 53 9 30

29 97 22 73 15 50 8 27

28 93 21 70 14 47 7 23

27 90 20 67 13 43 6 20

26 87 19 63 12 40 5 17

25 83 18 60 11 37 4 13

24 80 17 57 10 33 3 10

REFERENSI

Ebook bates guide to physical examination

www.gobookee.org/bates-guide-to-physical-examination/

Manual skill lab semester 2, Universitas Negeri Sebelas Maret, 2012

fk.uns.ac.id Diakses 25 Oktober 2013

Silvermann, After, Kurtz, Draper, The Cambridge Calgary Observation Guide,

www.gp-training.net Diakses 26 Oktober 2013,

Standar Kompetensi Dokter Indonesia edisi ke dua 2012, Konsil Kedokteran Indonesia, 2012

www.inamc.or.id Diakses 26 Oktober 2013,

Page 46: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 46

PENUTUPAN DAN PEMBALUTAN LUKA

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu memiliki pemahaman dan keterampilan tentang pembalutan luka dan

pemasangan mitella serta cara pemasangan bidai yang benar.

TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti keterampilan klinik pembalutan dan penutupan luka ini, diharapkan

mahasiswa mampu :

1. mampu merencanakan dan mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasangan bidai,

pembalutan luka dan pemasangan mitella.

2. Mampu menerangkan ke pasien (inform consent) tentang tindakan yang akan dilakukan

dan persetujuan atas tindakan tersebut.

3. Mampu melakukan tindakan pemasangan bidai, pembalutan luka dan pemasangan

mitella.

4. Mampu mengajarkan kepada petugas kesehatan lainnya bagaiman cara memasang bidai,

pembalutan lika dan pemasangan mitella yang benar.

RENCANA PEMBELAJARAN

1) Pra-sesi

Mahasiswa melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyaksikan video pemasangan bidai

http://www.youtube.com/watch?v=xtOZN4F4D

b. Menyaksikan video pembalutan luka dan pemasangan mitella

c. Membuat workplan dengan template sebagai berikut:

Page 47: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 47

TINJAUAN TEORI

Pembidaian

Pembidaian atau spinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada

cedera/trauma pada sistem mukuloskeletal. Pembidaian bertujuan untuk menggimmobilisasi

ekstremitas yang mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah kerusakan

jaringan lebih lanjut.

Pengetahuan tentang tata cara pemasangan bidai sangat penting diketahui oleh

dokter untuk dapat memberikan tindakan pertama pada cedera muskuloskeletal sambil

menunggu tindakan yang definitif.

Tujuan Pembidaian

Terdapat lima tujuan pembidaian pada cedera muskuloskeletal :

1. Untuk mencegah derakan fragmen patah tulanga tau sendi yang mengalami dislokasi.

2. Untuk mencegah kerusakan jaringan lunak sekitar tulang yang patah.

3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak.

4. Untuk mencegah terjadinya syok

5. Untuk mengurangi nyeri

Bahan dan Alat :

1. Bidai berbagai ukuran

2. Elastis verban 4 inchi dan 6 inchi

3. Padding

4. Sarung tangan

Prosedur

1. Melakukan inform consent.

2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembidaian yang sesuai dengan ekstremitas yang

cedera.

3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian.

4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.

5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera, dengan melakukan

gentle inline traction.

6. Melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk mencegah terjadinya ulkus

dekubitus.

Page 48: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 48

7. Melakukan pemasangan bidai melewati sendi proksimal dan distal dari tulang yang patah,

dan memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban elastis dengan metode roll on.

8. Mengelevasikan tungkai yang sudah terpasang bidai.

9. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.

PEMBIDAIAN PADA HUMERUS

PEMBIDAIAN SENDI SIKU

Page 49: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 49

PEMBIDAIAN PADA ANTEBRACHII

PEMBIDAIAN PADA JARI

PEMBIDAIAN PADA FEMUR

PEMBIDAIAN PADA SENDI LUTUT

Page 50: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 50

PEMBIDAIAN PADA KRURIS

PEMBIDAIAN PADA PERGELANGAN KAKI

Pembalutan Luka (Bandage)

Balutan adalah suatu tindakan membatasi gerakan tungkai menggunakan bahan yang terbuat

dari kain. Balutan akan memberikan efek immobilisasi parsial pada tungkai. Balutan juga

berfungsi sebagai alat untuk mengurangi atau mencegah pembengkakan pada tungkai cedera,

menghentikan perdarahan, dan untuk memegang alat untuk mengimmobilisasi tungkai seperti

bidai.

Pada aplikasinya terdapat beberapa macam balutan, antara lain:

1. Kassa gulung (gauze roller bandage)

2. Verban elastis (stretchable toller bandage)

3. Verdan segi tiga (trianngulat bandage)

4. Tie shape bandage

Tujuan Pembalutan

Terdapat lima tujuan pembalutan pada cedera musculoskeletal:

1. Untuk mengkompres atau menyokong bagian tubuh yang cedera.

2. Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya edema pada tungkai yang cedera.

Page 51: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 51

3. Untuk melindungi luka dari kontaminasi.

4. Untuk memegang kassa atau bidai.

5. Untuk membantu mempertemukan pinggir luka.

Bahan dan Alat:

1. Sarung tangan.

2. Kassa gulung.

3. Verban elastis berbagai ukutan.

4. Verban segi tiga.

Prinsip Balutan:

1. Pilih ukuran balutan yang tepat.

2. Jika memungkinkan selalu gunakan bahan balutan yang baru, karena setelah satu kali

penggunakan elastisitas bahan akan berkurang.

3. Pastikan kulit penderita bersih dan kering.

4. Tutup luka sebelum melakukan balutan.

5. Periksa neurovaskuler distal.

6. Berikan bantalan pada daerah yang berbahaya.

7. Jika memungkinkan adanya asisten untuk memposisikan tungkai pada posisi yang

benar.

8. Balutan dimulai dari bagian distal tungkai.

9. Pertahankan ketegangan balutan untuk memberikan tekanan yang diinginkan.

10. Pastikan tidak ada kerutan setiap putaran balutan.

11. Pastikan memasang balutan sampai daerah distal dan proksimal lokasi cedera, namun

membiarkan ujung jari tetap terbuka untuk mengevaluasi status neurovaskuler.

12. Pastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik.

Prosedur

1. Melakukan inform consent.

2. Mempersiapkan alat balutan dengan ukuran yang tepat sesuai tungkai yang akan

dibalut.

3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembalutan.

4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.

5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera pada posisi yang

diinginkan.

Page 52: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 52

6. Jika diperlukan melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk

mencegah terjadinya ulkus dekubitus.

7. Melakukan pembalutan dengan teknik:

a. Circular Turn

Melakukan tindakan pembalutan pada ekstremitas yang cedera dengan cara

overlapping penuh pada setiap putaran balutan. Teknik ini biasa digunakan untuk

memegang kassa pada luka.

b. Spiral turn

Teknik ini melakukan pembalutan dengan cara evorlapping setengah lebar balutan

pada setiap putaran, yang dipasang secara asending dari distal ke proksimal

ekstremitas. Teknik ini biasanya digunakan pada tungkai yang berbentuk silinder,

seperti pada pergelangan tangan, jari, dan badan.

c. Spiral reverse turn

Spiran reverse turn merupakan teknik pembalutan spiral turn yang selalu dibalikkan

arah putarannya balutan pada setiap setengah putaran. Teknik ini akan pada

ekstremitas yang berbentuk konus, seperti paha, tungkai bawah, dan lengan bawah.

d. Spica turn (figure of eight)

Teknik spica turn adalah teknik balutan ascending dan descending pada setiap

putaran. pada setiap putaran ascending dan descending selalu overlapping dan

menyilang dari proksimal ke distal sehingga membentuk sudut. Teknik ini biasanya

digunakan pada cedera bahu, panggul, dan pergelangan kaki.

8. Pastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik.

9. Periksa kembali keadaan neurovaskuler distal

LANGKAH CIRCULAR TURN

Langkah 1

Page 53: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 53

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5 LANGKAH SPIRAL TURN

Page 54: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 54

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Page 55: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 55

Langkah 5

Langkah 6

Langkah 7

Langkah 8 LANGKAH SPIRAL REVERSE TURN

Page 56: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 56

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Page 57: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 57

Langkah 5

Langkah 6

Langkah 7 LANGKAH SPICA TURN (FIGURE OF EIGHT)

1. UNTUK BAHU

Langkah 1

Page 58: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 58

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5

Page 59: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 59

Langkah 6 UNTUK KAKI

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Page 60: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 60

Langkah 4

Langkah 5

Langkah 6

Langkah 7

Page 61: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 61

Langkah 8

Mitella

Mitella adalah suatu teknik immobilisasi ekstremitas ataf menggunakan balutan berbentuk

segitiga. Mitella biasa digunakan untuk mengimmobilisasi cedera pada bahu, lengan atas dan

lengan bawah. Mitella dilakukan dengan menggunakan balutan segitiga yang berukuran 50-

100 cm yang terbuat dari cotton.

Tujuan Mitella

Terdapat lima tujuan pemasangan mitella pada cedera musculoskeletal:

1. Untuk menggimmobilisati lengan atas.

2. Untuk memberikan efek elevasi pada ekstremitas atas.

3. Untuk memberikan efek anti grafitasi pada cedera sendi bahu

Bahan dan Alat:

1. Sarung tangan.

2. Balutan berbentuk segi tiga ukuran 50-100 cm yang terbuat dari cotton.

3. Peniti

Prosedur:

1. Melakukan inform consent.

2. Mempersiapkan alat balutan dengan ukuran yang tepat sesuai ekstremitas yang akan

dipasang mitella.

3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembalutan.

4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.

5. Memposisikan ekstremitas atas pada posisi adduksi dan rotasi interna sendi bahu,

fleksi 90o sendi siku.

Page 62: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 62

6. Lakukan pemasangan mitella dengan sisi runcing ke arah sendi siku, dan dua sisi

runcing lainnya diikatkan ke samping leher.

7. Bagian akral diusahakan tidak tertutup mitella.

8. Periksa kembali neurovaskuler distal

Mittela

Gambar mitela

Sumber www.ensiklopediapramuka.com

Page 63: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 63

Armsling

Gambar armsling

Sumber www.ensiklopediapramuka.com/

Untuk Dada

Sumber www.ged.free-ed.net/

Page 64: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 64

Untuk pinggul

Sumber www.ged.free-ed.net/

Membuat lipatan mittela menjadi bandage

Page 65: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 65

Bandage for the temple, cheek, or ear

Gambar pemasangan bandage dahi, pipi, atau telinga

Sumber wwwged.free-ed.net/

Untuk Siku atau lutut

Gambar pemasangan bandage untuk siku

Sumber www.ged.free-ed.net/

Page 66: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 66

Untuk lengan

Gambar pemasangan bandage untuk lengan

Sumber www.ged.free-ed.net/

CHECK LIST PEMBALUTAN LUKA

NO KRITERIA NILAI

0 1 2

1 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut

- Inspeksi - Palpasi - Gerakan

2 Memilih pembalut dengan tepat

3 Melakukan tindakan pra pembalutan (membersihkan luka,

memberi disinfektan dan kasa steril)

4 Melakukan pembalutan dengan cara benar (posisi dan arah

balutan)

5 Hasil pembalutan

- Tidak mudah lepas - Tidak mengganggu peredaran darah - Tidak mengganggu gerakan lain

Jumlah 10

Keterangan :

0 = tidak melakukan Instruktur

1 = melakukan tapi salah

Page 67: MODUL-SL-BLOK2.3-MAHASISWA.pdf

Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA Page 67

2 = melakukan tapi kurang sempurna

3 = melakukan dengan sempurna ( )

Nilai Mahasiswa = (Jumlah Skor / 10) x 100%

JML NILAI JML NILAI

10 100 4 40

9 90 3 30

8 80 2 20

7 70 1 10

6 60 5 50

Daftar Pustaka

www.ensiklopediapramuka.com/ diakses pada tanggal 9 Oktober 2013

www.ged.free-ed.net diakses pada tanggal 9 Oktober 2013