modul praktikum elka 2012
DESCRIPTION
elkaTRANSCRIPT
i | H a l a m a n
DATA PEMILIK MODUL
ELEKTRONIKA
SEMESTER I, 2012/2013
Nama: ___________________________________________________
NIM: ___________________________________________________
Program Studi: ___________________________________________________
Shift Praktikum: ___________________________________________________
Alamat: ___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
Email: ___________________________________________________
Phone: ___________________________________________________
i | H a l a m a n
TATA TERTIB PRAKTIKUM
FI-2104 ELEKTRONIKA
2012/2013
1. Tugas pendahuluan
a. Harus dikerjakan 100%, jika dikerjakan <100% maka nilai Tugas Pendahuluan Anda
menjadi nol.
b. Dikumpulkan saat praktikum dimulai.
c. Tugas pendahuluan dapat dilihat di papan pengumuman lab elektronika dan
didownload di situs elka.fi.itb.ac.id
2. Tes Awal
Diadakan di awal praktikum, untuk menguji kesiapan Anda, bacalah modul dan buku
penunjang sebelum praktikum.
3. Keterlambatan dan berhalangan hadir
a. Toleransi keterlambatan 20 menit.
b. Jika terlambat kurang dari 20 menit, diperkenankan mengikuti tes awal tanpa
diberikan waktu tambahan.
c. Jika terlambat lebih dari 20 menit, Anda tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
d. Jika berhalangan hadir pada saat praktikum diperlukan surat keterangan dan tanda
tangan dosen mata kuliah Elektronika
e. Jika praktikum Anda bentrok dengan waktu ujian, maka Anda harus segera
menghubungi koordinator asisten untuk memindahkan waktu praktikum.
4. Tidak diperkenankan berpindah shift, tanpa sepengetahuan asisten dan koordinator
asisten
5. Nilai praktikum sama dengan nol, jika :
a. Tidak hadir saat praktikum tanpa alasan yang kuat disertai bukti dan surat
keterangan.
b. Tidak diperkenankan mengikuti praktikum oleh asisten sesuai ketentuan tata tertib
yang berlaku.
6. Laporan dan nilai praktikum
a. Diketik rapi sesuai dengan format laporan
b. Dikumpulkan di tempat pengumpulan laporan satu minggu setelah praktikum, paling
lambat pukul 17:00
ii | H a l a m a n
c. Setiap keterlambatan penyerahan laporan akan menyebabkan pengurangan nilai
laporan sebesar ½ untuk setiap harinya.
d. Jika terdapat laporan yang sama antara dua atau lebih praktikan, maka nilai dari
laporan tersebut adalah nilai rata-rata laporan yang sama dibagi banyaknya laporan
yang sama.
e. Nilai praktikum setiap modul dapat dilihat di papan pengumuman lab, segala bentuk
komplain terhadap nilai dilayani paling lambat satu minggu setelah pengumuman
nilai praktikum.
7. Pakaian selama praktikum
a. Memakai baju (kaos) berkerah, sepatu, bagi yang menggunakan sepatu sandal harus
memakai kaos kaki.
b. Tidak diperkenankan mengenakan jaket apapun saat praktikum kecuali Anda sakit.
8. Selama praktikum berlangsung :
a. Tertib
b. Tidak menggunakan handphone di ruang praktikum,
c. Izin keluar (selain sholat) hanya diperbolehkan maksimal 10 menit
d. Peserta praktikum dilarang untuk bertanya kepada asisten tentang langkah –
langkah praktikum. Oleh karena itu diusahakan untuk mempelajari langkah –
langkah praktikum sebelum praktikum dimulai.
9. Segala bentuk konfirmasi dilakukan pada H-1 praktikum dilakukan.
10. Praktikum susulan
a. TIDAK ADA PRAKTIKUM SUSULAN, usahakan Anda mengikuti seluruh praktikum.
b. Jika berhalangan hadir, maka dapat mengikuti praktikum pada shift lain (konfirmasi
pada koordinator asisten terlebih dahulu).
Bandung, 21 September 2012
Koordinator Asisten
Andri Rahmadhani
(10209084)
iii | H a l a m a n
DAFTAR ISI
TATA TERTIB PRAKTIKUM ELEKTRONIKA i
DAFTAR ISI iii
FORMAT LAPORAN iv
PENILAIAN PRAKTIKUM vi
PANDUAN PRAKTIKUM DAN PENGGUNAAN ALAT viii
MODUL 1
RANGKAIAN THEVENIN DAN RANGKAIAN AC 1
MODUL 2
CATU DAYA DAN RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG 9
MODUL 3
TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN PENGUAT COMMON EMITTER 15
MODUL 4
OPERATIONAL AMPLIFIER 22
iv | H a l a m a n
Modul [nomor modul]
[Ini Judul]
Nama : [Nama]
NIM : [NIM]
E-mail : [email protected]
Shift/Minggu : misalnya : I/1, III/1, IV/2
Asisten : xxxx (102yyyyy)
: yyyy (102xxxxx)
Tanggal Praktikum : misalnya 20 September 2012
Tanggal Pengumpulan : misalnya 27 September 2012
Abstrak
Dicetak miring, berisi 1 paragraf, merupakan intisari dari laporan yang meliputi tujuan,
metode praktikum, hasil dan kesimpulan.
Kata kunci : 3-5 kata kunci, kata-kata penting dalam laporan yang dapat digunakan untuk
mencari informasi mengenai isi laporan.
1. Tujuan
a. Tujuan 1
b. Tujuan 2
2. Teori Dasar
a. Deskripsikan konsep dan prinsip-
prinsip yang penting saja.
b. Bila perlu disertai dengan
gambar/grafik, usahakan gambar
tidak ditulis tangan, khan ada
Microsoft Visio, Corel dll.
c. Rumus ditulis dan diberi nomor,
misalnya :
Vi
VoG log20)( =ω ………….(1)
3. Data
a. Data dari lembar data diketik
kembali
b. Ketikan yang perlu-perlunya saja.
Biasanya data yang sekalian dipakai
dalam pengolahan data
c. Sebaiknya gunakan tabel
4. Pengolahan Data
a. Tidak perlu terlalu detail rincian
perhitungannya, khan ada Microsoft
Exell, Mathlab dll
b. Berisi hasil olahan data percobaan,
misalnya : “dari data point 3a dan
rumus (1), diperoleh kurva berikut :”
Grafik 1 : Grafik asdfasdf
5. Analisis
a. Analisis mengenai data yang
diperoleh, Apakah sesuai dengan
teori atau menyimpang
b. Jika data menyimpang, jelaskan
mengapa demikian
c. Analisis ini bukan buat curhat,
misalnya “data yang diperoleh
kurang baik, karena saya belum
mahir bla… bla… bla…”
6. Kesimpulan
a. Simpulkan apa yang didapat dari
praktikum ini.
b. Secara umum, tunjukan jawaban dari
tujuan
7. Referensi
[1] Gunakan standar yang sama untuk
semua daftar referensi
[2] Referensi harus di-refer dalam
laporan
Grafik
0
50
100
150
200
250
300
350
0 5 10 15 20
Nilai x
Nilai Y
v | H a l a m a n
FORMAT LAPORAN
1. Pengaturan halaman (page setup)
a. Kertas A4, potrait
b. Margins : Top 1.5 cm, Bottom 1.5 cm, left 3 cm, right 1 cm
c. Gunakan format 2 kolom dari tujuan hingga referensi
2. Huruf (font)
a. Judul : Times New Roman size 14, Bold
b. Abstrak : Times New Roman size 12, Italics
c. Yang lain nya : Times New Roman size 12
d. Keterangan tabel, gambar dan grafik : Times New Roman size 10
3. Referensi harus di-refer di dalam laporan!!, bukan hanya memasukan judul buku.
Misalnya : “teorema thevenin menyatakan : setiap rangkaian dengan gerbang tunggal,
dapat digantikan dengan suatu sumber tegangan tetap dan suatu hambatan seri[2]
”, maka
di no.3 daftar referensi dituliskan “Sutrisno, Elektronika Teori dan Penerapannya, ITB, 1986”
4. Beri keterangan pada grafik, sumbu x nya, sumbu y nya, judul grafiknya.
5. Grafik, gambar, rumus dan tabel diberi penomoran dan nama, misalnya Gambar 3 :
Penguat Differensial, Tabel 1 : Tabel data filter aktif, Grafik 1 : Grafik tegangan terhadap
arus.
6. Penamaan shift : nomor shift ditulis dengan angka romawi, minggu ke___ ditulis dengan
angka latin. Misalkan : shift/minggu : IV/2, artinya shift IV minggu ke-2.
7. Gunakan format yang telah ditentukan, agar mempermudah penilaian. Lumayan juga
khan nilai 5% buat format laporan? ☺
21 September 2012
_KoRDAS_
10209084
vi | H a l a m a n
Penilaian Praktikum Elektronika FI-2104
Penilaian Laporan Praktikum Elektronika
No Bagian Boleh sama / tidak
1 Abstrak Tidak
2 Tujuan Boleh
3 Teori Dasar Tidak
4 Data Boleh
5 Pengolahan Data Tidak
6 Analisis Tidak
7 Kesimpulan Tidak
8 Referensi Boleh
15%
20%
15%
50%
Komponen Penilaian Praktikum
TP(15%)
TA(20%)
Keterampilan(15%)
Laporan(50%)
5%
15%
15%
25%
30%
10%
Komponen Penilaian Laporan
Format(5%)
Abstrak, Tujuan,Teori Dasar(15%)
Data(15%)
PengolahanData(25%)
Analisis(30%)
Kesimpulan danReferensi(10%)
vii | H a l a m a n
Jika terdapat bagian yang sama dengan praktikan lain, maka nilai
praktikan untuk bagian yang sama tersebut ialah
nilairata-rata praktikannilai
nn
=
Dengan n ialah jumlah praktikan yang suatu bagian dari
laporannya sama.
viii | H a l a m a n
PANDUAN PRAKTIKUM DAN PENGGUNAAN ALAT
DAFTAR ASISTEN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA FI-2104 TAHUN 2012/2013
No Nama NIM No Nama NIM
1 Adam Mubarok 10210036 16 Maria Setyo Ayuningtyas 10210053
2 Adlian Satyowibowo 10208015 17 Muhammad Mufti Muflihun 10208039
3 Ahmad Sidik 10209059 18 Nur Hakim Soleh 10209110
4 Amanda Kistilensa 10210072 19 Rachmat Maulana 10210101
5 Amimah Halawati 10210062 20 Resti Marlina 10209095
6 Andri Rahmadhani 10209084 21 Retno Miranti 10210055
7 Catra Novendia Utama 10208074 22 Sri Septiyanty Marpaung 10209001
8 Denies Chrissteven 10209033 23 Swastya Rahastama 10210037
9 Derina Adriani 10209043 24 Tubagus Abid Alfarisi 10210071
10 Dian Ahmad Hapidin 10210104 25 Ulin Nuha Abdul Qohar 10210095
11 Edi Parlindungan Hutasoit 10209104 26 Widyo Jatmoko 10208038
12 Fauzia P. Lestari 10210085 27 Wisnu Wardhana 10208096
13 Firman Iqro' Bismillah 10209108 28 Yundi Supriadani 10209008
14 Ginna Permata Anggraeni 10210082 29 Zamzam Multazam 10210012
15 Heldi Alfiadi 10210004
TABEL WARNA NILAI RESISTOR
Keterangan:
Warna Nilai
Hitam 0
Coklat 1
Merah 2
Jingga 3
Kuning 4
Hijau 5
Biru 6
Ungu 7
Kelabu 8
Putih 9
Gambar 1. Tabel Warna Nilai Resistor
ix | H a l a m a n
PEMBACAAN NILAI KAPASITOR
MULTIMETER
Perhatikan baik baik catatan mengenai penggunaan multimeter.
• Kesalahan penggunaan multimeter dapat
menyebabkan fuse pada multimeter putus.
• Dalam keadaan tidak dipakai, selector
sebaiknya pada kedudukan AC volt pada harga
skala cukup besar (misalnya 250 volt). Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
pakai yang membahayakan multimeter.
• Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik
perhatikanlah lebih dahulu besaran apakah yang
hendak diukur dan kira kira berapa besarnya,
kemudian pilihlah kedudukan selector dan skala
yang akan digunakan. Perhatikan pula polaritas
bila diperlukan.
• Jangan menyambungkan multimeter pada
rangkaian, baru kemudian memilih kedudukan
selector dan skala yang akan digunakan. Jika
arus/tegangan melebihi batas maksimal
pengukuran multimeter, fuse dapat putus.
• Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat
dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka mulailah dari batas ukur yang paling
besar. Setelah itu selector dapat dipindahkan ke batas ukur yang lebih rendah untuk
memperoleh ketelitian yang lebih baik.
• Harus diperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh dilakukan pada komponen atau
rangkaian yang tidak mengandung sumber tegangan.
Gambar 3. Multimeter
Gambar 2. Pembacaan Nilai Kapasitor
x | H a l a m a n
OSILOSKOP
Gambar 4. Bagian depan osiloskop
1. Lingkaran 1 menyatakan sumber signal. 1.
• Switch pada posisi CH1 artinya sumber signal berasal dari Channel 1.
• Switch pada posisi CH2 artinya sumber signal berasal dari Channel 2.
• Switch pada posisi LINE artinya sumber signal berasal dari Line.
• Switch pada posisi EXT artinya sumber signal berasal dari sumber external di luar
osiloskop.
2. Lingkaran 2 menyatakan input chanel 1 (osiloskop mempunyai 2 input : chanel 1 dan
chanel 2 )
3. Lingkaran 3 menyatakan Channel mana yang ditampilkan pada layar.
• Switch pada posisi CH1 artinya layar akan menampilkan grafik dari Channel 1.
• Switch pada posisi CH2 artinya layar akan menampilkan grafik dari Channel 2.
• Switch pada posisi DUAL artinya layar akan menampilkan grafik dari Channel 1 dan
Channel 2 secara bersamaan.
• Switch pada posisi ADD artinya layar akan menampilkan grafik dari Channel 1 di
superposisi dengan Channel 2 .
4. Lingkaran 4 menyatakan jenis signal input.
• Switch pada posisi AC artinya signal input berupa signal AC.
• Switch pada posisi GND artinya signal input berupa signal ground.
• Switch pada posisi DC artinya signal input berupa signal „
5. Lingkaran 5 menyatakan Volts/Div (besarnya Volts per kotak pada layar osiloskop).
• Tombol Volts/Div diputar ke kanan artinya semakin besar Volts per kotak sehingga
tampilan signal semakin kecil.
• Tombol Volts/Div diputar ke kiri artinya semakin kecil Volts per kotak sehingga
tampilan signal semakin besar.
• Perhatikan ada tombol kecil di tengah tombol besar yang berfungsi sama tetapi
dengan skala yang lebih kecil (fine-tuning).
6. Lingkaran 6 menyatakan Vertical Position (posisi secara vertikal).
• Apabila tombol Vertical Position diputar ke kanan maka tampilan signal bergerak ke
atas.
xi | H a l a m a n
• Apabila tombol Vertical Position diputar ke kiri maka tampilan signal bergerak ke
bawah.
7. Lingkaran 7 menyatakan Horizontal Position (posisi secara horizontal).
• Apabila tombol Horizontal Position diputar ke kanan maka tampilan signal bergerak ke
kanan.
• Apabila tombol Horizontal Position diputar ke kiri maka tampilan signal bergerak ke
kiri.
8. Lingkaran 8 menyatakan Time/Div (waktu per kotak pada layar osiloskop).
• Time/Div merupakan kebalikan dari frekuensi.
• Satuan Time/Div adalah second atau milisecond (ms).
• Satuan frekuensi adalah Hz atau 1/second.
Contoh:
Time/div = 1 ms = 0,001 second
Frekuensi = 1/0,001 Hz = 1.000 Hz = 1 kHz
Pengukuran Tegangan Searah Dan Bolak-Balik
• Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, disebabkan oleh
kalibrasi osiloskop, pengaruh impendansi input, kabel penghubung serta gangguan
parasitik.
• Untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh impedansi input, dapat
digunakan probe yang sesuai dan melakukan proses kalibrasi sebelum melakukan
pengukuran.
• Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada layar dengan
mengetahui nilai volt/div yang digunakan.
• Untuk mempermudah dalam mengamati pengukuran, perbaiki dahulu kualitas sinyal pada
layar meliputi intensitas, focus, dan trace rotation.
• Perhatikan mode AC atau DC pada osiloskop pada saat melakukan pengukuran.
Pengukuran Beda Fasa
A. Metode Osiloskop Mode Dual Trace
• Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua dihubungkan
pada kanal B dari osiloskop
• Pada layar osiloskop akan terlihat bentuk tegangan kedua sinyal tersebut, dimana
beda fasanya dapat langsung dibaca dengan cara φ = ∆t/T*360o
Gambar 5. Pengukuran Beda Fasa Mode Dual Trace
xii | H a l a m a n
B. Metode Lissajous
• Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, sinyal kedua dihubungkan pada kanal
A osiloskop.
• Ubah mode osiloskop menjadi mode x-y.
• Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus, atau ellips
dimana dapat langsung ditentukan beda fasa antara kedua sinyal tersebut dengan
menggunakan rumusan :
� � ����� �
Gambar 6. Pengukuran Beda Fasa Metode Lissajous
Pengukuran Frekuensi
A. Metode Langsung
• Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop
• Frekuensi sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar,dimana:
F = frekuensi = 1/T ; T = Periode gelombang
Gambar 7. Pengukuran Frekuensi Metode Langsung
B. Metode Osiloskop Mode Dual Trace
• Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator dengan frekuensi
yang diketahui dihubungkan pada kanal B.
• Bandingkan kedua gelombang tersebut dengan menampilkannya secara
bersamaan.
• Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda sinyal yang diukur sama
dengan perioda sinyal generator. Pada keadaan ini, frekuensi generator sama
dengan frekuensi sinyal yang diukur
xiii | H a l a m a n
Gambar 8. Pengukuran Frekuensi Mode Dual Trace
C. Metode Lissajous
• Sinyal yang diukur dihubungkan pada channel 1, sedangkan generator dengan
frekuensi yang diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada channel 2.
• Ubah mode osiloskop menjadi mode x-y.
• Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat suatu
lintasan seperti ini.
• Pada gambar di atas, perbandingan fx:fy adalah 1:2.
• Cara ini hanya mudah dilakukan untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan
bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya)
Gambar 9. Pengukuran Frekuensi Metode Lissajous
D. Metode Cincin Modulasi
• Hubungkan generator sinyal sebagai input rangkaian penggeser fasa
• Sambungkan output rangkaian penggeser fasa ini ke input channel 2 osiloskop
• Hubungkan input cahnnel 1 dengan sinyal yang akan diukur.
• Ubah mode kerja osiloskop menjadi mode x-y.
• Pada layar akan didapat lintasan berbentuk elips atau lingkaran dengan puncak
puncak (liaht gambar). Bila jumlah puncak pada gambar adalah n, maka fx = n * fy.
• Metoda ini biasa digunakan pada perbandingan frekuensi yang besar, dimana
metoda lissajous sukar digunakan.
Gambar 10. Pengukuran Frekuensi Metode Cincin Modulasi
xiv | H a l a m a n
Pengukuran Faktor Penguatan
A. Cara langsung (Lissajous)
• Hubungkan keluaran generator sinyal pada input rangkaian penguat. Input
rangkaian penguat ini juga dihubungkan pada channel 1 osiloskop.
• Hubungkan output rangkaian penguat pada channel 2 osiloskop.
• Gunakan mode x-y.
• Pada layar osiloskop akan didapat suatu garis lurus dengan sudut α terhadap sumbu
horizontal.
• Besar faktor penguatan langsung dapat diketahui dari gambar, dimana penguatan
merupakan kemiringannya.
Gambar 11. Pengukuran Faktor Penguatan Cara Langsung (Lissajous)
B. Cara osiloskop mode “Dual Trace”
• Generator sinyal dihubungkan pada input rangkaian penguat yang akan diamati
penguatannya, dan pada kanal A osiloskop
• Output rangkaian penguat dihubungkan pada kanal B osiloskop
• Pada layar akan didapat sinyal input dan output rangkaian penguat
• Dengan mengukur tegangan sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat, maka
faktor penguatan dapat ditentukan
Gambar 12. Pengukuran Faktor Penguatan Mode Dual Trace
xv | H a l a m a n
Pengamatan Karakteristik Komponen Dua Terminal
• Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati karakteristik tegangan terhadap arus dari
suatu komponen dua terminal.
• Suatu sumber tegangan bolak balik dihubungkan pada komponen dua terminal ini.
• Tegangan pada komponen dua terminal dihubungkan pada input X osiloskop (channel 1)
sedangkan tegangan pada resistor yang sebanding dengan besarnya arus yang melalui
komponen dua terminal (I = -VR/R ), dihubungkan pada input Y osiloskop (channel 2).
• Pada layar osiloskop akan didapat grafik, dimana sumbu Y menyatakan besarnya arus
yang melalui komponen dua terminal dan sumbu X menyatakan besarnya tegangan pada
komponen dua terminal. Pada sumbu Y, arus bernilai terbalik sehingga untuk
mendapatkan karakteristik tegangan terhadap arus komponen yang baik, jangan lupa
untuk menekan tombol invert.
Gambar 13. Pengukuran Karakteristik Komponen Dual Terminal
1 | H a l a m a n
MODUL 1
RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN RANGKAIAN AC
1. TUJUAN PRAKTIKUM
• Mampu menggunakan alat ukur elektronika dan signal generator
• Mampu menganalisis rangkaian thevenin
• Mengetahui dan memahami bentuk rangkaian tapis serta fungsinya
• Dapat menentukan frekuensi kerja tapis dari eksperimen yang dilakukan dan
membandingkannya dengan teori
• Memahami sifat integrator dan differensiator pada rangkaian tapis dan keluarannya
(output)
• Menyusun rangkaian tapis (bandpass filter dan notch filter) dari rangkaian high pass
dan low pass filter dan keluarannya (output)
2. ALAT DAN KOMPONEN
• Signal Generator
• Osiloskop
• Multimeter
• Kit tapis lolos rendah, tapis lolos
tinggi, dan resonator
• Kabel jumper
• Kit rangkaian pasif
• PCB & solder
• Catu Daya
3. TEORI DASAR
Sebelum memahami rangkaian yang ada pada modul ini, praktikan diharapkan mampu
menggunakan alat ukur pada elektronika. Berikut adalah pengukuran yang biasa digunakan
dalam praktikum.
Resistor
Keterangan:
Warna Nilai
Hitam 0
Coklat 1
Merah 2
Jingga 3
Kuning 4
Hijau 5
Biru 6
Ungu 7
Kelabu 8
Putih 9
Gambar 1. Pembacaan Resistor
2 | H a l a m a n
Kapasitor
Gambar 2. Pembacaan Kapasitor
Pengukuran Tegangan dan Arus
Gambar 3. Cara Pengukuran Tegangan
Gambar 4. Cara Pengukuran Arus
Pengukuran dari tegangan harus dilakukan secara pararel.
Pengukuran arus harus dilakukan secara seri dengan menggunakan alat ukur.
3.1 RANGKAIAN SETARA THEVENIN
Dalam hal suatu rangkaian listrik yang mengandung sumber tegangan atau sumber arus,
atau kedua- duanya, serta mengandung resistor, kapasitor, dioda, transistor, transformator,
dan sebagainya, kita dapat menggunakan pengertian rangkaian setara, untuk mempermudah
kita membahas perilaku rangkaian dalam hubungannya dengan beban atau rangkaian lain. Ada
dua bentuk dasar rangkaian setara, yakni rangkaian setara thevenin dan rangkaian setara
norton. Pada praktikum kali ini, praktikan hanya mencoba rangkaian setara thevenin.
3 | H a l a m a n
Rangkaian setara thevenin adalah rangkaian yang terdiri dari sebuah sumber tegangan dan
sebuah tahanan yang terhubung secara seri.
Gambar 5. Rangkaian Pembagi Tegangan
Untuk membuat rangkaian setara thevenin dari rangkaian di atas, praktikan harus
membuat rangkaian tersebut pada keadaan terbuka antara terminal A dan B. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mencari tegangan Thevenin
Karena rangkaian dibiarkan terbuka, tidak ada arus yang mengalir pada R2. Dengan
demikian, tidak ada tegangan pula pada R2. Tegangan thevenin sama dengan tegangan
yang terdapat pada R3. Sesuai dengan kaidah pembagi tegangan, diperoleh
�� � �� � ������� � ........................................ (1)
2. Mencari hambatan Thevenin
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mencari hambatan thevenin adalah
menghubung singkat semua tegangan yang ada. Ukurlah hambatan thevenin di terminal A
dan B dengan cara menghubungkan dari resistor 15Ω dan 10Ω. Dan pada gambar di bawah
ini besarnya adalah 10Ω.
Gambar 6. Pengukuran Hambatan Thevenin
3. Menggambarkan rangkaian setara thevenin
Gambar 7. Rangkaian Setara Thevenin
Seperti yang terlihat pada gambar, tegangan dan hambatan thevenin terhubung secara
seri dengan tegangan thevenin sebesar 10 V dan hambatan thevenin sebesar 10 Ω.
4 | H a l a m a n
3.2 TAPIS (FILTER)
Bentuk umum dari pengolahan sinyal (signal processing) yaitu perubahan sinyal masukan
menjadi frekuensi keluaran yang sebanding dengan harga komponen yang digunakan. Signal
processing dalam hal ini menggunakan tapis, tapis yang ideal diilustrasikan pada gambar di
bawah ini
Gambar 8. Respon Frekuensi Tapis Ideal: (a) High Pass (b) Low Pass (c) Band Pass dan (d) Notch
High pass filter yang ideal akan meloloskan semua frekuensi di atas frekuensi potong fx
tanpa pelemahan serta menahan semua frekuensi di bawah fx. Low pass filter akan
melakukan hal yang berkebalikan dengan high pass filter. Bandpass filter hanya melewatkan
frekuensi di antara 2∆fo. Notch filter atau band reject filter adalah komplemen dari bandpass
filter. Filter yang tidak ideal tidak akan memperlihatkan grafik yang menurun secara tajam
(seperti pada Gambar 4).
Rangkaian tapis digunakan untuk menahan frekuensi tertentu dan meloloskan sebagian
frekuensi tertentu, bergantung pada jenis tapis yang akan kita gunakan. Rangkaian tapis (filter)
yang akan kita gunakan pada praktikum ini adalah tapis pasif.
3.2.1 Tapis Lolos Rendah (Low Pass Filter)
Rangkaian ini berfungsi sebagai rangkaian pengintegral (integrator).
Gambar 9. Tapis Lolos Rendah
Gambar 10. Bentuk Isyarat Masukan Vi dan Keluaran Vo untuk τ = RC >> T, dengan τ adalah
Tetapan Waktu
5 | H a l a m a n
Pada frekuensi rendah, tegangan keluaran sama dengan tegangan masukan. Namun,
pada frekuensi tinggi, isyarat keluaran diperkecil. Hambatan R dan reaktansi kapasitor C
membentuk pembagi tegangan kompleks.
Perbandingan antara tegangan keluaran kompleks ����� dan tegangan masukan
kompleks ����� disebut fungsi alih, �̅���.
�̅��� � ������������
��� !�� �
� !� �"��#�� .................................. (2)
Bentuk fungsi alih, �̅���, dapat diubah lebih sederhana menjadi
�̅��� � �$"���$
...................................................................... (3)
dengan �% � ��# , �% adalah frekuensi sudut potong. Grafik �̅��� sebagai fungsi frekuensi
& � �'( disebut tanggapan amplitudo. Dalam melukiskan tanggapan amplitudo, biasanya
digunakan rasio tegangan dalam dB (desibel), yang didefinisikan sebagai:
�̅����)� � 20 log ���������� ................................................. (4)
3.2.2 Tapis Lolos Tinggi (High Pass Filter)
Rangkaian tapis lolos tinggi merupakan rangkaian yang berfungsi sebagai diferensiator.
Gambar 11. Tapis Lolos Tinggi
Gambar 12. Bentuk Isyarat Masukan Vi dan Keluaran Vo untuk τ = RC<<T, dengan τ adalah
Tetapan Waktu
Hambatan R dan reaktansi kapasitor C membentuk pembagi tegangan kompleks.
6 | H a l a m a n
Perbandingan antara tegangan keluaran kompleks ����� dan tegangan masukan
kompleks ����� disebut fungsi alih, �̅���.
�̅��� � ������������
� ��� !��
� "��#"��#�� �
"��#�#/"�� �0!1
......... (5)
Bentuk fungsi alih, �̅���, dapat diubah lebih sederhana menjadi
�̅��� � "�"���$
...................................................................... (6)
dengan �% � ��# , �% adalah frekuensi sudut potong. Grafik �̅��� sebagai fungsi frekuensi
& � �'( disebut tanggapan amplitudo. Dalam melukiskan tanggapan amplitudo, biasanya
digunakan rasio tegangan dalam dB (desibel), yang didefinisikan sebagai:
�̅����)� � 20 log ���������� ................................................. (7)
3.2.3 Tapis Lolos Tengah (Band Pass Filter)
Rangkaian tapis lolos tengah dapat diperoleh dengan menggabungkan rangkaian tapis
lolos rendah dan tapis lolos tinggi secara seri. Frekuensi tapis lolos tengah merupakan irisan
frekuensi potong dari kedua filter di atas. Jika digambarkan secara grafik, gabungan seri dari
tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi akan tampak seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 13. (a) Tapis Lolos Rendah, (b) Tapis Lolos Tinggi, (c) Tapis Lolos Tengah
3.2.4 Tapis Lolos Pita (Notch Filter)
Rangkaian tapis lolos pita dapat diperoleh dengan menggabungkan rangkaian tapis lolos
rendah dan tapis lolos tinggi secara paralel. Frekuensi tapis lolos pita merupakan gabungan
frekuensi potong dari kedua filter di atas. Jika digambarkan secara grafik, gabungan paralel
dari tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi akan tampak seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 14. (a) Tapis Lolos Rendah, (b) Tapis Lolos Tinggi, (c) Tapis Lolos Pita
7 | H a l a m a n
4. PERCOBAAN
4.1 Pengukuran Arus Searah
Lihat gambar pada teori dasar pengukuran arus searah. Lalu lakukan langkah berikut:
• Dengan nilai tegangan sumber Vs 5 volt dan variasi nilai R, hitunglah nilai I secara
teori lalu ukurlah arus searah I dengan multimeter analog. (Perhatikan polaritas
meter !). Sesuaikan batas ukur dengan nilai arus yang diukur.
• Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan multimeter ke rangkaian), pastikan
batas ukur terpilih dengan tepat dengan mengacu pada nilai I perhitungan teori.
4.2 Pengukuran Tegangan Searah
Lihat gambar pada teori dasar pada pengukuran searah. Lalu, lakukan langkah berikut ini:
• Ukur tegangan Vab dengan multimeter analog, sesuaikan batas ukur yang dipilih
dengan hasil perhitungan Vab secara teori. Batas ukur manakah yang dipilih? Adakah
pengaruh resistansi dalam meter terhadap hasil pengukuran ?
• Lakukan pengukuran tegangan Vab dengan konfigurasi nilai R yang berbeda.
4.3 Rangkaian Setara Thevenin
1. Pasanglah komponen-komponen pada kit yang telah disediakan.
2. Hubungkan power supply dengan rangkaian thevenin (gunakan masukan tegangan
sebesar +5V).
3. Setelah rangkaian terpasang, carilah ETH dan RTH.
4. Kemudian carilah Vo dengan berbagai macam hambatan RL
4.4 TAPIS
4.2.1 Tapis Lolos Rendah (Low Pass Filter / LPF)
1. Hubungkan probe channel 1 osiloskop pada Vpp sinyal generator dan ground
osiloskop pada ground sinyal generator.
2. Buatlah sinyal generator menghasilkan keluaran berupa sinyal sinusoidal sebesar
500 mVpp. Amati keluaran tersebut dengan menggunakan osiloskop.
3. Setelah diperoleh keluaran yang sesuai dari sinyal generator, hubungkan probe
channel 1 osiloskop dan Vpp sinyal generator pada input kit praktikum, hubungkan
pula ground osiloskop dan ground sinyal generator pada ground kit praktikum.
Probe channel 2 dihubungkan dengan output kit praktikum dan ground osiloskop
pada ground kit praktikum.
4. Pastikan Anda telah menyusun sebuah rangkaian tertutup.
5. Ubah-ubahlah frekuensi pada sinyal generator mulai dari 100 Hz hingga 100 kHz,
untuk di sekitar frekuensi kerja, buatlah agak rapat! Tabelkan data yang telah
diperoleh pada Tabel 2! Dokumentasikan pula besar frekuensi, hambatan resistor,
dan kapasitansi kapasitor.
4.2.2 Tapis Lolos Tinggi (High Pass Filter / HPF)
Lakukan langkah yang sama seperti poin 1 s.d. 5 pada percobaan sebelumnya.
4.2.3 Tapis Lolos Tengah (Band Pass Filter / BPF) dan Tapis Lolos Pita (Notch Filter / NF)
Rangkailah LPF dan HPF secara seri atau parallel dan lakukan langkah yang sama seperti
poin 1 s. d. 5 pada percobaan sebelumnya.
8 | H a l a m a n
5. TUGAS LAPORAN
5.1 RANGKAIAN SETARA THEVENIN
1. Lengkapilah semua tabel hasil percobaan Anda!
2. Buatlah analisis dengan membandingkan hasil perhitungan dan hasil eksperimen
meliputi ETH dan RTH!
5.2 TAPIS
1. Lengkapilah semua tabel hasil percobaan Anda!
2. Gambarkanlah bentuk sinyal yang Anda peroleh dari layar osiloskop dan berilah
keterangan selengkap-lengkapnya!
3. Buatlah analisis dengan membandingkan hasil perhitungan dan hasil eksperimen
meliputi penguatan, frekuensi kerja, grafik tanggapan fasa, dan grafik tanggapan
amplitudo!
6. REFERENSI
1) Sutrisno.1986. ELEKTRONIKA: Teori dan Penerapannya, Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.
2) Buchla, David and Wayne McLachlan.1992. Applied Electronic Instrumentation and
Measurement. New York: Macmillan Publishing Company.
3) http://www.fi.itb.ac.id/
4) http://www.kpsec.freeuk.com/
5) http://www.nectec.or.th/courseware/electrical/tool/
6) http://www.technocine.com/Equipment/
7) http://www.extras4u.com/pictures/electronics/multimeter/
8) http://www.flite.co.uk/
9) http://resistor-colorcodes.org/how-to-read-resistor-color-codes/
10) http://cameriworkbench.blogspot.com/2010/07/electronic-electrical-cheat-
sheets.html
Revised by :
Denies Chrissteven (10209033)
Derina Adriani (10209043)
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Lembar Data Modul 1
Rangkaian Thevenin dan Rangkaian AC
Nama :
NIM :
Shift :
Percobaan 1: Pengukuran Arus Searah
Tabel 1. Data Pengukuran Arus Searah
Parameter rangkaian seri Nilai arus
teori di R2 (A)
Multimeter Digital
R1 (Ω) R2 (Ω) Nilai arus terukur(A)
Percobaan 2: Pengukuran Tegangan Searah
Tabel 2. Data Pengukuran Tegangan Searah
Parameter rangkaian
seri Nilai tegangan
teori
di R2 (A)
Multimeter Digital
R1 (Ω) R2 (Ω) Nilai tegangan terukur (V)
Percobaan 3: Rangkaian Setara Thevenin
Tabel 3. Data Pengukuran Rangkaian Setara Thevenin
VS (V) R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) RTH (Ω) ETH (V)
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Percobaan 4: Tapis
Low Pass Filter
R = .......................... Ω ; C = .............................. F
No f (Hz) Vin (V) Vout (V) No f (Hz) Vin (V) Vout (V)
High Pass Filter
R = .......................... Ω ; C = .............................. F
No f (Hz) Vin (V) Vout (V) No f (Hz) Vin (V) Vout (V)
Catatan:
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Band Pass Filter
R = .......................... Ω ; C = .............................. F
No f (Hz) Vin (V) Vout (V) No f (Hz) Vin (V) Vout (V)
Notch Filter
R = .......................... Ω ; C = .............................. F
No f (Hz) Vin (V) Vout (V) No f (Hz) Vin (V) Vout (V)
Peserta Praktikum
NIM :
Asisten Praktikum
NIM :
9 | H a l a m a n
MODUL 2
CATU DAYA DAN RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG
1. TUJUAN PRAKTIKUM
• Memahami prinsip dasar dioda semikonduktor dan catu daya.
• Memahami cara kerja dari rangkaian penyearah gelombang.
• Melakukan pengukuran pembebanan pada catu daya.
2. ALAT DAN KOMPONEN
• Signal Generator
• Osiloskop
• Multimeter
• Catu daya DC
• Kit penyearah gelombang
• Kabel jumper
3. TEORI DASAR
3.1 DIODA
Dioda merupakan suatu komponen elektronika berbahan semikonduktor-berupa silikon
atau germanium-yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja. Dioda sendiri mempunyai
beberapa jenis yaitu dioda tabung, dioda sambungan p-n, dioda kontak titik, dan lain-lain. Pada
pembahasan praktikum ini hanya akan dibahas mengenai dioda sambungan p-n dan dioda
Zener.
• Dioda p-n junction
Dioda sambungan p-n terdiri dari semikonduktor jenis p yang disambungkan dengan
semikonduktor jenis n.
(a) (b)
Gambar 1. Susunan dioda : (a) sambungan p-n (b) lambang dioda
Pada dioda sambungan p-n, jika kita beri tegangaan panjar maju (anoda-katoda) maka
bandgap antara pita konduksi dan pita valensi menjadi kecil yang menyebabkan adanya
arus yang mengalir. Namun, jika diberi tegangan panjar mundur (katoda-anoda) maka
bandgap antara pita konduksi dengan pita valensi akan semakin besar sehingga
menyebabkan tidak adanya elektron yang berpindah dari pita konduksi ke pita valensi.
Gambar 2. Kurva karakteristik dioda
10 | H a l a m a n
Karakteristik dioda merupakan hubungan antara arus dioda dengan beda tegangan
antara kedua ujung dioda. Pada kurva karakteristik di atas, arus dioda (ID) benilai nol saat
tegangan dioda (VD) bernilai nol. Hal ini dikarenakan saat keadaan tanpa tegangan arus
minoritas dan arus mayoritas mempunyai besar yang sama tetapi dengan arah yang
berlawanan, sehingga arus total bernilai nol. Jika diberi panjar maju, arus ID mula-mula
mempunyai nilai yang mendekati nol, tetapi arus akan naik dengan cepat terhadap
perubahan VD. Tegangan dimana arus mulai melonjak naik disebut tegangan potong,
untuk dioda silicon bernilai sekitar 0,7 Volt dan untuk dioda germanium 0,3 Volt. Saat
diberi panjar mundur, arus yang mengalir sangat kecil dan sampai batas tertentu tidak
bergantung pada tegangan dioda. Arus ini disebut arus penjenuhan, peristiwa terjadinya
arus penjenuhan dikenal dengan kedadalan (breakdown).
Gambar 3. Skema rangkaian untuk menentukan karakteristik dioda
Berdasarkan Gambar 3, kurva karakteristik dioda dapat diperoleh dengan mengukur
tegangan dioda (Vab) dan arus yang melalui dioda (ID). Dengan memberikan dan merubah
nilai tegangan VCC, nilai tegangan Vab dan Vbc dapat diperoleh. Sesuai dengan Gambar 3,
akan diperoleh hubungan sebagai berikut :
22= 34+ 4�= 34+ (56×78) .............................. (1)
atau
I: � ; <=>?@ A<BB?@
........................................ (2)
Persamaan di atas menyatakan suatu persamaan garis dengan kemiringan −1/RL.
Perpotongan persamaan garis tersebut dengan kurva karakteristik dioda menyatakan arus
dan tegangan dioda.
• Dioda Zener
Jika tegangan mundur pada dioda p-n diperbesar, pada suatu nilai tegangan maka arus
mundur naik dengan cepat sekali, seperti pada gambar 4. Tegangan mundur yang terjadi
disebut tegangan balik puncak (PIV). Peristiwa ini terjadi karena dadalnya ikatan kovalen
silikon di daerah pengosongan pada sambungan p-n.
11 | H a l a m a n
Gambar 4. (a) lambang diode Zener; (b) Kurva dioda Zener
Dioda yang digunakan pada daerah dadal ini disebut dioda Zener. Dioda ini digunakan
untuk pengaturan tegangan, agar sumber tegangan searah tak berubah tegangan
keluarannya jika diambil arusnya (dibebani) dalam batas-batas tertentu. Dioda Zener
dibuat agar mempunyai tegangan dadal (disebut tegangan Zener) pada nilai tertentu
antara 3 V dan 100 V.
3.2 CATU DAYA (RANGKAIAN PENYEARAH)
Rangkaian penyearah akan sering ditemukan pada modul catu daya. Pada praktikum ini
akan dibahas mengenai tiga rangkaian penyearah yaitu penyearah setengah gelombang,
penyearah gelombang penuh, dan penyearah dengan tapis.
Gambar 5. Skema penyearah setengah gelombang
Gambar 6. Skema penyearah gelombang penuh
12 | H a l a m a n
Gambar 7. Skema penyearah dengan dengan tapis
Rangkaian penyearah dengan tapis digunakan agar tegangan DC yang dihasilkan lebih rata.
Dengan adanya pemasangan sebuah kapasitor, tegangan keluaran tidak akan segera turun
walaupun tegangan masukan sudah turun. Hal ini disebabkan karena kapasitor memerlukan
waktu untuk mengosongkan muatannya. Tegangan yang terjadi dikenal dengan tegangan riak
(Ripple voltage). Kualitas rangkaian penyearah dengan tapis dinyatakan oleh nisbah riak
puncak ke puncak (peak to peak ripple ratio/PPRR).
pprr � <EFF<GBIJKJ�KJIJ
; V:Nrata ; tara �<FQ .......................... (3)
Untuk setengah gelombang:
Vrpp � �R?@N
Vp .............................................. (4)
Untuk gelombang penuh :
Vrpp � �'R?@N
Vp ............................................ (5)
dengan Vp adalah tegangan puncak dari output rangkaian.
Gambar 8. Skema penyearah dengan regulator Zener
Tegangan keluaran dari penyearah akan mengalami akan penurunan tegangan jika kita
bebani. Dengan adanya pengaturan tegangan, maka tegangan keluaran akan tetap jika jika
diberi beban arus dalam batas tertentu. Dalam hal ini, pengaturan tegangan dapat dibuat
dengan menggunakan diode Zener seperti pada gambar 8.
13 | H a l a m a n
4. PERCOBAAN
A. Karakteristik Dioda
1. Pasang rangkaian seperti pada gambar 3.
2. Pasang VCC mulai dari 0 volt sampai 5 volt (buat tabel dengan kelipatan VCC = 0,2
volt).
3. Ukur dan catat nilai Vab dan Vbc untuk setiap harga VCC.
4. Hitung arus Dioda ID = (Vbc/RL).
5. Dari data pengukuran ini lukiskan kurva karakteristik statik dioda pada lembar
data.
6. Lakukan hal yang sama untuk polaritas dioda yang dibalik.
B. Penyearah setengah gelombang
1. Pasang rangkaian seperti pada gambar 5.
2. Catat besar dan bentuk keluaran dengan osiloskop dan multimeter.
3. Gambarkan hasil yang muncul pada osiloskop.
C. Pembebanan pada catu daya penyearah gelombang penuh (hanya resistor)
1. Pasang rangkaian seperti pada gambar 6.
2. Lakukan pembebanan dengan menggunakan resistor yang disediakan pada kit
praktikum.
3. Ukurlah dahulu besar tahanan pada bangku resistor dengan menggunakan
multimeter.
4. Catat besar dan bentuk keluaran dengan osiloskop dan multimeter pada titik a, b,
dan c terhadap ground untuk setiap pembebanan.
D. Pembebanan pada catu daya penyearah gelombang penuh ( resistor + kapasitor )
1. Pasang rangkaian seperti pada gambar 7.
2. Lakukan pembebanan dengan menggunakan resistor yang disediakan pada kit
praktikum.
3. Catat besar dan bentuk tegangan ripple untuk tiap pengukuran.
4. Lakukan 3 kali pengukuran dengan nilai R dan C yang berbeda dan tabelkan hasil
percobaan Anda.
E. Catu daya dengan regulator Zener
1. Pasang rangkaian seperti pada gambar 8.
2. Lakukan pengukuran pada titik a, b, dan c dengan osiloskop dan multimeter
untuk menentukan lengkung pembebanan. Lakukanlah pembebanan dengan
menggunakan bangku resistor yang disediakan. Ukurlah dahulu besar tahanan
pada bangku resistor dengan menggunakan multimeter, lakukan 3 kali
pengukuran dengan nilai R yang berbeda-beda dan tabelkan hasil percobaan
Anda.
5. TUGAS LAPORAN
Lengkapilah semua tabel hasil percobaan Anda
A. Karakteristik Dioda
1. Lukiskan hasil kurva karakteristik panjar maju dan panjar munur yang
diperolehdalam satu grafik dengan menggunakan Excel atau Matlab disertai
dengan garis beban.
2. Tentukan titik kerja, tegangan dioda, serta arus dioda.
3. Analisa kedua hasil yang diperoleh dari percobaan panjar maju dan panjar
mundur.
14 | H a l a m a n
B. Penyearah setengah gelombang
1. Periksa apakah hasil pengukuran dengan menggunakan multimeter dan osiloskop
sesuai atau berbeda. Jika berbeda jelaskan apa yang menyebabkan hal tersebut
terjadi.
2. Adakah faktor koreksi antara hasil pengukuran osiloskop dengan menggunakan
multimeter? Jika ada berapa?
3. Gambarkan hasil pengamatan percobaan ini.
4. Adakah perbedaan dari ketiga gambar hasil percobaan ini? Jika ada sebutkan.
5. Analisa mengapa dapat terjadi peristiwa setengah gelombang.
6. Apa yang dapat disimpulkan dari ketiga gambar tersebut?
C. Pembebanan penyearah gelombang penuh
1. Gambarkan bentuk-bentuk tegangan pada titik a,b, dan c untuk salah satu jenis
beban.
2. Gambarkan hasil bentuk teganggan jika diberi kapasitor.
3. Tentukan nilai Vrpp dan pprr.
4. Bandingkan rangkaian penyearah penuh dengan bridge 4 dioda dan penyearah
gelombang penuh 2 dioda.
D. Catu daya dengan regulator zener
1. Gambarkan bentuk-bentuk tegangan pada titik a,b, dan c untuk salah satu jenis
beban.
2. Bandingkan dengan hasil pada percobaan penyearah gelombang penuh yang
diberi kapasitor.
6. REFERENSI
1) Sutrisno. Tahun. ELEKTRONIKA Teori dan penerapannya 1. Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
2) Hanafi Gunawan (Penterjemah). 1990. Prinsip-prinsip Elektronik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Revised by:
Andri Rahmadhani (10209084)
Resti Marlina (10209095)
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Lembar Data Modul 2
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Nama :
NIM :
Shift :
Percobaan 1: Karakteristik Dioda
Polaritas: Anoda–Katoda (Panjar Maju)
RL = ...................... Ω
Vcc
(V)
Vab
(V)
Vbc
(V)
ID=Vbc/RL
(A)
Polaritas: Katoda–Anoda (Panjar Mundur)
RL = ...................... Ω
Vcc
(V)
Vab
(V)
Vbc
(V)
ID=Vbc/RL
(A)
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Percobaan 2: Penyearah setengah gelombang
Input
( AC Volt)
Vbc (Vout)
Multimeter
(AC Volt)
Osiloskop
(AC Volt)
Percobaan 3: Pembebanan pada catu daya penyearah gelombang penuh
Tanpa Kapasitor
No. R Va Vb Vc
1
2
3
Dengan Kapasitor
No. R C Va Vb Vc Vrpp
1
2
3
Percobaan 4: Catu daya dengan regulator Zener
No. R Va Vb Vc
1
2
3
Peserta Praktikum
NIM :
Asisten Praktikum
NIM :
15 | H a l a m a n
MODUL 3
TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN
PENGUAT COMMON EMITTER
1. TUJUAN PRAKTIKUM
• Memahami cara kerja transistor sebagai saklar.
• Memahami cara kerja rangkaian common emitter.
• Membuat transistor bekerja dengan pada daerah saturasi, dan pada cut-off, serta
menjelaskan bentuk-bentuk isyarat keluaran saat transistor bekerja pada titik operasi
yang bersangkutan.
2. ALAT DAN KOMPONEN
• Kit praktikum
• Multimeter
• Osiloskop
• Signal generator
• Kabel jumper
• Curve tracer
3. TEORI DASAR
3.1 TRANSISTOR
Transistor adalah salah satu device semikonduktor yang terdiri dari tiga bagian, yaitu basis,
kolektor dan emiter. Transistor secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu transistor tipe npn
dan tipe pnp. Perbedaan dari kedua jenis transistor ini berada pada tipe semikonduktor
penyusunnya.
Gambar 1. Struktur dari transistor (a) tipe npn
(b) tipe pnp.
Gambar 2. Simbol dari transistor (a) npn (b)
pnp
Transistor dapat dipandang juga sebagai dua buah sambungan pn yang ditempelkan. Oleh
karena itu, akan ada beda tegangan antara kaki basis dengan kaki emiter sebesar ~ 0,7V. Pada
pemakaian standar, saat ada arus yang kecil mengalir diantara pin BE, maka arus yang lebih
besar akan mengalir diantara pin CE.
16 | H a l a m a n
Gambar 3. Skema transistor sebagai saklar
Saat sambungan antara basis dengan emitter berada dalam posisi panjar mundur,
transistor beperan sebagai saklar terbuka (open switch). Pada kondisi seperti ini transistor
berada pada keadaan cut-off. Besarnya tegangan VCE akan sama dengan VCC.
Ketika sambungan antara basis dengan emitter berada pada posisi panjar maju, transistor
berperan sebagai saklar tertutup (closed switch). Kondisi seperti ini disebut keadaan saturasi.
Besarnya arus yang melalui kolektor yaitu :
5#�STU� ≅ �!!�! ................................. (1)
Besarnya arus minimum pada basis untuk menghasilkan keadaan saturasi :
5W�X�Y� ≅Z!�[\]�^_!
............................. (2)
βDC merupakan penguatan arus DC. Pada datasheet transistor βDC sering dituliskan sebagai hfe.
Selain sebagai saklar elektronik, transistor dapat berfungsi sebagai penguat sinyal listrik.
Terdapat banyak jenis rangkaian transistor sebagai penguat salah satunya adalah Common
Emitter amplifier.
3.2 COMMON EMITTER
Secara umum, transistor dapat dirangkai menjadi penguat common base, common
collector dan juga penguat common emitter. Pada praktikum kali ini akan digunakan transistor
sebagai penguat dalam rangkaian common emitter (CE amplifier).
Penguat dengan menggunakan transistor sangat ditentukan oleh letak dari titik operasi
(titik Q) seperti ditunjukkan pada grafik 1. Oleh karena itu, dalam merancang sebuah penguat
dengan menggunakan transistor kita harus menentukkan letak titik Q sesuai dengan keperluan.
Gambar 4. Kurva Garis Beban AC dan DC
17 | H a l a m a n
Gambar 5. Rangkaian Common Emiter
Dari rangkaian pada gambar 5, kita dapat memperkirakan arus saturasi agar rangkaian
transistor dapat berfungsi sebagai penguat.
5#�STU� � �!!�!��` ................................ (3)
Besarnya penguatan (A) pada rangkaian common emitter dinyatakan sebagai rasio
perbandingan antara tegangan keluaran (Vout) dengan tegangan masukan (Vin). Vout diukur pada
kolektor dan Vin diukur pada basis. Pada saat saturasi, sambungan basis dengan emitter
merupakan panjar maju dengan demikian tegangan pada basis (Vb) diaproksimasikan sama
dengan tagangan pada emitter (Ve) karena terhubung secara parallel.
a � ;��b]��c�;�d�e ............................. (4)
Tanda minus menyatakan bahwa fase input berlawanan dengan fase output.
3.3 GERBANG LOGIKA
Transistor dapat digunakan sebagai gerbang logika dengan meanfaatkan keadaan saturasi
dan cut off transistor sebagai keadaan high dan low.
Gambar 6. Gerbang NOT
18 | H a l a m a n
Dalam keadaan saturasi, arus collector bernilai maksimum, sehingga tegangan pada Rc
hampir sama dengan Vcc. Oleh karena itu, VCE (output) mendekati nol. Keadaan ini disebut
keadaan low. Sebaliknya dalam keadaan cut off, tidak ada arus collector yang mengalir. Hal ini
menyebabkan tegeangan Rc sama dengan nol sehingga VCE (output) sama dengan Vcc.
Keadaan ini disebut keadaan high. Dalam elektronika digital, keadaan high dan low
dilambangkan dengan angka 1 dan 0. Keadaan high adalah keadaan dimana ada tegangan
(biasanya sama dengan Vcc), sedangkan keadaan low adalah keadaan dimana tegangan sama
dengan nol.
Tabel 1. Tabel kebenaran gerbang NOT
Input Output
1 0
0 1
Gerbang 7. Gerbang NAND
Transistor pada rangkaian tersebut bertindak sebagai saklar. Jika hanya salah satu input
saja yang diberi tegangan, maka salah satu saklar masih dalam keadaan tertutup sehingga
tidak ada arus yang mengalir (cut off). Keadaannya hanya akan menjadi saturasi jika kedua
input diberi tegangan.
Tabel 2. Tabel kebenaran gerbang NAND
Input 1 Input 2 Output
1 1 0
1 0 1
0 1 1
0 0 1
Gambar 8. Gerbang NOR
19 | H a l a m a n
Pada rangkaian di atas, kedua transistor disusun paralel sehingga walaupun hanya salah
satu transistor yang diberi tegangan, arus collector sudah dapat mengalir dan menghasilkan
keadaan saturasi.
Tabel 3. Tabel kebenaran gerbang NOR
Input 1 Input 2 Output
1 1 0
1 0 0
0 1 0
0 0 1
3.4 Curve Tracer
Curve tracer merupakan alat yang digunakan untuk melihat grafik karakteristik pada
peralatan semi konduktor (dalam hal ini transistor). Pada curve tracer terdapat tiga buah
terminal yang dihubungkan pada transistor. Untuk melihat hasil grafik karakteristik dari
transistor, curve tracer dihubungkan dengan osiloskop. Pada layar osiloskop grafik ditampilkan
dalam koordinat x dan y.
Gambar 9. Curve Tracer
4. PERCOBAAN
4.1 Transistor Sebagai Saklar
a. Gunakan kit rangkaian transistor sebagai saklar (inverse). Hubungkan VCC dan ground
sesuai dengan keterangan yang ada di kit praktikum.
b. Pada test point masukan (input) beri tegangan DC yang bervariasi dari 0 V hingga 4,5
V dengan kenaikan 0,1 V untuk rentang 0 V – 2 V dan kenaikan 0,5 V untuk rentang 2
– 4,5 V.
c. Amati dan catat tegangan keluaran yang terukur. Analisa pada tegangan berapa
rangkaian ini bekerja sesuai fungsinya sebagai saklar.
4.2 Common Emitter
4.2.1 Mengukur penguatan rangkaian common emitter
a. Beri tegangan VCC pada kit praktikum common emitter sebesar 12 V.
b. Tanpa diberi isyarat masukan atur potensiometer (RV) agar nilai VCE = 0,5 VCC.
c. Hitung arus IC dengan mengukur beda tegangan pada RC.
d. Ukur VBE dan IB menggunakan multimeter.
20 | H a l a m a n
e. Beri signal masukan berupa signal sinusoidal dengan amplitudo masukan dari 50
mV sampai 250 mV dengan selang 50 mV. Atur besarnya tegangan dan besar
frekuensi agar signal dapat teramati dengan baik pada layar osiloskop.
f. Ukur dan catat besarnya tegangan masukan (Vout) dan tegangan masukan (Vin).
Amati signal masukan dan signal keluaran, apakah terjadi perbedaan fasa atau
tidak.
4.2.2 Membuat transistor pada daerah saturasi
a. Hubungkan VCC dengan tegangan 12 V.
b. Atur potensiometer RV agar tegangan VCE ≅ 0.
c. Ukur nilai IB, VBE, dan hitung nilai IC dengan melakukan pengukuran tegangan pada
RC.
d. Hubungkan input dengan signal generator dengan tegangan 5mVpp. Atur frekuensi
agar signal dapat diamati pada layar.
e. Amati signal output yang dihasilkan. Ukur besar tegangan output dan amati apakah
terjadi perbedaan.
4.2.3 Membuat transistor pada daerah cut off
a. Hubungkan VCC dengan tegangan 12 V.
b. Atur potensiometer RV agar tegangan VCE ≅ 12V.
c. Ukur nilai IB, VBE, dan hitung nilai IC dengan melakukan pengukuran tegangan pada
RC.
d. Hubungkan input dengan signal generator dengan tegangan 5mVpp. Atur frekuensi
agar signal dapat diamati pada layar.
e. Amati signal output yang dihasilkan. Ukur besar tegangan output dan amati apakah
terjadi perbedaan.
4.3 Gerbang Logika
4.3.1 Gerbang NOT
a. Hubungkan Vcc dengan tegangan 5 V
b. Tanpa tegangan input, ukur tegangan output
c. Beri tegangan input sebesar 5 V, ukur tegangan output
4.3.2 Gerbang NAND
a. Hubungkan Vcc dengan tegangan 5 V
b. Tanpa tegangan input a dan b, ukur tegangan output
c. Beri tegangan sebesar 5 V pada input a saja, ukur tegangan output
d. Beri tegangan sebesar 5 V pada input b saja, ukur tegangan output
e. Beri tegangan sebesar 5 V pada kedua input, ukur tegangan keluaran
4.3.3 Gerbang NOR
Ulangi percobaan 4.3.2 dengan rangkaian gerbang NOR
4.3.4 Gerbang AND
a. Hubungkan output rangkaian gerbang NAND dengan input gerbang NOT
b. Ulangi percobaan 4.3.2 dengan mengukur output pada gerbang NOT
4.3.5 Gerbang OR
a. Hubungkan output rangkaian gerbang NOR dengan input gerbang NOT
b. Ulangi percobaan 4.3.3 dengan mengukur output pada gerbang NOT
21 | H a l a m a n
4.4 Curve Tracer
Percobaan ini akan didemonstrasikan oleh asisten. Praktikan diminta untuk melihat
bentuk kurva, mencari hFE dari kurva yang didapat, lalu membandingkannya dengan hFE
referensi yang ada pada datasheet.
5. TUGAS LAPORAN
5.1 Transistor Sebagai Saklar
1. Berdasarkan data yang didapat, apakah nilai tegangan masukan dan nilai tegangan
keluaran berbanding lurus atau berbanding terbalik? Jelaskan!
2. Pada tegangan berapa rangkaian ini bekerja sesuai fungsinya sebagai saklar?
Jelaskan!
5.2 Common Emmitter
1. Berdasarkan data yang didapat, carilah besarnya penguatan rangkaian tersebut!
Apakah terjadi perbedaan fasa atau tidak pada sinyal yang teramati pada osiloskop?
Jelaskan!
2. Pada daerah saturasi dan cut off, amati sinyal output yang dihasilkan pada osiloskop!
Ukur besar tegangan output dan apakah terjadi perbedaan atau tidak? Jelaskan!
3. Mengapa sinyal output yang terpotong berbeda untuk keadaan saturasi, cut off dan
VCE = 0.5 Vcc?
5.3 Transistor Sebagai Gerbang
Berdasarkan data yang didapat, apakah hasilnya sesuai dengan rangkaian yang digunakan?
Mengapa demikian? Jelaskan!
6. REFERENSI
1) Sutrisno. Tahun. ELEKTRONIKA Teori dan penerapannya 1. Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
2) Hanafi Gunawan (Penterjemah). 1990. Prinsip-prinsip Elektronik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Revised by:
Ahmad Sidik (10209059)
Catra Novendia Utama (10208074)
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Lembar Data Modul 3
Transistor Sebagai Saklar dan Penguat Common Emitter
Percobaan 1: Transistor Sebagai Saklar
Vinput (V) Vout (V)
Percobaan 3 : Common Emiter
3.1 Menghitung Penguatan Rangkaian Common Emitter
Kondisi Nilai Kondisi Nilai
VCC VBE
VCE IB
VC Vinput
RC Vout
Ic Fase output
terhadap input
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
3.2 Transistor Pada Daerah Saturasi
Kondisi Nilai Kondisi Nilai
VCC VBE
VCE IB
VC Vinput
RC Vout
Ic Fase output
terhadap input
3.3 Transistor Pada Daerah Cut-off
Kondisi Nilai Kondisi Nilai
VCC VBE
VCE IB
VC Vinput
RC Vout
Ic Fase output
terhadap input
Percobaan 4: Gerbang Logika
4.1 Gerbang NOT
Masukan (V) Keluaran (V)
0
5
4.2 Gerbang NAND
Masukan (V)
Keluaran (V)
a b
0 0
0 5
5 0
5 5
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
4.3 Gerbang NOR
Masukan (V)
Keluaran (V)
a b
0 0
0 5
5 0
5 5
4.4 Gerbang AND
Masukan (V)
Keluaran (V)
a b
0 0
0 5
5 0
5 5
4.5 Gerbang OR
Masukan (V)
Keluaran (V)
a b
0 0
0 5
5 0
5 5
Percobaan 5: Curve Tracer
hfe (β) = .................................
Peserta Praktikum
NIM :
Asisten Praktikum
NIM :
22 | H a l a m a n
MODUL IV
OPERATIONAL AMPLIFIER
1. TUJUAN PRAKTIKUM
• Menggunakan op-am p sebagai penguat inverting
• Menggunakan op-amp sebagai differensiator dan integrator
• Menggunakan op-amp sebagai komparator
2. ALAT DAN KOMPONEN
• Osiloskop
• Signal Generator
• Catu daya
• Multimeter
• Kit Rangaian Op-amp
• Kabel Jumper
3. TEORI DASAR
Operational Amplifier merupakan salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai penguat tegangan. Dalam elektronika op-amp dilambangkan sebagai berikut :
Gambar 1. (a) Rangkaian detail dalam op-amp (b) Lambang op-amp dalam rangkaian
Dengan melihat gambar 1 (b) terlihat dua input pada op-amp, yaitu input inverting pada
kaki no. 2 dan input non-inverting pada kaki no.3. Input yang diberikan pada kaki inverting
akan menghasilkan sinyal output yang berlawanan fasa dengan sinyal masukkan dan input
yang diberikan pada kaki non-inverting akan menghasilkan sinyal output yang sefasa.
Pada praktikum ini kita akan menggunakan IC op-amp dengan nama LM741. Tabel
dibawah ini menunjukkan perbandingan antara op-amp ideal dengan op-amp LM741.
Parameter Simbol Op-amp ideal LM 741
Open loop voltage gain Aol Infinite 100.000
Unity gain frequency Funity Infinite 1 Mhz
Input resistance Rin Infinite 2 MΩ
Output resistance Rout 0 75 Ω
Input bias current Iin(bias) 0 80 nA
Input offset current Iin(off) 0 20 nA
Input offset voltage Vin(off) 0 2 mV
24 | H a l a m a n
Slew rate Sr Infinite 0,5 V/μs
Common Mode Rejection Ratio CMRR Infinite 90 dB
Berikut adalah penjelasan dari kaki-kaki pada op-amp
Gambar 2. Op-amp LM 741
Sebagai penguat, op-amp tidak digunakan secara langsung, namun dirangkai bersama
komponen eletronika lain seperti resistor dan kapasitor, sehingga memiliki berbagai macam
fungsi. Berikut adalah rangkaian-rangkaian op-amp yang akan digunakan dalam praktikum ini
• Inverting Amplifier
• Non-Inverting Amplifier
25 | H a l a m a n
• Differentiator Amplifier
Rangkaian ini berfungsi sebagai tapis aktif lolos tinggi dimana sinyal keluaran
differensiator mengalami penguatan dan hanya meloloskan frekuensi diatas frekuensi
batas.
• Integrator Amplfier
Rangkaian ini berfungsi sebagai tapis aktif lolos rendah dimana sinyal keluaran
integrator mengalami penguatan dan hanya meloloskan frekuensi dibawah frekuensi
batas.
• Komparator
Pada rangkaian komparator ini, Op-Amp dipasang dalam keadaan loop terbuka. Dalam
keadaan loop terbuka, penguatan Op-Amp akan menjadi tak terhingga. Oleh karena itu,
jika ada perbedaan tegangan antara input inverting dan input non-inverting maka akan
dikuatkan menjadi tak terhingga. Namun, besarnya sinyal keluaran dari Op-Amp dibatasi
oleh tegangan supply nya, +Vcc dan -Vcc. Jika tegangan di kaki inverting lebih besar
daripada tegangan di kaki non-inverting, maka beda tegangan tersebut akan dikuatkan
menjadi +∞ dan karena output dibatasi oleh +Vcc maka keluarannya menjadi +Vcc. Dan
berlaku pula sebaliknya, Jika tegangan di kaki non-inverting lebih besar daripada
tegangan di kaki inverting, maka sinyal keluarannya menjadi -Vcc.
26 | H a l a m a n
Rangkaian Komparator Untuk komparator dengan histeresis (cari di referensi
penjelasan lebih detail tentang histerisis) untuk LM741 berlaku:
i. Jika Vid=Vb-Va > 1mV, maka Vo= +Vcc
ii. Jika Vid=Vb-Va < 1mV, maka Vo= -Vcc
iii. Untuk Vid (mutlak) < 1mV, komparator berada pada daerah yang tegangan
keluaran dan tegangan masukannya saling berbanding lurus (disebut keadaan
linier, dengan Vid adalah tegangan masukan diferensial).
• Summing Amplifier
Summing Amplifier adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk mejumlahkan
dua buah atau lebih tegangan listrik.
27 | H a l a m a n
4. PERCOBAAN
a. Op-amp sebagai penguat inverting
i. Ukur Ri dan Rf pada rangkaian
ii. Pasang tegangan 12 V pada Vcc dan -12 V pada Vee yang berasal dari power
supply. JANGAN SAMPAI TERBALIK
iii. Pada kaki non-inverting input sambungkan pada ground, sedangkan pada kaki
inverting input berikan tegangan dari signal generator dengan input sinusoidal
yang memiiki frekuensi 100 Hz
iv. Pada osiloskop pasang kedua probe pada input dan output op-amp.
v. Ubah tegangan masukkan dari 0.5 V – 2.5 V dengan ∆V 0.5
vi. Amati tegangan yang keluar dengan osiloskop dan catat besarnya
vii. Ulangi percobaan untuk sinyal input 5 Khz dan 100 Khz
b. Op-amp sebagai penguat non-inverting
i. Ukur Ri dan Rf pada rangkaian
ii. Pasang tegangan 12 V pada Vcc dan -12 V pada Vee yang berasal dari power
supply. JANGAN SAMPAI TERBALIK
iii. Pada kaki inverting input sambungkan pada ground, sedangkan pada kaki non-
inverting input berikan tegangan dari signal generator dengan input sinusoidal
yang memiiki frekuensi 100 Hz
iv. Pada osiloskop pasang kedua probe pada input dan output op-amp.
v. Ubah tegangan masukkan dari 0.5 V – 2.5 V dengan ∆V 0.5
vi. Amati tegangan yang keluar dengan osiloskop dan catat besarnya
vii. Ulangi percobaan untuk sinyal input 5 Khz dan 100 Khz
c. Op-amp sebagai differensiator dan integrator
i. Ukur nilai Rf dan C yang digunakan
ii. Pasang tegangan 12 V pada Vcc dan -12 V pada Vee yang berasal dari power
supply. JANGAN SAMPAI TERBALIK
iii. Pada masing-masing rangkaian differensiator dan integrator berikan masukan
sinyal square dengan 0.5 Vpp
iv. Amati bentuk sinyal keluaran dan gambar
d. Op-amp sebagai komparator
Percobaan sinyal AC
i. Pasang tengangan 12 V pada Vcc dan -12 V pada Vee yang berasal dari power
supply. JANGAN SAMPAI TERBALIK
ii. Pada kaki non-inverting input sambungkan pada ground, sedangkan pada kaki
inverting input berikan tegangan dari signal generator dengan input sinusoidal
yang memiiki frekuensi 100 Hz
iii. Amati sinyal keluaran dan gambar
Percobaan sinyal DC
i. Pasang tengangan 12 V pada Vcc dan -12 V pada Vee yang berasal dari power
supply. JANGAN SAMPAI TERBALIK
ii. Pada kaki non-inverting input sambungkan pada ground, sedangkan pada kaki
inverting input berikan tegangan dari tegangan variabel pada power supply
iii. Ukur tegangan keluaran dengan menggunakan multimeter. Kemudian ubah
tegangan variabel dari tegangan 0 V hingga 5 V.
iv. Pada saat terjadi lonjakan perubahan tegangan yang drastis, ukur input pada
saat tersebut serta outputnya dengan multimeter.
28 | H a l a m a n
e. Op-amp sebagai summing amplifier
i. Pasang tengangan 12 V pada Vcc dan -12 V pada Vee yang berasal dari power
supply. JANGAN SAMPAI TERBALIK
ii. Ukur dan catat nilai Rf dan R yang digunakan
iii. Ganti resistor dengan menggunakan resistor pada kit tambahan. Dengan input
dipasang pada kit tersebut
iv. Beri input masukkan 3 V dan 5 V. Hubungkan masing-masing nilai tegangan
tersebut untuk 1 pin, 2 pin, 3 pin dan 4 pin.
v. Catat nilai tegangan dari masing-masing variasi pin
5. TUGAS LAPORAN
i. Gambar tanggapan amplitudo penguat inverting dan non-inverting pada grafik
semilog dari hasil percobaan yang diperoleh, kemudian cari penguatannya.
Bandingkan penguatan yang diperoleh dari hasil percobaan dengan penguatan secara
teori
ii. Gambar sinyal masukkan dan sinyal keluaran hasil percobaan op-amp sebagai
differensiator dan integrator. Kemudian analisis hasil yang diperoleh
iii. Gambar kurva histerisis yang dihasilkan pada percobaan op-amp sebagai komparator
untuk sinyal input DC, dan analisis hasil yang diperoleh.
6. REFERENSI
1) Sutrisno. Elektronika teori dan penerapannya. Bandung : Penerbit ITB.
2) Jung, Walter. IC OP-AMP Cookbook. USA : Howard & Co. Inc.
3) Karakteristik op-amp (bagian satu) oleh Aswan Hamonangan di
www.electroniclab.com.
Revised by:
Widyo Jatmoko (10208038)
Mufti Muflihun (10208039)
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Lembar Data Modul 4
Operational Amplifier
Percobaan 1: Op-amp sebagai penguat inverting
Ri = ................... Ω ; Rf = ................... Ω
f=100 Hz f=5 kHz f=100 kHz
Vin Vout Vin/Vout Vin Vout Vin/Vout Vin Vout Vin/Vout
Percobaan 2: Op-amp sebagai penguat non-inverting
Ri = ................... Ω ; Rf = ................... Ω
f=100 Hz f=5 kHz f=100 kHz
Vin Vout Vin/Vout Vin Vout Vin/Vout Vin Vout Vin/Vout
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Percobaan 3: Op-amp sebagai differensiator dan integrator
No Tipe R (Ω) C (F) f (Hz) Gambar Vin Gambar Vout
1 Integrator
2 Integrator
3 Integrator
4 Differensiator
5 Differensiator
6 Differensiator
Percobaan 4: Op-amp sebagai komparator
Percobaan Sinyal AC
Gambar Hasil Pengamatan pada Osiloskop
Vin Vout
Percobaan Sinyal DC
Vin (V) Vout (V)
Lonjakan Naik
Lonjakan Turun
Lab Elektronika dan Instrumentasi
Program Studi Fisika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132
Telp.: +62-22-250-0834 ext. 252 Fax.: +62-22-250-6452
FI-2104 Elektronika, Semester 1 Tahun 2012/2013
Gambar Hasil Pengamatan pada Osiloskop
Vin Vout
Percobaan 5: Op-amp sebagai summing amplifier
Rf = ................... Ω ; R = ................... Ω
Vin (V) Variasi Pin Vout (V)
1 pin
2 pin
3 pin
4 pin
1 pin
2 pin
3 pin
4 pin
Catatan:
Peserta Praktikum
NIM :
Asisten Praktikum
NIM :