modul praktikum avertebrata air...yang hidup di air tawar. ada yang hidup terikat pada suatu obyek,...
TRANSCRIPT
Fakultas Perikanan dan Il1mu Kelautan Universitas Brawijaya Malang
-~
Modul Praktikum
AVERTEBRATA AIR
NAMA :
NIM :
KELAS :
Disusun Oleh: Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan hidayah-
Nya sehingga buku panduan praktikum avertebrata air tahun
2018 dapat disusun dengan baik.
Atas terselesaikannya buku panduan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, diantaranya :
- Seluruh dosen pengampu mata kuliah Avertebrata Air
- Keluarga besar asisten Avertebrata Air, atas komitmen dan kerjasamanya
- Serta seluruh pihak yang belum sempat tercatat
dan telah memberikan dukungan serta bantuan
atas tersusunnya buku panduan ini.
Kami berharap dengan adanya buku panduan praktikum
Avertebrata Air ini, mahasiswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam buku ini, adanya kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Malang, Februari 2020
Tim Penyusun
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
2
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
TATA TERTIB PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR
1. Praktikan wajib mengikuti semua rangkaian praktikum
2. Praktikan wajib menonton dan memahami video praktikum
yang telah disediakan asisten hingga selesai
3. Praktikan wajib membuat review video praktikum sebanyak
1000 kata dikumpulkan berupa softfile (.pdf) dengan
ketentuan pengetikan kertas A4, Margin 4 3 3 3, Font Times
New Roman ukuran 12 dan Spasi 1,15
4. Praktikan wajib membuat video berdurasi maksimal 5 menit
yang memuat penjelasan salah satu spesies avertebrata air
meliputi gambar spesies, bagian tubuh, klasifikasi, ciri
khusus dan habitat
5. Praktikan dapat mengumpulkan video dengan ekstensi mp4
pada Google form (link menyusul)
6. UAP akan dilaksanakan pada akhir rangkaian praktikum
dengan teknis yang akan diumumkan kemudian
7. Bagi yang berhalangan mengikuti rangkaian praktikum,
melapor pada koordinator asisten dengan surat yang sah
dan mengkonsultasikan penggantian waktu praktikum
3
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
8. Bagi praktikan yang inhall, seluruh biaya,bahan,waktu dan
jadwal praktikum ditanggung dan difasilitasi oleh praktikan
9. Pelanggaran terhadap tata tertib ini akan diberikan
tindakan konsekuensi semestinya
10. Ketentuan – ketentuan lain yang belum tercantum akan
ditentukan kemudian dengan kesepakatan bersama
4
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KETENTUAN PENULISAN AVERTEBRATA AIR
Pedoman penulisan sitasi dan daftar pustaka menggunakan buku Pedoman Penulisan Magang dan Skripsi FPIK UB tahun 2016, Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, antara lain : 1. Nama pengarang yang ditulis oleh satu orang, ditulis
nama belakang penulis tersebut, contoh: (Budianto, 2015).
2. Nama pengarang yang terdiri dari dua orang ditulis nama belakang penulis pertama dan kedua, contoh: (Budi dan Yanto, 2015).
3. Bilamana pustaka yang dikutip ditulis oleh tiga orang atau lebih, dicantumkan nama belakang penulis pertama sedangkan nama penulis lainnya tidak perlu dicantumkan, diganti dengan singkatan et al., misalnya : (Budi, et al., 2016)
4. Penulis tidak diperbolehkan mengutip hasil penelitian atau pendapat dari peneliti yang tercantum dalam pustaka penulis lainnya, hanya diperbolehkan kalau menunjukkan editor. Contoh: James (1984) dalam Sigit (2014) , tidak boleh lagi dipergunakan.
5. Penulisan daftar pustaka untuk buku, contohnya : James, D. 2003. Menjadi Pengusaha Sukses. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
6. Penulisan daftar pustaka untuk jurnal, contohnya : Prasojo, S. A., Irwani dan C. A. Suryono. 2012. Distribusi dan kelas ukuran panjang Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Journal Of Marine Research. 1 (1) :137 – 145.
5
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
7. Bilamana menggunakan situs web, tahun yang dicantumkan adalah tahun mengakses web tersebut, seperti contohnya : (Google Image, 2020). Sedangkan penulisan daftar pustakanya : Google Image. http://www.GoogleImage.com. Diakses pada tanggal 4 Februari 2020, pukul 06.00.
8. Sitasi yang digunakan yaitu sitasi yang berada diakhir paragraf, seperti yang dicontohkan diatas.
6
PENDAHULUAN
Praktikum Avertebrata Air memperkenalkan kepada
mahasiswa tentang jenisjenis hewan Avertebrata yaitu jenis
hewan tanpa tulang belakang (notochord) yang hidup di dalam
air (tawar dan asin). Ruang Lingkup praktikum ini meliputi
taksonomi, anatomi dan ekologi/lingkungan hidup serta fungsi
organism Avertebrata ini di alam. Praktikum ini bertujuan
untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang organism
Avertebrata perairan dan melengkapi teori yang pernah
diperoleh pada saat kuliah.
Materi dari praktikum ini mencakup Phylum yang ada
dalam kuliah, walaupun tidak semua organisme dapat
dipelajari mengingat sulitnya memperoleh sampel untuk
dipelajari. Materi dalam praktikum Avertebrata Air dibagi
menjadi 3 pertemuan (tabel 1). Mahasiswa akan diberikan
sampel organisme sesuai bahasan, kemudian membahasnya
mulai dari nama spesies, klasifikasi, ciri umum maupun ciri
khusus dari masing-masing organisme sampel. Setiap
informasi yang didapatkan secara langsung dari pengamatan
akan disesuaikan dengan informasi atau sumber dari buku
ataupun sumber lainnya untuk menambah wawasan
mahasiswa mengenal Avertebrata Air.
Tabel 1. Materi Praktikum
PERTEMUAN MATERI PRAKTIKUM
I Phylum Arthropoda
II Phylum Coelenteratha dan Phylum Echinodermata
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
7
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
III Phylum Porifera, Phylum Annelida dan Phylum Branchiopoda
IV Phylum Mollusca kelas Bivalvia dan
Phylum Chepalopoda
V Mollusca kelas Gastropoda dan kelas Polyplacopora
1. PHYLUM PORIFERA
Porifera (sponge) merupakan hewan multiseluler tingkat
rendah. Tubuhnya masih diorgansasi pada tingkat seluler,
artinya tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerja secara
mandiri (differensiasi seluler), masih belum ada koordinasi
antara sel satu dengan sel yang lainnya.
Ada umumnya phylum porifera hidup di air laut, yaitu
tersebar atau terbentang dari daerah perairan (tide) yang
dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Fase dewasa
bersifat polyp, artinya menetap pada suatu tempat tanpa
mengadakan perpindahan. Bentuk tubuh sangat bervariasi,
yaitu ada yang menyerupai kipas, jambangan bunga, batang,
globular, genta, terompet, dan lainnya (lihat Gambar 1).
8
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 1. Bentuk tubuh porifera
STRUKTUR
Struktur tubuh porifera berpori dengan berbagai
macam bentuk (Gambar 2) dan dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Asconoid
2. Syconoid atau Scypha
3. Rhagon atau Leuconoid
9
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 2. Tipe tubuh dari porifera
Tipe ascon yang berbentuk jambangan bunga merupakan
tipe sederhana dapat dilihat suatu rongga sentral yang disebut
spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan
terdapat lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding
tubuh hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut
prosopyle atau sering juga disebut ostium. Lubang ini
merupakan pintu masuk aliran air yang menuju ke dalam
rongga paragaster.
FISIOLOGI
Dinding tubuh tersusun atas dua lapis : (1) lapisan luar
yang disebut lapisan epidermis/epithelium dermal. Menurut
Laubenfels sel-sel itu bukan sel-sel epithelium sebenarnya dan
sering disering disebut pinacocyt dan kadang-kadang
mempunyai satu flagellum, (2) lapisan dalam yang terdiri atas
jajaran sel-sel berleher yang disebut choanocyt yang
berbentuk botol dan memiliki flagellum. Diantara kedua
lapisan itu terdapat zat antara yang berbahan gelatin. Di dalam
zat antara terdapat : (a) sel Amoebocyte yang berfungsi
mengedarkan zat-zat makanan
ke sel lainnya dan menghasilkan gelatin, (b) Porocyte/sel pori
atau myocyt yang terletak disekitar pori, (c) Scleroblast yang
berfungsi membentuk spikula, (d) Archeocyt merupakan sel
amoebocyt embrional yang tumpul dan terdapat sel-sel
lainnya misalnya sel-sel reproduksi, (e) Spikula yang merupakan
unsur pembentuk tubuh. Macam-macam bentuk spikula dapat
di lihat pada gambar 3.
10
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 3. Macam-macam spikula sebagai endoskeleton
porifera
SISTEMATIKA
Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta tipe spiculanya, porifera digolongkan menjadi 3 klas dan 12 ordo, sebagai berikut:
1. Klas Calcarea atau Calcispongiae
Merupakan porifera laut, gidup di daerah pantai yang
dangkal, bentuk tubuhnya sederhana, kerangka tubuh
terbuat dari CaCO3. Misalnya: Leucolsonia, Clatharina,
Grantia, Scypha, Sycon, dan lain- lain. Dibagi menjadi
dua ordo, yaitu Asconosa dan Syconosa.
2. Klas Hexactinellida atau Hyalospongiae
Merupakan porifera laut yang hidup di perairan
dalam, kerangka tubuhnya terbuat dari bahan silikat
dan spikulanya berduri enam (hexaxon). Contohnya :
11
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Euplectella, Hyalonema dan lain-lain. Terbagi dalam dua ordo, yaitu Hexastropora, dan Amphidiscophora.
3. Klas Demospongiae
Umumnya hidup di laut, tetapi ada beberapa jenis
yang hidup di perairan tawar, kerangka tubuhnya ada
yang terbuat dari bahan silikat, dan ada yang dari
bahan spongin, ada yang campuran. Mempunyai 8
ordo, yaitu : Carnosa, Choristida, Epipolasid,
Hadromerina, Halichondrina, Poeciloclerina, Haplosclerina, dan Keratosa.
2. PHYLUM COELENTERATA
Coelenterate berasal dari bahasa latin ; koilos = rongga,
enteron = usus, sering disebut sebagai hewan berongga.
Coelenterata merupakan hewan yang tidak mempunyai usus
yang sesungguhnya. Pemberian nama hewan berongga
sebenaranya kurang tepat karena hewan ini tidak mempunyai
rongga tubuh yang sebenarnya (coelon). Coelenterate
memiliki sebuah rongga sentral di dalam tubuh yang disebut
coelenteron yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat
pencerna makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari
makanan keseluruh bagian tubuh.
Dinding tubuhnya secara essensial hanya tersusun atas dua
lapisan jaringan yaitu : lapisan epidermis dan lapisan gastrodermos
/ endodermis. Diantara kedua lapisan tersebut diketemukan
lapisan non seluler yang bentuknya sebagai agar- agar disebut
lapisan mesoglea.Lapisan ini merupakan hasil sekresi dari
lapisan epidermis maupun lapisan gastrodermis.
12
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
BENTUK TUBUH
Hampir semua coelenterate hidup di air laut, hanya beberapa
yang hidup di air tawar. Ada yang hidup terikat pada suatu
obyek, ada yang berenang-renang bebas( Gambar 4 ).
Gambar 4.Beberapa jenis anggota phylum coelenterata
Pada coelenterate ada dua bentuk tubuh dalam satu
siklus hidupnya yaitu :Polyp. Tubuh berbentuk silindris, bagian
proksimal melekat, bagian distal mempunyai mulut yang
dikelilingi oleh tentakel. Biasanya terdapat dalam koloni.
Gonad berada di daerah eksternal atau internal. Medusa,
umumnya berbentuk seperti payung atau seperti lonceng.
Mulut terdapat pada manubrium, yaitu semacam
kerongkongan pendek.Terdapat menggantung pada
permukaan payung.Gonad menggantung di bawah saluran
radial.
13
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
SISTEMATIKA
Coelenterata dapat di bagi dalam tiga kelas, yaitu :
1. Klas Hydrozoa
Dalam siklus hidupnya berbentuk polyp maupun
medusa, memiliki ukuran yang beragam. Hidup di perairan
tawar maupun tawar maupun laut.Misalnya hydra, Obelia,
Gonionemus, Physalia.
2. Klas scyphozoan
Sering disebut sebagai jelly fishes. Bentuk polyp tereduksi
atau tidak memiliki. Sel-sel berada di mesoglea, tidak
memiliki velum. Contoh hewan ini adalah Pelagia, Cynea.
3. KlasAnthozoa
Lebih dikenal sebagai sea peans, sea anemone, atau
coral.Hanya terdiri dari polyp yang soliter maupun
berkoloni. Memiliki septa, mesentrium dan tentakel
yang menarik.
KLAS I, HIDROZOA
Pada pembahasan kelas ini diwakili oleh hydra, merupakan
polyp yang hidup soliter dalam arti tidak berkoloni, hidup
diperairan tawar (kolam, empang, danau).Dapat berpindah
tempat, tetapi biasanya melekat pada suatu obyek
(batuan,kayu,tanaman air dan lain-lain).
STRUKTUR DAN FUNGSI
Ujung bawah tubuh merupakan bagian yang tertutup dan
disebut cakram basal yang berfungsi sebagai alat gerak dan alat perekat.Ujung atas tubuh merupakan bagian-bagian yang
14
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
berbentuk konus (jantunbg) dan ujungnya terbuka disebut mulut
(dilengkapi 6 atau 10 buah tentakel).Bagian tubuh yang terletak
antara mulut dan cakram basal disebut tangkai tubuh. Mulut
bermuara kedalam suatu rongga yang disebut rongga
gastrovaskuler atau enteron yang berfungsi untuk mencerna
makanan dan sekaligus mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh
tubuh. Rongga vaskuler berhubungan pula dengan rongga
yang terdapat di dalam tentakel (Gambar 5)
Gambar 5. Struktur tubuh hydra (anggota klas hydrozoa)
KLAS II, SCYPHOZOA
Merupakan hewan yang mempunyai bentuk tubuh
seperti mangkok. Scyphozoa juga menunjukan gejala
metagenesis atau pergiliran keturunan, antara fase polyp
dengan fase medusa namun dalam penampilan fase
medusanyaa yang lebih dikenal.
15
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
STRUKTUR DAN FUNGSI
Sebagai contoh pembahasan yaitu ubur-ubur Aurelia
(gambar 6). Ubur-ubur ini mempunyai saluran pencernaan
makanan bersifat gastrovaskuler. Pada tengahtengah
permukaan tubuh sebelah dalam (permukaan oral atau sub
umbrella) akan muncul semacam kerongkongan
menggantung ke bawah yang disebut mambrium.
Pada ujung distal manubrium tersebut terdapat cabang
mulut yang bersisi empat, setiap sisi atau sudut mulut
dilengkapi semacam juluran pita yang disebut oral arm.
Keempat tangan mulut tersebut tersebar sedemikian rupa
sehingga mengelilingi rongga atau lubang mulut.
Selanjutnya rongga mulut ini akan bersambung dengan
saluran manubrium dan bermuara ke dalam rongga perut yang
terbagi atas sebuah rongga sentral dan empat buah kantong
gastric. Masing – masing kantong tersebut dilengkapi dengan
tentakel internal endodermal lengkap dengan nematocyts yang
dapat digunakan untuk menyengat mangsa. Dari kantong ini pula
akan menjulur saluran mesoglea untuk berhubungan dengan
saluran cicin yang ada di bagian tepi ubur – ubur.
16
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 6. Struktur tubuh jellyfish, Aurelia ( klas Scyphozoa )
KLAS III, ANTHOZOA
Merupakan klas terbesar dalam coelenterata. Semua
anggota klas ini hidup di laut, dati daerah pantai sampai
kedalaman 6.000 meter. Merupakan polyp yang menetap
dengan melekatkan diri pada suatu obyek yang terdapat di
dasar laut. Fase medusa pada klas ini mengalami reduksi.
Beberapa anggota klas anthozoa yang terkenal adalah
anemone laut, koral batu, atau koral kapur dan koral tanduk.
Anemone Laut
Merupakan polyp yang hidup soliter dengan warna yang
beranekaragam. Tentakel-tentakel yang teratur sedemikian
rupa mengelilingi celah mulut seperti daun mahkota bunga.
Biasanya anemone menempelkan diri pada batukarang, bekas
cangkang moluska atau membenamkan diri di pasir atau
lumpur. Menempelkan diri pada suatu obyek dengan bagian
17
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
tubuh yang disebut cakram kaki (pedal disc. Sebagaicontoh :
Metridium senile.
Koral Batu atau Bunga Karang
Tubuhnya menyerupai anemone laut, perbedaannya
terletak pada kerangka tubuh. Eksoskeletonnya terbuat dari
bahan CaCo3 yang disekresikan oleh lapisan epidermis.
Umumnya hidup berkoloni, berkembang biak secara aseksual,
yaitu dengan membentuk kuncup.
STRUKTUR DAN FUNGSI
Metridium spp bentuk tubuh silindris dengan bagian oral
agak melebar seperti corong yang dihiasi dengan rangkaian
tentakel-tentakel yang membentuk seperti daun bunga.
Tubuh terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu : (1) pedal disc
atau bagian kaki (2) Kolumna atau skapus atau bagian batang
tubuh dan (3) oral disc atau kapitulum.
Antara bagian pedal disc dengan skapus dihubungkan oleh
bagian yang disebut Lumbus, sedangkan antara skapus dengan
oral disc dihubungkan oleh collar. Sistem gastrovaskular dimulai
dari mulut yang dihubungkan oleh stomadeum atau
kerongkangan kecoelenteron. Saluran stomadeumini dilengkapi
alur cincin bersilia di sepanjang sisinya yang disebut
siphonoglyph. Alurini merupakan jalan masuknya aliran air
kedalam coelenteron. Rongga coelenteron dibagi menjadi
bersekat-sekat oleh 6 buah septa primer atau mesenterisse
hingga terbentuk 6 ruang. Air dapat mengalir dari ruang satu
keruang lainnya melalui celah yang disebut ostia. Selain itu
terdapat septa sekunder yang merupakan septa kecil yang
18
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
menjorok dari dinding stomodeum. Diantara septa primer
dengan septa sekunder terdapat septa tersier. Pada bagian tepi
(ujung distal) daripada septa (dalam coelenteron) atau di
bagian bawah stomedeum, berkembang menjadi bentuk yang
tebal disebut filament pencernaan yang di dalam filament
tersebut terdapat sel-sel kelenjar penghasil getah pencernaan
yang mengandung enzim. Didekat bagian dasar dari filament
ditemukan benang-benang akonsia yang di dalamnya
dilengkapi sel-sel kelenjar dan nematocyst (lihat gambar 7).
Metridium spp seperti coelenterate yang lain juga tidak
mempunyai alat khusus untuk pernapasan maupun
pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal pernapasan baik
pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air maupun
pengeluran gas karbondioksida berlangsung secara difusi
melalui seluruh permukaan tubuh. Begitu pula pengeluaran
zat zat sampah sebagai sisa metabolism juga berlangsung
secara difusi.
Gambar 7. Struktur tubuh anemone, metridium spp (klas
anthozoa )
19
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Anemone laut umumnya bersifat karnivora. Makananya
berupa hewan invertebrate kecil-kecil dan ikan kecil. Beberapa
jenis ikan justru bersimbiosis yaitu dari genus Amphirion. Makanan
atau mangasa terlebih dulu dilumpuhkan dengan racun yang
dihasilkan oleh nematocytsnya, baru kemudian di tarik dengan
bantuan tentakelnya. Selanjutnya ditelan melalui stomodeum dan
masuk rongga gastrovaskuler.
3. ECHINODERMATA
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani : Echinos =
duri, derma = kulit. Semua anggota phylum ini terdapat di laut
dan memiliki bentuk tubuh simetri radia yang dilengkapi
penguat tubuh dari zat kapur dengan tonjolan-tonjolan duri.
Merupakan hewan pemakan detritus, soliter namun kadang-
kadang nampak berkelompok. Bergerak lambat dengan kaki
tabung. Gerakannya diatur oleh system hidrostatis yang disebut
sistem vaskuler air. Tetapi terbagi menjadi 5 klas : Asteroidea
(Bintang laut), Ophiuroidea (Bintang mengular), Echinoidea
(Landak laut), Holothuroidea (Ketimun laut), dan Crinoidea (Lili
laut atau bakung laut). Aneka bentuk tubuh Echinodermata
dapat dilihat pada gambar 8.
20
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 8. Aneka bentuk tubuh Echinodermata a.) Luidia, b.)
Antedon c.) Cucumaria d.) Stronggylcentrotus
KLAS I, ASTEROIDEA
Tubuh berbentuk pentagonal (bintang) dengan 5 lengan.
Pada bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri dengan
berbagai ukuran. Sekitar dasar duri terdapat pedicellaria yaitu
semacam duri kecil yang ujungnya terdapat 2 jepitan, berguna
untuk menghilangkan benda-benda asing pada permukaan
tubuhnya. Pada salah satu bagian antara dua bagian arm
terdapat lempeng saringan (madreporit) sebagai tempat
keluar masuknya air dalam system ambulakral groove.
Ditengah-tengah tubuh sebelah dorsal terdapat lubang anus.
Sedangkan pada sisi ventral atau oral termasuk bagian arm
terdapat mulut yang dikelilingi oleh membran peristom
dengan 5 ambulakral groove.Pada setiap ujung arm terdapat
bintik mata (eye spot) dan tentakel kecil.
21
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Tubuh diperkuat oleh lapisan kapur (ossiculus) yang
terikat oleh muskulus atau jaringan ikat. Arm dapat
dikeluarkan oleh otot berserat yang terdapat dalam dinding
tubuh. Pembuluh-pembuluh kaki juga dilengkapi dengan otot
berserat. System vaskuler air dimulai dari madreporit yang
menuju ke saluran cincin. Kemudian dari saluran ini muncul 5
saluran radial pada masing-masing arm. Pada bagian sebelah
dalam dari saluran arm terdapat 9 tonjolan yang disebut
badan Tiedman berfungsi sebagai tempat berkembangnya sel
amoeboid dalam system vaskuler air (Gambar 9).
Gambar 9. Anatomi bagian dalam dan sistem vaskuler air pada bintang laut (Asteroidea).
KLAS II. OPHIUROIDEA
Hewan-hewan ophiuroidea mempunyai cakram yang jelas
muncul dari lima armnya. Setiap arm terdiri atas ruas yang sama,
masing-masing terdapat dua garis tempat melekatnya ossicula
yang meliputi 4 macam lempeng. Pada bagian lateral terdapat duri.
Bagian dalam dari ruas sebagian besar berisi
22
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
ossicula yang silindris dan tertanam pada bagian proksimal
dan cembung pada bagian distal, sehingga penyokong tubuh
tersebut bersendi dengan lainnya. Terdapat 4 otot antara 2
ossicula silindris sehingga memungkinkan arm dapat
dibengkokkan.
Pada arm terdapat coelom kecil, batang syaraf,
pembuluh darah dan cabangcabang system vaskuler. Tube
feet terletak ventrolateral tanpa ada alat penghisap atau
ampulae. Tube feet berfungsi untuk melewatkan makanan ke
mulut. Semua system pencernaan dan reproduksi terdapat
dalam cakram. Mulut terletak di tengah-tengah cakram dan
dikelilingi oleh 5 lempeng kapur yang berfungsi sebagai
rahang. Mempunyai lambung namun tidak ada caeca maupun
anus. Sisa makanan dikeluarkan melalui mulut. Terdapat 5
pasang kantong kecil menuju ke bursa. Bursa ini berguna
untuk bernapas dan sebagai saluran gonad. Madreporit terletak
di daerah oral (Gambar 10 ).
Gambar 10. Struktur bidang oral pada klas Ophiuroide.
23
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS III, ECHINOIDEA
Salah satu anggota dari klas ini adalah landak laut ( sea
urchin ) gambar, berbentuk bundar, tidak memiliki arm,
namun memiliki duri yang dapat digerakkan. Bagian viscelar
tersimpan dalam cangkang yang tersusun atas 10 jajaran
lempengan kapur yang tersambung membentuk bola dan
terselang oleh daerah interambulakral ( tanpa kaki ) . Pada
cangkang ( sering disebut test = kulit rumah ) terdapat
tonjolan atau tuberculum sebagai tempat persendian duri-duri
yang terbentuk dari Kristal CaCO3. Pangkal duri terikat dengan
otot sehingga dapat digerakkan .
Pedicellariae pada echinoidea mempunyai 3 anak
penjepit dan tangkai yang panjang. Pada sisi aboral terdapat
anus yang terletak diantara lempengan kapur besar yang
mengandung 2-5 gonophore dan satu madreporit. Mulut
terletak di bagian oral dikelilingi oleh 5 buah gigi yang
disokong oleh 5 rangka samping di sebelah dalam cangkang
yang terkenal sebagai Lentera Aristoteles.
Memiliki saluran pencernaan yang panjang, dimulai dari
mulut, oesophagus, lambang yang diperluas dengan kantong-
kantong, intestinum, rectum, dan berakhir pada anus.
Oesophagus dilengkapi dengan saluran siphon yang
menghubung oesophagus dengan intestinum. Siphon ini
berfungsi untuk membawa air secara langsung ke usus, yang
diduga untuk membersihkan residu yang tidak dicerna.
Terdapat 10 insang yang menjorok dari membrane peristom.
Anatomi landak laut dapat dilihat pada gambar 11.
24
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 11. Anatomi landak laut (klas Echinoidea)
KLAS IV. HOLOTHUROIDEA
Mempunyai tubuh yang bulat memanjang dengan garis
oral ke aboral sebagai sumbu. Tubuh dibungkus oleh kulit
yang mengandung ossicula mikroskopis. Padabagian anterior,
terdapat mulut yang dikelilingi oleh 10-30 tentakel yang dapat
dijulurkan dan ditarik kembali. Holothuroidea meletakkan diri
dengan bagian dorsal di sebelah atas. Pada beberapa spesies
di bagian dorsalnya dilengkapi dengan kaki ambulakral yang
dapat berkontraksi dan berfungsi sebagai alat respirasi.
Daerah ventral memiliki 3 baris kaki ambulakral yang
dilengkapi dengan alat penghisap, berfungsi untuk bergerak
dan melekatkan diri.
Dalam tubuh Holothuroidea terdapat coelom berisicairan
yang mengandung selamoebocyte. Kulit tubuhnya terdiri atas
kutikula yang menutupi epidermis dan tidak bersilia di
bawahnya terdapat dermis yang mengandung ossicula, selapis
25
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
otot melingkar dan 5 berkas otot memanjang ganda yang
kuat. Otot tersebut dapat dipanjang pendekkan sehingga menimbulkan gerakan seperti cacing.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut yang
disambungkan oleh esophagus pendek kelambung.
Selanjutnya makanan disalurkan keintestinum yang panjang,
ditopang oleh mesenteris, dihubungkan dengan kloaka
berotot dan berakhir di anus yang terdapat padabagian
posterior tubuh. Mempunyai dua saluran bercabang disebut
pohon respirasi yang merupakan perluasan dari kloaka kedalam
coelon. Saluran ini berfungsi sebagai alat respirasi dan
ekskresi. System vaskuler meliputi madreporit dalam coelom,
saluran cincin dikelilingi oesophagus dan 5 saluran radial yang
berhubungan dengan kaki buluh, yang masing- masing kaki
memiliki otot (Gambar 12).
Gambar 12. Anatomi ketimun laut, Cucumaria sp (klas
Holothuroidea).
KLAS V, CRINOIDEA
Mempunyai bentuk tubuh seperti bunga lili atau bunga
bakung dan seperti bulu burung. Hidup di perairan menengah dengan kedalaman ± 3848 meter. Contoh adalah Metacrinus
26
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sp, mempunyai bentuk seperti cangkir yang disebut calyx
tersusun dari lempengan kapur. Pada calyx ini akan tersembul
5 arm yang lentur, bertentakel pendek dan masing-masing
tentakel mempunyai pinullae yang banyak, sehingga mirip
sekali dengan bulu burung yang terurai. Pada beberapa jenis
lili mempunyai tangkai ( stalk ) yang berasal dari daerah
aborax calyx. Tangkai tersebut melekat pada dasar laut,
seolah-olah sebagai batang dengan akar (cerri).
Berbeda dengan jenis echinodermata yang lain, mulut
dan anus terletak bersebelahan. Pada anus sering ditandai
dengan bentuk kerucut yang menonjol. Pada bidang oral
setiap arm memiliki ambulakral yang ditandai dengan garis
bersilia dan berisi tentakel seperti kaki buluh, coelom pada
crinoidea sempit, tidak memiliki madreporit dan gonad
biasanya terletak di bagian pinnulae (Gambar 13).
Gambar 13. Bagian-bagian tubuh lili laut (klas crinoidea).
27
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
4. MOLLUSCA
Mollusca berasal dari bahasa latin mollis yang berarti
lunak. Hewan-hewan yang termasuk dalam phylum moluska
memiliki tubuh lunak, tidak bersegmen, terdapat kaki dan
memiliki massa vicelar pada bagian dorsal. Sebuah lapisan
daging tipis atau mantel membungkus seluruh atau sebagian
dari tubuhnya dan umumnya mempunyai cangkang luar yang
terbuat dari kapur. Secara umum bentuk tubuhnya berbeda-
beda untuk masing-masing klas. Terdapat 6 klas ( meskipun
ada beberapa ahli yang membagi 8 klas ) yaitu :
Monoplacophora, Gastropoda, Scaphopoda, pelecypoda,
polyplacopora, chaetodermomorpha, dan Neomineomorpha.
KLAS I, POLYPLCOPHORA
Salah satu anggota klas ini adalah chiton. Seluruh
anggotanya hidup di laut di daerah pasang surut sampai di
kedalaman menengah. Tubuh berbentuk elip, pipih, bilateral
simetri yang di tutupi 8 lempeng kapur sebagai cangkang.
Mempunyai mantel tebal yang disebut girdle, sebuah kaki
yang besar sehingga memudahkan untuk melekat dan
merayap di batuan.
Memiliki sebuah cekungan dangkal (pallial groove) diantara
mantel dan kakinya yang dilengkapi dengan 60 sampai 80 pasang
insang berbentuk tabung. Kepala tereduksi, tidak mempunyai
mata dan tentakel. Mulut dilengkapi gigi parut (redula).
Mempunyai pharynk pendek, lambung melingkar yang
berhubungan usus yang panjang dan berakhir di anus.
Jantung terletak di bagian posterior terdiri dari, dua aurikel
dan satu ventikel yang dihubungkan dengan sebuah aorta
anterior. Pada sisi sebelahnya terdapat organ ekskresi
28
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
yang merupakan perluasan dari pericardial cavity yang berakhir
pula di pallial groove. Terdapat sebuah cincin syaraf (nerve ring)
di sekitar mulut. Organ seksualnya terpisah dimana masing-
masing gonad memiliki 2 saluran reproduksi di bagian lateral
yang berakhir pula di pallial groove (lihat gambar14).
Gambar 14. Bagian–bagian tubuh chiton (Klas Amphinoura).
KLAS II . GASTROPODA
Sering disebut sebagai hewan berkaki peut, kebanyakan
hidup di laut dan beberapa jenis hidup di darat dan air tawar.
Mempunyai anggota terbanyak ± setengah dari anggota
moluska. Cangkang gastropoda pada pertumbuhannya
mengalami torsi 180 derajat. Mempunyai kepala, mata dan
umumnya mempunyai radula. Pernapasan menggunakan
insang, paru-paru atau keduanya.
Pembahasan mengenai gastropoda ditekankan pada jenis-
jenis gastropoda laut (Gambar 15). Fisiologi gastropoda telah
dibahas dalam perkuliahan. (Gambar 16) menunjukkan anatomi
dari siput air tawar (Helix aspera) untuk mewakili anatomi
gastropoda laut.
29
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 15. Beberapa jenis gastropoda yang hidup di laut. A.Heteropod; B.Pteropod;
C.Limpet; D.Whelk; E.Sea hare; F.Abalone; G.Nudlbranch; H.Turban; I.Slipper; J.Rock
Gambar 16. Anatomi siput air ( Helix aspersa ) mewakili klas gastropoda
30
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS III, PELECYPODA
Kelas ini sering disebut kelas bivalvia yang artinya memiliki
dua katup (2 cangkang), pelecypoda secara umum disebut
kerang karena mempunyai kaki seperti kapak. Katup tersebut
dihubungkan oleh engsel elastis yang disebut hinge ligament dan
mempunyai satu atau dua buah otot adductor di dalam
cangkangnya yang berfungsi untuk membuka atau menutup
kedua katup tersebut. Tidak mempunyai mata, kepala, dan
radula. Banyak pula yang mempunyai sepasang insang.
Kaki berotot, pipih ventrolateral, berguna menggali
lumpur/pasir. Makanan disaring oleh insang kemudian masuk
ke mulut dan esophagus dengan getah pencernaan ke usus
dan sisa makanan dikeluarkan dari anus. Insang selain berfungsi
untuk menyaring makanan juga untuk bernapas dan pada
beberapa jenis pelecypoda berguna untuk mengerami telur.
Gambar pelecypoda dapat dilihat pada Gambar 17.
31
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 17. Anatomi kerang air tawar, Anodonta sebagai
wakil dari klas Pelecypoda.
KLAS IV CEPHALOPODA
Klas cephalopoda berkaki kepala, anggotanya antara lain
cumi-cumi (Loligo sp.), Gurita (Octopus sp.), Sotong ( Sepia sp.),
Argonauta dan Nautilus (Gambar 18). Mempunyai mata, kepala,
dan radula. Kepala nampak jelas, mata besar dikelilingi dengan
tentakel-tentakel yang merupakan kaki termodifikasi. Kakinya
terdiri dari 10 lengan dimana 8 adalah lengan (arm) pendek,
sedangkan 2 adalah tangan panjang. Permukaan sebelah dalam
dari lengan dilengkapi alat penghisap (suckep cup). Pada sisi
ventral terdapat alat penyemprot (siphon) yang dapat digunakan
sebagai kemudi maupun alat pertahanan diri.
Mantel membungkus bagian visceral dan rongga mantel
yang akan membentuk krah atau leher pada batas kepala dan
bagian visceral. Air dapat masuk ke dalam mantel melalui tepi
krah dengan jalan membesarkan mantel. Selanjutnya air
disemprotkan ke luar lewat siphon dengan jalan kontraksi.
Sebelah kanan dan kiri dilengkapi sirip (fin) yang berfungsi
sebagai pendayung untuk bergerak ke depan dan belakang.
Alat pencernaan terdiri atas rongga mulut (buccal cavity)
dengan kelanjar ludah, kemudian pharynx. Oseophagus,
lambung caecum, intestinum, rectum dan anus. Selain itu
terdapat kelenjar hati dan pancreas. Di dalam pharynx
terdapat rahang chitine yang dapat digerakkan oleh otot juga
terdapat radula (Gambar 19).
32
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 19. Beberapa anggota klas Cephalopoda
5. PHYLUM ARTHROPODA
Merupakan phylum terbesar dari kerajaan hewan. Jumlah
spesies dalam arthropoda lebih banyak daripada semua
spesies dari phyla lain. Arthres = bersendisendi,poda = kaki.
Hewan-hewan yang tercakup dalam phylum ini memiliki
anggota badan atau extremitas yang bersendi-sendi. Ciri-ciri
umum dari arthopoda sebagai berikut :
1. Mempunyai appendage yang beruas.
2. Tubuh bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas.
3. Tubuh dibungkus oleh zat chitine sebagai eksoskeleton.
4. Diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak
berchitine sehingga ruas-ruas tersebut mudah
digerakan.
5. System saraf tangga tali.
6. Coelom pada hewan dewasa kecil dan merupakan suatu rongga berisi darah dan disebut haemocoel
33
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Anggota phylum arthopoda menempati semua type
habitat sehingga pembahasan dalam praktikum ini dibatasi
pada beberapa klas yang memiliki sebagian atau seluruh siklus
hidupnya didalam air. Phylum arthopoda yang dibahas dalam
praktikum ini meliputi :
1. Udang-udangan (Crustacea dan Macrura)
2. Kepiting (Brachyura)
3. Mimi (Xiphosura)
4. Serangga (Insecta)
KLAS I, CRUSTACEA
Berasal dari bahasa latin Crusta = cangkang keras,
anggotanya termasuk udang, kepiting, lobster, kelomang.
Sebagai bahan contoh pembahasan yaitu lobster dan udang
air tawar.
Tubuh udang dibagi menjadi dua bagian besar yaitu,
cephalotorax (kepala dan dada) yang dilanjutkan dengan
abdomen (perut) dimana mempunyai eksoskeleton yang
mengandung chitine dan pada bagian tertentu tipis dan
lembut sehingga memudahkan dalam pergerakan. Seluruh
tubuh beruas-ruas (kepala = 5 , dada = 8 , perut = 6) yang
masing-masing dilengkapi oleh sepasang appendage.
Ruas-ruas pada cephalothorax ditutup oleh sebuah
cangkang bersambung yang menutupisisi lateral dan dorsal
yang disebut carapace. Antara kepala dan dada dibatasi oleh
sebuah lekukan yang disebut cervical groove. Pada bagian
kepala tedapat penguatan carapace yang disebut rostrum. Di
bawahnya terdapat sepasang mata majemuk bertangkai.
Mulut terletak dibagian ventral, dikelilingi oleh organorgan
34
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
mulut tambahan. Anus berada pada sisi ventral antara telson
dan abdomen. Insang berada pada kedua sisi bawah carapace
bagian dada. Untuk fisiologi dari udang akan dibahas lebih
lengkap dalam perkuliahan. Morfologi lobster dapat dilihat
pada Gambar 20.
Gambar 20. Morfologi Udang lobster (klas Crustacea)
Kelomang atau umang-umang (Kepiting Pertapa) adalah
krustasea dekapod dari superfamili Paguroidea. Sebagian besar
dari 1100 spesies memiliki perut asimetris yang bersembunyi
dalam cangkang siput laut yang telah kosong dan dibawa oleh
nya. Sebagian besar spesies ini memiliki perut spiral melengkung
yang panjang dan lembut, tidak seperti kalsifikasi perut keras
yang terlihat pada krustasea terkait. Perut Kelomang sangat rentan
sehingga perlu dilindungi dari predator oleh cangkang kerang
kosong yang digunakan oleh
35
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
kepiting ini sebagai rumah, di mana seluruh tubuhnya dapat ditarik masuk kedalam cankang tersebut.
Kelomang biasannya memanfaatkan cangkang gastropod,
hal ini karena bagian belakang tubuh kelomang darat (abdomen
alias perut yang lunak) sangat mudah terluka. Abdomen
tersebut bergelung sesuai perputaran rongga cangkang siput
dan mempunyai fleksibilitas seperti pegas, sehingga dapat
berkontraksi atau memanjang dan mengerut sesuai keperluan.
Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang,
yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal daricadangan air
dalam cangkang.
Gambar 21. Morfologi Kelomang
36
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS II, BRANCIURA
Branchiura adalah athropoda dari golongan kepiting seperti kepiting, rajungan, yuyu dan lain sebagainya. Bagian
tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Morfologi Kepiting ( klas Brachiura )
KLAS III, XISPHOSURA
Xiphosura adalah kelompok arthrotopda dari golongan
mimi. Bagian tubuh organism ini dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 23. Bagian-bagian tubuh Mimi (Limulus
polyphemus)
37 KLAS IV, INSECTA
Insecta merupakan hewan darat, sebagian kecil dalam air
tawar dan sangat jarang yang hidup di dalam air laut.
Mempunyai ukuran tubuh yang bervariasi . Kurang lebih terbagi
dalam 34 ordo dan hanya beberapa saja yang sebagian atau
seluruh siklus hidupnya menempati habitat perairan. Misalnya
ordo Odonata, Trichoptera, Ephimerotera, dan Diptera. Dapat
dilihat pada Gambar 23.
Gambar 24. Beberapa insekta yang hidup diperairan.
Tubuh insecta terbagi menjadi kepala, thorax, dan
abdomen. Ruas thorax selalu tiga buah, masing-masing
mempunyai sepasang kaki jalan. Abdomen terdiri atas sebelas
ruas, adakalanya beberapa ruas tubuh menyatu, sehingga
jumlahnya kurang dari sebelas. Pada ruas abdomen tidak ada
kaki jalan, namun seringkali terdapat beberapa bentuk apendik
abdomen. Semua hexapoda mempunyai dua pasang maxilla dan
kebanyakan mempunyai ocellus maupun mata majemuk.
Subfilum Hexapoda dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Apterygota yang merupakan kelompok serangga tidak
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
38
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
bersayap dan pterygota yang merupakan kelompok serangga bersayap.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari selalu
berhubungan dengan serangga, baik sengaja maupun tidak
sengaja, menguntungkan atau merugikan, disadari atau tanpa
disadari . Serangga yang menguntungkan antara lain lebah
penghasil madu, ulat sutera, Serangga pembantu
penyerbukan bunga dan pemakan bangkai. Larva serangga air
sebagai makanan penting bagi ikan, katak, dan burung.
Tapi tidak sedikit juga yang merugikan, misalnya, hama
tumbuh-tumbuhan, hama pada kolam pembenihan ikan.
Semut, kecoa dan lalat pengganggu makanan dirumah,
ngengat pemakan buku dan pakaian wol/ketun. Beberapa
serangga merupakan inang perantara penyakit, misalnya
nyamuk pembawa malaria, demam berdarah, kaki gajah dan
demam kuring, lalat tsetse pembawa penyakit tidur, dan lalat
pembawa penyakit tifus dan disentri.
Demikian banyaknya spesies serangga yang berguna
maupun yang menimbulkan masalah dalam kehidupan
manusia dan perekonomiannya, sehingga terdapat ilmu yang
khusus mempelejari dan mendalami tentang serangga, yaitu
entomologi.
Umumnya anggota dari klas insecta bermanfaat bagi
dunia perikanan ketika pada stadia telur sampai larva, dapat
digunakan sebagai :
1. Penyeimbang ekosistem perairan dimana menempati trofik tertentu dalam rantai makanan.
2. Indikator kualitas perairan.
3. Pakan alami yang berprotein tinggi bagi ikan.
39
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 25 (a). Perkembangan serangga dari
telur sampai dewasa pada ordo
Perkembangan serangga dari telur sampai dewasa dan
contoh insecta plecoptera dapat dilihat pada Gambar 25. Serta
perkembangan nyamuk Aedes dapat dilihat pada Gambar 26.
Ephemeroptera. A, telur ; B, nimfa ; C, dewasa.
Gambar 25 (b). Perkembangan serangga dari telur sampai dewasa pada ordo Plecoptera. A, dewasa; B, nimfa; t, insang trachea; C, cercus
40
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 26. Perkembangan nyamuk Aedes, ordo Diptera, dari telur sampai menetas. A, telur; B, larva; C, kepompong; D, dewasa.
6. PHYLUM ANNELIDA
Phylum annelida mencakup berbagai jenis cacing yang
menpunyai ruas sejati, seperti nereis, cacing tanah, dan lintah.
Annelida berasal dari bahasa latin annelus yang berarti cincin
kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena bentuk cacing
seperti sejumlah besar cincin kecil yang diuntai. Annelida
terdapat di laut, air payau, air tawar, dan beberapa di darat.
Ciri khas Phylum Annelida adalah tubuh terbagi menjadi
ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu anterior posterior.
Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama ialah metamere, somite,
atau segment. Bagian tubuh paling anterior disebut
prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula bagian di ujung
posterior yang disebut pigidium, terdapat anus.Segmentasi
pada annelida tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja,
41
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan
sekatan yang disebut septum. Tiap septum terdiri atas dua
lapis peritoneum, masing-masing berasal dari ruas dimuka
dan dibelakangnya. Gambar struktur annelida dapat dilihat di
Gambar 27.
Sistem pencernaan pada annelida lengkap, lebih kurang
lurus, memanjang dari mulut ke anterior usus dan anus di
posterior. Pencernaan ekstraseluler. Alat ekskresi adalah
nephridia, terutama metanephridia yang terdapat sepasang
tiap ruas (Gambar 28a). Peredaran darah tertutup, sistem
syaraf terdiri atas sepasang ganglion atau otak pada
prostomium, syaraf penghubung melingkari pharynx, sebuah
atau sepasang benang syaraf ventral sepanjang tubuh yang
dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang syaraf lateral pada
tiap ruas (Gambar 28b). Disamping itu, terdapat alat indra
atau sel indra yang berfungsi sebagai alat peraba, perasa dan
penerima cahaya.
Gambar 27. Garis besar struktur annelida
42
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 28. a. Nereis, tampak dorsal. b. Sistem saraf dari Nereis
Phylum Annelida terdiri dari sekitar 75.000 spesies, meliputi tiga kelompok besar, yaitu Poychaeta, Oligochaeta,
43
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
dan Hirudinea, serta dua kelompok kecil yaitu Acolosamata dan Branchiobdella.
KLAS I, POLYCHAETA
Cacing polychaeta terutama hidup di laut, meskipun beberapa
jenis nereid mempunyai toleransi terhadap salinitas rendah dan
telah beradaptasi untuk hidup di air payau dan estuaria. Beberapa
terdapat di air tawar sampai 60 km dari laut, seperti Bogor. Terdiri
atas sekitar 8.000 spesies. Berasal dari bahasa Yunani poly berarti
banyak dan chaeta berarti setae atau sekat. Umumnya berukuran
panjang 510 cm dengan diameter 2-
10 mm dengan morfologi yang sangat beragam.
ANATOMI
Pada tiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali
kepala dan ujung posterior biasanya terdapat sepasang
parapodia dengan sejumlah besar setae (Gambar 29).
Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih
dan pada dasarnya biramus dan bebera pada yang uniramus;
terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing
disangga (ditunjang) oleh sebuah batang khitin yang disebut
acicula. Pada notopodium terdapat cirrus, pada neuropodium
terdapat cirrus ventral.
Bentuk parapodia dan setne pada setiap jenis tidak sama,
sehingga dipakai untuk identifikasi jenis-jenis polychaecta.
Berbagai bentuk parapodia dapat dilihat pada Gambar 30. Pada
pada prostomium terdapat mata, antena, dan sepasang palp.
Sesuadah prostomium terdapat peristomium, yaitu ruas pada
mulutnya. Kecuali beberapa jenis , peristomium merupakan
44
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
ruas pertama, tetapi ada kalanya gabungan antara dua atau tiga
ruas. Biasanya ruas peristomium mengalami modifikasi dengan
adanya alat indera seperti peristomial cirri (cirrus peristomium).
Prostomium dan peristomium dianggap sebagai kepala
polychaeta. Peristomium jenis errantia biasanya tidak
mengandung parapodia, kalau ada bentuk parapodia mengecil.
Gambar 29. Beberapa macam tipe setae pada beberapa
family polychaeta A. Aphroditida; B.
Glyceridae; C dan D. Nereidae; E.
Spintheridae; F. Orbinidae; G. Sabellariidae;
I. Serpulidae; J. Sabellidae.
Klas polychaeta dibagi menjadi dua sub kelas, yaitu
errantia yang berkeliaran bebas dan sedentaria menetap.
Termasuk Errantia antara lain jenis pelagis, merayap, pada
celah batu dan karang , membuat lubang atau lorong dalam
pasir dan lumpur, ada pula yang membentuk selubung. Cacing
45
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sedentaria kebanyakan tinggal di dalam selubung permanen,
tidak pernah meninggalkan liang, dan halnya kepalanya saja
yang keluar masuk mencari makan. Beberapa macam bentuk
cacing jenis Errantia dan Sedentaria dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Berbagai bentuk parapodia. A. Polynoidae; B. Phyllocidae, uniramus; C dan D. Eumeidae; E. Nephtydae; F. Glyceridae; H. Aricidae; d,c. cirrus dorsal; el,
elytrophore; eln, elytron; g, insang; neur, neuropodium; not, notopodium;
ret.g, insang tetraktil; v. c, cirrus central
Bentuk kepala sedentaria biasanya mengalami berbagai
modifikasi sesuai dengan fungsinya sebagai ciliary feeder.
Dalam beberapa hal, kepala berfungsi sebagai alat pertukaran
gas, jadi semacam insang. Acapkali prostomium kecil sekali,
hingga seperti bibir, misalnya pada Arenicola. Pada Sabellidae
dan Serpulidae, prostomium tumbuh menjadi semacam
46
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
mahkota bunga gebra, disebut radiole. Radiole tersebut
seluruhnya dapat digulung masuk ke dalam liang atau selabungnya.
NILAI EKONOMIS
Cacing polychaeta merupakan makanan alami yang baik
bagi udang windu, Peneus Monoden di tambak, menjadikan
warna udang lebih cemerlang, sehingga meningkatkan mutu
udang windu. Jenis-jenis Sabellidae seperti Sabella pavonina
terkenal keindahannya karena berbentuk seperti bunga gebra
dengan warna seperti bulu burung merak, sehingga di
perdagangkan untuk akuarium laut.
Gambar 31. a. Beberapa macam bentuk cacing jenis Errentia yang sering dijumpai dalam filum a, Nereidae; b, Glyceridae; c, Eunicididae; d, Phyliodocidae; e, Aphoditidae; f, Tomopteridae; g, Polynoidae
47
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 31. b. Beberapa macam bentuk cacing jenis Sedentaria yang sering dijumpai dalam filum a, Cirratulidae; b, Capitellidae; c, Arenicilodae; d, Terebellidae; e, Sabellidae; f, Pectinariidae; g, Serpulidae
KLASS II, CLITELLATA
Ciri dari klas ini ruas tubuhnya tampak jelas; clitellum
dorsal; parapodia dan cilia tidak ada. Dibagi menjadi 3 sub
kelas, yaitu Oligochaeta, Branchiobdella dan Hirudinoidea.
1. Subkelas Oligochaeta
Oligochaeta yang terkenal adalah cacing tanah dan tubifex.
Berbeda dengan polychaeta, bentuk tubuh oligochaeta tidak
banyak variasinya. Terdapat lebih dari
31.000 spesies, kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa
dilaut, air payau dan darat. Jenis akuatik umumnya terdapat
pada daerah yang dangkal yang kurang dari 1 meter,
beberapa membuat lubang dalam lumpur, atau sebagian
aufwuch pada tumbuhan dalam air, ada pula yang membuat
selubung menetap atau yang dapat dibawa-bawa. Gambar
aneka bentuk oligochaeta dapat dilihat pada Gambar 32.
48
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 32. Aneka Oligochaeta tipe microdrille. A. Ripstes parasitica; B, Nais; C, Paranais
Kebanyakan spesies laut merupakan fauna interstisial,
hidup dalam lubang di bawah batu atau pada rumput laut.
Semua jenis yang terdapat di darat hidup dalam lubang di tanah
lembab. Melimpahnya jenis oligochaeta tertentu dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya pencemaran organik diperairan.
Berasal dari bahsa yunani oligo berarti sedikit dan chaeta
berarti setae atau sikat. Secara fungsional dan ekologi,
oligochaeta dibagi menjadi 2 tipe, yaitu microdrile dan
megadrile. Microdrile merupakan spesies akuatik, berukuran
1-30 mm, ndinding tubuh tipis, agak transparan. Megadrile
merupakan spesies darat, dinding tubuh tebal, umumnya
panjang antara 5-30 cm, bahkan megascolides di Australia
49
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
dapat mencapai 3 meter. Bentuk cacing dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Bentuk tubuh cacing, Lumbricus
terrestris,tampak ventral
ANATOMI
Ruas-ruas tubuh cacing dewasa dapat dikatakan sama
bentuk dan ukurannya kecuali bagian anterior dan posterior.
Lumbricus terrestis digunakan sebagai contoh morfologi dan
anatomi oligochaeta pada umumnya. Setengah dari ruas
ujung paling anterior merupakan prostomium, yang
adakalanya memanjang seperti belalai. Pada umumnya
jumlah ruas tidak tetap, bervariasi sekitar 25%. Jumlah ruas
atau somit pada cacing dewasa antara 115-200 buah, dan
spesies dari famili Haplotaxidae sampai 500 buah. Ruas
pertama adalah peristomium yang mengandung mulut, dan
ruas terakhir terdapat anus.
Pada tiap ruas terdapat 4 rumpun setae; 2 rumpun pada
dorso-lateral dan 2 rumpun pada ventro-lateral. Tergantung
jenisnya, jumlah setae dalam satu rumpun antara 1-25 buah.
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
50
Bentuk dan ukuran setae ada beberapa macam, dan dipakai untuk identifikasi.
NILAI EKONOMIS
Keberadaan cacing tubificied disungai tercemar dan
saluran pembuangan dari pemukiman adakalanya sangat
banyak, sehingga menjadi mata pencaharian bagi pedagang
pengumpul cacing untuk dijual ke pengusaha ikan hias dengan
sebutan cacing rambut atau cacing sutera.
Cacing akuatik acapkali merupakan inang perantara
beberapa parasit ikan, misalnya Aulophorus furcatus dan Dero
limosa. Keduanya dari famili Naididae, merupakan inang
perantara bagi cacing pita, Lytocestus parvulus yang menjadi
parasit pada anak ikan lele dumbo, Clarias sp.
2. Subkelas branchiobdellida
Semua jenis branchiobdella hidup sebagai ektoparasit
atau komersal pada insang atau permukaan tubuh udang-
udangan sejenis lobster air tawar, Cherax
(crayfish) family Astacidea. Merupakan cacing kecil dengan ukuran antara 1-12 mm.
Tubuh terdiri atas 14 – 16 ruas; empat ruas pertama tumbuh
menyatu menjadi kepala sebagai alat penghisap yang dikelilingi
tonjolan-tonjolan panjang di tepinya. Tidak mempunyai setae.
Padarongga mulut terdapat dua buah gigi. Beberapa ruas posterior
tumbuh menjadi alat penghisap untuk menempel padainang.
Hanya terdapat satu ordo yaitu Branchiobdella. Contoh
Branchiobdella dapat dilihat pada Gambar 34.
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
51
Gambar 34. A. Stephanodrilus. B. Aulophoruscarteri
3. Sub kelas hirudenae (hirudinoidea)
Biasa disebut lintah. Terdapat di laut, air tawar dan darat.
Lintah mudah dikenal dari bentuknya yang khas, yaitu adanya
dua buah alat penghisap, anterior dan posterior, sehingga lintah
dapat menempel dengan erat pada kedua ujungnya. Lintah
tidak mempunyai parapodia maupun setae, tetapi mempunyai
clitellum yang menghasilkan kokon. Panjang tubuh lintah
dalam keadaan tenang antara 1 – 5 cm, kecuali beberapa
spesies seperti Hirudo medicinalis dapat mencapai
20 cm, dan Haementari aghiham dari amazon sampai 30 cm.
7. PHYLUM BRACHIOPODA 1. Phylum Brachiopoda
Phylum Brachiopoda berasal dari bahasa latin, yaitu
Bracchium yang berarti lengan (arm) dan Poda yang berarti kaki
(foot). Jadi, Phylum Brachiopoda adalah hewan yang
merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki
dan lengan. Brachiopoda adalah bivalvia yang berevolusi pada
zaman awal periode Cambrian yang masih hidup hingga
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
52
sekarang. Mereka seringkali disebut dengan “lampu
cangkang” yang merupakan komponen penting organisme benthos pada zaman Palaeozoic.
Phylum ini merupakan salah satu phylum kecil dari benthic
invertebrates. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari
phylum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya
telah dinamai. Phylum Brachiopoda mempunyai 2 buah
cangkang yang mirip Pelecypoda, tetapi perbedaannya bahwa
cangkang Brachiopoda tidak sama satu dengan yang lain.
2. Anatomi Tubuh Phylum Brachiopoda
Brachiopoda mempunyai 2 cangkang (valve), yaitu
Pedicle atau Ventral Valve dan Brachial atau Dorsal Valve.
Tubuh tertutup oleh 2 cangkang, satu ke arah dorsal dan yang
lainnya ke arah ventral. Biasanya melekat pada substrat dengan
pedicile.
Cangkang dilapisi oleh mantle yang dibentuk oleh pertumbuhan
dinding tubuh dan membentuk rongga mantle. Cangkang
Brachiopoda tersusun oleh senyawa karbonat, atau khitin dan
kalsium fosfat. Cangkangnya biasanya mempunyai hiasan,
berupa garis tumbuh, costae atau costellae. Kedua buah
cangkang dihubungkan oleh gigi pertautan (pada Brachiopoda
artikulata) atau sistem otot (Brachipoda inartikulata).
Pada pertangkupan kedua cangkang terdapat lubang
tempat keluarnya pedicle yaitu Pedicle opening atau
Forament. Pedicle merupakan juluran otot yang berfungsi
untuk menempelkan tubuhnya pada tempat hidupnya. Bagian
lain pada cangkang adalah Lophophore, berupa dua buah
tentakel berbulu getar, berfungsi untuk menggerakkan air di
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
53
sekitarnya. Lophophore mebentuk kumparan dengan atau
tanpa didukung oleh skeletal internal. Usus Brachiopoda
berbentuk U. Sistem peredaran darahnya terbuka. Anatomi
pada Brachiopoda dapat dilihat pada Gambar 35 dan 36.
Gambar 35. Anatomi Eksternal Phylum Brachiopoda
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
54
Gambar 36. Anatomi Internal Phylum Brachiopoda
3. Cara Hidup Phylum Brachiopoda
Secara umum, cara hidup Brachiopoda meliputi tempat
atau lingkungan dia tinggal, cara dia beradaptasi atau hidup
dengan lingkungannya, cara makannya, dan cara
reproduksinya. Berbagai macam poin yang mencirikan cara
hidup dari Brachiopoda adalah sebagai berikut :
a. Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu juluran otot yang disebut pedicle
(Gambar 37).
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
55
Gambar 37. Cara Hidup Secyl (Tertambat)
b. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan oksigen,
Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi
menggerakkan air di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen
ke dalam dan ke luar tubuh dapat berlangsung (Gambar
38 dan 39). Begitu pula dengan makanan.
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
56
Gambar 38. Cara Makan Brachiopoda
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
57
Gambar 39. Lophophore
c. Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang.
d. Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara benthos secyl.
e. Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis atau hangat dengan kedalaman maksimal 40 m
f. Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari Brachiopoda.
g. Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata- rata dari 5 mm hingga 8 cm.
h. Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses Bioconose dan Thanathoconose.
i. Cara reproduksi Brachiopoda adalah terpisah antara jantan dan betina.
j. Fertilisasi secara ekternal.
k. Sebagian ada yang “mengandung” dan melahirkan larva lobate.
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
58
4. Klasifikasi Phylum Brachiopoda
Klasifikasi phylum Brachiopoda dibagi menjadi dua, yaitu
:
4.1. Brachiopoda Inartikulata
Ciri-cirinya adalah tidak mempunyai gigi pertautan
(hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line). Cangkang
atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan
terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput
pengikat. Pertautan kedua cangkangnya dilakukan oleh
sistem otot, sehingga setelah mati cangkang langsung
terpisah. Cangkang umumnya berbentuk membulat atau
seperti lidah, tersusun oleh senyawa fosfat atau khitinan.
Mulai muncul sejak Jaman Cambrian awal hingga masa kini.
Contoh : Lingula (Gambar 40).
Gambar 40. Lingula
4.2. Brachiopoda Artikulata
Ciri-cirinya adalah cangkang dipertautkan oleh gigi
dan socket. Cangkang umumnya tersusun oleh material
karbonatan. Tidak mempunyai lubang anus. Mempunyai
keanekaragaman jenis yang besar. Banyak yang berfungsi
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
59
sebagai fosil index. Dan mulai muncul sejak zaman Kapur hingga kini. Contoh : Terebratulid (Gambar 41)
Gambar 41. Terebratulid
Macam-macam ordo dari Brachiopoda Artikulata
adalah sebagai berikut : a. Ordo Orthida Ciri-ciri :
• Umur Ordovician
• Bentuk ½ lingkaran, hinge line lurus, hiasan
bersifat radial. Contoh genus : Hebertella dan
Platystrophia.
b. Ordo Strophomenida
• Umur Ordovician
• Bentuk pipih, hinge line lurus, hiasan radial berupa costellae halus. Contoh genus : Sowerbyella dan
Rafinesquina.
c. Ordo Spiriferida
• Umur Devon
60
• Bentuk sperti kumparan/spiral, tersusun oleh
material gampingan mengelilingi lophophore.
Contoh genus : Muscrospirifer dan Platyrachella.
d. Ordo Rhynchonellida Cangkang berbentuk segitiga atau bulat, hinge line pendek, beak kuat disertai lipatan bentuk accordeon. Contoh genus : Pugnoides dan Rhynchotreta.
e. Ordo Terebratulida
• Permukaan cangkang halus
• Lubang pedicle terletak pada beak yg menggantung.
Contoh genus : Terebratula dan Dielasma.
4.3. Rentang Hidup Phylum Brachiopoda
Pada akhir jaman Perm, terjadi kepunahan massal yang
melibatkan hampir semua golongan Brachiopoda. Hanya
sedikit takson yang selamat, seperti golongan
Trebratulid dan Lingula, dan masih terdapat hingga masa kini (Holosen).
Brachiopoda ditemukan melimpah pada kurun Paleozoik (543
hingga 248 juta tahun lalu). Brachiopoda masa kini selalu
ditemukan dalam keadaan tertambat dengan menggunakan
pedikelnya, baik pada batuan keras maupun cangkang
binatang yang telah mati.
Rekaman Phylum brachiopoda dalam kurun waktu geologi adalah seperti di bawah ini :
• Phylum Brachiopoda (Cambrian-Recent)
• Class Inarticulata (Cambrian-Recent)
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
61
• Class Articulata (Cambrian-Recent)
• Order Orthida (Cambrian-Permian)
• Order Strophomenida (Ordovician-Jurassic)
• Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)
• Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent)
• Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
• Order Terebratulida (Devonian-Recent)
4.4. Fosil Brachiopoda dan Kegunaannya dalam Geologi
Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil
indeks (index fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang
luas. Contoh kegunaan fosil brachiopoda dalam geologi :
Brachiopoda dari Klas Inarticulata; Genus Lingula merupakan
penciri dari jenis brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower
Cambrian. Jenis ini ditemukan pada batuan Lower Cambrian
dengan kisaran umur 550 juta tahun yang lalu. Secara garis
besar, jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan
yang hidup pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya
sangat penting untuk penentuan umur batuan sebagai Index
Fossils.
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang