modul kimia dasar

40
MODUL PRAKTIKUM KIMIA DASAR I / KIMIA ANORGANIK Oleh: TIM PENGAMPU MATA KULIAH KIMIA DASAR I LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 1

Upload: fariza-fauzia-purnama-purnama

Post on 25-Nov-2015

301 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

MODUL PRAKTIKUMKIMIA DASAR I / KIMIA ANORGANIK

Oleh:TIM PENGAMPU MATA KULIAH KIMIA DASAR I

LABORATORIUM KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA2013

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum Kimia Dasar 1/ Kimia Anorganik adalah mahasiswa yang telah mengambil atau sedang menempuh mata kuliah kimia dasar serta telah mengisi KRS untuk mata praktikum kimia dasar.2. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila peserta terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum. 3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih dan dikancingkan dengan rapi dan memakai sepatu tertutup (dilarang mengenakan sandal atau sepatu sandal).4. Setiap peserta wajib membuat laporan sementara praktikum yang berisi data pengamatan selama percobaan dan ditandatangani oleh asisten praktikum. Laporan resmi praktikum dibuat sesuai dengan format yang sudah ditentukan dan ditandatangani asisten praktikum, serta melampirkan laporan sementara. Pengumpulan laporan resmi praktikum sesuai kesepakatan dengan asisten praktikum, maksimal 1 minggu setelah kegiatan praktikum.5. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum kemudian mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan kering. Botol bahan kimia yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan ke tempat semula. Tutup botol harus sesuai (tidak boleh tertukar). Peserta praktikum yang memecahkan alat gelas wajib mengganti.6. Peserta praktikum dilarang membawa makanan/minuman ke dalam laboratorium/ruang praktikum.7. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang dan teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan.8. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), seperti memakai Alat Pelindung Diri (jas praktikum, sepatu, sarung tangan, masker, gogle) dan membuang limbah praktikum sesuai dengan kategorinya.9. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur pada butir diatas, maka peserta akan dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada hari itu.10. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan diatur kemudian.

Malang, September 2013

Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia FTP UB

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL1TATA TERTIB PRAKTIKUM2DAFTAR ISI3JADWAL PRAKTIKUM 4Percobaan 1 : Pengenalan alat dan budaya K3 5Percobaan 2 : Pembuatan dan Pengenceran Larutan.12Percobaan 3 : Asidi alkallimetri14Percobaan 4 : Reaksi reduksi oksidasi20Percobaan 5 : Penentuan Konsentrasi Zat Warna Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis23DAFTAR PUSTAKA27

PERCOBAAN IPENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3

I.TUJUAN : Mampu mengidentifikasi beberapa macam alat dan menggunakannya dengan benar Mengenalkan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium. Mampu menggunakan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium dengan benar

II.PENGENALAN ALATBerikut akan dibicarakan mengenai beberapa alat yang akan digunakan dalam Praktikum Kimia Dasar I/Kimia Anorganik :1. Pipet volum. Pipet ini terbuat dari kaca dengan skala/volume tertentu, digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau bulb untuk menyedot larutan.

2. Pipet ukur. Pipet ini memiliki skala,digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan bulb atau karet penghisap untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.

3. Labu ukur (labu takar), digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.

4. Gelas Ukur, digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.

5. Gelas Beker, Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.

6. Buret. Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dankran pada bagian bawah, digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai tempat titran).

7. Erlenmeyer, Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.

8. Spektrofotometer dan Kuvet,kuvet serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.

9. Tabung reaksi. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, dalam skala kecil dan dapat digunakan sebagai wadah untuk perkembangbiakkan mikroba.

10. Corong , Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.

11. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang massa suatu zat.

12. Gelas arloji, digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat menimbang, mengeringkan bahan, dll.

13. Pipet tetes. Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.

14. Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau mendekantir (memisahkan larutan dari padatan).

15. Spatula, digunakan untuk mengambil bahan.

III.PENGENALAN BUDAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUMKeterampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum.Di samping itu ada kemungkinan bahaya yang terjadi di laboratorium seperti adanya bahan kimia yang karsinogenik, bahaya kebakaran, keracunan, sengatan listrik dalam penggunaan alat listrik (kompor, oven, dll).Di samping itu, orang yang bekerja di Laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar, yang disebabkan karena dalam setiap percobaan digunakan :1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, karsinogenik, dan beracun.2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpecik.Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, hal yang harus dilakukan pada saat bekerja di Laboratoriumantara lain :1. Tahap persiapana. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal yang harus dihindari selama praktikum, dengan membaca petunjuk praktikum.b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja selama di Laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material Safety Data Sheet (MSDS).c. Mengetahui peralatan yang akan digunakan serta fungsi dan cara penggunaannya.d. Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti jas praktikum lengan panjang, kacamata goggle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dll.2. Tahap pelaksanaan a. Mengenakan Alat Pelindung Diri.b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan.c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari lingkungan.d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan kategori limbahnya.f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan.3. Tahap pasca pelaksanaana. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan kembalikan ke tempat semula.b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan tertukar).c. Bersihkan tempat atau meja kerja praktikum.d. Cuci tangan dan lepaskan jas praktikum sebelum keluar dari laboratorium.Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis pelaksanaan di laboratorium, pengetahuan resiko bahaya dan pengetahuan sifat bahan yang digunakan dalam percobaan.Sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat didownload dari internet. Berikut ini sifat bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia :

Simbol berbahaya Toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T+Bahan ini dapat menyebabkan kematian atau sakit serius bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, pencernaan atau melalui kulit

Corrosive(korosif)

Huruf kode: CBahan ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi kulit, dan gatal.

Explosive (bersifat mudah meledak)

Huruf kode: EBahan ini mudah meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan.

Oxidizing (pengoksidasi)

Huruf kode: OBahan ini dapat menyebabkan kebakaran. Bahan ini menghasilkan panas jika kontak dengan bahan organik dan reduktor.

flammable (sangat mudah terbakar)

Huruf kode: FBahan ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar.

Harmful (berbahaya)

Huruf kode: Xn

Bahan ini menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir dan mengganggu pernapasan.

IV. TUGAS1. Berilah masing-masing 2 contoh bahan kimia pada symbol berbahaya!2. Carilah MSDS pada masing-masing bahan kimia yang anda sebutkan pada no.1!3. Apa fungsi lemari asam dalam laboratorium kimia?

PERCOBAAN 2PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

I. Tujuan :1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu2. Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu

II. Dasar TeoriLarutan adalah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang bercampur secara homogen.Komponen terdiri dari 2 yaitu :1. Solut : zat yang larut2. Solvent : pelarut (zat yang melarutkan solut dan biasanya jumlahnya lebih besar)

Konsentrasi, dapat dinyatakan dalam beberapa cara, misalnya :1. Molberat zat (g)n = berat molekul (Mr)

2. Molaritasmol zat terlarut (mol)M = volume larutan (L)

3. Molalitasmol zat terlarut (mol)m = berat pelarut (kg)

4. Normalitasmol zat terlarut x ekivalen (eq)N = Volume larutan (L)

5. % berat (b/v) atau (w/v)berat zat terlarut (g)% w/v = x 100% 100 ml larutan

6. % volum (v/v)volum zat terlarut (ml)% v/v = x 100% 100 ml larutan

7. Fraksi molmol zat terlarut (mol)x = mol zar terlarut (mol) + mol pelarut (mol)

8. ppmberat zat terlarut (mg)ppm =volume larutan (L)

berat zat terlarut (mg)ppm =berat (kg)

9. ppb berat zat terlarut (g)ppb =volume larutan (L)

berat zat terlarut (g)ppb =berat (kg)

Pengenceran V1 x M1 = V2 x M2V1 x N1 = V2 x N2V1 = volume awal M1 = konsentrasi awal (Molaritas, M)N1 = konsentrasi awal (Normalitas, N)V2 = volume akhir M2 = konsentrasi akhir (Molaritas, M)N2 = konsentrasi akhir (Normalitas, N) Catatan : Bila ingin mengencerkan H2SO4 pekat, maka harus menambahkan bahan kimia pekat tersebut ke dalam air, bukan sebaliknya

Contoh :Buatlah 100 ml larutan HNO3 0,2 N dari larutan HNO3pekat 69%. Diketahui massa jenis larutan HNO3pekat 69%= 1,49 g/mL; berat molekul larutan HNO3pekat 69% = 63.01 g/mol. Jawab : Berat HNO3 dalam HNO3 pekat 69% = 1,49 g/ml x 69 ml =102,81 gram Normalitas (N) HNO3 = 102,81 g x 1N = 63,01 g/mol x (100/1000)

N = 16,32 N V1 x N1 = V2 x N2 0,2 N x 100 ml V1 = 16,32 N

N = 1,22 ml dilarutkan hingga 100 ml (menggunakan labu ukur)III. Bahan dan AlatBahan :NaCl, HCl 37%, Etanol 96 %, gula pasir, dan akuades.Alat :Neraca analitik, labu takar 100 ml, gelas ukur, pipet tetesIV. TugasBuatlah larutan dengan konsentrasi masing-masing di bawah ini kemudian tulislah prosedur kerjanya secara lengkap di Laporan :1. 100 mL larutan NaCl 0,1 M2. 100 mL larutan NaCL 100 ppm3. 100 mL lautan etanol 70 % (v/v)4. 100 mL larutan gula 12 % (b/v)5. 100 mL larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37%.

PERCOBAAN 3ASIDI ALKALIMETRI

I. TUJUAN1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M2. Membuat larutan standarsekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O43. Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M4. Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam asetat cuka perdagangan

II. DASAR TEORI2.1 Analisis VolumetriAnalisis volumetri adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan ditentukan. Penentuan konsentrasi zat atau larutan dilakukan dengan cara mereaksikannya secara kuantitatif dengan suatu larutan lain pada konsentrasi tertentu.Larutan standarprimer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk menstandarisasi / membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti (larutan standar sekunder). Larutan standar sekunder (titran) biasanya ditempatkan pada buret yang kemudian ditambahkan ke dalam larutan zat yang telah diketahui konsentrasinya secara standar primer). Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi. Sedang saat dimana reaksi sempurna dimaksud tercapai disebut titik ekivalen atau titik akhir titrasi. Pada proses titrasi ditambahkan indikator ke dalam larutan standar primer untuk mengetahui perubahan warna sebagai indikasi bahwa titik ekuivalen titrasi telah tercapai.Zat yang dapat digunakan sebagai larutan standar primer harus memenuhi syarat berikut :1. Kemurniannya tinggi2. Stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada pengeringan)3. Memiliki massa molekul (Mr atau BM) yang tinggi4. Larutan bersifat stabilAnalisis volumetri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :1. Titrasi netralisasi (asam-basa) : yaitu suatu proses titrasi yang tidak mengakibatkan terjadinya baik perubahan valensi maupun tebentuknya endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi.Yang termasuk dalam reaksi netralisasi adalah :a. Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam.b. Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa.Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya konsentrasi H+ yang berlebihan dalam larutan, yang besarnya tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada penambahan titran yang lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna sehingga perubahan indikator asam-basa tergantung pada pH titik ekivalen.2. Titrasi pengendapan dan atau pembentukan kompleks yaitu suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya suatu endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi yaitu suatu zat yang akan ditentukan dengan larutan standarnya.3. Titrasi reduksioksidasi atau redoks yaitu suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan elektron antara zat-zat yang saling bereaksi. Dalam hal ini sebagai larutan standarnya adalah larutan dari zat-zat pengoksidasi atau zat-zat pereduksi.

2.2 Larutan StandarLarutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat ekivalen tertentu dalam volume yang tertentu. Larutan standar dapat dinyatakan dalam Molar (M) atau Normal. Larutan dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalah larutan yang mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam volume 1 liter. Larutan standar dapat dibuat dari zat yang berbentuk cair (misalnya HCl) atau dari zat yang berbentuk padat atau kristal (NaOH)

1. Pembuatan larutan dari padatan / kristal (misalnya NaOH)

Keterangan :M = konsentrasi larutan (Molar)G = massa padatan / kristal (g)Mr = massa molekul relatif (g/mol)V = volume larutan (mL)2. Membuat larutan dari larutan pekat (misalnya H2SO4)Untuk membuat larutan dari larutan pekat seperti H2SO4 terlebih dahulu perlu diketahui konsentrasi dari larutan pekat tersebut. Konsentrasi larutan pekat dapat dihitung dengan rumus :

KeteranganM = molaritas% = kadar (%) = berat jenisMr = massa molekul relatifSelanjutnya, untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari larutan pekat, dapat digunakan rumus pengenceran berikut :

Keterangan :V1= Volume larutan yang akan diencerkanM1 = Konsentrasi larutan yang akan diencerkanV2= Volume larutan hasil pengenceranM2 = Konsentrasi larutan hasil pengenceran 3. Larutan standar dari zat yang berbentuk padat/kristal1. Larutan standar primer yaitu larutan standar yang terbuat dari zat padat yang kemurniannya tinggiContoh : Na2CO3, Na2C2O4 .2H2O, K2Cr2O7, Na2B4O7.10 H2O2. Larutan standar sekunderyaitu larutan standar yang terbuat dari zat padat yang kemurniannya rendah. Konsentrasi larutan sekunder ditentukan dengan menstandarisasi / membakukan larutan tersebut dengan larutan standar primer untuk menentukan faktor normalitasnya yaitu perbandingan antara normalitas larutan yang terjadi dengan normalitas yang dikehendaki.Contoh : NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3 dan sebagainya4. Pembuatan larutan standar primer Natrium tetraborat (Boraks) (Na2B4O7.10H2O)Untuk membuat 500 mL Natrium Boraks 0,05 M; 0,1 N, dihitung berat Natrium Boraks yang akan dilarutkan :

Larutkan 9,6 gram Natrium tetraborat dengan akuades dalam gelas beker, kemudian pindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas.

III. BAHAN DAN ALAT3.1 Bahan HCl 0,1M, NaOH 0,1M, indikator fenolftalein (PP), indikator metil orange, Boraks (Na2B4O7.10H2O), akuades, H2C2O4.2H2O, asam cuka perdagangan.3.2 AlatGelas ukur 25 ml, labu takar 100 ml, timbangan analitik, erlenmeyer, pipet tetes, buret, labu takar 250 ml.

IV. PROSEDUR KERJA4.1 Membuat Larutan Standar HCl 0,1MTerlebih dahulu hitunglah konsentrasi HCl pekat (molaritas) dengan menggunakan rumus :

Harga , % serta Mr dapat diketahui dari botol reagen. Cara pembuatan HCl 0,1MUntuk membuat HCL 0,1 M dari HCl pekat yang telah diketahui molaritasnya, dilakukan pengenceran dengan menggunakan rumus :

Ambil x ml (V1)HCl pekat M1dengan gelas ukur atau pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar yang mempunyai isi V2 ml, sehingga diperoleh HCl 0,1 M sebanyak V2 ml. Jika akan membuat 250 ml maka masukkan HCl pekat tersebut dalam labu takar 250 ml dan tambahkan akuades hingga tanda batas. Kocok perlahan hingga homogen.

4.2 Standarisasi larutan HCl dengan Boraks ( Na2B4O7.10 H2O)Persamaan Reaksi:Na2B4O7 10 H2O + 2 HCl 2 NaCl + 4H3BO3 + 5H21 grammolHCl =2 x grammol Na2B4O7 10H2OSehingga, larutan HCl 0,1 M (0,1 N) distandarisasi dengan larutan Boraks 0,05 M (0,1 N)Konsentrasi HCl hasil standarisasi dapat dihitung dengan :

Tahapan Kerja :1. Menimbang Na2B4O7.10 H2Oyang tepat di dalam botol penimbang 1,9 gram (untuk membuat larutan boraks 0,05 M)2. Larutkan dalam gelas beker kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan akuadest sampai volume 100 mL (tanda batas).3. Ambil 10 ml dan masukkkan ke dalam erlenmeyer. Beri 2 tetes indikator metil oranye.4. Larutan boraks dititrasi dengan HCl dalam buret sampai terlihat perubahan warna dan catatlah volume HCl.Perhitungan :Mr Na2B4O710H2O = 381 g/molMassa boraks = 1,9 gramMBoraks = 0,05 MVBoraks = 10 mL V HCl = a mlMolaritas HCl = MHCl

4.3 Membuat Larutan Standar NaOH 0,1MUntuk membuat larutan NaOH 0,1 M dari kristal NaOH, dihitung dengan rumus :

Timbang 0,4 gram kristal NaOH. Larutkan kristal tersebut dan diencerkan hingga 100 ml (labu takar). Standarisasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)Persamaan reaksi:H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O1 grammol NaOH = 2 grammol H2C2O4Tahapan Kerja:1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada gelas arloji. Larutkan dalam gelas beker kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas. 2. Ambil 10 mL larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam erlenmeyer. 3. Beri 1-2 tetes indikator pp lalu dititrasi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi hingga terjadi perubahan warna. Catat volume NaOH yang ditambahkan.

Perhitungan :MrH2C2O4 = 126 g/molMassa H2C2O4 = 0,63 gramMH2C2O4= 0,05 MVH2C2O4= 10 mL V NaOH = a mlMolaritasNaOH = MNaOH

4.4 Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cukaTahapan Kerja:1. Sebanyak 10 mL larutan asam cuka perdagangan diambil dengan menggunakan pipet ukur, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan akuades sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp = 10)2. Ambil 10 mL larutan yang telah diencerkan tersebut dengan pipet kemudian dimasukkan ke dalam erlemneyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator pp3. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi/dibakukan sampai terjadi perubahan warna (perubahan warna tidak akan berubah apabila digoyang-goyangkan).4. Catat volume akhir titrasi NaOH dan hitung kadar asam asetat dalam cuka tersebut.5. Lakukan duplo

Perhitungan :Reaksi : NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

Konsentrasi asam cuka perdagangan :Molaritas NaOH (hasil standarisasi) : a MVolume titrasi rata-rata :b mL

Kadar asam cuka perdagangan :

PERCOBAAN 4REAKSI REDUKSI OKSIDASI

I. TUJUAN 1. Mempelajari reaksi reduksi 2. Mempelahari reaksi oksidasi

II. DASAR TEORIReaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi suatu unsur dalam zat yang mengalami oksidasi, dapat juga sebagai kenaikan muatan positif (penurunan muatan negatif) dan umumnya juga kenaikan valensi.Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi atau muatan positif, menaikkan muatan negatif dan umumnya menurunkan valensi unsur dalam zat yang direduksi.Jadi ketika mengoksidasi atau mereduksi suatu persenyawaan sebenarnya yang dioksidasi atau direduksi itu adalah unsur tertentu yang terdapat dalam persenyawaan tersebut. Contoh:

MnO2 + 4 HClMnCl2 + Cl2 + 2 H2O

Pada reaksi di atas, MnO2 sebagai oksidator dan HCl sebagai reduktor, dengan perkataan lain MnO2 mengoksidasi HCl sedangkan HCl mereduksi MnO2.Tetapi yang dioksidasi ataupun direduksi adalah suatu unsur dalam persenyawaan-persenyawaan yang bersangkutan. Dalam hal ini yang dioksidasi adalah unsur Cl karena muatannya tampak berubah dari bermuatan negatif Cl- dalam HCl menjadi Cl0. Dalam molekul Cl2, yang direduksi unsur Mn karena muatannya turun dari Mn4+ dalam MnO2 menjadi Mn2+ dalam MnCl2.Kadang-kadang oksidator dan reduktor dalam suatu reaksi merupakan unsur yang sama, seperti contoh berikut:Pb + PbO2 + 2 H2SO42 PbSO4 + 2H2O

Pada reaksi di atas, oksidatornya Pb4+ dari PbO2 dan reduktornya logam Pb dan baik oksidator maupun reduktor berubah menjadi Pb2+ dalam PbSO4.Reaksi ini terjadi dalam akumulator mobil yang sedang menghasilkan arus listrik (tepatnya arus listrik terjadi karena reaksi tersebut). Bila aki tersebut sudah habis, berarti sudah terlalu banyak yang berubah menjadi PbSO4, maka perlu direcharge dengan memaksakan reaksi di atas berjalan ke arah sebaliknya, yaitu sebagai berikut:

2 PbSO4 + 2 H2OPb +PbO2 +2 H2SO4

Reaksi di atas juga merupakan reaksi redoks baik oksidator maupun reduktornya merupakan unsur yang sama yaitu Pb2+ yang direduksi menjadi Pb0, sedang Pb2+ sebagai reduktor dioksidasi menjadi Pb4+. Reaksi demikian dimana oksidator dan reduktornya zat yang sama, bahkan unsur yang sama dengan tingkat bilangan oksidasi yang sama pula dinamakan reaksi disproporsionasi atau auto oskidasi reduksi.

Kemungkinan terjadinya suatu reaksi redoksUntuk mengetahui apakah terjadi reaksi redoks bila zat A direaksikan dengan zat B, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:1. Tingkat oksidasi unsur-unsur dalam zat A maupun zat B, apakah ada yang dapat naik dan ada yang dapat turun bilangan oksidasinya. A harus berisi unsur yang dapat dioksidasi dan B berisi unsur yang dapat direduksi atau sebaliknya. Misalnya reaksi antara asam nitrat dan ferri oksida.

HNO3 + Fe2O3?

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena H, N dan Fe sudah mempunyai bilangan oksidasi, hanya dapat direduksi.Lain halnya dengan reaksi:

FeSO4 + I2?

Reaksi di atas mungkin merupakan reaksi redoks, karena Fe2+ muatannya dapat naik menjadi Fe3+, sedang I0 muatannya turun menjadi I-.2. Apakah benar terjadi reaksi redoks, masih tergantung dari kekuatan oksidator dan kekuatan reduktor. Perhatikan reaksi antara FeSO4 dan I2 maka artinya apalah I2 cukup kuat untuk mengoksidasi FeSO4 atau sebaliknya apakah FeSO4 cukup kuat untuk mereduksi I2. Harus dimengerti bahwa oksidator maupun reduktor mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Ukuran kekuatan mengoksidasi atau mereduksi itu diberikan oleh besarnya potensial redoks system yang bersangkutan. Lebih jelasnya, seandainya terjadi oksidasi FeSO4 oleh I2, maka reaksinya sebagai berikut:

6 FeSO4 + 3 I22 Fe(SO4)3 + 2 FeI3

Atau dengan reaksi ion, yang terjadi sebenarnya ialah:

2 Fe2+ + I22 Fe3+ + 2 I-

Fe2+ melepaskan electron yang diterima oleh I2, maka reaksi yang terjadi dengan perantaraan electron tersebut dapat dipecah menjadi dua reaksi separuh atau half reaction, sebagai berikut:

2 Fe2+2 Fe3+ + 2 eI2 + 2 e2 I-

Tiap reaksi separuh merupakan pasangan redoks dari bentuk oksidator dan bentuk reduktor zat tertentu dan setiap pasangan mempunyai nilai potensial redoks standart (Eo) yang dapat dicari dalam tabel potensial redoks.

III. BAHAN DAN ALATBahan: Logam seng Logam tembaga Larutan CuSO4 1 MLarutan AgNO3 1 MAlat: Tabung reaksiPengaduk gelasGelas ukurBotol semprotPipet tetes

IV. CARA KERJA1. Siapkan alat dan bahan.2. Masukkan larutan CuSO41 M sebanyak 100 ml ke dalam gelas kimia 250 ml.3. Siapkan sepotong logam seng berukuran 42 cm yang telah diamplas bersih. Kemudian masukkan ke dalam larutan CuSO4.4. Amati perubahan yang terjadi.5. Lakukan kembali percobaan seperti di atas dengan menggunakan logam tembaga dan mengganti larutan CuSO4 1 M dengan larutan AgNO3 1 M.

V. TUGAS1. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan!2. Jelaskan perubahan bilangan oksidasi masing-masing unsur pada reaksi-reaksi tersebut dan jelaskan unsur mana yang mengalami oksidasi atau reduksi!

PERCOBAAN 5PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

I.TUJUAN :1. Membuat kurva standar kalium permanganat.2. Menentukan konsentrasi kalium permanganat dalam larutan sampel yang belum diketahui konsentrasinya dengan metode spektrometri.

II.TEORI DASARAnalisis spektrofotometri sinar tampak merupakan analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran intensitas warna larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dibandingkan dengan warna larutan standar, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Penentuan konsentrasi didasarkan pada absorpsimetri, yaitu metode analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran absorpsi (serapan) radiasi gelombang elektromagnetik.Metode analisis spektrofotometri digunakan pada larutan berwarna, dimana absorpsi terjadi pada bagian sinar tampak (visible) dari spektrum gelombang elektromagnetik, yaitu pada panjang gelombang 400 750 nm.Jika larutan tidak berwarna, maka larutan direaksikan dengan pereaksi kimia yang sesuai agar senyawa dalam larutan menjadi berwarna. Adapun spektrum cahaya tampak (warna yang diserap) dan warna-warna komplementer (warna yang dilihat oleh mata) adalah sebagai berikut:Panjang gelombang, nmWarna yang diserapWarna komplementer

400-435VioletKuning-hijau

435-480BiruKuning

480-490Hijau-biruOrange

490-500Biru-hijauMerah

500-560HijauUngu

560-580Kuning-hijauViolet

580-595KuningBiru

595-610OrangeHijau-biru

610-750MerahBiru-hijau

Pengukuran absorbansi spektrofotometer biasanya dilakukan pada yang sesuai dengan absorbansi larutan encer yang masih terdeteksi.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi adalah jenis pelarut, pH, suhu, konsentrasi, elektrolit yang tinggi dan adanya pengganggu.Bila radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu bahan atau larutan dalam media transparan (kuvet), maka ada beberapa kemungkinan pada radiasi tersebut, yaitu:a. diserap (absorbed)b. diteruskan (transmitted)c. dipantulkan (reflected)d. dihamburkan (scattered)Jika ditulis dalam persamaan, maka sinar atau intensitas yang datang (Io) (cahaya yang dilewatkan pada suatu bahan) adalah penjumlahan dari sinar yang diserap (Ia), sinar yang diteruskan (It), sinar yang dipantulkan (Ir) dan sinar yang dihamburkan (Is):Io = Ia + It + Ir + IsMeskipun efek dari keempat kemungkinan di atas pada umumnya terjadi, tetapi dapat diusahakan untuk memperkecil efek penghamburan dan pemantulan sehingga interaksinya dibatasi pada sinar yang diserap dan diteruskan saja.

Hukum Yang Melandasi SpektrofotometriHukum Lambert-Beer dijadikan landasan dalam analisis spektrofotometri.Jika suatu cahaya monokromator melalui suatu media yang transparan, maka logaritma intensitas cahaya yang datang dibanding intensitas cahaya yang diteruskan sebanding dengan absorbansi serta absorptivitas molar (koefisien ekstingsi molar), tebal media (kuvet) dan konsentrasi larutan.Nilai koefisien ekstingsi molar bergantung pada sifat absorpsi molar spesies dan panjang gelombang yang digunakan.Penyimpangan Hukum Lambert- Beer disebabkan oleh efek fisika atau kimia, variasi indeks refraksi dengan konsentrasi dan batas lebar pita sinar datang.

Log (Io/It) = - log T = A = abc

b

IoIt

Larutan pengabsorbsi berkonsentrasi c

Keterangan:Io: Intensitas cahaya yang datangIt: Intensitas cahaya yang diteruskanT: TransmitansiA: Absorbansia: absorptivitas molarb: tebal mediac: konsentrasi larutan

Spektrum AbsorpsiSpektrum absorpsi menyatakan hubungan antara absorbansi (A) sebagai sumbu y dengan panjang gelombang () sebagai sumbu x. Spektrum absorbsI berguna dalam penentuan panjang gelombang maksimum ( maks). Pengukuran spektrum absorbsi dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan dengan konsentrasi tetap pada berbagai panjang gelombang. Panjang gelombang maksimum diperoleh dari pemilihan panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi maksimum.Untuk mengetahui apakah senyawa pengabsorbi memenuhi hukum Lambert-Beer, maka diperlukan plot kurva baku/standar absorbansi terhadap konsentrasi. Konsentrasi larutan yang akan diukur ditentukan dari pengukuran absorbansi atau transmitansi pada panjang gelombang tertentu (tetap) beberapa larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan baku), selanjutnya dibuat plot (grafik) kurva standar antara absorbansi (sumbu y) dengan konsentrasi (sumbu x).

Instrumentasi Spektrofotometer (Spectronic)Spektrofotometer (Spektronik) pada prinsipnya terdiri dari monokromator kisi difraksi dan sistem deteksi elektronik, amplifikasi dan pengukuran. Atau secara garis besar terdiri dari sumber radiasi, kuvet (tempat sampel) dan detektor.Sumber radiasi berupa lampu tungsten (wolfram), kuvet dari bahan gelas atau kuartz, dan detektor berupa solid-state silicon.Panjang gelombang berkisar antara 340 sampai 950 nm dan lebar pita efektif 20 nm.

III.ALAT DAN BAHAN1. Spektrofotometer (spektronik), kuvet2. Buret 3. Labu takar 100 ml4. Timbangan analitik5. Larutan KMnO4 10-3 M6. Larutan sampel KMnO47. Aquades

IV.CARA KERJA

1. Buat larutan standar KMnO4 dengan mengencerkan larutan KMnO4 10-3 M menjadi 1x10-4; 3x10-4; 5x10-4;7x10-4; 9x10-4 dan 1x10-3 M menggunakan akuades. 2. Kemudian ukur Absorbansi (A) larutan KMnO4 5x10-4 M pada panjang gelombang 400 nm - 700 nm. Tentukan panjang gelombang () maksimumnya.3. Ukur A masing-masing larutan pada maksimum yang diperoleh pada langkah ke-2. 4. Buat kurva standar antara Absorbansi (y) terhadap konsentrasi (sumbu x)5. Letakkan larutan sampel kalium permanganat yang ingin diketahui konsentrasinya dalam kuvet dan ukur A larutan sampel pada maksimum.6. Gunakan kurva standar untuk menentukan konsentrasi larutan sampel KMnO4.7. Bahas hasil yang diperoleh.NOTE : pembacaan Absorbansi larutan pada range 0,2-1,0.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Analitik III. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.Anonim.Diktat Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001.Analisis Kimia Kuantitatif. Alih bahasa: Iis Sofyan. Erlangga. Jakarta.Fritz, J.S. and Schenk G.H. 1987.Quantitative Analytical Chemistry, 4th ed. Prentice Hall. New Jersey.Official Methods of Analysis. 1990. Association of Official Analytical Chemists,15th ed.Skoog, Douglas A., Donald M. West and F.James Holler.1995. Fundamentals of Analytical Chemistry 8th ed."Harcourt Brace College Publishers.Vogel. 1994. Analisis Kimia Anorganik Kuantitatif. Alih bahasa: A.H. Pujaatmaka. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

30