model pembelajaran clis

25
MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ( CLIS ) Oleh MADE MARTIN RUSMAJA NIM 1329041146 Kelas A Semester 1

Upload: martinrusmaja

Post on 23-Jun-2015

623 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

Undiksha Pascasarjana

TRANSCRIPT

Page 1: Model pembelajaran clis

MODEL PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ( CLIS )

Oleh

MADE MARTIN RUSMAJA

NIM 1329041146

Kelas A

Semester 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA ( S2 )

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2014

Page 2: Model pembelajaran clis

Model Pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science )

A. Pengertian

Pembelajaran merupakan suatu proses  interaksi  peserta  didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang  dilakukan secara 

aktif. Proses pembelajaran di  kelas seharusnya  sudah mengarah kepada peran

aktif siswa (student centered).

Pembelajaran yang  bersifat student  centered menggunakan teori  belajar

konstruktivistik yang  membantu siswa  untuk membentuk kembali, atau

mentransformasi informasi  baru sehingga  menghasilkan suatu kreasi pemahaman

baru. Salah satu alternatif model  pembelajaran yang  berlandaskan paradigma

konstruktivistik adalah Children Learning in Science (CLIS).

Model CLIS dikemukakan oleh Driver di Inggris. Children’s Learning In

Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Sciences dalam bahasa

Indonesia ditulis sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, didefinisikan sebagai suatu

kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya

secara umum  terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya

ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap

ilmiah (Rohadi, 2001). Conant dalam Subiyanto (1990), mendefinisikan sains

sebagai bangunan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen

dan observasi. Sedangkan menurut Fisher dalam Riyanto (2000), sains adalah

bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan

observasi, dengan adanya konsep-konsep baru tersebut kemudian akan

mendorong dilakukannya eksperimen.

Berdasarkan definisi sains dapat diketahui bahwa ada dua aspek yang penting

dari sains yaitu proses sains dan produk sains. Proses sains adalah metode,

prosedur dan cara-cara untuk menyelidiki dan memecahkan masalah-masalah

sains. Sedangkan produk sains adalah hasil dari proses berupa fakta, prinsip,

konsep dan hukum sains (Claxton, 1991 dalam Riyanto, 2000). Unsur Sains

meliputi proses, sikap dan produk, maka pembelajaran sains hendaknya dapat

melibatkan siswa dengan ketiga unsur tersebut. Artinya tidak menekankan pada

Page 3: Model pembelajaran clis

salah satu unsur dan mengabaikan unsur lain, melalui keterlibatan ini siswa

diharapkan memiliki sikap ilmiah (jujur, teliti, ulet, tekun dan disiplin).

Dari beberapa penelitian sebelumnya, mengungkapkan bahwa pengaruh model

pembelajaran CLIS  pada  pokok bahasan tertentu dapat meningkatkan

pemahaman konsep  siswa. Kajian lain menyimpulkan bahwa  terdapat 

peningkatan hasil  belajar siswa pada ranah kognitif, efektif, dan psikomotor

setelah diimplementasikan model  CLIS  yang telah dikembangkan.

Seperti dikemukakan oleh E. Rohimah Adi Maulana (2002;9) Model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran.

Dahlan dalam N.Nurlela (2001:1) mengatakan bahwa yaitu suatu model

mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam

penyusunan kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada

pengajar dikelas. Model pembelajaran merupakan rencana dalam mengajar yang

direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran.

Rencana pembelajaran ini meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran.

Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s Learning In Science di

Inggris yang dipimpin oleh Driver. Tahap – Tahapan Children’s Learning In

Sciencemenurut Driver:

1.   Tahap orientasi ( orientation )

Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan

untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara

menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami

siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya

menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas.

2.      Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas)

Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk

memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran.

Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk menuliskan apa saja yang

mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara menjawab

Page 4: Model pembelajaran clis

pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini

merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa.Oleh karena itu, tahapan ini

dapat juga dilakukan melalui wawancara internal. Wawancara internal disini

dilakukan dengan cara guru bertanya kepada siswa tentang penghantar panas.

Jawaban siswa dikumpulkan kepada guru. Kemudian guru mememberikan

pertanyaan yang sama,tapi jawaban pada sesi ini dijawab secara terbuka bagi

beberapa siswa sebagai sampel dalam memacu atau memunculkan gagasan siswa

yang ada.

3.   Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas)

Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran

gagasan ( clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik (

eksposure to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi (

construction of new ideas and evaluation). Pengungkapan dan pertukaran gagasan

merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa

tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban

siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota

kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru

tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa.Pada tahap pembukaan ke

situasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang

sedang dipelajari di dalam buku teks.Selanjutnya siswa mencari beberapa

perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku

teks.Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk

mencocokkan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna

mengkontruksi gagasan baru.Siswa diberi kesempatan untuk melakukan

percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk

menyusun gagasan baru.

4.   Tahap penerapan gagasan (application of ideas)

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang

dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru.Gagasan

baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan untuk

menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan. Misalnya

dengan cara siswa mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar

Page 5: Model pembelajaran clis

sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran

sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan.

5.   Tahap pemantapan gagasan(review change in ideas)

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk

memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi

awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya

menjadi konsep ilmiah.

Model Pembelajaran Konstruktivisme

Dengan semakin berkembangnya zaman maka terjadilah pergeseran-

pergeseran cara pandang atau paradigma pada berbagai bidang dalam kehidupan

ini. Termasuk dalam dunia pendidikan terjadi pergeseran paradigma, dari teori

psikologi behavioristik menjadi teori konstruktivistik. Dalam teori behavioristik,

belajar dipandang sebagai suatu sistem respons tingkah laku terhadap rangsangan

fisik. Pendidik yang menggunakan kerangka behaviorik biasanya merencanakan

suatu kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil

yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu (Suparno,2001:58).

Menurut (Lie, 2002:2) dalam Suparno (2001:58) “dalam pandangan kaum

behavioris, siswa dianggap pasif, butuh motivasi luar dan dipengaruhi

reinforcement. Jadi dalam teori behavioristik, proses pembelajaran berpusat pada

guru  dan “otak seorang peserta didik adalah ibarat botol kosong yang siap diisi

dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang maha guru ”

Dalam teori konstruktivis memiliki pandangan lain mengenai konsep belajar.

Menurut kaum konstruktivis, “belajar merupakan proses aktif pelajar

mengkonstruksi arti, teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain” (Suparno,

2001:61). siswa   harus membangun sendiri pengetahuannya, dan guru  dapat

membantu dengan cara-cara mengajar yang membuat proses ini menjadi

bermakna.

Lebih lanjut Nur (2000:3) mengemukakan  bahwa;

“… teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa   dalam

pembelajaran mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan

pada mayoritas kelas”.

Page 6: Model pembelajaran clis

Karena penekanannya pada mahasiswa   sebagai siswa   yang aktif, strategi

konstruktivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa   atau student-

centered instruction.

Dalam pembelajaran konstrktivisme dikenal beberapa model pembelajaran,

yaitu : model siklus belajar  (learning siclus model), model pembelajaran generatif

(generative learning model), model pembelajaran interaktif (interactive learning

model), model CLIS (children learning in science) dan strategi pembelajaran

kooperatif atau CLS (cooperative learning strategies) (Nono Sutarno, 2007:8.12).

Tiap-tiap model pembelajaran tersebut memiliki karakteristik yang khas, tetapi

semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun

pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.

Model pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science) merupakan model

pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang

suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan

berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Model pembelajaran CLIS

merupakan kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa

dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan lembar kerja

siswa (LKS) melalui tahapan-tahapan: (1) orientasi, (2) Pemunculan gagasan, (3)

penyusunan ulang gagasan (melalui langkah-langkah: (a) pengungkapan dan

pertukaran gagasan, (b) pembukaan situasi konflik, (c) konstruksi gagasan baru

dan Evaluasi), (4) penerapan gagasan, dan (5) mengkaji ulang perubahan gagasan.

B. Landasan Pengembangan model pembelajaran CLIS

Model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) yang

dikembangkan oleh Driver (dalam Adey, 1989). Driver menyatakan bahwa faktor

bahasa dalam proses berpikir termasuk dalam perubahan konseptual seperti yang

tercantum pada tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan. Model pembelajaran

dilandasi pendangan konstruktivisme dari Piaget, dimana dalam proses belajar

anak membangun pengetahuannya sendiri dan banyak memperoleh

pengetahuannya di luar sekolah (Dahar, 1989). Oleh karena itu pembelajaran

menekankan pada hands-on/minds-on yang selama ini belum terlaksana dangan

Page 7: Model pembelajaran clis

baik. Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan

kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya

akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir siswa

(Horsley, 1990). Keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar

dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985)

proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dimana

proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang

sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu menurut Novak (1979) proses

berpikir dasar meliputi proses mental yang merupakan gambaran berpikir rasional

yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan

(imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing),

membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis

(analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan

menyimpulkan (infering). Keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan

dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang

meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis. Melalui

kegiatan belajar mengajar siswa tidak hanya diberi penekanan pada penguasaaan

konsep saja tetapi juga latihan berpikir dengan melakukan pengamatan dan

percobaan. Dengan hasil belajar siswa meningkat diharapkan guru mampu:

mencoba menerapkan model CLIS sebagai alternative pembelajaran, mencoba

menyusun LKS yang bervariasi dengan petunjuk yang jelas, menggunakan

metode bervariasi sehingga tidak membosankan, berusaha melakukan percobaan

untuk melatih berfikir rasional, melibatkan siswa secara langsung dalam segala

kegiatan, menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, dalam setiap

kelompok ada tutor sebaya, kegiatan belajar mengajar memperhatikan konsep

awal siswa. Bagi peneliti berikutnya agar dapat mengadakan penelitian sejenis

dengan rancangan pembelajaran yang lebih komprehensif.

Tujuan pembelajaran CLIS adalah meningkatkan keterampilan berpikir

rasional siswa yang dilandasi pandangan konstruksivisme dengan memperhatikan

pengalaman dan konsep awal siswa sebagai sumber belajar. Yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran CLIS adalah situasi belajar yang terbuka dan

kesempatan bertanya secara bebas. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi

Page 8: Model pembelajaran clis

kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas

dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan

dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan

persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah

membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil

mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil

rekontruksi gagasan dalam situasi baru, dan berpikir kreatif.

C. Sintaks Model Pembelajaran CLIS

Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

Orientasi Guru bertanya

kepada

siswa: ”Apakah

kamu

pernah melihat es

yang

mencair?”

Siswa

menjawab:

” pernah/tidak ”

Guru

mendemonstrasikan

pencairan es

Pemunculan

gagasan

Mengajukan

tanya

jawab seputar

perubahan sifat

benda

dalam kahidupan

sehari-hari

Menjawab

pertanyaan

guru

Siswa ingin

mengetahui tentang

perubahan sifat

benda

Pengungkapan

dan Pertukaran

Gagasan

Memimpin siswa

mendiskusikan

jawaban-jawaban

pertanyaan dari

tahap

sebelumnya

dalam

kelompok kecil

Melakukan

diskusi

Salah satu anggota

kelompok

melaporkan hasil

diskusi ke seluruh

kelas

Page 9: Model pembelajaran clis

Pembukaan

Pada

Situasi Konflik

Mengamati dan

membimbing

kegiatan

siswa

Siswa mencari

pengertian ilmiah

yang

sedang dipelajari

Siswa mencari

beberapa perbedaan

antara konsep awal

mereka dengan

konsep ilmiah yang

ada dalam buku teks

Konstruksi

gagasan baru

dan

evaluasi

Mengamati dan

membimbing

kegiatan

siswa

Diskusi

kelompok

melakukan

percobaan

mengamati

perubahan

sifat benda

secara

langsung

Beberapa siswa

memerlukan

bimbingan

Penerapan

gagasan

Mengamati dan

membimbing

kegiatan

siswa

- Diskusi

- Menyampaikan

laporan didepan

kelas

- Menjawab

pertanyaan

Memeriksa kembali

jawaban

Pemantapan

gagasan

- Mengungkapkan

salah satu

konsepsi

awal dan

bandingkan

dengan

hasil percobaan.

- Melakukan

tanya

jawab.

- Melakukan

tanya

jawab seputar

perubahan sifat

benda untuk

memantapkan

gagasan

Siswa dibimbing

untuk mengetahui

perubahan sifat

benda

Page 10: Model pembelajaran clis

D. Kelebihan Model pembelajaran CLIS

Kelebihan model pembelajaran CLIS (Nuraiman Wijaya, 1997: 21-22)

1) Membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah

2) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga  tercipta suasana

kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjlainnya kerja sama sesama siswa

dan siswa terlibat secara langsung dalam melakukan kegiatan

3) Menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siwa

menentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan

bangga dengan hasil temuanya.

4) Guru dalam mengajkar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan

suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan

berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya,

sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya.

5) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pembelajaran yang sederhana

yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

E.  Kelemahan Model pembelajaran CLIS

M.D Salwin (1996:8) mengemukakan beberapa kelemahan model

pembelajaran CLIS antara lain : guru dituntut untuk menyiapkan model

pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan sarana laboratorium harus lengkap.

Selainitu, bagi siswa yang belum ternbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan

merasa asing dan sulit untuk dapat menguasai konsep.

Bagan Struktur Umum Model CLIS

(Sumber: Driver dalam Adey, 1989)

Perbandingan dengan gagasan

baru

Konstruksi gagasan baru

Pembukaan situasi konflik

Pengungkapan & Pertukaran gagasan

Penyusunan Gagasan

Pemunculan gagasan awal

Orientasi

Page 11: Model pembelajaran clis

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Sekolah : SD Negeri 3 Busungbiu

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : V (Lima) / 1 (Satu)

Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X Pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Page 12: Model pembelajaran clis

4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan

perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses

B. Kompetensi Dasar

4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik

sementara maupun tetap

C. Indikator

1. Mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai

hasil suatu proses.

2. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada benda.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CLIS, siswa

mampu mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan

sebagai hasil suatu proses.

2. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CLIS, siswa

mampu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada

benda.

E. Materi Ajar

Perubahan sifat benda

F. Model dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : Children Learning In Science (CLIS)

Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi, latihan, percobaan,

pengamatan dan penugasan.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pendahuluan :

a. Mengkondisikan semua siswa untuk berdoa menurut agama dan

kepercayaan masing-masing. (taqwa)

b. Melakukan presensi terhadap siswa. (disiplin)

c. Menyiapkan alat-alat pelajaran. (persiapan)

d. Memberikan apersepsi, dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang menggiring siswa pada materi yang akandibahas.

(komunikatif)

Pertanyaan : Anak-anak, apa kalian pernah melihat es yang mencair?

Page 13: Model pembelajaran clis

e. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti :

a. Eksplorasi

Tahap Orientasi

1) Siswa dibantu guru mendemonstrasikan proses pencairan es.

(perhatian)

Tahap Pemunculan Gagasan

2) Siswa dan guru mengajukan tanya jawab seputar perubahan sifat

benda dalam kehidupan sehari-hari

b. Elaborasi

Tahap Pengungkapan Dan Pertukaran Gagasan

3) Siswa dibagi kedalam 8 kelompok dengan beranggotakan 4 siswa,

untuk melakukan diskusi.

4) Siswa diberikan LKPD berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus

diselesaikan masing-masing kelompok. (tanggungjawab)

5) Siswa mendiskusikan jawaban yang ada di dalam LKPD.

(kerjasama, teliti, disiplin)

6) Salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh

kelas.(berani, percaya diri)

Tahap Pembukaan Pada Situasi Konflik

7) Siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka

dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks berdasarkan hasil

diskusi.

Tahap Konstruksi Gagasan Baru Dan Evaluasi

8) Siswa mendapat penjelasan tentang langkah-langkah menjawab

pertanyaan LKPD melalui percobaan secara berkelompok /

diskusi. (perhatian)

9) Siswa melakukan percobaan mengamati perubahan sifat benda

secara langsung. ( kerjasama, teliti, tertib ).

Tahap Penerapan Gagasan

Page 14: Model pembelajaran clis

10) Siswa menyampaikan hasil percobaan didepan kelas dan

kelompok lainnya menanggapi hasil percobaan yang telah

dipaparkan. (berani, percaya diri)

c. Konfirmasi

Tahap Pemantapan Gagasan

11) Guru mengungkapkan salah satu konsepsi awal siswa kemudian

membandingkan dengan hasil percobaan.

12) Guru bertanya jawab kepada siswa seputar perubahan sifat benda

untuk memantapkan gagasan.

Penutup :

a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman/simpulan

pelajaran.

b. Guru melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan, dengan cara memberikan soal tes formatif. (jujur)

c. Guru memberikan tugas.

H. Media dan Sumber Belajar

Media

Es batu, lilin, kaki tiga, korek api, kertas, tatakan, mentega, air panas,

gelas, penutup gelas, kapur barus, gula, air panas, sendok, garam,

kangkung segar dan busuk, paku baru dan berkarat sebagai media

percobaan perubahan sifat benda.

Sumber Belajar

1. Haryanto. 2007. Sains Jilid 5 untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta:

Erlangga.

2. Azmiyawati, Choiril. dkk. IPA 5 Salingtemas Untuk Kelas V SD/MI.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.

I. Penilaian

1. Prosedur : Posttest (tertulis)

2. Jenis penilaian

Penilaian hasil (Tes formatif)

3. Alat penilaian :

Soal isian

Page 15: Model pembelajaran clis

1) Peristiwa mengecilnya bentuk kapur barus setelah diletakan di

lemari dalam beberapa minggu menunjukan peristiwa ….

2) Benda yang dapat mengalami perkaratan yaitu ….

3) Gula larut didalam air setelah diaduk beberapa saat

menunjukkan peristiwa perubahan sifat benda yang terjadi

karena proses …

4) Benda yang dapat berubah sifat bila dicampur dengan air yaitu

….

5) Perubahan wujud benda dari cair menjadi padat disebut ….

4. Kunci jawaban

1) Penyubliman

2) Besi

3) Pemanasan

4) Tepung

5) Membeku

5. Skor penilaian

1) Skor tiap nomor memiliki bobot 1.

2) Skor perolehan maksimal 100.

3) Nilai akhir (NA) siswa = skor

perolehan

skor maksimal

X 100

Page 16: Model pembelajaran clis

REFERENSI

Adey, P. 1989.Adolecent Development and School Science. England

Cahyono, Didik. 2012. Model Pembelajaran CLIS.

http://areknerut.wordpress.com /2012/11/16/model-pembelajaran-children-

learning-in-science-clis/ (diakses 26 Juni 2014 20.00 wita)

Harjoso, Ali. 2013. Implementasi model pembelajaran konstruktivist.

http://www.stkippgrismp.ac.id/?p=1393 (diakses 09 Maret 2014)

Lipoppy, Titty. 2012. Model Pembelajaran CLIS.

http://titybelajar.blogspot.com /2012/06/model-pembelajaran-clis.html (diakses

pada 27 Juni 2014 19.35 wita)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Jakarta: Kencana

Ogie Berru. 2012. Model Pembelajaran Clis.

http://ogie-berru.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-clis.html

http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/680

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/2015/1756