model pembelajaran clis
DESCRIPTION
Undiksha PascasarjanaTRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARAN
CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ( CLIS )
Oleh
MADE MARTIN RUSMAJA
NIM 1329041146
Kelas A
Semester 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA ( S2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
Model Pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science )
A. Pengertian
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan secara
aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah kepada peran
aktif siswa (student centered).
Pembelajaran yang bersifat student centered menggunakan teori belajar
konstruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru sehingga menghasilkan suatu kreasi pemahaman
baru. Salah satu alternatif model pembelajaran yang berlandaskan paradigma
konstruktivistik adalah Children Learning in Science (CLIS).
Model CLIS dikemukakan oleh Driver di Inggris. Children’s Learning In
Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Sciences dalam bahasa
Indonesia ditulis sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, didefinisikan sebagai suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah (Rohadi, 2001). Conant dalam Subiyanto (1990), mendefinisikan sains
sebagai bangunan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen
dan observasi. Sedangkan menurut Fisher dalam Riyanto (2000), sains adalah
bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan
observasi, dengan adanya konsep-konsep baru tersebut kemudian akan
mendorong dilakukannya eksperimen.
Berdasarkan definisi sains dapat diketahui bahwa ada dua aspek yang penting
dari sains yaitu proses sains dan produk sains. Proses sains adalah metode,
prosedur dan cara-cara untuk menyelidiki dan memecahkan masalah-masalah
sains. Sedangkan produk sains adalah hasil dari proses berupa fakta, prinsip,
konsep dan hukum sains (Claxton, 1991 dalam Riyanto, 2000). Unsur Sains
meliputi proses, sikap dan produk, maka pembelajaran sains hendaknya dapat
melibatkan siswa dengan ketiga unsur tersebut. Artinya tidak menekankan pada
salah satu unsur dan mengabaikan unsur lain, melalui keterlibatan ini siswa
diharapkan memiliki sikap ilmiah (jujur, teliti, ulet, tekun dan disiplin).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, mengungkapkan bahwa pengaruh model
pembelajaran CLIS pada pokok bahasan tertentu dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Kajian lain menyimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, efektif, dan psikomotor
setelah diimplementasikan model CLIS yang telah dikembangkan.
Seperti dikemukakan oleh E. Rohimah Adi Maulana (2002;9) Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran.
Dahlan dalam N.Nurlela (2001:1) mengatakan bahwa yaitu suatu model
mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
penyusunan kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada
pengajar dikelas. Model pembelajaran merupakan rencana dalam mengajar yang
direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran.
Rencana pembelajaran ini meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran.
Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s Learning In Science di
Inggris yang dipimpin oleh Driver. Tahap – Tahapan Children’s Learning In
Sciencemenurut Driver:
1. Tahap orientasi ( orientation )
Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan
untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami
siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya
menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas.
2. Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas)
Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran.
Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk menuliskan apa saja yang
mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara menjawab
pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini
merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa.Oleh karena itu, tahapan ini
dapat juga dilakukan melalui wawancara internal. Wawancara internal disini
dilakukan dengan cara guru bertanya kepada siswa tentang penghantar panas.
Jawaban siswa dikumpulkan kepada guru. Kemudian guru mememberikan
pertanyaan yang sama,tapi jawaban pada sesi ini dijawab secara terbuka bagi
beberapa siswa sebagai sampel dalam memacu atau memunculkan gagasan siswa
yang ada.
3. Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas)
Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran
gagasan ( clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik (
eksposure to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi (
construction of new ideas and evaluation). Pengungkapan dan pertukaran gagasan
merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa
tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban
siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota
kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru
tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa.Pada tahap pembukaan ke
situasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang
sedang dipelajari di dalam buku teks.Selanjutnya siswa mencari beberapa
perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku
teks.Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk
mencocokkan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna
mengkontruksi gagasan baru.Siswa diberi kesempatan untuk melakukan
percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk
menyusun gagasan baru.
4. Tahap penerapan gagasan (application of ideas)
Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang
dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru.Gagasan
baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan untuk
menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan. Misalnya
dengan cara siswa mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar
sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran
sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan.
5. Tahap pemantapan gagasan(review change in ideas)
Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk
memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi
awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya
menjadi konsep ilmiah.
Model Pembelajaran Konstruktivisme
Dengan semakin berkembangnya zaman maka terjadilah pergeseran-
pergeseran cara pandang atau paradigma pada berbagai bidang dalam kehidupan
ini. Termasuk dalam dunia pendidikan terjadi pergeseran paradigma, dari teori
psikologi behavioristik menjadi teori konstruktivistik. Dalam teori behavioristik,
belajar dipandang sebagai suatu sistem respons tingkah laku terhadap rangsangan
fisik. Pendidik yang menggunakan kerangka behaviorik biasanya merencanakan
suatu kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu (Suparno,2001:58).
Menurut (Lie, 2002:2) dalam Suparno (2001:58) “dalam pandangan kaum
behavioris, siswa dianggap pasif, butuh motivasi luar dan dipengaruhi
reinforcement. Jadi dalam teori behavioristik, proses pembelajaran berpusat pada
guru dan “otak seorang peserta didik adalah ibarat botol kosong yang siap diisi
dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang maha guru ”
Dalam teori konstruktivis memiliki pandangan lain mengenai konsep belajar.
Menurut kaum konstruktivis, “belajar merupakan proses aktif pelajar
mengkonstruksi arti, teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain” (Suparno,
2001:61). siswa harus membangun sendiri pengetahuannya, dan guru dapat
membantu dengan cara-cara mengajar yang membuat proses ini menjadi
bermakna.
Lebih lanjut Nur (2000:3) mengemukakan bahwa;
“… teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam
pembelajaran mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan
pada mayoritas kelas”.
Karena penekanannya pada mahasiswa sebagai siswa yang aktif, strategi
konstruktivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa atau student-
centered instruction.
Dalam pembelajaran konstrktivisme dikenal beberapa model pembelajaran,
yaitu : model siklus belajar (learning siclus model), model pembelajaran generatif
(generative learning model), model pembelajaran interaktif (interactive learning
model), model CLIS (children learning in science) dan strategi pembelajaran
kooperatif atau CLS (cooperative learning strategies) (Nono Sutarno, 2007:8.12).
Tiap-tiap model pembelajaran tersebut memiliki karakteristik yang khas, tetapi
semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.
Model pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science) merupakan model
pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang
suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan
berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Model pembelajaran CLIS
merupakan kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa
dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan lembar kerja
siswa (LKS) melalui tahapan-tahapan: (1) orientasi, (2) Pemunculan gagasan, (3)
penyusunan ulang gagasan (melalui langkah-langkah: (a) pengungkapan dan
pertukaran gagasan, (b) pembukaan situasi konflik, (c) konstruksi gagasan baru
dan Evaluasi), (4) penerapan gagasan, dan (5) mengkaji ulang perubahan gagasan.
B. Landasan Pengembangan model pembelajaran CLIS
Model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) yang
dikembangkan oleh Driver (dalam Adey, 1989). Driver menyatakan bahwa faktor
bahasa dalam proses berpikir termasuk dalam perubahan konseptual seperti yang
tercantum pada tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan. Model pembelajaran
dilandasi pendangan konstruktivisme dari Piaget, dimana dalam proses belajar
anak membangun pengetahuannya sendiri dan banyak memperoleh
pengetahuannya di luar sekolah (Dahar, 1989). Oleh karena itu pembelajaran
menekankan pada hands-on/minds-on yang selama ini belum terlaksana dangan
baik. Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan
kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya
akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir siswa
(Horsley, 1990). Keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar
dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985)
proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dimana
proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang
sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu menurut Novak (1979) proses
berpikir dasar meliputi proses mental yang merupakan gambaran berpikir rasional
yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan
(imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing),
membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis
(analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan
menyimpulkan (infering). Keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan
dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang
meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis. Melalui
kegiatan belajar mengajar siswa tidak hanya diberi penekanan pada penguasaaan
konsep saja tetapi juga latihan berpikir dengan melakukan pengamatan dan
percobaan. Dengan hasil belajar siswa meningkat diharapkan guru mampu:
mencoba menerapkan model CLIS sebagai alternative pembelajaran, mencoba
menyusun LKS yang bervariasi dengan petunjuk yang jelas, menggunakan
metode bervariasi sehingga tidak membosankan, berusaha melakukan percobaan
untuk melatih berfikir rasional, melibatkan siswa secara langsung dalam segala
kegiatan, menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, dalam setiap
kelompok ada tutor sebaya, kegiatan belajar mengajar memperhatikan konsep
awal siswa. Bagi peneliti berikutnya agar dapat mengadakan penelitian sejenis
dengan rancangan pembelajaran yang lebih komprehensif.
Tujuan pembelajaran CLIS adalah meningkatkan keterampilan berpikir
rasional siswa yang dilandasi pandangan konstruksivisme dengan memperhatikan
pengalaman dan konsep awal siswa sebagai sumber belajar. Yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran CLIS adalah situasi belajar yang terbuka dan
kesempatan bertanya secara bebas. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi
kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas
dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan
dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan
persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah
membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil
mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil
rekontruksi gagasan dalam situasi baru, dan berpikir kreatif.
C. Sintaks Model Pembelajaran CLIS
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan
Orientasi Guru bertanya
kepada
siswa: ”Apakah
kamu
pernah melihat es
yang
mencair?”
Siswa
menjawab:
” pernah/tidak ”
Guru
mendemonstrasikan
pencairan es
Pemunculan
gagasan
Mengajukan
tanya
jawab seputar
perubahan sifat
benda
dalam kahidupan
sehari-hari
Menjawab
pertanyaan
guru
Siswa ingin
mengetahui tentang
perubahan sifat
benda
Pengungkapan
dan Pertukaran
Gagasan
Memimpin siswa
mendiskusikan
jawaban-jawaban
pertanyaan dari
tahap
sebelumnya
dalam
kelompok kecil
Melakukan
diskusi
Salah satu anggota
kelompok
melaporkan hasil
diskusi ke seluruh
kelas
Pembukaan
Pada
Situasi Konflik
Mengamati dan
membimbing
kegiatan
siswa
Siswa mencari
pengertian ilmiah
yang
sedang dipelajari
Siswa mencari
beberapa perbedaan
antara konsep awal
mereka dengan
konsep ilmiah yang
ada dalam buku teks
Konstruksi
gagasan baru
dan
evaluasi
Mengamati dan
membimbing
kegiatan
siswa
Diskusi
kelompok
melakukan
percobaan
mengamati
perubahan
sifat benda
secara
langsung
Beberapa siswa
memerlukan
bimbingan
Penerapan
gagasan
Mengamati dan
membimbing
kegiatan
siswa
- Diskusi
- Menyampaikan
laporan didepan
kelas
- Menjawab
pertanyaan
Memeriksa kembali
jawaban
Pemantapan
gagasan
- Mengungkapkan
salah satu
konsepsi
awal dan
bandingkan
dengan
hasil percobaan.
- Melakukan
tanya
jawab.
- Melakukan
tanya
jawab seputar
perubahan sifat
benda untuk
memantapkan
gagasan
Siswa dibimbing
untuk mengetahui
perubahan sifat
benda
D. Kelebihan Model pembelajaran CLIS
Kelebihan model pembelajaran CLIS (Nuraiman Wijaya, 1997: 21-22)
1) Membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah
2) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana
kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjlainnya kerja sama sesama siswa
dan siswa terlibat secara langsung dalam melakukan kegiatan
3) Menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siwa
menentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan
bangga dengan hasil temuanya.
4) Guru dalam mengajkar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan
suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan
berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya,
sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya.
5) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pembelajaran yang sederhana
yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Kelemahan Model pembelajaran CLIS
M.D Salwin (1996:8) mengemukakan beberapa kelemahan model
pembelajaran CLIS antara lain : guru dituntut untuk menyiapkan model
pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan sarana laboratorium harus lengkap.
Selainitu, bagi siswa yang belum ternbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan
merasa asing dan sulit untuk dapat menguasai konsep.
Bagan Struktur Umum Model CLIS
(Sumber: Driver dalam Adey, 1989)
Perbandingan dengan gagasan
baru
Konstruksi gagasan baru
Pembukaan situasi konflik
Pengungkapan & Pertukaran gagasan
Penyusunan Gagasan
Pemunculan gagasan awal
Orientasi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SD Negeri 3 Busungbiu
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V (Lima) / 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X Pertemuan)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan
perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses
B. Kompetensi Dasar
4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik
sementara maupun tetap
C. Indikator
1. Mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai
hasil suatu proses.
2. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada benda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CLIS, siswa
mampu mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan
sebagai hasil suatu proses.
2. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CLIS, siswa
mampu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada
benda.
E. Materi Ajar
Perubahan sifat benda
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : Children Learning In Science (CLIS)
Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi, latihan, percobaan,
pengamatan dan penugasan.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan :
a. Mengkondisikan semua siswa untuk berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. (taqwa)
b. Melakukan presensi terhadap siswa. (disiplin)
c. Menyiapkan alat-alat pelajaran. (persiapan)
d. Memberikan apersepsi, dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang menggiring siswa pada materi yang akandibahas.
(komunikatif)
Pertanyaan : Anak-anak, apa kalian pernah melihat es yang mencair?
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti :
a. Eksplorasi
Tahap Orientasi
1) Siswa dibantu guru mendemonstrasikan proses pencairan es.
(perhatian)
Tahap Pemunculan Gagasan
2) Siswa dan guru mengajukan tanya jawab seputar perubahan sifat
benda dalam kehidupan sehari-hari
b. Elaborasi
Tahap Pengungkapan Dan Pertukaran Gagasan
3) Siswa dibagi kedalam 8 kelompok dengan beranggotakan 4 siswa,
untuk melakukan diskusi.
4) Siswa diberikan LKPD berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus
diselesaikan masing-masing kelompok. (tanggungjawab)
5) Siswa mendiskusikan jawaban yang ada di dalam LKPD.
(kerjasama, teliti, disiplin)
6) Salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh
kelas.(berani, percaya diri)
Tahap Pembukaan Pada Situasi Konflik
7) Siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka
dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks berdasarkan hasil
diskusi.
Tahap Konstruksi Gagasan Baru Dan Evaluasi
8) Siswa mendapat penjelasan tentang langkah-langkah menjawab
pertanyaan LKPD melalui percobaan secara berkelompok /
diskusi. (perhatian)
9) Siswa melakukan percobaan mengamati perubahan sifat benda
secara langsung. ( kerjasama, teliti, tertib ).
Tahap Penerapan Gagasan
10) Siswa menyampaikan hasil percobaan didepan kelas dan
kelompok lainnya menanggapi hasil percobaan yang telah
dipaparkan. (berani, percaya diri)
c. Konfirmasi
Tahap Pemantapan Gagasan
11) Guru mengungkapkan salah satu konsepsi awal siswa kemudian
membandingkan dengan hasil percobaan.
12) Guru bertanya jawab kepada siswa seputar perubahan sifat benda
untuk memantapkan gagasan.
Penutup :
a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.
b. Guru melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan, dengan cara memberikan soal tes formatif. (jujur)
c. Guru memberikan tugas.
H. Media dan Sumber Belajar
Media
Es batu, lilin, kaki tiga, korek api, kertas, tatakan, mentega, air panas,
gelas, penutup gelas, kapur barus, gula, air panas, sendok, garam,
kangkung segar dan busuk, paku baru dan berkarat sebagai media
percobaan perubahan sifat benda.
Sumber Belajar
1. Haryanto. 2007. Sains Jilid 5 untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta:
Erlangga.
2. Azmiyawati, Choiril. dkk. IPA 5 Salingtemas Untuk Kelas V SD/MI.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
I. Penilaian
1. Prosedur : Posttest (tertulis)
2. Jenis penilaian
Penilaian hasil (Tes formatif)
3. Alat penilaian :
Soal isian
1) Peristiwa mengecilnya bentuk kapur barus setelah diletakan di
lemari dalam beberapa minggu menunjukan peristiwa ….
2) Benda yang dapat mengalami perkaratan yaitu ….
3) Gula larut didalam air setelah diaduk beberapa saat
menunjukkan peristiwa perubahan sifat benda yang terjadi
karena proses …
4) Benda yang dapat berubah sifat bila dicampur dengan air yaitu
….
5) Perubahan wujud benda dari cair menjadi padat disebut ….
4. Kunci jawaban
1) Penyubliman
2) Besi
3) Pemanasan
4) Tepung
5) Membeku
5. Skor penilaian
1) Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2) Skor perolehan maksimal 100.
3) Nilai akhir (NA) siswa = skor
perolehan
skor maksimal
X 100
REFERENSI
Adey, P. 1989.Adolecent Development and School Science. England
Cahyono, Didik. 2012. Model Pembelajaran CLIS.
http://areknerut.wordpress.com /2012/11/16/model-pembelajaran-children-
learning-in-science-clis/ (diakses 26 Juni 2014 20.00 wita)
Harjoso, Ali. 2013. Implementasi model pembelajaran konstruktivist.
http://www.stkippgrismp.ac.id/?p=1393 (diakses 09 Maret 2014)
Lipoppy, Titty. 2012. Model Pembelajaran CLIS.
http://titybelajar.blogspot.com /2012/06/model-pembelajaran-clis.html (diakses
pada 27 Juni 2014 19.35 wita)
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana
Ogie Berru. 2012. Model Pembelajaran Clis.
http://ogie-berru.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-clis.html
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/680
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/2015/1756