model konservasi pancawati plant ciherang
DESCRIPTION
Program CSR Aqua Ciherang Bogor Bekerjasama dengan Yayasan GamelinaTRANSCRIPT
PENYELENGGARA
PT. TIRTA INVESTAMA PLANT CIHERANG
PENYUSUN
CORE TEAM
Dangdang Mulyadi
Hamim Jajili
Rani
Jl. Raya Mayjen H. E. Sukma
Gg. Rasisa RT.02 RW.02 Ciawi
Bogor 16720
Contact: 081573533249
E-mail: [email protected]
© 2014 Yayasan Gamelina. All Rights Reserved.
PLANT CIHERANG
MODEL KONSERVASI PANCAWATI
CONTENT
PEMELIHARAAN POHON ADOPSI Page 37
Page 69 P E N G E M B A N G A N
KERJASAMA KONSERVASI PT.Tirta Investama dengan BBTNGGP
Gambaran Umum Model Konservasi Pancawati -
Plant Ciherang
1
Pelatihan SLA (Sustainable Livelihood Assessment)
3
Studi Konservasi Air
29
Sekolah Lapang Usahatani
47
Studi Keanekaragaman Hayati
65
Monitoring dan Evaluasi
73
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
i
odel Konservasi Pancawati - Plant Ciherang memberikan
kontribusi dan peran dalam upaya stabilisasi dan peningkatan penyediaan air di wilayah perkotaan dan semi perkotaan khususnya di Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
Yayasan Gamelina bersama PT. Tirta Investama mengangkat pendekatan berbasis alam untuk meningkatkan pemeliharaan lahan dengan menggabungkan konservasi hutan alam dan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi, perbaikan dan rehabilitasi hutan juga lahan kritis serta pemanfaatan lahan pertanian berkelanjutan. Selain itu dilakukan juga upaya-upaya yang mendukung penanganan hutan berbasis masyarakat yang bertanggungjawab, serta pilihan-pilihan pendanaan kegiatan kelompok masyarakat di kawasan sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, khususnya kelompok petani penjaga hutan yang telah membantu pemeliharaan pohon demi tersedianya air yang berkalanjutan.
Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang terdiri dari serangkaian kegiatan lapangan yang terintegrasi, misalnya pelatihan Sustainable Livelihood
odel Konservasi Pancawati - Plant Ciherang contributes for
stabilizing and improving the supply of water to urban and semi-urban population centers especially in Bogor and surrounding areas.
Gamelina Foundation together with PT. Tirta Investama achieved through promoting a landscape approach to improve land stewardship that integrates conservation and natural forests with high biodiversity value; restoration and rehabilitation of degraded forests and critical land and sustainable utilization of agricultural land. In addition it also made efforts to support responsible community - based forest management, as well as funding options activity of communities surrounding Gunung Gede Pangrango National Park, especially for forest guard farmers that contribute to conserving the trees for availability of sustainable water supply.
Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang consist of a series of integrated field activities that include Sustainable Livelihood Assessment Training, Water Conservation Training (which also includes biopori study, spraying trees study and dried leaf
M M
KATA PENGANTAR FOREWORD
Assessment, studi konservasi air termasuk di dalamnya (studi biopori, studi penyemprotanpohon dan studi perendaman daun kering), sekolah lapang usaha tani, studi keanekaragaman hayati dan pengembangan serta pelaksanaan rencana aksi multipihak untuk meningkatkan fungsi-fungsi ekologis daerah Pancawati sebagai recharge area. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memastikan rencana-rencana aksi yang dilakukan memiliki dampak dan pengaruh positif pada kuantitas air serta meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan kritis taman nasional.
Selain itu upaya kerjasama dengan mitra-mitra di lapangan yaitu masyarakat dan badan pemerintahan setempat yang mengutamakan penguatan jejaring juga dilakukan dalam rangka memperoleh dukungan kebijakan yang memungkinkan peningkatan skala kegiatan.
CSR Report: Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang ini merupakan garis besar kegiatan yang telah dilakukan di lapangan. Untuk pembaca yang ingin mengetahui proses kegiatan yang lebih detail tahap demi tahap, bisa membaca Prosiding: Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang. Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang ini tidak akan tercapai tanpa kerjasama yang saling menguntungkan dan dukungan semua pihak (Balai
immersion study), farm field school, biodiversity study and multi- stakeholder Action Plan development and implementation to improve sub-catchment ecological functions of Pancawati as recharge area. These efforts are to ensure Action Plans will make a positive impact and influence on water quantity and improving forest and critical land rehabilitation of national park.
Collaborative efforts with partners in the field, both the community and local government agencies that seek to strengthen the network also performed in order to obtain policy support to provide enabling conditions for scaling-up. CSR Report: Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang is an outline of the activities that have been carried out in the field. For readers who want to know more detail of process step by step, you can read Proceeding: Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang.
Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang would not be attainable without their mutual collaboration and dedicated support (Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Pancawati Village Government, and the villagers of Pancawati especially for the eighth forest guard farmers).
It is our sincere hope that the resources in this book are applied to sustain on-going work and to expand this work into new areas
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
iii
Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Pemerintah Desa Pancawati, serta masyarakat Desa Pancawati terutama delapan orang petani penjaga hutan). Besar harapan kami isi buku ini dapat diaplikasikan di wilayah lain di Indonesia.
BACK TO CONTENT
across Indonesia.
Vijaya Anggraini Plant Manager PT.TIV Plant Ciherang
Cacas Suwarna SR-CSR Manager PT.TIV Plant Ciherang
Dangdang Mulyadi Director Yayasan Gamelina
Heri Yunarso CSR Program PT. TIV Plant Ciherang
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
v
odel Konservasi Pancawati - Plant Ciherang merupakan
serangkaian kegiatan mulai dari proses sekolah lapang sampai dengan tersusunnya rencana aksi masyarakat yang akan menjadi landasan yang kuat untuk memperbaiki wilayah sumber daya air. Proses sekolah lapang dimulai melalui pendekatan SLA (Sustainable Livelihood Assessment). Pendekatan ini lebih menekankan proses pendidikan untuk masyarakat dalam memahami dan mempelajari kondisi sumberdaya air yang ada di wilayahnya.
Fokus utama dari buku ini adalah untuk memberikan informasi tentang bagaimana model konservasi yang dilakukan di Desa Pancawati.
Bab 1 memberikan informasi tentang gambaran umum Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang. Bab 2 memberikan informasi tentang apa itu pendekatan SLA (Sustainable Livelihood Assessment), termasuk tujuan, hasil yang diharapkan, langkah-langkah dan pelaku SLA. Bab 3 menguraikan secara rinci kegiatan studi konservasi air. Bab 4 menjelaskan tentang aksi pemeliharaan pohon adopsi.
odel Konservasi Pancawati - Plant Ciherang is the field
school process culminates in a set of participant-developed Action Plan which serve as the foundation for the implementation of community-based water resource management approaches and activities. The field school process begins through SLA (Sustainable Livelihood Assessment) approach. This kind of approach method mostly emphasizes in education process for community in understand and learn water resource that exists in their area.
Main focus of this book is to provide information on how the conservation model carried out in Pancawati village.
Chapter 1 provides information about general description of Model Konservasi Pancawati Plant - Ciherang. Chapter 2 provides information about SLA (Sustainable Livelihood Assessment) approach, including the aims, the expected result, steps and people involved. Chapter 3 provides detailed descriptions of each step of water conservation study activities. Chapter 4 explains about adoption tree conservation activity including weeding, mulching and fencing
M M
RINGKASAN EKSEKUTIF EXECUTIVE SUMMARY
termasuk di dalamnya, penyiangan, pemasangan mulsa dan pemagaran. Bab 5 memaparkan kegiatan sekolah lapang usahatani sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi bagi petani itu sendiri. Bab 6 memaparkan tentang studi keanekaragaman hayati yang dapat memberikan pemahaman pentingnya keanekaragaman hayati yang perlu diterapkan di masyarakat. Bab 7 memaparkan tentang penandatangan kerjasama antara PT. Tirta Investama dengan BBTNGGP dalam rangka program restorasi kawasan hutan dan pembinaan masyarakat desa sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bab 8 menjelaskan tentang monitoring dan evaluasi, baik oleh pihak PT. Tirta Investama maupun pihak BBTNGGP tentang hasil kegiatan di lapangan yang telah di lakukan.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh para penentu kebijakan baik pemerintah pusat maupun daerah, karena buku ini membahas pelajaran dan praktek terbaik yang berhubungan dengan pelaksanaan Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang. Buku ini juga akan memberikan inspirasi untuk pengembangan kegiatan program pemberdayaan masyarakat. Bagi para Program Manager dari lembaga-lembaga lain yang bekerja untuk mendukung pemberdayaan masyarakat juga disarankan untuk membaca buku ini karena sangat
installation. Chapter 5 describes about farm field school activity as an attempt of community empowerment which can improve economic income for the farmers themselves. Chapter 6 explains about biodiversity study which can provide insight about the importance of biodiversity that have to be implemented in community. Chapter 7 explains about the signers of cooperation between PT Tirta Investama with BBTNGGP in the context of forest restoration program and rural development surrounding Gunung Gede Pangrango National Park. Chapter 8 describes the monitoring and evaluation by either PT. Tirta Investama or BBTNGGP about the results of field activities have been done nicely.
It is hoped that this book serves as a meaningful resource for policy makers at the national and local government level because this book discusses the lessons learned and best practices related to the implementation of Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang. This book also promotes inspiration for the development of programs that empower communities and encourage their active role in conservation efforts. For Program Managers of organizations and institutions supporting a community empowerment method to conservation, it is hoped that this book enriches their approach to working with their respective community groups.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
vii
bermanfaat untuk memperkaya pendekatan-pendekatan bekerja dengan masyarakat bagi organisasinya masing-masing.
Buku ini dapat memberikan inspirasi dan menggugah pembaca sehingga program-program penguatan dan pemberdayaan masyakat dapat diwujudkan untuk mendukung perbaikan pengelolaan sumberdaya air.
BACK TO CONTENT
Most importantly, this book wished to inspire people and offer support for community empowerment programs related to water resource management.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
1
rogram Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang dilakukan di Desa Pancawati Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor yang dimulai dari bulan November 2013 sampai bulan Maret 2014 (durasi waktu 4 bulan).
Program ini merupakan salah satu program CSR PT. Tirta Investama Plant Ciherang yang merupakan program lanjutan dari tahun sebelumnya yaitu melanjutkan program Adopsi Pohon Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
TUJUAN Tujuan umum program Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang adalah untuk mengembangkan model adopsi pohon yang berbasis pemberdayaan petani dan keaneragaman hayati.
Adapun tujuan spesifiknya sebagai berikut: 1. Pemeliharaan pohon yang sudah tertanam. 2. Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi petani penjaga hutan. 3. Mengembangkan program keanekaragaman hayati. 4. Mengembangkan MoU dengan TNGGP (Dept.Kehutanan).
KELUARAN 1. Terpagarnya tanaman oleh pagar pengaman. 2. Terpasangnya mulsa plastik untuk setiap pohon. 3. Terlaksananya sekolah lapangan pengembangan usahatani, bagi petani
penjaga hutan. 4. Terlaksananya studi pengembangan keanekaragaman hayati. 5. Tersepakatinya MoU kerjasama untuk pengembangan konservasi dan
keanekaragaman hayati.
PIHAK YANG TERLIBAT 1. Peserta: melibatkan delapan orang petani penjaga hutan untuk mengikuti
proses Sekolah Lapang Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang. Kedelapan orang tersebut terlebih dahulu diwajibkan mengikuti pelatihan Sustainable Livelihood Assessment (SLA) selama 5 hari berturut-turut sebelum melaksanakan aktivitas program berikutnya.
2. Pemandu: pemandu kegiatan Pelatihan Sustainable Livelihood Assessment dan Sekolah Lapang Model Konservasi Pancawati terdiri dari tiga orang pemandu yang memiliki pengalaman kuat dalam hal memfasilitasi program pelatihan yang berbasis pada pendekatan partisipatif dan belajar dari pengalaman.
P
GAMBARAN UMUM MODEL KONSERVASI PANCAWATI PLANT CIHERANG
3. Narasumber: narasumber Pelatihan Sustainable Livelihood Assessment dan Sekolah Lapang Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang terdiri dari staf teknis Yayasan Gamelina. Selain itu juga mengundang narasumber di luar Yayasan Gamelina, khususnya untuk topik-topik khusus.
4. Tim Pendukung: tim pendukung terdiri dari Kepala Desa Pancawati, Kepala Bidang TNGGP Wilayah 3 Bogor, Kepala Resort TN Wilayah Cimande, petugas (Polhut) TNGGP setempat, tim CSR Danone - Aqua, tim vendor sekaligus jadi panitia dan tokoh masyarakat sekitar.
KEGIATAN Kegiatan Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang terdiri dari enam kegiatan utama yaitu: 1. Pelatihan Sustainable Livelihood Assessment. 2. Studi konservasi air. 3. Pemeliharaan pohon yang sudah tertanam (pemasangan mulsa plastik
dan pemagaran). 4. Sekolah lapangan usaha tani berbasis lingkungan. 5. Studi pengembangan keanekaragaman hayati. 6. Mengembangkan MoU konservasi antara PT. TIV Ciherang dengan
BBTNGGP. BACK TO CONTENT
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
3
pa itu Sustainable Livelihood Assessment? Orang sering menyebut assessment sebagai analisa kebutuhan, livelihood adalah mata pencaharian dan sustainable artinya
berkelanjutan. Jadi Sustainable Livelihood Assessment bisa diartikan sebagai analisa kebutuhan untuk pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan.
Pada dasarnya pengembangan berkelanjutan ini sangat dipengaruhi oleh pola pikir atau budaya berpikir dan nilai-nilai kehidupan. Jadi supaya mata pencaharian ini berkelanjutan maka pola pikir dan budaya berpikirnya harus berubah.
Siapa yang harus berubah? Jika fasilitator berubah, maka petani pemandu akan berubah. Jika petani pemandu berubah maka masyarakat akan berubah. Berubah cara berpikirnya, berubah nilai kehidupannya. Jika itu dilakukan dua-duanya maka akan suistainable. Seorang fasilitator dikatakan sustainable jika menerapkan 6 nilai.
6 nilai itu antara lain: 1. Etis (sopan, santun, tenggang rasa, tidak tamak, tatakrama) 2. Estetis (indah, rapi, bersih, enak dipandang) 3. Logis (masuk akal, sebab-akibat, data, fakta, studi-studi) 4. Theologis (agamis, sholat, qolbu/perasaan halus) 5. Teleologis (fungsi, peran) 6. Fisik (wujud, penampilan)
Jadi pada prinsipnya, kalau ingin sustainable maka ke-6 prinsip itu harus diterapkan. Jika fasilitator sudah menerapkan, maka petani pemandu akan menerapkan. Jika petani pemandu menerapkan, maka masyarakat pun akan menerapkan. Jika masyarakat sudah menerapkan enam nilai itu secara bersamaan maka akan sustainable.
A
PELATIHAN SLA (SUSTAINABLE LIVELIHOOD ASSESSMENT)
Analisa
Kebutuhan
Mata Pencaharian
Berkelanjutan
SUSTAINABLE LIVELIHOOD ASSESSMENT
Analisa kebutuhan untuk pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan
Pola pikir
Budaya
berfikir
Nilai
kehidupan
Fasilitator
Petani
Pemandu
Masyarakat
BERUBAH
BERUBAH
BERUBAH
6 NILAI KEHIDUPAN
Sopan
Santun
Tenggang rasa
Tidak tamak
Tatakrama
Indah
Rapi
Bersih
Enak dipandang Masuk akal
Sebab –akibat
Data
Fakta
Studi-studi
1. ETIS
2. ESTETIS
3. LOGIS
Agamis
Sholat
Qolbu
Perasaan halus Fungsi
Peran
Wujud
Penampilan
4. THEOLOGIS
5. TELEOLOGIS
6. FISIK
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
5
INSTING
IMITASI COPY (meniru)
EGOSENTRIS Percaya diri
LAW & ORDER Hukum Aturan
LOGIS
Penelitia Studi lapangan
Studi Pustaka
Data
Fakta
Sebab-akibat
One page business plan
QOLBU
Agama
Kepercayaan
Nilai
Ikhlas
Ridho
INTEGRATIF
Gabungan semua tingkatan
Itu baru satu hal. Yang kedua, pola pikir harus berubah.
Pola pikir yang berubah itu seperti apa? Pola pikir itu sebenarnya bagaimana orang berpikir. Maju mundurnya suatu bangsa bukan ditentukan oleh kekayaan atau lama tidaknya merdeka, namun yang membedakan lebih pada budaya berpikir.
Budaya berpikir itu: 1. INSTING (naluri), kegagalannya 70% 2. IMITASI/COPY (meniru) 3. EGOSENTRIS (percaya diri) 4. LAW AND ORDER (hukum & permintaan) 5. LOGIS (penelitian, studi, studi pustaka, data, fakta, sebab-akibat, one page
business plan) 6. QOLBU (agama, kepercayaan, nilai, ikhlas, ridho) 7. INTEGRATIF (gabungan dari semuanya)
TINGKATAN BUDAYA BERPIKIR
A
A’
’
o KACAU BALAU o CHAES o MASALAH KOMPLEK o MISKIN
o Sekolah
o Studi
o Belajar dari pengalaman
o Siklus belajar orang dewasa
o Tafakur
PROSES MERUBAH
Mengapa negara tidak maju? Menurut Prof. Sanusi, “kalau orang berpikir menggunakan insting, imitasi dan egosentris maka akan menyebabkan kacau balau/chaes/masalah komplek, sehingga bangsa menjadi miskin/jauh dari kesejahteraan”.
Begitupun dengan mata pencaharian, jika dikembangkan hanya dengan insting, imitasi atau egosentris akan kacau. Maka dari itu budaya berpikir petani harus diubah. Jika budaya berpikir yang mereka gunakan law & order, logis dan qolbu maka pelan-pelan tapi pasti masalah terpecahkan dan masyarakat pun sejahtera.
Jadi pada hakikatnya, sekolah/SL/pemberdayaan adalah upaya merubah dari kondisi yang awal menjadi lebih baik. Untuk merubah pola pikir ini melalui proses sekolah, studi-studi, belajar dari pengalaman, siklus belajar orang dewasa dan tafakur.
Sumber: Prof. DR. Achmad Sanusi
TUJUAN UMUM Tujuan utamanya adalah memfasilitasi masyarakat desa untuk memahami keadaannya sendiri dan lingkungannya, sehingga terselenggara proses masyarakat menjadi ’peneliti’ bagi pengembangan kegiatannya sendiri. Proses ini diharapkan sebagai proses pembelajaran untuk penguatan kemampuan analisis masyarakat untuk mewujudkan program Model Konservasi Pancawati Plant Ciherang.
TUJUAN KHUSUS 1. Mendorong partisipasi warga dalam proses perencanaan kajian desa
secara partisipatif dan pihak lain yang berkepentingan dengan desa. 2. Menguatkan kelembagaan desa sehingga berjalan sesuai dengan fungsi
dan tanggung jawabnya. 3. Membangun komunikasi dan koordinasi antara desa dan pihak lain yang
berkepentingan.
HASIL YANG DIHARAPKAN (INDIKATOR) 1. Sejumlah informasi tentang keadaan atau kondisi berbagai aspek
kehidupan desa. 2. Sejumlah masalah atau kebutuhan yang diungkapkan oleh masyarakat
sendiri. 3. Sejumlah potensi lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya
pengembangan kegiatan masyarakat.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
7
METODOLOGI PEMBELAJARAN Proses SLA Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang ini menggunakan beberapa metode kegiatan, antara lain: 1. Proses diskusi/ceramah 2. Proses perencanaan kajian desa secara partisipatif, yang meliputi:
a. Siklus Hidrologi (Ekositem Daerah Aliran Air) b. Pemetaan Daerah Aliran Air c. Transek (Penelusuran Kawasan) d. Pembuatan Peta Hasil Transek e. Analisa Foto (Masalah & Potensi) f. Analisa Kecenderungan g. Analisa Kalender Musim h. Analisa Hubungan Antar Lembaga (Diagram Venn) i. Analisa 5 Modal Kehidupan j. Jembatan Bambu/Rencana Tindak Lanjut (RTL) k. Rencana Aksi Desa (Masyarakat)
PESERTA Peserta SLA Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang ini adalah anggota kelompok tani penjaga hutan yang berjumlah delapan orang yaitu Ujang Maksudi, Maman, Masum, Kuding, Endang, Pitoh, Wahab dan Lani.
PELAKSANAAN SLA (SUSTAINABLE LIVELIHOOD ASSESSMENT) 1. Perkenalan/Pengakraban Pada awal pembelajaran, tugas utama fasilitator adalah menciptakan suasana yang mendukung para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk fasilitator sendiri. Perkenalan yang baik akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang menjadi landasan bagi terciptanya suasana keterbukaan.
Permainan rantai nama dimaksudkan bagi peserta yang belum saling kenal nama masing-masing agar lebih akrab, serta memberi pengalaman tampil di depan forum
2. Kontrak Belajar Tujuan kontrak belajar yaitu agar peserta paham akan tujuan dari kegiatan Need Assesment (PRA/SLA) serta paham akan hak dan kewajibannya selama mengikuti kegiatan PRA/SLA.
Permainan menggambar wajah membantu peserta untuk saling terbuka dan tidak lagi kikuk satu dengan lainnya dan menghilangkan perasaan peserta bahwa mereka tidak mampu menggambar
Menggambar tanpa kesepakatan (kiri) Menggambar dengan kesepakatan (kanan) Permainan gambar sebuah ilustrasi kesepakatan mengarahkan petani untuk ikut sesuai tujuan program kegiatan
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
9
3. Siklus Hidrologi (Ekosistem Daerah Aliran Air) Tujuan dari kegiatan ini adalah agar peserta memahami konsep ekosistem air, unsur-unsur, peran/fungsi, hubungan dan interaksinya serta peserta bisa menyampaikannya lagi kepada masyarakat lainnya.
4. Pemetaan Daerah Aliran Air Pemetaan DAA adalah awal dari proses pemahaman masyarakat akan kondisi nyata dari desa mereka yang terkait dengan perikehidupan masyarakat. Proses ini dimulai dengan pemahaman apa itu peta, manfaat dan cara membuatnya. Termasuk jenis dan klasifikasi informasi simbol-simbol yang diletakkan. Selanjutnya peserta diajak untuk membuat peta desa mereka. Dalam proses ini masyarakat yang tidak akrab dengan peta, umumnya menjadi kendala yang perlu terus dicermati. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar peserta tidak terjebak pada aktivitas menghasilkan peta hanya untuk hiasan.
Menggali tujuan, menyamakan persepsi dan pemikiran petani mengikuti kegiatan SLA
Kesepakatan yang dihasilkan dari kegiatan menyamakan persepsi
Kerjasama peserta dalam pembuatan siklus peredaran air
Serius mempelajari peta
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
11
Berlomba membuat peta ekosistem daerah aliran air bersama kelompoknya
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
13
5. Transek (Penelusuran Kawasan) Materi ini dipelajari peserta agar mereka lebih memahami kondisi nyata tentang ekosistem air melalui fakta dan input informasi dari masyarakat lokal tentang interaksi dari unsur dan kawasan ekosistem.
Sebelum melakukan transek lapangan, langkah awal adalah perlu adanya kesepakatan tentang apa itu transek dan informasi apa saja yang perlu digali/dicari selama perjalanan transek, sehingga dapat teridentifikasi segala potensi dan permasalahan yang ada di lapangan sesuai kondisi yang nyata.
Yang harus fasilitator sampaikan dalam materi ini: 1) Menjelaskan tujuan dari materi
yang disampaikan. 2) Melontarkan pertanyaan kepada
peserta tentang apa itu transek. 3) Apa saja yang perlu disiapkan
sebelum transek. 4) Apa yang harus dilakukan dalam
transek.
Realitas perikehidupan dan alam pedesaan yang sudah dituangkan di dalam peta, dicermati dan dinilai melalui kegiatan penelusuran kawasan (transek). Pengumpulan data dan informasi kondisi lapangan dengan metode pengamatan pada titik-titik tertentu dilakukan untuk melengkapi informasi dalam peta. Sebelum melakukan penelusuran kawasan, setiap kelompok menetapkan apa yang akan diamati, diukur dan dianalisa. Kesepakatan ini dituangkan dalam bentuk matrik yang akan diisi selama mereka melakukan perjalanan. Selain kegiatan mengamati, juga dilakukan wawancara dengan masyarakat setempat untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kondisi nyata wilayah mereka.
Diskusi dahulu sebelum melakukan transek
Pemahaman tentang transek
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
15
Foto hasil transek ke lahan adopsi pohon , sumber air, dan usaha sampingan warga
Foto hasil transek ke lahan pertanian penduduk(lahan HGU)
Di setiap titik lokasi yang telah disepakati oleh kelompok, peserta menyebar ke beberapa lokasi untuk mengambil data yang dianggap penting. Peserta membuat catatan-catatan tentang informasi yang diperoleh dari hasil diskusi/tanya jawab di setiap lokasi. Sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan tentang kondisi lingkungan yang sebenarnya.
Foto hasil transek ke pemukiman penduduk:
Kondisi pemukiman
Kondisi jalan
Kondisi sanitasi
Jenis tanaman yang ditanam
Jenis ternak yang dipelihara
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
17
Berikut ini hasil dari pengamatan peserta selama melakukan transek.
Yang Berkaitan dengan Aspek Ekonomi Masyarakat
Keterangan
1. Jumlah petani? 2. Jumlah pedagang? 3. Jumlah PNS? 4. Jumlah pengrajin? 5. Jumlah dan jenis usaha lainnya? 6. Jumlah KUD, perkumpulan masyarakat
yang berkaitan dengan aspek ekonomi lainnya?
7. Jumlah peternak (domba, sapi, ayam, ikan dll)?
8. Jumlah lapangan kerja yang masih mungkin dikembangkan?
9. Unit-unit jaringan ekonomi yang ada?
10. Komoditi unggulan? 11. Jenis-jenis usaha pengolahan hasil
(kripik pisang, kripik singkong dll)?
- …orang - …orang - …orang - …orang - …orang - Belum ada
- ±85 orang
- 8 macam
- Warung desa, tengkulak/pengumpul sayuran, tempat rekreasi
- Sayuran semusim - Manisan pala
Yang Berkaitan dengan Bantaran Sungai
Keterangan
1. Berapa panjang bantaran yang perlu direhabilitasi?
2. Jenis pohon apa saja yang tumbuh di bantaran tersebut?
3. Berapa % tutupan lahan bantaran? 4. Siapa yang memiliki lahan bantaran
tersebut? 5. Berapa kemiringan lahan bantaran
tersebut? 6. Berapa debit airnya? 7. Bagaimana kondisi airnya? 8. Adakah penggalian pasir, jika ada,
berapa titik? 9. Berapa kedalaman sungainya? 10. Berapa lebar sungainya? 11. Jenis tanaman apa yang cocok
menurut masyarakat setempat?
- Tidak ada
- Kibodas, hanjuang, mini, jambu, maranti, salam ,manglid, pakis dll.
- 60-80% - TNGGP
- 30-50 derajat
- ±500 liter per detik - Jernih/bening - Tidak ada
- 1- 3 meter - 4 -8 meter - Tanaman kayu (kibodas
hanjuang, mini, maranti, salam manglid dll) serta tanaman buah (mangga, jambu, rambutan dll)
Yang Berkaitan dengan Penebangan Pohon Secara Liar
Keterangan
1. Luas lahan/hutan yang telah ditebang (ha)?
2. Kepemilikan lahan yang ditebang? 3. Jumlah penduduk yang menebang? 4. Jumlah masyarakat yang menggunakan
kayu bakar? 5. Kebutuhan kayu bakar yang
dibutuhkan? 6. Asal kayu bakar yang sering digunakan? 7. Ada tidaknya peraturan larangan
tebang? dan bagaimana? 8. Ada tidaknya hutan larangan dan
berapa (ha)?
- Tidak ada
- Tidak ada - Tidak ada - ±1500 jiwa
- ±65%
- Lahan milik masyarakat dan
dari hutan - Ada - Ada
Yang Berkaitan dengan
Upaya Memperkuat Jaringan Peduli Lingkungan
Keterangan
1. Kelompok-kelompok masyarakat apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan?
2. Kelompok-kelompok masyarakat apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan air?
3. Kelompok-kelompok masyarakat apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan sampah?
4. Kelompok-kelompok masyarakat apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan lahan pertanian?
5. Kelompok-kelompok sosial budaya dan masyarakat yang ada?
6. Dimana dan kapan kelompok-kelompok tersebut melakukan pertemuan?
7. Kelompok persemaian? 8. Tokoh-tokoh masyarakat dan agama?
- Belum ada
- Belum ada
- Belum ada
- Belum ada - Kelompok pengajian
- Di majlis ta’lim dan mesjid
- Belum ada - Ada
Yang Berkaitan dengan Penyakit yang Muncul
Keterangan
1. Jenis penyakit? 2. Jumlah tenaga kesehatan (dokter,
bidan dan kader kesehatan)? 3. Jumlah Puskesmas, Posyandu, Pustu,
Klinik, dukun beranak? 4. Akibat penyakit? 5. Jumlah yang terkena penyakit?
- Diare, gatal-gatal - 16 orang
- 1 unit
- Dari genangan air kotor - Tidak tetap
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
19
Yang Berkaitan dengan Lahan Kritis/Gundul
Keterangan
1. Berapa luas lahan di wilayah pengamatan?
2. Pohon apa saja yang tumbuh? 3. Berapa % tutupan lahannya? 4. Siapa yang memiliki lahan-lahan
tersebut? 5. Berapa % kemiringan lahan kritis yang
ada? 6. Bagaimana jenis tanahnya? 7. Jenis tanaman apa saja yang cocok
menurut masyarakat setempat?
- ±5 ha - Salam, janitri, puspa, manglid - ± 5-10% - Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango - ±30-50 derajat
- Subur - Tanaman kayu, buah dan
sayuran
Yang Berkaitan dengan Sampah Dan Limbah
Keterangan
1. Jumlah penduduk? 2. Jumlah penduduk yang membuang
sampah ke sungai? 3. Volume sampah yang diketemukan? 4. Jumlah penduduk yang mengelola
sampah? 5. Jenis-jenis pengolahan sampah yang
ada? 6. Jumlah dan jenis pabrik yang ada? 7. Jumlah dan jenis pabrik yang
membuang limbah ke sungai? 8. Apa saja limbah pertanian yang terlarut
ke sungai? 9. Bagaimana keinginan masyarakat
tentang pengelolaan sampah?
- ±200 jiwa - 1 %
- 10 % - Tidak ada
- Tidak ada
- Tidak ada - Tidak ada
- Tidak ada
- Belum ada kepedulian yang
terarah
Yang Berkaitan dengan Kebutuhan Masyarakat Akan Air Bersih
Keterangan
1. Jumlah penduduk? 2. Jumlah penduduk yang menggunakan
air bersih? 3. Jumlah sumur bor? dan siapa saja yang
memilikinya? 4. Jumlah sumur gali? 5. Jumlah mata air? dan debitnya? serta
kondisinya?
- ±200 jiwa - ±200 jiwa - 15. Pengelola sarana hiburan
dan vila
- ±100 buah - 3. ±50 liter/dt. Sangat bening
6. Pembuatan Peta Hasil Transek
Setelah melakukan transek kawasan, setiap kelompok diminta membuat peta hasil transek. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu: 1) Peserta mampu membuat peta kondisi
desa (dari mulai hutan, sungai, permukiman dan lahan pertanian) sesuai yang sudah ditelusuri selama perjalanan transek di sesi sebelumnya.
2) Semua peserta mampu menyampaikannya kepada masyarakat lainnya dari permasalahan dan potensi yang sudah ditemukan.
3) Untuk analisa foto, peserta bisa mengambil tindakan solusi dan rencana kedepan untuk melakukan kegiatan, terkait dengan foto yang sudah mereka ambil.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
21
Peta hasil transek dibuat dengan ukuran lebar 100 cm dan panjang 200 cm dengan karton empat lembar yang disambung menjadi satu. Peta wilayah tersebut dibuat berdasarkan hasil penelusuran lokasi di Desa Pancawati, dan pada titik- titik objek tertentu difoto setiap permasalahan dan potensi untuk bahan kajian selanjutnya. Berikut ini gambar peta hasil transek hasil karya peserta sekolah lapang.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
23
7. Analisa Foto (Masalah & Potensi) Selama kegiatan penelusuran lingkungan, peserta memotret suatu tempat, aktivitas atau kejadian yang menurut mereka dapat menggambarkan kondisi desanya. Sebelumnya mereka dibekali dengan pemahaman apa itu foto dan manfaatnya sebagai sarana diskusi termasuk keterampilan mengoperasionalkan kamera dan menentukan sudut pandang. Setelah memilih foto-foto yang dianggap mewakili realitas desa, para peserta kemudian memaparkan cerita dari hasil pemotretan tersebut. Selanjutnya foto-foto akan dianalisa untuk makin memperdalam pemahaman peserta SLA tentang lokasi desanya. Hasil analisa foto ini akan digunakan untuk melengkapi peta desa.
Gabungan informasi yang dituangkan dalam peta, data transek dan foto menjadi sarana diskusi pengambilan keputusan serta bahan dasar untuk menyusun profil desa dan rencana aksi desa.
Dari hasil transek kemudian disiapkan beberapa foto yang merupakan potensi dan masalah sebagai berikut :
Terkait dengan Kehidupan Rumah Tangga Dalam kehidupan rumah tangga ada beberapa masalah yang terlihat seperti, kandang kambing yang hampir menyatu dengan rumah, saluran-saluran air yang dipenuhi sampah, kebersihan yang belum terjaga dan lain sebagainya. Penyebab dari permasalahan tersebut adalah karena kesadaran masayarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan yang kurang, akibat dari pemahaman dan pengetahuan akan pentingnya menjaga kebersihan yang lemah. Sehingga akibatnya masyarakat mudah sekali terserang penyakit seperti, penyakit kulit, DBD, diare dan lain sebagainya.
Terkait dengan Pekerjaan/Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat Kp. Cipare Desa Pancawati sangat beragam, mulai dari buruh tani sayuran, petani sayuran, pedagang, pengrajin, karyawan swasta, PNS dan lain sebagainya namun yang menjadi mayoritas adalah buruh tani sayuran, petani dan pengrajin. Penyebabnya dikarenakan luasnya lahan pertanian (lahan HGU dan lahan TNGGP) yang ada diwilayah Kp. Cipare. Namun demikian potensi yang luas itu tidak dapat dinikmati secara terus menerus oleh warga masyarakat Kp. Cipare dikarenakan sebagian besar lahan HGU adalah milik para pengusaha dari luar, seperti Jakarta, Bogor dan lain sebagainya serta dilahan TNGGP tidak bisa di manfaatkan untuk lahan pertanian karena merupakan kawasan konservasi, sementara petani tidak mempunyai lahan/tanah lain selain yang ditempati sebagai rumah, akibatnya jika para petani tidak mempunyai keahlian dibidang usaha yang lain, maka mata pencaharian para petani dan buruh tani akan terancam.
Terkait dengan Kondisi Lingkungan Terkait dengan kondisi lingkungan, seperti sungai dan hutan masih terjaga dengan baik, air sungai yang masih jernih dan hutan yang terjaga menjadikan banyak flora dan fauna yang hidup didalamnya diantaranya seperti Elang Jawa yang termasuk kedalam kategori satwa yang hampir punah. Namun masih terdapat masalah di lingkungan permukiman seperti sanitasi yang kurang terjaga, banyak sampah yang menyumbat saluran irigasi, dan kandang hewan ternak dan unggas yang hampir menyatu dengan rumah menjadikan masyarakat rentan terkena berbagai penyakit seperti penyakit kulit, DBD, diare dan lain sebagainya. 7. Kecenderungan (Trend) 8. Analisa Kecenderungan (Trend) Tujuan kegiatan ini agar peserta memahami kecenderungan perubahan lingkungan dan perilaku terkait dengan sumberdaya air dan kehidupan masyarakat.
Kajian kecenderungan kondisi desa saat ini dinilai berdasarkan rangkaian sejarah kejadiannya untuk mengetahui kecenderungan yang terjadi. Perubahan modal perikehidupan seperti kondisi alam, perilaku masyarakat, sifat-sifat sosial dan fasilitas yang ada seringkali mempunyai latar belakang yang khusus.
Dalam perubahan kondisi, ada yang cenderung bersifat positif, tapi juga tidak jarang bersifat negatif. Oleh karena itu selain menilai sifat kecenderungan sebuah perubahan, dalam proses diskusi/tanya jawab ini, peserta juga merumuskan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan.
Hasil diskusi/tanya jawab ini akan digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan aktivitas yang dirancang. Tingkat elastisitas masyarakat dalam merespon sebuah kegiatan akan sangat besar pengaruhnya terhadap potensi mereka menjalankan kegiatan tertentu. Rumusan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan juga dapat digunakan sebagai bahan
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
25
pertimbangan sekaligus modal untuk menentukan program yang cocok dikembangkan masyarakat.
9. Analisa Kalender Musim Kalender musim adalah alat kajian untuk mengetahui kejadian/kegiatan dalam kehidupan masyarakat berkaitan dengan perubahan waktu. Berdasarkan
analisa kalender musim kejadian dan aktivitas masyarakat dipetakan menurut waktu terjadinya dalam bentuk kalender. Peristiwa-peristiwa alam, penyakit, musim bercocok tanam, maupun musim-musim lainnya yang biasa terjadi di desa, dianalisis untuk memahami pola kejadiannya.
Disamping itu analisa kalender juga untuk mengetahui saling keterkaitan antara waktu kejadian dan jadwal aktivitas yang sering terjadi. Dengan menarik beberapa parameter, juga dapat diketahui hubungan sebab akibat antar suatu kejadian dengan aktivitas tertentu. Informasi dari kalender musim ini nantinya juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan waktu pelaksanaan aksi-aksi di lapangan.
10. Analisa Hubungan Antar Lembaga (Diagram Venn) Proses analisa posisi masyarakat dalam berhubungan dengan lembaga yang ada dilakukan untuk membahas dimana letak masyarakat dan seberapa besar pengaruh setiap lembaga yang ada terhadap perikehidupan masyarakat. Di dalamnya juga dibahas seberapa sering masyarakat berhubungan dengan setiap lembaga.
Tujuan dari kegiatan ini antara lain: 1) Peserta dapat mengetahui, memahami hubungan masyarakat desa
dengan lembaga-lembaga yang ada disekelilingnya. 2) Peserta dapat melakukan dan memfasilitasi masyarakat dalam menyusun
diagram venn.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
27
Hasil proses kajian ulang posisi lembaga di masyarakat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana masyarakat, khususnya dalam hal keterlibatan dan dukungan lembaga yang akan dipilih untuk diajak berkolaborasi dalam pelaksanaan aktivitas masyarakat.
11. Analisa 5 Modal Kehidupan Tujuan kegiatan ini antara lain:
Peserta memahami aset atau modal perikehidupan termasuk klasifikasi dan mampu merumuskan informasi yang telah didapatkan.
Peserta memberi penilaian kondisi desanya dan mengelompokan sesuai lima modal perikehidupan.
Aset atau modal perikehidupan merupakan dasar pijakan masyarakat untuk melakukan aktivitas. Modal perikehidupan dikelompokkan menjadi lima.
1) Modal sumber daya manusia: Kepadatan komposisi penduduk, keahlian, profesi, keterampilan masarakat, dan visi individu.
2) Modal sumber daya alam: Sumber daya air, hutan, pertanian, pantai, laut, dan kalender aktivitas masarakat.
3) Modal fisik: Infrastruktur umum, instalasi air bersih, drainase, sanitasi, sarana pengelolahan sampah, dan infrastruktur khusus.
4) Modal sosial: Kelembagaan masyarakat, hubungan sosial masyarakat, kelembagaan formal, dan divisi masyarakat. Modal berupa peraturan tingkat desa juga perlu dimasukan sebagai bagian dari modal sosial, beberapa kegiatan selanjutnya terkadang tak lepas dari isu bagaimana membuat peraturan desa dan mengindentifikasi kearifan lokal.
5) Modal finansial: Mata pencaharian, hubungan dengan investor, pembagian pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran masyarakat dan pengaturan keuangan rumah tangga.
12. Jembatan Bambu/Rencana Tindak Lanjut (RTL) Analisa ini digunakan dalam penyusunan rencana aksi desa. Proses analisa perencanaan ini dilakukan dengan menggunakan metode “Jembatan Bambu”. Untuk penggambaran kondisi saat ini akan menggunakan hasil analisa lima modal yang telah dilakukan sebelumnya sebagai rangkuman hasil kajian. Kemudian hasil analisis ini akan dibandingkan dengan kondisi idaman yang diinginkan warga masyarakat terhadap kondisi kawasannya. Perbedaan kondisi inilah yang akan menjadi bagian utama pada hal-hal yang akan diperbaiki dan diwujudkan dalam rangka mewujudkan kondisi ideal yang diinginkan. Setelah mengidentifikasi hal-hal yang akan dilakukan, peserta kemudian melakukan pemilahan prioritas kegiatan serta tahapan kegiatannya digambarkan sebagai ruas-ruas bambu pada jembatan bambu. Dengan demikian, hal-hal yang akan dilakukan masyarakat telah disesuaikan dengan hasil kajian yang dilakukan masyarakat melalui analisa lima modal.
Tujuan dari kegiatan ini diantaranya: 1) Untuk menggambarkan kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. 2) Untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
mencapai kondisi yang diinginkan. 3) Menentukan skala proritas kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
mencapai kondisi yang diinginkan.
13. Rencana Aksi Masyarakat Jenis perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan potensi yang bisa dikembangkan dari analisa data di lapangan yang dikaji dengan pembahasan hasil diskusi pada sesi-sesi sebelumnya adalah sebagai berikut:
No Jenis Kegiatan Tahapan Pelaksanaan Waktu 1 Pemeliharaan
tanaman adopsi 1. Penyiangan 2. Pemasangan mulsa
plastik 3. Pemagaran 4. Pelabelan
2 minggu (pada bulan Desember)
2 Pengembangan usaha tani dan studi tanaman obat
Studi dan percobaan Selama bulan Desember
3 Penanaman pohon dilahan gundul
1. Pengadaan bibit 2. Penanaman 3. Pemeliharaan
Tahun Anggaran 2014
BACK TO CONTENT
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
29
ujuan besar studi ini adalah meningkatkan kesadaran tentang biopori dan peran pepohonan dalam meresapkan air ke dalam tanah. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Memahami fungsi biopori dalam meningkatkan resapan air ke dalam tanah.
2. Memahami jumlah resapan air yang bisa diresapkan pohon ke dalam tanah.
3. Memahami jumlah air yang bisa di pegang dan diresapkan ke dalam tanah oleh pohon.
Pelatihan studi konservasi air ini dibagi kedalam tiga studi (studi biopori, studi penyemprotan pohon dan studi perendaman daun kering).
STUDI BIOPORI Tujuan Studi: 1. Memahami cara pembuatan biopri yang baik dan benar. 2. Bisa menghitung jumlah air yang bisa diresapkan ke dalam tanah oleh satu
buah biopori. 3. Bisa memperkirakan jumlah biopori yang harus dibuat untuk keperluan
satu lokasi tertentu.
Alat dan Bahan: 1. Alat bor biopori, minimal satu buah alat bor biopori per kelompok kecil. 2. Pipa berukuran 1,5 inc atau sesuai dengan diameter lubang biopori (1 buah
per kelompok kecil), panjangnya 20 cm dan botol Aqua 1,5 liter. 3. Tutup dop yang berlubang ( 1 buah per kelompok kecil). 4. Sekam atau daun-daun kering (5-6 kg per kelompok kecil). 5. Dua buah ember berukuran di atas 10 liter atau jerigen atau botol galon
Aqua. Fungsinya untuk mengambil air untuk diisikan ke dalam lubang biopori.
6. Gayung air untuk memasukan air dari ember ke dalam lubang biopori. 7. Alat ukur literan, untuk hitung jumlah liter air yang masuk ke dalam lubang
biopori.
T
STUDI KONSERVASI AIR
Proses Memandu: 1. Bagi peserta yang hadir menjadi
beberapa kelompok kecil, dengan jumlah anggota 4-6 orang per kelompok kecil.
2. Bagikan peralatan kepada setiap kelompok kecil: alat bor, pipa paralon, dop berlubang,
penutup pipa paralon, ember, gayung, sekam, alat ukur literan. 3. Minta setiap kelompok untuk
membuat lubang biopori minimal 1-3 buah lubang biopori. 4. Minta setiap kelompok kecil
memasukan sekam ke dalam lubang biopori.
5. Pelan-pelan masukan air ke dalam satu lubang biopori, sampai titik jenuh dimana air tidak bisa meresap lagi ke dalam tanah.
6. Tutup dengan paralon dan dop, sehingga terlihat rapih. Atur ketinggian tutup dop tersebut, sehingga pada kondisi hujan, air limpahan atau run off bisa masuk ke dalam lubang biopori.
7. Minta setiap kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan kunci.
8. Minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok kecil.
Pertanyaan Kunci: 1. Berapa Jumlah air yang masuk kedalam lubang biopori? (A)
Jawaban :
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
31
2. Jika dalam 1 tahun ada 100 hari hujan. Berapa liter air yang masuk ke dalam lubang biopori ? (B) Jawaban :
3. Jika di dalam 1 lokasi ada 10.000 lubang biopori, berapa liter air yang meresap kedalam tanah melalui lubang biopori tersebut ? (C) Jawaban :
4. Jika dalam 1 tahun ada 30.000.000 detik, berapa liter/detik air yang masuk kedalam tanah? (D)
Jawaban :
5. Jika 1 liter/detik air yang masuk ke dalam tanah cukup untuk kebutuhan 250 KK. Jadi dengan 2 l/detik. Berapa KK yang bisa dipenuhi ? (E)
Jawaban :
6. Mengapa kita harus banyak memasukan air ke dalam tanah? Jawaban : ........................................................
7. Apa resikonya jika tabungan air tanah kita berkurang? Jawaban : .........................................................
8. Apa ciri-ciri lubang biopori yang baik? Jawaban : .........................................................
9. Kenapa diberi nama biopori ? Jawaban : ..........................................................
STUDI PENYEMPROTAN POHON Tujuan Studi: 1. Memahami fungsi pohon. 2. Bisa menghitung jumlah air yang bisa diresapkan ke dalam tanah oleh satu
buah pohon. 3. Bisa memperkirakan jumlah pohon yang harus ditanam untuk keperluan
satu lokasi tertentu.
Alat dan Bahan: 1. Satu buah pohon dengan ketinggian 1 sampai 1,5 meter. 2. Alat semprot (sprayer berukuran di atas 10 liter). 3. Plastik untuk menampung air yang jatuh dari kanopi pohon. 4. Lakban untuk mengikat plastik di bawah pohon. 5. Alat ukur volume air (literan berskala satu liter atau mililiter) 6. Ember untuk menyimpan air. 7. Kertas plano 8. Lakban. 9. Triplek untuk alas kertas plano (memudahkan dalam proses menulis).
Proses Memandu: 1. Bagi peserta yang hadir menjadi beberapa kelompok kecil, dengan jumlah
anggota 4-6 orang per kelompok kecil. Bagikan peralatan kepada setiap kelompok kecil: alat semprot atau sprayer, plastik, ember, literan, kertas plano, lakban, dan spidol.
2. Lakukan penyemprotan pohon, sehingga seluruh daun dalam satu kanopi pohon basah kuyup.
3. Pastikan bahwa semua air yang jatuh dari dedaunan, tertampung oleh plastik.
4. Ukur berapa jumlah air yang disemprotkan oleh sprayer. 5. Ukur juga berapa air yang ditampung oleh plastic. 6. Minta setiap kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan kunci. 7. Minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kecil.
Pertanyaan Kunci: 1. Berapa air yang ditahan oleh 1 pohon ? (A)
Jawaban:
2. Jika dalam 1 tahun ada 100 hari hujan berapa liter air pertahun yang bisa masuk kedalam tanah melalui 1 buah pohon ? (B) Jawaban:
3. Hitung berapa liter air hujan yang bisa ditahan oleh satu buah pohon besar yang kanopinya 100 x lebih besar dalam 1 tahun ? (C) Jawaban:
4. Jika disuatu lokasi ada 100.000 pohon besar berapa liter air pertahun yang bisa masuk kedalam tanah ? (D) Jawaban:
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
33
5. Jika dalam satu tahun = 30.000.000 detik berapa liter perdetik air yang masuk kedalam tanah ? (E)
Jawaban:
6. Jika 1 liter/detik air yang masuk kedalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air besih 250 KK. Berapa KK yang disuplay oleh 533,3 l/detik ? (F)
Jawaban:
7. Mengapa kita harus banyak memasukan air ke dalam tanah ? Jawaban : .................................................
8. Apa yang akan terjadi jika pepohonan itu tidak ada ? Jawaban :...................................................
9. Apa fungsi dan peran dari pohon ? Jawaban :...................................................
STUDI PERENDAMAN DAUN KERING Tujuan Studi: 1. Memahami fungsi daun-daun kering. 2. Bisa menghitung jumlah air yang bisa diresapkan ke dalam tanah oleh
daun-daun kering. 3. Bisa memperkirakan jumlah pohon yang harus di tanam untuk satu lokasi
tertentu.
Alat dan Bahan: 1. Daun-daun kering (5-10 kg per kelompok kecil). 2. Satu buah ember berisi air 10 liter. 3. Alat ukur volume air (literan berskala satu liter). 4. Kertas plano. 5. Lakban. 6. Triplek untuk alas kertas plano (memudahkan dalam proses menulis).
Proses Memandu: 1. Bagi peserta yang hadir menjadi beberapa kelompok kecil, dengan jumlah
anggota 4-6 orang per kelompok kecil. 2. Bagikan peralatan kepada setiap kelompok kecil. 3. Masukkan semua daun kering ke dalam ember berukuran 10 liter air. 4. Pastikan semua daun tersebut basah kuyup. 5. Angkat semua dedaunan dari ember tersebut. 6. Lihat dan ukur berapa liter air yang tersisa di dalam ember? 7. Hitung berapa air yang dipegang (menempel) pada dedaunan tersebut? 8. Minta setiap kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan kunci. 9. Minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kecil.
Pertanyaan Kunci: 1. Berapa jumlah air (liter) yang ditahan oleh daun kering 1 kg ? (A)
Jawaban:
2. Jika satu pohon besar menghasilkan 50 kg daun kering, berapa liter air yang bisa ditahan oleh daun kering tersebut ? (B) Jawaban:
3. Jika kita memerlukan air 1.000.000 liter air, berapa pohon yang harus kita tanam ? (C)
Jawaban:
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
35
4. Mengapa kita harus banyak memasukan air ke dalam tanah? Jawaban :...................................................
5. Apa yang akan terjadi jika pepohonan itu tidak ada? Jawaban :...................................................
6. Apa fungsi dan peran dari daun-daun kering tersebut? Jawaban :...................................................
BACK TO CONTENT
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
37
etelah proses penanaman, pohon adopsi memerlukan pemeliharaan karena selama proses pertumbuhan seringkali mengalami hal-hal yang kurang menguntungkan seperti gangguan hama, gulma, iklim yang
buruk, kekurangan air dan lain sebagainya.
Pemeliharaan pohon yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama (Danone-Aqua) saat ini lebih terfokus kepada soil management dan pest management. Pemeliharaan yang sudah dilakukan berupa pembuatan pagar pengaman tanaman (pest management) dan pemasangan mulsa plastik (soil management) dengan jumlah pohon yang sudah dilakukan pemeliharaan sebanyak 1200 pohon pada luasan lahan ±3 ha milik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Blok Pasekon, Resort Pengelolaan TN Cimande, yang sudah ditanam pada tahun 2012.
Tahapan pemeliharaan pohon yang sudah dilakukan oleh PT. Tirta Investama Ciherang adalah sebagai berikut.
PENYIAPAN BAMBU UNTUK BAHAN PAGAR POHON ADOPSI Proses/Langkah: 1. Penebangan dan Pemotongan Bambu
- Batang bambu yang ditebang berjumlah 1000 batang. - Bambu untuk tiang pagar diambil dari jenis bambu gombong yang kuat. - Bambu yang digunakan untuk palang lingkaran pagar dipilih dari jenis
bambu tali yang lentur. - Ukuran bambu untuk tiang pagar pengaman 130 cm. - Ukuran bambu untuk palang lingkaran 350 cm.
2. Pengangkutan Bambu ke Lokasi Tanaman Adopsi Untuk tahap pertama para petani secara bersama-sama mengangkut bambu yang sudah disusun dan diikat berjalan menaiki dan menuruni bukit sebagai satu-satunya akses jalan menuju ke kebun bambu milik masyarakat dengan jarak mencapai kurang lebih 1,5 km. Setelah bambu semuanya terkumpul kemudian diangkut menggunakan mobil pengangkut ke lokasi tanaman adopsi dengan jarak kurang lebih 3-6 km.
S
PEMELIHARAAN POHON ADOPSI
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
39
PENYIANGAN TANAMAN ADOPSI
Kondisi awal tanaman adopsi SEBELUM penyiangan
Penyiangan tanaman adopsi
Proses/Langkah: 1. Pemotongan batang gulma untuk mempermudah proses penyiangan. 2. Pembersihan akar gulma supaya tidak tumbuh lagi gulma yang sama
akibat akar dan rumpun gulma yang masih tersisa.
3. Penggemburan tanah dilakukan untuk memaksimalkan proses resapan air dan zat makanan.
4. Pengurugan batang pohon adopsi sebagai penopang batang tanaman untuk menjaga kestabilan pohon dan supaya air tidak menggenang/menggerus batang serta akar tanaman adopsi.
PEMASANGAN MULSA PLASTIK PADA SETIAP TANAMAN ADOPSI Jenis mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik hitam-perak (PHP) merek Bell, jenis mulsa tersebut dipilih berdasarkan kualitas dan daya tahannya yang jauh lebih lama.
Proses/Langkah: 1. Pemotongan Mulsa
Potong gulungan mulsa menjadi persegi empat ukuran 1 m x 1 m.
Lubangi bagian tengahnya 2-3 cm.
Kondisi tanaman adopsi SETELAH penyiangan
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
41
Gunting salah satu sisi dari pusat lubang (50 cm atau setengahnya).
Buat penjepit mulsa dari bambu yang dibentuk menyerupai huruf U, dengan besar menyerupai tusuk sate/lidi dan panjang rata-rata 20-25 cm.
2. Pemasangan Mulsa Plastik
Tempatkan lapisan yang berwarna perak dibagian atas dan lapisan yang berwarna hitam dibagian bawah dengan pertimbangan bahwa warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi sekitar tanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti thirps, aphids tungau, ulat, dan cendawan. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menjadi hangat sehingga perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).
Pasang mulsa pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutupi pagar pengaman tanaman dengan tepat.
Pada setiap ujung mulsa beri penjepit dari bambu supaya mulsa tidak berubah tempat akibat hembusan angin dan lain-lain.
Pemasangan mulsa plastik
Kondisi tanaman adopsi SETELAH dipasangi mulsa
Mengenakan sarung tangan untuk keselamatan kerja
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
43
PEMASANGAN PAGAR PENGAMAN PADA SETIAP TANAMAN ADOPSI Pada dasarnya kegiatan pemasangan pagar pengaman dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari hama pengganggu baik hewan ataupun manusia, hal ini dilakukan karena di daerah Pancawati terutama dilahan adopsi masih terdapat banyak babi hutan dan hewan hutan lainnya sehingga kalau tidak dilakukan pemagaran maka di khawatirkan pohon adopsi dapat rusak atau terhambat perkembangannya akibat dirusak oleh babi hutan.
Proses/Langkah: Proses pemagaran dimulai dengan membuat cetakan dari bambu yang digunakan sebagai pedoman ukuran diameter lingkaran pagar pengaman tanaman adopsi. Selanjutnya dengan pedoman lingkaran tersebut satu persatu bambu di tancapkan kedalam mulsa. Ukuran bambu untuk pagar tanaman adalah 130 cm dengan estimasi 30 cm di tancapkan kedalam tanah sehingga tinggi yang sebenarnya adalah 100 cm. Ukuran bambu untuk palang lingkaran adalah 350 cm, dengan pertimbangan bahwa diameter lingkaran cukup untuk 1 m2.
Pemasangan cetakan
Penancapan bambu inti/tiang
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
45
Finishing pemagaran
Penganyaman tali pagar
Jumlah tanaman yang telah terpagar sebanyak 1200 pohon dengan jenis tanaman:
1. Janitri (Elaeocarpus ganitrus Roxb) 2. Salam (Syzygium polyanthum) 3. Manglid (Magnolia blumei)
BACK TO CONTENT
Hasil akhir pemagaran
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
47
esa pancawati merupakan salah satu desa penghasil sayur-sayuran untuk wilayah Kabupaten dan Kotamadya Bogor, Jakarta dan sekitarnya. Di Desa Pancawati, terdapat ratusan hektar lahan Hak Guna
Usaha (HGU) yang digunakan untuk budidaya sayuran semusim, disamping itu para anggota kelompok tani, merupakan para petani sayuran yang sudah
bertani sayur sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu sejak mereka muda.
Selama ini para petani Kampung Cipare Desa Pancawati menggantungkan hidupnya dari usaha budidaya sayuran maupun buruh di kebun sayuran. Unit usaha budidaya sayuran semusim yang akan dilaksanakan oleh Kelompok Tani Maju Kampung Cipare Desa Pancawati, adalah budidaya tanaman buncis dan budidaya tanaman mentimun.
Setelah ditentukan jenis tanaman sayuran yang akan dibudidayakan, kemudian para petani mencari lahan yang strategis untuk disewa oleh kelompok yang akan ditanami tanaman buncis dan tanaman mentimun. Hingga akhirnya, fasilitator dan para petani bersepakat menentukan pilihan pada lahan Bapak Maman dan Bapak Ujang, yang lokasinya persis di depan lahan adopsi pohon dengan luas total 6000 m2 yang akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama seluas 3000 m2 akan ditanami oleh tanaman buncis dan bagian kedua seluas 3000 m2 akan ditanami tanaman mentimun.
Selain usahatani sayuran, jenis usahatani lain yang akan dikembangkan yaitu pembesaran domba dan budidaya lele karena merupakan salah satu potensi yang ada di wilayah tersebut sebagai penunjang ekonomi petani.
D
Diskusi usahatani
SEKOLAH LAPANG USAHATANI
Sekolah lapang usahatani tanaman semusim di lahan HGU
Sekolah lapang usahatani tanaman semusim (mentimun dan buncis)
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
49
Proses sekolah lapang usaha tani tanaman semusim (mentimun dan buncis) dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. PERSIAPAN LAHAN (PENYIANGAN AWAL) Lahan sewaan yang akan digarap kondisinya penuh dengan rerumputan dan semak-belukar, hal ini dikarenakan tanah tersebut sudah lama tidak di garap/dipelihara sehingga sangat diperlukan penyiangan awal berupa pembersihan rumput dan semak belukar. Setelah lahan garapan bersih dari rumput dan semak belukar langkah selanjutnya, lahan dibuat petakan-petakan kecil memanjang untuk memudahkan dalam proses perawatan tanaman yang akan di tanam.
a. Pembersihan semak belukar
Pembersihan lahan dari semak belukar dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembersihan rerumputan dan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman mentimun dan buncis agar cukup penyinaran sinar matahari.
b. Pembersihan dan pembenaman rumput yang sudah dibersihkan
Pembenaman rumput kedalam tanah dimaksudkan untuk menambah kandungan unsur hara dalam tanah sebagai penentu kesuburan tanah di
daerah tersebut. Pembenaman rumput adalah proses dimana rumput yang sudah dibersihkan beserta akar-akarnya kemudian dikumpulkan membentuk garitan dan dibenamkan / dikubur kedalam tanah.
TESTIMONI
MAMAN BIN AHMAD, Petani Penjaga Hutan Aqua sangat LUAR BIASA. Program Aqua ini sangat membantu kondisi perekonomian keluarga kami. Semoga kedepannya, Aqua bisa memberikan modal usaha yang lebih besar lagi agar kami bisa lebih maju. Saya mempunyai harapan besar, ingin menciptakan Kebun Wisata Petik Sayur dan Usaha Pembenihan Lele minimal 30 kolam agar unit usaha kelompok kami bisa dikenal oleh masyarakat luar, sehingga bukan hanya kami delapan orang petani penjaga hutan yang akan merasakan manfaatnya, tapi seluruh masyarakat Desa Pancawati. Semoga Aqua bisa mewujudkan cita-cita kami. Amiin. Sukses buat Aqua!
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
51
c. Pembuatan petakan-petakan/garitan-garitan lahan.
Pembuatan petakan-petakan / garitan-garitan lahan, dilakukan sebagai pembatas antar tanaman dan untuk memudahkan dalam perawatan tanaman, disamping itu pembuatan petakan-petakan lahan dimaksudkan supaya unsur hara yang tersedia tidak hanyut terbawa air hujan.
d. Pembuatan lubang tanam
Persiapan awal yang harus dilakukan sebelum menanam selain persiapan bibit yang baik adalah persiapan pembuatan lubang tanam yang kelihatannya merupakan hal yang sangat sepele, namun kesalahan kecil dalam pembuatan lubang tanam akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan tanaman selanjutnya. Pengaruh tersebut akan berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang dan sangat mungkin dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak sesuai dengan yang diharapkan (pertumbuhan lambat, mal nutrisi, waktu tunggu tanaman berproduksi menjadi lebih lama, tanaman rentan terhadap serangan hama penyakit dan sebagainya). Oleh karena itu lubang tanam harus dipersiapkan dengan baik, sebaik kita mempersiapkan bibit sebelum menanam. Proses pembuatan lubang tanam dimulai dengan membuat lubang dengan diameter 13-15 cm, dengan kedalaman 10 cm. Lubang tanam dibuat berjajar mengikuti garitan-garitan/bedengan-bedengan tanaman.
2. PEMUPUKAN DASAR (KOTORAN AYAM)
Kotoran ayam dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk berbagai komoditas tanaman salah satunya adalah tanaman mentimun dan buncis karena dapat merangsang pertumbuhan tanaman serta menambah kesuburan tanah yang akan berdampak pada kesuburan tanaman itu sendiri. Untuk pertanaman dengan luas lahan 6.000 m2, memerlukan pupuk kotoran ayam kurang lebih 100 karung dengan berat per karung 40 kg.
Proses pemupukan pupuk dasar dengan kotoran ayam dimulai dengan membagi satu karung pupuk menjadi dua karung pupuk, tujuannya agar pupuk mudah di bawa melewati bedengan bedengan pertanaman, selanjutnya memasukan pupuk dasar kedalam lubang tanam yang telah disediakan dengan jumlah konsentrasi pupuk yang dimasukan kurang lebih 300 gram per 1 lubang tanam. Selanjutnya pertanaman yang sudah di beri pupuk dasar dengan kotoran ayam dibiarkan kurang lebih 15 hari. Tujuannya agar pupuk kotoran ayam lapuk dan menyatu dengan tanah sehingga tidak ada lagi proses pembusukan dan penguraian yang mengakibatkan panas bagi bibit tanaman buncis dan mentimun. 3. PENANAMAN
Varietas yang ditanam untuk bibit buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah varietas unggul “Perkasa” alasannya karena para petani di Desa Pancawati sudah terbiasa menanam varietas ini, selain itu varietas unggul Perkasa mempunyai jumlah polong yang lebih banyak jika dibandingkan dengan varietas unggul yang lain.
Sedangkan untuk varietas mentimun (Cucumis Sativus) para petani memilih varietas “Wulan F1”, alasannya adalah benih mentimun unggul varietas Wulan F1, cocok untuk ditanam di daerah penghasil sayuran baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Benih mentimun
TESTIMONI
NARTI , ISTRI KUDING (Petani Penjaga Hutan) Alhamdulillah dengan adanya bantuan modal dari Aqua, kami sekeluarga merasa bersyukur karena tidak semua orang bisa seberuntung kami. Cukup dengan memelihara pohon adopsi Aqua, kami bisa mendapatkan bantuan untuk unit usaha pertanian sayur dan ternak domba. Semoga ke depannya ada bantuan modal lagi agar kami bisa lebih maju dalam segala hal. Karena saya yakin, tujuan Aqua memberi modal sebenarnya bukan hanya agar kami mau memelihara pohon mereka, akan tetapi dalam rangka mendidik kami agar lebih mandiri dan berpikir lebih maju sehingga mampu memperbaiki perekonomian sendiri tanpa tergantung lahan taman nasional. Terima kasih Aqua. Insyaalloh kami selalu siap memelihara dan menjaga pohon adopsi sampai tumbuh besar selama kami diberi kesehatan dan tenaga oleh Alloh SWT.
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
53
Wulan F1 ini menghasilkan mutu panen yang memuaskan. Varietas mentimun Wulan F1 memiliki umur panen antara 39 HST sampai 46 HST. Varietas mentimun ini sangat kuat dan tahan penyakit, mudah dalam hal perawatan tanaman dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai macam jenis tanah, sehingga cocok ditanam pada dataran tinggi, maupun dataran rendah sampai menengah. Selain itu varietas ini tahan terhadap penyakit yang sering menyerang tanaman mentimun seperti: kresek (downy mildew) ZYMV, gummy steam blight dan hama penggangu sejenis tanaman mentimun.
Bibit mentimun dan buncis ditanam dengan pertama-tama membuat lubang tanam kecil dengan menggunakan alat untuk membuat lubang tanam (aseuk) kemudian bibit mentimun dan buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit dibandingkan antar barisan. Dengan pola ini akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan, pemupukan, pengurugan, dan panen. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, jarak tanam ini baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Penentuan jarak tanam ini benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari.
Proses selanjutnya setelah pembuatan lubang tanam adalah penanaman benih. Penanaman benih mentimun dan buncis adalah proses memasukan biji mentimun dan buncis kedalam lubang tanam yang telah di sediakan dan sudah diberi pupuk dasar berupa kotoran ayam dan pestisida granule sebelumnya dengan konsentrasi bibit 1-2 butir per lubang tanam. Pemberian pestisida granule yaitu Furadan 3 GR. Pestisida ini berbentuk butiran padat dengan ukuran seragam, sehingga mudah ditebarkan.
4. PEMUPUKAN KE-1 Pupuk yang dipakai oleh petani peserta kegiatan sekolah lapang unit usaha tani sayuran adalah pupuk Urea sebagai pelengkap unsur nitrogen (N), dan NPK Phonska sebagai pelengkap pupuk nitrogen (N), pospor (P), dan kalium
(K). Untuk pertanaman dengan luas lahan 6.000 m2, dalam pemupukan ke-1 diperlukan pupuk Urea 100 kg dan Phonska 50 kg.
Proses pemupukan tanaman buncis dan mentimun dimulai dengan
memisahkan pupuk dari karung ke dalam ember untuk diaduk antara pupuk Urea dengan pupuk NPK Phonska, setelah proses pengadukan kemudian di taburkan dekat batang tanaman dengan konsentrasi ± 10 gram per tanaman.
5. PENYIANGAN DAN PENGURUGAN
Proses penyiangan tanaman buncis dan mentimun dilakukan dengan alat bantu berupa kored yang digunakan untuk membersihkan gulma disela-sela tanaman buncis dan mentimun, proses penyiangan dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman buncis dan
mentimun. Setelah dilakukan pembersihan gulma-gulma kecil yang berada disekitar tanaman utama, proses selanjutnya adalah pengurugan tanaman buncis dan mentimun dengan tanah hasil dari proses penyiangan.
6. PEMASANGAN AJIR/LANJARAN (TURUS) Untuk tanaman mentimun dan buncis yang merupakan tipe tanaman merambat maka perlu diberikan ajir/lanjaran/turus untuk
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
55
tempat merambat seawal mungkin supaya pertumbuhan lebih baik dan produktif. Dibutuhkan sekitar 15.000 batang ajir dengan ukuran panjang 3 m dan lebar 4 cm untuk pertanaman seluas 6.000 m2.
7. PEMBUATAN SAUNG KELOMPOK Disela-sela waktu menunggu tanaman tumbuh besar dan berbuah, kelompok tani membuat saung kelompok di belakang kebun sayuran yang dikerjakan secara swadaya dan gotong royong.
Hal ini dimaksudkan sebagai tempat untuk melepas lelah selepas mereka bertani atau merawat pohon adopsi, sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah antar anggota kelompok tani dan sebagai tempat untuk menerima kunjungan tamu yang ingin melihat aktivitas Kelompok Tani Maju atau tempat menerima kunjungan monitoring, baik dari PT.Tirta Investama maupun BBTNGGP.
Gotong royong menyiapkan bahan bangunan yang dibutuhkan
Proses pembuatan saung Kelompok Tani Maju
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
57
8. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Hal penting yang perlu diketahui dalam pengendalian hama dan penyakit adalah jenis, kapan keberadaannya di lokasi tersebut dan apa yang mengganggu keseimbangannya sehingga perkembangannya dapat diantisipasi sesuai dengan tahapan pertumbuhan tanaman.
Saung kelompok tani digunakan saat kunjungan studi banding dari Subang
Saung kelompok tani digunakan untuk bersantai selepas monitoring kegiatan
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
59
Adapun pengendalian hama penyakit yang dilakukan oleh petani dilahan garapan selama ini menggunakan pestisida kimia, alasannya karena hama yang ada dilingkungan lahan sudah sangat resisten. Oleh karena itu alternatif terakhir adalah pengendalian dengan pestisida, herbisida dan fungisida kimia.
TESTIMONI
UJANG MAKSUDI, Petani Penjaga Hutan Program Aqua sangat bagus dan tanpa cela. Yang saya pahami, Aqua ingin membantu masyarakat Pancawati ke arah ekonomi yang lebih baik. Walaupun untuk sementara masih terbatas kepada delapan orang petani. Tapi kedepannya Aqua ingin semua masyarakat Pancawati sejahtera. Seandainya Aqua hanya memikirkan pohon adopsi, tidak mungkin mereka mau mengeluarkan dana begitu besar. Mungkin kalau dihitung-hitung dari mulai SLA, pemagaran sampai pengembangan unit usaha, yang sudah berjalan hampir enam bulan ini, Aqua sudah menghabiskan ratusan juta. Hal itu membuktikan bahwa Aqua peduli dengan masyarakat. Itu yang harus dipahami oleh masyarakat Pancawati khususnya anggota kelompok tani. Maka sebagai timbal baliknya kelompok tani harus selalu siap memelihara pohon yang sudah ditanam Aqua.
Harapan saya kedepan, kelompok tani bisa lebih solid dan lebih bisa berpikir kedepan serta memikirkan bagaimana caranya agar pohon kayu tetap terpelihara dengan baik. Karena baik buruknya nasib kami kedepan tergantung kelompok tani sendiri. Jika pohon terawat, mungkin Aqua bisa membantu sampai kelompok tani benar-benar mandiri tanpa harus ketergantungan lahan Taman Nasional. Mudah-mudahan.
PEMUPUKAN KE-2 Pemupukan ke-2 dimaksudkan untuk menambah unsur hara dalam tanah yang sudah tersedia hasil dari pemupukan dasar dan pemupukan pertama pada sebelum dan awal pertanaman. Pemupukan kedua sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara pada fase generatif dan untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman mentimun dan buncis, selain itu pemupukan kedua diperlukan untuk pembentukan buah agar buah mentimun dan buncis tumbuh dengan baik dan maksimal baik dalam ukuran maupun kualitasnya. Pupuk yang dipakai oleh petani dalam pemupukan kedua ini adalah pupuk Urea sebagai pelengkap unsur nitrogen (N), dan NPK Phonska sebagai pelengkap pupuk nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K) untuk pertanaman dengan luas lahan 6.000 m2, dalam pemupukan ke-2 memerlukan pupuk Urea 100 kg dan Phonska 44 kg. Pupuk ditabur disekitar batang tanaman buncis dan mentimun dengan konsentrasi kurang lebih 15 gr per tanaman.
9. PENYIANGAN DAN PENGURUGAN LANJUTAN Penyiangan tanaman buncis dan mentimun dilakukan dengan alat bantu berupa cangkul yang digunakan untuk membersihkan gulma pada garitan-garitan / bedengan tanaman dan disela-sela tanaman buncis dan mentimun, Setelah dilakukan pembersihan gulma-gulma yang berada disekitar
tanaman utama, proses selanjutnya adalah proses pengurugan tanaman mentimun dan buncis dengan tanah yang diambil dari saluran air pembatas antar garitan/bedengan tanaman. Pengangkatan tanah dalam garitan juga dimaksudkan untuk memperdalam salurai air agar air tidak menggenang naik kedalam bedengan dan menggenangi batang dan buah buncis maupun mentimun sehingga buah tanaman terhindar dari kebusukan akibat tergenang air hujan.
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN 1. Panen Mentimun
Mentimun sudah mulai dapat dipanen jika buah mentimun berumur 32-35
HST. Buah mentimun lokal untuk sayuran, asinan atau acar dipanen 42 hari setelah penanaman. Buah dipanen dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Mentimun sayur dipanen 5-10 hari sekali tergantung dari
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
61
varietas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki. Dalam melakukan pemanenan juga memperhatikan ukuran mentimun yang sesuai dengan permintaan pasar. Perkembangan buah mentimum termasuk cepat. Pada umumnya, kegiatan panen dilakukan selang satu hari sampai akhir masa panen.
Penanganan pasca panen diperlukan agar mentimun yang telah dipanen terlindungi dari kerusakan fisik dan kebusukan sehingga mentimun sampai ke konsumen tetap baik. Agar kualitas hasil panen dari budidaya mentimun ini tetap terjaga, perlu dilakukan penanganan pascapanen dengan baik.
Penanganan pasca panen mentimun diantaranya:
1) Sortasi Yaitu memisahkan buah yang kurang baik bentuknya, bengkok, busuk atau rusak dari buah yang baik.
2) Pencucian Mentimun yang telah disortasi segera dicuci dalam air mengalir atau air yang disemprotkan hingga bersih. Selesai pencucian langsung ditiriskan di tempat yang kering untuk menghilangkan air yang menempel.
3) Pengemasan Pengemasan bertujuan untuk memudahkan dalam pengangkutan. Untuk memenuhi permintaan pasar, mentimun biasanya dikemas menggunakan karung plastik. Posisi buah diatur sedemikian rupa, baik secara berdiri maupun ditidurkan bersusun agar buah tidak patah pada saat pengangkutan ke pasar.
4) Pengangkutan Mentimun yang telah dikemas, disusun dalam kendaraan. Sebaiknya mentimun yang telah dipanen langsung diangkut agar diterima oleh konsumen dalam keadaan masih segar. Apabila mentimun di pasarkan untuk jarak jauh diusahakan mentimun terlindung dari sinar matahari dan hujan agar mentimun tetap segar dan tidak busuk.
2. Panen Buncis
Penanganan panen dan pasca panen tanaman buncis sebaiknya dilakukan secara cermat dan hati-hati agar diperoleh hasil yang baik. Perlakuan panen akan mempengaruhi hasil serta proses penanganan selanjutnya. Penanganan panen yang baik akan memberikan kualitas produksi yang baik pula. Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari.
Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bila sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong buncis dapat terserang penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun dan bagian tanaman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat maka penyakit tersebut berkembang sampai ke polong-polongnya. Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
63
tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakkannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80 hari, atau kira-kira sebanyak 7 kali panen.
Sortasi meliputi kegiatan-kegiatan membuang atau memisahkan hasil berdasarkan kualitas dan mengadakan klasifikasinya. Polong buncis yang cacat akibat serangan hama dan penyakit, polong yang tua maupun polong yang patah akibat panen yang kurang baik, semuanya kita pisahkan. Polong-polong yang demikian hanya akan mengurangi nilai pasar dan nilai beli dari komoditi tersebut. Agar memenuhi permintaan pasar, maka buncis dikemas dalam karung dengan hati-hati dan disusun rapi agar tidak patah.
Cara penyimpanan yang biasa dilakukan adalah sistem refrigarasi (pendinginan), dengan suhu 0-4,40C dan kelembaban 85-90%. Pada keadaan yang demikian, maka umur kesegaran buncis bisa mencapai 2-4 minggu. Ruangan penyimpanan diusahakan agar udara segar dapat beredar dan selalu berganti. Yang menjadi masalah adalah, masih ada
sebagian orang yang beranggapan bahwa dengan suhu dan kelembaban yang lebih rendah lagi akan menghasilkan umur kesegaran yang lebih lama pula. Padahal pendapat ini kurang benar pula. Penyimpanan pada suhu yang lebih rendah dengan suhu yang dianjurkan memberikan hasil yang sama, sedangkan kelembaban yang terlampau rendah, akan menyebabkan komoditi menjadi cepat layu.
BACK TO CONTENT
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
65
aman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu langkah sukses dalam menemukan praktek terbaik pengelolaan hutan dan kawasan hutan untuk masyarakat lokal. Yayasan Gamelina selain bekerja
di bidang pemberdayaan masyarakat dan penguatan lembaga pengelola hutan desa, juga meningkatkan nilai konservasi keanekaragaman hayati di Desa Pancawati.
Terkait dengan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dan korelasinya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, Yayasan Gamelina mengadakan studi banding pengembangan potensi tanaman obat Kumis Kucing untuk mengembangkan konsep pengelolaan hutan yang dapat melestarikan hutan TNGGP dan mengembangkan mata pencaharian yang berkelanjutan untuk masyarakat Desa Pancawati karena tanaman Kumis Kucing cukup memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Sifat tanaman Kumis kucing (Orthosiphon tamineus Benth) yang mudah tumbuh seperti tumbuhan liar membuat pemeliharaan dan budidayanya pun tidak terlampau sulit. Tanaman ini juga tidak memerlukan perawatan khusus, hama dan penyakit yang menyerang Kumis Kucing pun relatif sedikit sehingga cocok sekali jika dijadikan tanaman obat keluarga serta dibudidayakan. Namun pengusahaan kumis kucing sebagai tanaman obat belum terlalu memasyarakat. Masarakat Desa Pancawati, khususnya Kelompok Tani Maju, belum mengetahui spesifik tanaman obat yang memiliki nilai ekonomis tersebut. Walaupun tanaman tersebut sering ditemui masyarakat di kawasan hutan TNGGP. Mereka belum banyak mengetahui kegunaan dan nilai ekonomis Kumis Kucing tersebut sehingga tidak banyak yang menanamnya. Hingga saat ini petani di daerah Pancawati masih lebih senang menanam tanaman ekonomis, seperti sayur mayur di lahan produktif mereka. Maka dari itu kelompok tani diajak melakukan studi banding ke Kuntum Nurseries, dimana disana para petani bisa belajar banyak hal tentang budidaya tanaman obat terutama tanaman Kumis Kucing.
T
STUDI KEANEARAGAMAN HAYATI
Anggota kelompok tani belajar budidaya tanaman obat di Kuntum Nurseries
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
67
Dalam kunjungan ke Kuntum Nurseries, kelompok tani berkesempatan meninjau langsung pembibitan tanaman obat sambil mendengarkan penjelasan dari nara sumber (Bapak Ujang Edi) yang telah lama bergelut dalam hal tanaman obat yang bisa dijadikan mata pencaharian tersebut. Dari penjelasan nara sumber petani memperoleh informasi penting tentang pembibitan, budidaya tanaman obat Kumis Kucing dan pemanenan.
Dari studi banding yang dilakukan, peserta mendapat banyak pengalaman. Tentunya hal tersebut akan menambah wawasan mereka tentang peningkatan nilai konservasi hutan tanpa mengesampingkan upaya peningkatan kesejehteraaan masyarakat.
Setelah mendapatkan banyak ilmu dari studi banding ke Kuntum Nurseries, kelompok tani mulai melakukan studi penanaman Kumis Kucing. Lahan yang digunakan adalah bedengan sekitar lahan pertanian sayuran milik kelompok tani.
Adapun langkah-langkah penanaman Kumis Kucing yang dilakukan oleh Kelompok Tani Maju sebagai berikut: 1. Penyiapan bibit
Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan Kumis Kucing adalah perbanyakan vegetative/stek batang. Bahan tanaman diambil dari rumpun yang tumbuhnya normal, subur dan sehat serta tidak terlalu muda dan sudah berkayu. Batang dipotong dengan pisau tajam/gunting pangkas yang bersih menjadi potongan stek berukuran 15-20 cm berbuku 2-3. Sebagian daun dibuang untuk mengurangi penguapan air.
2. Penyemaian bibit
Bibit tanaman yang telah dipotong-potong lalu diikat sekitar 25 batang per ikat. Bagian pangkal tanaman dicelupkan ke dalam lumpur. pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan bertunas dan umur 2 minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan.
3. Penanaman Sebelum ditanami, tanah sekitar bedengan di lahan pertanian sayuran dipersiapkan sebelumnya dengan cara mencangkul sedalam 50 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 - 1 kg per lubang tanam. Bibit/stek ditanam tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari pangkal batang stek. Jarak tanam berkisar antara 40 X 40 cm hingga 60 X 60 cm. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek. Kemudian tanah di sekitar bibit dipadatkan. Lalu disiram sampai cukup basah.
Setelah studi penanaman kumis kucing ini berhasil tumbuh dengan baik, direncanakan kedepannya tanaman yang ada akan dijadikan tanaman induk untuk dikembangkan dalam skala penanaman yang lebih besar.
Batang Kumis Kucing ditanam di sekitar bedengan tanaman sayuran
Tanaman Kumis Kucing mulai tumbuh besar
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
69
ntuk mengembangkan kerjasama program konservasi antara PT. Tirta Investama Plant Ciherang dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ada beberapa tahapan yang dilakukan, diantaranya
menyusun nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: 1. Membangun kesepakatan dan kebersamaan dalam menjaga dan
melindungi kawasan agar tetap lestari dengan mengikutsertakan masyarakat sebagai bentuk partisipasi aktif dan tanggung jawab serta kewajiban bersama dalam memelihara keutuhan hutan.
2. Untuk rehabilitasi kawasan Taman Nasional dan pembinaan masyarakat desa sekitar kawasan di wilayah kerja Bidang PTN Wilayah III Bogor TNGGP.
Dalam hal ini bentuk kerjasama antara Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) dengan PT. TIRTA INVESTAMA PLANT CIHERANG (DANONE-AQUA) dalam rangka PROGRAM RESTORASI HUTAN DAN PEMBINAAN MASYARAKAT DESA SEKITAR KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam bentuk PIAGAM KERJASAMA pada tanggal 24 Maret 2014 yang dilaksanakan pada acara Workshop pendidikan lingkungan di kantor Balai Besar TNGGP.
Adapun dari pihak BBTNGGP yang menandatangani langsung yaitu Kepala Balai (Ir. Herry Subagiadi, M. Sc) sedangkan dari pihak PT. Tirta Investama Plant Ciherang yaitu Plant Manager (Vijaya Anggraini).
U
PENGEMBANGAN KERJASAMA KONSERVASI ANTARA PT.TIV DENGAN BBTNGGP
Ir. Herry Subagiadi, M. Sc (Kepala BBTNGGP)
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
71
Penandatanganan oleh
Kepala BBTNGGP
Penandatanganan oleh Plant
Manager PT. TIV Ciherang
Penandatanganan oleh
Kepala BBTNGGP
BACK TO CONTENT
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
73
enyamanan memang sesuatu yang sulit untuk ditinggalkan meski kadang menghambat perubahan. Persoalan juga sulit untuk dihindari meski pekerjaan sudah dilakukan dengan cerdas dan cermat. Akan
tetapi, sering perubahan terjadi ketika ada persoalan. Oleh karena itu, persoalan yang terjadi di sekolah lapangan adalah rawa-rawa yang membuat kita terperosok. Bagaimana kita bisa naik kembali dan tidak terperosok lagi dibutuhkan monitoring dan evaluasi.
Monev adalah proses melihat dan memikirkan kembali secara menyeluruh yang dilakukan secara terus menerus atau berkala oleh berbagai pihak untuk mengetahui perkembangan dari sebuah pekerjaan atau program. Kegiatan Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang melibatkan aparat setempat, baik pemerintah desa maupun pihak TNGGP, kelompok masyarakat dan LSM. Setelah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan, diharapkan ikut mendukung kegiatan-kegiatan model konservasi yang dilakukan oleh pihak Danone-Aqua. Pertemuan ini tidak hanya mengharapkan munculnya komitmen dukungan terhadap kegiatan model konservasi, melainkan juga adanya tukar informasi dan peluang kerjasama hulu-hilir. Tim ini juga akan memberikan masukan tentang materi yang sesuai dengan karakter sosial dan biofisik lokal.
Adapun tujuan dari monev sebagai berikut: 1. Untuk membangun pemahaman dan komitmen para pihak dalam rangka
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang.
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan.
3. Untuk mengetahui sebab keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan.
4. Untuk mengefektifkan dan mengefisiensi pelaksanaan kegiatan.
Monitoring dari Tim CSR PT. Tirta Investama (Danone-Aqua) Monitoring yang dilakukan oleh tim CSR Danone-Aqua terdiri dari Bapak Cacas Suwarna (SR-CSR Manager PT. Tirta Investama Plant Ciherang), dan Bapak Heri Yunarso (CSR Program PT. Tirta Investama Plant Ciherang) pada kesempatan ini tim CSR Aqua menanyakan bagaimana teknis dalam proses pemagaran langsung kepada para petani, sekaligus mengamati tata cara pemagaran dan melihat hasil dari pemagaran yang sudah selesai di kerjakan.
K
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring Tim CSR PT. Tirta Investama (Danone-Aqua)
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
75
Monitoring dari Tim TNGGP Monitoring yang dilakukan oleh Tim TNGGP terdiri dari Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kepala Bidang Wilayah 3 Bogor, Kepala Resort Cimande beserta jajarannya. Pada kesempatan ini berkenaan dengan acara Press Release Pelepasan Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) di Kawasan TNGGP, Kepala Balai Besar beserta jajarannya melihat dan menanyakan kepada para petani bagaimana proses pemagaran yang telah dilakukan, kemudian pada kesempatan ini pula beliau mengucapkan banyak terimakasih kepada para
Dari kanan ke kiri: Ir. Herry Subagiadi, M. Sc (Kepala BBTNGGP), Dadan M.Yusuf (Kares Cimande), Tangguh (Kares gunung Putri), Dangdang Mulyadi (Direktur Yayasan Gamelina), Ary (Kabid TNGGP Wilayah III Bogor), Pepen (PPHNF Resort Cimande, Ujang Maksudi (petani penjaga hutan).
CSR REPORT Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang
77
petani dan kepada PT. Tirta Investama yang telah membantu melestarikan hutan di kawasan TNGGP melalui program Adopsi Pohon dan Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang.
Hasil yang didapat dari tahapan ini adalah termonitoringnya seluruh kegiatan pemagaran pohon adopsi yang ada di Blok Pasekon, Resort Pengelolaan TN Cimande, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
BACK TO CONTENT
BIODATA PESERTA SLA (PETANI PENJAGA HUTAN) MODEL KONSERVASI PANCAWATI-CIHERANG
Nama : UJANG MASKSUDI Tempat, tanggal lahir : Bogor, 4 Agustus 1967
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : 085697047987
Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD
Keahlian/pengalaman : Petani sayuran
Pedagang Nama : MAMAN BIN AHMAD
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 1 Juli 1973
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : 085214301816
Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD
Keahlian/pengalaman : Petani lele
Petani cabe
Teknis High Roof (Outbond)
Nama : MASUM
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 12 Juli 1954
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : -
Pendidikan terakhir : Tidak pernah sekolah Keahlian/pengalaman : Petani sayuran
LAMPIRAN
Nama : KUDING Tempat, tanggal lahir : Bogor, 15 Maret 1973
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : -
Pendidikan terakhir : Tidak pernah sekolah
Keahlian/pengalaman : Ternak domba
Ahli bangunan
Buruh tani
Nama : ENDANG
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 9 Maret 1967
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : - Pendidikan terakhir : Tidak pernah sekolah
Keahlian/pengalaman : 1. Petani sayur 2. Petani Padi 3. Beternak domba
Nama : PITOH
tempat, tanggal lahir : Bogor, 20 April 1956
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : Tidak tamat SD Pendidikan terakhir : -
Keahlian/pengalaman : Buruh tani
Nama : WAHAB Tempat, tanggal lahir : Bogor, 28 November 1984
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : 085770254535
Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD
Keahlian/pengalaman : 1. Petani sayur 2. Petani sawit 3. Buruh bangunan
Nama : LANI BIN ADI
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 8 November 1989
Alamat : Kp. Cipare Rt. 001 Rw. 012 Desa Pancawati Kec. Caringin Kab. Bogor
No. HP : 085692863826
Pendidikan terakhir : Tidak pernah sekolah
Keahlian/pengalaman : Buruh bangunan Buruh tani
JADWAL KEGIATAN PELATIHAN SLA (Sustainable Livelihood Assessment)
HARI/ TANGGAL
WAKTU (JAM)
MATERI TEMPAT FASILITATOR
KAMIS 21 Nov 2013
08.30-09.00 Registrasi tamu undangan dan peserta pelatihan
Ruangan Panitia Pelaksana
09.00-10.30 Pembukaan dan sambutan (Tim Aqua, Kepala Bidang/Resort TNGGP, Kepala Desa)
Ruangan Panitia Pelaksana
10.30-11.00 Perkenalan/Pengakraban Ruangan Core Team
11.00-12.00 Kontrak Belajar/Kesepakatan Jadwal pelatihan
Ruangan Core Team
12.00-13.00 ISOMA (ISTIRAHAT, SHOLAT, MAKAN)
13.00-14.30 Pemahaman Siklus Peredaran Air (Hidrologi) dan Ekosistemnya
Ruangan Core Team
JUM’AT 22 Nov 2013
08.00-09.30 Pemetaan Ekosistem Daerah Aliran Air
Ruangan Core Team
09.30-11.00 Pemahaman Transek untuk persiapan penelusuran ke lapangan
Ruangan Core Team
SABTU 23 Nov 2013
08.00-14.00 Penelusuran Kawasan/Lingkungan (Transek Lapangan)
Lapangan Core Team
MINGGU 24 Nov 2013
08.00-10.00 Pembuatan peta hasil transek Ruangan Core Team
10.00-11.00 Analisa Foto (Potensi dan Masalah yang diambil pada saat Transek)
Ruangan Core Team
11.00-12.00 Analisa Kecendrungan (Trend) Ruangan Core Team
12.00-13.00 ISOMA (ISTIRAHAT, SHOLAT, MAKAN)
13.00-14.30 Analisa Kalender Musim Ruangan Core Team
SENIN 25 Nov 2013
08.00-09.30 Analisa Pola Hubungan Antar Lembaga (Diagram Venn)
Ruangan Core Team
09.30-11.00 Identifikasi, Penggolongan dan Kajian 5 Modal kehidupan
Ruangan Core Team
11.00-12.00 Jembatan Bambu (Perencanaan Program)
12.00-13.00 ISOMA (ISTIRAHAT, SHOLAT, MAKAN)
13.00-14.30
Penyusunan Rencana Aksi Desa (Masyarakat) dan Menentukan Program Prioritas Berdasarkan Hasil Kajian Sesi Materi Sebelumnya
Ruangan Core Team
Lokasi : Pabrik Ciherang
LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS
MODEL KONSERVASI PANCAWATI-CIHERANG
Deskripsi Proyek Indikator Alat Verifikasi Asumsi
Tujuan Umum :
Mengembangkan model adopsi pohon yang berbasis pemberdayaan petani dan keaneragaman hayati
Tujuan Spesifik :
A Pemeliharaan pohon yang sudah tertanam
Terpeliharanya 1400 pohon Laporan, Foto, Data Base
Adanya dukungan dari manajemen
B Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi petani penjaga hutan
Minimal adanya 1 jenis unit usaha berbasis lingkungan untuk satu kelompok (8) petani penjaga hutan
Laporan peningkatan pendapatan petani penjaga hutan. Hasil studi persepsi
C Mengembangkan program keanekaragaman hayati
Berkembangnya minimal 3 jenis organisme langka
Laporan, Foto
D Mengembangkan MoU dengan TNGGP/Gede Pahala (Dept.Kehutanan)
Tersepakatinya MoU (Nota Kesepakatan) antara pihak AQUA dengan TNGGP/Gede Pahala
Dokumen MoU
Hasil/Sasaran :
A.1 Terpagarnya tanaman oleh pagar pengaman
Minimal 75% terpagar dengan ukuran pagar tinggi 1M dengan Dim 1M
Laporan, foto
A.2 Terpasangnya mulsa plastik untuk setiap pohon
Minimal 75% dari 1400 pohon terpasang mulsa plastik
Laporan, foto
B.1 Terlaksananya sekolah lapangan pengembangan usaha tani, bagi petani penjaga hutan
Terlaksananya SL minimal untuk 8 orang petani penjaga hutan
Laporan, foto
C.1 Terlaksananya study pengembangan keanekaragaman hayati
Terlaksananya minimal 3 jenis study
Laporan, foto
D.1 Tersepakatinya MoU kerjasama untuk pengemvangan konservasi dan keanekaragaman hayati
Adanya dokumen MoU masing-masing untuk : Konservasi dan Keanekaragaman hayati
Dokumen MoU
Budget Sumber daya Asumsi
Kegiatan : 1 Pemagaran pohon Petani penjaga hutan
pancawati
Tidak ada bencana alam
2 Pemasangan mulsa perplastik perpohon
TNGGP
3 Sekolah lapangan usaha tani berbasis lingkungan
Kebun Raya Bogor
4 Studi pengembangan keanekaragaman hayati
Camat
5 Mengembangkan MoU konservasi dan keanekaragaman hayati
Kades
Tokoh Masyarakat
Ahli Herbal
PE
TA
SA
TE
LIT LO
KA
SI R
EC
HA
RG
E A
RE
A
PE
TA
SA
TE
LIT
LO
KA
SI
KE
GIA
TA
N M
OD
EL
KO
NS
ER
VA
SI
PA
NC
AW
AT
I –
PLA
NT
CIH
ER
AN
G
Rute Jalan Kegiatan Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang, PT. TIRTA INVESTAMA (AQUA): Dari exit tol Jagorawi ke arah Jalan Raya Sukabumi-Bogor Setelah melewati SPBU CIkereteg belok kiri ke arah Pancawati Lokasi kegiatan berdampingan dengan Santa Monica Learning Center, Pancawati-Bogor
Rute Jalan Kegiatan Model Konservasi Pancawati - Plant Ciherang PT. TIRTA INVESTAMA (AQUA)
Di Blok Pasekon, Resort Cimande-Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
BACK TO CONTENT
BBTNGGP : Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango CSR : Corporate Social Responsibility DAA : Daerah Aliran Air HST : Hari Setelah Tanam Kabid : Kepala Bidang Kares : Kepala Resort Monev : Monitoring dan Evaluasi Polhut : Polisi hutan PPHNF : Petugas Pengamanan Hutan Non Fungsional PRA : Participatory Rural Appraisal PT. TIV : PT. Tirta Investama Recharge Area : Daerah resapan RTL : Rencana Tindak Lanjut SLA : Sustainable Livelihood Assessment TN : Taman Nasional TNGGP : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN