mo3_optional electrical system_smn_yats.pdf
TRANSCRIPT
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 i
KATA PENGANTAR
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………... i DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii PENDAHULUAN
A. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar ……………………………... B. Deskripsi Isi Bahan Ajar ………………………………………… C. Prasyarat ………………………………………………………….. D. Tujuan Umum Pembelajaran ……………………………………
1 2 2 2
KEGIATAN BELAJAR 1 : POWER WINDOW
A. Tujuan Khusus Pembelajaran ………………………………….. B. Materi Pembelajaran ……………………………………………..
1. Prinsip Dasar Motor Listrik ………………………………….. 2. Sistem Kerja …………………………………………………... 3. Kontak Penghubung ………………………………………….
C. Latihan …………………………………………………………….. D. Rangkuman ……………………………………………………….. E. Test ………………………………………………………………… F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………………… G. Kunci Jawaban Latihan …………………………………………..
3 3 6 10 11 13 14 14 15 15
KEGIATAN BELAJAR 2 : AIR CONDITIONER SYSTEM
A. Tujuan Khusus Pembelajaran …………………………………... B. Materi Pembelajaran ……………………………………………..
1. Fungsi Air Conditioner System ……………………………… 2. Prinsip Kerja Air Conditioner System ………………………. 3. Dasar Kerja Air Conditioner System ……………………….. 4. Rangkaian Air Conditioner System Pada Mobil …………… 5. Komponen Air Conditioner System ………………………… 6. Refrigerant (Zat Pendingin) …………………………………. 7. Rangkaian Listrik dan Alat Pengontrol pada air conditioner
system ..................................................................................PRAKTIK SERVIS AIR CONDITIONER SYSTEM …………...
C. Latihan ……………………………………………………………..
18 18 18 19 20 22 24 41
43 48 56
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 iii
D. Rangkuman ……………………………………………………….. E. Test ………………………………………………………………… F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………………… G. Kunci Jawaban Latihan …………………………………………..
56 57 57 58
KEGIATAN BELAJAR 3 : INSTRUMEN PENUNJUK
A. Tujuan Khusus Pembelajaran …………………………………... B. Materi Pembelajaran ……………………………………………..
1. Indikator Tekanan Oli ………………………………………… 2. Indikator Temperatur Engine ………………………………. 3. Indikator Bahan Bakar ………………………………………..
C. Latihan …………………………………………………………….. D. Rangkuman ……………………………………………………….. E. Test ………………………………………………………………… F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………………… G. Kunci Jawaban Latihan …………………………………………..
61 61 61 63 64 66 66 66 67 67
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 4
PENDAHULUAN
A. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar Bahan ajar “Optional Electrical System” dirancang untuk pelaksanaan
pembelajaran mandiri tanpa kehadiran guru atau pembelajaran klasikal.
Apabila digunakan pada pembelajaran mandiri, ikutilah petunjuk berikut agar
memudahkan dalam mempelajarinya.
1. Pahami tujuan umum pembelajaran (TUP) dari bahan ajar dan tujuan
khusus pembelajaran (TKP) kegiatan belajar, agar dapat mengukur
ketercapaian pembelajarannya.
2. Pelajari materi kegiatan belajar dengan seksama sesuai dengan selera,
situasi dan kondisi yang dikehendaki.
3. Jika dirasa telah paham dengan materi yang dipelajari, kerjakan latihan
yang ada pada kegiatan belajar.
4. Cocokkan hasil pekerjaan latihan dengan kunci jawaban latihan yang
tersedia di belakang soal latihan.
5. Jika ada yang belum sesuai antara hasil pekerjaan latihan dengan kunci
jawaban, pelajari kembali materi dari soal latihan yang belum terjawab
dengan benar tadi, kemudian coba lagi mengerjakan soal latihannya
hingga jawabannya benar.
6. Setelah semua soal latihan terjawab dengan benar, kerjakanlah soal
tesnya.
7. Cocokkan hasil pengerjaan soal tes dengan kunci jawaban yang tersedia
pada bagian akhir dari bahan ajar ini.
8. Jika ada yang belum sesuai antara hasil pengerjaan soal tes dengan kunci
jawaban, ulangi kembali mengerjakan soal tersebut sampai jawabannya
benar.
9. Selama mempelajari isi bahan ajar ini, diperkenankan menggunakan
referensi lain atau minta keterangan dari teman sejawat atau
pembimbing.
10. Setelah menyelesaikan semua aktifitas pembelajaran dan dirasa telah
menguasai materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, disarankan
menemui pembimbing untuk tindak lanjutnya.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 5
B. Deskripsi Isi Bahan Ajar Bahan ajar “Optional Electrical System” ini dirancang dengan susunan sebagai
berikut :
1. Power window
2. Air Conditioner System
3. Instrument penunjuk.
C. Prasyarat Untuk memudahkan dalam mempelajari bahan ajar “Optional Electrical
System” ini maka anda harus menguasai bahan ajar “Dasar‐dasar Kelistrikan”.
D. Tujuan Umum Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta dapat :
1. Menjelaskan cara kerja power window.
2. Menjelaskan cara kerja Air Conditioner System.
3. Menjelaskan cara kerja instrument penunjuk pada kendaraan.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 6
KEGIATAN BELAJAR 1 :
POWER WINDOW
A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta dapat :
1. Memahami prinsip‐prinsip dasar motor listrik.
2. Memahami mekanisme power window.
3. Memahami kerja kontak penghubung.
4. Melakukan praktik bongkar pasang dan memeriksa komponen power
window.
B. Materi Pembelajaran
1. Prinsip Dasar Motor Listrik
Pada umumnya kendaraan penumpang atau kendaraan komersil,
jendelanya digerakkan turun naik oleh sebuah motor yang dipasangkan di
bagian bawah pintu. Motor listrik mengubah tenaga listrik menjadi
tenaga mekanik. Proses perubahannya didasarkan pada fakta bahwa
sebuag konduktor yang dialiri arus akana menerima gaya tolak apabila
diletakkan dalam sebuah medan magnet. Arah gaya tolak terhadap gaya
konduktor ditentukan oleh gaya aliran listrik pada konduktor dan arah
garis gaya medan magnet.
Gambar 1. Arah Gaya Tolak Konduktor
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 7
Besarnya gaya tolak adalah sebanding dengan kekuatan medan magnet
dan jumlah arus listrik yang mengalir melalui konduktor. Sesuai dengan
maksud kegunaannya, konstruksi konduktor dibuat dalam bentuk loop
yang beputar.
Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi gaya tolak terhadap konduktor.
Besarnya gaya tolak (Kekuatan gaya tolak electromagnet) dapat dihitung
dengan rumus :
F = B x I x l
B = Magnetic Flux I = Arus l = Panjang konduktor
Gambar 3. Bentuk Loop
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 8
Agar motor yang memproduksi momen putarannya konstan maka
diperlukan penambahan jumlah kawat loop. Pada gambar 4 dan 5
diperlihatkan sebuah motor listrik satu loop dan tiga loop.
Gambar 4. Motor Listrik Satu Loop.
Gambar 5. Motor listrik Tiga Loop
Setiap loop dimasukkan pada alur armature. Oleh sebab itu bila loop
berputar maka armature juga berputar. Untuk mengurangi arus Edy,
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 9
konstruksi armature dibuat dalam bentuk lempengan dan diisolasi antara
satu dengan yang lainnya serta dipres menjadi satu pada poros armature.
Selain itu komutator juga ditempatkan pada poros tersebut.
Gambar 6. Armature
Gambar 7. Komponen Motor Listrik
Ket : 1, 3, 5 : O Ring, 4 : Worm gear , 6 : Plate washer, 7 : Screw, 8 : Gear housing, 9 : Armature, 10 : Magnet.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 10
2. Sistem Kerja
a. Sistem Pertama
Pada system ini, motor listrik menggerakkan gigi taji yang berputar
menggerakkan sebuah gigi segmen dihubungkan dengan komponen
mekanisme pengangkat jendela.
Gambar 8. Sistem Pertama
b. Sistem Kedua
Pada system ini, motor listrik menggerakkan komponen mekanik
pengangkat jendela melalui kabel fleksibel yang ada pada system.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 11
Gambar 9. Sistem Kedua.
c. Sistem Ketiga
Motor listrik menggerakkan jendela turun naik melalui sebuah kabel
yang keras dan kaku yang digerakkan oleh sebuah gigi.
Gambar 10. Sistem Ketiga.
Penggunaan dari kabel satu system ini ditentukan berdasarkan besar
kecilnya ruangan yang tersedia untuk menginstalasi system tersebut.
3. Kontak Penghubung
Kontak penghubung yang digunakan ada yang 6 terminal dan ada yang 5
terminal. Fungsi kontak penghubung adalah untuk mengatur arah arus
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 12
listrik yang mengalir ke motor agar supaya armaturenya berputar searah
jarum jam atau sebaliknya.
Gambar 11. Mekanisme Kontak Penghubung
Gambar 12. Kondisi netral
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 13
Gambar 13. Kondisi Armature Searah Jarum Jam
Gambar 14. Kondisi Putaran Armature Kebalikan Jarum Jam
C. Latihan
1. Jelaskan prinsip kerja dasar motor listrik DC !
1. Identifikasi konstruksi power window dan jelaskan cara kerjanya !
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 14
D. Rangkuman
Power window berfungsi untuk menggerakkan kaca jendela mobil sehingga
dapat membuka dan menutup secara otomatis dengan cara menekan saklar.
Gaya untuk menaik‐turunkan jendela mobil ini diperoleh dari sebuah motor
DC. Prinsip kerja motor DC didasarkan pada fakta bahwa sebuah konduktor
yang dialiri arus akan menerima gaya tolak apabila diletakkan dalam sebuah
medan magnet. Arah gaya tolak terhadap gaya konduktor ditentukan oleh
gaya aliran listrik pada konduktor dan arah garis gaya medan magnet.
E. Test
1. Jelaskan prinsip kerja motor listrik DC !
2. Sebutkan dan jelaskan 3 jenis sistem kerja power window !
3. Jelaskan cara kerja motor power window di bawah ini !
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 15
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Materi yang sedang Anda pelajari merupakan pengetahuan pendukung
terhadap kompetensi “Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Kelistrikan
Otomotif”. Berdasarkan kriteria tingkat penguasaan kompetensi :
Kompetensi utama : 90% ‐ 100%
Kompetensi pendukung : 75%‐90&
Kompetensi pelengkap : 60% ‐ 75%
Maka standar minimal yang ditetapkan untuk penguasaan materi ini adalah
75.
Bandingkan hasil jawaban tes Anda dengan kunci jawaban yang terdapat
pada bagian akhir bahan ajar ini, kemudian ukurlah hasil penguasaan yang
telah dicapai menggunakan rumus berikut :
Σ Jawaban benar Tingkat penguasaan = ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ X 100% Σ Soal
Jika hasil yang diperoleh telah mencapai 75% atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi yang dipelajari dan berhak melanjutkan pembelajaran
berikutnya dengan persetujuan guru pembimbing. Namun jika hasil yang
diperoleh belum mencapai 75% Anda masih harus mengulangi atau
mempelajari kembali bahan ajar ini.
G. Kunci Jawaban Latihan 1. Prinsip kerja motor DC didasarkan pada fakta bahwa sebuah konduktor
yang dialiri arus akan menerima gaya tolak apabila diletakkan dalam
sebuah medan magnet. Arah gaya tolak terhadap gaya konduktor
ditentukan oleh gaya aliran listrik pada konduktor dan arah garis gaya
medan magnet.
2. 3 jenis sistem kerja power window, antara lain :
a. Sistem Pertama
Pada system ini, motor listrik menggerakkan gigi taji yang berputar
menggerakkan sebuah gigi segmen dihubungkan dengan komponen
mekanisme pengangkat jendela.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 16
b. Sistem Kedua
Pada system ini, motor listrik menggerakkan komponen mekanik
pengangkat jendela melalui kabel fleksibel yang ada pada system.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 17
c. Sistem ketiga
Motor listrik menggerakkan jendela turun naik melalui sebuah kabel
yang keras dan kaku yang digerakkan oleh sebuah gigi.
3. Cara kerja motor power window
Pada posisi saklar seperti gambar di atas, arus mengalir dari terminal (+)
batere ke point 3 point 2 brush (+) armature brush (‐) point
5 point 4 terminal (‐) batere.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 18
KEGIATAN BELAJAR 2 :
AIR CONDITIONER SYSTEM
A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 peserta dapat :
1. Menjelaskan prinsip kerja air conditioner system.
2. Mengidentifikasi komponen air conditioner system.
3. Menjelaskan cara kerja air conditioner system.
4. Menjelaskan cara kerja sistem pengontrol air conditioner system
5. Melakukan servis air conditioner system.
B. Materi Pembelajaran
1. Fungsi Air Conditioner System (AC)
Sistem penyejuk udara (Air Conditioner System) digunakan untuk
membuat temperatur udara di dalam suatu ruangan menjadi nyaman.
Apabila suhu pada suatu ruangan terasa panas maka udara panas ini
diserap sehingga temperaturnya menurun. Apabila udara dalam ruangan
lembab maka kelembaban akan dikurangi sehingga udara dipertahankan
pada tingkat yang menyenangkan.
Udara lembab pada kendaraan menyebabkan kondensasi yang dapat
meghalangi pandangan. Dengan menghidupkan sistem penyejuk udara
maka kondensasi ini dapat dihilangkan, karena udara yang dikeluarkan
dari sistem penyejuk udara adalah udara kering. Selain itu udaranya
bersih karena sudah melewati sistem penyaringan.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa air conditioner
system berfungsi untuk :
a. Mendinginkan/menyejukkan udara.
b. Mereduksi tingkat kelembaban udara.
c. Mensirkulasikan udara.
d. Membersihkan udara.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 19
2. Prinsip Kerja Air Conditioner System
Apabila tangan kita dibasahi dengan alkohol maka tangan kita akan terasa
dingin. Hal ini disebabkan adanya penguapan pada alkohol. Saat alkohol
menguap, sebagian panas dari tangan kita diserap oleh alkohol untuk
mempercepat proses penguapan, oleh karena itu permukaan kulit pada
tangan tangan kita akan terasa dingin.
Gambar 15. Penyerapan panas untuk proses penguapan
Kita dapat membuat suatu benda menjadi lebih dingin dengan
menggunakan gejala alam ini yaitu ketika cairan menguap menyerap
panas. Misalnya suatu bejana yang memakai kran dimasukkan ke dalam
kotak terisolasi. Cairan yang mudah menguap pada temperatur atmosfir
dimasukkan ke dalam bejana tersebut. Apabila kran dibuka, cairan yang
berada di dalam menyerap panas dari udara di dalam kotak, cairan
berubah menjadi gas dan bergerak ke luar.
Dalam kondisi seperti ini temperatur udara di dalam kotak lebih dingin
dari pada sebelum kran dibuka.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 20
Gambar 16. Proses penurunan suhu akibat penguapan
Dengan cara inilah kita dapat mendinginkan suatu benda. Tetapi pada
contoh di atas hanya berlaku sesaat selama cairan yang akan menguap
masih tersedia. Bila cairan sudah habis maka proses pendinginan
berakhir. Untuk itu diperlukan efek pendingin yang menggunakan metode
dimana gas dikembalikan menjadi cairan dan selanjutnya kembali
menguap menjadi gas.
3. Dasar Kerja Air Conditioner System
Dasar sebuah air conditioner system pada kendaraan terdiri dari
kompresor, kondensor, receiver, katup ekspansi dan evaporator.
Adapun dasar kerjanya melalui empat tahap seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 21
Gambar 17. Dasar kerja air conditioner system
• Tahap pertama
Kompressor menghisap gas bertekanan dan bersuhu rendah dari
evaporator dan menekannya hingga tekanan serta suhu gas naik.
• Tahap kedua
Gas yang bertekanan dan bersuhu tinggi dialirkan ke kondensor.
Pada kondesor terjadi pelepasan panas sehingga gas bertekanan
tinggi akan mengalami penguapan yang akhirnya berubah dalam
bentuk cair dengan tekanan tetap tinggi.
• Tahap ketiga
Cairan refrigerant selanjutnya mengalir menuju katup ekspansi.
Katup ekspansi akan menyemburkan cairan refrigerant hingga
berubah dalam bentuk uap refrigerant.
Panas bergerak dari udara luar ke refrigerant Evaporator
4
Kompresor1
Kondensor 2
KatupEkspansi
3
Panas bergerak dari refrigerant ke udara luar
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 22
• Tahap keempat
Uap refrigerant dialirkan pada evaporator. Pada evaporator
penguapan terjadi lebih cepat karena refrigerant menyerap panas di
sekelilingnya. Sehingga refrigerant berubah ke dalam bentuk gas
dengan tekanan rendah dan suhu rendah.
4. Rangkaian Air Conditioner System Pada Mobil
Rangkaian air conditioner system pada mobil diperlihatkan seperti pada
gambar berikut ini.
Gambar 18. Komponen air conditioner system
Keterangan gambar 4 :
1. Kompresor 3c. Saklar Tekanan Tinggi 1a. Kopling Magnet 3d. Kaca Pengintai (Sight glass) 2. Kondensor 4. Katup Ekspansi 3. Receiver 5. Evaporator 3a. Pengering 6. Sensor Temperatur 3b. Saklar Tekanan Rendah
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 23
Cara Kerja Air Conditioner System
Mula‐mula gas refrigerant dihisap oleh kompresor dan ditekan ke luar
dengan tekanan mencapai ± 15 Kg/cm 2 dan suhu ± 70o C.
Gas bertekanan dan bersuhu tinggi ini dialirkan ke kondensor. Dalam
kondensor gas refrigerant mendapat hembusan udara dari kipas
pendingin sehingga panas latent yang terkandung didalamnya terbuang,
akibatnya refrigerant berubah dari bentuk gas menjadi cair. Suhu
refrigerant menurun sekitar 500C . Refrigerant dalam bentuk cair ini
selanjutnya mengalir menuju receiver/dryer.
Pada receiver refrigerant disaring terhadap kemungkinan adanya kotoran
dan bila terdapat uap air dalam refrigerant akan deserap oleh desiccant.
Refrigerant yang sudah disaring selanjutnya akan disemprotkan/
diinjeksikan oleh katup ekspansi sehingga berubah menjadi kabut
refrigerant dan dialirkan ke evaporator. Saat berada pada evaporator,
refrigerant menyerap panas di sekitarnya sehingga proses penguapan gas
terjadi lebih cepat. Karena panas pada saluran evaporator diserap oleh
refrigerant, maka suhu saluran pada evaporator tersebut menurun.
Dengan menghembuskan udara di depan evaporator, maka udara yang
bergerak melewati evaporator tersebut suhunya juga akan turun (udara
menjadi sejuk). Selanjutnya gas refrigerant kembali dihisap oleh
kompresor.
Pada katup ekspansi terdapat pipa kapiler yang dihubungkan dengan
sebuah tabung peraba panas (penyensor panas). Pada pipa kapiler ini
terdapat gas yang akan mengatur kerja katup ekspansi sesuai kondisi
suhu pada evaporator.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 24
5. Komponen Air Conditioner System
Air conditioner system tidak hanya digunakan pada kendaraan ringan saja
tetapi juga pada kendaraan berat.
Walaupun dari segi konstruksi komponen terdapat perbedaan tetapi
secara prinsip tetap sama.
Pada sebuah kendaraan ringan tata letak komponen sistem penyejuk
udara diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 19. Tata letak komponen air conditioner system
pada sebuah kendaraan ringan
Dengan penempatan komponen seperti ini maka udara sejuk akan
berhembus dari depan pengendara dan bergerak ke bagian belakang
kendaraan, selanjutnya udara keluar melalui ventilasi yang terdapat pada
bagian belakang kendaraan.
1. Thermostat
2. Katup ekspansi
3. Sight glass
4. Receiver
5. Kondensor
6. Kopling magnet
7. Kompresor
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 25
Gambar 20. Sirkulasi udara pada kendaraan
Pada sebuah traktor pemasangan komponen air conditioner system sedikit
berbeda, perhatikan gambar di bawah ini.
1. Kopling magnet 6. Katup ekspansi
2. Kompresor 7. Selang pembuangan air
3. Katup servis 8. Receiver
4. Pengatur temperatur 9. Saluran refriegerant cair
5. Evaporator 10. Kondensor
Gambar 21. Tata letak komponen air conditioner system pada traktor
Karena posisi evaporator berada di bagian atap kendaraan maka udara sejuk
berhembus dari bagian atas.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 26
Lain halnya dengan sistem penyejuk udara pada bus. Secara keseluruhan
komponen sistem adalah sama seperti pada kendaraan ringan dan alat berat,
tetapi penggerak kompresornya menggunakan ‘sub engine’, yakni engine
tambahan yang khusus digunakan untuk memutar kompresor, kipas
pendingin dan blower evaporator. Untuk bus besar biasanya digunakan ‘sub
engine’ 4 silinder dan bus medium menggunakan ‘sub engine’ 2 silinder.
Gambar 22. Sub engine sebagai penggerak kompresor dan blower.
Selain itu pada sistem penyejuk udara bus terdapat supercooler dan dryer
strainer. Supercooler ini prinsipnya sama dengan kondensor yang berfungsi
untuk melepaskan panas dari refrigerant dalam bentuk cair melalui pipa‐pipa
dan fin‐finnya, panas dilepaskan ke udara yang dialirkan. Supercooler dapat
meningkatkan kapasitas pendingin sebesar 15 %.
Dryer strainer berfungsi untuk menyaring kotoran dalam refrigerant serta
mengeringkan kandungan air pada refrigerant.
Udara dingin
Kompresor
Sub Engine
Blower
Unitpendingin
Poros universal
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 27
Secara sederhana sirkulasi air conditioner system pada bus digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 23. Sirkulasi air conditioner system pada bus
a. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap gas refrigerant dari
evaporator dan menekannya sedemikian rupa sehingga tekanan dan
suhu refrigerant naik. Gas refrigerant ini akan terkondensasi dengan
media pendingin baik udara maupun air.
Kompresor dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tipe Crank
Tipe Reciprocating
Tipe Swash Plate
Tipe Rotary Tipe Through Vane
Kompresor Kondensor Supercooler
Evaporator
Katup
Dryer strainer
Receiver
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 28
• Kompresor tipe crank
Pada kompresor tipe ini, gerak putar crank shaft diubah menjadi
gerak piston bolak‐balik.
Gambar 24. Konstruksi kompresor tipe crank
Konstruksi katup hisap dan katup tekanan dalam kompresor
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 25. Konstruksi katup kompresor
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 29
Cara kerja kompresor
Pada waktu piston bergerak dari TMA ke TMB, katup hisap terbuka
dan refigerant terhisap ke dalam silinder.
Saat piston bergerak dari TMB ke TMA refrigerant akan
dikompresikan, tekanan refrigerant menyebabkan terbukanya katup
tekan sehingga refrigerant bergerak ke luar melalui katup tekan.
Gambar 26. Cara kerja kompresor
• Kompresor tipe swash plate
Kompresor tipe swash plate mempunyai beberapa buah piston
yang dipasang pada sebuah piringan.
Bila poros pompa berputar maka piringan (swash plate) yang
konstruksinya miring akan menggerakkan piston.
Bila salah satu piston melakukan langkah kompresi maka sisi
lainnya melakukan langkah isap.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 30
Gambar 27. Konstruksi kompresor tipe swash plate
Gambar 28. Proses kerja kompresor tipe swash plate
• Kompresor tipe through vane
Pada kompresor tipe through vane terdapat dua buah sirip yang
dipasang tegak lurus. Apabila rotor berputar, sirip bergeser pada
arah radial sehingga ujung‐ujungnya bersentuhan dengan
permukaan dalam silinder. Gerakan inilah yang menghisap dan
menekan refrigerant dalam kompresor.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 31
Gambar 29. Konstruksi kompresor Gambar 30. Konstruksi through
Tipe through vane vane
Adapun proses kerja kompresor tipe through vane dapat dilihat pada urutan gambar berikut ini.
Gambar 31. Proses kerja kompresor tipe through vane
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 32
b. Kondensor
Kondensor digunakan untuk mendinginkan gas refrigerant yang
bersuhu dan bertekanan tinggi sehingga gas refrigerant berubah
wujud menjadi refrigerant cair. Makin besar jumlah panas yang
dilepaskan oleh kondensor maka makin besar pula efek
mendinginkan yang diperoleh dari evaporator.
Oleh karena itu kondensor dipasang di bagian depan kendaraan agar
dapat didinginkan oleh aliran udara dari kipas radiator dan aliran
udara yang terjadi selama kendaraan bergerak.
Gambar 32. Konstruksi kondensor
c. Receiver
Receiver mempumyai dua fungsi terhadap refrigerant yang telah
mencair dari kondensor. Dalam receiver terdapat filter dan
desiccant. Filter digunakan untuk menyaring kotoran yang terdapat
dalam refrigerant sedangkan desiccant digunakan untuk menyerap
uap air yang terdapat dalam refrigerant.
Pada bagian atas receiver terdapat gelas pengintai (sight glass) yang
berfungsi untuk memeriksa jumlah refrigerant dalam sistem selama
air conditioner system dioperasikan
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 33
.
Gambar 33. Konstruksi receiver
d. Katup ekspansi (Expansion Valve)
Refrigerant yang sudah berbentuk cairan dari kondensor selanjutnya
dialirkan pada katup ekspansi. Cairan refrigerant akan mengalir pada
lubang orifice dan akan menyembur sehingga berubah menjadi
kabut. Terdapat beberapa jenis katup ekspansi yang digunakan pada
sistem penyejuk udara mobil antara lain : katup ekspansi dengan
kontrol temperatur, katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan
temperatur, dan katup ekspansi tipe blok
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 34
• Katup ekspansi dengan kontrol temperatur.
Gambar 34. Konstruksi katup ekspansi dengan kontrol temperatur
Pada katup ekspansi dengan kontrol temperatur, tabung kontrol
kapiler dan ruangan di atas membran diisi dengan cairan khusus
yang sensitif terhadap temperatur, cairan ini biasanya sama
dengan refrigerant yang digunakan pada sistem penyejuk udara
yang bersangkutan. Tabung kontrol dan pipa kapiler berada dekat
evaporator, sehingga temperatur evaporator akan mempengaruhi
cairan yang ada pada tabung kontrol, pipa kapiler dan ruangan di
atas membran. Bila temperatur evaporator rendah maka cairan di
dalam ruangan di atas membran, tabung kontrol dan pipa kapiler
rendah juga, akibatnya tekanan cairan itu juga rendah. Tekanan
cairan ini tidak mampu melawan pegas katup jarum, sehingga
katup jarum menutup saluran masuk ke evaporator. Penguapan di
evaporator terhenti dan temperatur evaporator naik kembali.
Sedangkan pada saat temperatur evaporator naik, tekanan cairan
di atas membran, pipa kapiler dan tabung kontrol akan naik pula
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 35
sampai melebihi tekanan pegas. Akibatnya katup jarum terdorong
ke bawah dan saluran ke evaporator terbuka.
• Katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan temperatur
Pada tipe ini pembukaan katup ekspansi tergantung pada tekanan
cairan di atas membran (kontrol temperatur), tekanan pegas dan
tekanan zat pendingin yang keluar dari evaporator.
Gambar 35. katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan temperatur
Pf = Tekanan cairan di atas membran
Ps = Tekanan pegas
Pe = Tekanan zat pendingin yang ke luar dari evaporator
Pengaturan pembukaan dan penutupan katup ekspansi dapat
ditulis dengan persamaan :
Pt = Pp + Pe
Cara kerja katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan temperatur
adalah sebagai berikut :
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 36
Tekanan zat cair di atas membran tergantung dari suhu pipa
keluar evaporator (cara kerjanya sama dengan cara kerja katup
ekspansi kontrol temperatur).
Pada waktu tekanan refrigerant pipa keluar evaporator turun,
tekanan cairan di atas membran akan mendorong batang dan
katup sampai membuka saluran, sehingga zat pendingin mengalir
ke evaporator.
Jika tekanan zat pendingin pada evaporator naik (Pe), tekanan
cairan di atas membran akan turun (Pt) dan tekanan pegas (Pp)
akan mendorong katup ke atas. Zat pendingin tidak mengalir ke
evaporator. Suhu evaporator naik kembali dan tekanan zat
pendingin yang keluar ke evaporator (Pe) akan turun, sehingga
katup ekspansi terdorong ke bawah (membuka) dan zat pendingin
mengalir kembali ke evaporator. Begitulah cara kerjanya terus
menerus.
• Katup ekspansi tipe blok
Katup ekspansi tipe blok ini, cara kerjanya sama dengan katup
ekspansi tipe kontrol tekanan dan temperatur. Bagian atas
membran adalah cairan pengontrol temperatur pipa ke luar
evaporator dan di bawah membran pengontrolan dilakukan
dengan tekanan zat pendingin pada pipa keluar evaporator.
Membuka dan menutupnya katup di atur oleh tekanan pegas,
tekanan cairan pengontrol di atas dan di bawah membran.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 37
Gambar 36. Konstruksi katup ekspansi tipe blok
e. Evaporator
Fungsi evaporator kebalikan dari kondenser. Keadaan refrigerant
sebelum melewati katup ekspansi masih 100% cair. Segera setelah
tekanan cairan turun, cairan mulai mendidih kembali sambil
menyerap panas dari udara yang melewati sirip‐sirip pendingin
evaporator, dengan demikian udara yang melewati evaporator
suhunya turun dan menjadi dingin.
Evaporator dibuat dari aluminium dan dapat dibedakan menjadi tiga
tipe, yakni : Tipe plate pin, Tipe serpentine Fin, dan Tipe Drawn cup.
Seperti halnya kondensor, evaporator konstruksinya sederhana
tetapi merupakan komponen penting di dalam sistem pendinginan
udara. Konstruksi dan kondisi operasi evaporator yang berada di sisi
temperatur rendah mempunyai efek yang besar terhadap efisiensi
pendinginan.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 38
Pembekuan dan pembentukan es terjadi terutama pada sirip (fin)
evaporator. Ketika udara hangat mengenai sirip‐sirip evaporator dan
menjadi dingin sampai di bawah temperatur pengembunan, uap air
mengembun dan menempel pada sirip evaportor dalam bentuk
tetesan air. Bila pada saat ini sirip telah menuju dingin sampai di
bawah 0o C (32oF), air yang menempel dapat menjadi es. Bila hal ini
terjadi, maka efisiensi pemindahan panas pada evaporator akan
turun, aliran udara yang melewati evaporator berkurang dan
kemampuan pendingin menjadi rendah.
Gambar 37. Evaporator tipe serpentine Gambar 38. Evaporator tipe plate Fin
Gambar 39. Evaporator tipe drawn cup
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 39
f. Kopling Magnet (Magnetic Clutch)
Kopling magnet dipasang pada poros kompresor. Fungsi dari kopling
magnet adalah untuk menghubungkan dan memutuskan putaran
engine ke kompresor. Komponen‐komponen utama dari kopling
magnet antara lain : stator, puli, rotor dan plat penekan.
Gambar 40. Konstruksi kopling magnet
Cara kerja kopling magnet
Cara kerja kopling magnet adalah sebagai beikut.
1. Saklar 2. Plat penekan 3. Puli 4. Poros
kompresor 5. Kumparan 6. Kompresor 7. Pegas
pengembali 8. Batere
Gambar 41. Cara kerja kopling magnet
8
1
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 40
Bila saklar sistem penyejuk udara di arahkan pada posisi “on”, maka
arus dari batere mengalir ke gulungan magnet (startor).
Pada kumparan stator terjadi kemagnetan, medan magnet pada
kumparan stator akan menarik plat penekan sehingga berhubungan
dengan puli, dengan demikian plat penekan ikut berputar dengan
puli, demikian pula dengan poros kompresor.
g. Blower dan kipas kondensor
Blower dan kipas kondensor mempunyai fungsi yang sama, tetapi
diaplikasikan pada komponen yang berbeda. Blower berfungsi untuk
menghembus udara dingin dari evarotaror dan seterusnya dialirkan
ke ruangan kendaraan. Sedangkan fungsi dari kipas kondensor
adalah untuk menghembuskan udara pada kondensor sehingga
terjadi penyerapan panas dalam refrigerant (mendinginkan
kondensor).
Pada gambar berikut ini dapat dilihat konstruksi dari blower dan
kipas kondensor.
Gambar 42. Blower dan kipas kondensor
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 41
h. Kontrol panel
Kontrol panel berfungsi untuk mengatur suhu dan aliran udara yang
masuk ke ruang kendaraan dengan cara menekan tombol pengatur
suhu dan menggeser tuas pengatur arah aliran udara.
6. Refrigerant (Zat Pendingin)
Refrigerant adalah suatu zat yang mudah menguap dan berfungsi sebagai
penghantar panas dalam sirkulasi air conditioner system.
a. Sifat Refrigerant
Sifat refrigerant yang dikehendaki untuk memenuhi fungsinya adalah
sebagai berikut :
1) Harus memiliki sifat mudah menguap karena pendinginan terjadi
ketika cairan menguap.
2) Makin besar panas latent yang ditarik selama penguapan, volume
sirkulasi refrigerant dapat makin diperkecil, berarti dapat
memperkecil alat pendingin. Karena itu diharapkan refrigerant
dapat menarik panas latent sebanyak‐banyaknya.
3) Gas refrigerant tidak membahayakan manusia dan mudah
diketahui kebocoran gas dari baunya.
4) Tidak terjadi perubahan kimia dari kandungan unsur‐unsur dalam
refrigerant sekalipun dipakai secara berulang‐ulang.
5) Tidak memberi pengaruh yang merugikan pada logam dan karet
yang digunakan dalam air conditioner system.
b. Jenis Refrigerant
Bahan refrigerant yang digunakan pada alat pendingin banyak sekali
jenisnya. Refrigerant yang banyak digunakan untuk air conditioner
system pada mobil adalah R‐12.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 42
Dipilihnya R‐12 sebagai bahan refrigerant adalah dengan alasan :
1) Mudah berubah menjadi cair.
2) Tidak menyala dan tidak meledak.
3) Tidak terjadi perubahan kimia, kandungan unsur tetap stabil.
4) Tidak mengandung racun.
5) Tidak merusak logam.
6) Mudah diperoleh.
Walaupun demikian terdapat sisi negatip dari R‐12 ini yakni dapat
merusak lapisan Ozon (O3 ) dan menimbulkan pemanasan global.
Bila R‐12 terlepas ke udara, R‐12 akan bergerak dari bumi melewati
lapisan traposfer dan strafosfer. Pada lapisan strafosfer, R‐12 terkena
sinar Ultra violet dan melepaskan Chlor. Atom Chlor ini dapat
merusak lapisan Ozon. Bila peristiwa ini dibiarkan terus menerus
maka lapisan Ozon sebagai pelindung bumi dari pancaran sinar Ultra
violet akan semakin menipis.
Sebagaimana diketahui, sinar ultra violet ini dapat merusak kehidupan
organisme di bumi diantaranya dapat menimbulkan kanker kulit,
katarak, menurunkan fertilitas dll.
Oleh karena itu penggunaan R‐12 sebaiknya dihentikan, di negara
maju penggunaan R‐12 ini sudah dilarang mengingat akibat yang
ditimbulkannya.
Sebagai pengganti R‐12 dapat digunakan R –134a (HFC 134a). R‐134a
ini dikenal sebagai refrigerant yang ramah lingkungan karena gas yang
terlepas dari sistem tidak merusak lapisan Ozon.
Bila kita hendak mengganti R‐12 ke R‐134a maka beberapa komponen
sistem penyejuk udara harus diganti, komponen‐komponen tersebut
adalah receiver dan katup ekspansi.
HFC 134a mempunyai sifat : tidak mudah terbakar, tidak mudah
meledak, tidak beracun, tidak menyebabkan karat pada komponen
sistem pendingin, tidak berbau dan tidak merusak pakaian. Walaupun
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 43
demikian refrigerant ini masih menyebabkan pemanasan global, dan
refrigerant yang paling aman untuk digunakan adalah jenis
Hydrocarbon (HC). Refrigerant ini selain tidak merusak lapisan Ozon,
juga tidak menimbulkan pemanasan global. Dan bila kita melakukan
penggantian refrigerant dengan Hydrocarbon tidak perlu mengganti
komponen dan oli pelumas kompresor karena jenis refrigerant ini bisa
menggunakan oli jenis mineral maupun sintetis.
7. Rangkaian Listrik dan Alat Pengontrol pada air conditioner system
Rangkaian listrik yang digunakan pada air conditioner system pada
berbagai kendaraan pada prinsipnya sama. Perbedaan utamanya terletak
pada segi kelengkapan sistem pengontrolnya. Sistem kelistrikan ini erat
sekali dengan sistem pengontrol pada sistem penyejuk udara.
a. Kopling magnet (Magnetic Clutch)
Rangkaian kopling magnet dan motor kipas kondensor biasanya
dihubungkan secara paralel. Dengan demikian bila kopling magnet
dioperasikan maka motor kipas kondensor juga bekerja.
Sedangkan pengontrolnya dihubungkan dengan sebuah relay.
30
Gambar 43. Rangkaian kopling magnet dengan motor kipas kondensor
Motor Kipas kondensor
M Thermostat (Pengontrol suhu)
Kopling magnet
Relay
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 44
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa bekerjanya kopling
magnet dan motor kipas kondensor tergantung pada thermostat,
Thermostat ini diletakkan pada evaporator.
Bila suhu evaporator di atas 3o C maka thermostat akan
menghubungkan arus ke relay, sehingga relay bekerja. Arus dari
terminal 30 mengalir ke kopling dan motor kipas kondensor, maka
kopling magnet dan kipas kondensor bekerja. Jika temperatur
evaporator turun dibawah 3o C maka thermostat akan memutuskan
arus ke relay, akibatnya magnet dan motor kipas kondensor berhenti
bekerja.
b. Blower Evaporator
Rangkaian kelistrikan blower evaporator diperlihatkan pada gambar di
bawah ini.
Gambar 44. Kelistrikan blower evaporator
Untuk mengatur putaran motor blower dipasang beberapa tahanan
pengatur yang ditempatkan antara motor blower dan saklar pengatur
udara.
4
3
2
1M
Tahanan pengatur
Sikring
Ke kunci kontakMotor
blower
Saklar pengat
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 45
Bila saklar pada posisi satu (low) maka pengaliran arus harus melewati
ke tiga tahanan sehingga jumlah arus yang mengalir kecil dengan
demikian putaran motor blower rendah.
Sebaliknya saat saklar pada posisi 4 (high), arus mengalir tanpa
melalui tahanan sehingga pengaliran arus maksimal dan putaran
motor blowerpun maksimal.
c. Pengontrol tekanan (Pressure Switch)
Pengontrol tekanan dipasang antara receiver dan katup ekspansi.
Pengontrol tekanan berfungsi untuk mengontrol tekanan refrigerant
yang bersirkulasi pada air conditioner system.
Gambar 45. Penempatan pengontrol tekanan
Saklar pengontrol tekanan
Kompresor
KondensorEvaporator
Katup ekspansi
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 46
Cara kerja pengontrol tekanan adalan sebagai berikut :
1) Saat tekanan terlalu tinggi
Bila tekanan dalam sistem terlalu tinggi dapat menyebabkan
gangguan atau kerusakan pada komponen air conditioner system.
Saat tekanan mencapai 27 kg/cm2 (383 Psi) maka saklar ke kopling
magnet akan terbuka dengan demikian arus ke kopling magnet
kompresor terputus dan kompresor tidak bekerja.
2) Saat tekanan terlalu rendah
Bila jumlah refrigerant pada sistem kurang karena adanya
kebocoran maka tekanan refrigerant akan menurun.
Bila tekanan refrigerant mencapai 2,1 kg/cm (30 Psi) atau lebih
rendah, maka pengontrol tekanan akan berada pada posisi “OFF”.
Hal ini menyebabkan kopling magnet tidak mendapatkan arus dan
kompresor tidak bekerja.
Konstruksi pengontrol tekanan diperlihatkan pada gambar berikut
ini.
Gambar 46. Konstruksi pengontrol tekanan
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 47
Sedangkan kerja pengatur tekanan secara simpel di perlihatkan
pada gambar berikut :
tekanan terlalu rendah tekanan normal tekanan terlalu tinggi
Gambar 47. Kerja pengatur tekanan
d. Alat penambah putaran idle (idle up device)
Bila sistem penyejuk udara dihidupkan saat engine pada putaran
stasioner (idle), kemungkinkan engine akan mati.
Oleh karena itu pada engine harus dilengkapi alat untuk menaikkan
putaran engine dalam kondisi tersebut, alat yang digunakan untuk
kebutuhan di atas biasanya disebut idle‐up.
Peralatan penambah putaran idle ini biasanya terdiri dari sebuah
saklar magnet dan aktuator seperti diperlihatkan pada gambar
berikut ini.
Gambar 48. Alat penambah putaran idle
1. Saklar magnet 2. Saringan udara 3. Katup gas 4. Tuas katup gas 5. Aktuator 6. Intake manifold
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 48
Bila air conditioner system dihidupkan, arus akan mengalir ke saklar
magnet sehingga katup pada saklar magnet akan terbuka.
Kevakuman di bawah katup gas akan menarik membran ke atas dan
tuas yang dihubungkan antara membran dan katup gas akan menarik
katup gas sehingga katup gas membuka lebih lebar, akibatnya
putaran engine bertambah tinggi.
PRAKTIK SERVIS AIR CONDITIONER SYSTEM
A. PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK
1. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.
2. Gunakan kaca mata pengaman dan sarung tangan selama melakukan
servis air conditioner system.
3. Bila refrigerant terkena mata, cuci dengan air mengalir dan segera
hubungi dokter.
B. ALAT DAN BAHAN UNTUK SERVIS AIR CONDITIONER SYSTEM
Untuk melaksanakan servis pada air conditioner system diperlukan alat dan
bahan sebagai berikut :
1. Pompa vakum
Pompa vakum pada pekerjaan servis air conditioner system digunakan
pada proses pengosongan saluran sistem penyejuk udara hingga terjadi
kevakuman.
2. Tabung pengisi (tabung refrigerant/freon)
Tabung pengisi merupakan alat untuk menampung refrigerant yang akan
diisikan pada air conditioner system.
3. Leak Detector (Alat Pemeriksa Kebocoran Refrigerant)
Leak detector digunakan untuk memeriksa kebocoran refrigerant yang
terjadi pada air conditioner system.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 49
4. Pengukur tekanan (Manifold Pressure Gauge)
Pengukur tekanan terdiri dari pengukur tekanan tinggi dan pengukur
tekanan rendah. Alat ini digunakan untuk memeriksa tekanan dalam
saluran air conditioner system saat beroperasi.
Gambar 49. Pengukur tekanan (Manifold Pressure Gauge)
5. Thermometer
Thermometer digunakan untuk memeriksa suhu udara, dalam hal ini suhu
udara yang diperiksa adalah suhu udara yang sudah melewati evaporator
6. Safety Glass
Safety glass digunakan selama bekerja pada air conditioner system, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kontak refrigerant ke mata.
C. PROSEDUR PENGISIAN TABUNG REFRIGERANT
Apabila di bengkel tersedia tabung khusus untuk menampung refrigerant
yang penempatannya merupakan satu unit dengan pompa vakum dan
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 50
Manifold Pressure Gauge, maka langkah pertama dari pekerjaan servis sistem
pendingin pada mobil adalah memindahkan refrigerant dari tabung utama ke
tabung penampung tersebut.
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Tutup semua kran (1 s.d 6), perhatikan gambar.
Gambar 36. Alat Pengisi Sistem Penyejuk Udara
Gambar 50. Instalasi peralatan servis air conditioner system.
2. Hubungkan selang berwarna kuning ke tabung refrigerant 3. Buka katup pada tabung refrigerant
Selang putih
Selang biru ke katup hisap
kompresor
Saluran vakum Saringan
Pengukur tekanan Isi tabung
Pengukur tekanan tinggi (merah)
Pengukur tekanan rendah (biru)
Sight glass (tabung kaca pengontrol)
Tabung pengisi
Selang kuning untuk pengisian gas
Motor Pompa vakum
Selang merah ke katup tekan
kompresor
Keterangan : 1. Kran tekanan rendah 5. Kran pengisi tabung refrigerant 2. Kran tekanan tinggi 6. Kran pengatur (di belakang) 3. Kran saluran vakum 4. Kran untuk pengisian gas
1 2
6
4 5
3
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 51
4. Buka kran no. 5, refrigerant akan mengalir dari tabung refrigerant ke
tabung pengisi.
5. Buka sedikit kran no. 6 untuk mengalirkan tekanan di bagian atas tabung
pengisi. Perhatikan sight glass untuk mengetahui jumlah refrigerant yang
dimasukkan.
6. Tutup kran pada silinder/tabung pengisian (no. 6), kran no. 5 dan kran/katup pada tabung refrigerant.
7. Lepas selang berwarna kuning dari tabung pengisian, lakukan secara perlahan saat mengeluarkan tekanan.
D. PENGOSONGAN REFRIGERANT PADA AIR CONDITIONER SYSTEM
1. Periksa keadaan hubungan selang biru dan selang merah pada pengukur
tekanan, keraskan mur pengencangnya.
2. Buka tutup‐tutup yang berhubungan dengan katup pada kompresor.
3. Hubungkan selang biru ke katup “S” (Suction) pada kompresor dan selang
merah ke katup “D” (Discharge).
Yakinkan bahwa kran no. 4 tertutup, lepas selang putih pada kran no. 4
4. Buka kran no. 1 perlahan‐lahan agar gas mengalir ke luar. Usahakan agar
oli dalam kompresor tidak terbawa ke luar.
5. Buka kran no. 2 perlahan‐lahan untuk mengimbangi/mempercepat
pengeluaran gas pada sistem.
6. Bila kedua pengukur tekanan menunjuk pada nol hubungkan kembali
selang putih pada posisi semula (ke kran no. 4).
7. Hubungkan pompa vakum ke sumber listrik.
8. Hidupkan pompa vakum, lalu buka kran no. 1, 2 dan 3. Jarum pada
pengukur tekanan rendah harus bergerak ke arah minus 76 cm hg
(vakum).
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 52
Catatan : Jika pada alat ukur tidak menunjukkan adanya kevakuman,
kemungkinan pemasangan selang kurang bagus atau pada pemasangan
instalasi ada kebocoran, misalnya sambungan belum dikeraskan.
Kerusakan ini harus diatasi dahulu baru melanjutkan proses
pengosongan.
9. Lakukan pengosongan selama ± 10 menit.
10. Tutup kran no. 3, perhatikan penunjukkan jarum pada pengukur tekanan
rendah (warna biru) untuk melihat kebocoran, jika jarum diam/tetap
pada posisinya, buka lagi kran no.3 dan teruskan pengosongan sampai 30
menit.
LO HI
Gambar 51. Penunjukkan jarum pada pengukur tekanan rendah di bawah nol
E. PENGISIAN REFRIGERANT PADA AIR CONDITIONER SYSTEM
1. Setelah melakukan pengosongan selama ± 30 menit, tutup kran no. 3.
2. Matikan pompa vakum ( sebelumnya tutup kran no. 1 dan no. 2).
3. Buka kran no 4 untuk mengalirkan refrigerant pada saluran air
conditioner system.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 53
4. Buka katup no. 1 perlahan‐lahan. Jangan mengalirkan tekanan lebih besar
dari 60 Psi (413 k Pa).
5. Tutup kembali kran no. 1.
6. Periksa kebocoran pada sistem menggunakan Leak Detector. Yakinkan
tidak terdapat kebocoran pada sistem !
7. Buka lagi kran no. 1, alirkan refrigerant ke dalam sistem secara normal.
Bila diingnkan agar pengisian refrigerant dapat lebih cepat, kran no. 2 bisa
dibuka.
8. Tutup kedua kran, hidupkan engine, atur kipas pada evaporator dan
saklar pengatur temperatur pada posisi maksimum.
9. Buka kran no.1 untuk mengalirkan refrigerant secara cepat ke dalam
sistem dan perhatikan penambahan refrigerant sampai penunjukan pada
sight glass terlihat bening. Dalam kondisi seperti ini tutup kran no. 1 dan
periksa jumlah refrigerant yang diisikan pada sistem dengan melihat data
pada Dial Charge (Tabung pengisi).
Catatan : LO menunjukkan 1,5 – 2,5 kg/cm 2 ,
HI menunjukkan 15 ‐ 17 kg/cm 2 .
10. Hidupkan engine pada putaran 2.000 Rpm. Catat pengukuran pada alat
ukur tekanan rendah dan tekanan tinggi.
11. Matikan engine dan lepas selang warna biru dan merah dari kompresor.
Periksa kembali sistem dengan Leak detector dari kemungkinan adanya
kebocoran.
Catatan : Bila tidak tersedia Leak detector, pemeriksaan kebocoran bisa
dilakukan dengan memberikan cairan sabun pada sambungan yang
diperkirakan dapat terjadi kebocoran. Adanya kebocoran ditandai dengan
timbulnya gelembung udara dari cairan sabun tersebut.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 54
F. PROSES PENGOSONGAN DAN PENGISIAN REFRIGERANT PADA AIR
CONDITIONER SYSTEM LANGSUNG DARI TABUNG REFRIGERANT
Apabila kita tidak memiliki alat penampung/pengisi refrigerant seperti sudah
dijelaskan di atas, maka proses pengosongan dan pengisian refrigerant dapat
dilakukan langsung dari tabung refrigerant.
Adapun langkah‐langkahnya sama seperti cara sebelumnya. Yang harus
diperhatikan pada cara kedua ini adalah setelah proses pemakuman selesai,
selang berwarna kuning harus dipindahkan dari pompa vakum ke tagung
refrigerant. Hal ini menyebabkan masuknya udara ke dalam selang tersebut.
Untuk membuang udara dalam selang tersebut adalah dengan cara
membuka kran pada tabung tefrigerant, kemudian melonggarkan nipel
selang kuning pada Manofild pressure gauge beberapa saat hingga udara
dalam selang habis terdorong oleh refrigerant. Setelah nipel kembali ditutup
(dikencangkan), selanjutnya pengisian refrigerant dapat dilakukan seperti
cara sebelumnya.
Gambar 52. Pemakuman dan Pengisian Refrigerant
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 55
Proses pemakuman dan pengisian refrigerant pada sistem penyejuk udara
digambarkan pada bagan berikut.
Mulai menjalankan pompa vakum (Katup Tekanan Tinggi dan Katup
Tekanan Rendah Dibuka)
Menghentikan pompa vakum sementara waktu
(Katup ke Pompa Vakum Ditutup)
Jarum pengukur tetap ‐ 76 cm hg
Vakum kembali hingga 30 menit
Pengisian refrigerant
Jarum pengukur kembali ke nol, periksa dimana terjadi
kebocoran Perbaiki !
10 menit
30 detik
Gambar 53. Bagan proses pengosongan dan pengisian refrigerant
AC Tidak Beropeasi (Kedua Katup Servis Boleh Dibuka)
AC Beroperasi (Hanya Katup Tekanan Rendah
Yang Boleh Dibuka)
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 56
C. Latihan
1. Sebutkan 4 fungsi sistem penyejuk udara (Air Conditioner System) !
2. Jelaskan prinsip kerja air conditioner system !
3. Jelaskan fungsi komponen air conditioner system di bawah ini ! a. Kompresor b. Kondensor c. Receiver d. Expansion valve e. Evaporator
4. Jelaskan cara kerja expansion valve berikut !
D. Rangkuman
Sistem penyejuk udara (Air Conditioner System) digunakan untuk membuat
temperatur udara di dalam suatu ruangan menjadi nyaman. Performance
yang harus ditampilkan oleh air conditioner system adalah
mendinginkan/menyejukkan udara, mereduksi tingkat kelembaban udara
mensirkulasikan udara, dan membersihkan udara. Komponen utama yang
menjadi syarat kerja air conditioner adalah kompresor, kondensor,
expansion valve, dan evaporator. Untuk mendapatkan hasil maksimal dari air
conditioner system, maka sebelum dilakukan pengisian Freon terhadap air
conditioner system sebaiknya dilakukan proses vacuuming yang bertujuan
selain membuang udara di dalam sistem (vakum) juga membersihkan saluran
pada sistem.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 57
E. Test
Jawab pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan cara kerja idle up device berikut ini !
2. Sebutkan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan servis air
conditioner system !
3. Buat bagan prosedur servis air conditioner system!
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Materi yang sedang Anda pelajari merupakan pengetahuan pendukung
terhadap kompetensi “Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Kelistrikan
Otomotif”. Berdasarkan kriteria tingkat penguasaan kompetensi :
Kompetensi utama : 90% ‐ 100%
Kompetensi pendukung : 75%‐90&
Kompetensi pelengkap : 60% ‐ 75%
Maka standar minimal yang ditetapkan untuk penguasaan materi ini adalah
75.
Bandingkan hasil jawaban tes Anda dengan kunci jawaban yang terdapat
pada bagian akhir bahan ajar ini, kemudian ukurlah hasil penguasaan yang
telah dicapai menggunakan rumus berikut :
Σ Jawaban benar Tingkat penguasaan = ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ X 100% Σ Soal
1. Saklar magnet 2. Saringan udara 3. Katup gas 4. Tuas katup gas 5. Aktuator 6. Intake manifold
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 58
Jika hasil yang diperoleh telah mencapai 75% atau lebih, maka Anda telah menguasai materi yang dipelajari dan berhak melanjutkan pembelajaran berikutnya dengan persetujuan guru pembimbing. Namun jika hasil yang diperoleh belum mencapai 75% Anda masih harus mengulangi atau mempelajari kembali bahan ajar ini.
G. Kunci Jawaban Test
1. Cara kerja idle up device !
Bila air conditioner system dihidupkan, arus akan mengalir ke saklar
magnet sehingga katup pada saklar magnet akan terbuka. Kevakuman di
bawah katup gas akan menarik membran ke atas dan tuas yang
dihubungkan antara membran dan katup gas akan menarik katup gas
sehingga katup gas membuka lebih lebar, akibatnya putaran engine
bertambah tinggi.
2. Peralatan yang diperlukan untuk servis air conditioner system.
Pompa vakum
Pompa vakum pada pekerjaan servis air conditioner system digunakan
pada proses pengosongan saluran sistem penyejuk udara hingga
terjadi kevakuman.
1. Saklar magnet 2. Saringan udara 3. Katup gas 4. Tuas katup gas 5. Aktuator 6. Intake manifold
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 59
Tabung pengisi (tabung refrigerant/freon)
Tabung pengisi merupakan alat untuk menampung refrigerant yang
akan diisikan pada air conditioner system.
Leak Detector (Alat Pemeriksa Kebocoran Refrigerant)
Leak detector digunakan untuk memeriksa kebocoran refrigerant
yang terjadi pada air conditioner system.
Pengukur tekanan (Manifold Pressure Gauge)
Pengukur tekanan terdiri dari pengukur tekanan tinggi dan pengukur
tekanan rendah. Alat ini digunakan untuk memeriksa tekanan dalam
saluran air conditioner system saat beroperasi.
Gambar Pengukur tekanan (Manifold Pressure Gauge)
Thermometer
Thermometer digunakan untuk memeriksa suhu udara, dalam hal ini
suhu udara yang diperiksa adalah suhu udara yang sudah melewati
evaporator
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 60
Safety Glass
Safety glass digunakan selama bekerja pada air conditioner system,
hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kontak refrigerant ke
mata.
3. Bagan prosedur servis air conditioner !
Mulai menjalankan pompa vakum(Katup Tekanan Tinggi dan Katup
Tekanan Rendah Dibuka)
Menghentikan pompa vakumsementara waktu
(Katup ke Pompa Vakum Ditutup)
Jarum pengukur tetap - 76 cm hg
Vakum kembali hingga 30 menit
Pengisian refrigerant
Jarum pengukur kembali ke nol, periksa dimana terjadi
kebocoran Perbaiki !
10 menit
30 detik
AC Tidak Beropeasi (Kedua Katup Servis Boleh Dibuka)
AC Beroperasi (Hanya Katup Tekanan
Rendah Yang Boleh Dibuka)
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 61
KEGIATAN BELAJAR 3 :
INSTRUMEN PENUNJUK
A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, peserta dapat :
1. Menjelaskan cara kerja indikator tekanan oli.
2. Menjelaskan cara kerja indikator bahan bakar.
3. Menjelaskan cara kerja indikator temperatur engine.
B. Materi Pembelajaran
1. Indikator Tekanan Oli
Indikator tekanan oli adalah suatu alat assesori yang berfungsi memberi
informasi atau memberi peringatan kepada pengendara tentang kondisi
tekanan oli di dalam engine. Hal ini juga berarti memberi peringatan
kepada pengendara atau mekanik apabila terjadi kemacetan atau
kerusakan pada sistem pelumasan sehingga hal yang tidak diinginkan
dapat dideteksi lebih awal. Indikator tekanan oli terdiri dari 3 jenis, antara
lain ekspansi tekanan, tahanan listrik, dan lampu indikator. Dua jenis
terakhir pada umumnya lebih banyak digunakan.
b. Indikator tekanan oli dengan ekspansi tekanan
Indikator ekspansi tekanan menggunakan sebuah pipa bourdon
cekung yang salah satu ujungnya diikatsambungkan pada pipa oli
dan ujung lainnya bebas. Tekanan oli dari pipa tersebut
mempengaruhi pipa cekung, apabila oli bertambah, maka pipa
cekung (bourdon) menjadi agak lurus bentuknya. Gerakan ini
diteruskan pada jarum penunjuk melalui batang sambungan dan gigi
dari ujung pipa. Jarum bergerak melewati permukaan dial untuk
mencatat besar tekanan oli.
c. Indikator tekanan oli dengan tahanan listrik
Terdapat dua jenis indikator tekanan oli yang menggunakan tenaga
listrik yaitu gulungan balancing dan termostatik seperti pada
pengukur bahan bakar. Prinsip dan proses dari kedua asesori tersebut
hampir sama.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 62
Pada jenis gulungan balancing, terdapat sebuah tahanan variable
pada unit pengirim (sending unit).
Apabila tekanan oli naik, diafragma pada unit pengirim ditekan naik
sehingga kontak geser bergerak sepanjang tahanan dan menambah
besar tahanannya pada rangkaian. Gulungan balancing sebelah
kanan pada unit penerima menjadi lebih kuat medan magnitnya
daripada gulungan balancing sebelah kiri armature dan jarum
penunjuk bergerak ke arah kanan menunjuk ke angka tekanan yang
lebih tinggi.
d. Indikator tekanan oli dengan lampu indikator
Sistem pengontrol tekanan oli dengan menggunakan lampu indikator
prinsipnya sama dengan pengukur tekanan oli dengan tahanan, yakni
menggunakan sending unit tetapi berfungsi sebagai saklar untuk
menghubungkan dan memutuskan arus dari batere ke lampu
indikator. Bila tekanan oli rendah/kurang maka contact point pada
sending unit akan tetap tertutup sehingga terjadi pengaliran arus ke
lampu indicator dan lampu indikator menyala. Sebaliknya apabila
tekanan oli naik sesuai spesifikasi maka contact point akan tertekan
dan membuka, sehingga tidak ada pengaliran arus ke lampu indikator
dan lampu indikator padam.
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 63
2. Indikator Temperatur Engine
Setiap saat operator atau pengemudi akan tahu bahwa temperatur di
dalam sistem pendingin pada batas kondisi aman atau tidak aman sebab
indikator temperatur dipasang pada kendaraan.
Kenaikan panas yang tidak normal memberi petunjuk atau peringatan
kepada pengemudi bahwa kondisi engine atau komponen lainnya bekerja
tidak normal oleh karena itu pengemudi harus secepatnya menghentikan
kerja engine sebelum terjadi keruskaan yang serius.
Terdapat beberapa jenis indicator temperature engine, yang paling
banyak digunakan adalah dengan memanfaatkan bimetal dan
kemagnetan.
a. Indikator temperatur dengan bimetal.
Pada indicator temperatur dengan bimetal terdapat receiver yang
menggunakan element bimetal dan sender menggunakan element
resistance yang disebut thermistor.
Cara kerjanya adalah, bila temperatur air pendingin rendah, maka
tahanan di dalam thermistor nilainya tinggi dan hampir tidak ada arus
yang mengalir. Oleh karena itu heat wire menghasilkan panas yang
kecil, sehingga jarum penunjuk hanya melengkung sedikit. Bila
temperatur air pendingin meningkat maka tahanan thermistor
berkurang, hal ini menyebabkan arus yang mengalir ke heat wire
bertambah sehingga panas yang ditimbulkan bertambah pula.
Sebagai akibatnya lengkungan bimetal semakin banyak. Elemen
bimetal melengkung sebanding dengan panas yang dihasilkan oleh
heat wire.
Smn 09
Dari batere
Kunci kontak
Voltage stabilizer
Gauge unitHeating coil
Bimetal arm
Water temperature sender (Thermistor)
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 64
b. Indikator temperatur dengan kemagnetan.
Cara kerjanya adalah, bila temperatur air pendingin rendah, maka
tahanan di dalam thermistor nilainya tinggi sehingga arus yang
mengalir pada operating coil kecil yang menyebabkan
kemagnetannya lemah. Disisi lain arus yang mengalir pada limiting
coil tidak ada perubahan. Karena kemagnetan pada limiting coil lebih
besar daripada operating coil maka jarum penunjuk akan tertarik ke
sebelah kiri (pada posisi Cold). Apabila suhu air pendingin meningkat,
maka tahanan pada thermistor akan mengecil. Hal ini menyebabkan
arus yang mengalir pada operating coil akan bertambah besar, oleh
karena itu kemagnetannya secara bertahap akan bertambah kuat
seiring dengan semakin mengecilnya nilai tahanan pada thermistor.
Dalam kondisi seperti ini jarum penunjuk akan tertarik ke sebelah
kanan (pada posisi Hot). Semakin tinggi temperatur air pendingin,
maka semakin kecil tahanan pada thermistor dan semakin kuat
magnet yang dihasilkan oleh operating coil.
3. Indikator Bahan Bakar
Indikator bahan bakar digunakan sebagai alat untuk mengontrol jumlah bahan bakar di dalam tangki. Pada pengukuran bahan bakar jenis balancing (limiting coil dan operating coil) terdapat dua unit komponen yang ditempatkan terpisah antara satu dengan yang lainnya, walaupun demikian unit yang satu akan mempengaruhi kerja unit lainnya.
Dash Gauge Unit
Operating coil
Limiting coil
Armature
Extended pole
Ignition switch
Water temperature
sender
Battery
Smn 09
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 65
Unit komponen yang ditempatkan pada tangki bahan bakar disebut unit pengirim (sending unit), sedangkan unit yang dipasang pada panel instrument di depan pengemudi disebut unit penerima (receiving unit), pada receiving unit inilah ditempatkan balancing coil. Kedua unit komponen tersebut dirangkai secara seri dengan batere melalui saklar pengapian (ignition switch).
Gambar …… Rangkaian pengukur bahan bakar
Kerja pengukur bahan bakar adalah sebagai berikut, apabila kunci kontak
diarahkan pada posisi “On” maka arus dari batere mengalir pada kedua unit
pengukur bahan bakar. Saat jumlah bahan bakar sedikit, maka arus listrik
akan mengalir dari batere melalui kunci kontak kemudian mengalir pada
limiting coil, selanjutnya arus dialirkan pada operating coil yang dipasang
parallel terhadap variable resistance.
Karena jumlah bahan bakar sedikit, maka pelampung akan berada pada posisi
di bawah, hal ini mengakibatkan posisi variable resistance pada posisi nilai
tahanan yang kecil. Oleh karena itu sebagian besar arus mengalir pada
variable resistance dan arus yang mengalir ke operating coil kecil, sehingga
kemagnetannya lemah. Dengan kondisi seperti ini maka jarum penunjuk akan
tertarik pada limiting coil (posisi jarum kearah Empty) karena kemagnetan
pada limiting coil lebih kuat daripada operating coil. Apabila volume bahan
bakar naik, maka pelampung akan bergerak ke atas. Hal ini menyebabkan
nilai variable resistance bertambah besar. Dalam kondisi seperti ini maka arus
listrik pada operating coil akan bertambah besar, sehingga kemagnetan pada
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 66
operating coil bertambah kuat sehingga jarum penunjuk akan tertarik ke
sebelah kanan (ke arah Full).
C. Latihan 1. Sebutkan 3 jenis indikator petunjuk yang umum dipasang pada
kendaraan.
2. Jelaskan fungsi variable resistance pada alat ukur penunjuk bahan bakar !
3. Apabila operating coil pada pengatur bahan bakar putus, apa akibatnya
terhadap rangkaian ?
D. Rangkuman
Kondisi engine dipengaruhi oleh kondisi berbagai komponen yang bekerja di
dalamnya. Untuk mengetahui kondisi kerja engine dapat dilakukan dengan
membaca beberapa indicator yang dipasang sebagai pengontrol kerja engine.
Indicator‐indikator tersebut antara lain indicator tekanan oli, indicator bahan
bakar, dan indicator temperature engine. Ketiga indicator tersebut dalam
proses kerjanya memiliki beberapa kesamaan, yakni beberja berdasarkan
pengaturan arus yang dialirkan pada variable resistance, penerapan
electromagnet, dan penggunaan kumparan pemanas serta bimetal.
H. Test Jawab pertanyaan di bawah ini !
1. Bila jumlah bahan bakar di dalam tangki penuh maka nilai tahanan pada
variable resistance ……………………………………….(besar/kecil),
Jelaskan alasannya !
2. Saat jumlah bahan bakar pada tangki kurang, maka kemagnetan yang
lebih besar ada pada kumparan …………………………………. (limiting coil/
operating coil), jelaskan alasannya !
3. Jelaskan hubungan thermistor (pada indikator temperatur) dengan
penunjukkan jarum pada dash gauge unit (Receiving unit) !
Diklat Mekanik Otomotif 3 Optional Electrical System
P4TK-BMTI Bandung/MKE/Smn-Yats_2009 67
I. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Materi yang sedang Anda pelajari merupakan pengetahuan pendukung
terhadap kompetensi “Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Kelistrikan
Otomotif”. Berdasarkan kriteria tingkat penguasaan kompetensi :
Kompetensi utama : 90% ‐ 100%
Kompetensi pendukung : 75%‐90&
Kompetensi pelengkap : 60% ‐ 75%
Maka standar minimal yang ditetapkan untuk penguasaan materi ini adalah
75. Bandingkan hasil jawaban tes Anda dengan kunci jawaban yang terdapat
pada bagian akhir bahan ajar ini, kemudian ukurlah hasil penguasaan yang
telah dicapai menggunakan rumus berikut :
Σ Jawaban benar Tingkat penguasaan = ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ X 100% Σ Soal
Jika hasil yang diperoleh telah mencapai 75% atau lebih, maka Anda telah menguasai materi yang dipelajari dan berhak melanjutkan pembelajaran berikutnya dengan persetujuan guru pembimbing. Namun jika hasil yang diperoleh belum mencapai 75% Anda masih harus mengulangi atau mempelajari kembali bahan ajar ini.
J. Kunci Jawaban Test 1. Bila jumlah bahan bakar di dalam tangki penuh maka nilai tahanan pada
variable resistance menjadi besar, karena saat bahan bakar bertambah penuh maka pelampung akan terangkat, hal ini menyebabkan sliding contact bergerak ke arah jumlah tahanan yang lebih besar.
2. Saat tekanan bahan bakar pada tangki kurang, maka kemagnetan yang lebih besar ada pada kumparan limiting coil, hal ini disebabkan kecilnya nilai tahanan pada variable resistance sehingga arus yang mengalir ke operating coil kecil dan kemagnetan yang ditimbulkan juga lemah, akibatnya jarum tertarik ke arah limiting coil.
3. Apabila suhu thermistor rendah, maka jarum penunjuk pada dash gauge unit berada pada posisi Cold. Hal ini disebabkan nilai tahanan thermistor besar sehingga arus yang mengalir pada operating coil kecil, sebaliknya arus yang mengalir pada limiting coil tetap besar dan menghasilkan medan magnet yang lebih besar dari operating coil. Demikian sebaliknya.