minat belajar
TRANSCRIPT
CONTOH SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
1. JUDULJudul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
2. LATAR BELAKANG MASALAHDalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3. PERMASALAHANPermasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
4. CARA PEMECAHAN MASALAHDalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIANTujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan
dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKANPada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA PENELITIANa. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitianPada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
b. Variabel yang diselidikiPada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil
belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
c. Rencana TindakanPada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.d. Data dan cara pengumpulannyaPada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
e. Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.f. Tim peneliti dan tugasnyaPada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
8. JADWAL PENELITIANJadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9. RENCANA ANGGARANa. Komponen – komponen pembiayaanRencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :1) PersiapanKegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.2) Kegiatan operasional di lapanganDalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.3) Penyusunan Laporan Hasil PTKPembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
4) Cara Merinci Kegiatan dan PembiayaanBiaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan.Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian* Honorarium
1. Ketua Peneliti2. Anggota tim peneliti3. Tenaga AdministrasiBesarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan*Bahan dan Peralatan penelitian
1. Bahan habis pakai2. Alat habis3. Sewa alat
* Perjalanan
1. Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan2.Transportasi local sesuai harga setempat3. Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan4. Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari5. Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari*Laporan Penelitian
1. Penggandaan2. Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris3. Pengiriman* Seminar1. Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat2. Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)10. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.11. LAMPIRAN DAN LAIN – LAINBagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.( edi rizqi )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa diberi kelebihan dibanding makluk lain berupa akal
pikiran. Oleh karenanya dalam perkembangannya manusia selalu mengalami perubahan, baik dalam
cara hidup, budaya maupun pengetahuannya. Dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
harus ditunjang oleh kemampuan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi ilmu
terapan dan ilmu pengetahuan dasar seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam bidang matematika,
sebab matematika sebagai dasar dari ilmu pengetahuan yang lain dan menuntut adanya sumber daya
manusia yang berkwalitas, matematika terbentuk sebagai hasil dari pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang diolah secara analisis sehingga sampailah suatu
kesimpulan berupa konsepkonsep matematika. Dalam rangka peningkatan hasil belajar matematika,
salah satu usaha yang dapat kita lakukan ialah dengan memahami bagaimana siswa-siswa kita belajar
dimana dalam proses belajar mengajar yang penting adalah penguasaan iklim didalam kelas yang
sejuk dan nyaman sehingga dapat menggugah motivasi siswa dalam belajar. Matematika merupakan
salah satu diantara mata pelajaran yang diajarkan disekolah-sekolah dengan frekuensi jam
pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Pembelajaran
matematika merupakan sarana dan wahana yang sangat baik didalam pembinaan sumber daya
manusia.Oleh karena itu bidang pendidikan khususnya matematika perlu mendapatkan perhatian,
penanganan dan prioritas secara intensif baik oleh pemerintah, keluarga dan pengelolaan pendidikan.
Pembelajaran matematika juga memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Siswa memahami pengertian matematika, memiliki ketrampilan untuk menerapkan
pengertian tersebut baik dalam matematika sendiri, mata pelajaran lainnya, maupun dalam
kehidupan sehari-hari, menghargai dan menyadari pentingnya matematika dan meresapi
proses, struktur dan pola dalam matematika.
2. Siswa memiliki pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian matematika, memiliki
kemampuan menganalisa dan menarik kesimpulan, serta memiliki sikap dan kebiasaan
berpikir logis, kritis dan sistematis, bekerja cermat, tekun dan bertanggung jawab guna
terciptanya hasil belajar matematika.
Untuk itu matematika sering dikatakan pelajaran yang sulit dipahami dan dipelajari. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Siswa masih banyak
melakukan kesalahan dalam menerapkan rumus sehingga pada saat proses belajar mengajar
kebanyakan para siswa lebih bersifat pasif, takut, malu mengemukakan pendapatnya bahkan tidak
jelas mana yang akan ditanyakan. Suasana seperti ini akan mengganggu kelancaran proses belajar
mengajar dan juga menghambat kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh
guru mereka. Jika hal ini dibiarkan terus akan menyebabkan siswa semakin mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal matematika karena pembelajaran cenderung satu arah, sehingga pada
gilirannya proses pembelajaran menjadi terlambat dan lamban. Dari sini penulis ingin memberikan
suatu alternatif pembelajaran aktif dengan penerapan pembelajaran terbimbing untuk mengetahui
beberapa kemungkinan jawaban dalam menyelesaikan soal matematika. Pembelajaran aktif adalah
suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif, ketika peserta didik
belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara
aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan
persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam proses
pembelajaran. Belajar aktif adalah salah satu cara mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya didalam otak. Dalam proses pembelajaran terbimbing siswa dituntut untuk aktif
dan menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan membentuk kelompok kecil.
Apabila menghadapi kesulitan, siswa dapat mendiskusikan dengan siswa lain atau bertanya kepada
guru. Dengan pembelajaran terbimbing diharapkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal
matematika akan meningkat, oleh karena untuk dapat melaksanakan pembelajaran terbimbing perlu
adanya kerjasama antara guru matematika dengan peneliti yaitu melalui penelitian tindakan kelas
(PTK). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan
penelitian yang dilakukan dikelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,
maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan. Penelitian menunjukan pada suatu kegiatan
mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti. Tindakan menunjukkan pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam berbentuk rangkaian kegiatan untuk msiswa. Kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas
segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yaitu merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru
matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran disekolah dapat dikaji dan
dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran matematika disekolah yang menerapkan metode
pembelajaran terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya ketertarikan siswa pada pelajaran matematika sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika
sangat rendah.
2. Rendahnya kemampuan dan keaktifan siswa dalam belajar matematika kususnya dalam
memahami dan menyelesaikan soal-soal latihan matematika.
3. Kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru matematika dalam menyampaikan pokok
bahasan sehingga akan mempengaruhi kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan untuk
menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah.
Mengingat juga keterbatasan kemampuan penulis maka masalah dititik beratkan pada upaya
peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan penerapan
pembelajaran terbimbing (guided teaching) siswa kelas ****
D. Perumusan Masalah
Permasalahan yang muncul dari latar belakang tersebut adalah :
Adakah peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan pembelajaran
terbimbing?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa penerapan pembelajaran terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar, kemampuan dan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan bagi calon guru tentang metode pembelajaran terbimbing.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi calon guru dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya bidang studi matematika.
3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti yang lain.
Contoh Judul Penelitian Tindakan Kelas / PTK, Siapa yang Minat?
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS/PTK
1. PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR - 04
2. PROP. PENELITIAN TINDAKAN. KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD MELALUI PERANAN HADIAH SEBAGAI PERANGSANG TIMBULNYA KOMPETENSI – 03
3. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEDISPLINAN SISWA MELALUI PENERAPAN HUKUMAN - 01
4. PROP. PENELITIAN UPAYA MEMINIMALKAN MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK BAGI SISWA KELAS IV SD - 03
5. PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SI SD DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES - 04
6. PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALLUI PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DI SD WANAGIRI KAB. KULON PROGO YK - 04
7. PROP. PENELITIAN PENINGKATAN KEDISPLINAN SISWA MELALUI KETELADANAN GURU SD NEGERI PRAWIROTAMAN - 01
8. PROP. PENELITIAN T. KELAS UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN
9. PROP. PENELITIAN PENGARUH PERILAKU ANAK YANG MENYIMPANG TERHADAP KEBERHASILAN PROSES PEMBELAJARAN DI SDN DUKUH II YK PADA MURID KELAS I CAWU 2 TH PELAJARAN 2001/2002 – 01
10. KARYA TULIS PENDIDIKAN MENYAMBUT KBK - 03
11. USULAN PENELITIAN PTK UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN FISIKA PADA SEKOLAH SLTP MELALUI OPTIMALISASI KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI IMPLEMENTASI KBK - 03
12. LAPORAN HASIL OBSERVASI KELAS DI SDN KOKAP PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG - 01
13. PERKEMBANGAN MANUSIA DAN PENDIDIKAN - 03
14. LAPORAN HASIL UJI COBA TES DI SDN SEJATI SUMBERARUM MOYUDAN SLEMAN - 01
15. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN BERTANYA SISWA SD DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA - 01
16. PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002 - 01
17. PROP. PENELITIAN T. KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
18. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENDEKATAN RANI - 04
19. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV SDN I MADUKARA - 03
20. PROP. PENELITIAN PERANAN PENGUATAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA - 02
21. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PAKEM KELAS IV SDN SORONALAN I TH AJARAN 2003/2004 - 04
22. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE CERAMAH BERVARIASI SISWA KELAS V CAWU I DI SDN 2 KARANGTURI MREBET PURBALINGGA – 04
23. PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SECARA EFEKTIF – 01
24. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY - 03
25. LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN PERANAN MEDIA DALAM MENINGKATKAN
KETRAMPILAN MEMBACA DI KELAS RENDAH - 01
26. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENUMBUHKAN BAKAT DAN KREATIVITAS SISWAKELAS IV SDN WANADADI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING - 03
27. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LABORATORY – 04
28. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT - 03
29. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SECARA EFEKTIF – 01
30. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONSESIA SD DENGAN MENGEFEKTIFKAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI – 04
31. USULAN PENELITIAN TINDAK KELAS PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PPKN. MELALAUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOPOLIO DI KELAS 11 – a SLTPN 12 BANDUNG -03
32. PRPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING – 04
33. PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD MELALU PENDEKATAN INKUIRI – 04
34. PROPOSAL PENELITIAN UPAYA MENINGKATAKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME - 04
35. PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI -04
36. PROPOSAL UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI PELAJARAN MUATAN LOKAL DI SDN PERCOBAAN 4 WATES – 01
37. PROPOSAL PENELITIAN TINDAK KELAS UPAYA MENGOPTIMALKAN BIMBINGAN KONSELING DI SD UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK -04
38. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA - 01
39. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN (BERBICARA) MELALUI METODE SOSIODRAMA - 03
40. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA MELALUI PENGINTEGRASIAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA - 03
41. PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002 - 01
42. PROP. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN MURID DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA DAN KONDISI KELAS PADA SEKOLAH DASAR - 01
43. LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI PERPUSTAKAAN DAPAT MENINGKATKAN BELAJAR BAGI SISWA DI KELAS IV - 01
44. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KETELADANAN GURU SDN I BANDINGAN - 03
45. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN MASTERY LEARNING - 04
46. PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALUI PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DI SD WANIGIRI KAB. KULON PROGO YK - 04
47. PROP. PENELITIAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI GUNA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN PUJOKUSUMAN III YK - 01
48. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA MELALUI OPTIMALISASI PERPADUAN HANDS-ON DAN MINDS-ON MENGGUNAKAN KIT IPA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN GUMIWANG - 03
49. PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA KELAS III MELALUI BIMBINGAN BELAJAR DI SDN KARANGKOBAR I - 03
50. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN (STM) SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT - 03
51. PROP. PENELITIAN TINDAKAN. KELAS PERANAN HADIAH SEBAGAI PERANGSANG TIMBULNYA KOMPETISI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD – 01
52. PROP. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN MURID DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA DAN KONDISI KELAS PADA SEKOLAH DASAR - 01
53. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN METODE INKUIRI DAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD - 03
54. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DI KELAS IV SDN I BABADAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOSTRUKTIVISME - 03
55. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA PADA ANAK KELAS V SDN SINGAMERTA I MELALUI METODE INKUIRI - 03
56. PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002 - 01
57. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPNGARUHI MINAT SISWA KELAS I SMK PIRI I YK DALAM PEMILIHAN PROGRAM KEAHLIAN - 05
58. PERANAN MOTIVASI GURU DALAM PENGGUNAAN ALAT OLAHRAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI SD KEPUNDUNG - 01
59. PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002 - 01
60. PROP. PENELITIAN PENGARUH PERILAKU ANAK YANG MENYIMPANG TERHADAP KEBERHASILAN PROSES PEMBELAJARAN DI SDN DUKUH II YK PADA MURID KELAS I CAWU 2 TH PELAJARAN 2001/2002 – 01
61. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF - 04
62. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN TERPADU SISWA KELAS II-B SDN WONOLELO I TH 2003/2004 - 04
63. PROP. LAPORAN HASIL UJI COBA TES DI SDN SANGKARAYU MBREBET PURBALINGGA JATENG - 03
64. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN KEWIBAWAAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISPLINAN KELAS - 03
65. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PPKN DENGAN KBK PADA SISWA KELAS IV SDN JATI II KEC. SAWANGAN KAB. MAGELANG TH 2003/2004 - 04
66. PROP. UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI PELAJARAN MUATAN LOKAL DI SDN PERCOBAAN 4 WATES - 01
67. PROP. KELAS MELALUI PERPUSTAKAAN DAPAT MENINGKATKAN BELAJAR BAGI SISWA DI KELAS IV - 01
68. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA - 01
69. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN (ALAT PERAGA) - 01
70. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA PADA ANAK KELAS V SDN SINGAMERTA I MELALUI METODE INKUIRI - 03
71. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV SDN KUTAYASA I DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE DISKOVERI-INKUIRI - 04
72. PROP. PENELITIAN UPAYA KEAKTIFAN SISWA BELAJAR IPA KELAS IV SD PESANGKALAN II MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES - 04
73. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEDIA PENGAJARAN DI SD GONDANGSARI IV KELAS IV - 04
74. PROP. PENELITIAN MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR - 01
75. LAPORAN HASIL OBSERVASI PENATAAN KELAS DI TK ABA GODONGKUNING BANGUNTAPAN - 02
76. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN PUCANG 02 BANJARNEGARAMELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI - 04
77. PEMBELAJARAN BAHASA TERPADAU DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBSA SISWA SD DI KELAS 2 SDN WANOLELO I SAWANGAN MAGELANG - 03
78. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SDN BONGKOT - 05
79. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN - 05
80. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM TEACHING - 05
81. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMBERIAN PENGUATAN - 05
82. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN DAYA KREATIVITAS PADA ANAK SD MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS - 05
83. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS LANJUT MELALUI MEDIA GAMBAR - 05
84. UPAYA MENIMBULKAN KEANTUSIASAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA INDONESIA DI SD MELALUI METODE QUANTUM
85. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS EVALUASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PKPS DI KELAS V SDN GODONGKIWO - 06
86. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI BIMBINGAN KARIR DI SDN KEDUNG POMAHAN DESA KEDUNG POMAHAN KEC. KEMIRI KAB. PURWOREJO – 06
87. UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN KONSEP PELAJARAN PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT – 05
88. UPAYA MENIMBULKAN KEANTUSIASAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA INDONESIA DI SD MELALUI METODE QUANTUM TEACHING - 06
89. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGATASI KENAKALAN ANAK YANG MENCARI PERHATIAN DI KELAS II SDN NGUPASAN PURWOREJO DENGAN BIMBINGAN MORAL - 05
90. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI BIMBINGAN KARIR DI SDN KRAKITAN III KEC. BAYAT KAB. KLATEN – 06
91. MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PRAPEMBELAJARAN - 06
92. PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES DI SD PLIPIR PURWOREJO - 05
93. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA
TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING - 04
94. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN JATIMULYO KEBUMEN – 04
95. PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES - 04
96. PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA LISAN SISWA KELAS V SD MI MAARIF AMBARKETAWANG MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TH PELAJARAN 2004/2005 - 04
97. PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MELALUI CARA REPETITIF ATAU PENGULANGAN DALAM PELAJARAN MATEMATIKA – 03/04
98. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN KEBERWACANAAN MELALUI EFEKTIVITAS SASTRA SISWA KELAS III SD - 03
99. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI ALAT PERAGA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS II SDN I KEMANGKON - 03
100. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS VI DENGAN SISTEM CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA) - 03
101. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS SISWA DI KELAS V SD MELALUI PEMBELAJARAN HOLISTIK - 03
102. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN DI SDN I GRANTUNG - 03
103. PROP. PENELITIAN UPAYA GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI DI SDN BAPANGSARI PURWOREJO - 04
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : Prof. Dr. Suwarsih Madya
Bagian II
Proses Dasar Penelitian Tindakan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, PTK bersifat partisipatori dan kolaboratif, yang dilakukan karena
ada kepedulian bersama terhadap situasi pembelajaran kelas yang perlu ditingkatkan. Anda bersama
pihak-pihak (sejawat, murid, KS) mengungkapkan kepedulian akan peningkatan situasi tersebut,
saling menjajagi apa yang dipikirkan, dan bersama-sama berusaha mencari cara untuk meningkatkan
situasi pembelajaran. Anda bersama kolaborator (sejawat yang berkomitmen) menentukan fokus
strategi peningkatannya. Singkatnya, Anda secara bersama-sama (1) menyusun rencana tindakan
bersama-sama, (2) bertindak dan (3) mengamati secara individual dan bersama-sama dan (4)
melakukan refleksi bersama-sama pula. Kemudian, Anda bersama-sama merumuskan kembali
rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Itulah empat aspek pokok
dalam penelitian tindakan (Kemmis dkk, 1982; Burns, 1999), yang selanjutnya diuraikan di bawah
ini.
1. Penyusunan Rencana
Rencana PTK merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi definisi harus
prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan memperhitungkan peristiwa-peristiwa
tak terduga sehngga mengandung sedikit resiko. Maka rencan mesti cukup fleksibel agar dapat
diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat.
Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan
kelas mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan dinamika kehidupan kelas dan mengakui
adanya kendala nyata, baik yang bersifat material namun bersifat non-meterial dalam kelas Anda.
Kedua, tindakan-tindakan pilih karena memungkinkan para Anda untuk bertindak secara
lebih efektif dalam tahapan-tahapan pembelajaran, secara lebih bijaksana dalam memperlakukan
murid, dan cermat dalam mengamati kebutuhan dan perkembangan belajar murid.
Pada prinsipnya, tindakan yang Anda rencanakan hendaknya (1) membantu Anda sendiri dalam (a)
mengatasi kendala pembelajaran kelas, (b) bertindak secara lebih tepat-guna dalam kelas Anda, dan
(c) meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas; dan (2) membantu Anda menyadari potensi baru
Anda untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Dalam proses perencanaan, Anda
harus berkolaborasi dengan sejawat melalui diskusi untuk mengembangkan bahasa yang akan dipakai
dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan Anda dalam kelas.
Rencana PTK Anda hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal refleksif terhadap
pembelajaran kelas Anda. Misalnya, jika Anda adalah guru bahasa Inggris, Anda akan melakukan
pengamatan terhadap situasi pembelajaran kelas Anda dalam konteks situasi sekolah secara umum
dan mendeskripsikan hasil pengamatan. Dari sini akan mendapatkan gambaran umum tentang
masalah yang ada. Lalu Anda meminta seorang guru bahasa Inggris lain sebagai kolaborator untuk
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang Anda selenggarakan di kelas Anda;
selama mengamati, kolaborator memusatkan perhatiannya pada perilaku Anda sebagai guru dalam
upaya membantu murid belajar bahasa Inggris, dan perilaku murid selama proses pembelajaran
berlangsung, serta suasana pembelajarannya. Misalnya, hal-hal yang dicatat meliputi: (1) bagaimana
guru melibatkan murid-muridnya dari awal (ketika membuka pelajaran); (2) bagaimana guru
membantu murid-muridnya (a) memahami isi atau pesan teks, (b) memahami cara mengungkapkan
makna sejenis (cara menyusun kalimat, cara mengeja kata, cara melafalkan kata yang digunakan
untuk makna tersebut), (c) belajar berkomunikasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang
telah dipelajari, (d) membantu murid-muridnya yang mengalami kesulitan atau yang pasif, (3)
bagaimana guru mengelola kelas, yaitu dalam mengatur tempat duduk, mengontrol penerangan,
mengatur suaranya, mengatur pemberian giliran, mengatur kegiatan; (4) bagaimana guru berpakaian,
(5) bagaimana murid menanggapi upaya-upaya guru, (6) sejauh mana murid aktif memproduksi
bahasa Inggris, dan (7) hal-hal lain yang secara teoretis perlu dicatat, serta (8) suasana kelas. Hasil
pengamatan awal terhadap proses tersebut dituangkan dalam bentuk catatan-catatan lapangan
lengkap (cuplikannya dapat disajikan dalam laporan dalam bentuk vignette), yang menggambarkan
dengan jelas cuplikan/episode proses pembelajaran dalam situasi nyata.
Kemudian, Anda bersama kolaborator memeriksa catatan-catatan lapangan sebagai data awal secara
cermat untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dan aspek-aspek apa yang perlu
ditingkatkan untuk memecahkan masalah praktis tersebut. Berdasarkan hasil kesepakatan terhadap
pencermatan data awal, dan dipadukan dengan ketersediaan sumber daya, baik manusia maupun non-
manusia, Anda bersama kolaborator menyusun rencana tindakan, sebagai penuntun pelaksanaan
tindakannya.
Rencana tindakan Anda perlu dilengkapi dengan pernyataan tentang indikator-indikator peningkatan
yang akan dicapai. Misalnya, indikator untuk peningkatan keterlibatan murid adalah peningkatan
jumlah murid yang melakukan sesuatu dalam pembelajaran nahasa Inggris, seperti bertanya,
mengusulkan pendapat, mengungkapkan kesetujuan, mengungkapkan kesenangan, mengungkapkan
penolakan dan sebagainya dalam bahasa Inggris; sedangkan indikator untuk produksi bahasa Inggris
adalah peningkatan jumlah ungkapan (kata/frasa/kalimat) bahasa Inggris yang diproduksi oleh murid.
Disamping itu, perlu juga indikator kualitatif, misalnya peningkatan keakuratan (lafal dan tatabahasa)
dan kelancaran bahasa Inggris murid dengan deskriptor di masing-masing tingkatan.
Kebersamaan Anda dan kolaborator dalam mengumpulkan data awal, lalu mencermatinya untuk
mengidentikasi masalah-masalah yang ada dan menentukan tindakan untuk mengatasinya, serta
menyusun rencana tindakan, telah memenuhi tuntutan validitas demokratik.
Pelaksanaan Tindakan
Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu
tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas
Anda, yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, Anda perlu bersikap fleksibel dan siap
mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/penyesuaian yang
terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan.
Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis ke arah
perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam
konteks strateginya. Nilai tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan nilai
tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya.
Observasi
Observasi tindakan di kelas Anda berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama
prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang,
lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1)
direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka
untuk mencatat hal-hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan Anda di kelas
selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak terduga;
(3) bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya.
Apa yang diamati dalam PTK adalah (1) proses tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja
dan tak sengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut
menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e)
persoalan lain yang timbul.
Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi Anda berusaha (1) memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan
ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan (2) memahami persoalan
pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajan dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, Anda
sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat Anda, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi
pembelajaran kelas Anda dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya. Refleksi
memiliki aspek evaluatif; dalam melakukan refleksi, Anda hendaknya menimbang-nimbang
pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan
yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan
pekerjaan. Tetapi dalam pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, Anda meninjau ulang,
mengembangkan gambaran agar lebih lebih hidup (a) tentang proses pembelajaran kelas Anda, (b)
tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas, dan, yang lebih penting lagi, (c)
tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk para siswa Anda agar mencapai tujuan
perbaikan pembelajaran.
PTK Anda merupakan proses dinamis, dengan empat momen dalam spiral perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Proses dasar tersebut dapat diringkas sebagai berikut (Kemmis dkk. (1982).
Dalam praktik, proses PTK Anda mulai dengan ide umum bahwa Anda menginginkan perubahan
atau perbaikan pembelajaran di kelas Anda. Inilah keputusan tentang letak di mana dampak tindakan
itu mungkin diperoleh. Setelah memutuskan medannya dan melakukan peninjauan awal, Anda
bersama kolaborator sebagai peneliti tindakan memutuskan rencana umum tindakan. Dengan
menjabarkan rencana umum ke dalam langkah-langkah yang dapat dilakukan, Anda memasuki
langkah pertama, yakni perubahan dalam strategi yang ditujukan bukan saja untuk mencapai
perbaikan, tetapi juga pemahaman lebih baik tentang apa yang mungkin dicapai kemudian. Sebelum
mengambil langkah pertama, Anda harus lebih berhati-hati
dan merencanakan cara untuk memantau pengaruh langkah tindakan pertama, keadaan kelas Anda,
dan apa yang mulai dilihat oleh strategi dalam praktik. Jika mungkin mempertahankan pencarian
fakta dengan memantau tindakannya, langkah pertama diambil. Pada waktu langkah itu
dilaksanakan, data baru mulai masuk, dan keadaan, tindakan, dan pengaruhnya dapat dideskripsikan
dan dievaluasi. Tahap evaluasi ini menjadi peninjauan yang segar yang dapat dipakai untuk
menyiapkan cara untuk perencanaan baru (Kemmis dkk., 1982: 6-7).
‘information gap’ dengan menggunakan permainan dan bermain peran. Tugas ‘information gap’
merujuk pada tugas di mana terdapat kesenjangan yang mesti ditutup oleh siswa yang satu dengan
cara berkomunikasi dengan siswa lainnya. Teknik tugas ini mencakup permainan bahasa, bermain
peran, dan simulasi, mulai dari teknik-teknik semi-terbimbing untuk pelajar tingkat pemula dan
menengah sampai teknik bebas (tanpa bimbingan) untuk pelajar tingkat lanjut. Rencana di atas
dilaksanakan dan direkam prosesnya, kemudian berdasarkan data dilakukan refleksi, yang
menghasilkan permasalahan baru, yaitu bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dengan
tugas ‘information gap’ tersebut, sedangkan sebagian besar siswa tampak takut salah, cemas dan
malu berbicara dalam bahasa Inggris. Maka, dalam tindakan kedua direncanakan untuk melakukan
sesuatu yang dapat mengurangi rasa takut salah, kecemasan, dan rasa malu. Rencana ini dilaksanakan
dan direkam prosesnya, kemudian dilakukan refleksi untuk melihat sejauh mana perubahan dicapai
lewat tindakan kedua. Begitu seterusnya, siklus-siklus tindakan berlanjut sampai perubahan yang
diinginkan dicapai dengan catatan bahwa tidak mungkin dicapai ketuntasan perubahan karena situasi
dan kondisi kelas berubah terus secara dinamis.
Pemrakarsa Peneliti Tindakan
Penelitian tindakan biasanya diprakarsai oleh orang yang memiliki kepedulian besar terhadap
kebutuhan untuk meningkatkan suatu situasi, misalnya situasi belajar-mengajar di kelas dan situasi
pengelolaan sekolah. Ada dua kelompok orang yang dapat terlibat dalam usaha kolaborasi penelitian
tindakan: (1) kelompok orang yang langsung terlibat dalam kehidupan situasi terkait, seperti
guru dalam situasi belajar-mengajar dan pimpinan dalam situasi pengelolaan (manajemen), dan (2)
kelompok orang yang memiliki pengetahuan tentang penelitian tindakan dan kemampuan untuk
melaksanakannya, misalnya peneliti dari perguruan tinggi atau lembaga penelitian. Para guru
mungkin merasakan adanya sesuatu yang perlu ditingkatkan tetapi mungkin tidak begitu mengetahui
bagaimana melakukannya. Atau pimpinan suatu kantor dan stafnya merasa bahwa ada
kekuranglancaran dalam komunikasi antara mereka dan para bawahan mereka sehingga penyelesaian
pekerjaan tertentu sering terhambat tetapi mereka kurang mengetahui bagaimana mengatasi masalah
yang mereka hadapi dalam situasi seperti itu. Dengan berperan sebagai fasilitator, peneliti
mengenalkan penelitian tindakan kepada guru-guru atau pimpinan dan stafnya sebagai cara untuk
meneliti masalah yang telah diidentifikasi oleh para guru. Kemudian mereka bekerja sama untuk
melaksanakan penelitian tindakan.
Pemilik Penelitian Tindakan
Meskipun suatu penelitian tindakan sering diprakarsai oleh fasilitator, misalnya seorang konsultan,
sebaiknya orang-orang yang langsung dikenai dan sekaligus ikut serta dalam pelaksanaan penelitian
tindakan tsb., dibuat merasa ikut memilikinya. Rasa ikut memiliki ini akan sangat mempengaruhi
kelancaran dan kualitas pelaksanaan penelitian tsb. Rasa ikut memiliki ini dapat dikembangkan
dengan melibatkan mereka dalam seluruh proses penelitian, yaitu dari langkah pertama sampai
langkah terakhir. Dengan demikian, semua orang yang terkena dampak penelitian tindakan tersebut
akan merasa bahwa penelitian tindakan tsb., merupakan bagian dari dirinya.
Sasaran Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan bukan merupakan teknik pemecahan masalah, namun dorongan untuk meneliti
praktik secara sistematik yang sering timbul karena ada masalah yang perlu ditangani lewat tindakan
praktis. Jadi penelitian tindakan tidak cocok digunakan untuk tujuan pengembangan teori karena
alasan utama
dilakukannya penelitian tindakan adalah peningkatan praktik dalam situasi kehidupan nyata.
Data Penelitian Tindakan
Data dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai landasan refleksi. Data mewakili tindakan dalam
arti bahwa data itu memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi tindakan terkait, bukan hanya
mengingat kembali. Oleh sebab itu, pengumpulan data tidak hanya untuk keperluan hipotesis,
melainkan sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjembatani antara momen-momen
tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian tindakan.
Data penelitian tindakan diambil dari suatu situasi bersama seluruh unsur-unsurnya. Data tersebut
dapat berupa semua catatan tentang hasil amatan, transkrip wawancara, rekaman audio dan/atau
video peristiwa/kejadian, yang dikumpulkan lewat berbagai teknik seperti disebutkan di bawah.
Maka data penelitian tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian, transkrip komentar
peserta penelitian, rekaman audio, rekaman video, foto dan rekaman/catatan lainnya.
Analisis Data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi
peneliti akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya. Tetapi
perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering seorang peserta penelitian tindakan menjadi
terlalu subyektif, dan oleh karena itu dia perlu berdiskusi dengan peserta-peserta yang lainnya untuk
dapat melihat datanya lewat perspektif yang berbeda. Dengan kata lain, usaha triangulasi hendaknya
dilakukan dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain.
Akan lebih bagus jika dalam menganalisis data yang kompleks peneliti menggunakan teknik analisis
kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles
dan Huberman (1984: 21-23).
Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain:
reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan
mengubah bentuk data ’mentah’ yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan
penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan menatanya
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Misalnya, data tentang
proses pembelajaran kelas bahasa Inggris yang tergambar dalam Vignette 1 di bawah dapat direduksi
dengan menfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan guru pada permulaan kelas (membuka
pelajaran), pada bagian utama pembelajaran, dan pada akhir pelajaran (menutup pelajaran). Pada
bagian utama pembelajaran dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apakah ada tindakan
guru yang berkenaan, misalnya, dengan (a) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam
mamahami makna/isi teks bahasa Inggris sebagai teks asupan, (b) upaya membantu dan/atau
memfasilitasi siswa dalam memahami aturan tatabahasa yang dipakai untuk mengungkapkan
makna/pesan yang sama, (c) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam menggunakan
ungkapan yang sama untuk berkomunikasi, apakah lewat permainan bahasa, bermain peran, atau
simulasi, (d) upaya memotivasi siswa atau meningkatkan percaya diri siswa dengan memuji siswa
yang telah menunjukkan upaya keras atau kinerja bagus dalam menggunakan bahasa Inggris dan
mendorong siswa yang kehilangan semangat atau percaya diri untuk tetap berupaya, dan (e) upaya
membantu siswa untuk meningkatkan kelancaran berbahasa Inggris serta (f) upaya membantu siswa
untuk meningkatkan keakuratan berbahasa Inggris. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana guru mengelola kelas, yang bisa berkenaan dengan volume suaranya, pandangan mata,
gerakan fisiknya, pengaturan tempat duduk, dan pengelompokan siswa. Dengan mereduksi data
tentang proses pembelajaran bahasa Inggris yang demikian, akan dapat ditarik kesimpulan apakah
guru menekankan pengembangan keterampilan berkomunikasi atau hanya mengajarkan unsur-unsur
bahasa seperti struktur, kosakata, lafal, dan ejaan, atau hanya menekankan keterampilan membaca
tanpa menghiraukan keterampilan berbicara.
Juga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dikelola sedemikian rupa sehingga cukup
kondusif bagi terjadinya pembelajaran yang menyenangkan tetapi cukup efektif.
Setelah direduksi data siap dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai pada pembeberan data.
Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi
dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan/atau diagram. Pembeberan data yang sistematik,
interaktif, dan inventif serta mantab akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi
sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
Seperti layaknya yang terjadi dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang proses
pelaksanaan tindakan penelitian. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang
terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir Siklus I,
ke kesimpulan terevisi pada akhir Siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir Siklus
terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan
pertama sebagai pijakan.
Perlu dicatat bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan yang
diharapkan, melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang tak diharapkan (di
luar rencana). Maka, kesimpulan yang ditarik juga harus mencakup perubahan yang
direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya, peningkatan/perubahan
yang diharapkan adalah (a) peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris,
terutama dalam praktik berbahasa Inggris, (b) peningkatan pemahaman guru peneliti terhadap
hakikat proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, dan (c) peningkatan suasana
pembelajaran dari suasana membosankan menjadi mengasyikkan dan menyenangkan. Namun,
ternyata guru peneliti juga menjadi sadar atas kekurangannya dalam hal kelancaran, ketepatan dan
keakuratan berbahasa Inggris, dan kepala sekolah terkait juga mengalami perubahan sikap, yaitu dari
sikap berpihak pada kelas yang diam/sunyi ke sikap yang menghargai kelas yang agak bising penuh
suara siswa yang praktik
berbahasa Inggris, misalnya seperti yang terjadi dalam penelitian Madya dkk (2002). Pendeknya,
kesimpulan yang dibuat hendaknya mencakup semua perubahan/peningkatan pada diri peneliti dan
anggota penelitian lainnya serta situasi tempat penelitian dilakukan.
Teknik-Teknik Pemantauan dalam Penelitian Tindakan
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan.
Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya.
Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini.
1. Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau
dilakukan perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan
untuk meenghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran.
Deskripsi tersebut biasanya mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah
peristiwa yang gayut dengan persoalan yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan
individu.
2. Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi
boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian,
pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya
catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik.
3. Deskripsi Perilaku Ekologis
Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini
berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Tingkat-
tingkat deskripsi yang berbeda dapat dipakai, misalnya dalam situasi belajar-mengajar:
- Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak …
- Seorang siswa bernama Toni mendeskripsikan hobinya dalam acara “tunjukkan dan katakan”
- Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung
seorang siswa …
Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di
atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi
komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan
tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut karena malas atau alasan lain.
Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka
belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan.
4. Analisis Dokumen
Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat
dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk
orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman
siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau
karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi
yang berguna untuk berbagai persoalan.
5. Catatan Harian
Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau
yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi,
dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa
atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau
metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang
topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif.
Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
- merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan
klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagamana? Mengapa?
Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa
sebagaimana terjadi.
- Aide mémoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk
refleksi kemudian.
- Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap
yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis
- Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran, dan
perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.
6. Logs
Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan
mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya.
Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian
tentang organisasi dan peristiwa lain.
7. Kartu Cuplikan Butir
Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan
tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik
seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak
individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat
untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua
persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan
kebosanan dengan aspek tertentu.
8. Portfolio
Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio
mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang
diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping
korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian
menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya
dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
9. Angket
Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan
ada dua macam.
a. Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan
macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban-jawaban
yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah.
b. Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang
paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak taksa (bermakna
ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan
meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat
untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh.
10. Wawancara
Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna
untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari mula.
Wawancara dapat:
a. Tak terencana: misalnya, omong-omong informal di antara para pelaku penelitian atau antara
pelaku penelitian dan subyek penelitian.
b. Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi
setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan
dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas.
c. Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan
mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan-pertanyaan.
11. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai.
Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu
ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin
berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan.
Hasilnya biasanya diungkapkan dengan diagram pada sosiogram, seperti pada Gambar 2. 1 di bawah,
yang mencatat hubungan seluruh kelompok.
12. Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan
waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu
terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun
gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan
daftar tilik (checklist) dapat menunjuk pada:
- Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau
kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat
- Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan
diri, menyanggah, menyetujui.
- Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis,
berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.
- Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis
cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
13. Rekaman pita
Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan
banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini
khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing dapat
digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan,
prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari segi waktu.
14. Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk
dianalisis kemudian, misalnya kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan
rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu,
lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara perorangan (guru dan
siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek
tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekam
beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian.
15. Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas,
atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman
fotografik. Karena daya
tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang
data.
16. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat
penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data
ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan.
Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan cirri khas data yang perlu
dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data
yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.
Prinsip-prinsip Etis Proses Penelitian Tindakan
Peneliti tindakan, sebagai praktisi, melakukan penelitian untuk mencapai peningkatan dirinya dan
peningkatan situasi bersama orang-orang di dalamnya. Dengan kata lain, peneliti tindakan melakukan
penelitian untuk mempengaruhi orang lain menuju peningkatan/perbaikan yang diinginkan. Dalam
hal ini hendaknya dia melakukan perubahan tersebut dengan cara yang etis. Di bawah akan disajikan
uraian singkat tentang prinsip-prinsip etika yang perlu diterapkan dalam melakukan penelitian
tindakan (McNiff, Lomax dan Whitehead, 2003).
Kelengkapan Dokumen
Peneliti tindakan hendaknya membagikan dokumen etika ke semua peserta penelitian. Dokumen
etika tersebut mencakup pernyataan etika dan surat ijin. Ketika melaporkan hasil penelitian, kedua
dokumen ini perlu dilampirkan tetapi semua nama orang dan nama organisasi harus ditutup
(disembunyikan). Pada surat ijin, harus juga ditutup nama, alamat dan tanda tangan yang ada.
Negosiasi Akses
a. Dengan Yang Berwenang
Pelaku PTK hendaknya menghubungi kepala sekolah dan pimpinan lain sebelum melakukan
penelitian. Peneliti hendaknya juga memperoleh persetujuan tertulis tentang hal-hal yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan. Jika ada perubahan rencana atau hal lain, peneliti hendaknya
memberitahukan perubahan ini kepada pimpinan terkait dan minta ijin untuk meneruskan penelitian
dengan perubahan tersebut.
b. Dengan Peserta
Pelaku PTK hendaknya minta persetujuan kepada sejawat orang-orang yang diharapkan akan terlibat
dalam penelitiannya. Mereka hendaknya secara terus menerus diberi informasi tentang penelitian
tersebut. Mereka hendaknya diyakinkan bahwa mereka adalah peserta penelitian dan peneliti-
pendamping, bukan sekedar ’subjek garapan’. Peneliti hendaknya meyakinkan bahwa dia meneliti
dirinya sendiri dalam kaitannya dengan mereka. Hal ini hendaknya dijelaskan sesering mungkin bila
diperlukan untuk membuat mereka merasa enak dengan apa pun yang dikerjakan peneliti. Karena
mereka ini merupakan sumber daya yang berharga, mereka perlu diperlakukan dengan hati-hati.
c. Dengan Orangtua atau Wali Murid
Karena PTk Anda melibatkan siswa, Anda hendaknya minta ijin kepada orangtua mereka. Surat
permohonan ijin sebaiknya dikirim ke rumah mereka. Apabila orangtua mengalami kesulitan
membaca, Anda sebaiknya memberi penjelasan lisan. Anda hendaknya berupaya agar orang-orang
terkait mendukungnya dari permulaan dan hendaknya kepercayaan mereka dijaga dengan baik.
3. Menjaga Kerahasiaan
a. Kerahasiaan Informasi
Anda sebagai peneliti hendaknya menyatakan dengan tegas bahwa Anda hanya akan menggunakan
informasi yang termasuk wilayah publik dan yang sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku.
Anda juga harus menegaskan bahwa informasi yang bersifat pribadi tidak akan dilaporkan. Jika ada
informasi
yang sensitif yang akan digunakan, peneliti hendaknya minta ijin kepada sumber informasi tersebut.
b. Kerahasiaan Identitas
Anda sebagai peneliti tindakan hendaknya tidak menyebut nama orang atau tempat kecuali telah
mendapatkan ijin untuk menyebutnya dalam laporan. Anda juga tidak boleh menyebut nama fiktif
karena nama tersebut mungkin sama dengan nama milik orang lain. Untuk identitas peserta,
sebaiknya peneliti menggunakan inisial, nomor atau simbol lain. Jika mempeoleh ijin tertulis dari
organisasi atau lembaga terkait, Anda boleh menyebut nama organisasi atau lembaga tersebut.
c. Kerahasiaan Data
Jika Anda sebagai peneliti bermaksud menggunakan data asli seperti transkrip, atau saripati dari
rekaman video, hendaknya Anda mengecek pada pemiliknya untuk keberterimaannya dan hendaknya
dia minta ijin kepada mereka. Anda hendaknya selalu minta sumber data untuk mengecek keakuratan
informasi dan menyunting transkrip untuk mengecek kontribusi mereka. Anda hendaknya juga minta
orang lain untuk membaca versi deskripsinya tentang peristiwa-peristiwa yang diteliti sebelum
diterbitkan.
d. Menjamin Hak Peserta untuk Mengundurkan Diri dari Penelitian
Dari waktu ke waktu Anda hendaknya memastikan bahwa peserta penelitian merasa enak dengan
prosedur penelitian dan bebas bersikap dalam penelitian terkait. Mereka perlu diberitahu bahwa hak-
haknya dilindungi dan bahwa mereka bisa mengundurkan diri jika menghendaki, dan semua data
tentang mereka akan dimusnahkan setelah pengunduran diri mereka.
e. Menjaga Kode Etik Profesional dan Akademik
Pengumpulan data dan pembuatan laporan PTK Anda lakukan dengan memenuhi persyaratan
akademik dan profesional. Perekaman perkuliahan atau kegiatan kelompok hendaknya dilakukan
dengan ijin. Ketika mewawancari orang, Anda hendaknya menjelaskan bagaimana data akan
digunakan dan tepati komitmen ini. Ketika membuat laporan, Anda hendaknya mengakui kontribusi
intelektual orang lain dan tidak menggunakan perkataan orang lain tanpa
pengakuan. Sebagai pelaku PTK, Anda hendaknya selalu ingat bahwa meneliti adalah pekerjaan
profesional yang menuntut komitmen kerja keras dan tanggung jawab pribadi.
f. Jaga Kepercayaan
Dari awal Anda hendaknya meyakinkan orang-orang yang terlibat dalam penelitiannya bahwa dia
dapat dipercaya, dan akan menepati janji tentang negosiasi, kerahasiaan dan pelaporan. Anda
hendaknya selalu melakukan pengecekan bilaman ragu-ragu atau ada kesalahpahaman. Selain itu,
Anda hendaknya melindungi orang lain dan juga diri Anda.
Last modified: Senin, 9 April 2007, 11:39