mikroorganisme yang berperan dalam produk fermentasi
TRANSCRIPT
Tugas
TEKNOLOGI FERMENTASI“Mikroorganisme yang Berperan Dalam Produk Fermentasi”
Oleh
NAMA : DARWIN HAMENTE
STAMBUK : D1C1 13 092
KELAS : TPG-B/2013
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
MIKROORGANISME YANG BERPERAN DALAM FERMENTASI
Rhizopus oryzae (Fermentasi Tempe)
Tempe merupakan hasil fermentasi dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus oryzae.
Tempe selain dibuat dari kedelai dapat juga dibuat dari berbagai bahan nabati berprotein .
Pada substrat kedelai jamur selain berfungsi mengikat/menyatukan biji kedelai sehingga
menjadi satu kesatuan produk yang kompak juga menghasilkan berbagai enzim yang dapat
meningkatkan nilai cerna tempe saat dikonsumsi.
Endomycopsis fibuliger (Fermentasi Tape)
Tape dibuat dari ubi kayu ataupun beras ketan dan merupakan makanan yang populer
di Indonesia dan Malaysia. Dalam pembuatan tape setidaknya terlibat tiga kelompok
mikroorganisme yaitu mikrobia perombak pati menjadi gula yang menjadikan tape pada awal
fermentasi berasa manis. Mikrobia yang banyak dianggap penting dalam proses ini
adalah Endomycopsis fibuliger serta beberapa jamur dalam jumlah kecil. Adanya gula
menyebabkan mikrobia yang mengunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan
menghasilkan alkohol. Yang masuk dalam kelompok ini adalah
Saccharomyces dan Cabdida yang menybabkan tape berubah menjadi alkoholik. Adanya
alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang
mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebakan rasa masam pada tape yang
dihasilkan.
Saccharomyces sp. (Fermentasi Alkohol)
Produk beralkohol sangatlah beragam mulai dari pangan hingga energi. Produk
pangan yang paling lama dikenal adalah wine dan bir. Mikroorganisme yang terlibat terutama
adalah khamir dari genus Saccharomyces sp. Saccharomyces yang paling banyak digunakan
adalah S. cerevisiae dan S. carlbergensis. Khamir ini akan mengubah gula pada substrat
menjadi alkohol pada kondisi aerob. Jika khamir ini ditumbuhkan pada suasan aerob maka
akan dihasilkan sel lebih banyak daripada metabolitnya dan ini dimanfaatkan untuk produksi
ragi roti.
Acetobacter aceti (Fermentasi Asam Asetat)
Bakteri Acetobacter aceti merupakan baktei yang mula pertama diketahui sebagai
penghasil asam asetat dan merupakan jasad kontaminan pada pembuatan wine. Saat ini
bakeri Acetobacter aceti digunakan pada produksi asam asetat karena kemampuanya
mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat.
Lacobacillus sp. (Fermentasi Asam Laktat)
Fermentasi asam laktat banyak terjadi pada susu. Jasad yang paling berperan dalam
fermentasi ini adalah Lacobacillus sp. Laktosa diubah menjadi asam laktat. Kini asam laktat
juga digunakan untuk produksi plastik dalam bentuk PLA
Aspergillus niger (Fermentasi Asam Sitrat)
Asam sitrat dihasilkan melalui fermentasi menggunakan jamur Aspergillus niger.
Meskipun beberapa bakteri mampu melakukan, namun yang paling umum digunakan adalah
jamur ini. Pada kondisi aerob jamur ini mengubah gula atau pati menjadi asm sitrat melalui
pengubahan pada TCA
Corynebacterium glutamicum (Fermentasi Asam Glutamat)
Asam glutamat digunakan untuk penyedap makanan sebagai penegas rasa. Mula
pertama dikembangkan di Jepang. Organisme yang kini banyak digunakan adalah mutan
dari Corynebacterium glutamicum.
Askomisetes Eremothecium ashbyii dan Ashbya gossypii (Fermentasi Vitamin)
Vitamin selain dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan juga dapat dihasilkan secara
fermentasi. Teruatam vitamin B. Mikroorganisme yang teribat dalam produksi vitamin ini
adalah kapang askomisetes Eremothecium ashbyii dan Ashbya gossypii. Kapang (Candida
flaeri,C. famata, dsb) dan bakteri dapat juga digunakan untuk produksi. Hasil yang dicapai
dapat lebih dari 20 g riboflavin per liter kultur cair yang dilakukan secara steril dan kondisi
aerob dengan medium yang mengandung molase atau minyak tumbuhan sebagai sumber
karbon utama.
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus (Fermentasi Yogurt)
Produksi yogurt dimulai dengan kondisioning susu. Kandungan air pada susu mula
pertama diturunkan hingga 25% dengan evaporasi vacum dan ditambahkan 5% susu bubuk.
Sebagai tahap akhir kondisioning, susu dipanaskan pada suhu 86 – 930C selama 30 – 60
menit. Hal ini akan menyebabkan beberapa protein mengalami pemecahan dan mikrobia
kontaminan akan terbunuh. Setelah itu didinginkan pada suhu 450C dan ditambahkan
campuran Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus dalam perbandingan 1:1.
Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus kefir, Lactobacillus
kefirgranum, Lactobacillus parakefir (Fermentasi Kefir)
Kultur starter kefir disebut butiran kefir, mengandung mikrobia yang terdiri dari
bakteri dan khamir yang masing-masing berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur
kefir. Bakteri menyebabkan terjadinya asam sedangkan khamir menyebabkan terjadinya
pembentukan alkohol dan CO2 pada proses fermentasi. Hal inilah yang membedakan rasa
yoghurt dan kefir. Komposisi mikrobia dalam butiran kefir dapat bervariasi sehingga hasil
akhir kefir kadang mempunyai aroma yang bervariasi. Spesies mikrobia dalam bibit kefir
diantaranya Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus
kefir, Lactobacillus kefirgranum, Lactobacillus parakefir. Semua mikrobia yang tersebut tadi
mempunyai fungsi dalam pembentukan asam laktat dari laktosa. Lactobacillus
kefiranofaciens sebagai pembentuk lender (matriks butiran kefir), Leuconostoc sp.
Membentuk diasetil dari sitrat dan Candida kefir pembentuk etanol dan karbondioksida dari
laktosa. Selain itu juga ditemukan Lactobacillus brevisdan khamir (Torulopsis
holmii dan Saccharomyces delbrueckii).
Lactobacillus bulgaris dan Streptococcus thermophiles (Fermentasi Keju)
Keju juga hasil fermentasi susu, tetapi dalam proses produksi yang lebih kompleks.
Mikroba yang berperan dalam produk ini adalah Lactobacillus bulgaris sebagai pemberi rasa
dan aroma dan Streptococcus thermophiles sebagai penambah keasaman. Perbedaan bakteri
yang berperan menyebabkan waktu fermentasi yang lebih lama dari yogurt. Keju sangta
beragam, tedapat lebih dari 20 klas dan ratusan vaietas, namun awal prosesnya adalah sama.
Acetobacter xylinum (Fermentasi Nata deCoco)
Nata de coco sebenarnya adalah selulosa murni produk kegiatan
mikrobia Acetobacter xylinum. Mikrobia ini dapat merubah gula menjadi selulosa. Jalinan
selulosa inilah yang membuat nata terlihat putih. Sebagai makanan berserat, nata de coco
memiliki kandungan selulosa ± 2,5 % dan lebih dari lebih dari 95 % kandungan air. Nata de
coco memiliki kandungan serat kasar 2,75 %, protein 1,5 – 2,8 %, lemak 0,35 % dan sisanya
air
Acetobacter xylinum (Fermentasi Kombucha)
Kombucha tea (teh kombucha) merupakan produk minuman tradisional hasil
fermentasi larutan teh dan gula dengan menggunakan starter mikrobia kombucha
(Acetobacter xylinum dan beberapa jenis khamir) dan difermentasi selama 8 – 12 hari.
Proses fermentasi kombucha dimulai ketika kultur mengubah glukosa menjadi alkohol dan
CO2, kemudian bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Glukosa berasal dari inversi
sukrosa oleh khamir menghasilkan glukosa dan fruktosa. Acetobactersebagai bakteri utama
dalam kultur kombucha mengoksidasi etanol menjadi asetaldehid lalu kemudia menjadi asam
asetat. Aktifitas biokimia yang kedua dari bakteriAcetobacter adalah pembentukan asam
glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa
oleh khamir. Pada pembuatan etanol oleh khamir dan selulosa oleh Acetobacter xylinum,
glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam
asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolisme menjadi asam asetat dan sejumlah kecil asam
glukonat. Bakteri asam laktat juga menggunakan glukosa untuk mensintesis selulosa
mikrobia. Fruktosa masih tertinggal sebagian dalam media fermentasi dan diubah menjadi
bentuk yang lebih sederhana oleh mikroorganisme sehingga dapat digunakan sebagai substrat
fermentasi. Kultur dalam waktu bersamaan juga menghasilkan asam-asam organik lainnya.
Bakteri Acetobacter xylinum mengubah gula menjadi selulosa yang disebut nata/partikel dan
melayang di permukaan medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis dikonsumsi, kultur
akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati. Kultur akan aktif lagi jika memperoleh nutrisi
kembali. Bakteri asam asetat memanfaatkan etanol untuk tumbuh dan memproduksi asam
asetat. Adanya asam asetat akan menstimulasi khamir untuk memproduksi etanol kembali.
Interaksi simbiosis ini ditemukan pada Glukonobacter dan Saccharomyces cerevisiae.
Konsentrasi asam asetat dalam kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu lalu
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pemanfaatan asam asetat lebih lanjut
oleh Acetobacter xylinum ketika jumlah gula dalam media teh mulai habis. Penurunan kadar
asam ini juga dikarenakan fermentasi etanol oleh khamir juga mengalami penurunan
dikarenakan pH yang sangat rendah serta mulai habisnya gula dalam larutan.
Leuconostoc mesenteroides, Lacotabacillus brevis, Lb. plantarum dan Pediococcus
cerevisiae (Fermentasi Sauerkraut)
Sauerkraut adalah fermentasi kobis menggunakan bakteri asam laktat sehingga beras
masam. Kobis dibersihkan dari bagian yang hijau, rusak dan kotor, dicuci kemudian diiris
kecil-kecil selebar + 1 mm. Irisan kobis ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki atau
wadah kemudian ditambahkan larutan garam 2,25% dan diaduk serata mungkin. Bakteri yang
memulai fermentasi adalah Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lacotabacillus
brevis, Lb. plantarum dan Pediococcus cerevisiae. Suhu optimal untuk fermentasi ini adalah
25 – 300C dengan waktu 2 – 3 minggu. Suhu di atas 300C mengakibatkan produksi asam
berlebihan sedang jika suhu kurang dari 250C sering muncul flavor dan warna yang tidak
diharapkan serta waktu fermentasi menjadi sangat lama.
Aspergillus (Fermentasi Kecap)
Kecap dibuat melalui proses fermentasi kedelai.
Tahap pertama, kedelai dan gandum dicampur kemudian diinokulasi dengan kapang
Aspergillus dan diinkubasi selama 3 hari, hasilnya disebut koji pada tahap ini akan terjadi
perubahan-perubahan biokimiawi dimana enzim protease yang dihasilkan oleh mikrobia akan
menghidrolisis protein kedelai. Protein akan diubah menjadi bentuk protein terlarut, peptida,
pepton dan asam-asam amino sedangkan karbohidrat diubah oleh aktivitas enzim amilolitik
menjadi gula reduksi.
Tahap kedua, koji dipindah ke tangki fermentasi dicampur dengan larutan garam dan
disebut moromi. Fermentasi ini berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Pada tahap ini
konsentrasi garam berpengaruh terhadap hidrolisis protein dan kecepatan pembentukan asam
laktat serta alkohol. Pada tahap ini tumbuh khamir yang halotoleran. Asam-asam amino,
terutama asam glutamat merupakan komponen pendukung flavor. Komponen flavor lainnya
adalah asam lemak (seperti palmitat), alkohol (seperti amil alkohol) dan senyawa-senyawa
organik lainnya (seperti pirazin, aldehid, keton, ester). Nilai pH yang rendah pada fermentasi
moromi menstimulasi pertumbuhan khamir halotoleran seperti S. rouxii, Z. major, Z.
sulsus dan Z. japonicus. Khamir dapat menghasilkan etanol dan komponen-komponen aroma
dan flavor yang spesifik. Pada kondisi aerob, S. rouxii dapat mengubah glukosa menjadi
gliserol yang merupakan komponen flavor yang penting. Beberapa jenis khamir dapat
menghasilkan komponen furfural yang merupakan flavor kecap yang spesifik.