mikroenkapsulasi

13
TUGAS PENGEMBANAGAN TEKHNOLOGI FARMASEUTIKA “ MIKROENKAPSULASI “ OLEH : KELOMPOK VII HASNAH S N111 05 SRI TOBAN N111 05 HELMIAH N111 05 TERESIYHA DA SILVA N111 07 ICHSAN WIRYANDI IDRIS N111 06 602 DUYNINGSI N111 06 606 NURMALASARI N111 06 609 LUFITA PURNAMASARI N111 06 610 MUSDAYANTI SUKAWATI IUS N111 06 612 ELSYA VENSCA LEIMENA N111 06 6

Upload: kicky-chaca

Post on 04-Jan-2016

420 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MIKROENKAPSULASIMikroenkapsulasi adalah teknoligi untuk menyalut atau melapisi suatu zat inti dengan suatu lapisan dinding polumer, sehingga menjadi partikel-partikel kecil berukuran mikro. Dengan adanya lapisan dinding polimer ini, zat ini akan terlindungi dari pengaruh lingkungan luar. Bahan inti dapat berupa padatan, cairan atau gas. Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupapa rtikel tunggal atau agregat dan biasanya memiliki rentang ukuran pakrikel antara 5-5000 mikrometer. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran partikel bahan inti yang digunakan.1. Keuntungan dan kerugian mikroenkapsulasia. Keuntungan1). Dengan adanya lapisan dinding polimer, zat inti akan terlindungi dari pengaruh lingkung luar2). Mikroenkapsulasi dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat menjaga stabilitas zat inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. 3). Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan zat ini.b. Kerugian1). Adakalanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang sempurna atau tidak merata sehingga akan mempengaruhi pelepasan zat inti dari mikrokapsul2). Dibutuhkan teknoligi mikroenkapsulasi3). Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut dan pelarut yang sesuaidenganbahaninti agar diperolehhasilmikrokapsul yang baik

TRANSCRIPT

Page 1: MIKROENKAPSULASI

TUGAS

PENGEMBANAGAN TEKHNOLOGI FARMASEUTIKA

“ MIKROENKAPSULASI “

OLEH : KELOMPOK VII

HASNAH S N111 05

SRI TOBAN N111 05

HELMIAH N111 05

TERESIYHA DA SILVA N111 07

ICHSAN WIRYANDI IDRIS N111 06 602

DUYNINGSI N111 06 606

NURMALASARI N111 06 609

LUFITA PURNAMASARI N111 06 610

MUSDAYANTI SUKAWATI IUS N111 06 612

ELSYA VENSCA LEIMENA N111 06 6

MAKASSAR

2010

Page 2: MIKROENKAPSULASI

MIKROENKAPSULASI

Mikroenkapsulasi adalah teknoligi untuk menyalut atau melapisi suatu

zat inti dengan suatu lapisan dinding polumer, sehingga menjadi partikel-

partikel kecil berukuran mikro. Dengan adanya lapisan dinding polimer ini, zat

ini akan terlindungi dari pengaruh lingkungan luar. Bahan inti dapat berupa

padatan, cairan atau gas. Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupapa rtikel

tunggal atau agregat dan biasanya memiliki rentang ukuran pakrikel antara 5-

5000 mikrometer. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran

partikel bahan inti yang digunakan.

1. Keuntungan dan kerugian mikroenkapsulasi

a. Keuntungan

1). Dengan adanya lapisan dinding polimer, zat inti akan terlindungi

dari pengaruh lingkung luar

2). Mikroenkapsulasi dapat mencegah perubahan warna dan bau serta

dapat menjaga stabilitas zat inti yang dipertahankan dalam jangka

waktu yang lama.

3). Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan

zat ini.

Page 3: MIKROENKAPSULASI

b. Kerugian

1). Adakalanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang sempurna

atau tidak merata sehingga akan mempengaruhi pelepasan zat inti

dari mikrokapsul

2). Dibutuhkan teknoligi mikroenkapsulasi

3). Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut dan pelarut yang

sesuaidenganbahaninti agar diperolehhasilmikrokapsul yang baik

2. Tujuan Mikroenkapsulasi

Proses mikroenkapsulasi memiliki tujuan yaitu

a. Mengubah bentuk cairan menjadi padatan

b. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan

c. Memperbaiki aliran serbuk

d. Menutupi rasa dan bau yang tidakenak

e. Menyatukanzat-zat yang tidaktersatukansecarafisikadankimia

f. Menurunkan sifat iritasi inti terhadap saluran cerna

g. Mengatur pelepasan bahan inti

h. Memperbaiki stabilitas bahan inti

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Proses Mikroenkapsulasi

Page 4: MIKROENKAPSULASI

Faktor-faktor yang menpengaruhi keberhasilan mikroenkapsulasi antara

lain sifat fisikokimia bahan inti atau zat aktif, bahan penyalut yang digunakan,

tahap proses mikroenkapsulasi, sifat dan struktur dinding mikrokapsul serta

kondisi pembuatan (basa atau kering).

4. Sifat Zat Aktif untuk Mikrokapsul

Zataktif yang dapat dibuat dalam system mikrokapsul dapat berupa zat

padat, cair ataupun gas, dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat-sifat zat aktif

dari system mikroenkapsulasi tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi

tersebut.

5. Komponen Mikroenkapsul

a. Bahan Inti

Inti adalah bahan spesifik yang akan disalut, dapat berupa zat padat,

cair ataupun gas. Komposisi material inti dapat berfariasi, misalnya pada

bahan inti cair dapat terdiri dari bahan terdispersi atau bahan terlarut.

Sedangkan bahan inti padat dapat berupa zat tunggal atau campuran zat

aktif dengan bahan pembawa lain seperti stabilisator, pengencer, pengisi,

penghambat atau pemacu pelepasan bahan aktif, dan sebagainya. Selain

itu, bahan ini yang digunakan sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi

dengan bahan penyalut yang digunakan.

Page 5: MIKROENKAPSULASI

b. Bahan Penyalut

Bahan penyalut adalah bahan yang digunakan untuk melapisi inti

dengan tujuan tertentu seperti menutupi rasa dan bau yang tidak enak,

perlindungan terhadap pengaruh lingkungan, meningkatkan stabilitas,

mencegah penguapan, kesesuaian dengan bahan inti maupun dengan

bahan lain yang berhubungan dengan proses penyalutan serta sesuai

dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Bahan penyalut harus

mampu memberikan suatu lapisan tipis yang khohesif dengan bahan inti,

dapat bercampur secara kimia, bersif atiner, dan mempunyai sifat yang

sesuai dengan sifat penyalutan.

c. Pelarut

Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan pelarut

dan mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut berdasarkan sifat

kelarutan dari bahan inti atau zat aktif dan bahan penyalut, dimana

pelarut yang digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan

bahan inti tetapi dapat melarutkan bahan penyalut. Pelarut polar akan

melarutkan perut polar dan pelarut non polar akan melarutakan pelarut

non polar.

6. Metode Pembuatan Mikrokapsul

Metode pembuatan mikrokapsul cukup beragam diantaranya adalah

koaservasi pemisahan fase, semprot kering semprot beku, penguapan

Page 6: MIKROENKAPSULASI

pelarut, suspense udara, proses multi lubang sentrifugal, penyalutan di dalam

panci, polimerisasi.

7. Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikrokapsul

Pelepasan obat dari mikrokapsul yaitu melaui proses difusi melewati

lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer atau melalui kombinasi dari

kombinasi erosi dan difusi. Umumnya obat yang dibuat dengan cara ini lebih

banyak dilepaskan melalui difusi membrane. Cairan dari saluran pencernaan

berdifusi melalui membrane ke dalam sel, kemudian obat akan melalui difusi

pasif dari larutan konsentrasi tinggi di dalam sel kapsul melalui membrane

ketempat konsentrasi rendah pada cairan saluran pencernaan. Jadi

kecepatan pelepasan obat ditentukan oleh difusi obat oleh membran.

8. EvaluasiMikrokapsul

Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi pemeriksaan

morfologi mikrokapsul, pengukuran partikel, berat mikrokapsul yang

diperoleh, pengukuran kadar air, penentuan kandungan zat inti, penentuan

persentase zat inti yang tersalut dan uji pelepasan invitro.

a. Pemeriksaan morfologi mikrokapsul

Pemeriksaan morfologi mikrokapsul dengan menggunakan scanning

electron microscopy untuk mengetahui sifat pelepasan obat, karakteristik

permukaan dan adanya pori-pori pada permukaan mikrikapsul.

Page 7: MIKROENKAPSULASI

b. Pengukuran partikel

Pengukuran partikel dievaluasi dengan menggunakan particle size

analyzer.

c. Berat mikrokapsul yang diperoleh

Berat mikrokapsul yang diperoleh ditimbang dengan menggunakan

timbangan analitik.

d. Penetapan kadar air

Mikrokapsul diukur kadar airnya menggunakan pengukur kadar lembab

(moisture balance).

e. Penetapan Kandungan zat aktif

Dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang dapat terkapsulasi

dan efisiensi metode yang digunakan mikrokapsul dapat mengandung bahan

inti sampai 99% dihitung terhadap berat mikrokapsul, metode yang

digunakan tergantung dari kelarutan bahan penyalut dan bahan inti.

Contoh penerapan metode mikroenkapsulasi yaitu pada pembuatan

Mikrokapsul salbutamol sulfat dibuat dengan menggunakan metode

penguapan pelarut emulsi Banda. Stabilitas emulsi W/O diperlukan untuk

suksesnya penjebakan bahan obat hidrofilik. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan stabilitas emulsi W/O adalah dengan

menambahkan surfaktan yang larut dalam pelarut organik.

Ini dilakukan bertujuan untuk melihat pengaruh glyceiyl monostearate

sebagai surfaktan emulsi W/O pada konsentrasi 0,50%, 0,75%, dan 1,00%

Page 8: MIKROENKAPSULASI

terhadap karakteristik mikrokapsul salbutamol sulfat yang dibuat dengan

metode penguapan pelarut emulsi ganda dengan penyalut etil selulosa dan

didapatkan konsentrasi yang menghasilkan karakteristik mikrokapsul optimal

meliputi ukuran partikel dan efsiensi enkapsulasi.

Dibuat empat formula meliputi F-0 (glycerylmonostearate 0%) sebagai

blanko, F-1 (glycerylmonostearate 0,50%), F-2 (glycerylmotiostearate0,75%),

dan F-3 (glycerylmonostearate 1,00%). Mikrokapsul salbutamol sulfat dibuat

dengan mengemulsikan 2,0 mL larutan salbutamol sulfat (mengandung 50,0

mg salbutamol sulfat) dalam 10 mL larutan etil selulosa adalam

diklorometanan yang mengandung glycerylmonostearate sesuai dengan

formula pada kecepatan 1000 rpm, suhu ± 10° C, selama 2 menit. Emulsi

W/O yang dihasilkan diemulsikan kedalam 100 mL larutan PVA 1% pada

kecepatan ± 1000 rpm dengan penetesan konstan selama 30 menit.

Mikrokapsul yang dihasilkan dicuci dan dikeringkan dalam oven suhu 50°C

selama 2 jam.

Evaluasi-evaluasi yang dilakukan terhadap mikrokapsul salbutamol sulfat

meliputi efisiensi enkapsulasi, ukuran partikel mikrokapsul, dan bentuk

mikrokapsul sebagai evaluasi utama serta rendemen dan kandungan lengas

sebagai evaluasi tambahan. Mikrokapsul yang dihasilkan berwarna putih dan

memiliki bentuk yang sferis. Persentase rendemen yang didapatkan untuk F-

0, F-1, F-2, dan F-3 berturut-turut adalah 66,6 ; 75,0 ; 73,5 dan 76,4.

Mikrokapsul yang dihasilkan memiliki persentase kandungan lengas 0,40–

Page 9: MIKROENKAPSULASI

1,57. Hasil evaluasi ukuran partikel mikrokapsul menunjukkan bahwa

penambahan glycerylmonostecrrcrie dapat menghasilkan ukuran mikrokapsul

yang lebih kecil. Persentase efisiensi enkapsulasi yang didapatkan untuk F-0,

F-1, F-2, dan F-3 berturut-turut adalah 50,5; 42,0; 38,8; dan 31,4. Hasil

evaluasi efisiensi enkapsulasi menunjukkan bahwa penambahan

glycerylmonostearate menghasilkan mikrokapsul salbutamol sulfat dengan

efisiensien kapsulasi yang lebih rendah.

Dapat disimpulkan bahwa penambahan glyceryl sebagai surfaktan emulsi

W/O pada konsentrasi 0,50%, 0,75%, dan 1,00% pada mikrokapsul

salbutamol sulfat yang dibuat dengan penyalut etil selulosa menghasilkan

ukuran partikel yang lebih kecil namun menghasilkan efisiensi enkapsulasi

yang lebih rendah, sehingga tidak didapatkan konsentrasi penambahan

glyceryl monostearate yang mampu menghasilkan karakteristik mikrokapsul

optimal.