micrograph
TRANSCRIPT
Penggunaan Micrographs Secara
Bermakna Dalam Pelajaran
Biologi
Mata kuliah: Biologi Sel Molekuler
Kelompok 1
1. Aini Suryaningsih
2. Ruly Hendarli
3. Ryan Ardiansyah
4. Suci Lestari
5. Yanthi S
PENDIDIKAN BIOLOGI STRATA 2
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
1
A. Permasalahan
Memasuki abad ke 21, buku teks biologi dan latihan laboratorium kelas
memanfaatkan teknologi tinggi seperti gambar mikroskop (mikrograf) dalam
konsep pengajaran biologi yang sangat penting mulai dari sitologi hingga
sistematika. Sampai sepertiga dari total halaman dalam teks pengantar biologi
dialokasikan untuk grafik (Frazier, 1991). Namun, penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa biologi sering memotong mikrograf ke dalam buku pelajaran mereka,
karena lebih sering menemukan mikrograf dalam buku pelajaran, namun jarang
diuji pada ujian atau praktikum biologi (Frazier, 1991: Nist dan Kirby,1989).
Novak dan Gowin (1984) berpendapat bahwa untuk belajar bermakna, individu
harus memilih gambar yang sesuai untuk menghubungkan pengetahuan baru
dengan konsep yang relevan sesuai proposisi pengetahuan mereka sebelumnya,
maka kita harus memilih dan berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara
pengetahuan siswa saat ini dengan pengetahuan belajar sesungguhnya.
Penelitian terbaru oleh Chan, Burtis, Scardamalia dan Bereiter (1992)
belajar dari teks seperti ini dapat mendukung pelajar untuk lebih aktif.
Pengetahuan awal siswa adalah variabel penting, tetapi aktivitas peserta didik
dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap
belajar.
Kehidupan dunia mikro, dengan benda-benda mikro yang rumit dan
ultrastruktur, bukan merupakan pengalaman sehari-hari siswa (Burgess, Marten
dan Taylor, 1987; Wandersee, 1981 dan 1986). Ekstrapolasi pengetahuan tentang
dunia makro ke dunia mikro jarang membantu siswa lebih banyak. Siswa sering
tidak melihat atau tidak mengenali struktur diskrit dalam mikrograf dan mereka
melaporkan bahwa mikrografi dengan kompleksitas visual membuat mereka sakit
kepala. Selain itu, kita tahu dari penelitian konsepsi alternatif bahwa siswa sering
mengabaikan apa yang mereka tidak bisa langsung amati, sebagai hal yang tidak
ada, seolah-olah itu hanya sesuatu yang harus diteliti ilmuwan saja (Mintzes,
Trowbridge, arnaudin dan Wandersee, 1991).
Tampaknya ada ketidaksesuaian yang signifikan antara praktek pedagogis
saat ini dan isi mikro berbasis biologi, ketidakcocokan yang menghambat atau
menghalangi pembelajaran bermakna pada topik tersebut. Siswa cukup kesulitan
2
memahami gambar yang mereka lihat dengan mikroskop laboratorium bangku
mereka, apalagi gambar yang berasal dari sistem pencitraan khusus penelitian
biologi (misalnya, mikroskop elektron scanning [SEM], mikroskop elektron
transmisi [TEM], dan mikroskop komputer-cahaya ditingkatkan [CELM]).
Shulman (1987) mengklaim bahwa konten pengetahuan dan pengetahuan
pedagogi harus terjalin dalam mengajar untuk menciptakan jenis baru dari
pengetahuan. Pendidikan biologi membutuhkan pedagogi tinggi dalam
mengajarkan mikroskop, dan harus mencoba untuk memulai membangun
beberapa proposisi menonjol dan strategi pengajaran yang sesuai. Hoz, Tomer,
dan Tamir‟s (1990) memperingatkan bahwa konten pengetahuan pedagogis (PCK)
dalam biologi sulit untuk menetapkan dan menjelaskannya karena sering
pengetahuan itu dibangun oleh guru sendiri.
B. Mikroskop dari yang berteknologi rendah sampai ke yang paling tinggi
Penemuan Mikroskop
Istilah mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron yang
berarti kecil dan scopos yang artinya melihat. Dari dua pengertian tersebut,
mikroskop dapat diartikan sebagai alat yang dibuat atau dipergunakan untuk
melihat secara detail obyek yang terlalu kecil apabila dilihat oleh mata telanjang
dalam jarak yang dekat.
Seorang berkebangsaan Belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek
(1632-1723) terus mengembangkan pembesaran mikroskopis. Leewenhoek
menggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai,
air hujan, air ludah, feses dan sebagainya.. Penemuan ini membuatnya lebih
antusias dalam mengamati benda-benda kecil dengan lebih meningkatkan
mikroskopnya. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar akan adanya
bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu mikrobiologi.
3
1. Mikroskop Cahaya
Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa
cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan yang
diletakkan persis di depan mata pengamat yang disebut eyepiece, yang merupakan
dasar dari pengembangan mikroskop modern yang kemudian disebut mikroskop
cahaya atau Light Microscope (LM).
Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa kemampuan lensa
cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai pada batasnya,
meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan. Hal ini belum
memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan mode baru akan
mikroskop terus dilakukan.
2. Mikroskop Elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali
lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan
medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin terdapat elektron seperti
pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan
mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932
mikroskop elektron semakin berkembang lagi. Sebagaimana namanya, mikroskop
elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek
dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai kemampuan pembesaran
4
obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik. Mikroskop elektron
mampu pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektrostatik dan
elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta
memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus
daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih
banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan
mikroskop cahaya.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol
dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi
menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain dari mikroskop
elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa udara (vacuum). Hal
ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat alirannya bila menumbuk
molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan membuat ruang pengamatan
obyek berkondisi vacuum, tumbukan elektron-molekul bisa terhindarkan.
Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu Transmission Electron
Microscope (TEM) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Mikroskop tipe
TEM dapat digunakan untuk mengamati struktur detail internal sel dan hasil
pengamatan tampak secara dua dimensi. Sedangkan mikroskop elektron tipe SEM
digunakan untuk mengamati detail arsitektur permukaan sel dan obyek yang
diamati terlihat secara tiga dimensi.
2.1 Transmission Electron Microscope (TEM)
Secara sederhana Transmission Electron Microscope merupakan sebuah
mikroskop elektron yang kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide,
dimana elektron ditembuskan ke dalam objek pengamatan dan pengamat
mengamati hasil tembusannya pada layar.
5
Transmission Electron Microscope (TEM) 1:
Electronencannon di bagian paling atas. 2.
Lensa elektromagnetik untuk memfokuskan
sinar elektron di dalam tabung. 3: Sistem
pemompa udara vacuum. 4: Tempat untuk
memasukkan sampel yang akan diamati dalam
ruang vaccum. 5: Tombol pengoperasian (kiri
untuk kesejajaran/kelurusan, kanan untuk
perbesaran dan fokus, tanda panah untuk
posisi objek di dalam ruangan). 6: Layar untuk
menunjukkan gambar. 7: Water supply untuk
mendinginkan peralatan.
Kekurangan TEM adalah persiapan sampel untuk TEM umumnya
memerlukan lebih banyak waktu dan pengalaman. Sebuah spesimen TEM
tebalnya harus mendekati 1000Å. Sampel yang ingin diamati harus tipis, ini lah
yang membuat analisis TEM relatif memakan waktu, terutama dalam peletakan
sampel yang kecil. Struktur sampel juga mungkin berubah selama proses
persiapan. Bidang pandang relatif kecil, meningkatkan kemungkinan bahwa
daerah dianalisis mungkin tidak menjadi ciri khas dari seluruh sampel serta ada
potensi pula sampel rusak oleh berkas elektron.
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan
persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut :
1. Melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah
struktur sel yang akan diamati. Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan
senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida.
2. Pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis
mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan
monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan
pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom
terbuat dari berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh
6
karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk
diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati.
3. Pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat
yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat
menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
2.2 Scanning Electron Microscope (SEM)
SEM merupakan sebuah mikroskop elektron yang digunakan untuk
melihat arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan objek
diamati terlihat secara tiga dimensi. Prinsip kerja SEM berbeda dengan mikroskop
optik dan TEM. Prinsip kerja SEM, yaitu:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron
baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
.
7
Untuk mendapatkan sediaan yang baik, maka diperlukan persiapan sediaan khusus
untuk mikroskop SEM, melalui teknik bayangan logam. Teknik bayangan logam
adalah teknik SEM yang digunakan untuk memberikan gambar tiga dimensi yang
biasanya digunakan untuk mempelajari bentuk virus dan bakteri. Spesimen
dilapisi dengan logam berat seperti emas atau palladium yang umumnya
mengendap di sudut spesimen sehingga menciptakan bayangan specimen
Perbedaan mendasar dari TEM dan SEM adalah sampel TEM sangat tipis
sehingga elektron dapat menembusnya kemudian hasil dari tembusan elektron
tersebut yang diolah menjadi gambar sedangkan sampel SEM tidak perlu
ditipiskan sehingga tidak ditembus elektron. Maka pada SEM hanya pendaran
hasil dari tumbukan elektron dengan sampel yang ditangkap oleh detektor dan
diolah. Mikroskop tipe SEM memiliki beberapa kelemahan yaitu: sediaan
memerlukan kondisi vakum dalam proses pengamatannya, pengamatan yang
dilakukan hanya menganalisa permukaan sel saja, resolusi SEM lebih rendah dari
TEM dan sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu
dilapis logam seperti emas.
Apabila kita ingin membandingkan susunan penyusun pada mikroskop
cahaya dan mikroskop elektron, maka terlihat sebagai berikut:
Tetapi jika kita ingin membandingkan hasil pengamatan objek dari mikroskop
cahaya dan mikroskop elektron, maka terlihat sebagai berikut:
8
Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari
10.000X, kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan
mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti penemuan
sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari berikut yaitu virus.
Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan melibatkan penelitian dari banyak
ilmuwan.
3. Mikroskop dan Teknologi Nano
Sejak sekitar tahun 1970-an, telah dikembangkan mikroskop baru yang
mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara vertikal, yang
dikenal dengan Scanning Probe Microscope (SPM). SPM mempunyai prinsip
kerja yang berbeda dari SEM maupun TEM dan merupakan generasi baru dari
tipe mikroskop scan. Mikroskop yang sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalah
Scanning Tunneling Microscope (STM), Atomic Force Microscope (AFM) dan
Scanning Near-Fieldoptical Microscope (SNOM).
Sampai hari ini telah berhasil dikembangkan mikroskop dengan teknologi
nano, yaitu teknologi yang berbasis pada struktur benda berukuran nanometer
(satu nanometer = sepermilyar meter). Tentu yang dimaksud di sini bukanlah
mikroskop biasa, tetapi mikroskop yang mempunyai tingkat ketelitian (resolusi)
tinggi untuk melihat struktur berukuran nano meter.
9
C. Pembuatan Preparat Mikroskopis
Untuk keperluan pengamatan mikroskopis dilakukan serangkaian produser
pembuatan preparat mikroskopis. Biasanya bahan yang hendak diamati diiris
sangat tipis untuk memperoleh preparat basah secara langsung. Untuk tujuan-
tujuan yang berbeda dilakukan pewarnaan spesifik tergantung bagian sub-seluler
tertentu yang hendak diamati. Pada dewasa ini berbagai teknik pembuatan
preparat telah dikembangkan para ahli mikroteknik, sehingga aneka prosedur
untuk aneka tujuan khusus dapat diikuti, baik untuk preparat mikroskop cahaya
maupun mikroskop elektron.
1. Pembuatan Preparat untuk Mikroskop Cahaya
a. Fiksasi
Usaha menghentikan kegiatan sel tanpa merusak isi sel yang bertujuan
untuk pengawetan dan menambah kejernihan pengamatan yang biasa
dipergunakan sebagai fiksatif adalah alkohol dan asam asetat yang bertindak
sebagai koagulan. Formaldehida dan gluteraldehida menambahkan ikatan kovalen
yang menyebabkan molekul menjadi stabil di dalam sel dengan atau sedikit
koagulasi. Terkadang aldehida ini juga memfiksasi molekul tanpa merusak
aktivitas protein atau DNA.
b. Pengirisan
Bertujuan untuk memperoleh irisan yang tipis dan transparan agar terlihat
dengan jernih di bawah mikroskop. Untuk keperluan ini, preparat dipindahkan
dari medium fiksatif alkohol ke aseton agar mengalami dehidrasi. Setelah itu,
preparat dicelupkan dalam blok paraffin atau plastik. Blok itu kemudian diiris
tipis dengan pisau mikrotom sehingga didapatkan preparat dengan ketebalan 10
µm atau kurang.
c. Oles Tipis
Beberapa preparat tidak harus diiris tipis, misalnya sel-sel darah, sel yang
terdapat tidak kompak dalam cairan seperti spermatozoan, dan lain-lain. Untuk
preparat seperti ini cukup dioleskan dan dilengketkan di atas gelas benda
kemudian diberi pewarnaan. Preparat oles tipis juga digunakan pada jaringan
tumbuhan untuk tujuan tertentu, misalnya mengamati kromosom pada saat
pembelahan.
10
d. Pewarnaan
Pemberian warna pada sel atau komponen subseluler agar lebih memberikan
warna kontras pada pengamatan. Zat pewarna yang dipilih harus spesifik sesuai
dengan tujuan pengamatan. Kromosom misalnya akan terwarnai dengan baik oleh
asam orsein dan asam karmin.
2. Pembuatan Preparat untuk Mikroskop Elektron
Persyaratan yang sangat penting untuk preparat mikroskop elektron adalah
preparat harus tipis, kering, dan tidak mengandung air atau zat volatil lainnya.
Oleh karena ketiga persyaratan itu dirakit di dalam pembuatan preparat awetan
untuk mikroskop elektron.
a. Fiksasi
Untuk menghasilkan preparat yang tipis mula-mula jaringan difiksasi
dengan menempatkan jaringan dalam medium osmium tetroksida (zat fiksatif
sekaligus pewarna untuk preparat mikroskop elektron), formaldehida atau
gluteraldehida digunakan baik tunggal atau berkombinasi.
b. Dehidrasi
Upaya mengeluarkan air dari bahan preparat dengan cara memindahkannya
dalam medium aseton secara bertahap.
c. Pencelupan dalam Medium Plastik
d. Pengirisan dengan mikrotom gelas atau intan
e. Pewarnaan
Pewarnaannya menggunakan garam logam berat antara lain osmium
tetroksida, uranil asetat, dan timbal sistrat.
D. Himbauan Pedagogis yang Lebih Khusus Berdasarkan Hasil Penelitian
1. Membedakan antara Resolusi dan Pembesaran
Para ahli mikrobiologi diberi kesempatan untuk mengamati organisme yang
berukuran sangat kecil dengan menggunakan mikroskop dengan memanfaatkan
kemampuan mikroskop untuk memperbesar gambar objek yang diamati. Ternyata
semakin canggih mikroskopnya, kemampuan memperbesar harus diikuti dengan
daya resolusi yang tinggi sebab perbesaran saja akan menghasilkan gambar yang
11
”pecah” (blur). Ketika mencapai perbesaran tertentu, ukuran spesimen akan sama
seperti gambar pada cakram. Namun, perbesaran lebih lanjut tidak akan
menambah kualitas gambar. Mikroskop elektron menggunakan manfaat berkas
elektron pada berkas cahaya untuk membentuk gambar pada mikroskop. Jadi
setiap tampilan gambar hasil pemotretan dengan menggunakan mikroskop
elektron akan selalu didampingi dengan keterangan mengenai perbesaran dan
resolusinya.
2. Pentingnya Menunjukkan Contoh dan Non-Contoh
Teori belajar bermakna (Novak, 1977; Cheng,Holyoak, Nisbett, &Olivr,
1986; Gick & Holyoak, 1983) menekankan pentingnya contoh dari setiap konsep
yang diajarkan. Contoh ini akan membantu siswa memahami konteks dari konsep.
Jadi sebaiknya guru memperlihatkan bagaimana gambar dari objek yang dilihat
menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron dengan menggunakan
daya resolusi dan perbesaran yang berbeda.
3. Kegiatan Sederhana yang Bisa Membedakan Resolusi dan Pembesaran
Salah satu contoh kegiatan yang dapat membantu siswa membedakan
resolusi dengan pembesaran adalah sebagai berikut:
a). Gunting tulisan di surat kabar seluas 2x4 atau bulatan dengan diameter
8cm, foto tulisan surat kabar tersebut dengan perbesaran 2x dengan
menggunakan kaca pembesar. Kemudian siswa akan melihat bahwa
foto tersebut agak buram. Mintalah siswa memikirkan cara untuk
mengurangi keburaman gambar, kemudian mencatatnya.
b). Dengan menggunakan potongan surat kabar yang sama dan perbesaran
yang sama (2x), tapi jarak kaca pembesar diatur menjadi 10 cm dari
objek. Selanjutnya siswa diminta membandingkan fotonya dengan foto
sebelumnya.
c). Mintalah siswa menggerakkan kaca pembesar perlahan sehingga objek
yang terlihat masih jelas dan catat pada jarak berapa objek menjadi tak
terlihat lagi
12
d). Mintalah siswa membuat laporan yang diakhiri dengan kesimpulan
tentang hubungan antara perbesaran dan resolusi
4. Menggunakan Mikroskop Bermonitor untuk Membantu Siswa
Menjelajahi Dunia Mikro
Penggunaan mikroskop bermonitor memungkinkan siswa mengamati lebih
jelas dan melihat bagaimana dampak dari setiap stimulasi yang dilakukan oleh
pengguna mikroskop sehingga siswa mengerti bagaimana cara mendapatkan
gambar objek yang baik dengan cara menstimulasi mikroskop.
5. Penggunaan small-multiple grafis dan analogi tekstual untuk mengajar
dengan mikrograf teknologi tinggi
Edward R Tufte (1983) menemukan istilah small-multiple untuk
menunjukkan data berbasis beberapa gambar kecil yang ditampilkan dalam satu
halaman, sehingga jika kita memahami dari satu data, maka kita akan memiliki
kemampuan lebih cepat memahami data yang lain. Esensi dari small-multiple
adalah perbandingan beberapa set data.
Dalam mengajarkan perbedaan prokariot atau eukariot, terdapat penelitian
yang menggunakan desain grafis baru yaitu „gambar-gambar kecil mikrograf
disusun secara vertikal dan mengapit teks narasi‟ sebagai pengganti dari teks
biologi tradisional „teks penjelasan diletakkan di bawah contoh gambar‟. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain grafis baru ini yaitu
teks harus melibatkan pembaca dalam analisis gambar, teks mudah dipahami, dan
terdapat contoh dari masing-masing jenis sel (prokariota, eukariot) sehingga
pembaca mudah dalam pembentukan konsep. Teks yang diapit oleh mikrograf,
merupakan teks yang menganalogikan sel-organel sel sebagai kota-bagian kota
yang memiliki fungsi dan struktur. Seluruh halaman dirancang untuk
perbandingan visual, memandu persepsi, dan membuat makna dari perbedaan
yang tampak (Wandersee, 1992b). Penjelasan perbedaan prokariot dan eukariot
pun diatur dari ada ke tidak adanya membran inti sel, dimulai dengan eukariot
(terbalik, tidak seperti urutan perbedaan prokariot/eukariot yang biasanya
diajarkan). Hal ini dilakukan karena mata akan lebih mudah menemukan sesuatu
13
yang ada dalam gambar daripada melihat sesuatu yang tidak (Hearst, 1991).
Hasilnya desain baru „gambar-gambar kecil mikrograf disusun secara vertikal dan
mengapit teks narasi‟ tidak hanya lebih efektif dalam mengajarkan konsep dan
prinsip-prinsip yang ditargetkan, juga meningkatkan jumlah ketertarikan siswa
menghabiskan waktu untuk melihat gambar berteknologi tinggi yang menyertai
teks biologi (Wanderse, 1992a). Meskipun kelompok kontrol menggunakan
halaman teks pengantar biologi yang memperkenalkan konsep yang sama, peneliti
menemukan bahwa teks yang dituliskan di bawah gambar mikrograf kurang
bermanfaat untuk siswa dibandingkan menggunakan set small-multiple mikrograf
yg terintegrasi dengan teks. Berdasarkan hasil tes persepsi visual (Wandersee,
1992a), hanya 37 persen dari perempuan dan 42 persen dari laki-laki pada
kelompok kontrol dapat menemukan inti sel dari lima mikrograf sel eukariotik,
namun dalam kelompok eksperimen yang bisa menemukannya hanya 46 persen
dari perempuan dan 69 persen dari laki-laki (N = 237).
The cell as a community
The two groups of fotographs on this page represent one of the most basic
divisions of teh life-cells with and cell without a nucleus. This division is so sharp
that many biologists can recognize a cell aas one type or another at a glance.
Can you notice the differences?
All living organisms, including the simplest cell, can be regarded as communities.
Like human communities, cell may vary in be thought of a large city. Cities are
divided into areas that perform specific functions like fire departements, power
plants, water systems, and communication systems. In genaral, these cell are
large and have distinct part called organelles (little organs). Each type of
organelle has a spesific function for the cell as each area in the city has a specific
function. You can see these organelles as distinct bodies in the pictures on the
left. The largest of these organelles is a nucleus, which appears as a dark area
with smaller dots within in. Can you find the nucleus in each picture on the left?
The presence of this nucleus gives this type of cell its name, eukaryotic (eu=true
and karyon=kernel [nucleus] in Greek)
Each cell on the right can be thought of as a small town. In small towns, many
people have more than one job in the community and there is less division of
labor into specific areas. In general, these cells are small, simple, and show
fewer distinct bodies within the cell. Compare the cells on left with those on the
right to see if you can detect this difference. The absence of the nucleus gives
this type of cell its name, prokaryotic (pro=before and karyon=kernel [nucleus] in
Greek)
From the differences visible in these electron micrographs flow much of our
understanding of the evolutionary history of life and some of the evidence for the
5 kingdoms into which we divide all life. Prokaryotic cells are found only in
kingdom monera while eukaryotic cells are found in the four remaining kingdoms.
To review, how does the story about cities and towns relate to one of the most
basic divisions of life?
Eukaryotic Cells Prokaryotic Cells
Jika guru ingin siswa untuk mempelajari prokariota-eukariot secara
bermakna, siswa harus banyak mempelajari mikrograf. Dengan mikrograf, guru
harus membimbing siswa menggunakan metode ilmiah, perbedaan persepsi
mendasar (Barlow, Blakemore dan Weston-Smith, 1990), dan untuk melihat pola
di contoh (ada atau tidak adanya inti, ukuran relatif, tingkat rincian struktur mikro,
dll) secara deskriptif sederhana. Setelah siswa dapat menemukan pola-pola ini, ia
dapat membangun konsep dan mempelajari hubungan penting antara konsep-
14
konsep tersebut. Melalui persepsi, pembentukan konsep, pembentukan hubungan
antara konsep, pengembangan dari pembentukan konsep akhirnya akan mengarah
pada sitologi, prinsip sistematis, ekologi, dan evolusi berdasarkan perbedaan
prokariota-eukariot (Wandersee, 1992a, hal.15).
Godaan guru dalam mengajar adalah waktu, sehingga cara tercepat
mengenalkan prokariot/eukariot kepada siswa adalah melalui kata-kata tanpa
aktifitas pembentukan konsep dan interpretasi mikrograf yang sebenarnya, maka
para siswa akan menggunakan strategi belajar menghafal. Ini sama saja seperti
mengajarkan prokariot/eukariot pada siswa yang memiliki cacat visual (buta),
yang melihat mikrograf melalui sentuhan. Hanya siswa yang melakukan kegiatan
ilmiah dalam mengintepretasikan mikrograf untuk menemukan konsep
prokariot/eukariot saja, yang mendapatkan proses belajar bermakna. Bagaimana
proses belajar tentang biologi sama pentingnya dengan apa yang kita pelajari
tentang biologi. Belajar tidak hanya mengetahui konten biologi saja tetapi harus
disertai dengan interpretasi data sehingga belajar menjadi sesuatu yang utuh.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fensham, Peter, Gunstone , Richard.,dan White, Richard. (1994). Chapter 12
:Making Hi-Tech Micrographs Meaningful to the Biology
Student ( The Content of Science). The Falmer Press: London
Hariono, Bambang. (----). Mikroskop Elektron. Kanisius. (online).
http://books.google.co.id (diakses tanggal 20 September 2012)
Muslim, Choirul. 2003. Buku Bahan Ajar Biologi Molekuler Sel. Universitas
Bengkulu: Bengkulu
Pablo, Julian. “Mikroskop”. (online). http://matakuliahbiologi.blogspot.com/
2012/04/prokariotik_17.html (diakses tanggal 20 September
2012)