m&i vol 61

43
1 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 M oney &I EMPOWERING ENTREPRENEUR Money&I ISSN: 2087-5975 Rp. 25.000 Cushion warna-warni berjejer rapi, sofa empuk tampil minimalis, kabinet dapur terinstalasi dengan gaya modern masa kini, inilah bisnis yang dikuni oleh Lisa Dewi, bagaimana wanita perkasa ini melakukannya? Vol. 61 Mar-Apr 2015 @MNImagz Money & I Magazine www.the-mni.com Cushion warna-warni berjejer rapi, sofa empuk tampil minimalis, kabinet dapur terinstalasi dengan gaya modern masa kini, inilah bisnis yang dikuni oleh Lisa Dewi, bagaimana wanita perkasa ini melakukannya? ARYA SUTEDJA & I WAYAN SUTEDJA Dua Generasi Pendarkan Perak Bali TRAVELLERS NOTE PATAGONIA RIDE Perjalanan 4500 km menuju THE END OF THE WORLD menggunakan sepeda motor dan di bayar oleh pemandangan yang tak pernah Anda bayangkan HEALTHY LIVING 8 TIPS YOGA UNTUK PEMULA Panduan sederhana bagi Anda yang ingin memulainya SPECIAL FEATURE LANGKAH SERIUS PARA PENERUS Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga dengan cara-cara baru SPECIAL FEATURE LANGKAH SERIUS PARA PENERUS Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga dengan cara-cara baru SPECIAL FEATURE LANGKAH SERIUS PARA PENERUS Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga dengan cara-cara baru SPECIAL FEATURE LANGKAH SERIUS PARA PENERUS Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga dengan cara-cara baru

Upload: money-i-magazine

Post on 22-Jul-2016

281 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

1Vol. 61 | Mar-Apr 2015

Money&IEmpowEring EntrEprEnEur

Money&I ISSN: 2087-5975

Rp. 25.000

Cushion warna-warni berjejer rapi, sofa empuk tampil minimalis, kabinet dapur terinstalasi dengan gaya modern masa kini, inilah bisnis yang dikuni oleh Lisa Dewi, bagaimana wanita perkasa ini melakukannya?

Vol. 61 Mar-Apr 2015 @MNImagz

Money & I Magazine

www.the-mni.com

Cushion warna-warni berjejer rapi, sofa empuk tampil minimalis, kabinet dapur terinstalasi dengan gaya modern masa kini, inilah bisnis yang dikuni oleh Lisa Dewi, bagaimana wanita perkasa ini melakukannya?

AryA SutedjA & I WAyAn SutedjA

Dua Generasi Pendarkan Perak Bali

Travellers NoTe

PAtAGOnIA rIdePerjalanan 4500 km

menuju THe eND oF THe WorlD menggunakan

sepeda motor dan di bayar oleh pemandangan

yang tak pernah anda bayangkan

HealTHY lIvING

8 tIPS yOGA untuK PeMuLA

Panduan sederhana bagi anda yang

ingin memulainya

SPeCIAL FeAture

LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS

Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga

dengan cara-cara baru

SPeCIAL FeAture

LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS

Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga

dengan cara-cara baru

SPeCIAL FeAture

LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS

Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga

dengan cara-cara baru

SPeCIAL FeAture

LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS

Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga

dengan cara-cara baru

2 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 3Vol. 61 | Mar-Apr 2015* can’t combined with other promotions** limited stock, redeem this tear for special gift

F

r

e

e

Special Gift! **

Show your LESTARI FIRST LADIES Membership Card

get 20% discount for all items

LO Iklan Money&I Magz (februari 2015).indd 2 2/16/2015 2:25:20 PM

4 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 5Vol. 61 | Mar-Apr 2015

ARIF RAHMAN@LitErAturnEgEri

F R O M T H E E D I T O R

Tulislah buku yang ingin kamu baca,

ciptakanlah produk yang ingin kamu beli

P

epatah lama ini ingin

menunjukkan betapa

liniernya antara keinginan dan

kreativitas kita saat produktif.

Dan tidak sedikit keberhasilan

yang berhasil diperoleh ketika kita bisa

mengkonversi ide-ide yang ada dalam kepala

dalam wujud nyata.

Namun terkadang, tidak semua orang bisa

meraih kesempatan itu, terlebih dalam

hal regenerasi bisnis. Suka atau tidak, hal

ini kerap menjadi diskursus yang kadang

melelahkan, bahwa seorang anak pebisnis

yang populer dan sukses, kemudian enggan

mengikuti jejak orang tuanya, memutuskan

mengejar passion-nya yang jauh berbeda

dengan apa yang ditekuni oleh leluhurnya.

SANG PENERUSMungkin, cara itu melahirkan kesuksesan

baru yang sama hebatnya. Namun tidak

sedikit pula yang akhirnya gagal berkembang.

Inilah yang menjadi PR besar bagi para calon

“purnawirawan” dunia bisnis. Mendirikan

usaha yang sanggup bertumbuh, bukan

satu-satunya hal yang harus ditaklukkan.

Bisa jadi tantangan terbesar yang harus

dijalani adalah ketika bisnis tersebut hendak

dialihkan. Dalam lingkup usaha keluarga,

maka sang penerus, tentu saja generasi

kedua dari sang pendiri. Dilematikanya,

seberapa siap para penerus bisnis ini akan

melanjutkan kesuksesan orang tuanya? Di

bawah bayang-bayang nama besar pendiri

usaha, tentu geliat mereka tak mudah

dan penuh tekanan. Namun jika sanggup

membuatnya lebih berkibar, maka akan

menjadi satu catatan prestasi tersendiri yang

tak kalah menterengnya.

Rahasia sukses sejumlah bisnis keluarga yang

sanggup berumur panjang, bahkan hingga

hitungan abad, tak lain karena sanggup

menyiapkan para penerus yang secara

kapasitas sanggup memenuhi ekspektasi

usaha keluarga. Lebih dari itu, mereka bisa

beradaptasi dengan perubahan yang terus

terjadi, membawa perusahan yang mereka

pimpin terus bergerak dengan cekatan tanpa

harus kehilangan pegangan. Pada akhirnya,

perusahaan itu bak tak pernah berhenti

bertumbuh.

Dalam edisi kali ini, kami di redaksi mencoba

meneropong seberapa banyak generasi

kedua yang sanggup mempertahankan bisnis

keluarganya. Dan dalam hasil pemantauan

kami, ternyata tidak sedikit nama yang

berhasil kami kumpulkan, di mana mereka

justru menunjukkan kinerja manajemen

yang semakin baik. Bahkan, ada beberapa

perusahaan yang mulai menua dan letih,

kemudian berubah cepat dan dinamis ketika

dikelola oleh para putra-putri penerusnya.

Dan menariknya, satu hal yang kami temukan

memiliki kesamaan metode adalah dalam

pola penjualan dan branding yang mulai

menggunakan peran teknologi tinggi, yang

menjadikan cara tersebut sebagai laverage

baru bagi para generasi penerus tersebut.

Membawa usaha peninggalan orang tua

mereka bergerak naik satu peringkat.

Selain teknologi, apa saja gebrakan yang

dipersiapkan oleh para generasi penerus

ini dalam melanjutkan bisnis keluarga, kami

ceritakan secara panjang dalam rubrik

special feature edisi ini. Semoga sajian ini bisa

menjadi wacana tambahan khususnya bagi

Anda para penerus bisnis keluarga, atau yang

akan mewarisi usahanya kepada generasi

penerusnya.

Jabat Erat,

Arif Rahman

I NTRODUC INGTHE NEWEVENT ORGAN IZERIN BAL I

Cahya Enterprise is a company engaged in the production equipment provider, either for client domestic or international client.

SOUND SYSTEM | LIGHTING | RIGGING STAGE | GENSET

Jl. Suli No.10 Denpasar, Bali 80237, Indonesia | t. +62 361 226354 | p. +62 0818566160 | www.cahyaenterprise.com

@CAHYAenterprise

6 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 7Vol. 61 | Mar-Apr 2015

Menerima tongkat estafet untuk meneruskan bisnis yang telah

tumbuh besar, jelas bukan tantangan yang mudah. Apalagi jika

kemudian dituntut bukan hanya untuk mempertahankan yang

sudah berhasil diraih, namun juga membuatnya semakin besar

dan tak terkalahkan. Bagaimana para penerus bisnis keluarga ini

mengepalkan jurusnya?

C O N T E N T S

Publisher Alex P. Chandra (PT. BPR Sri Artha Lestari); Chief Operations Arif Rahman; Public Relations Manager Erry Yoga Sugama; Head of Contents Arif Rahman: Editorial Support Putera Adnyana; Designer Renata Wahyu Diandara; Photographer I.B. Baruna Luhur; Money & I Magazine is published monthly by PT. BPR Sri Artha Lestari, Jalan Teuku Umar 110 Denpasar, Bali, Indonesia. Tel: +62 361 246-706; Fax: +62 361 246-705. No part of this publication may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopy, recording or any information storage or retrieval system without permission in writing from PT. BPR Sri Artha Lestari. While the editors do their utmost to verify information published, they do not accept responsibility for its absolute accuracy; Editorial & Advertising E-mail: [email protected]. Tel: +62 361 784-3244.

SENI MERPESOLEK HUNIANPhotographer : IB Baruna Design Cover : Renata Diandara

18Event : LESTARI STAR AWARDS

2015

Penghargaan untuk para

karyawan BPR Lestari

berprestasi kembali digelar

Interview : Robby Kartono Interview: Arya SutedjaSpecial FeatureLangkah Serius Para Penerus

Merubah family business menjadi corporate business

Generasi kedua untuk tetap pertahankan perak Bali

28 30 66

04 From the Editor

08 Contributors

10 Follow Me On Twitter

12 Snapshot : Lomba Kano 2014

14 Shared Value

40 Review : Theory Of Everything

44 Advertorial:

Swiss Education Expert

50 Book Review

52 Gallery

54 Healthy Living

5 Cara Hilangkan Stress di

Kantor

62 Front of Mind : Lei Jun, Xiaomi 50 Life Style : 5 Best Dress

Shoes For Men in 2015

BE THE NEXT GEN L 6!!!

KESEMPATAN TERBATAS

HANYA 12 ORANG

Beasiswa meliputi- Biaya pendaftaran

- Biaya SPP/UKT

- Biaya Wisuda

- Biaya Hidup

- Kesempatan mengikuti pelatihan

Seminar dari BPR Lestari

Gen L merupakan program beasiswa dari BPR Lestari

untuk biaya perkuliahan dan biaya hidup bagi siswa-

siswi berprestasi namun kurang mampu secara ekonomi.

“Salah satu misi dari BPR Lestari adalah menjadi Force

of Good untuk pengembangan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Bali dan saya percaya, pendidikan adalah

salah satu prasyarat mutlat untuk membangun Bali yang

sejahtera.” - Alex P Chandra, Chairman BPR Lestari

Dayu Mas 08174745003

Lily 082144730058

PERSYARATAN

• Lulus SMU/SMK/Sederajat pada tahun 2014 atau 2015

berdomisili di wilayah bali (Pendaftaran dapat dilakukan mulai dari

semester genap tahun ajaran 2014/2015.

• Diterima sebagai mahasiswa Universitas Udayana tahun ajaran

2015/2016 (non ekstensi).

• Berprestasi di bidang akademik & non akademik.

• Bersedia dan menyetujui semua persyaratan dan ketentuan program

program Generasi Lestari.

• Mengisi formulir pendaftaran yang dapat di-download di

www.bprlestari.com atau diambil di seluruh kantor BPR Lestari.

• Copy KTP dan KK, foto berwarna setengah badan ukuran 4x6

sebanyak 2 lembar.

• Copy transkrip nilai yang telah dilegalisir (NEM dan STTB) atau

surat keterangan lulus.

• Copy raport SMU/SMK kelas 1,2,3 yang telah dilegalisir.

• Copy sertifikat penghargaan yang pernah diraih.

• Copy rekening pembayaran listrik/air/telepon 3 bulan terakhir.

• Copy kartu tanda mahasiswa & bukti telah diterima di Universitas

Udayana (Jika sudah diterima sebagai mahasiswa).

• Formulir pendaftaran yang sudah diisi beserta dokumen

pendaftaran lainnya selambat-lambatnya diserahkan tanggal

29 Mei 2015 di Kantor BPR Lestari Teuku Umar Jl.Teuku Umar

No. 110 Denpasar Bali

(0361) 246 706

TANYA LESTARI

www.bprlestari.com

CEPAT, BERSAHABAT.

58 Traveller Notes:

Patagonia Ride

72 Seni : Pameran Lukisan, “Atas

Nama Benda”

76 M&I The Club :

Workshop Online Marketing

78 Teenlit Corner :

Alex

BLM FIX

8 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 9Vol. 61 | Mar-Apr 2015

CONTRIBUTORS

Alex P Chandra Chairman BPR Lestari dan juga

publisher majalah M&I, memulai

karir sebagai profesional

banker di BCA selama 8 tahun

sebelum akhirnya memutuskan

untuk mendirikan bisnisnya

sendiri BPR Lestari, perusahaan

yang dibawanya menjadi BPR

terbesar di Bali dalam waktu 5

tahun.

Notes From a Friend

purposeful Abandonmentp.22

YuswohadyMerupakan penulis dari sekitar

40 buku mengenai pemasaran.

Pernah bekerja selama 12 tahun

di MarkPlus Inc dengan posisi

terakhir sebagai Chief Executive.

Di bidang keorganisasian

Yuswohady pernah menjadi

Sekretaris Jendral Indonesia

Marketing Association (IMA).

Insight meme marketingp.24

Leadership

Doronglah p.38

Pribadi BudionoUlasannya erat terkait dengan

kepemimpinan yang banyak di

adopsi dari sejumlah pemikir

besar. Direktur Utama BPR

Lestari ini mengintrepretasikan

dengan memberikan alternatif

solusi pada permasalahan

yang kerap dihadapi bangsa ini

khususnya yang ada di Bali.

Suzanna ChandraSmart Family adalah rubrik yang

diasuh oleh Managing Director -

Lestari Living ini. Wanita yang

pernah menimba pengalaman

hidup di Australia ini dengan

lugas memaparkan bagaimana

kiat cerdik untuk mengelola

keuangan dan investasi

khususnya di property.

Smart Family Attention to Detail, Anytime and Everywhere p.42

I Made Wenten B

Perannya sebagai Direktur

di BPR Lestari membawanya

dekat dengan human resource &

development. Pengetahuannya

akan hal tersebut dipaparkan

dalam rubrik Growth Strategies,

bagaimana membangun karir

dan kompeten dalam dunia kerja.

Growth Strategies Coaching p.46

Samantha Chandra

Menjadi blogger sejak tahun

2008, dan menuliskan

rekaan imajinasinya di www.

adriannaandevan.blogspot.com.

Hingga saat ini, lebih dari 30

episode sudah di tuliskannya.

Sejak vol. 37, majalah ini

menayangkan ceritanya secara

berkala.

Teenlit CornerAlex p.78

Denny Santoso

Adalah seorang ahli diet, nutrisi,

dan fitnes. Aktif menyebarkan

cara diet sehat dan berolahraga

yang benar melalui www.

PanduanDiet.com, twitter

@dennysantoso, serta Buku

Rahasia Diet. Denny Santoso

juga founder www.SixReps.com,

jejaring sosial bagi fitness mania.

Fitness Konsep Dasar menambah Berat Badan ideal p.56

Hary Susanto

Movie reviewer, horror and

thriller mania. Blognya www.

movienthusiast.com yang

mengulas soal film meraih

sejumlah penghargaan tahun

2013 lalu. Blog tersebut saat ini

sudah dikunjungi lebih dari 2 juta

kali. Hary memiliki perspektif

unik soal film yang di review-nya.

Movie Review Birdmanp.40

HADIAH LANGSUNG*

GoPro

B L A C K E D I T I O N

VOUCHER EMAS

Rp. 2 .000.000

+HERO4

HadiaH Langsung Lainnya

SamsungGalaxy Note 4

Call Marketing

Putri 081916173227

Antari 081805673379

SIKAYA

U-STYLE

TANYA LESTARI

(0361) 246 706

CEPAT, BERSAHABAT.

www.bprlestari.com

Setoran Awal Setoran Bulanan Proyeksi Saldo

10,500,000 500,000 80,559,255

Bisa Gaya

Tetap Kaya!

Setoran Awal Setoran Bulanan Proyeksi Saldo

10 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 11Vol. 61 | Mar-Apr 2015

Alex PC 212@alex_lestari

Kerobokan - Kuta Bali

alexpchandra.com

5,367

tweets

87 2,342TWEETS FOLLOWING FOLLOWERS

Follow Now

Alex PC 212

Alex PC 212

Alex PC 212

Alex PC 212

Alex PC 212

Lanskap bisnis selalu berubah. Kompetitor, konsumen, teknologi dan regulasi berubah. #bisnis212

2 tahun yang lalu, hampir semua ‘orang’ di bali membangun hotel. Kini bisnis hotel is under pressure! #bisnis212

Saran saya, selalu scan over the horizon, melakukan perbaikan terus menerus, berinovasi dan alokasikan asset. #bisnis212

Sukses menyebabkan dirinya merasa ‘tak terkalahkan’ dan ‘tak bisa salah’ sehingga kadang sulit mendengarkan pihak lain. #bisnis212

Segala sesuatu usaha yang sekarang merupakan bad idea, awalnya adalah good idea.#bisnis212

@alex_lestari

@alex_lestari

@alex_lestari

@alex_lestari

@alex_lestari

“to ACCELErAtE growth, wE nEED to grow our

tEAm”

YOUR BUSINESSIMPROVE

“Jika Anda meruntuhkan gedung

bisnis yang saya miliki, saya akan

membangunnya kembali dalam 8 bulan,

tapi jika Anda mengambil team works

saya, orang-orang yang bersama-sama

menjalankan bisnis bersama Saya, So.. I’m

Totally Die. Bagi Saya, sepenting itulah

peran people dalam sebuah organisasi,

dan merupakan salah satu leverage

business paling vital, tanpa mereka, kita

tidak akan kemana-mana. Salah satu

strategi yang proven untuk membuat

perusahaan kita bertumbuh adalah dengan

mengkonsentrasikan kepada pertumbuhan

kapasitas masing-masing orang yang

bekerja membantu kita, Andapun bisa

melakukan hal yang sama.” Alex P Chandra

Setiap SDM, dibagian kerja apapun dalam sebuah organisasi, maka dituntut untuk memiliki

citra dan image yang positif sebagai sebuah keharusan. Terlebih bagi mereka yang baru

mengawali karir, terkadang melupakan hal tersebut. Program ini dibuat sebagai jembatan

awal bagi setiap SDM agar mampu menunjukkan performa yang memukau sehingga

tujuan perusahaan dalam memberikan pelayan terbaik bisa tercapai.

PROFFESIONAL DEVELOPMENT PROGRAM [PDP]

TOPIC COnTenT FASILITATOR

Menjadi Karyawan Bintang Alex P Chandra

Think & Act Like A Champion Pribadi Budiono

Service Excellent Suzanna Chandra

Presenting Your Proffesional Image Gilda Sagrado

Psychology In Selling Made Muku

Interpersonal & Communication Herman Pasha

KNOWLEDGE

SKILLS

PROGRAM OUTLINE

INFORMASI LEBIH LANJUTFina Kaska0852-3752-6899

@AKUBANKID

AKUBANK

www.akubank.co.id

Program dimulai tanggal 7 Februari 2015

12 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 13Vol. 61 | Mar-Apr 2015

SNAPSHOT I LOMBA KANOSNAPSHOT I LOMBA KANO

ADU GESIT ADU CEPATDI TUKAD BADUNG

Photo Oleh : Bayu Sastra Negari

Tukad Badung merupakan salah satu

kawasan penyangga yang demikian

vital di kawasan Denpasar, dan

selama beberapa tahun terakhir

kerap kali ide untuk mengoptimalkan

peran Tukad Badung bukan sebatas pengairan

muncul kepermukaan, salah satunya dengan

menjadikan Tukad Badung sebagai salah satu rute

kawasan wisata air di Denpasar.

Namun dari sekian banyak ide-ide tersebut, tidak

banyak yang akhirnya bisa terealisasi. Namun

demikian, upaya ke arah tersebut terus dilakukan.

Salah satunya yang digelar oleh Pemkot Denpasar

pada hari Minggu 23 Februari lalu, dalam rangka

HUT kota ke 226, dinas pariwisata kota Denpasar menggelar

lomba kano di Tukad Badung, jalan taman pancing banjar Gelogor

Carik Pemogan. Acara inipun disambut dengan meriah oleh warga,

tercatat 225 peserta terdaftar dalam ajang adu cepat tersebut.

Menariknya, bukan hanya warga lokal yang turut andil, namun

terlihat pula warga asing ikut berpartisipasi dalam ajang yang

dibuka dengan pelepasan bibit ikan ini.

Ada dua jenis kano yang digunakan dalam lomba ini, yakni Peddle

Kano dan Stand Up Peddle Kano. Pemerintah kota berharap

dengan kegiatan ini, maka kesadaran masyarakat untuk menjaga

lingkungan khususnya perairan sungai meningkat dan menjaga

alam tetap lestari.

14 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 15Vol. 61 | Mar-Apr 2015

LESTARI 7th SHARED VALUE

OBSSESIVE TOCUSTOMER VALUEOBSESI TERHADAP NILAI-NILAI PELANGGAN

OBSSESIVE TOCUSTOMER VALUEOBSSESIVE TOCUSTOMER VALUE

16 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 17Vol. 61 | Mar-Apr 2015

LinKAgE progrAmLinKAgE progrAm

Sukses dengan kerjasama linkage

program bersama BPR Lestari

pada tahun 2014 lalu, BII (Bank

Internasional Indonesia) kembali

melanjutkan kerjasama serupa

di tahun 2015. Tak tanggung-tanggung, BII

memberikan tambahan suntikan dana kredit

sebesar Rp 150 miliar kepada BPR Lestari

demi mendukung komitmen BPR Lestari

dalam pengembangan sektor Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bali.

Jumat, 6 Februari 2015 lalu dilakukan

penandatanganan linkage program antara

BII dan BPR Lestari. Bertempat di Kantor

Pusat BPR Lestari, Teuku Umar, acara

penandatanganan kerjasama tersebut

dihadiri oleh Pribadi Budiono selaku Direktur

Utama BPR Lestari, Rusdy Wirana selaku

Area Business Manager BII Maybank,

beberapa pejabat BII, dan pihak notaris.

“Kami percaya bahwa dengan adanya

kerjasama ini, BPR Lestari dan BII dapat

bersinergi dalam mendorong penguatan

sektor UMKM di Bali khususnya,” terang

Pribadi. Ia menambahkan bahwa kredit

tersebut mayoritas akan disalurkan kepada

sektor perdagangan, pertanian, dan industri

rumah tangga.

Rusdy Wirana mengungkapkan bahwa

hasil dari sinergi linkage program antara

BII dan BPR Lestari di tahun 2014 lalu

sangat menggembirakan, sehingga BII pun

menaruh optimisme terhadap kelanjutan

program tersebut bersama BPR Lestari

di tahun 2015. Kerjasama linkage program

memang sesuai dengan komitmen BII dalam

mengembangkan financial services, terutama

untuk sektor UMKM. “Kami memang ingin

fokus kepada BPR yang bagus dan kami

lihat BPR Lestari punya track record yang

baik serta berprestasi di tingkat nasional,”

jelasnya. Rusdy juga menambahkan bahwa

kerjasama linkage program sangat cocok

diterapkan bersama BPR, karena BPR itu

sendiri lebih mengenal pasar UMKM.

“Kami harap dana kredit yang dikucurkan

lewat linkage program ini dapat diserap

dengan baik di tahun 2015. Kami

tidak menutup kemungkinan akan ada

peluang untuk kerjasama lagi di tahun

mendatang,”pungkas Rusdy. Niniek Mariani,

selaku Area Commercial Head BII Maybank

juga berharap BPR Lestari kembali mampu

menjadi kepanjangan tangan BII untuk

masuk dan menyerap target pasar UMKM di

Bali.

“ BPR Lestari dan BII dapat bersinergi dalam mendorong penguatan sektor UMKM di bali - Pribadi Budiono

bii Lanjutkan Kerjasama Linkage Program bersama BPR Lestari

1 Penandatanganan linkage program

dilakukan oleh Direktur Utama BPR Lestari

Pribadi Budiono.

2 Kerjasama linkage program dihadiri

oleh dari kiri (Area Commercial Head BII

Maybank - Niniek Mariani) , (Area Business

Manager - Rusdy Wirana), (Direktur Utama

BPR Lestari - Pribadi Budiono), Pihak Notaris.

18 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 19Vol. 61 | Mar-Apr 2015

notE From A FriEnDnotE From A FriEnD

S

ebagai sebuah organisasi yang

tumbuh, pencapaian sebuah

puncak, bukan berarti akhir dari

perjalanan. Melainkan berarti

ada puncak lain yang harus

didaki. There is another mountain to climb.

Misi sebuah organisasi, menurut saya adalah

sebuah tujuan yang beyond business. Bukan

sekadar angka neraca, market share atau profit

and loss. Sebuah organisasi akan kehabisan

bensin, kehilangan motivasi, jika tujuannya

hanyalah “making money”.

Dibutuhkan sebuah “reason for being” yang

lebih dari sekedar hitung-hitungan bisnis, jika

kita menginginkan organisasi itu tumbuh

menjadi besar. Sebuah alasan yang lebih

spiritual. Saya berusaha menerjemahkan

misi kita itu dalam sebuah kalimat yang

sederhana: MAKE AN IMPACT! Sebuah

kalimat seru, kalimat ajakan.

Organisasi BPR Lestari yang

direpresentasikan baik oleh korporasinya

maupun para individu di dalamnya, harus bisa

memberikan “impact” kepada lingkungannya

berada. Dampak yang positif.

Saya memimpikan individu-individu yang

tergabung dalam BPR Lestari pun secara

personal memberikan pengaruh positif. Para

REVITALISASI

Alex P. Chandra@alex_lestari

Komisaris BPR Lestari & Founder of Lestari Group

www.alexpchandra.com

“ Dibutuhkan sebuah “reason for being” yang lebih dari sekedar hitung-hitungan bisnis, jika kita menginginkan organisasi itu tumbuh menjadi besar. Sebuah alasan yang lebih spiritual.

personalnya diharapkan bisa menjadi role

model bagi lingkungannya masing-masing.

Sehat, kaya dan sikapnya baik.

Setiap personil BPR Lestari, seperti batu-

batu kecil yang kita lemparkan ke tengah

danau yang tenang. Yang akan menciptakan

riak-riak kecil di lingkungannya sendiri.

Secara bersamaan, kalau batu-batu kecil tadi

cukup banyak, maka riak-riak kecil tadi akan

menjadi sebuah gelombang yang besar.

Maka dari itu, pengembangan pribadi,

capacity building, saat ini menjadi strategi

korporasi.

Shared value

Itulah sebabnya saya meyakini bahwa

keberhasilan sebuah organisasi bisnis sangat

tergantung dari kekompakan tim yang berada

di dalamnya. Tim yang bekerja bersama

dalam frekuensi yang sama akan memberikan

sinergi. Namun tim yang bergerak sendiri-

sendiri, dengan agenda sendiri-sendiri, akan

menciptakan kekacauan.

Di Lestari, kami membentuk shared

value untuk bergerak maju. Shared Value

yang nantinya akan menjadi budaya.

Corporate Culture. Untuk memperkuatnya,

menjadikannya identitas bersama, Shared

Value tersebut kemudian dituangkan

secara tertulis. Untuk mengingatkan, agar

setiap individu di BPR Lestari berjuang

merealisasikannya. Shared value ini harus

menjadi pegangan, sebagai common behavior.

Perilaku bersama, shared value yang menjadi

pedoman bagaimana bersikap sebagai

seorang “LESTARIAN”.

Get better or Get beaten!

Namun tentu saja, setiap babak, setiap tahun,

setiap kondisi, diperlukan sesuatu yang baru

untuk memperbaiki diri. Continuous and never

ending Improvement.

Tantangan Lestari berikutnya adalah sukses

biasanya membawa kenyamanan. Success

breed complacency! Organisasi harus bisa

keluar dari zona nyaman, menjadi lebih baik

baik secara personal individual maupun

secara organisasi.

Pertanyaan yang harus dijawab adalah apa

yang harus dilakukan oleh organisasi, agar

terus bisa in good shape, supaya tetap bisa

leading. Bagaimana merevitalisasi organisasi,

dan bagaimana menjadi organisasi dengan

performance culture?

Saya mengilustrasikan dengan sebuah tim

sepakbola profesional. Seorang pemain yang

tidak perform, akan mendapatkan special

coach, supaya performance-nya meningkat.

Masalah dan problemnya di-address.

Latihannya ditingkatkan. Namun kalau terus-

terusan under-performed, dia akan dibangku

cadangkan.

Masalah pemain ini umumnya banyak.

Bisa masalah pribadi, tidak cocok dengan

pelatihnya, atau semata bakatnya tidak bisa

compete dengan tingkat kompetisi setinggi

itu. Sebuah tim yang terus dipacu untuk

berprestasi tinggi, tidak bisa di-dragg-down

terlalu lama oleh pemain yang berkapasitas

rendah.

Setelah dibangku cadangkan, kemungkinan

pemain tadi ditransfer, atau dijual ke klub

lain. Semua orang di tim akan terpacu

memberikan prestasi-nya yang terbaik.

Sebuah performance culture akan tercipta.

Kadang kala, pemain yang tidak perform di

suatu klub malahan menjadi bintang di klub

yang lain.

Kalau sebuah organisasi mau

mengembangkan diri lebih baik: keluar dari

zona nyaman, menjadi organisasi dengan

penghargaan yang setinggi-tingginya

terhadap prestasi. Model pembinaan di klub

sepakbola profesional bisa menjadi inspirasi.

Revitalisasi organisasi dengan memberikan

penghargaan setinggi-tingginya kepada

top players, sementara membina yang

underperformed. Berikan kesempatan untuk

memperbaiki diri. Tantangan untuk menjadi

organisasi seperti ini akan menarik, karena

sepengetahuan saya tidak ada organisasi

yang sanggup mengerjakan sampai level yang

tinggi.

Menjadi perusahaan dengan performance

culture adalah strategi Lestari untuk masa

depan. We have to get better. Or we get beaten!

Tahun ini, 16 tahun sudah

BPR Lestari beroperasi. Dari

sebuah organisasi yang

“sangat sederhana” dengan

hanya 15 orang karyawan,

kini menjelma menjadi sebuah

organisasi yang maju, modern,

dan tumbuh dengan lebih dari

350 orang karyawan. Terbesar

ketiga nasional dari sisi aset

dan 30% market share BPR di

Bali sebagai local champion.

Sebuah pencapaian yang

membanggakan dan luar biasa

di umurnya yang relatif masih

muda.

Di Lestari, kami membentuk shared value untuk bergerak maju. Shared value yang nantinya akan menjadi budaya. Corporate Culture. Shared value ini harus menjadi pegangan, sebagai common behavior. Perilaku bersama, shared value yang menjadi pedoman bagaimana bersikap sebagai seorang “LESTARIAN”.

20 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 21Vol. 61 | Mar-Apr 2015

Pemenang Jumbo WOW 2014

TUR SHANGHAI - BEIJING

T ak terbantahkan lagi, salah satu daya tarik dari Tabungan Jumbo

adalah sejumlah hadiahnya yang menggiurkan, terutama grand

prize Kijang All New Grand Innova. Namun bagi para nasabah,

hadiah 3 buah mobil yang semuanya dibagikan pada tahun 2014

lalu itu bukanlah satu-satunya primadona, karena masih ada 15

paket couple amazing tour Denpasar – Shanghai – Beijing – Denpasar yang juga

menjadi incaran utama para peserta undian.

Dan di penghujung tahun 2014 lalu, tepatnya pada tanggal 22 Desember,

BPR Lestari mengundi 5 tiket terakhir untuk hadiah couple amazing tour yang

kemudian berhasil didapatkan oleh 5 orang nasabah yang beruntung, yakni I

Ketut Yohanes, Ida Ayu Selly Fajarini, Lie Tjiang, Melinda Tejalesmana, dan Tan

Yasinta Inggrid Tanuref.

Di tahun 2015, Tabungan Jumbo akan tetap

membagikan paket couple amazing tour,

selain tentunya hadiah utama berupa

mobil. Bisa jadi di tahun ini giliran Anda

yang beruntung. Yuk terus tambah saldo

tabungan Anda dan jadikan peluang

memenangkan hadiah Jumbo WOW

semakin besar.

EVEnt

Dan pada tanggal 4-7 Februari 2015,

para pemenang hadiah Undian Jumbo

untuk paket tour akhirnya menikmati

keindahan dua kota paling fenomenal di

Cina tersebut. Mereka dimanjakan dengan

sejumlah kunjungan ke berbagai titik

kawasan yang elok menawan.

“Perjalanan ini yang sangat seru dan juga

mengasyikkan, demikian pula dengan

teman-teman lainnya, kami sangat kompak,

penuh canda serasa sudah kenal lama,” ujar

Melinda salah satu pemenang.

22 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 23Vol. 61 | Mar-Apr 2015

Saya sedih setiap kali melihat iklan

program diskon besar-besaran

yang dibesut oleh mall atau pe-

ritel. Kalau program itu dilakukan

sesekali (misalnya saat Hari Raya

atau Hari Kemerdekaan) sih enggak apa-apa,

tapi ini malah dilakukan rutin tiap bulan. Kalau

demikian adanya, maka brand yang ada di mall

atau pe-ritel tersebut juga rutin memangkas

harga.

Saya bukannya anti diskon. Diskon adalah

salah satu bentuk sales promotion yang ampuh

menarik konsumen. Seperti obat saja, kalau

dosisnya pas, diskon bisa menjadi alat ampuh

untuk menggaet omzet, sekaligus membangun

merek (building brand). Namun, jika dosisnya

berlebihan bisa membikin celaka. Memang

dalam jangka pendek, omzet tergaet. Namun

dalam jangka panjang brand-ya bisa jatuh.

Kenapa? Kalau keseringan menggelar diskon,

takutnya brand dianggap berkualitas payah,

tidak laku, atau dianggap murahan oleh

konsumen.

Apa yang terjadi, kalau brand Anda sudah

terlanjur dipersepsi konsumen sebagai produk

murahan? Ingat satu hal ini, bahwa kalau

sudah dianggap brand murahan, maka untuk

naik kelas sulitnya minta ampun. Karena itu

inSightinSight

PRIcE WAR &Dosa Marketer

YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

www.yuswohady.com

“ Kalau sudah dianggap brand murahan, maka untuk naik kelas susahnya minta ampun.“

icep

ts.c

om

saya punya kiat “berdiskon yang sehat”,

yaitu program diskon yang tak merusak

brand. Kiatnya adalah Anda boleh berdiskon,

tapi jangan sampai brand Anda dianggap

murahan.

Kebodohan

Bahaya terbesar berdiskon adalah jika Anda

sudah terjerumus dalam destructive game

yang disebut perang harga (price war). Kalau

sudah terjadi price war, maka brand Anda dan

pesaing saling salip-menyalip menurunkan

harga. Otomatis harga terus tergencet turun.

Kalau sudah begitu, si pelanggan menjadi

“cheer leaders” yang semakin getol memompa

semangat pemain dengan meneriakan yel-

yel: “How low can you go?! How low can you

go?!”

Saya sering mengatakan price war adalah

kebodohan terbesar seorang marketer.

Kenapa bodoh? Karena ia betul-betul bodoh

alias tak tahu lagi apa yang harus diperbuat

untuk memenangkan pasar. Si marketer sudah

tidak tahu lagi bagaimana mendiferensiasi

produk. Tak tahu lagi bagaimana produk

seharusnya diposisikan di pasar. Tak mampu

lagi berinovasi. Tak mempan lagi berkreasi.

Semua jalan seperti buntu. Karena sudah tak

tahu lagi, jalan gampangnya menjadi turun

harga. “Apa sih susahnya turun harga?”

Merupakan sebuah bencana besar,

ketika seorang marketer terjangkit

penyakit mematikan bernama penyakit

“buntu pikir” dan “mati kreativitas”, lalu

mengambil jalan “sesat”, yakni perang

harga. Menjangkitnya penyakit ini kalau

dibiarkan akan menyebabkan produk ikut-

ikutan terjangkit penyakit mematikan lain

bernama “komoditisasi”. Apa itu? Produk

menjadi medioker, tak ada keunikan, dan

tak ada diferensiasi. Inilah “dosa terbesar”

seorang marketer, yakni membawa produk

terjerembab ke dalam jebakan komoditisasi.

Membunuh

Coba lihat price war di bisnis telekomunikasi,

airlines, atau elektronik. Semua pemain

seperti berparade menunjukkan inovasi

dan kreativitasnya. Bukan kreativitas

dalam membangun diferensiasi, tapi

(celakanya) kreativitas membangun persepsi

produk paling murah dengan kualitas

produk medioker. Celakanya lagi, mereka

membangun persepsi termurah itu sering

kali dengan cara mengelabui si pelanggan.

Misalnya, diskonnya gede minta ampun

bahkan sampai 70%, tapi setelah diikuti

syarat dan ketentuannya, ujung-ujungnya

mahal juga. Atau, sebelum diskon diberikan,

harga dinaikkan setinggi langit. Kalau sudah

begini, dosa si marketer menjadi bertumpuk.

free

pik

.co

m

“Ketika marketer memasuki arena price war, maka sesungguhnya dia sedang “membunuh” brand-nya sendiri.” - Yuswohadi.

Saya tak habis pikir kenapa marketer

begitu suka menghanyutkan dirinya dalam

kancah price war. Karena begitu si marketer

memutuskan memasuki arena price war,

maka sesungguhnya saat itu juga si marketer

sedang “membunuh” brand secara perlahan,

tapi sistematis dalam jangka panjang.

Memang dalam jangka pendek, turun harga

dalam price war merupakan langkah ampuh

untuk mendongkrak sales, market share, atau

bahkan profit. Namun dalam jangka panjang,

brand positioning sebagai produk murahan

merupakan erosi sistematis terhadap ekuitas

merek (brand equity) yang sudah susah payah

dibangun bertahun-tahun sebelumnya.

Hai para marketer, ingat kalimat ini:

“Tugas hakiki seorang marketer adalah

membangun brand, bukan secara sistematis

membunuhnya melalui price war”.

> Saya sering mengatakan price war adalah kebodohan terbesar seorang marketer. Kenapa bodoh? Karena ia betul-betul bodoh alias tak tahu lagi apa yang harus diperbuat untuk memenangkan pasar

24 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 25Vol. 61 | Mar-Apr 2015

SpECiAL FEAturE

JIBAKU GENERASIPEMBAHARU

“ Saat ini, para generasi penerus yang umumnya para Gen C –kelahiran tahun 80an- justru seolah menjadi penyelemat perusahaan, yang mulai tua dan letih serta kesulitan berkompetisi dengan bisnis-bisnis baru yang lebih tangkas dan cepat.”

Memulai sebuah bisnis

tidak pernah mudah,

apalagi membuatnya

bertumbuh dan menjadi

besar. Namun menerima

tongkat estafet untuk meneruskan bisnis

yang telah tumbuh besar, jelas bukan

tantangan yang mudah. Apalagi jika

kemudian dituntut bukan hanya untuk

mempertahankan yang sudah berhasil diraih,

namun juga membuatnya semakin besar dan

tak terkalahkan.

Hal seperti ini, kerap tak terhindarkan

dalam dunia bisnis, khususnya pada usaha

yang berbasis sistem kekeluargaan, a family

business. Apalagi jika perusahaan itu mampu

bertahan hingga jangka waktu yang lama,

maka sulit rasanya jika generasi kedua

dari sang pendiri tidak ikut terlibat dalam

meneruskan usaha tersebut.

Namun sayangnya, ternyata banyak

perusahaan yang berjaya ketika dikelola

oleh pendirinya, kemudian jatuh ketika di

alihkan ke generasi penerusnya. Tentu saja

hal itu lumrah terjadi, orang yang berbeda

akan mewakili karakter yang berbeda. Ketika

mengambil alih tongkat estafet, sebuah

sistem yang sudah terbentuk sebagai kultur

umumnya akan mengalami penyesuaian.

Jika tidak terjadi, maka bisnis tersebut akan

berakhir. Tidak heran tingkat kegagalan yang

tinggi para penerus bisnis terkadang menjadi

pameo yang harus dihindari.

Namun pameo ini, dalam waktu-waktu

terakhir mulai luntur secara perlahan,

khususnya ketika era digital mulai merambah

masif. Situasinya kini berganti. Saat ini, para

generasi penerus yang umumnya para Gen C

–kelahiran tahun 80an- justru seolah menjadi

penyelemat perusahaan, yang mulai tua dan

letih serta kesulitan berkompetisi dengan

bisnis-bisnis baru yang lebih tangkas dan

cepat.

Simon Purwa misalkan, pria muda kelahiran

awal tahun 80an ini, menjadi penerus usaha

tour & travel KCBJ, salah satu tour travel

tertua di Bali, dan termasuk salah satu pioner

yang merintis bisnis pariwisata ketika itu.

Ayahnya Al Purwa, mendirikan bisnis

ini ketika era pariwisata di Bali mulai

berkembang. Namun satu dekade terakhir,

bisnis tour dan travel mendapat tantangan

besar. Ketika teknologi menjadikan segalanya

lebih mudah, semua orang saat ini bisa

26 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 27Vol. 61 | Mar-Apr 2015

“Bukan pula semata karena generasi muda lebih cekatan dan cepat memahami pasar, melainkan tidak lain karena mereka dipersiapkan dengan baik oleh para pendiri bisnis yang sudah sejak semula menaruh harapan besar pada sepak terjang mereka. ..”

> Oluptatum rae. Voles nullibus

aut dolorepro es am rati que nim re re

cuptat quo to offictur ab illecte restior

Bea posam rerume perit, ipsum

et eati ab ipsum nem que erro ent,

in rempore hentiamet inulla consent

litiam, volut ium, et eos inum facilitaqui

voluptassi dolectem qui soloreste

dolorepelite molore pediti deliqui

beriost, explaut quia nime dite

menjadi agen tour and travel. Al Purwa, tak

lagi memegang kendali, tampuk menajemen

sudah dialihkan kepada putranya Simon yang

kemudian melakukan gebrakan dengan meng

upgrade semua peralatan teknologi usaha dan

menjadikan para agen sebagai rekan-rekan

pemasaran.

“Generasi kedua itu harus inovatif, karena

perubahan itu selalu ada. Jadi tantangannya

adalah bagaimana kita bisa inovatif agar bisa

beradaptasi dengan perubahan itu,” ujarnya

kepada kami kala itu.

“Ayah saya, memberanikan diri membeli

line telepon internasional ketika pertama

kali mendirikan usaha ini, dan menjadikan

dirinya sebagai satu-satunya yang memiliki

line tersebut di Bali saat itu. Teknologi ini

membuat usaha ayah saya selangkah lebih

maju dari bisnis sejenis lainnya pada masa

itu. Tapi sekarang telepon dan fax, bukan

teknologi baru, malah sudah out of date.

Sekarang kita gunakan email, bahkan email

pun ketinggalan zaman, sekarang zamannya

mobile internet. Di sinilah saya kemudian

mengembangkannya, dengan mendirikan

divisi khusus untuk pengelolaan IT. Itu

sebabnya perubahan itu harus diikuti, dan

menjadi challenge bagi kita,” lanjutnya lagi .

Bukan hanya itu perubahan yang dilakukan,

Simon juga menggeser core bisnis yang

semula ticketing ke produk lainnya yang

based profit, “Saya melihat perkembangan

bahwa orang Bali sendiri sudah memiliki

disposible income, itu sebabnya kita mulai

mengembangkan divisi outbond untuk

mereka yang mau traveling keluar. Ada

juga villa dan transportasi, termasuk tim

yang handling even-even. Semua dikelola di

sini dengan divisi-divisi yang berbeda, dan

prinsip diversifikasi kita yang controllable,

sehingga diversifikasi produknya ada range-

nya. Sekalipun semakin bertambah, namun

masih bisa di-manage, dan semua produk

kita itu basic-nya tetap bagian dari industri

pariwisata,” ujar Simon lagi

Apa yang dialami Simon, juga dilakukan

oleh Wayan Tuges, seorang pemahat yang

mewarisi profesi dari kakek dan ayahnya,

“Pada dasarnya, saya seorang pemahat.

Jadi untuk urusan memahat, saya sudah

cukup banyak mencicipi asam garamnya.

Sejak tahun 80-an, saya sudah berkali-kali

melakukan eksibisi patung ukir di Eropa. Ilmu

ukir yang saya punya ini bisa dibilang warisan

dari leluhur saya. Dari kakek saya, Nyoman

Selag yang memang multitalenta di bidang

seni, kemudian diturunkan kepada Ayahanda,

I Nyoman Ritug, dan akhirnya saya teruskan,”

ujar Tuges.

Namun bukan itu yang membawa nama

I Wayan Tuges kemudian mendunia.

Sepuluh tahun yang lalu, sekitar tahun

2005, ada seorang musisi dan pengusaha

asing bernama Danny Fonfeder datang

menemuinya, dan menantang I Wayan Tuges

untuk membuatkan gitar yang dilengkapi

dengan aksen ukir-ukiran. “Waktu itu

>

SpECiAL FEAturE

saya berpikir keras, apa mungkin saya bisa

membuatkan gitar seperti keinginanya.

Namun saya berusaha untuk optimis, kalau

orang lain bisa buat, kenapa saya enggak. Ya,

yang penting kan belajar dulu bagaimana

cara membuatnya,” ujar Tuges kemudian. Dan

hari ini, brand gitar ukir Blueberry menjadi

salah satu merek gitar yang paling dicari,

bahkan oleh sejumlah musisi ternama, dan

membawa nama I Wayan Tuges meroket

dengan cepat. Bisnis pahat dan ukir warisan

orang tuanya, di-upgrade sedemikian rupa

tanpa harus meninggalkan kearifan lokal

yang dimilikinya.

Proses regenerasi juga bisa sukses dari

bisnis yang dikembangkan seorang ibu

kepada putrinya, salah satunya Lim Vonny,

pendiri Lavonne Gallery di tahun 1997.

Kini geliat bisnisnya diasuh oleh putrinya

Melissa. Perempuan kelahiran Lampung, 8

September 1983 ini pun mulai menyuntikan

ide-ide segarnya pada Lavonne, salah

satunya dengan membuka outlet baru di

Sunset Road. Hal ini dilakukannya, karena

outlet pertamanya di Jalan Hassanudin tidak

mampu menjangkau pangsa pasar yang lebih

luas kecuali dari masyarakat Denpasar dan

sekitar.

Sementara dari lokasi barunya di Sunset

Road, maka pangsa pasar di kawasan

pariwisata bisa masuk dalam radar

bidikannya. Selain itu, langkah nyata yang

juga dilakukannya dengan mengenalkan

sistem penjualan online. Dengan cara

ini penjualan produknya pun sanggup

menembus pasar internasional.

“Ketertarikan terhadap bisnis perhiasan itu

bisa dikatakan terjadi secara alamiah, karena

memang latarbelakang bisnis keluarga,

terutama ibu berfokus pada perhiasan.

Saya sendiri memang suka dengan sesuatu

yang berkaitan dengan seni. Seni itu pula

yang saya lihat terdapat di perhiasan. Sejak

kecil, saya sering diajak ke berbagai eksibisi

perhiasan internasional oleh ibu saya dan

saya rasa dari sana ketertarikan terhadap

perhiasan semakin muncul. Ketika saya

memilih serius untuk kuliah tentang bisnis

perhiasan di Singapura pun bukan karena

paksaan. Bahkan adik saya juga mempelajari

ilmu gemology yang berkaitan dengan batu-

batuan alam dan perhiasan. Lalu usai saya

lulus kuliah tahun 2005, ibu meminta saya

untuk terjun mengelola bisnisnya ini,” urai

Melissa bertutur kisahnya.

Jika Melissa sekolah demi mendalami

bisnis perhiasan sebagaimana bisnis orang

tuanya di bidang yang sama, berbanding

terbalik dengan apa yang dialami oleh Robby

Kartono. Putra bungsu dari Andries Kartono

ini, mewarisi salah satu bisnis penjualan alat-

alat kesehatan terbesar di Bali Sanidata.

Sementara Robby, lama mendalami ilmu IT

di Sydney - Australia. Namun, ketika tongkat

estafet dibawah kendalinya, bukannya

gentar dengan tantangan yang ada, Robby

malah membuat usaha Sanidata yang sudah

besar ini semakin menggurita. Salah satunya

dengan mengeksekusi ide home care retail

store, terinspirasi dari keberhasilan sejumlah

retail minimart yang berkembang pesat,

Robby pun mendirikan home care retail

store yang khusus menjual produk-produk

kesehatan. Cita-citanya, konsep ini nantinya

akan menjadi pintu masuk bagi Sanidata

menjadi salah satu yang terbaik di tingkat

nasional.

Bukan hanya Simon, Wayan Tuges,

Melissa, atau Robby Kartono yang berhasil

mengambil alih dengan baik tampuk

kepemimpinan, masih banyak lagi bisnis

serupa yang kini semakin besar ketika sang

penerus memberikan sentuhan barunya

dengan pendekatan yang adaptif dengan

pasar. Bukan pula semata karena generasi

muda lebih cekatan dan cepat memahami

pasar, melainkan tidak lain karena mereka

dipersiapkan dengan baik oleh para pendiri

bisnis yang sudah sejak semula menaruh

harapan besar pada sepak terjang mereka.

Sebagaimana Simon Purwa katakan, “Saya

memposisikan diri sebagai follower yang baik,

karena menurut saya kita enggak akan bisa

jadi leader yang baik, kalau belum jadi follower

yang baik. Bapak bisa dibilang sebagai idola

bagi saya, dan ini saya lakukan agar saya juga

bisa jadi leader yang lebih baik.”

Yup, pemimpin yang baik akan melahirkan

pemimpin lainnya yang lebih baik!

SpECiAL FEAturE SpECiAL FEAturE

28 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 29Vol. 61 | Mar-Apr 2015

LANGKAH SERIUS PARA PENERUS

Industri pariwisata mengalami perkembangan

yang pesat selama beberapa dekade terakhir,

khususnya di Bali yang memang merupakan

destinasi internasional. Namun sekalipun

demikian, bukan berarti pariwisata menjadi

industri yang mudah untuk digeluti. Banyak

perusahaan yang gagal berkembang, terlebih

ketika periodisasi awal munculnya Bali sebagai

salah satu tujuan wisata favorit. Salah satu

yang sanggup bertahan dan bahkan menjadi

pioner di industri ini adalah KCBJ Tour. Start

up sejak tahun 1983 ketika jumlah kedatangan

wisatawan belum banyak di Bali, kemudian

berkembang dan mengalami diversifikasi

produk yang beragam terutama ketika di

tangani oleh generasi penerusnya. Hingga

kini, telah memiliki lebih dari 100 orang

karyawan. Tidak berlebihan untuk menyebut

KCBJ sebagai leader di industri ini. Dan

Simon Purwa, generasi kedua dari pendiri

bisnis inilah yang menjadi tipping poin dari

perubahan ini dan bukan hanya mampu

membuat perusahaan bertahan, namun juga

meraih berbagai prestasi saat ini.

Simon PurwaGenerasi Kedua dari bisnis KCBJ Tours

Adi WiryaGenerasi kedua dari bisnis hotel Bali Nikshoma

Adhi, panggilan akrab Bagus Adhiwirya. Usianya tergolong muda, namun kemampuannya

di dunia bisnis telah melampaui batas waktu. Bisnis di bidang hospitality adalah bakat

yang melekat dalam dirinya. Hal tersebut setidaknya kami rasakan saat menemuinya di Hotel

Bali Niksoma, salah satu bisnis keluarga yang dikelola oleh pemuda ramah ini. Namun sebelum

menangani perusahaan keluarga, Adhi punya pengalaman yang segudang, orang tuanya yang

bekerja di salah satu perusahaan minyak di Indonesia, membawa Adhi hidup berpindah-

pindah. “Jadi dari kecil saya selalu ikut orangtua ke mana-mana, mulai Balikpapan; Cilacap;

pindah ke Jepang; dan berbagai tempat lainnya, masa SMU saya di Amerika, kemudian sempat

melanjutkan kuliah mengambil jurusan Teknik Mesin sebelum akhirnya pindah ke jurusan manajemen,”

ujarnya.

Baru sekitar tahun 2006 Adhi kembali ke Bali dan meneruskan usaha keluarga, dan itu dimulai dari

pekerjaan mengurus finansial dan bagian kesejahteraan staf. Bali Niksoma sendiri sudah dirintis sejak

1987, mengalami renovasi ulang pada tahun 2003. Di tangan generasi kedua inilah Bali Nikshoma

mengalami pertumbuhan yang luar biasa.

Simon Purwa (kiri) bersama ayahnya (kanan)

saat sedang memperingati Ulang Tahun KCBJ

Tours yang Ke-27.

1

1

ArmandGenerasi kedua dari bisnis penjualan oleh-oleh Merchandise JOGER

Joger, siapa yang tak mengenal brand ini. Diawali hanya dengan modal Rp. 500 ribu

oleh seorang mantan guide yang terampil berbahasa Jerman bernama Joseph

Theodorus Wulianadi aka Pak Joger. Nama Joger sendiri merupakan singkatan dari

namanya, Joseph dan Gerhard Seeger. Gerhard adalah teman sekolahnya ketika di Jerman

yang memberi 20.000 US dolar sebagai hadiah pernikahannya. Saat ini Joger menjadi

salah satu pebisnis merchandise, khususnya kaos yang sangat berhasil dan dikenal sampai

mancanegara. Wisatawan lokal yang berkunjung ke Bali, rasanya tidak lengkap jika belum

membeli oleh-oleh di Joger.

Usaha ini sudah dimulai sejak Juli 1980. Pak Joger sendiri yang mulai merangkai kata-kata, disablonkan

ke orang lain, dan memasarkan sendiri secara door to door. Namun saat ini, justru pembelilah yang harus

antre di outlet-outlet Joger. Saat ini, manajemen perusahaan sudah tak lagi dipegang Pak Joger, namun

perlahan dialihkan ke generasi keduanya, adalah Armand yang saat ini dipercaya sebagai pemegang

tongkat estafet. Visinya tentu tetap sama, setidaknya mempertahankan eksistensi bisnis yang kini

mulai mendapatkan banyak pesaing. Salah satu gebrakan Armand dengan menggelar Festival Lawak.

Selain sebagai event kreatif yang juga digelar untuk mempertahankan eksistensi brand Joger di mata

masyarakat.

SpECiAL FEAturESpECiAL FEAturE SpECiAL FEAturE

30 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 31Vol. 61 | Mar-Apr 2015

MelissaGenerasi kedua dari bisnis Lavonne Gallery

Lavonne Gallery secara resmi membuka outlet-nya di Lippo Plaza Mall, Sunset Road

pada 2012 lalu. Semenjak didirikan pada tahun 1997 oleh Lim Vonny, Lavonne

Gallery menjadi pionir bisnis perhiasan berlian di Bali yang terus berkembang dan

memperluas target pasarnya. Outlet pertamanya di bilangan Hassanudin telah menjadi

saksi bisu atas kesuksesannya tersebut. Ratusan koleksi berlian yang diekspornya dari

Hongkong telah menjadi aksesoris favorit para sosialita di Bali. Jaminan kualitas dan harga

bersaing adalah salah satu daya tariknya, di samping desain-desain perhiasan yang selalu

glamour serta mengikuti tren yang berkembang.

Sadar bahwa bisnis perhiasan berlian Lavonne semakin bertumbuh pesat, Lim Vonny pun meminta putri

sulungnya, Melissa untuk turut mengembangkan usaha Lavonne. Perempuan kelahiran Lampung, 8

September 1983 ini pun mulai menyuntikan ide-ide segarnya pada Lavonne, salah satunya adalah dengan

membuka outlet baru di Sunset Road demi merealisasikan ekspansi bisnisnya tersebut.

Ivonne & Robby KartonoGenerasi kedua dari bisnis Sanidata, penjual alat-alat kesehatan terbesar di bali

Ayahnya, Andries Kartono, merupakan pebisnis ulet yang tak mudah menyerah.

Mengawali karirnya sebagai sales kanvas, menjual alat-alat kesehatan yang sudah

dilakoninya sejak duduk di bangku SMK, kemudian mendirikan tokonya sendiri

yang bernama Sanidata. Setelah 30 tahun, usaha ini menjadi salah satu yang terbesar di

kota Denpasar dan sudah memiliki cabang di Kota Semarang. Dan kini, roda perusahaan

dibawah komando dua orang anaknya, Ivonne dan Robby Kartono. Ivonne sendiri dipercaya

untuk mengelola Sanidata di Kota Semarang, sementara Robby fokus pada Sanidata yang

berada di kota Denpasar. Sejak memegang kendali, Ivonne dan Robby melakukan pembenahan

secara bertahap pada operasional dan pemasaran perusahaan. Pengalaman bersekolah dan bekerja di

Sydney Australia, menjadikan kakak beradik ini punya basic yang mumpuni tentang sistem bisnis.

Berbagai pengelolaan toko yang awalnya berjalan dengan manual, perlahan diubahnya dalam sistem

komputerisasi. Sistem persediaan dan pengelolaan karyawan juga mendapat perhatian ekstra.

Alhasil, mereka berdua sanggup meningkatkan omzet perusahaan secara signifikan, bahkan kini mulai

melakukan ekspansi. “Kami ingin merestorasi cakupan pasar, dan ini kami wujudukan melalui Sanimed,”

ujar Robby. Sanimed adalah retail store dengan produk kesehatan yang idenya didapatkan dari konsep

waralaba minimart yang selama satu dekade terakhir tumbuh menjamur. Ide ini sudah muncul lama di

benak ayahnya Andries, namun baru tereksekusi saat generasi berganti.

Wirawan TjahjadiGenerasi ketiga dari bisnis Kopi Bali merek Kupu-Kupu Bola Dunia

Di Bali, industri kopi menjadi salah satu unggulan dari para petani, bahkan tidak

sedikit perusahaan kopi yang sudah merintis usahanya sejak zaman kemerdekaan.

Salah satu yang terbesar adalah Kopi Kupu-Kupu Bola Dunia. Perjalanan

perusahaan kopi yang mereknya demikian kondang itu panjang, berliku, dan menantang.

Secara bertahap perusahaan tersebut kian membesar, hingga saat ini dikelola oleh Wirawan

Tjahjadi sebagai generasi ketiga. Dulu, ketika pertama kali terjun di bisnis kopi, produk yang

dihasilkan oleh perusahaan keluarga Bhineka Jaya ini sering mendapat perlakuan yang tidak

“adil” dalam pemasaran kopinya. Namun, saat ini justru menjadi salah satu pemasok terbesar kopi

ke hotel-hotel, bahkan hingga mancanegara.

Wirawan sendiri saat ini menjadi generasi penerus usaha keluarga tersebut, dan memulai karirnya dari

posisi yang paling rendah. “Dulu saya tinggal 13 tahun di Amerika. Saya pulang ke Bali tahun 1993. Saat

awal bekerja di toko saya nyapu dulu, lalu ikut membungkus kopi. Jadi betul-betul mulai dari bawah.

Setiap pagi saya juga diajak ayah ke pabrik untuk mencoba kopi. Jadi, kopi memang sudah menjadi bagian

hidup saya sejak muda di bawah didikan ayah. Bersama ayah, saya juga sempat memasarkan kopi ke

hotel-hotel.

I Wayan TugesGenerasi ketiga yang meneruskan usaha pahat keluarga

Kemampuan memahatnya, diperoleh dari ayah dan kakeknya, yang memang

berprofesi sebagai pemahat patung dan ukiran, namun I Wayan Tuges, sosok

paruh baya dengan kemampuan seni kreatif ini, sukses menyuntikan inovasi

terhadap instrumen gitar. Di tangan pria kelahiran 7 Oktober 1952 itu, gitar tak lagi

tampil apa adanya. Gitar tak lagi tampil dengan bentuk lekuk polos tanpa taburan aksen

khusus. Berkat keterampilan pahat yang dimilikinya, I Wayan Tuges menciptakan gitar-

gitar eksotik yang dibalut dengan detil-detil ukiran khas Bali. Kreasi inovatif Wayan Tuges

itu pun langsung menuai decak kagum dari gitaris-gitaris ternama di dunia, semenjak mulai

dipamerkan secara resmi pada tahun 2007 lalu.

Gitar-gitar ukir I Wayan Tuges telah ‘terbang’ ke negara-negara, seperti Kanada, Jepang, Eropa dan

Amerika Serikat. Tercatat musisi-musisi kondang seperti Rob Lutes, Rick Monroe, Dino Bradley dan

George Canyon Band Country Rock Little Texas menggunakan koleksi gitar ukir karya I Wayan Tuges.

Tak hanya gitaris dunia, beberapa musisi Indonesia semisal Dewa Budjana, Balawan, Iwan Fals, dan Erros

Djarot pun memesan gitar-gitar ukir Tuges. Bahkan pria yang berdomisili di Jalan Baruna 5, Guwang –

Sukawati tersebut juga pernah diminta secara eksklusif oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono,

agar dibuatkan gitar ukir khusus. Permintaan yang sama juga datang dari Menko Polhukam RI, Djoko

Suyanto.

SpECiAL FEAturESpECiAL FEAturE SpECiAL FEAturE

32 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 33Vol. 61 | Mar-Apr 2015

intErViEw

From a Family Business, Goes to corporate Business

Ivone & Robby Kartono

Tak ada yang asing dengan nama

Sanidata, khususnya bagi para

pemerhati dan pegiat industri

kesehatan di Bali. Sebagai

salah satu penjual Alkes (alat

kesehatan), Sanidata yang telah malang

melintang selama 30 tahun membangun

sejumlah reputasi hebat. Founder-nya

Andries Kartono, telah membangun bisnis ini

sejak masih berusia 30 tahun. Perawakannya

masih tetap tampak muda, kerap tampil

trendi dan masih lincah, memiliki selera

humor renyah dan kerap mengundang tawa.

Jika harus tetap berjibaku membesarkan

bisnisnya, semua orang meyakini secara

fisik Andries tentu masih mampu. Namun

persoalannya tak lagi semata fisik, namun

bagaimana memberdayakan kelangsungan

usaha agar tetap sustain. Dan itu, tentu

tak bisa dilakukan Andries sendiri terus

menerus. selain membutuhkan tenaga ekstra

untuk tetap membawa bisnisnya sebagai

yang terbaik. Itulah sebabnya, bagi Andries,

inilah saat yang tepat untuk mulai alih

generasi.

Andries memulainya dengan langkah yang

ketat, pertama dengan menyekolahkan

putri-putranya ke tempat yang terbaik.

Ivonne dan Robby Kartono, putri dan putra

Andries sebagai calon penerus usaha,

bersekolah di Sydney, Australia. Dan yang

kedua, selepas lulus kuliah, Andries tidak

MEREKALAH YANG BERHASIL MENERUSKAN TONGKAT ESTAFET DAN MEMBAWA RODA PERUSAHAAN LEBIH KENCANG.

langsung membuka pintu perusahaan bagi

mereka untuk bergabung, namun justru

menggembleng kedua calon penerusnya

agar bekerja terlebih dahulu, Ivonne

menghabiskan waktunya 3 tahun di salah

satu perusahaan IT di Sydney. Sementara

Robby, sudah sejak kuliah bekerja di

sejumlah perusahaan IT selama 5 tahun.

Baru pada tahun 2006, Ivone kembali ke

Indonesia dan langsung menangani Sanidata

Semarang. Sementara Robby, menyusul 6

tahun kemudian dengan memegang kendali

di Sanidata Denpasar. Dan secara bersama,

mereka kemudian mendirikan Sanimed,

perusahaan retail homecare berkonsep

layaknya waralaba yang kini telah tersebar

sebanyak 6 outlet di Bali dan Jawa Tengah.

Bagaimana mereka berhasil meneruskan

tongkat estafet dan membawa roda

perusahaan melaju lebih kencang saat ini?

Kepada Arif Rahman, mereka bertutur soal

kisah keberhasilannya.

Tahun berapa Anda bergabung dengan Sanidata yang merupakan perusahaan keluarga?Robby : Kalau Sanidata Denpasar itu

sudah berdiri sejak 31 tahun yang lalu.

Saya sendiri baru bergabung pada tahun

2012. Sebelumnya kuliah dan bekerja di

Australia dan sempat mencari pengalaman

ke Cina, sebelum akhirnya balik ke Bali dan

bergabung dengan tim Sanidata Bali.

Ivonne : Cabang Sanidata kedua itu berdiri

tahun 2002. Saat saya masih kuliah saat itu,

di Kota Semarang, karena dari sejarah awal,

Papa memang memulai bisnis ini sebagai sales

kanvas di Semarang. Jadi pembukaan cabang

ini, agar jejak Sanidata ada lagi disana. Saya

sendiri baru ikut terjun per tahun 2008.

Bagaimana Anda memulai perjalanan bisnis Anda di perusahaan keluarga?Robby : Saya itu tadinya ingin menjadi

dokter. Ikut tes seleksi menjadi dokter, tapi

enggak kesampaian. Sempat diterima sih

waktu itu di Unud, tapi sayangnya di fakultas

lain. Akhirnya mulai menimbang beberapa

tempat, termasuk Binus salah satunya. Tapi

akhirnya saya putuskan untuk mengikuti

jejak kakak saya Ivonne untuk kuliah di

Sydney.

Dan setelah selesai S1, masih sempat lanjut

ke S2, walaupun saat itu sudah sangat ingin

sekali untuk kerja. Akhirnya saya ambil

keduanya. Paginya itu saya bekerja dan

sepulang kerja saya melanjutkan aktivitas

belajar di kampus. Waktu istirahat tak lebih

dari 5 jam seharinya dan hal ini saya lakukan

selama 2 tahun lamanya. Nah ilmu waktu

S1 itu terkait dengan IT, jadi enggak banyak

nyambung dengan pengetahuan soal bisnis.

Baru pas S2 itu saya ambil Master of Business

Administration (MBA). Dari sini, saya banyak

tahu soal manajemen bisnis.

Setelah lulus, tidak langsung bekerja di perusahaan keluarga?Robby : Malah sebenarnya, saya lebih ingin

berkarir di luar negeri, karena bagi saya

menjadi profesional itu lebih mudah daripada

businessman. Namun seiring waktu, ini jadi

tanggung jawab yang harus saya emban,

maka saya memutuskan kembali ke Denpasar

dan membantu tim Sanidata Denpasar.

Ivonne : Saat Sanidata Semarang berdiri,

sebenarnya ada sejumlah kendala, sekalipun

kami sudah tahu kalau manajemen Sanidata

Semarang waktu itu kurang bagus. Namun

Papa berpendapat, saya masih belum punya

pengalaman sehingga tidak diijinkan ikut

campur mangelola bisnis. Saya masih harus

bekerja pada orang lain, sambil mencari

pengalaman dan belajar bagaimana kerja

pada orang lain. Papa tidak ingin tiba-tiba

kami kerja dan langsung merasa jadi bos. Jadi

harus merasa jadi karyawan dulu. Istilahnya

merasakan jadi kacung dulu.

Bagaimana orangtua mempersiapkan kalian?Robby : Kata Papa waktu itu, kalau mau

kerja, kita bisa kapan saja, tapi kuliah, ini

kesempatan yang tidak selalu ada. Apalagi

kalau nanti sudah bekerja, pasti kuliah akan

lebih tertinggal. Jadi prinsip beliau, “Kalau

soal cari uang nanti pasti kamu akan cari

uang. Tapi kalau belajar atau kuliah, nanti

kalau kamu sudah tua dan sudah mengenal

uang, belum tentu punya waktu buat belajar.

Jadi selagi masih muda belajar terus, nanti

kalau sudah tua juga akan cari uang dengan

sendirinya,” begitu kata beliau.

Ivonne : Kami sedari kecil, tidak pernah

dilibatkan dalam kegiatan usaha. Papa punya

prinsip toko kami harus dijalankan dengan

Robby KartonoSydney University33 Tahun

IvoneSydney University35 Tahun

34 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 35Vol. 61 | Mar-Apr 2015

Robby Kartono bersama seluruh

Staff Karyawannya

intErViEw

1 Robby Kartono bersama Istrinya

yang bernama **** dan Anaknya

yang bernama ****

2

1

profesional. Jadi bersih dari

anak-anak yang lari ke sana ke

mari di toko, seperti kebanyakan

toko kelontong biasa, dan baru

boleh main ke toko di bawah,

kecuali toko sudah tutup atau

saat kosong pembeli. Dan itu

pun berlaku sampai cucunya

sekarang. Bahkan pada waktu

itu sampai SMU pun, kami

anak-anaknya tidak pernah

diminta bantuan, meski sekadar

mengangkat telepon atau jadi

kasir. Itu sebabnya setelah

selesai kuliah, kami kerja

dulu, kurang lebih 4 tahun di

perusahaan IT, sesuai dengan

dasar pendidikan kami saat itu.

Baru akhirnya papa minta kami

pulang untuk mengelola Sanidata

Apa yang Anda dapati ketika mulai “menukangi” usaha keluarga?Robby :Saya yang bekerja lama

pada perusahaan di Australia,

awalnya bingung melihat sistem

pengelolaan usaha Papa yang

masih sangat konvensional.

Pelan-pelan saya mulai

melakukan pembenahan dalam

pengelolaannya. Langkah awal

adalah memperbaiki pengelolaan

barang dan persediaan, serta

perlahan mulai merapikan

struktur dan tim manajemen

hingga sistem kerja yang

lebih efektif. Mulai memilah

segmentasi pasar dan bahkan

hingga desain uniform, agar

tampilan kerja karyawan tetap

memikat. Bagi saya hal seperti ini

penting.

Ivonne : Memulai memegang

kendali Sanidata Semarang

tahun 2008. Saya harus belajar

dengan keras, karena basic

pengetahuan kami sebelumnya

selama 8 tahun di Sidney, kuliah

dan bekerja itu di bidang IT. Hal

kedua yang agak berat yakni

kulturnya beda. Di Australia,

kami hanya berhadapan dengan

dua opsi saja: benar atau salah.

Sedangkan di Indonesia, lebih

banyak yang abu-abu, dan tidak

pasti salah atau benar.

Apa tantangannya?Robby : Yang saya rasakan agak

berat dalam melakukan sejumlah

perubahan di sini bukanlah

sistemnya, tapi justru budaya

kerjanya. Selama ini Papa itu

single fighter, selalu bekerja

sendiri tanpa mau meminta

bantuan anak-anaknya. Malah

justru kita dilarang sebelum siap.

Karenanya, Sanidata tumbuh

dengan budaya kekeluargaan

yang kental. Ini bagus pada satu

sisi, tapi terkadang menghambat

pada sisi lainnya. Inilah

tantangan besar yang harus

saya hadapi, agar apa-apa yang

sudah bagus tetap terjaga, dan

apa yang harus dikoreksi bisa

dilakukan.

Ini yang kemudian memaksa saya

untuk mencari tahu. Berbekal

pencarian ilmu di internet dan

terjun langsung ke lapangan,

akhirnya saya bisa beradaptasi

dengan perusahaan ini, dan

sanggup menerima tongkat

estafet itu dengan baik.

Ivonne : Tantangan lainnya yakni

memperbaiki sistem awal yang

amburadul, dan harus belajar

mengenai Alkes dan menjual

langsung Alkes. Ini satu hal baru

yang harus kami kuasai dengan

waktu cepat.

TIDAK HANYA BERHASIL DI BISNISNYA , ROBBY KARTONO JUGA BERHASIL MEMBANGUN KELUARGA YANG BAHAGIA

intErViEw

Bagaimana reaksi Ayah Anda dengan sejumlah perubahan yang dilakukan?Robby : Saya melihat Papa itu

(Andries Kartono -red), sangat

terbuka pada hal-hal baru.

Padahal kebanyakan orang

yang seusia beliau, biasanya

sudah malas mau belajar hal-

hal baru. Namun papa sama

sekali tidak seperti itu. Inilah

yang menjadikan peralihan

manajemen berjalan sangat

smooth.

Ivonne : Kami memulai dengan

hanya 10 orang karyawan saja

waktu itu, dan sekarang sudah

berkembang menjadi 22 orang

dengan sales 6 orang. Omzet

mulai naik sejak periode tahun

2009-2010, bahkan menyamai

Sanidata Bali. Saya pikir ini

perubahan yang positif.

Bagaimana Anda akan membawa perusahaan ini ke depannya?Robby : Saya sih inginnya,

Sanidata itu bisa meniru

perusahaan Jepang yang

memang lebih banyak

berorientasi pada kualitas. Kalau

ini bisa kita lakukan, maka nanti

pasarnya pun tak terbendung,

karena di segmen masyarakat

yang berorientasi pada produk

premium, umumnya punya

karakter pasar yang loyal.

Langkah lain yang Anda berdua lakukan, dengan mendirikan Sanimed, benarkah?

Robby : Saya ingin keberadaan

alat-alat kesehatan yang dijual

Sanidata bisa menjangkau

ke lebih banyak daerah. Dan

dengan adanya kami, saya dan

Ivonne, maka kami memulai

langkah ekspansi ini dengan

cara yang sederhana sebagai

permulaan, yakni membangun

Sanimed. Ini adalah retail store

dengan produk kesehatan yang

idenya didapatkan dari konsep

waralaba minimart yang selama

satu dekade terakhir tumbuh

menjamur.

Ivonne : Sanimed itu ide lama.

Dari dulu Papa ingin membuka

modern mini store seperti banyak

kita lihat pada convenience store.

Cuma bedanya jualan alat-alat

kesehatan. Waktu kami kecil,

36 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 37Vol. 61 | Mar-Apr 2015

intErViEw

3

beliau sudah menerapkan prinsip

manajemen modern itu di toko.

Kami anak-anaknya tidak boleh

berada di sekitaran toko saat

jam penjualan buka. Bahkan

mengangkat telepon pun tidak

boleh, semua harus kelihatan

profesional.

Robby : Betul, ini ide lama yang

sudah disampaikan Papa sejak

dulu, tapi baru terealisasi ketika

anak-anaknya sudah besar dan

bisa menerapkan ide ini menjadi

nyata. Kami memulai ekspansi

menggunakan kendaraan ini.

Yang bergerak secara simultan

bersama-sama antara di Bali dan

di Semarang. Tahun 2012 buka

dua cabang, satu di Denpasar

dan satunya lagi di Semarang.

Saat saya membuka cabang di

Singaraja, Ivonne membuka

cabang Sanimed di Kudus. Tahun

2014 kemarin, saya membuka

satu outlet lagi di Tabanan Bali,

dan Ivonne satu outlet lagi di Solo

Jawa Tengah.

Lalu apa perbedaan Sanidata dan Sanimed?Robby : Secara fisik, bangunan

yang dibutuhkan Sanimed

memang tidak sebesar Sanidata.

Namun dengan produk penjualan

yang juga lebih sederhana, yakni

produk-produk alat kesehatan

yang sifatnya generik dan fast

moving saja yang dijual. Hampir

sebagian besar isinya produk

home care dan tidak melayani

permintaan khusus, seperti dari

rumah sakit.

Jika ada permintaan untuk

produk alat kesehatan yang

sifatnya spesial, baru kemudian

dialihkan ke Sanidata.

Dengan cara ini, maka kami

melakukan satu langkah jitu yang

efektif untuk merangsek relung

pasar yang paling jauh dengan

modal yang relatif tidak besar.

Sanimed bisa menjadi tolak ukur

untuk uji pasar pada satu daerah

terkait dengan kebutuhan

alat-alat kesehatan. Jika nanti

dirasa permintaannya banyak

dan mengkhusus, maka di daerah

tersebut bisa di buka Sanidata.

Ivonne : Membuka Sanimed

modalnya tidak besar. Cukup

bangunan satu ruko dengan

produk-produk yang umum. Di

lain sisi, konsep ini punya kans

untuk bisa diwaralabakan dalam

waktu ke depan. Bukan tidak

IVONE PUN TAK KETINGGALAN,

PUTRI PERTAMA DARI ANDRIES INI BERHASIL

MENJALANKANDENGAN

SEMPURNA BISNIS SEKALIGUS

KELUARGA KECILNYA.

intErViEw

mungkin bisa memiliki tingkat

profitabilitas yang tak kalah

dengan Sanidata perusahaan

induknya. Selain itu, konsep

nya juga beda. Kalau Sanidata

itu jemput bola, sedangkan

Sanimed lebih ke homecare

dengan jam buka pelayanan juga

lebih panjang. Waktu libur pun

untuk di Jawa setahun cuma

tutup 3 hari, agar bisa melayani

terus setiap hari dan sasarannya

memang pemakai akhir. Jadi

pelayanannya juga seperti

supermaket, artinya pembeli bisa

mengambil sendiri barang yang

mau dibeli

Bagaimana dengan sistemnya, termasuk pemasarannya?Robby : Semua konsep sampai

dengan SOP-nya sejauh ini, saya

yang buat. Untuk pemasaran,

kami memang tidak ingin terlalu

nyaring. Kami memang selama ini

tidak pernah berpromosi besar-

besaran. Hanya mengandalkan

relasi dan word of mouth saja.

Berapa cabang targetnya?Robby : Setidaknya satu tahun

satu outlet, pelan tapi pasti

Ivonne : Prinsip kami, terutama

yang ditanamkan oleh Papa,

kalau sudah buka satu toko,

kelola dengan baik, dan jangan

sampai tutup

Bagaimana kondisi Sanimed saat ini?Robby : Sangat baik, sekalipun

masih baru. Namun performa

Sanimed sudah mulai terlihat.

Ya, setidaknya untuk menutupi

biaya operasional. Di beberapa

outlet sudah terpenuhi.

Berapa jumlah karyawannya sampai saat ini?Robby : Kalau Sanidata Group,

sampai cabang Semarang dan

outlet-outlet Sanimed, tercatat

sekitar 100 orang karyawan

bernaung di bawah bendera

Sanidata.

Apa yang bisa dilakukan Ayah Anda sebagai pendiri perusahaan yang belum bisa Anda lakukan?Ivonne : Yang bikin kami enggak

habis pikir, yakni kemampuan

Ayah saya mengajak sejumlah

karyawannya betah bekerja

bahkan hingga ada yang sudah

mengabdi selama 25 tahun. Itu

satu hal yang kami harus pelajari

dari beliau.

Bagaimana caranya bisa

mempertahankan loyalitas

karyawan hingga mau bekerja

dengan kita sampai 20 tahun

lebih. Dan ini bukan cuma

1-2 orang, tapi ada beberapa

orang staf yang sudah bekerja

belasan hingga puluhan tahun di

Sanidata.

3 Ivone bersama Suaminya ****

dan Kedua Putrinya **** dan ****

4

Mungkinkah Anda menyamai prestasi Ayah Anda dari sis hal tersebutIvonne : Kami berharap, bisa

sejauh ini saya punya beberapa

karyawan yang sudah mengabdi

bersama kami di perusahaan

selama lebih dari 10 tahun.

Bagaimana Anda melihat orang tua sebagai pendiri bisnis yang sekarang kalian kelola?Robby : Papa itu orangnya loyal,

komit, dan keluarga sentris.

Sangat family man. Beliau benar-

benar mementingkan urusan

keluarga di atas segala-galanya.

Bahkan dalam hal bisnis juga

sama.

Mungkin ini yang menjadikan

para karyawannya juga betah

bekerja dengan beliau selama

berpuluh-puluh tahun.

38 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 39Vol. 61 | Mar-Apr 2015

INTERVIEW | uC SiLVEr intErViEw

UC Silver, Dua Generasi Pendarkan Perak Bali

Arya Sutedja & I Wayan Sutedja

Sekawanan capung yang kerap

terbang di atas petak-petak

hijau sawah, kini menjelma

sebagai inspirasi perhiasan

perak incaran para sosialita

lokal hingga Internasional. Bahkan

dengan mengenal sosoknya di Bali

akan menuntun kita kepada sebuah

brand perhiasan perak ternama karya

putra Pulau Dewata, yakni UC Silver.

Ya, capung telah menjadi identitas dan

ikon filosofis dari perusahaan perak

yang didirikan oleh empat bersaudara,

I Wayan Sutedja, I Made Dharmawan, I

Nyoman Eriawan, dan I Ketut Sudiarsana

sejak 1989 silam tersebut.

Dari sebuah toko kecil yang lokasinya

berada di salah satu pojok jalan di Ubud

(yang kemudian menjadi inspirasi untuk

nama brand-nya), Ubud Corner atau UC

Silver pun mengawali bisnis peraknya.

Untuk membuat bisnis tersebut

bertumbuh, empat pria bersaudara

itu pun saling membagi tugasnya. I

Wayan Sutedja selaku anak tertua fokus

untuk pemasaran, sementara I Made

Dharmawan berkutat dengan proses

produksi. Ada pula I Ketut Sudiarsana

yang bertanggung jawab untuk keuangan

dan pengerjaan desain-desain perhiasan

dibebankan kepada I Nyoman Eriawan

yang notabene berbekal latarbelakang

pendidikan teknik kimia.

Demi memperkuat eksistensi brand-nya,

UC Silver bahkan mendirikan sebuah

galeri megah di tanah seluar 5.000

meter persegi di bilangan Batubulan.

Galeri tersebut tidak hanya berfungsi

sebagai showroom, tetapi juga workshop

serta berbagai terobosan unik juga

tengah dikembangkan di sana. Bisnisnya

juga tumbuh secara signifikan seiring

penjualan produk yang merambah ke

Singapura, Australia, Cina, Amerika

Serikat, dan hingga Eropa.

Daya tarik utama UC Silver adalah

keunikan desainnya yang tidak hanya

mengangkat capung sebagai sebuah

ikon, tetapi juga kerap menggali tema-

tema alam dan tradisi. Bentuk-bentuk

yang tidak biasa tersebut diramu dengan

material perak yang kualitasnya di atas

standar. Tak heran jika perhiasan seperti

cincin, anting-anting, kalung, gelang dan

lain-lain dipatok dengan kisaran Rp 50

ribu hingga Rp 110 juta.

Selama 16 tahun eksistensinya, brand

lokal ini pun semakin kuat dan kian

diminati oleh kalangan pencinta

perhiasan di seluruh dunia. Untuk

mendukung pengembangan bisnisnya,

UC Silver pun melakukan regenerasi. I

Wayan Sutedja, I Made Dharmawan, I

Nyoman Eriawan, dan I Ketut Sudiarsana

sebagai generasi pertama mengarahkan

anak-anaknya untuk meneruskan UC

Silver ke tingkat yang lebih lanjut. Adalah

Arya Sutedja, putra pertama dari I Wayan

Sutedja ditunjuk sebagai generasi kedua

yang terlebih dahulu terjun membantu

mengembangkan UC Silver. M&I

Magazine berkesempatan mewawancarai

Arya Sutedja. Berbagai pemikiran baru

terkait pengembangan bisnis UC Silver

pun dibagikannya dalam petikan panjang

berikut.

Bangunan Megah UC Silver terpampang

megah di daerah Batubulan

40 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 41Vol. 61 | Mar-Apr 2015

intErViEwintErViEw

Mengapa ada regenerasi dalam pengelolaan bisnis Uc Silver?

Jadi, tahapan tersebut dapat

diketahui dari adanya maksimal

limit dari generasi pertama. Ketika

mereka mengelola perusahaan

ini, ada beberapa kondisi yang

kita lihat dari era berbeda

dengan generasi yang berbeda.

Saat ini, saya sebagai generasi

kedua banyak berkecimpung di

teknologi, sementara generasi

pertama yakni bapak kita benar-

benar mengembangkan usaha ini

sedemikian rupa tanpa adanya

teknologi. Dari sanalah generasi

pertama mendesain bahwa sudah

saatnya mereka memberi ruang

untuk generasi kedua masuk ke

dalam usaha UC Silver dan ikut

mengembangkannya. Kalau kita

tidak mengikuti teknologi, kan

lambat laun kita akan tertinggal.

Untuk saat ini dari generasi

pertama, baru saya yang dididik

untuk masuk ke dalam bisnis ini.

Apa yang membuat Anda tergerak untuk masuk dalam bisnis keluarga ini?

Sebenarnya bukan ingin atau

tidak ingin. Tapi lebih tepatnya

adalah tanggung jawab, karena

kalau bukan kita siapa lagi yang

akan mengembangkan bisnis ini.

Saat ini memang mungkin karena

kewajiban itu lah, maka kita harus

ambil alih.

Sebenarnya tantangan Anda sendiri sebagai generasi kedua dalam mengelola bisnis keluarga ini seperti apa?

Tantangan untuk generasi kedua

adalah bagaimana menjaga dan

mengembangkan apa yang telah

generasi pertama ciptakan.

Contoh simpelnya adalah

bagaimana menyampaikan

informasi bahwa tradisi yang

kental itu agar diminati oleh

generasi yang baru. Itu suatu

tantangan yang besar. Bagaimana

menjelaskan dan menyebarkan

informasi yang sangat dalam

terkait pengalaman mereka

tersebut, agar anak muda juga

mudah terinspirasi.

Adakah konsep baru yang Anda tawarkan untuk Uc Silver, ketika mengambil alih bisnis ini? Jika ya, seperti apa konsep tersebut?

Saya baru enam tahun mengambil

alih dan dalam artian saya masih

belajar. Masih ada sistem yang

perlu dirombak dan dikaji ulang

secara bertahap. Saya lebih

cenderung fokus terhadap

pengembangan pemasarannya.

Bisa dibilang saya juga masih

bekerjasama dengan desainer.

Kebetulan desainer masih

dipegang oleh paman nomor

tiga, salah satu pendiri UC. Saya

Arya Sutedja (kiri)

dengan ayahnya I Wayan

Sutedja (kanan).

1

1 belum berani bilang jika saya

sudah bisa dilepas sendiri di bisnis

ini, karena jujur saja saya masih

butuh banyak masukan. Generasi

pertama masih membimbing saya.

Generasi pertama dan generasi

kedua ini berkolaborasi dan saling

menyatukan pikiran. Di sana, kami

menyatukan pikiran dan visi mau

dibawa kemana arah brand UC itu

sendiri. Saya selalu mengonversi

segala hal baru yang saya terima,

semisal ada desain baru pasti saya

akan beri masukan dan diskusikan

terlebih dahulu untuk mengacu

terhadap tren apa yang akan

berkembang ke depannya.

Apakah Anda juga melakukan ekspansi ke market yang baru?

Saya sendiri melihat UC Silver di

generasi pertama memang sudah

punya pasar yang spesifik, yakni

mereka yang berusia 40 tahunan

ke atas, di mana dalam artian

memang sudah punya kapasitas

bargaining power yang tinggi serta

appreciate terhadap kesenian

Bali. Dengan kehadiran saya

setidaknya bisa membuat sebuah

market baru. Karena memang

sudah punya pasar yang bagus,

tidak ada salahnya untuk ekspansi

ke market yang baru. Jadi di sini,

kami berupaya untuk membidik

pasar 25 tahun ke atas. Generasi

pertama punya pemahaman kultur

yang kental, sementara generasi

saya mencoba membawa modern

taste, agar bisa masuk ke market

yang baru, yakni kalangan muda.

Kami mulai melakukan perbaikan

dari segi harga dan style-nya,

agar terlihat lebih modern, hip,

dan chic. Itulah konsep baru yang

ditawarkan oleh kami, tetapi tetap

menjaga kualitas dan promise

kami sebagai nomor satu. Tetap

mengarahkan brand UC Silver

ini, agar lebih banyak lagi dikenal

dan benar-benar membawa nama

kerajinan dan kesenian Bali harum

di kancah Internasional.

Bagaimana respon masyarakat dengan pengembangan konsep yang Anda tawarkan?

Respon masyarakat sangat luar

biasa dan appreciate. Kalau dulu,

kita melihat target domestik

ini kan belum terlalu appreciate

terhadap nilai artistik dari sebuah

perhiasan. Dengan hadirnya kami

di sini dan terus memperkenalkan,

bahwa produk UC dibuat oleh

orang asli bali.

Dan juga posisi kami sebagai

brand lokal yang diminati pasar

Internasional, perlahan-lahan

membuat mereka mengerti bahwa

kualitas produk lokal tersebut

tidak kalah bagus dan menjanjikan

dari produk luar negeri. Jadi dapat

saya simpulkan respon positif

dari pasar domestik sudah mulai

berdatangan untuk membeli

produk kami. Kini, mereka sudah

membuka diri untuk produk lokal.

“RESPON MASYARAKAT

SANGAT LUAR BIASA

DAN APPRECIATE.

KAMI INGIN

MEMPERKENALKAN

KE MASYARAKAT,

BAHWA KAMI

SEBAGAI BRAND

LOKAL JUGA SANGAT

DIMINATI PASAR

INTERNATIONAL DAN

PERLAHAN MEMBUAT

MEREKA MENGERTI

BAHWA PRODUK

LOKAL TAK KALAH

BAGUS.

~ ARYA SUTEDJA ~

42 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 43Vol. 61 | Mar-Apr 2015

intErViEwintErViEw

Bisa ceritakan tentang gedung Uc Silver yang berdiri megah dan unik ini di Tohpati? Bagaimana sesungguhnya konsep perancangannya?

Visinya adalah kita ingin menjadikan UC

Silver sebagai sebuah destinasi. Apakah itu

dalam bentuk penjualan perhiasan, museum,

atau malah kuliner. Kita sepakat dengan

keluarga untuk merancang konsep UC Silver

menjadi sebuah destinasi. Jadi, enggak

seperti orang sekadar lewat dan mampir,

tapi kita sengaja ingin menciptakan bahwa

kalau orang ke Bali itu, karena memang ingin

mengunjungi UC Silver. Dari konsep destinasi

itulah, kita korek-korek lagi lebih lanjut dan

menemukan ide untuk memunculkan retail

store dan factory-nya. Dari konsep inilah

secara tidak langsung kita ingin mengedukasi

mereka. Rencananya, kita akan ada museum

perhiasan pertama di Indonesia. Selain itu,

juga akan ada toko oleh-oleh, performing art,

hingga jajanan pasar. We’re thinking about our

24 hours business. Ini sudah dikonsep sejak

2004 lalu. Kita percaya dengan kemampuan

sendiri, sehingga semuanya kita kerjakan

dari A sampai Z. Mulai dari desain arsitektur

dan realisasinya. Kita enggak pakai arsitek

atau kontraktor luar. Bapak sering bilang

ke saya, bahwa kami harus utamakan

keluarga bagaimana pun situasinya. Sistem

kekeluargaan kami di UC ini diperkuat. Jadi

kalau ditanya kapan selesainya, kita juga

belum bisa memastikan, karena kita ingin

hasil akhir yang memuaskan. Setiap meter

persegi di sini ada konsepnya. Kita enggak

sembarangan lho naruh patung-patung di UC.

Sejauh ini pasar yang paling dominan datang dari mana?

Masing-masing market memiliki daya beli

dan season yang berbeda, baik itu domestik

maupun Internasional. Tapi kalau pasar

ornAmEn ArtiStiK CApung tErpAmpAng inDAh pADA ArSitEKtur gALLEry uC SiLVEr

Internasional, sejauh ini sih masih dominan

di Amerika, baru bergerak ke Asia, dan kini

Eropa masih dalam pengembangan. Generasi

pertama baru meraih pasar di Amerika

saja, sementara kami dari generasi kedua

mengembangkannya lebih lanjut untuk

Asia dan Eropa. Sedikit informasi juga, beda

market, juga beda segmen dan style-nya.

Salah satu terobosan yang Anda lakukan untuk membuat brand Uc Silver makin dikenal di mancanegara?

Memang semenjak adanya pemikiran baru,

saya sudah buatkan sistem, di mana kita

bergerak di IT dan dalam hal ini, kita tidak

hanya fokus di Bali, tapi kita juga mendirikan

perusahaan yang mendukung usaha kita

di Hongkong dan Bangkok, serta Amerika

yang juga tengah kami proses. Kita sudah

buatkan secara sistematik, di mana IT -lah

yang akan bergerak. Contohnya keberadaan

online shop. Seperti kita ketahui juga, dewasa

ini sudah beranjak ke kontribusi online atau

e-commerce. Meskipun perkembangannya

di Indonesia belum cukup signifikan

dibandingkan dengan negara-negara lain.

Untuk itulah, kita mencoba persiapkan

dari sekarang mewanti-wanti, jikalau nanti

tren e-commerce tersebut melambung di

Indonesia. Ibarat senjatanya telah kita

persiapkan sebelum berperang.

Bisa ceritakan konsep retail store “Angel to Angel” yang ada di celuk?

Banyak yang menganggap pasar perak

di Celuk itu adalah middle to low, namun

kita coba ubah mindset tersebut dengan

mengarahkan kepada pasar middle to up.

Oleh karena itu, kita mendirikan retail store

yang berkonsep “Angel to Angel”. Kita ingin

punya brand lokal yang solid dan bisa dilirik

oleh pasar Internasional. Kita coba tunjukan

44 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 45Vol. 61 | Mar-Apr 2015

intErViEw

bahwa celuk ini bukan pasar murahan lho,

tapi celuk menghasilkan karya-karya yang

prestisius dan bergengsi.

Ngomong-ngomong Uc juga membidik usaha akomodasi, Hotel Kuta Angel ya, mengapa?

Hotel itu ada, karena kita pikir sudah saatnya

UC melakukan diversifikasi usaha dan ini

juga sebagai persiapan untuk jangka panjang.

Kita berusaha mengaplikasikan konsep

“Always UC” ke bisnis yang berbeda, karena

UC sudah punya corporate identity dengan

style pakemnya. Kita bawa keunikan UC itu

ke bisnis akomodasi.

Apa harapan Anda ke depan untuk Uc Silver?

UC Silver tetap menekankan untuk bisa

menjadi brand Internasional. Di sini, kami

akan terus kembangkan kreativitas dan

inovasi serta memperjuangkan apa yang

harus tetap ada dan diwariskan oleh para

pendirinya.

Kenapa Uc Silver identik dengan desain capung?

Sebenarnya semua yang kami ciptakan di uC ini

kan berangkat dari filosofis, salah satunya konsep

capung. Seperti diketahui, capung itu merupakan

salah satu barometer lingkungan hidup. Keberadaan

capung juga menandakan bahwa lingkungan kita itu

bersih. Sayang kalau anak cucu kita tidak tahu capung. Sekarang, hutan sudah

mulai berkurang, dibongkar untuk dijadikan lahan pemukiman. ini akan sangat

berpengaruh terhadap ekosistem capung. Capung itu adalah salah satu

soulmate petani. petani itu sangat senang dengan capung, karena serangga

ini merupakan predator hama padi. petani zaman dulu kalau mengalami

masa paceklik, mereka akan makan capung. nah, sudah sebegitu banyaknya

pengorbanan capung demi kelangsungan hidup manusia. Kini, dia juga mesti

mengorbankan dirinya. Saya tinggal di kampung dan merasakan pengalaman

tersebut. Jadi saya punya kepercayaan, bahwa saya tidak boleh membunuh

capung. - I Wayan Sutedja

46 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 47Vol. 61 | Mar-Apr 2015

SmArt FAmiLySmArt FAmiLy

Suzanna ChandraManaging Director, Lestari Living

Artikel ini terinspirasi dari

postingan salah satu teman di

Facebook tentang suaminya

yang eks banker (bagian legal)

yang baru saja mendapatkan

izin untuk usaha es puter-nya. Pada saat

menjelang pensiun, sang suami rajin

mengikuti penyuluhan dan seminar tentang

“small business” untuk para pensiun.

Membaca cerita yang di-posting di Facebook

itu terlihat seru sekali. Sejak beberapa tahun

sebelum masa pensiun, berbagai usaha sudah

mulai dilirik. Mulai dari otomotif yang enggak

cocok, usaha sembako yang juga enggak

cocok, berbagai ide usaha dari internet juga

ternyata dicoba, sampai akhirnya berbisnis

es puter yang baru saja mendapatkan izin

pendaftaran. Saya mendoakan yang terbaik

untuk bisnis es puter-nya. Dan semoga bisnis

es puter-nya bisa menjadi salah satu small

business yang sukses.

Secara prinsip, berbisnis atau small business

memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi.

Statistik menunjukkan, bahwa hanya 5 dari

10 small business yang bertahan pada tahun

pertama dan hanya dua dari small business

yang akan bertahan pada tahun kelima. Rasio

ini pun semakin mengecil di tahun kesepuluh.

Ketekunan, kreativitas, ketahanan,

kelincahan, kepintaran, dan keberanian

dalam mengambil kesempatan dan resiko

merupakan beberapa kualitas yang

diperlukan untuk menjadi seorang pebisnis

yang handal. Dan hal ini bukanlah sesuatu

yang bisa dipelajari secara SKS (Sistem Kebut

Semalam).

Kualitas ini merupakan hasil tempaan

bertahun-tahun dengan segala lika-liku

berbisnis. Kualitas ini “mungkin” juga dibawa

secara genetik dari orang tua atau lingkungan

yang membentuk suatu kepribadian

entrepreneur.

Mulai berbisnis Setelah Pensiun?

Suami saya berasal dari keluarga pegawai

(profesional). Sedari kecil, beliau dididik

untuk menjadi seorang pekerja yang handal,

bahwa bisnis merupakan sesuatu yang

beresiko tinggi yang hasilnya tidak menentu

dan cenderung banyak akal bulus. Beliau

dididik, bahwa sebagai pekerja akan ada

pendapatan yang regular. Beres kerja, ya

beres tanggung jawab. Jadwal liburan yang

tetap. Syukur-syukur dapat bonus atas

kinerja kerja yang baik.

Sedangkan, saya berasal dari keluarga

pedagang. Sedari usia dini (saya lupa

tepatnya usia berapa), saya, kakak dan

adik sering menghabiskan waktu sepulang

sekolah dengan menjadi kasir di toko;

melayani pembeli, stock up barang, merapikan

inventory, membungkus, bahkan membuat

nota belanja.

Perbincangan di meja makan adalah

kebanyakan seputar apa saja kejadian di

toko hari itu. Entah masalah giro yang musti

dilunasi, tagihan dari suplier, hutang pembeli

yang sudah lewat waktu, dan seterusnya.

Orang tua saya tetap memikirkan bisnisnya

walaupun toko sudah tutup. Bahkan,

kadang kalau kami sedang liburan, orang

tua saya selalu menyempatkan diri untuk

mengunjungi para suplier yang berada di kota

yang menjadi lokasi liburan kami. It never

stop.

Dua background yang sangat berbeda,

ternyata menghasilkan dua karakter yang

berbeda. Buat saya, tidak ada batasan antara

working hours dan after hour. Sedangkan

suami, akan “tune out” dengan kerjaannya

pada saat after office hour. Hmm, mana yang

lebih bagus yaa? Hahaha, pertanyaan yang

susah dijawab.

Artikel ini bisa dibilang semata-mata hasil

pengamatan dan pengalaman saya yang

mungkin masih sedikit dangkal dalam dunia

perbisnisan. Saya berpendapat bahwa dalam

berbisnis, salah satu yang paling berbeda

antara mental pebisnis dan mental pekerja

adalah pada persistence (ketekunan) dan

endurance (ketahanan).

Istilah Jawanya, orang bisnis itu mesti

“ngulet”, tidak patah semangat dan selalu

cari jalan keluar, serta tidak kenal kata tidak

bisa. Demikian juga dengan ketahanan,

karena untuk menjadikan sesuatu sukses

akan melalui masa-masa struggle: masa

sengsara, masa penyesalan, kegundahan,

hingga disesali oleh banyak orang. Yang

pada akhirnya, orang akan terlatih untuk

mengalami masa-masa sulit. Istilah

sederhananya, jatuh bangun adalah hal

biasa, paling-paling pingsan. Jurusnya

hanya bertahan dan kegigihan. Saya selalu

bercanda, pokoknya asal tidak mati duluan,

kita pasti bisa bangkit lagi.

Berbekal pengamatan ini, saya secara pribadi

tidaklah setuju dengan ide seorang pensiun

menjadi pebisnis. Tingkat kesuksesan akan

sangatlah rendah, karena mentality yang

sangat berbeda. Bagi entrepreuner yang

sudah terlatih saja, jatuh bangun itu tetap

sakit, dan butuh kegigihan serta ketekunan

luar biasa untuk bisa bangkit lagi.

Nah bayangkan, kalau seorang yang

berpuluh-puluh tahun menjadi pekerja

dengan rutinitas dan kenyamanan yang ada,

tiba-tiba harus menghadapi masa-masa sulit

pada bisnis baru. Apa bisa kuat itu mental?

Apa bisa tahan dengan tekanan yang kadang

menghimpit dengan luar biasanya? Rasanya

kok seperti “recipe for disaster” ya? Lha, yang

sudah terlatih saja, bisa rontok mentalnya.

Apalagi pemula dengan usia yang relatif

tidak muda lagi. Lain halnya, kalau bisnis

yang dilakukan adalah semata-mata untuk

hobi. Biasanya kalau hobi, profit tidak

diperhitungkan.

Pepatah mengatakan bahwa ada banyak

jalan menuju Roma. Ada banyak jalan menuju

pensiunan yang bermakna dan bermanfaat.

Salah satu yang kebanyakan menjadi

kekhawatiran adalah masalah keuangan

pada masa pensiun dan potensi “post power

syndrome”. Di Negara maju, salah satu yang

dicanangkan oleh pemerintah adalah dengan

perencanaan keuangan yang dianjurkan

dilakukan jauh sebelum pensiun. Di Indonesia

sekarang ada BPJS Ketenagakerjaan

(menggantikan Jamsostek). Saya sendiri

menyarankan untuk tidak tergantung dengan

rencana pemerintah, rencanakan keuangan

pensiun Anda sendiri. Ada banyak caranya,

seperti investasi di reksadana, properti,

saham, dan bisnis. Kita bisa bicarakan ini di

artikel mendatang.

Nah, pada saat keuangan masa pensiun

sudah terencana, untuk menghindari post

power syndrome, saya lihat salah satu caranya

adalah dengan ikut berorganisasi baik di

lingkungan tinggal, lingkungan beribadah,

dan berbagai organisasi sosial lainnya.

Organisasi adalah salah satu tools yang akan

sangat “empowering” bagi semua usia dan

pastinya untuk mereka yang usia pensiun

juga.

Jadi, ada banyak caranya untuk menikmati

masa pensiun dan saya rasa memulai bisnis

dengan pure intention profit setelah masa

pensiun, bukanlah salah satunya.

“Orang bisnis itu mesti

“ngulet”, tidak patah

semangat dan selalu cari

jalan keluar, serta tidak

kenal kata tidak bisa”

- Suzanna Chandra.

48 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 49Vol. 61 | Mar-Apr 2015

LEADErShipLEADErShip

Semua pemain profesional

memiliki pelatih. Pemain tenis

sehebat Maria Sharaphova pun

juga memiliki pelatih. Pelari

tercepat dunia, Usain Bolt

juga memiliki pelatih. Pemain golf sehebat

Tiger Woods juga memiliki pelatih. Padahal

jika mereka berdua (antara pemain dan

pelatihnya) diminta untuk bertanding, jelas

Maria Sharaphova yang akan menang. Usain

Bolt yang lebih cepat. Tiger Woods lah yang

akan menang.

Jadi, mengapa ia masih membutuhkan

pelatih jika jelas-jelas dia lebih hebat dari

pelatihnya? Tujuannya adalah untuk melihat

hal-hal yang tidak dapat dia lihat sendiri.

Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata

sendiri, yang disebut dengan blind spot atau

titik buta. Kita hanya bisa melihat blind spot

tersebut dengan bantuan orang lain. Setiap

orang punya titik buta. Sebuah titik dimana

kita tidak bisa melihat kiri dan kanan. Sebagai

pemain, pengusaha terkadang tidak melihat

beberapa sisi lain. Oleh karena itu fungsi

coach (pelatih) adalah untuk membuka apa

yang tidak terlihat oleh pemain top dunia,

pengusaha, maupun staff. Seorang coach akan

menjadi umpan. Bukan hanya alat pancing

untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak,

tapi juga untuk mengeluarkan potensi yang

tersembunyi.

Kalau tidak ada pelatih, apa yang kita

lakukan tidak ada yang menuntun, tidak ada

yang mengarahkan, sehingga kurang efektif.

Ketika kita menginginkan berat badan

yang ideal, tentunya kita harus melakukan

COACHING, PERLUKAH?

Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari

“Carilah pelatih, setiap orang

membutuhkan pelatih

olahraga serta diet yang benar. Sehubungan

dengan tidak mempunyai pelatih atau orang

yang mengerti diet, maka yang dilakukan

adalah olahraga sekedarnya atau diet yang

ketat (jarang sekali makan). Mengapa ini

terjadi? Tentunya ketidaktahuan serta tidak

ada orang yang memberi tahu.

Seperti demam OCD, yang di mana untuk

menurunkan berat badan dilakukan dengan

cara berpuasa. Bahkan dalam sehari hanya

makan sekali. Ini dilakukan berhari-hari,

berminggu-minggu bahkan bertahun-

tahun. Tidak ada yang salah melakukan

puasa. Ketika kita berpuasa, maka asupan

karbohidrat yang masuk dalam tubuh kita

berkurang. Ketika karbohidrat berkurang,

maka ikatan air dalam tubuh kita akan lepas,

mengakibatkan berat badan akan berkurang.

Jika puasa dilakukan secara terus menerus,

maka berat badan akan turun. Namun, jika

mengakhirinya dengan makan secara normal,

maka karbohidrat akan kembali mengikat air.

Sehingga berat badan secara otomatis akan

meningkat.

Saat bulan Ramadhan, ketika umat muslim

berpuasa penuh selama satu bulan penuh.

Berat badan akan turun cukup banyak.

Namun tiga hari setelah puasa berakhir,

berat badan kembali naik. Ini terjadi karena

ketidaktahuan. Untuk itu dibutuhkan seorang

pelatih untuk menuntun dan mengarahkan

tentang bagaimana diet dengan benar, badan

sehat dan bugar.

Ketidaktahuan membuat kita tidak effektif.

Ketidaktahuan kita menjadikan kita kurang

maksimal mengambil manfaatnya. Semakin

kita tidak tahu, maka semakin tidak effektif.

Untuk itu kita membutuhkan seorang pelatih.

Pelatihlah yang menuntun kita untuk menjadi

lebih effektif dan lebih mudah. Hampir semua

orang sukses memiliki pelatih termasuk

bisnis owner.

Para pemimpin yang berfungsi sebagai

coach, mesti melihat apa yang masih kurang

dan belum maksimal yang dikerjakan oleh

para staffnya. Bahkan, mereka bertugas

untuk memperbesar kapasitas orang-

orang yang dipimpinnya. Mungkin selama

ini, pegawai menilai bahwa usaha mereka

sudah maksimal, sudah klimaks, target yang

ditetapkan sudah tinggi, sehingga sasaran

yang ditetapkan tidak perlu dinaikkan

lagi. Namun sebagai coach, Anda harus

membongkar zona nyaman tersebut. Dengan

berbuat itu, Anda sedang mengeluarkan

potensi terbaik dari para “pemain” Anda.

Semua orang mempunyai potensi, namun

terpendam. Tugas Anda adalah membuka

potensi tersebut sampai kelihatan. Mereka

yang tadinya kurang yakin, tidak percaya

diri, merasa tidak mampu, karena dilatih

dan diarahkan menjadi lebih produktif.

Hal ini lainnya yang mesti dilakukan saat

meng-coaching atau melatih orang-orang

adalah dengan banyak bertanya. Apa yang

perlu dilakukan untuk meningkatkan angka

penjualan? Apa yang harus dikerjakan

untuk membuat pelanggan tetap loyal?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan

memacu pegawai Anda untuk berpikir

kreatif, bahkan memunculkan potensi

mereka yang sebenarnya.

Ketika mereka tumbuh dan semakin maju,

perusahaan juga akan tumbuh. Carilah

pelatih untuk menumbuhkan anda. Pelatih

membuat kita disiplin, membuat kita lebih

fokus, dan membuat kita lebih konsentrasi.

Para pemimpin yang berfungsi sebagai coach, mesti melihat apa yang masih kurang dan belum maksimal yang dikerjakan oleh para staffnya. Bahkan, mereka bertugas untuk memperbesar kapasitas orang-orang yang dipimpinnya.

50 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 51Vol. 61 | Mar-Apr 2015

moViE rEViEwmoViE rEViEw

Hary SusantoMovie Reviewer, horror & thriller mania

www.movienthusiast.com

the THEORY ofEVERYTHING

The Theory of Everything bisa jadi

punya judul yang terdengar paling

indah di antara film-film lainnya

tahun lalu. Judul yang juga dicomot dari

salah satu judul buku non-fiksi populer

Stephen Hawking; Stephen Hawking and The

Theory of Everything, di mana Hawking pula

yang dijadikan objek bercerita untuk biopik

garapan sutradara Man on Wire, James

Marsh.

Siapa sih Stephen Hawking? Bagi yang belum

mengenalnya, Stephen William Hawking

adalah matematikawan dan ilmuwan

kosmologis asal Inggris yang paling tenar di

muka bumi ini. Yang kepopulernnya mungkin

bisa disetarakan dengan dua raksasa macam

Bill Gates-nya Microsoft atau Steve Jobs

dengan Apple-nya. Ia juga dikenal sebagai

seorang atheis sejati, “I’m an atheist because

science is ‘more convincing’ than God”, katanya

dalam sebuah wawancara. Dan secara fisik

susah untuk tidak mengenal seorang Stephen

Hawking. Ia mengalami transformasi tubuh

yang tidak biasa akibat penyakit langka yang

menyerang sitem motoriknya. Penyakit

yang juga disebut dengan Lou Gehrig Disease

membuatnya nyaris lumpuh sepenuhnya.

Tubuhnya mengerut kecil dan aneh di

kursi rodanya, seperti sayuran layu. Hanya

meninggalkan pemikiran dan inspirasi

hebat yang dikumandangkan lewat suara

robotnya.

Di setiap cerita-cerita hebat selalu

ada awalnya. Dalam kasus The Theory

of Everything, James Marsh mencoba

memulainya jauh sebelum sang profesor

matematika itu menjadi seperti sekarang.

Diceritakan dari sudut pandang Jane Wilde

Hawking yang narasinya disadur Anthony

McCarten dari buku mantan istri Hawking

sendiri; Travelling to Infinity: My Life with

Stephen. The Theory of Everything memulai

segalanya dengan pertemuan Hawking

(Eddie Redmayne) dan Jane Wilde

(Felicity Jones) pada tahun 1963 di

sebuah pesta yang diisi murid-murid

Universitas Cambridge. Meskipun berbeda

pandangan dan kepercayaan akan Tuhan,

termasuk studi yang diambil, keduanya bak

pasangan sempurna yang tidak

terpisahkan. Namun cerita ini baru benar-

benar dimulai ketika Hawking didiagnosa

terkena Lou Gehrig Disease.

The Theory of Everything itu punya

tampilan secantik judulnya. Visual

gloomy dari sinematografer veteran

Benoît Delhomme berbalut scoring magis

dari nada-nada elegan dan melakolis

garapan komposer Islandia, Jóhann

Jóhannsson, menghasilkan kombinasi

momen-momen sentimentil romantis yang

mendukung penceritaan James Marsh di

paruh pertamanya yang diisi banyak cinta.

Bisa dibilang scoring dan visual adalah bagian

terbaik The Theory of Everything, bersanding

mesra dengan penampilan luar biasa Eddie

Redmayne yang bertransformasi sempurna

dari karakter Marius Pontmercy kharismatik

di Les Misérables menjadi sosok ‘monster’

jenius pencentus Teori Lubang Hitam

bernama Stephen Hawking lengkap dengan

segala proses rumit dan yang pastinya,

melelahkan.

Redmayne yang solid lalu disandingkan

dengan Felicity Jones sebagai obat penawar

dari segala cacat fisik Hawking.  Tidak hanya

menjual paras ayu dengan gigi ‘kelincinya’

yang imut, namun Jones juga mampu

menandingi pesona Redmaye sebagai istri

super tegar, yang di sisi lain juga mengalami

tekanan luar biasa; menyeimbangkan

kesulitan fisik karakter Hawking dengan

pancaran emosi kompleks tersendiri sebagai

seorang istri yang berusaha berbakti buat

suami dan anak-anaknya.

Solid di teknis visual, scoring, dan aktingnya,

tidak diikuti dengan kualitas dari adaptasi

naskahnya. Bagian pertama yang diisi

romansa berujung tragedi memulai

segalanya dengan baik. Setelah itu plotnya

beberapa kali sering digeber teralalu

terburu-buru, meninggalkan kedalaman

yang seharusnya bisa lebih dieksplorasi

lagi untuk menciptakan ikatan emosi buat

penontonnya. Hasilnya, narasi The Theory of

Everything seperti tidak mampu berkembang

dinamis. Sebaliknya, ia tampak seperti

potongan-potongan kasar yang lebih banyak

berisi momen Hawking ‘mempermalukan’

dirinya sendiri sembari meminta

simpati penontonnya akibat penyakit yang

dideritanya.

Beruntung untuk sebuah biopik yang

menceritakan seorang jenius matematika

dan fisika, naskahnya tidak sampai harus

melibatkan segala teori-teori Hawking

yang super njelimet tetang asal muasal

alam semesta, namun tanpa tetek-bengek

berlebihan tentang teori-teori kuantum

fisika, kuantum mekanik dan lain-lain

termasuk kepercayaan atheis-nya. Marsh

masih mampu menangkap semangat

Hawking dalam usahanya mencapai cita-

citanya mengungkap rahasia alam semesta.

“I’m an atheist because science is ‘more convincing’ than God” - Stephen Hawking

7.5

cerita

Akting

Penyutradaraan

52 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 53Vol. 61 | Mar-Apr 2015

growth StrAtEgiESgrowth StrAtEgiES

I Made Wenten BDirektur BPR Lestari

“ Tugas baru seandainya kita bisa melewatinya, akan menjadikan kita orang baru. Orang yang memiliki kemampuan lebih baik dari yang sebelumnya.

S

iang tadi seorang staf bagian marketing commmunication yang baru bergabung

hampir satu bulan masuk ke ruangan. Dia membawa surat dari sebuah majalah

marketing yang paling ternama di Indonesia.

“Pak, ini ada surat dari sebuah majalah marketing. Majalah ini ingin mengangkat

kesuksesan BPR Lestari dari sisi marketing. Di Bali hanya BPR Lestari yang akan diangkat di

majalah tersebut,” demikian staf tersebut memulai pembicaraan.

“Majalah tersebut mengirimkan form kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan. Melalui

jawaban dari pertanyaan ini, majalah tersebut akan membuat ulasannya. Minta tolong Pak di

bantu mengisinya, saya tidak paham terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam form

kuisioner ini!” katanya. Pertanyaan kuisioner tersebut kurang lebih tentang: segmen market

terbesar, apa keunggulan kompetitif, kenapa produk bisa unggul, bagaimana membangun

service, dan bagaimana strategi pemasaran.

HORE, ADA TUGAS BARU!

“Iya Pak”

“Kalau orang kuliah sampai S2, biasanya

orang tersebut terbiasa menghadapi

kuisioner kan?”

“Iya Pak”

“OK. Silahkan isi sendiri kuisionernya!”

perintah saya.

Glek! Kaget bukan kepalang lah dia.

Sebelum dia menolak dan memberikan

alasan bahwa tidak mungkin dia bisa

mengerjakan kuisioner tersebut, saya ajukan

pertanyaan lagi.

“Untuk mengisi form kuisioner ini, Anda

setidaknya harus tahu bagaimana segmen

market, keunggulan, stretegi bisnis, strategi

marketing kita kan?

“Iya Pak.”

“Atau kalau polanya dibalik, dengan mengisi

kuisioner, maka artinya paham bagaimana

strategi bisnis dan marketing kita kan? ”

“Iya Pak”

“Makanya, Anda isi sendiri form kuisioner ini!

Karena Anda sekarang belum paham, Anda

lakukan wawancara dulu kepada beberapa

orang di BPR Lestari yang paham tentang ini.

Ajukan pertanyaan seperti yang ada dalam

kuisioner ini. Tambahkan lagi pertanyaan

untuk membantu meningkatkan pemahaman

Anda”.

Staf tersebut mulai manggut-manggut,

mukanya mulai terlihat bersinar. Seperti anak

kecil kehausan yang melihat tukang es krim.

Saya lanjutkan omongan saya ke dia. “Dari

semua hasil pemahaman Anda terhadap

beberapa wawancara, buatlah kesimpulan

dengan bahasa sendiri. Kesimpulan Anda

adalah jawaban yang benar untuk kuisioner

ini. Nanti saya bantu melakukan review. Ini

cara yang sangat cepat untuk memahami

bagaimana BPR Lestari berbisnis. Di Harvard

orang belajar bisnis dengan cara begini,

melalui analisa atau studi kasus ”.

Cling!... Matanya bersinar terang.

Kesempatan mengembangkan diri.

Seandainya saja saya kerjakan sendiri

kuisioner tersebut, berarti saya membuang

peluang bagi staf tersebut belajar hal

penting. Tugas mengisi kuisioner ini adalah

kesempatan yang sangat bagus untuk dia

belajar tentang bisnis BPR Lestari.

Dia mendapatkan peluang untuk bertanya

ke top level manajemen BPR Lestari,

mendapatkan kesempatan juga untuk

langsung berguru ke tokoh-tokoh penting di

balik kesuksesan BPR Lestari.

Tugas mengisi kuisioner ini adalah hal yang

baru bagi dia. Tetapi tugas baru ini kemudian

menjadi kesempatan yang berharga untuk

mengembangkan dirinya. Kalau dia menolak

kesempatan ini, berarti dia melepaskan

peluang penting untuk belajar dan

mengembangkan diri.

Tugas baru seandainya kita bisa melewatinya,

akan menjadikan kita orang baru. Orang yang

memiliki kemampuan lebih baik dari yang

sebelumnya.

Jadi bagi teman-teman yang suatu saat

ketiban tugas baru yang berat, jangan stres.

Anda harus berteriak sekeras-kerasnya,

HOREEE, ada tugas baru!

Saya sadar pertanyaan di kuisioner ini

terlalu sulit untuk diisi oleh staf baru yang

fresh graduate. Karena pertanyaan ini paling

tidak hanya bisa dijawab oleh teman-teman

yang sudah senior, sudah berpengalaman,

terlibat banyak di manajemen, paham bisnis,

marketing, serta operation.

Terlintas diawal, kertas kuisioner ini mau

saya bawa pulang ke rumah, diisi dirumah,

anggaplah sebagai bekal Hari Raya Kuningan.

Tetapi hal ini saya urungkan.

Saya ngomong ke dia, “Anda kuliah sampai

S2 kan?”

“Iya Pak”

“Kalau orang S2 biasanya knowledge bagus

kan?”

54 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 55Vol. 61 | Mar-Apr 2015

FitnESSFitnESS

Denny SantosoPraktisi Kesehatan & Kebugaran

“Kebanyakan orang tidak

menyadari, jika sit-up bukan

latihan perut yang sebenarnya.

Pendapat, rumor, dan teori seputar mengecilkan perut terus berkembang di kalangan

pakar kesehatan, termasuk dokter, pelatih pribadi, guru infomersial, teman-teman,

guru, bahkan orang tua. Beberapa informasi ada yang valid, namun sebagian besar

tidak. Sulit untuk memilah-milah itu semua. Mitologi seputar perut semakin hari semakin

bertambah dan beberapa mitos sepertinya tidak akan pernah hilang.

Sebelum mengecilkan perut dan membentuk ototnya dengan benar, hal pertama yang harus

dilakukan adalah membersihkan pikiran Anda dari mitos dan kesalahpahaman yang telah

mencemari otak Anda yang berasal dari ‘dongeng’ seputar gym, iklan yang menyesatkan, dan

nasihat buruk dari proklamator palsu.

Mitos - Mitos Mengecilkan Perut

www.pocatisweat.co.id

Kebanyakan informasi palsu yang beredar

berisi seputar latihan perut daripada

informasi kesehatan atau subjek kebugaran

lainnya. Artikel ini akan menjelaskan 3

mitos yang berkembang dan mungkin telah

membuat Anda percaya dengan apa yang

dikatakannya.

Mitos #1: Jika latihan perut setiap hari akan menjamin Anda mendapat perut ‘six-pack’.

Ini adalah salah satu mitos perut yang

paling umum. Mungkin, kesalahpahaman

ini pertama kali disalurkan melalui dunia

binaraga, dikarenakan banyak binaragawan

yang memprioritaskan latihan perut sebelum

kompetisi. Padahal perut six pack hanya

dapat dimiliki dengan diet yang tepat, bukan

karena latihan perut setiap hari.

Ada dua alasan, kenapa latihan perut setiap

hari itu tidak perlu dan tidak menjamin six

pack. Pertama, jaringan otot perut hampir

sama dengan jaringan otot pada bagian

tubuh lainnya. Otot perut tidak akan lebih

berkembang dan lebih kuat tanpa waktu

untuk beristirahat dan memulihkan setelah

latihan. Kedua, meskipun Anda mendapat

otot perut yang luar biasa dengan latihan

setiap hari, Anda tidak akan dapat melihat

perut Anda, jika mereka tertutup oleh lapisan

lemak. Lemak akan hilang hanya dengan

membuat defisit kalori melalui diet yang

tepat.

Mitos #2: Anda bebas memakan apa saja dan tetap menjaga ‘six pack’ selama Anda melakukan latihan setelah makan.

Yang benar adalah mengembangkan otot

perut dapat dicapai melalui latihan. Namun,

agar otot perut tetap terlihat, tergantung

dari diet Anda. Artinya, akan menjadi sia-sia

memiliki satu set otot perut yang hebat, jika

tertutup lemak. Maka untuk menghilangkan

lemak dibutuhkan nutrisi.

Mitos #3: Sit-up merupakan cara terbaik untuk mengembangkan otot perut.

Ini sungguh ironis. Sit-up, yang merupakan

latihan perut paling populer di dunia, bisa

jadi merupakan latihan terburuk dan bisa

berbahaya bagi beberapa orang dalam

kondisi tertentu. Kebanyakan orang tidak

menyadari, jika sit-up bukan latihan perut

yang sebenarnya. Saat melakukan sit-up,

fleksor batang utama dan otot iliopsoas

melakukan sebagian besar pekerjaan,

sementara otot perut tidak bekerja optimal.

Ini mungkin aneh kedengarannya, tapi

faktanya Anda dapat mengecilkan perut dan

mengembangkan ototnya hingga hasil yang

optimal tanpa harus melakukan sit-up.

“Anda dapat mengecilkan perut dan mengembangkan ototnya hingga hasil optimal tanpa harus melakukan sit-up” - Denny Santoso

56 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 57Vol. 61 | Mar-Apr 2015

gALLErygALLEry

VENGEANCE HITS HOME

Inilah seri Furious terakhir

bagi almarhum Paul Walker.

Di Furious 7 ini pula,

kita masih bisa melihat

kharisma seorang Brian

O’Conner berlaga di medan

balapan. Film arahan James

Wan ini kembali membawa kisah

Dominic Toretto (Vin Diesel),

Brian O’Conner (Paul Walker)

dan kawan-kawannya, di mana

harus menghadapi musuh baru.

Awalnya, usai mengalahkan Owen

Shaw (Luke Evans) dan krunya, mereka

memutuskan untuk kembali ke Amerika

Serikat. Namun, mendadak kehidupan

normal Dom dan kawan-kawannya

terganggu lantaran kehadiran Ian

Shaw (Jason Statham). Ian merupakan

kakak tertua Owen yang datang untuk

membalaskan dendam pada Dom, hingga

membuat Han (Sung Kang) tewas. Dom

dan rekan-rekannya pun harus kembali

berjibaku dengan bahaya. MOVIE

DMC-gF7

Siap-siap terpukau

dengan kamera

mirrorless generasi

terbaru milik

Panasonic. Lumix

DMC-GF7, pengganti dari

seri Lumix GF6 hadir dengan

tampilan fisik eksklusif dan

performa setingkat lebih

mutakhir. Desain body-nya

akan mengingatkan kita

dengan kamera analog retro

yang stylish dan prestisius. Garis

desain vintage sangat tegas

membungkus kamera ini. Terlebih

dengan material plastik yang

membuatnya lebih ringan dalam

genggaman. Selain itu, dimensi Panasonic

Lumix DMC-GF7 juga terlihat 20 persen

lebih besar dari pendahulunya Lumix DMC-

GM1. Untuk urusan spesifikasi juga tidak

kalah. GF7 memiliki sensor CMOS 4/3 16

megapixel yang dipadukan dengan prosesor

Venus Engine. GF7 juga memiliki kemampuan

merekam video hingga resolusi Full HD

(1920 x 1080 pixel) 60p. Menariknya, GF7

juga cocok bagi Anda penggemar selfie.

Kamera ini punya layar sentuh putar yang

fleksibel, di mana layar 3 incinya tersebut

bisa dilipat hingga 180 derajat ke atas

untuk memudahkan foto diri. Kamera ini

diperkirakan dijual di kisaran US$599 atau

sekitar Rp7.500.000, lengkap dengan lensa

12-32mm F3.5-5.6.

180° Tiltable Monitor for Selfie

16.00 mp Digital Live mos Sensor

with Face Shutter & Buddy Shutter

GADGETS

Producer : Bryan “Birdman” Williams • Dwayne The President Carter

Released Date : December 12, 2014

Genre : hip hop

Nicki Minaj kembali menunjukan taringnya di skena musik R&B lewat

album teranyar “The Pink Print”. Sebuah album yang digadang-gadang

mampu menunjukan sisi personal dari Nicki Minaj ini memuat 16

tracks catchy dengan bumbu R&B dan Hip-hop yang pekat. Single pertamanya,

Anaconda ampuh meracuni indra pendengar. Lengkap dengan video klipnya

yang kontroversial, Anaconda terdengar sangat provokatif dan nakal. Lagu

yang mengambil sampel musik “Baby Got Back” milik Sir Mix-a-Lot ini pun

langsung meroket ke puncak tangga-tangga musik popular dan sekaligus

menjadi ikon “The Pink Print”. Nicki banyak berkolaborasi dalam album ini.

Sebut saja kehadiran Drake, Chris Brown, Lil Wayne, Skylar Grey, Beyonce,

Jeremih, Meek Mill, dan Ariana Grande.

Recommended Tracks: Anaconda, Only, Feeling Myself, Pills N Potions, Bed of Lies

MUSIC

Producer : UNIVERSAL PICTURES • James Wan

Released Date : April 3, 2015

Stars : paul walker, Jason Statham, Lucas Black, tyrese gibson,

michelle rodriguez, Jordana Brewster, Vin Diesel, Djimon hounsou, Kurt russell,

tony Jaa, Dwayne Johnson, nathalie Emmanuel, John Brotherton, iggy Azaela.

58 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 59Vol. 61 | Mar-Apr 2015

hEALthy LiVinghEALthy LiVing

8 TIPSYOGA UNTUKPEMULA

Sepuluh tahun belakangan ini, yoga menjadi olahraga yang

paling digemari oleh masyarakat urban, terutama kaum

hawa. Olahraga yang hampir berumur sekitar 5000 tahun

ini tidak hanya mampu mengolah tubuh, tetapi juga melatih mental

dan spiritual. Yoga (yuj) memiliki arti “mengontrol,” “menyatukan”,

“bergabung,” atau “bersama,”. Dengan menggabungkan gerakan-

gerakan tertentu serta meditasi, yoga juga ampuh menyeimbangkan

pikiran dan menajamkan konsentrasi Anda.

Sebuah keputusan terbaik, jika Anda berpikir untuk mengikuti

kelas Yoga. Jangan merasa takut tidak bisa atau kesulitan mengikuti

gerakan-gerakan dari teknik yoga. Sejatinya, yoga itu mudah

dipelajari dan dipraktekan. Bagi Anda yang masih “pemula” dengan

yoga, berikut ini ada beberapa tips yang bisa Anda terapkan ketika

melakukannya untuk pertama kali.

Mulai Perlahan Temukan posisi yoga yang nyaman untuk Anda

ketika pertama kali mengikuti sesi latihan. Mulailah

gerakan secara perlahan dan atur nafas Anda. Anda

pasti akan mendapati posisi yoga yang sulit untuk

dilakukan, karena tubuh masih terasa kaku. Tapi

jangan khawatir, lama-kelamaan sepanjang Anda

rutin berlatih, gerakan-gerakan yoga yang rumit itu

akan terasa mudah untuk dilakukan.

Pilih cabang YogaKetika Anda mendaftar kelas yoga, Anda akan menemukan

banyak pilihan cabang yoga yang ditawarkan. Mulai dari cabang

utama yoga, seperti Hatha Yoga, Karma Yoga, Juana Yoga, Bhaki

Yoga, dan Raja Yoga. Anda boleh memilih style yoga yang sesuai

dengan tingkat kebugaran, kepribadian, dan kondisi kesehatan

Anda.

MakanPerlu diketahui, yoga itu paling baik dilakukan saat perut

kosong atau usahakan untuk tidak mengonsumsi makanan yang

berat. Anda boleh saja mengonsumsi makanan ringan dua jam

sebelum latihan.

Instruktur YogaUntuk para pemula, ada baiknya melakukan gerakan-gerakan

yoga di bawah pengawasan instruktur yoga berpengalaman.

Mereka bisa mengoreksi postur (asanas) atau gerakan kalian,

sehingga menghindari diri dari cedera akibat salah gerakan.

PernafasanAturlah nafas Anda dengan baik dan benar saat

melakukan berbagai postur yoga. Pernapasan yang

baik akan membantu Anda lebih rileks. Jika Anda

tidak bisa bernapas dengan lancar atau mulai merasa

kelelahan atau sakit segera akhiri pose yang sedang

Anda lakukan.

WaktuPagi hari adalah waktu paling tepat untuk melakukan yoga.

Di samping Anda akan mendapatkan udara pagi yang segar,

suasana pagi ketika matahari terbit juga membawa ketenangan.

Anda akan merasakan relaksasi terbaik pada jam-jam tersebut.

Anda pun akan lebih fit untuk memulai hari.

Perlengkapan YogaDua perlengkapan yoga yang harus diperhatikan adalah pakaian dan matras yoga.

Kenakan pakaian yang agak longgar, karena itu akan membuat Anda lebih nyaman dalam

melakukan pose yoga. Anda perlu memakai sesuatu yang tidak membatasi gerakan Anda

selama beryoga. Matras adalah alat yang paling wajib Anda miliki untuk melancarkan

latihan yoga. Berinvestasilah dengan matras yoga yang baik. Dengan matras berkualitas

tinggi dan awet akan terus mendukung kenyamanan Anda dalam berlatih yoga.

Suasana YogaYoga semestinya dilakukan di tempat dengan

ventilasi yang baik, terang, dan bebas dari gangguan.

Anda dapat menemukan kelas yoga pemula di banyak

tempat. Namun, jika Anda memutuskan untuk

berlatih sendiri di rumah, usahakan ciptakan suasana

yang tenang dan nyaman. Matikan TV, komputer,

ponsel, atau perangkat elektronik untuk menghindari

suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi

yoga Anda. Bisa juga menyiapkan aromaterapi untuk

menambah sensasi rileksasi di dalam ruangan.

60 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 61Vol. 61 | Mar-Apr 2015

T H E I N T E L L I G E N T I N V E S T O RPenulis : Benjamin Graham & Jason Zweig

Penulis : Professor Daniel Freeman & Jason Freeman

“By far the best book on investing ever written”

HOW TO KEEP CALM AND CARRY ONInilah bacaan wajib bagi siapa pun yang mempelajari atau

menggeluti dunia investasi. Buku ini menggambarkan dengan

sangat brilian kerangka emosional dan alat-alat analisis penting

penentu sukses finansial seorang investor. Ajaran-ajaran di dalamnya

telah teruji waktu; berakar pada telaah perilaku pasar modal selama

lebih dari 100 tahun. Anjuran-anjurannya pun nyaris selalu terbukti

benar karena bersandar pada 50 tahun lebih pengalaman sang

penulis, pemikir terbesar sepanjang masa di bidang investasi-praktis.

Benjamin Graham dikenal sebagai master peneliti sekuritas hingga

ke detail mikroskopik, bahkan nyaris molekuler. Graham sadar bahwa

setiap pendekatan mencetak laba yang mudah dijelaskan dan diikuti

oleh banyak orang dengan sendirinya merupakan pendekatan yang

sederhana dan mudah punah. Graham juga tak pernah lupa bahwa

kesimpulan objektif membutuhkan sampel sangat panjang dari

banyak sekali data. Mengutip pepatah filosofis Spinoza: “Segala yang

istimewa pastilah sulit dan langka.”

Apakah Anda memiliki kecemasan berlebih yang tidak

Anda harapkan? Apakah ketakutan-ketakutan yang

membayangi Anda membuat Anda tertekan? Apakah

kegelisahan Anda mengganggu kehidupan Anda sehari-hari?

Seharusnya jangan sampai terjadi seperti itu.

Menggunakan teknik-teknik yang terbukti efektif, psikolog

kenamaan, Profesor Daniel Freeman dan penulis bidang psikologi,

Jason Freeman, merangkum riset-riset terkemuka untuk

membantu Anda menaklukkan kecemasan Anda dan merasa lebih

tenang, fokus, dan seimbang (menunjukkan kepercayaan diri,

kesadaran diri, dan tekad).

BooK rEViEwBooK rEViEw

Penulis : Jamil Azzaini

Penulis : Kevin Wu

Tuhan, Inilah Proposal Hidupku

EVERYTHING IS POSSIBLEBanyak orang berkata hidup itu mengalir saja seperti air, toh

nanti akan sampai ke laut juga. Benarkah? Tidak semua air

kalau dibiarkan akan mengalir ke laut. Seperti air, aliran

hidup kita pun, menurut Jamil Azzaini, harus diarahkan melalui

sebuah proposal hidup. Ia mencontohkan dirinya yang menyusun

sendiri proposal hidupnya untuk sekian tahun ke depan, termasuk

capaian dan lompatan-lompatan hidup yang akan dituju. Seterperinci

mungkin, semendetail mungkin, sedemikian rupa sehingga arah hidup

menjadi jelas. Proposal itu dibuat untuk menuntunnya menggapai

prestasi tertinggi yang bisa dibanggakan di hadapan Allah.

Anda tidak akan mampu meraih keberhasilan hidup bila menyerahkan

hidup Anda kepada orang lain. Anda-lah yang menentukan hidup

Anda. Anda-lah yang harus menjalani hidup Anda sendiri. Untuk itu,

Anda perlu membuat sebuah proposal hidup sebagai kompas hidup

Anda. Jamil akan membantu memberi peta jalan, tapi Anda-lah yang

harus mengendarai mobilnya. Jamil akan menuntun Anda melalui

tahap demi tahap, tapi Anda-lah yang harus berjalan ke tempat

yang dituju. Jika Anda mengerjakannya dengan sungguh-sungguh,

imbalannya akan sangat besar untuk hidup Anda.

Jangan bersedih. Teruslah belajar dan berusaha! Karena

semua tokoh besar dunia awalnya juga disepelekan,

diremehkan, dan ditertawakan. Karena orang-orang

istimewa seperti Anda memiliki potensi dan visi yang tidak dimiliki

oleh kebanyakan orang. Jika saya bisa, Anda juga pasti bisa, karena

“Everything is Possible”!

62 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 63Vol. 61 | Mar-Apr 2015

TRAVELLER NOTE I PATAGONIA RIDE

PATAGONIA RIDEPerjalanan 4500km (Chile)

Menuju THE END OF THE ROAD menggunakan motordan dibayar oleh pemandangan yang tak pernah Anda bayangkan.

Words and Photography by Alex P ChandraWords and Photography by Alex P Chandra

Alex P Chandra

National Park Torres del Paine

When taking this pic, the wind is blowing at 150km/hour!

Incredible wind. The Strongest i’ve ever experienced. it is

hard just to stand still.

Alex P Chandra

National Park Torres del Paine

When taking this pic, the wind is blowing at 150km/hour!

Incredible wind. The Strongest i’ve ever experienced. it is

hard just to stand still.

Alex P Chandra

National Park Torres del Paine

When taking this pic, the wind is blowing at 150km/hour!

Incredible wind. The Strongest i’ve ever experienced. it is

hard just to stand still.

64 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 65Vol. 61 | Mar-Apr 2015

TRAVELLER NOTE I PATAGONIA RIDE

Harundia solent, sunditate id ut ma

dolentinus ad milliae cust alias accatiis

expe conse pa paris nis sundigendic

tectinis sequam et molum sed mod

eum fugit ent modipit quia comnimod

ut quame cum sunt incta di doluptatae

dolestrum harchil magnis essunte cepera

cus dignati onserumquia volut el maiosam,

omnihic temquaecum sincimolo totas

quiatur, sundios re volore culligendae

con reperferum nonectis non corit,

omnis rerchic atemperatur, ipsam, occus

volorem earist aut in culpari sinctor

emquatum ducipsam commolor rehent

aliti que volorem nulpa velibus aditi ab

in res minctem pelestr upicae ventior

auteste mporro qui necus modit explignis

as nesectotam rem atentecte veniminctat

a nossiminis de eos asitem nisquuntur min

pro quat estenimin rehendandis voloriam,

si odit ullam rest, corehendis el molore

natet fuga. Ut ma cor sit eos ario que la

vollabor si sam aspictor apicte Equatati

simus maio omnimol eceperiam net aut

aliquiscidus de consequam, tem qui culliqu

iderferume conseque poriorum repudis

eosam, cor re eosam, simpern atiatios

molectus essunt everit plistist odist,

consectemped quam etus di utestibusam,

Tiscid eaquid ute nihiliq uodiandel eat

explabo rporemp orehend andeliquam rento

conseque et, sin recerfe ritatem ulpa etur

acidestotas ne nes sunt evelligent dollore

caepra idit as incia inverciet milles eveleceat

ped quunt quos volore et, aut ut aceritio od

66 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 67Vol. 61 | Mar-Apr 2015

PELOPOR SEWA FILM ONLINE

REED HASTINGS

Reed Hastings membawa

aktivitas rental film ke

dunia maya lewat Netflix.

Di Negeri Paman Sam, nama Netflix

sudah sangat identik sebagai tempat

penyewaan DVD. Eits, tapi ini bukan

sembarang toko rental film, karena Netflix

menawarkan pengalaman menyewa film

hanya lewat online. Ya, Netflix membuat

warga Amerika Serikat semakin mudah

dalam menyewa film. Mereka tidak perlu

repot pergi ke toko rental film, dan kembali

lagi untuk mengembalikan kepingan-

kepingan DVD yang disewanya. Cukup duduk

di sofa sambil memanfaatkan internet dan

laptop, maka mereka sudah bisa menyewa

film di Netflix.

Tidak hanya dengan laptop, gadget dengan

sambungan internet seperti PlayStation

3, Xbox 360, Wii, hingga smartphone

Android maupun iPhone pun sudah bisa

menyambungkan mereka dengan Netflix.

Cukup merogoh kocek beberapa dolar untuk

biaya sewa bulanan saja, kita sudah bisa

mengakses perpustakaan video streaming

film milik Netflix, di mana menawarkan

ratusan ribu judul film dari berbagai genre

dan era. Selain video streaming, Netflix juga

bisa mengirimkan film yang ingin ditonton

lewat pos, hanya saja waktu sewanya dibatasi

sebulan atau sampai ada orang lain yang ingin

menyewa judul film kita.

Adalah Reed Hastings, otak dibalik ide brilian

Netflix. Pria kelahiran Boston Massachusetts

pada 8 Oktober 1960 silam ini mendirikan

bisnis Netflix pada tahun 1997 bersama

rekannya Marc Randolph. Hastings mengaku

bahwa ia terinspirasi mendirikan Netflix

lantaran ia merasa kecewa harus merogoh

kocek sampai US$ 40 untuk menonton

film Apollo 13. Saat itu ia bertekad untuk

membuat bisnis rental film sendiri saja.

Sebelum sukses mendirikan Netflix, Hastings

yang meraih gelar kesarjanaan di bidang

matematika di Bowdoin College, Brunswick,

Maine pada 1983 ini pernah menghabiskan

waktunya untuk berjualan vacuum cleaner

merek Rainbow dari pintu ke pintu. Tapi

kini nasibnya berubah, bisnis Netflix yang

dirintisnya tumbuh bergitu pesat, bahkan

menjadi perusaan raksaa di Amerika Serikat.

Netflix pun mengantarkan Hastings sebagai

Business Person of The Year 2010 versi

Majalah Fortune, bahkan ia mengalahkan

nama-nama besar seperti Mark Zuckerberg

(Facebook), Steve Jobs (Apple), dan Alan

Mulally (Ford) dalam daftar tersebut. Pada

tahun 2009, Hastings juga berhasil masuk

dalam daftar 30 pebisnis online terkaya

dunia. Total kekayaan bisnis online-nya saat

itu mencapai US$150 juta.

Front oF minD

68 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 69Vol. 61 | Mar-Apr 2015

ISSUE

Socialita : Yoshida “Ochie” Chandra

- Cinta 2 Bahasa

Teenlit Corner :Episode

25 Old Jensen

Lifestyle :5 Motorsport Terkencang

Di Dunia

Hastings berhasil membuat Netflix meraup

penjualan hingga US$ 5 Juta pada tahun

1999 silam. Namun, saat ini penjualannya

mampu melesat hingga US$ 2 Miliar.

Bahkan Netflix yang berkantor di Los Gatos,

California ini berhasil memiliki hak untuk

streaming film-film keluaran studio ternama,

seperti Paramount, MGM, dan Lionsgate.

Hastings mampu menggenjot pertumbuhan

perusahaannya yang awalnya hanya sebatas

perusahaan kecil, namun kini menjadi

“pemain kelas dunia”.

Kesuksesan Netflix juga tercapai berkat

kecanggihan software Cinematch. Aplikasi

ini mampu membaca preferensi pelanggan

terhadap DVD yang mereka tonton. Aplikasi

ini mampu memberikan rekomendasi

DVD tertentu kepada pelanggan, sambil

mencocokan stok DVD di inventory mereka.

Netflix pun mampu meraih 4 juta pelanggan

baru hanya dalam kuartal keempat di tahun

2010.

Kini Netflix sudah merangkul kira-kira

hampir 13,9 juta pelanggan. Perusahaan

ini bahkan memperluas jangkauan

pelanggannya hingga ke Kanada. Lantaran

kesuksesannya inilah, harga saham Netflix

meroket di bursa Nasdaq hingga lebih dari

200 persen sejak Januari 2010.

Sebelum ide streaming online muncul,

Hastings awalnya hanya memanfaat email

dalam melayani pelanggannya di Amerika

dan mengirimkan DVD yang ingin disewa

via pos. Namun, karena kejeliannya melihat

peluang yang lebih spesifik di internet, maka

ia pun membuat terobosan dengan nonton

film lewat streaming online. Ia melihat

konsumen pasti akan lebih memilih untuk

memperoleh film yang langsung dikirimkan

melalui internet. Apalagi pada tahun 2000,

sekitar tujuh persen warga Amerika Serikat

telah berlangganan internet broadband.

Hastings pun mengubah strategi bisnisnya

dengan memberikan fasilitas streaming film

dan acara TV lewat internet. Meski strategi

ini harus memberi dampak yang kurang

mengenakan untuk bisnis penyewaan DVD di

dunia nyata.

Front oF minD

At Netflix, we think you have to build a sense of responsibility where people care about the enterprise. Hard work, like long hours at the office, doesn’t matter as much to us. We care about great work. - Reed Hastings

youth, woman & netizen

NEXTGENERATION

Maret - April 2015

70 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 71Vol. 61 | Mar-Apr 2015

SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN

DAri DEpAn LAyAr KE BELAKAng LAyAr.

DAri iBu SAtu AnAK mEnJADi ‘iBu inggit’

SEmuA tELAh DiJALAninyA.

Seorang pria

berkewar-

ganegaraan

asing tengah asik

melontarkan

beberapa kosa kata bahasa

Indonesia di hadapan seorang

pria lokal. Meski terdengar

kaku dan tersendat-sendat, si

bule tetap percaya diri dalam

menuntaskan kalimat demi

kalimat. Sementara itu, si pria

lokal sesekali menuntun dan

memperbaiki pelafalannya

Pemandangan seperti inilah

yang kerap mewarnai aktivitas

di Cinta Bahasa, sebuah sekolah

bahasa yang fokus pada

program BIPA (Bahasa Indonesia

bagi Penutur Asing). Di sekolah

ini pula, seorang Yoshida Candra

merintis impiannya di bidang

bahasa dan pendidikan. Lewat

sekolah yang didirikannya sejak

2010 silam tersebut, wanita

yang akrab disapa Ochie ini

membantu kalangan ekspatriat

dan turis yang tengah berlibur

di Bali untuk bisa berkomunikasi

dalam Bahasa Indonesia.

Kepindahan Ochie ke Ubud

pada tahun 2009 silam adalah

tonggak awal ide Cinta Bahasa

tersebut bertunas dan sekaligus

perkenalannya dengan

lingkungan ekspatriat setempat.

Dalam komunitas orang asing

tersebut, ia mendapati sebuah

fenomena, di mana sebagian

besar rekan ekspatriatnya jarang

untuk sekadar mencoba-coba

menggunakan bahasa Indonesia

dalam berkomunikasi. “Setiap

bertemu mereka, aku harus

ngomong dengan bahasa Inggris,

kok lama-lama aku seperti tidak

berada di Indonesia saja. Setelah

aku tanya ke mereka, akhirnya

baru tahu kalau mereka merasa

kurang pede dan kesulitan dalam

belajar bahasa Indonesia,” jelas

wanita kelahiran 16 Juni 1982

ini.

Ochie juga mengungkapkan

bahwa kebanyakan rekan

ekspatriatnya mengaku

bahwa saat itu sekolah khusus

BIPA hanya terkonsetrasi di

Yogyakarta. Sementara itu,

mereka merasa keberatan

meninggalkan Bali lantaran

banyak pekerjaan mereka yang

tak bisa dilepaskan di sana.

“Meski mereka punya teman

Indonesia yang mengajari

mereka bahasa, tapi itu kan

hanya sebatas di permukaan

saja. Belum bisa terlalu

mendetail dan mendalam,”

tambahnya.

Bagi Ochie sendiri akan

terdengar lucu, apabila ada

orang asing yang bekerja dan

menetap lama di Indonesia,

yoShiDA “ochie” ChAnDrA

SI PENcINTA BAHASA DAN MAWAR MERAH

tetapi tidak bisa berkomunikasi

dengan bahasa Indonesia.

Menurutnya, adanya keinginan

untuk mempelajari dan

menggunakan bahasa Indonesia

sama halnya merupakan bentuk

penghargaan orang asing

terhadap budaya kita. Semenjak

itulah, Ochie bersama suaminya

Stephen DeMeulenaere

bertekad untuk mendirikan

sekolah khusus BIPA di Bali.

“Awalnya aku dibantu sama salah

satu sekolah BIPA di Yogyakarta

untuk menyusun kurikulum

kami. Kami rancang silabus dan

bikin buku sendiri. Enggak mau

pakai materi orang lain, karena

saya ingin mengajarkan bahasa

Indonesia yang sifatnya lebih

informal atau bahasa sehari-hari.

Jadi mereka enggak akan merasa

kaku, ketika mempraktekannya

dengan orang lokal,” terang

wanita yang berdomisili di

wilayah Kedewatan ini.

Sebelum memiliki basecamp-nya

sendiri di Jalan Raya Campuhan

– Sanggingan, Ochie mengawali

Cinta Bahasa lewat konsep

kelas private serta bekerjasama

dengan beberapa institusi

pendidikan dan seni di daerah

Ubud. “Awalnya kita buka kelas

malam dulu dan kita tawarkan

ke teman-teman ekspatriat di

lingkungan kami. Waktu itu yang

ngajar masih tiga orang. Bisa aku,

suamiku, atau temanku Bude

Novi. Kita menggunakan flash

card yang berisi kosa kata bahasa

Indonesia, ketika belajar di luar

kelas,” ucapnya.

Lambat laun, permintaan untuk

belajar bahasa Indonesia pun

mengucur deras. Ochie bersama

suaminya pun mulai membangun

sistem manajemen yang lebih

kuat dan terus memperbaharui

kurikulum serta metode

pengajaran mereka. Mereka juga

mulai memperkuat pemasaran di

dunia maya. Dari yang awalnya

hanya kelas malam, kini sudah

mampu menawarkan kelas-

kelas dengan variasi waktu

dan tingkatan. Cinta Bahasa

menawarkan kelas beginner,

kelas intermediate, hingga kelas

advance.

Tak hanya itu, Cinta Bahasa

kini telah mampu merangkul

enam belas pengajar dengan

tambahan lima orang admin di

dalamnya. Bahkan Cinta Bahasa

tidak hanya “bermain” di pangsa

pasar Ubud saja, melainkan

berekspansi ke beberapa daerah

pariwisata lainnya, seperti Sanur,

Kuta, dan Canggu. “Sejauh ini

Ubud dan Sanur cukup lumayan

pangsa pasarnya. Di beberapa

SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN

72 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 73Vol. 61 | Mar-Apr 2015

SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN

kesempatan, klien kita juga

datang dari kalangan militer dan

diplomat Australia, Eropa, hingga

Amerika,” tutur wanita berdarah

Padang ini.

Untuk ke depannya, Cinta

Bahasa ditargetkan akan segera

berekspansi ke Australia.

“Sebelumnya, kami memang

sudah menjalin banyak

kerjasama dengan beberapa

sekolah di Australia. Ini

membukakan peluang kami

untuk sekalian ekspansi ke sana,”

ungkap Ochie.

Sementara itu, diberlakukannya

Uji Kemahiran Berbahasa

Indonesia (UKBI) oleh

guru, penerjemah, atau tour guide

saja. Tapi aku enggak mau. Aku

maunya di luar dari kotak itu,”

ungkapnya. Ochie percaya masih

banyak peluang karir lainnya si

luar sana yang membutuhkan

kemampuan dari jurusannya

Alhasil berkat tuntunan saudari

kembarnya, wanita penyuka

traveling ini pun hijrah dari kota

asalnya Padang ke Jakarta untuk

melamar posisi copywriter di

sebuah perusahaan periklanan.

“Jujur aku awalnya buta banget

sama dunia advertising. Tapi dasar

aku orangnya nekat, jadi berani

untuk apply. Meski dari wawasan

di bidang ini, aku benar-benar

zero, tapi kantor sangat sabar

pemerintah Indonesia

untuk ekspatriat yang ingin

memperpanjang KITAS (Kartu

Izin Tinggal Terbatas) juga dinilai

Ochie akan memberi peluang

baik lainnya bagi Cinta Bahasa di

tahun mendatang.

Out of the Box

Meski mengantongi gelar S1

Sastra Inggris di Universitas

Andalas, Ochie bertekad untuk

mencari pekerjaan di luar dari

“kotak karir” lulusan Sastra

Inggris pada umumnya. “Aku

kuliah di Sastra Inggris, karena

memang suka mempelajari

bahasa. Banyak yang nyaranin

kalau sudah lulus ngelamar jadi

“RESPON MASYARAKAT

SANGAT LUAR BIASA

DAN APPRECIATE.

KAMI INGIN

MEMPERKENALKAN

KE MASYARAKAT

BAHWA KAMI

SEBAGAI BRAND

LOKAL JUGA SANGAT

DIMINATI PASAR

INTERNATIONAL DAN

PERLAHAN MEMBUAT

MEREKA MENGERTI

BAHWA PRODUK

LOKAL TAK KALAH

BAGUS.

~ ARYA SUTEDJA ~

melatih aku sampai bisa. Dan

aku pun mulai suka dengan dunia

advertising ini,” jelasnya.

Hampir enam tahun, Ochie

menggeluti profesi copywriter,

bahkan ia sempat mencicipi

beberapa advertising agency

ternama di Jakarta. Sayangnya,

pada suatu ketika, ia

memutuskan untuk berhenti

dari dunia tersebut. “Jujur saja

aku enggak kuat dengan jam

kerjanya. Bayangkan kamu

pulang kerja jam 4 pagi dan

sudah harus balik ke kantor

lagi jam 10 pagi. Apalagi jika

sudah berkeluarga nanti, tentu

tidak sehat dalam hal membagi

waktu. Kalau terus-terusan

74 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 75Vol. 61 | Mar-Apr 2015

seperti itu, rasanya tidak bisa mencapai

kreativitas yang diinginkan,” pikirnya. Meski

begitu, Ochie sangat berterima kasih kepada

dunia periklanan yang telah memberikan

banyak pengalaman berjejaring, kerja tim,

dan meningkatkan kemampuannya dalam

berbahasa.

Selepas dari dunia periklanan, Ochie kembali

mencoba mengasah kemampuannya di

bidang tulis menulis dengan melamar sebagai

kontributor freelance untuk dua majalah

internal bank. Ternyata menjadi sebuah

tantangan tersendiri bagi Ochie untuk bisa

menulis sebuah artikel panjang. “Memang

base aku sendiri adalah bahasa, sehingga

egoku sedikit menggampangkan pekerjaan

ini. Tapi kenyataannya tidak semudah itu. Aku

hampir ditampar oleh sebuah quote dan baru

sadar kalau tulisan bahasa Indonesiaku masih

kacau, untuk lolos sebagai sebuah artikel

ya,”ujarnya dengan sedikit tawa. Semenjak

itulah, Ochie mulai giat melatih kemampuan

tulis Bahasa Indonesia. KBBI pun jadi

sahabat barunya.

Tanda-tanda minat Ochie untuk terjun ke

dunia pendidikan memang belum terlihat

jelas saat itu. Namun perkenalannya dengan

dunia tersebut sudah terjadi, meski tanpa

disengaja. Tahun 2008, Ochie sempat

diminta oleh Universitas Bina Nusantara

untuk mengisi kelas periklanan untuk jurusan

Sastra Inggris. “Waktu itu mereka memang

butuh praktisi di bidang periklanan, sehingga

tawaran itu pun datang ke aku. Awalnya

cuma kelas advertising saja, tapi kemudian

lanjut manage kelas TOEFL dan desktop

publishing,” terangnya. Dari aktivitasnya

sebagai dosen tamu itu lah, ia mulai belajar

tentang bagaimana menyusun kurikulum

dan silabus. Ochie pun mulai terbiasa dengan

ritme mengajar.

Tahun 2009 mempertemukan Ochie

dengan Ubud. Awalnya ia hanya berniat

untuk menjadi volunteer di ajang festival

sastra bergengsi Ubud Writers & Readers

Festival saat itu. Di gelaran Internasional itu,

Ochie mendapatkan tugas sebagai Liaisons

Officer untuk penulis nasional, Seno Gumira

Ajidharma. Menariknya tidak berhenti hanya

sebagai volunteer selama dua minggu, Ochie

malah memutuskan untuk menetap dan

mencari kerja di Ubud.

“Waktu itu kebetulan UWRF membuka

lowongan fulltime sebagai volunteer

coordinator. Aku ditawarin dan kemudian

diterima jadi salah satu bagian di sana,”

SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN

sambungnya. Dalam perjalanannya, siapa

sangka Ochie tidak hanya bertemu dengan

tambatan hatinya, Stephen di Ubud, tetapi

juga menemukan mimpi barunya lewat Cinta

Bahasa.

Kisah FloLady

Sesosok feminim itu bernama FlowLady.

Gadis berambut panjang bergelombang ini

sangat menyukai bunga. Saking besarnya

rasa cinta FloLady terhadap bunga, terutama

mawar merah, membuat busananya pun

kerap dihiasi aksen-aksen kembang. Bunga

mawar juga menjadi simbol dari karakter

FloLady yang cenderung girly dan bersahaja.

Sejatinya karakter FloLady ini hanyalah fiktif

belaka. Karakter ini muncul dalam sebuah

buku karangan Ochie yang bertajuk A Tale of

Crestfallen by FloLady. Ya, diam-diam ternyata

Ochie telah mengeluarkan debut karya

sastranya di tahun 2012 lalu.

“Aku memang suka nulis, tetapi aku enggak

mau dibilang penulis. Banyak kawan yang

mendorong aku untuk nerbitin buku ini.

Konsep buku ini sendiri sebenarnya lebih

cenderung ke kumpulan cerita pendek,

di mana isinya lebih bersifat personal

baik menyangkut kehidupan aku maupun

di sekitar aku,” ujar wanita yang gemar

mengenakan dress ini. Dalam bukunya,

Ochie juga mengajak para pembaca untuk

melepaskan kesedihan dan mengetahui pasti

apa sesungguhnya persoalan mereka, serta

mampu menemukan solusinya sendiri.

Uniknya dalam buku perdananya tersebut,

Ochie berkolaborasi dengan saudari

kembarnya. Ilustrasi-ilustrasi cantik yang

menghiasi seluruh halaman buku tersebut

merupakan hasil goresan tangan saudari

kandungnya sendiri. Ochie mengaku kalau

buku tersebut diterbitkan secara indie dan

hanya hanya dicetak terbatas sekitar 500

eksemplar. Pun bisa ditemukan di beberapa

toko buku tertentu di daerah Jakarta,

Bandung, Jogjakarta, dan Bali. Buku ini juga

pernah launching di ajang Ubud Writers &

Readers Festival 2013.

Usut punya usut, ternyata karakter FloLady

sudah menempel pada diri Ochie layaknya

“brand” jauh sebelum dirinya merilis

buku tersebut. Di laman blog dan media

sosialnya, Ochie malah lebih dikenal dengan

embel-embel FloLady yang menyertai

nama terangnya. “FloLady ini sebenarnya

alterego yang tak sengaja dibuat olehku dan

saudariku. Kebetulan saudariku itu punya

clothing line di Jakarta yang bertema dark.

Nah, FloLady ini sengaja dibikin sebagai

pelengkap dari clothing brand story tersebut.

Karena aku juga bantu branding, mau enggak

mau karakter itu juga nempel sama aku,”

tegas wanita yang juga punya hasrat di

bidang fashion ini.

Ochie juga mengungkapkan, bahwa karakter

FloLady yang dibuat memang mengikuti

dari karakter pribadinya secara nyata. Baik

dari segi fisik yang identik dengan rambut

keriting dan tubuh semampai, segi fashion

yang cenderung feminim, dan juga pencinta

bunga.

“Semua barang kesukaanku pasti ada motif

bunganya. Kalau mau ngasik kado aku

gampang aja, cukup sekuntum mawar,”

pungkas wanita penikmat karya Jane Austen

dan Virginia Wolf ini penuh tawa. NG

SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN

“Memang base aku sendiri adalah bahasa, sehingga egoku sedikit menggampangkan pekerjaan. Tapi kenyataannya tidak semudah itu. Aku hampir ditampar oleh sebuah quote dan baru sadar kalau tulisan bahasa Indonesiaku masih kacau, untuk lolos sebagai sebuah artikel ya.”

76 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 77Vol. 61 | Mar-Apr 2015

“He won’t tell. So our only choice is to let him

come with us.”

I rolled my eyes. “You are a sorcerer! Take the

information out of his brain or force him to

tell, hypnotize him or something!”

Evan growled. “He’s a Phantom, Adrianna.”

“What the heck is a Phantom?”

“A Phantom is a high leveled Spirit Caster. He

can control anything that involves spirits. I’m

not going to win against him, Adrianna,” Evan

replied bitterly, “so we might as well have him

on our side.”

I did’t know what to say. I followed him

quietly across the village, passing more

peculiar house and trees, but my mind was

elsewhere. I didn’t know what was a Spirit

Caster, but I didn’t like it.

“Uh...,” I mumbled, suddenly, “ can I ask you

something?”

Evan raised an eyebrow silently in approval.

“Can Alex... read minds?” I already felt stupid

for asking that. It was weird that a couple of

days ago I didn’t believe in magic, and now I

was actually suggesting that a random guy

possess the ability to read minds. 

Evan didn’t laugh. Well, I wasn’t expecting

him to laugh anyway--not in this condition--

but he only nodded with no expression. “One

Evan was walking very quickly on the path, not

even looking back to see if I was following him

or not.

“Hey!” I called out, “wait for me! I’m coming

with you!”

Evan didn’t say anything, but slowed down

slightly. I finally caught up with him and

grabbed his arm. “Stop walking so fast,” I told

him, “what is wrong with you? Why are you

so mad all of the sudden?”

Evan jerked back his arm. “I’m fine.”

“Sure you are...,” I said sarcastically. “Look,

I’m sorry I went out last night. I know, it’s

dangerous...”

Evan growled. “It’s not about your little walk,

even though it was a stupid choice. It’s about

that guy, Alex, okay? I don’t trust him and I

don’t like the fact that he’s coming with us.”

I raised my eyebrow in surprise. “I thought

you guys are long lost friends or something.”

Evan scoffed. “I just met him last night. He’s a

Phantom, and I don’t trust Phantoms.”

I had no idea what Evan had just said, but I

said, “so why did you let him come with us?”

He sighed. “I have no choice. He knows how

to get to the Red Witch, and we do need him.”

“Why don’t you just ask him the way to the

Red Witch?” I asked.

Old JensenEpisode XXV

teenlitcorner

of the Spirit Caster special ability. He can

only read weak minds though. So it’s not a

surprise if he can read yours.”

“Uh, thanks,” I frowned. “So that’s how he

found out I was a princess. And the comment

about the dress last night. Such a liar,” I spat.

“What comment?” Evan suddenly sounded

harsh.

“About my dress. I was just thinking about my

dress and he showed up and complimented

it.” I rolled my eyes. “Scared me to death.

Anyway, why was it dangerous for me to

go out at night? Something about the Red

Witch--?”

“It’s just is,” Evan answered absently. “We’re

here.”

We stopped outside a huge, elegant tree,

with diamond chandeliers hanging down

between the laves. I mean, actual diamonds,

not the imitation. I could see it by the way it

glistened under the sunshine by the way it

sparkled. It sparkled just like Celia’s birthday

necklace from my dad.

bran

ain.

com

teenlitcornerSamantha Chandra

www.adriannaandevan.blogspot.com

“We don’t need to.”

“Maybe the mayor is not home...”

“No, he is home. You’re not patient enough,

princess!” Evan snapped again.

“And you’re extra grumpy today,” I concluded,

sighing. I decided to stay quiet and see how

long we were going to wait in front of this

tree.

Suddenly, the glistening wooden door clicked

and swung open. I scooted closer to Evan, not

knowing what to expect.

A short figure stepped out. “Hello, Evan.

Welcome back. Hello, Adrianna! I heard you

are well?” he said in a friendly tone.

The mayor was short, round, and wrinkly.

He looked like a dry plum that had no more

water in its body. I couldn’t help but stare at

him in amazement. He looked so old, every

time he moved I got a mini heart attack,

expecting him to crumble and drop dead on

the floor. But what made him stranger, what

made him kept my eyes glued to him was that

his skin was slightly green, with red spots all

over his body. If that was because he was a

descendant of sprite, I wasn’t sure if that was

a great thing anymore, because he seemed

so... drained. I doubted that he could do any

kind of simple magic.

I didn’t realize I haven’t replied to the mayor

until Evan nudged me. “Uh, yeah, I am

well,” I finally answered. “I am really, really

thankful for your hospitality. Your healers are

amazing. And you have a really nice village.”

The mayor laughed. “Thank you! As you can

see, my ancestors did a great job building

it. You do know that  I am a descendant of a

“How can people not steal these diamonds?” I

gasped, looking at the diamonds with eyes as

wide as tennis balls.

Evan scoffed. “Only a stupid person would

steal from a descendant of sprite.” He

knocked the door three times and then

waited.

“Descendant? Of a sprite?” I repeated. “Okay.

I’m not even surprised anymore. Of course

he is.”

We waited for a few more minutes, until

I finally said, “what are we waiting for,

exactly?”

Evan sighed as if I was something really

annoying that he had to deal with. “Patient,

princess! Don’t they teach you that back at

the palace?”

“Geez, I’m just asking. You don’t have to snap

at me. Now you put us both in a bad mood,” I

grumbled, looking away.

A few minutes passed again. “Uh, maybe we

should knock again?” I finally suggested.

sprite, right? You see, my ancestors are high

skilled sprites. This area used to be a part of

the Shadow Woods, before they enchanted

it and binded it with their magic. They tamed

the trees and the nature, shaping it into

this incredible place. I can see you’re one of

the few humans who still believe in magic,

ah? I can see it in your eyes. Oh, where’s my

manners! Come in, come in, let’s not stand

here all day. I am really excited to chat with

you, Miss Adrianna,” he chattered, “you know,

we don’t get visitors often.”

I smiled, immediately liking him. Evan and

I followed him into the tree. I tried to gulp

down my amazement and act natural, but

looking at the inside of a massive towering

tree was really fascinating. I was restraining

myself from climbing the spiral staircase onto

the treetop. The room inside was surprisingly

big and it had plenty of room for activities.

There were more rooms, high up there in

the walls, even though I couldn’t imagine

where the rooms were attached to the tree.

The room I was in was filled with couches,

beanbags, and cushions. In the middle of the

room was a small coffee table and on the

edge of the room, was a carved-in shelf full

of books.

“Sit wherever you like,” the mayor told us

with a warm smile. He walked slowly and

carefully onto a big couch and sat down with

a victorious smile. “Sorry it took so long fro

me to get the door. I am not as fit as I used to

be, you see.”

Evan shook his head, “it’s okay, Mr Mayor

sir--”

“Oh, just call me Jensen. Or Old Jensen, like

some villagers liked to call me,” he chuckled.

“Now, I’m guessing you wanted to ask me few

78 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 79Vol. 61 | Mar-Apr 2015

things before you continue your journey?”

“Well, actually--yes,” Evan answered.

Old Jensen laughed. “Sure, ask me anything

you want, and I will gladly answer it if I

could. But first... I want to hear your story,

Adrianna,” he looked at me, smiling.

“My--my story?” I stuttered.

“Yeah, about that...” Evan started.

“I know from the charming Evan right here,

you are a little girl who got lost in the Shadow

Woods while you were collecting flowers.

He said, he found you crying from the terror

of the woods,” the mayor looked at me in

concern. “How frightening. Alone, in the

woods, with no one to help. You’re so lucky

you found this gentleman.”

What the heck?! I glared at Evan in disbelief

as the mayor started to pat me in pity. “I

understand that you are looking for your

family. But how did you get lost? How did

you come into such bad luck of meeting some

giants?”

I was speechless. I tried to find my words as

the mayor looked at me in concern. After a

few seconds of racking my brain hard, I said,

“I... uh, forgot?”

The mayor immediately looked horrified.

“Did the injury made you lose your memory?

Oh dear, should I get the healers?”

“No no no!” I quickly replied, “I think I

remember now!”

Old Jensen sighed in relief, and slumped

back into his couch. “Oh dear, you had me

frightened there for a second. Such a shame

if a beautiful girl like you suffer from an

amnesia.”

“I remember it now. I was... uh, going on a

trip. Yeah, with my family. They were going

to... the Angel’s Valley. I guess.”

“You guess? You mean, you’re not sure?”

“Well, it was a surprise trip,” I quickly

answered, “for my, uh, birthday. And...

we were travelling by horses. And I got

distracted. I went into the woods, to collect

flowers,” I glared vengefully at Evan, who was

looking away as if nothing was happening.

“And I met Evan there, and he... uh...”

“I helped her,” Evan finally interrupted, “and

we ran into some giants by accident. Now,

we really need to get going. If you don’t mind,

Jensen, can I ask you a few things now?”

“Oh, yes!” Old Jensen exclaimed. “You really

should get going, or else Adrianna’s family

would get worried, and you’ll be late for

collecting your paper!”

I frowned at Evan, trying to figure out what

Old Jensen was talking about. Okay, what

kind of lie did Evan told him?

“What did you want to ask, young boy?” 

“As you know, I am studying mythology at

the Kingdom University,” Evan started, “and...

I need to do some papers about the Red

Witch. I didn’t want my source to be from the

internet like all of my friends. I wanted to do

something different, and I heard you were a

really wise man who have a lot of experience.

I was hoping, you could help me by telling

what you know about this witch.”

“Oh, I’m also interested in that topic,” I

chimed in. “Do you mind telling us the story?

Before we leave?”

“Oh, I don’t know...” Old Jensen looked

worried. “It’s not a pretty story.”

“It’s okay,” Evan told him, “we’re used to them.

Back in the town, people tell scary stories all

the time for entertainment.”

“And I’ve faced stuff like... giants already,” I

said, not really helping.

“This story is far more unsettling that the

giants, sweet girl,” Old Jensen said. “But if you

insist, very well.” NG

teenlitcorner

What the heck?! I glared at Evan in disbelief as the mayor started to pat me in pity. “I understand that you are looking for your family. But how did you get lost? How did you come into such bad luck of meeting some giants?”

MEDIA KIT

“Empowering Entrepreneurs”

EXPLORE ... ... DREAM, DISCOVER!

2,500 print copy

30,116 readers

3,000 Lestari First Member(Tabungan Minimal Rp. 250 juta)

money & i adalah majalah bulanan yang saat ini menjadi bacaan bagi sejumlah praktisi dan pelaku bisnis. Didistribusikan kesejumlah titik lokasi premium meliputi café, meeting pot, restaurant, retail store dan titik lainnya. Di cetak lebih dari 2500 eskemplar setiap bulan, dimana 1500 eksemplar didistribusikan langsung kepada nasabah premium Bpr

Lestari. www.the-mni.com | Contact : Fina Kaska (0852-3752-6899) | Cok Dewi (0813-3979-9586) | gung De (081 337 266 913)

80 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 81Vol. 61 | Mar-Apr 2015

LiFEStyLELiFEStyLE

MV Agusta F4 RR

Brembo M4 Rear Brake

italia tak pernah berhenti memikat para pecinta motor super

cepat. Seri mV Agusta F4 adalah jagoan berikutnya yang

hadir dengan power maksimum sekitar 174 hp dan top speed

yang mencapai 299 km/jam. Awalnya mV Agusta ini didesain

sebagai motor sport mewah dengan model futuristik nan

megah oleh Ferrari. tetapi nyatanya bukan desain yang menjadi

daya pikat utama mV Agusta F4 di mata fans-nya, melainkan malah

performa akselerasinya yang juara.

Sophisticated Design Frame

Suzuki Hayabusa

Brembo 310mm Disc

Satu lagi yang terbaik dari negeri Sakura, Suzuki hayabusa ini

bisa melesat dengan kecepatan 397 km/jam. tak hanya itu,

power maksimumnya bisa menembus angka 197 hp pada 6750

rpm. hayabusa didesain dengan model yang sangat maskulin

serta bermodal mesin 1340 cc dan 4 stroke engine. Konon

nama hayabusa ini merupakan bahasa Jepang dalam memanggil

burung elang yang kecepatan terbangnya hingga 200 m/detik. terbukti,

hayabusa juga menyimpan kecepatan yang tidak tertandingi.

4 Cylinder , 16 - Valve 1300cc

MOTOR SPORT5

TERcEPAT DI DUNIA

Sama halnya dengan mobil, motor tidak hanya menjadi alat transportasi semata, tetapi

juga sebagai gaya hidup dan prestise personal. Selain itu, bagi para pecinta motor sport,

tidak hanya desain trendi dan stylish yang diincar, tetapi juga kecepatan. ya, semakin

kencang dan gesit performa yang dihadirkan, membuat nilai tambah dari motor tersebut. Di

edisi kali ini, redaksi menghadirkan referensi lima motor sport tercepat di dunia sejauh ini. Bagi

para pria penikmat gaya dan adrenalin, kelima motor ini bisa jadi “mainan” baru kalian, take a look!

DUCATI Panigale R

Brembo 330mm Semi Floating

Salah satu primadona di seri Ducati dengan 1198cc dan power maksimum

195 hp pada 10.750 rpm. Spesifikasi lainnya adalah L twin cylinder, four-valves,

dan liquid-cooled engine. Jagoan dari pabrikan Bologna, italia ini memiliki

desain maskulin yang didominasi oleh warna merah dan beratnya mencapai

165Kg. Kecepatan Ducati panigale r ini bisa mencapai 325 km/jam lho!

Titanium Mufflers with Carbon

Dodge Tomahawk V10Anda tidak sedang melihat kendaraan superhero komik.

Desainnya yang futuristik dan eksentrik memang

mengingatkan kita dengan motor canggih di komik-komik.

percayalah, motor ini punya kekuatan dahsyat dengan power

maksimum yang menembus angka 500 hp atau bahasa paling

“gila”-nya mencapai kecepatan 560 km/jam. Jika dicermati

lagi, Dodge tomahawk ini punya empat roda dengan desain

yang cool. tak heran motor sport ini berhasil menduduki posisi

pertama di berbagai list tentang motor-motor tercepat di

dunia.

Honda CBR1000RRDouble ABS System

Jagoan dari honda ini banyak dimasukan ke dalam list sebagai motor sport

yang wajib dibeli pada tahun 2014 lalu. Seri honda CBr1000rr punya

daya tarik tersendiri pada power maksimumnya yang mencapai 153 hp, di

mana angka 310 km/jam menjadi prestasi puncaknya. hadir dengan desain

stylish, gentle, dan prestige, honda CBr 1100XX Blackbird ini nampak

seperti replika Kawasaki ZX-11 dengan fitur yang lebih bombastis.

Gull Wing Swing Arm

82 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 83Vol. 61 | Mar-Apr 2015

SaleS oF

the Month

Warung BENDEGADISC 15% Setiap pembelanjaan

BALE UDANG MANG ENGKINGDISC 15%

KASIH IBU GENERAL HOSPITAL DISC 5% Setiap pembelian obat

DISC 10% Untuk kamar dan laboratorium

KRISNA MODA BOUTIQUEDISC 15% Setiap pembelanjaan

BALI NUSA - Traditional Bali HandwovenDISC 10% Pembelian cash/ debit BCA

BALIBEACH GOLFFree only DISC 10% From published rate

Disc invalid package & tournament

ERHACLINICDISC 20% Setiap Peeling Treatment

Berlaku Senin - Jumat

RUMAH SAKIT BALIMEDDISC 10% biaya kamar, DISC 5% biaya obat, DISC 10% total biaya lab & rontgent (khusus

rawat inap)

SILOAM HOSPITALSDISC 20% Pemeriksaan Radiologi ,

DISC 10% Kamar Rawat Inap, Medical Check Up Regular dan Obat

CEMPAKA TEXTILE & BORDIRDISC 10% ALL PRODUCTS

THE ORANGE - BAKERY RESTAURANTDISC 10% F&B ONLY

Untuk minimal belanja Rp. 100.000,-

Warung OLEDISC 15% All items (kecuali rokok)

PRODIA - LABORATORIUM KLINIKDISC 8% Semua permeriksaan

DISC 10% untuk panel check up, panel check up plus

TAMAN AIR SPALOWEST PRICE

BUMBU DESADISC 15% untuk semua jenis makanan dan

minuman

SECTOR - BAR & RESTAURANTDISC 15% From published rates

Invalid for alcohol drink & buffet package

ADIBI SALON & SPADISC 10% Setiap pembelian produk salon & spa

DISC 5% Sulam Alis Eyeliner dan bibir

KAMPOENG VILLADISC 10%

CASHBACK 10% Setelah tamu check out

LLUVIA SPADISC 50% All Treatment

Jam 09.00 - 17.00

KOPI BALI HOUSE DISC UP TO 20%

WARUNG CASA LOCADISC 15% Setiap pembelanjaan min Rp.

100.000,-

BALISTUNGDISC 30% biaya pendidikan bulan pertama

DISC 10% bulan selajutnya

TROPICANA BEAUTY SPA & SALONDISC 50% Massage, reflexology & facial

treatment

RUMAH LULUR BALI TANGIDISC 15% All treatment dan setiap pem-

belanjaan

BabyLandDISC 10% kecuali produk tertentu

BAKSO LAPANGAN TEMBAK SENAYANDISC 10% untuk setiap pembelanjaan

AMARIS HOTEL TEUKU UMAR DENPASARSPECIAL Rate Rp. 325.000,- /room /night

BLACK CANYONDISC 10% F&B All Day Kecuali Merchandise

Minuman Botol dan Kaleng

WARUNG ONGANDISC 10% F&B

XO SUKI & CUISINEDISC 15% untuk menu Suki dan 10% untuk

menu a la carteMinimal belanja Rp. 150.000,-

MIRACLE Aesthetic ClinicDISC 10% All treatment

BALI BAKERYDISC 10% Kecuali merchandise

HOUSE OF DURADISC 30% FACE TREATMENT

DISC 20% Selain face treatment

FIVELEMENTSDISC 30% Beauty Ritual Menu

DISC 10% untuk makanan saja di Sakti Dining Room

CAHYA DEWI SALON, SPA & BRIDALDISC 15% semua produk treatment

MOOIJ BOUTIQUEDISC 15% Untuk semua item produk

POP HOTELSDISC START FROM 5%

In room rate

LARISSA AESTHETIC CENTERDISC 10% Skin rejuvenation

LITAMA JEWELRYDISC 15% untuk berlian ready stock

DISC 40% untuk berlian dengan pesanan

5ASEC TEXTILE EXPERTDISC 20% Setiap Transaksi

BALI BRASCODISC 50% untuk Spa

DISC 30% untuk salon & nailDISC 10% untuk boutique & factory outlet

QUANTUM SARANA MEDIKDISC 10% Untuk medical check up lab

DISC 5% No lab

NEW MELATI - SALON, BRIDALDISC 10% ALL TREATMENT

Invalid promo lainnya

INUL VIZTADISC 15% Untuk ruang karaoke, makanan,

dan minuman

DEZIRE AESTHETIC CLINICDISC 30% untuk semua perawatan

RUMAH SAKIT SURYA HUSADADISC 20% Rawat Inap

DISC 10% Medical Check Up

WARUNG KAYU APIDISC 10% Untuk semua jenis makanan dan

minuman

TIFARA AESTHETIC & WELLNESSDISC 15% untuk semua perawatan kecuali

injection dan pembelian produk

BERRYBIZ HOTELSDISC 50% untuk kamar dan 10% untuk f&b

WA Salon, Spa & Butik KebayaDISC 20% untuk salon dan 10% untuk butik

Anyar KebayaDISC 15% khusus untuk Produk kebaya

AUTO BRIDALDISC 50% Paint Protector & Anti Karat

DISC 20% Cuci Mobil

ULTIMATE NUTRITIONDISC 20% untuk Produk

LESTARI TENUN IKATDISC 10% All Item

BALONKUDISC 10% All items

Transaksi min Rp. 500.000,-

D’STAR Bar & RestoDISC 20% F&B

RUTH DESSERTS CAFEDISC 15%

ALL MENU

RUMAH SEHATDISC 15% Spa,

DISC 10% Skin Care & SalonDISC 5% Resto

TANYA LESTARI

(0361) 246 706

CEPAT, BERSAHABAT

www.bprlestari.com

LESTARI FIRST LADIES MERUPAKAN

PROGRAM DARI BPR LESTARI YANG

MEMBERIKAN BENEFIT KEPADA NASABAH

LESTARI FIRST, KHUSUSNYA PARA IBU

BERUPA DISCOUNT BELANJA YANG

MENGUNTUNGKAN.

JOIN US TO GET PRIVILEGE!

Nikmati

Semua

Keuntungannya

Bersama Kami

84 Vol. 61 | Mar-Apr 2015