m&i vol 61
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
1Vol. 61 | Mar-Apr 2015
Money&IEmpowEring EntrEprEnEur
Money&I ISSN: 2087-5975
Rp. 25.000
Cushion warna-warni berjejer rapi, sofa empuk tampil minimalis, kabinet dapur terinstalasi dengan gaya modern masa kini, inilah bisnis yang dikuni oleh Lisa Dewi, bagaimana wanita perkasa ini melakukannya?
Vol. 61 Mar-Apr 2015 @MNImagz
Money & I Magazine
www.the-mni.com
Cushion warna-warni berjejer rapi, sofa empuk tampil minimalis, kabinet dapur terinstalasi dengan gaya modern masa kini, inilah bisnis yang dikuni oleh Lisa Dewi, bagaimana wanita perkasa ini melakukannya?
AryA SutedjA & I WAyAn SutedjA
Dua Generasi Pendarkan Perak Bali
Travellers NoTe
PAtAGOnIA rIdePerjalanan 4500 km
menuju THe eND oF THe WorlD menggunakan
sepeda motor dan di bayar oleh pemandangan
yang tak pernah anda bayangkan
HealTHY lIvING
8 tIPS yOGA untuK PeMuLA
Panduan sederhana bagi anda yang
ingin memulainya
SPeCIAL FeAture
LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS
Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga
dengan cara-cara baru
SPeCIAL FeAture
LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS
Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga
dengan cara-cara baru
SPeCIAL FeAture
LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS
Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga
dengan cara-cara baru
SPeCIAL FeAture
LAnGKAH SerIuS PArA PeneruS
Jibaku generasi pembaharu membesarkan bisnis keluarga
dengan cara-cara baru
2 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 3Vol. 61 | Mar-Apr 2015* can’t combined with other promotions** limited stock, redeem this tear for special gift
F
r
e
e
Special Gift! **
Show your LESTARI FIRST LADIES Membership Card
get 20% discount for all items
LO Iklan Money&I Magz (februari 2015).indd 2 2/16/2015 2:25:20 PM
4 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 5Vol. 61 | Mar-Apr 2015
ARIF RAHMAN@LitErAturnEgEri
F R O M T H E E D I T O R
Tulislah buku yang ingin kamu baca,
ciptakanlah produk yang ingin kamu beli
P
epatah lama ini ingin
menunjukkan betapa
liniernya antara keinginan dan
kreativitas kita saat produktif.
Dan tidak sedikit keberhasilan
yang berhasil diperoleh ketika kita bisa
mengkonversi ide-ide yang ada dalam kepala
dalam wujud nyata.
Namun terkadang, tidak semua orang bisa
meraih kesempatan itu, terlebih dalam
hal regenerasi bisnis. Suka atau tidak, hal
ini kerap menjadi diskursus yang kadang
melelahkan, bahwa seorang anak pebisnis
yang populer dan sukses, kemudian enggan
mengikuti jejak orang tuanya, memutuskan
mengejar passion-nya yang jauh berbeda
dengan apa yang ditekuni oleh leluhurnya.
SANG PENERUSMungkin, cara itu melahirkan kesuksesan
baru yang sama hebatnya. Namun tidak
sedikit pula yang akhirnya gagal berkembang.
Inilah yang menjadi PR besar bagi para calon
“purnawirawan” dunia bisnis. Mendirikan
usaha yang sanggup bertumbuh, bukan
satu-satunya hal yang harus ditaklukkan.
Bisa jadi tantangan terbesar yang harus
dijalani adalah ketika bisnis tersebut hendak
dialihkan. Dalam lingkup usaha keluarga,
maka sang penerus, tentu saja generasi
kedua dari sang pendiri. Dilematikanya,
seberapa siap para penerus bisnis ini akan
melanjutkan kesuksesan orang tuanya? Di
bawah bayang-bayang nama besar pendiri
usaha, tentu geliat mereka tak mudah
dan penuh tekanan. Namun jika sanggup
membuatnya lebih berkibar, maka akan
menjadi satu catatan prestasi tersendiri yang
tak kalah menterengnya.
Rahasia sukses sejumlah bisnis keluarga yang
sanggup berumur panjang, bahkan hingga
hitungan abad, tak lain karena sanggup
menyiapkan para penerus yang secara
kapasitas sanggup memenuhi ekspektasi
usaha keluarga. Lebih dari itu, mereka bisa
beradaptasi dengan perubahan yang terus
terjadi, membawa perusahan yang mereka
pimpin terus bergerak dengan cekatan tanpa
harus kehilangan pegangan. Pada akhirnya,
perusahaan itu bak tak pernah berhenti
bertumbuh.
Dalam edisi kali ini, kami di redaksi mencoba
meneropong seberapa banyak generasi
kedua yang sanggup mempertahankan bisnis
keluarganya. Dan dalam hasil pemantauan
kami, ternyata tidak sedikit nama yang
berhasil kami kumpulkan, di mana mereka
justru menunjukkan kinerja manajemen
yang semakin baik. Bahkan, ada beberapa
perusahaan yang mulai menua dan letih,
kemudian berubah cepat dan dinamis ketika
dikelola oleh para putra-putri penerusnya.
Dan menariknya, satu hal yang kami temukan
memiliki kesamaan metode adalah dalam
pola penjualan dan branding yang mulai
menggunakan peran teknologi tinggi, yang
menjadikan cara tersebut sebagai laverage
baru bagi para generasi penerus tersebut.
Membawa usaha peninggalan orang tua
mereka bergerak naik satu peringkat.
Selain teknologi, apa saja gebrakan yang
dipersiapkan oleh para generasi penerus
ini dalam melanjutkan bisnis keluarga, kami
ceritakan secara panjang dalam rubrik
special feature edisi ini. Semoga sajian ini bisa
menjadi wacana tambahan khususnya bagi
Anda para penerus bisnis keluarga, atau yang
akan mewarisi usahanya kepada generasi
penerusnya.
Jabat Erat,
Arif Rahman
I NTRODUC INGTHE NEWEVENT ORGAN IZERIN BAL I
Cahya Enterprise is a company engaged in the production equipment provider, either for client domestic or international client.
SOUND SYSTEM | LIGHTING | RIGGING STAGE | GENSET
Jl. Suli No.10 Denpasar, Bali 80237, Indonesia | t. +62 361 226354 | p. +62 0818566160 | www.cahyaenterprise.com
@CAHYAenterprise
6 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 7Vol. 61 | Mar-Apr 2015
Menerima tongkat estafet untuk meneruskan bisnis yang telah
tumbuh besar, jelas bukan tantangan yang mudah. Apalagi jika
kemudian dituntut bukan hanya untuk mempertahankan yang
sudah berhasil diraih, namun juga membuatnya semakin besar
dan tak terkalahkan. Bagaimana para penerus bisnis keluarga ini
mengepalkan jurusnya?
C O N T E N T S
Publisher Alex P. Chandra (PT. BPR Sri Artha Lestari); Chief Operations Arif Rahman; Public Relations Manager Erry Yoga Sugama; Head of Contents Arif Rahman: Editorial Support Putera Adnyana; Designer Renata Wahyu Diandara; Photographer I.B. Baruna Luhur; Money & I Magazine is published monthly by PT. BPR Sri Artha Lestari, Jalan Teuku Umar 110 Denpasar, Bali, Indonesia. Tel: +62 361 246-706; Fax: +62 361 246-705. No part of this publication may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopy, recording or any information storage or retrieval system without permission in writing from PT. BPR Sri Artha Lestari. While the editors do their utmost to verify information published, they do not accept responsibility for its absolute accuracy; Editorial & Advertising E-mail: [email protected]. Tel: +62 361 784-3244.
SENI MERPESOLEK HUNIANPhotographer : IB Baruna Design Cover : Renata Diandara
18Event : LESTARI STAR AWARDS
2015
Penghargaan untuk para
karyawan BPR Lestari
berprestasi kembali digelar
Interview : Robby Kartono Interview: Arya SutedjaSpecial FeatureLangkah Serius Para Penerus
Merubah family business menjadi corporate business
Generasi kedua untuk tetap pertahankan perak Bali
28 30 66
04 From the Editor
08 Contributors
10 Follow Me On Twitter
12 Snapshot : Lomba Kano 2014
14 Shared Value
40 Review : Theory Of Everything
44 Advertorial:
Swiss Education Expert
50 Book Review
52 Gallery
54 Healthy Living
5 Cara Hilangkan Stress di
Kantor
62 Front of Mind : Lei Jun, Xiaomi 50 Life Style : 5 Best Dress
Shoes For Men in 2015
BE THE NEXT GEN L 6!!!
KESEMPATAN TERBATAS
HANYA 12 ORANG
Beasiswa meliputi- Biaya pendaftaran
- Biaya SPP/UKT
- Biaya Wisuda
- Biaya Hidup
- Kesempatan mengikuti pelatihan
Seminar dari BPR Lestari
Gen L merupakan program beasiswa dari BPR Lestari
untuk biaya perkuliahan dan biaya hidup bagi siswa-
siswi berprestasi namun kurang mampu secara ekonomi.
“Salah satu misi dari BPR Lestari adalah menjadi Force
of Good untuk pengembangan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Bali dan saya percaya, pendidikan adalah
salah satu prasyarat mutlat untuk membangun Bali yang
sejahtera.” - Alex P Chandra, Chairman BPR Lestari
Dayu Mas 08174745003
Lily 082144730058
PERSYARATAN
• Lulus SMU/SMK/Sederajat pada tahun 2014 atau 2015
berdomisili di wilayah bali (Pendaftaran dapat dilakukan mulai dari
semester genap tahun ajaran 2014/2015.
• Diterima sebagai mahasiswa Universitas Udayana tahun ajaran
2015/2016 (non ekstensi).
• Berprestasi di bidang akademik & non akademik.
• Bersedia dan menyetujui semua persyaratan dan ketentuan program
program Generasi Lestari.
• Mengisi formulir pendaftaran yang dapat di-download di
www.bprlestari.com atau diambil di seluruh kantor BPR Lestari.
• Copy KTP dan KK, foto berwarna setengah badan ukuran 4x6
sebanyak 2 lembar.
• Copy transkrip nilai yang telah dilegalisir (NEM dan STTB) atau
surat keterangan lulus.
• Copy raport SMU/SMK kelas 1,2,3 yang telah dilegalisir.
• Copy sertifikat penghargaan yang pernah diraih.
• Copy rekening pembayaran listrik/air/telepon 3 bulan terakhir.
• Copy kartu tanda mahasiswa & bukti telah diterima di Universitas
Udayana (Jika sudah diterima sebagai mahasiswa).
• Formulir pendaftaran yang sudah diisi beserta dokumen
pendaftaran lainnya selambat-lambatnya diserahkan tanggal
29 Mei 2015 di Kantor BPR Lestari Teuku Umar Jl.Teuku Umar
No. 110 Denpasar Bali
(0361) 246 706
TANYA LESTARI
www.bprlestari.com
CEPAT, BERSAHABAT.
58 Traveller Notes:
Patagonia Ride
72 Seni : Pameran Lukisan, “Atas
Nama Benda”
76 M&I The Club :
Workshop Online Marketing
78 Teenlit Corner :
Alex
BLM FIX
8 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 9Vol. 61 | Mar-Apr 2015
CONTRIBUTORS
Alex P Chandra Chairman BPR Lestari dan juga
publisher majalah M&I, memulai
karir sebagai profesional
banker di BCA selama 8 tahun
sebelum akhirnya memutuskan
untuk mendirikan bisnisnya
sendiri BPR Lestari, perusahaan
yang dibawanya menjadi BPR
terbesar di Bali dalam waktu 5
tahun.
Notes From a Friend
purposeful Abandonmentp.22
YuswohadyMerupakan penulis dari sekitar
40 buku mengenai pemasaran.
Pernah bekerja selama 12 tahun
di MarkPlus Inc dengan posisi
terakhir sebagai Chief Executive.
Di bidang keorganisasian
Yuswohady pernah menjadi
Sekretaris Jendral Indonesia
Marketing Association (IMA).
Insight meme marketingp.24
Leadership
Doronglah p.38
Pribadi BudionoUlasannya erat terkait dengan
kepemimpinan yang banyak di
adopsi dari sejumlah pemikir
besar. Direktur Utama BPR
Lestari ini mengintrepretasikan
dengan memberikan alternatif
solusi pada permasalahan
yang kerap dihadapi bangsa ini
khususnya yang ada di Bali.
Suzanna ChandraSmart Family adalah rubrik yang
diasuh oleh Managing Director -
Lestari Living ini. Wanita yang
pernah menimba pengalaman
hidup di Australia ini dengan
lugas memaparkan bagaimana
kiat cerdik untuk mengelola
keuangan dan investasi
khususnya di property.
Smart Family Attention to Detail, Anytime and Everywhere p.42
I Made Wenten B
Perannya sebagai Direktur
di BPR Lestari membawanya
dekat dengan human resource &
development. Pengetahuannya
akan hal tersebut dipaparkan
dalam rubrik Growth Strategies,
bagaimana membangun karir
dan kompeten dalam dunia kerja.
Growth Strategies Coaching p.46
Samantha Chandra
Menjadi blogger sejak tahun
2008, dan menuliskan
rekaan imajinasinya di www.
adriannaandevan.blogspot.com.
Hingga saat ini, lebih dari 30
episode sudah di tuliskannya.
Sejak vol. 37, majalah ini
menayangkan ceritanya secara
berkala.
Teenlit CornerAlex p.78
Denny Santoso
Adalah seorang ahli diet, nutrisi,
dan fitnes. Aktif menyebarkan
cara diet sehat dan berolahraga
yang benar melalui www.
PanduanDiet.com, twitter
@dennysantoso, serta Buku
Rahasia Diet. Denny Santoso
juga founder www.SixReps.com,
jejaring sosial bagi fitness mania.
Fitness Konsep Dasar menambah Berat Badan ideal p.56
Hary Susanto
Movie reviewer, horror and
thriller mania. Blognya www.
movienthusiast.com yang
mengulas soal film meraih
sejumlah penghargaan tahun
2013 lalu. Blog tersebut saat ini
sudah dikunjungi lebih dari 2 juta
kali. Hary memiliki perspektif
unik soal film yang di review-nya.
Movie Review Birdmanp.40
HADIAH LANGSUNG*
GoPro
B L A C K E D I T I O N
VOUCHER EMAS
Rp. 2 .000.000
+HERO4
HadiaH Langsung Lainnya
SamsungGalaxy Note 4
Call Marketing
Putri 081916173227
Antari 081805673379
SIKAYA
U-STYLE
TANYA LESTARI
(0361) 246 706
CEPAT, BERSAHABAT.
www.bprlestari.com
Setoran Awal Setoran Bulanan Proyeksi Saldo
10,500,000 500,000 80,559,255
Bisa Gaya
Tetap Kaya!
Setoran Awal Setoran Bulanan Proyeksi Saldo
10 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 11Vol. 61 | Mar-Apr 2015
Alex PC 212@alex_lestari
Kerobokan - Kuta Bali
alexpchandra.com
5,367
tweets
87 2,342TWEETS FOLLOWING FOLLOWERS
Follow Now
Alex PC 212
Alex PC 212
Alex PC 212
Alex PC 212
Alex PC 212
Lanskap bisnis selalu berubah. Kompetitor, konsumen, teknologi dan regulasi berubah. #bisnis212
2 tahun yang lalu, hampir semua ‘orang’ di bali membangun hotel. Kini bisnis hotel is under pressure! #bisnis212
Saran saya, selalu scan over the horizon, melakukan perbaikan terus menerus, berinovasi dan alokasikan asset. #bisnis212
Sukses menyebabkan dirinya merasa ‘tak terkalahkan’ dan ‘tak bisa salah’ sehingga kadang sulit mendengarkan pihak lain. #bisnis212
Segala sesuatu usaha yang sekarang merupakan bad idea, awalnya adalah good idea.#bisnis212
@alex_lestari
@alex_lestari
@alex_lestari
@alex_lestari
@alex_lestari
“to ACCELErAtE growth, wE nEED to grow our
tEAm”
YOUR BUSINESSIMPROVE
“Jika Anda meruntuhkan gedung
bisnis yang saya miliki, saya akan
membangunnya kembali dalam 8 bulan,
tapi jika Anda mengambil team works
saya, orang-orang yang bersama-sama
menjalankan bisnis bersama Saya, So.. I’m
Totally Die. Bagi Saya, sepenting itulah
peran people dalam sebuah organisasi,
dan merupakan salah satu leverage
business paling vital, tanpa mereka, kita
tidak akan kemana-mana. Salah satu
strategi yang proven untuk membuat
perusahaan kita bertumbuh adalah dengan
mengkonsentrasikan kepada pertumbuhan
kapasitas masing-masing orang yang
bekerja membantu kita, Andapun bisa
melakukan hal yang sama.” Alex P Chandra
Setiap SDM, dibagian kerja apapun dalam sebuah organisasi, maka dituntut untuk memiliki
citra dan image yang positif sebagai sebuah keharusan. Terlebih bagi mereka yang baru
mengawali karir, terkadang melupakan hal tersebut. Program ini dibuat sebagai jembatan
awal bagi setiap SDM agar mampu menunjukkan performa yang memukau sehingga
tujuan perusahaan dalam memberikan pelayan terbaik bisa tercapai.
PROFFESIONAL DEVELOPMENT PROGRAM [PDP]
TOPIC COnTenT FASILITATOR
Menjadi Karyawan Bintang Alex P Chandra
Think & Act Like A Champion Pribadi Budiono
Service Excellent Suzanna Chandra
Presenting Your Proffesional Image Gilda Sagrado
Psychology In Selling Made Muku
Interpersonal & Communication Herman Pasha
KNOWLEDGE
SKILLS
PROGRAM OUTLINE
INFORMASI LEBIH LANJUTFina Kaska0852-3752-6899
@AKUBANKID
AKUBANK
www.akubank.co.id
Program dimulai tanggal 7 Februari 2015
12 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 13Vol. 61 | Mar-Apr 2015
SNAPSHOT I LOMBA KANOSNAPSHOT I LOMBA KANO
ADU GESIT ADU CEPATDI TUKAD BADUNG
Photo Oleh : Bayu Sastra Negari
Tukad Badung merupakan salah satu
kawasan penyangga yang demikian
vital di kawasan Denpasar, dan
selama beberapa tahun terakhir
kerap kali ide untuk mengoptimalkan
peran Tukad Badung bukan sebatas pengairan
muncul kepermukaan, salah satunya dengan
menjadikan Tukad Badung sebagai salah satu rute
kawasan wisata air di Denpasar.
Namun dari sekian banyak ide-ide tersebut, tidak
banyak yang akhirnya bisa terealisasi. Namun
demikian, upaya ke arah tersebut terus dilakukan.
Salah satunya yang digelar oleh Pemkot Denpasar
pada hari Minggu 23 Februari lalu, dalam rangka
HUT kota ke 226, dinas pariwisata kota Denpasar menggelar
lomba kano di Tukad Badung, jalan taman pancing banjar Gelogor
Carik Pemogan. Acara inipun disambut dengan meriah oleh warga,
tercatat 225 peserta terdaftar dalam ajang adu cepat tersebut.
Menariknya, bukan hanya warga lokal yang turut andil, namun
terlihat pula warga asing ikut berpartisipasi dalam ajang yang
dibuka dengan pelepasan bibit ikan ini.
Ada dua jenis kano yang digunakan dalam lomba ini, yakni Peddle
Kano dan Stand Up Peddle Kano. Pemerintah kota berharap
dengan kegiatan ini, maka kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungan khususnya perairan sungai meningkat dan menjaga
alam tetap lestari.
14 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 15Vol. 61 | Mar-Apr 2015
LESTARI 7th SHARED VALUE
OBSSESIVE TOCUSTOMER VALUEOBSESI TERHADAP NILAI-NILAI PELANGGAN
OBSSESIVE TOCUSTOMER VALUEOBSSESIVE TOCUSTOMER VALUE
16 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 17Vol. 61 | Mar-Apr 2015
LinKAgE progrAmLinKAgE progrAm
Sukses dengan kerjasama linkage
program bersama BPR Lestari
pada tahun 2014 lalu, BII (Bank
Internasional Indonesia) kembali
melanjutkan kerjasama serupa
di tahun 2015. Tak tanggung-tanggung, BII
memberikan tambahan suntikan dana kredit
sebesar Rp 150 miliar kepada BPR Lestari
demi mendukung komitmen BPR Lestari
dalam pengembangan sektor Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bali.
Jumat, 6 Februari 2015 lalu dilakukan
penandatanganan linkage program antara
BII dan BPR Lestari. Bertempat di Kantor
Pusat BPR Lestari, Teuku Umar, acara
penandatanganan kerjasama tersebut
dihadiri oleh Pribadi Budiono selaku Direktur
Utama BPR Lestari, Rusdy Wirana selaku
Area Business Manager BII Maybank,
beberapa pejabat BII, dan pihak notaris.
“Kami percaya bahwa dengan adanya
kerjasama ini, BPR Lestari dan BII dapat
bersinergi dalam mendorong penguatan
sektor UMKM di Bali khususnya,” terang
Pribadi. Ia menambahkan bahwa kredit
tersebut mayoritas akan disalurkan kepada
sektor perdagangan, pertanian, dan industri
rumah tangga.
Rusdy Wirana mengungkapkan bahwa
hasil dari sinergi linkage program antara
BII dan BPR Lestari di tahun 2014 lalu
sangat menggembirakan, sehingga BII pun
menaruh optimisme terhadap kelanjutan
program tersebut bersama BPR Lestari
di tahun 2015. Kerjasama linkage program
memang sesuai dengan komitmen BII dalam
mengembangkan financial services, terutama
untuk sektor UMKM. “Kami memang ingin
fokus kepada BPR yang bagus dan kami
lihat BPR Lestari punya track record yang
baik serta berprestasi di tingkat nasional,”
jelasnya. Rusdy juga menambahkan bahwa
kerjasama linkage program sangat cocok
diterapkan bersama BPR, karena BPR itu
sendiri lebih mengenal pasar UMKM.
“Kami harap dana kredit yang dikucurkan
lewat linkage program ini dapat diserap
dengan baik di tahun 2015. Kami
tidak menutup kemungkinan akan ada
peluang untuk kerjasama lagi di tahun
mendatang,”pungkas Rusdy. Niniek Mariani,
selaku Area Commercial Head BII Maybank
juga berharap BPR Lestari kembali mampu
menjadi kepanjangan tangan BII untuk
masuk dan menyerap target pasar UMKM di
Bali.
“ BPR Lestari dan BII dapat bersinergi dalam mendorong penguatan sektor UMKM di bali - Pribadi Budiono
bii Lanjutkan Kerjasama Linkage Program bersama BPR Lestari
1 Penandatanganan linkage program
dilakukan oleh Direktur Utama BPR Lestari
Pribadi Budiono.
2 Kerjasama linkage program dihadiri
oleh dari kiri (Area Commercial Head BII
Maybank - Niniek Mariani) , (Area Business
Manager - Rusdy Wirana), (Direktur Utama
BPR Lestari - Pribadi Budiono), Pihak Notaris.
18 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 19Vol. 61 | Mar-Apr 2015
notE From A FriEnDnotE From A FriEnD
S
ebagai sebuah organisasi yang
tumbuh, pencapaian sebuah
puncak, bukan berarti akhir dari
perjalanan. Melainkan berarti
ada puncak lain yang harus
didaki. There is another mountain to climb.
Misi sebuah organisasi, menurut saya adalah
sebuah tujuan yang beyond business. Bukan
sekadar angka neraca, market share atau profit
and loss. Sebuah organisasi akan kehabisan
bensin, kehilangan motivasi, jika tujuannya
hanyalah “making money”.
Dibutuhkan sebuah “reason for being” yang
lebih dari sekedar hitung-hitungan bisnis, jika
kita menginginkan organisasi itu tumbuh
menjadi besar. Sebuah alasan yang lebih
spiritual. Saya berusaha menerjemahkan
misi kita itu dalam sebuah kalimat yang
sederhana: MAKE AN IMPACT! Sebuah
kalimat seru, kalimat ajakan.
Organisasi BPR Lestari yang
direpresentasikan baik oleh korporasinya
maupun para individu di dalamnya, harus bisa
memberikan “impact” kepada lingkungannya
berada. Dampak yang positif.
Saya memimpikan individu-individu yang
tergabung dalam BPR Lestari pun secara
personal memberikan pengaruh positif. Para
REVITALISASI
Alex P. Chandra@alex_lestari
Komisaris BPR Lestari & Founder of Lestari Group
www.alexpchandra.com
“ Dibutuhkan sebuah “reason for being” yang lebih dari sekedar hitung-hitungan bisnis, jika kita menginginkan organisasi itu tumbuh menjadi besar. Sebuah alasan yang lebih spiritual.
personalnya diharapkan bisa menjadi role
model bagi lingkungannya masing-masing.
Sehat, kaya dan sikapnya baik.
Setiap personil BPR Lestari, seperti batu-
batu kecil yang kita lemparkan ke tengah
danau yang tenang. Yang akan menciptakan
riak-riak kecil di lingkungannya sendiri.
Secara bersamaan, kalau batu-batu kecil tadi
cukup banyak, maka riak-riak kecil tadi akan
menjadi sebuah gelombang yang besar.
Maka dari itu, pengembangan pribadi,
capacity building, saat ini menjadi strategi
korporasi.
Shared value
Itulah sebabnya saya meyakini bahwa
keberhasilan sebuah organisasi bisnis sangat
tergantung dari kekompakan tim yang berada
di dalamnya. Tim yang bekerja bersama
dalam frekuensi yang sama akan memberikan
sinergi. Namun tim yang bergerak sendiri-
sendiri, dengan agenda sendiri-sendiri, akan
menciptakan kekacauan.
Di Lestari, kami membentuk shared
value untuk bergerak maju. Shared Value
yang nantinya akan menjadi budaya.
Corporate Culture. Untuk memperkuatnya,
menjadikannya identitas bersama, Shared
Value tersebut kemudian dituangkan
secara tertulis. Untuk mengingatkan, agar
setiap individu di BPR Lestari berjuang
merealisasikannya. Shared value ini harus
menjadi pegangan, sebagai common behavior.
Perilaku bersama, shared value yang menjadi
pedoman bagaimana bersikap sebagai
seorang “LESTARIAN”.
Get better or Get beaten!
Namun tentu saja, setiap babak, setiap tahun,
setiap kondisi, diperlukan sesuatu yang baru
untuk memperbaiki diri. Continuous and never
ending Improvement.
Tantangan Lestari berikutnya adalah sukses
biasanya membawa kenyamanan. Success
breed complacency! Organisasi harus bisa
keluar dari zona nyaman, menjadi lebih baik
baik secara personal individual maupun
secara organisasi.
Pertanyaan yang harus dijawab adalah apa
yang harus dilakukan oleh organisasi, agar
terus bisa in good shape, supaya tetap bisa
leading. Bagaimana merevitalisasi organisasi,
dan bagaimana menjadi organisasi dengan
performance culture?
Saya mengilustrasikan dengan sebuah tim
sepakbola profesional. Seorang pemain yang
tidak perform, akan mendapatkan special
coach, supaya performance-nya meningkat.
Masalah dan problemnya di-address.
Latihannya ditingkatkan. Namun kalau terus-
terusan under-performed, dia akan dibangku
cadangkan.
Masalah pemain ini umumnya banyak.
Bisa masalah pribadi, tidak cocok dengan
pelatihnya, atau semata bakatnya tidak bisa
compete dengan tingkat kompetisi setinggi
itu. Sebuah tim yang terus dipacu untuk
berprestasi tinggi, tidak bisa di-dragg-down
terlalu lama oleh pemain yang berkapasitas
rendah.
Setelah dibangku cadangkan, kemungkinan
pemain tadi ditransfer, atau dijual ke klub
lain. Semua orang di tim akan terpacu
memberikan prestasi-nya yang terbaik.
Sebuah performance culture akan tercipta.
Kadang kala, pemain yang tidak perform di
suatu klub malahan menjadi bintang di klub
yang lain.
Kalau sebuah organisasi mau
mengembangkan diri lebih baik: keluar dari
zona nyaman, menjadi organisasi dengan
penghargaan yang setinggi-tingginya
terhadap prestasi. Model pembinaan di klub
sepakbola profesional bisa menjadi inspirasi.
Revitalisasi organisasi dengan memberikan
penghargaan setinggi-tingginya kepada
top players, sementara membina yang
underperformed. Berikan kesempatan untuk
memperbaiki diri. Tantangan untuk menjadi
organisasi seperti ini akan menarik, karena
sepengetahuan saya tidak ada organisasi
yang sanggup mengerjakan sampai level yang
tinggi.
Menjadi perusahaan dengan performance
culture adalah strategi Lestari untuk masa
depan. We have to get better. Or we get beaten!
Tahun ini, 16 tahun sudah
BPR Lestari beroperasi. Dari
sebuah organisasi yang
“sangat sederhana” dengan
hanya 15 orang karyawan,
kini menjelma menjadi sebuah
organisasi yang maju, modern,
dan tumbuh dengan lebih dari
350 orang karyawan. Terbesar
ketiga nasional dari sisi aset
dan 30% market share BPR di
Bali sebagai local champion.
Sebuah pencapaian yang
membanggakan dan luar biasa
di umurnya yang relatif masih
muda.
Di Lestari, kami membentuk shared value untuk bergerak maju. Shared value yang nantinya akan menjadi budaya. Corporate Culture. Shared value ini harus menjadi pegangan, sebagai common behavior. Perilaku bersama, shared value yang menjadi pedoman bagaimana bersikap sebagai seorang “LESTARIAN”.
“
20 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 21Vol. 61 | Mar-Apr 2015
Pemenang Jumbo WOW 2014
TUR SHANGHAI - BEIJING
T ak terbantahkan lagi, salah satu daya tarik dari Tabungan Jumbo
adalah sejumlah hadiahnya yang menggiurkan, terutama grand
prize Kijang All New Grand Innova. Namun bagi para nasabah,
hadiah 3 buah mobil yang semuanya dibagikan pada tahun 2014
lalu itu bukanlah satu-satunya primadona, karena masih ada 15
paket couple amazing tour Denpasar – Shanghai – Beijing – Denpasar yang juga
menjadi incaran utama para peserta undian.
Dan di penghujung tahun 2014 lalu, tepatnya pada tanggal 22 Desember,
BPR Lestari mengundi 5 tiket terakhir untuk hadiah couple amazing tour yang
kemudian berhasil didapatkan oleh 5 orang nasabah yang beruntung, yakni I
Ketut Yohanes, Ida Ayu Selly Fajarini, Lie Tjiang, Melinda Tejalesmana, dan Tan
Yasinta Inggrid Tanuref.
Di tahun 2015, Tabungan Jumbo akan tetap
membagikan paket couple amazing tour,
selain tentunya hadiah utama berupa
mobil. Bisa jadi di tahun ini giliran Anda
yang beruntung. Yuk terus tambah saldo
tabungan Anda dan jadikan peluang
memenangkan hadiah Jumbo WOW
semakin besar.
EVEnt
Dan pada tanggal 4-7 Februari 2015,
para pemenang hadiah Undian Jumbo
untuk paket tour akhirnya menikmati
keindahan dua kota paling fenomenal di
Cina tersebut. Mereka dimanjakan dengan
sejumlah kunjungan ke berbagai titik
kawasan yang elok menawan.
“Perjalanan ini yang sangat seru dan juga
mengasyikkan, demikian pula dengan
teman-teman lainnya, kami sangat kompak,
penuh canda serasa sudah kenal lama,” ujar
Melinda salah satu pemenang.
22 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 23Vol. 61 | Mar-Apr 2015
Saya sedih setiap kali melihat iklan
program diskon besar-besaran
yang dibesut oleh mall atau pe-
ritel. Kalau program itu dilakukan
sesekali (misalnya saat Hari Raya
atau Hari Kemerdekaan) sih enggak apa-apa,
tapi ini malah dilakukan rutin tiap bulan. Kalau
demikian adanya, maka brand yang ada di mall
atau pe-ritel tersebut juga rutin memangkas
harga.
Saya bukannya anti diskon. Diskon adalah
salah satu bentuk sales promotion yang ampuh
menarik konsumen. Seperti obat saja, kalau
dosisnya pas, diskon bisa menjadi alat ampuh
untuk menggaet omzet, sekaligus membangun
merek (building brand). Namun, jika dosisnya
berlebihan bisa membikin celaka. Memang
dalam jangka pendek, omzet tergaet. Namun
dalam jangka panjang brand-ya bisa jatuh.
Kenapa? Kalau keseringan menggelar diskon,
takutnya brand dianggap berkualitas payah,
tidak laku, atau dianggap murahan oleh
konsumen.
Apa yang terjadi, kalau brand Anda sudah
terlanjur dipersepsi konsumen sebagai produk
murahan? Ingat satu hal ini, bahwa kalau
sudah dianggap brand murahan, maka untuk
naik kelas sulitnya minta ampun. Karena itu
inSightinSight
PRIcE WAR &Dosa Marketer
YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association
www.yuswohady.com
“ Kalau sudah dianggap brand murahan, maka untuk naik kelas susahnya minta ampun.“
icep
ts.c
om
saya punya kiat “berdiskon yang sehat”,
yaitu program diskon yang tak merusak
brand. Kiatnya adalah Anda boleh berdiskon,
tapi jangan sampai brand Anda dianggap
murahan.
Kebodohan
Bahaya terbesar berdiskon adalah jika Anda
sudah terjerumus dalam destructive game
yang disebut perang harga (price war). Kalau
sudah terjadi price war, maka brand Anda dan
pesaing saling salip-menyalip menurunkan
harga. Otomatis harga terus tergencet turun.
Kalau sudah begitu, si pelanggan menjadi
“cheer leaders” yang semakin getol memompa
semangat pemain dengan meneriakan yel-
yel: “How low can you go?! How low can you
go?!”
Saya sering mengatakan price war adalah
kebodohan terbesar seorang marketer.
Kenapa bodoh? Karena ia betul-betul bodoh
alias tak tahu lagi apa yang harus diperbuat
untuk memenangkan pasar. Si marketer sudah
tidak tahu lagi bagaimana mendiferensiasi
produk. Tak tahu lagi bagaimana produk
seharusnya diposisikan di pasar. Tak mampu
lagi berinovasi. Tak mempan lagi berkreasi.
Semua jalan seperti buntu. Karena sudah tak
tahu lagi, jalan gampangnya menjadi turun
harga. “Apa sih susahnya turun harga?”
Merupakan sebuah bencana besar,
ketika seorang marketer terjangkit
penyakit mematikan bernama penyakit
“buntu pikir” dan “mati kreativitas”, lalu
mengambil jalan “sesat”, yakni perang
harga. Menjangkitnya penyakit ini kalau
dibiarkan akan menyebabkan produk ikut-
ikutan terjangkit penyakit mematikan lain
bernama “komoditisasi”. Apa itu? Produk
menjadi medioker, tak ada keunikan, dan
tak ada diferensiasi. Inilah “dosa terbesar”
seorang marketer, yakni membawa produk
terjerembab ke dalam jebakan komoditisasi.
Membunuh
Coba lihat price war di bisnis telekomunikasi,
airlines, atau elektronik. Semua pemain
seperti berparade menunjukkan inovasi
dan kreativitasnya. Bukan kreativitas
dalam membangun diferensiasi, tapi
(celakanya) kreativitas membangun persepsi
produk paling murah dengan kualitas
produk medioker. Celakanya lagi, mereka
membangun persepsi termurah itu sering
kali dengan cara mengelabui si pelanggan.
Misalnya, diskonnya gede minta ampun
bahkan sampai 70%, tapi setelah diikuti
syarat dan ketentuannya, ujung-ujungnya
mahal juga. Atau, sebelum diskon diberikan,
harga dinaikkan setinggi langit. Kalau sudah
begini, dosa si marketer menjadi bertumpuk.
free
pik
.co
m
“Ketika marketer memasuki arena price war, maka sesungguhnya dia sedang “membunuh” brand-nya sendiri.” - Yuswohadi.
Saya tak habis pikir kenapa marketer
begitu suka menghanyutkan dirinya dalam
kancah price war. Karena begitu si marketer
memutuskan memasuki arena price war,
maka sesungguhnya saat itu juga si marketer
sedang “membunuh” brand secara perlahan,
tapi sistematis dalam jangka panjang.
Memang dalam jangka pendek, turun harga
dalam price war merupakan langkah ampuh
untuk mendongkrak sales, market share, atau
bahkan profit. Namun dalam jangka panjang,
brand positioning sebagai produk murahan
merupakan erosi sistematis terhadap ekuitas
merek (brand equity) yang sudah susah payah
dibangun bertahun-tahun sebelumnya.
Hai para marketer, ingat kalimat ini:
“Tugas hakiki seorang marketer adalah
membangun brand, bukan secara sistematis
membunuhnya melalui price war”.
> Saya sering mengatakan price war adalah kebodohan terbesar seorang marketer. Kenapa bodoh? Karena ia betul-betul bodoh alias tak tahu lagi apa yang harus diperbuat untuk memenangkan pasar
24 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 25Vol. 61 | Mar-Apr 2015
SpECiAL FEAturE
JIBAKU GENERASIPEMBAHARU
“ Saat ini, para generasi penerus yang umumnya para Gen C –kelahiran tahun 80an- justru seolah menjadi penyelemat perusahaan, yang mulai tua dan letih serta kesulitan berkompetisi dengan bisnis-bisnis baru yang lebih tangkas dan cepat.”
Memulai sebuah bisnis
tidak pernah mudah,
apalagi membuatnya
bertumbuh dan menjadi
besar. Namun menerima
tongkat estafet untuk meneruskan bisnis
yang telah tumbuh besar, jelas bukan
tantangan yang mudah. Apalagi jika
kemudian dituntut bukan hanya untuk
mempertahankan yang sudah berhasil diraih,
namun juga membuatnya semakin besar dan
tak terkalahkan.
Hal seperti ini, kerap tak terhindarkan
dalam dunia bisnis, khususnya pada usaha
yang berbasis sistem kekeluargaan, a family
business. Apalagi jika perusahaan itu mampu
bertahan hingga jangka waktu yang lama,
maka sulit rasanya jika generasi kedua
dari sang pendiri tidak ikut terlibat dalam
meneruskan usaha tersebut.
Namun sayangnya, ternyata banyak
perusahaan yang berjaya ketika dikelola
oleh pendirinya, kemudian jatuh ketika di
alihkan ke generasi penerusnya. Tentu saja
hal itu lumrah terjadi, orang yang berbeda
akan mewakili karakter yang berbeda. Ketika
mengambil alih tongkat estafet, sebuah
sistem yang sudah terbentuk sebagai kultur
umumnya akan mengalami penyesuaian.
Jika tidak terjadi, maka bisnis tersebut akan
berakhir. Tidak heran tingkat kegagalan yang
tinggi para penerus bisnis terkadang menjadi
pameo yang harus dihindari.
Namun pameo ini, dalam waktu-waktu
terakhir mulai luntur secara perlahan,
khususnya ketika era digital mulai merambah
masif. Situasinya kini berganti. Saat ini, para
generasi penerus yang umumnya para Gen C
–kelahiran tahun 80an- justru seolah menjadi
penyelemat perusahaan, yang mulai tua dan
letih serta kesulitan berkompetisi dengan
bisnis-bisnis baru yang lebih tangkas dan
cepat.
Simon Purwa misalkan, pria muda kelahiran
awal tahun 80an ini, menjadi penerus usaha
tour & travel KCBJ, salah satu tour travel
tertua di Bali, dan termasuk salah satu pioner
yang merintis bisnis pariwisata ketika itu.
Ayahnya Al Purwa, mendirikan bisnis
ini ketika era pariwisata di Bali mulai
berkembang. Namun satu dekade terakhir,
bisnis tour dan travel mendapat tantangan
besar. Ketika teknologi menjadikan segalanya
lebih mudah, semua orang saat ini bisa
26 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 27Vol. 61 | Mar-Apr 2015
“Bukan pula semata karena generasi muda lebih cekatan dan cepat memahami pasar, melainkan tidak lain karena mereka dipersiapkan dengan baik oleh para pendiri bisnis yang sudah sejak semula menaruh harapan besar pada sepak terjang mereka. ..”
> Oluptatum rae. Voles nullibus
aut dolorepro es am rati que nim re re
cuptat quo to offictur ab illecte restior
Bea posam rerume perit, ipsum
et eati ab ipsum nem que erro ent,
in rempore hentiamet inulla consent
litiam, volut ium, et eos inum facilitaqui
voluptassi dolectem qui soloreste
dolorepelite molore pediti deliqui
beriost, explaut quia nime dite
menjadi agen tour and travel. Al Purwa, tak
lagi memegang kendali, tampuk menajemen
sudah dialihkan kepada putranya Simon yang
kemudian melakukan gebrakan dengan meng
upgrade semua peralatan teknologi usaha dan
menjadikan para agen sebagai rekan-rekan
pemasaran.
“Generasi kedua itu harus inovatif, karena
perubahan itu selalu ada. Jadi tantangannya
adalah bagaimana kita bisa inovatif agar bisa
beradaptasi dengan perubahan itu,” ujarnya
kepada kami kala itu.
“Ayah saya, memberanikan diri membeli
line telepon internasional ketika pertama
kali mendirikan usaha ini, dan menjadikan
dirinya sebagai satu-satunya yang memiliki
line tersebut di Bali saat itu. Teknologi ini
membuat usaha ayah saya selangkah lebih
maju dari bisnis sejenis lainnya pada masa
itu. Tapi sekarang telepon dan fax, bukan
teknologi baru, malah sudah out of date.
Sekarang kita gunakan email, bahkan email
pun ketinggalan zaman, sekarang zamannya
mobile internet. Di sinilah saya kemudian
mengembangkannya, dengan mendirikan
divisi khusus untuk pengelolaan IT. Itu
sebabnya perubahan itu harus diikuti, dan
menjadi challenge bagi kita,” lanjutnya lagi .
Bukan hanya itu perubahan yang dilakukan,
Simon juga menggeser core bisnis yang
semula ticketing ke produk lainnya yang
based profit, “Saya melihat perkembangan
bahwa orang Bali sendiri sudah memiliki
disposible income, itu sebabnya kita mulai
mengembangkan divisi outbond untuk
mereka yang mau traveling keluar. Ada
juga villa dan transportasi, termasuk tim
yang handling even-even. Semua dikelola di
sini dengan divisi-divisi yang berbeda, dan
prinsip diversifikasi kita yang controllable,
sehingga diversifikasi produknya ada range-
nya. Sekalipun semakin bertambah, namun
masih bisa di-manage, dan semua produk
kita itu basic-nya tetap bagian dari industri
pariwisata,” ujar Simon lagi
Apa yang dialami Simon, juga dilakukan
oleh Wayan Tuges, seorang pemahat yang
mewarisi profesi dari kakek dan ayahnya,
“Pada dasarnya, saya seorang pemahat.
Jadi untuk urusan memahat, saya sudah
cukup banyak mencicipi asam garamnya.
Sejak tahun 80-an, saya sudah berkali-kali
melakukan eksibisi patung ukir di Eropa. Ilmu
ukir yang saya punya ini bisa dibilang warisan
dari leluhur saya. Dari kakek saya, Nyoman
Selag yang memang multitalenta di bidang
seni, kemudian diturunkan kepada Ayahanda,
I Nyoman Ritug, dan akhirnya saya teruskan,”
ujar Tuges.
Namun bukan itu yang membawa nama
I Wayan Tuges kemudian mendunia.
Sepuluh tahun yang lalu, sekitar tahun
2005, ada seorang musisi dan pengusaha
asing bernama Danny Fonfeder datang
menemuinya, dan menantang I Wayan Tuges
untuk membuatkan gitar yang dilengkapi
dengan aksen ukir-ukiran. “Waktu itu
>
SpECiAL FEAturE
saya berpikir keras, apa mungkin saya bisa
membuatkan gitar seperti keinginanya.
Namun saya berusaha untuk optimis, kalau
orang lain bisa buat, kenapa saya enggak. Ya,
yang penting kan belajar dulu bagaimana
cara membuatnya,” ujar Tuges kemudian. Dan
hari ini, brand gitar ukir Blueberry menjadi
salah satu merek gitar yang paling dicari,
bahkan oleh sejumlah musisi ternama, dan
membawa nama I Wayan Tuges meroket
dengan cepat. Bisnis pahat dan ukir warisan
orang tuanya, di-upgrade sedemikian rupa
tanpa harus meninggalkan kearifan lokal
yang dimilikinya.
Proses regenerasi juga bisa sukses dari
bisnis yang dikembangkan seorang ibu
kepada putrinya, salah satunya Lim Vonny,
pendiri Lavonne Gallery di tahun 1997.
Kini geliat bisnisnya diasuh oleh putrinya
Melissa. Perempuan kelahiran Lampung, 8
September 1983 ini pun mulai menyuntikan
ide-ide segarnya pada Lavonne, salah
satunya dengan membuka outlet baru di
Sunset Road. Hal ini dilakukannya, karena
outlet pertamanya di Jalan Hassanudin tidak
mampu menjangkau pangsa pasar yang lebih
luas kecuali dari masyarakat Denpasar dan
sekitar.
Sementara dari lokasi barunya di Sunset
Road, maka pangsa pasar di kawasan
pariwisata bisa masuk dalam radar
bidikannya. Selain itu, langkah nyata yang
juga dilakukannya dengan mengenalkan
sistem penjualan online. Dengan cara
ini penjualan produknya pun sanggup
menembus pasar internasional.
“Ketertarikan terhadap bisnis perhiasan itu
bisa dikatakan terjadi secara alamiah, karena
memang latarbelakang bisnis keluarga,
terutama ibu berfokus pada perhiasan.
Saya sendiri memang suka dengan sesuatu
yang berkaitan dengan seni. Seni itu pula
yang saya lihat terdapat di perhiasan. Sejak
kecil, saya sering diajak ke berbagai eksibisi
perhiasan internasional oleh ibu saya dan
saya rasa dari sana ketertarikan terhadap
perhiasan semakin muncul. Ketika saya
memilih serius untuk kuliah tentang bisnis
perhiasan di Singapura pun bukan karena
paksaan. Bahkan adik saya juga mempelajari
ilmu gemology yang berkaitan dengan batu-
batuan alam dan perhiasan. Lalu usai saya
lulus kuliah tahun 2005, ibu meminta saya
untuk terjun mengelola bisnisnya ini,” urai
Melissa bertutur kisahnya.
Jika Melissa sekolah demi mendalami
bisnis perhiasan sebagaimana bisnis orang
tuanya di bidang yang sama, berbanding
terbalik dengan apa yang dialami oleh Robby
Kartono. Putra bungsu dari Andries Kartono
ini, mewarisi salah satu bisnis penjualan alat-
alat kesehatan terbesar di Bali Sanidata.
Sementara Robby, lama mendalami ilmu IT
di Sydney - Australia. Namun, ketika tongkat
estafet dibawah kendalinya, bukannya
gentar dengan tantangan yang ada, Robby
malah membuat usaha Sanidata yang sudah
besar ini semakin menggurita. Salah satunya
dengan mengeksekusi ide home care retail
store, terinspirasi dari keberhasilan sejumlah
retail minimart yang berkembang pesat,
Robby pun mendirikan home care retail
store yang khusus menjual produk-produk
kesehatan. Cita-citanya, konsep ini nantinya
akan menjadi pintu masuk bagi Sanidata
menjadi salah satu yang terbaik di tingkat
nasional.
Bukan hanya Simon, Wayan Tuges,
Melissa, atau Robby Kartono yang berhasil
mengambil alih dengan baik tampuk
kepemimpinan, masih banyak lagi bisnis
serupa yang kini semakin besar ketika sang
penerus memberikan sentuhan barunya
dengan pendekatan yang adaptif dengan
pasar. Bukan pula semata karena generasi
muda lebih cekatan dan cepat memahami
pasar, melainkan tidak lain karena mereka
dipersiapkan dengan baik oleh para pendiri
bisnis yang sudah sejak semula menaruh
harapan besar pada sepak terjang mereka.
Sebagaimana Simon Purwa katakan, “Saya
memposisikan diri sebagai follower yang baik,
karena menurut saya kita enggak akan bisa
jadi leader yang baik, kalau belum jadi follower
yang baik. Bapak bisa dibilang sebagai idola
bagi saya, dan ini saya lakukan agar saya juga
bisa jadi leader yang lebih baik.”
Yup, pemimpin yang baik akan melahirkan
pemimpin lainnya yang lebih baik!
SpECiAL FEAturE SpECiAL FEAturE
28 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 29Vol. 61 | Mar-Apr 2015
LANGKAH SERIUS PARA PENERUS
Industri pariwisata mengalami perkembangan
yang pesat selama beberapa dekade terakhir,
khususnya di Bali yang memang merupakan
destinasi internasional. Namun sekalipun
demikian, bukan berarti pariwisata menjadi
industri yang mudah untuk digeluti. Banyak
perusahaan yang gagal berkembang, terlebih
ketika periodisasi awal munculnya Bali sebagai
salah satu tujuan wisata favorit. Salah satu
yang sanggup bertahan dan bahkan menjadi
pioner di industri ini adalah KCBJ Tour. Start
up sejak tahun 1983 ketika jumlah kedatangan
wisatawan belum banyak di Bali, kemudian
berkembang dan mengalami diversifikasi
produk yang beragam terutama ketika di
tangani oleh generasi penerusnya. Hingga
kini, telah memiliki lebih dari 100 orang
karyawan. Tidak berlebihan untuk menyebut
KCBJ sebagai leader di industri ini. Dan
Simon Purwa, generasi kedua dari pendiri
bisnis inilah yang menjadi tipping poin dari
perubahan ini dan bukan hanya mampu
membuat perusahaan bertahan, namun juga
meraih berbagai prestasi saat ini.
Simon PurwaGenerasi Kedua dari bisnis KCBJ Tours
Adi WiryaGenerasi kedua dari bisnis hotel Bali Nikshoma
Adhi, panggilan akrab Bagus Adhiwirya. Usianya tergolong muda, namun kemampuannya
di dunia bisnis telah melampaui batas waktu. Bisnis di bidang hospitality adalah bakat
yang melekat dalam dirinya. Hal tersebut setidaknya kami rasakan saat menemuinya di Hotel
Bali Niksoma, salah satu bisnis keluarga yang dikelola oleh pemuda ramah ini. Namun sebelum
menangani perusahaan keluarga, Adhi punya pengalaman yang segudang, orang tuanya yang
bekerja di salah satu perusahaan minyak di Indonesia, membawa Adhi hidup berpindah-
pindah. “Jadi dari kecil saya selalu ikut orangtua ke mana-mana, mulai Balikpapan; Cilacap;
pindah ke Jepang; dan berbagai tempat lainnya, masa SMU saya di Amerika, kemudian sempat
melanjutkan kuliah mengambil jurusan Teknik Mesin sebelum akhirnya pindah ke jurusan manajemen,”
ujarnya.
Baru sekitar tahun 2006 Adhi kembali ke Bali dan meneruskan usaha keluarga, dan itu dimulai dari
pekerjaan mengurus finansial dan bagian kesejahteraan staf. Bali Niksoma sendiri sudah dirintis sejak
1987, mengalami renovasi ulang pada tahun 2003. Di tangan generasi kedua inilah Bali Nikshoma
mengalami pertumbuhan yang luar biasa.
Simon Purwa (kiri) bersama ayahnya (kanan)
saat sedang memperingati Ulang Tahun KCBJ
Tours yang Ke-27.
1
1
ArmandGenerasi kedua dari bisnis penjualan oleh-oleh Merchandise JOGER
Joger, siapa yang tak mengenal brand ini. Diawali hanya dengan modal Rp. 500 ribu
oleh seorang mantan guide yang terampil berbahasa Jerman bernama Joseph
Theodorus Wulianadi aka Pak Joger. Nama Joger sendiri merupakan singkatan dari
namanya, Joseph dan Gerhard Seeger. Gerhard adalah teman sekolahnya ketika di Jerman
yang memberi 20.000 US dolar sebagai hadiah pernikahannya. Saat ini Joger menjadi
salah satu pebisnis merchandise, khususnya kaos yang sangat berhasil dan dikenal sampai
mancanegara. Wisatawan lokal yang berkunjung ke Bali, rasanya tidak lengkap jika belum
membeli oleh-oleh di Joger.
Usaha ini sudah dimulai sejak Juli 1980. Pak Joger sendiri yang mulai merangkai kata-kata, disablonkan
ke orang lain, dan memasarkan sendiri secara door to door. Namun saat ini, justru pembelilah yang harus
antre di outlet-outlet Joger. Saat ini, manajemen perusahaan sudah tak lagi dipegang Pak Joger, namun
perlahan dialihkan ke generasi keduanya, adalah Armand yang saat ini dipercaya sebagai pemegang
tongkat estafet. Visinya tentu tetap sama, setidaknya mempertahankan eksistensi bisnis yang kini
mulai mendapatkan banyak pesaing. Salah satu gebrakan Armand dengan menggelar Festival Lawak.
Selain sebagai event kreatif yang juga digelar untuk mempertahankan eksistensi brand Joger di mata
masyarakat.
SpECiAL FEAturESpECiAL FEAturE SpECiAL FEAturE
30 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 31Vol. 61 | Mar-Apr 2015
MelissaGenerasi kedua dari bisnis Lavonne Gallery
Lavonne Gallery secara resmi membuka outlet-nya di Lippo Plaza Mall, Sunset Road
pada 2012 lalu. Semenjak didirikan pada tahun 1997 oleh Lim Vonny, Lavonne
Gallery menjadi pionir bisnis perhiasan berlian di Bali yang terus berkembang dan
memperluas target pasarnya. Outlet pertamanya di bilangan Hassanudin telah menjadi
saksi bisu atas kesuksesannya tersebut. Ratusan koleksi berlian yang diekspornya dari
Hongkong telah menjadi aksesoris favorit para sosialita di Bali. Jaminan kualitas dan harga
bersaing adalah salah satu daya tariknya, di samping desain-desain perhiasan yang selalu
glamour serta mengikuti tren yang berkembang.
Sadar bahwa bisnis perhiasan berlian Lavonne semakin bertumbuh pesat, Lim Vonny pun meminta putri
sulungnya, Melissa untuk turut mengembangkan usaha Lavonne. Perempuan kelahiran Lampung, 8
September 1983 ini pun mulai menyuntikan ide-ide segarnya pada Lavonne, salah satunya adalah dengan
membuka outlet baru di Sunset Road demi merealisasikan ekspansi bisnisnya tersebut.
Ivonne & Robby KartonoGenerasi kedua dari bisnis Sanidata, penjual alat-alat kesehatan terbesar di bali
Ayahnya, Andries Kartono, merupakan pebisnis ulet yang tak mudah menyerah.
Mengawali karirnya sebagai sales kanvas, menjual alat-alat kesehatan yang sudah
dilakoninya sejak duduk di bangku SMK, kemudian mendirikan tokonya sendiri
yang bernama Sanidata. Setelah 30 tahun, usaha ini menjadi salah satu yang terbesar di
kota Denpasar dan sudah memiliki cabang di Kota Semarang. Dan kini, roda perusahaan
dibawah komando dua orang anaknya, Ivonne dan Robby Kartono. Ivonne sendiri dipercaya
untuk mengelola Sanidata di Kota Semarang, sementara Robby fokus pada Sanidata yang
berada di kota Denpasar. Sejak memegang kendali, Ivonne dan Robby melakukan pembenahan
secara bertahap pada operasional dan pemasaran perusahaan. Pengalaman bersekolah dan bekerja di
Sydney Australia, menjadikan kakak beradik ini punya basic yang mumpuni tentang sistem bisnis.
Berbagai pengelolaan toko yang awalnya berjalan dengan manual, perlahan diubahnya dalam sistem
komputerisasi. Sistem persediaan dan pengelolaan karyawan juga mendapat perhatian ekstra.
Alhasil, mereka berdua sanggup meningkatkan omzet perusahaan secara signifikan, bahkan kini mulai
melakukan ekspansi. “Kami ingin merestorasi cakupan pasar, dan ini kami wujudukan melalui Sanimed,”
ujar Robby. Sanimed adalah retail store dengan produk kesehatan yang idenya didapatkan dari konsep
waralaba minimart yang selama satu dekade terakhir tumbuh menjamur. Ide ini sudah muncul lama di
benak ayahnya Andries, namun baru tereksekusi saat generasi berganti.
Wirawan TjahjadiGenerasi ketiga dari bisnis Kopi Bali merek Kupu-Kupu Bola Dunia
Di Bali, industri kopi menjadi salah satu unggulan dari para petani, bahkan tidak
sedikit perusahaan kopi yang sudah merintis usahanya sejak zaman kemerdekaan.
Salah satu yang terbesar adalah Kopi Kupu-Kupu Bola Dunia. Perjalanan
perusahaan kopi yang mereknya demikian kondang itu panjang, berliku, dan menantang.
Secara bertahap perusahaan tersebut kian membesar, hingga saat ini dikelola oleh Wirawan
Tjahjadi sebagai generasi ketiga. Dulu, ketika pertama kali terjun di bisnis kopi, produk yang
dihasilkan oleh perusahaan keluarga Bhineka Jaya ini sering mendapat perlakuan yang tidak
“adil” dalam pemasaran kopinya. Namun, saat ini justru menjadi salah satu pemasok terbesar kopi
ke hotel-hotel, bahkan hingga mancanegara.
Wirawan sendiri saat ini menjadi generasi penerus usaha keluarga tersebut, dan memulai karirnya dari
posisi yang paling rendah. “Dulu saya tinggal 13 tahun di Amerika. Saya pulang ke Bali tahun 1993. Saat
awal bekerja di toko saya nyapu dulu, lalu ikut membungkus kopi. Jadi betul-betul mulai dari bawah.
Setiap pagi saya juga diajak ayah ke pabrik untuk mencoba kopi. Jadi, kopi memang sudah menjadi bagian
hidup saya sejak muda di bawah didikan ayah. Bersama ayah, saya juga sempat memasarkan kopi ke
hotel-hotel.
I Wayan TugesGenerasi ketiga yang meneruskan usaha pahat keluarga
Kemampuan memahatnya, diperoleh dari ayah dan kakeknya, yang memang
berprofesi sebagai pemahat patung dan ukiran, namun I Wayan Tuges, sosok
paruh baya dengan kemampuan seni kreatif ini, sukses menyuntikan inovasi
terhadap instrumen gitar. Di tangan pria kelahiran 7 Oktober 1952 itu, gitar tak lagi
tampil apa adanya. Gitar tak lagi tampil dengan bentuk lekuk polos tanpa taburan aksen
khusus. Berkat keterampilan pahat yang dimilikinya, I Wayan Tuges menciptakan gitar-
gitar eksotik yang dibalut dengan detil-detil ukiran khas Bali. Kreasi inovatif Wayan Tuges
itu pun langsung menuai decak kagum dari gitaris-gitaris ternama di dunia, semenjak mulai
dipamerkan secara resmi pada tahun 2007 lalu.
Gitar-gitar ukir I Wayan Tuges telah ‘terbang’ ke negara-negara, seperti Kanada, Jepang, Eropa dan
Amerika Serikat. Tercatat musisi-musisi kondang seperti Rob Lutes, Rick Monroe, Dino Bradley dan
George Canyon Band Country Rock Little Texas menggunakan koleksi gitar ukir karya I Wayan Tuges.
Tak hanya gitaris dunia, beberapa musisi Indonesia semisal Dewa Budjana, Balawan, Iwan Fals, dan Erros
Djarot pun memesan gitar-gitar ukir Tuges. Bahkan pria yang berdomisili di Jalan Baruna 5, Guwang –
Sukawati tersebut juga pernah diminta secara eksklusif oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono,
agar dibuatkan gitar ukir khusus. Permintaan yang sama juga datang dari Menko Polhukam RI, Djoko
Suyanto.
SpECiAL FEAturESpECiAL FEAturE SpECiAL FEAturE
32 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 33Vol. 61 | Mar-Apr 2015
intErViEw
From a Family Business, Goes to corporate Business
Ivone & Robby Kartono
Tak ada yang asing dengan nama
Sanidata, khususnya bagi para
pemerhati dan pegiat industri
kesehatan di Bali. Sebagai
salah satu penjual Alkes (alat
kesehatan), Sanidata yang telah malang
melintang selama 30 tahun membangun
sejumlah reputasi hebat. Founder-nya
Andries Kartono, telah membangun bisnis ini
sejak masih berusia 30 tahun. Perawakannya
masih tetap tampak muda, kerap tampil
trendi dan masih lincah, memiliki selera
humor renyah dan kerap mengundang tawa.
Jika harus tetap berjibaku membesarkan
bisnisnya, semua orang meyakini secara
fisik Andries tentu masih mampu. Namun
persoalannya tak lagi semata fisik, namun
bagaimana memberdayakan kelangsungan
usaha agar tetap sustain. Dan itu, tentu
tak bisa dilakukan Andries sendiri terus
menerus. selain membutuhkan tenaga ekstra
untuk tetap membawa bisnisnya sebagai
yang terbaik. Itulah sebabnya, bagi Andries,
inilah saat yang tepat untuk mulai alih
generasi.
Andries memulainya dengan langkah yang
ketat, pertama dengan menyekolahkan
putri-putranya ke tempat yang terbaik.
Ivonne dan Robby Kartono, putri dan putra
Andries sebagai calon penerus usaha,
bersekolah di Sydney, Australia. Dan yang
kedua, selepas lulus kuliah, Andries tidak
MEREKALAH YANG BERHASIL MENERUSKAN TONGKAT ESTAFET DAN MEMBAWA RODA PERUSAHAAN LEBIH KENCANG.
langsung membuka pintu perusahaan bagi
mereka untuk bergabung, namun justru
menggembleng kedua calon penerusnya
agar bekerja terlebih dahulu, Ivonne
menghabiskan waktunya 3 tahun di salah
satu perusahaan IT di Sydney. Sementara
Robby, sudah sejak kuliah bekerja di
sejumlah perusahaan IT selama 5 tahun.
Baru pada tahun 2006, Ivone kembali ke
Indonesia dan langsung menangani Sanidata
Semarang. Sementara Robby, menyusul 6
tahun kemudian dengan memegang kendali
di Sanidata Denpasar. Dan secara bersama,
mereka kemudian mendirikan Sanimed,
perusahaan retail homecare berkonsep
layaknya waralaba yang kini telah tersebar
sebanyak 6 outlet di Bali dan Jawa Tengah.
Bagaimana mereka berhasil meneruskan
tongkat estafet dan membawa roda
perusahaan melaju lebih kencang saat ini?
Kepada Arif Rahman, mereka bertutur soal
kisah keberhasilannya.
Tahun berapa Anda bergabung dengan Sanidata yang merupakan perusahaan keluarga?Robby : Kalau Sanidata Denpasar itu
sudah berdiri sejak 31 tahun yang lalu.
Saya sendiri baru bergabung pada tahun
2012. Sebelumnya kuliah dan bekerja di
Australia dan sempat mencari pengalaman
ke Cina, sebelum akhirnya balik ke Bali dan
bergabung dengan tim Sanidata Bali.
Ivonne : Cabang Sanidata kedua itu berdiri
tahun 2002. Saat saya masih kuliah saat itu,
di Kota Semarang, karena dari sejarah awal,
Papa memang memulai bisnis ini sebagai sales
kanvas di Semarang. Jadi pembukaan cabang
ini, agar jejak Sanidata ada lagi disana. Saya
sendiri baru ikut terjun per tahun 2008.
Bagaimana Anda memulai perjalanan bisnis Anda di perusahaan keluarga?Robby : Saya itu tadinya ingin menjadi
dokter. Ikut tes seleksi menjadi dokter, tapi
enggak kesampaian. Sempat diterima sih
waktu itu di Unud, tapi sayangnya di fakultas
lain. Akhirnya mulai menimbang beberapa
tempat, termasuk Binus salah satunya. Tapi
akhirnya saya putuskan untuk mengikuti
jejak kakak saya Ivonne untuk kuliah di
Sydney.
Dan setelah selesai S1, masih sempat lanjut
ke S2, walaupun saat itu sudah sangat ingin
sekali untuk kerja. Akhirnya saya ambil
keduanya. Paginya itu saya bekerja dan
sepulang kerja saya melanjutkan aktivitas
belajar di kampus. Waktu istirahat tak lebih
dari 5 jam seharinya dan hal ini saya lakukan
selama 2 tahun lamanya. Nah ilmu waktu
S1 itu terkait dengan IT, jadi enggak banyak
nyambung dengan pengetahuan soal bisnis.
Baru pas S2 itu saya ambil Master of Business
Administration (MBA). Dari sini, saya banyak
tahu soal manajemen bisnis.
Setelah lulus, tidak langsung bekerja di perusahaan keluarga?Robby : Malah sebenarnya, saya lebih ingin
berkarir di luar negeri, karena bagi saya
menjadi profesional itu lebih mudah daripada
businessman. Namun seiring waktu, ini jadi
tanggung jawab yang harus saya emban,
maka saya memutuskan kembali ke Denpasar
dan membantu tim Sanidata Denpasar.
Ivonne : Saat Sanidata Semarang berdiri,
sebenarnya ada sejumlah kendala, sekalipun
kami sudah tahu kalau manajemen Sanidata
Semarang waktu itu kurang bagus. Namun
Papa berpendapat, saya masih belum punya
pengalaman sehingga tidak diijinkan ikut
campur mangelola bisnis. Saya masih harus
bekerja pada orang lain, sambil mencari
pengalaman dan belajar bagaimana kerja
pada orang lain. Papa tidak ingin tiba-tiba
kami kerja dan langsung merasa jadi bos. Jadi
harus merasa jadi karyawan dulu. Istilahnya
merasakan jadi kacung dulu.
Bagaimana orangtua mempersiapkan kalian?Robby : Kata Papa waktu itu, kalau mau
kerja, kita bisa kapan saja, tapi kuliah, ini
kesempatan yang tidak selalu ada. Apalagi
kalau nanti sudah bekerja, pasti kuliah akan
lebih tertinggal. Jadi prinsip beliau, “Kalau
soal cari uang nanti pasti kamu akan cari
uang. Tapi kalau belajar atau kuliah, nanti
kalau kamu sudah tua dan sudah mengenal
uang, belum tentu punya waktu buat belajar.
Jadi selagi masih muda belajar terus, nanti
kalau sudah tua juga akan cari uang dengan
sendirinya,” begitu kata beliau.
Ivonne : Kami sedari kecil, tidak pernah
dilibatkan dalam kegiatan usaha. Papa punya
prinsip toko kami harus dijalankan dengan
Robby KartonoSydney University33 Tahun
IvoneSydney University35 Tahun
34 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 35Vol. 61 | Mar-Apr 2015
Robby Kartono bersama seluruh
Staff Karyawannya
intErViEw
1 Robby Kartono bersama Istrinya
yang bernama **** dan Anaknya
yang bernama ****
2
1
profesional. Jadi bersih dari
anak-anak yang lari ke sana ke
mari di toko, seperti kebanyakan
toko kelontong biasa, dan baru
boleh main ke toko di bawah,
kecuali toko sudah tutup atau
saat kosong pembeli. Dan itu
pun berlaku sampai cucunya
sekarang. Bahkan pada waktu
itu sampai SMU pun, kami
anak-anaknya tidak pernah
diminta bantuan, meski sekadar
mengangkat telepon atau jadi
kasir. Itu sebabnya setelah
selesai kuliah, kami kerja
dulu, kurang lebih 4 tahun di
perusahaan IT, sesuai dengan
dasar pendidikan kami saat itu.
Baru akhirnya papa minta kami
pulang untuk mengelola Sanidata
Apa yang Anda dapati ketika mulai “menukangi” usaha keluarga?Robby :Saya yang bekerja lama
pada perusahaan di Australia,
awalnya bingung melihat sistem
pengelolaan usaha Papa yang
masih sangat konvensional.
Pelan-pelan saya mulai
melakukan pembenahan dalam
pengelolaannya. Langkah awal
adalah memperbaiki pengelolaan
barang dan persediaan, serta
perlahan mulai merapikan
struktur dan tim manajemen
hingga sistem kerja yang
lebih efektif. Mulai memilah
segmentasi pasar dan bahkan
hingga desain uniform, agar
tampilan kerja karyawan tetap
memikat. Bagi saya hal seperti ini
penting.
Ivonne : Memulai memegang
kendali Sanidata Semarang
tahun 2008. Saya harus belajar
dengan keras, karena basic
pengetahuan kami sebelumnya
selama 8 tahun di Sidney, kuliah
dan bekerja itu di bidang IT. Hal
kedua yang agak berat yakni
kulturnya beda. Di Australia,
kami hanya berhadapan dengan
dua opsi saja: benar atau salah.
Sedangkan di Indonesia, lebih
banyak yang abu-abu, dan tidak
pasti salah atau benar.
Apa tantangannya?Robby : Yang saya rasakan agak
berat dalam melakukan sejumlah
perubahan di sini bukanlah
sistemnya, tapi justru budaya
kerjanya. Selama ini Papa itu
single fighter, selalu bekerja
sendiri tanpa mau meminta
bantuan anak-anaknya. Malah
justru kita dilarang sebelum siap.
Karenanya, Sanidata tumbuh
dengan budaya kekeluargaan
yang kental. Ini bagus pada satu
sisi, tapi terkadang menghambat
pada sisi lainnya. Inilah
tantangan besar yang harus
saya hadapi, agar apa-apa yang
sudah bagus tetap terjaga, dan
apa yang harus dikoreksi bisa
dilakukan.
Ini yang kemudian memaksa saya
untuk mencari tahu. Berbekal
pencarian ilmu di internet dan
terjun langsung ke lapangan,
akhirnya saya bisa beradaptasi
dengan perusahaan ini, dan
sanggup menerima tongkat
estafet itu dengan baik.
Ivonne : Tantangan lainnya yakni
memperbaiki sistem awal yang
amburadul, dan harus belajar
mengenai Alkes dan menjual
langsung Alkes. Ini satu hal baru
yang harus kami kuasai dengan
waktu cepat.
TIDAK HANYA BERHASIL DI BISNISNYA , ROBBY KARTONO JUGA BERHASIL MEMBANGUN KELUARGA YANG BAHAGIA
intErViEw
Bagaimana reaksi Ayah Anda dengan sejumlah perubahan yang dilakukan?Robby : Saya melihat Papa itu
(Andries Kartono -red), sangat
terbuka pada hal-hal baru.
Padahal kebanyakan orang
yang seusia beliau, biasanya
sudah malas mau belajar hal-
hal baru. Namun papa sama
sekali tidak seperti itu. Inilah
yang menjadikan peralihan
manajemen berjalan sangat
smooth.
Ivonne : Kami memulai dengan
hanya 10 orang karyawan saja
waktu itu, dan sekarang sudah
berkembang menjadi 22 orang
dengan sales 6 orang. Omzet
mulai naik sejak periode tahun
2009-2010, bahkan menyamai
Sanidata Bali. Saya pikir ini
perubahan yang positif.
Bagaimana Anda akan membawa perusahaan ini ke depannya?Robby : Saya sih inginnya,
Sanidata itu bisa meniru
perusahaan Jepang yang
memang lebih banyak
berorientasi pada kualitas. Kalau
ini bisa kita lakukan, maka nanti
pasarnya pun tak terbendung,
karena di segmen masyarakat
yang berorientasi pada produk
premium, umumnya punya
karakter pasar yang loyal.
Langkah lain yang Anda berdua lakukan, dengan mendirikan Sanimed, benarkah?
Robby : Saya ingin keberadaan
alat-alat kesehatan yang dijual
Sanidata bisa menjangkau
ke lebih banyak daerah. Dan
dengan adanya kami, saya dan
Ivonne, maka kami memulai
langkah ekspansi ini dengan
cara yang sederhana sebagai
permulaan, yakni membangun
Sanimed. Ini adalah retail store
dengan produk kesehatan yang
idenya didapatkan dari konsep
waralaba minimart yang selama
satu dekade terakhir tumbuh
menjamur.
Ivonne : Sanimed itu ide lama.
Dari dulu Papa ingin membuka
modern mini store seperti banyak
kita lihat pada convenience store.
Cuma bedanya jualan alat-alat
kesehatan. Waktu kami kecil,
36 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 37Vol. 61 | Mar-Apr 2015
intErViEw
3
beliau sudah menerapkan prinsip
manajemen modern itu di toko.
Kami anak-anaknya tidak boleh
berada di sekitaran toko saat
jam penjualan buka. Bahkan
mengangkat telepon pun tidak
boleh, semua harus kelihatan
profesional.
Robby : Betul, ini ide lama yang
sudah disampaikan Papa sejak
dulu, tapi baru terealisasi ketika
anak-anaknya sudah besar dan
bisa menerapkan ide ini menjadi
nyata. Kami memulai ekspansi
menggunakan kendaraan ini.
Yang bergerak secara simultan
bersama-sama antara di Bali dan
di Semarang. Tahun 2012 buka
dua cabang, satu di Denpasar
dan satunya lagi di Semarang.
Saat saya membuka cabang di
Singaraja, Ivonne membuka
cabang Sanimed di Kudus. Tahun
2014 kemarin, saya membuka
satu outlet lagi di Tabanan Bali,
dan Ivonne satu outlet lagi di Solo
Jawa Tengah.
Lalu apa perbedaan Sanidata dan Sanimed?Robby : Secara fisik, bangunan
yang dibutuhkan Sanimed
memang tidak sebesar Sanidata.
Namun dengan produk penjualan
yang juga lebih sederhana, yakni
produk-produk alat kesehatan
yang sifatnya generik dan fast
moving saja yang dijual. Hampir
sebagian besar isinya produk
home care dan tidak melayani
permintaan khusus, seperti dari
rumah sakit.
Jika ada permintaan untuk
produk alat kesehatan yang
sifatnya spesial, baru kemudian
dialihkan ke Sanidata.
Dengan cara ini, maka kami
melakukan satu langkah jitu yang
efektif untuk merangsek relung
pasar yang paling jauh dengan
modal yang relatif tidak besar.
Sanimed bisa menjadi tolak ukur
untuk uji pasar pada satu daerah
terkait dengan kebutuhan
alat-alat kesehatan. Jika nanti
dirasa permintaannya banyak
dan mengkhusus, maka di daerah
tersebut bisa di buka Sanidata.
Ivonne : Membuka Sanimed
modalnya tidak besar. Cukup
bangunan satu ruko dengan
produk-produk yang umum. Di
lain sisi, konsep ini punya kans
untuk bisa diwaralabakan dalam
waktu ke depan. Bukan tidak
IVONE PUN TAK KETINGGALAN,
PUTRI PERTAMA DARI ANDRIES INI BERHASIL
MENJALANKANDENGAN
SEMPURNA BISNIS SEKALIGUS
KELUARGA KECILNYA.
intErViEw
mungkin bisa memiliki tingkat
profitabilitas yang tak kalah
dengan Sanidata perusahaan
induknya. Selain itu, konsep
nya juga beda. Kalau Sanidata
itu jemput bola, sedangkan
Sanimed lebih ke homecare
dengan jam buka pelayanan juga
lebih panjang. Waktu libur pun
untuk di Jawa setahun cuma
tutup 3 hari, agar bisa melayani
terus setiap hari dan sasarannya
memang pemakai akhir. Jadi
pelayanannya juga seperti
supermaket, artinya pembeli bisa
mengambil sendiri barang yang
mau dibeli
Bagaimana dengan sistemnya, termasuk pemasarannya?Robby : Semua konsep sampai
dengan SOP-nya sejauh ini, saya
yang buat. Untuk pemasaran,
kami memang tidak ingin terlalu
nyaring. Kami memang selama ini
tidak pernah berpromosi besar-
besaran. Hanya mengandalkan
relasi dan word of mouth saja.
Berapa cabang targetnya?Robby : Setidaknya satu tahun
satu outlet, pelan tapi pasti
Ivonne : Prinsip kami, terutama
yang ditanamkan oleh Papa,
kalau sudah buka satu toko,
kelola dengan baik, dan jangan
sampai tutup
Bagaimana kondisi Sanimed saat ini?Robby : Sangat baik, sekalipun
masih baru. Namun performa
Sanimed sudah mulai terlihat.
Ya, setidaknya untuk menutupi
biaya operasional. Di beberapa
outlet sudah terpenuhi.
Berapa jumlah karyawannya sampai saat ini?Robby : Kalau Sanidata Group,
sampai cabang Semarang dan
outlet-outlet Sanimed, tercatat
sekitar 100 orang karyawan
bernaung di bawah bendera
Sanidata.
Apa yang bisa dilakukan Ayah Anda sebagai pendiri perusahaan yang belum bisa Anda lakukan?Ivonne : Yang bikin kami enggak
habis pikir, yakni kemampuan
Ayah saya mengajak sejumlah
karyawannya betah bekerja
bahkan hingga ada yang sudah
mengabdi selama 25 tahun. Itu
satu hal yang kami harus pelajari
dari beliau.
Bagaimana caranya bisa
mempertahankan loyalitas
karyawan hingga mau bekerja
dengan kita sampai 20 tahun
lebih. Dan ini bukan cuma
1-2 orang, tapi ada beberapa
orang staf yang sudah bekerja
belasan hingga puluhan tahun di
Sanidata.
3 Ivone bersama Suaminya ****
dan Kedua Putrinya **** dan ****
4
Mungkinkah Anda menyamai prestasi Ayah Anda dari sis hal tersebutIvonne : Kami berharap, bisa
sejauh ini saya punya beberapa
karyawan yang sudah mengabdi
bersama kami di perusahaan
selama lebih dari 10 tahun.
Bagaimana Anda melihat orang tua sebagai pendiri bisnis yang sekarang kalian kelola?Robby : Papa itu orangnya loyal,
komit, dan keluarga sentris.
Sangat family man. Beliau benar-
benar mementingkan urusan
keluarga di atas segala-galanya.
Bahkan dalam hal bisnis juga
sama.
Mungkin ini yang menjadikan
para karyawannya juga betah
bekerja dengan beliau selama
berpuluh-puluh tahun.
38 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 39Vol. 61 | Mar-Apr 2015
INTERVIEW | uC SiLVEr intErViEw
UC Silver, Dua Generasi Pendarkan Perak Bali
Arya Sutedja & I Wayan Sutedja
Sekawanan capung yang kerap
terbang di atas petak-petak
hijau sawah, kini menjelma
sebagai inspirasi perhiasan
perak incaran para sosialita
lokal hingga Internasional. Bahkan
dengan mengenal sosoknya di Bali
akan menuntun kita kepada sebuah
brand perhiasan perak ternama karya
putra Pulau Dewata, yakni UC Silver.
Ya, capung telah menjadi identitas dan
ikon filosofis dari perusahaan perak
yang didirikan oleh empat bersaudara,
I Wayan Sutedja, I Made Dharmawan, I
Nyoman Eriawan, dan I Ketut Sudiarsana
sejak 1989 silam tersebut.
Dari sebuah toko kecil yang lokasinya
berada di salah satu pojok jalan di Ubud
(yang kemudian menjadi inspirasi untuk
nama brand-nya), Ubud Corner atau UC
Silver pun mengawali bisnis peraknya.
Untuk membuat bisnis tersebut
bertumbuh, empat pria bersaudara
itu pun saling membagi tugasnya. I
Wayan Sutedja selaku anak tertua fokus
untuk pemasaran, sementara I Made
Dharmawan berkutat dengan proses
produksi. Ada pula I Ketut Sudiarsana
yang bertanggung jawab untuk keuangan
dan pengerjaan desain-desain perhiasan
dibebankan kepada I Nyoman Eriawan
yang notabene berbekal latarbelakang
pendidikan teknik kimia.
Demi memperkuat eksistensi brand-nya,
UC Silver bahkan mendirikan sebuah
galeri megah di tanah seluar 5.000
meter persegi di bilangan Batubulan.
Galeri tersebut tidak hanya berfungsi
sebagai showroom, tetapi juga workshop
serta berbagai terobosan unik juga
tengah dikembangkan di sana. Bisnisnya
juga tumbuh secara signifikan seiring
penjualan produk yang merambah ke
Singapura, Australia, Cina, Amerika
Serikat, dan hingga Eropa.
Daya tarik utama UC Silver adalah
keunikan desainnya yang tidak hanya
mengangkat capung sebagai sebuah
ikon, tetapi juga kerap menggali tema-
tema alam dan tradisi. Bentuk-bentuk
yang tidak biasa tersebut diramu dengan
material perak yang kualitasnya di atas
standar. Tak heran jika perhiasan seperti
cincin, anting-anting, kalung, gelang dan
lain-lain dipatok dengan kisaran Rp 50
ribu hingga Rp 110 juta.
Selama 16 tahun eksistensinya, brand
lokal ini pun semakin kuat dan kian
diminati oleh kalangan pencinta
perhiasan di seluruh dunia. Untuk
mendukung pengembangan bisnisnya,
UC Silver pun melakukan regenerasi. I
Wayan Sutedja, I Made Dharmawan, I
Nyoman Eriawan, dan I Ketut Sudiarsana
sebagai generasi pertama mengarahkan
anak-anaknya untuk meneruskan UC
Silver ke tingkat yang lebih lanjut. Adalah
Arya Sutedja, putra pertama dari I Wayan
Sutedja ditunjuk sebagai generasi kedua
yang terlebih dahulu terjun membantu
mengembangkan UC Silver. M&I
Magazine berkesempatan mewawancarai
Arya Sutedja. Berbagai pemikiran baru
terkait pengembangan bisnis UC Silver
pun dibagikannya dalam petikan panjang
berikut.
Bangunan Megah UC Silver terpampang
megah di daerah Batubulan
40 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 41Vol. 61 | Mar-Apr 2015
intErViEwintErViEw
Mengapa ada regenerasi dalam pengelolaan bisnis Uc Silver?
Jadi, tahapan tersebut dapat
diketahui dari adanya maksimal
limit dari generasi pertama. Ketika
mereka mengelola perusahaan
ini, ada beberapa kondisi yang
kita lihat dari era berbeda
dengan generasi yang berbeda.
Saat ini, saya sebagai generasi
kedua banyak berkecimpung di
teknologi, sementara generasi
pertama yakni bapak kita benar-
benar mengembangkan usaha ini
sedemikian rupa tanpa adanya
teknologi. Dari sanalah generasi
pertama mendesain bahwa sudah
saatnya mereka memberi ruang
untuk generasi kedua masuk ke
dalam usaha UC Silver dan ikut
mengembangkannya. Kalau kita
tidak mengikuti teknologi, kan
lambat laun kita akan tertinggal.
Untuk saat ini dari generasi
pertama, baru saya yang dididik
untuk masuk ke dalam bisnis ini.
Apa yang membuat Anda tergerak untuk masuk dalam bisnis keluarga ini?
Sebenarnya bukan ingin atau
tidak ingin. Tapi lebih tepatnya
adalah tanggung jawab, karena
kalau bukan kita siapa lagi yang
akan mengembangkan bisnis ini.
Saat ini memang mungkin karena
kewajiban itu lah, maka kita harus
ambil alih.
Sebenarnya tantangan Anda sendiri sebagai generasi kedua dalam mengelola bisnis keluarga ini seperti apa?
Tantangan untuk generasi kedua
adalah bagaimana menjaga dan
mengembangkan apa yang telah
generasi pertama ciptakan.
Contoh simpelnya adalah
bagaimana menyampaikan
informasi bahwa tradisi yang
kental itu agar diminati oleh
generasi yang baru. Itu suatu
tantangan yang besar. Bagaimana
menjelaskan dan menyebarkan
informasi yang sangat dalam
terkait pengalaman mereka
tersebut, agar anak muda juga
mudah terinspirasi.
Adakah konsep baru yang Anda tawarkan untuk Uc Silver, ketika mengambil alih bisnis ini? Jika ya, seperti apa konsep tersebut?
Saya baru enam tahun mengambil
alih dan dalam artian saya masih
belajar. Masih ada sistem yang
perlu dirombak dan dikaji ulang
secara bertahap. Saya lebih
cenderung fokus terhadap
pengembangan pemasarannya.
Bisa dibilang saya juga masih
bekerjasama dengan desainer.
Kebetulan desainer masih
dipegang oleh paman nomor
tiga, salah satu pendiri UC. Saya
Arya Sutedja (kiri)
dengan ayahnya I Wayan
Sutedja (kanan).
1
1 belum berani bilang jika saya
sudah bisa dilepas sendiri di bisnis
ini, karena jujur saja saya masih
butuh banyak masukan. Generasi
pertama masih membimbing saya.
Generasi pertama dan generasi
kedua ini berkolaborasi dan saling
menyatukan pikiran. Di sana, kami
menyatukan pikiran dan visi mau
dibawa kemana arah brand UC itu
sendiri. Saya selalu mengonversi
segala hal baru yang saya terima,
semisal ada desain baru pasti saya
akan beri masukan dan diskusikan
terlebih dahulu untuk mengacu
terhadap tren apa yang akan
berkembang ke depannya.
Apakah Anda juga melakukan ekspansi ke market yang baru?
Saya sendiri melihat UC Silver di
generasi pertama memang sudah
punya pasar yang spesifik, yakni
mereka yang berusia 40 tahunan
ke atas, di mana dalam artian
memang sudah punya kapasitas
bargaining power yang tinggi serta
appreciate terhadap kesenian
Bali. Dengan kehadiran saya
setidaknya bisa membuat sebuah
market baru. Karena memang
sudah punya pasar yang bagus,
tidak ada salahnya untuk ekspansi
ke market yang baru. Jadi di sini,
kami berupaya untuk membidik
pasar 25 tahun ke atas. Generasi
pertama punya pemahaman kultur
yang kental, sementara generasi
saya mencoba membawa modern
taste, agar bisa masuk ke market
yang baru, yakni kalangan muda.
Kami mulai melakukan perbaikan
dari segi harga dan style-nya,
agar terlihat lebih modern, hip,
dan chic. Itulah konsep baru yang
ditawarkan oleh kami, tetapi tetap
menjaga kualitas dan promise
kami sebagai nomor satu. Tetap
mengarahkan brand UC Silver
ini, agar lebih banyak lagi dikenal
dan benar-benar membawa nama
kerajinan dan kesenian Bali harum
di kancah Internasional.
Bagaimana respon masyarakat dengan pengembangan konsep yang Anda tawarkan?
Respon masyarakat sangat luar
biasa dan appreciate. Kalau dulu,
kita melihat target domestik
ini kan belum terlalu appreciate
terhadap nilai artistik dari sebuah
perhiasan. Dengan hadirnya kami
di sini dan terus memperkenalkan,
bahwa produk UC dibuat oleh
orang asli bali.
Dan juga posisi kami sebagai
brand lokal yang diminati pasar
Internasional, perlahan-lahan
membuat mereka mengerti bahwa
kualitas produk lokal tersebut
tidak kalah bagus dan menjanjikan
dari produk luar negeri. Jadi dapat
saya simpulkan respon positif
dari pasar domestik sudah mulai
berdatangan untuk membeli
produk kami. Kini, mereka sudah
membuka diri untuk produk lokal.
“RESPON MASYARAKAT
SANGAT LUAR BIASA
DAN APPRECIATE.
KAMI INGIN
MEMPERKENALKAN
KE MASYARAKAT,
BAHWA KAMI
SEBAGAI BRAND
LOKAL JUGA SANGAT
DIMINATI PASAR
INTERNATIONAL DAN
PERLAHAN MEMBUAT
MEREKA MENGERTI
BAHWA PRODUK
LOKAL TAK KALAH
BAGUS.
~ ARYA SUTEDJA ~
42 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 43Vol. 61 | Mar-Apr 2015
intErViEwintErViEw
Bisa ceritakan tentang gedung Uc Silver yang berdiri megah dan unik ini di Tohpati? Bagaimana sesungguhnya konsep perancangannya?
Visinya adalah kita ingin menjadikan UC
Silver sebagai sebuah destinasi. Apakah itu
dalam bentuk penjualan perhiasan, museum,
atau malah kuliner. Kita sepakat dengan
keluarga untuk merancang konsep UC Silver
menjadi sebuah destinasi. Jadi, enggak
seperti orang sekadar lewat dan mampir,
tapi kita sengaja ingin menciptakan bahwa
kalau orang ke Bali itu, karena memang ingin
mengunjungi UC Silver. Dari konsep destinasi
itulah, kita korek-korek lagi lebih lanjut dan
menemukan ide untuk memunculkan retail
store dan factory-nya. Dari konsep inilah
secara tidak langsung kita ingin mengedukasi
mereka. Rencananya, kita akan ada museum
perhiasan pertama di Indonesia. Selain itu,
juga akan ada toko oleh-oleh, performing art,
hingga jajanan pasar. We’re thinking about our
24 hours business. Ini sudah dikonsep sejak
2004 lalu. Kita percaya dengan kemampuan
sendiri, sehingga semuanya kita kerjakan
dari A sampai Z. Mulai dari desain arsitektur
dan realisasinya. Kita enggak pakai arsitek
atau kontraktor luar. Bapak sering bilang
ke saya, bahwa kami harus utamakan
keluarga bagaimana pun situasinya. Sistem
kekeluargaan kami di UC ini diperkuat. Jadi
kalau ditanya kapan selesainya, kita juga
belum bisa memastikan, karena kita ingin
hasil akhir yang memuaskan. Setiap meter
persegi di sini ada konsepnya. Kita enggak
sembarangan lho naruh patung-patung di UC.
Sejauh ini pasar yang paling dominan datang dari mana?
Masing-masing market memiliki daya beli
dan season yang berbeda, baik itu domestik
maupun Internasional. Tapi kalau pasar
ornAmEn ArtiStiK CApung tErpAmpAng inDAh pADA ArSitEKtur gALLEry uC SiLVEr
Internasional, sejauh ini sih masih dominan
di Amerika, baru bergerak ke Asia, dan kini
Eropa masih dalam pengembangan. Generasi
pertama baru meraih pasar di Amerika
saja, sementara kami dari generasi kedua
mengembangkannya lebih lanjut untuk
Asia dan Eropa. Sedikit informasi juga, beda
market, juga beda segmen dan style-nya.
Salah satu terobosan yang Anda lakukan untuk membuat brand Uc Silver makin dikenal di mancanegara?
Memang semenjak adanya pemikiran baru,
saya sudah buatkan sistem, di mana kita
bergerak di IT dan dalam hal ini, kita tidak
hanya fokus di Bali, tapi kita juga mendirikan
perusahaan yang mendukung usaha kita
di Hongkong dan Bangkok, serta Amerika
yang juga tengah kami proses. Kita sudah
buatkan secara sistematik, di mana IT -lah
yang akan bergerak. Contohnya keberadaan
online shop. Seperti kita ketahui juga, dewasa
ini sudah beranjak ke kontribusi online atau
e-commerce. Meskipun perkembangannya
di Indonesia belum cukup signifikan
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Untuk itulah, kita mencoba persiapkan
dari sekarang mewanti-wanti, jikalau nanti
tren e-commerce tersebut melambung di
Indonesia. Ibarat senjatanya telah kita
persiapkan sebelum berperang.
Bisa ceritakan konsep retail store “Angel to Angel” yang ada di celuk?
Banyak yang menganggap pasar perak
di Celuk itu adalah middle to low, namun
kita coba ubah mindset tersebut dengan
mengarahkan kepada pasar middle to up.
Oleh karena itu, kita mendirikan retail store
yang berkonsep “Angel to Angel”. Kita ingin
punya brand lokal yang solid dan bisa dilirik
oleh pasar Internasional. Kita coba tunjukan
44 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 45Vol. 61 | Mar-Apr 2015
intErViEw
bahwa celuk ini bukan pasar murahan lho,
tapi celuk menghasilkan karya-karya yang
prestisius dan bergengsi.
Ngomong-ngomong Uc juga membidik usaha akomodasi, Hotel Kuta Angel ya, mengapa?
Hotel itu ada, karena kita pikir sudah saatnya
UC melakukan diversifikasi usaha dan ini
juga sebagai persiapan untuk jangka panjang.
Kita berusaha mengaplikasikan konsep
“Always UC” ke bisnis yang berbeda, karena
UC sudah punya corporate identity dengan
style pakemnya. Kita bawa keunikan UC itu
ke bisnis akomodasi.
Apa harapan Anda ke depan untuk Uc Silver?
UC Silver tetap menekankan untuk bisa
menjadi brand Internasional. Di sini, kami
akan terus kembangkan kreativitas dan
inovasi serta memperjuangkan apa yang
harus tetap ada dan diwariskan oleh para
pendirinya.
Kenapa Uc Silver identik dengan desain capung?
Sebenarnya semua yang kami ciptakan di uC ini
kan berangkat dari filosofis, salah satunya konsep
capung. Seperti diketahui, capung itu merupakan
salah satu barometer lingkungan hidup. Keberadaan
capung juga menandakan bahwa lingkungan kita itu
bersih. Sayang kalau anak cucu kita tidak tahu capung. Sekarang, hutan sudah
mulai berkurang, dibongkar untuk dijadikan lahan pemukiman. ini akan sangat
berpengaruh terhadap ekosistem capung. Capung itu adalah salah satu
soulmate petani. petani itu sangat senang dengan capung, karena serangga
ini merupakan predator hama padi. petani zaman dulu kalau mengalami
masa paceklik, mereka akan makan capung. nah, sudah sebegitu banyaknya
pengorbanan capung demi kelangsungan hidup manusia. Kini, dia juga mesti
mengorbankan dirinya. Saya tinggal di kampung dan merasakan pengalaman
tersebut. Jadi saya punya kepercayaan, bahwa saya tidak boleh membunuh
capung. - I Wayan Sutedja
46 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 47Vol. 61 | Mar-Apr 2015
SmArt FAmiLySmArt FAmiLy
Suzanna ChandraManaging Director, Lestari Living
Artikel ini terinspirasi dari
postingan salah satu teman di
Facebook tentang suaminya
yang eks banker (bagian legal)
yang baru saja mendapatkan
izin untuk usaha es puter-nya. Pada saat
menjelang pensiun, sang suami rajin
mengikuti penyuluhan dan seminar tentang
“small business” untuk para pensiun.
Membaca cerita yang di-posting di Facebook
itu terlihat seru sekali. Sejak beberapa tahun
sebelum masa pensiun, berbagai usaha sudah
mulai dilirik. Mulai dari otomotif yang enggak
cocok, usaha sembako yang juga enggak
cocok, berbagai ide usaha dari internet juga
ternyata dicoba, sampai akhirnya berbisnis
es puter yang baru saja mendapatkan izin
pendaftaran. Saya mendoakan yang terbaik
untuk bisnis es puter-nya. Dan semoga bisnis
es puter-nya bisa menjadi salah satu small
business yang sukses.
Secara prinsip, berbisnis atau small business
memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi.
Statistik menunjukkan, bahwa hanya 5 dari
10 small business yang bertahan pada tahun
pertama dan hanya dua dari small business
yang akan bertahan pada tahun kelima. Rasio
ini pun semakin mengecil di tahun kesepuluh.
Ketekunan, kreativitas, ketahanan,
kelincahan, kepintaran, dan keberanian
dalam mengambil kesempatan dan resiko
merupakan beberapa kualitas yang
diperlukan untuk menjadi seorang pebisnis
yang handal. Dan hal ini bukanlah sesuatu
yang bisa dipelajari secara SKS (Sistem Kebut
Semalam).
Kualitas ini merupakan hasil tempaan
bertahun-tahun dengan segala lika-liku
berbisnis. Kualitas ini “mungkin” juga dibawa
secara genetik dari orang tua atau lingkungan
yang membentuk suatu kepribadian
entrepreneur.
Mulai berbisnis Setelah Pensiun?
Suami saya berasal dari keluarga pegawai
(profesional). Sedari kecil, beliau dididik
untuk menjadi seorang pekerja yang handal,
bahwa bisnis merupakan sesuatu yang
beresiko tinggi yang hasilnya tidak menentu
dan cenderung banyak akal bulus. Beliau
dididik, bahwa sebagai pekerja akan ada
pendapatan yang regular. Beres kerja, ya
beres tanggung jawab. Jadwal liburan yang
tetap. Syukur-syukur dapat bonus atas
kinerja kerja yang baik.
Sedangkan, saya berasal dari keluarga
pedagang. Sedari usia dini (saya lupa
tepatnya usia berapa), saya, kakak dan
adik sering menghabiskan waktu sepulang
sekolah dengan menjadi kasir di toko;
melayani pembeli, stock up barang, merapikan
inventory, membungkus, bahkan membuat
nota belanja.
Perbincangan di meja makan adalah
kebanyakan seputar apa saja kejadian di
toko hari itu. Entah masalah giro yang musti
dilunasi, tagihan dari suplier, hutang pembeli
yang sudah lewat waktu, dan seterusnya.
Orang tua saya tetap memikirkan bisnisnya
walaupun toko sudah tutup. Bahkan,
kadang kalau kami sedang liburan, orang
tua saya selalu menyempatkan diri untuk
mengunjungi para suplier yang berada di kota
yang menjadi lokasi liburan kami. It never
stop.
Dua background yang sangat berbeda,
ternyata menghasilkan dua karakter yang
berbeda. Buat saya, tidak ada batasan antara
working hours dan after hour. Sedangkan
suami, akan “tune out” dengan kerjaannya
pada saat after office hour. Hmm, mana yang
lebih bagus yaa? Hahaha, pertanyaan yang
susah dijawab.
Artikel ini bisa dibilang semata-mata hasil
pengamatan dan pengalaman saya yang
mungkin masih sedikit dangkal dalam dunia
perbisnisan. Saya berpendapat bahwa dalam
berbisnis, salah satu yang paling berbeda
antara mental pebisnis dan mental pekerja
adalah pada persistence (ketekunan) dan
endurance (ketahanan).
Istilah Jawanya, orang bisnis itu mesti
“ngulet”, tidak patah semangat dan selalu
cari jalan keluar, serta tidak kenal kata tidak
bisa. Demikian juga dengan ketahanan,
karena untuk menjadikan sesuatu sukses
akan melalui masa-masa struggle: masa
sengsara, masa penyesalan, kegundahan,
hingga disesali oleh banyak orang. Yang
pada akhirnya, orang akan terlatih untuk
mengalami masa-masa sulit. Istilah
sederhananya, jatuh bangun adalah hal
biasa, paling-paling pingsan. Jurusnya
hanya bertahan dan kegigihan. Saya selalu
bercanda, pokoknya asal tidak mati duluan,
kita pasti bisa bangkit lagi.
Berbekal pengamatan ini, saya secara pribadi
tidaklah setuju dengan ide seorang pensiun
menjadi pebisnis. Tingkat kesuksesan akan
sangatlah rendah, karena mentality yang
sangat berbeda. Bagi entrepreuner yang
sudah terlatih saja, jatuh bangun itu tetap
sakit, dan butuh kegigihan serta ketekunan
luar biasa untuk bisa bangkit lagi.
Nah bayangkan, kalau seorang yang
berpuluh-puluh tahun menjadi pekerja
dengan rutinitas dan kenyamanan yang ada,
tiba-tiba harus menghadapi masa-masa sulit
pada bisnis baru. Apa bisa kuat itu mental?
Apa bisa tahan dengan tekanan yang kadang
menghimpit dengan luar biasanya? Rasanya
kok seperti “recipe for disaster” ya? Lha, yang
sudah terlatih saja, bisa rontok mentalnya.
Apalagi pemula dengan usia yang relatif
tidak muda lagi. Lain halnya, kalau bisnis
yang dilakukan adalah semata-mata untuk
hobi. Biasanya kalau hobi, profit tidak
diperhitungkan.
Pepatah mengatakan bahwa ada banyak
jalan menuju Roma. Ada banyak jalan menuju
pensiunan yang bermakna dan bermanfaat.
Salah satu yang kebanyakan menjadi
kekhawatiran adalah masalah keuangan
pada masa pensiun dan potensi “post power
syndrome”. Di Negara maju, salah satu yang
dicanangkan oleh pemerintah adalah dengan
perencanaan keuangan yang dianjurkan
dilakukan jauh sebelum pensiun. Di Indonesia
sekarang ada BPJS Ketenagakerjaan
(menggantikan Jamsostek). Saya sendiri
menyarankan untuk tidak tergantung dengan
rencana pemerintah, rencanakan keuangan
pensiun Anda sendiri. Ada banyak caranya,
seperti investasi di reksadana, properti,
saham, dan bisnis. Kita bisa bicarakan ini di
artikel mendatang.
Nah, pada saat keuangan masa pensiun
sudah terencana, untuk menghindari post
power syndrome, saya lihat salah satu caranya
adalah dengan ikut berorganisasi baik di
lingkungan tinggal, lingkungan beribadah,
dan berbagai organisasi sosial lainnya.
Organisasi adalah salah satu tools yang akan
sangat “empowering” bagi semua usia dan
pastinya untuk mereka yang usia pensiun
juga.
Jadi, ada banyak caranya untuk menikmati
masa pensiun dan saya rasa memulai bisnis
dengan pure intention profit setelah masa
pensiun, bukanlah salah satunya.
“Orang bisnis itu mesti
“ngulet”, tidak patah
semangat dan selalu cari
jalan keluar, serta tidak
kenal kata tidak bisa”
- Suzanna Chandra.
48 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 49Vol. 61 | Mar-Apr 2015
LEADErShipLEADErShip
Semua pemain profesional
memiliki pelatih. Pemain tenis
sehebat Maria Sharaphova pun
juga memiliki pelatih. Pelari
tercepat dunia, Usain Bolt
juga memiliki pelatih. Pemain golf sehebat
Tiger Woods juga memiliki pelatih. Padahal
jika mereka berdua (antara pemain dan
pelatihnya) diminta untuk bertanding, jelas
Maria Sharaphova yang akan menang. Usain
Bolt yang lebih cepat. Tiger Woods lah yang
akan menang.
Jadi, mengapa ia masih membutuhkan
pelatih jika jelas-jelas dia lebih hebat dari
pelatihnya? Tujuannya adalah untuk melihat
hal-hal yang tidak dapat dia lihat sendiri.
Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata
sendiri, yang disebut dengan blind spot atau
titik buta. Kita hanya bisa melihat blind spot
tersebut dengan bantuan orang lain. Setiap
orang punya titik buta. Sebuah titik dimana
kita tidak bisa melihat kiri dan kanan. Sebagai
pemain, pengusaha terkadang tidak melihat
beberapa sisi lain. Oleh karena itu fungsi
coach (pelatih) adalah untuk membuka apa
yang tidak terlihat oleh pemain top dunia,
pengusaha, maupun staff. Seorang coach akan
menjadi umpan. Bukan hanya alat pancing
untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak,
tapi juga untuk mengeluarkan potensi yang
tersembunyi.
Kalau tidak ada pelatih, apa yang kita
lakukan tidak ada yang menuntun, tidak ada
yang mengarahkan, sehingga kurang efektif.
Ketika kita menginginkan berat badan
yang ideal, tentunya kita harus melakukan
COACHING, PERLUKAH?
Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari
“Carilah pelatih, setiap orang
membutuhkan pelatih
olahraga serta diet yang benar. Sehubungan
dengan tidak mempunyai pelatih atau orang
yang mengerti diet, maka yang dilakukan
adalah olahraga sekedarnya atau diet yang
ketat (jarang sekali makan). Mengapa ini
terjadi? Tentunya ketidaktahuan serta tidak
ada orang yang memberi tahu.
Seperti demam OCD, yang di mana untuk
menurunkan berat badan dilakukan dengan
cara berpuasa. Bahkan dalam sehari hanya
makan sekali. Ini dilakukan berhari-hari,
berminggu-minggu bahkan bertahun-
tahun. Tidak ada yang salah melakukan
puasa. Ketika kita berpuasa, maka asupan
karbohidrat yang masuk dalam tubuh kita
berkurang. Ketika karbohidrat berkurang,
maka ikatan air dalam tubuh kita akan lepas,
mengakibatkan berat badan akan berkurang.
Jika puasa dilakukan secara terus menerus,
maka berat badan akan turun. Namun, jika
mengakhirinya dengan makan secara normal,
maka karbohidrat akan kembali mengikat air.
Sehingga berat badan secara otomatis akan
meningkat.
Saat bulan Ramadhan, ketika umat muslim
berpuasa penuh selama satu bulan penuh.
Berat badan akan turun cukup banyak.
Namun tiga hari setelah puasa berakhir,
berat badan kembali naik. Ini terjadi karena
ketidaktahuan. Untuk itu dibutuhkan seorang
pelatih untuk menuntun dan mengarahkan
tentang bagaimana diet dengan benar, badan
sehat dan bugar.
Ketidaktahuan membuat kita tidak effektif.
Ketidaktahuan kita menjadikan kita kurang
maksimal mengambil manfaatnya. Semakin
kita tidak tahu, maka semakin tidak effektif.
Untuk itu kita membutuhkan seorang pelatih.
Pelatihlah yang menuntun kita untuk menjadi
lebih effektif dan lebih mudah. Hampir semua
orang sukses memiliki pelatih termasuk
bisnis owner.
Para pemimpin yang berfungsi sebagai
coach, mesti melihat apa yang masih kurang
dan belum maksimal yang dikerjakan oleh
para staffnya. Bahkan, mereka bertugas
untuk memperbesar kapasitas orang-
orang yang dipimpinnya. Mungkin selama
ini, pegawai menilai bahwa usaha mereka
sudah maksimal, sudah klimaks, target yang
ditetapkan sudah tinggi, sehingga sasaran
yang ditetapkan tidak perlu dinaikkan
lagi. Namun sebagai coach, Anda harus
membongkar zona nyaman tersebut. Dengan
berbuat itu, Anda sedang mengeluarkan
potensi terbaik dari para “pemain” Anda.
Semua orang mempunyai potensi, namun
terpendam. Tugas Anda adalah membuka
potensi tersebut sampai kelihatan. Mereka
yang tadinya kurang yakin, tidak percaya
diri, merasa tidak mampu, karena dilatih
dan diarahkan menjadi lebih produktif.
Hal ini lainnya yang mesti dilakukan saat
meng-coaching atau melatih orang-orang
adalah dengan banyak bertanya. Apa yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan angka
penjualan? Apa yang harus dikerjakan
untuk membuat pelanggan tetap loyal?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan
memacu pegawai Anda untuk berpikir
kreatif, bahkan memunculkan potensi
mereka yang sebenarnya.
Ketika mereka tumbuh dan semakin maju,
perusahaan juga akan tumbuh. Carilah
pelatih untuk menumbuhkan anda. Pelatih
membuat kita disiplin, membuat kita lebih
fokus, dan membuat kita lebih konsentrasi.
Para pemimpin yang berfungsi sebagai coach, mesti melihat apa yang masih kurang dan belum maksimal yang dikerjakan oleh para staffnya. Bahkan, mereka bertugas untuk memperbesar kapasitas orang-orang yang dipimpinnya.
50 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 51Vol. 61 | Mar-Apr 2015
moViE rEViEwmoViE rEViEw
Hary SusantoMovie Reviewer, horror & thriller mania
www.movienthusiast.com
the THEORY ofEVERYTHING
The Theory of Everything bisa jadi
punya judul yang terdengar paling
indah di antara film-film lainnya
tahun lalu. Judul yang juga dicomot dari
salah satu judul buku non-fiksi populer
Stephen Hawking; Stephen Hawking and The
Theory of Everything, di mana Hawking pula
yang dijadikan objek bercerita untuk biopik
garapan sutradara Man on Wire, James
Marsh.
Siapa sih Stephen Hawking? Bagi yang belum
mengenalnya, Stephen William Hawking
adalah matematikawan dan ilmuwan
kosmologis asal Inggris yang paling tenar di
muka bumi ini. Yang kepopulernnya mungkin
bisa disetarakan dengan dua raksasa macam
Bill Gates-nya Microsoft atau Steve Jobs
dengan Apple-nya. Ia juga dikenal sebagai
seorang atheis sejati, “I’m an atheist because
science is ‘more convincing’ than God”, katanya
dalam sebuah wawancara. Dan secara fisik
susah untuk tidak mengenal seorang Stephen
Hawking. Ia mengalami transformasi tubuh
yang tidak biasa akibat penyakit langka yang
menyerang sitem motoriknya. Penyakit
yang juga disebut dengan Lou Gehrig Disease
membuatnya nyaris lumpuh sepenuhnya.
Tubuhnya mengerut kecil dan aneh di
kursi rodanya, seperti sayuran layu. Hanya
meninggalkan pemikiran dan inspirasi
hebat yang dikumandangkan lewat suara
robotnya.
Di setiap cerita-cerita hebat selalu
ada awalnya. Dalam kasus The Theory
of Everything, James Marsh mencoba
memulainya jauh sebelum sang profesor
matematika itu menjadi seperti sekarang.
Diceritakan dari sudut pandang Jane Wilde
Hawking yang narasinya disadur Anthony
McCarten dari buku mantan istri Hawking
sendiri; Travelling to Infinity: My Life with
Stephen. The Theory of Everything memulai
segalanya dengan pertemuan Hawking
(Eddie Redmayne) dan Jane Wilde
(Felicity Jones) pada tahun 1963 di
sebuah pesta yang diisi murid-murid
Universitas Cambridge. Meskipun berbeda
pandangan dan kepercayaan akan Tuhan,
termasuk studi yang diambil, keduanya bak
pasangan sempurna yang tidak
terpisahkan. Namun cerita ini baru benar-
benar dimulai ketika Hawking didiagnosa
terkena Lou Gehrig Disease.
The Theory of Everything itu punya
tampilan secantik judulnya. Visual
gloomy dari sinematografer veteran
Benoît Delhomme berbalut scoring magis
dari nada-nada elegan dan melakolis
garapan komposer Islandia, Jóhann
Jóhannsson, menghasilkan kombinasi
momen-momen sentimentil romantis yang
mendukung penceritaan James Marsh di
paruh pertamanya yang diisi banyak cinta.
Bisa dibilang scoring dan visual adalah bagian
terbaik The Theory of Everything, bersanding
mesra dengan penampilan luar biasa Eddie
Redmayne yang bertransformasi sempurna
dari karakter Marius Pontmercy kharismatik
di Les Misérables menjadi sosok ‘monster’
jenius pencentus Teori Lubang Hitam
bernama Stephen Hawking lengkap dengan
segala proses rumit dan yang pastinya,
melelahkan.
Redmayne yang solid lalu disandingkan
dengan Felicity Jones sebagai obat penawar
dari segala cacat fisik Hawking. Tidak hanya
menjual paras ayu dengan gigi ‘kelincinya’
yang imut, namun Jones juga mampu
menandingi pesona Redmaye sebagai istri
super tegar, yang di sisi lain juga mengalami
tekanan luar biasa; menyeimbangkan
kesulitan fisik karakter Hawking dengan
pancaran emosi kompleks tersendiri sebagai
seorang istri yang berusaha berbakti buat
suami dan anak-anaknya.
Solid di teknis visual, scoring, dan aktingnya,
tidak diikuti dengan kualitas dari adaptasi
naskahnya. Bagian pertama yang diisi
romansa berujung tragedi memulai
segalanya dengan baik. Setelah itu plotnya
beberapa kali sering digeber teralalu
terburu-buru, meninggalkan kedalaman
yang seharusnya bisa lebih dieksplorasi
lagi untuk menciptakan ikatan emosi buat
penontonnya. Hasilnya, narasi The Theory of
Everything seperti tidak mampu berkembang
dinamis. Sebaliknya, ia tampak seperti
potongan-potongan kasar yang lebih banyak
berisi momen Hawking ‘mempermalukan’
dirinya sendiri sembari meminta
simpati penontonnya akibat penyakit yang
dideritanya.
Beruntung untuk sebuah biopik yang
menceritakan seorang jenius matematika
dan fisika, naskahnya tidak sampai harus
melibatkan segala teori-teori Hawking
yang super njelimet tetang asal muasal
alam semesta, namun tanpa tetek-bengek
berlebihan tentang teori-teori kuantum
fisika, kuantum mekanik dan lain-lain
termasuk kepercayaan atheis-nya. Marsh
masih mampu menangkap semangat
Hawking dalam usahanya mencapai cita-
citanya mengungkap rahasia alam semesta.
“I’m an atheist because science is ‘more convincing’ than God” - Stephen Hawking
7.5
cerita
Akting
Penyutradaraan
52 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 53Vol. 61 | Mar-Apr 2015
growth StrAtEgiESgrowth StrAtEgiES
I Made Wenten BDirektur BPR Lestari
“ Tugas baru seandainya kita bisa melewatinya, akan menjadikan kita orang baru. Orang yang memiliki kemampuan lebih baik dari yang sebelumnya.
S
iang tadi seorang staf bagian marketing commmunication yang baru bergabung
hampir satu bulan masuk ke ruangan. Dia membawa surat dari sebuah majalah
marketing yang paling ternama di Indonesia.
“Pak, ini ada surat dari sebuah majalah marketing. Majalah ini ingin mengangkat
kesuksesan BPR Lestari dari sisi marketing. Di Bali hanya BPR Lestari yang akan diangkat di
majalah tersebut,” demikian staf tersebut memulai pembicaraan.
“Majalah tersebut mengirimkan form kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan. Melalui
jawaban dari pertanyaan ini, majalah tersebut akan membuat ulasannya. Minta tolong Pak di
bantu mengisinya, saya tidak paham terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam form
kuisioner ini!” katanya. Pertanyaan kuisioner tersebut kurang lebih tentang: segmen market
terbesar, apa keunggulan kompetitif, kenapa produk bisa unggul, bagaimana membangun
service, dan bagaimana strategi pemasaran.
HORE, ADA TUGAS BARU!
“Iya Pak”
“Kalau orang kuliah sampai S2, biasanya
orang tersebut terbiasa menghadapi
kuisioner kan?”
“Iya Pak”
“OK. Silahkan isi sendiri kuisionernya!”
perintah saya.
Glek! Kaget bukan kepalang lah dia.
Sebelum dia menolak dan memberikan
alasan bahwa tidak mungkin dia bisa
mengerjakan kuisioner tersebut, saya ajukan
pertanyaan lagi.
“Untuk mengisi form kuisioner ini, Anda
setidaknya harus tahu bagaimana segmen
market, keunggulan, stretegi bisnis, strategi
marketing kita kan?
“Iya Pak.”
“Atau kalau polanya dibalik, dengan mengisi
kuisioner, maka artinya paham bagaimana
strategi bisnis dan marketing kita kan? ”
“Iya Pak”
“Makanya, Anda isi sendiri form kuisioner ini!
Karena Anda sekarang belum paham, Anda
lakukan wawancara dulu kepada beberapa
orang di BPR Lestari yang paham tentang ini.
Ajukan pertanyaan seperti yang ada dalam
kuisioner ini. Tambahkan lagi pertanyaan
untuk membantu meningkatkan pemahaman
Anda”.
Staf tersebut mulai manggut-manggut,
mukanya mulai terlihat bersinar. Seperti anak
kecil kehausan yang melihat tukang es krim.
Saya lanjutkan omongan saya ke dia. “Dari
semua hasil pemahaman Anda terhadap
beberapa wawancara, buatlah kesimpulan
dengan bahasa sendiri. Kesimpulan Anda
adalah jawaban yang benar untuk kuisioner
ini. Nanti saya bantu melakukan review. Ini
cara yang sangat cepat untuk memahami
bagaimana BPR Lestari berbisnis. Di Harvard
orang belajar bisnis dengan cara begini,
melalui analisa atau studi kasus ”.
Cling!... Matanya bersinar terang.
Kesempatan mengembangkan diri.
Seandainya saja saya kerjakan sendiri
kuisioner tersebut, berarti saya membuang
peluang bagi staf tersebut belajar hal
penting. Tugas mengisi kuisioner ini adalah
kesempatan yang sangat bagus untuk dia
belajar tentang bisnis BPR Lestari.
Dia mendapatkan peluang untuk bertanya
ke top level manajemen BPR Lestari,
mendapatkan kesempatan juga untuk
langsung berguru ke tokoh-tokoh penting di
balik kesuksesan BPR Lestari.
Tugas mengisi kuisioner ini adalah hal yang
baru bagi dia. Tetapi tugas baru ini kemudian
menjadi kesempatan yang berharga untuk
mengembangkan dirinya. Kalau dia menolak
kesempatan ini, berarti dia melepaskan
peluang penting untuk belajar dan
mengembangkan diri.
Tugas baru seandainya kita bisa melewatinya,
akan menjadikan kita orang baru. Orang yang
memiliki kemampuan lebih baik dari yang
sebelumnya.
Jadi bagi teman-teman yang suatu saat
ketiban tugas baru yang berat, jangan stres.
Anda harus berteriak sekeras-kerasnya,
HOREEE, ada tugas baru!
Saya sadar pertanyaan di kuisioner ini
terlalu sulit untuk diisi oleh staf baru yang
fresh graduate. Karena pertanyaan ini paling
tidak hanya bisa dijawab oleh teman-teman
yang sudah senior, sudah berpengalaman,
terlibat banyak di manajemen, paham bisnis,
marketing, serta operation.
Terlintas diawal, kertas kuisioner ini mau
saya bawa pulang ke rumah, diisi dirumah,
anggaplah sebagai bekal Hari Raya Kuningan.
Tetapi hal ini saya urungkan.
Saya ngomong ke dia, “Anda kuliah sampai
S2 kan?”
“Iya Pak”
“Kalau orang S2 biasanya knowledge bagus
kan?”
54 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 55Vol. 61 | Mar-Apr 2015
FitnESSFitnESS
Denny SantosoPraktisi Kesehatan & Kebugaran
“Kebanyakan orang tidak
menyadari, jika sit-up bukan
latihan perut yang sebenarnya.
Pendapat, rumor, dan teori seputar mengecilkan perut terus berkembang di kalangan
pakar kesehatan, termasuk dokter, pelatih pribadi, guru infomersial, teman-teman,
guru, bahkan orang tua. Beberapa informasi ada yang valid, namun sebagian besar
tidak. Sulit untuk memilah-milah itu semua. Mitologi seputar perut semakin hari semakin
bertambah dan beberapa mitos sepertinya tidak akan pernah hilang.
Sebelum mengecilkan perut dan membentuk ototnya dengan benar, hal pertama yang harus
dilakukan adalah membersihkan pikiran Anda dari mitos dan kesalahpahaman yang telah
mencemari otak Anda yang berasal dari ‘dongeng’ seputar gym, iklan yang menyesatkan, dan
nasihat buruk dari proklamator palsu.
Mitos - Mitos Mengecilkan Perut
www.pocatisweat.co.id
Kebanyakan informasi palsu yang beredar
berisi seputar latihan perut daripada
informasi kesehatan atau subjek kebugaran
lainnya. Artikel ini akan menjelaskan 3
mitos yang berkembang dan mungkin telah
membuat Anda percaya dengan apa yang
dikatakannya.
Mitos #1: Jika latihan perut setiap hari akan menjamin Anda mendapat perut ‘six-pack’.
Ini adalah salah satu mitos perut yang
paling umum. Mungkin, kesalahpahaman
ini pertama kali disalurkan melalui dunia
binaraga, dikarenakan banyak binaragawan
yang memprioritaskan latihan perut sebelum
kompetisi. Padahal perut six pack hanya
dapat dimiliki dengan diet yang tepat, bukan
karena latihan perut setiap hari.
Ada dua alasan, kenapa latihan perut setiap
hari itu tidak perlu dan tidak menjamin six
pack. Pertama, jaringan otot perut hampir
sama dengan jaringan otot pada bagian
tubuh lainnya. Otot perut tidak akan lebih
berkembang dan lebih kuat tanpa waktu
untuk beristirahat dan memulihkan setelah
latihan. Kedua, meskipun Anda mendapat
otot perut yang luar biasa dengan latihan
setiap hari, Anda tidak akan dapat melihat
perut Anda, jika mereka tertutup oleh lapisan
lemak. Lemak akan hilang hanya dengan
membuat defisit kalori melalui diet yang
tepat.
Mitos #2: Anda bebas memakan apa saja dan tetap menjaga ‘six pack’ selama Anda melakukan latihan setelah makan.
Yang benar adalah mengembangkan otot
perut dapat dicapai melalui latihan. Namun,
agar otot perut tetap terlihat, tergantung
dari diet Anda. Artinya, akan menjadi sia-sia
memiliki satu set otot perut yang hebat, jika
tertutup lemak. Maka untuk menghilangkan
lemak dibutuhkan nutrisi.
Mitos #3: Sit-up merupakan cara terbaik untuk mengembangkan otot perut.
Ini sungguh ironis. Sit-up, yang merupakan
latihan perut paling populer di dunia, bisa
jadi merupakan latihan terburuk dan bisa
berbahaya bagi beberapa orang dalam
kondisi tertentu. Kebanyakan orang tidak
menyadari, jika sit-up bukan latihan perut
yang sebenarnya. Saat melakukan sit-up,
fleksor batang utama dan otot iliopsoas
melakukan sebagian besar pekerjaan,
sementara otot perut tidak bekerja optimal.
Ini mungkin aneh kedengarannya, tapi
faktanya Anda dapat mengecilkan perut dan
mengembangkan ototnya hingga hasil yang
optimal tanpa harus melakukan sit-up.
“Anda dapat mengecilkan perut dan mengembangkan ototnya hingga hasil optimal tanpa harus melakukan sit-up” - Denny Santoso
56 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 57Vol. 61 | Mar-Apr 2015
gALLErygALLEry
VENGEANCE HITS HOME
Inilah seri Furious terakhir
bagi almarhum Paul Walker.
Di Furious 7 ini pula,
kita masih bisa melihat
kharisma seorang Brian
O’Conner berlaga di medan
balapan. Film arahan James
Wan ini kembali membawa kisah
Dominic Toretto (Vin Diesel),
Brian O’Conner (Paul Walker)
dan kawan-kawannya, di mana
harus menghadapi musuh baru.
Awalnya, usai mengalahkan Owen
Shaw (Luke Evans) dan krunya, mereka
memutuskan untuk kembali ke Amerika
Serikat. Namun, mendadak kehidupan
normal Dom dan kawan-kawannya
terganggu lantaran kehadiran Ian
Shaw (Jason Statham). Ian merupakan
kakak tertua Owen yang datang untuk
membalaskan dendam pada Dom, hingga
membuat Han (Sung Kang) tewas. Dom
dan rekan-rekannya pun harus kembali
berjibaku dengan bahaya. MOVIE
DMC-gF7
Siap-siap terpukau
dengan kamera
mirrorless generasi
terbaru milik
Panasonic. Lumix
DMC-GF7, pengganti dari
seri Lumix GF6 hadir dengan
tampilan fisik eksklusif dan
performa setingkat lebih
mutakhir. Desain body-nya
akan mengingatkan kita
dengan kamera analog retro
yang stylish dan prestisius. Garis
desain vintage sangat tegas
membungkus kamera ini. Terlebih
dengan material plastik yang
membuatnya lebih ringan dalam
genggaman. Selain itu, dimensi Panasonic
Lumix DMC-GF7 juga terlihat 20 persen
lebih besar dari pendahulunya Lumix DMC-
GM1. Untuk urusan spesifikasi juga tidak
kalah. GF7 memiliki sensor CMOS 4/3 16
megapixel yang dipadukan dengan prosesor
Venus Engine. GF7 juga memiliki kemampuan
merekam video hingga resolusi Full HD
(1920 x 1080 pixel) 60p. Menariknya, GF7
juga cocok bagi Anda penggemar selfie.
Kamera ini punya layar sentuh putar yang
fleksibel, di mana layar 3 incinya tersebut
bisa dilipat hingga 180 derajat ke atas
untuk memudahkan foto diri. Kamera ini
diperkirakan dijual di kisaran US$599 atau
sekitar Rp7.500.000, lengkap dengan lensa
12-32mm F3.5-5.6.
180° Tiltable Monitor for Selfie
16.00 mp Digital Live mos Sensor
with Face Shutter & Buddy Shutter
GADGETS
Producer : Bryan “Birdman” Williams • Dwayne The President Carter
Released Date : December 12, 2014
Genre : hip hop
Nicki Minaj kembali menunjukan taringnya di skena musik R&B lewat
album teranyar “The Pink Print”. Sebuah album yang digadang-gadang
mampu menunjukan sisi personal dari Nicki Minaj ini memuat 16
tracks catchy dengan bumbu R&B dan Hip-hop yang pekat. Single pertamanya,
Anaconda ampuh meracuni indra pendengar. Lengkap dengan video klipnya
yang kontroversial, Anaconda terdengar sangat provokatif dan nakal. Lagu
yang mengambil sampel musik “Baby Got Back” milik Sir Mix-a-Lot ini pun
langsung meroket ke puncak tangga-tangga musik popular dan sekaligus
menjadi ikon “The Pink Print”. Nicki banyak berkolaborasi dalam album ini.
Sebut saja kehadiran Drake, Chris Brown, Lil Wayne, Skylar Grey, Beyonce,
Jeremih, Meek Mill, dan Ariana Grande.
Recommended Tracks: Anaconda, Only, Feeling Myself, Pills N Potions, Bed of Lies
MUSIC
Producer : UNIVERSAL PICTURES • James Wan
Released Date : April 3, 2015
Stars : paul walker, Jason Statham, Lucas Black, tyrese gibson,
michelle rodriguez, Jordana Brewster, Vin Diesel, Djimon hounsou, Kurt russell,
tony Jaa, Dwayne Johnson, nathalie Emmanuel, John Brotherton, iggy Azaela.
58 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 59Vol. 61 | Mar-Apr 2015
hEALthy LiVinghEALthy LiVing
8 TIPSYOGA UNTUKPEMULA
Sepuluh tahun belakangan ini, yoga menjadi olahraga yang
paling digemari oleh masyarakat urban, terutama kaum
hawa. Olahraga yang hampir berumur sekitar 5000 tahun
ini tidak hanya mampu mengolah tubuh, tetapi juga melatih mental
dan spiritual. Yoga (yuj) memiliki arti “mengontrol,” “menyatukan”,
“bergabung,” atau “bersama,”. Dengan menggabungkan gerakan-
gerakan tertentu serta meditasi, yoga juga ampuh menyeimbangkan
pikiran dan menajamkan konsentrasi Anda.
Sebuah keputusan terbaik, jika Anda berpikir untuk mengikuti
kelas Yoga. Jangan merasa takut tidak bisa atau kesulitan mengikuti
gerakan-gerakan dari teknik yoga. Sejatinya, yoga itu mudah
dipelajari dan dipraktekan. Bagi Anda yang masih “pemula” dengan
yoga, berikut ini ada beberapa tips yang bisa Anda terapkan ketika
melakukannya untuk pertama kali.
Mulai Perlahan Temukan posisi yoga yang nyaman untuk Anda
ketika pertama kali mengikuti sesi latihan. Mulailah
gerakan secara perlahan dan atur nafas Anda. Anda
pasti akan mendapati posisi yoga yang sulit untuk
dilakukan, karena tubuh masih terasa kaku. Tapi
jangan khawatir, lama-kelamaan sepanjang Anda
rutin berlatih, gerakan-gerakan yoga yang rumit itu
akan terasa mudah untuk dilakukan.
Pilih cabang YogaKetika Anda mendaftar kelas yoga, Anda akan menemukan
banyak pilihan cabang yoga yang ditawarkan. Mulai dari cabang
utama yoga, seperti Hatha Yoga, Karma Yoga, Juana Yoga, Bhaki
Yoga, dan Raja Yoga. Anda boleh memilih style yoga yang sesuai
dengan tingkat kebugaran, kepribadian, dan kondisi kesehatan
Anda.
MakanPerlu diketahui, yoga itu paling baik dilakukan saat perut
kosong atau usahakan untuk tidak mengonsumsi makanan yang
berat. Anda boleh saja mengonsumsi makanan ringan dua jam
sebelum latihan.
Instruktur YogaUntuk para pemula, ada baiknya melakukan gerakan-gerakan
yoga di bawah pengawasan instruktur yoga berpengalaman.
Mereka bisa mengoreksi postur (asanas) atau gerakan kalian,
sehingga menghindari diri dari cedera akibat salah gerakan.
PernafasanAturlah nafas Anda dengan baik dan benar saat
melakukan berbagai postur yoga. Pernapasan yang
baik akan membantu Anda lebih rileks. Jika Anda
tidak bisa bernapas dengan lancar atau mulai merasa
kelelahan atau sakit segera akhiri pose yang sedang
Anda lakukan.
WaktuPagi hari adalah waktu paling tepat untuk melakukan yoga.
Di samping Anda akan mendapatkan udara pagi yang segar,
suasana pagi ketika matahari terbit juga membawa ketenangan.
Anda akan merasakan relaksasi terbaik pada jam-jam tersebut.
Anda pun akan lebih fit untuk memulai hari.
Perlengkapan YogaDua perlengkapan yoga yang harus diperhatikan adalah pakaian dan matras yoga.
Kenakan pakaian yang agak longgar, karena itu akan membuat Anda lebih nyaman dalam
melakukan pose yoga. Anda perlu memakai sesuatu yang tidak membatasi gerakan Anda
selama beryoga. Matras adalah alat yang paling wajib Anda miliki untuk melancarkan
latihan yoga. Berinvestasilah dengan matras yoga yang baik. Dengan matras berkualitas
tinggi dan awet akan terus mendukung kenyamanan Anda dalam berlatih yoga.
Suasana YogaYoga semestinya dilakukan di tempat dengan
ventilasi yang baik, terang, dan bebas dari gangguan.
Anda dapat menemukan kelas yoga pemula di banyak
tempat. Namun, jika Anda memutuskan untuk
berlatih sendiri di rumah, usahakan ciptakan suasana
yang tenang dan nyaman. Matikan TV, komputer,
ponsel, atau perangkat elektronik untuk menghindari
suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi
yoga Anda. Bisa juga menyiapkan aromaterapi untuk
menambah sensasi rileksasi di dalam ruangan.
60 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 61Vol. 61 | Mar-Apr 2015
T H E I N T E L L I G E N T I N V E S T O RPenulis : Benjamin Graham & Jason Zweig
Penulis : Professor Daniel Freeman & Jason Freeman
“By far the best book on investing ever written”
HOW TO KEEP CALM AND CARRY ONInilah bacaan wajib bagi siapa pun yang mempelajari atau
menggeluti dunia investasi. Buku ini menggambarkan dengan
sangat brilian kerangka emosional dan alat-alat analisis penting
penentu sukses finansial seorang investor. Ajaran-ajaran di dalamnya
telah teruji waktu; berakar pada telaah perilaku pasar modal selama
lebih dari 100 tahun. Anjuran-anjurannya pun nyaris selalu terbukti
benar karena bersandar pada 50 tahun lebih pengalaman sang
penulis, pemikir terbesar sepanjang masa di bidang investasi-praktis.
Benjamin Graham dikenal sebagai master peneliti sekuritas hingga
ke detail mikroskopik, bahkan nyaris molekuler. Graham sadar bahwa
setiap pendekatan mencetak laba yang mudah dijelaskan dan diikuti
oleh banyak orang dengan sendirinya merupakan pendekatan yang
sederhana dan mudah punah. Graham juga tak pernah lupa bahwa
kesimpulan objektif membutuhkan sampel sangat panjang dari
banyak sekali data. Mengutip pepatah filosofis Spinoza: “Segala yang
istimewa pastilah sulit dan langka.”
Apakah Anda memiliki kecemasan berlebih yang tidak
Anda harapkan? Apakah ketakutan-ketakutan yang
membayangi Anda membuat Anda tertekan? Apakah
kegelisahan Anda mengganggu kehidupan Anda sehari-hari?
Seharusnya jangan sampai terjadi seperti itu.
Menggunakan teknik-teknik yang terbukti efektif, psikolog
kenamaan, Profesor Daniel Freeman dan penulis bidang psikologi,
Jason Freeman, merangkum riset-riset terkemuka untuk
membantu Anda menaklukkan kecemasan Anda dan merasa lebih
tenang, fokus, dan seimbang (menunjukkan kepercayaan diri,
kesadaran diri, dan tekad).
BooK rEViEwBooK rEViEw
Penulis : Jamil Azzaini
Penulis : Kevin Wu
Tuhan, Inilah Proposal Hidupku
EVERYTHING IS POSSIBLEBanyak orang berkata hidup itu mengalir saja seperti air, toh
nanti akan sampai ke laut juga. Benarkah? Tidak semua air
kalau dibiarkan akan mengalir ke laut. Seperti air, aliran
hidup kita pun, menurut Jamil Azzaini, harus diarahkan melalui
sebuah proposal hidup. Ia mencontohkan dirinya yang menyusun
sendiri proposal hidupnya untuk sekian tahun ke depan, termasuk
capaian dan lompatan-lompatan hidup yang akan dituju. Seterperinci
mungkin, semendetail mungkin, sedemikian rupa sehingga arah hidup
menjadi jelas. Proposal itu dibuat untuk menuntunnya menggapai
prestasi tertinggi yang bisa dibanggakan di hadapan Allah.
Anda tidak akan mampu meraih keberhasilan hidup bila menyerahkan
hidup Anda kepada orang lain. Anda-lah yang menentukan hidup
Anda. Anda-lah yang harus menjalani hidup Anda sendiri. Untuk itu,
Anda perlu membuat sebuah proposal hidup sebagai kompas hidup
Anda. Jamil akan membantu memberi peta jalan, tapi Anda-lah yang
harus mengendarai mobilnya. Jamil akan menuntun Anda melalui
tahap demi tahap, tapi Anda-lah yang harus berjalan ke tempat
yang dituju. Jika Anda mengerjakannya dengan sungguh-sungguh,
imbalannya akan sangat besar untuk hidup Anda.
Jangan bersedih. Teruslah belajar dan berusaha! Karena
semua tokoh besar dunia awalnya juga disepelekan,
diremehkan, dan ditertawakan. Karena orang-orang
istimewa seperti Anda memiliki potensi dan visi yang tidak dimiliki
oleh kebanyakan orang. Jika saya bisa, Anda juga pasti bisa, karena
“Everything is Possible”!
62 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 63Vol. 61 | Mar-Apr 2015
TRAVELLER NOTE I PATAGONIA RIDE
PATAGONIA RIDEPerjalanan 4500km (Chile)
Menuju THE END OF THE ROAD menggunakan motordan dibayar oleh pemandangan yang tak pernah Anda bayangkan.
Words and Photography by Alex P ChandraWords and Photography by Alex P Chandra
Alex P Chandra
National Park Torres del Paine
When taking this pic, the wind is blowing at 150km/hour!
Incredible wind. The Strongest i’ve ever experienced. it is
hard just to stand still.
Alex P Chandra
National Park Torres del Paine
When taking this pic, the wind is blowing at 150km/hour!
Incredible wind. The Strongest i’ve ever experienced. it is
hard just to stand still.
Alex P Chandra
National Park Torres del Paine
When taking this pic, the wind is blowing at 150km/hour!
Incredible wind. The Strongest i’ve ever experienced. it is
hard just to stand still.
64 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 65Vol. 61 | Mar-Apr 2015
TRAVELLER NOTE I PATAGONIA RIDE
Harundia solent, sunditate id ut ma
dolentinus ad milliae cust alias accatiis
expe conse pa paris nis sundigendic
tectinis sequam et molum sed mod
eum fugit ent modipit quia comnimod
ut quame cum sunt incta di doluptatae
dolestrum harchil magnis essunte cepera
cus dignati onserumquia volut el maiosam,
omnihic temquaecum sincimolo totas
quiatur, sundios re volore culligendae
con reperferum nonectis non corit,
omnis rerchic atemperatur, ipsam, occus
volorem earist aut in culpari sinctor
emquatum ducipsam commolor rehent
aliti que volorem nulpa velibus aditi ab
in res minctem pelestr upicae ventior
auteste mporro qui necus modit explignis
as nesectotam rem atentecte veniminctat
a nossiminis de eos asitem nisquuntur min
pro quat estenimin rehendandis voloriam,
si odit ullam rest, corehendis el molore
natet fuga. Ut ma cor sit eos ario que la
vollabor si sam aspictor apicte Equatati
simus maio omnimol eceperiam net aut
aliquiscidus de consequam, tem qui culliqu
iderferume conseque poriorum repudis
eosam, cor re eosam, simpern atiatios
molectus essunt everit plistist odist,
consectemped quam etus di utestibusam,
Tiscid eaquid ute nihiliq uodiandel eat
explabo rporemp orehend andeliquam rento
conseque et, sin recerfe ritatem ulpa etur
acidestotas ne nes sunt evelligent dollore
caepra idit as incia inverciet milles eveleceat
ped quunt quos volore et, aut ut aceritio od
66 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 67Vol. 61 | Mar-Apr 2015
PELOPOR SEWA FILM ONLINE
REED HASTINGS
Reed Hastings membawa
aktivitas rental film ke
dunia maya lewat Netflix.
Di Negeri Paman Sam, nama Netflix
sudah sangat identik sebagai tempat
penyewaan DVD. Eits, tapi ini bukan
sembarang toko rental film, karena Netflix
menawarkan pengalaman menyewa film
hanya lewat online. Ya, Netflix membuat
warga Amerika Serikat semakin mudah
dalam menyewa film. Mereka tidak perlu
repot pergi ke toko rental film, dan kembali
lagi untuk mengembalikan kepingan-
kepingan DVD yang disewanya. Cukup duduk
di sofa sambil memanfaatkan internet dan
laptop, maka mereka sudah bisa menyewa
film di Netflix.
Tidak hanya dengan laptop, gadget dengan
sambungan internet seperti PlayStation
3, Xbox 360, Wii, hingga smartphone
Android maupun iPhone pun sudah bisa
menyambungkan mereka dengan Netflix.
Cukup merogoh kocek beberapa dolar untuk
biaya sewa bulanan saja, kita sudah bisa
mengakses perpustakaan video streaming
film milik Netflix, di mana menawarkan
ratusan ribu judul film dari berbagai genre
dan era. Selain video streaming, Netflix juga
bisa mengirimkan film yang ingin ditonton
lewat pos, hanya saja waktu sewanya dibatasi
sebulan atau sampai ada orang lain yang ingin
menyewa judul film kita.
Adalah Reed Hastings, otak dibalik ide brilian
Netflix. Pria kelahiran Boston Massachusetts
pada 8 Oktober 1960 silam ini mendirikan
bisnis Netflix pada tahun 1997 bersama
rekannya Marc Randolph. Hastings mengaku
bahwa ia terinspirasi mendirikan Netflix
lantaran ia merasa kecewa harus merogoh
kocek sampai US$ 40 untuk menonton
film Apollo 13. Saat itu ia bertekad untuk
membuat bisnis rental film sendiri saja.
Sebelum sukses mendirikan Netflix, Hastings
yang meraih gelar kesarjanaan di bidang
matematika di Bowdoin College, Brunswick,
Maine pada 1983 ini pernah menghabiskan
waktunya untuk berjualan vacuum cleaner
merek Rainbow dari pintu ke pintu. Tapi
kini nasibnya berubah, bisnis Netflix yang
dirintisnya tumbuh bergitu pesat, bahkan
menjadi perusaan raksaa di Amerika Serikat.
Netflix pun mengantarkan Hastings sebagai
Business Person of The Year 2010 versi
Majalah Fortune, bahkan ia mengalahkan
nama-nama besar seperti Mark Zuckerberg
(Facebook), Steve Jobs (Apple), dan Alan
Mulally (Ford) dalam daftar tersebut. Pada
tahun 2009, Hastings juga berhasil masuk
dalam daftar 30 pebisnis online terkaya
dunia. Total kekayaan bisnis online-nya saat
itu mencapai US$150 juta.
Front oF minD
68 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 69Vol. 61 | Mar-Apr 2015
ISSUE
Socialita : Yoshida “Ochie” Chandra
- Cinta 2 Bahasa
Teenlit Corner :Episode
25 Old Jensen
Lifestyle :5 Motorsport Terkencang
Di Dunia
Hastings berhasil membuat Netflix meraup
penjualan hingga US$ 5 Juta pada tahun
1999 silam. Namun, saat ini penjualannya
mampu melesat hingga US$ 2 Miliar.
Bahkan Netflix yang berkantor di Los Gatos,
California ini berhasil memiliki hak untuk
streaming film-film keluaran studio ternama,
seperti Paramount, MGM, dan Lionsgate.
Hastings mampu menggenjot pertumbuhan
perusahaannya yang awalnya hanya sebatas
perusahaan kecil, namun kini menjadi
“pemain kelas dunia”.
Kesuksesan Netflix juga tercapai berkat
kecanggihan software Cinematch. Aplikasi
ini mampu membaca preferensi pelanggan
terhadap DVD yang mereka tonton. Aplikasi
ini mampu memberikan rekomendasi
DVD tertentu kepada pelanggan, sambil
mencocokan stok DVD di inventory mereka.
Netflix pun mampu meraih 4 juta pelanggan
baru hanya dalam kuartal keempat di tahun
2010.
Kini Netflix sudah merangkul kira-kira
hampir 13,9 juta pelanggan. Perusahaan
ini bahkan memperluas jangkauan
pelanggannya hingga ke Kanada. Lantaran
kesuksesannya inilah, harga saham Netflix
meroket di bursa Nasdaq hingga lebih dari
200 persen sejak Januari 2010.
Sebelum ide streaming online muncul,
Hastings awalnya hanya memanfaat email
dalam melayani pelanggannya di Amerika
dan mengirimkan DVD yang ingin disewa
via pos. Namun, karena kejeliannya melihat
peluang yang lebih spesifik di internet, maka
ia pun membuat terobosan dengan nonton
film lewat streaming online. Ia melihat
konsumen pasti akan lebih memilih untuk
memperoleh film yang langsung dikirimkan
melalui internet. Apalagi pada tahun 2000,
sekitar tujuh persen warga Amerika Serikat
telah berlangganan internet broadband.
Hastings pun mengubah strategi bisnisnya
dengan memberikan fasilitas streaming film
dan acara TV lewat internet. Meski strategi
ini harus memberi dampak yang kurang
mengenakan untuk bisnis penyewaan DVD di
dunia nyata.
Front oF minD
At Netflix, we think you have to build a sense of responsibility where people care about the enterprise. Hard work, like long hours at the office, doesn’t matter as much to us. We care about great work. - Reed Hastings
youth, woman & netizen
NEXTGENERATION
Maret - April 2015
70 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 71Vol. 61 | Mar-Apr 2015
SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN
DAri DEpAn LAyAr KE BELAKAng LAyAr.
DAri iBu SAtu AnAK mEnJADi ‘iBu inggit’
SEmuA tELAh DiJALAninyA.
Seorang pria
berkewar-
ganegaraan
asing tengah asik
melontarkan
beberapa kosa kata bahasa
Indonesia di hadapan seorang
pria lokal. Meski terdengar
kaku dan tersendat-sendat, si
bule tetap percaya diri dalam
menuntaskan kalimat demi
kalimat. Sementara itu, si pria
lokal sesekali menuntun dan
memperbaiki pelafalannya
Pemandangan seperti inilah
yang kerap mewarnai aktivitas
di Cinta Bahasa, sebuah sekolah
bahasa yang fokus pada
program BIPA (Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing). Di sekolah
ini pula, seorang Yoshida Candra
merintis impiannya di bidang
bahasa dan pendidikan. Lewat
sekolah yang didirikannya sejak
2010 silam tersebut, wanita
yang akrab disapa Ochie ini
membantu kalangan ekspatriat
dan turis yang tengah berlibur
di Bali untuk bisa berkomunikasi
dalam Bahasa Indonesia.
Kepindahan Ochie ke Ubud
pada tahun 2009 silam adalah
tonggak awal ide Cinta Bahasa
tersebut bertunas dan sekaligus
perkenalannya dengan
lingkungan ekspatriat setempat.
Dalam komunitas orang asing
tersebut, ia mendapati sebuah
fenomena, di mana sebagian
besar rekan ekspatriatnya jarang
untuk sekadar mencoba-coba
menggunakan bahasa Indonesia
dalam berkomunikasi. “Setiap
bertemu mereka, aku harus
ngomong dengan bahasa Inggris,
kok lama-lama aku seperti tidak
berada di Indonesia saja. Setelah
aku tanya ke mereka, akhirnya
baru tahu kalau mereka merasa
kurang pede dan kesulitan dalam
belajar bahasa Indonesia,” jelas
wanita kelahiran 16 Juni 1982
ini.
Ochie juga mengungkapkan
bahwa kebanyakan rekan
ekspatriatnya mengaku
bahwa saat itu sekolah khusus
BIPA hanya terkonsetrasi di
Yogyakarta. Sementara itu,
mereka merasa keberatan
meninggalkan Bali lantaran
banyak pekerjaan mereka yang
tak bisa dilepaskan di sana.
“Meski mereka punya teman
Indonesia yang mengajari
mereka bahasa, tapi itu kan
hanya sebatas di permukaan
saja. Belum bisa terlalu
mendetail dan mendalam,”
tambahnya.
Bagi Ochie sendiri akan
terdengar lucu, apabila ada
orang asing yang bekerja dan
menetap lama di Indonesia,
yoShiDA “ochie” ChAnDrA
SI PENcINTA BAHASA DAN MAWAR MERAH
tetapi tidak bisa berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia.
Menurutnya, adanya keinginan
untuk mempelajari dan
menggunakan bahasa Indonesia
sama halnya merupakan bentuk
penghargaan orang asing
terhadap budaya kita. Semenjak
itulah, Ochie bersama suaminya
Stephen DeMeulenaere
bertekad untuk mendirikan
sekolah khusus BIPA di Bali.
“Awalnya aku dibantu sama salah
satu sekolah BIPA di Yogyakarta
untuk menyusun kurikulum
kami. Kami rancang silabus dan
bikin buku sendiri. Enggak mau
pakai materi orang lain, karena
saya ingin mengajarkan bahasa
Indonesia yang sifatnya lebih
informal atau bahasa sehari-hari.
Jadi mereka enggak akan merasa
kaku, ketika mempraktekannya
dengan orang lokal,” terang
wanita yang berdomisili di
wilayah Kedewatan ini.
Sebelum memiliki basecamp-nya
sendiri di Jalan Raya Campuhan
– Sanggingan, Ochie mengawali
Cinta Bahasa lewat konsep
kelas private serta bekerjasama
dengan beberapa institusi
pendidikan dan seni di daerah
Ubud. “Awalnya kita buka kelas
malam dulu dan kita tawarkan
ke teman-teman ekspatriat di
lingkungan kami. Waktu itu yang
ngajar masih tiga orang. Bisa aku,
suamiku, atau temanku Bude
Novi. Kita menggunakan flash
card yang berisi kosa kata bahasa
Indonesia, ketika belajar di luar
kelas,” ucapnya.
Lambat laun, permintaan untuk
belajar bahasa Indonesia pun
mengucur deras. Ochie bersama
suaminya pun mulai membangun
sistem manajemen yang lebih
kuat dan terus memperbaharui
kurikulum serta metode
pengajaran mereka. Mereka juga
mulai memperkuat pemasaran di
dunia maya. Dari yang awalnya
hanya kelas malam, kini sudah
mampu menawarkan kelas-
kelas dengan variasi waktu
dan tingkatan. Cinta Bahasa
menawarkan kelas beginner,
kelas intermediate, hingga kelas
advance.
Tak hanya itu, Cinta Bahasa
kini telah mampu merangkul
enam belas pengajar dengan
tambahan lima orang admin di
dalamnya. Bahkan Cinta Bahasa
tidak hanya “bermain” di pangsa
pasar Ubud saja, melainkan
berekspansi ke beberapa daerah
pariwisata lainnya, seperti Sanur,
Kuta, dan Canggu. “Sejauh ini
Ubud dan Sanur cukup lumayan
pangsa pasarnya. Di beberapa
SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN
72 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 73Vol. 61 | Mar-Apr 2015
SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN
kesempatan, klien kita juga
datang dari kalangan militer dan
diplomat Australia, Eropa, hingga
Amerika,” tutur wanita berdarah
Padang ini.
Untuk ke depannya, Cinta
Bahasa ditargetkan akan segera
berekspansi ke Australia.
“Sebelumnya, kami memang
sudah menjalin banyak
kerjasama dengan beberapa
sekolah di Australia. Ini
membukakan peluang kami
untuk sekalian ekspansi ke sana,”
ungkap Ochie.
Sementara itu, diberlakukannya
Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia (UKBI) oleh
guru, penerjemah, atau tour guide
saja. Tapi aku enggak mau. Aku
maunya di luar dari kotak itu,”
ungkapnya. Ochie percaya masih
banyak peluang karir lainnya si
luar sana yang membutuhkan
kemampuan dari jurusannya
Alhasil berkat tuntunan saudari
kembarnya, wanita penyuka
traveling ini pun hijrah dari kota
asalnya Padang ke Jakarta untuk
melamar posisi copywriter di
sebuah perusahaan periklanan.
“Jujur aku awalnya buta banget
sama dunia advertising. Tapi dasar
aku orangnya nekat, jadi berani
untuk apply. Meski dari wawasan
di bidang ini, aku benar-benar
zero, tapi kantor sangat sabar
pemerintah Indonesia
untuk ekspatriat yang ingin
memperpanjang KITAS (Kartu
Izin Tinggal Terbatas) juga dinilai
Ochie akan memberi peluang
baik lainnya bagi Cinta Bahasa di
tahun mendatang.
Out of the Box
Meski mengantongi gelar S1
Sastra Inggris di Universitas
Andalas, Ochie bertekad untuk
mencari pekerjaan di luar dari
“kotak karir” lulusan Sastra
Inggris pada umumnya. “Aku
kuliah di Sastra Inggris, karena
memang suka mempelajari
bahasa. Banyak yang nyaranin
kalau sudah lulus ngelamar jadi
“RESPON MASYARAKAT
SANGAT LUAR BIASA
DAN APPRECIATE.
KAMI INGIN
MEMPERKENALKAN
KE MASYARAKAT
BAHWA KAMI
SEBAGAI BRAND
LOKAL JUGA SANGAT
DIMINATI PASAR
INTERNATIONAL DAN
PERLAHAN MEMBUAT
MEREKA MENGERTI
BAHWA PRODUK
LOKAL TAK KALAH
BAGUS.
~ ARYA SUTEDJA ~
melatih aku sampai bisa. Dan
aku pun mulai suka dengan dunia
advertising ini,” jelasnya.
Hampir enam tahun, Ochie
menggeluti profesi copywriter,
bahkan ia sempat mencicipi
beberapa advertising agency
ternama di Jakarta. Sayangnya,
pada suatu ketika, ia
memutuskan untuk berhenti
dari dunia tersebut. “Jujur saja
aku enggak kuat dengan jam
kerjanya. Bayangkan kamu
pulang kerja jam 4 pagi dan
sudah harus balik ke kantor
lagi jam 10 pagi. Apalagi jika
sudah berkeluarga nanti, tentu
tidak sehat dalam hal membagi
waktu. Kalau terus-terusan
74 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 75Vol. 61 | Mar-Apr 2015
seperti itu, rasanya tidak bisa mencapai
kreativitas yang diinginkan,” pikirnya. Meski
begitu, Ochie sangat berterima kasih kepada
dunia periklanan yang telah memberikan
banyak pengalaman berjejaring, kerja tim,
dan meningkatkan kemampuannya dalam
berbahasa.
Selepas dari dunia periklanan, Ochie kembali
mencoba mengasah kemampuannya di
bidang tulis menulis dengan melamar sebagai
kontributor freelance untuk dua majalah
internal bank. Ternyata menjadi sebuah
tantangan tersendiri bagi Ochie untuk bisa
menulis sebuah artikel panjang. “Memang
base aku sendiri adalah bahasa, sehingga
egoku sedikit menggampangkan pekerjaan
ini. Tapi kenyataannya tidak semudah itu. Aku
hampir ditampar oleh sebuah quote dan baru
sadar kalau tulisan bahasa Indonesiaku masih
kacau, untuk lolos sebagai sebuah artikel
ya,”ujarnya dengan sedikit tawa. Semenjak
itulah, Ochie mulai giat melatih kemampuan
tulis Bahasa Indonesia. KBBI pun jadi
sahabat barunya.
Tanda-tanda minat Ochie untuk terjun ke
dunia pendidikan memang belum terlihat
jelas saat itu. Namun perkenalannya dengan
dunia tersebut sudah terjadi, meski tanpa
disengaja. Tahun 2008, Ochie sempat
diminta oleh Universitas Bina Nusantara
untuk mengisi kelas periklanan untuk jurusan
Sastra Inggris. “Waktu itu mereka memang
butuh praktisi di bidang periklanan, sehingga
tawaran itu pun datang ke aku. Awalnya
cuma kelas advertising saja, tapi kemudian
lanjut manage kelas TOEFL dan desktop
publishing,” terangnya. Dari aktivitasnya
sebagai dosen tamu itu lah, ia mulai belajar
tentang bagaimana menyusun kurikulum
dan silabus. Ochie pun mulai terbiasa dengan
ritme mengajar.
Tahun 2009 mempertemukan Ochie
dengan Ubud. Awalnya ia hanya berniat
untuk menjadi volunteer di ajang festival
sastra bergengsi Ubud Writers & Readers
Festival saat itu. Di gelaran Internasional itu,
Ochie mendapatkan tugas sebagai Liaisons
Officer untuk penulis nasional, Seno Gumira
Ajidharma. Menariknya tidak berhenti hanya
sebagai volunteer selama dua minggu, Ochie
malah memutuskan untuk menetap dan
mencari kerja di Ubud.
“Waktu itu kebetulan UWRF membuka
lowongan fulltime sebagai volunteer
coordinator. Aku ditawarin dan kemudian
diterima jadi salah satu bagian di sana,”
SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN
sambungnya. Dalam perjalanannya, siapa
sangka Ochie tidak hanya bertemu dengan
tambatan hatinya, Stephen di Ubud, tetapi
juga menemukan mimpi barunya lewat Cinta
Bahasa.
Kisah FloLady
Sesosok feminim itu bernama FlowLady.
Gadis berambut panjang bergelombang ini
sangat menyukai bunga. Saking besarnya
rasa cinta FloLady terhadap bunga, terutama
mawar merah, membuat busananya pun
kerap dihiasi aksen-aksen kembang. Bunga
mawar juga menjadi simbol dari karakter
FloLady yang cenderung girly dan bersahaja.
Sejatinya karakter FloLady ini hanyalah fiktif
belaka. Karakter ini muncul dalam sebuah
buku karangan Ochie yang bertajuk A Tale of
Crestfallen by FloLady. Ya, diam-diam ternyata
Ochie telah mengeluarkan debut karya
sastranya di tahun 2012 lalu.
“Aku memang suka nulis, tetapi aku enggak
mau dibilang penulis. Banyak kawan yang
mendorong aku untuk nerbitin buku ini.
Konsep buku ini sendiri sebenarnya lebih
cenderung ke kumpulan cerita pendek,
di mana isinya lebih bersifat personal
baik menyangkut kehidupan aku maupun
di sekitar aku,” ujar wanita yang gemar
mengenakan dress ini. Dalam bukunya,
Ochie juga mengajak para pembaca untuk
melepaskan kesedihan dan mengetahui pasti
apa sesungguhnya persoalan mereka, serta
mampu menemukan solusinya sendiri.
Uniknya dalam buku perdananya tersebut,
Ochie berkolaborasi dengan saudari
kembarnya. Ilustrasi-ilustrasi cantik yang
menghiasi seluruh halaman buku tersebut
merupakan hasil goresan tangan saudari
kandungnya sendiri. Ochie mengaku kalau
buku tersebut diterbitkan secara indie dan
hanya hanya dicetak terbatas sekitar 500
eksemplar. Pun bisa ditemukan di beberapa
toko buku tertentu di daerah Jakarta,
Bandung, Jogjakarta, dan Bali. Buku ini juga
pernah launching di ajang Ubud Writers &
Readers Festival 2013.
Usut punya usut, ternyata karakter FloLady
sudah menempel pada diri Ochie layaknya
“brand” jauh sebelum dirinya merilis
buku tersebut. Di laman blog dan media
sosialnya, Ochie malah lebih dikenal dengan
embel-embel FloLady yang menyertai
nama terangnya. “FloLady ini sebenarnya
alterego yang tak sengaja dibuat olehku dan
saudariku. Kebetulan saudariku itu punya
clothing line di Jakarta yang bertema dark.
Nah, FloLady ini sengaja dibikin sebagai
pelengkap dari clothing brand story tersebut.
Karena aku juga bantu branding, mau enggak
mau karakter itu juga nempel sama aku,”
tegas wanita yang juga punya hasrat di
bidang fashion ini.
Ochie juga mengungkapkan, bahwa karakter
FloLady yang dibuat memang mengikuti
dari karakter pribadinya secara nyata. Baik
dari segi fisik yang identik dengan rambut
keriting dan tubuh semampai, segi fashion
yang cenderung feminim, dan juga pencinta
bunga.
“Semua barang kesukaanku pasti ada motif
bunganya. Kalau mau ngasik kado aku
gampang aja, cukup sekuntum mawar,”
pungkas wanita penikmat karya Jane Austen
dan Virginia Wolf ini penuh tawa. NG
SOCIALITA | PEREMPUAN MULTIPERAN
“Memang base aku sendiri adalah bahasa, sehingga egoku sedikit menggampangkan pekerjaan. Tapi kenyataannya tidak semudah itu. Aku hampir ditampar oleh sebuah quote dan baru sadar kalau tulisan bahasa Indonesiaku masih kacau, untuk lolos sebagai sebuah artikel ya.”
76 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 77Vol. 61 | Mar-Apr 2015
“He won’t tell. So our only choice is to let him
come with us.”
I rolled my eyes. “You are a sorcerer! Take the
information out of his brain or force him to
tell, hypnotize him or something!”
Evan growled. “He’s a Phantom, Adrianna.”
“What the heck is a Phantom?”
“A Phantom is a high leveled Spirit Caster. He
can control anything that involves spirits. I’m
not going to win against him, Adrianna,” Evan
replied bitterly, “so we might as well have him
on our side.”
I did’t know what to say. I followed him
quietly across the village, passing more
peculiar house and trees, but my mind was
elsewhere. I didn’t know what was a Spirit
Caster, but I didn’t like it.
“Uh...,” I mumbled, suddenly, “ can I ask you
something?”
Evan raised an eyebrow silently in approval.
“Can Alex... read minds?” I already felt stupid
for asking that. It was weird that a couple of
days ago I didn’t believe in magic, and now I
was actually suggesting that a random guy
possess the ability to read minds.
Evan didn’t laugh. Well, I wasn’t expecting
him to laugh anyway--not in this condition--
but he only nodded with no expression. “One
Evan was walking very quickly on the path, not
even looking back to see if I was following him
or not.
“Hey!” I called out, “wait for me! I’m coming
with you!”
Evan didn’t say anything, but slowed down
slightly. I finally caught up with him and
grabbed his arm. “Stop walking so fast,” I told
him, “what is wrong with you? Why are you
so mad all of the sudden?”
Evan jerked back his arm. “I’m fine.”
“Sure you are...,” I said sarcastically. “Look,
I’m sorry I went out last night. I know, it’s
dangerous...”
Evan growled. “It’s not about your little walk,
even though it was a stupid choice. It’s about
that guy, Alex, okay? I don’t trust him and I
don’t like the fact that he’s coming with us.”
I raised my eyebrow in surprise. “I thought
you guys are long lost friends or something.”
Evan scoffed. “I just met him last night. He’s a
Phantom, and I don’t trust Phantoms.”
I had no idea what Evan had just said, but I
said, “so why did you let him come with us?”
He sighed. “I have no choice. He knows how
to get to the Red Witch, and we do need him.”
“Why don’t you just ask him the way to the
Red Witch?” I asked.
Old JensenEpisode XXV
teenlitcorner
of the Spirit Caster special ability. He can
only read weak minds though. So it’s not a
surprise if he can read yours.”
“Uh, thanks,” I frowned. “So that’s how he
found out I was a princess. And the comment
about the dress last night. Such a liar,” I spat.
“What comment?” Evan suddenly sounded
harsh.
“About my dress. I was just thinking about my
dress and he showed up and complimented
it.” I rolled my eyes. “Scared me to death.
Anyway, why was it dangerous for me to
go out at night? Something about the Red
Witch--?”
“It’s just is,” Evan answered absently. “We’re
here.”
We stopped outside a huge, elegant tree,
with diamond chandeliers hanging down
between the laves. I mean, actual diamonds,
not the imitation. I could see it by the way it
glistened under the sunshine by the way it
sparkled. It sparkled just like Celia’s birthday
necklace from my dad.
bran
ain.
com
teenlitcornerSamantha Chandra
www.adriannaandevan.blogspot.com
“We don’t need to.”
“Maybe the mayor is not home...”
“No, he is home. You’re not patient enough,
princess!” Evan snapped again.
“And you’re extra grumpy today,” I concluded,
sighing. I decided to stay quiet and see how
long we were going to wait in front of this
tree.
Suddenly, the glistening wooden door clicked
and swung open. I scooted closer to Evan, not
knowing what to expect.
A short figure stepped out. “Hello, Evan.
Welcome back. Hello, Adrianna! I heard you
are well?” he said in a friendly tone.
The mayor was short, round, and wrinkly.
He looked like a dry plum that had no more
water in its body. I couldn’t help but stare at
him in amazement. He looked so old, every
time he moved I got a mini heart attack,
expecting him to crumble and drop dead on
the floor. But what made him stranger, what
made him kept my eyes glued to him was that
his skin was slightly green, with red spots all
over his body. If that was because he was a
descendant of sprite, I wasn’t sure if that was
a great thing anymore, because he seemed
so... drained. I doubted that he could do any
kind of simple magic.
I didn’t realize I haven’t replied to the mayor
until Evan nudged me. “Uh, yeah, I am
well,” I finally answered. “I am really, really
thankful for your hospitality. Your healers are
amazing. And you have a really nice village.”
The mayor laughed. “Thank you! As you can
see, my ancestors did a great job building
it. You do know that I am a descendant of a
“How can people not steal these diamonds?” I
gasped, looking at the diamonds with eyes as
wide as tennis balls.
Evan scoffed. “Only a stupid person would
steal from a descendant of sprite.” He
knocked the door three times and then
waited.
“Descendant? Of a sprite?” I repeated. “Okay.
I’m not even surprised anymore. Of course
he is.”
We waited for a few more minutes, until
I finally said, “what are we waiting for,
exactly?”
Evan sighed as if I was something really
annoying that he had to deal with. “Patient,
princess! Don’t they teach you that back at
the palace?”
“Geez, I’m just asking. You don’t have to snap
at me. Now you put us both in a bad mood,” I
grumbled, looking away.
A few minutes passed again. “Uh, maybe we
should knock again?” I finally suggested.
sprite, right? You see, my ancestors are high
skilled sprites. This area used to be a part of
the Shadow Woods, before they enchanted
it and binded it with their magic. They tamed
the trees and the nature, shaping it into
this incredible place. I can see you’re one of
the few humans who still believe in magic,
ah? I can see it in your eyes. Oh, where’s my
manners! Come in, come in, let’s not stand
here all day. I am really excited to chat with
you, Miss Adrianna,” he chattered, “you know,
we don’t get visitors often.”
I smiled, immediately liking him. Evan and
I followed him into the tree. I tried to gulp
down my amazement and act natural, but
looking at the inside of a massive towering
tree was really fascinating. I was restraining
myself from climbing the spiral staircase onto
the treetop. The room inside was surprisingly
big and it had plenty of room for activities.
There were more rooms, high up there in
the walls, even though I couldn’t imagine
where the rooms were attached to the tree.
The room I was in was filled with couches,
beanbags, and cushions. In the middle of the
room was a small coffee table and on the
edge of the room, was a carved-in shelf full
of books.
“Sit wherever you like,” the mayor told us
with a warm smile. He walked slowly and
carefully onto a big couch and sat down with
a victorious smile. “Sorry it took so long fro
me to get the door. I am not as fit as I used to
be, you see.”
Evan shook his head, “it’s okay, Mr Mayor
sir--”
“Oh, just call me Jensen. Or Old Jensen, like
some villagers liked to call me,” he chuckled.
“Now, I’m guessing you wanted to ask me few
78 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 79Vol. 61 | Mar-Apr 2015
things before you continue your journey?”
“Well, actually--yes,” Evan answered.
Old Jensen laughed. “Sure, ask me anything
you want, and I will gladly answer it if I
could. But first... I want to hear your story,
Adrianna,” he looked at me, smiling.
“My--my story?” I stuttered.
“Yeah, about that...” Evan started.
“I know from the charming Evan right here,
you are a little girl who got lost in the Shadow
Woods while you were collecting flowers.
He said, he found you crying from the terror
of the woods,” the mayor looked at me in
concern. “How frightening. Alone, in the
woods, with no one to help. You’re so lucky
you found this gentleman.”
What the heck?! I glared at Evan in disbelief
as the mayor started to pat me in pity. “I
understand that you are looking for your
family. But how did you get lost? How did
you come into such bad luck of meeting some
giants?”
I was speechless. I tried to find my words as
the mayor looked at me in concern. After a
few seconds of racking my brain hard, I said,
“I... uh, forgot?”
The mayor immediately looked horrified.
“Did the injury made you lose your memory?
Oh dear, should I get the healers?”
“No no no!” I quickly replied, “I think I
remember now!”
Old Jensen sighed in relief, and slumped
back into his couch. “Oh dear, you had me
frightened there for a second. Such a shame
if a beautiful girl like you suffer from an
amnesia.”
“I remember it now. I was... uh, going on a
trip. Yeah, with my family. They were going
to... the Angel’s Valley. I guess.”
“You guess? You mean, you’re not sure?”
“Well, it was a surprise trip,” I quickly
answered, “for my, uh, birthday. And...
we were travelling by horses. And I got
distracted. I went into the woods, to collect
flowers,” I glared vengefully at Evan, who was
looking away as if nothing was happening.
“And I met Evan there, and he... uh...”
“I helped her,” Evan finally interrupted, “and
we ran into some giants by accident. Now,
we really need to get going. If you don’t mind,
Jensen, can I ask you a few things now?”
“Oh, yes!” Old Jensen exclaimed. “You really
should get going, or else Adrianna’s family
would get worried, and you’ll be late for
collecting your paper!”
I frowned at Evan, trying to figure out what
Old Jensen was talking about. Okay, what
kind of lie did Evan told him?
“What did you want to ask, young boy?”
“As you know, I am studying mythology at
the Kingdom University,” Evan started, “and...
I need to do some papers about the Red
Witch. I didn’t want my source to be from the
internet like all of my friends. I wanted to do
something different, and I heard you were a
really wise man who have a lot of experience.
I was hoping, you could help me by telling
what you know about this witch.”
“Oh, I’m also interested in that topic,” I
chimed in. “Do you mind telling us the story?
Before we leave?”
“Oh, I don’t know...” Old Jensen looked
worried. “It’s not a pretty story.”
“It’s okay,” Evan told him, “we’re used to them.
Back in the town, people tell scary stories all
the time for entertainment.”
“And I’ve faced stuff like... giants already,” I
said, not really helping.
“This story is far more unsettling that the
giants, sweet girl,” Old Jensen said. “But if you
insist, very well.” NG
teenlitcorner
What the heck?! I glared at Evan in disbelief as the mayor started to pat me in pity. “I understand that you are looking for your family. But how did you get lost? How did you come into such bad luck of meeting some giants?”
MEDIA KIT
“Empowering Entrepreneurs”
EXPLORE ... ... DREAM, DISCOVER!
2,500 print copy
30,116 readers
3,000 Lestari First Member(Tabungan Minimal Rp. 250 juta)
money & i adalah majalah bulanan yang saat ini menjadi bacaan bagi sejumlah praktisi dan pelaku bisnis. Didistribusikan kesejumlah titik lokasi premium meliputi café, meeting pot, restaurant, retail store dan titik lainnya. Di cetak lebih dari 2500 eskemplar setiap bulan, dimana 1500 eksemplar didistribusikan langsung kepada nasabah premium Bpr
Lestari. www.the-mni.com | Contact : Fina Kaska (0852-3752-6899) | Cok Dewi (0813-3979-9586) | gung De (081 337 266 913)
80 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 81Vol. 61 | Mar-Apr 2015
LiFEStyLELiFEStyLE
MV Agusta F4 RR
Brembo M4 Rear Brake
italia tak pernah berhenti memikat para pecinta motor super
cepat. Seri mV Agusta F4 adalah jagoan berikutnya yang
hadir dengan power maksimum sekitar 174 hp dan top speed
yang mencapai 299 km/jam. Awalnya mV Agusta ini didesain
sebagai motor sport mewah dengan model futuristik nan
megah oleh Ferrari. tetapi nyatanya bukan desain yang menjadi
daya pikat utama mV Agusta F4 di mata fans-nya, melainkan malah
performa akselerasinya yang juara.
Sophisticated Design Frame
Suzuki Hayabusa
Brembo 310mm Disc
Satu lagi yang terbaik dari negeri Sakura, Suzuki hayabusa ini
bisa melesat dengan kecepatan 397 km/jam. tak hanya itu,
power maksimumnya bisa menembus angka 197 hp pada 6750
rpm. hayabusa didesain dengan model yang sangat maskulin
serta bermodal mesin 1340 cc dan 4 stroke engine. Konon
nama hayabusa ini merupakan bahasa Jepang dalam memanggil
burung elang yang kecepatan terbangnya hingga 200 m/detik. terbukti,
hayabusa juga menyimpan kecepatan yang tidak tertandingi.
4 Cylinder , 16 - Valve 1300cc
MOTOR SPORT5
TERcEPAT DI DUNIA
Sama halnya dengan mobil, motor tidak hanya menjadi alat transportasi semata, tetapi
juga sebagai gaya hidup dan prestise personal. Selain itu, bagi para pecinta motor sport,
tidak hanya desain trendi dan stylish yang diincar, tetapi juga kecepatan. ya, semakin
kencang dan gesit performa yang dihadirkan, membuat nilai tambah dari motor tersebut. Di
edisi kali ini, redaksi menghadirkan referensi lima motor sport tercepat di dunia sejauh ini. Bagi
para pria penikmat gaya dan adrenalin, kelima motor ini bisa jadi “mainan” baru kalian, take a look!
DUCATI Panigale R
Brembo 330mm Semi Floating
Salah satu primadona di seri Ducati dengan 1198cc dan power maksimum
195 hp pada 10.750 rpm. Spesifikasi lainnya adalah L twin cylinder, four-valves,
dan liquid-cooled engine. Jagoan dari pabrikan Bologna, italia ini memiliki
desain maskulin yang didominasi oleh warna merah dan beratnya mencapai
165Kg. Kecepatan Ducati panigale r ini bisa mencapai 325 km/jam lho!
Titanium Mufflers with Carbon
Dodge Tomahawk V10Anda tidak sedang melihat kendaraan superhero komik.
Desainnya yang futuristik dan eksentrik memang
mengingatkan kita dengan motor canggih di komik-komik.
percayalah, motor ini punya kekuatan dahsyat dengan power
maksimum yang menembus angka 500 hp atau bahasa paling
“gila”-nya mencapai kecepatan 560 km/jam. Jika dicermati
lagi, Dodge tomahawk ini punya empat roda dengan desain
yang cool. tak heran motor sport ini berhasil menduduki posisi
pertama di berbagai list tentang motor-motor tercepat di
dunia.
Honda CBR1000RRDouble ABS System
Jagoan dari honda ini banyak dimasukan ke dalam list sebagai motor sport
yang wajib dibeli pada tahun 2014 lalu. Seri honda CBr1000rr punya
daya tarik tersendiri pada power maksimumnya yang mencapai 153 hp, di
mana angka 310 km/jam menjadi prestasi puncaknya. hadir dengan desain
stylish, gentle, dan prestige, honda CBr 1100XX Blackbird ini nampak
seperti replika Kawasaki ZX-11 dengan fitur yang lebih bombastis.
Gull Wing Swing Arm
82 Vol. 61 | Mar-Apr 2015 83Vol. 61 | Mar-Apr 2015
SaleS oF
the Month
Warung BENDEGADISC 15% Setiap pembelanjaan
BALE UDANG MANG ENGKINGDISC 15%
KASIH IBU GENERAL HOSPITAL DISC 5% Setiap pembelian obat
DISC 10% Untuk kamar dan laboratorium
KRISNA MODA BOUTIQUEDISC 15% Setiap pembelanjaan
BALI NUSA - Traditional Bali HandwovenDISC 10% Pembelian cash/ debit BCA
BALIBEACH GOLFFree only DISC 10% From published rate
Disc invalid package & tournament
ERHACLINICDISC 20% Setiap Peeling Treatment
Berlaku Senin - Jumat
RUMAH SAKIT BALIMEDDISC 10% biaya kamar, DISC 5% biaya obat, DISC 10% total biaya lab & rontgent (khusus
rawat inap)
SILOAM HOSPITALSDISC 20% Pemeriksaan Radiologi ,
DISC 10% Kamar Rawat Inap, Medical Check Up Regular dan Obat
CEMPAKA TEXTILE & BORDIRDISC 10% ALL PRODUCTS
THE ORANGE - BAKERY RESTAURANTDISC 10% F&B ONLY
Untuk minimal belanja Rp. 100.000,-
Warung OLEDISC 15% All items (kecuali rokok)
PRODIA - LABORATORIUM KLINIKDISC 8% Semua permeriksaan
DISC 10% untuk panel check up, panel check up plus
TAMAN AIR SPALOWEST PRICE
BUMBU DESADISC 15% untuk semua jenis makanan dan
minuman
SECTOR - BAR & RESTAURANTDISC 15% From published rates
Invalid for alcohol drink & buffet package
ADIBI SALON & SPADISC 10% Setiap pembelian produk salon & spa
DISC 5% Sulam Alis Eyeliner dan bibir
KAMPOENG VILLADISC 10%
CASHBACK 10% Setelah tamu check out
LLUVIA SPADISC 50% All Treatment
Jam 09.00 - 17.00
KOPI BALI HOUSE DISC UP TO 20%
WARUNG CASA LOCADISC 15% Setiap pembelanjaan min Rp.
100.000,-
BALISTUNGDISC 30% biaya pendidikan bulan pertama
DISC 10% bulan selajutnya
TROPICANA BEAUTY SPA & SALONDISC 50% Massage, reflexology & facial
treatment
RUMAH LULUR BALI TANGIDISC 15% All treatment dan setiap pem-
belanjaan
BabyLandDISC 10% kecuali produk tertentu
BAKSO LAPANGAN TEMBAK SENAYANDISC 10% untuk setiap pembelanjaan
AMARIS HOTEL TEUKU UMAR DENPASARSPECIAL Rate Rp. 325.000,- /room /night
BLACK CANYONDISC 10% F&B All Day Kecuali Merchandise
Minuman Botol dan Kaleng
WARUNG ONGANDISC 10% F&B
XO SUKI & CUISINEDISC 15% untuk menu Suki dan 10% untuk
menu a la carteMinimal belanja Rp. 150.000,-
MIRACLE Aesthetic ClinicDISC 10% All treatment
BALI BAKERYDISC 10% Kecuali merchandise
HOUSE OF DURADISC 30% FACE TREATMENT
DISC 20% Selain face treatment
FIVELEMENTSDISC 30% Beauty Ritual Menu
DISC 10% untuk makanan saja di Sakti Dining Room
CAHYA DEWI SALON, SPA & BRIDALDISC 15% semua produk treatment
MOOIJ BOUTIQUEDISC 15% Untuk semua item produk
POP HOTELSDISC START FROM 5%
In room rate
LARISSA AESTHETIC CENTERDISC 10% Skin rejuvenation
LITAMA JEWELRYDISC 15% untuk berlian ready stock
DISC 40% untuk berlian dengan pesanan
5ASEC TEXTILE EXPERTDISC 20% Setiap Transaksi
BALI BRASCODISC 50% untuk Spa
DISC 30% untuk salon & nailDISC 10% untuk boutique & factory outlet
QUANTUM SARANA MEDIKDISC 10% Untuk medical check up lab
DISC 5% No lab
NEW MELATI - SALON, BRIDALDISC 10% ALL TREATMENT
Invalid promo lainnya
INUL VIZTADISC 15% Untuk ruang karaoke, makanan,
dan minuman
DEZIRE AESTHETIC CLINICDISC 30% untuk semua perawatan
RUMAH SAKIT SURYA HUSADADISC 20% Rawat Inap
DISC 10% Medical Check Up
WARUNG KAYU APIDISC 10% Untuk semua jenis makanan dan
minuman
TIFARA AESTHETIC & WELLNESSDISC 15% untuk semua perawatan kecuali
injection dan pembelian produk
BERRYBIZ HOTELSDISC 50% untuk kamar dan 10% untuk f&b
WA Salon, Spa & Butik KebayaDISC 20% untuk salon dan 10% untuk butik
Anyar KebayaDISC 15% khusus untuk Produk kebaya
AUTO BRIDALDISC 50% Paint Protector & Anti Karat
DISC 20% Cuci Mobil
ULTIMATE NUTRITIONDISC 20% untuk Produk
LESTARI TENUN IKATDISC 10% All Item
BALONKUDISC 10% All items
Transaksi min Rp. 500.000,-
D’STAR Bar & RestoDISC 20% F&B
RUTH DESSERTS CAFEDISC 15%
ALL MENU
RUMAH SEHATDISC 15% Spa,
DISC 10% Skin Care & SalonDISC 5% Resto
TANYA LESTARI
(0361) 246 706
CEPAT, BERSAHABAT
www.bprlestari.com
LESTARI FIRST LADIES MERUPAKAN
PROGRAM DARI BPR LESTARI YANG
MEMBERIKAN BENEFIT KEPADA NASABAH
LESTARI FIRST, KHUSUSNYA PARA IBU
BERUPA DISCOUNT BELANJA YANG
MENGUNTUNGKAN.
JOIN US TO GET PRIVILEGE!
Nikmati
Semua
Keuntungannya
Bersama Kami