metode penelitian, ledy ana (021211131042)
DESCRIPTION
resorbsi eksternalTRANSCRIPT
RESORPSI EKSTERNAL MOLAR KEDUA RAHANG BAWAH
AKIBAT IMPAKSI MOLAR KETIGA PADA POSISI
MESIOANGULAR DAN HORIZONTAL DENGAN
GAMBARAN RADIOGRAFIK
Dosen Pembimbing :
ENDANUS HARIJANTO, drg., M.Kes.
Oleh:
LEDY ANA ZULFATUNNADIROH
021211131042
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan karuniaNya, Metode Penelitian ini dapat terselesaikan. Terima kasih pula
kepada drg. Endanus Harijanto, M.Kes., selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan Metode Penelitian ini.
Metode Penelitian yang berjudul “Resorpsi Eksternal Molar Kedua
Rahang Bawah Akibat Impaksi Molar Ketiga pada Posisi Mesioangular dan
Horizontal dengan Gambaran Radiografik” dimaksudkan untuk menampilkan
suatu metode penelitian dan tinjaun pustaka yang telah dikumpulkan tentang
terjadinya komplikasi akibat impaksi gigi berupa resorpsi eksternal, khususnya
untuk kasus impaksi gigi molar ketiga rahang bawah. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diterima demi kesempurnaan metode penelitian ini.
Surabaya, 15 Desember 2014
Ledy Ana Zulfatunnadiroh
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULKATA PENGANTAR...........................................................................................iiDAFTAR ISI.........................................................................................................iiiDAFTAR GAMBAR.............................................................................................ivDAFTAR TABEL.................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................11.1 Latar Belakang...........................................................................................11.2 Rumusan Masalah......................................................................................21.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................31.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................42.1 Impaksi Gigi..............................................................................................42.1.1 Etiologi......................................................................................................42.1.2 Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawa..............................52.1.2.1 Klasifikasi Pell dan Gregory......................................................................52.1.2.2 Klasifikasi Archer......................................................................................72.2 Resorpsi Akar............................................................................................82.2.1 Resorpsi Internal........................................................................................82.2.2 Resorpsi Eksternal.....................................................................................92.2.2.1 Resorpsi Permukaan..................................................................................92.2.2.2 Resorpsi Akibat Inflamasi.........................................................................102.2.2.3 Resorpsi Penggantian.................................................................................102.2.2.4 Resorpsi Akibat Tekanan...........................................................................112.2.2.5 Resorpsi Sistemik......................................................................................122.2.2.6 Resorpsi Idiopatik......................................................................................13
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN....15
BAB 4. METODE PENELITIAN......................................................................174.1 Jenis Penelitian..........................................................................................174.2 Populasi.....................................................................................................174.3 Sampel.......................................................................................................174.3.1 Kriteria Sampel..........................................................................................174.3.2 Besar Sampel.............................................................................................174.4 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................174.5 Variabel Penelitian.....................................................................................184.6 Definisi Operasional Variabel...................................................................184.7 Alat dan Bahan..........................................................................................184.8 Cara Kerja..................................................................................................184.9 Alur Penelitian...........................................................................................194.10 Pengolahan dan Analisis Data...................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan Gregory............................................................................................6
Gambar 2. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Archer (1 mesioangular, 2 distoangular, 3 vertical, 4 horizontal, 5 buccoangular, 6 linguoangular, 7 inverted)......................................7
Gambar 3. Resorpsi Inflamasi. A. Foto radiografi resorpsi akar eksternal akibat infeksi pulpa. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa..........................................................................10
Gambar 4. Resorpsi penggantian. A. Foto radiografi dari gigi ankylosis akibat reorpsi penggantian. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa..................................................................11
Gambar 5. Ilustrasi resorpsi akar akibat dorongan dari gigi impaksi................12Gambar 6. Resorpsi akibat perawatan ortodonti. A. Foto radiografi dari
resorpsi akar akibat perawatan ortodonti. B. ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat perawatan ortodonti........................12
Gambar 7. Foto periapikal resorpsi servikal idiopatik.......................................13
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Pengamatan Frekuensi Resorpsi Akar Eksternal Molar Kedua Akibat Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah......................18
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi
yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang
cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi
tersebut. Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga.
Hal tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga
sering mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai.
(Alamsyah, 2005, p.73).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Riwudjeru, didapatkan hasil
bahwa gigi yang paling banyak mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga
mandibula yaitu sebanyak 222 (30,45%) pada kelompok umur 18-27 tahun diikuti
gigi molar ketiga maksila sebanyak 214 (29,35%) gigi impaksi. Penelitian lainnya
yaitu di Indonesia sendiri yang dilakukan pada suku Toraja dan Bugis, tahun
2007, yang menunjukan bahwa 83,33% perempuan suku Bugis dan 89,95% orang
perempuan suku Toraja mengalami gigi impaksi molar ketiga mandibula. Serta
86,05% pria suku Bugis dan 82,61% suku Toraja mengalami gigi impaksi molar
ketiga mandibular. Secara normal, molar ketiga mengalami erupsi bervariasi
antara umur 17-21 tahun. Menurut National Institute for Health and Clinical
Excellence (NICE), gigi molar yang mengalami impaksi ini apabila tidak dicabut
akan menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkan adalah perubahan
patologis, seperti inflamasi jaringan lunak sekitar gigi, resorpsi akar, penyakit
tulang alveolar dan jaringan lunak, kerusakan gigi sebelahnya, perkembangan
kista dan tumor, karies bahkan sakit kepala atau sakit rahang (Engel, 2002, p.146;
Riwudjeru, 2013).
Impaksi molar ketiga dapat menyebabkan terjadinya resorpsi eksternal
akar molar kedua. Resorpsi eksternal akar gigi adalah kondisi yang terkait dengan
proses fisiologis maupun patologis yang mengakibatkan hilangnya jaringan
mineral seperti dentin, sementun, dan tulang, serta merupakan salah satu kelainan
akar yang bersifat agresif dapat menyebabkan fungsi gigi menjadi berkurang atau
bisa juga mengakibatkan kehilangan gigi. Selain resorpsi, gigi tersebut juga dapat
1
berubah arah dan posisi akibat tekanan dari gigi yang impaksi. Menurut Oenning
(2014), klasifikasi impaksi gigi molar ketiga khususnya mesioangular dan
horisontal, berpotensi menyebabkan resorpsi eksternal pada molar kedua. Menurut
penelitian yang dilakukan di RSGMP Kandea, klasifikasi impaksi berdasarkan
hubungan radiografi molar kedua kasus yang paling banyak ditemukan adalah
posisi mesioangular yaitu 126 kasus, dan posisi horisontal ditemukan 7 kasus, dan
tidak ditemukan kasus dengan posisi distoangular dan vertikal. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2008-2010 kasus terbanyak ditemukan yaitu
posisi mesioangular sebanyak 94.7% dari 133 kasus (Abimanyu, 2007, p.56; Isna,
2012; Westphalen, 2014, p.234).
Resorpsi eksternal tidak dapat didiagnosis secara klinis dan sering
teridentifikasi pada pemeriksaan rutin radiografi atau bila melibatkan kelainan
pulpa atau periodontal Pemeriksaan radiografi sering digunakan pada klinis dan
penelitian untuk mengevaluasi kasus impaksi. Radiografi dapat mengevaluasi
posisi dan tipe impaksi, relasi gigi impaksi dengan gigi tetangganya, bentuk dan
ukuran gigi impaksi, kedalaman impaksi dalam tulang, kepadatan tulang di sekitar
gigi yang impaksi, dan hubungan gigi impaksi dengan struktur anatomi lainnya,
seperti kanal mandibula, foramen mentale, dan sinus maksilaris (El-Maaytah,
2006, p.127).
Dengan angka yang tercantum diatas, untuk memperoleh data terbaru
tentang prevalensi kasus impaksi yang menyebabkan resorpsi akar ini maka
dilakukan penelitian terhadap laporan kasus impaksi di RSGMP Universitas
Airlangga Surabaya berdasarkan umur dan jenis kelamin. Impaki gigi berbahaya
dan sangat diperlukan ekstraksi atau odontektomi. Namun, telah kita ketahui
bahwa orang Indonesia tidak akan ke dokter gigi sebelum merasakan sakit gigi
atau tidak nyaman saat makan akibat impaksi gigi. Oleh karena itu, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai edukasi pencegahan sebelum terjadi resorpsi molar kedua
yang tidak menimbulkan gejala klinis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah berapakah prevalensi terjadinya resorpsi eksternal pada molar
kedua akibat impaksi gigi molar ketiga pada rahang bawah di RSGMP UNAIR
berdasarkan kelompok usia ?
2
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi resorpsi eksternal
pada molar kedua rahang bawah yang berdekatan dengan gigi molar ketiga yang
impaksi atau tidak erupsi, dan dikelompokkan berdasarkan rentang usia tertentu.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi tentang
prevalensi terjadinya resorpsi eksternal molar kedua pada rahang bawah akibat
impaksi molar ketiga.
Secara praktis, manfaat dari penelitian ini sebagai edukasi pencegahan dan
tindakan profilaksis ekstraksi gigi molar ketiga yang impaksi mengingat
kecenderungannya menyebabkan resorpsi eksternal pada molar kedua, dengan
melihat prevalensi terbanyak pada kelompok usia penelitian.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Impaksi Gigi
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan
posisinya berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh
tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh
karena adanya jaringan patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila
gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak
pada sisi yang lain sudah erupsi. Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi
secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena
ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan
angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut (Alamsyah, 2005, p.73).
Secara umum impaksi adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi
untuk mencapai kedudukan yang normal. Impaksi gigi dapat berupa gigi yang
tumbuhnya terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi tetangga, tulang atau
jaringan lunak sekitarnya (Chanda, 2007, p.65).
2.1.1 Etiologi
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan
ruang, kista, gigi supernumery, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomaly, dan
kondisi sistemik (Pertiwi, 2004, p.229).
Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah
ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi
adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu
diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak
berubah. Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta
letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal
tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya impaksi (Chanda, 2007, p.66).
Penyebab meningkatnya impaksi gigi molar rahang bawah disebabkan
oleh karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara
lain jenis makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk
4
mencerna tidak memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya
rahang bawah menjadi kurang berkembang (Astuti, 2002, p.156).
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu
sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai
oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini
biasanya berupa hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri
(Pertiwi, 2004, p.230).
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena :
1. Tulang yang tebal serta padat
2. Tempat untuk gigi tersebut kurang
3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
4. Adanya gigi desidui yang persistensi
5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat
Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :
1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal dan lain-lain.
2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.
2.1.2 Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah
Radiografi merupakan sarana penting untuk dapat melihat posisi gigi
molar ketiga impaksi beserta hubungannya dngan struktur di sekitarnya. Terdapat
dua klasifikasi yang sering digunakan dalam diagnosis gigi impaksi, yaitu
klasifikasi menurut Gregory dan Pell serta klasifikasi menurut Acher :
2.1.2.1 Klasifikasi Pell dan Gregory
Pell dan Gregory menghubunkan kedalaman impaksi terhadap bidang
oklusal dan garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan
dan diameter mesiodistal gigi impaksi terhadap ruang yang tersedia antara
permukaan distal gigi molar kedua dan ramus ascendens mandibula dalam
pendekatan lain (Obimakinde, 2009, pp.2-3).
5
Gambar 1. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan Gregory (Monaco,
2004, p.315)
Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory (Fragiskos, 2007,
pp.126-7) :
a. Berdasarkan kedalaman impaksi dan jaraknya ke molar kedua
1. Posisi A : permukaan oklusal gigi impaksi sama tinggi atau sedikit lebih
tinggi dari gigi molar kedua.
2. Posisi B : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada pertengahan
mahkota gigi molar kedua atau sama tinggi dari garis servikal
3. Posisi C : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada di bawah garis
servikal molar kedua.
b. Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas
anterior ramus mandibula
1. Klas I : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
cukup lebar mesiodistal molar tiga bawah
2. Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
lebih kecil dari lebar mesiodistal molar tiga bawah
3. Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibular
6
2.1.2.2 Klasifikasi Archer
Archer mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga
mandibula berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar
kedua mandibula. Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda
seperti impaksi vertikal, horizontal, inverted, mesioangular, distoangular,
bukoangular, dan linguoangular. Quek et al mengajukan sebuah sistem klasifikasi
menggunakan protractor ortodontik. Dalam penelitian mereka, angulasi
dideterminasikan menggunakan sudut yang dibentuk antara pertemuan panjang
aksis gigi molar kedua dan ketiga. Mereka mengklasifikasikan impaksi gigi molar
ketiga mandibula sebagai berikut (Fragiskos, 2007, p.155; Oyama, 2007, p.133) :
1. Vertikal (10o sampai dengan -10o)
2. Mesioangular (11o sampai dengan -79o)
3. Horizontal (80o sampai dengan 100o)
4. Distoangular (-11o sampai dengan -79o)
5. Transverse (-111o sampai dengan -80o)
Teori didasarkan pada inklinasi impaksi gigi molar ketiga terhadap
panjang axis gigi molar kedua.
Gambar 2. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Archer (1 mesioangular, 2
distoangular, 3 vertical, 4 horizontal, 5 buccoangular, 6 linguoangular, 7 inverted)
(Fragiskos, 2007, p.155)
7
2.2 Resorpsi Akar
Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau
penghancuran yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan
oleh kerja sel tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke
seluruh gigi, dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi
bila kerusakan sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan
biasanya memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi
makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar
serta dentin akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti
berupa lubang mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada permukaan
akar (Abass, 2007, pp.246-8).
Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi.
Tekanan tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai
akar gigi tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan, pertumbuhan tumor
yang agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik.
Menurut Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti
(Abass, 2007, p.54).
Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang
menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada
tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang
paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi
dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga
dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar
diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi. Resorpsi
akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar internal yang dimulai
dari pulpa, dan resorpsi akar eksternal yang dimulai dari luar gigi (Abass, 2007,
p.56; Fuzz, 2003, p.180).
2.2.1 Resorpsi Internal
Resorpsi internal diduga terjadi akibat pulpitis kronis. Tronstad (1988)
berpendapat adanya jaringan nekrotik menyebabkan resorpsi internal menjadi
progresif. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit
sehingga cenderung hanya dapat didiagnosa sewaktu pemeriksaan radiografi rutin.
Pulpitis kronis dapat terjadi akibat trauma, karies atau prosedur iatrogenik seperti
8
preparasi gigi yang salah, ataupun idiopatik. Resorpsi internal jarang terjadi,
namun dapat muncul pada setiap gigi, baik gigi yang telah direstorasi ataupun gigi
yang bebas karies. Defeknya bisa terdapat di mana saja di dalam saluran akar. Bila
hal tersebut terjadi pada ruang pulpa, dinamakan ”pink spot” karena pulpa yang
membesar terlihat melalui mahkota. Resorpi internal biasanya berjalan lambat.
Namun bila tidak dirawat, maka lesi akan menjadi progresif dan menyebabkan
perforasi dinding saluran akar sehingga pulpa menjadi mati. Penghancuran dentin
yang parah dapat menyebabkan gigi fraktur. Perawatan untuk resorpsi internal
tanpa perforasi adalah dengan perawatan saluran akar. Kasus ini memiliki
prognosis yang baik dan resorpsi tidak akan terjadi lagi (Carrotte, 2004, p.735).
2.2.2 Resorpsi Eksternal
Resorpsi akar dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik umum maupun
lokal. Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada
ligamen periodontal dapat menghasilkan sementum tambahan pada permukaan
akar (hipersementosis) atau menyebabkan hilangnya sementum bersama dengan
dentin, yang dinamakan resorpsi eksternal. Resorpsi dapat didahului oleh
peningkatan suplai darah ke suatu daerah yang berdekatan dengan permukaan
akar. Proses inflamasi mungkin disebabkan oleh infeksi, kerusakan jaringan pada
ligamen periodontal, atau gingivitis hiperplastik pasca trauma dan epulis.
Osteoklas diduga berasal dari derivat monosit darah. Inflamasi meningkatkan
permeabilitas dari pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelepasan monosit
yang akan bergerak ke tulang atau permukaan akar yang cedera. Penyebab lain
dari resorpsi meliputi tekanan, bahan kimia, penyakit sistemik dan gangguan
endokrin. Menurut Tronstad, resorpsi akar eksternal dapat dibagi menjadi enam
jenis (Carrotte, 2004, p.738).
2.2.2.1 Resorpsi Permukaan
Resorpsi permukaan merupakan temuan patologis yang umum terjadi pada
permukaan akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada
ligamen periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat
melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan akar menunjukkan
resorption lacunae superfisial. Kondisi ini dapat mengalami perbaikan spontan
9
berupa pembentukan sementum baru (Carrotte, 2004, pp.738-9; Fuzz, 2003,
p.178).
2.2.2.2 Resorpsi Akibat Inflamasi
Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa
(Gambar 3). Daerah yang terinfeksi biasanya berada di sekitar foramen apikal dan
canalis lateralis. Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga
dapat terlibat. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya radiolusen pada daerah
tersebut (Gambar 3A). Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis,
serta respon inflamatori dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang.
Pertambahan aktivitas osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan
menunjukkan pengaruh bakteri yang berada di tubulus dentin (Gambar 3B)
(Carrotte, 2004, p.740; Fuzz, 2003, p.178).
Gambar 3. Resorpsi Inflamasi. A. Foto radiografi resorpsi akar eksternal akibat infeksi pulpa.
B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa (Fuzz, 2003, p.179)
2.2.2.3 Resorpsi Penggantian
Resorpsi penggantian (Gambar 4) biasanya terjadi pada trauma yang berat.
Resorpsi penggantian sering terjadi setelah replantasi, terutama bila replantasi
terlambat dilakukan. Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga
penyembuhan dengan sementum tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak
langsung antara tulang alveolar dan permukaan akar (Gambar 4A). Proses ini
dapat bersifat reversibel apabila permukaan akar yang terlibat kurang dari 20%.
Karena osteoklas berkontak langsung dengan dentin, maka resorpsi dapat terus
berlangsung tanpa stimulasi hingga tulang alveolar mengggantikan dentin
10
(Gambar 4B). Istilah ankylosis dapat digunakan pada kasus ini karena tulang
alveolar melekat langsung ke dentin. Secara radiografis, ruang ligamen
periodontal tidak akan terlihat karena penggabungan tulang dengan dentin. Pada
kasus ini, saluran akar harus diobturasi untuk mencegah resorpsi akar akibat
infeksi pulpa (Liang, 2003, p.152).
Gambar 4. Resorpsi penggantian. A. Foto radiografi dari gigi ankylosis akibat reorpsi
penggantian. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa (Fuzz,
2003, p.180)
2.2.2.4 Resorpsi Akibat Tekanan
Tekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak
jaringan ikat diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang
erupsi atau impaksi (Gambar 5), pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi, atau
jaringan patologis seperti kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan, misalnya
akibat perawatan ortodonti dapat terjadi pada apeks gigi, dengan cedera berasal
dari tekanan pada sepertiga apeks sewaktu menggerakkan gigi (Gambar 6).
Akibatnya dapat terjadi pemendekkan akar gigi (Gambar 6A). Rangsangan
terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat tekanan berlebihan selama perawatan
ortodonti dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar (Gambar 6B). Osteoklas
dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus dentin tanpa adanya bakteri.
Menurut Newman, gigi yang paling sering mengalami resorpsi akibat tekanan
adalah gigi insisivus karena gigi insisivus lebih sering digerakkan. Tekanan yang
diberikan dapat membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan
11
osteoklas sehingga terjadi resorpsi. Apabila penyebab tekanan dihilangkan, maka
resorpsi dapat dihentikan (Carrotte, 2004, p.741; Fuzz, 2003, p.181).
Gambar 5. Ilustrasi resorpsi akar akibat dorongan dari gigi impaksi (Fuzz, 2003, p.181)
Gambar 6. Resorpsi akibat perawatan ortodonti. A. Foto radiografi dari resorpsi akar akibat
perawatan ortodonti. B. ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat perawatan
ortodonti (Fuzz, 2003, p.182)
2.2.2.5 Resorpsi Sistemik
Resorpsi sistemik adalah resorpsi yang diakibatkan adanya gangguan
sistemik. Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin,
seperti: Paget’s disease, calcinosis, Gaucher’s disease dan Turner’s syndrome.
Selain itu, resorpsi ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi
(Carrotte, 2004, p.742).
12
2.2.2.6 Resorpsi Idiopatik
Etiologi resorpsi akar idiopatik sampai saat ini masih belum diketahui
secara jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi resorpsi akar yang penyebabnya
bukan karena faktor sistemik maupun lokal. Resorpsi ini dapat terjadi pada satu
gigi maupun beberapa gigi. Laju resorpsi bervariasi dari lambat (bertahun-tahun),
sampai cepat dan agresif (beberapa bulan) yang melibatkan sejumlah besar
kerusakan jaringan. Letak dan bentuk defek resorpsi juga bervariasi. Resorpsi
idiopatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu resorpsi apikal dan resorpsi
servikal. Resorpsi apikal biasanya lambat dan dapat berhenti secara spontan, yang
mungkin akan mempengaruhi satu atau beberapa gigi, dengan pemendekan akar
secara bertahap, dan apeks gigi tetap bulat. Sedangkan resorpsi servikal terdapat
pada bagian servikal gigi. Defek dapat melebar dan berbentuk lekukan dangkal
(Gambar 7).
Gambar 7. Foto periapikal resorpsi servikal idiopatik
Tipe ini dapat juga disebut sebagai resorpsi perifer, resorpsi tersembunyi,
pseudo pink spot, atau ekstrakanal invasif. Defek dapat juga dijumpai pada
permukaan eksternal gigi yang kemudian berlanjut ke dentin berupa ramifikasi.
Hal ini tidak mempengaruhi dentin dan predentin pada sekitar pulpa. Resorpsi tipe
ini sering dianggap keliru sebagai resorpsi internal. Resorpsi servikal dapat
disebabkan oleh inflamasi kronis ligamen periodontal atau trauma. Resorpsi
servikal paling baik ditangani dengan pembedahan dan pembuangan jaringan
13
granulasi. Defek tersebut lalu dibentuk untuk direstorasi. Usia rata-rata pasien
yang mengalami resorpsi idiopatik pada wanita adalah berusia 32 tahun,
sedangkan laki-laki berusia 44 tahun. Resorpsi idiopatik lebih sering terjadi pada
perempuan daripada laki-laki. Resorpsi akar idiopatik yang terdapat pada
beberapa gigi biasanya asimptomatik. Resorpsi ini biasanya dapat diketahui dari
foto radiografi. Beberapa pasien mengeluhkan tambalan longgar, restorasi lepas,
goyangnya gigi, dan juga nyeri yang berhubungan dengan gigi dan jaringan
sekitarnya, namun nyeri terhadap perkusi dan palpasi bukan merupakan gejala
awal. Penyebab resorpsi ini tidak tunggal, melainkan berkaitan dengan kondisi
lain seperti adanya inflamasi periapikal, tumor atau kista, kekuatan mekanis yang
berlebihan atau reimplantasi gigi (Carrotte, 2004, p.743; Fuzz, 2003, p.177;
Liang, 2003, p.155).
14
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
15
Faktor-faktor penyebab impaksi:- Jalan erupsi terhalang
-Kurangnya ruang dalam rahang-Angulasi yang tidak benar
-Ankylosis-Retensi gigi sulung
-Keadaan patologis jaringan lunak dan keras disekitarnya
- Kondisi sistemik.
Erupsi gigi molar ketiga terjadi pada usia 17-21 tahun
Impaksi
Klasifikasi (Archer 1975):
Terjadi resorpsi eksternal gigi molar kedua
Tidak segera dilakukan perawatan impaksi (ekstraksi)
Gigi impaksi menekan gigi sebelahnya (molar kedua)
Aktivasi pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas.
Seiring berjalannya usia, proses aktivasi pelepasan sel-sel monosit dan
pembentukan osteoklas terus berlangsung.
Vertikal Bukoangular HorizontalDistoangular Mesioangular
LinguoangularInverted
Keterangan :
= Dilakukan penelitian
= Tidak dilakukan penelitian
Gigi molar ketiga merupakan gigi yang terakhir erupsi di kehidupan
manusia. Secara normal, molar ketiga mengalami erupsi bervariasi antara umur
17-21 tahun. Namun, gigi molar ketiga tersebut sering mengalami gagal erupsi
secara utuh pada posisi yang seharusnya atau yang biasa disebut impaksi. Hal ini
dapat terjadi karena jalan erupsi terhalang, ketidaktersediaan ruangan yang cukup
pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi
tersebut, ankylosis, retensi gigi sulung, dan keadaan patologis jaringan lunak dank
eras sekitarnya seperti kista, infeksi, trauma, dan kondisi sistemik.
Archer mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga
mandibula yaitu impaksi vertikal, horizontal, inverted, mesioangular,
distoangular, bukoangular, dan linguoangular. Gigi molar ketiga yang impaksi
dapat menekan akar gigi molar kedua yang menyebabkan resorpsi yang merusak
jaringan ikat diantara dua permukaan. Tekanan yang diberikan dapat
membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas sehingga
terjadi resorpsi. Menurut Oenning (2014), klasifikasi impaksi gigi molar ketiga
khususnya mesioangular dan horisontal, berpotensi menyebabkan resorpsi
eksternal pada molar kedua apabila tidak segera.
Seiring berjalannya usia, proses pelepasan sel-sel monosit dan
pembentukan osteoklas tersebut akan terus berjalan apabila penyebab tekanan
dihilangkan. Salah satunya jalan untuk menghilangkan penyebab adalah dilakukan
ekstraksi pada gigi impaksi tersebut.
Dari penjabaran diatas dapat ditarik sebuah hipotesis, yaitu impaksi gigi
molar ketiga dapat menyebabkan komplikasi berupa resorpsi eksternal pada akar
gigi molar kedua. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia tua (>21 tahun). Hal ini
dapat terjadi karena seiring berjalannya usia, proses resorbsi tersebut terus
berlangsung apabila tidak segera dilakukan ekstraski gigi molar ketiga yang
impasi.
16
BAB 4METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah observasional deskriptif untuk melihat frekuensi
resorpsi eksternal akar molar kedua oleh karena molar ketiga rahang bawah yang
mengalami impaksi dengan klasifikasi mesioangular dan horizontal berdasarkan
kelompok usia tertentu, dengan melihat gambaran radiografik panoramik.
4.2 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah film radiografik panoramik pasien
dengan kasus gigi impaksi molar ketiga di UPF Bedah Mulut dan Maksilofasial
RSGMP UNAIR.
4.3 Sampel
Sampel yang digunakan adalah film radiografik panoramik pasien dengan
kasus gigi impaksi molar ketiga di UPF Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP
UNAIR yang memenuhi kriteria sampel.
4.3.1 Kriteria Sampel
a. Impaksi molar ketiga rahang bawah kanan maupun kiri, yang
mempunyai posisi impaksi mesioangular atau horizontal.
b. Masih memiliki molar kedua rahang bawah yang tidak mengalami
karies yang dalam hingga mencapai pulpa.
c. Pasien laki-laki maupun perempuan dengan usia 17-60 tahun.
d. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik.
4.3.2 Besar Sampel
Besar psampel pada penelitian ini adalah total sampling, dilakukan pada
semua film radiografik panoramik pasien dengan kasus gigi impaksi molar ketiga
di UPF Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP UNAIR yang memenuhi kriteria
sampel.
4.4 Tempat dan Waktu Penelitian
17
Penelitian ini dilaksanakan di UPF Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
dan dilaksanakan selama ±6 bulan, pada bulan Juli-Desember 2015.
4.5 Variabel Penelitian
Variabel terkendali : kriteria sampel, cara kerja, alat dan bahan
Variabel terikat : resorpsi eksternal pada molar kedua rahang bawah
4.6 Definisi Operasional Variabel
Resorpsi eksternal molar kedua pada rahang bawah adalah tampak atau
tidak tampaknya diskontinuitas atau gambaran irregular dari permukaan akar
bagian lateral atau apikal atau servikal gigi molar kedua rahang kanan atau kiri
pada radiografik gigi dengan kriteria :
Tampak : tampak diskontinuitas atau gambaran irregular dari
permukaan akar bagian apikal atau lateral atau
servikal gigi molar kedua rahang bawah kanan
maupun kiri.
Tidak tampak : tampak struktur akar gigi molar kedua rahang bawah
masih lengkap.
4.7 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa foto
radiografik pasien dengan kasus impaksi gigi impaksi molar ketiga di UPF Bedah
Mulut dan Maksilofasial RSGMP UNAIR yang memenuhi kriteria sampel.
4.8 Cara Kerja
a. Foto panoramik pasien yang mengalami impaksi molar ketiga yang telah
memenuhi kriteria sampel, dilakukan pengamatan oleh peneliti, dosen
pembimbing I, dan dosen pembimbing II.
b. Pengelompokan ada atau tidaknya resorpsi akar eksternal pada molar
kedua rahang bawah berdasarkan rentang usia 17-21, 22-26, 27-31, 32-36,
37-41, dan >41 tahun dalam suatu tabel.
c. Data yang terkumpul dihitung distribusi frekuensinya, kemudian dihitung
dalam prosentase untuk melihat prevalensi.
d. Analisis data.
18
Tabel 1. Tabel Pengamatan Frekuensi Resorpsi Akar Eksternal Molar Kedua Akibat Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah
Usia NO No. Status Pengamat I Pengamat II Pengamat III Hasil
17-21
22-26
27-31
32-36
37-41
>41
Keterangan : s bila lokasi resorpsi akar eksternal di servikal gigi molar kedua
a bila lokasi resorpsi akar eksternal di apikal gigi molar kedua
l bila lokasi resorpsi akar eksternal di lateral gigi molar kedua
4.9 Alur Penelitian
19Pengamatan terhadap molar kedua pada foto panoramik pasien
Pemeriksaan sesuai kiteria sampel
Pasien impaksi gigi molar ketiga di UPF Bedah Mulut dan Maksilofasial RGSMP FKG UNAIR
Foto panoramik
4.10 Pengolahan dan Analisis Data
Setelah diketahui prevalensi, analisis data yang digunakan pada penelitian
observasional deskriptif ini adalah analisis crosstab, yaitu untuk mengetahui
keterkaitan antara usia dengan frekuensi terjadinya resorpsi eksternal akibat
impaksi gigi.
20
Terjadi resorpsi Tidak terjadi resorpsi
Analisis data
Tabulasi data
DAFTAR PUSTAKA
Abass SK, Hartsfield JK. Orthodontic and External Apical Root Resorption.
Seminars in Orthodontics 2007; 13(4): 246-56.
Abimanyu, Nanang. Perawatan Resorpsi Eksternal Akar. Majalah Kedokteran
Gigi. 2007; 14(1):53-58.
Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi
terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika
Dental Journal 2005;10(2):73-4.
Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang
bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah.
Jurnal MIKGI 2002; IV(7):154-6
Carrotte P. Endodontics: Part 9 Calcium Hydroxide, Root Resorption, Endo-Perio
Lesions. Br Dent J 2004; 197(12): 735-43.
Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh Bentuk Gigi Geligi terhadap Terjadinya
Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah. Dentofasial Jurnal
Kedokteran Gigi 2007; 6(2):65-6.
Corder, Foreman. 2009. Nonparametric statistics for non-statisticians: A step-by-
step approach. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. p.6.
El-Bialy T, El-Shami Iman, Graber TM. Repair of orthodontically induced root
resorption by ultrasound in humans. Am J Orthod Dentofac 2004;
126(2):186-92.
El-Maaytah M, Gittlemon S, Jerjes W, Swinson B, Thompson G, Upile T, et al.
Inferior alveolar nerve injury and surgical difficulty prediction in third
molar surgery: the role of dental panoramic tomography. J Clin Dent
2006;17(5):122-30.
21
Engel, Joyce. 2002. Pocket Guide to Pediatric Assessment, 4th ed. Mosvy, Inc. p.
146.
Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg. Alih Bahasa:
Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.126-7, 155.
Fuzz Z, Tsesis, Lin S. Root resorption- diagnosis, classification and treatment
choices based on stimulation factors. Dental Traumatology 2003; 19: 175-
82.
Isna, Andi. 2012. Mengetahui dan Menganalisis Prevalensi Impaksi Molar Ketiga
Rahang Bawah Yang Banyak Terjadi Di RSGMP Kandea Berdasarkan
Klasifikasinya. Diakses dari: http://repository.unhas.ac.id/ pada tanggal 3
November 2014.
Liang H, Burkes EJ, Frederiksen NL. Multiple idiopathic cervical root resorption:
systematic review and report of four cases. Dentomaxillofacial Radiology
2003; 32: 150-55.
Monaco G, Montevecchi M, Bonetti GA, Gatto MRA, Checchi L. Reliability of
panoramic radiographyin evaluating the topographic relationship between
the mandibular canal and impacted third molars. JADA American Dental
Association 2004;135:315
Nemcovsky, Carlos. Effect of No-erupted 3rd Molars in Distal Roots and
Supporting Structures of Approximal Teeth. J Clin Periodontal 1996; 23:
810-815.
Obimakinde OS. Impacted mandibular third molar surgery; an overview.
Dentiscope 2009;16:2-3.
Oenning, et al. External Root Resorption of The Second Molar Associated With
Third Molar Impaction: Comparison of Panoramic Radiography and Cone
Beam Computed Tomography. Journal of Oral & Maxillofacial Surgery
2014; 72(8): 1444-1455.
Oyama K, Motoyoshi M, Hirabayashi M, Hosoi K, Shimizu N. Effect of root
morphology on stress distribution at the root apex. Eur J Orthod 2007;
29(2): 113-7.
Pertiwi ASP, Sasmita IS. Penatalaksanaan kekurangan ruangan pada gigi impaksi
1.1 secara pembedahan dan ortodontik. Indonesian Jurnal of Oral and
Maxillofacial Surgeon 2004:229-30
22
Riwudjeru, Dwayne J. Gambaran Gigi Impaksi Pasien yang Berkunjung di BP-
RSGM Universitas Sam Ratulangi pada Tahun 2011. e-Gigi 2013; 1(2).
Westphalen VPD, Moraes, Martins, Westphalen FH, Souza. Conventional and
digital radiographic methods in the detection of simulated external root
resorptions: a comparative study. Journal of The International Association
of Dentomaxillofacial Radiology 2014; 33: 233-235.
23