metode penelitian desain, tempat, dan waktu penelitian · perkembangan bayi, dilakukan dengan...
TRANSCRIPT
31
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel
bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2002).
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor pada
bulan Mei-Juli 2011. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan
pertimbangan di Kecamatan Bogor Utara, prevalensi balita dengan gizi kurang
merupakan yang tertinggi di antara enam kecamatan lainnya dan terdapat
peningkatan prevalensi dari 7.95% pada tahun 2009 menjadi 8.99% pada tahun
2010 (Dinkes Kota Bogor 2010).
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui dan bayi yang
berada di Kecamatan Bogor Utara. Sampel yang diambil dari populasi adalah
yang mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Ibu mempunyai bayi berumur 3 sampai 10 bulan,
2. Umur ibu menyusui 20-40 tahun,
3. Bayi telah diberikan MP-ASI
4. Ibu bersedia mengikuti kegiatan penelitian.
5. Bayi sedang atau pernah diberi ASI,
6. Bayi tidak dalam keadaan sakit serius dan tidak mempunyai riwayat
penyakit serius serta tidak mempunyai cacat bawaan,
Jumlah sampel minimal untuk pendugaan proporsi suatu populasi menurut
Sastroasmoro dan Ismael (2008) menggunakan rumus di bawah ini. Kemudian
dari hasil perhitungan didapat sebanya 64 sampel.
n = (zα² PQ) / d²
Keterangan:
n = jumlah sampel minimal
P = perkiraan proporsi, yaitu 21% untuk anak mengalami kelainan
perkembangan psikososial (Briawan & Herawati 2008).
Q = 1-P
zα = nilai pada distribusi normal (pada α = 0.05; zα = 1.96)
d = kesalahan maksimal yang dapat diterima (10%)
32
Perhitungan:
n = (zα² PQ) / d²
= (1,96² x 0,21 x 0,79) / 0,1²
= 63,7 ≈ 64 sampel
Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Dinas Kesehatan
Kota Bogor mempunyai enam wilayah kerja yaitu Kecamatan Tanah Sereal,
Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Barat,
Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Bogor Selatan. Diantara enam
kecamatan tersebut, Kecamatan Bogor Utara mempunyai prevalensi balita
dengan gizi kurang tertinggi dan terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dari
tahun 2009 ke tahun 2010. Kecamatan Bogor Utara membawahi tiga wilayah
kerja puskesmas yaitu Puskesmas Warung Jambu, Puskesmas Bogor Utara dan
Puskesmas Tegal Gundil. Kemudian dipilih wilayah kerja Puskesmas Warung
Jambu dengan pertimbangan prevalensi balita dengan gizi kurang merupakan
yang tertinggi pada tahun 2010. Puskesmas Warung Jambu membawahi tiga
wilayah kerja kelurahan yaitu Kelurahan Ciluar dengan jumlah bayi 336,
Kelurahan Kedung Halang dengan jumlah bayi 386, dan Kelurahan Ciparigi
dengan jumlah bayi 571, dengan demikian jumlah bayi keseluruhan adalah 1293
bayi (Gambar 3).
Pengambilan sampel pada tiap-tiap kelurahan dilakukan dengan
pemetaan wilayah RW (Rukun Warga) yang terdapat bayi dengan status gizi
buruk berdasarkan data dari tiap kelurahan. Data tersebut kemudian dijadikan
sasaran untuk penarikan sampel. Jumlah sampel dari tiap kelurahan diambil
secara proporsional, perhitungannya sebagai berikut:
Kelurahan Ciluar : 336 x 64 = 17 bayi
1293
Kelurahan Kedung Halang : 386 x 64 = 19 bayi
1293
Kelurahan Ciparigi : 571 x 64 = 28 bayi
1293
33
Purposive: Prevalensi tertinggi dan tren peningkatan gizi kurang dari tahun 2009-2010
Purposive:
Prevalensi tertinggi gizi kurang pada balita tahun 2010
pengambilan
sampel dengan proporsional
Gambar 3. Cara penarikan sampel penelitian
Kota Bogor
Kec. Tanah Sereal
Kec. Bogor Timur
Kec. Bogor Utara
Kec. Bogor Barat
Kec. Bogor Tengah
Kec. Bogor Selatan
Puskesmas Bogor Utara
Puskesmas
Warung Jambu
Puskesmas Tegal Gundil
Kelurahan Ciluar = 336 bayi
Kelurahan Kedung Halang = 386 bayi
Kelurahan Ciparigi = 571 bayi
17 sampel 19 sampel 28 sampel
34
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi data karakteristik keluarga (tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,
besar keluarga, tingkat pendapatan keluarga), konsumsi gizi ibu dan bayi, dan
status pemberian ASI, pola asuh makan dan pola asuh psikososial, status gizi ibu
dan bayi, status kesehatan bayi, dukungan suami serta perkembangan bayi.
Sedangkan data sekunder meliputi jumlah populasi dan gambaran tempat
penelitian yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas (Lampiran
1):
1. Data karakteristik keluarga, meliputi tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan
ibu, pendapatan, dan besar keluarga didapat melalui metode wawancara
menggunakan kuesioner.
2. Konsumsi zat gizi ibu dikumpulkan dengan metode recall selama 2x24 jam
berturut-turut melalui wawancara langsung.
3. Konsumsi zat gizi bayi dikumpulkan dengan metode recall selama 2x24 jam
berturut-turut melalui wawancara langsung dengan ibunya. Data konsumsi
pangan bayi meliputi jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (ASI, PASI
dan MP-ASI).
4. Data konsumsi ASI dihitung berdasarkan data frekuensi dan lama pemberian
ASI serta perkiraan volume ASI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Filipina, didapatkan setiap kali bayi menyusu diperkirakan selama 15 menit
didapatkan berkisar antara 60 sampai 77 g ASI dan dalam sehari frekuensi
menyusu bayi berkisar antara tujuh sampai delapan kali (WHO 1985).
5. Status kesehatan bayi meliputi ada tidaknya bayi mengidap penyakit ISPA
dan Diare dalam satu bulan terakhir; dukungan suami terhadap pemberian
ASI meliputi anjuran, perhatian dan bantuan dari suami dalam memberikan
ASI eksklusif; status pemberian ASI meliputi eksklusif dan tidak eksklusif; dan
pola asuh pemberian makan bayi yang meliputi pemberian ASI, PASI, MP-
ASI, kolostrum, umur saat pemberian pertama kali dan frekuensi diberikannya
dikumpulkan melalui metode wawancara menggunakan kuesioner.
6. Data pola asuh psikososial meliputi penerimaan terhadap tanggap rasa dan
kata-kata, penerimaan terhadap perilaku anak, pengorganisasian lingkungan
anak, penyediaan alat permainan, keterlibatan ibu terhadap anak, dan
kesempatan yang diperoleh anak melalui stimulasi yang diberikan orang tua
35
dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan dengan menggunakan alat
bantu keusioner yang merupakan modifikasi metode HOME (Home
Observation for Measurement of the Environment) yang dikembangkan oleh
Cadwell dan Bradley 1979 diacu dalam Satoto (1990).
7. Perkembangan bayi, dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung
menggunakan instrumen yang dikembangan untuk stimulasi, deteksi dan
intervesi dini tumbuh kembang anak (Depkes 2006).
8. Status gizi ibu dilakukan dengan cara pengukuran antropometri terhadap .
berat badan dengan melakukan penimbangan menggunakan timbangan injak
dengan ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan
microtoise dengan ketelitian 0.1 cm.
9. Status gizi bayi dilakukan dengan cara pengukuran antropometri, meliputi
berat badan bayi diukur dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian
0.1 kg. Pengukuran panjang badan bayi menggunakan alat ukur panjang
badan bayi dari kayu (lenght board).
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diperoleh, akan dilakukan pengkodean, perhitungan manual,
data entri dan editing serta analisis dengan menggunakan perangkat lunak
komputer program Microsoft Excel, nutrisoft dan program SPSS for windows.
Data karakteristik keluarga seperti tingkat pendidikan orangtua dilihat dari
jumlah tahun mengikuti pendidikan formal, kemudian dikategorikan menjadi
kurang (tidak tamat SD, tamat SD, atau tamat SLTP) dan baik (, tamat SLTA atau
tamat PT). Data status pekerjaan ibu dilihat dari bekerja atau tidak bekerja. Data
besar keluarga dilihat dari jumlah atau banyaknya anggota keluarga
dikelompokkkan menjadi kecil (≤4 orang) dan besar (>4 orang). Data pendapatan
keluarga dilihat dari pendekatan pengeluaran. Pengeluaran dijumlahkan dari
pengeluaran seluruh anggota keluarga baik pengeluaran pangan dan non
pangan selama satu bulan. Selanjutnya pendapatan keluarga ini dibagi dengan
besar keluarga sehingga diperoleh pendapatan perkapita per bulan, kemudian
dikategorikan miskin dan tidak miskin berdasarkan batas kemiskinan Kota Bogor
(Rp. 256.414,-) menurut BPS (2010).
Data konsumsi makanan dikonversikan kedalam energi (kkal) dan protein
(g), dengan menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (Mahmud &
36
Zulfianto 2009). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Hardinsyah & Briawan 1994):
Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100)
Dimana:
Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j
Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j
BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan
Konsumsi gizi ibu dan bayi dikategorikan menjadi defisit berat jika jumlah
energi dan protein <70% AKG, defisit sedang jika jumlah energi dan protein 70-
79% AKG, defisit ringan jika jumlah energi dan protein 80-89% AKG, dan normal
jika jumlah energi dan protein 90-119% AKG, serta kelebihan jika jumlah energ
dan protein ≥ 120% AKG Sedangkan untuk perhitungan data konsumsi ASI
dihitung berdasarkan data frekuensi dan lama pemberian ASI serta asumsi
volume ASI. Volume ASI kemudian diterjemahkan kedalam bentuk zat gizi
menggunakan komposisi zat gizi ASI, kemudian dihitung kecukupan zat gizinya
menggunakan angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia (WNPG 2004).
Status gizi ibu dihitung menggunakan indeks Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan rumus berat badan (kg)/tinggi badan (m²). Kriteria status gizi ibu adalah
kurus, jika nilai IMT<18.5; normal, jika nilai IMT diantara 18.5 – 22.9; dan gemuk,
jika IMT ≥23. Status gizi bayi dilihat dari nilai skor-z terhadap berat badan
menurut umur (BB/U), panjang badan menurut umur (PB/U) dan berat badan
menurut umur (BB/PB). Kriteria status gizi bayi yaitu buruk, jika skor-Z kurang
dari -3; kurang, jika skor-Z antara -3 hingga -2; normal, jika skor-Z antara -2
hingga 2; dan lebih, jika skor-Z lebih dari 2.
Dukungan suami terhadap pemberian ASI terdiri dari 13 pertanyaan,
setiap pertanyaan diberi skor 2 jika menjawab Ya, menjawab kadang-kadang
diberi skor 1 dan yang menjawab tidak pernah diberi skor 0. Pengkategorian
dukungan suami terhadap pemberian ASI dikelompokkan menjadi dua kelompok
yaitu kurang (≤ rata-rata dari total skor) dan baik (> rata-rata dari total skor). Pola
asuh pemberian makan bayi ditentukan dengan nilai total skor, yang selanjutnya
dikategorikan menjadi kurang (≤ rata-rata dari total skor) dan baik(> rata-rata dari
total skor). Pola asuh psikososial (HOME) dikelompokkan dalam tiga kategorikan,
yaitu rendah, sedang dan tinggi berdasarkan skor dari 45 item pertanyaan yang
terbagi dalam enam sub skala (Tabel 8).
37
Tabel 8 Pengkategorian skor HOME Inventory
Komponen Jumlah Rendah Sedang Tinggi
Tanggap rasa dan kata Penerimaan terhadap perilaku anak Pengorganisasian lingkungan anak Peyediaan mainan untuk anak Keterlibatan ibu terhadap anak Kesempatan variasi asuhan anak
11 8 6 9 6 5
0-6 0-4 0-3 0-4 0-2 0-1
7-9 5-6 4-5 5-7 3-4 2-3
10-11 7-8 6
8-9 5-6 4-5
Total skor 45 0-25 26-36 37-45
Status kesehatan bayi dilihat dari ada tidaknya infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) (ditandai dengan batuk, pilek, dan panas) dan diare (ditandai dengan
gejala buang air besar lebih dari 3 kali/hari) dalam satu bulan terkahir.
Data perkembangan bayi menggunakan instrumen yang dikembangan
untuk stimulasi, deteksi dan intervesi dini tumbuh kembang anak, terdiri dari
masing-masing sepuluh pertanyaan untuk bayi umur 0 sampai 3 bulan, umur
lebih dari 3 sampai 6 bulan, umur lebih dari 6 sampai 9 bulan dan bayi umur lebih
dari 9 sampai 12 bulan, dengan jawaban Ya dan Tidak. Jawaban Ya, bila ibu
menjawab: anak bisa/pernah/sering/kadang-kadang melakukannya. Jawaban
Tidak, bila ibu menjawab: anak belum pernah melakukannya/ tidak pernah/ibu
tidak tahu. Perkembangan bayi dikategorikan menjadi normal (sesuai umur),
curiga terganggu (meragukan) dan terganggu (penyimpangan). Jumlah jawaban
Ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
(normal). Jumlah jawaban Ya = 7-8, perkembangan anak meragukan (dicurigai
terganggu). Jumlah jawaban Ya = ≤6, kemungkinan ada penyimpangan atau
terganggu (Depkes 2006).
38
Tabel 9 Variabel dan kategori
Variabel yang diolah Kategori Sumber
Karakteristik keluarga: - Pendidikan orangtua,
- Status pekerjaan ibu
- Besar keluarga
- pendapatan perkapita perbulan
1. tidak tamat SD, 2. tamat SD, 3. tamat SMP, 4. tamat SLTA , 5. PT
1. Tidak bekerja, 2. Bekerja
1. Kecil (≤ 4 anggota), 2. Besar (>4 anggota)
1. Miskin (≤ Rp.256.414 /kapita/bulan) 2. Tidak miskin (>Rp.256.414 /kapita
/bulan)
BKKBN 2001 BPS 2010
Konsumsi gizi ibu: - Energi - Protein
Konsumsi Energi atau Protein: 1. Defisit berat: <70% AKG 2. Defisit sedang: 70-79% AKG 3. Defisit ringan: 80-89% AKG 4. Normal: 90-119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120% AKG
Deptan dan GMSK-IPB 2005
Status gizi ibu 1. Kurus (berat):<17.0 2. Kurus (ringan): 17.0-18.5 3. Normal: 18,5 – 25.0 4. Gemuk (ringan) : 25.0-27.0 5. Gemuk (berat): >27.0
WHO 2000
Status pemberian ASI 1. Eksklusif 2. Tidak eksklusif
Depkes 2004
Dukungan suami terhadap pemberian ASI
1. Baik : > rata-rata total skor 2. Kurang : ≤ rata-rata total skor
Pola asuh pemberian makan bayi
1. Baik : > rata-rata total skor 2. Kurang : ≤ rata-rata total skor
Pola asuh psikososial (HOME)
1. Rendah: total skor 0-25 2. Sedang: total skor 26-36 3. Tinggi: Total skor 37-45
Satoto 1990
Konsumsi gizi bayi - Energi - Protein
Konsumsi Energi atau Protein: 1. Defisit berat: <70% AKG 2. Defisit sedang: 70-79% AKG 3. Defisit ringan: 80-89% AKG 4. Normal: 90-119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120% AKG
Deptan dan GMSK-IPB 2005
Status kesehatan bayi
1. Menderita ISPA atau Diare 2. Tidak menderita ISPA atau Diare
Status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U
1. Buruk: skor-Z kurang dari -3 2. Kurang: skor-Z antara -3 hingga -2 3. Baik : skor-Z antara -2 hingga 2 4. Lebih: skor-Z lebih dari 2
WHO 1995
39
Variabel yang diolah Kategori Sumber
Status gizi bayi berdasarkan indeks BB/PB
1. Sangat kurus: skor-Z kurang dari -3 2. Kurus: skor-Z antara -3 hingga -2 3. Normal: skor-Z antara -2 hingga 2 4. Gemuk: skor-Z lebih dari 2
WHO 1995
Status gizi bayi berdasarkan indeks PB/U
1. Pendek : ≥ -2 SD 2. Normal : < -2 SD
WHO 1995
Perkembangan bayi 1. Normal 2. Dicurigai terganggu 3. Terganggu
Depkes 2006
Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis
univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk analisis
statistik dasar, meliputi distribusi frekuensi pada semua variabel. Variabel-
variabel tersebut yaitu karakteristik keluarga (tingkat pendidikan ibu, status
pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan besar keluarga), konsumsi gizi
ibu, status gizi ibu, status pemberian ASI, dukungan suami, status kesehatan
bayi, pola asuh pemberian makan bayi, pola asuh psikososial, konsumsi gizi
bayi, status gizi bayi dan perkembangan bayi.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi-square. Sedangkan analisis
multivariat untuk mengetahui seberapa besar faktor langsung dan faktor tidak
langsung berpengaruh terhadap status gizi dan perkembangan bayi
menggunakan analisis regresi logistik dengan rumus sebagai berikut:
YFSGB = Log F = β0+βFKGB+βFSKB+ βFPAP+ βFPAPMB+ βFSPAE+ βFDS+ 1-F βFSGI+ βFKGI+ βFKK+ ε
Dimana:
Y FSGB = Faktor Status Gizi Bayi (BB/U, BB/TB dan TB/U) F = Fungsi komulaif β0 = Intercep βFKGB = Faktor Konsumsi Gizi Bayi
βFSKB = Faktor Status Kesehatan Bayi
βFPAP = Faktor Pola Asuh Psikososial
βFPAPMB = Faktor Pola Asuh Pemberian Makan Bayi
βFSPAE = Faktor Status Pemberian ASI Eksklusif
βFDS = Faktor Dukungan Suami
βFSGI= Faktor Status Gizi Ibu
βFKGI = Faktor Konsumsi Gizi Ibu
βFKK = Faktor Karakteristik Keluarga
ε = Galat (error)
40
YFSPB = Log F = β0+ βFSGB+βFKGB+ βFSKB+ βFPAP+ βFPAPMB+ βFSPAE+ 1-F βFDS+ βFSGI+ βFKGI+ βFKK+ ε
Dimana:
YFPB = Faktor Perkembangan Bayi F = Fungsi komulatif β0 = Intercep βFSGB = Faktor Status Gizi Bayi
βFKGB= Faktor Konsumsi Gizi Bayi
βFSKB = Faktor Status Kesehatan Bayi
βFPAP = Faktor Pola Asuh Psikososial
βFPAPMB = Faktor Pola Asuh Pemberian Makan Bayi
βFSPAE = Faktor Status Pemberian ASI Eksklusif
βFDS = Faktor Dukungan Suami
βFSGI = Faktor Status Gizi Ibu
βFKGI = Faktor Konsumsi Gizi Ibu
βFKK = Faktor Karakteristik Keluarga
ε = Galat (error)
Definisi Operasional
Bayi adalah bayi yang berusia 3-10 bulan yang merupakan anak dari ibu
menyusui (ibu kandungnya).
Ibu menyusui adalah ibu kandung dari bayi yang sedang dan pernah
memberikan ASI untuk anaknya.
Tingkat pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah ditempuh oleh ayah dan ibu.
Status pekerjaan ibu adalah terlibat tidaknya seorang ibu dalam kegiatan
mencari nafkah. Status bekerja adalah apabila terlibat dalam kegiatan
mencari nafkah dan tidak bekerja apabila tidak terlibat.
Besar keluarga adalah jumlah individu yang tinggal/menetap bersama dalam
satu rumah dan hidup dari penghasilan keluarga
Pendapatan rumah tangga menggunakan pendekatan pengeluaran.
Pengeluaran dari seluruh anggota keluarga baik pengeluaran panagn
maupun non pangan dalam sebulan. Pendapatan per kapita adalah hasil
bagi pengeluaran keluarga dengan besar keluarga yang dinyatakan dalam
rupiah perkapita perbulan.
Konsumsi gizi ibu adalah jumlah konsumsi energi dan zat gizi protein dari
keseluruhan pangan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui dengan
menggunakan metode recall 2x24 jam.
41
Status gizi ibu menyusui adalah keadaan gizi ibu berdasarkan pengukuran
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg)/tinggi badan (m²).
Dukungan suami (ayah) adalah penilaian ibu terhadap anjuran, perhatian dan
bantuan dari suami dalam memberikan ASI eksklusif yang meliputi:
pemberian anjuran ibu untuk menyusui, memberikan kata-kata
pujian/penyemangat agar ibu percaya diri dan terus memberikan ASI,
menemui/menemani ibu ketika sedang menyusui, membantu menyediakan
kebutuhan ibu saat menyusui, membantu pekerjaan rumah tangga, ikut
merawat bayi.
Status pemberian ASI eksklusif adalah status yang menyatakan lamanya
pemberian ASI eksklusif.
Pola asuh adalah cara dan kebiasaan ibu dalam mengasuh dan merawat anak
balita yang meliputi pola asuh makan dan pola asuh psikososial.
Pola asuh pemberian makan bayi adalah praktek-praktek pengasuhan yang
diterapkan oleh ibu kepada anak yang berkaitan dengan pemberian makan.
Meliputi pemberian ASI, PASI, MP-ASI, kolostrum, umur saat pemberian
pertama kali dan frekuensi diberikannya.
Konsumsi gizi bayi adalah jumlah konsumsi energi dan zat gizi protein yang
dikonsumsi bayi yang berasal dari ASI, PASI dan MP-ASI dengan
menggunakan metode recall 2x24 jam.
Konsumsi ASI adalah ASI yang diberikan kepada bayi, yang dihitung dengan
menggunakan asumsi volume ASI. Volume ASI adalah jumlah ASI yang
dikonsumsi bayi yang dihitung berdasarkan lama dan frekuensi menyusui
bayi dalam satu hari yang dinyatakan dengan milliliter (ml). Lama
menyusui adalah banyaknya waktu yang digunakan bayi setiap menyusui
dalam satu hari yang dinyatakan dalam menit. Frekuensi menyusui adalah
jumlah pemberian ASI per hari pada bayi.
Konsumsi PASI (pengganti ASI) adalah konsumsi susu non ASI yang diberikan
kepada bayi yang disebut juga susu formula.
Konsumsi MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah konsumsi jenis
makanan yang dibuat oleh keluarga maupun diproduksi oleh industri yang
diberikan kepada bayi sebagai makanan pelengkap untuk kebutuhan
gizinya selain ASI atau susu formula
42
Pola asuh psikososial terhadap bayi adalah seluruh interaksi antara subjek
(pengasuh) dengan objek (bayi) berupa bimbingan, pengarahan dan
pengawasan terhadap aktivitas objek (bayi) sehari-hari yang berlangsung
secara rutin sehingga membentu suatu pola. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan metode HOME dengan cara menjumlahkan skornya
(Satoto 1990)..
Status kesehatan bayi adalah keadaan kesehatan bayi yang terlihat dari ada
tidaknya mengidap penyakit diare dan ISPA dalam satu bulan terakhir.
Penyakit ISPA ditentukan berdasarkan gejala batuk, pilek, dan demam dan
diare ditentukan berdasarkan gejala buang air besar lebih dari 3 kali/hari.
Status gizi bayi adalah keadaan gizi bayi yang diukur dengan berat badan
menurut umur (BB/U), panjang badan menurut umur (PB/U) dan berat
badan menurut panjang badan (BB/PB).
Perkembangan bayi adalah kemampuan motorik kasar, motorik halus,
sosialisasi dan kemandirian, serta komunikasi dan bahasa yang dapat
dilakukan oleh bayi, menggunakan instrumen yang dikembangkan untuk
stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.