metode penafsiran al-quran -...
TRANSCRIPT
METODE PENAFSIRAN AL-QURAN
Arie Machlina Amri
Alumni Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan dan Pascasarjana Ilmu Bahasa Arab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
Al-Quriin, as the appropriate holy book for all time and places, has to be intetpreted in order to its content can be obvious and easily understood by Moslems. Particularly, al-Quriin wording style has a lot of messages that must be elucidated for answering religiOUS and worldly needs. It is necessary to find certain methods in doing intetpretation so that exegesis results validity can be guaranteed.
This article will examine the development of four exegesis methods which be the basis of al-Quriin logical pattern, name~y tahlily (analytical method), ijmaly (global method), muqaran (comparative method), and maudhil 'i (thematic method). Every method wtll explained in matter of its definition, and shortage by descriptive analysis together with examples of application.
Key Words: al-Quran, exegesis, exegesis methods.
VoL 2, No.1, Juni 2014 1
Arie Macblioa Amri
~.;.
c::~ ,~\.S:.. J ~L. j js:J ~ \......~ 4l:S' ~ Yo ,~1.;JI ~l
.~I ~ ~ ~IJJ ~..;~~~ ~I Jl Wb
J~)'I ~ ~l.,., J 4i~1J ~1.;J\ JJ-~ j tJ 0t ~~ Jllj\..pl ~ .ci.,I1 ~ J ~~..uIJ ~..ul ~L...tll Js- ~k-)'I ~ J tp.
.lpJ\.:; ~ ~ ~ 4':" 1.3> Jl ~I c::~ J 0 J~ 4p.v\...if J)-~) JjJ.; ~ al\.ill .~ ~ J .JNI
~\J ~)Ul.\ ~\J J~)'1 ~\J ~\ ~I ~J ~\
~I)\J ~ jJIJ ~r:ll ~ 4..r'* ~> JS' (f ~~I ~~ J .1./ ~."i\ .~ ili..t {..JZ c: ~.,II ~I rl~4 ~\...aA;JIJ
.~I 1.3> ,~I ,~1.;JI : ~I y')l~
A. PENPABUUJAN
AI-Quran diturunkan dalam pengertian yang sangat global, untuk dapat memahami dan mengoperasionalisasikan kandungari al-Quran dibutuhkan sebuah upaya dan proses penafsiran. Vpaya menafsirkan isi al-Quran sebenarnya menjadi kegiatan paling penting pasca diturunkannya al-Quran (Rohimin, 2007: v). AI-Quran menyebut dirinya Hudon Ii al-Nas,. petunjuk bclgi segenaP umat manusja~Akan tetapi petunjuk al-Quran tersebut tidaklah dapat ditangkapmaknanya bila tanpa adanya penafsiran. Tafsir biasa diartikan dengan al-Idhah wa al-Tabyin (al-~abuny 1990: 73), menjelaskan dan menerangkan atau lebih lengkapnya.adalah suatu ilmu yang dengannya ldta~kitab Allah dapat dipahami, menerangkan makna untuk mengeluarkan hukum-hukum serra hikmah-hikmahnya, dapat juga diartikan dengan ilmu yang membahas al-Quran aI-Karim dari segi dalalahnya sejalan dengan apa yang dikehendaki Allah dalam batas kemampuan manusia (al-Zarqany, tt: 471).
2 INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran Al-Qur'an
Pada periode berikutnya, Umat Islam semakin majemuk dengan berbondong-bondongnya bangsa non-Arab masuk Islam, terutama setelah tersebamya Islam ke daerah-daerah yang jauh di luar tanah Arab. Kondisi ini membawa konsekuensi logis terhadap perkembangan pemikiran Islam, berbagai peradaban dan kebudayaan non-Islam masuk ke dalam khazanah intelektual Islam, akibatnya kehidupan umat Islam menjadi terpengaruh olehnya. Untuk menghadapi kondisi yang demikian para pakar tafsir ikut mengantisipasinya dengan menyajikan penafsiran-penafsiran ayat al-Quran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan umat yang semakin beragam (Baidah, 1998: 6).
Para mufassir menafsirkan al-Quran melalui upaya menjelasan makna ayat-ayat al-Quran dad berbagai seginya, baik konteks historisnya maupun sebab turunnya, dengan menggunakan ungkapan atau keterangan yang menunjuk kepada makna yang dikehendaki seeara terang dan jeJas. Produk penafsiran al-Quran sifatnya bukan absolut karena di dalamnya meHbatkan unsur-unsur penalaran, kajian, ijtihad para mufassir didasarkan pada kemampuan yang dimiliki sehingga sewaktu-waktu dapat ditinjau kembaH.
Penafsiran al-Quran merupakan pintu yang perlu dilalui dalam menyelami belantara isi al-Quran. Penafsiran al-Quran ibarat kunci / untuk membuka pundi-pundi kekayaan yang dikandung al-Quran. Muneulnya tafsir al-Quran dilatarbelakangi oleh reaHtas pemeluk Islam yang memiHki kuaHtas pemahaman seeara berbeda-beda terhadap susunan redaksi dan pesan dikandung al-Quran. Sejak masa Rasulullah telah dua eara penafsiran al-Quran. Pertama, penafsiran berdasarkan petunjuk Kedua, pe-nafsiran berdasarkan ijtihad atau ra Di masa sahabat, sumber untuk memahami ayat-ayat al-Quran di ayat al-Quran sendiri, juga riwayat dan ijtihad Pada abad-abad se-lanjunya, usaha untuk menafsirkan atau
berkembang
Vol. 2, No.1, Juni 2014 3
Arie MachIina Amri
Metode yang dipergunakan oleh para mufassir dengan eara dan eorak tafsir yang mengandalkan nalar dalam pendangan alFarmawi terbagi menjadi empat macam metode, yaitu: Tahliry(analitis), ijmaty(global), muqaran(komparatif), dan maudbu'iCtematik).
B. METODE TAFSIR.
1. PetJaerdan Metode Tafsir
Kata "metode" berasal dari bahasa Yunani "metbodos"yang berarti "cara atau jalan" (Hasan, 1977: 16). Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis "method" dan bangsa Arab menerjemahkannya dengan 'farlqat"atau "manha}'. Di dalam pemakaian bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: "eara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk meneapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), eara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan" (Poerwadarminta, 1986: 649). Pengertian serupa ini juga dijumpai di dalam kamus Webster (Webster, 1980: 1134).
Adapun metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode menafsirkan al-Quran. Dengan demikian kita dapat membedakan antara dua istilah itu, yakni: 'metode tafsir', cara-cara menafsirkan al-Quran, sementara 'rnetodologi tafsir' ilmu tentang eara tersebut. Pembahasan teoritis dan ilmiah mengenai Metode Muqarln, misalnya, disebut analisis, s~dangkan, jika pembahasan itu berkaitan dengan cara penerapan metode itu terhada~ ayat-ayat al-Quran, ini disebut pembahasan metodik. Sedangkan eara menyajikan atau memformulasikan tafsir tersebut, dinamakan teknik penafsiran atau seni. Jadi metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah yang digunakan dalam menafsirka ayat-ayat al-Quran; dan seni atau teknik ialah eara yang dipakai ketika menerapkan kaidah yang telah tertuang dalam metode (Sumardi, 1974: 11-12). Dengan demikian satu metode yang sarna dapat diterapkan dalam berbagai teknik penyampaian yang bebeda, sesuai gaya dan latar belakang pengetahuan dan
4 INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran AI-Qur'an
pengalaman masing-masing mufassir. Sedangkan metodologi tafsir ialah pembahasan ilmiah dan konseptual tentang metode-metode penafsiran al-Quran.
2. Perkembangan Metode Tafsir
Al-Quran adalah sumber ajaran Islam. Kitab Suci itu, menempati posisi sentral, bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga merupakan inspirator, pemandu dan pemadu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad sejarah pergerakan umat ini (Hanafi, 1989: 77).
Ucapan Abu Bakar, Mujahid, Imam Malik, dan lain-lain dapat disimpulkan bahwa metode tafsir telah lahir sejalan dengan lahirnya tafsir. Dad perkembangan tafsir yang dikemukakan dapat dikatakan bahwa Metode Global (Manhaj Ijmaly) merupakan metode tafsir yang pertama lahir dengan mengambil bentuk al-ma'tsur, kemudian baru dilkuti oleh bentuk al-ra 'yi seperti tampak dalam tafsir al-Jalalain karya dua tokoh: al-Mahilli dan al-Suyuthi. Metode ini kemudian berkembang terus sehingga melahirkan apa yang kemudian dikenal dengan Metode AnaHtis (Manhaj Tahlily). Ini ditandai dengan dikarangnya kitab-kitab tafsir yang memberikan uraian yang cukup luas dan mendalam tentang pemahaman suatu ayat seperti tafsir al-Thabad dalam bentuk al-ma'tsur, Tafsir al-Razi dalam bentuk al-ra 'yi, dan lain-lain. Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, maka ulama tafsir berusaha menafsirkan alQuran lebih spesifik lagi, laiu mereka mengkhususkan tafsirannya pada bidang-bidang tertentu, maka lahirnya tafsir fikih, tasawuf, teologi, bahasa, dan sebagainya.
(1) Tafsir TahBly
a. Pengertian Metode Tafsir Tahlily (Analitis)
tahltly suatu metode tafsir yang bermaksud menje-laskan kandungan al-Quran secara Dalam
Vol. 2, No.1, Juni 2014 5
Arie Machlina Amri
metode tafsir tablfly, penafsir mengikuti urutan ayat sebagaimana yang telah tersusun dalam mushaf Utsmani. Pengkajian metode ini menguraikan kosa kata dan Iafaz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan inti sari dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya. Untuk itu semua, metode ini merujuk kepada sebab-sebab turunnya ayat, hadits-hadits Rasulullah, riwayat dari para sahabat dan tabi'in (aIMunawwar, 1994: 36). Kadang-kadang penafsiran bercampur baur dengan pendapat para mufassir sendiri dengan diwarnai Iatar belakang pendidikannya dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan yang dipandang dapat membantu memahami teks aI-Quran (al-Farmawy, 1994: 12). Metode tablfly, atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagai metode tajzi'iy, adalah metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat aI-Quran sebagaimana tercantum dalam Mushaf (Rohimin, 2007: 68).
Metode tablfly kebanyakan dipergunakan para ulama masamasa klasik dan pertengahan. Di antara mereka, sebagian mengikuti pola pembahasan secara panjang lebar (itbnab) dan sebagian mengikuti pola singkat (musawab). Mereka sarna-sarna menafsirkan alQuran dengan menggunakan metode tablfly, namun dengan corak yang berbeda-beda (Kohimin, 2007: 68). Salah satu yang menonjol dalam tablfly (analisis) adalah bahwa seorang mufassir akan berusaha menganalisis berbagai dimensi yang terdapat dalam ayat yang ditafsirkan. Maka biasanya mufassir akan menganalisis dari segi bahasa, asbab al-nuzul,. nasikb-mansukhnya dan lain-lain. Namun biasanya metode tablfly tidak mampu menyajikan sebuah tafsir komprehensif, sehingga seringkali terkesan parsial. Akibatnya pandangan dunia (world view) aI-Quran mengenai persoalan yang dibicarakan sering ditepikan (Mustaqim, 2004: 156).
6 INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode PenafsiranAI-Qur'an
Metode tabltly yang digunakan oleh penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran dilakukan dengan menempuh cara sebagai berikut:
a. Menyebutkan sejumlah ayat pada awal pembahasan.
Pada setiap pembahasan mencantumkan satu, dua atau tiga ayat untuk maksud tertentu, yaitu memberikan keterangan global bagi surat dan menjelaskan maksudnya yang mendasar.
b. Menjelaskan arti kata-kata yang sulit.
c. Memberikan garis besar maksud beberapa ayat.
d. Menjelaskan konteks ayat.
e. Menerangkan sebab-sebab tumn ayat.
f. Memperhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari Nabi, sahabat dan tabrin
g. Memahami disiplin ilmu tertentu (al-Aridh, 1992: 3).
Adapun pembagian wujud tafsir al-Quran dengan menggunakan metode tablfly adalah sebagai berikut :
.:. Tatsit' bi aI-Ma'tsur
Adalah penafsiran ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan hadits, yang menjelaskan makna sebagian ayat, atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para sahabat, atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para tabi'in.
Di antara kitab tafsir bi al-ma'tsur adalah Kitab Jamt' al-Bayan fi Tafsir al-Quran oleh Imam Ibnu Jarir al-Thabary dan Tafsir al-Quran al-Adbim karya Ibnu Katsir .
• :. Tatsit' b1 aI-Rap
Adalah penafsiran al-Quran dengan ijtihad, penafsiran berdasarkan pendapat atau aka!. Para ulama menegaskan bahwa tafsir al-ra 'yi ada yang diterima dan ada yang ditolak dilihat dari kualitas penafsirannya. Di antara kitab tafsir bi al-ra'yi adalah kitab }vfadarlk al-Tanzil wa Haqaiq al-Tanwil karya Mahmud al-Nasafy.
VoL 2, No.1, Juni 2014 7
Arie Macblina Amri
.:. Tafsir Sufi
Penafsiran para sufi pada umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik. Terdapat dua arah dalam menafsirkan al-Quran :
a. Tasawuf Teoretis
Meneliti dan mengkaji al-Quran berdasarkan teoti-teoti mazhab dan sesuai ajaran-ajaran mereka. Penafsiran demikian ditolak dan sangat sedikit jumlahnya. Karya kitabnya adalah al-Futuhat al-Makleiyah dan al-Fushush karya Ibnu Arabi (al-Zarkasyi, tt: 150).
b. Tasawuf Praktis
Tasawuf yang mempraktekkan gaya hidup sengsara, zuhud dan meleburkan did dalam ketaatan kepada Allah. Kitab tafsirnya adalah Tafsir aI,.Quran ai-Karim oleh Tusturi dan Haqaiq al-Tafsir oleh al-Sulami.
.:. Tafsir Fiqb
Adalah penafsiran ayat al-Quran yang dilakukan oleh tokoh suam mazhab untuk dapat dijadikan sebagai daHl atas kebenaran madzhabnya. Kitab tafsirnya: Ahkam al-Quran oleh al-Ja~a~ (Shidieqi, 1974: 178) .
• :. Tafsir Ilmi
8
Adalah menafsirkan ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam al-Quran dengan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan Di antara kitabnya adalah kitab ai-Islam Yatahadda oleh Allamah Wahid aI-Dill Khan.
Tafsir Falsafi
Adalah cara penafsiran al-Quran dengan mengguHUL>.«» teori-teori filsafat, dengan upaya titik temu antara serta berusaha menyingkirkan segala pertentangan di antara keduanya. Di antara kitab tafsirnya adalah : Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Razi.
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran AI-Qllr'an
.:. Tafsir Adabi
Corak tafsir ini berusaha memahami teks-teks al..;Quran dengan cara mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Quran secara teliti, se1anjutnya menje1askan makna-makna yang dimaksud dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian menghubungkannya dengan realitas dan sistem budaya yang ada. Di antara karya tafsimya adalah: Taftir al-Manar karya Rasyid rudha dan Taftir al-Maraghi karya alMaraghy.
Contoh : Tafsir Tabl11y( Bentuk. al-Ma'tsur)
Penafsiran kata "i:ulm" (aniaya) di dalam surat al-An'am ayat 82:
Ditafsirkan dengan syirik Cmenyekutukan Allah) yang terdapat di dalam surah Luqman ayat 13:
Contoh: Tafsir Tahlily (Bentuk. al-Ra'yJ)
\, ;# ,
~ ~\j .J.l\ 01 .J.l\ 4.>.- j ~ \} Y 4lt y jt1\ j J.rJI .J.l j
<, ,c: 0 ~I )
Artinya : ''i14ilik Alllah Timur dan Bara!, maka ke arah mana saja kamu menghadap, di sana ada Allah. Sesungguhnya Allah maha luas lagi maha mengetahui"
'":J..".,ul 9 ~I menurut al-Zamakhsyari maksudnya adalah Timur dan Barat, se1uruh penjuru bumi, semuanya kepu-
VoL 2, No.1, Juni 2014 9
Arie Machlina Amri
10
nyaan Allah. Dia yang memiliki dan menguasai seluruh alamo 1,.1":; ~li maksudnya ke arah manapun manusia menghadap Allah, hendaknya menghadap kiblat sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2): 144 yang berbunyi:
Artinya: "Palingkanlab mukamu ke arah masjidil hamm, dan di mana saja kamu berada, maka palingkanlah mukamu Ice arahnya." (Sbidieqi, 1974: 37).
~.;;..~, ~ft. -' 1).;lA menurut al-Zamakhsyari maksudnya di tempat (Masjidil Haram) itu adalah Allah, yaitu tempat yang disenangi-Nya dan manusia diperintahkan untuk menghadap Allah pada tempat tersebut. Maksud ayat di atas adalah apahila seorang Muslim akan melakukan shalat dengan menghadap Masjidil al-Haram dan Bait al-Maqdis, akan tetapi ia ragu akan arah yang tepat untuk menghadap ke arah tersebut, maka Allah memberikan kemudahan kepadanya untuk menghadap ke arah manapun dalam shalat, dan di tempat manapun sehingga ia tidak terikat oleh lokasi tertentu Zamakhsyari, tt: 306).
Latar belakang turunnya ayat mi menurut Ibn 'Vmar berkenaan dengan shalat musafrr di atas kendaraan, ia menghadap ke arah mana kendaraannya menghadap. Tetapi menurut 'AIDa, ayat ini turun ketika tidak diketahui arah kiblat shalat oleh suatu kaum, lalu mereka shalat ke arah yang berbedabeda keyakinan masmg-masing). Setelah pagi hari temyata mereka salah menghadap kiblat, kemudian mereka menyampaikan peristiwa tersebut kepada Nabi Muhammad, lalu turunlah ayat Ada juga yang berpendapat bahwa
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran AJ-Qur'an
kebolehan menghadap ke arah mana saja itu adalah dalam berdoa, bukan dalam shalat (al-Zamakhsyari, tt: 306-307).
Dad contoh penafsiran di atas tampaklah bahwa alZamakhsyari memulai penafsirannya dengan mengemukakan pemikirannya yang rasional, laiu dikuatkan dengan ayat lain yang berkaitan, dan setelah itu ia mengemukakan dwayat atau pendapat ulama. ]adi, al-Zamaksyari disamping menggunakan akalnya, juga menggunakan riwayat (naql) sebagai penguat atas penafsirannya.
2. Tafsir Ijmaly ( Global)
a. Pengertian Tafsir Ijmaly Metode tafsir ijmaly adalah penafsiran al-Quran dengan secara singkat dan global tetapi mencakup keseluruhan, tanpa uraian panjang lebar. AhU tafsir menjelaskan arti dan makna ayat dengan uraian singkat dan padat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Quran, ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai urutannya dalam mushaf dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang mudah dipahami pembaca (al-Munawwar, 1994: 37).
Penafsiran dengan metode ini adalah menafsirkan al-Quran dengan lafaz al-Quran, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks al-Quran. Kadangkala pada ayatayat tertentu menunjukkan sebab turunnya ayat, peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat, mengemukakan hadits Rasul atau pen-dapat ulama. Dengan demikian, diperoleh pengetahuan yang sempuma dan sampailah kepada tujuannya dengan cara yang mudah serta uraian yang singkat dan jelas. Sistemstika penuHsannya menuruti susunan ayat -ayat di dalam mushaf. Disamping itu, penyajiannya diupayakan tidak terlalu jauh dati gaya (uslub) bahasa al-Quran, sehingga pendengar dan pembacanya
VoL 2, No.1, Juni 2014 11
Ade Machlina Amd
seakan-akan masih tetap mendengar al-Quran padahal sebenarnya yang didengar adalah tafsirnya (al-Munawwar, 1994: 37).
Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tafsir tablfly, namun uraian di dalam metode tablfly lebih rinei, sehingga mufassir lebih banyak dapat mengemukakan pendapat dan ide-ldenya. Sebaliknya, di dalam metode ijmaly tidak ada ruangan bagi mufassir untuk mengemukakan pendapat serupa itu.
Kitab tafsir al-Quran yang menagunakan metode ini antara lain : Tafstr al-jalalain karya al-Mahalli dan aI-Suyutbi, Tafsir alQuran ai-Karim karya Muhammad Farid Wajdi, al-Tafstr aI-Wasitb terbitan Majma' al-Buhuts al-Islamiyyah, dan Taj al-Tafasir oleh Muhammad Utsman aI-Mirghani.
Kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode global seperti disebutkan di atas, juga berusaha menafsirkan ayat-ayat ai-Quean secara keseluruhan dari awal hingga akhir sampai dengan surat terahkir sebagaimana dijumpai dalam tafsir tablfly, namun penjelasan yang diberikan di dalam tafsir secara singkat, padat, dan umum, tidak terind (al-Munawwar, 1994: 38).
12
Contoh Tafsir I}InIII:r
(Q.S. al-Baqarah: 1-2)
(t~ <.$t) ~ ) ~I~ e.ll..~ ~t ~t(r1 t .. ~.Jl~)t~, ~ ( ~I .llc. (.)o.oi ) ~ ( ~') 1.:-9.) 'i ( ~ e~..N 'i~' )y\:iSJ\
(Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang. (~) , Allah yang lebih mengetahui maksud dari itu. (Itu) artinya, (y\:iSJl) yang dibacakan oleh Ml:Ibammad ini ·tidak ada keraguan (.-'ttl\ ) di dalammya, bahwa kitab itu datang dari Allah. Kalimat negatif ( .yi '-:JJ...) 'i) berfungsi sebagai predikat, dan sUbjeknya ialah (~), lafaz (~) ini memberikan isyarat akan keagungan kitab sud itu ( ..... ) yang berfungsi sebagai predikat kedua bagi (~ ) mengandung arti mem-
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran AI-Qur'an
berikan petunjuk (bagi orang-orang yang bertaqwa) yang selalu bertaqwa dengan mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya agar mereka terpelihara dari azab neraka (yakni mereka yang mempercayai) sepenuh hati (akan eksistensi yang gaib).
Penafsiran yang diberikan oleh al-Jalalam terhadap ayatayat surat al-Baqarah di atas tampak sangat singkat dan global sehingga tidak ditemui rindan atau penjelasan yang memadai. Penafsiran tentang misalnya (~ ), ia hanya berkata: Allah maha tahu maksudnya. Demikian pula penafsiran (y~l), hanya mengatakan: "Yang dibacakan oleh Muhammad". Begitu setemsnya, tanpa rincian sehingga penafsiran ayat tersebut hanya dalam beberapa baris saja (Baidah, 2002: 14-20).
3. Tafsir Muq1Jran ( Komparatif)
a. Pengertian Metode Tafsir-Muqanm Para ahli tafsir tidak berbeda pendapat mengenai metode ini. Dari berbagai literatur dapat dirangkum bahwa yang dimaksud dengan metode tafsir muqaran ialah 1). Membandmgkan ayat-ayat al-Quran yang memiliki persamaan atau kemhipan redaksi yang beragam dalarn satu kasus yang sarna atau diduga sarna, 2). Membandmgkan ayat al-Quran dengan hadits Nabi yang pada lahirnya antara keduanya terlihat bertentangan, dan Membandmgkan berbagai pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran (al-Farrnawi, 1997: 45-46 dan H: 20-21). WHayah kajian perbandingan tidak hanya terbatas pada .... U'.UL...,L0 redaksional saja, perbedaan kan-dungan rnakna masing-masing ayat yang diperbandingkan, di samping juga membahas perbedaan kasus yang dibicarakan oleh ayat tersebut. Dalam membahas perbedaan-perbedaan tersebut,
mufassir hams aspek menyebabkan
Vol. 2, No.1, 2014 13
Arie M~Hna Amri.
timbulnya perbedaan, seperti aspek asbab al-nuzul, pemakaian kata dan susunannya di dalam ayat, serta tidak kurang pentingnya konteks masing-masing ayat, situasi dan kondisi umat ketika ayat terse but turun (Baidah, 2002: 62).
b. CJri-dri Metocle Tafsir MuqIran Perbandingan adalah ciri utama bagi metode ini. Oleh sebab itu dalam menerapkan metode ini, mufassir harus meninjau berbagai pendapat para ulama tafsir. Di sinilah-Ietak salah satu perbedaan yang prinsipal antara metode ini dengan metode-metode yang lain (Baidah, 2002: 63). Hal ini disebabkan karena yang dijadikan bahan dalam perbandingan ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits· adalah pendapat para u1ama tersebut, bahkan pada aspek ketiga sebagaimana telah disebutkan bahwa pendapat para ulama itulah yang menjadi sasaran perbandingan.
c. Ruang I.ing1mp Metocle Tafsir MuqIran 1. Perbancliogao Ayat deoaan Ayat
Perbandingan dalam aspek ini dapat dilakukan pada semua ayat, mulai dari :
> Pemakaian Kosakata
> Urutan Kata,
> Kemiripan Redaksi
a. MengidentifIkasi dan menghimpun .ayat-ayatalQuran yang redaksinya mirip sehingga dapat diketahui perbedaan keduannya.
b. Membandingkan antara ayat-ayat yang redaksinya mirip, yang membicatakan saw· kastts· yang sarna, atau dua kasus yang berbeda datam satu redaksi yang sama
c. Menganalisis perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi yang mirip, baik·perbedaan tersebut
14 INSYIRAH, Jurnal TImu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran AJ-Qur'an
mengenai konotasi ayat, maupun redaksinya seperti berbeda dalam menggunakan kata dan susunannya dalam ayat.
d. Membandingkan antara berbagai pendapat para mufassir tentang ayat yang dijadikan objek bahasan.
Contoh : a). Redaksi yang Berlebih dan Berkurang
1). Menghimpun redaksi yang mmp Q.S. Ali Imran ayat 126:
Q.S. AI-Anfal ayat 10:
2). Perbandingan redaksi yang mirip
Kedua ayat di atas terdapat kemmpan redaksi. Namun di dalam kemiripan itu terdapat perbedaan kedl dari sudut susunan kalimatnya. Pada ayat pertama terdapat lafaz ~) sesudah lafaz Gs~), sementara pada ayat kedua tidak dijumpai lafaz (~). Sebaliknya pada ayat ke dua ditempatkan kalimat (.J.JI ;)1) sesudah (J.lI ..I..l.L), sedangkan ayat pertama tidak memakai lafad (.J.U Perbedaan ketiga tampak dalam pemakaian kata (~) . Kalau pada ayat pertama kaHmat tersebut ditempatkan sesudah ~,.u), maka pada ayat kedua tempatnya sebelum ~,.u). Kasus yang sebenarnya masuk kategori taqdim dan karena erat sekali
Vcl.2,No. 1, Juni2014 15
Arie MacbHna Amri
16
dengan pernbahasan ayat ini rnaka kasus yang ketiga ini tetap dikaji.
3). Analisis redaksi yang mirip
Permasalahan dalam ayat ini ialah, rnengapa perbedaan yang disebutkan itu timbul. Apakah sekedar seni berbahasa, atau di balik perbedaan itu ada pesan khusus yang dikandungnya.
Dilihat dari sejarah t:unmnya, ayat pertama (alImran: 126) diturunkan berkenaan dengan perang Uhud, sedangkan ayat kedua (al-Anfal: 10) rnengenai perang Badar (al-Wahidi, 1994: 115 dan 227-228).
4). Perbandingan pendapat para rnufassir
Mengenai pencantuman kalimat ~ ) dalam ayat pertama dan ditiadakan pada ayat kedua, terdapat tiga pendapat, yaitu :
Menurut al-Iskafi
Pencantumannya di dalam ayat pertama ialah kerena sebelumnya belurn disebut, sernentara pada ayat kedua tidak perlu diulang penyebutan kalimat itu lagi secara eksplisit karena pada ayat sebelumnya sudak dinyatakan ;) ~ ~\ ( ~ yb,.:...,\,! ~J). Menurut al-Biqa'i
Pencanturnan kalimat ~) itu berkaitan erat dengan konteks ayat tersebut, yakni berbicara tentang perang Uhuddi mafia umat Islam kalah dart orang kafir. Berdasarkan kenyataan itu seandainya kalimat ~) tidak disebut secara eksplisit, maka dapat timbul dugaan yang negatif bahwa bantuan Allah ialah untuk rnemberikan kegembiraan bagi orang-orangkafir. Sedangkan ayat kedua berkenaan dengan perang Badar.
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsjran Al-Qur'an
Di dalam ayat tersebut tidak perlu mencantumkan kalimat (~) karena tidak diragukan lagi bahwa kegembiraan berada di pihak umat Islam.
2. Perbandingan Ayat dengan Hadits
Perbandingan penafsiran dalam aspek ini terutama dilakukan terhadap ayat-ayat al-Quran yang tampak pada lahirnya bertentangan dengan hadits-hadits Nabi yang diyakini sahih. ltu berarti, hadits-hadits yang sudah dinyatakan lemah tidak perlu dibandingkan dengan al-Quran. Dalam hal ini dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghimpun ayat -ayat yang pada lahirnya tampak bertentangan dengan hadits-hadits Nabi, baik redaksinya mirip dengan ayat-ayat lain atau tidak
b. Membandingkan dan menganalisis pertentangan yang dijumpai di dalam di dalam kedua teks ayat dan hadits tersebut.
c. Membandingkan antara berbagai pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat dan hadits terse but.
4. Tafsir Maudhu'J
a. Pengertian Metode Tafsir Maudhu'J (Tematik) Metode tafsir maudlu'i adalah cara mengkaji dan mempelajari ayat al-Quran dengan menghimpun ayat-ayat al-Quran yang mempunyai maksud yang sarna, dalam arti sarna-sarna membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat itu. Kemudian mufassir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan (al-Farmawi, 1994: 36).
Menghimpun dan menyusun ayat-ayat menurut kronologi dilakukan untuk mengetahui pokok-pokok masalahnya. Dengan
Vol. 2, No.1, Juni 2014 17
Arie Machlina Amri
demikian, tuduhan yang menyatakan bahwa di dalam al-Quran terjadi pengulangan sia-sia tertolak dan lenyap. Kalaupun ada, sedikit sekali kita temukan pembahasan mengenai satu surat seeara menyeluruh, yang memperkenalkan dan menjelaskan maksud secara global, dan menghubungkan ayat-ayatnya satu sama lain, sehingga surat tersebut tampak dalam bentuknya yang utuh, teratur, rapi dan sempuma.
Orang pertama yang melakukan kajian tafsir dengan eara semacam ini dan telah mengungkapkan sebagian rahasiannya adalah aI-'Allamah Fakhru aI-Razi. Tokoh ini memiliki semangat dan kegigihan yang patut disyukuri dan dipuji di bidang ini. Cara kajian semaeam ini di gunakan di dalam kitab al-Tafsir al-Wadhih.
b. Dua Macam Bentok KajJan Tatsif' Mautlbu'J 1. Pembahasan mengenai satu surat seeara menyeluruh dan
utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masaIah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan eermat.
2. Menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang samasarna membicarakan satu masaIah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu tema pembahasan, dan selanjutnya ditafsirkan seeara maudhu'i.
Cara Kerja Metode·Tafsir Maudhri
18
1. Memilih atau menetapkan masalah al-Quran yang akan dikaji secara maudhu'i (tematik).
2. Melaeak dan menghimpun ayat-ayatyang berkaitan dengan masaIah yang telah ditetapkan, baik ayat Makkiyah maupun Madaniyah.
3. Menyusun ayat-ayat tersebut seeara runtut menurut kronologi masa turunnya disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat.
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penaf..,iran AJ-Qur'an'.
4. Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut eli dalam masing-masing suratnya.
5. Menyusun tema pembahasan di dalam kerangka yang sesuai, sistematis, sempurna dan utuh.
6. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadits bila di pandang perlu sehingga pembahasan menjadi semakin sempuma dan jelas.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengompromikan antara pengertian umum dan khusus, antara yang mutlaq dan muqayyad, mensingkronkan ayat-ayat yang lahimya tanpa kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna-makna yang sebenamya tidak tepat (alFarmawi, 1994: 45-46).
Metode ini di Mesir pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Ahmad Sayyid al-Kumiy, Ketua Jurusan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin Universitas AI-Azhar sampai tahun 1981 (Shihab, 1994: 114). Terdapat kitab-kitab klasik maupun modem yang menerangkan metode tafsir maudhu't ini. Di antaranya adalah: Ibnu Qayyim dengan k~bnya al-Thibyan fl Aqsam aJ-Quran, Abu Ubaidah dengan kitabnya Mufrodat al-Quran, Abu Jafar al-Nahhas dengan kitabnya al-Nasikh wa al-Mansukh, Abu Hasdan al-Wahidi dalam kitabnya Asbab al-Nuzul dan AI-Jassas dengan kitabnya Ahkam al-Quran.
Beberapa ahli tafsir era modern juga menerangkan metode ini, di antaranya Prof. Dr AI-Husaini Abu Farhah dengan kitab al-Futuhat al-Rabbaniyah fl al-Tafsir al-Maudhu'i Ii al-Ayat alQur4t'liyah dan Prof. Dr. Abdul Hayy al-Farmawy yang menulis kitab al-Bidayah Fi al-Taftir al-Maudhu 'i.
Vot.2;NO. 1, Juni 2014 19
Arie Machlina Amri
20
Contoh Metode Tafsh- MaudhiJ'J:
1. Periode Makkah atau ayat Makkiyah
Pada periode ini pemeliharaan anak yatim ditekankan pada pemeliharaan dirinya serta tidak melakukan tindak kejahatan terhadap harta mereka, baik secara terang-terangan maupun secara terselubung. Pembicaraan al-Quran tentang hal itu terdapat dalam empat surat pada ayat-ayat berikut :
a. Q.S. al-Isra' ayat 34 :
b. Q.S. al-Fajr ayat 17 :
c. Q.S. al-Balad ayat 14-15 :
d. Q.S. aI-Dhuha ayat 6 dan 9 :
2. Periode Madinah atau ayat Madaniyah
Pada ini al-Quran tUfUn dengan ayat-ayatnya untuk memberikan berbagai kepercayaan dan jawaban terhadap persoalan teknis anak yatim, seperti carn memelihara diridan hartanya.
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsiran AJ-Qur'an
Berbagai ayat dengan tekanan tertentu misalnya:
a. Perintah memelihara atau menjaga harta anak yatim, larangan mendekatinya kecuali dengan cara yang lebih baik, tidak boleh dikurangi sedikitpun serta harus diserahkan kepadanya pada saat ia sudah mampu, terdapat dalam surah al-An'am ayat 152 dan juga dalam surah al-Nisa ayat 2, 6, 10 dan 127,
b. Membina akhlak serta mendidik anak yatim yang meliputi upaya membimbing dan mengarahkan mereka pada hal-hal yang baik dan bermanfaat, dan memelihara serta memperingatkannya agar tidak terjerumus pada prilaku buruk, terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 83, surah al-Ma'un ayat 1-2, dan surah al-Nisa ayat 36.
c. Perintah menyantuni dan menyayangi anak yatim. Tercantum dalam surah al-Insan ayat 8, al-Baqarah ayat 177 dan 215, surah al-Nisa ayat 8, surah al-Anfal ayat 41, serta surah al-Hasyr ayat 7.
KESIMPULAN
Dari berbagai uraian diatas, dapat diketahui bahwa, Al-Quran merupakan kitab sud yang menempati posisi sentral, bukan hanya dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, namun juga merupakan inspirator, pemandu gerakan-gerakan Islam sepanjang zaman. Ayat ayat al-Quran masih bersifat globaL Oleh karena itu untuk dapat memahami maksud dan tujuan ayat tersebut dibutuhkan penafsiran dan penjelasan agar sampai kepada maksud yang dituju agar kandungan al-Quran dapat dipahami.
Metode tafsir berisi seperangkat tatanan dan aturan yang hams diindahkan ketika menafsirkan ayat -ayat al .. cQuran. Mustahil seorang mufassir dapat menafsirkan ayat-ayat al-Quran tanpa menempuh aturan-aturan yang berlaku dan menggunakan salah satu
Vol. 2, No.1, Juni 2014 21
AI'ie Machlina Amri
di antara metode tafsir tahlfly (analitik), ijmaly (global), muqaran (l~~mparatiO, dan maudhu'i (tematik).
Al-:Mdh, Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj_ Ahmah Akram, (Jakarta, Rajawali, 1992).
Al-Hayy, Abd Al-Farmawy, Metode Tafsir Maudhu 'i, terj. Suryan A . . ]amrah, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1994)_
Al~Kannani, 'Abd al-Qadir Ahmad Alba, al-Bumanft Taufth Mutasyabih al-Quran, (Beirut, Dar al-Kutub al-"llmiyyah, 19(8).
Al-Saburu, Muhammad Ali, al-Tibyan ft Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-Iftikar, 1990).
AI: .. Wahidi, Abu aI-Hasan 'Ali ibn Ahmad, Asbab Nuzul al-Quran, ed. Ahmad Shaqr, (Dar al-Qiblah, 1994)_
Ar.:i~rkaSYi, Imam Badru al-Din Muhammad Ibn Abdullah, al-Buman ft 'Ulum al-Quran, (Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tt).
Al-Zarqani, Manahil al-lifan ft Ulum al-Quran, (Beirut: Daar al-Ihya' al-Kutub al-Arabiah, tt)_
Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Taftir al-Quran, Bulan Bintang, 1974).
Nasruddin, Metode Penafsiran Al-Quran, CYogyakarta: 2002).
-":~-';;'--~---. 11ifetodologi Penaftiran AI-Quran, CYogyakarta:
Pelajar, 1998)_
Maudhu'l ; Solusi Qurani atas Masalah Sosial Kontemporer, : Pustaka Pelajar, 2001).
Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, (Jakarta: Gramedia,
Hanafi, Hasan, Al-Yamin waAl Yasar FtAl-Ftkr Al-Diniy, Madbuliy, Mesir, 1989_
22 INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Metode Penafsjrao AI Qur'ao
Husin, Agil al-Munawar, I'jaz al-Quran dan Metodologi Tafsir, (Se-marang : Toha Putra, 1994).
http://www.Islam.com
http://www.wikipedia.com
Khalil Qattan, Manna, Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, terj, Mudzakir As, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2001).
Mansur, Muhammad, dan Muhammad Chirzin dkk, Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadits, Cet I, (Yogyakarta: Teras, 2007).
Mustaqim, Abdul, Ruh al-Ma 'ani Karya al-Alusi dalam Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004).
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, CYogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2007).
Said, Sukamto, Adabiyyat: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Vol I,
Yogyakarta: Jurusan bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab lAIN SUKA, 2003.
Shihab, M.Quraish, Membumikan al.:..Quran, Cet VII, (Bandung: Mizan, 1994).
Sumardi, Mulyanto Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan Metodologi, eeL ke-l, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974).
VoL 2, No.1, Juoi 2014 23