metode mahiro di tpq masjid pondok hijau...

140
METODE MAHIRO DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Cindy Parinduani NIM 11150340000068 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • METODE MAHIRO

    DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

    Oleh

    Cindy Parinduani

    NIM 11150340000068

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H / 2020 M

  • i

    METODE MAHIRO

    DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

    Oleh:

    Cindy Parinduani

    NIM 11150340000068

    Pembimbing

    Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA.

    NIP 19780424 201503 1 001

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H / 2020 M

  • ii

    PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

    Skripsi yang berjudul METODE MAHIRO DI TPQ MASJID

    PONDOK HIJAU telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas

    Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    pada tanggal 17 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program

    Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

    Jakarta, 29 Juli 2020

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota,

    Dr. Eva Nugraha, M.Ag

    NIP. 19710217 199803 1 002

    Sekretaris Merangkap Anggota,

    Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH

    NIP. 19820816 201503 1 004

    Anggota,

    Penguji I,

    Dr. M. Suryadinata, M.Ag

    NIP. 19600908 198903 1 005

    Penguji II,

    Dasrizal, M.I.S

    NIP. 19850724 201503 1 001

    Pembimbing,

    Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA.

    NIP. 19780424 201503 1 001

  • iii

  • iv

    ABSTRAK

    Cindy Parinduani, NIM 11150340000068

    Metode Mahiro di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat

    Skripsi ini membahas mengenai metode pembelajaran al-Qur‟an yang

    terbilang sangat baru yaitu metode Mahiro. Dasar dari metode Mahiro ini

    dibangun oleh Bapak Dr. Abdul Hakim, SHI, MA lalu dibantu oleh Bapak

    Fatihunnada Lc, MA dan Ibu Dr. Fidrayani, M.Pd, M.Si untuk

    mengembangkannya. Perbedaan metode Mahiro dengan metode yang lain

    adalah mahir membaca al-Qur‟an dalam 40 hari dan dalam

    pembelajarannya disertai dengan lagu-lagu. Karena metode ini terbilang

    baru maka adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana

    efektivitas metode Mahiro dalam pengajaran al-Qur‟an di TPQ Masjid

    Pondok Hijau Ciputat?.

    Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian

    lapangan dengan menggunakan metode gabungan (mixed method).

    Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

    observasi participant dan juga eksperimen dengan desain one group

    pretest-posttest, dalam penelitian eksperimen ini dilakukan tes untuk

    mengetahui hasil yang didapat, baik sebelum diterapkan metode mahiro

    maupun setelah diterapkan metode mahiro, cara mengetahui hasilnya yaitu

    dengan menggunakan SPSS.

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui observasi kepada 10

    orang santri metode ini sudah cukup efektif dan juga dilakukan tes. Tes

    pada penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah

    diterapkan metode mahiro. Adapun hasil tes sebelum diterapkan metode

    mahiro nilai mean keseluruhan santri ialah 56,0000, sedangkan hasil tes

    sesudah diterapkan metode mahiro nilai mean keseluruhan santri ialah

    69,8000, yang berarti ada peningkatan dari sebelum diterapkan dan setelah

    diterapkan metode mahiro. Sedangkan nilai Sig. (2-tailed) yang diperoleh

    ialah 0,000 < 0,05, yang artinya metode mahiro ini memiliki pengaruh dan

    sudah cukup efektif dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an.

    Kata Kunci : Metode Mahiro, Pembelajaran al-Qur‟an, Efektivitas

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. karena berkat rahmat,

    nikmat serta anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul “Efektivitas Metode Mahiro di TPQ Masjid Pondok Hijau

    Ciputat”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada

    junjungan kita Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan para

    sahabatnya. Sesungguhnya beliau dan merekalah yang sangat berjasa

    dalam menyampaikan pesan sehingga sampai kepada kita semua saat ini.

    Penulis sadar, dalam penyelesaian skripsi ini tidak luput dari dukungan,

    arahan, serta bantuan dari banyak pihak baik secara langsung maupun

    secara tidak langsung, sehingga akhirnya tulisan ini selesai. Maka, pada

    kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., selaku

    Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan

    Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku sekretaris Jurusan

    Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

    4. Dosen Penasihat Akademik, Hasanuddin Sinaga, MA., yang telah

    memberikan nasihat serta masukan kepada penulis selama studi di

    kampus.

    5. Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA., selaku pembimbing skripsi

    yang telah memberikan waktunya di tengah kesibukan beliau.

    Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan,

    masukan, saran dan juga motivasi yang telah beliau berikan kepada

  • vi

    penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

    baik.

    6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya dosen Jurusan Ilmu

    Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah dengan sabar dan ikhlas

    memberikan berbagai wawasan serta ilmunya kepada penulis,

    semoga semua yang penulis dapatkan selama menempuh

    pendidikan di Fakultas Ushuluddin ini dapat bermanfaat di

    masyarakat.

    7. Kepala TPQ Masjid Pondok Hijau Muh. Rifadho L.I, S.Pd., serta

    seluruh ustaz dan ustazah yang telah mengizinkan penulis untuk

    melakukan penelitian mengenai metode Mahiro di TPQ Masjid

    Pondok Hijau. Serta terima kasih juga kepada santri-santri yang

    telah menerima kedatangan penulis dengan suka cita.

    8. Teruntuk kedua orang tua yang penulis cintai Ayah Dedi Supriatna

    dan Almh. Ibu Eti Ratnawati, yang selalu memberikan doa,

    dukungan, semangat, perhatian, kasih sayang kepada penulis tanpa

    henti. Terima kasih atas segalanya semoga penulis selalu dapat

    membanggakan serta membahagiakan sehingga menjadi anak yang

    berbakti.

    9. Kepada sahabat penulis Annisa Novianti, Astrie, Diinii Islamiyati,

    Melia Makhda, Ratna Purnamasari, Syva Aulia dan Zidny Aulia

    Rahmah Afta. Terima kasih atas dukungan serta motivasi yang

    kalian berikan kepada penulis sejak 2012 hingga saat ini.

    10. Kepada kawan-kawan seperjuangan Nafisah, Rizka Saprina, Indri,

    Nuraida, Miftah, Elysa, Zahara Diva, Ayu, teh Cucu, terima kasih

    telah berbagi cerita canda tawa serta suka maupun duka dan terima

    kasih sudah menemani, berjuang, serta memberikan dukungan saat

    kuliah sampai tulisan ini selesai.

  • vii

    11. Keluarga besar IQTAF B 2015, khususnya Muhammad Nazmil

    Wafa yang selalu menemani serta memberikan semangat. Terima

    kasih untuk segala kebersamaan kita, untuk semua cerita dan

    pengalaman yang sangat menyenangkan dalam setiap

    pembelajaran.

    12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Ilmu Al-Qur‟an dan

    Tafsir serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-per satu

    dalam skripsi ini, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah,

    Aamiin.

    13. Terakhir untuk teman saya, Okviano yang selalu mendengarkan

    keluh kesah selama penulisan skripsi, terima kasih atas dukungan

    serta doa nya

    Harapan penulis, semoga skripsi yang penulis susun ini dapat

    bermanfaat baik bagi penulis, para akademisi, maupun masyarakat umum.

    Jakarta, 13 April 2020

    Cindy Parinduani

  • viii

  • ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Pedoman Transliterasi Arab latin yang merupakan hasil keputusan

    bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

    A. Konsonan

    Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin

    dapat dilihat pada halaman berikut ini:

    Huruf Arab Huruf Latin Nama

    Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت (Ṡ Es (dengan titik diatas ث J Je ج (Ḥ Ha (dengan titik dibawah ح Kh Ka dan Ha خ D De د (Ż Zet (dengan titik diatas ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy Es dan Ye ش (Ṣ Es (dengan titik dibawah ص (Ḍ De (Dengan titik dibawah ض (Ṭ Te (dengan titik dibawah ط

  • x

    (Ẓ Zet (dengan titik dibawah ظ Apostrof terbalik „ ع G Ge غ F Ef ف Q Qi ق K Ka ك L El ل M Em م N En ن W We و H Ha ه Apostrof ‟ ء Y Ye ي

    Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengkuti vokalnya tanpa diberi

    tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan

    tanda (‟).

    B. Tanda Vokal

    Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau

    monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal

    sebagai berikut:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    َ A Fatḥah

    َ I Kasrah

  • xi

    َ U Ḍammah

    Adapun vokal rangkap, sebagai berikut:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    یَ Ai A dan I وَ Au A dan U

    Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)

    dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    Ā a dan haris di atas ا Ī i dan garis di atas ى ي Ū u dan garis di atas ى و

    C. Kata Sandang

    Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf

    syamsiyah dan qamariyah.

    Al-Qamariyah ن ْي Al-Munīr امل

    Al-Syamsiyah الر ج ال Al-Rijāl

    D. Syaddah (Tasydid)

    Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydid dilambangkan dengan “ ّّ ”

    ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

    Al-Qamariyah الق وَّة Al-Quwwah

  • xii

    Al-Syamsiyah الضَّر ْور ة Al-Ḍarūrah

    E. Ta marbūṭah

    Transliterasi untuk ta marbūṭāh ada dua, yaitu: ta marbūṭāh yang hidup

    atau mendapat harakat fatḥah, kasrah dan ḍammah, transliterasinya adalah

    [t]. Sedangkan ta marbūṭāh yang mati atau mendapat harakat sukun,

    transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta

    marbūṭāh diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta

    bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭāh itu ditransliterasikan

    dengan ha (h). contoh:

    No Kata Arab Alih Aksara

    Ṭarīqah طَِسْيقَت 1

    Al-Jāmi‟ah al-Islāmiah اْلَجاِهَعتُ اإٍلْسََلِهيَتُ 2

    اْلُوُجْودٍ َوْحَدةُ 3 Waḥdat al-Wujūd

    F. Huruf Kapital

    Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan

    Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf

    awal nama tempat, nama bulan nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri

    didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

    huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

    Contoh: Abū Hāmīd, al-Gazālī, al-Kindī.

    Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

    berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun

    akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-

    palimbani, tidak „And al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak

    Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

  • xiii

    G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa

    Indonesia

    Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

    atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah

    atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan

    bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa

    Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya

    kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila

    kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka

    mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

    Fī Ẓilāl al-Qur‟ān

    Al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā khuṣūṣ al-sabab.

  • xiv

  • xv

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ......................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ..................................................................... v

    PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................... xv

    DAFTAR TABEL ............................................................................ xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............... 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8

    D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8

    E. Metodologi Penelitian ........................................................... 14

    F. Sistematika Penulisan ............................................................ 23

    BAB II PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN

    A. Pembelajaran Membaca al-Qur‟an ........................................ 25

    1. Pengertian Pembelajaran ................................................. 25

    2. Pengertian Membaca al-Qur‟an ....................................... 26

    B. Macam-macam Metode Membaca al-Qur‟an ........................ 30

    1. Metode Qira‟ati ................................................................ 31

    2. Metode Iqra‟ .................................................................... 34

    3. Metode Tilawati ............................................................... 36

    4. Metode Mahiro ................................................................ 38

    C. Efektivitas Pembelajaran ....................................................... 39

    1. Pengertian Efektivitas Pembelajaran ............................... 39

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

    Pembelajaran .................................................................... 40

    3. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran ....................... 40

  • xvi

    BAB III METODE MAHIRO DAN TPQ MASJID PONDOK HIJAU

    CIPUTAT

    A. Sekilas Tentang Metode Mahiro ........................................... 45

    1. Asal-usul Metode Mahiro ................................................ 45

    2. Prinsip Dasar Metode Mahiro ......................................... 47

    3. Sistem Pengajaran metode Mahiro ................................... 47

    4. Ciri-ciri Metode Mahiro .................................................. 48

    B. Profil TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat ............................. 51

    1. Sejarah Berdirinya Taman Pendidikan al-Qur‟an

    Masjid Pondok Hijau ....................................................... 51

    2. Visi, Misi dan Tujuan Taman Pendidikan al-Qur‟an

    Masjid Pondok Hijau ...................................................... 53

    3. Struktur Organisasi Taman Pendidikan al-Qur‟an

    Masjid Pondok Hijau ....................................................... 53

    4. Keadaan Santri Taman Pendidikan al-Qur‟an Masjid

    Pondok Hijau ................................................................... 54

    5. Sarana dan Prasarana Taman Pendidikan al-Qur‟an

    Masjid Pondok Hijau ....................................................... 57

    6. Kegiatan Belajar Mengajar Taman Pendidikan

    al-Qur‟an Masjid Pondok Hijau ...................................... 58

    BAB IV PENERAPAN METODE MAHIRO

    A. Proses Pengajaran Metode Mahiro ........................................ 59

    1. Mengenal Huruf Hijaiah .................................................. 60

    2. Huruf Berharakat Fathah ................................................. 62

    3. Huruf Berharakat Kasrah ................................................ 62

    4. Huruf Berharakat Ḍammah ............................................. 63

    5. Huruf Berharakat Fatḥah, Kasrah, Ḍammah ................... 63

    6. Huruf Berharakat Fatḥah Bersambung ........................... 64

  • xvii

    7. Huruf Berharakat Kasrah Bersambung ........................... 65

    8. Huruf Berharakat Ḍammah Bersambung ........................ 65

    9. Huruf Berharakat Fatḥah Bersambung ........................... 66

    10. Huruf Berharakat Kasrah Bersambung ........................... 68

    11. Huruf Berharakat Ḍammah Bersambung ........................ 69

    12. Huruf Berharakat Campur Bersambung .......................... 70

    13. Harakat Sukun ................................................................. 73

    14. Harakat Tanwin ............................................................... 73

    15. Harakat Tasydid ............................................................... 74

    16. Gunnah ............................................................................ 74

    17. Mad Ṭabi„ī ........................................................................ 74

    18. Mad Ṣilah (Ha Ḍamir) ..................................................... 76

    19. Alif lam Qamariyah ......................................................... 76

    20. Alif lam Syamsiyah .......................................................... 77

    21. Lafaz Jalalah (Allah) ....................................................... 77

    22. Latihan Membaca al-Qur‟an ............................................ 77

    B. Efektivitas Metode Mahiro Untuk pengajaran al-Qur‟an ...... 80

    1. Observasi ......................................................................... 80

    2. Tes ................................................................................... 85

    C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mahiro ......................... 91

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 93

    B. Saran ...................................................................................... 94

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 95

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 105

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Data 10 Santri TPQ Masjid Pondok Hijau ......................... 54

    Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana TPQ Masjid Pondok Hijau ............. 57

    Tabel 4.1 Skor Penilaian ................................................................... 85

    Tabel 4.2 Daftar Nilai Hasil Tes Bacaan al-Qur‟an Santri TPQ

    Masjid Pondok Hijau Sebelum diterapkan Metode Mahiro (pre test)

    ............................................................................................................ 87

    Tabel 4.3 Daftar Nilai Hasil Tes Bacaan al-Qur‟an Santri TPQ

    Masjid Pondok Hijau Setelah diterapkan Metode Mahiro (post test)

    ............................................................................................................ 88

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kemampuan Santri dalam Membaca al-Qur‟an ............ 54

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Modul Metode Mahiro ................................................. 105

    Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ................................................... 116

    Lampiran 3 : Surat Penelitian Skripsi ............................................... 117

    Lampiran 4 : Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian ...... 118

    Lampiran 5 : Dokumentasi ................................................................ 119

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perintah membaca merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi

    Muhammad Saw. yakni surah Al-„Alaq 1-5, di dalam ayat tersebut

    terdapat kata iqra‟ yang berarti bacalah. Kalimat ini memiliki makna yang

    sangat dalam dan strategis dalam ilmu pengetahuan. Allah mengajarkan

    manusia dengan perantara kalam yaitu dengan baca tulis yang merupakan

    kunci ilmu pengetahuan. Dengan kalam yang berarti lidah, telinga, hati,

    dan panca indra manusia yang dapat memahami sesuatu yang dapat

    menimbulkan suatu pengertian dalam membekali kehidupannya. Karena

    itu, makna iqra‟ bukan sekedar membaca tulisan tetapi lebih dari itu,

    memiliki makna untuk memahami ilmu pengetahuan yang terkandung dari

    sesuatu yang dibaca.1 M. Quraish Shihab menyatakan bahwa kata iqra‟

    berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, tanda-

    tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, baik yang tertulis maupun

    tidak.2

    Perintah untuk membaca merupakan perintah yang paling berharga

    bagi kemajuan umat manusia. Karena, membaca merupakan jalan yang

    mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sesungguhnya

    yang sempurna. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa membaca

    adalah syarat guna membangun peradaban, dan bila diakui bahwa semakin

    luas pembacaan maka akan semakin tinggi peradaban, begitu juga

    1 Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta:Amzah,2006), 120.

    2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Berbagai Persoalan

    Umat, cet. 13 (Bandung: Mizan, 1993), 5.

  • 2

    sebaliknya.3 Salah satu bacaan yang bermanfaat ialah membaca al-Qur‟an,

    yang mana dengan membaca al-Qur‟an umat Islam dapat mengetahui apa

    yang dimaksud atau yang terkandung di dalam al-Qur‟an itu. Oleh karena

    itu, sebagai umat Islam diwajibkan untuk bisa membaca al-Qur‟an

    tentunya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

    Sebagai kitab pedoman, tentunya al-Qur‟an harus dibaca dengan benar,

    harus dengan tartil sebagaimana telah dicontohkan Malaikat Jibril kepada

    Nabi Muhammad, seperti didalam al-Qur‟an disebutkan

    ۗ ٤اَْو ِشْد َعلَْيِه َوَزتِِّل اْلقُْسٰاَى تَْستِْيَلا

    “4. atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-

    lahan.” (Q.S. Al-Muzammil [73] : 4).

    Menurut Ibnu Kaṡir ayat di atas memerintahkan agar membaca al-

    Qur‟an dengan perlahan-lahan karena akan membantu dalam memahami

    dan merenungkannya. Demikianlah cara Rasulullah Saw. membaca al-

    Qur‟an. Sebagaimana disebutkan Anas ditanya tentang cara membaca

    Rasulullah Saw. maka dia berkata, “Bacaannya (memperhatikan) panjang

    (pendeknya).” Ketika beliau membaca ( ْيم maka beliau (ب ْسم الل ّٰه الرَّْْحّٰن الرَّح

    memanjangkan bismillāh (pada lam lafaz Allah), lalu memanjangkan al-

    Rahmān (pada huruf mim-nya) dan memanjangkan al-Rahīm (pada huruf

    ha-nya).4

    Di dalam Tafsir Kementrian Agama dijelaskan bahwa pada surat al-

    Muzammil ayat 4, Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw. supaya

    membaca al-Qur‟an secara seksama (tartil), ialah membaca al-Qur‟an

    dengan pelan-pelan dengan bacaan yang fasih serta merasakan arti dan

    maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati. Perintah

    3 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Yogyakarta: PT Mizan Pustaka, 2013),

    266.

    4 Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, cet.16 (Jakarta: Pustaka Ibnu

    Katsir,2017), 338.

  • 3

    ini dilaksanakan oleh Nabi Saw. Dari Siti Aisyah beliau meriwayatkan

    bahwa Rasulullah Saw. membaca al-Qur‟an dengan tartil, sehingga surah

    yang dibacanya menjadi lebih lama dari ia membaca biasa.5

    Sedangkan menurut M. Quraish Shihab Tartīl al-Qur‟ān adalah

    membacanya dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf

    berhenti dan memulai (Ibtida‟) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat

    memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.6

    Seiring berkembangnya zaman, kemampuan membaca al-Qur‟an umat

    Islam baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun lanjut usia sangat

    memprihatinkan, karena kemampuan membaca al-Qur‟an mereka

    sangatlah minim.7 Hal ini menjadi suatu keprihatinan yang mana membaca

    al-Qur‟an dirasa kurang begitu diperhatikan. Pendidikan al-Qur‟an

    hendaknya ditanamkan sedini mungkin terutama dalam hal membaca,

    karena belajar al-Qur‟an merupakan suatu proses yang berawal dari

    mengeja huruf-huruf hijaiah sampai dengan cara membaca secara

    menyeluruh.8 Mempelajari al-Qur‟an hukumnya farḍu kifayah,

    membacanya sesuai ilmu tajwid hukumnya farḍu „ain. Agar lebih

    5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid .X

    (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf,1995), 434.

    6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 405.

    7 Endang, “Efektivitas Penggunaan Metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam

    Pembelajaran Al-Qur‟an di LTQA Al-Hikmah dan LTQA At-Taqwa Jakarta Selatan”

    (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 13.

    8 Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Qur‟an: Rujukan Terlengkapnya

    Isyarat-isyarat Ilmiah, cet. I (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), 55,

    https://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklo

    pediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-

    isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEI

    KTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-

    Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-

    isyarat%20Ilmiah.&f=false.

    https://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=false

  • 4

    memahami dan mempelajari isi kandungan al-Qur‟an, maka seorang

    muslim harus memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an.9

    Cara terbaik dalam mempelajari al-Qur‟an yaitu berhadapan langsung

    antara guru dan siswa, tidak akan dapat seseorang membenarkan atau

    menyalahkan bacaan tanpa mendengarnya. Oleh karena itu, ketika orang-

    orang ingin belajar membaca al-Qur‟an maka membutuhkan guru untuk

    mendengarkan , dan membenarkan bacaan muridnya.

    Secara umum materi pembelajaran baca al-Qur‟an dapat

    dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu: (1) Pengenalan

    huruf hijaiah dan makhraj nya, (2) pemarkah (al-Syakkal), (3) huruf-huruf

    bersambung, (4) tajwid dan bagian-bagiannya, dan (5) garib (bacaan-

    bacaan yang tidak sama dengan kaidah secara umum).10

    Terkait dengan pendidikan membaca al-Qur‟an, di Daerah Ciputat

    tepatnya di TPQ Masjid Pondok Hijau terdapat anak-anak yang sedang

    belajar membaca al-Qur‟an, anak-anak di sana masih terbata-bata dalam

    membaca al-Qur‟an, bahkan ada yang belum bisa membaca al-Qur‟an

    karena belum mengetahui huruf hijaiah. Oleh karena itu, dibutuhkan

    pengajaran atau metode yang tepat agar anak-anak tersebut bisa membaca

    al-Qur‟an dengan baik dan benar.

    Sekarang ini sudah banyak metode membaca al-Qur‟an yang telah

    diterapkan oleh berbagai lembaga, yaitu dengan menggunakan metode

    tersebut bisa menghantarkan umat Islam baik anak-anak, remaja, dewasa,

    maupun lanjut usia bisa membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar dan

    sesuai degan kaidah ilmu tajwid. Dari banyak metode yang telah

    diterapkan, tujuan dari pembelajaran tersebut semua sama, yaitu agar

    9 Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis membaca Al-Qur‟an Baik dan Benar

    (Jakarta: Gema Insani Press, 2012), 19-20.

    10 Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an (Studi

    Deskriptif-Analitik Di SMP Negeri 2 Tenggarong). Jurnal Intelegensia, vol. 1, no. 1,

    (April 2016); 108.

  • 5

    dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang digunakan dalam

    melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

    dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

    suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.11

    Sebagaimana wahyu pertama turun dari Allah kepada umat manusia

    melalui Nabi Muhammad Saw. yaitu:

    ًَْساَى ِهْي َعلٍَقَۚ ١اِْقَسْأ بِاْسِن َزبَِّل الَِّرْي َخلََقَۚ الَِّرْي َعلََّن ٣اْْلَْمَسُمُۙ اِْقَسْأ َوَزبَُّل ٢َخلََق اْْلِ

    ًَْساَى َها لَْن يَْعلَْنۗ ٤بِاْلقَلَِنُۙ ٥َعلََّن اْْلِ

    “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

    Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan

    manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-„Alaq [96]: 1-5).

    Metode penyampaian wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad

    melalui malaikat Jibril merupakan metode pembelajaran membaca al-

    Qur‟an yang pertama, yaitu malaikat Jibril membacakan ayat tersebut

    kepada Nabi Muhammad. Ketika Nabi menerima wahyu maka beliau

    langsung menyampaikan kepada para sahabat. Pada waktu itu sahabat

    masih banyak yang belum bisa membaca apalagi menulis, maka oleh

    karena itu Nabi menyampaikan kepada para sahabat dengan membacakan

    ayat-ayat tersebut dengan mengulangnya sampai tiga kali sebagaimana

    malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad dan

    dengan metode tersebut para sahabat dapat menerima bacaan al-Qur‟an

    dengan baik. Maka Nabi menggunakan metode tersebut dalam mengajar

    atau menyampaikan kepada para sahabat.12

    11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, edisi. 3

    (Jakarta: PT Persero Balai Pustaka,2005), 740.

    12 Muhammad Aman Ma‟mun, “Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”. Jurnal

    Pendidikan Islam, vol. 4, no. 1, (Maret 2018); 54.

  • 6

    Pada masa awal Islam di Indonesia, metode pengajaran baca tulis al-

    Qur‟an menggunakan metode Bagdadiyah, metode ini merupakan metode

    yang paling lama. Metode Bagdadiyah ini berasal dari Bagdad yang mana

    metode ini diperkenalkan di Indonesia seiring kedatangan saudagar dari

    Arab dan India. Adapun cara mengajarkan metode ini dimulai dengan

    mengenalkan huruf-huruf hijaiah terlebih dahulu, lalu mengenalkan tanda-

    tanda bacanya dengan dieja secara perlahan. Setelah menguasai huruf-

    huruf hijaiah, tanda-tanda baca maka barulah diajarkan membaca surah-

    surah pendek yaitu yang terdapat pada juz 30, setelah juz 30 selesai maka

    lanjut membaca al-Qur‟an dimulai dari juz pertama sampai juz terakhir.13

    Pada saat ini metode membaca al-Qur‟an yang sering dipakai

    diberbagai Lembaga Pendidikan al-Qur‟an adalah metode iqra‟, metode

    Tilawati, metode qira‟ati, metode ummi, dan lain-lain. Berbagai metode

    membaca al-Qur‟an tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

    masing. Seiring berjalannya waktu bermunculan metode-metode baru

    dalam pembelajaran baca tulis al-Qur‟an, salah satunya adalah metode

    Mahiro.

    Metode Mahiro merupakan salah satu metode dalam pembelajaran

    membaca al-Qur‟an yang memiliki prinsip dasar mendengar, melihat dan

    mempraktikan. Hal ini didasarkan pada sebuah pepatah yang menyatakan:

    “Aku mendengar dan aku lupa, aku melihat dan aku ingat, aku melakukan

    dan aku mengerti”. Dengan tiga langkah dan tahapan tersebut, diharapkan

    para peminat belajar membaca al-Qur‟an akan lebih cepat untuk dapat

    membaca al-Qur‟an dalam waktu 40 hari.14

    13 Ema Hartini, “Sejarah Perkembangan Pengajaran Al-Qur‟an di Indonesia”, Diakses,

    22 Oktober, 2019,

    https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/04/09/sejarah-perkembangan-pengajaran-al-

    quran-di-indonesia/.

    14

    Abdul Hakim Wahid, dkk., Metode Mahiro: Modul Pembelajaran Mahir Membaca

    al-Qur‟an dalam 40 hari.

    https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/04/09/sejarah-perkembangan-pengajaran-al-quran-di-indonesia/https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/04/09/sejarah-perkembangan-pengajaran-al-quran-di-indonesia/

  • 7

    Munculnya metode baru ini, maka penelitian ini ingin membuktikan

    efektivitas penerapan metode Mahiro dalam pengajaran membaca al-

    Qur‟an.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis

    melakukan penelitian yang berjudul “METODE MAHIRO DI TPQ

    MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT”

    B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat

    memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian

    sebagai berikut:

    a. Masih banyak umat Islam yang terbata-bata dalam membaca al-

    Qur‟an bahkan belum mengenal huruf hijaiah sama sekali

    b. Apakah dengan menggunakan suatu metode bisa menghantarkan

    umat Islam membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar

    c. Metode-metode membaca al-Qur‟an sudah banyak dikembangkan

    diberbagai lembaga

    d. Bagaimana kualitas metode Mahiro dalam pengajaran al-Qur‟an

    e. Bagaimana efektivitas pengajaran metode Mahiro

    2. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah dalam

    penelitian ini adalah efektivitas metode Mahiro dalam pengajaran al-

    Qur‟an yang diterapkan di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat.

    3. Perumusan Masalah

    Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektivitas

    Metode Mahiro dalam pengajaran al-Qur‟an di TPQ Masjid Pondok Hijau

    Ciputat?”

  • 8

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Menganalisis efektivitas Metode Mahiro

    b. Membuktikan kualitas Metode Mahiro dalam pengajaran al-

    Qur‟an

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoritis

    1. Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan

    keilmuan di bidang al-Qur‟an.

    2. Ditemukan sebuah metode yang cepat untuk mengajarkan al-

    Qur‟an.

    b. Manfaat Praktis

    1. Secara praktis penelitian ini dimaksudkan untuk membantu

    meningkatkan kesadaran umat Islam terhadap pentingnya

    belajar dan membaca al-Qur‟an secara tartil.

    2. Pengenalan metode baru dalam pengajaran al-Qur‟an.

    D. Tinjauan Pustaka

    Sejauh pengetahuan penulis, sudah banyak yang melakukan penelitian

    terkait dengan metode pengajaran al-Qur‟an. Berdasarkan pada penelitian

    yang sudah ada, penulis mendapatkan banyak informasi yang dapat

    dijadikan referensi dan informasi. Di antara penelitian terdahulu itu adalah

    sebagai berikut:

    Muhammad Arif Pamungkas15

    di dalam skripsinya menjelaskan,

    bahwasanya di dalam membaca al-Qur‟an bukanlah hal yang mudah, baik

    anak-anak maupun orang dewasa mereka pasti mengalami tingkat

    kesulitannya masing-masing. Kurangnya metode yang tepat dan guru yang

    15 Muhammad Arif Pamungkas, “Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an

    Menggunakan Metode Tilawati Di TPA Baabussalam Songgalan, Pajang, Laweyan,

    Surakarta Tahun 2018” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018).

  • 9

    kurang mempuni juga mempengaruhi kepada pembelajaran. Seiring

    berjalannya waktu metode-metode membaca al-Qur‟an menjadi

    berkembang, salah satu perkembangan metode membaca al-Qur‟an pada

    saat ini ialah metode tilawati. Metode Tilawati adalah pelaksanaan

    membaca al-Qur‟an dengan pembiasaan membaca melalui pendekatan

    klasikal dan kebenaran membaca dengan pendekatan individual.

    Karakteristik dari metode Tilawati ini adalah menggunakan nada rost

    (datar, naik, turun) dan menggunakan enam tahapan jilid tilawati dengan

    materi dan tujuan berbeda pada setiap jilidnya.

    Anisa Nastiti16

    di dalam skripsinya menjelaskan tentang pembelajaran

    agama kepada siswa tuna rungu khususnya membaca al-Qur‟an, yang

    mana minat membaca pada siswa tuna rungu ini sangatlah kurang. Salah

    satu upaya yang dilakukan untuk membantu meningkatkan kemampuan

    membaca permulaan al-Qur‟an siswa tuna rungu adalah dengan

    menggunakan metode shauttiyyah, karena metode shauttiyah merupakan

    metode pembelajaran membaca permulaan dengan menyuarakan huruf

    konsonan dengan dibantu huruf vokal. Dengan menggunakan metode

    shautiyyah anak diajarkan membaca permulaan tidak dengan mengenalkan

    nama-nama huruf hijaiah tapi langsung membaca hurufnya.

    Anis Nur Wahyuni17

    di dalam skripsinya menjelaskan bahwa belajar

    mengaji yang terpenting adalah metodenya. Akan tetapi metode yang

    digunakan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan serta kondisi siswa,

    salah satunya ialah menggunakan metode al-tartil. Metode al-tartil sebagai

    salah satu cara mengaji al-Qur‟an serta materi penunjang yang mendukung

    para siswanya mampu dalam materi lainnya seperti menulis Arab,

    16 Anisa Nastiti, “Metode Shauttiyyah Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan

    Al-Qur‟an Siswa Tunarungu” (Skripsi S1., Universitas Negeri Surabaya, 2013).

    17 Anis Nur Wahyuni, “Implementasi Pembelajaran BacaTulis Al-Qur‟an Dengan

    Metode Al-Tartil Di MI Persiapan Negeri Miftahul Huda Turen” (Skripsi S1.,

    Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018).

  • 10

    menghafal doa sehari-hari serta surat pendek. Metode al-tartil ini belajar

    membaca al-Qur‟an yang langsung (tanpa dieja) dan memasukkan atau

    memparkatikkan pembiasaan bacaan tartil sesuai dengan kaidah „ulūmul

    tajwid18

    dan „ulūmul garib.19

    Zumrotul Fitriyah20

    di dalam skripsinya menjelaskan bahwa dalam

    pembelajaran al-Qur‟an metode memiliki kedudukan yang sangat penting

    dalam upaya penyampaian tujuannya. Oleh karena itu, di pesantren Ilmu

    al-Qur‟an ini diterpakan metode jibril. Metode jibril bersifat talqin-taqlid,

    yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Metode Jibril juga memiliki teknik

    dasar yaitu bermula dengan membaca satu ayat, lalu ditirukan oleh seluruh

    orang yang mengaji. Guru membaca satu-dua kali lagi, yang masing-

    masing ditirukan oleh orang yang mengaji.

    Supriyanto dan Muhammad Faiq Harisudin21

    , penelitian ini mencoba

    mendeskripsikan metode tsaqifa, metode ini dirancang khusus untuk orang

    dewasa yang belum mampu membaca al-Qur‟an atau yang sudah pernah

    belajar akan tetapi masih terbata-bata, dan metode ini tidak cocok untuk

    anak-anak, karena metode ini merupakan metode yang simpel, praktis, dan

    cepat sehingga tidak cocok jika di terapkan kepada anak-anak yang ingin

    belajar membaca al-Qur‟an. Metode tsaqifa ini cocok untuk orang-orang

    yang sibuk dan tidak memiliki waktu banyak, karena untuk bisa membaca

    al-Qur‟an hanya membutuhkan lima pertemuan dengan setiap

    18

    „ulūmul tajwid atau ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Qur‟an.

    19 Ilmu yang membahas mengenai ayat-ayat al-Qur‟an yang sukar pemahamannya atau

    bacaannya tidak sesuai dengan kaidah aturan membaca al-Qur‟an pada umumnta atau

    yang biasa berlaku dalam kaidah bacaan Bahasa Arab.

    20 Zumrotul Fitriyah, “Metode Jibril Sebuah Alternatif Sistem Pembelajaran Baca

    Tulis Al-Qur‟an Di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Singosari Malang” (Skripsi S1.,

    Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2008).

    21 Supriyanto dan Muhammad Faiq Harisudin, “Implementasi Metode Tsaqifa dalam

    Pembelajaran Membaca al-Qur‟an Bagi Orang Dewasa”. Jurnal at-Ta‟dib, vol. 11 , no. 2

    (Desember 2016).

  • 11

    pertemuannya satu setengah jam. Adapun karakteristik metode ini yaitu

    sistematis pola pembelajarannya, fleksibel sistem pengajarannya, variatif

    pembahasannya praktis dan CBSA (cara belajar siswa aktif).

    Rita Mustikawati22

    di dalam skripsinya menjelaskan generasi sekarang

    ini banyak yang membaca al-Qur‟an tidak sesuai dengan kaidah tajwid.

    Oleh karena itu, diperlukan metode belajar membaca al-Qur‟an yang

    praktis, efisien dan efektif agar anak dapat membaca al-Qur‟an sesuai

    dengan kaidah ilmu tajwid. Salah satu metode yang digunakan adalah

    metode ummi, metode ini digunakan di TPA ar-Rahman ar-Rahim, proses

    pembelajaran membaca al-Qur‟an dengan menggunakan metode ummi

    dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan tidak dieja cara

    membacanya dengan tempo cepat satu ketukan.

    Listya Maryani23

    di dalam skripsinya menjelaskan metode qira‟ati

    adalah salah satu metode membaca al-Qur‟an, metode ini telah digunakan

    di berbagai lembaga dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an salah

    satunya di SD IT Mutiara Hati Purwareja. Implementasi metode Qira‟ati

    di SD IT Mutiara Hati Purwareja menghasilkan bahwa metode ini pada

    setiap jilidnya terdapat materi pelajaran dan cara mengajarnya yang

    berbeda-beda. Metode Qira‟ati ini juga menggunakan dua pendekatan

    yaitu klasikal-individual dan klasikal-baca simak, hal tersebut berjalan

    dengan baik dapat dilihat dari hasilnya bahwa tidak membutuhkan waktu

    lama siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan cepat, tepat dan benar

    serta dapat menulis dan membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu

    tajwid.

    22 Rita Mustikawati, “Implementasi Metode Ummi Di TPA Ar-Rohman Ar-Rohim

    Dalam Pembelajaran Membaca al-Qur‟an Dukuh Tanjungsari Kelurahan Tegalgede

    Kabupaten Karanganyar Tahun 2016/2017” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri

    Surakarta, 2017).

    23 Listya Maryani, “Implementasi Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran Membaca al-

    Qur‟an Di SD IT Mutiara Hati Purwareja Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten

    Banjarnegara” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018).

  • 12

    Binti Lailatun Nur Jannah24

    di dalam skripsinya menjelaskan

    penelitiannya tersebut dilatar belakangi bahwa dalam membaca al-Qur‟an

    itu harus kepada orang yang ahli. Sebab, kesalahan satu huruf dalam

    membaca al-Qur‟an dapat mengubah arti. Sedangkan realita saat ini

    banyak masyarakat yang mampu membaca al-Qur‟an akan tetapi tidak

    sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Oleh karena itu di TPQ al-Kahariyah

    ditetapkan metode membaca al-Qur‟an dengan menggunakan metode

    usmani melalui pengajaran talaqqi dan musyafahah.

    Nur Trisnawati25

    di dalam skripsinya menjelaskan bahwa pelaksanaan

    membaca al-Qur‟an dengan metode iqra‟ di RA Cut Mutia dilakukan

    dengan cara belajar siswa aktif (CBSA), mengenalkan huruf hijaiah tanpa

    ada pemisalan, guru menyimak semua bacaan siswa, guru mengajarkan

    buku iqra‟ tanpa adanya irama tartil dan tajwid secara mendalam, guru

    hanya membenarkan bacaan siswa yang keliru saja dan guru mengajarkan

    al-Qur‟an dengan metode iqra‟ setiap hari. Akan tetapi di balik itu semua

    masih ada kekurangan di RA Cut Mutia di dalam mengajarkan membaca

    al-Qur‟an, salah satunya yaitu guru tidak memberikan buku/kartu batas

    membaca iqra‟ kepada orang tua, sehingga membuat orang tua bingung

    jika ingin mengulang kembali bacaan tersebut di rumah.

    M. Agung Sugiarto26

    di dalam skripsinya menjelaskan bahwa

    penelitian ini dilakukan karena dilatar belakangi sebuah fenomena

    24 Binti Lailatun Nur Jannah, “Implementasi Metode Usmani dalam Belajar Membaca

    Al-Qur‟an di TPQ Al-Kahariyah Selopuro Blitar” (Skripsi S1., Institut Agama Islam

    Negeri Tulungagung, 2017).

    25 Nur Trisnawati, “Implementasi Membaca Al-Qur‟an Dengan Metode Iqra‟ Di

    Raudhathul Athfal Cut Mutia Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa

    Tahun Pelajaran 2016/2017” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

    Medan, 2017).

    26

    M. Agung Sugiarto, “Penerapan Metode Bil Qolam Dalam Meningkatkan

    Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Pada Santri Al-Qur‟an TPQ Ar-Rayyan Cengger

    Ayam Dalam Lowokwaru Malang” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Maulana

    Malik Ibrahim Malang, 2017).

  • 13

    pendidikan al-Qur‟an yang sangat kurang di kalangan anak-anak dan

    remaja muslim. Oleh karena itu maka diterapkanlah metode Bil Qalam

    untuk meningkatkan kemampuan membaca santri, karena penelitian ini

    dilakukan pada santri TPQ ar-Rayyan. Adapun tahapan pembelajaran

    metode Bil Qalam ini ialah pembukaan, apresiasi, penanaman konsep,

    pemahaman konsep latihan/keterampilan, evaluasi, dan penutup. Setelah

    penerapan metode tersebut, secara umum peningkatan yang terjadi cukup

    baik, pada aspek kemampuan membaca al-Qur‟an santri. Semua itu

    pastinya karena ada faktor pendukung juga, peserta didik atau para santri

    juga belajar di rumahnya mengulang-ngulang apa yang telah dipelajari.

    Sedangkan faktor penghambatnya masih ada santri yang bermalas-

    malasan, kurangnya kedisiplinan dari para guru, serta kurangnya motivasi

    dari lingkungan.

    Muslikah Suriah27

    , penelitian ini mencoba mendeskripsikan metode

    yanbu„a, metode ini adalah metode untuk mempelajari baca tulis serta

    menghafal al-Qur‟an dengan cepat, mudah dan benar bagi anak maupun

    orang dewasa, yang dirancang dengan rasm usmani banyak dipelajari di

    negara-negara Arab dan negara Islam. Metode yanbu„a ini dapat

    meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an di RA Permata Hati

    Brajan, terbukti dengan keberhasilan yang telah dicapai anak didik.

    Srijatun28

    , penelitian ini mencoba mendeskripsikan metode iqra‟ dan

    implementasinya. Metode iqra‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an

    yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan

    iqra‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat sederhana, tahap demi tahap.

    27 Muslikah Suriah, “Metode Yanbu‟a untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca

    Al-Qur‟an pada Kelompok B-2 Permata Hati Al-Mahalli Bantul”. Jurnal Pendidikan

    Madrasah, vol. 3, no. 2 (November 2018).

    28 Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an dengan Metode Iqra‟

    Pada Anak Usia Dini RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”. Jurnal Pendidikan Islam,

    vol. 11, no. 1 (2017).

  • 14

    Metode iqra‟ ini cocok untuk diterapkan pada anak usia dini, karena

    mengajarkan baca tulis al-Qur‟an dengan mengenalkan huruf-huruf secara

    bertahap dan langsung dengan bunyi bacaan yang mudah sederhana

    sampai dengan lebih yang sempurna.

    Dari kajian terdahulu yang telah dibahas di atas yang membedakan

    penelitian ini dengan yang sudah ada adalah metode dan lokasi penelitian.

    Dengan demikian penelitian ini perlu dilakukan dan layak dilakukan

    karena berbeda.

    E. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research),

    menggunakan metode gabungan (mixed method). Metode gabungan

    (mixed method) adalah peneliti menggunakan penelitian kualitatif dan

    kuantitatif dalam satu proses penelitian. Oleh karena itu, mixed research

    bisa dilakukan secara serempak dalam satu masalah atau aspek yang ingin

    diteliti sehingga didapat hasil yang lebih utuh dan komprehensif terhadap

    suatu fenomena atau masalah yang diteliti.29

    Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

    naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

    (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada

    awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

    antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

    terkumpul dan analisisnya lenih bersifat kualitatif.30

    Sedangkan metode penelitan kuantitatif disebut sebagai metode

    positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini

    29 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan

    (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri,2014), 248.

    30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

    Methods) (Bandung: Alfabeta, 2017), 13.

  • 15

    sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah

    ilmiah yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis.

    Metode ini juga disebut metode konfirmatif, karena metode ini cocok

    digunakan untuk pembuktian/konfirmasi. Metode ini disebut kuantitatif

    karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan

    statistik.31

    2. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di TPQ Masjid Pondok

    Hijau, yang merupakan tempat anak-anak belajar membaca al-Qur‟an

    yang berlokasi di Ciputat. Peneliti mengambil lokasi ini karena di tempat

    ini terdapat anak-anak yang masih terbata-bata dalam membaca al-Qur‟an,

    dan juga adanya keterbukaan dari pihak TPQ terhadap penelitian yang

    akan dilaksanakan.

    3. Sumber Data

    Adapun sumber data yang digunakan adalah data primer dan data

    sekunder. Adapun data primer yang digunakan adalah hasil observasi di

    TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat. Adapun data sekunder yang akan

    digunakan dari buku-buku atau tulisan yang bersangkutan dengan

    pembahasan ini.

    4. Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi adalah suatu kelompok yang memiliki karakteristik serupa.32

    Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Dengan

    kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan

    dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel

    dapat digeneralisasikan pada populasi.33

    31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , 12.

    32

    Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group,2007), 22.

    33

    Hendry, “Populasi dan Sampel,” Diakses, 03 November, 2019,

  • 16

    Dalam penelitian ini menggunakan subyek dengan jumlah 10 anak

    dengan rata-rata usia 6-12 tahun. Alasan pemilihan 10 anak tersebut ialah,

    karena mereka masih terbata-bata dalam membaca al-Qur‟an, bahkan

    masih ada yang belum bisa membaca al-Qur‟an karena belum mengetahui

    huruf hijaiah.

    5. Metode Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

    tersusun dari berbagai proses pengamatan dan ingatan terhadap fenomena-

    fenomena yang sedang dijadikan sarana pengamatan.34

    Observasi dapat

    dibedakan dalam dua bentuk, yaitu participant observer dan non-

    participant. Penelitian ini mengguakan participant observer yaitu

    pengamat (observer) secara teratur berpartisipasi dan terlibat dalam

    kegiatan yang diamati.35

    Observasi akan dilakukan di TPQ Masjid Pondok

    Hijau Ciputat selama 40 hari.

    b. Eksperimen

    Eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

    mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang

    sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu.36

    Eksperimen ini

    dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan

    yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.37

    Pemberian perlakuan inilah

    yang menjadi suatu kekhasan penelitian eksperimen dibandingkan dengan

    penelitian yang lain. Alasan peneliti memilih metode eksperimen karena

    metode ini dirasa paling cocok untuk meneliti masalah dari penelitian ini.

    https://teorionline.wordpress.com/tag/sampel-populasi-penelitian-teknik-sampling/

    34 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada,2005), 52.

    35

    A. Muri Yusuf, Metode Penelitian , 384.

    36 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur (Jakarta:

    Kencana Prenada Media Group, 2013), 87.

    37

    Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, 24.

    https://teorionline.wordpress.com/tag/sampel-populasi-penelitian-teknik-sampling/

  • 17

    Dalam penelitian eksperimen ini menggunakan bentuk desain one-

    group pretest – posttest design yang mana pada desain ini diberi pretest

    sebelum diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat

    diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan

    sebelum diberi perlakuan.38

    Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

    X = Perlakuan (treatment)

    O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

    6. Analisa Data

    Analisa adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

    keadaan yang sebenarnya.39

    Sedangkan data adalah keterangan yang nyata

    dan benar yang didapat dari hasil wawancara, dokumentasi, observasi, test

    ataupun catatan lapangan.40

    Jadi berdasarkan pengertian di atas analisa data adalah pengolahan

    data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya, didasari

    bukti yang nyata yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan

    masalah yang diuji.

    Adapun langkah-langkah metode analisis data dalam penelitian

    kualitatif ini adalah:

    38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R

    & D) (Bandung: Alfabeta,2006), 110-111. 39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 37.

    40 Toto Priyanto, “Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur‟an yang Baik dan Benar (Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta, 2011), 53.

    O1 X O2

  • 18

    a. Reduksi Data

    Reduksi data ialah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.41

    Berdasarkan teori ini maka semua data yang penulis peroleh selama

    melakukan penelitian di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat secara

    keseluruhan dikumpulkan, kemudian data tersebut dikelompokkan sesuai

    dengan konsep yang telah dibentuk oleh peneliti. Adapun proses reduksi

    data memiliki tujuan untuk lebih menajamkan, mengarahkan, dan

    membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisir data

    sehingga mempermudah untuk dilakukan penarikan kesimpulan.42

    b. Penyajian Data

    Penyajian data adalah proses menampilkan data secara sederhana

    dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, bagan, matrik dan grafik43

    dengan maksud agar data yang dikumpulkan ketika melakukan penelitian

    akan menghasilkan data yang konkret agar nantinya dapat lebih dipahami

    pembaca.44

    c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

    Kesimpulan adalah intisari dari hasil temuan penelitian yang

    menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan uraian-

    uraian sebelumnya. Kesimpulan sebelumnya harus dicek kembali dan

    diverifkasi pada catatan yang telah dibuat oleh penulis. Sehingga dalam

    41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D (Bandung: CV

    ALFABETA, 2009), 247.

    42 Muhammad Idrus, Metode Penelitia Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

    Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2009), 151.

    43 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, 249.

    44

    Moh. Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA Press, 2012), 131.

  • 19

    proses ini menghasilkan jawaban dan rumusan masalah yang diajukan

    dalam penelitian.45

    Untuk mengolah data, penulis menganalisa serta melakukan tes

    terhadap santri di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat, melakuakan analisa

    hasil observasi yang mengacu kepada indikator-indikator efektivitas

    pembelajaran al-Qur‟an dengan menggunakan metode mahiro kemudian

    ditarik kesimpulan.

    Sedangkan langkah-langkah analisis data menggunakan penelitian

    eksperimen ialah:

    a. Menetukan subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai

    kelompok eksperimen atau kelompok yang akan diberi metode

    dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an.

    b. Menentukan treatmen atau perlakuan yang akan diberikan (dalam

    penelitian ini subjek penelitian diberikan metode mahiro dalam

    pembelajaran).

    c. Menentukan berapa lama eksperimen ini akan dilakukan (dalam

    penelitian ini penulis menentukan lama eksperimen selama 40

    hari).46

    Setelah langkah-langkah di atas telah terpenuhi maka penulis dapat

    memulai penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain

    eksperimen one group pretest-posttest yaitu sebelum diberi perlakuan

    diberi test terlebih dahulu dan setelah diberi pelakuan di tes kembali.

    Setelah treatmen atau perlakuan telah disampaikan kepada kelompok

    eksperimen, maka subjek penelitian diminta untuk membaca ayat dalam

    al-Qur‟an yang telah ditentukan oleh penulis, kemudian dicatat hasil dari

    45 Muhammad Idrus, Metode Penelitia Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

    Kuantitatif, 151. 46 Amat Jaedun, “Metodologi Penelitian Eksperimen”. Diakses, 09 Juli, 2020, http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pengabdian/metode-penelitian-

    eksperimen.pdf.

    http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pengabdian/metode-penelitian-eksperimen.pdfhttp://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pengabdian/metode-penelitian-eksperimen.pdf

  • 20

    sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, sehingga

    mendapatkan kesimpulan yang diinginkan.

    7. Pengolahan Data

    Untuk memudahkan sekaligus mendapatkan hasil yang akurat, dalam

    pengolahan data ini penulis dibantu oleh komputer untuk mengolah data,

    yaitu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and

    Service Solution) versi 25, yaitu sebuah program komputer yang dapat

    mengolah data dengan cepat dan akurat. Adapun langkah-langkah yang

    digunakan dalam paired sample t-Test adalah sebagai berikut:

    1. Buka data excel, lalu ketik/catat hasil pretest dan posttest

    contohnya hasil belajar matematika, lalu copy kan hasil data

    tersebut untuk menguji paired sample t-test.

    2. Setelah di copy data tersebut maka buka SPSS, kemudian di

    paste. Untuk merubah tampilan data tersebut kita rubah dulu di

    variabel view, untuk data VAR00001 dirubah namanya menjadi

    PRE, dan untuk data VAR00002 dirubah namanya menjadi

    POST, dan di label baris pertama diberi nama Pretest dan label

    baris kedua diberi nama Posttest.

  • 21

    3. Selanjutnya klik analyze, compare means, lalu pilih paired

    sample t-test.

    4. Untuk pretest dipindahkan ke kanan dan posttest juga

    dipindahkan ke kanan. Kemudian klik ok, dan akan keluar hasil

    dari uji paired sample t-test.

    5. Ada tiga tabel yang muncul, yaitu:

    a. Tabel pertama : paired samples statistics , isinya merupakan

    deskriptif statistic dari 2 data yang diteliti, ada mean, N

    (jumlah sampel), Std. Deviation, dan Std. Error Mean.

    b. Tabel kedua : paired samples correlations, tabel ini

    menunjukkan ada atau tidak adanya hubungan antara pretest

    dan posttest. Jika signifikansi < 0,05, maka ada hubungan.

    Akan tetapi jika signifikansi > 0,05, maka antara pretest dan

    posttest itu tidak memiliki hubungan.

    c. Tabel ketiga : paired samples test, ialah untuk melihat

    signifikansinya lihat pada kolom signifikansi (2-tailed) yang

  • 22

    berada di pojok. Apabila signifikansi < 0,05 maka terdapat

    pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang

    diberikan pada masing-masing variabel, akan tetapi apabila >

    0,05 maka tidak ada pengaruh terhadap perbedaan perlakuan

    yang diberikan pada masing-masing variabel. Perbedaan

    perlakuannya bisa dilihat dari nilai mean yang ada pada tabel

    pertama dan hasilnya ada pada tabel ketiga.

    Setelah melakukan paired sample t-test maka akan diketahui

    kesimpulannya, apakah perlakuan (treatment) itu berpengaruh atau tidak

    terhadap kelompok eksperimen.

    Rumusan Hipotesis Penelitian

    H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar pre test dengan post test

    yang artinya tidak ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran dalam

    meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran matematika.

    Ha = Ada perbedaan rata-rata antara hasil belajar pre test dengan post test

    yang artinya ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran dalam

    meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran matematika.

    Pedoman Pengambilan Keputusan dalam Uji Paired Sample T-Test

    Menurut Singgih Santoso, pedoman pengambilan keputusan dalam uji

    paired sample t-test berdasarkan nilai signifikansi (Sig.) hasil output

    SPSS, sebagai berikut:

  • 23

    1. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima

    2. Sedangkan jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan

    Ha ditolak.47

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab

    sebagai berikut:

    Bab I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab

    yaitu latar belakang masalah, permasalahan yang terdiri dari identifikasi,

    rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

    pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Adapun fungsi

    pada bab ini ialah menguraikan permasalah yang akan penulis teliti.

    Bab II pada bab ini penulis akan menghubungkan latar belakang

    permasalahan dengan bab I yaitu mengemukakan penjelasan pembelajaran

    membaca al-Qur‟an, macam-macam metode membaca al-Qur‟an dan

    efektivitas pembelajaran. Fungsi dari bab ini merupakan paparan tentang

    teori-teori yang akan menjadi dasar atas penelitian ini.

    Bab III agar penelitian ini lebih terarah, pada bab ini penulis

    memaparkan secara singkat tentang metode mahiro dan TPQ Masjid

    Pondok Hijau Ciputat. Adanya bab ini untuk mengetahui asal usul metode

    mahiro dan profil TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat.

    Bab IV berisi mengenai efektivitas pembelajaran metode mahiro di

    TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat. Bab ini merupakan bentuk aplikasi

    metode terhadap objek penelitian, agar diketahui efektivitas metode

    tersebut.

    47 Sahid Raharjo, “Cara Uji Paired Sample T-Test dan Interpretasi dengan SPSS”,

    Diakses, 15 Juli, 2020, https://www.spssindonesia.com/2016/08/cara-uji-paired-sample-t-

    test-dan.html.

    https://www.spssindonesia.com/2016/08/cara-uji-paired-sample-t-test-dan.htmlhttps://www.spssindonesia.com/2016/08/cara-uji-paired-sample-t-test-dan.html

  • 24

    Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan

    merupakan jawaban atas masalah pokok yang diteliti, dan saran ditulis

    sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

    .

  • 25

    BAB II

    PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN

    A. Pembelajaran Membaca al-Qur’an

    1. Pengertian Pembelajaran

    Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang saling berkaitan,

    yang mana konsep belajar berakar pada pihak siswa dan konsep

    pembelajaran bekarakar pada pihak guru. Kedua konsep tersebut bisa

    berdiri sendiri tergantung kepada situasi dan kondisi.1

    Belajar merupakan proses yang dapat mengubah perilaku dirinya, orang

    lain dan juga lingkungannya dengan melibatkan seluruh pancaindra.

    Sedangkan pembelajaran ialah suatu proses yang melalui beberapa

    tahapan yaitu rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.2

    Pembelajaran ialah hasil usaha siswa dalam mempelajari bahan

    pelajaran yang dilakukan akibat adanya guru. Disini dijelaskan

    bahwasanya, proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tidak

    mungkin terjadi tanpa adanya guru.3

    Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dan guru dan

    juga sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga

    merupakan bantuan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa agar dapat

    terjadi perolehan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, pembelajaran

    merupakan proses guru untuk membantu siswa dalam belajar agar berjalan

    dengan baik.4

    1 Muhammad Aman Ma‟mun ,“Kajian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an,” Jurnal

    Pendidikan Islam, vol. 4, no.1, (Maret 2018): 54-55.

    2 Lefudin, Belajar & Pembelajaran (Yogyakarta: CV Budi Utama,2017), 20.

    3 Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain

    Pembelajaran yang Menyenangkan, cet. II (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 21.

    4 Endang Komara, Belajar dan pembelajaran Interaktif, cet. ke-2(Bandung: PT Refika

    Aditama, 2016), 29.

  • 26

    Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat

    diartikan sebagai proses pemahaman pengetahuan serta wawasan yang

    dilakukan oleh seseorang secara sadar, sehingga mengakibatkan

    perubahan yang lebih baik pada diri seseorang serta akan didapat

    keterampilan, kecakapan dan juga pengetahun yang baru.5

    Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

    bahwasanya yang dimaksud dengan pembelajaran ialah suatu proses yang

    mengarahkan seseorang menjadi lebih baik, serta di dalam pembelajaran

    itu melibatkan unsur-unsur yang mempengaruhi tercapainya tujuan

    pembelajaran.

    2. Pengertian Membaca al-Qur’an

    Membaca merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi

    Muhammad Saw. yakni surah al-„Alaq 1-5, yang mana di dalam ayat

    tersebut terdapat kata iqra‟ yang berarti bacalah. Membaca merupakan

    syarat pertama pengemban ilmu dan pengetahuan. 6

    Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar „baca‟ yang

    berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis; mengeja atau

    melafalkkan apa yang tertulis; mengucapkan; memahami.7 Membaca

    adalah salah satu proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.8 Sehingga

    dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai macam ilmu dan

    pengetahun.

    5 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya,2014), 8.

    6 Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an (Studi

    Deskriptif-Analitik Di SMP Negeri 2 Tenggarong),” Jurnal Intelegensia, vol. 1, no. 1

    (April 2016): 107.

    7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, edisi. 3

    (Jakarta: PT Persero Balai Pustaka,2005), 83.

    8 Femi Olivia, Teknik Membaca Efektif (Jakarta: PT Elex Media Komputindo

    Kelompok Gramedia, 2008), 3,

    https://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=

    id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&

    q=arti%20membaca&f=false.

    https://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=arti%20membaca&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=arti%20membaca&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=arti%20membaca&f=false

  • 27

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah

    melafalkan atau melisankan kata-kata yang dilihat dengan mengarahkan

    kepada pengertian dan pemahaman serta membaca merupakan salah satu

    proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

    Mengenai al-Qur‟an, dalam memahami definisinya ada dua

    pendeketan, yaitu pendekatan secara lugawi (bahasa/etimologi), dan

    pendektan secara iṣtilaḥi (terminologi).

    Secara bahasa, al-Qur‟an berasal dari kata qara‟a , yaqra‟u, qirā‟atan,

    wa qur‟ānan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Jadi, al-

    Qur‟an diartikan sebagai bacaan atau kumpulan huruf-huruf yang

    terstruktur dengan rapi. Dalam al-Qur‟an sendiri, istilah al-Qur‟an terdapat

    pada QS. Al-Qiyamah ayat 17-18: 9

    هُ فَاتَّبِْع قُْسٰاًَٗه َۚ ١١اِىَّ َعلَْيٌَا َجْوَعٗه َوقُْسٰاًَٗه َۚ ًٰ ١١فَاَِذا قََسْأ

    “ Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah

    bacaannya itu.” (Q.S. al-Qiyāmah [75]: 17-18).

    Selain itu, al-Qur‟an juga bermakna al-jam‟u dan tāla )تال(. Tāla

    berasal dari bahasa Aramiyah kemudian masuk dalam bahasa Arab

    sebelum datangnya Islam, tāla

    berarti membaca sedangkan al-jam„u

    bermakna mengumpulkan.10

    Dilihat dari segi namanya, terdapat sejumlah nama al-Qur‟an. Nama

    tersebut adalah al-Qur‟an dan al-Kitab. Al-Qur‟an secara harfiah berarti

    bacaan atau yang dibaca. Adapun al-Kitab secara harfiah berarti tulisan

    9 Amirullah Syarbini & Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur‟an

    (Bandung: Ruangkat, 2012), 2,

    https://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahs

    yatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-

    toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20memba

    ca%20al-Qur'an&f=false.

    10

    Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur‟an (Jakarta: Pranadamedia Group,2016), 7.

    https://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=false

  • 28

    atau yang ditulis. Membaca dan menulis adalah dua macam keterampilan

    yang sangat diperlukan bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.11

    Sedangkan secara istilah, al-Qur‟an adalah wahyu Allah SWT. yang

    disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup

    seluruh umat manusia, al-Qur‟an pun menjadi sumber utama bagi umat

    Islam.12

    Al-Qur‟an pada umumnya didefinisikan sebagai kata-kata Allah SWT.

    yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril

    dengan periwayatan yang mutawatir, menjadi petunjuk bagi manusia, dan

    bagi orang yang membacanya merupakan suatu ibadah.13

    Dari pengertian-pengertian di atas dijelaskan bahwasanya al-Qur‟an

    berasal dari kata qara‟a yang berarti bacaan, yang mana dengan membaca

    al-Qur‟an merupakan suatu ibadah, dan al-Qur‟an merupakan wahyu dari

    Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman umat

    Islam.

    Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran membaca al-Qur‟an

    adalah proses kegiatan belajar mengajar al-Qur‟an yang melibatkan santri,

    guru, materi dan sebagainya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Dengan mempelajari al-Qur‟an merupakan salah satu bentuk ibadah.

    Adapun isi pembelajaran al-Qur‟an sebagai berikut:

    1. Mengenalkan huruf hijaiah, yaitu dari alif sampai dengan ya

    2. Mempelajari sifatul huruf dan makharijul huruf, yang mana

    memberi tahu bagaimana cara membunyikan huruf yang benar

    11 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta:Prenamedia

    Group,2016), 3.

    12

    Rizem Aizid, Tartil al-Qur‟an Untuk Kecerdasan dan Kesehatan (Yogyakarta:

    DIVA Press, 2016), 18.

    13

    Munzir Hitami, Pengantar Studi al-Qur‟an: Teori dan Pendekatan (Yogyakarta:

    LKiS,2012), 16.

  • 29

    3. Bentuk serta fungsi tanda baca dan juga bentuk serta fungsi tanda

    berhenti

    4. Cara membaca al-Qur‟an dengan menggunakan nada-nada yang

    terdapat dalam ilmu nagam, dan juga cara membaca dengan

    berbagai macam qira‟at yang terdapat dalam ilmu qira‟at.

    5. Adabu al-tilawah, yang berisi mengenai tata cara dan etika ketika

    membaca al-Qur‟an.14

    Di dalam pembelajaran al-Qur‟an pun tentunya memiliki tujuan,

    diantaranya:

    1. Membantu siswa membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, yaitu

    sesuai dengan tajwidnya

    2. Melatih siswa agar memahami isi al-Qur‟an sehingga mereka

    menerapkan al-Qur‟an di dalam kehidupan sehari-hari mereka.

    3. Memperkaya kata serta kalimat yang terdapat dalam al-Qur‟an.15

    Membaca al-Qur‟an merupakan sebuah kebutuhan wajib dan pokok

    bagi umat Islam, karena dengan membaca al-Qur‟an dapat meningkatkan

    keimanan, dan membaca al-Qur‟an merupakan cara umat Islam untuk

    memahami ayat-ayat Allah. Akan tetapi, masih banyak umat Islam yang

    masih belum bisa membaca al-Qur‟an. oleh karena itu, umat Islam

    membutuhkan pengajaran al-Qur‟an, agar umat Islam bisa memahami

    ayat-ayat Allah. Sebelum mengenalkan kepada al-Qur‟an nya terlebih

    dahulu mengenalkan huruf hiajaiah, karena huruf hijaiah merupakan dasar

    untuk bisa membaca al-Qur‟an.16

    14 Muhammad Aman Ma‟mun ,“Kajian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an, 57.

    15

    Muhammad Aman Ma‟mun ,“Kajian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an, 56.

    16 Ar. Suka Radja, Panduan Cepat dan Mudah Membaca al-Qur‟an (Yogyakarta:

    Kaktus, 2018),h. 9.

  • 30

    B. Macam-macam Metode Membaca al-Qur’an

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang

    digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

    dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

    pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.17

    Sedangkan metode dalam bahasa Arab dikenal istilah ṭariqah yang berarti

    langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu

    pekerjaan bila dihubungkan dengan pendidikan atau pemahaman, maka

    metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka

    mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik

    menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan

    baik.18

    Belajar membaca al-Qur‟an sangat banyak variasinya tidak hanya

    mengenal huruf-huruf hijaiah akan tetapi juga mengenal aspek-aspek yang

    terdapat di dalamnya. Sehingga al-Qur‟an dapat dibaca sebagaimana

    mestinya, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Maka dengan adanya

    tujuan tersebut dibutuhkan materi-materi yang mampu mewakili

    keseluruhan ayat dalam al-Qur‟an. Sehingga ketika peserta didik telah

    selesai mempelajari materi tersebut, mereka sudah bisa membaca al-

    Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. 19

    Maka dari pada itu saat ini sudah banyak metode-metode pengajaran

    al-Qur‟an, metode ini diciptakan agar peserta didik mudah dan cepat

    dalam belajar membaca al-Qur‟an. Berikut ini merupakan sebagaian dari

    beberapa metode pengajaran al-Qur‟an diantaranya:

    17 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 740.

    18

    Junaidi, Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an (Yogyakarta: CV. Bildung

    Nusantara,2018), 51.

    19 Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an, 108.

  • 31

    1. Metode Qira’ati

    Metode qira‟ati ialah alat pembelajaran al-Qur‟an yang disampaikan

    kepada santri dengan langsung membaca bunyi huruf tanpa dieja yang

    terdapat pada buku panduan qira‟ati, dan membacanya dengan cepat, tepat

    dan benar.20

    Membaca al-Qur‟an secara langsung atau tanpa dieja, maksudnya

    adalah huruf yang ditulis dalam bahasa Arab secara langsung tanpa

    diuraikan cara melafalkannya. Pembelajaran baca al-Qur‟an dengan

    menggunakan metode qira‟ati menggunakan kalimat yang sederhana,

    sesuai dengan kebutuhan dan tingkat materi. Target utama dari metode

    qira‟ati ini adalah murid mampu membaca al-Qur‟an sesuai dengan

    tajwid.21

    Metode qira‟ati ini disusun oleh H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi,

    beliau menyusun metode ini karena melihat keprihatinan masyarakat yang

    belum bisa membaca al-Qur‟an sesuai dengan makharijul huruf dan

    kaidah tajwid.22

    Dalam menyusun metode qira‟ati ini tidak sekali jadi,

    tetapi hasil dari otak-atik dan pengujian-pengujian yang membutuhkan

    waktu lama. Setelah dilakukan beberapa kali revisi, ditambah materi yang

    cocok, dan beberapa masukan akhirnya materi qira‟ati ini dibeda-bedakan,

    ada qira‟ati untuk anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun), remaja dan

    juga orang dewasa.23

    Target dari metode Qira‟ati ini ialah santri mampu

    membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu

    tajwid. Adapun target yang dimaksud adalah sebagai berikut:

    1. Dapat membaca al-Qur‟an dengan tartil, yakni meliputi:

    20 Siti Uswatun Chasanah, ”Efektivitas Metode Qira‟ati dalam Meningkatkan

    Kemampuan Membaca al-Qur‟an di TPQ al-Ishlahiyah Margorejo Surabaya” (Skripsi

    S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015), 23.

    21

    Junaidi, Metode Pembelajaran Baca-Tulis , 105-106.

    22

    Siti Uswatun Chasanah, ”Efektivitas Metode Qira‟ati,” 19.

    23Muhammad Ali Sunan, “Metode Pengajaran al-Qur‟an,” Diakses, 23 November,

    2019, http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html

    http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html

  • 32

    a. Makhraj dan sifat huruf sebaik mungkin.

    b. Mampu membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid.

    c. Mengenal bacaan garib24 dan musykilat25 serta dapat

    mempraktikannya.

    2. Mengerti salat, dalam artian tahu dan bisa bacaan salat serta

    praktiknya.

    3. Hafal beberapa hadiṣ dan surat pendek minimal sampai Q.S. al-Ḍuhā

    4. Hafal doa sehari-hari, seperti doa sebelum tidur, bangun tidur, dan

    yang lainnya .

    5. Dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar.26

    Adapun prinsip pembelajaran metode qira‟ati dibagi kepada dua

    bagian, yaitu prinsip yang harus dipegang oleh guru dan yang harus

    dipegang oleh santri. Prinsip yang harus dipegang oleh guru ialah

    DAKTUN (tidak menuntun) dan TIWAGAS (teliti, waspada, dan tegas).

    Sedangkan prinsip yang harus dipegang oleh santri ialah CBSA (Cara

    Belajara Siswa Aktif) dan LCTB (Lancar, Cepat, Tepat, dan Benar).27

    Jadi, di dalam pembelajaran metode qira‟ati ini guru tidak banyak

    menuntun, dan ketika santri membaca guru teliti dan waspada terhadap

    bacaan santri agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun. Sedangkan prinsip

    yang harus dipegang oleh santri, yaitu santri dituntut aktif dalam proses

    pembelajaran, dan ketika belajar tidak ada bacaan yang diulang-ulang dan

    bacaan tersebut sesuai dengan kaidah tajwid.

    Di dalam metode ini ada beberapa bentuk pelaksanaan dalam

    pembelajarannya, yaitu:

    24 Bacaan yang dianggap asing dan keluar dari hukum bacaan

    25

    Bacaan yang dianggap sulit dan tidak keluar dari hukum bacaan.

    26 Listya Maryani, “Implementasi Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran Membaca al-

    Qur‟an Di SD IT Mutiara Hati Purwareja Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten

    Banjarnegara” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018). 19-20.

    27 Siti Uswatun Chasanah, ”Efektivitas Metode Qira‟ati,” 25-26.

  • 33

    1. Sorogan, yaitu individual atau privat

    2. Klasikal- individual

    3. Klasikal baca simak.28

    Seorang pengajar qira‟ati harus melalui tahap-tahap yang antara lain

    pembinaan yang dilakukan di setiap koordinator masing-masing, tashih

    guru, pembekalan metodologi, sampai dengan PPL. Hal ini dimaksudkan

    agar guru qira‟ati mengajar sesuai dengan kaidah tajwid.29

    Sebenarnya

    tidak hanya guru qira‟ati saja yang jika mengajar harus sesuai dengan

    kaidah tajwid, tetapi juga metode-metode yang lainnya, karena membaca

    al-Qur‟an sesuai kaidah tajwid hukumnya fardu „ain.

    Adapun kelebihan dan kekurangan metode ini sebagai berikut:

    1. Kelebihan metode Qira‟ati

    a. Santri meskipun belum mengenal tajwid tetapi mereka sudah bisa

    membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid, karena belajar

    ilmu tajwid merupakan fardu kifayah sedangkan membaca al-

    Qur‟an sesuai dengan tajwidnya merupakan fardu „ain.

    b. Di dalam metode ini memiliki prinsip baik untuk guru dan juga

    santri.

    c. Di dalam metode ini setelah selesai 6 jilid, maka di teruskan

    dengan bacaan garib.

    d. Jika santri sudah lulus 6 jilid dan juga bacaan garibnya, maka

    selanjutnya santri di tes bacaannya dan jika lulus maka santri

    akan mendapat syahadah.

    28 Muhammad Ali Sunan, “Metode Pengajaran al-Qur‟an,” Diakses, 23 November,

    2019, http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html

    29

    Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an, 110.

    http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html

  • 34

    2. Kekurangan metode Qira‟ati

    Bagi yang tidak lancar membacanya maka dia akan lama lulusnya,

    karena metode ini tidak ditentukan oleh bulan ataupun tahun, akan tetapi

    sesuai dengan kemampuan membaca mereka.30