metode dakwah syekh abdul muhyi.pdf

8
Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 485 METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI (WALI SAFAR WADI PAMIJAHAN) 1 Muhammad Wildan Yahya, 2 Syamsuri Shiddiq, 3 Asep Ahmad Shiddiq, 4 Parihat, 5 Tia Inayatillah 1,2,3,4 Dosen Fakultas Da’wah Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading 5 Mahasiswa Fakultas Da’wah Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading e-mail: [email protected] Abstrak. Syekh Abdul Muhyi adalah seorang ulama penyebar agama Islam di kawasan Selatan Jawa Barat, lahir pada tahun 1071 H./1650 M. di Mataram dan dikenal sebagai seorang wali. Pada masa mudanya pernah berguru kepada Syekh Abdul Rauf Sinkel Kuala Aceh selama 8 tahun. Dari Kuala Aceh bersama guru dan teman-teman lainnya bermukim 2 tahun di Baghdad dan berziarah ke makam Syekh Abdul Qadir Jailani. Kemudian menunaikan ibadah haji di Mekah, setelah itu kembali ke Jawa Timur Gersik. Dari Gersik Jawa Timur memulai perjalanannya mengembangkan agama Islam ke beberapa tempat di Jawa Barat, dan menetap di Pamijahan Tasik Selatan selama 40 tahun sampai dengan meninggalnya, yaitu pada tahun 1151 H./1730 M. Tulisan ini menggambarkan Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah: (a) ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan langsung sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas kitab Tarekat Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan kemampuan murid dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru. Dakwah Bil-hal, amal perbuatan yang dilakukan SYAM dalam berdakwah: (a) keteladanan akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan dengan masyarakat maupun penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti: menyembuhkan orang sakit, membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif; (c) dakwah melalui kekerabatan dan pernikahan; (d) menying-kirkan perdukunan melalui pertarungan spiritual; dan (e) menjalin komunikasi politik dengan penguasa setempat. Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah tarekat Syatariyyah; (b) tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas ekonomi; (e) mesin politik; (f) lembaga pendidikan dan pengkaderan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada para ilmuwan muslim untuk menggali dan mengapresiasi khazanah karya-karya intellektual masa lalu yang memiliki kedalaman nilai dan kajian. Kemudian melakukan analisa kritis, tidak tergesa-gesa menyalahkan suatu ajaran khususnya tasawuf Syekh Abdul Muhyi, atau sebaliknya tidak pula tergesa-gesa membenarkannya. Sikap ilmiah sebaiknya dikembangkan untuk mendapatkan reasoning (hujjah) dan pengetahuan yang objektif, baru setelah itu bersikap secara adil. Kata Kunci: Metode Dakwah, Syeh Abdul Muhyi 1. Pendahuluan Syekh Abdul Muhyi yang hidup pada abad ke-17 dan 18, dikaitkan dengan masa sekarang, tersela oleh rentangan waktu yang tidak sebentar. Bila dalam waktu yang demikian panjang, tidak terdapat sumber informasi yang memadai tentang metode dakwah yang dikembangkannya, maka tidak menutup kemungkinan dapat

Upload: uwes-fatoni

Post on 26-Oct-2015

134 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI

TRANSCRIPT

Page 1: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590

485

METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI (WALI SAFAR WADI PAMIJAHAN)

1 Muhammad Wildan Yahya, 2 Syamsuri Shiddiq, 3 Asep Ahmad Shiddiq, 4 Parihat, 5 Tia Inayatillah

1,2,3,4 Dosen Fakultas Da’wah Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading 5Mahasiswa Fakultas Da’wah Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading

e-mail: [email protected]

Abstrak. Syekh Abdul Muhyi adalah seorang ulama penyebar agama Islam di kawasan Selatan Jawa Barat, lahir pada tahun 1071 H./1650 M. di Mataram dan dikenal sebagai seorang wali. Pada masa mudanya pernah berguru kepada Syekh Abdul Rauf Sinkel Kuala Aceh selama 8 tahun. Dari Kuala Aceh bersama guru dan teman-teman lainnya bermukim 2 tahun di Baghdad dan berziarah ke makam Syekh Abdul Qadir Jailani. Kemudian menunaikan ibadah haji di Mekah, setelah itu kembali ke Jawa Timur Gersik. Dari Gersik Jawa Timur memulai perjalanannya mengembangkan agama Islam ke beberapa tempat di Jawa Barat, dan menetap di Pamijahan Tasik Selatan selama 40 tahun sampai dengan meninggalnya, yaitu pada tahun 1151 H./1730 M. Tulisan ini menggambarkan Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah: (a) ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan langsung sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas kitab Tarekat Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan kemampuan murid dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru. Dakwah Bil-hal, amal perbuatan yang dilakukan SYAM dalam berdakwah: (a) keteladanan akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan dengan masyarakat maupun penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti: menyembuhkan orang sakit, membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif; (c) dakwah melalui kekerabatan dan pernikahan; (d) menying-kirkan perdukunan melalui pertarungan spiritual; dan (e) menjalin komunikasi politik dengan penguasa setempat. Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah tarekat Syatariyyah; (b) tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas ekonomi; (e) mesin politik; (f) lembaga pendidikan dan pengkaderan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada para ilmuwan muslim untuk menggali dan mengapresiasi khazanah karya-karya intellektual masa lalu yang memiliki kedalaman nilai dan kajian. Kemudian melakukan analisa kritis, tidak tergesa-gesa menyalahkan suatu ajaran khususnya tasawuf Syekh Abdul Muhyi, atau sebaliknya tidak pula tergesa-gesa membenarkannya. Sikap ilmiah sebaiknya dikembangkan untuk mendapatkan reasoning (hujjah) dan pengetahuan yang objektif, baru setelah itu bersikap secara adil.

Kata Kunci: Metode Dakwah, Syeh Abdul Muhyi

1. Pendahuluan Syekh Abdul Muhyi yang hidup pada abad ke-17 dan 18, dikaitkan dengan

masa sekarang, tersela oleh rentangan waktu yang tidak sebentar. Bila dalam waktu yang demikian panjang, tidak terdapat sumber informasi yang memadai tentang metode dakwah yang dikembangkannya, maka tidak menutup kemungkinan dapat

Page 2: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

486 | M. Wildan Yahya, et al.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

mengakibatkan terjadinya penyimpangan atau kesimpangsiuran. Hal yang sedemikian ini dapat menimbulkan kontroversi yang tidak diperlukan. 1

Warisan ajaran Syekh Abdul Muhyi ada yang terdokumentasikan dalam tulisan dan disalin dari satu generasi kepada generasi lainnya, ada juga yang berkembang melalui lisan ke lisan. Tradisi pengajaran yang bersifat mistik, memang biasanya hanya melalui lisan, yang disampaikan secara rahasia, karena suasana “hâdhir” yang dirasakan ketika berlangsungnya pengajaran itu lebih penting bagi seorang “murîd” ketimbang mengulanginya lewat bacaan.2

Permasalahan yang mendasar, sampai saat ini ajaran Syekh Abdul Muhyi terkesan masih disakralkan dan dikeramatkan, serta hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu yang memiliki hubungan darah atau memiliki kewenangan khusus.

Sakralisasi terhadap benda peninggalan dan informasi Syekh Abdul Muhyi dapat menimbulkan berbagai akibat, di satu pihak dapat melestarikannya, akan tetapi di lain pihak dapat menutup makna ajaran yang sangat diperlukan bagi ummat Islam. Apabila tindakan pelestarian ajaran bersifat membekukan, dapat melahirkan ajaran yang justru tidak sesuai dengan sumbernya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dikemukakan beberapa pertanyaan yang akan diungkap oleh penelitian ini, yaitu (a) bagaimanakah metode dakwah billisan yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi ? (b) Bagaimanakah metode dakwah bil-hal yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi? (c) Media dakwah yang bagaimanakah yang dikembangkan oleh Syekh Abdul.

Penelitian ini secara khusus dimaksudkan untuk menjawab permasalahan tersebut di atas. Jawaban terhadap permasalahan tersebut di atas akan dapat memberikan gambaran secara jelas tentang hakekat metode dakwah yang dikembangkan Syekh Abdul Muhyi.

2. Metodologi Penelitian

Berdasarkan deskripsi perumusan masalah tersebut di atas, mengingat masalah yang akan diteliti adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan isi naskah, maka pendekatan yang tepat digunakan adalah kajian pustaka (library research). Adapun metode penelitiannya adalah historis (sejarah), sebab meneliti dokumen masa lalu.

Selain meninjau dan menganalisa dokumen, metode historis juga dapat menguji benda-benda bersejarah, dan melakukan wawancara kepada pribadi yang hidup pada waktu itu. Masa lampau itu tidak hanya mengenai politik atau peperangan akan tetapi juga mengenai kebudayaan, buah pikiran, lembaga, hukum, doktrin agama, industri, teknologi, kedokteran, falsafah, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.3

Terdapat langkah-langkah substansial yang ditempuh dalam penelitian historis, yaitu: menentukan permasalahan atau pertanyaan yang akan diteliti, meletakkan sumber data yang cocok bagi informasi sejarah, mengevaluasi dan meringkas informasi yang didapat dari sumber data, mengungkapkan dan menafsirkan informasi yang terkait dengan problema.4

Penelitian yang berkaitan dengan kiprah dan perjuangan Syekh Abdul Muhyi dalam berdakwah masih sangat sedikit. Sekalipun demikian, di dalam pustaka Islam

1 Abdullah Yusuf dkk, Naskah-Naskah Syekh Abdul Muhyi, Sundanologi, 1987, h. 296. 2 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Mizan, Bandung, 1999, h. 111. 3 S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jemmars, Bandung, 1987, h. 55. 4 Ibid., h. 434-435.

Page 3: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi (Wali Safar Wadi Pamijahan) | 487

ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012

Nusantara nama beliau sebagai pengembang tarekat Syatariyah yang paling awal di tanah Jawa, telah terdokumentasi dengan baik.

Salah satu penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Syekh Abdul Muhyi adalah penelitian (disertasi) yang dilakukan oleh Tommy Christomy dengan judul: “Syathariyyah Tradition in West Java: the Case of Pamijahan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tradisi Tarekat Syathariyyah di Jawa Barat khusus dalam kasus Pamijahan. Fokus penelitian ini diarahkan untuk melihat peranan silsilah Syathariyyah yang berdampak bagi para pengikutnya dalam membentuk tradisi dan praktek-praktek sosial di Jawa Barat, khususnya Pamijahan. Hasil penelitian yang cukup penting diungkap adalah: (1) Karakter desa Pamijahan sebagai perkampungan sufi; (2) Akar ajaran Tarekat Syathariyyah yang berpengaruh bagi masyarakat Pamijahan khususnya dan Jawa Barat; (3) Tradisi Tarekat Syathariyyah di dunia Islam; umumnya; (4) Silsilah Tarekat Syathariyyah di Indonesia; (5) Silsilah Tarekat Syathariyyah di Jawa Barat; (6) Peranan Syekh Abdul Muhyi di dalam menyebarkan Tarekat Syathariyyah di Jawa, dan (7) Para Penerus ajaran Syekh Abdul Muhyi.

Abdullah Yusuf dkk. pernah melakukan penelitian yang berkaitan dengan biografi dan keberadaan naskah-naskah Syekh Abdul Muhyi; dengan judul: “Naskah-Naskah Syekh Abdul Muhyi”. Penelitian ini disponsori oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda, Bandung, 1987. Tujuan penelitian yang diharapkan adalah untuk memperoleh data lapangan tentang naskah-naskah Syekh Abdul Muhyi, mengungkapkan identitas naskah dan melakukan kajian sejarah dan silsilah.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Yusuf dkk. memuat dua hal penting, yaitu mengungkapkan keberadaan naskah-naskah Syekh Abdul Muhyi dan melakukan kajian historis tentang garis keturunan Syekh Abdul Muhyi. Hasil kajian historis adalah pembahasan tentang catatan sejarah Syekh Abdul Muhyi yang memiliki garis keturunan dengan: Rasulullah SAW, Ratu Galuh, Jaka Tingkir Aria Mataram, dan hubungan kekerabatan antara Pamijahan-Panyalahan dengan Sukapura. Kemudian diungkap pula, peran Syekh Abdul Muhyi dalam mengembangkan Islam dan menjalin kekerabatan dengan Cirebon.

Penelitian lain yang pernah membahas ajaran Syekh Abdul Muhyi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aliefya M. Santrie dengan judul :”Martabat (Alam Tujuh), Suatu Naskah Mistik Islam Dari Desa Karang Pamijahan”. Pada mulanya naskah ini diduga merupakan karangan Kyai Haji Muhyiddin, akan tetapi setelah dilakukan kajian yang lebih mendalam disimpulkan bahwa sebenarnya naskah tersebut bersumber dari Syekh Abdul Muhyi. Artinya, bukan “karangan” Kyai Haji Muhyiddin, sekalipun tidak tertutup kemungkinan dia adalah orang pertama yang menyalin dan menyusun ajaran itu dalam bentuk naskah, yang semula ajaran tersebut diterimanya dari Syekh Abdul Muhyi sendiri, barangkali dalam bentuk lisan.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat simpulkan bahwa kajian metodologis terhadap cara dakwah Syekh Abdul Muhyi, belum ada yang membahasnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh metode dakwah yang digunakan oleh Syekh Abdul Muhyi. Di samping belum ada yang membahasnya, kajian ini juga merupakan salah satu saran-saran penelitian sebelumnya yang perlu diteliti agar umat Islam mengetahui dengan tepat dan benar metode dakwah yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi.

Page 4: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

488 | M. Wildan Yahya, et al.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

3. Analisis Hasil Penelitian Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah:

(a) ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan langsung sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas kitab Tarekat Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan kemampuan murid dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru. Syekh Abdul Muhyi yang lahir sekitar tahun 1650 M./1071 H. adalah murid Syekh Abdul Rauf al-Sinkili, yang bertanggung jawab mengembangkan dakwah Islam melalui tarekat Syathariyah di Pulau Jawa. Pada periode ini menurut Martin Van Bruinessen5 merupakan periode pertama yang memiliki informasi mendasar dan penting tentang perkembangan Islam di Indonesia, terdapat corak pemikiran ajaran tasawuf yang sangat besar pengaruhnya. Salah satu teks tasawuf bercorak India yang sangat dikenal di Indonesia waktu itu adalah “Al-Tuhfah al-Mursalah `Ilâ Rûh An-Nabî”, pengarangnya adalah Muhamad Fadllullah Burhanpuri. Ajaran tasawuf yang dominan dikembangkan dalam buku ini adalah martabat tujuh, dijadikan media dakwah secara intensif oleh Syekh Abdul Muhyi di Pulau Jawa. Ajaran martabat tujuh ini menjadi media dakwahnya, yang kemudian berpengaruh pula pada beberapa buku sufistik Islam Jawa, yaitu Sekar Macapat, Serat Centini, dan Wirid Hidayat Jati.

Dakwah Bil-hal, amal perbuatan yang dilakukan Syek Abdul Muhyi dalam berdakwah: (a) keteladanan akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan dengan masyarakat maupun penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti: menyembuhkan orang sakit, membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif; (c) dakwah melalui kekerabatan dan pernikahan; (d) menying-kirkan perdukunan melalui pertarungan spiritual; dan (e) menjalin komunikasi politik dengan penguasa setempat. Syekh Abdul Muhyi mengajarkan lathâ`if tujuh, yang terdiri dari: lathîfat al-qalab, lathîfat al-qalbi, lathiîfat al-khauf, lathîfat al-`akhfâ, lathîfat al-khâfi, lathîfat al-nafs. Apabila dilihat kaitannya dengan lathâ`if Tarekat Naqsyabandiyah, yaitu “`akhfâ, khâfî, sirr, rûh, qalb,”6

Metode dakwah bilhal yang paling khas dari Syekh Abdul Muhyi adalah mengembangkan konsep “martabat alam tujuh”, melalui martabat alam tujuh inilah tatacara berdzikir, jalan spiritual dan konsep akhlak dikembangkan. Terdapat tiga istilah yang disandarkan kepada dzikir, yaitu: dzikir ruhani yang disebut ta’ayyun, kedua dzikir amali yang disebut qashd; dan ketiga dzikir jasmani yang disebut ta’arrudh, yang masing-masingnya berjumlah tujuh. Demikian pula sifat atau hati manusia dibagi menjadi tujuh, yaitu: (1) hati lawwâmah, (2) hati sawiyyah, (3) hati salbiyyah; (4) hati muthma`innah, (5) hati tawajjuh, (6) hati mujarrad, dan (7) hati rabbânî.

Adapun yang dimaksud dengan martabat alam tujuh adalah tujuh proses penampakan Allah pada alam, yaitu: (1) ‘âlam al-`ahadiyyah, belum nyata; yaitu dzat qadim, azali, abadi masih berdiri sendiri; (2) ‘âlam al-wahdah, mulai ada yang nyata pada martabat sifat qadim, azali, abadi; (3) ‘âlam al-wâhidiyyah, telah kuasa atas terjadinya masing-masing yang ada (mumkinat), yang mengadanya pun telah diketahui oleh Ilmu Allah; (4) ‘âlam al-`arwâh, martabat nyawa sebelum menerima nasib yang masih merupakan cahaya suci; (5) ‘âlam al-mitsâl, nyawa rahmani telah menerima bentuk; (6) ‘âlam al-`ajsâm, adalah ketika mengadanya jasad halus yang diistilahkan 5 Martin Van Bruinessen, op. cit., h. 90. 6 Mir Valiuddin, Contentemplative Disciplines in Sufism, East-West Publications (UK) Ltd., London, 1980, hal. 142.

Page 5: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi (Wali Safar Wadi Pamijahan) | 489

ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012

rûhiyyah; dan (7) ‘âlam al-`insân al-kâmil, yaitu Allah meniupkan nyawa yang diistilahkan roh idlafi ke dalam jasmani Adam.

Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah tarekat Syatariyyah; (b) tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas ekonomi; (e) mesin politik; (f) lembaga pendidikan dan pengkaderan. Target dari media dakwah yang digunakan adalah untuk membangun obyek atau murid yang diharapkan, dilewati dan ditekuni melalui fase-fase tertentu. Hal ini dapat dicermati dari sifat-sifat murid yang memiliki empat karakter, yaitu: (1) murid mubtadi`, yaitu murid yang berbuat maksiat banyak akan tetapi hatinya hanya tertuju semata-mata tiada lain kecuali kepada Allah ta’ala; (2) murid mutawassith, adalah murid yang senantiasa ingat kepada Allah; (3) murid kâmil, yaitu murid yang sudah bersih hatinya dari seluruh getaran dan suasana rohaninya dari memperhatikan selain kepada Allah; (4) murid kâmil mukammil, yaitu murid yang sangat kuat penyaksiannya dan ketertenggelamannya di dalam dzat Allah ta’ala. Oleh karena itu sifat-sifat orang beriman hendaknya menyatu dengan sifat Allah, yang memancar dari kalimah thayyibah.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan ke dalam beberap point sebagai berikut: 1) Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah:

(a) ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan langsung sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas kitab Tarekat Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan kemampuan murid dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru.

2) Dakwah Bil-hal, amal perbuatan yang dilakukan Syek Abdul Muhyi dalam berdakwah: (a) keteladanan akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan dengan masyarakat maupun penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti: menyembuhkan orang sakit, membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif; (c) dakwah melalui kekerabatan dan pernikahan; (d) menying-kirkan perdukunan melalui pertarungan spiritual; dan (e) menjalin komunikasi politik dengan penguasa setempat.

3) Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah tarekat Syatariyyah; (b) tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas ekonomi; (e) mesin politik; (f) lembaga pendidikan dan pengkaderan.

5. Saran-Saran 1) Metode dakwah Syekh Abdul Muhyi hanya akan dapat dipahami oleh ulama

yang memiliki pengetahuan memadai tentang tasawuf. Oleh karena itu disarankan agar tidak mengajarkannya kepada orang-orang awam. Dianjurkan tidak mempelajarinya kecuali telah memiliki pengetahuan yang mendasar tentang syari’at, aqidah dan akhlak; supaya memahaminya dengan adil.

2) Disarankan kepada manusia yang mencintai kebenaran, sebaiknya tidak tergesa-gesa menyalahkan metode khususnya metode dakwah Syekh Abdul Muhyi, sebaliknya hendaknya tidak tergesa-gesa membenarkannya. Sikap ilmiah sebaiknya dikembangkan, melakukan analisa yang mendalam untuk mendapatkan reasoning (hujjah) baru setelah itu bersikap.

3) Disarankan kepada Pemerintah c.q. Departeman Agama agar memberikan bimbingan kepada pengajian-pengajian tasawuf yang disertai dengan rujukan

Page 6: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

490 | M. Wildan Yahya, et al.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Al-Qur’an dan Haditsnya, supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

4) Disarankan kepada para ilmuwan, hendaknya menumbuhkan kesadaran menghargai khazanah peradaban masa lalu. Dengan cara mengapresiasi karya-karya intelektual masa lalu dan mendalami jasa mereka, untuk membuka peluang timbulnya terobosan-terobosan yang konstruktif dalam menyiapkan metode dakwah Islam yang lebih komprehensif di masa depan.

5) Timbulnya pendapat yang pro dan kontra terhadap pemikiran tasawuf Syekh Abdul Muhyi adalah suatu hal yang wajar dan perbedaan ini perlu di-manage secara positif dalam rangka mencari masukan berkenaan dengan sosialisasi ajaran tasawuf tokoh tersebut.

6) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengembangan lanjutan tentang: hadits-hadits yang digunakan Syekh Abdul Muhyi, paham kalam atau fiqih yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi, dan beberapa tarekat lain yang terungkap dalam naskah Pamijahan, yaitu tarekat: Anfasiyah, Muhamadiyah, dan Akmaliyah.

6. Dafatar Pustaka

Al-Qur`ân al-Karîm Abdullah, Hawash, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara,

Surabaya, Al-Ikhlash, tt. Afîfî, A.E., The Mystical Philosophy of Muhyi al-Din Ibn al-‘Arabi, Lahore, 1964. Ambary, Hasan Muarrif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam

Indonesia, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1998. ‘Arabi, Muhyiddin Ibn al-, Futûhât al-Makkiyah, Beirut, Libanon, Al-Maktabah Dar

al-Sadr, TT. Armstrong, Amatullah, Sufi Terminology (Al-Qamus Al-Sufi): The Mystical Language

of Islam, A.S. Noordeen, Malaysia,1995. Bisri, Affandi, Pengenalan Thariqat Syathariyyah, Makalah, Yayasan Tazkiya Sejati,

Jakarta, 1998. Boland, B.J. & Farjon, I., Islam in Indonesia, Holland, Foris Publication, 1983. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren (Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai),

LP3ES, Jakarta, 1982. Drewes, New Light on the Coming of Islam to Indonesia, Oosters Genootschap, Leiden,

1968. Ekadjati, Edi S., Naskah Sunda, Inventarisasi dan Pencatatan, Universitas Padjadjaran,

Bandung, 1983. Fathurrahman, Oman, Menyoal Wahdatul-Wujud, Mizan, Bandung, 1999. -------------------, Teori Filologi dan Penelitian Teks-Teks Keagamaan, Makalah

Workshop Pengembangan Agenda Riset, yang disampaikan oleh Local Project Implementing Unit (LPIU) U IN Syahid, Wisma YPI, 2000.

Fraenkel, Jack R., Norman E. Wallen, How to Design and Evaluate Research in Education, McGraw-Hill Inc., New York, 1993.

Geertz, Clifford, The Relegion of Java, Glencoe, III, The Free Press, 1962. Ghazali, Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-, `Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, Jilid IV,

Kairo, 1939.

Page 7: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi (Wali Safar Wadi Pamijahan) | 491

ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012

---------, Al-Munqidz min al-Dhalâl, Al-Maktabah al-Sya’biyyah, Beirut, Libanon, tt. Hadi, Abdul W.M.: Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya, Mizan,

Bandung, 1995. Hadiwijoyo, Harun, Kebathinan Islam Abad XVI, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1985. Hamid, Abu, Syekh Yususf Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta, 1994. Hilal, Ibrahim, Al-Tashawwuf al-Islâmi bain al-Dîn wa al-Falsafah, Kairo, Kairo, Dar

al-Nahdlah al-‘Arabiyah, 1979. Hodgson, Marshall G.S., The Venture of Islam Conscience and History in a World

Civilization, Volume 3, University of Chicago Press, Chicago, 1974. Hurgronje, C. Snouck, Mekka in the Latter Part of the 19 th Century, J.H. Monahan,

London, 1931 Ikrami, Achdiati, Filologi Nusantara, Pustakan Jaya, Cetakan Pertama, Jakarta, 1997. ---------, Kegiatan Filologi di Indonesia: Suatu Tinjauan Sejarah, dalam Bulletin

Bahasa dan Sastra, tahun VI, 1980. Jailâni, Abdul Qâdir, Al-Fath al-Rabbâni, Beirut, Almaktabah As-Sa’biyyah, TT. ---------, Al-Ghunyah, Al-Maktabah As-Sa’biyyah, Beirut, Libanon, TT. ---------, Sirr al-`Asrâr, Beirut, Libanon, Al-Maktabah As-Sa’biyyah, TT. Jili, Abdul Karim al-, Al-`Insân al-Kâmil, Beirut-Libanon, Darul Fikri, TT. Johns, A.H., The Gift Addressed to The Spirit of The Prophet, The Australian National

University, Canberra, 1965. ------, Javanese Tuhfah (Matjapat), The Australian National University, Canberra, 1965. Jones, Review article: Problems of Editing Malay Texts, Discussed with Reference to

the H.M.H, Archipel 20, Paris, 1980. Kamada, Shigeu, Telaah Atas Istilah “Sirr” dalam Teori-Teori Lathaif Shufi, Al-

Hikmah Jurnal Studi-Studi Islam, No. 14, Vol. VI, 1995. Khaerussalam, AA., Sejarah Perjuangan Syekh Abdul Muhyi, Karangnunggal - Tasik,

Kekeramatan Pamijahan, 1993. Lubis, Nina H., Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat, Bandung, Alqaprint

Jatinangor, 2000. Miftah, Abdullah Apap ibn R. Haji Abdullah, Sejarah Pamijahan: Kisah Perjuangan

Syekh Haji Abdul Muhyi Mengembangkan Agama Islam di Sekitar Jabar, Pamijahan, tt.

Muhammad, Hs., Legenda Masyarakat Pamijahan, Kekeramatan Pamijahan, tt. Muhyi, Abdul, Kitâb Dadalan Syaththâriyyah, Moh. Afna, Pamijahan, Karangnunggal,

Tasik, tt. ---------, Kitab Istiqâl Thariqat Qâdiriyyah Naqsyabandiyyah, Zaenal Abidin,

Panyalahan, Pamijahan, 1973. ---------, Martabat Kang Pipitu, Muhyiddin, Pamijahan, tt. Mulkhan, Abdul Munir, Syekh Siti Jenar, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya, 2000. Munawwar, Affandi, Risalah Singkat Tentang Ilmu Syathariyah, Yayasan Tazkia Sejati,

Jakarta, 1998. Nasution, Harun, (Edit.) Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah (Sejarah, Asal-Usul,

dan Perkembangannya), Tasikmalaya, Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM), 1990.

-----------, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 Nasution, S., Metode Research Penelitian Ilmiah, Jemmars, Bandung, 1987.

Page 8: METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI.pdf

492 | M. Wildan Yahya, et al.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Nasution, S. dan M. Thomas, Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. VIII, 2002.

Nicholson, Reynold A., The Mystics of Islam, London, Rootledge & Kegan Paul, 1975. -------------, Studies in Islamic Mysticisme, Cambridge, Cambridge University Press,

1921. -------------, The Sufi Doctrine of the Perfect Man, The Near Eastern Press, Edmonds,

1984. Noer, Kautsar Azhari, Ibn al-‘Arabî: Wahdat al-Wujûd dalam Perdebatan, Paramadina,

Jakarta, 1995. Palimbani, Abdus Shamad al-, Sâir al-Sâlikîn `Ilâ ‘Ibâdat Rabb al-‘Alâmîn, Maktabah

al-Bâbî al-Halabî, Kairo, 1953. -----------, Hidâyat al-Sâlikîn fi Maslak al-Muttaqîn, tanpa ket. Penerbit, Surabaya,

1993. Qastalânî, `Irsyâd al-Sârî li Syarh Shahîh al-Bukhârî, Dâr al-Qalam, Beirut, 1305 H. Qusyairî, Abu Qâsim ‘Abd al-Karîm ibn Hawazin al-, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî

‘Ilm al-Tashawwuf, Dâr al-Jîlî, Beirut, 1990. Ranggawarsita, Serat Wirid, Administrasi Jawi Kandha, Surakarta, 1980. Rasyidi, HM., Islam dan Kebathinan, Jakarta, Yayasan Islam Studi Club Indonesia,

1967. Santrie, Aliefya M., Martabat Alam Tujuh karya Syekh Abdul Muhyi, dalam Ahmad

Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia, Bandung, Mizan, 1992. Schimmel, Annemarie, Mistical Dimension of Islam, The University of North Carolina,

Chapel Hill, 1975. Shâbûnî, Muhammad ‘Alî al-, Shafwat al-Tafâsir, Beirut-Libanon, Darul Fikri, TT. Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga Warsita, Jakarta, UI-Press, 1988. ---------, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

1996. Soebadio, Haryati, Penelitian Naskah Lama Indonesia, dalam Bulletin Yaperna, Th.

VII, Juni, 1975. Sulastin, Sutrisno, Relevansi Studi Fi.lologi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, 19 Maret 1981.

-----------, Islam di Indosia, Bulan Bintang, Jakarta, 1974. Tanaya, Wirid Hidayat Jati, Surabaya, 1954. Thûsi, Abu Nashr al- Sirâj al-, Al-luma’, al-Maktabah al-Hadîtsah, Mesir, TT. Valiudin, Mir, The Qur`anic Sufism, Motial Banarsidass, New Delhi, 1981. ----------,.Comtemplative Disciplines in Sufism, East-West Publication (UK) Ltd.,

London, 1980. Woodward, Mark R., Islam in Java: Normative Piety and Mysticism in The Sultanate of

Yogyakarta, The Asia Foundation, Singapura, 1989. ---------------, Islam Jawa (Kesalehan Normatif Versus Kebathinan), LkiS, Yogyakarta,

1999. West, Textual Criticism and Editorial Technique, Stuttgart, 1973. Yusuf, Abdullah dkk., Naskah-Naskah Syekh Haji Abdul Muhyi, Bandung, Depdikbud

(Sundanologi), 1987.