metode bermain dengan menggunakan balok angka …
TRANSCRIPT
METODE BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN BALOK ANGKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
MATEMATIKA ANAK KELOMPOK A TK SRIWIDARI
DESA KEPONGPONGAN KECAMATAN TALUN
KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat Guna
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Oleh :
NIACI SARTIKA
NIM. 2016.4.4.1.00557
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
IAI BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2020
ii
PERSETUJUAN
METODE BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN BALOK ANGKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
MATEMATIKA ANAK KELOMPOK A TK SRIWIDARI
DESA KEPONGPONGAN KECAMATAN TALUN
KABUPATEN CIREBON
Oleh:
NIACI SARTIKA
NIM: 2016.5.5.1.00557
Menyetujui,
Pembimbing I,
Neni Budiani, M.Pd
NIDN. 8821390019
Pembimbing II,
Muslimah, M.Pd
NIDN.0428029202
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Metode Bermain dengan Menggunakan Balok Angka
Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok
A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Keccamatan Talun Kabupaten
Cirebon” Oleh NIACI SARTIKA NIM. 2016.5.5.1.00557, telah diajukan dalam
Sidang Munaqosah Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal
.......
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia
Dini Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Cirebon, Juli 2020
Sidang Munaqosah,
Ketua, Sekretaris,
Merangkap anggota, Merangkap anggota
Dr.H.Oman Fathurohman, M.A Drs. Sulaiman, M.Pd
NIDN. 8886160017 NIDN. 21180962021
Penguji I, Penguji II,
Nama Dosen Nama Dosen
NIDN. NIDN.
iv
NOTA DINAS
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah IAI
Bunga Bangsa Cirebon
di
Tempat
Assalāmu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan
skripsi dari Niaci Sartika Nomor Induk Mahasiswa 2016.5.5.1.00557, berjudul
“Metode Bermain dengan Menggunakan Balok Angka Untuk Meningkat kan
Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa
Kepongpongan Keccamatan Talun Kabupaten Cirebon”.
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan
Fakultas Tarbiyah Islam IAI Bunga Bangsa Cirebon untuk dimunaqasahkan.
Wassalāmu’alaikumWr. Wb.
Pembimbing I,
Neni Budiani, M.Pd
NIDN. 8821390019
Pembimbing II,
Muslimah, M.Pd
NIDN. 0428029202
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Metode
Bermain dengan Menggunakan Balok Angka untuk Mengembangkan
Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan
Keccamatan Talun Kabupaten Cirebon” beserta isinya ini adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan/ plagiat dan
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika yang berlaku pada
masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/ sanksi apa pun yang
dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila
dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau
ada klaim terhadap karya saya ini.
Cirebon, Juli 2020
Yang membuat pernyataan,
NIACI SARTIKA
NIM: 2016.5.5.1.00557
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah, Tuhan Semesta Alam atas segalah rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
Salam semoga tetap tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, Sahabatnya, dan bagi kita pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu dan dibimbing
oleh berbagai pihak yang sangat baik. Penulis sadar dan sangat menghargai
pihak-pihak yang telah membantu penyusunan ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Alm. Drs. H. Ahmad Basuni, selaku Ketua Yayasan IAI Bunga
Bangsa Cirebon
2. Bapak Dr. H. Oman Fathurohman, MA. selaku Rektor IAI Bunga
Bangsa Cirebon
3. Bapak Drs. Sulaiman, M.M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
4. Ibu Suzana, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini
5. Ibu Neni Budiani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I
6. Ibu Muslimah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II
7. Civitas Akademik Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia dini,
Bapak dan Ibu Dosen yang tidak akan terlupakan jasanya selama ini.
8. Kedua orang tua tercinta, saudara dan kerabat, yang selalu
memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini yang telah sama-sama berjuang menggapai
impian.
10. Serta kepada pihak-pihak yang belum penulis sebutkan satu-persatu,
penulis ucapkan terima kasih banyak.
vii
Kritik dan saran adalah harapan penulis, karena penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna karena masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penulisan.
Tanpa pertolongan dan seizin-Nya penyusunan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas akhir ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak.
Cirebon, Juli 2020
Penulis
NIACI SARTIKA
NIM : 2016.5.5.1.00557
viii
ABSTRAK
Niaci Sartika. NIM. 2016.5.5.1.00557 : Metode Bermain Dengan Menggunakan
Balok Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak
Kelompok A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten
Cirebon
Permasalahan dari penelitian ini yaitu belum optimalnya pengembangan
kognitif matematika pada anak kelompok A Tk Sriwidari dikarenakan proses
pembelajaran yang monoton. Hal ini seharusnya menjadikan guru dalam
memberikan materi pembelajaran yang aktif dan kreatif, dengan bermain anak
akan semakin banyak berkreatifitas mengembangkan bakat termasuk dalam
pengembangan kognitif matematika tersebut. Anak dapat lebih berpikir kritis
dan logis seperti hal yang anak lakukan yaitu menggunakan simbol,
mengklasifikasikan benda dan mengurutkan benda. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Penggunaan Metode Bermain dengan
Menggunakan Balok Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Matematika Anak Kelompok A TK Sriwidsri Kecamatan Talun Kabupten
Cirebon ? tujuan penelitian ini adalah Meningkatnya Pengenalan Angka melalui
Metode Bermain Balok Angka Anak Usia Dini Kelompok A di Tk Sriwidari
Desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dan kuantitatif dengan subjek penelitian anak kelompok A1 yang
berjumlah 11 anak. Alat pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu
observasi dan dokumentasi. Metode observasi sebagai metode pokok, sedangkan
metode dokumentasi sebagai pelengkap dan penunjang bagi peneliti. Data
dianalisis secara reduksi data, display data dan verifikasi atau penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat peneliti simpulkan bahwa
kemampuan kogntiitf matematika anak kelompok A lebih optimal apabila guru
lebih maksimal menggunakan media balok berdasarkan indikator yang ingin
dicapai, hal ini dapat memberikan pengelaman belajar secara langsung dengan
bermain balok angka, bermain secara kelompok, memberi kesempatan untuk
berpendapat melalui tanya jawab, juga melakukan pengulangan dan evaluasi.
Dari hasil data observasi bahwa diperoleh 4 anak mulai berkembang, dan 7 anak
belum berkembang.
Kata kunci : Metode Bermain, Balok Angka, dan Kognitif.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ .ii
NOTA DINAS ...................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ...................................................................................... ...1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................... ..................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................... ........................................ 5
E. Tujuan Penelitian ........................................... .......................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................... ........................................ 6
BAB II KAJIAN PUTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................................. 8
1. Hakikat Metode Bermain ................................................................... 8
a. Pengertian Bermain ........................................................................ 8
b. Tahapan Perkembangan Bermain .................................................. 9
c. Fungsi dan Manfaat Bermain ...................................................... 11
2. Hakikat Balok Angka........................................................................ 13
a. Pengertian Balok .......................................................................... 13
b. Manfaat Permainan Balok Angka ................................................ 15
c. Tahapan-Tahapan Bermain Balok Angka .................................... 16
3. Hakikat Kemampuan Kognitif AUD ............................................... 17
x
a. Pengerian Kognitif ....................................................................... 17
b. Perkembangan Kognitif Anak...................................................... 18
c. Teori-Teori Kognitif AUD ........................................................... 20
d. Teori Kognitif dalam Pandangan Islam ....................................... 21
B. Kerangka Berpikir ................................................................................. 22
C. Penelitian Relavan .................................................................................. 23
D. Hipotesis Tindakan ................................................................................. 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 25
B. Desain Penelitian .................................................................................... 25
1. Jenis Penelitian ................................................................................. 25
2. Lokasi ............................................................................................... 26
3. Waktu ................................................................................................ 26
C. Subjek ..................................................................................................... 27
1. Data Anak ......................................................................................... 27
2. Data Guru .......................................................................................... 28
D. Prosedur Tindakan .................................................................................. 29
1. Siklus I .............................................................................................. 30
a. Perencanaan ................................................................................. 30
b. Pelaksanaan .................................................................................. 30
c. Tindakan ....................................................................................... 31
d. Refleksi ........................................................................................ 31
2. Siklus II ............................................................................................. 32
a. Perencanaan ................................................................................. 32
b. Pelaksanaan .................................................................................. 33
c. Tindakan ....................................................................................... 33
d. Refleksi ........................................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 35
xi
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 36
G. Teknik Instrumen Penelitian .................................................................. 38
H. Indikator Keberhasilan ........................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Awal Sebelum................................................................................ 80
B. Pelaksanaan Tindakan Kelas ......................................................................
C. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas ...........................................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Data Anak Kelompok A1
Tabel 3.3 Data Guru Tk Sriwidari
Tabel 3.4 Tabel Konvensi Persentase
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Kognitif
Matematika Berbasis Kelompok
Tabel 3.6 Rubik Pedoman Observasi Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Matematika
Tabel 3.7 Persentase Indikator Penilaian
Tabel 3.8 Rubrik Observasi Kemampuan Kognitif
Tabel 3.9 Rekapitulasi Kemampuan Kognitif
Tabel 4.1 Hasil Pra Tindakan Kemampuan Kognitif Matematika Melalui
Metode Bermain Balok Angka
Tabel 4.2 Hasil Siklus I Perkembangan Kognitif Matematika Menggunakan
Balok Angka
Tabel 4.3 Hasil Siklus II Perkembangan Kognitif Matematika Menggunakan
Balok Angka
Tabel 4.4 Tabel Rekapitulasi Metode Bermain Menggunakan Balok Angka
untuk Mengembangkan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk
Swidari desa Kepongpongan
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pra Tindakan Kemampuan Anak Menggunakan Metode Bermain
Balok Angka
Grafik 4.2 Rekapitulasi Pra Tindakan dan Siklus I Metode Bermain Balok
Angka untuk Kemampuan kognitif
Grafik 4.3 Rekapitulasi Pra Tindakan, Siklus 1 dan Siklus II Kemampuan
Kognitif Anak Menggunakan Metode Bermain Balok Angka
Grafik 4.4 Rekapitulasi Metode Bermain Menggunakan Balok Angka untuk
Mengembangkan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk
Swidari desa Kepongpongan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
siapapun, termasuk bagi anak. Pada saat ini banyak sekaali pendidikan
yang diberikan kepada anak pra sekolah yang dikenal dengan istilah
pendidikan anak usia dini, bertujuan untuk memberikan bekal dasarbagi
kehidupan anak dimasa yang akan datang sekaligus mempersiapkan
anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Karena pada usia nol
sampai usia delapan tahun merupakan rentang usia kritis (Mursid 2014).
Menurut NAEYC (National Associaton for the Education of
Young Children), berpendapat bahwa anak usia dini adalah dimana anak
berada pada rentang usia 0-8 tahun mencakup dalam program
pendididkan di TPA (tempat penitipan anak), pendidikan prasekolah
negeri maupun swasta, Tk atau SD tingkat awal (Mukni Amini 2014).
Pendidikan anak usia dini adalah masa yang menentukan
perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab pendidikan
yang dimulai dari anak usia dini yang akan membekas dengan baik jika
pada masa perkembangannya dilalui suasana yang baik dan harmonis,
serasi dan menyenangkan.
Peraturan pemerintah No.58 Tahun 2009 Tentang standar
pendidikan Anak Usia Dini bahwa salah satu unsur yang harus ada
dalam kurikulum pendidikan anak usia dini sebagai lingkup
perkembangan terdapat : Perkembangan agama dan mora; b) Fisik
motorik; c) Kognitif; d) Bahasa; e) sosial emosional.
Dalam undang-undang sisdiknas nomor 20 tahaun 2003,
peraturan tentang pendidikan anak usia dini pasal 1 ayat 1, bahwa :
“Pendidikan Anak Usia Dini merupaka suatu upaya pembinan ditujukan
kepada anak usia 0-6 melalui pemberian rangsangan pendidikan
bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
serta rohani supaya anak mempunyai kesiapan dalam melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya.
2
(Dr Nusa Putra 2016) Menurut Shapiro (1997: 184&283)
menyarankan belajar melalui permainan yang menyengkan dan
menantang. Kegiatan bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak
adalam mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri, orang lain,
dan lingkungannya. Bermain merupakan awal dari semua fungsi kognitif
selanjutnya, oleh karena itu bermain dangat penting bagi anak-anak.
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan kognitif matematika yang
dapat dilakukan adalah menggunakan metode bermain dengan balok
angka.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah proses yang tak
terhindarkan ketika otak menjadi matang, pikiran menjadi matang, dan
pemahaman meningkat. Sedangkan menurut Malkus, Feldman dan
Gardner dalam Sujiono (2013:78) bahwa perkembangan kognitif sebagai
kapasitas untuk bertumbuh, menyampaikan dan menghargai maksud
dalam penggunaan sistem simbol yang secara kebetulan ditonjilkan
dalam bentuk pengaturan. Menurut Suyanto (2005) matematika atau
berhitung sangat penting dalam kehidupan kita. Setiap hari, bahkan
setiap menit kita menggunakan matematika. Pada saat belanja,
menghitung jumlah benda, menghitung waktu, tempat, jarak dan
kecepatan merupakan fungsi matematika, maka dari itu matematika
sangat penting bagi kehidupan kita, termasuk anak usia dini. Dalam Al-
qur’an membahas tentang penjumlahan, Allah berfirman :
ث مائت سنيه وٱزدادوا تسعا [٥٢]سىرة الكهف, ٥٢ ولبثىا في كهفهم ثل
Artinya : “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi)” [Al Kahf : 25]
Ayat ini menerangkan tentang lamanya waktu pemuda Al-Kahfi yang
tinggal di dalam gua, yaitu 300 ditambah 9 tahun menjadi 309 tahun.
Media balok Cuisenaire merupakan salah satu alat permainan
edukatif. Dengan menggunakan media ini, anak tidak hanya bermain
medianya saja, tetapi dapat mengenal lambang bilangan 1-10, dan
berperan penting dalam mengembangkan keemampuan dasar
3
matematika bagi anak usia dini sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh
Cucu Eliyawati (2005, hlm.69) bahwa balok cuisenaire diciptakan untuk
mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan lambang
bilangan, dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar.
Diharapkan dengan media balok anak mampu mengenal lambang
bilangan dan meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak usia
dini.
Berdasarkan hasil observasi mengenai Perkembangan Kognitif
yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Sriwidari kecamatan Talun
kabupaten Cirebon, menemukan fakta bahwa kemampuan kognitif
matematika anak kelompok A masih kurang optimal karena anak
kelompok A sebagian anak belum mampu menyebutkan nama bilangan
1-10 saat ditunjuk lambang bilangannya. Saat diajak untuk menyebutkan
secara bersamaan terlihat mampu walaupun hanya membuka mulut
tanpa mengucapkannya, ada yang secara berurutan mampu dan bisa
menyebutkan 1-10 namun ketika diacak anak masih bingung dan keliru
menyebutkannya. Sebagian anak belum mampu menyebutkan bilangan
sesuai jumlah gambar benda yang berkisar 1-10, anak belum mampu
mencocokan jumlah gambar sesuai dengan lambang bilangan, beberapa
anak yang masih belum mampu membuat gambar sesuai lambang
bilangan, anak masih belum mengetahui dan membuat bentuk lambang
bilangan 1-10 ada yang tidak tahu bentuk 4 (empat) itu bagaimana, ada
yang sudah mengetahui namun terbalik arahnya. Selain itu pembelajaran
dalam mengenal lambang bilangan lebih sering menggunakan LKA dan
buku tulis, kegiatan belajar kurang menggunakan permainaan, dan alat
peraga untuk membilang kurang berbagai variasi, hanya menggunakan
alat peraga yang sudah sering digunakan seperti menghitung jumlah
sedotan, berhitung dengan kartu angka.
Dari jumlah 23 anak didik yang terdiri dari 11 anak perempuan
dan 12 anak laki-laki, hanya 10 anak yang bisa mengikuti kegiatan
bilangan dan yang 13 anak belum dapat mengenal lambang bilangan
secara urut dan acak. Penyebabnya karena kurangnya media yang
menarik dan alat permainan yang mampu menimbulkan semangat anak
dalam melakukan kegiatan mengenal lambang bilangan, maka perlu
4
distimulasi melalui permainan balok angka supaya anak-anak merasa
tertarik dan senang dalam kegiatan mengenal lambang bilangan pada
kelompok A usia 4-5 tahun di Tk Sriwidari Desa Kepongpongan
Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “METODE BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN
BALOK ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOGNITIF MATEMATIKA ANAK KELOMPOK A TK
SRIWIDARI DESA KEPONGPONGAN KECAMATAN TALUN”.
5
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, terdapat beberapa
masalah. Adapun masalahnya sebagai berikut:
1. Anak kelompok A TK Siwidari belum dapat mengetahui lambang
bilangan 1-10 secara acak
2. Anak kelompok A TK Sriwidari belum dapat mengurutkan angka 1-
10
3. Anak kelompok A TK Sriwidari belum dapat meniru membuat
angka 1-10
4. Anak kelompok A TK Sriwidari belum dapat membuat bentuk
sesuai lambang bilangan
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka perlu dibatasi masalahnya
sebagai berikut. Metode Bermain Menggunakan Balok Angka Dalam
Meingkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Kelompok A Usia 3-4
tahun di TK Sriwidari tahun 2019/2020.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dirumuskan suatu
permasalahan yaitu Bagaimana Penggunaan Metode Bermain dengan
Mengggunkan Balok Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Matematika Anak Kelompok A TK Sriwidsri Kecamatan Talun
Kabupten Cirebon ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah untuk
mengetahui meningkatnya Pengenalan Angka melalui Metode Bermain
Balok Angka Anak Usia Dini Kelompok A di Tk Sriwidari Desa
Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
6
F. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya Pelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan perbaikan
pembelajaran, banyak sekali manfaat bagi sekolah, guru dan anak.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah menjadi salah satu acuan teori
dan praktek serta tolak ukur dalam mengetahui metode bermain
menggunakan balok angka dalam meningkatkan kemampuan
kognitif matematika anak kelompok A di sekolah. Bisa dijadikan
untuk penelitian lain berhubungan dengan meningkatkan
kemampuan kognitif anak kelompok A Tk Sriwidari desa
Kepongpongan kecamatan Talun kabupaten Cirebon.
a. Hasil dari penelitian memberikan sebuah pemikiran terhadap
pengembangan strategi pembeajaran khususnya pembelajaran
untuk meningkatkan pengenalan anak yaitu dengan permainan
balok angka.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya dengan pokok permasalahan yang hampir
sama dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi sekolah:
1) Sekolah bisa menerapkana metode pembelajaran pengenalan
angka yang tepat yaitu melalui permainan balok angka
sehingga kualitas pendidikan anak meningkat.
2) Sekolah menjadi lebih maju karena menerima pemikiran yang
positif yang tercermin dari peningkatan profesional para guru,
perbaikan proses dan hasil belajar anak.
3) Sekolah mendapatkan kontribusi yang baik dalam
peningkatan proses pembelajaran untuk semua bidang
pengembangan.
b. Manfaat bagi guru:
1) Memberikan pengetahuan mengenai metode bermain
menggunkan balok angka meningkatkan kemampuan anak
kelompok A dan menambah ilmu tentang penelitian.
7
2) Guru mengetahui dan menerapkan metode pembelajaran
pengenalan angka melalui permainan balok angka, sehingga
kemampuan guru dapat berkembang dalam menambah
inovasi pembelajaran yang terkait dengan matematika.
3) Guru untuk memperbaiki kinerja dalam perbaikan
pembelajaran dalam peningkatan pengenalan angka pada
anak.
c. Manfaat bagi anak:
1) Meningkatkan inisiatif anak untuk berhitung melalui metode
bermain balok angka sambil belajar.
2) Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan
bentuk-bentuk geometri dengan lambang bilangan.
3) Minat dan motivasi belajar anak akan meningkat melalui
metode pembelajaran yang menyenangkan.
80
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Metode Bermain
a. Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-
anak, sebagian besar dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf
Yunani, Plato merupakan orang pertama yang menyadari dan
melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan
lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain.
Menurut Plato bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa alat yang
dipergunakan alat yang memberikan pengertian, memberikan
informasi, kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi
anak (Barnawi 2016).
Menurut Montessori bermain adalah kerja anak-anak yang
sesungguhnya atau lebih dari sekedar belajar (Britton, 1992: 20).
(Suyadi M.Pd.I & Maulidya Ulfah 2012)
Menurut Smith and Pellegrini merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-
cara yang menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir,
fleksibel, aktif dan positif (Musfiroh 2008).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang dibutuhkan oleh anak guna memperluas pengetahuan anak
dengan cara yang menyenangkan.
b. Tahapan Perkembangan Bermain
Menurut Piaget tahapan kegiatan bermain adalah sebagai
berikut.
1) Permainan Sensori Motorik (3/4 bulan-6 bulan).
Kegiatan ini merupakan kenikmatan yang diperoleh seperti
kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi, permainan
9
sensori merupakan pengalaman dari hal-hal sebelumnya dan
disebut reproductive assimilation.
2) Permianan Simbolik (2-7 tahun).
Permainan simbolik merupkan ciri periode pra-operasional
yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan
bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini, anak
lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba
berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang,
kuintitas dan sebagainya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (8-11 tahun). Anak
lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules
tempat kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh
peraturan permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun
keatas) Kegitan bermain lain yang memiliki aturan adalah
olahraga.kegiatan ini menyenangkan dan dinikmati anak-
anak.
Sedangkan Menurut Hurlock tahapan bermain adalah sebagai
berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Merupakan kegiatan mengenai objek atau orang lain,
mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya
lalu mengamatinya. Penjelajahan akan lebih luas ketika anak
sudah dapat merangkak karena akan semakin banyak
mengenal benda disekitarnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Karena
antara usia 2-3 tahun itu hanya mengamati alat
permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-
anak di Taman Kanank-Kanak biasanya bermain dengan
boneka dan mengajaknya bercakap atau layaknya seperti
teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
10
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah
dasar. Pada masa ini jenis aminan anak semakin bertambah
banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama
kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk
permainan lain yang dialkukan oleh orang dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali saat anak mendekati pubertas, dimana
anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang
tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk
melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai
perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang
dipahami oleh orang lain. (Kurnia 2012)
Adapun tahapan bermain disesuaikan dengan kondisi sosial
anak-anak. Parten mengemukakan enam tahapan bermain
bagi anak usia dini, yaitu:
a) Unoccupied, anak memperhatikan dan melihat segala
sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-
gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak
terkontrol;
b) Solitary, anak dalam sebuauh kelompok tengah asyik
bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat
permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama
lain dan tidak peduli terhadap apapun yang terjadi;
c) Onlooker, anak melihat dan memperhatikan serta
melakukan komunikasi dengan anak-anak lain namun tidak
ikut terlibat dalam aktivitas bermain yang tengah terjadi;
d) Parallel, anak-anak bermain dengan alat-alat permainan
yang sama, tetapi tidak tejadi kontak antara satu dengan
yang lain atau tukar menukar alat main;
e) Associative, anak bermain bersama saling pinjam alat
permainan, tetapi permainan itu tidak mengarah pada satu
tujuan, tidak ada pembagian peran dan pembagian alat main;
11
f) Cooperative, anak-anak bermain dalam kelompok
terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan
membuat sesuatu yang nyata, dimana setiap anak
mempunyai pembagian peran sendiri. Pada tahap bermain
jenis cooperative, terdapat satu atau dua anak yang bertugas
sebagai pemimpin atau pengarah jalannya permaianan
(Rohmah 2016)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa tahapan bermain merupakan suatu
proses dalam menerima rangsangan berdasarkan atau sesuai
usia anak.
c. Fungsi dan Manfaat Bermain
Dalam buku konsep dasar PAUD, Suyadi M.Pd.I &
Maulidya Ulfah (2012) menyebutkan bahwa Montessori
mengemukakan manfaat bermain:
1. Menyenangkan hati anak anak akan merasa dirinya
nyaman ketika bermain tidak merasa tertekan,
2. Meningkatkan keterampilan anak anak dapat mengenal
dan memahami benda disekitar tanpa disadari
3. Meningkatkan perkembangan anak
4. Anak dapat Memecahkan masalah
5. Menanamkan rasa tanggung jawab pada anak karemna
bermain adalah sama dengan bekerja bagi orang dewasa
Fungsi dan manfaat bermain meliputi aspek perkembangan
seperti diuraikan berikut:
(Elfiadi 2016) Perkembangan Kognitif melalui kegiatan bermain
anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah
yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan
intelektualnya.
1. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain bagaikan
laboratorium bahasa anak, memperkaya pembendaharaan
kata anak dan melatih kemampuan komunikasi anak.
12
2. Perkembangan Moral Bermain dapat membantu anak
dalam menumbuhkan sikap jujur, menerima kekalahan,
menjadi pemimpin yang baik, berenggang rasa dan
sebagainya.
3. Perkembangan Sosial dan Emosional Bermain bersama
dapat menumbuhkan rasa belajar membina hubungan
dengan sesamanya.
Perkembagan Fisik Kegiatan bermain anak untuk
mengerakan dan melatih seluruh otot tubuhnya.
Perkembangan Kreativitas Bermain dapat merangsang imajinasi
anak dan memberikan kesempatan untuk menuangkan ide
gagasannya tanpa merasakan takut.
Adapun manfaat main bagi anak usia dini dalam buku (Mukthtar
2016) yang sangat penting di antaranya:
a. Aspek fisik
Anak dapat melakukan kegiatan yang melibatkan
gerakaan-gerakan tubuh yang mmembuat anak menjadi
sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat, sehingga akan
merangsang kecerdasan bodly kinestetic-nya baik dalam
bentuk motorik kasar ataupun motrik halus.
b. Aspek Sosial emosional
Anak merasa senang ketika bersama teman yang lain
bermain bersama-sama. Di thun-tahun pertama kehidupan,
orangtua merupakan teman bermain yang utama bagi anak.
Ini akan membangun kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal anak.
c. Aspek Kognitif
Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai objek-
objek tertentu seperti: benda dengan permukaan kasar
halus, rasa aman, manis dan asin. Anak belajar bahasa dan
berkomunikasi timbal balik. Anak akan memerhatikan
sesuatu, memusatkan perhatian mengamati dan
melakukan, dengan melihat buku-buku bergambar akan
13
terbangun kecerdasan linguistik, spasial visual, dan logic
mathematic.
d. Aspek Seni
Kemampuan dan kepekaan anak untuk menikuti irama,
nada berbagai bunyi, gerak serta menghargai hasil karya
yang kreatif. Anak akan terbangun kecerdasan musical,
linguistik, dan bodly kinestetic.
e. Mengasah Ketajaman Pengindraan
Pengindraan anak perlu diasah agar anak
f. Media terapi
Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena
selama bermaain perilaku anak lebih bebas. Untuk
melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh ahlinyadan tidak
dilakukan sembarangan.
g. Media Intervensi
Bermain daapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau
pemusaatan perhatian pada tugas tertentu. Contohnya pada
hambatan perkembangan bahasa, sosial, komukasi.
Menurut Sylvia Ashton Warner (1963) dalam Soendari &
Wismiarti (2010), “kata pertama harus bermakna bagi
anak.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat bermain yaitu
meningkatkan segala aspek kemampuan anak baik
pengembangan baik nilai agama moral, pengetahuan
umum sekitar (kognitif), bahasa, sosial emosional, motorik
anak, dan seni.
2. Hakikat Balok Angka
a Pengertian Balok
Konsep bermain balok pertama kali dikembangkan oleh
Caroline Pratt, 1890. Dengan keahliannya mengolah kayu,
Caroline menciptakan pendekatan belajar melalui balok. Dengan
bantuan balok anak menggunakan seluruh kekuatan mentalnya,
14
menemukan hal-hal yang berhubungan membuat kesimpulan-
kesimpulan ia belajar untuk berpikir. (purwanti 2013)
Menurut Chambel permainan balok merupakan aktifitas
otot besar dimana permainan ini dapat mengembangkan
koordinasi mata dan tangan melatih keterampilan motorik halus,
melatih anak dalam pemecahan masalah, permainan yang
memberikan anak kebebasan berimajinasi, sehingga hal-hal baru
dapat tercipta. (Chambel 1997).
Sedangkan menurut Mulyadi bermain balok adalah jenis
kegiatan yang kontruktif, dimana anak mampu membangun
sesuatu dengan menggunakan balok-balok yang disediakan. Hal
itu juga senada dengan pendapat Chandra mengatakan bahwa
bermain balok adalah kemampuan dalam mengonstruksi struktur
yang digunakan oleh anak untuk mengungkapkan ide-ide kreatif
(Chandra 2008).
Konsep bermain balok pertama kali dikembangkan oleh
Caroline Pratt, 1890. Dengan keahliannya mengolah kayu,
Caroline menciptakan pendekatan belajar melalui balok. Dengan
bantuan balok anak menggunakan seluruh kekuatan mentalnya,
menemukan hal-hal yang berhubungan membuat kesimpulan-
kesimpulan ia belajar untuk berpikir. (purwanti 2013)
Balok angka adalah suatu media visual yang terbuat dari
kayu mempunyai bentuk yang dapat dillihat dan digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini.
Balok angka merupakan media yang diciptakan oleh Montessori
pada tahun 1909(Hainshtock, 1909;90). Media ini terbuat dari
kayu berbentuk persegi panjang terdiri dari sepuluh unit balok
dengan warna merah dan biru. Setiap segmen warna merah dan
biru memiliki jumlah 1 balok. Balok pertama mempunyai ukuran
terpendek adalah merah. Balok kedua yaitu dua kali ukuran
balok yang pertama dengan setengah balok berwarna merah dan
setengahnya biru. Balok ketiga adalah tiga kali ukuran balok
pertama menjadi dibagi tiga bagian yaitu merah, biru, merah.
15
Sedangkan angka-angka pada balok terdiri dari angka 1 sampai
10.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan
bahwa bermain balok salah satu cara menggunakan alat edukatif
diharapkan mengenal konsep bilangan anak dapat berkembang.
Karena saat anak membuat suatu bangunan anak terlebih dulu
akan memilih jumlah balok yang dipakai, yang memiliki bentuk
yang sama, warna sama kemudian membentuknya menjadi suatu
bangunan.
b Manfaat Permainan Balok Angka
Menurut Jalal, (2002 : 35 ) adapun manfaat yang diperoleh anak
melalui bermain balok angka sebagai berikut:
1. Pengembangan fisik; yang mencakup koordinasi,
persespsi visual, pengembangan motorik, orientasi
spasial/ruang, dan koordinasi motorik bagus.
2. Sosial Emosional, pengembangan kompetensi,
kesuksesan, harga diri, kemandirian, inisiatif, persamaan,
kerjasama, negosiasi, kompromi,
responsibilitas/tanggung jawab, kepemimpinan, konsep
ilmu sosial, dan emosi yang wajar.
3. Kreativitas; asosiasi, hubungan, pemecah masalah,
mencari solusi baru dan eksplorasi sensori.
Hal ini sesuai pendapat dalam jurnal
(yulianinngsih 2019) menyatakan manfaat permainan
balok yaitu:
a. Memperkenallkan anak bermacam bentuk balok
b. Memotivasi untuk membuat sesuatu dari bentuk
balok
c. Mengembangkan kreatifitas sesuai daya imajinasi
anak
d. Mengembangkan kognitif dalam hal berpikir
khususnya dalam berhitng permulaan yaitu
mengenal konsep bilangan dengan mudah.
16
Menurut (Rachmat 2017) manfaat bermain balok yaitu:
i) Anak menjadi kreatif
ii) Fleksibel dalam berpikir
iii) Senang menjajaki lingkungannya
iv) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
v) Suka menerima rangsangang
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
manfaat permainan balok merupakan suatu kegiatan untuk
meningkatkan kreatifitas anak, berfikir logis terutama dalam
meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak.
c Tahapan- tahapan Bermain Balok Angka
Menurut Essa (2001:299) terdapat tahapan-tahapan
menggunakan balok angka untuk mengenalkan lambang
blilangan sebagi berikut:
1) One-to-one correspondence, korrespondensi satu-satu
adalah cara dimana anak mulai memahami tentang
konsep bilangan dengan cara mencocokkan item yang
sesuai dengan item yang lain. Anak menyebutkan satu
balok yang jumlahnya satu, menunjuk dua balok yang
jumlahnya dua.
2) Rote counting, menghafal bilangan merupakan
kemampuan mengulang angka-angka, membilang yang
akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah
angka.
3) Retional counting, menghitung rasional dimana anak
akurat menempel nama angka untuk serangkaian objek
yang dihitung, sehingga anak mengerti makna angka dan
pengenalannya.
Anak-anak usia lima tahun mengembangkan pengertian
lebih baik tentang bilangan dan nama bilangan. Mereka
menghitung keping coklat pada eskrim dan tertarik untuk
menulis angka bilangan dan mempelajari bilangan hal ini
dituturkan oleh (Shapiro, 1995:393).
Adapun tahapan bermain balok antara lain:
17
1. Anak dapat dibagi menjadi beberapa kelompok ataupun
dapat bermain sendiri
2. Anak diberikan berbagai macam jenis balok
3. Anak menyusun balok tersebut menjadi suatu bangunan
sesuai dengan keinginannya sendiri atau sesuai instruksi
4. Anak mnyusun jumlah balok yang dipakai untuk
membuat bangunan tersebut, menyusun bentuk balok
yang sama dan warna balok yang sama.
Sedangkan menurut Bredekamp dan Copple anak usia 5-6
tahun dapat memilih balok berdasarkan warna, bentuk, dan
ukuran, anak dapat menyusun balok berdasarkan urutan terkecil ke
yang terbesaar bahkan sebaliknya.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
tahapan bermain balok merupakan kegiatan dilakukan dengan
berbagai macam agar anak merasa tertarik
3. Hakikat Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini
a. Pengertian Kognitif
Menurut Sumiarti Patmonodewo (1994; 39), perkembangan
kognitif yaitu menunjukkan perkembangan dari cara anak
berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasi berbagai
cara berpikir dalam menyelesaikan sebuah masalah dapat di
pergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.
Sedangkan Menurut Pudjiarti kemampuan kognitif dapat
diartikan dengan kemampuan untuk mempelajari keterampilan
dan konsep bar, keterampilan untuk memahami apa yang
terjadi dilingkungannya serta kemampuan menggunakan daya
ingat dalam menyelesaikan soal-soal sederhana (Khadijahh
2016) hal. 31.
Sementara Menurut Piaget dalam Asrul dkk menjelaskan
bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan
syaraf. (Asrul 2016) h. 188
18
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, penulis
menyimpulkan bahwa kognitif merupakan suatu perkembangan
sistem syaraf memperlajari konsep kemampuan anak dalam
berpikir secara nyata bertujuan agar dapat menyelesaikan
masalah sendiri.
b. Perkembangan Kognitif Anak
Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif dalam
empat tahapan, masing-masing berhubungan dengan usia dan
tersusun dari pemikiran yang berbeda beda. Tahapan Piaget itu
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Menurut Desmita dalam Asrul dkk tahap ini bayi
menyusun pemahaman dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman sensor dengan
tindakan fisik seperti menanggapi dan menyentuh.
Karekteristiknya anak yang berada pada tahap ini
sebagai berikut:
a. Berpikir melalui gerakan
b. Gerakan refleks
c. Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya
d. Cenderung intuitif, egosentris, tidak rasioanal
dan tidak logis.
2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Tahap ini anak mulai melakukan sesuatu sebagai
hasil meniru dan mengamati sesuatu model tingkah
laku dan mampu melakukan simbolisasi
3. Tahap Operasional-konkrit (7-11)
Tahap ini anak mulai bisa berpikir logis
mengenai peristiwa konkrit.
4. Operasional Forrmal (11 tahun-dewasa)
Pada tahap ini anak mulai berpikir dengan cara
yang lebih abstrak, logis dan idealistik.
19
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seorang
terjadi melalui tiga tahap yang diteentukan oleh cara
dia melihat lingkungannya. Tahap pertama adalah
tahap en-aktif, dimana individu melakukan aktivitas-
aktivitas untuk memahami lingkungannya. Tahap
kedu adalah tahap ikonik dimana ia melihat dunia
atau lingkungannya melalui gambar-gambar atau
visualisasi verbal. Tahap simbolik dimana ia
mempunyai gagasan secara abstrak yang banyak
dipengaruhi bahsa dan logika; komunikasi dilakukan
dengan bantuan simbol sistem. (Ibid h. 191).
Pengembangan kognitif anak usia dini diarahkan
pada pengembangan auditory, visual, taktil,
kinestetik, aritmatika, geometri, dan sains.(Khadijah,
Op.cit., h.50).
Makin dewasa semakin dominan sistem simbol
seseorang. Untuk belajar sesuatu, Bruner berpendapat
tidak perlu menunggu sampai anak mencapai suatu
tahap perkembnagn tertentu. Apabila bahan yang
diberikan sudah diatur dengan baik, maka individu
dapat belajar meskipun umurnya belum memadai.
Dengan kata lain, perkembangan kognitif seseorang
dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang
akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Prinsip-prinsip belajar Bruner adalah sebagai
berikut. Makin tinggi tingkat perkembnagan
intelektual, makin meningkat pula ketidak
tergantungan individu terhadap stimulus yang
diberikan. Pertumbuhan seseorang tergantung pada
perkembangan kemampuan internal untuk
menyimpan dan memproses informasi. Data yang
diolah atau informasi yang diterima dari luar perlu
diolah secara mental. (Yaumi 2013)
20
Perkembangan intelektual meliputi peningkatan
kemmpuan untuk menguatkan pendapat dan gagasan
melalui simbol. Untuk mengembangkan kognisi
seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara
pengajar dan peserta didik. Dalam perkembangan
kognisi seseorang, semakin tinggi tingkatannya
semakin meningkat pula kemampuan untuk
memikirkan beberapa alternatif secara serentak dan
kemampuan untuk memberikan perhatian terhadap
beberapa stimulu dan situasi sekaligus. (Wendi 2013)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan
kognitif merupakan suatu langkah satu demi langkah
dalam menerima pengetahuan sesuai usia dan dapat
dilakukan juga diekspresikan masing-masing anak.
c. Teori-Teori Kognitif Anak Usia Dini Menurut Ahli
Teori kognitif berhubungan dengan bagaiman kita
memperoleh, memproses dan menggunakan informasi. (Kholis
2009)
1. Teori Uni Factor Teori ini dikenal sebagai teori
kapasitas umum, menurut teori ini intelegensi
merupakan kapasitas atau kemampuan umum
2. Teori Two Factor Intelegensi berdasarkan suatu faktor
mental umum
3. Teori Multi Factor Teori ini mengatakan intelegensi
terdiri dari bentuk hubungan neural antara stimulus
dengan respon
4. Teori Sampling Goldfrey H. Thomson mengajukan
teorinya yang disebut dengan teori sampling. Menurut
teori ini :intelegensi merupakan berbagai kemampuan
sampel. Dunia berikan dari bebragai pengalaman.
Inlegensi terbatas pada sampel dari kemampuan atau
pengalaman dunia nyata”.ibid, h. 34
21
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah
kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa
mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan,
menduga dan menilai. Kognisi menunjukan pada
konsep tentang pengenalan. “Teori kognitif
menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada
variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi
seseorang. (Mulyati 2005)
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa teori kognitif yaitu suatu ilmu tentang
perkembangan dan pengetahuan umum yang dapat di
temukan di lingkungan sekitar dengan tujuan
mengembangkan kemampuan anak yang sudah
dimiliki.
d. Teori Perkembangan Kognitif dalam Pandangan Islam
Agama islam menjelaskan bahwa manusia pada saat
dilahirkan tidak mengetahui apapun, tetapi Allah memberikan
kemampuan mendengar, melihat, meraba, merasa, dan hati
untuk mendaptkan pengetahuan, penjelasan ini terdapat dalam
Al-Qur,an surat An-Nahl/16:78:
تكم ل تعلمىن شي ه ه بطىن أمه أخرجكم م ر وٱأف وٱلله دةة ا وجع لكم ٱلسهم وٱأب
٨٧لعلهكم تشكرون
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”
Ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas bahwa:
Kemampuan mendengar, melihat, dan berpikir manusia
berkembang secara bertahap. Semakin dewasa seseorang
semakin berkembang kemampuannya dan akan semakin
mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Hikmah
22
diciptakan kemampuan berpikir manusia secara bertahap agar
dia mampu menjalankan ketaatannya kepada Tuhan. (sit 2015)
Kemampuan manusia berkembang sesuai usianya
sehingga dalam ajaran islam menjelaskan bahwa anak-anak
tidak dibebani dosa atas perbuatannya. Hal ini berdasarkan
pada kemampuan berpikir manusia dalam menerima syariat
islam. Rasulullah menunjukan sikap memahami perkembangan
kemampuan berpikir pada anak-anak, ketika hasan dan husein
cucu Rasul naik ke punggungnya ketika sedang sholat beliau
memperpanjang sujudnya, sampai kedua cucunya turun. Beliau
tidak menegur cucunya sebab beliau memahami hal ynag
dilakukan Hasan dan Husein bukan sebuah kesalahan karena
meraka belum memahami tidak boleh mengganggu orang yang
sholat.
B. Kerangka Berpikir
Anak didik Taman Kanak-kanak Sriwidari sebagian besar masih
mengalami kesulitan dalam kegiatan berhitung. Kondisi ini diamati
sebagai masalah yang harus diatasi. Salah satu cara diantaranya dengan
memberikan rangsangan supaya anak-anak didik Taman Kanak-kanak
Sriwidari dapat meningkatkan kemampuan dalam berhitung.
Rangsangan ini dapat kita berikan melalui permainan dengan mediaa
balok angka. Metode ini sangat menarik bagi anak-anak Taman Kanak-
kanak Sriwidari untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
23
C. Penelitian yang Relavan
1. Penelitian oleh Lukiyana Alfianti dalam observasinya yang
jberjudul Pengembangan Kemampuan Berhitung menggunakan Alat
Permainan Edukatif Balok Angka kelompok A di RA Mashyitoh
bahwa dapat disimpulkan bahwa hubungan signifikan antara
penggunaan alat edukatif balok angka terhadap kemampuan
berhitung, adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel x
terhadap y adalah sebanyak 75% dilakukan dua siklus.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianingsih, dkk berjudul
Penerapan Permainan Balok Angka untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Permulaan Anak kelompok B di TA Al
Kautsar diperoleh dari hasil temuan data dan pembahasan yaitu
melalui penerapan permainan balok angka untuk meningkatkan
kemampuan berhitung permulaan pada anak yang rentang usia 5-6
tahun, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan presentase
mencapai 50%.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Vitri Purwanti dalam judul
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan
Balok Angka pada Anak kelompok B di TK Universal Ananda
Kondisi
Awal
Tindakan
KBM sebelum menggunalanmedia balok angka
Perkembangan kognitif matematika Anak kurang sekali
KBM setelah menggunalanmedia balok angka siklus I dan siklus II
Perkembangan kognitif matematika Anak siklus I cukup baik dan siklus II berkembang baik
24
kesimpulan yang didapat bahwa malalui permainan balok angka
terbukti dari rekapitulasi penilaian kemampuan anak didik dalam
berhitung menggunakan balok angka berkembang sangat baik,
kemampuan anak meningkat menjadi 86%.
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Sugiyono (2010: 96) hipotesis merupakan jawaban sementaraa
terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini sebagai berikut.
Ho : Tidak terdapat peningkatan kemampuan berhitung anak didik Tk
Sriwidari Kelompok A dengan menggunakan balok angka.
Ha : Terdapat peningkatan kemampuan berhitung anak didik Tk
Sriwidari Kelompok A menggunakan balok angka.
80
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan
metode bermain balok angka untuk meningkatkan kemampuan
kognitif anak pada indikator memahami angka, menggunakan
simbol dan mengklasifikasikan dengan metode bermain balok
angka anak kelompok A Tk Sriwidari desa Kepongpongan
kecamatan Talun kabupaten Cirebon.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif menjelaskan peristiwa yang
dilakukan dalam penelitian ini sehingga mendapatkan gambaran
dan penjelasan yang lengkap dalam pelaksanaan tindakan.
Pendekatan kuantitatf digunakan untuk menganalisis data hasil
belajar mengajar atau membandingkan nilai peserta didik
sebelum dan sesudah penelitian tindakan dilakukan. (Hidayat
2016)
B. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classrom Action Research. Menurut Mill
(2000) peneltian tindakan kelas adalah penyelidikan yang
sistematis yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah untuk
mengetahui praktik pembelajaran.
Sedangkan menurut McTaggart dalam Hanurawan,
(2001) penelitian tindakan kelas merupakan langkah-
langkah nyata dalam mencari cara yang paling cocok untuk
memperbaiki keadaan, lingkungan daan meningkatkan
pemahaman terhadap keadaan dan atau lingkungan tersebut.
Menurut Hamzah (2011) penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
26
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
di dalam kelas dengan melalui refleksi diri, dengan tujuan
meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.
2. Lokasi
Dalam penentuan lokasi penelitian Moleong (2017 hlm.
127) berpendapat bahwa lokasi penelitian merupakan tempat
dimana peneliti akan melakukan penelitian terutama dalam
menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya
terjadi dari objek penelitian yang diteliti dalam rangka
mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
Penelitian ini dilaksanakan di Tk Sriwidari desa
Kepongpongan kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Diadakan penelitian ditempat ini karena dalam
perkembangan kognitif matematika anak yang masih belum
berkembang baik.
3. Waktu
Penelitian ini berlangsung selama kurun waktu 3 bulan,
yaitu mulai dari bulan Okober sampai bulan Desember
2019.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Program Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menyiapkan
ijin
penelitian
2 Menyiapkan
ijin
penelitian ke
sekolah
27
3 Perencanaan
4 Siklus I
5 Pengumpula
n Data
6 Siklus II
7 Tahap
penyelesain
Laporan
Data
C. Subjek
Menurut Moleong (2017 hlm. 132) mendeskripsikan
sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang
dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian. Adapun subjek yang menjadi sasaran
pengamatan dan informan pada penelitian ini meliputi kriteria
subjek penelitian sebagai berikut:
1. Data Anak
Kelompok A yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas
A1 berjumlah 11 anak dan kelas A2 berjumlah 12 anak.
Dalam penelitian ini subjek peneltiannya adalah anak-anak
kelompok A1 Tk Sriwidari Tahun Pelajaran 2019-2020
yang berjumlah 11 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki
dan 5 anak perempuan. Berikut data anak kelompok A1:
Tabel 3.2
Data Anak Kelompok A1
28
No Nama Anak L/P
1 AB L
2 AN L
3 AS P
4 DH L
5 DZ P
6 ED L
7 RY L
8 FZ P
9 KHA P
10 LS P
11 DN L
2. Data Guru
Tenaga kependidikan di Tk Sriwidari yang dipimpin
oleh ibu SH dan tenaga pendidik di Tk Sriwidari yaitu
berjumlah 3 yang terdiri 1 guru kelompok B, 1 guru
kelompok A1 dan 1 guru kelompok A2. Berikut data guru
Tk Sriwidari adalah:
Tabel 3.3
Data Guru Tk Sriwidari
No Nama L/P Jabatan Status
Pendidikan
1 SH P Kepala Tk S1
2 SS P Guru S1
3 ES P Guru SI
4 NS P Guru SMA
(sedang men-
empuh S1)
D. Prosedur Tindakan
29
Menurut Suharsimi Arikunta (2002), terdapat empat
komponen dalam prosedur tindakan penelitian yaitu perencanaan
(Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observasing), dan
Refleksi (Reflecting).
Berikut ini skema tindakan kelas menurut suharsimi Arikunta
Gambar 1 Skema Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Kegiatan
awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada yaitu dengan
melakukan observasi dikelas pada saat kegiatan bermain balok angka di
kelompok A1 Tk Sriwidari. Dari hasil kegiatan awal tersebut kemudian
peneliti menetapkan kegiatan bermain balok angka untuk meningkatkan
kemampuan kognitif matematika anak. Adapun penelitian tindakan kelas
sebagai berikut :
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI
SIKLUS I
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PENGAMATAN
PENGAMATAN
REFLEKSI
SIKLUS II
30
1. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap perencanaan ini
sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) yang memuat serangakaian kegiatan pembelajaran
dalam satu hari. Menentukan tema, sub tema, indikator,
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan media
pembelajaran.
2. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
3. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai
kemampuan kognitif matematika anak.
4. Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan
selama pembelajaran dilakukan berupa foto.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan prosedur perencanaan yang telah dibuat
dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi disekolah. Selama
proses pembelajaran berlangsung, guru (peneliti) melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPPH yang telah dibuat kemudian
guru (peneliti) mengamati keterlibatan anak dalam proses
pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan bermain balok
angka. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
31
1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru
memberikan penjelasan tentang materi yang akan
disampakan.
2. Guru memberikan contoh kepada peserta didik tentang
kegiatan cara bermain balok angka.
3. Guru memberikan bimbingan pada peserta didik dalam
kegiatan bermain balok angka.
4. Anak didik mengerjakan kegiatan bermain balok secara
kelompok.
5. Guru melakukan pengamatan pada peserta didik dalam
kegiatan bermain balok angka.
c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung , guru melakukan pengamatan kepada peserta didik
selama kegiatan bermain balok angka berlangsung dan dalam
melakukan pengamatan ini guru menggunakan lembar observasi
atau lembar pengamatan yang telah dibuat untuk mengamati
secara langsung bagaimana perkembangan kognitif matematika
anak saat proses pembelajaran.
d. Refleksi
Tahap ini yaitu tahap refleksi dilakukan pada akhir tiap
siklus dan berdasarkan hasil refleksi inilah dapat diketahui
apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan harapan
peneliti serta untuk mengetahui apakah diperlukan atau tidaknya
siklus selanjutnya.
Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1. Guru memperoleh data dari lembar instrumen observasi.
32
2. Data yang sudah diperoleh dari lembar instrumen observasi
dianalisis kemudian guru/peneliti melakukan refleksi
terhadap hasil observasi.
3. Guru melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi serta
segala hal yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang
telah dilakukan.
Apabila refleksi ini belum berhasil, maka bertujuan
untuk menyusun rencana tindakan perbaikan untuk siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap perencanaan
ini sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) yang memuat serangakaian kegiatan
pembelajaran dalam satu hari. Menentukan tema, sub
tema, indikator, kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dan media pembelajaran.
2. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
3. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi
mengenai kemampuan kognitif matematika anak.
4. Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan
kegiatan selama pembelajaran dilakukan berupa foto.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan prosedur perencanaan yang telah dibuat
dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka
33
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi disekolah.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru (peneliti)
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang
telah dibuat kemudian guru (peneliti) mengamati
keterlibatan anak dalam proses pembelajaran yang
berhubungan dengan kegiatan bermain balok angka.
Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru
memberikan penjelasan tentang materi yang akan
disampakan.
2. Guru memberikan contoh kepada peserta didik
tentang kegiatan cara bermain balok angka.
3. Guru memberikan bimbingan pada peserta didik
dalam kegiatan bermain balok angka.
4. Anak didik mengerjakan kegiatan bermain balok
secara kelompok.
5. Guru melakukan pengamatan pada peserta didik
dalam kegiatan bermain balok angka.
c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung , guru melakukan pengamatan
kepada peserta didik selama kegiatan bermain balok angka
dan dalam melakukan pengamatan ini guru menggunakan
lembar observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat
untuk mengamati secara langsung bagaimana perkembangan
kognitif matematika anak saat proses pembelajaran.
d. Refleksi
34
Tahap ini yaitu tahap refleksi dilakukan pada
akhir tiap siklus dan berdasarkan hasil refleksi inilah dapat
diketahui apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai
dengan harapan peneliti serta untuk mengetahui apakah
diperlukan atau tidaknya siklus selanjutnya. Adapun langkah-
langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Guru memperoleh data dari lembar instrumen observasi.
2. Data yang sudah diperoleh dari lembar instrumen
observasi dianalisis kemudian guru/peneliti melakukan
refleksi terhadap hasil observasi.
3. Guru melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi
serta segala hal yang berkaitan dengan tindakan-tindakan
yang telah dilakukan.
Peneliti dengan adanya perbaikan di siklus II ini peserta
didik lebih aktif dan kreatif lagi dari pada siklus I. Pengamatan
yang dilakukan pada saat observasi pada peserta didik saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini dapat dilihat hasil
peningkatan kemampuan kognitif matematika anak melalui kegiatan
bermain balok angka.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses ini dilakukan untuk mencari data yang diperlukan
peneliti. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara sebagai
berikut:
1. Observasi
Menurut Adler & Adler menyebutkan bahwa observasi
merupakan salah satu dasar fundamental dari semua metode
35
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya
menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia.
Sedangkan menurut Morris mendefinisikan observasi
sebagai mencatat suaatu gejala dengan membantu
instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah
atau tujuan lain.
Adapun menurut Arikunto (2006) observasi adalah
mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan
dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara
langsung ketempat yang akan diselidiki.
Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa observasi atau pengamatan
merupakan suatu tindakan dalam proses mengamati suatu
subjek atau objek dengan cara langsung melihat ke lapangan
untuk mendapatkan data dan hasil dari observasi tersebut.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti ialah dengan cara melakukan observasi pada saat
pembelajaran berlangsung dan mencatatnya pada lembar
instrumen observasi (Rating Scale), kemudian data yang
didapat dari hasil observasi tersebut akan dianalisis. Data
diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang
dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar siswa. Observasi atau pengamatan dalam
penelitian ini dilaksanakan pada saat :
a. Observasi awal sebelum ada tindakan dalam
pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan kognitif awal anak.
b. Pada saat proses pembelajaran setelah ada tindakan yang
bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan
kemampuan kognitif anak yang diharapkan sesuai
dengan tujuan peneliti.
c. Pada saat terakhir proses pembelajaran dalam penelitian
ini untuk mengetahui perkembangan kemampuan
36
kognitif akhir anak setelah dilaksanakannya beberapa
proses tindakan dalam pembelajaran.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015), dokumentasi adalah suatu
cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dalam bentuk buku arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat
mendukung penelitian.
Pada penelitian ini dokumentasi sebagai alat untuk
penilaian seperti foto-foto kegiatan anak saat bermain balok
angka, dokumen yang berisi tentang kegiatan harian anak
pada saat pengamatan berlangsung dan tulisan seperti
penilaian harian anak.
3. Daftar Ceklis
Menurut Casta (2014) daftar ceklis adalah alat
pengumpulan data yang berupa daftar tentang aspek-aspek
perilaku dan kondisi tertentu yang diambil datanya.
Daftar ceklis dalam penelitian ini digunakan saat anak-anak
melaksanakan kegiatan pembelajaran metode bermain
menggunakan balok angka sesuai indikator pencapaian
anak.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan yaitu
mengurutkan angka 1-10, menggunakan simbol, dan
mengklasifikasikan, saat itu pula peneliti menyiapkan
instrumen penelitian daftar ceklis yang nantinya apabila
kemampuan anak berkembang sangat baik peneliti memberi
tanda ceklis pada kolom bawa angka 4, apabila anak
berkembang sesuai harapan guru memberi tanda ceklis pada
kolom bawah angka 3, apabila anak mulai berkembang
peneliti memberikan tanda ceklis pada kolom bawah angka
2 dan apabila anak belum berkembang maka peneliti
memberi tanda ceklis pada kolom bawah angka 1.
37
F. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini, setelah memperoleh semua data. Teknik
analisis data yaitu metode untuk mendapat kan sebuah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi
mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan
solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah yang tentang
sebuah penelitian.
Pada analisis data ini menggunakan penelitian secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang melalui observasi,
wawancara, dokumentasi dan chek list untuk mengetahui
perkembangan kognitif matematika anak kelompok A Tk
Sriwidari diperoleh dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu sebagai
berikut:
a. Menganalisis Ketuntasan Aspek Kognitif Matematika Anak
Menurut Casta (2014) untuk mengetahui tingkat
keberhasillan dari penelitian ini dapat di analisis
menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F x 100 %
N
Keterangan :
P = Angka Presentase
F = frekuensi data yang di amati
N = Number of Cases (Jumlah Data)
Dalam analisis dengan rumus persentase, peneliti akan
memberikan indikator keberhasilan meningkatkan kemampuan
kognitif matematika anak kelompok A Tk Sriwidari.
Berdasarkan kriteria kesesuaian diatas kita tentukan status
suatu data penelitian dengan tabel konversi sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Konvensi Persentase
Persentase Penafsiran
38
86% – 100% Sangat Baik
76 % – 85% Baik
60% – 75% Cukup Baik
55% - 59% Kurang
<54% Sangat Kurang
b. Mencari nilai rata-rata ketuntasan perkembangan kognitif
matematika yang diperoleh anak melalui rumus:
Keterangan :
R = Nilai rata-rata
M = Jumlah rata-rata aspek kemampuan anak
N = Jumlah aspek
c. Mencari rata-rata nilai yang diperoleh anak melalui rumus :
Keterangan :
R = Nilai Rata-rata
X = Jumlah semua nilai
N = Jumlah anak
d. Dalam menghitung persentase ketuntasan kemampuan
kognitif matematika anak dengan rumus :
Keterangan :
P = Ketuntasan keterampilan motorik halus
P = Jumlah anak yang tuntas belajar
N = Jumlah anak keseluruhan
39
100% = Bilangan tetap
Menurut pedoman diatas akan diperoleh hasil perbandingan nilai
rata-rata siklus I dan siklus II, apabila nilai presentase pada siklus II
meningkat maka hasil belajar peserta didik meningkat.
G. Teknik Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012 hlm.148) instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Semua fenomena yang ada
dalam penelitian disebut varibel
Menurut Suharsimi Arikunto (2005, hlm.101) instrumen
penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Pada penelitian ini terdapat instrumen yang digunakan
yaitu daftar cek atau chek list merupakan pedoman observasi
berisi daftar semua aspek yang akan diteliti, sehingga peneliti
hanya memberi tanda (√) pada aspek perkembangan. Daftar cek
adalah alat observasi yang praktis digunakan, karena semua
aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam
perkembangan yang harus dicapai oleh anak kelompok A.
Adapun panduan observasi bertujuan untuk mendapatkan data
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis
kelompok. Berikut kisi-kisi pedoman yang digunakan dalam
penelitian ini:
40
Tabel 3.5
Kisi-kisi Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Kognitif
Matematika Berbasis Kelompok
Sumber PERMENDIKBUD Nomor 137 Tahun 2014
Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Berikut ini merupakan rubrik kegiatan pengamatan dalam meningkatkan
kemampuan kognitif anak kelompok A Tk Sriwidari menggunakan model
pembelajaran kelompok.
Indikator Kegiatan Keterangan
Memahami Angka 1. Mengurutkan Angka
Anak dapat mengurutkan
balok angka 1-10
2. Menggunakan Balok Anak dapat
menunjukkan dan
mengenal benda tiga
dimensi di sekitarnya
Menggunakan Simbol Berbentuk Lingkaran
Sebagai Perumpamaan
Donat
3. menggunakan Balok
Berbentuk Segitiga
Sebagai Atap Rumah
Mengklasifikasikan 4. Mengelompokkan
balok Sesuai Bentuk,
Warna dan Ukuran yang
sama
Anak dapat mengenal
bentuk, warna dan
ukuran juga
mengelompokkan benda
yang sama.
41
Tabel 3.6
Rubik Pedoman Observasi
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika
Indikator Kegiatan Deskriptif skor
Memahami Angka
Mengurutkan
Balok Angka
1-10
Jika anak belum dapat
mengurutkan balok
angka 1-10 1
Jika anak mulai dapat
mengurutkan balok
angka 1-10 2
Jika anak dapat
mengurutkan balok
angka 1-10 3
Jika anak mampu
mengurutkan balok
angka 1-10 4
Menggunakan
Simbol
Menggunakan
Balok Angka
Bentuk
Lingkaran
Menjadi
Sebuah
Perumpamaan
Donat
Jika anak belum dapat
menggunakan balok
bentuk lingkaran
menjadi sebuah
perumpamaan Donat
1
Jika anak mulai dapat
menggunakan balok
bentuk lingkaran
menjadi sebuah
perumpamaan Donat
2
Jika anak dapat
menggunakan balok
bentuk lingkaran
menjadi sebuah
perumpamaan Donat
3
Jika anak mampu
menggunakan balok
bentuk lingkaran
menjadi sebuah
perumpamaan Donat
4
Menggunakan
Balok Angka
Bentuk
Segitiga
Jika anak belum dapat
menggunakan balok
bentuk segitiga
menjadi sebuah
1
42
Menjadi
Sebuah
Perumpamaan
Atap rumah
perumpamaan atap
rumah1
Jika anak mulai dapat
menggunakan balok
bentuk segitiga
menjadi sebuah
perumpamaan atap
rumah
2
Jika anak dapat
menggunakan balok
bentuk segitiga
menjadi sebuah
perumpamaan atap
rumah
3
Jika anak mampu
menggunakan balok
bentuk segitiga
menjadi sebuah
perumpamaan atap
rumah
4
Mengklasifikasikan
Mengelompok
kan Balok
Sesuai
Bentuk,
Warna dan
Ukuran
Jika anak belum dapat
mengelompokkan balok
sesuai bentuk, warna
dan ukuran
1
Jika anak mulai dapat
mengelompokkan balok
sesuai bentuk, warna
dan ukuran
2
Jika anak dapat
mengelompokkan balok
sesuai bentuk, warna
dan ukuran
3
Jika anak mampu
mengelompokkan balok
sesuai bentuk, warna
dan ukuran
4
43
Tabel di bawah ini merupakan rentang nilai yang menjadi
indikator penilaian :
Tabel 3.7
Persentase Indikator Penilaian
Jenis Penilaian Skor Nilai Presentase
BB (Belum Berkembang) 1 0% - 25%
MB (Mulai Berkembang) 2 25% - 50%
BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 3 51% - 75%
BSB (Berkembang Sangat Baik) 4 76% - 100%
Tabel 3.8
Rubrik Observasi
Kemampuan Kognitif Matematika
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. AB
2. AN
3. AS
4. DH
5. DZ
6. ED
7. RY
8. FZ
9. KHA
10. LS
11. DN
Interpretasi
No Nama Anak
Kemampuan Kognitif Matematika Anak
skorMemahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
Jumlah Skor
Rata-rata
Persentase
44
Tabel 3.9 Rekapitulasi
Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A
No Siklus Presentase % Interpretase
1 Pra-Siklus
2 Siklus I
3 Siklus II
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan adalah suatu tolak ukur atau
standar tingkat keberhasilan dari tingkat tercapainya suatu
indikator kondisi akhir yang diharapkan suatu tindakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Indikator yang ingin dicapai
yaitu meningkatkan kemampuan kognitif matematika
dilaksanakan pada kelompok A Tk Sriwidari menggunakan
metode pembelajaran yang berbasis kelompok.
Pada awal penelitian kondisi di Tk Sriwidari, dari 11
anak peserta didik yang belum dapat memahami angka,
menggunakan simbol dan mengklasifikasikan total jumlah skor
48, rata-rata 4,4 dan presetase 36% dengan interpretasi sangat
kurang. Pada peneltian ini pembelajaran dikatakan berhasil
apabila kemampuan kognitif matematika jumlah skor 112, nilai
rata-ratanya 10,2 dan hasil presentasenya yaitu 85%, interpretasi
baik atau minimal sebesar 76%.
Pada indikator keberhasilan ini ditandai dengan meningkatnya
kemampuan kognitif matematika anak dilihat dengan hasil
presentase minimal mencapai dari jumlah anak pada masing-
masing indikator kemampuan kognitif matematika.
Menurut Coughlin (2000 hlm.265) terdapat indikator
perkembangan kognitif matematika anak usia dini antara lain
berupa korespendensi satu-satu, mengurutkan angka, berhitung,
45
mengenal penjumlahan dan pengurangan, mengklasifikasikan,
pengukuran, perbandingan, mengenal geeometri serta mengenal
pola.
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Awal Sebelum Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Tk Sriwidari yang berlokasi
di desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten
Cirebon. Penelitian ini dilakukan pada Semester I atau ganjil
tahun ajaran 2019-2020, sekolah ini memiliki 3 ruang kelas
yang terdiri dari kelas A1 dan A2 anak usia 4-5 tahun dan
kelas B anak usia 5-6 tahun. Jumlah seluruh peserta didik di
Tk Sriwidari adalah 38 anak, yaitu kelas A1 terdapat 11
anak, kelas A2 12 anak dan kelas B terdapat 15 anak. Dalam
penelitian ini melakukan penelitian di kelas A yang
berjumlah 11 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 5
anak perempuan.
Terdapat sarana dan Prasarana di Tk sriwidari terdiri dari
kantor ruang guru dan kepala sekolah satu, 3 ruang kelas,
dan satu toilet terdapat kran air (tempat cuci tangan) dan
terdapat beberapa pot jenis tanaman maupun bunga di
halaman depan sekolah. Bahwa di Tk Sriwidari ini sarana
pembelajaran sudah cukup baik yang pengadaannya
disesuaikan dengan tempat, kebutuhan dan sesuai usia anak.
Pada ruang kelas sudah cukup memadai untuk
melakukan proses belajar mengajar, karena setiap kelas
terdapat ventilasi udara, terdapat 2 kipas angin tiap kelas
dan fasilitas lainnya yang cukup. Adapun sarana bermain di
halaman sekolah diantaranya terdapat 3 ayunan, 1 putaran, 1
perosotan, 1 papan titian dan tangga majemuk. Tk Sriwidari
memiliki 3 guru dengan lulusan S1 2 orang dan satu masih
menempuh pendidikan S1 pada program jurusan Pendidikan
Anak Usia Dini.
47
2. Hasil Observasi Meningkatkan Kognitif Matematika
Anak Pra-Tindakan
Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan peneliti
di Tk Sriwidari terkait dengan aspek perkembangan anak di
sekolah , masalah yang muncul dan mendominasi di
kelompok A yaitu pada aspek kognitif matematika anak.
Dalam hal ini anak-anak masih memerlukan bimbingan dan
arahan guru dalam menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan kognitif matematika. Proses pembelajaran di
Tk Sriwidari sebenarnya sudah cukup baik, namun aktivitas
seperti megurutkan angka, menggunakan simbol dan
mengklasifikasikan masih belum berkembang dengan baik.
Guru belum menggunakan media yang lebih kreatif
dalam kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif
matematika sehingga anak kurang berminat dan optimal
dalam mengikuti pembelajaran yang monoton, karena itu
sangat berpengaruh terhadap anak, anak akan merasa jenuh
dan bosan karena pembelajarannya itu-itu saja. Maka anak
kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru
selama kegiatan pembelajaran, terutama pembelajaran
kognitif. Selama ini peneliti merasa belum berhasil
meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak.
Dapat disimpulkan dari paparan diatas, peneliti
mempunyai niat untuk meningkatkan kemampuan kognitif
matematika anak, maka peneliti menggunakan media balok
angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika
anak. Kegiatan ini dimulai dari menyiapkan media balok
angka yang akan anak olah menjadi suatu bentuk yang
bervariasi dan sekreatif mungkin dengan menggunakan
imajinasi dan kreatifitasnya masing-masing. Selain itu
dengan menggunakan media balok angka menjadikan
pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton, minat anak
pun akan semakin tinggi dalam mengikuti pembelajaran ini.
3. Kemampuan Awal Sebelum Tindakan
48
Pada awal sebelum penelitian dilakukan di kelas A,
peneliti melakukan pengamatan terhadap perkembangan
kognitif matematika anak dengan menghitung gambar di
majalah dan hanya memperhatikan lambang bilangan yang
ditulis di papan tulis. Kemampuan awal sebelum tindakan
ini akan peneliti bandingkan dengan kemampuan kognitif
setelah menggunakan media balok angka. Hal ini akan di
terlihat lebih jelas peningkatan sebelum dilakukan tindakan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti,
terkait dengan aspek perkembangan kognitif matematika
anak mengalami kesulitan dan sangat bosan, saat anak
hanya melihat suatu benda di sebuah majalah atau papan
tulis saja yang tidak menarik dan hanya itu-itu saja itu
membuat anak kurang dalam mengembangkan daya pikir
dan kreatifitasnya.
Maka dari itu, anak masih sangat memerlukan
pembelajaran yang menarik dan membuat diri anak
tertantang, dalam pembelajaran yang hanya mengandalkan
majalah sangat sedikit perkembangan anak yang dicapai.
Anak masih sangat memerlukan bimbingan dan stimulasi
anak mampu mengembangkan kognitif matematika anak
melalui kegiatan bermain balok. Hasil observasi yang
dilakukan peneliti pada tanggal 30 Oktober 2019 dapat
dilihat bahwa hasil dari kemampuan awal dengan
menggunakan instrumen observasi diperoleh data sebagai
berikut :
49
Tabel 4.1
Hasil Pra Tindakan Kemampuan Kognitif Matematika Melalui Metode
Bermain Balok Angka
Berdasarkan kegiatan sebelum menggunakan balok
angka dihasilkan data dalam perkembangan kognitif matematika
dalam memahami angka dari jumlah 11 anak kelompok A yaitu
terdapat 4 anak yang mulai berkembang dan terdapat 7 anak
yang belum berkembang, jumlah skor 15 dengan rata-rata 1,36
dan presentase 34%. Data dalam menggunakan simbol tidak
terdapat anak yang berkembang sangat baik maupun
berkembang sesuai harapan, terdapat 4 anak mulai berkembang
dan 7 anak yang belum berkembang, jumlah skor 15 dengan
rata-rata 1,36 dan presentase 34%. Dalam mengklasifikasikan
juga tidak terdapat anak yang berkembang sangat baik maupun
sesuai harapan, terdapat 7 anak mulai berkembang dan 4 anak
belum berkembang jumlah skor 18 dengan rata-rata 1,64 dan
presentase 41%.
Dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa kemampuan
kognitif matematika anak kelompok A pada pra-siklus
berdasarkan indikator-indikator yaitu memahami angka,
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. AB √ √ √ 6
2. AN √ √ √ 6
3. AS √ √ √ 3
4. DH √ √ √ 6
5. DZ √ √ √ 4
6. ED √ √ √ 6
7. RY √ √ √ 4
8. FZ √ √ √ 3
9. KHA √ √ √ 4
10. LS √ √ √ 3
11. DN √ √ √ 3
48
4,4
36%
Interpretasi Sangat Kurang
skorMemahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
1,64
34% 34% 41%
No Nama Anak
Kemampuan Kognitif Matematika Anak
Jumlah Skor
Rata-rata
Persentase
1,36 1,36
15 15 18
50
menggunakan simbol dan mengklasifikasikan dari 11 anak
dengan total jumlah skor 48, rata-rata 4,4 dan presetase 36%
dengan interpretasi sangat kurang.
Apabila hasil tersebut dibuat dalam bentuk grafik akan terlihat
sebagai berikut :
Grafik 4.1
Pra Tindakan
Kemampuan Anak Menggunakan
Metode Bermain Balok Angka
Histogram hasil observasi bahwa hasil dari kemampuan
anak pada sa-siklus dengan menggunakan hasil lembar observasi
diperoleh bahwa kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A, dengan indikator memahami angka hasil
presentase 34%, indikator menggunakan simbol 34% dan
indikator mengklasifikasikan 36% dengan Interpretasi sangat
kurang. Sebagian anak masih belum memahami angka,
menggunakan simbol dan mengklasifikasikan.
Data dari observasi kemampuan kognitif matematika
anak kelompok A Tk Sriwidari sebelum menggunakan meetode
bermain balok angka dengan menggunakan instrumen observasi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Memahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
Rekapitulasi Pra Tindakan
Kemampuan Kognitif Anak Menggunakan Metode Bermain Balok Angka
51
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A Tk Sriwidari masih belum berkembang dengan
baik. Keadaan seperti ini sebagai suatu landasan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak kelompok
A Tk Sriwidari.
B. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan data yang diperoleh sebelum tindakan pada
saat observasi awal, kemampuan kognitif matematika anak
masih belum berkembang dengan baik sehingga hasil yang
didapat masih kurang sekali. Oleh karena itu, peneliti berusaha
untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kemampuan
kognitif matematika anak melalui penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari 2 siklus pembelajaran yaitu siklus I dan siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklusnya terdiri dari
tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Berikut ini adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian:
1. Siklus I
Kegiatan pada siklus I metode bermain balok angka
untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A dilakukan pada tanggal 4 November 2019,
tanggal 5 November 2019 dan 6 November 2019. Pada
pelaksanaan meliputi kegiatan pembukaan, inti dan penutup
Langkah-langkah yang dilakukan guru, yaitu:
a. Perencanaan Siklus I
1) Menentukan tema pembelajaran.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH).
3) Membuat atau menyiapkan lembar observasi yang
akan digunakan untuk mengamati kemampuan
kognitif anak pada saat pembelajaran berlangsung.
4) Mempersiapkan alat dan media balok.
52
5) Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk
mendokumentasikan selama anak mengikuti
kegiatan pembelajaran berupa foto.
b. Pelaksanaan Siklus 1
1) Siklus I Pertemuan Pertama
Pada hari pertama dilaksanakan pada hari senin,
4 November 2019 dengan indikator memahami
angka kegiatan mengurutkan angka 1-10 tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif
matematika anak kelompok A, alokasi waktu 150
menit. Pada pertemuan pertama tema kendaraan
yang disampaikan adalah dengan sub tema sepeda
motor.
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan yang dilakukan pada awal
pembelajaran sebelum anak-anak memasuki
kelas masing-masing dengan alokasi waktu 30
menit, diantaranya yaitu:
1. Kegiatan dimulai dengan anak-anak
berbaris
2. Menyanyi lagu dan tepuk.
3. Bercakap-cakap tentang hari, tanggal bulan
juga tema.
4. Melakukan Motorik Kasar Menangkap
Bola
5. Anak-anak memasuki kelas.
6. Guru mengabsen anak dengan lagu.
b) Kegiatan Inti
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan pada
saat kegiatan inti pembelajaran dengan alokasi
waktu 60 menit, diantaranya sebagai berikut:
1. Anak-anak memberi salam kepada guru
2. Bercakap-cakap dengan kabar anak-anak
hari ini
53
3. Guru menyiapkan media balok angka
4. Guru menjelaskan balok angka dan
memberi contoh mengurutkan balok angka
1-10
5. Guru membagi menjadi 3 kelompok yang
tiap kelompoknya 4 anak dan ada yang 3
anak
6. Anak berdo’a sebelum melakukan kegiatan
7. Anak mulai mengerjakan tugas
mengurutkan angka 1-10 dengan balok
8. Guru mendampingi anak yang belum
mengerti
9. Peneliti mengobservasi anak
10. Setelah selesai kegiatan, anak merapihkan
balok
11. Anak membaca do’a sebelum makan dan
minum (Istirahat: Memakai sandal,
Mencuci tangan, Makan, Bermain)
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini dilakukan setelah semua
pembelajaran selesai, dengan alokasi waktu 30
menit. Adapun kegiatan di akhir pembelajaran
sebagai berikut:
1. Anak membaca do’a setelah makan
2. Anak merapihkan sandal ketempat semula
3. Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
4. Guru memberikan reward
5. Anak membaca surat Al-Asrh dan salam
d) Hasil Kegiatan Siklus I Pertemuan ke 1
Dari kegiatan siklus I pertemuan ke I yaitu
memahami angka dalam kegiatan mengurutkan
angka 1-10 dengan balok angka dari jumlah 11
anak tidak terdapat 4 anak berkembang sesuai
harapan dan terdapat 7 anak mulai berkembang
54
dengan jumlah skor 26, rata-rata 2,36 dan
presentase 59%.
2) Siklus I Pertemuan ke-2
Pada hari kedua dilaksanakan pada hari
selasa, 5 November 2019 dalam indikator
menggunakan simbol kegiatan memasangkan
balok bentuk lingkaran dengan gambar 2 roda
sepeda motor, dengan alokasi waktu 150 menit.
Pada pertemuan kedua tema kendaraan yang
disampaikan adalah dengan sub tema sepeda
motor.
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan yang dilakukan pada awal
pembelajaran sebelum anak-anak memasuki
kelas masing-masing dengan alokasi waktu 30
menit, diantaranya yaitu:
1. Kegiatan dimulai dengan anak-anak
berbaris
2. Menyanyi lagu dan tepuk.
3. Bercakap-cakap tentang hari, tanggal bulan
juga tema.
4. Melakukan Motorik Kasar Melompati tali
5. Anak-anak memasuki kelas.
6. Guru mengabsen anak dengan lagu.
b) Kegiatan Inti
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan pada
saat kegiatan inti pembelajaran dengan alokasi
waktu 60 menit, diantaranya sebagai berikut:
1. Anak-anak memberi salam kepada guru
2. Bercakap-cakap dengan kabar anak-anak
hari ini
3. Guru menyiapkan media balok bentuk
lingkaran, segitiga dan segiempat
55
4. Guru menjelaskan kegiatan tentang
menggunakan simbol dan aturan
permainan
5. Guru membagi menjadi 3 kelompok
6. Anak berdo’a sebelum melakukan
kegiatan
7. Anak-anak mulai mencari balok bentuk
lingkaran dengan cara meraba dan mata
tertutup setelah itu boleh membuka mata
kemudian mencari gambar roda sepeda
motor
8. Guru mendampingi anak yang belum
mengerti
9. Peneliti mulai meniliti kegiatan anak
10. Setelah selesai anak merapihkan balok
11. Anak membaca do’a sebelum makan dan
minum (Istirahat: Memakai sandal,
Mencuci tangan, Makan, Bermain)
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini dilakukan setelah semua
pembelajaran selesai, dengan alokasi waktu 30
menit. Adapun kegiatan di akhir pembelajaran
sebagai berikut:
1. Anak membaca do’a setelah makan
2. Anak merapihkan sandal ketempat semula
3. Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
4. Guru memberikan reward
5. Anak membaca surat Al-Asrh dan salam
d) Hasil Kegiatan Siklus I Pertemuan ke 2
Dari kegiatan siklus I pertemuan ke 2 yaitu
menggunakan simbol, meskipun masih ada
beberapa anak yang masih dibantu oleh guru
dalam mengerjakan. Dari jumlah 11 anak,
56
terdapat 4 anak yang berkembang sesuai
harapan dan 7 anak yang mulai berkembang
dengan nilai skor 26, rata-rata 2,36 dan
presentase 59%.
3) Siklus I Pertemuan ke-3
Pada hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 6
November 2019 dalam indikator mengklasifikasikan
dengan alokasi waktu 150 menit. Pada pertemuan
ketiga tema profesi yang disampaikan adalah
dengan sub petani.
a) Kegiatan Pembukaan/awal pembelajaran
Kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran
sebelum anak-anak memasuki kelas masing-
masing dengan alokasi waktu 30 menit,
diantaranya yaitu:
1. Kegiatan dimulai dengan anak-anak berbaris
2. Menyanyi lagu dan tepuk.
3. Bercakap-cakap tentang hari, tanggal bulan
juga tema.
4. Melakukan Motorik Kasar Meloncat
5. Anak-anak memasuki kelas.
6. Guru mengabsen anak dengan lagu.
b) Kegiatan Inti
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan pada
saat kegiatan inti pembelajaran dengan alokasi
waktu 60 menit, diantaranya sebagai berikut:
1. Anak-anak memberi salam kepada guru
2. Bercakap-cakap dengan kabar anak-anak
hari ini
3. Guru menyiapkan balok
4. Membagi menjadi 3 kelompok
5. Guru menjelaskan dan memberikan contoh
mengelompokkan balok yang memiliki
57
bentuk dan warna yang sama untuk
membangun suatu bentuk bangunan.
6. Seteelah selesai membuat bentuk guru
mengajak anak untuk menghitung jumlah
balok yang berbentuk segitiga yang
berwarna merah dan segi empat yang
berwarna kuning.
7. Anak berdo’a sebelum melakukan kegiatan
8. Anak mengerjakan tugas atau kegiatan yang
dibuat guru
9. Guru mendampingi anak yang belum
mengerti
10. Peneliti meneliti kegiatan anak
11. Anak membaca do’a sebelum makan dan
minum (Istirahat: Memakai sandal, Mencuci
tangan, Makan, Bermain)
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini dilakukan setelah semua
pembelajaran selesai, dengan alokasi waktu 30
menit. Adapun kegiatan di akhir pembelajaran
sebagai berikut:
1. Anak membaca do’a setelah makan
2. Anak merapihkan sandal ketempat semula
3. Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
4. Guru memberikan reward
5. Anak membaca surat Al-Asrh dan salam
d) Hasil Kegiatan Siklus I Pertemuan ke-3
Dari kegiatan siklus I pertemuan ke-3 yaitu
mengklasifikasikan dengan kegiatan
mengelompokkan balok yang memiki bentuk
dan warna yang sama. Meskipun masih ada
beberapa anak yang masih dibantu oleh guru
dalam mengerjakan. Hasil kemampuan anak
dalam mengelompokkan balok dari jumlah 11
58
anak yaitu terdapat 6 anak berkembang sesuai
harapan, terdapat 4 anak yanag mulai
berkembang dan ada 1 anak yang belum
berkembang dengan nilai skor 27, rata-rata 2,45
dan presentase 61%.
c. Pengamatan atau Observasi pada Siklus I
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar
pada siklus I, terkait dengan metode bermain balok
dalam perkembangan kognitif matematika anak
berdasarkan hasil observasi diperoleh hasil sebagai
berikut:
59
Tabel 4.2
Hasil Siklus I Perkembangan Kognitif Matematika
Menggunakan Balok Angka
Berdasarkan kegiatan pada siklus I menggunakan balok
angka dihasilkan data dalam perkembangan kognitif matematika
dalam indikator memahami angka dari jumlah 11 anak yaitu
terdapat 4 anak yang berkembang sesuai harapan dan terdapat 4
anak yang mulai berkembang jumlah skor 26, rata-rata 2,36 dan
presentase 56%. Data dalam indikator menggunakan simbol
terdapat 7 anak yang berkembang sesuai harapan, terdapat 4
anak yang mulai berkembang jumlah skor 26, rata-rata 2,36 dan
presentase 56%. Dalam indikator mengklasifikasikan terdapat 6
anak yang berkembang sesuai harapan, terdapat 4 anak yang
mulai berkembang dan 1 anak yang belum berkembang nilai
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. AB √ √ √ 9
2. AN √ √ √ 9
3. AS √ √ √ 5
4. DH √ √ √ 9
5. DZ √ √ √ 6
6. ED √ √ √ 9
7. RY √ √ √ 7
8. FZ √ √ √ 6
9. KHA √ √ √ 7
10. LS √ √ √ 6
11. DN √ √ √ 6
79
7,2
60%
Interpretasi Cukup Baik
No Nama Anak
Kemampuan Kognitif Matematika Anak
skorMemahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
Jumlah Skor
Rata-rata
Persentase
26 26 27
2,36 2,36 2,45
59% 59% 61%
60
skor 27, rata-rata 2,45 dan presentase 61%. Maka didapat total
dari indikator memahami angka, menggunakan simbol dan
mengklasifikasikan hasil jumlah skor 79 presentasenya yaitu
60%, dengan nilai rata-ratanya 7,2 dengan interpretasi cukup
baik.
Apabila hasil tersebut dibuat dalam bentuk grafik akan terlihat
sebagai berikut :
Grafik 4.2
Rekapitulasi Pra Tindakan dan Siklus I
Metode Bermain Balok Angka untuk
Kemampuan kognitif
Histogram hasil observasi bahwa hasil dari kemampuan
anak pada pra siklus adanya peningkatan pada siklus I dengan
menggunakan hasil lembar observasi diperoleh bahwa
kemampuan kognitif matematika anak kelompok A pada
indikator dalam memahami angka didapat hasil presentase
dengan menggunakan grafik yaitu indikator memahami angka
0%
20%
40%
60%
80%
Memahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
Rekapitulasi Pra Tindakan dan Siklus 1
Kemampuan Kognitif Anak Menggunakan Metode
Bermain Balok Angka
Pra Siklus 1
61
mencapai presentase 56%, pada indikator menggunakan simbol
presentase 56% dan indikator mengklasifikasikan presentase
61%.
Data dari observasi kemampuan kognitif matematika
anak kelompok A Tk Sriwidari siklus I menggunakan metode
bermain balok angka dengan menggunakan instrumen observasi
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A Tk Sriwidari masih belum berkembang dengan
baik. Keadaan seperti ini sebagai suatu landasan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak kelompok
A Tk Sriwidari.
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan persentase di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan kognitif matematika anak melalui
indikator memahami angka, menggunakan simbol dan
mengklasifikasikan yang dilaksanakan pada siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan yang sebelumnya sudah
ditentukan oleh peneliti yaitu 76% dari 11 anak (semua
anak). Pada kegiatan siklus I dalam indikator memahami
angka terdapat 7 anak mulai berkembang dan 4 anak yang
berkembang sesuai harapan, dan jumlah skor 26, rata-rata
2,36 dan presentase 56%. Dalam indikator menggunakan
simbol terdapat 4 anak yang berkembang sesuai harapan
dan terdapat 7 anak yang mulai berkembang jumlah skor 26,
rata-rata 2,36 dan presentase 56%. Dalam indikator
mengklasifikasikan terdapat 1 anak belum berkembang,
terdapat 4 anak yang mulai berkembang, terdapat 6 anak
yaang berkembang sesuai harapan dan tidak ada anak yang
belum berkembang nilai skor 27, rata-rata 2,45 dan
presentase 61%. Maka didapat total dari indikator
memahami angka, menggunakan simbol dan
mengklasifikasikan hasil jumlah skor 79 presentasenya yaitu
60%, dengan nilai rata-ratanya 7,2 dengan interpretasi
cukup baik.
62
Masih ada beberapa kendala pada tindakan siklus I,
sehingga hasil dari evaluasi pada tindakan siklus I dapat
dijadikan pijakan dalam melakukan tindakan pada siklus II.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus I
diperoleh hal-hal yang menjadi kendala dan hambatan pada
tindakan siklus I, yaitu sebagai berikut :
1) Masih ada anak yang belum memahami angka.
2) Anak belum mengetahui lambang bilangan atau bentuk
angka sehingga tidak bisa mengurutan angka 1-10
3) Anak masih belum mengetahui benda-benda di
sekitarnya dengan menggunakan simbol lingkaran
maupun segitiga
4) Anak masih belum dapat mengklasifikasikan balok
sesuai warna dan bentuk
5) Anak masih belum dapat mengembangkan imajinasinya
dalam membangun balok menjadi suatu bentuk
bangunan.
6) Pada saat menyelesaikan kegiatan anak tidak
memperhatikan aturan kegiatan pembelajaran yang
guru sampaikan, karena lebih sering bercanda dan
mengobrol dengan temannya.
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan
pada siklus I , peneliti membandingkan data kemampuan
kognitif matematika sebelum (pra siklus) tindakan dan
kemampuan kognitif matematika anak sesudah dilakukan
tindakan (siklus I) dan hasilnya mengalami peningkatan,
tetapi belum sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Untuk itu diperlukan perbaikan –perbaikan dan
peneliti akan mengoptimalkan kemampuan kognitif
matematika anak melalui kegiatan bermain balok sampai
mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Berdasarkan hasil refleksi maka peneliti merencanakan
kembali pembelajaran kegiatan bermain balok untuk
63
meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak pada
siklus II yaitu dengan membuat bentuk bangunan yang
bervariatif dan menarik dari balok sehingga menumbuhkan
minat anak dalam mengikuti pembelajaran.
2. Siklus II
Kegiatan siklus II dilaksanakan 28 November 2019, 29
November 2019 dan 4 Desember 2019. Data pelaksanaan
tindakan kelas pada siklus II meliputi perencanaan, tindakan,
observasi, analisis dan refleksi.
a. Perencanaan Siklus II
Pada perencanaan siklus II, tidak jauh berbeda
dengan siklus sebelumnya yaitu siklus I. artinya
pelaksanaan siklus II mengikuti atau mengulang kembali
proses pada siklus I, agar anak lebih aktif dan termotivasi
lagi dalam mengikuti pembelajaran. Peneliti kembali
melaksanakan persiapan seperti yang dilakukan pada
siklus I , diantaranya adalah sebagai berikut :
7) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH).
8) Membuat atau menyiapkan lembar observasi yang
akan digunakan untuk mengamati kemampuan kognitif
matematika anak pada saat pembelajaran berlangsung.
9) Mempersiapkan media balok.
10) Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk
mendokumentasikan selama anak mengikuti kegiatan
pembelajaran berupa foto.
b. Pelaksanaan Siklus II
1) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke-1
Pada pertemuan pertama dilaksanakan hari sabtu
tanggal 28 November 2019, dalam indikator memahami
angka dengan alokasi waktu 150 menit setiap harinya.
Pada pertemuan pertama tema kendaraan yang
disampaikan adalah dengan sub tema kereta api.
a) Kegiatan Pembukaan
64
Kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran
sebelum anak-anak memasuki kelas masing-masing
dengan alokasi waktu 30 menit, diantaranya yaitu:
1. Kegiatan dimulai dengan anak-anak berbaris
2. Menyanyi lagu naik kereta api
3. Bercakap-cakap tentang hari, tanggal bulan juga
tema.
4. Melakukan Motorik kasar jalan berjinjit.
5. Anak-anak memasuki kelas.
6. Guru mengabsen anak dengan lagu.
b) Kegiatan Inti
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan pada saat
kegiatan inti pembelajaran dengan alokasi waktu 60
menit, diantaranya sebagai berikut:
1. Anak-anak memberi salam kepada guru
2. Bercakap-cakap dengan kabar anak-anak hari
3. ini
4. Guru menyiapkan media balok angka
5. Guru membagi kelompok menjadi 3
6. Guru menjelaskan dan memberikan contoh
mengurutkan angka dengan membuat bentuk
kereta api
7. Guru mengajak anak untuk menghitung jumlah
balok
8. Anak-anak melihat angka pada balok
9. Anak berdo’a sebelum melakukan kegiatan
10. Anak mengerjakan tugas atau kegiatan yang
dibuat guru
11. Guru mendampingi anak yang belum mengerti
12. Peneliti meneliti saat anak melakukan kegiatan
13. Setelah selesai anak-anak merapihkan balok
kembali
65
14. Anak membaca do’a sebelum makan dan minum
(Istirahat: Memakai sandal, Mencuci tangan,
Makan, Bermain)
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini dilakukan setelah semua
pembelajaran selesai, dengan alokasi waktu 30
menit. Adapun kegiatan di akhir pembelajaran
sebagai berikut:
i Anak membaca do’a setelah makan
ii Anak merapihkan sandal ketempat semula
iii Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
iv Guru memberikan reward
v Anak membaca surat Al-Asrh dan salam
d) Hasil Kegiatan Siklus II Pertemuan ke-1
Dari kegiatan siklus II pertemuan pertama yaitu
kegiatan mengurutkan angka 1-10 membuat bentuk
kereta api dengan menggunakan balok dalam
indikator memahami angka, meskipun masih ada
beberapa anak yang masih dibantu oleh guru dalam
mengerjakan. Hasil dari jumlah 11 anak, terdapat 4
anak yang berkembang sangat baik, terdapat 7 anak
yang berkembang sesuai harapan, dengan jumlah
skor 37, nilai rata-rata 3,36 dan hasil presentase
84%.
2) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke-2
Pada pertemuan pertama dilaksanakan tanggal
29 November 2019, dengan alokasi waktu 150 menit
setiap harinya. Pada pertemuan pertama tema rekreasi
yang disampaikan adalah dengan sub tema monas
(jakarta).
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran
sebelum anak-anak memasuki kelas masing-masing
dengan alokasi waktu 30 menit, diantaranya yaitu:
66
1. Kegiatan dimulai dengan anak-anak berbaris
2. Menyanyi lagu dan tepuk.
3. Bercakap-cakap tentang hari, tanggal bulan juga
tema.
4. Melakukan Motorik Kasar Merangkak
5. Anak-anak memasuki kelas.
6. Guru mengabsen anak dengan lagu.
b) Kegiatan Inti
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan pada saat
kegiatan inti pembelajaran dengan alokasi waktu 60
menit, diantaranya sebagai berikut:
1. Anak-anak memberi salam kepada guru
2. Bercakap-cakap dengan kabar anak-anak hari
ini
3. Guru menyiapkan media balok
4. Guru menjelaskan dan memberikan contoh
dalam menggunakan simbol menyusun balok
menjadi gedung yang tinggi
5. Guru membagi kelompok
6. Anak berdo’a sebelum melakukan kegiatan
7. Anak menyusun balok menjadi gedung yang
tinggi dengan pola A-B-C (balok merah-
kuning-hijau)
8. Guru mendampingi anak yang belum mengerti
9. Peneliti meneliti saat kegiatan berlangsung
10. Anak-anak merapihkan balok kembali
11. Anak membaca do’a sebelum makan dan minum
(Istirahat: Memakai sandal, Mencuci tangan,
Makan, Bermain)
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini dilakukan setelah semua
pembelajaran selesai, dengan alokasi waktu 30
menit. Adapun kegiatan di akhir pembelajaran
sebagai berikut:
67
1. Anak membaca do’a setelah makan
2. Anak merapihkan sandal ketempat semula
3. Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
4. Guru memberikan reward
5. Anak membaca surat Al-Asrh dan salam
d) Hasil Kegiatan Siklus II Pertemuan ke-2
Dari kegiatan siklus I pertemuan kedua yaitu
menggunakan simbol kegiatan membuat atap rumah
sebuah bangunan dari balok bentuk segitiga dan
bentuk lingkaran sebagai donat. Meskipun masih ada
beberapa anak yang masih belum memahami dan
dibantu oleh guru dalam mengerjakan. Hasil dari
jumlah 11 anak, terdapat 4 anak yang berkembang
sangat baik, terdapat 7 anak yang berkembang sesuai
harapan, dengan jumlah skor 37, nilai rata-rata 3,36
dan hasil presentase 84%.
3) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke-3
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada
tanggal 4 Desember 2019 dalam indikator
mengklasifikasikan, dengan alokasi waktu 150 menit
setiap harinya. Pada pertemuan pertama tema rekreasi
yang disampaikan adalah dengan sub monas (jakarta).
a) Kegiatan Pembukaan/awal pembelajaran
Kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran
sebelum anak-anak memasuki kelas masing-masing
dengan alokasi waktu 30 menit, diantaranya yaitu:
1. Kegiatan dimulai dengan anak-anak berbaris
2. Menyanyi lagu dan tepuk.
3. Bercakap-cakap tentang hari, tanggal bulan juga
tema.
4. Melakukan Motorik Kasar Menangkap Bola
5. Anak-anak memasuki kelas.
6. Guru mengabsen anak dengan lagu.
b) Kegiatan Inti
68
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan pada saat
kegiatan inti pembelajaran dengan alokasi waktu 60
menit, diantaranya sebagai berikut:
1. Anak-anak memberi salam kepada guru
2. Bercakap-cakap dengan kabar anak-anak hari
ini
3. Guru menyiapkan media balok
4. Guru menjelaskan aturan permainan
5. Guru membagi menjadi 3 kelompok
6. Anak-anak membuat bentuk sesuka hati
kemudian anak mengambil balok bentuk
persegi panjang yang berwarna hijau dan bentuk
segiempat yang berwarna kuning untuk di
bentuk menjadi suatu bangunan apa saja bebas.
7. Anak berdo’a sebelum melakukan kegiatan
8. Anak mengerjakan sesuai atuuran kegiatan
pembelajaran
9. Guru mendampingi anak yang belum mengerti
10. Peneliti mulai meneliti kegiatan anak
11. Anak membaca do’a sebelum makan dan minum
(Istirahat: Memakai sandal, Mencuci tangan,
Makan, Bermain)
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini dilakukan setelah semua
pembelajaran selesai, dengan alokasi waktu 30
menit. Adapun kegiatan di akhir pembelajaran
sebagai berikut:
1. Anak membaca do’a setelah makan
2. Anak merapihkan sandal ketempat semula
3. Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
4. Guru memberikan reward
5. Anak membaca surat Al-Asrh dan salam
d) Hasil Kegiatan Siklus II Pertemuan ke-3
69
Dari kegiatan siklus II pertemuan ke 3 yaitu
mengelomppokkan benda sesuai dengan bentuk dan
ukuran. Meskipun masih ada beberapa anak yang
masih dibantu oleh guru dalam mengerjakan. Namun
anak sudah mulai meningkat dari jumlah 11 anak,
terdapat 6 anak yang berkembang sangat baik dan
terdapat 4 anak yang berkembang sesuai harapan
dan terdapat 1 anak yang mulai berkembang, dengan
jumlah skor 38, nilai rata-rata 3,45, dan hasil
presentase 86%.
c. Pengamatan atau Observasi pada Siklus I
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar pada siklus
I, terkait dengan metode bermain untuk meningkatkan
perkembangan kognitif matematika anak berdasarkan hasil
observasi diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil Siklus II
Perkembangan Kognitif Matematika
Menggunakan Balok Angka
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. AB √ √ √ 12
2. AN √ √ √ 12
3. AS √ √ √ 8
4. DH √ √ √ 12
5. DZ √ √ √ 9
6. ED √ √ √ 12
7. RY √ √ √ 10
8. FZ √ √ √ 9
9. KHA √ √ √ 10
10. LS √ √ √ 9
11. DN √ √ √ 9
112
10,2
85%
Interpretasi Baik
No Nama Anak
Kemampuan Kognitif Matematika Anak
skorMemahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
Jumlah Skor
Rata-rata
Persentase
37 37 38
3,36 3,36 3,45
84% 84% 86%
70
Berdasarkan tabel diatas adalah hasil observasi yang
dilakukan peneliti mengenai metode bermain balok angka
untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A Tk Sriwidari dalam indikator memahami angka
dari jumlah 11 anak yaitu terdapat 4 anak yang berkembang
sangat baik dan terdapat 7 anak yang berkembang sesuai
harapan dengan jumlah skor 37, rata-rata 3,36 dan presentase
84%. Data dalam indikator menggunakan simbol terdapat 4
anak yang berkembang sangat baik, terdapat 7 anak yang
berkembang sesuai harapan, dengan jumlah skor 37, rata-rata
3,36 dan presentase 84%. Dalam indikator mengklasifikasikan
terdapat 6 anak yang berkembang sangat baik, terdapat 4 anak
yang mulai berkembang dan 1 anak yang belum berkembang
nilai skor 38, nilai rata-rata 3,45 dan hasil presentase 86%.
Maka didapat total dari indikator memahami angka,
menggunakan simbol dan mengklasifikasikan adanya
peningkatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada siklus II
dengan jumlah skor 112, nilai rata-ratanya 10,2 dan hasil
presentasenya yaitu 85%, interpretasi baik. Apabila hasil
tersebut dibuat dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai
berikut :
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Memahami Angka Menggunakan Simbol Mengklasifikasikan
Rekapitulasi Pra Tindakan, Siklus 1 dan Siklus II
Kemampuan Kognitif Anak Menggunakan Metode
Bermain Balok Angka
Pra Siklus 1 Siklus 2
71
Grafik 4.3
Rekapitulasi Pra Tindakan, Siklus 1 dan Siklus II
Kemampuan kognitif Anak Menggunakan
Metode Bermain Balok Angka
Histogram hasil observasi dari kemampuan kognitif
matematika kemampuan anak dari pra siklus ke tahap siklus I
kemudian ke siklus II adanya peningkatan pada siklus II dengan
menggunakan hasil lembar observasi diperoleh bahwa
kemampuan kognitif matematika anak kelompok A, indikator
dalam memahami angka didapat hasil presentase dengan
menggunakan grafik yaitu indikator memahami angka mencapai
presentase 84%, pada indikator menggunakan simbol presentase
84% dan indikator mengklasifikasikan presentase 86%.
Data dari observasi kemampuan kognitif matematika
anak kelompok A Tk Sriwidari sesudah menggunakan metode
bermain balok angka dengan menggunakan instrumen observasi
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A Tk Sriwidari sudah berkembang dengan baik. Hal
tersebut dikatakan bahwa penelitian berhasil karena adanya
peningkatan kemampuan kognitif matematika anak kelompok A
Tk Sriwidari sesudah melakukan kegiatan menggunakan balok
angka.
d. Refleksi Siklus II
Pada siklus II kemampuan peneliti sekaligus guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas telah diperbaiki dan
ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dari siklus-siklus
sebelumnya, sehingga hampir seluruh aktivitas kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik dan mencapai hasil
maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi ini
tentunya berpengaruh terhadap tingkat kemampuan kognitif
72
maatematika anak dalam mengikuti setiap proses
pembelajaran yang telah mencapai hasil maksimal yang
kemudian secara bertahap mampu meningkatkan kemampuan
kognitif matematika anak. Hasil dari tindakan pada siklus II
sebagai berikut :
1) Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain balok dapat mempercepat
proses penyelesaian kegiatan, hal ini karena anak lebih
menyenangkan dalam belajar.
2) Guru melakukan penjelasan secara mendetail dan tidak
tergesa-gesa mengenai tatacara membuat bentuk
bangunan, menyusun balok angka 1-10 dengan
memperhatikan bentuk lambang bilangannya, dan
menelompokkan balok sesuai warna dan ukuran maupun
bentuk balok balok yang sama antara persegi panjang,
segitiga dan persegi empat. Anak menjadi semakin paham
dan terampil dalam menyelesaikan kegiatan bermain balok
dengan hasil sesuai harapan.
3) Memberikan pujian kepada anak, terbukti dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak menjadi lebih
baik dan membangkitkan rasa kepercayaan diri anak.
4) Kemampuan kognitif matematika anak dapat meningkat
melalui kegiatan bermain balok angka.
Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian pada
siklus II dianggap berhasil karena kemampuan kognitif
matematika anak melalui kegiatan bermain mencapai 85%
dan sesuai dengan target persentase yang telah ditetapkan
73
peneliti yaitu 76% dari 11 anak (jumlah semua anak) dengan
demikian penelitian ini tidak akan dilanjutkan dan
dicukupkan sampai pada siklus II dengan pencapaian hasil
yang sesuai dengan harapan peneliti.
C. Pembahasan
Bahwa hakikat pembelajaran anak usia dini yang lebih
diutamakan adalah bermain karena berorientasi pada
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga memberikan
kesempatan kepada anak untuk lebih aktif dan bebas untuk
mengembangkan kreatifitasnya bertujuan untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Maka
sangat penting peran guru membimbing anak dalam
meningkatkan perkembangan anak yang sangat berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak, begitu pula dengan
berkembangan kognitif anak.
Dari hasil observasi bahwa diperoleh data dari hasil
peneliti sebelum menggunakan balok angka perkembangan
kognitif matematika anak kelompok A Tk Sriwidari masih
sangat kurang dan setelah menggunakan balok angka
perkembangan kognitif matematika anak kelompok A Tk
Sriwidari berkembang baik.
Setelah peneliti melakukan observasi maka di peroleh data
sebagai berikut:
74
Tabel 4.4
Tabel Rekapitulasi
Metode Bermain Menggunakan Balok Angka untuk Mengembangkan
Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Swidari desa
Kepongpongan
No Siklus Presentase % Interpretase
1 Pra-Siklus 36% Sangat Kurang
2 Siklus I 60% Cukup Baik
3 Siklus II 85% Baik
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil dari 11 anak kelompok
A pada tahap pra-siklus presentase 36% dengan interpretasi sangat
kurang, pada siklus I presentase 60% dengan interpretase cukup,
sedangkan presentase siklus II menggunakan balok angka diperoleh
hasil presentase 85%. Sehingga terdapat peningkatan dalam penelitian
pra-siklus, siklus I dengan siklus II dilakukan metode bermain balok
angka terhadap kelompok A Tk Sriwidari. Adapun dilihat hasil
grafiknya sebagai berikut:
75
Grafik 4.4
Rekapitulasi
Metode Bermain Menggunakan Balok Angka untuk Mengembangkan
Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Swidari desa
Kepongpongan
Berdasarkan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
melalui kegiatan bermain balok dapat meningkatkan kemampuan
kognitif matematika anak pada kelompok A Tk Sriwidari desa
Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Presentase
Tabel Rekapitulasi Metode Bermain Menggunakan Balok Angka untuk
Mengembangkan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Swidari desa Kepongpongan
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa yang telah dilakukan mengenai
metode bermain menggunakan balok angka untuk mengembangkan
kognitif matematika anak kelompok A Tk Sriwidari desa Kepongpongan
kecamatan Talun kabupaten Cirebon sebagai berikut :
1. Dari jumlah 11 anak kelompok A tahap pra-siklus
pada indikator memahami angka terdapat 4 anak yang mulai
berkembang dan terdapat 7 anak yang belum berkembang, jumlah
skor 15 dengan rata-rata 1,36 dan presentase 34%. Data dalam
menggunakan simbol tidak terdapat anak yang berkembang sangat
baik maupun berkembang sesuai harapan, terdapat 4 anak mulai
berkembang dan 7 anak yang belum berkembang, jumlah skor 15
dengan rata-rata 1,36 dan presentase 34%. Dalam
mengklasifikasikan juga tidak terdapat anak yang berkembang
sangat baik maupun sesuai harapan, terdapat 7 anak mulai
berkembang dan 4 anak belum berkembang jumlah skor 18 dengan
rata-rata 1,64 dan presentase 41%.
2. Tahap Siklus I pada indikator memahami angka terdapat terdapat 4
anak yang berkembang sesuai harapan dan terdapat 4 anak yang
mulai berkembang jumlah skor 26, rata-rata 2,36 dan presentase
56%. Data dalam indikator menggunakan simbol terdapat 7 anak
yang berkembang sesuai harapan, terdapat 4 anak yang mulai
berkembang jumlah skor 26, rata-rata 2,36 dan presentase 56%.
Dalam indikator mengklasifikasikan terdapat 6 anak yang
berkembang sesuai harapan, terdapat 4 anak yang mulai
berkembang dan 1 anak yang belum berkembang nilai skor 27, rata-
rata 2,45 dan presentase 61%.
3. Tahap Siklus II pada indikator memahami angka terdapat 4 anak
yang berkembang sangat baik dan terdapat 7 anak yang berkembang
sesuai harapan dengan jumlah skor 37, rata-rata 3,36 dan
78
presentase 84%. Data dalam indikator menggunakan simbol
terdapat 4 anak yang berkembang sangat baik, terdapat 7 anak yang
berkembang sesuai harapan, dengan jumlah skor 37, rata-rata 3,36
dan presentase 84%. Dalam indikator mengklasifikasikan terdapat 6
anak yang berkembang sangat baik, terdapat 4 anak yang mulai
berkembang dan 1 anak yang belum berkembang nilai skor 38, nilai
rata-rata 3,45 dan hasil presentase 86%.
4. Rekapitulasi jumlah indikator yang dicapai pada pra siklus pra-
siklus presentase 36% dengan interpretasi sangat kurang, pada
siklus I presentase 60% dengan interpretase cukup, sedangkan
presentase siklus II menggunakan balok angka diperoleh hasil
presentase 85%. Dari hasil berikut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa dengan menggunakan metode bermain menggunakan balok
angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak
kelompok A Tk Sriwidari.
79
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diuraikan diatas, dalam
metode bermain menggunakan balok angka meningkatkan
kemampuan kognitif matematika anak kelompok A Tk Sriwidari,
maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Lebih mengupayakan berbagai media untuk meningkatkan
kemampuan anak dalam semua aspek dalam proses
pembelajaran yang menyeluruh kepada anak didik demi
meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang dipimpin.
2. Bagi Guru Kelas
a. Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran
dengan metode bermain ini dalam semua aspek
perkembangan anak.
b. Guru lebih memberikan motivasi dan variasi kepada
anak didiknya dalam setiap pembelajaran.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua hendaknya berperan aktif untuk memberikan
perhatian kepada anaknya agar dapat mengontrol
perkembangan setiap harinya supaya anak lebih
mengoptimalkan anak supaya lebih berkembang.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa
tetapi dengan materi dan pendekatan yang berbeda untuk
mendapatkan temuan yang lebih baik lagi.
80
DAFTAR PUSTAKA
Asrul, Sitorus Dkk. (2016). Strategi Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Membina Sdm yang Berkarakter. Medan: Perdana Publishing.
Aqib, Zainal., 2017. PTK (Penelitian TIndakan Kelas). Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Barnawi, Novan Ardy Wiyani &. Format PAUD. (2016). (Konsep,
Karakteristik & Implementasi PAUD). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Casta, 2014. Dasar-Dasar Statistika Pendidikan. 3 ed. Cirebon: STAI
Bunga Bangsa Cirebon.
Chandra. (2008). Sentra Balok (materi Workshop Guru PAUD, Pusat
Program Pembangunan anak Indonesia). Jakarta.
Elfiadi. (2016). "Bermain dan Permainan bagi anak usia dini." Itqan, 54-55.
Khadijahh. (2016). Pengembangan kognitif anak usia dini. medan:
perdana Publishing.
Kholis, Lefrancois. (2009). Strategi Pengembangan Kognitif dan Anak.
Surabaya : Gramediacitra.
Kurnia, R. (2012). "Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas
pada Anak Usia Dini." EDUCHILD. Vol.01 No 1 , Maret 2012: 80.
Mukthtar, Z. Rita & M. Affandi. (2016). Orientasi Baru PAUD. Jakarta:
PrenadamediaGroup.
Mulyati. (2005). "Kecerdasan Berpikir Anak." In Kecerdasan Berpikir
Anak by Mulyati, 21. Jakarta: Pusaka Media.
Mursid. (2014). "Kurikulum dan pendidikan anak usia dini (PAUD) sebuah
harapan masyarakat." Azhari.
Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Cerdas Melalui Bermain. Jakarta :
Grasindo.
Purwanti, V. (2013). "jurnal tentang balok angka." peningkatan kemmapuan
berhitung melalui permainan balok angka, Vol.4 No.1 Mei (2013),
41.
81
Rachmat, F. (2017). "Kontribusi Permainan Kontruktivis (media balok)
dengan meningkatkan kemampuan kognitif." jurnal pendidikan usia
dini volume 11 Juni 2017, 242.
Rohmah, N. (2016). "Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan
Anak Usia Dini." Jurnal Tarbawi Vol. 13 No. 13, Maret 2016: 4-5.
Siti, Masganti. (2015) Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Medan :
Perdana Publishing h. 75.
Suyadi M.Pd.I & Maulidya Ulfah, M.Pd.I. (2012). Konsep Dasar PAUD.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Wendi, Muhammad. (2013). Memahami Cara Anak-Anak Belajar . Jakarta
Visi Media, h. 24.
Yaumi. (2013). Kecerdasan Jamak. Jakarta: Kencana Prenadamediagroup.
Yulianinngsih. (2019). "penenerapan permainan balok angka untuk
meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak ." jurnal ilmiah
pendidikan islam anak usia dini volume 1 nomer 2, Januari 2019:
134.
82
LAMPIRAN
83
84
85
LEMBAR KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2019
Nama Mahasiswa : Niaci Sartika
NIM : 2016.4.4.1.00557
Pembimbing Skripsi : 1. Neni Budiani, M.Pd
2. Muslimah, M.Pd
Judul Skripsi : “Metode Bermain dengan Menggunakan Balok
Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa
Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten
Cirebon”.
86
87
88
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Siklus I Pertemua Ke-1
89
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Siklus I Pertemuan Ke-2
90
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Siklus I Pertemuan Ke-3
91
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Siklus II Pertemuan Ke-1
92
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Siklus II Pertemuan Ke-2
93
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH)
Siklus II Pertemuan Ke-3
94
Instrumen Pra Tindakan
95
Instrumen Siklus I
96
Instrumen Siklus II
97
Anak mulai memilih balok angka
Anak membuat rel kereta
Anak membuat menara dari bentuk dan warna yang sama
98
Anak Membuat dan mengurutkan angka
Anak membuat bentuk gedung
99
BIODATA PENULIS
Nama lengkap NIACI SARTIKA. Lahir di Cirebon, 23
November 1996, putri dari pasangan Bapak Jamhari dan Ibu
Marsini. Penulis bertempat tinggal Blok Karang Anyar Rt.
002 / Rw. 002 Desa Wanasaba Kidul Kecamatan Talun
Kabupaten Cirebon. Latar belakang pendidikanyang
ditempuh oleh penulis, yaitu Pendidikan Taman Kanak-
Kanak Al-Washliyah Wanasaba Kidul lulus tahun2003,
SDN 1 Wanasaba Kidul lulus tahun 2009, SMPN 3 Sumber
lulus tahun 2012, MAN 2 Kota Cirebon lulus tahun 2015,
dan kuliah di Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, pada jurusan
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Tahun
Akademik 2020. Penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dan berjasa dalam hidup penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada kedua orang tua
(Bapak Jamhari & Ibu Marsini), adik-adik kandung tercinta yaitu Agus dan Dani
Erika, saudara sepupu Riki Sumarsono, kerabat dan sahabat, teman dekat dan
semua guru-guru. Semoga semua ilmu yang diajarkan kepada penulis dicatat
oleh Allah sebagai amal ibadah dan Allah membalasnya dengan balasan yang
lebih baik. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik serta hidayahnya
kepada kita semua. Terakhir penulis berharap semoga skripsi yang penulis buat
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, Juli 2020
Penulis