metnum 2006

130
1 METODE NUMERIK & FORTRAN FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA

Upload: alen-pepa

Post on 23-Jan-2015

527 views

Category:

Automotive


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Metnum 2006

1

METODE NUMERIK & FORTRAN

FAKULTAS ILMU KOMPUTERUNIVERSITAS GUNADARMA

Page 2: Metnum 2006

2

TIM PENYUSUN

Suryadi M.T Teguh Yuniarko Mike Susmikanti Maukar Mufid Nilmada Miftah Andriansyah Erni Rihyanti Fitri Ningsih Umi Sholikhah

Page 3: Metnum 2006

3

POKOK BAHASAN (1)

Pendahuluan (Algoritma) Solusi Persamaan Non Linier

Metode Bisection Metode False Position Metode Secant Metode Fixed point iteration Metode Newton Raphson

Page 4: Metnum 2006

4

POKOK BAHASAN (2)

Solusi Sistem Persamaan Linier Eliminasi Gauss Eliminasi Gauss Yourdan Iterasi Gauss-Seidel

Interpolasi Interpolasi Linier Interpolasi Kuadrat Interpolasi Lagrange Interpolasi Newton

Page 5: Metnum 2006

5

POKOK BAHASAN (3)

Integrasi Numerik Metode Empat persegi panjang Metode Trapesium Metode Simpson Metode Kuadratur Gauss

Page 6: Metnum 2006

6

Referensi

1. Steven C. Chapra & Raymond P. Canale, Metode Numerik untuk Teknik dengan Penerapan pada Komputer Pribadi, UI-Press, Jakarta, 1991.

2. Suryadi H.S., Pengantar Metode Numerik, Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, 1990

3. Suryadi M.T., Bahasa FORTRAN dan Analisis Numerik, Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, 1995

4. William H. Press, et. al., Numerical Recipes in FORTRAN, 2n ed, Cambridge University Press, 1992.

Page 7: Metnum 2006

7

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR

FAKULTAS ILMU KOMPUTERUNIVERSITAS GUNADARMA

Page 8: Metnum 2006

8

Pemrograman Terstruktur

Analisa

Persoalan

Struktur Data

+

Algoritma

Program

Pengembangan

Algoritma

Coding

Page 9: Metnum 2006

9

Analisa Persoalan

Persoalan apa yang perlu diselesaikan =>tujuan/program Bagaimana program harus berbuat untuk menyelesaikan

persoalan

Struktur Data Bagaimana menyusun data yang ada (struktur data) sehingga program menjadi efisien :

mudah dalam pengambilan data

mudah dalam memperbarui data (insert, delete, update)

mudah algoritmanya

Page 10: Metnum 2006

10

Algoritma

Suatu rancangan rinci yang menggambarkan langkah demi langkah instruksi-instruksi bagi komputer agar dapat memcahkan suatu persoalan

Algoritma dapat ditulis (yang mudah dimengerti manusia) berupa :

diagram alur (flowchart)

pengkodean semu (pseudocode)

Page 11: Metnum 2006

11

Program

Kumpulan instruksi, ditulis dalam suatu bahasa komputer (mis. TURBO PASCAL) yang memerintahkan komputer bagaimana memecahkan suatu persoalan

Garis besar Tahap analisa persoalan : menentukan data yang diperlukan

untuk proses (data input)

memahami dengan baik persoalan yang akan dipecahkan

menentukan data apa yang diharapkan muncul dari hasil proses (data output)

Page 12: Metnum 2006

12

Garis Besar

Tahap struktur data & algoritma : Rancang struktur data yang digunakan, sedemikian rupa sehingga mudah merancang algoritmanya

dan memberikan proses yang efisien Dengan memahami masalah yang dimiliki, rancang setiap langkah yang diperlukan untuk

menyelesaikan (bisa dalam bentuk flowchart ataupun pseudocode) dan pilih teknik-teknik yang efisien => design algorithm

Mencoba algoritma yang dibuat dengan data sederhana

Page 13: Metnum 2006

13

Garis Besar :

Tahap Program : Memahami syntax dari bahasa yang akan digunakan Inti : INPUT => PROSES => OUTPUT Coding : susun pengkodean-nya sesuai dengan algoritma

dan struktur data yang telah dibuat beserta Keterangannya

Debugging : memperbaiki kesalahan syntax (tahap compiling), kesalahan logika dan kesalahan run-time (tahap execution)

Testing : menguji dengan data yang telah diketahui hasil outputnya

dokumentasi

Page 14: Metnum 2006

14

Garis Besar

Di dalam menyusun algoritma, hanya dikenal 3 jenis struktur proses :

1. Struktur sederhana (sequence)

2. Struktur berulang (repetition/loop)

3. Struktur bersyarat

:

:

Perintah-perintah dilakukan secara berurutanSatu/sekumpulan perintah dilakukan berulang-ulangSatu/sekumpulan perintah dilakukan jika suatu kondisi dipenuhi

:

:

:

Algoritma yang disusun berdasarkan struktur di atas disebut : algoritma terstruktur, sedangkan program yang dibuat berdasarkan algoritma terstruktur dikatakan sebagai program terstruktur

Page 15: Metnum 2006

15

Garis Besar

Alasan menggunakan program terstruktur : Jika kita telah terbiasa menganalisa dan menyusun

program untuk suatu masalah dengan menggunakan teknik yang sama, maka pemecahan masalah (analisa, design, penyusunan program) akan menjadi lebih cepat dan mengurangi error

Jika persoalan dilakukan oleh suatu team work, dan semua programer menggunakan teknik yang sama, maka akan lebih mudah bagi seorang programmer untuk dapat membaca pekerjaan programmer yang laindan mudah dalam pengembangan /perbaikan program nantinya

Page 16: Metnum 2006

16

Struktur Logika (3 struktur kendali dasar)

Untuk menghindari terjadinya “spaghetti code” yang menyebabkan suatu program sulit untuk ditelusuri baik dalam penulisan maupun debugging maka digunakanlah 3 struktur kendali dasar yang dapat mengatur jalannya program :

1. Struktur Sederhana (berurutan) : jika perintah-perintah dilakukan secara berurutan

2. Struktur Berulang (loop) : jika sekumpulan perintah diulang beberapa kali

3. Struktur Bersyarat (selection) : jika sekumpulan perintah dilakukan pada kondisi tertentu

Page 17: Metnum 2006

17

Struktur Logika

Bentuk umum dari 3 struktur kendali proses

1

2

3

(1) (3)

1

2

3

4

Ny

(2)

1 ?

2

3

N

y

Page 18: Metnum 2006

18

Struktur Logika

a. Terdapat tiga macam struktur berulang :

FOR LOOP : badan loop dilakukan untuk sejumlah tertentu pengulangan

DO WHILE : lakukan pengujian, selama kondisi masih dipenuhi, lakukan badan loop

DO UNTIL : lakukan badan loop satu kali, uji kondisi dan lakukan badan loop sampai kondisi tidak dipenuhi

T

Y

2

?T

Y

1

?2

1

DO WHILE DO UNTIL

Page 19: Metnum 2006

19

Struktur Logika

b. Struktur Bersyarat dapat dibedakan :o Struktur 2 pilihan : IF – THEN – ELSEo Struktur lebih dari 2 pilihan : NESTED IF/ DO CASE

Y

T

?

Y T?

If - Then - Else

Page 20: Metnum 2006

20

Struktur Logika

Nested If Do Case

Page 21: Metnum 2006

21

Contoh 1

Persoalan :

tentukan apakah seorang mahasiswa dapat memiliki bobot nilai A, B, C, atau D jika diberikan syarat sbb. :

Nilai rata-rata Bobot

>85 A

70-85 B

55-70 C

<55 Ddimana Nilai rata-rata ditentukan dari 20% ujian 1, 35% ujian 2dan 45% ujian 3.

Latihan :

buatlah algoritmanya dengan mengikuti langkah-langkah dan struktur-struktur yang ada

Page 22: Metnum 2006

22

Contoh 2

Menjumlahkan n buah bilanganPersoalan : hitung

n

i iaS1

Analisa persoalan :

Dari n buah bilangan yang diketahui, harus dicari jumlah dari seluruh bilangan tersebut. Untuk itu diperlukan satu buah variabel penyimpanan jumlah, yang pada awalnya berisi 0 dan setiap kali dijumlahkan dengan masing-masing n bilangan a1, a2,…..an.

Page 23: Metnum 2006

23

Pengembangan Algoritma

Dekomposisi :

1. Baca/masukkan jumlah bilangan yang akan dijumlahkan2. Baca/masukkan bilangan-bilangan yang akan dijumlah3. Jumlahkan satu per satu bilangan di atas ke suatu nilai total4. Cetak nilai total tersebut

Perincian Sub Persoalan :

1. Masukkan jumlah bilangan yang akan dijumlah dan simpan pada variabel n

2. Lakukan sebanyak n kali :

masukkan nilai bilangan pada variabel ai (I= 1, 2, …,n)

3. Isi variabel S=0

Page 24: Metnum 2006

24

Pengembangan Algoritma

4. Lakukan sebanyak n kali :jumlahkan ai ke s (i = 1, 2, …, n)

5. Cetakisi variabel s

Data :Variabel penyimpanan banyaknya data (n) bertipe integerVaribel penyimpanan masing-masing bilangan linier array (ai) dan bertipe integer/real

Variabel penyimpanan nilai total (s) bertipe integer/real

Page 25: Metnum 2006

25

Pengembangan Algoritma

Algoritma 1 : Baca/masukkan suatu nilai dan simpan

pada variabel n Untuk nilai varibel i dari 1 s/d n lakukan :

baca/masukkan nilai ai

3. Set isi variabel s = 04. Untuk nilai variabel i dari 1 s/d n lakukan :

s = s + ai 5. Cetak variabel s

Page 26: Metnum 2006

26

Pengembangan Algoritma

Algoritma 2 :1. Baca/masukkan suatu nilai dan simpan

pada variabel n2. Set isi variabel s=03. Untuk nilai variabel i dari s/d n lakukan :

a. baca/masukkan nilai ai

b. s = s + ai

4. Cetak variabel s

Page 27: Metnum 2006

27

Latihan

Bila dibaca 2 buah bilangan bulat positip x dan y, maka buatlah algoritma untuk menghitung FPB dari x dan y !

Bila dibaca sebuah bilangan bulat positip x maka buatlah algoritma untuk menyatakan bahwa bilangan tersebut adalah bilangan Amstrong !

Page 28: Metnum 2006

28

SOLUSI PERSAMAAN NON LINIER

METODE BISEKSI (BAGI DUA)

Page 29: Metnum 2006

29

Metode Biseksi

Fungsi kontinu pada [a,b] Akarnya x = p & p [a,b] Untuk setiap iterasi akan membagi 2

interval yang memuat x = p dan berhenti bila mencapai suatu bilangan yang berada dalam toleransi (ditetapkan)

Hanya ada 1 akar dalam [X0,X1] maka f(X0)*f(X1) 0

Titik tengah interval X2=½(X0 + X1)

Page 30: Metnum 2006

30

Metode Biseksi (lanjutan)

Bila f(X0)*f(X2) 0 maka akar p [X0,X2]

Ulangi iterasi pada interval [X0,X1] yang baru (dalam hal ini [X0,X2])

Pada kasus lainnya, yakni bila f(X0)*f(X2) > 0, maka akar p [X2,X1]

Ulangi iterasi pada interval [X0,X1] yang baru (dalam hal ini [X2,X1])

Page 31: Metnum 2006

31

Metode Biseksi (lanjutan)

Setelah dilakukan n kali iterasi biseksi, akan diperoleh interval yang lebarnya (½)n(X1 – X0)

Bila (½)n(X1 – X0)<t maka akarnya berselisih kurang dari t terhadap kedua titik ujung interval kecil (terakhir) tsb.

Page 32: Metnum 2006

32

Metode Biseksi (lanjutan)

Bila diinginkan toleransi kesalahan lebih kecil dari t, maka diperlukan paling sedikit 2log(X1 – X0) iterasi biseksi, kecuali bila akarnya tepat pada ujung interval.

Page 33: Metnum 2006

33

Algoritma Biseksi (1)

INPUT X0 ,X1 ,F(X),T

WHILE [(X1 – X0) T OR F(X0)*F(X1) 0] DO

X2 = (X0 + X1)/2

IF F(X0)*F(X2) >0 THEN

X0 = X2

ELSE X1 = X2

ENDIFENDWHILE

Page 34: Metnum 2006

34

IF F(X0)=0 THEN

OUTPUT (X0)

ELSE IF F(X1) = 0 THEN

OUTPUT (X1)

ELSE OUTPUT (X2)

ENDIF

Algoritma Biseksi (2)

Page 35: Metnum 2006

35

KEUNTUNGAN BISEKSI

Selalu berhasil menemukan akar (solusi) yang dicari, atau dengan kata lain selalu konvergen.

Page 36: Metnum 2006

36

KELEMAHAN BISEKSI

Bekerja sangat lambat. Tidak memandang bahwa sebenarnya akar atau solusi yang dicari telah berada dekat sekali dengan X0 ataupun X1.

Page 37: Metnum 2006

37

SOLUSI PERSAMAAN NON LINIER

METODE REGULA FALSI (FALSE POSITION)

Page 38: Metnum 2006

38

METODE REGULA FALSI

Salah satu alternatif untuk mempercepat perhitungan akar (solusi).

Tetapkan interval awal [X0 ,X1] yang memuat akar (solusi).

Hitung X2 (yang merupakan titik ujung interval baru) : titik potong garis lurus dari titik [X0,f(X0)] ke titik [X1,f(X1)] dengan sumbu X.

Page 39: Metnum 2006

39

METODE REGULA FALSI

Persamaan garis lurus melalui titik [X0,f(X0)] dan [X1,f(X1)], yaitu :

)()(

)(

01

0

01

0

xfxf

xfy

xx

xx

Page 40: Metnum 2006

40

METODE REGULA FALSI

Garis tersebut berpotongan dengan sumbu X Y = 0 dengan titik absisnya yaitu X2, sehingga diperoleh :

)()()(

)(1

01

0102 xf

xfxf

xxxx

Page 41: Metnum 2006

41

METODE REGULA FALSI

Penetapan interval baru:

bila F(X0)*F(X2) <0 maka intervalnya menjadi [X0 , X2]

bila F(X0)*F(X2) >0 maka intervalnya menjadi [X2 , X1]

Page 42: Metnum 2006

42

Metode Regula Falsi

Pengulangan/iterasi mencari X2 dan interval baru dilakukan berdasarkan nilai toleransi atau bila akarnya belum ditemukan

Sebaiknya nilai toleransi secara relatif mengacu pada : error aproksimasi

Page 43: Metnum 2006

43

ALGORITMA REGULA FALSI

INPUT X0,X1,T,F(X), MAX

I=0; FOUND = falseREPEAT

I=I+1 X2 = X1 -(X1 - X0)*F(X1)/(F(X1)-F(X0))

IF F(X0)*F(X2)<0 THEN

X1 = X2

Page 44: Metnum 2006

44

ALGORITMA REGULA FALSI

ELSE X0 = X2

ENDIFIF (|(X2 - X1)/ X1|T OR I=MAX) THEN

FOUND=trueENDIF

UNTIL (FOUND=true)OUTPUT (X2)

Page 45: Metnum 2006

45

KELEMAHAN REGULA FALSI

Hanya salah satu titik ujung interval (X0 atau X1) yang bergerak menuju akar dan yang lainnya selalu tetap untuk setiap iterasi.

Sehingga mungkin [X0, X1] masih cukup besar jaraknya bila menggunakan batas | X1 - X0| T padahal X0 X2 atau X1 X2

Page 46: Metnum 2006

46

KELEMAHAN Regula falsi

hal tersebut dikenal dengan pendekatan error mutlak.

diperbaiki dengan pendekatan Error relatif :

Tx

xxT

x

xx

0

20

1

21 atau

Page 47: Metnum 2006

47

METODE SEKAN

SOLUSI PERSAMAAN NON LINIER

Page 48: Metnum 2006

48

Metode Sekan

Disebut juga Metode Interpolasi Linear Dalam prosesnya tidak dilakukan

penjepitan akar atau dpl. [X0, X1] tidak harus mengandung akar yang akan dicari.

Sehingga f(x0) dan f(x1) bisa bertanda sama

Untuk mencari X2 , sama dengan metode REGULA FALSI

Page 49: Metnum 2006

49

Metode Sekan (lanjutan)

Untuk iterasi berikutnya akan diperoleh interval baru [X0, X1] dengan cara pergeseran: X0 X1 , X1 X2

Iterasi berlangsung sampai batas maksimum (Max.) atau sampai dipenuhinya batas Toleransi (T):

| (X1 - X2 )/ X1 |≤ T

--------------------------|\/

Nilai kesalahan relatif

Page 50: Metnum 2006

50

Metode Sekan (lanjutan)

Proses Pencapaian Akar (Mtd. SEKAN) Tambah gambar ! (halaman akhir)

Page 51: Metnum 2006

51

Algoritma Sekan

INPUT X0, X1, T, Max, F(x) i = 0 Found = false REPEAT

i = i + 1 X2 = X1 – (X1 – X0)*F(X1)/(F(X1) – F(X0))

X0 = X1

X1 = X2

Page 52: Metnum 2006

52

Algoritma Sekan (lanjutan)

IF | (X0- X1)/ X0|≤ T OR

i = Max THEN Found = true

ENDIF UNTIL (Found = true) OUTPUT (X2)

Page 53: Metnum 2006

53

Page 54: Metnum 2006

54

METODE ITERASI TITIK TETAP

SOLUSI PERSAMAAN NON LINIER

Page 55: Metnum 2006

55

METODE ITERASI TITIK TETAP

Syaratnya: f(x) = 0 dapat diubah menjadi bentuk: x = g(x) (yang tidak unik) Cari akar dgn pertidaksamaan rekurens:

Xk+1 = g(Xk); untuk k = 0, 1, 2, 3, …

dgn X0 asumsi awalnya, sehingga diperoleh

barisan X0, X1, X2, X3, … yang diharapkan konvergen ke akarnya.

Jika g’(x) ε [a, b] dan g’(x) ≤ k dgn k< 1 Utk setiap

x ε [a, b] , maka titik tetap tersebut tunggal dan iterasinya akan konvergen menuju akar

Page 56: Metnum 2006

56

METODE ITERASI TITIK TETAP (cont’d)

Dari bentuk x = g(x), berarti akar dari f(x) tak lain adalah perpotongan antara garis lurus y = x dan kurva y = g(x).

Page 57: Metnum 2006

57

Page 58: Metnum 2006

58

CONTOH KASUS

CONTOH:f(x) = x – e1/x ; bentuk x = g(x), yaitu: f(x) = x – e1/x dapat ditulis: f(x) = 0 x – e1/x = 0 shg didapat x = g(x), antara lain:

a. x = e1/x

b. x = e1/x ln x = 1/x (ln e) x = 1/ln xc. x = e1/x 2x = x + e1/x x = 1/2(x +

e1/x)

Page 59: Metnum 2006

59

CONTOH KASUS (lanjutan)

ambil x0 = 1.5

periksa kekonvergenan iterasi:a. g’(x) = - (1/x2 ) e1/x

g’(x) = - (1/(1.5)2 ) e1/1.5 = …. ?

Page 60: Metnum 2006

60

METODE NEWTON-RAPHSON

SOLUSI PERSAMAAN NON LINIER

Page 61: Metnum 2006

61

METODE NEWTON-RAPHSON

Waktu pencarian akarnya relatif lebih cepat dibandingkan metode lainnya.

Memanfaatkan turunan fungsi f(x) pada suatu titik P [x1, f(x1)]

Membuat garis singgung pada titik P tsb yg memotong sumbu x didapat xi+1

Sampai ditemukan akarnya (sesuai batas toleransi/error yg diberikan)

Page 62: Metnum 2006

62

Gambar Grafik

Page 63: Metnum 2006

63

METODE NEWTON-RAPHSON (lanjutan)

Persamaan garis singgung melalui P [X1,

f(X1)] adalah: y – f(X1) = f ’(X1) . (X – X1)

dgn f ’(X1) : gradien garis singgung Persamaan tsb memotong sumbun x di

titik (X2, 0) maka akan diperoleh:

0 - f(X1) = f’(X1). (X2– X1)

X2 .f’(X1) - X1.f’(X1) = - f’(X1)

X2 = X1 - f(X1)/ f’(X1)

Page 64: Metnum 2006

64

METODE NEWTON-RAPHSON (lanjutan)

Secara Rekurens, persamaan tsb dinyatakan menjadi:

Xi+1= Xi - f(X1)/ f’(X1)

Utk i = 1, 2, 3, …f’(Xi): turunan pertama f(X) pada x = xi.

Page 65: Metnum 2006

65

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN

LINIER

Page 66: Metnum 2006

66

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) SPL dengan m persamaan dan n variabel:

a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = b1

a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = b2

: : :am1x1 + am2x2 + … + amnxn = bm

atau dalam bentuk matriks: Ax = ba11 a12 … a1n x1 b1

a21 a22 … a2n x2 b2

: : :am1 am2 … amn xn bm

A x b

Solusi dari SPL Ax = b adalah nilai-nilai dari x1, x2, …, xn Э memenuhi persamaan ke -1 s/d ke –m

Solusi dari SPL:3x1 + 2x2 = 16-x1 + 3x2 = 13

Page 67: Metnum 2006

67

METODE ELIMINASI GAUSS

Misalkan: A(n x n), sehingga SPL: Ax = b dengan A(n x n), x(n x 1) dan B(n x 1)

Untuk menentukan solusi SPL tersebut dilakukan dalam 2 langkah utama :

Langkah 1:Mengeliminir x1 s/d x2 atau dpl membuat Ax = b menjadi bentuk A*x = b* dengan A* adalah matriks segitiga atas

Langkah 2:Melakukan substitusi mundur (“back substitutions”) sehingga diperoleh Xn, xn-1, xn-2,…,x2, x1

Page 68: Metnum 2006

68

Contoh:a11x1 + a12x2 + a13x3 = a14a21x1 + a22x2 + a23x3 = a24a31x1 + a32x2 + a33x3 = a34

Eliminasi x1 pada baris ke dua dpl. Membuat koefisien x1 pada baris ke dua menjadi nol (manfaatkan operasi elementer baris/kolom)

FOR j = 1 to 4a2j = a2j – a21/a11 x a1j

NEXT j

Eliminir x1 pada baris ke tiga

FOR j = 1 to 4a3j = a3j – a31/a11 x a1j

NEXT j

Page 69: Metnum 2006

69

Secara umum untuk mengeliminir x1:

FOR i = 2 to 3 FOR j = 1 to 4

aij = aij – ai1/a11 x a1j

NEXT jNEXT I

Secara umum untuk mengeliminir: xk FOR i = k + 1, n

FOR j = k, n + 1aij = aij – aik/akk x akj

NEXT jNEXT i

Page 70: Metnum 2006

70

Setelah dieliminir x1 dan x2 maka diperoleha11 x1 + a12 x2 + a13 x3 = a14

a22 x2 + a23 x3 = a24

a33 x3 = a34 Langkah utama ke dua: substitusi mundur dari

persamaan ke 3 diperoleh:x3 = a34/a33

Substitusi x3 ke persamaan ke 2, sehingga diperoleh:x2 = (a24 – a23 x3) / a22

Substitusi x3 dan x2 ke persamaan ke 1, sehingga diperoleh: x1

Dengan demikian diperoleh x1, x2, x3 Э Ax = b

Page 71: Metnum 2006

71

CONTOH KASUS1. Tentukanlah solusi dari SPL:

x1 - 2x2 + x3 = 4

2x1 - 5x2 + 5x3 = 10

x1 + x2 + x3 = 7

(dpl x1, x2 dan x3 ?)

Page 72: Metnum 2006

72

ALGORITMA GAUSS

FOR i = 1 to nFOR j = 1 to n + 1

INPUT (aij)NEXT j

NEXT IFOR k = 1 to n – 1

FOR i = k + 1 to nu = aik/akkFOR j = k to n + 1

aij = aij – u * akjNEXT j

NEXT INEXT k

Page 73: Metnum 2006

73

xn = an n+1/ann

FOR i = n – 1 DOWNTO 1sum = 0FOR j = i + 1 to n

sum = sum + aij * xj

NEXT jxi = (ai n+1 – sum)/aii

NEXT iFOR i = 1 to n

OUTPUT (xi)NEXT i

Page 74: Metnum 2006

74

Perhatian ! Dalam mengeliminir xk, selalu dihitung

aik/akk, selanjutnya dinyatakan dengan variabel u. Bila |akk| 0 maka “berbahaya” karena u bisa mengandung error yang besar

Untuk menghindarinya, susun kembali SPL nya Э |akk| selalu yang terbesar dalam kolom ke k, akk disebut elemen PIVOT

Page 75: Metnum 2006

75

ALGORITMA PIVOTING PADA ELIMINASI GAUSS

FOR k = 1 to n-1max = abs(akk)p = kFOR m = k + 1 to n

IF abs(amk) > max THENmax = abs(amk)p = m

ENDIFNEXT mIF max ≤ THEN

OUTPUT (“ILL-CONDITION”)

STOPENDIF

IF p ≠ k THENFOR i = k TO n+1

temp = akl

akl = apl

apl = temp

NEXT iENDIF

FOR i = k+1 TO nu = aik/akk

FOR j = k TO n+1aij = aij – u * akj

NEXT jNEXT i

NEXT k

Page 76: Metnum 2006

76

METODE ELIMINASI GAUSS-YOURDAN

Untuk mencari solusi SPL, dilakukan dalam 3 langkah utama :1. Transformasikan A dari Ax = b Э menjadi A*

(segitiga atas) dari A*x = b*2. Transformasikan A* (hasil dari langkah 1) Э

menjadi A** (matriks diagonal) dari A**x = b**

3. Tentukan xi i = 1,2, …,n berdasarkan hasil langkah 2. xi = b**i/a**i i = 1,2,..,n

Metode ini jarang digunakan karena sangat mahal (n3)

Page 77: Metnum 2006

77

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN

LINIER

METODE ITERASI GAUSS SEIDEL - IGS

Page 78: Metnum 2006

78

SISTEM PERSAMAAN LINIER (SPL)

Bila diketahui SPL dengan n persamaan dan n variabel, sebagai berikut :a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = a1(n+1) .. (1)

a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = a2(n+1) .. (2):an1x1 + an2x2 + … + annxn = an(n+1) .. (n)

Maka solusinya dapat diperoleh dengan cara :

Page 79: Metnum 2006

79

Algoritma (pseudo code) IGS - 1

Langkah ke-1 : Tebak sebarang nilai awal untuk variabel x2 , x3 , ... , xn . Namakan nilai awal tersebut x2

0 , x30 , … , xn

0 .

Langkah ke-2 : Substitusikan x2

0 , x30 , … , xn

0 ke SPL (1) untuk memperoleh nilai x1 lalu namakan dengan x1

1 .

Page 80: Metnum 2006

80

Langkah ke-3 : Substitusikan x1

1 , x30 , x4

0 , … , xn0 ke

SPL (2) untuk memperoleh nilai x2 lalu namakan dengan x2

1 .

Langkah ke-4 : Substitusikan x1

1 , x21 , x4

0 , x50 , … , xn

0 ke SPL (3) untuk memperoleh nilai x3

lalu namakan dengan x31 .

Algoritma (pseudo code) IGS - 2

Page 81: Metnum 2006

81

Langkah ke-5 : dan seterusnya, sampai diperoleh x1

1 , x2

1 , x31 , … , xn-1

1 , selanjutnya substitusika ke SPL (n) untuk memperoleh nilai xn lalu namakan dengan xn

1 .

( Iterasi ke-1 selesai dengan diperolehnya nilai : x1

1 , x21 , x3

1 , … , xn-11 , xn

1 . )

Algoritma (pseudo code) IGS - 3

Page 82: Metnum 2006

82

Langkah ke-6 :

Ulangi langkah ke-2 s/d ke-5

(substitusikan x21 , x3

1 , … , xn1 ke

SPL (1) untuk memperoleh nilai x1

lalu namakan dengan x12 ). Sampai

nanti diperoleh nilai x12 , x2

2 , x32 , … ,

xn-12 , xn

2 .

Algoritma (pseudo code) IGS - 4

Page 83: Metnum 2006

83

Langkah ke-7 : Iterasi berakhir pada iterasi ke-k, bila :| xj

k – xjk+1 | < T

dengan T nilai toleransi kesalahan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Algoritma (pseudo code) IGS - 5

Page 84: Metnum 2006

84

Tingkat Konvergensinya

Algoritma tersebut BELUM TENTU KONVERGEN !!!

Syarat Konvergensi :Matriks koefisiennya (A) harus bersifat DIAGONALLY DOMINANT

Page 85: Metnum 2006

85

Matriks Diagonally Dominant

dengan ;1

n

ijjijii aai

i a an

ijjijii

;1

dan

Page 86: Metnum 2006

86

Contoh Soal 1:

Diketahui SPL sebagai berikut :3x1 – 10x2 = 3

x1 + x2 = 2

Carilah nilai x1 dan x2 dengan menggunakan metode iterasi Gauss-Seidel dengan Toleransinya 0,005 !

Page 87: Metnum 2006

87

Jawab Contoh Soal 1 : (1)

Periksa tingkat konvergensinya.Diperoleh bahwa :|a11|=3 ; |a12|=10 ; |a21|=1 ; |a22|= 1

3 10

1 1

1i 2

1;1111

untukaajj

j

2i 2

2;1222

untukaajj

j

Page 88: Metnum 2006

88

Jawab Contoh Soal 1 : (2)

Jadi SPL tersebut TIDAK DIAGONALLY DOMINANT. Sehingga tidak akan konvergen bila dipecahkan dengan metode Iterasi Gauss-Seidel.

Untuk itu, ubah penyajian SPL nya menjadi :

x1 + x2 = 2

3x1 – 10x2 = 3Periksa tingkat konvergensinya !!

Page 89: Metnum 2006

89

Jawab Contoh Soal 1 : (3)

Periksa tingkat konvergensinya.Diperoleh bahwa :|a11|= 1 ; |a12|= 1 ; |a21|= 3 ; |a22|= 10

1 1

10 3

1i 2

1;1111

untukaajj

j

2i 2

2;1222

untukaajj

j

Page 90: Metnum 2006

90

Jawab Contoh Soal 1 : (4)

Jadi SPL hasil perubahannya bersifat DIAGONALLY DOMINANT konvergen

Selanjutnya jalankan algoritmanya terhadap SPL : !

x1 + x2 = 2 … (1)

3x1 – 10x2 = 3 … (2)

Page 91: Metnum 2006

91

Jawab Contoh Soal 1 : (5)

Iterasi ke-1 :1. Tebak nilai awal x2

0 = 0

2. Substitusikan x20 = 0 ke SPL (1) :

x1 + x2 = 2 x1 + 0 = 2 x1 = 2

didapat x11 = 2

3. Substitusikan x11 = 2 ke SPL (2) :

3x1 – 10x2 = 3 3.(2) – 10x2 = 3

6 – 10x2 = 3 x2 = 0,3

didapat x21 = 0,3

Page 92: Metnum 2006

92

Jawab Contoh Soal 1 : (6)

Iterasi ke-2 :2. Substitusikan x2

1 = 0,3 ke SPL (1) :

x1 + x2 = 2 x1 + 0,3 = 2 x1 = 1,7

didapat x12 = 1,7

3. Substitusikan x12 = 1,7 ke SPL (2) :

3x1 – 10x2 = 3 3.(1,7) – 10x2 = 3

5,1 – 10x2 = 3 x2 = 0,21

didapat x22 = 0,21

Page 93: Metnum 2006

93

Jawab Contoh Soal 1 : (7)

Iterasi ke-3 :2. Substitusikan x2

2 = 0,21 ke SPL (1) :

x1 + x2 = 2 x1 + 0,21 = 2 x1 = 1,79

didapat x13 = 1,79

3. Substitusikan x12 = 1,79 ke SPL (2) :

3x1 – 10x2 = 3 3.(1,79) – 10x2 = 3

5,37 – 10x2 = 3 x2 = 0,237

didapat x23 = 0,237Dan seterusnya…..

Page 94: Metnum 2006

94

Jawab Contoh Soal 1 : (8)

Iterasi ke-4, ke-5 dst Lanjutkan sendiri, sebagai latihan !! Ingat, proses iterasi akan berhenti bila

kondisi

| xjk – xj

k+1 | < 0,005

Terpenuhi !!

Page 95: Metnum 2006

95

Jawab Contoh Soal 1 : (9)

Rangkuman Proses Iterasinya :

Iterasi ke-

x1 x2

123456

2,0001,7001,7901,7631,7711,769

0,3000,2100,2370,2290,2310,231

Page 96: Metnum 2006

96

ALGORITMA IGSINPUT A(n,n+1), e, maxitINPUT xi (nilai awal)k 1 ; big 1WHILE (k ≤ maxit and big e) DO

big 0FOR i = 1 TO n

sum 0FOR j = 1 TO n

IF j ≠ i THENsum sum + aij

NEXT jtemp (ai n+1 – sum) / aii

relerror abs((xi – temp) / temp)IF relerror big THEN

big relerrorxi temp

NEXT Ik k + 1

ENDWHILEIF k > maxit THEN

OUTPUT(“TDK KONVERGEN”)ELSE OUTPUT (“KONVERGEN”)ENDIFOUTPUT(xi)

Page 97: Metnum 2006

97

INTERPOLASI

Page 98: Metnum 2006

98

INTERPOLASI

Interpolasi adalah teknik mencari harga suatu fungsi pada suatu titik diantara 2 titik yang nilai fungsi pada ke-2 titik tersebut sudah diketahui

dpl. : cara menentukan harga fungsi f dititik x* ε [x0,xn] dengan menggunakan informasi dari seluruh atau sebagian titik-titik yang diketahui ( x0, x1, …., xn)

x x0 x1 x2 ……. xn

f(x) f(x0) f(x1) f(x2) ……. f(xn)

Page 99: Metnum 2006

99

Teknik Umum yang digunakan :

(i) Membentuk polinomial berderajat ≤ n yg mempunyai harga fungsi di titik-titik yang diketahui Polinomial Interpolasi

(ii) Masukkan titik yang ingin dicari harga fungsinya ke dalam polinomial interpolasi

Page 100: Metnum 2006

100

Interpolasi Linier Interpolasi Kuadrat Interpolasi Lagrange Interpolasi Newton

Jenis Interpolasi

Page 101: Metnum 2006

101

INTERPOLASI LINIER (1)

Misalkan ada m bilangan : x1, x2, …., xm

dan bilangan lain yang berkaitan : y1, y2 , …., ym

maka masalahnya : berapa harga y* pada

x* ε [xk,xk+1] ?

y

x

yk+1

xk+1

yk

xk

y*

x*

?

Page 102: Metnum 2006

102

Ambil ruas garis yang menghubungkan titik (xk,yk) dan (xk+1,yk+1)

Diperoleh persamaan garisnya :

)(*

* 1

1kk

kk

k

k yyxx

xxyy

)(*

* 1

1kk

kk

k

k yyxx

xxyy

kk

kk

k

k

xx

yy

xx

yy

1

1

*

*

INTERPOLASI LINIER (2)

Page 103: Metnum 2006

103

Jadi persamaan garisnya adalah :

)(*

* 1

1kk

kk

k

k yyxx

xxyy

y

x

yk+1

xk+1

yk

xk

y*

x*

?

INTERPOLASI LINIER (3)

Page 104: Metnum 2006

104

Diketahui data sebagai berikut :

Tentukan harga y pada x = 6,5 !Jawab : x = 6,5 terletak antara x=6 & x=7

)( 1

1kk

kk

k

k yyxx

xxyy

5,42)3649()67(

)65,6(36

y

Contoh – 1 : (1)

x -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

y 9 4 1 0 1 4 9 16 25 36 49

Hasilnya

Page 105: Metnum 2006

105

Alternatif 2 :x = 6,5 terletak antara x=1 & x=7

)( 1

1kk

kk

k

k yyxx

xxyy

45)48()6(

)5,5(1)149(

)17(

)15,6(1

y

Hasilnya

Contoh – 1 : (2)

Page 106: Metnum 2006

106

Bandingkan hasil kedua jawaban tersebut !!Mana yang mendekati jawaban yang sesungguhnya ..??Karena hub. x & y adalah y = x2 maka untuk harga x = 6,5 didapat y = (6,5)2 = 42,25=> Kesalahan mutlak (E) : |42,5 – 42,25| = 0,25

x -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

y 9 4 1 0 1 4 9 16 25 36 49

Contoh – 1 : (3)

Page 107: Metnum 2006

107

Kesalahan mutlak (E), untuk : y = 42,5 |42,5 – 42,25| = 0,25 = 25 %

Sedangkan untuk y = 45 |45 – 42,25| = 3,25 = 325 %

Contoh – 1 : (4)

Page 108: Metnum 2006

108

Contoh-2 :Diketahui tabel akar bilangan sbb :

Tentukan akar dari 2,155 (2,155)1/2 = 1,46629 + (0,005/0,010) (1,46969 –

1,46629) = 1,46629 + 0,00170

(2,155)1/2 = 1,46799Kesalahan mutlaknya |1,4679918 -1,46799| =

0,0000018

Tentukan akar dari 2,153 dan Kesalahan mutlaknya !

N …. 2,14 2,15 2,16 ….

N1/2 …. 1,46287 1,46629 1,46969 ….

Page 109: Metnum 2006

109

INTERPOLASI KUADRAT

Banyak kasus, penggunaan interpolasi linier tidak memuaskan karena fungsi yang diinterpolasi berbeda cukup besar dari fungsi linier

Untuk itu digunakan polinomial lain yg berderajat dua (interpolasi kuadrat) atau lebih mendekati fungsinya

Caranya :- Pilih 3 titik & buat polinomial berderajat dua

melalui ke - 3 titik tsb., shg dpt dicari harga fgs. pada x = x*

- Pemilihan ke-3 ttk tsb., dapat :- xk-1 < xk < xk+1 atau- xk-1 < x* < xk < xk+1

Page 110: Metnum 2006

110

Persamaan umum Polinomial kuadrat :

P(x) = a0 + a1 x + a2 x2 …..(*)

3 titik (xk-1,yk-1), (xk,yk) & (xk+1,yk+1) dilalui fgs. P(x) berarti:

yk-1 = a0 + a1 xk-1 + a2 xk-12

yk = a0 + a1 xk + a2 xk2 …………………………. (**)

yk+1 = a0 + a1 xk+1+ a2 xk+12

=> Akan diperoleh dari 3 pers. yaitu a0, a1 dan a2 kemudian subst. ke (*) & diperoleh pers. kuadrat, shg dapat dicari nilai fgs. untuk x = x* yaitu P(x*) = a0 + a1 x* + a2 x*2

=> Sistim pers. non homogen (**) memp. solusi dan solusinya unik (tunggal)

Page 111: Metnum 2006

111

INTERPOLASI LAGRANGE

Interpolasi Lagrange adalah salah satu formula untuk interpolasi berselang tidak sama selain formula interpolasi Newton umum & metoda Aitken. Walaupun demikian dapat digunakan pula

untuk interpolasi berselang sama. Misalkan fgs. y(x) kontinu & diferensiabel sampai

turunan (n+1) dalam interval buka (a,b). Diberikan (n+1) titik (x0,y0), (x1,y1), …, (xn,yn) dengan nilai x tidak perlu berjarak sama dengan yang lainnya, dan akan dicari suatu polinom berderajat n. Untuk pemakaian praktis, formula interpolasi Lagrange dapat dinyatakan sbb. :

Page 112: Metnum 2006

112

Formula Interpolasi Lagrange

Jika y(x) : nilai yang diinterpolasi; x : nilai yg berkorespondensi dg y(x)

x0, x1, …., xn : nilai x dan y0, y1, …., yn : nilai y

0

02010

21

))...()((

))...()(()( y

xxxxxx

xxxxxxxy

n

n

1

12101

20

))...()((

))...()((y

xxxxxx

xxxxxx

n

n

n

nnnn

n

yxxxxxx

xxxxxx

))...()((

))...()((

.

.

110

110

Page 113: Metnum 2006

113

Contoh 1:

Nilai yg. berkorespondensi dengan y = 10log x adalah :

Carilah 10log 301 ?Untuk menghitung y(x) = 10log 301 dimana x = 301, maka nilai diatas menjadi

X 300 304 305 307

10log x 2,4771 2,4829 2,4843 2,4871

x0 = 300 x1 = 304 x2 = 305 x3 = 307

y0 = 2,4771

y1 = 2,4829 y2 = 2,4843

y3 = 2,4871

Page 114: Metnum 2006

114

Dengan menggunakan interpolasi lagrange

4771,2)307300)(305300)(304300(

)307301)(305301)(304301()(xy

4829,2)307304)(305304)(300304(

)307301)(305301)(300301(

4843,2)307305)(304305)(300305(

)307301)(304301)(300301(

4871,2)305307)(304307)(301307(

)305301)(304301)(300301(

7106,04717,49658,42739,1 4786,2)( xy

Page 115: Metnum 2006

115

Contoh 2 :

Bila y1 = 4, y3 = 12, y4 = 19 dan yx = 7, carilah x ?

Karena yg ditanyakan nilai x dengan nilai y diketahui, maka digunakan interpolasi invers atau kebalikan yg analog dg interpolasi Lagrange.

Nilai sebenarnya dari x adalah 2, karena nilai-nilai atau data diatas adalah hasil dari polinom y(x) = x2 + 3. Adapun untuk membentuk polinom derajat 2 dengan diketahui 3 titik, dapat menggunakan cara yang sebelumnya pernah dibahas dalam hal mencari persamaan umum polinomial kuadrat.

)1()194)(124(

)197)(127(x

)3()1912)(412(

)197)(47()4(

)1219)(419(

)127)(47(

86,17

4

14

27

2

1x

Page 116: Metnum 2006

116

INTEGRASI NUMERIK

Page 117: Metnum 2006

117

INTEGRASI NUMERIKINTEGRASI NUMERIK

Masalah

Menghitung luas daerah di atas sumbu x yang dibatasi oleh kurva y = f(x), antara x = a dan x = b

Dari ilustrasi di samping secara kalkulus hasilnya adalah :

dx f(x) = Lb

a

Contoh :

Hitung luas daerah di atas sumbu x yang dibatasi oleh kurva y = x2, antara x = 0 dan x = 4

Solusi : luassatuan 1.332 364 )0( - )4( x dx )( = L 333

31

31

4

0312

4

0

x

Page 118: Metnum 2006

118

Metode secara numerik

A. Metode Pendekatan Persegi Panjang

B. Metode Trapesium

A. Metode Pendekatan Persegi Panjang

Bagi interval a sampai b atas n sub-interval Hitung nilai fungsi pada ujung-ujung sub-interval tersebut f (xk ) Hitung luas tiap-tiap persegi panjang tersebut Pk = h * f (xk ) Jumlahkan semua luas persegi panjang tersebut

( ) = na - bh

)f(x . h = L k

h

1k

METODE PERSEGI PANJANGMETODE PERSEGI PANJANG

Page 119: Metnum 2006

119

METODE PERSEGI PANJANGMETODE PERSEGI PANJANG

Selain mengambil tinggi persegi panjang ke-k, sama dengan f (xk ) yaitu nilai fungsi pada ujung kanan sub-interval ke-k tersebut, juga dapat mengambil tinggi sama dengan f (xk-1 ) yaitu nilai fungsi pada ujung kiri sub-interval, ataupun juga pada :

2) / )x+ f((x k1-k yaitu nilai fungsi pada titik tengah sub-interval

Contoh:

Cari luas daerah di bawah kurva f(x) = x2, antara x = 0 sampai x = 4

Solusi: Interval (0, 4) dibagi menjadi 4 bagian sama panjang, n = 4 h = (4 - 0)/4 = 1 Luas persegi panjang P1 = 1 * f(1) = 1 * 1 = 1

P2 = 1 * f(2) = 1 * 4 = 4

P3 = 1 * f(3) = 1 * 9 = 9

P4 = 1 * f(4) = 1 * 16 = 16

Luas Total = 30

Penyimpangannya = 30 – 21.33 = 8.66

+

Page 120: Metnum 2006

120

Jika interval (0, 4) dibagi menjadi 8 sub-interval, n = 8 h = (4 - 0)/8 = 0.5 Luas persegi panjang P1 = 1 * f(0.5) = 1 * 1 = 0.125

P2 = 1 * f(1.0) = 1 * 4 = 1

P3 = 1 * f(1.5) = 1 * 9 = 1.125

P4 = 1 * f(2.0) = 1 * 16 = 2

P5 = 1 * f(2.5) = 1 * 4 = 3.125

P6 = 1 * f(3.0) = 1 * 9 = 4.5

P7 = 1 * f(3.5) = 1 * 16 = 6.125

P8 = 1 * f(4.0) = 1 * 16 = 8

Luas Total = 26

Penyimpangannya = 26 – 21.33 = 4.67

Jika banyaknya sub-interval diperbanyak lagi, misal n = 40, diperoleh L = 22.14, dan untuk n = 100 diperoleh L = 21.6544

+

METODE PERSEGI PANJANGMETODE PERSEGI PANJANG

Page 121: Metnum 2006

121

Jika diambil tinggi adalah nilai fungsi pada ujung kiri sub-interval

Luas P1 = 0.5 * f(0.0) = 0.5 * 0 = 0

P2 = 0.5 * f(0.5) = 0.5 * 0.25 = 0.125

P3 = 0.5 * f(1.0) = 0.5 * 1 = 1

P4 = 0.5 * f(1.5) = 0.5 * 2.25 = 1.125

P5 = 0.5 * f(2.0) = 0.5 * 4 = 2

P6 = 0.5 * f(2.5) = 0.5 * 6.25 = 3.125

P7 = 0.5 * f(3.0) = 0.5 * 9 = 4.5

P8 = 0.5 * f(3.5) = 0.5 * 12.25 = 6.125

Luas Total = 18

+

METODE PERSEGI PANJANGMETODE PERSEGI PANJANG

Page 122: Metnum 2006

122

Jika tinggi sama dengan titik tengah interval, diperoleh:

Luas P1 = 0.5 * f(0.25) = 0.03125

P2 = 0.5 * f(0.75) = 0.28125

P3 = 0.5 * f(1.25) = 0.78125

P4 = 0.5 * f(1.75) = 1.53125

P5 = 0.5 * f(2.25) = 2.53125

P6 = 0.5 * f(2.75) = 3.78125

P7 = 0.5 * f(3.25) = 5.23125

P8 = 0.5 * f(3.75) = 7.03125

Luas Total = 21.2000

+

Perhatikan bahwa hasil terakhir ini adalah yang terbaik.

METODE PERSEGI PANJANGMETODE PERSEGI PANJANG

Page 123: Metnum 2006

123

B. Metode Trapesium

Bagi interval (a, b) menjadi n sub-interval yang sama Hitung nilai fungsi pada ujung-ujung sub-interval tersebut f (xk ) Hitung luas trapesium Pk = h * f (xk )

Luas trapesium ke-1 = t1 = ½ ( f(x0) + f(x1) ) * h = h/2 ( f(x0) + f(x1) )

ke-2 = t2 = ½ ( f(x1) + f(x2) ) * h = h/2 ( f(x1) + f(x2) )

……………. ke-n = tn = ½ ( f(xn-1) + f(xn) ) * h = h/2 (f(xn-1) + f(xn) )

Luas Total = t1 + t2 + ……. + tn

= h/2 ( f(x0) + f(x1) ) + h/2 ( f(x1) + f(x2) ) + ……. + h/2 (f(xn-1) + f(xn) )

( ) = na - bh

)f(x )f(x 2 )f(x 2

1

1nk0

n

k

h

METODE TRAPESIUMMETODE TRAPESIUM

Page 124: Metnum 2006

124

METODE TRAPESIUMMETODE TRAPESIUM

Page 125: Metnum 2006

125

Contoh:

Hitung luas daerah di bawah kurva f(x) = x2, antara x = 0 sampai x = 4

Solusi: Interval (0, 4) dibagi menjadi 4 sub-interval, n = 4 h = (4 - 0)/4 = 1

Luas total

xk 0 1 2 3 4

f(xk) 0 1 4 9 16

)f(x )f(x 2 )f(x 2

3

14k0

k

h

22 16 9)4(1 2 0 2

1

METODE TRAPESIUMMETODE TRAPESIUM

Page 126: Metnum 2006

126

Rumusan yang paling akurat untuk integrasi numerik Tinjauan Gauss dalam perhitungan integral F(x) dx berdasarkan nilai f(x) dalam sub interval yang

tidak berjarak sama, melainkan simetris terhadap titik tengah interval

I = f(x) dx

= (a-b) [R1 (U1 ) + R2 (u2) + … + Rn (Un)]

U1,U2,…,Un adalah titik dalam interval [-1/2,1/2] (U) = f(x) = f[(b-a)u + ]X = (b-a)u + (Tersedia tabel nilai numerik parameter U dan R)

METODE KUADRATUR GAUSS

ba

ba

2

ba

2

ba

Page 127: Metnum 2006

127

ALGORITMA KUADRATUR GAUSS

Algoritma:a) Inisialisasi tabel koefisien gaussb) Definisikan fungsi integranc) Tentukan batas pengintegralan a dan bd) Inisialisasi : sum = 0e) Hitung : sum = sum + Ri x (Ui), i = 1 sampai nf) Hitung : I = (b-a) x sumg) Tulis hasil integral

Page 128: Metnum 2006

128

METODE SIMPSON

Paling luas pemakaiannya Untuk pendekatannya memakai parabola yang melalui 3

ordinat dari 2 interval berdampingan Eksak untuk polinim derajat dua atau kurang Lebih teliti dan rumus tidak lebih rumit dari metode

trapesium n = banyak interval h =

I = (Y0 + 4Y1 + 2Y2 + 4Y3 + 2Y4 +…+ 2Yn-4 + 4Yn-3 + 2Yn-2 +

4Yn-1 + Yn) Kesalahan pemotongan : eT ~ (b-a) f (Q), a<Q<b

n

ab

3

h

IV

180

4h

Page 129: Metnum 2006

129

ALGORITMA METODE SIMPSON

Algoritma:a) Definisikan fungsi integranb) Tentukan batas pengintegralan a dan b dan

jumlah segmen n (harus genap)c) Hitung : h = (b-a)/nd) Inisialisasi sum = F (a) + 4 x F (a+h)e) Hitung untuk i = 2 sampai i = n-1 dengan

indeks pertambahan sama dengan 2 sum = sum + 2 x F (a+ixh) + 4 x F (a+(i+1)h)

f) Hitung nilai integral I = h/3 x (sum + F(b))g) Tulis hasil perhitungan

Page 130: Metnum 2006

130

PENUTUP

Semoga sukses dalam proses belajar !

Tim – MetNum 2005