metabolisme obat

23

Click here to load reader

Upload: nana-kembangkempis

Post on 13-Aug-2015

1.412 views

Category:

Documents


140 download

TRANSCRIPT

Page 1: METABOLISME OBAT

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

PERCOBAAN II

METABOLISME OBAT

Disusun oleh :

1. Sekar Arum Seta (FA/08358)

2. Suven (FA/08361)

3. Erna Wulandari (FA/08362)

Kelas/Golongan/Kel. : B/III/5

Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2010

Dosen jaga : Prof. Dr. Sugiyanto, SU, Apt.

Asisten Jaga : Candra dan Beta

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

2010

Page 2: METABOLISME OBAT

METABOLISME OBAT

I. TUJUAN Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolise obat dengan mengukur efek farmakologinya berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi data secara statistik.

II. DASAR TEORIObat yang masuk ke dalam tubuh mengalami reaksi modifikasi kimia atau

disebut sebagai biotransformasi, istilah lain dari metabolisme. Umumnya, proses ini mengurangi atau menghilangkan aktivitas biologi obat dan meningkatkan hidrofilisitasnya sehingga lebih larut air setelahnya, obat akan dieliminasi melalui ginjal. Karena kecepatan eliminasi obat berkaitan dengan konsentrasi terapeutik, obat biasanya didesain dengan ikatan lemah, contohnya ikatan ester yang mudah dihidrolisis oleh esterase.

(Lullman et al, 2000)Metabolisme obat memiliki dua efek penting:

1. Obat dibuat menjadi lebih hidrofilik sehingga mempercepat laju ekskresinya melalui ginjal. Maksudnya adalah metabolit yang hidrofil atau kurang lipofil akan susah direabsorbsi oleh tubulus ginjal sehingga akan cenderung dieliminasi dari tubuh.

2. Metabolit umumya menjadi kurang aktif dari keadaan semula. Akan tetapi, ada pula obat yang dirancang sama aktifnya atau justru menjadi lebih aktif dari obat awalnya. Sebagai contoh, diazepam dimetabolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam yang juga aktif. Contoh lain adalah golongan prodrugs yang diberikan dalam keadaan inaktif dan baru aktif bila sudah dimetabolisme di dalam tubuh, misalnya levodopa, obat antiparkinson. Levodopa ini dimetabolisme menjadi dopamine.

(Neal, 2002)Organ metabolisme utama adalah hati. Metabolisme obat meliputi dua tipe

reaksi, yaitu:1. Reaksi fase I

Mencakup biotransformasi obat menjadi bentuk yang lebih polar dengan memasukkan atau melepas gugus fungsional seperti –OH, -NH2, SH. Umumnya, enzim yang terlibat dalam reaksi ini terdapat di reticulum endoplasma halus, yang membentuk vesikel kecil sebagai bentuk aktifnya. Vesikel ini disebut sebagai mikrosom.Reaksi ini meliputi oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Yang paling utama adalah reaksi oksidasi.a. reaksi oksidasi

Reaksi ini dikatalisis oleh enzim yang disebut mixed function oxidase (sitokrom P450). Spesifitas enzim ini sangat rendah sehingga banyak obat dapat teroksidasi. Oksidasi obat secara mikrosomal membutuhkan NADP, oksigen, dan dua enzim kunci:i. flavoprotein, NADPH-sitokrom P450 reduktaseii. hemoprotein, sitokrom P450 yang bertindak sebagai terminal oksidase.

Sitokrom P450 memiliki banyak isoenzim yang berbeda, tetapi spesifitasnya sering tumpang tindih satu sama lain. (Neal, 2002)

Page 3: METABOLISME OBAT

Reaksi oksidasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu reaksi yang menggabungkan oksigen ke molekul obat dan oksidasi primer yang menghilangkan bagian tertentu dari molekul obat. Reaksi yang menginkorporasikan oksigen meliputi hidroksilasi, epoksidasi, dan sulfoksidasi. Hidroksilasi melibatkan substituen alkyl (contohnya pentobarbital) atau cincin aromatis (contoh propanolol). Hidroksilasi dapat pula terjadi pada atom nitrogen dan menghasilkan hidroksilamin (contoh parasetamol). Epoksidasi mengubah benzena, senyawa polisiklik aromatic, karbohidrat siklik tak jenuh menjadi epoksida. Epoksida ini bersifat elektrofil reaktif yang toksik terhadap hati. Sedangkan reaksi oksidasi yang mnenghilangkan bagian tertentu dari molekul obat adalah dealkilasi, seperti terjadi pada lidokain dan fenasetin. Reaksi oksidasi jenis deaminasi merupakan penyusunan ulang dari dealkilasi pada amina tersier. (Lullman et al, 2000)

b. reaksi reduksi. Reaksi ini meliputi reduksi aldehida, reduksi azo, dan reduksi nitro. Terjadi

pada atom oksigen maupun nitrogen. Keto-oksigen diubah menjadi gugus hidroksil, seperti pada reduksi prodrug kortison menjadi kortisol glukokortikoid aktif dan prednison menjadi prednisolon. Gugus nitro direduksi menjadi amina. (Lullman et al, 2000)

c. reaksi hidrolisisReaksi ini misalnya adalah deesterifikasi

2. Reaksi fase IIMetabolit dari reaksi fase satu memang lebih polar dari keadaan semula, tetapimasih belum cukup polar untuk dapat diekskresi oleh ginjal. Oleh karena itu, dibuat lebih polar lagi melalui reaksi fase II, konjugasi dengan senyawa endogen di dalam hati. Hasil akhir dari reaksi fase II biasanya sangat polar dan dapat segera diekskresikan. (bawah)

Reaksi fase II meliputi:1. Konjugasi dengan glukoronat (glukoronidasi)2. Konjugasi dengan sulfat (sulfatasi)3. Konjugasi dengan glutation (pembentukan asam merkapturat)4. Asilasi dan asetilasi

Reaksi terpenting dari fase ini adalah glukoronidasi, tidak terjadi secara spontan tetapi membutuhkan bentuk teraktivasi dari asam glukoronat yaitu asam glukoronat-uridin difosfat. Bentuk aktif ini dihubungkan dengan molekul aseptor oleh mikrosomal glukoronil transferase. (Lullman et al, 2000)

Obat yang hidrofilik tidak mengalami reabsorbsi oleh tubulus ginjal dan akan terbawa oleh urine. Obat ini mengalami eliminasi yang cepat. Bila obat (lipofilik) tidak dapat diubah menjadi bentuk yang lebih polar, ia akan lebih lama tertahan di tubuh sebab dengan bentuk yang lipofil ia memiliki akses ke semua sel. Kecepatan pengubahan obat yang lipofilik menjadi obat yang hidrofilik menentukan durasi obat. Bila perubahan ini cepat, obat akan cenderung tereliminasi dan hanya sedikit yang terabsorbsi oleh tubuh. Dapat pula terjadi metabolisme lintas pertama, yaitu terjadi sebelum obat diabsorbsi. Umumnya terjadi pada obat per oral. (Lullman et al, 2000)Fakor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat:1. Induksi enzim

Page 4: METABOLISME OBAT

Beberapa obat, fenobarbital, karbamazepin, etanol, dan rifampicin serta polutan menaikkan aktivitas enzim pemetabolisme obat.

2. Inhibisi enzimReaksi inhibisi enzim terjadi lebih cepat daripada induksi enzim karena terjadi

secara cepat setelah onsentrasi inhibitor ini mencapai titik tertentu yang sanggup bersaing dengan obat dalam menduduki sisi aktif enzim pemetabolisme. Simetidin menghambat metabolisme fenitoin, teofilin, dan warfarin. Eritromisin menghambat sitokrom P450 sehingga meningkatkan aktivitas teofilin, warfarin, karbamazepin, dan digoksin.

3. Polimorfisme geneticResppon terhadap obat berbeda pada tiap individu karena perbedaan

genetik. Contohnya adalah debrisoquine hydroxylation.4. Usia

Enzim mikrosomal di hati dan fungsi ginjal belum sempurna pada saat lahir dan akan berkembang secara cepat pada empat minggu pertama setelah dilahirkan. Di masa tua, metabolisme obat oleh hati akan berkurang sehingga untuk manula, dosis obat biasanya lebih rendah daripada untuk usia muda. (Neal, 2002)

Pemberian berulang dari suatu obat akan meningkatkan sintesis enzim sitokrom P450, dikatakan sebagai penginduksi enzim. Hasilnya adalah laju metabolisme obat menjadi tinggi dan banyak yang akan tereliminasi. Sementara itu, ada pula senyawa yang dapat menghambat sintesis sitokrom P450 ataupun menghambat aktivitas enzim mikrosomal sehingga metabolisme obat menjadi lambat dan obat akan lebih banyak terabsorbsi daripada tereliminasi.

III. CARA PERCOBAAN1. ALAT DAN BAHAN

Obat : Natrium thiopental 10mg/ml. Inductor enzim : Fenobarbital XXmg/ml Inhibitor enzim : Simetidin XXmg/ml Jarum oral (ujung tumpul) Jaru untuk injeksi intraperitoneal Stop watch Hewan uji : mencit

Page 5: METABOLISME OBAT

IV. CARA KERJA

Page 6: METABOLISME OBAT

V. DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

Perlakuan Kelompok

Onset Durasit (sekon) Rata-rata SD t (sekon) Rata-rata SD

Kontrol(+Na-thiopental i.p)

I. 27,5 g 730 296.633 316.103348 5660 4825 743.393II. 29 g 315 4260

III. 25,2 g 140 5240IV. 30 g 1.53 4140

Pra perlakuan fenobarbital 3 hari sebelum nya @24jam lalu diberi Na-thiopental i.p

I. 22,5 g 100

138.25 36.3719214

1574

2058.75 405.756

II. 20 g 124 2412

III. 27,6 g 143 2375

IV. 20 g 186 1874

Pra perlakuan simetidin p.o 60’ sebelum Na-thiopental i.p

I. 30 g 230

169.5 47.6200238

7350

7970.75 432.587

II. 24 g 150 8074

III. 25,3 g 118 8104

IV. 26,5 g 180 8355

Pra perlakuan fenobarbital i.p 60’ sebelum Na-thiopental i.p

I. 29 g 177

168 71.3442359

3540

3115 629.773

II. 28,8 g 169 2715

III. 29,3 g 250 3754

IV. 24,8 g 76 2451

VI. PEMBAHASANPercobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia

terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi data secara statistika. Pada percobaan ini ,yang menjadi objek pengamatan adalah hilangnya efek sedatif hipnotik dari natrium thiopental yang ditandai dengan kembalinya efek balik badan mencit setelah tertidur sebagai tanda telah terjadi metabolisme.

Natrium thiopental mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari 102,0% C11H17N2NaO2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berikut adalah struktur natrium thiopental:

Page 7: METABOLISME OBAT

Gambar Natrium Tiopental(Sumber: en.wikipedia.org\sodium_thiopental)

Pemeriannya berupa serbuk, hablur putih sampai hampir putih kekuningan atau kuning kehijauan pucat, higroskopis, berbau tidak enak. Larutan bereaksi basa terhadap lakmus, terurai jika dibiarkan di udara terbuka, jika dididihkan terbentuk endapan. Senyawa ini larut dalam air dan etanol. Tidak larut dalam benzena, heksana, dan eter absolut.

(Anonim, 1995)Natrium thiopental meruapakan turunan thiobarbiturat yang bersifat asam lemah

dengan pKa 7,6 dan koefisien partisi 100. Plasma darah pHnya 7,4 maka kadar natrium thiopental dalam bentuk molekul akan cepat terdistribusi ke jaringan otak atau sistem saraf pusat yang banyak mengandung lemak sehingga kadar obat dalam jaringan otak lebih besar daripada kadar obat di dalam plasma.

Natrium thiopental memiliki aktivitas sebagai sedatif hipnotik. Penggunaannya paling luas dibanding barbiturat lainnya. Efek sedatif adalah efek dimana terjadi keadaan penurunan kepekaan terhadap tangsangan dari luar karena adanya penekanan sistem saraf pusat yang ringan dimana dapat mengurangi kecemasan tanpa mengganggu efek fisik mapun mental sedangkan efek hipnotik memberi efek yang lebih kuat dan dapat mengakibatkan tidur.

Metabolisme Na thiopental termasuk reaksi oksidasi (reaksi fase 1). Na Tiopental mengalami desulfurasi pada C5 menghasilkan alkohol keton atau asam karboksilat menjadi pentobarbital. Raksi ini dikatalisis oleh sitokrom P450 yang merupakan enzim pemetabolisme utama di hati. Banyak obat yang dapat menginduksi peningkatan kadar sitokrom P450 yang mengakibatkan suatu peningkatan kecepatan metabolisme obat penginduksi tersebut ataupun obat lain yang dimetabolisme oleh sitokrom P450. Selain itu, terdapat pula obat yang menghambat sitokrom P450 dan bisa memperkuat kerja obat lain yang dimetabolisme oleh enzim ini. Setelahnya, pentobarbital memasuki metabolisme fase 2 (reaksi konjugasi), yaitu dengan melakukan konjugasi glutation atau glukoronidasi. Kemudian dapat dieksresikan dan efek farmakologisnya berakhir.

Kali ini, natrium thiopental diberikan secara intraperitoneal. Dengan cara pemberian ini,kadar obat yang diabsorpsi lebih besar daripada yang dimetabolisme maupun yang dieksresi. Oleh karena itu, kadar obat dalam darah cepat naik dan efeknya lebih cepat. Pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dapat diketahui dengan mengamati durasi, yaitu dimulai saat mencit tidak dapat membalikkan badan (saat obat mulai berefek) sampai mencit dapat membalikkan badan kembali untuk pertama kalinya (waktu selesainya efek obat).

Pertama, dilakukan penimbangan mencit kemudian natrium thiopental diberikan kepada empat mencit. Semua mencit diberikan Na-thiopental secara i.p., yang membedakannya hanyalah pra perlakuan yang diberikan kepada mencit itu sebelum diberikan Na-thiopental. Mencit pertama tidak diberi praperlakuan sementara mencit kedua diberi fenobarbital 3 hari sebelumnya tiap 24 jam. Mencit ketiga diberi praperlakuan

Page 8: METABOLISME OBAT

simetidin secara p.o. 1 jam sebelumnya sementara mencit keempat diberi praperlakuan fenobarbital secara i.p. 1 jam sebelumnya.

Mencit kedua diberi pra perlakuan dengan phenobarbital 3 hari sebelumnya setiap 24 jam. Fenobarbital merupakan turunan asam barbiturat yang bersifat asam lemah sehingga cenderung terdapat dalam darah sebagai bentuk molekulnya lalu dapat menembus membran otak dan menimbulkan efek menekan fungsi sistem saraf pusat. Struktur fenobarbital:

Gambar Fenobarbital(Sumber: en.wikipedia.org\phenobarbital)

Fenobarbital merupakan golongan barbiturat dengan aksi panjang, namun dapat menginduksi metabolismenya sendiri dalam hati. Fenobarbital diberikan 3 hari sebelum pemberian Na-tiopental setiap 24 jam agar pada saat pemberian Na tiopental, efek fenobarbital masih ada. Kenaikan enzim pemetabolisme akan mengakibatkan peningkatan laju metabolisme obat dan merupakan proses deaktivasi sehingga akan mengurangi kadar obat dalam plasma darah. Akibatnya waktu paro obat akan menjadi lebih pendek daripada yang seharusnya. Secara teoritis, fenobarbital sebagai induktor enzim pemetabolisme obat akan menghasilkan durasi yang paling singkat dari perlakuan perlakuan yang lain.

Mencit ketiga diberi praperlakuan dengan simetidin secara peroral satu jam sebelum pemberian Na tiopental. Simetidin merupakan golongan antihistamin yang menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Bioavailibilitas oral simetidin kurang lebih 70% sehingga hanya 30% obat yang mengalami first pass metabolism. Simetidin merupakan inhibitor enzim pemetabolisme obat.

Gambar Simetidin(sumber: en.wikipedia.org\cimetidine)

Mekanisme penghambatan simetidin yaitu dengan mengikat besi heme dari sitokrom P450 dan menurunkan aktivitas enzim mikrosom hati. Hal ini mengakibatkan Na tiopental akan terakumulasi bila diberikan bersama dengan simetidin. Simetidin juga mengandung gugus imidazol yang menghambat aktivitas enzim. Efek inhibitor dilakukan dengan cara menekan glukoronidase hepar melalui ikatan dengan cincin imidazol pada sitokrom P450.

Page 9: METABOLISME OBAT

simetidin berperan sebagai inhibitor non kompetitif karena enzim pemetabolisme Na tiopental dihambat sehingga reaksi bioinaktivasi akan turun. Penurunan bioinaktivasi, atau metabolisme akan mengakibatkan metabolit inaktif hasil metabolisme obat menjadi berkurang. Akibatnya kadar obat dalam plasma darah akan bertambah sehingga durasi kerja obat akan lebih panjang. Secara teoritis, simetidin sebagai inhibitor enzim pemetabolisme obat akan menghasilkan durasi yang paling lama dari perlakuan perlakuan yang lain.

Mencit terakhir diberi praperlakuan fenobarbital secara i.p. 1 jam sebelumnya. Secara teoritis,

Gambar induksi metabolisme obat oleh fenobarbital(sumber: Handschin and Meyer, 2003)

Puncak kadar sitokrom P450 akibat induksi fenobarbital terjadi pada sekitar hari ke 7 setelah perlakuan. Berdasarkan kurva di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa efek induksi sitokrom P450 akibat fenobarbital lebih tinggi pada perlakuan 3 hari sebelumnya daripada pada perlakuan 1 jam sebelumnya. (Handschin and Meyer, 2003)

Berat mencit pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 30 g, 20 g, 26,5 g, dan 24,8 g. Mencit pertama dengan perlakuan pemberian Na tiopental sebanyak 0,18 mL, dengan nilai onsetnya 1530 detik dan durasi 4140 detik. Mencit kedua dengan perlakuan pemberian Na tiopental sebanyak 0,12 mL, dengan nilai onsetnya 186 detik dan durasi 1874 detik. Mencit ketiga dengan perlakuan pemberian Na tiopental sebanyak 0,159 mL, dengan nilai onsetnya 180 detik dan durasi 8355 detik. Mencit keempat dengan perlakuan pemberian Na tiopental sebanyak 0,1488 mL, dengan nilai onsetnya 76 detik dan durasi 2451 detik.

Page 10: METABOLISME OBAT

Dari hasil tersebut, terlihat bahwa onset untuk pra perlakuan fenobarbital 3 hari sebelumnya < Pra perlakuan fenobarbital 1 jam sebelumnya < Pra perlakuan simetidin p.o < Kontrol (+Na-thiopental i.p) sementara durasi untuk Pra perlakuan fenobarbital 3 hari sebelumnya < Pra perlakuan fenobarbital 1 jam sebelumnya < Kontrol (+Na-thiopental i.p) < Pra perlakuan simetidin. Secara teoritis, urutan durasi untuk percobaan ini adalah mencit dengan pra perlakuan simetidin > mencit kontrol > mencit dengan pra perlakuan fenobarbital 60 menit sebelumnya > mencit dengan pra perlakuan fenobarbital 3 hari sebelumnya. Dengan demikian, hasil percobaan ini sudah sesuai dengan teori.

Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA,berikut ini hasil yang kami peroleh:1. Test of Homogeneity of Variances

Nilai signifikansi harus lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa data homogen. Dari hasil test yang kami lakukan, nilai signifikansi durasi sebesar 0,073 maka data durasi homogen.

2. Test of NormalityKita lihat pendistribusian sampel dengan uji Shapiro Wilk. Uji ini dipilih karena jumlah data kurang dari 50. Bila nilai signifikansi dari data percobaan lebih dari 0,05 artinya data terdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk onset dan durasi lebih dari 0,05 maka data onset dan durasi terdistribusi normal.

3. Uji AnovaNilai signifikansi untuk durasi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa data berbeda secara signifikan karena lebih dari 0,05. Artinya variasi praperlakuan terhadap hewan uji mempengaruhi durasi obat.

4. Post Hoc TestsDari uji post hoc test, tampak ada tanda bintang pada semua hasil mean difference. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan antara semua perlakuan terhadap durasi obat.

VII. KESIMPULAN1. Proses metabolisme obat dapat diamati dari durasi obat2. Simetidin dapat berfungsi sebagai inhibitor enzim pemetabolisme Na-Thiopental

dilihat dari waktu durasinya yang lebih lama dari kontrol (8355 detik).3. Fenobarbital dapat berfungsi sebagai induktor enzim pemetabolisme Na-

Thiopental dilihat dari waktu durasinya yang lebih cepat dari kontrol.4. Fenobarbital yang diberikan selama 3 hari sebelum diberi Na-Thiopental lebih kuat

menginduksi enzim pemetabolisme Na-Thiopental dibanding fenobarbital yang diberikan 60 menit pra perlakuan.

5. Percobaan kami sesuai dengan teori, yaitu durasi mencit dengan pra perlakuan simetidin > mencit kontrol > mencit dengan pra perlakuan fenobarbital 60 menit sebelumnya > mencit dengan pra perlakuan fenobarbital 3 hari sebelumnya.

6. Hasil uji ANOVA dengan taraf kepercayaan sebesar 95% menunjukkan bahwa durasi dipengaruhi oleh praperlakuan terhadap hewan uji.

VIII. PUSTAKAen.wikipedia.org\cimetidine (27 November 2010)en.wikipedia.org\phenobarbital (27 November 2010)en.wikipedia.org\sodium_thiopental (27 November 2010)

Handschin,Christoph and Meyer, URS A. , 2003, Induction of Drug Metabolism: The Role of Nuclear Receptors, Pharmacol Rev,55:649–673,

Page 11: METABOLISME OBAT

Lullman, Heinz, et al, 2000, Color Atlas of Pharmacology, second edition revised and expanded, Thieme, New York

Neal, Michael J, 2002, Medical Pharmacology at a Glance, fourth edition, Blackwell Science Inc., UK

JAWABAN PERTANYAAN1. Sebutkan senyawa-senyawa yang dapat menginduksi dan menghambat enzim

enzim yang berperan dalam metabolisme obat!Jawab:a. Senyawa induktor: fenobarbital, karbamazepin, etanol, dan rifampicinb. Senyawa inhibitor: fenitoin, teofilin, warfarin, eritromisin, karbamazepin, dan

digoksin.

2. Jelaskan mekanisme induksi dan inhibisi enzim!Jawab:a. Induksi enzim:

Berbagai substrat dapat menginduksi bermacam- macam bentuk sitokrom P450 yang berat molekulnya berbeda-beda dan spesifitasnya berbeda-beda pula. Dua bentuk yang telah dipelajari adalah: sitokrom P450 2B1 (dulunya P450b) yang direduksi dengan pemberian

fenobarbital sitokrom P450 1A1 (sitokrom P1 450, atau P448)sebagai akibat induksi enzim, kapasitas penguraian dan laju biotransformasi meningkat. Peningkatan biotransformasi tidak hanya pada induktor enzim melainkan juga obat- obat lain, bahan khasiat tubuh sendiri (misalnya hormon steroid) atau senyawa esensial misalnya vitamin D. Waktu paro biologi semua senyawa ini dipersingkat. Bila induksi dihentikan, kapasitas penguraian dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu menurun sampai tingkat semula.

b. Inhibisi enzimBahan obat menyebabkan penurunan sintesis atau menaikkan laju penguraian enzim retikulum endoplasma, atau antara dua obat atau beberapa obat terdapat persaingan tempat ikatan pada enzim dan dengan demikian mengakibatkan inhibisi penguraian secara kompetitif.

Page 12: METABOLISME OBAT

DESCRIPTIVES VARIABLES=durasi onset

  /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptives

Notes

Output Created 19-Nov-2010 11:36:15

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File16

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are

treated as missing.

Cases Used All non-missing data are used.

Syntax DESCRIPTIVES

VARIABLES=durasi onset

/STATISTICS=MEAN STDDEV

MIN MAX.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.032

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

durasi 16 1574.00 8355.00 4.4924E3 2366.72417

onset 16 76.00 1530.00 2.8862E2 364.24037

Valid N (listwise) 16

Page 13: METABOLISME OBAT

NPar Tests

Notes

Output Created 19-Nov-2010 11:37:25

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File16

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based

on all cases with valid data for the

variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=durasi onset

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.031

Number of Cases

Alloweda157286

a. Based on availability of workspace memory.

Page 14: METABOLISME OBAT

Notes

Output Created 19-Nov-2010 11:37:25

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File16

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based

on all cases with valid data for the

variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=durasi onset

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.031

Number of Cases

Alloweda157286

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

durasi onset

N 16 16

Normal Parametersa Mean 4.4924E3 2.8862E2

Std. Deviation 2.36672E

3

3.64240E

2

Most Extreme

Differences

Absolute .164 .355

Positive .164 .355

Negative -.136 -.280

Kolmogorov-Smirnov Z .656 1.419

Asymp. Sig. (2-tailed) .782 .036

Page 15: METABOLISME OBAT

Notes

Output Created 19-Nov-2010 11:37:25

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File16

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based

on all cases with valid data for the

variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=durasi onset

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.031

Number of Cases

Alloweda157286

a. Test distribution is Normal.

Oneway

Page 16: METABOLISME OBAT

Notes

Output Created 19-Nov-2010 11:38:56

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File16

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each analysis are

based on cases with no missing

data for any variable in the

analysis.

Syntax ONEWAY durasi onset BY

perlakuan

/STATISTICS DESCRIPTIVES

HOMOGENEITY

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.015

Elapsed Time 00:00:00.062

Page 17: METABOLISME OBAT

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Onset kontrol .222 4 . .913 4 .496

fenobarbital 3

hari.198 4 . .977 4 .883

simetidin 1 jam .163 4 . .988 4 .944

fenobarbital 1

jam.256 4 . .957 4 .763

Durasi kontrol .276 4 . .880 4 .337

fenobarbital 3

hari.282 4 . .880 4 .338

simetidin 1 jam .344 4 . .862 4 .268

fenobarbital 1

jam.250 4 . .896 4 .413

a. Lilliefors Significance Correction