mesin pengering pakaian dengan pengatur

Upload: djati-permono-hadi

Post on 17-Jul-2015

1.273 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

MESIN PENGERING PAKAIAN DENGAN PENGATUR TIMER OTOMATIS MENGGUNAKAN TAMPILAN LCD (Liquid Cristal Display)

TUGAS AKHIR

Disusun oleh: Nama No. Mhs Jurusan Fakultas : Deni Agus Swandana : 04.34.0728 : Teknik Elektro : Teknologi Industri

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI YOGYAKARTA 2008

HALAMAN PENGESAHAN I

TUGAS AKHIR

MESIN PENGERING PAKAIAN DENGAN PENGATUR TIMER OTOMATIS MENGGUNAKAN TAMPILAN LCD (Liquid Cristal Display)Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (D3) Pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi AKPRIND

Menyetujui / Mengetahui, Jurusan Teknik Elektro Ketua Dosen Pembimbing

(Ir. Gatot Santoso, MT)

(Ir. Gatot Santoso, MT)

ii

HALAMAN PENGESAHAN II TUGAS AKHIR

MESIN PENGERING PAKAIAN DENGAN PENGATUR TIMER OTOMATIS MENGGUNAKAN TAMPILAN LCD (Liquid Cristal Display)Tugas Akhir ini sebagai syarat dalam mendapatkan gelar Ahli Madya Diploma III (D3), telah diajukan dan dipertahankan didepan Dewan Penguji pada: Hari Tanggal : Sabtu : 12, April 2008 Susunan Tim Penguji Dosen Pembimbing Ir. Gatot Santoso, MT. 1.........................................

Tim Penguji

Slamet Hani, ST,MT.

2.

Syafriyudin , ST, MT.

3.

Yogyakarta, 20 Mei 2008 Disyahkan oleh, Jurusan Teknik Elektro Ketua

Ir.Gatot Santoso, MT.

iii

HALAMAN MOTTO Dia (Allah) menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menghiasinya Indah dalam kalbumu (QS AL-Hujurat [49]7). Allah akan mengangkat orang-orang beriman dan berilmu diantara kalian dengan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah : 11) Apa yang kita dapat itu adalah apa yang kita beri begitu sebaliknya apa yang kita beri itulah apa yang kita dapat (Layar Terkembang 04). Manusia diciptakan dengan nilai yang sama layaknya sebuah timbangan yang sejajar. Kurangku adalah lebihmu, lebihku adalah kurangmu. Menghargai dan dihargai adalah harga yang pantas untuk itu. (Layar Terkembang 04). Perpecahan timbul dari perbedaaan, salahkah perbedaaan? Perbedaan adalah anugerah. Persatuan muncul dari persamaan, benarkah persamaan? Persamaan adalah anugerah. Perbedaan bukan untuk ditonjolkan tetapi dimengerti, persamaan bukanlah untuk sekedar dibicarakan tetapi dipahami. (Layar Terkembang 03). Prinsip adalah prinsip, benar adalah benar. Apa bedanya antara prinsip yang benar dan yang salah itu tergantung pemahaman prinsip itu sendiri, (Layar Terkembang 04). Kalau kita berfikir bisa kita pasti bisa. Pada kedua telapak tangan Ibu ada kebahagiaan dunia yang senantiasa memberikan kasih sayang pada anaknya dan ditelapak kakinya ada jalan menuju surga, dan pada kedua telapak tangan Ayah terdapat perlindungan yang senantiasa untuk melindungi, membimbing dan mengajari akan arti hidup yang sebenarnya Akan lahir dari ilmu: kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walupun orangnya jauh, kekayaan walupun orangnya fakir dan kewibawaan walupun orangnya tawadhu (Wahab bin Munabbah)

iv

PERSEMBAHANKupersembahkan tulisan ini kepada ; Ibuku Zuliyati tercinta, Yang selalu bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kami, memberikan cintanya, kasih sayangnya, nasihatnya, bimbingannya, dan selalu sabar dalam mendidik kami selama ini, tiada akan ku sanggup mengembalikan apa-apa yang telah ibu berikan selain doa yang tulus, buat Ibukku tercinta maafkan aku semoga tetap sabar & tawakal dalam menghadapi semua cobaan yang selalu menimpa kita, ALLAh itu tidak tidur kok. Adikku S.Tyo Kamu adalah saudaraku satu-satunya yang sampai kapanpun tidak akan tergantikan oleh siapapun, maafkan aku jika aku selalu membuatmu sedih, marah, jengkel dsb.Tolong kamu kuliah yang rajin! Agar menjadi orang yang sukses, jangan seperti kakamu ini.Ingat kita harus berbakti pada orang tua kita yang telah memperjuangkan hidup kita Para MPH & Pengurus di HMTE ISTA, Selama hidupku baru kali ini aku merasakan punya teman & dihargai sama orang lain yaitu kalian semua. Kalian adalah keluarga keduaku yang selalu bersamaku dalam suka maupun duka untuk memperjuangkan sesuatu yang tak pernah ada akhirnya. Banyak pengalaman-pengalaman manis maupun pahit yang kita lalui selama berjuang .Terima kasih atas pelajaran yang sangat berharga untuk kehidupanku , sampai aku menjadi seperti sekarang ini. Jasa, loyalitas,kebaikan, pujian, cacian, pertolongan,kasih sayang dsb, tidak akan kulupa sampai Sang Malaikat menjeput ajalku. Sukses & jaya terus HMTE. Maaf aku tidak bisa menyebutkan nama kalian satu-persat, tidak cukup dab tempatnya..

Sahabat-Sahabatku semua Anak-anak kos 575, Amin, Fitarus, Rokhim, Hamzah, Hendra, Malik, Agus Efendi, ST & Mia (Trims banyak atas kebaikanmu selama ini) Zanu Amd,Efli P (tanpamu aku tak bisa lulus),Rani & keluarga (trims atas doa,motivasi & bimbingan spiritualnya),Asep, joko, Faisal, Tri Y (Akrirnya kita wisuda juga kawan), Rifai,Febriyan S.W, Amd, Endik Aan Klaten, Mas koko, P. Suripto, Beny F,Amd (kamu orang yang baik),Bahari, Agus Onyek terkhusus untuk teman-teman seperjuanganku(Wisnu, Hendra, Toreh, Afan, Agung, Agus, Kalim,Dwi) Hanya loyalitas yang tinggilah yang mampu menyatukan kita. 1 girls Are very Meaning Cinta adalah suatu anugrah yang diberikan kepada manusia dari Allah Swt dan siapapun tidak bisa menolak untuk menerimanya. Anugrah berupa rasa cinta itu tertuju pada seseorang yang berinisial Y Sampai sekarang aku masih penasaran dengan sosok wanita sepertimu. Sayang kita terlambat ketemu, Sebelum aku meninggalkan kota Jogja, aku ingin mengenalmu lebih dekat entah jadi teman ataukah yang lainnya. Semoga Allah Swt mengijinkan apa yang kita pikirkan. Teman-teman Teknik Elektro ISTA 2004 Beny,Amd,Zanu,Amd, Taat,Amd, Febryan,Amd, Rahmad,Amd, Dani, Amd, Budi,Amd Fisa,Amd,Faisal, Tri Y, Bahari, Elly, Abu, Wisnu,Santo, Agus Onyek (Sory Kawan aku wisuda duluan, cepat kalian lulus) & Teman-Teman ISTA semua jurusan& angkatan yang kenal sama aku, sori lo tidak bisa ketulis semua, capek aku ngetik.

v

KATA PENGANTARDengan mengucapkan puji syukur kepada Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul MESIN PENGERING PAKAIAN DENGAN PENGATUR TIMER OTOMATIS MENGGUNAKAN TAMPILAN LCD (Liquid Cristal Display). Adapun perancangan alat dalam Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum program Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Yogyakarta. Dengan Tersusunnya Tugas Akhir ini, penyusun banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sudarsono, MT, selaku Rektor Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. 2. Bapak Ir. Joko Waluyo, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri.3. Bapak Ir.Gatot Santoso, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro, yang telah memberikan kemudahan sehingga membantu memperlancar terselesaikannya Tugas Akhir ini. 4. Bapak Ir.Gatot Santoso, MT, selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung atas tersusunnya Tugas Akhir ini. 6. Seluruh rekan-rekan Teknik Elektro yang sudah sangat membantu dalam segala hal. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Yogyakarta, Mei 2008 Penulis

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii MOTTO................................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... KATA PENGANTAR...................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................ ... DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v vi vii x

DAFTAR TABEL............................................................................................. xi INTISARI .... xii ABSTRAK ............................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1 2

1.3 Manfaat Penulisan............................................................................ 2 1.4 Tujuan Penulisan.................................................................................3 1.5 Metode Pengambilan Data...................................................................3

1.5.1 Data Primer ..........................................................................3

vii

1.5.2 Data Skunder ...................................................................... 4 1.5.3 Sistematika Penulisan.......................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kotak Panel.........................................................................................5 2.2 MCB ( Magnetik Circuit Breaker)...................................................... 5 2.3 Kontaktor Magnet............................................................................... 7 2.4 Thermo Control................................................................................... 10 2.5 Pemanas (Heater) ................................................................................15 2.6 Motor (Blower) ...................................................................................18 2.7. Kabel ..................................................................................................20 2.8 Lampu Indikator ...................................................................................21 2.9 LCD ( Liquid Cristal Display) .............................................................22 2.10 Mikrokontroler AT89S51 ..................................................................23

]

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Alat dan Bahan..................................................................27 3.2 Persiapan Komponen dan Alat........................................................... 28 3.3 Box Panel dan Mesin Pengering......................................................... 29 3.3.1 Box Panel............................................................................. 29 3.3.2 Mesin Pengering................................................................. 32 3.4 Perakitan............................................................................................. 34 3.5 Perawatan............................................................................................ 35 3.5.1 Pengertian Perawatan.............................................................35 3.5.2 Tujuan Perawatan................................................................. 36

viii

3.5.3 Jenis Perawatan.................................................................... 36 3.5.4. Listing Program ................................................................. 40 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Rangkaian............................................................................... 48 4.1.1 Cara Kerja Rangkaian............................................................. 48 4.1.2 Cara Kerja Rangkaian Keseluruhan........................................ 50 4.2 Analisa Dan Percobaan....................................................................... 53 4.2.1 Tanpa Beban............................................................................53 4.2.2 Dengan Beban......................................................................... 53 4.3 Perhitungan Energi Yang Digunakan................................................ 70 4.3.1 Perhitungan Energi Yang Di gunakan dalam selang waktu 10 Menit ...............................................................................................54 4.3.2 Perhitungan Energi yang digunakan pada titik penyetelan 100 C selama 1 jam .....................................................................................56 4.4 Pengukuran pengaruh lama waktu pengeringan terhadap pemakaian. daya...................................................................................................57 4.4.1 Perhitungan Energi Yng Digunakan .......................................57 4.5 Data hasil percobaan alat ....................................................................58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...................................................................................... 5.2 Saran................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 59 60

ix

DAFTAR GAMBAR1. Gambar Interior dari MCB.......................................................................... 2. Gambar Kontaktor Magnet.......................................................................... 3. Gambar Kontaktor yang mengoperasikan elektromagnet............................ 6 7 10

4.Kontrol Suhu Menggunakan Thermocouple...................................................... 11 5.Gambar Thermocouple....................................................................................... 12 6.Jenis jenis Kontrol Suhu................................................................................... 13 7. Arus Induksi Rotor............................................................................................ 20 8. Kabel Jenis NYAF.............................................................................................21 9. LCD (Liquid Cristal Display) ........................................................................ 22 10.Konfigarasi Kaki Mikrokontroler AT89S51. ................................................. 23 11.Arsitektur AT89S51...........................................................................................25 12.Diagram Blog Alat.............................................................................................27 13. Konstruksi Box Panel ................................................................ 31 14.Konstruksi. Mesin Pengering Tampak Atas..................................................... 33 15. Gambar arus induksi rotor......................................................................... 16. Gambar jenis kabel NYAF,....................................................................... 17. Gambar saklar pemilih.............................................................................. 19. Gambar Rangkaian pengontrol mesin........................................................ 20. Gambar Konslruksi box panel.................................................................... 21. Gambar Konstruksi mesin tampak atas...................................................... 44 45 47 48 52 53

x

22. Gambar Flowchat Rangkaian.......................................................................... 52 23. Gambar blok diagram rangkaian..................................................................... 62 24. Gambar Flowchart rangkaian......................................................................... 66

DAFTAR TABEL

1. Tabel Keluarga AT89S51 ................................................................................ 24 2. Tabel Hasil Pengukuran Arus .......................................................................... 53 3. Tabel pengukuran arus dengan beban.............................................................. 53 4. Tabet Perhitungan energi dalam KWH dengan beban Heater............................55 5. Tabel pengukuran pengaruh lama waktu pengeringan...................................... 58

xi

INTISARI

Sejalan dengan pesatnya pembangunan dan perkembangan teknologi saat ini khususnya teknologi elektronika, kita semakin membutuhkan sumber energi yang telah tersedia dengan memakai energi listrik. Masyarakat pasti sangat mengharapkan adanya suatu alat yang dapat mengeringkan pakaiannya secara cepat, dapat mengeringkan dalam jumlah yang banyak dan tidak terbentur pada cuaca seperti musim hujan. Untuk itu Penulis akan mencoba membuat suatu alat pengering pakaian sebagai alternatif yang dapat digunakan sewaktu-waktu jika diinginkan. Komponen-komponen yang terdapat pada alat ini berupa, MCB (Magnetic Circuit Breaker) yang berfungsi sebagai sakalar sekaligus sebagai pengaman, kontaktor berfungsi sebagai saklar yang bekerja dikarenakan adanya induksi medan magnet, thermo control yang terdiri atas sensor yang dipasang pada ruang penguapan berupa thermo couple, heater berfungsi sebagai pemanas dan blower yang berfungsi sebagai kipas. Alat ini terdiri dari dua buah kontaktor magnet. Kontaktor 1 bekerja untuk menjalankan blower. Kontaktor 2 atau kontaktor untuk Burner atau heater bekerja secara otomatis berdasarkan Thermo Control atau Thermo Couple, karena pada saat suhu didalam mesin melebihi suhu yang diatur atau melebihi titik penyetelan, secara otomatis kontaktor 2 akan memutus arus sehingga pemanas mati. Apabila suhu pada mesin mengalami penurunan atau dibawah titik penyetelan suhu maka kontaktor 2 tersebut akan kembali bekerja. Sehingga suhu di dalam mesin pengering selalu dalam keadaan stabil. Mikrokontroler sebagai pengatur waktu, timer berjalan setelah di atur melalui keypad. Dan LCD (Liquid Cristal Display) menampilkan tulisan atau pesan yang sudah ditentukan.

xii

ABSTRAK

In line with itshis fast is technological growth and development in this time specially electronics technology, we progressively require the source energi which have been made available by hence energi electrics. Sure society very expecting a[n appliance which can dry its clothes quickly, can dry in number which is a lot of and is not collided [at] weather of like the rains. For that Writer will try to make an clothes dryer alternatively which can be used at any times if wanted. Component of found on this appliance in the form of, MCB ( Magnetic Circuit Breaker) functioning as sakalar at one blow as peacemaker, kontaktor function as laboring saklar because of existence of magnetic field induction, thermo control consisted of by the censor attached at evaporation space in the form of thermo couple, heater function as functioning and blower heater as fan. This appliance is consisted of by the two kontaktor magnet. Kontaktor 1 working for to run the blower. Kontaktor 2 or kontaktor for the Burner of or heater work automatically pursuant to Thermo Control or Thermo Couple, because at the time of temperature in machine exceed the temperature arranged or exceed the tuning dot, automatically kontaktor 2 will break the current so that dead heater. If temperature of at machine experience of the degradation or below/under dot of temperature tuning hence kontaktor 2 the will return to work. So that temperature in dryer machine always in a state of stabilizing. Mikrokontroler as timer, timer walk after in arranging through/ passing keypad. And LCD ( Liquid Cristal Display) presenting article or order is determined.

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya pembangunan dan perkembangan teknologi saat ini, khususnya teknologi elektronika kita semakin membutuhkan sumber energi yang telah tersedia dengan memakai energi listrik. Manusia sebagai mahluk yang baik akal pikirnya pasti menginginkan peralatan yang dapat menggerakkan sesuatu, agar manusia tidak mengeluarkan banyak energi dan waktu. Masyarakat pasti sangat mengharapkan adanya suatu alat yang dapat mengeringkan pakaiannya secara cepat dan tidak terbentur pada cuaca seperti musim hujan, maka dapat dibuat alat yang dapat mengurangi energi dan menghemat waktu dalam prosesnya juga dapat digunakan kapanpun tanpa harus bergantung pada cuaca. Mesin Pengering pakaian dalam perancangan alat ini karena dewasa ini, banyak sekali yang membutuhkan alat tersebut khususnya dimusim penghujan. Baik itu dari masyarakat kalangan atas hingga kalangan bawah. Alat ini sangat mudah pengoperasiannya tidak terlalu ribet, tinggal mengatur suhu dan waktu alat sudah bisa bekerja secara otomatis tanpa harus menunggui didepan alat.

1

2

1.2 Rumusan Masalah Batasan masalah disebuah alat ini adalah: 1. Hardware & Sofeware yang digunakan dalam peranncangan alat. 2. Berapa suhu yang digunakan dalam mengeringkan pakaian? 3. Lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan. 4. Bagaimana cara kerja rangkaian? 1.3 Manfaat Penulisan Tugas Akhir Manfaat Yang bisa didapat diantaranya: 1. Bagi Institut a. Untuk mengetahui sejauh mana daya serap mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. b. Untuk bahan evaluasi dalam peningkatan mutu perguruan tinggi. 2. Bagi Mahasiswa a. Sebagai latihan menyelesaikan suatu permasalahan di bidang yang ditekuni untuk persiapan dalam menghadapi dunia kerja. b. Dapat memperdalam bidang yang ditekuni dan juga sebagai penerapan teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan.

3

1.4 Tujuan Penulisan Tugas Akhir a. Sebagai studi penerapan atas ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dengan keadaan di lingkungan masyarakat terutama di bidang elektro. b. Mengetahui dan mengerti mengenai alat pengontrol perangkat listrik secara

otomatis dengan menggunakan mikrokontroler. c. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Diploma III di Fakultas Teknologi Jurusan Teknik Elektro, Institut Sains dan Teknologi Yogyakarta. 1.5 Metode Pengambilan Data Dalam pengambilan data di dalam tugas akhir ini dengan mengamati secara langsung dan pengambilan data pada alat yang telah dibuat tersebut dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek dalam hal ini terhadap alat yang telah dibuat tersebut. 1.5.1 Data primer a. Metode Observasi Berupa pengamatan dan pengambilan data laporan dengan: 1. Studi Literatur 2. Studi Pustaka b. Metode Survei Berupa pemantauan langsung pada alat, terutama pada keadaan yang dapat mendukung keterangan bahan penyusunan tugas akhir. Akprind

4

1.5.2 Data sekunder Pengumpulan data berupa buku dari penerbitan: a. Buku umum b. Buku referensi c. Laporan ilmiah 1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini sistematika penulisan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan tugas akhir, manfaat penulisan tugas akhir, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori dasar dari beberapa komponen yang digunakan dalam pembuatan alat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang perancangan perangkat keras& lunak dari semua bagian peralatan yang dibuat. BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Berisi tentang cara kerja rangkaian secara keseluruhan dan hasil pengamatan serta analisa dari rangkaian yang dibuat.

5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian serta analisa penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kotak Panel Kotak panel adalah alat yang terbuat dari plat galvalum berukuran 0,7 mm yang tahan karat dan tahan terhadap tekanan mekanis yang berfungsi untuk meletakkan semua peralatan maupun instalasi serta tombol-tombol yang digunakan untuk mengatur atau mengoperasikan alat sesuai dengan keinginan pemakai. Selain itu kotak panel juga berfungsi untuk merapikan peralatan maupun instalasi supaya tertata rapi serta indah dilihat. 2.2 Magnetic Circuit Breaker ( MCB) MCB adalah saklar yang juga berfungsi sebagai pengaman, karena MCB terletak pada awal rangkaian, sehingga jika terjadi hubung singkat atau arus lebih pada suatu rangkaian listrik maka MCB akan memutus arus secara otomatis. MCB dapat juga disebut pengaman elektromagnetik, digunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari sebuah besi lunak. Umumnya pemutusan secara elektromagnetik ini berlangsung tanpa kelambatan. Kalau melebihi nilai yang ditentukan, arusnya akan segera diputuskan. Untuk arus hubung singkat 12000 A, waktu pemutusannya hanya 0,0003 sekon. a. Keuntungan MCB: 1. Dari karakteristik jatuh saklar, oleh karenanya perlindungan rangkaian diset oleh pemasang instalasi. 6

7

2. Perlindungan rangkaiannya sulit untuk diinterferensi. 3. Pemakaiannya dilengkapi dengan pembeda. 4. Rangakaian yang rusak dapat dengan mudah dan cepat dipulihkan. 5. Suplai dapat dipulihkan dengan aman oleh operator yang tak terlatih sekalipun. b. Kerugian MCB: 1. Sangat mahal dibandingkan dengan sekering yang dapat dikabelkan. 2. Mengandung bagian mekanik yang bergerak, sehingga membutuhkan pengetesan rutin untuk memastikan operasi yang memuaskan pada kondisi rangkaian yang rusak.

Gambar 2.1 Interior Dari MCB

8

2.3 Magnetic Contactor (kontaktor magnet) Magnetic contactor adalah suatu pemutus arus yang dikerjakan oleh elemenelemen magnetis. Meskipun kontruksinya dari kontaktor sama dengan kontruksi circuit breaker, tetapi kondisi kerjanya berlawanan satu sama lain. Maksudnya circuit breaker menuntun jala-jala bila terjadi suatu gangguan sedangkan kontaktor bekerja menutup dan membuka untuk menyambung dan memutus jala-jala dalam kondisi normal. Kontaktor dibuat untuk pemakaian pada system-system arus searah dan arus bolak-balik. Kontaktor magnet sama operasinya dengan relai elektromagnetis (EMR). Keduanya mempunyai keistimewaan penting yang umum, kontaktor bekerja apabila kumparan diberi energi. Karena relai juga digunakan untuk tugas pilot pada rangkaian control sebab kontak-kontak tersebut dimaksudkan untuk memutuskan arus yang kecil, umumnya sekitar 15 A atau kurang.

Gambar 2.2 Kontaktor Magnetis

9

The National Manufacture Asossiation (NEMA) mendefinisikan kontaktor magnet sebagai alat yang digerakkan secara magnetis untuk menyambung atau membuka berulang-ulang rangkaian daya listrik. Tidak seperti relai, kontaktor dirancang untuk menyambung dan membuka rangkaian daya listrik tanpa merusak. Beban-beban tersebut meliputi lampu, pemanas, transformator, kapasitor, dan motor listrik, yang untuk itu pelindung beban lebih dipasang secara terpisah atau tidak diperlukan. Keuntungan penggunaan kontaktor magnet sebagai pengganti peralatan kontrol yang dioperasikan secara manual meliputi hal berikut: 1. Pada penanganan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun alat manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit mengoperasikannya. Sebaliknya, akan relative sederhana untuk membangun kontaktor magnet yang akan menangani arus yang besar atau bertegangan tinggi, dan alat manual hanya mengontrol kumparan dari kontaktor. 2. Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari satu operator (satu lokasi) dan diinterloced untuk mencegah kesalahan dan bahaya operasi. 3. Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali dalam satu jam, dapat digunakan kontaktor untuk menghemat usaha. Operator secara sederhana harus menekan tombol dan kontaktor akan memulai urutan event yang betul secara otomatis. 4. Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan pilot yang sangat peka. Alat ini menurut sifat dasarnya terbatas pada daya dan ukuran, dan akan sulit membuat desainnya untuk menangani arus besar secara langsung.

10

5. Tegangan yang tinggi dapat diatasi dengan kontaktor dan menjauhkan seluruhnya dari operator, sehingga meningkatkan keselamatan/keamanan instalasi. Operator juga tidak akan berada di sekitar bunga api daya tinggi yang selalu menjadi sumber bahaya dari kecelakaan akibat kejutan listrik, kebakaran, atau mungkin luka pada mata. 6. Dengan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada titik yang jauh. Satusatunya ruang yang diperlukan dekat mesin adalah ruangan untuk tombol tekan. Hal ini memungkinkan mengontrol satu kontaktor dari banyak tombol-tekan seperti yang dikehendaki, dengan hanya menjalankan sedikit kawat lampu kontrol antara station. Bagian-bagian prinsip dari kontaktor magnet adalah elektromagnet dan kontak. Gambar 2.4 menunjukan empat jenis pengoperasian elektromagnetis: anak genta/lonceng, bel engkol, aksi-horizontal, dan aksi-vertikal. Rangkaian megnet terdiri dari baja ringan dengan permiabilitas tinggi dan magnet-sisa yang rendah. Tarikan magnet yang dibangkitkan oleh kumparan harus cukup untuk menutup jangkar terhadap gaya gravitasi dan kontak pegas. Untuk mencegah jangkar dari penahan oleh magnet sisa, celah udara permanent harus diberikan pada rangkaian magnet.

11

Gambar 2.3 Kontaktor Yang Mengoperasikan Elektromagnet

2.4 Thermo control Kontrol suhu dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tertentu di dalam suatu proses atau perlindungan terhadap kondisi suhu berlebihan. Gambar 2.4 memberikan ilustrasi system kontrol suhu yang dirancang untuk mempertahankan suhu yang diatur sebelumnya. Pada aplikasi ini, thermokopel digunakan untuk mengukur dan mengirimkan suhu dari kemasan. (tutup), sementara kontaktor solidstate digunakan untuk menghidupkan dan mematikan kumparan pemanas untuk menyediakan suhu yang dipilih.

12

Gambar 2.4 Kontrol Suhu Menggunakan Thermocouple

Thermocouple adalah sambungan dua logam yang berbeda dan mempunyai output tegangan yang sebanding dengan beda suhu antara sambungan panas dan ujung kawat (sambungan dingin). Oleh karena kasarnya dan lebarnya rentang suhu thermocouple, thermocouple digunakan pada industri untuk memonitor dan mengontrol suhu open atau tungku.

13

Gambar 2.5 Thermocouple

Pengontrolan suhu digunakan untuk proses pengontrolan suhu dengan cermat tanpa melibatkan penambahan operator. Pengontrolan menerima sensor suhu misalnya thermocouple atau RTD sebagai input, dan membandingkan suhu yang sesungguhnya dengan suhu kontrol yang dikehendaki, atau titik penyetelan, dan menyediakan output pada elemen kontrol.

14

Ada tiga jenis cara mengontrol suhu, ON/OFF, proposal, dan PID. Tergantung dari system yang dikontrol, operator dapat menggunakan satu jenis atau yang lain untuk mengontrol proses.

Gambar 2.6 Jenis-Jenis Kontrol Suhu

Variasi output kontrol ada pada pengontrol suhu. Mencakup relai, relai solidstate (Solid-state Relai = SSR), juga output tegangan atau arus. Misalnya, output kontak relai 5 A pada 250 Vac, pulsa 12 Vdc untuk menggerak SSR%, 4 sampai dengan 10 mA, dan 1 sampai dengan 5 Vdc. Kapasitas output relai biasanya hanya

15

cukup menangani beban elemen pemanas kecil. Untuk beban besar tersebut digunakan untuk memberikan energi kontaktor. Dengan kontrol suhu ON-OFF, output hidup ketika suhu turun di bawah titik penyetelan dan mati apabila suhu mencapai titik penyetelan. Kontrol adalah sederhana, tetapi Overshoot dan Cycling di sekitar titik penyetelan dapat menjadi kelemahan dalam beberapa proses. Kontrol ON-OFF biasanya digunakan dimana kontrol yang tepat tidak diperlukan, pada sistem yang tidak dapat menangani energi yang sering dihidup dan dimatikan, di mana system begitu besar sehingga suhu berubah sangat lambat atau untuk alarm suhu. Kontrol proporsional dirancang untuk membatasi getaran (cycling) berkaitan dengan kontrol ON-OFF. Pengontrol proporsional menurunkan daya rata-rata yang sedang diberikan pada pemanas ketika suhu mencapai titik penyetelan. Ini akan melambatkan pemanasan, sehingga tidak akan melampaui titik penyetelan tetapi akan mencapai titik penyetelan dan mempertahankan suhu yang stabil. Tergantung pada proses dan keakuratan yang dikehendaki, kemungkinan diperlukan kontrol proporsional sederhana atau PID. Kontrol PID atau control mode-3, menggabungkan aksi proporsioanal, integral (reset) dan derivative (laju), dan biasanya diperlukan untuk control yang ketat dari aplikasi yang sensitive. Output ON dan OFF sebanding dengan penyimpangan suhu dari titik penyetelan. Fungsi laju memperpendek waktu yang diambil suhu untuk menstabilkan mendekati titik penyetelan. Fungsi reset membatasi setiap pengganti kerugian dari titik penyetelan suhu.

16

2.5 Pemanas (Heater) Hantaran panas terjadi karena molekul-molekul suatu bahan saling berbenturan dan dengan demikian saling meneruskan energi panas yang mereka miliki. Tidak semua bahan dapat menghantarkan panas sama baiknya. Umumnya penghantar-penghantar listrik yang baik juga merupakan penghantar panas yang baik. Arus panas banyak persamaannya dengan arus listrik. Karena itu daya hantar jenis untuk panas dapat disamakan dengan daya hantar jenis untuk listrik seperti di bawah ini: a. Bahan kawat pemanas Bahan-bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik, terdiri dari campuran: 1. Krom-nikel 2. krom-nikel-besi 3. krom-besi-allumunium Supaya elemennya tahan lama, dicampurkan juga sedikit unsur-unsur lain. Tahanan jenis logam-logam campuran ini berkisar antara (1-1,5) x 10 m. Kawat untuk elemen-elemen pemanas listrik harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: 1. Harus tahan lama pada suhu yang dikehendaki. 2. Mekanis harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki.-6

17

3. Koefisien muainya harus kecil, sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang dikehendaki tidak terlalu besar. 4. Tahanan jenisnya harus tinggi. 5. Koefisien suhunya harus kecil, sehingga arus kerjanya sedapat mungkin konstan. Bahan-bahan tersebut di atas tahan panas karena membentuk lapisan oksida yang kuat pada permukaannya, sehingga tidak terjadi oksidasi lebih lanjut. Bahan yang digunakan sebagian besar ditentukan oleh suhu maksimum yang dikehendaki. Logam-logam campuran tersebut di atas dapat digunakan sampai 1000 C hingga 1250 C. Untuk suhu lebih tinggi, misalnya untuk tanur listrik, dapat digunakan campuran kanthal. Campuran ini terutama terdiri dari krom, alumunium, besi dan kobalt, dan dapat dibedakan dari campuran krom-nikel karena memiliki beberapa sifat penting berikut ini: 1. Kalau dipanasi diudara, campuran kanthal akan membentuk kulit oksida yang sampai melekat. 2. Elemen-elemen kanthal dapat digunakan sampai 1350 C. 3. Tahanan jenis bahan ini (1,35 1,45) 10 m. 4. Umumnya bahan ini dapat diberi beban permukaan (dalam satuan W/cm ) yang tinggi.2

o

o

o

-6

18

Kanthal super dapat digunakan sampai 1600 C. Bahan ini berupa bubuk yang dipanaskan hingga padat, dan terdiri dari suatu bahan yang dapat disamakan dengan logam, dan suatu bahan keramik. Unsure - unsur utamanya Mo, Si dan SiO2. Beban permukaan untuk kanthal-super dapat mencapai 10-20 W/cm . Tahanan jenisnya meningkat kalau suhunya naik, yaitu pada: a. 20 C sama dengan 0,4 . 10 m b. 500 C sama dengan 1,2 . 10 m c. 1000 C sama dengan 2,3 . 10 m d. 1300 C sama dengan 2,9 . 10 m e. 1600 C sama dengan 3,5 . 10 m Karena tahanan jenisnya rendah kalau masih dingin, elemen-elemen pemanas dari kanthal super memerlukan tegangan asut, yang kira-kira sama dengan 1/3 dari tegangan kerjanya. b. Bahan isolasi untuk kawat pemanas Bahan isolasi untuk kawat pemanas tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan bahan kawatnya pada suhu penggunaan. Syarat ini penting untuk bahan-bahan isolasi keramik. Untuk bahan isolasi keramik, koefisien muainya juga penting. Bahan isolasi keramik yang dipergunakan antara lain adalah porselen. Akan tetapi pada kira-kira 300 C bahan ini berubah menjadi penghantar.o o -6 o -6 o -6 o -6 o -6 2

0

19

Selain porselen, sebagai bahan isolasi keramik juga digunakan steatite misalnya dalam bentuk manik-manik, dan sebagai penyangga kawat pemanas. Untuk lemen-elemen berbentuk batang atau pipa digunakan magnesiumoksida sebagai bahan isolasinya. Pipa elemennya diisi dengan magnesiumoksida aini sampai padat, sehingga kawat pemanasnya tidak dapat bergerak. Elemen-elemen ini antara lain digunakan untuk alat pemanas celup, alat pemanas kamar mandi, kompor listrik dan setrika listrik. Untuk suhu tinggi dapat digunakan mika (sampai 600 C) atau mika ambar (sampai 800 C - 900 C). Kalau sudah lama digunakan, mika menjadi higroskopis karena kehilangan air kristalnya. Mika antara lain digunakan untuk elemen seterika listrik. Untuk suhu rendah, sampai 300 C, dapat digunakan asbes. Tetapi bahan ini higroskopis. 2.6 Motor (Blower) Lebih dari 90% motor dapat bekerja dengan arus bolak-balik. Motor AC mempunyai karaktetistik sebagai berikut: 1. Harga lebih murah. 2. Pemeliharaannya lebih mudah. 3. Ada berbagai bentuk display untuk berbagai lingkungan pengoperasian. 4. Kemampuan untuk bertahan pada lingkungan pengoperasian yang keras. 5. Secara fisik lebih kecil dibandingkan dengan motor DC dari HP yang sama. 6. Biaya perbaikan murah.o o o o

20

7. Kemampuan untuk berputar pada kecepatan diatas ukuran kecepatan kerja yang tertera pada name plate. Keistimewaan umum dari semua motor AC adalah medan magnet putar yang diatur dengan lilitan stator. Konsep ini dapat diilustrasikan pada motor tiga fase dengan mempertimbangkan tiga kumparan yang diletakkan bergeser 120 listrik satu sama lain. Apabila arus tiga fase melalui lilitan tersebut, terjadi pengaruh medan magnet berputar melalui bagian dalam inti stator. Kecepatan medan magnet putar tergantung pada jumlah kutub stator dan frekuwensi sumber daya. Kecepatan itu disebut kecepatan sinkron. Motor arus bolak-balik diklasifikasikan dengan dasar prinsip pengoperasian sebagai motor induksi atau motor sinkron. Motor induksi AC adalah motor yang paling sering digunakan sebab motor ini relative sederhana dan dapat dibuat baik untuk jenis tiga fase maupun satu fase, karena pada motor induksi tidak ada tegangan eksternal yang diberikan pada rotornya. Sebagai penggantinya, arus AC pada stator menginduksikan tegangan pada celah udara dan pada lilitan rotor untuk menghasilkan arus rotor dan medan magnet. Medan magnet stator dan rotor kemudian berinteraksi dan menyebabkan rotor berputar.o

21

Gambar 2.7 Arus Induksi Rotor

2.7 Kabel Dalam dunia industri banyak jenis dan ukuran kabel yang digunakan. Kebanyakan kabel dapat dianggap tersusun dari tiga bagian yaitu bagian konduktor yang harus berpenampang lintang yang sesuai untuk dialiri dengan bebas arus bagian isolasi, yang memiliki warna atau nomor kode untuk identifikasi, dan bagian lapis luar yang dapat mengandung sesuatu untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis. Konduktor suatu kabel dibuat dari tembaga atau allumunium dan bisa berupa serabut dari kabel yang sangat halus, sehalus sehelai rambut manusia. Ini memberikan kualitas fleksibel tinggi bagi kabel.

22

Kabel yang akan digunakan dalam pembuatan alat ini adalah kabel jenis NYAF 2,5 mm dan 1,5 mm .2 2

Gambar 2.8 Kabel jenis NYAF 2. 8 Lampu Indikator (Pilot Lamp) Lampu indikator adalah lampu yang digunakan untuk mengindikasi kerja tidaknya suatu rangkaian. Sehingga operator suatu mesin atau alat dapat mengetahui bagian yang mengalami gangguan atau tidak selama pengoperasian. Dan dapat digunakan untuk mengetahui mengalir atau tidaknya arus dalam suatu rangkaian. Lampu indikator biasanya mempunyai warna nyala yang terang, seperti merah, kuning, dan hijau. Dalam panel distribusi harus terdapat lampu indikator, karena dalam operasinya panel distribusi harus senantiasa dalam pengawasan operator. Sehingga operator dengan mudah dan cepat mengetahui bila dalam operasinya panel distribusi tersebut mengalami gangguan atau kerusakan.

23

2.9 LCD (Liquid Cristal Display) LCD dibuat dari kristal cair yang merespon adanya medan listrik. Cristal tersebut terdiri atas molekul seperti batang yang apabila tekena medan listrik akan menyusun diri agar melewatkan atau menahan cahaya yang mengenainya. Oleh karena itu diperlukan sumber cahaya lain agar tampilan LCD dapat terlihat. Lapisan film yang berisikan cristal cair diletakan diantara dua lempeng kaca yang telah ditanami elektroda logam transparan, seperti terlihat pada Gambar 2.10 saat tegangan dicatukan pada beberapa pasang elektroda, molekul-molekul cristal cair akan menyusun diri agar cahaya yang mengenainya akan dipantulkan atau diserap. Dari hasil pemantulan atau penyerapan cahaya tersebut akan terbentuk pola huruf, angka, atau gambar sesuai bagian yang diaktifkan.

Gambar 2.10 Liquid cristal display

24

2.10 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 sebagai basis dari pembuatan alat karena jenis ini banyak dipakai serta lebih mudah untuk mengendalikannya. Mikrokontroller AT89S51 kompatibel dengan keluarga MCS-51 yang diproduksi oleh Intel Inc USA. Keluarga MCS-51 terdiri atas empat version yaitu 8031, 8051, 8751, 8951. tipe 8031 adalah version tanpa EPROM, tipe 8051 adalah versi dengan 4 kbyte ROM, tipe 8751 adalah version 4 Kbyte EPROM, dan tipe 89C51 adalah version dengan EEPROM. Kode C menyatakan mikrokontroler ini dibuat dengan menggunakan teknologi CMOS. Chip 89S51 disebut juga flash microcontroller.

Gambar 2.11 Konfigurasi Kaki Mikrokontroler AT89S51

25

Spesifikasi AT89S51: a. Mempunyai 40 kaki atau 40 pin. b. 4 Kbyte EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory) untuk memori program. c. 128 byte internal RAM untuk memori data. d. 128 byte register khusus (SFR). e. 4 buah port I/O yang masing masing terdiri dari 8 bit, sifatnya dua arah, setiap bit dapat dialamati. f. 2 buah timer/counter 16 bit. g. 6 buah interupsi. h. Sebuah port serial full duplex, yaitu port 3. i. bekerja dengan frekuensi 0-24 MHz, dengan oscilator internal.. Tabel 2.4. Keluarga AT89S51.

26

Gambar 2.12 Arsitektur AT89S51

Fungsi masing-masing pin pada mikrokontroler. 1. Pin 10 sampai 17 atau P3.0 sampai P3.7 sebagai I/O biasa port 3 mempunyai sifat yang sama dengan port 1 maupun port 2. Sedangkan sebagai fungsi special port ini mempunyai keterangan sebagai berikut: a. Pin 10 (P3.0 atau RDX) sebagai port serial input. b. Pin 11 (P3.1 atau TDX) sebagai port serial output. c. Pin 12 (P3.2 atau INT0) sebagai port external interrupt 0. d. Pin 13 (P3.3 atau INT1) sebagai port external interrupt 1. e. Pin 14 (P3.4 atau T0) sebagai port external timer 0 input. f. Pin 15 (P3.5 atau T1) sebagai port external timer 1 input.

27

g. Pin 16 (P3.6 atau WR) sebagai external data memory write strobe. h. Pin 17 (P3.7 atau RD) sebagai external data memory read strobe. 2. Pin 9 atau reset, reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. 3. Pin 30 atau ALE atau PROG Pin ini dapat berfungsi sebagai address latch enable (ALE) yang me-latch low byte address pada saat mengakses memory eksternal. Sedangkan pada saat flash programming (PROG) berfungsi sebagai pulsa input pada operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16 frekuensi oscillator kecuali pada saat mengakses memori eksternal sinyal clock pada pin ini dapat pula didisable dengan men set bit 0 dari special function register dialamat 8EH. ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori eksternal (MOVX & MOVC). 4. Pin 29 atau PSEN Pin ini berfungsi pada saat mengekseskusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cyle. 5. Pin 31 atau AE atau VP Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem di reset. Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori internal. Pada saat flash programming pin ini akan mendapat tegangan 12 volt (VP). 6. Pin 19 atau Xtal1 sebagai input oscillator. 7. Pin 18 atau Xtal2 sebagai output oscillator.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Alat dan Bahan

Sumber AC 220

MCB

KONTAKTO R MAGNET 1

BLOWER

CATU DAYA

KEYPAD

MIKROKONTROLER AT89S51

LCD TRIAC

THERMO KONTROL KONTAKTOR MAGNET 2

HEATER

Gambar 3.1 Diagram Blog Rangkaian

28

29

3.2 Persiapan Komponen Dan Alat Persiapan komponen dan alat yang baik adalah amat penting dalam melakukan perancangan alat ini. Karena dalam meimilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk juga menetukan jenis, ukuran tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut: a. Kesesuaian dan maksud pemasangan dan penggunaan. b. Kekuatan dan kemagnetan, termasuk bagian yang dimaksudkan untuk melindungi perlengkapan lain. c. Keadaan dan resistansi isolasi. d. Pengaruh suhu, keadaan normal maupun tidak normal. Komponen atau bahan yang digunakan adalah: 1. MCB (Magnetic Circuit Breaker) 10 A 2. Kontaktor magnet 3. Thermal Over Load 4. Thermo Control 5. Pilot Lamp 6. Pohon kabel 7. Kabel NYAF 8. Sepatu kabel (scun) 9. Alumunium Voil 10. Blower atau fan 11. Rangkaian Mikrokontroler

30

12. LCD (Liquid Cristal Display) 16x2 13. Keypad 4x4

Alat yang digunakan adalah: 1. Tang 2. Obeng 3. Bor listrik 4. Mata bor kembang 5. Gergaji besi 6. Gerinda sudut 7. Tang pemotong 8. Tang press 9. Pisau 10. Palu 11. Meteran logam 12. Tespen

3.3 Box Panel dan Mesin Pengering 3.3.1 Box panel Dalam memilih box panel yang harus diperhatikan adalah ukuran yang cukup untuk memasang komponen-komponen rangkaian kontrol. Panel kontrol harus terbuat dari bahan yang tahan korosi, kuat terhadap gangguan mekanis dan harus

31

mempunyai lubang sirkulasi udara agar suhu di dalam box panel tidak terlalu tinggi. Jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan gangguan terhadap komponen yang ada di dalam box panel. Dikarenakan pada perancangan alat ini box panel yang digunakan sudah siap pakai, maka tidak perlu dilakukan pembuatan box panel. Yang dilakukan adalah pengeboran pada tutup box panel untuk menempatkan beberapa komponen. Seperti thermo control, Lampu indikator, dan saklar selektor. Untuk menempatkan komponen pada tutup panel, urutannya adalah sebagai berikut: 1. Membuat titik-titik pengeboran sesuai dengan perencanaan letak komponen yang akan dipasang. 2. Thermo control bagian belakang harus diukur sedemikian rupa supaya bagian belakang dari thermo control dapat masuk kedalam box panel dan kemudian digambarkan pada pintu box panel. 3. Pengeboran menggunakan mata bor kembang ukuran 25mm untuk lampu indikator dan saklar selektor. 4. Untuk thermo control, karena berbentuk persegi, maka dilakukan pengeboran pada keempat sudutnya menggunakan mata bor kembang 25mm dan kemudian untuk membuat bentuk persegi digunakan gergaji besi. 5. Menghaluskan lubang thermo control dengan menggunakan gerinda sudut, sampai bagian belakang thermo control benar-benar masuk dan memperkuat kondisinya. 6. Pasangan komponen pada lubang-lubang yang telah selesai dilakukan pengeboran.

32

7. Untuk menempatkan box panel pada mesin pengering digunakan bor kembang dan juga membuat lubang dengan ukuran yang sama untuk memasukkan kabel pengontrol kedalam mesin pengering.

Gambar 3.2 Kontruksi Box Panel Keterangan gambar: 1. MCB (Magnetic Circuit Breaker) 2. Thermo Control 3. LCD (Liquid Cristal Display) 4. Keypad 5. Indukator tegangan

33

6. Indikator Blower 7. Indikator Heater

3.3.2 Mesin pengering Mesin pengering yang akan dibuat adalah dalam bentuk mini yang menyerupai rancangan mesin pengering di industri. Mesin ini diharapkan dapat mempercepat waktu dalam pengeringan pakaian dan hasilnya akan lebih baik. Dalam pembuatan alat ini menggunakan lempengan plat dengan tebal 1mm. Urutan pembuatan mesin pengering adalah sebagai berikut: 1. Membuat gambar atau sketsa tentang mesin yang akan dibuat sekaligus dengan ukuran (Gambar 3.3). 2. Membuat ukuran pada lempengan plat sesuai ukuran mesin pengering yang akan dibuat. 3. Memotong plat yang telah diukur dengan menggunakan gergaji besi. 4. Menghaluskan sisa pemotongan dengan menggunakan gerinda sudut.

34

Gambar 3.3 Kontruksi Mesin Pengering Tampak Atas Keterangan Gambar: 1. Kontaktor magnet 1 2. Kontaktor magnet 2 3. Blower 4. Rangkaian mikrokontroler

35

3.4 Perakitan Perancangan suatu instalsi listrik harus memastikan bahwa desainnya memenuhi persyaratan peraturan pengkabelan untuk instalasi dan peraturan-peraturan lainnya yang mungkin relevan terhadap instalasi tertentu. Penghantar yang digunakan adalah kabel jenis NYAF 2,5 mm dan 1,5 mm. Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut: 1. Mengeluarkan papan panel dari box panel untuk mempermudah dalam mengatur letak komponen dan pengkabelan sesuai dengan gambar. 2. Mengatur dan memperkirakan letak komponen yang akan digunakan untuk pengoperasian. 3. Memasang rel bantalan komponen sesuai penguat posisi komponen di dalam box panel dan juga memasang rel kabel agar instalasi di dalam box panel menjadi rapi dan akan mempermudah jika ada perbaikan atau perubahan. 4. Memasang komponen-komponen yang digunakan seperti MCB, kontaktor magnet, thermal over load, terminal kabel. 5. Memasang komponen yang diletakkan di pintu box panel seperti thermo control, pilot lamp, saklar selektor. 6. Melakukan pengawatan seperti pada gambar rangkaian yang telah dirancang. Tidak lupa untuk setiap ujung kabel atau penghantar menggunakan sepatu kabel yang berfungsi sebagai penguat hubungan kabel-kabel ke terminal-terminal kabel dan untuk mengurangi adanya percikan api yang disebabkan karena sambungan yang tidak kuat.

36

7. Mengecek jalur rangkaia dengan menggunakan multitester pada posisi OHM agar dapat mengetahui bila terjadi kesalahan saat melakukan pengkabelan sehingga dapat menghindari bahaya terjadinya hubung singkat yang dapat menimbulkan percikan api dan merusak komponen. 8. Memasukkan kembali papan panel ke dalam box panel. Dan diperkuat dengan menggunakan mur agar papan panel merekat kuat pada box panel. 9. Melakukan tes uji coba rangkaian dan membuat data tentang kerja rangkaian dan hasil produksi.

3.5 Perawatan 3.5.1 Pengertian perawatan Perawatan adalah salah satu rangkaian aktivitas untuk memelihara atau menjaga fasilitas peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau penggantian alat yang diperlukan agar operasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Kegagalan instalasi listrik atau mesin dapat mengakibatkan kemacetan produksi. Untuk itu diperlukan pemeliharaan atau perawatan guna menghindari peralatan dari kerusakan yang parah. Pemeliharaan adalah suatu rangkaian yang meliputi pemeriksaan, pengujian dan perbaikan instalasi serta peralatan listrik dengan tujuan agar keadaan selalu baik, bersih dan aman dalam penggunaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan lancar.

37

3.5.2 Tujuan perawatan Peralatan dan mesin-mesin merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi. Kegagalan operasi peralatan atau mesin-mesin dapat mengakibatkan kemacetan produksi yang akan merugikan perusahaan. Disamping itu kerusakan peralatan atau mesin-mesin yang sifatnya fatal memerlukan biaya yang cukup besar untuk memperbaikinya. Oleh karena itu perlu diadakan suatu perawatan untuk peralatan atau mesin-mesin. Adapun tujuan ataupun sasaran yang dilakukan suatu perawatan adalah: 1. Mengurangi kegagalan operasi. 2. Peralatan dan fasilitas lain agar dapat digunakan secara optimal tanpa ada gangguan. 3. Mekanisme kerja dapat maksimum sehingga kemampuan produk akan meningkat. 4. Biaya operasi dapat ditekan seminimal mungkin. 5. Keselamatan kerja yang menggunakan sarana tersebut dapat terjamin. Oleh karena proses perawatan atau pemeliharaan dari suatu pabrik sangat bermanfaat dalam menunjang proses produksi itu sendiri. 3.5.3 Jenis perawatan Ditinjau dari aktifitas pemeliharaannya maka maintenance dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Preventive maintenance

38

Preventive maintenance yaitu pelaksanaan pemeliharaan yang terkoordinir dan berencana agar peralatan tidak mengalami kerusakan yang lebih parah, untuk itu diperlukan: a. Jadwal pelaksanaan b. Manpower yang memenuhi syarat (terampil) c. Spare part yang cukup. d. Tool yang memadai. e. Standar maintenance prosedur. 2. Corrective Maintenance Corrective Maintenance yaitu tindakan maintenance yang dilakukan apabila ada kerusakan saja. Jadi corrective maintenance dapat dikatakan sebagai tindakan perbaikan. Ada kalanya kerusakan tersebut ditemukan pada saat inspeksi. Umumnya kegiatan maintenance tidak terencana dan tidak terduga. 3. Pemeliharaan Kombinasi Pada umumnya sulit untuk melaksanakan salah satu kegiatan tersebut secara tersendiri, sehingga biasanya kegiatan ini merupakan koordinasi antara kegiatan preventive maintenance dan kegiatan corrective maintenance, bahkan dapat dikaitkan dengan kegiatan lain, misalnya: a. Proyek penyempurnaan. b. Proyek modifikasi. Dalam system maintenance dikenal adanya suatu program pemeliharaan yang umumnya dilaksanakan adalah:

39

a. Program servise berkala (periodic service) Program service berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan secara teratur dan berkala dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jam kerja setiap mesin (service hour). Misalnya: 1. Penggantian oli mesin. 2. Pembersihan bagian-bagian mesin. b. Program perbaikan ringan (minor repair program) Program perbaikan ringan adalah perbaiakn atas kesalahan-kesalahan kecil pada komponen setiap saat, baik pada waktu mesin sedang beroperasi maupun pada saat pengecekan. Misalnya pada saat terjadi kebocoran oli. c. Program perbaikan besar Program perbaikan besar dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tidak terencana. Dilakukan apabila terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga, sehingga harus dilakukan tindakan perbaikan secepatnya. 2. Terencana Dilakukan sesuai dengan rencana, mempersiapkan peralatan atau perlengkapan Bantu yang dibutuhkan dan rencana over houl. d. Program penggantian komponen Adalah penggantian komponen yang terencana, hal ini dilakukan karena komponen life time terbatas. Program ini dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih besar.

40

3.5.4 Syarat-syarat perawatan yang baik Untuk mencapai suatu tujuan perawatan yang baik dalam mempertahankan kondisi peralatan semaksimal mungkin perlu memperlihatkan syarat-syarat perawatan yang baik, diantaranya: 1. Tata letak industri yang baik, sehingga memudahkan aktifitas perusahaan. 2. Pemeliharaan peralatan yang tepat. 3. Sistem pemeliharaan yang sesuai atau baik. 4. Sistem inventaris yang baik. 5. Tool (peralatan Bantu) yang memadai. 6. Adanya fasilitas perlengkapan disekitar industri tersebut. 7. Tenaga kerja yang kualitatif mampu melaksanakan rencana-rencana maintenance. 3.5.5 Maintenance pada system instalasi tenaga Sistem produksi tenaga merupakan bagian terpenting pada proses produksi. Oleh karena itu instalasi tenaga harus mendapat perawatan khusus agar tidak terjadi kerusakan. Adapun perawatan pada instalasi tenaga meliputi: 1. Perawatan CB (Circuit Breaker) Pada CB mungkin berupa pemutusan rangkaian bertipe memakai minyak banyak, tipe minyak minimum, pemutusan rangkaian menggunakan udara dan tipe hampa udara. Pemerikasaan, pemeliharaan dan Over houl dapat dikerjakan sesuai dengan anjuran pabrik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah pembersihan minyak, pengembalian keadaan minyak, rangkaian-rangkaian tambahan kerja dari

41

system tanpa bahaya, dan keadaan kontak, cepatnya nyala kawat dan pemutusan rangkaian dengan udara dan keadaan pemutus rangkaian hampa udara. 2. Perawatan sambungan Perawatan sambungan bertujuan agar sambungan pada system instalasi dapat terjaga dengan baik. Apabila terjadi kegagalan dalam sambungan akan

mengakibatkan hubung singkat dan apabila CB tidak bekerja dengan baik maka dapat menimbulkan kebakaran dan kegagalan proses produksi, maka perawatan sambungan harus dilakukan secara rutin. 3. Perawatan sistem instalasi Perawatan system instalasi sangat penting karena instalasi tenaga merupakan tempat penyaluran daya listrik dari sumber ke beban. Perawatan instalasi dilakukan dari sumber dengan pengecekan menggunakan megger untuk mengukur tahanan isolasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah penghantar mampu dialiri arus yang besar apa tidak. Pengecekan hantaran cabang dilakukan agar tidak terjadi hubung singkat pada cabang tersebut dengan tujuan agar proses produksi tidak terganggu. 4. Perawatan sumber listrik Apabila motor dihubungkan dengan sumber tidak berputar, maka sebelum mencari kerusakan-kerusakan pada bagian yang lain, perlu pemeriksaan tegangan pada bagian stop kontak (dengan mengukur volt meter). Tegangan diukur pada mesin pendingin bekerja. Tegangan dapat turun umumnya disebabkan karena instalasi yang kurang baik, kabel yang sudah tua dan lain-lain. 5. Hubungan kabel-kabel

42

Semua kabel diperikasa, apakah hubungannya sudah sesuai dengan diagram garis tunggal atau tidak. Disinilah pentingnya diagram garis tunggal, memudahkan mengadakan pengecekan hubungan kabel-kabel. Apakah sambungan dengan kabelkabel klem dengan terminal yang kurang kuat menegangnya akan mengakibatkan turun tegangan (drop tegangan) dan dapat memutuskan aliran listrik.

3.5.6 Listing program Adapun listing pemrograman sistem pengendalian waktu dalam bahasa C++ adalah sebagai berikut: a. Listing inisial alamat program #include //--------------------------------------------------//Inisial / Alamat Program //--------------------------------------------------#define row1 P3_0 #define row2 P3_1 #define row3 P3_2 #define row4 P3_3 #define col1 P3_6 #define col2 P3_5 #define col3 P3_4 #define LCD_data P0 #define LCD_RS P2_6 #define LCD_E P2_7 #define beban P2_0 data unsigned char posisi,value,satuan,puluhan,detik,menit; data unsigned char dig0,dig1,dig2,dig3,kode_loop,pengali,data_detik,data_menit; // 1234567890123456 code unsigned char awal[16] ={" Time Set "}; code unsigned char run[16] ={" Run "}; code unsigned char time[1] ={":"}; code unsigned char numerik[10] ={"0123456789"};

43

b. Listing program utama //------------------------------------------------------------//program utama //------------------------------------------------------------void main() { IE=0; TMOD=0x01; pengali=20; TH0=60; TL0=223; EA=1;IT0=1;ET0=1; TR0=0;TF0=0; beban=1;kode_loop=0; //loop pengesetan P3=0xff; posisi=0; LCD_data=0xff; delay_msec(5); menit=0;detik=0; init_LCD(); tampil_awal(); write_inst(0xc6); tulis_data(0,0); write_inst(0xc9); tulis_data(0,0); delay_msec(10); while(1) { if(kode_loop==0) { scan_keypad(); } // else if(kode_loop==1) { write_inst(0xc6); puluhan=menit/10; satuan=menit-(puluhan*10); tulis_data(puluhan,satuan); write_inst(0xc9); puluhan=detik/10; satuan=detik-(puluhan*10);

44

tulis_data(puluhan,satuan); banding(); P3 = 0xff; //rutin scan keypad 3x4 kolom 3 col1 = 0; if(row4==0) //set waktu { cancel();while(row4==0){;} } else{;} } // else{;} } c. Listing program tundaan //--------------------------------------------------//program tundaan //--------------------------------------------------void delay_msec(unsigned char pengali1) { unsigned int i,j; for(i=0;i