menyampaikan pada ikhwah bahwa perayaan maulid nabi adalah
TRANSCRIPT
1
Menyampaikan pada Ikhwah
bahwa Perayaan Maulid Nabi adalah Bid'ah
Ditulis oleh :
Abu Malik as-Salafiy
2
الرحمن الرحيم الله بسم
نه ونستـغفره، ونـعوذ بالله من شرور أنـفسنا ومن س إن مالنا،الـحمد لله نـحمده ونستعيـ أ يا لا شري من يـهده الله فل مضل له، ومن يضلل فل هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده
بده ورسوله. له وأشهد أن مـحمدا
[201: آل مران ] سلمو ول تموتن إل وأن تم م يا أي ها الذين آمنوا ات قوا الله حق ت قاته
ها زوجها وبث م هما يا أي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من ن ليكم ريااتساءلو به والرحام إ الله ك رجالا كثيراا ونساءا وات قوا الله الذي ا [ 2النساء:]
ا يا أي ها الذين آمنوا ات قوا الله وولوا ولا سديدا
مالكم وي غفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله اورسول يصلح لكم أ يما ه قد از وزاا 1[02 -00 الأحزاب:]
أما بعد: Memasuki bulan Robi’ul awwal, sungguh banyak manusia yang telah
terbiasa ketika tanggal dua belas dari bulan tersebut mereka merayakan maulid
Nabi. Maka aku ingin memberikan nasihat untuk mereka, dengan menjelaskan
bahwa hukum perayaan ini adalah bid’ah. Tidak ditemui satupun contoh dari
sahabat, tidak pula orang-orang setelah mereka dari kalangan salaf. Dan
1 Ini disebut: (khuthbatul hajah)
3
sesungguhnya ia hanya ditemui berasal dari para ‘Ubaidiyyun dan mereka
adalah orang-orang zindiq. Masalah ini mencakup beberapa permasalahan:
Pertama: Alloh telah Menyempurnakan Agama ini
Alloh ta’ala berfirman:
سلم ا لكم ورضيت نعمتي ليكم وأتممت دينكم لكم أكملت الي وم ديناا ل"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dann telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”
[Al-Ma'idah: 3]
Ayat ini adalah nash bahwa dien ini telah sempurna. Maka apa saja yang bukan
termasuk dien di hari itu, ia juga bukan termasuk dien di hari ini.
Kedua: Seorang Muslim Diperintahkan untuk Menta’ati Rosul dan
Mengikutinya:
Alloh ta’ala berfirman:
تم إ ل ... الله يحكم اتعوني الله تحو كن “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya
Alloh mencintaimu…” [Ali 'Imran: 31]
Dia juga berfirman:
... ان ت هوا نه ن هاكم وما خذوه الرسول آتاكم وما"...Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.." [Al-Hasyr: 7]
4
Dan dari abu Huroiroh –rodhiyallohu ‘anhu- ia berkata; ‘Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda;
دخل أطاني من: ال! الله؟ رسول يا يأبى ومن يل أبى، من إل الجنة يدخلو أمتي كل أبى قد صاني ومن الجنة،
‘Setiap umatku pasti akan masuk surga kecuali orang yang enggan.’ Mereka
bertanya; ‘Wahai Rosululloh, siapakah orang yang enggan itu?’ beliau
menjawab; ‘Siapa yang menaatiku ia akan masuk surga dan siapa yang
bermaksiat kepadaku sungguh dia telah enggan.”2
Nash-nash di atas merupakan dalil wajibnya taat kepada Al-Mushthofa صلى الله عليه وسلم,
Bahkan setiap orang yang mengaku mencintanya maka dia harus mengikuti
jejaknya.
Ketiga: Bid’ah dalam Agama dan Peringatan darinya :
Bid’ah adalah setiap perkara yang faktor pendorong untuk melakukannya
itu ada dan maslahatnya pun juga ada di zaman Nabi صلى الله عليه وسلم serta memungkinkan
bagi beliau untuk melakukannya tapi beliau tidak me-lakukannya. Ini adalah
pengertian dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Bid’ah itu terbagi menjadi dua:
1. Bid’ah Ashliyyah : Seperti perayaan maulid ini –akan ada
penjelasannya nanti-
2. Bid’ah Idhofiyyah : Seperti doa setelah sholat lima waktu dengan
berjama’ah, tasbih (harus) dengan biji tasbih dan selainnya. Kedua jenis
bid’ah di atas hukumnya haram dan tidak boleh.
Pembagian bid’ah menjadi bid’ah hasanah dan bid’ah sayyiah merupakan
pembagian yang batil. Dan siapa saja yang berkata demikian maka lazim baginya
mengatakan –dan lazimul qoul ini bukan merupakan perkataan (yang dianggap)-
bahwa agama ini belum sempurna, dan ini merupakan kesesatan dan
2 Shohih Bukhori, bab berpegang pada kitab dan sunnah, No 6737
5
pendustaan atas kalam Alloh –jalla wa ‘ala- . Dan bukan disini tempatnya untuk
berpanjang lebar membantah syubhat ini dan semoga Alloh memudahkan kami
untuk mengeluarkan bantahan terpisah untuk ini –dgn izin Alloh-.
Sungguh Nabi muhammad صلى الله عليه وسلم telah memperingatkan dari perbuatan
bid’ah dalam agama ini. Dari Ummul Mukminin, Ummu ‘Abdillah Aisyah –
rodhiyallohu ‘anha- ia berkata; ‘Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda;
رد هو منه ليس ما هذا أمرنا ى أحدث من ‘Barangsiapa yang mengada-ngadakan perkara baru dalam urusan (agama)
kami ini, yang bukan berasal darinya maka amalan tersebut tertolak.”3
Dan dalam riwayat Muslim:
رد هو أمرنا ليه ليس ملا مل من ‘Barangisiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dalam urusan
(agama) kami, maka amal itu tertolak.”4
Dan sabda beliau صلى الله عليه وسلم :
ة محدثة كل إ المور ومحدثات وإياكم ة وكل بد لة ضل بد‘Jauhilah oleh kalian setiap perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya
setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu bid’ah, dan setiap bid’ah adalah
sesat.”5 Dan nash-nash selain yang di atas.
3 Muttafaq ‘alaihi : Shohih Bukhori kitab perdamaian no. 2697 dan Muslim kitab pengadilan no. 1718. 4 HR. Muslim no. 1718. 5 Dikeluarkan oleh Ahmad (4/126-127), Abu Dawud di As-sunnah (4607), At-Tirmidzi di al-'Ilm (2676), Ibnu majah di al-muqoddimah (46), Darimi di muqoddimah sunannya (95) dan selain mereka. Berkata Tirmidzi; 'Ini hadits hasan shohih.' dishohihkan pula oleh Ibnu Hibban (1/179), Hakim (1/95-96) disetujui oleh Adz-Dzahabi, dinukil Ibnu rojab dalam jami'ul ulum wal hikam, (2/109) dari Abu Nu'aim bahwa ia berkata; 'Hadits ini jayyid, termasuk hadits shohih dari periwayatan orang-orang syam."
6
Keempat: Perayaan Maulid adalah Bid’ah yang Sesat
Tidak ada nash yang tetap dari Nabi صلى الله عليه وسلم yang memerintahkan perayaan ini –
baik perintah yang mewajibkan atau sekedar anjuran-, tidak ada juga nash yang
mengatakan bahwa beliau melakukannya. Begitu pula tidak ada nash dari para
sahabat –ridhwanullohi ‘alaihim- serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan ihsan sampai hari pembalasan. Dan perayaan ini karena tidak ada
dalilnya dari syari’at maka ia adalah bid’ah. Di bawah ini beberapa perkataan
‘ulama tentang ini:
- Imam Abu Hafsh Tajuddin Al-Fakihani –rohimahulloh- mengatakan dalam
Al-Maurid fi ‘amalil Maulid : ‘Saya tidak mengetahui dalil tentang maulid
ini baik dari al-Qur’an maupun Hadits. Tidak pula dinukil dari seorang pun
dari kalangan ulama umat yang merupakan panutan dalam agama.
Bahkan maulid ini merupakan perkara bid’ah yang dibuat-buat oleh para
pengangguran dan dorongan hawa nafsu dan syahwat yang
dipertuhankan oleh orang-orang yang suka makan...”6 selesai ucapan
beliau.
- Berkata al-‘allamah Muhammad bin Ibrohim alu syaikh dalam risalah
(hukmul ihtifal bil maulid nabawi war-rodd ‘ala man ajazah) : “Para ulama
membagi perkumpulan yang dilakukan pada bulan Robi’ul awwal yang
dinamakan: Maulid, menjadi dua bagian :
Pertama: Perayaan Maulid yang kosong dari hal-hal haram. Hukum
perayaan yang seperti ini adalah bid’ah dan baginya hukum bid’ah seperti
bid’ah-bid’ah lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam fatawa al-
kubro : “Menentukan waktu (khusus) selain dari waktu yang ditentukan
syari’at seperti beberapa malam di bulan Robi’ul awwal, yang dikatakan:
‘Sesungguhnya itu adalah malam Maulid’ , atau sebagian malam bulan
Rojab, atau malam kedelapan bulan Syawwal yang mana orang-orang
bodoh menamainya: ‘Idul Abror. Sesungguhnya semua itu adalah bid’ah
yang mana para salafus sholih tidak menyukainya dan tidak juga
melakukannya.”
6 Al-Inshof fi ma qila fil maulid minal ghuluw wal ijhaf, hal. 75.
7
Syaikh menyebutkan nukilan-nukilan dari ahli ‘ilmu yang lain. Lalu
melanjutkan :
Adapun Kedua dari perayaan Maulid, yaitu: Perayaan yang mengandung
perkara-perkara haram. Maka sungguh para ulama telah melarangnya
dan melebarkan pembahasan tentang masalah ini. Berikut ini adalah
sebagian perkataan-perkataan mereka tentangnya:
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah –rohimahulloh- berkata dalam fatawa nya;
‘Adapun perkumpulan pelaksanaan Maulid yang di dalamnya ada
nyanyian, tarian dan yang semisal dengan itu. Serta menjadikannya
termasuk ‘Ibadah. Maka tidak ada seorang pun dari ahlul ‘ilmi dan iman
yang meragukan bahwa ini adalah kemungkaran-kemungkaran yang
dilarang. Dan tidak ada yang menyukainya kecuali hanya orang bodoh
atau zindiq.” –selesai perkataan beliau- Kemudian Syaikh menyebutkan
beberapa nukilan-nukilan yang lain.
8
Dan kita tutup dengan perkataan Syaikhul islam –rohimahulloh- ketika beliau
membahas tentang beberapa bid’ah: “Dan ini merupakan perubahan dan
penggantian atas agama Alloh. Inilah pendapat yang tepat terkait malam Maulid
itu dan jg selainnya. Bid’ah-bid’ah yang dibenci yang tidak dianjurkan dalam
syari’at itu adalah pensyari'atan apa yang tidak diizinkan Alloh. Barangsiapa yang
menjadikan sesuatu menjadi dien atau qurbah (untuk mendekatkan diri) kepada
Alloh dengan yang bukan syari’at dari Alloh maka dia adalah mubtadi’ (ahli
bid’ah) yang sesat.”7
Hal ini telah mencukupi bagi siapa saja yang Alloh kehendaki hidayah untuknya.
WaAllohu a’lam. Semoga sholawat serta salam yang banyak Alloh berikan
kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.
Ditulis oleh: Abu Malik As-Salafi
Ditarjamah oleh : al-Akh Harun
7 Majmu' fatawa : (23/133)