menurut kecamatan di kota bandung tahun...
TRANSCRIPT
Produk Domestik Regional Bruto
PDRBMenurut Kecamatan
Di Kota Bandung
Tahun 2011-2012
Kerjasama :Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota BandungDengan
Badan Pusat Statistik Kota Bandung
Katalog BPS : 9205.3273
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
MENURUT KECAMATAN
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011 2012
ISSN : 0854.9304
No. Publikasi : 3273.1203
Katalog BPS : 9205.3273
Jumlah halaman :
Ukuran buku : 25,7 cm x 18,2 cm
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Bandung
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Tim Penyusun
Penyunting : Ir. Hj. Sri Daty
Dra. Sri Sundari
Penulis : Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Pengolah data/
Penyiapan Draft : Dra. Sri Sundari Devi Irmayanti F, SST
Isti Larasati Widiastuty, SST, MP Hj. Euis Yeni
Mamur Kusnadi Raifa Mukti, S.Si
Dang Haris Lilis Siti Fatimah, SP
Helmawati Riska Triyuniarta, ST Ade Setyadi, S.I.Kom
Etsa Indra Irawan, S.Si Ruhyana
Kafila Tidari Anggraeni, AMd Sri Rahayuningsih, AMd
Ahmad Syamsul Bahri, AMd Ahmad Luthfi Chairi, S.Si
Risky Hadi Pebriyandi, AMd Ahmad Ramdani
Didin Sarifudin Winwin Witriani, AMd
Dudi Ahmadi Riana Safaat, S.Si
Ali Juanda Rudi Hermawan
Solihin Ugi Nujuprono, AMd
Riya Supriyatin, S.Si Asep Saepudin
Ainan Dhinan Suhartoyo
Jonrial Nasution Jauhari, S.Si
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 i
KATA PENGANTAR
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun-tahun sebelumnya.
Publikasi ini disusun atas kerjasama Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung dengan Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung.
Publikasi memuat gambaran tentang kondisi makro hasil
pembangunan ekonomi di Kota Bandung Tahun 2011 2012 yang
dirinci menurut sektor ekonomi untuk setiap kecamatan. Gambaran
pembangunan ekonomi Kota Bandung yang disajikan dalam publikasi
ini antara lain adalah : laju pertumbuhan ekonomi, struktur
perekonomian, serta pendapatan per kapita masyarakat.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini
bermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
dan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan
yang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan
dimasa yang akan datang.
Bandung, Oktober 2013BPS Kota Bandung
Kepala,
Ir. Hj. Sri Daty
NIP. 19591107 198503 2 002
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................... i
Daftar Isi ............... ii
BAB I. PENDAHULUAN ......... 1
1.1 Latar Belakang ................ 1
1.2 Tujuan.. ............ 2
1.3 Jenis dan Sumber Data ............ 2
BAB II. METODOLOGI ............... 4
2.1 Konsep dan Definisi ................................ 4
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional ............ 9
2.3 Cara Penyajian .................. 10
2.4 Metode Penghitungan................. 12
BAB III URAIAN SEKTORAL........... 18
3.1 Sektor Pertanian............. 18
3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian.. ........... 21
3.3 Sektor Industri Pengolahan ............ 23
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.......... 24
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ........ 26
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .......... 26
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi...... 28
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan ................31
3.9. Sektor Jasa-Jasa .............. 33
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 iii
BAB IV STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL ..................... 37
4.1. Peranan PDRB Antar Kecamatan 37
Sektor Pertanian ................................................... 41
Sektor Industri Pengolahan .................................. 43
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih......................... 45
Sektor Konstruksi .................................................. 46
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............ 47
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................. 49
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan ............................................................50
Sektor Jasa-jasa ..................................................... 51
BAB V STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
REGIONAL ...........................................................................53
5.1 Struktur Ekonomi Antar Kecamatan ...................... 53
Kecamatan Bandung Kulon .................................. 54
Kecamatan Babakan Ciparay ................................ 55
Kecamatan Bojongloa Kaler .................................. 56
Kecamatan Bojongloa Kidul .................................. 57
Kecamatan Astana Anyar ...................................... 58
Kecamatan Regol .................................................... 59
Kecamatan Lengkong ............................................. 60
Kecamatan Bandung Kidul ..................................... 61
Kecamatan Buah Batu ............................................. 62
Kecamatan Rancasari .............................................. 63
Kecamatan Gedebage .............................................. 64
Kecamatan Cibiru ................................................... 65
Kecamatan Panyileukan ......................................... 66
Kecamatan Ujung Berung ....................................... 67
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 iv
Kecamatan Cinambo .............................................. 68
Kecamatan Arcamanik ........................................... 69
Kecamatan Antapani ............................................... 70
Kecamatan Mandalajati ......................................... 71
Kecamatan Kiaracondong ...................................... 72
Kecamatan Batununggal ......................................... 73
Kecamatan Sumur Bandung ................................... 74
Kecamatan Andir .................................................... 75
Kecamatan Cicendo ............................................... 76
Kecamatan Bandung Wetan .................................... 77
Kecamatan Cibeunying Kidul ................................. 78
Kecamatan Cibeunying Kaler ................................. 79
Kecamatan Coblong ................................................ 80
Kecamatan Sukajadi ............................................... 81
Kecamatan Sukasari ............................................... 82
Kecamatan Cidadap ................................................ 83
5.2 Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kecamatan 84
Peranan Sektor Pertanian ....................................... 85
Peranan Sektor Industri Pengolahan ...................... 87
Peranan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih .......... 90
Peranan Sektor Konstruksi .................................... 92
Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 93
Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 96
Peranan Sektor Keuangan, Persewaan, dan JasaPerusahaan .............................................................
97
Peranan Sektor Jasa-jasa ....................................... 99
5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan ................. 101
5.4 PDRB Per Kapita Kecamatan ................................... 105
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 v
BAB VI PERBANDINGAN KINERJA PEREKONOMIANKECAMATAN DENGAN KOTA BANDUNG ....................
108
6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 109
6.2 PDRB Per Kapita ........................................................... 111
6.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan dan PDRB
Per Kapita ....................................................................114
DAFTAR PUSTAKA .......................... 117
LAMPIRAN .................... 118
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembangunan ekonomi Indonesia tidak lepas dari
proses pembangunan yang terjadi pada wilayah terkecil di dalamnya.
Pembangunan wilayah memerlukan suatu perencanaan agar kebijakan
ekonomi wilayah mempertimbangkan aspek wilayah dengan
mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan sehingga kesejahteraan
yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai. Demikian hal nya
dengan pembangunan Kota Bandung, sangat tergantung pada proses
pembangunan di wilayah kecamatan.
Memantau perkembangan kondisi makro perekonomian
menurut level kecamatan dapat memberikan manfaat dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan
pada level kecamatan maupun kota. Ketersediaan data dan indikator
perekonomian makro secara berkala menurut level Kecamatan perlu
tersedia dalam kurun waktu yang relatif cepat. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Menurut Kecamatan merupakan salah satu
indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau
perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Menurut
Kecamatan Tahun 2011 - 2012 kiranya dapat dijadikan salah satu
bahan/kerangka acuan dalam penetapan kebijakan ekonomi makro,
baik moneter maupun sektor riil, sehingga proses pelaksanaan
pembangunan ekonomi di Kota Bandung masa mendatang akan lebih
tepat sasaran.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 2
1.2 Maksud dan Tujuan
Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah
untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota
Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian menurut
Kecamatan. Adapun secara rinci tujuan tersebut adalah :
1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi
pembangunan di Kota Bandung tahun 2011 2012 menurut
kecamatan.
2. Mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian,
perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota
Bandung tahun 2012 menurut kecamatan.
1.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini
adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio
biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi :
Sektor Pertanian,
Sektor Pertambangan dan Penggalian,
Sektor Industri Pengolahan,
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih,
Sektor Konstruksi,
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Sektor Angkutan dan Komunikasi,
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 3
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
dan Sektor Jasa-Jasa,
serta data jumlah penduduk pertengahan tahun yang dirinci menurut
Kecamatan di Kota Bandung.
Data di atas bersumber dari data sekunder dari instansi terkait,
survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei
Khusus Pendapatan Regional (SKPR) 2013, Data Basis Kecamatan
2013, Survei Hotel Tahunan, Survei Industri Besar Sedang, Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2011 - 2012 dan Sensus
Ekonomi (SE) Tahun 2006.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 4
BAB II METODOLOGI
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih
dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income)
merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah
dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:
a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB
adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu
wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun.
PDRB = NTB
PDRB = (Output Biaya Antara)
PDRB = ((Produksi x Harga) Biaya Antara)
b. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRB
adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu
wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas
jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 5
tanah, bunga modal dan keuntungan (surplus usaha) yang
kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak
tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik
Regional Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen
pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk
Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai
tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha.
PDRB = Upah Gaji + Surplus Usaha +
Pajak tak langsung netto + Penyusutan
c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach),
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi
rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani
rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor
neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor
dikurangi impor.
PDRB = Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi
Pemerintah + PMTB + Perubahan
Inventori (Stok) + Ekspor - Impor
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 6
Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa
jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu
wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan
harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai
keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar
harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.
2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik
pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai
tambah.
2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau
tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun
komponen nilai tambah.
2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB
Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB
atas dasar harga konstan.
2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB
Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan
terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan
Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 7
LPE =
PDRB adhk t PDRB adhk t-1
x 100
PDRB adhk t-1
2.1.6 PDRB per Kapita
PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.
PDRB per
Kapita=
PDRB
Penduduk pertengahan
tahun
2.1.7 Pendapatan Regional
PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk
wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor
produksi yang mengalir keluar.
2.1.8 Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan
regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam
kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 8
oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum
tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh
karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan
demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau
balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses
produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan
product originated.
2.1.9 Produk Regional Bruto
Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik
penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa
faktor produksi yang mengalir ke luar.
2.1.10 Produk Regional Neto
Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan
penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika
dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk
regional neto atas dasar biaya faktor produksi.
2.1.11 Pajak tak langsung neto
Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak
tak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi
sebaliknya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 9
Selanjutnya produk regional neto atas dasar biaya faktor
disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan
pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota
Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang
benar-benar diterima penduduk Kota Bandung belum dapat
dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus
pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian
ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang
berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus
dihitung sebagai pendapatan Kota Bandung. Demikian juga
sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk
luar Kota Bandung harus dikeluarkan.
Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat
disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka
PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa
faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di
daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran
"Production Originated".
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional
PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk
memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya :
1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang besar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 10
2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
maupun sektoral dari tahun ke tahun.
4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor
menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan
peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor
ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan
basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut.
5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
2.3 Cara Penyajian PDRB
PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu
(tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai
tahun dasar.
a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar
harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 11
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai
tambah dan komponen pengeluaran PDRB.
b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai
seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun
dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari
tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil
dan bukan disebabkan kenaikan harga.
Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator
ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik
birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha.
Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE),
Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita.
Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan
menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air bersih
5. Bangunan/Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 12
2.4 Metode Penghitungan PDRB
2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode
langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil
yang sama. Dalam metode tak langsung nilai tambah di suatu
wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu
kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan
ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator
yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi
tersebut.
2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan
PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung
dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan
PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat
cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga
konstan, yaitu :
a. Revaluasi
b. Ekstrapolasi
c. Deflasi
d. Deflasi berganda
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 13
a. Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan
biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000.
Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga
konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.
Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap
biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input
yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara
atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara
output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio
tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun
dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai
ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi
yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi
seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap
cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.
Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan
output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan
rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan
nilai tambah atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 14
c. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku
masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya.
Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam
keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru
diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan
dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar
harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau
indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya,
sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari
komponen input terbesar.
Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena
indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam
penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak
dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik
regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 15
menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia
maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.
2.5 Penyajian Angka Indeks
Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB
disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam
bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah
sebagai berikut :
2.5.1. Indeks Perkembangan
Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan
pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan
dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut :
IP =
PDRB it
x 100 %
PDRB i0
dimana :
IP = Indeks Perkembangan
i = Sektor 1,2,...,9
t = Tahun t
0 = Tahun dasar
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 16
2.5.2. Indeks Berantai
Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat
pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai
pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya
dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut :
IB =
PDRB it
x 100 %
PDRB i(t-1)
di mana :
IB = Indeks Berantai
i = Sektor 1,2,,9
t = Tahun t
t-1 = Tahun sebelumnya
2.5.3. Indeks Implisit
Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga
dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks
Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga
berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian
dikalikan 100.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 17
Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut :
IH =
PDRB atas dasar harga berlaku it
x 100
PDRB atas dasar harga konstan it
di mana :
IH = Indeks Implisit
i = Sektor 1,2,,9
t = Tahun t
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
18
BAB III URAIAN SEKTORAL
Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang
lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara
perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber data yang
digunakannya.
3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan
3.1.1. Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti
padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang
tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan
dan hasil-hasil produksi ikutannya. Termasuk pula
disini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan
secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan
sagu. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas
Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga
yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan
produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi
dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara.
Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap
output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR)
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan
2000 dihitung dengan cara revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
19
3.1.2. Tanaman Perkebunan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa, kopi, kapok teh, tebu,
tembakau, cengkeh, kemiri, kina, lada, pala,
panili, serat karung, tembakau serta tanaman
perkebunan lainnya, termasuk produk ikutannya
dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti
gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan
dan teh olahan. Data produksi diperoleh dari
Dinas Perkebunan sedangkan data harga berupa harga perdagangan besar
dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung
dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap
jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya
dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio
biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi diperoleh
dari Dinas Perkebunan dan data harga dikumpulkan oleh Badan Pusat
Statistik. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup produksi
ternak besar, ternak kecil, unggas maupun
hasil-hasil ternak seperti susu segar dan
telur. Yang dimaksud dengan Produksi
Peternakkan adalah banyaknya ternak yang
lahir dan penambahan berat ternak.
Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan
menggunakan rumus:
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
20
Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan keluar
masuk ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, sedangkan data harga
diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan
masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Biaya
antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output
yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung
dengan cara revaluasi.
3.1.4. Kehutanan.
Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar,
arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga diperoleh dari
Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan Propinsi Regional Barat.
Nilai tambah bruto atas dasar harga
dihitung dengan cara Pendekatan Produksi
yaitu mengalikan terlebih dahulu jenis
produksi kehutanan dengan masing-masing
harganya, kemudian dikurangi biaya antara.
Biaya antara dperoleh dengan menggunakan
ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan
tidak ada.
Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun)+ (ternak keluar - ternak yang masuk)
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
21
3.1.5. Perikanan
Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat,
serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan).
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan cara output dikurangi
biaya antara. Nilai output perikanan
diperoleh dari Dinas Pertanian sedangkan
biaya antara diperoleh dari hasil perkalian
rasio biaya antara terhadap outputnya.
Besarnya rasio biaya diperoleh dari Survei
Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
Revaluasi.
3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian
Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan Gas
Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor ini
mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan pengambilan segala
macam pemanfaatan misalnya benda non biologis, barang-barang tambang,
mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda
padat, benda cair misalnya minyak mentah, maupun benda gas misalnya gas
bumi.
3.3.1. Pertambangan
Sub sektor ini mencakup komoditi
minyak mentah, gas bumi, batu bara, biji emas
dan perak. Data produksi dan harga diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS).
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
22
dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap
jenis produksi dengan harganya, kemudian dikurangi biaya antara yang
diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan
tidak ada.
3.2.2. Penggalian.
Subsektor ini mencakup
penggalian dan pengambilan segala jenis
barang galian seperti batu-batuan, pasir,
batu dan lain-lain yang pada umumnya
berada pada permukaan bumi. Komoditi
yang dicakup adalah batu gunung, batu
kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir bahan
bangunan, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya.
Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat Pengembangan
Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya antara diperoleh dari
perkalian ratio biaya antara dengan outputnya. Besarnya rasio biaya antara
diperoleh dari hasil Survei Penggalian yang dilakukan Badan Pusat
Statistik bekerjasama dengan PPTM.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan
produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk Barang-barang Galian. Untuk Kota
Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
23
3.3. Sektor Industri Pengolahan
3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas)
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak
bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah, minyak diesel,
avtur, avigas dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output
dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode
Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak Bumi. Untuk
Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas.
Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) 1997
kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok, yaitu :
1. Industri makanan, minuman dan tembakau
2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki
3. Industri kayu
4. Industri kertas dan percetakan
5. Industri kimia dan barang-barang dari kimia
6. Industri barang galian bukan logam
7. Industri logam dasar
8. Industri barang dari logam
9. Industri pengolahan lainnya
Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang sudah
terklasifikasi berdasarkan KBLI berdasarkan jumlah tenaga kerja.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
24
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan meliputi
kegiatan industri besar dan sedang, industri kecil, dan industri rumah-
tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri dengan tenaga kerja 100
orang dan lebih, Industri Sedang mencakup kegiatan industri yang
mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. Industri Kecil dan Rumah tangga
mencakup kegiatan industri kecil yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang
dan industri rumahtangga yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang.
NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang di
hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya
antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Tahunan Industri
Besar dan Sedang yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
Sedangkan untuk industri kecil dan rumah tangga dilakukan estimasi
berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga
kerja, hasil suatu Survei Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan
BPS.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang-barang Industri.
3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih
3.4.1. Listrik
Subsektor listrik ini mencakup kegiatan
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang
diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) dan non PLN. NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan menggunakan metode
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya
antara. Nilai output diperoleh dari perkalian produksi listrik PLN dan Non
PLN dengan tarif listrik yang datanya diperoleh dari PLN dan Survei Listrik
Non PLN, sedangkan biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
25
dikalikan nilai outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan
oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi
Listrik.
3.4.2. Gas Kota
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang
biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara
diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat
Statistik.NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Produksi Gas. Untuk
Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.4.3. Air Bersih
Subsektor ini mencakup kegiatan proses
pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya
untuk menghasilkan air minum serta pendistribusian
dan penyalurannya baik yang dilakukan oleh
Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai
output dan biaya antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode
Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
26
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi
Sektor ini mencakup segala kegiatan
pembangunan fisik (kontruksi), baik berupa
gedung, jalan, jembatan dan kontruksi
lainnya yang dilakukan oleh perusahaan
maupun yang dilakukan oleh perorangan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output
dan biaya antara di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non
AKI ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode
Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang Bangunan.
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran
3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran.
Perdagangan besar ini meliputi
kegiatan pengumpulan dan penjualan
kembali barang baru maupun bekas oleh
pedagang dari produsen atau importir ke
pedagang besar lainnya atau pedagang
eceran. Perdagangan eceran mencakup
kegiatan pedagang yang umumnya melayani
konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang
baru atau barang bekas.
NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan menggunakan Metode arus barang (Commodity Flow) yaitu
output dihitung berdasarkan besarnya margin perdagangan yang timbul
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
27
akibat perdagangan barang-barang dari sektor Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, Industri serta barang dari impor dikurangi biaya antara.
3.6.2. Hotel
Subsektor ini mencakup kegiatan
penyediaan akomodasi yang menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat
penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini
adalah hotel-hotel berbintang maupun tidak
berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang
digunakan untuk menginap untuk menginap seperti losmen dan hotel.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian
jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. Biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah
Kamar yang Terjual.
3.6.3. Restoran
Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha
penyediaan makanan dan minuman jadi yang
pada umumnya dikonsumsi di tempat
penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam sub sektor ini seperti rumah makan,
warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara
mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
28
denga jumlah penduduk pertengahan tahun. Biaya antara diperoleh dari
perkalian ratio biaya antara yang diperoleh dari SKPR dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode
Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.
3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
3.7.1. Angkutan Rel
Sub sektor ini mencakup pengangkutan barang
dan penumpang dengan menggunakan alat angkut
kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya
antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT.
KAI. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Penumpang dan
Barang.
3.7.2. Angkutan Jalan Raya
Sub sektor ini mencakup kegiatan
pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya
baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk
disini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan
(rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara
jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per kendaraan. Biaya
antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
29
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode
Revaluasi.
3.7.3. Angkutan Laut
Subsektor ini mencakup kegiatan
pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam
dan ke luar daerah domestik oleh Perusahaan
angkutan Laut.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh
dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan
Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan
penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor
maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan alat angkut
kapal ferri.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara
diperoleh dari SKPR.
Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar
harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan
Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
30
3.7.5. Angkutan Udara
Sub sektor ini mencakup kegiatan
pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan pesawat udara yang diusahakan
oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi
di daerah tersebut.
NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi,
yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara
diperoleh dari SKPR.
Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar
harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya Indeks Jumlah
Penumpang dan Barang.
3.7.6. Jasa penunjang angkutan
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang
bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan
pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut,
darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar
muat laut dan darat, keagenan penumpang,
ekspedisi laut, jalan tol, jasa parkir dan lain-lain.
NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi,
yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara
diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen
(IHK).
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
31
3.7.7. Komunikasi
Subsektor ini meliputi kegiatan jasa Pos
& Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada
pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel,
paket, jasa giro dan jasa tabungan.
Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam
hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa penunjang
komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager)
dan telepon seluler (ponsel).
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output
dikurangi biaya antara. Nilai output dari kegiatan
pos dan giro, dan telekomunikasi diperoleh dari
Laporan Keuangan Perum Pos dan Giro, dan PT.
Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan penunjang komunikasi diperoleh
dari survei seperti wartel dan alokasi (seperti radio panggil, telepon selular).
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah surat yang dikirim
untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk kegiatan telekomunikasi.
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan
3.8.1. Bank
Sub sektor ini mencakup kegiatan
bank sentral dan bank komersial yang
memberikan jasa keuangan pada pihak lain
seperti: menerima simpanan terutama dalam
bentuk giro dan deposito, memberikan
kredit/pinjaman baik kredit jangka
pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
32
surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat
hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga,
dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh
dari Laporan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung
dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.
3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya
Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi,
Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam,
dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga
mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa
penunjang lainnya misalnya pialang, penjamin emisi
dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi, yaitu output
dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya
antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).
3.8.3. Sewa Bangunan
Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha
persewaan bangunan dan tanah, baik yang
menyangkut bangunan tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal seperti perkantoran,
pertokoan, apartemen, gelanggang olah raga, serta
usaha persewaan tanah persil.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
33
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian
antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah,
kontrak rumah, sewa beli rumah dinas perkiraan sewa rumah, pajak dan
pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. NTB atas
dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi
dengan deflatornya IHK Perumahan.
3.8.4. Jasa Perusahaan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian
jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa akuntansi
dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian
data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa
periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian
jumlah perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan hasil SKPR. Biaya
antara diperoleh dengan cara mengalikan ratio biaya antara dengan nilai
outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9. Sektor Jasa-Jasa
3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang
dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan
rumah tangga serta masyarakat umum. Sebagai
contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan
keamanan dan sebagainya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
34
3.9.2. Jasa Swasta
Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta,
misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa
perorangan dan rumah tangga.
3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa
pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang
merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan
pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan
sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah
maupun swasta.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output
dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari
hasil perkaliaan jumlah indikator produksi
misalnya jumlah murid, jumlah tempat tidur
rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti asuhan
dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing indikator dari
hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara
dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa
bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub, bar,
karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan
hiburan lainnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
35
dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai
output diperoleh dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan
rata-rata tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas
dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani
perorangan dan rumah tangga misalnya salon, jasa reparasi, pembatu rumah
tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi
biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil
perkalian jumlah masing-masing jenis kegiatan
usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan
rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas
dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
37
BAB IV STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL
Perekonomian Kota Bandung terbentuk dari berbagai aktivitas ekonomi
di masing-masing Kecamatan dan pada masing-masing sektor ekonomi. Untuk
mengamati dan menganalisa ekonomi suatu daerah, kegiatan ekonomi
dikelompokkan ke dalam sembilan sektor/lapangan usaha. Pengelompokan
tersebut mengambarkan keadaan sektor-sektor ekonomi yang menentukan dan
berpengaruh di setiap kecamatan. Dengan disajikannnya data PDRB menurut
sektor secara berkala dapat dilihat posisi dan kondisi perekonomian suatu
daerah dari waktu ke waktu.
Pada bagian ini akan diuraikan gambaran mengenai bagaimana
peranan sektor-sektor ekonomi di kecamatan dalam membentuk nilai tambah
bruto (NTB) sektoral Kota Bandung. Yang pada akhirnya dari masing-masing
NTB sektor ini akan terbentuk PDRB Kota Bandung.
4.1 Peranan PDRB Antar Kecamatan
PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul
akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Data PDRB tersebut
menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang
dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran PDRB yang
dihasilkan oleh masing-masing kecamatan sangat tergantung pada potensi
sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan
dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB
bervariasi antar daerah.
Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan nilai PDRB kecamatan tahun 2011
dan 2012 atas dasar harga berlaku.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
38
Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kecamatan
Tahun 2011-2012 (Milyar Rupiah)
Kecamatan 2011*) 2012**)
[1] (2) (3)
010 Bandung Kulon 4.987 5.659
020 Babakan Ciparay 6.236 7.127
030 Bojongloa Kaler 3.279 3.800
040 Bojongloa Kidul 2.743 3.142
050 Astana Anyar 2.926 3.384
060 Regol 4.680 5.456
070 Lengkong 3.623 4.251
080 Bandung Kidul 1.559 1.818
090 Buah Batu 2.480 2.893
100 Rancasari 925 1.072
101 Gedebage 972 1.122
110 Cibiru 1.683 1.944
111 Panyileukan 2.006 2.299
120 Ujung Berung 1.480 1.732
121 Cinambo 2.177 2.470
130 Arcamanik 1.709 1.962
141 Antapani 1.063 1.236
142 Mandalajati 557 650
150 Kiaracondong 5.245 6.093
160 Batununggal 5.347 6.155
170 Sumur Bandung 7.368 8.678
180 Andir 5.311 6.204
190 Cicendo 7.618 8.982
200 Bandung Wetan 3.128 3.706
210 Cibeunying Kidul 2.593 3.002
220 Cibeunying Kaler 1.781 2.056
230 Coblong 5.766 6.735
240 Sukajadi 3.030 3.561
250 Sukasari 2.132 2.510
260 Cidadap 1.210 1.426
Kota Bandung 95.613 111.122
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
39
Kecamatan yang memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi
pada tahun 2011 maupun tahun 2012 adalah Kecamatan Cicendo. Pada tahun
2011 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cicendo mencapai 7,62 trilyun
rupiah dan meningkat menjadi 8,98 trilyun rupiah pada tahun 2012. Pada
peringkat kedua adalah Kecamatan Sumur Bandung yang mempunyai nilai
PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 8,68 trilyun rupiah pada tahun 2012.
Kemudian di peringkat ketiga adalah Kecamatan Babakan Ciparay. Pada tahun
2012 Kecamatan Babakan Ciparay menyumbang PDRB Kota Bandung sebesar
7,13 trilyun rupiah atau sebesar 6,41 persen dari total PDRB Kota Bandung.
Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki nilai
PDRB relatif lebih rendah dibadningkan dengan kecamatan lainnya adalah
Kecamatan Mandalajati dan Kecamatan Rancasari. Kedua kecamatan ini
sebagian besar wilayahnya adalah komplek (daerah) perumahan/permukiman.
PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Mandalajati pada tahun 2012
sebesar 649,86 milyar rupiah. Adapun Kecamatan Rancasari memiliki nilai
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 sebesar 1.072,27 milyar rupiah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
40
Tabel 4.2 Perubahan Peringkat PDRB Serta PeranannyaAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 dan 2012
No KecamatanPeranan2011 (%)
No KecamatanPeranan2012 (%)
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1 190 Cicendo 7,97 1 190 Cicendo 8,08
2 170 Sumur Bandung 7,71 2 170 Sumur Bandung 7,81
3 020 Babakan Ciparay 6,52 3 020 Babakan Ciparay 6,41
4 230 Coblong 6,03 4 230 Coblong 6,06
5 160 Batununggal 5,59 5 180 Andir 5,58
6 180 Andir 5,56 6 160 Batununggal 5,54
7 150 Kiaracondong 5,49 7 150 Kiaracondong 5,48
8 010 Bandung Kulon 5,22 8 010 Bandung Kulon 5,09
9 060 Regol 4,89 9 060 Regol 4,91
10 070 Lengkong 3,79 10 070 Lengkong 3,83
11 030 Bojongloa Kaler 3,43 11 030 Bojongloa Kaler 3,42
12 200 Bandung Wetan 3,27 12 200 Bandung Wetan 3,34
13 240 Sukajadi 3,17 13 240 Sukajadi 3,20
14 050 Astana Anyar 3,06 14 050 Astana Anyar 3,05
15 040 Bojongloa Kidul 2,87 15 040 Bojongloa Kidul 2,83
16 210 Cibeunying Kidul 2,71 16 210 Cibeunying Kidul 2,70
17 090 Buah Batu 2,59 17 090 Buah Batu 2,60
18 121 Cinambo 2,28 18 250 Sukasari 2,26
19 250 Sukasari 2,23 19 121 Cinambo 2,22
20 111 Panyileukan 2,10 20 111 Panyileukan 2,07
21 220 Cibeunying Kaler 1,86 21 220 Cibeunying Kaler 1,85
22 130 Arcamanik 1,79 22 130 Arcamanik 1,77
23 110 Cibiru 1,76 23 110 Cibiru 1,75
24 080 Bandung Kidul 1,63 24 080 Bandung Kidul 1,64
25 120 Ujung Berung 1,55 25 120 Ujung Berung 1,56
26 260 Cidadap 1,27 26 260 Cidadap 1,28
27 141 Antapani 1,11 27 141 Antapani 1,11
28 101 Gedebage 1,02 28 101 Gedebage 1,01
29 100 Rancasari 0,97 29 100 Rancasari 0,96
30 142 Mandalajati 0,58 30 142 Mandalajati 0,58
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
41
Tabel 4.2 menunjukkan peranan dari masing-masing kecamatan dalam
menyumbang PDRB Kota Bandung tahun 2011 dan tahun 2012. Berdasarkan
tabel ini terlihat bahwa tidak terjadi banyak perubahan peringkat dari tahun
2011 ke tahun 2012. Peringkat pertama baik tahun 2011 maupun tahun 2012
adalah Kecamatan Cicendo, dengan sumbangan PDRB sebesar 8,08 pada tahun
2012. Kemudian peringkat kedua dan ketiga adalah Kecamatan Sumur Bandung
dengan sumbangan PDRB sebesar 7,81 persen dan Kecamatan Babakan Ciparay
yang menyumbang 6,41 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Peringkat
keempat adalah Kecamatan Coblong yang menyumbang sebesar 6,06 persen
terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2012. Pergeseran peringkat terjadi pada
peringkat lima dan enam, di mana pada tahun 2011 Kecamatan Batununggal
berada pada peringkat lima dengan kontribusi sebesar 5,59 persen terhadap
total PDRB Kota Bandung dan Kecamatan Andir menyumbang sebesar 5,56
persen berada pada peringkat enam. Pada tahun 2012 terjadi pertukaran
peringkat, yaitu Kecamatan Andir menjadi peringkat lima dengan sumbangan
sebesar 5,58 persen dan Kecamatan Batununggal menjadi peringkat enam
dengan sumbangan sebesar 5,54 persen terhadap total PDRB Kota Bandung
tahun 2012. Perubahan atau pergeseran peringkat peranan kecamatan dalam
berkontribusi terhadap PDRB Kota Bandung ini tidak lepas dari peranan
masing-masing sektor ekonomi di kecamatan.
4.2 Struktur Ekonomi Sektoral
Sektor Pertanian
Pada tahun 2012 nilai tambah bruto (NTB) sektor pertanian mencapai
229,01 milyar rupiah atau berperan sebesar 0,21 persen terhadap
perekonomian Kota Bandung secara umum. Kecamatan yang memberikan
kontribusi terbesar dalam penciptaan NTB sektor pertanian adalah Kecamatan
Cibiru. Pada tahun 2012 Kecamatan Cibiru memberikan sumbangan sebesar
29,90 persen terhadap total NTB sektor pertanian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
42
Kecamatan Cibiru memberikan kontribusi paling besar dikarenakan
memiliki potensi sektor pertanian paling besar di Kota Bandung. Selain masih
memiliki lahan sawah yang cukup luas, Kecamatan Cibiru juga memiliki potensi
peternakan terbesar di Kota Bandung. Selain Kecamatan Cibiru, Kecamatan
Cicendo juga memiliki potensi peternakan yang cukup besar, di mana lokasi
pemotongan sapi (RPH) terbesar di Kota Bandung berada di Kecamatan
Cicendo. Kecamatan Cicendo berkontribusi sebesar 8,60 persen terhadap
pembentukan NTB sektor pertanian Kota Bandung.
Kecamatan lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar bagi
sektor pertanian di Kota Bandung adalah Kecamatan Buah Batu, di mana selain
masih memiliki lahan sawah, kecamatan ini juga memiliki potensi peternakan
yang cukup besar. Pada tahun 2012 Kecamatan Buah Batu memberikan
kontribusi sebesar 7,62 persen terhadap NTB sektor pertanian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
43
Kecamatan Astana Anyar memberikan kontribusi sebesar 7,46 persen
terhadap pembentukan NTB sektor pertanian. Kecamatan Astana Anyar
memiliki potensi yang cukup besar dalam sub sektor perikanan, yaitu ikan hias.
Kemudian Kecamatan Gedebage meberikan kontribusi sebesar 7,33 persen
terhadap NTB sektor pertanian Kota Bandung. Kecamatan Gedebage
merupakan salah satu kecamatan yang masih memiliki lahan sawah paling luas
di Kota Bandung, walaupun semakin hari keberadaannya semakin berkurang
akibat alih fungsi lahan menjadi komplek perumahan maupun sarana lainnya
seperti Stadion Utama Sepakbola Bandung Lautan Api. Selain Kecamatan
Gedebage, Kecamatan Panyileukan juga merupakan kecamatan di wilayah
timur Kota Bandung yang masih memiliki lahan sawah yang cukup luas dan
keberadaannya banyak beralih fungsi menjadi komplek perumahan beberapa
tahun terakhir. Kecamatan Panyileukan memberikan kontribusi sebesar 5,95
persen terhadap pembentukan NTB sektor pertanian tahun 2012.
Kecamatan Babakan Ciparay sebagai salah satu kecamatan di wilayah
barat Kota Bandung yang merupakan sentra industri, ternyata memberikan
kontribusi cukup besar dalam pembentukan NTB sektor pertanian Kota
Bandung. Kecamatan Babakan Ciparay berkontribusi sebesar 6,67 persen, di
mana kecamatan ini memiliki potensi peternakan sapi yang cukup besar di Kota
Bandung.
Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan merupakan sektor ekonomi yang memberikan
kontribusi kedua terbesar dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun
2012 kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Kota Bandung
mencapai 22,55 persen atau senilai 25,06 trilyun rupiah. Nilai tambah bruto
(NTB) sebesar ini dapat dicapai dengan kontribusi masing-masing kecamatan
dalam pembentukan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
44
Kontribusi terbesar adalah dari sektor industri pengolahan di
Kecamatan Babakan Ciparay yang mencapai 12,62 persen terhadap NTB sektor
industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan Babakan Ciparay memiliki
potensi indsutri besar yang cukup banyak di Kota Bandung. Perusahaan
industri tekstil maupun non tekstil besar (dilihat dari jumlah tenaga kerja)
banyak terdapat di Kecamatan Babakan Ciparay, termasuk industri makanan
diantaranya tahu, banyak terdapat di kecamatan ini.
Kontribusi terbesar kedua adalah Kecamatan Kiaracondong yang
mencapai 10,87 persen. Kecamatan Kiaracondong memiliki potensi industri
yang cukup besar di Kota Bandung seperti industri bubut (Kecamatan
Kiaracondong merupakan sentra industri bubut di Kota Bandung), industri
pakaian jadi, dan yang paling menunjang industri di Kecamatan Kiaracondong
adalah keberadaan perusahaan industri senjata terbesar di Indonesia, yaitu PT
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
45
PINDAD. Keberadaan PT PINDAD di Kecamatan Kiaracondong memberikan
andil besar dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan di Kecamatan
Kiaracondong dan Kota Bandung.
Potensi lainnya yang dimiliki Kota Bandung adalah PT Dirgantara
Indonesia, produsen pesawat terbang di Indonesia. PT Dirgantara Indonesia
terdapat di Kecamatan Cicendo dan keberadaannya memberikan kontribusi
dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan di Kecamatan Cicendo.
Kecamatan Cicendo banyak memiliki perusahaan industri berskala besar yang
memberikan kontribusi besar dalam penciptaan NTB. Pada tahun 2012
Kecamatan Cicendo memberikan kontribusi sebesar 10,44 persen terhadap
penciptaan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung.
Kecamatan yang juga memberikan kontribusi sektor industri
pengolahan lebih dari sepuluh persen adalah Kecamatan Bandung Kulon.
Kecamatan Bandung Kulon memberikan kontribusi sebesar 10,38 persen dalam
penciptaan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan ini
memiliki potensi industri makanan (sentra tahu cibuntu), industri tekstil, dan
industri pengolahan lainnya (industri boneka) yang cukup besar.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Kontribusi masing-masing kecamatan dalam pembentukan nilai
tambah bruto sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Bandung relatif tidak
jauh berbeda. Sektor listrik, gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar
2,35 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Kecamatan-
kecamatan yang memiliki jumlah perusahaan industri dan perdagangan serta
jumlah rumah tangga yang besar, cenderung persentase NTB sektor listrik, gas,
dan air bersih nya relatif besar karena jumlah listrik yang disalurkan juga besar.
Demikian halnya dengan sub sektor air bersih PDAM. Adapun kecamatan yang
memiliki potensi air bersih non PDAM adalah Kecamatan Bojongloa Kaler dan
Kecamatan Ujung Berung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
46
Kecamatan yang memberikan kontribusi paling besar adalah
Kecamatan Babakan Ciparay, yaitu sebesar 7,52 persen. Kemudian Kecamatan
Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 7,08 persen terhadap total
NTB sektor listrik, gas, dan air bersih Kota Bandung.
Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi memberikan kontribusi sebesar 4,86 persen terhadap
pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2012. Nilai tambah bruto sektor
konstruksi atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai 5,40 trilyun rupiah.
Nilai tambah yang terbentuk ini ditopang oleh peranan sektor konstruksi di
masing-masing kecamatan di Kota Bandung. Peranan yang cukup besar
diberikan oleh Kecamatan Sukasari, Kecamatan Bantununggal, Kecamatan
Lengkong, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Cibeunying Kaler, dan
Kecamatan Sumur Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
47
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ekonomi
yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Kota Bandung.
Pada tahun 2012 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 41,67 persen
terhadap total pembentukan PDRB Kota Bandung, atau senilai 46,30 trilyun
rupiah. Jika dirinci menurut sub sektor, maka sub sektor perdagangan
memberikan kontribusi terbesar.
Kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan
NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung adalah Kecamatan
Andir, Kecamatan Regol, Kecamatan Babakan Ciparay, dan Kecamatan Sumur
Bandung. Keempat kecamatan ini pada tahun 2012 memberikan kontribusi
lebih dari lima persen terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel,
dan restoran Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
48
Pada tahun 2012 sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kecamatan
Andir memberikan kontribusi sebesar 8,70 terhadap pembentukan NTB sektor
perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung. Kecamatan Andir banyak
memiliki potensi perdagangan, terutama pasar tradisional. Salah satu pasar di
Kecamatan Andir yang selalu ramai oleh pembeli baik dari dalam kota maupun
luar kota adalah Pasar Baru Bandung.
Kecamatan Regol juga memberikan kontribusi cukup besar dalam NTB
sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung, yaitu sebesar 7,98
persen. Selanjutnya Kecamatan Babakan Ciparay memberikan kontribusi
sebesar 6,65 persen dan Kecamatan Sumur Bandung sebesar 5,71 persen
terhadap total NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung.
Adapun kecamatan-kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah lima
persen terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran
Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
49
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar
12,47 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012. Terdapat dua
kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan NTB sektor
pengangkutan dan komunikasi, yaitu Kecamatan Cicendo dan Kecamatan
Coblong. Kecamatan Cicendo memiliki potensi angkutan rel dan angkutan
udara. Kegiatan angkutan udara di Kota Bandung terdapat di Kecamatan
Cicendo, yaitu Bandar Udara Husen Sastranegara. Adapun Kecamatan Coblong
memiliki potensi kegiatan komunikasi, dimana kantor pusat PT Telekomunikasi
Indonesia berada di wilayah Kecamatan Coblong.
Kecamatan Cicendo memberikan kontribusi sebesar 23,23 persen dan
Kecamatan Coblong sebesar 19,55 persen terhadap pembentukan NTB sektor
pengangkutan dan komunikasi tahun 2012. Adapun sisanya kecamatan-
kecamatan lain di Kota Bandung memberikan kontribusi di bawah enam
persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
50
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memberikan
kontribusi sebesar 6,64 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012.
Terdapat dua kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam
pembentukan NTB sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu
Kecamatan Sumur Bandung dan Kecamatan Lengkong, di mana pada tahun
2012 kontribusi masing-masing kecamatan ini lebih dari sepuluh persen.
Kecamatan Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 16,30
persen dan Kecamatan Lengkong berkontribusi sebesar 11,75 persen terhadap
total NTB sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Kota Bandung.
Adapun Kecamatan lainnya yang juga berkontribusi cukup besar adalah
Kecamatan Cicendo (7,68 %), Kecamatan Coblong (7,10 %), Kecamatan Regol
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
51
(6,97 %) dan Kecamatan Bandung Wetan (5,57 %). Adapun kecamatan lainnya
memberikan kontribusi di bawah lima persen.
Sektor Jasa-jasa
Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 9,25
persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Sebagian besar ditopang oleh sub
sektor jasa pemerintahan umum. Jasa pemerintahan umum memberikan
kontribusi sebesar 74,57 persen terhadap total NTB sektor jasa-jasa atau
sebesar 6,90 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.
Kecamatan yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan
NTB sektor jasa-jasa adalah Kecamatan Sumur Bandung. Kecamatan Sumur
Bandung memberikan kontribusi sebesar 33,16 persen pada tahun 2012.
Kecamatan Sumur Bandung merupakan kecamatan di mana terdapat pusat
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
52
pemerintahan Kota Bandung berada, di samping kantor dinas/instansi
pemerintah provinsi maupun pusat yang banyak terdapat di kecamatan ini.
Kecamatan yang juga berkontribusi besar adalah Kecamatan
batununggal, yaitu mencapai 10,36 persen. Selanjutnya Kecamatan Coblong
sebesar 7,87 persen dan Kecamatan Bandung Wetan sebesar 6,60 persen.
Adapun kecamatan lainnya di Kota Bandung memberikan kontribusi di bawah
lima persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
53
BAB V STRUKTUR EKONOMI DANPERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL
Gambaran pembangunan ekonomi suatu wilayah terbentuk atas kondisi
perekonomian wilayah yang lebih kecil di bawahnya, dalam level kota maka
stuktur perekonomian kota terbentuk atas struktur ekonomi dari masing-
masing kecamatan di wilayahnya. Kondisi pembangunan ekonomi kecamatan
dapat dilihat melalui stuktur perekonomiannya. Perbedaan pola struktur
ekonomi suatu kecamatan dengan kecamatan lainnya antara lain disebabkan
oleh perbedaan sumber-sumber alam dan faktor produksi yang tersedia.
Perekonomian di setiap kecamatan terbentuk dari berbagai macam
aktivitas/kegiatan ekonomi yang timbul di daerah/regional tersebut. Untuk
mengamati dan menganalisa ekonomi suatu daerah, kegiatan ekonomi
dikelompokkan ke dalam sembilan sektor/lapangan usaha. Pengelompokan
tersebut mengambarkan keadaan sektor-sektor ekonomi yang menentukan dan
berpengaruh di setiap kecamatan. Dengan disajikannnya data PDRB menurut
sektor secara berkala dapat dilihat posisi dan kondisi perekonomian suatu
daerah dari waktu ke waktu.
5.1 Struktur Ekonomi Antar Kecamatan
PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul
akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Data PDRB tersebut
menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang
dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran PDRB yang
dihasilkan oleh masing-masing kecamatan sangat tergantung pada potensi
sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan
dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB
bervariasi antar daerah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
54
Kecamatan Bandung Kulon
Kecamatan Bandung Kulon pada tahun 2012 memiliki nilai PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 5,66 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB
Kecamatan Bandung Kulon ditopang oleh sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor industri pengolahan
menyumbang sebesar 45,96 persen terhadap PDRB Kecamatan Bandung Kulon,
sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 34,54
persen.
Peranan cukup besar juga ditunjukkan oleh sektor pengangkutan dan
komunikasi yang mencapai 8,85 persen. Sisanya merupakan peranan dari
sektorsektor lainnya dalam menopang pembentukan PDRB Kecamatan
Bandung Kulon.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
55
Kecamatan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay merupakan peringkat ketiga dalam urutan
peringkat peranan PDRB kecamatan dalam pembentukan PDRB Kota Bandung
tahun 2012. Pada tahun 2012 Kecamatan Babakan Ciparay menyumbang PDRB
Kota Bandung sebesar 7,13 trilyun rupiah atau sebesar 6,41 persen dari total
PDRB Kota Bandung. Sebagian besar PDRB Kecamatan Babakan Ciparay
ditopang oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Pada tahun 2102 sektor industri pengolahan menyumbang sebesar
44,39 persen terhadap PDRB Kecamatan Babakan Ciparay. Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 43,17 persen terhadap
total pembentukan PDRB Kecamatan Babakan Ciparay.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
56
Kecamatan Bojongloa Kaler
Kecamatan Bojongloa Kaler pada tahun 2012 memiliki PDRB sebesar
3,80 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler ditopang
oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2012 sektor
perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar 46,59 persen terhadap
pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler.
Sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi sebesar 24,76 persen
terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler. Sektor
pengangkutan dan komunikasi berkontribusi sebesar 15,04 persen dan sisanya
adalah kontribusi dari sektor ekonomi lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
57
Kecamatan Bojongloa Kidul
Kecamatan Bojongloa Kidul pada tahun 2012 mencapai PDRB sebesar
3,14 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang
mencapai 2,74 trilyun rupiah. Sebagian besar perekonomian Kecamatan
Bojongloa Kidul ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai peranan sebear 82,82 persen
terhadap PDRB Kecamatan Bojongloa Kidul.
Sektor industri pengolahan mempunyai peranan sebesar 26,15 persen.
Kecamatan Bojongloa Kidul merupakan salah satu sentra industri sepatu di
Kota Bandung, dengan adanya sentra industri sepatu Cibaduyut. Kemudian
sektor pengangkutan dan komunikasi berperan sebesar 12,08 persen terhadap
pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kidul, dan sisanya merupakan
peranan dari sektor ekonomi lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
58
Kecamatan Astana Anyar
Pada tahun 2012 Kecamatan Astana Anyar mempunyai nilai PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 3,38 trilyun rupiah. Sebagian besar struktur
perekonomian Kecamatan Astana Anyar adalah sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi
sebesar 62,43 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Astana Anyar.
Peranan yang cukup besar juga berasal dari sektor industri pengolahan.
Pada tahun 2012, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar
15,55 persen terhadap PDRB Kecamatan Astana Anyar. Sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan memberikan kontribusi sebesar 6,22 persen,
serta sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar 5,07 persen. Adapun sektor
ekonomi lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen terhadap
PDRB Kecamatan Astana Anyar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
59
Kecamatan Regol
Kecamatan Regol pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar
harga berlaku sebesar 5,46 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 4,68 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB
Kecamatan Regol ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2012 memberikan peranan
sebesar 67,69 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kecamatan Regol
memiliki potensi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang cukup besar,
khususnya pada sub sektor perdagangan.
Adapun sektor ekonomi di Kecamatan Regol lainnya memberikan
peranan kurang dari sepuluh persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan
Regol. Sektor industri pengolahan berperan sebesar 9,27 persen dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berperan sebesar 9,43 persen
terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Regol.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
60
Kecamatan Lengkong
PDRB Kecamatan Lengkong pada tahun 2012 mencapai 4,25 trilyun
rupiah. Sebanyak 42,27 persen ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Kecamatan Lengkong mempunyai potensi sektor pedagangan, hotel,
dan restoran yang cukup besar. Keberadaan sarana wisata dan hiburan Trans
Studio Mall di Kota Bandung dan Kota Bandung sebagai tujuan wisata, menjadi
daya tarik untuk tumbuhnya usaha perhotelan di Kecamatan Lengkong. Jumlah
usaha hotel, seperti wisma dan guesthouse terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya di Kecamatan Lengkong.
Kecamatan Lengkong juga memiliki potensi sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan, di mana sektor ini berperan sebesar 20,41
persen. Adapun peranan sektor lainnya di bawah sepuluh persen terhadap
PDRB Kecamatan Lengkong tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
61
Kecamatan Bandung Kidul
Kecamatan Bandung Kidul pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB
atas dasar harga berlaku sebesar 1,82 trilyun rupiah. Sebesar 41,70 persen
PDRB Kecamatan Bandung Kidul ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sebanyak 21,33 persen merupakan peranan dari sektor industri
pengolahan dan sebanyak 14,50 persen merupakan peranan dari sektor
keuangan, persewaan dan jsa perusahaan dalam membentuk PDRB Kecamatan
Bandung Kidul.
Sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi,
sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memberikan
kontribusi di bawah sepuluh persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan
Bandung Kidul.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
62
Kecamatan Buah Batu
Pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Buah Batu
mencapai 2,89 trilyun rupiah. Sebanyak 47,17 persen PDRB Kecamatan Buah
Batu ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kemudian
sebanyak 13,73 persen merupakan peranan dari sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor industri pengolahan memberikan peranan sebesar 13,67
persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Buah Batu.
Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 10,39 persen terhadap
PDRB Kecamatan Buah Batu. Kemudian sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar
7,58 persen. Adapun sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai peranan kurang dari
lima persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
63
Kecamatan Rancasari
Pada tahun 2012 Kecamatan Rancasari mempunyai nilai PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 1,07 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Rancasari
sebanyak 40,28 persen berasal dari peranan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Kemudian sebanyak 24,52 persen merupakan peranan dari sektor
industri pengolahan. Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 13,69
persen terhadap PDRB Kecamatan Rancasari.
Sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa
persuahaan, serta sektor jasa-jasa memberikan peranan kurang dari sepuluh
persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Rancasari tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
64
Kecamatan Gedebage
PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Gedebage tahun 2012
mencapai 1,12 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Gedebage
ditopang oleh peranan sektor industri pengolahan, yaitu mencapai 45,60
persen. Walaupun Kecamatan Gedebage memiliki potensi sektor pertanian yang
cukup besar namun dalam pembentukan PDRB kecamatan, peranan