menumbuhkan budaya keberagamaan

9
 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN (RELIGIOUS CULTURE) DI LINGKUNGAN SEKOLAH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan diselenggarak an secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaa n peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 tentang pendidikan menyebutkan antara lain pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Hal ini menunjukkan pendidikan berorientasi ke masa depan dengan bertumpu pada potensi sumber daya manusia dan kekuatan budaya masyarakat, sehingga meningkatkan mutu manusia dan masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan Islam memperhatikan pengembang an kecerdasan rasional dalam rangka memacu penguasaa n nilai-nilai agama Islam dan ilmu pengetahuan serta teknologi di samping memperkokoh kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual. Pembanguna n pendidikan di Indonesia mengacu pada sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaska n kehidupan bangsa. Pendidikan nasional ini berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaa n nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Selain itu, pendidikan nasional memiliki misi meningkatkan keprofes ionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayan ilmu pengetahun, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. Di dalam Bab I I Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 t entang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, dinyatakan bahwa pengelolaan pendidikan agama dilaksanakan oleh Menteri Agama, dan bertujuan untuk berkembangnya kemampua n peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Agama merupakan keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup. Tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berakh lak mulia atas dasar percaya atau beriman kepada Tuhan dan tanggung jawab pribadinya. Untuk menjelaskan agama seorang pend idik bisa menggunakan ilmu lain, j ika ilmu agama itu memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut dalam menafsirkan berbagai materi atau kejadian-kejadia n yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapka n peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Hal ini sesuai dengan karakter bangsa Indonesia adalah masyarakat yang berdasarkan pada kehidupan

Upload: nanang-hutomo

Post on 10-Jul-2015

182 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 1/9

MENUMBUHKAN BUDAYA

KEBERAGAMAAN (RELIGIOUS

CULTURE) DI LINGKUNGANSEKOLAH

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, karena pendidikan

merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif 

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan danpemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Di dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 31 tentang pendidikan menyebutkan antara lain pemerintah memajukan

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan

bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Hal ini menunjukkan

pendidikan berorientasi ke masa depan dengan bertumpu pada potensi sumber daya manusia

dan kekuatan budaya masyarakat, sehingga meningkatkan mutu manusia dan masyarakat.

Peningkatan mutu pendidikan Islam memperhatikan pengembangan kecerdasan rasional

dalam rangka memacu penguasaan nilai-nilai agama Islam dan ilmu pengetahuan serta

teknologi di samping memperkokoh kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual.

Pembangunan pendidikan di Indonesia mengacu pada sistem pendidikan nasional yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam

Undang-Undang ini dinyatakan fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional ini berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Selain itu,

pendidikan nasional memiliki misi meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga

pendidikan sebagai pusat pembudayan ilmu pengetahun, keterampilan, pengalaman, sikap,

dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.

Di dalam Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama danPendidikan Keagamaan, dinyatakan bahwa pengelolaan pendidikan agama dilaksanakan oleh

Menteri Agama, dan bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam

memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan

penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Agama merupakan keseluruhan

tingkah laku manusia dalam hidup. Tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berakhlak 

mulia atas dasar percaya atau beriman kepada Tuhan dan tanggung jawab pribadinya. Untuk 

menjelaskan agama seorang pendidik bisa menggunakan ilmu lain, jika ilmu agama itu

memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut dalam menafsirkan berbagai materi atau

kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pendidikan keagamaan berfungsi

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan

mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Hal ini sesuaidengan karakter bangsa Indonesia adalah masyarakat yang berdasarkan pada kehidupan

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 2/9

beragama dalam pergaulannya (religionism). Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 5 tentang Standar Nasional

Pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taatmenjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga menjadikan

agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara. Dengan pendidikan agama dapat membangun sikap mental peserta didik 

yang baik. Peserta didik akan memiliki sikap dan perilaku jujur, amanah, bertanggung jawab,

percaya diri, disiplin, bekerja keras, dan mandiri. Pada diri peserta didik pun akan tumbuh

sikap kritis, inovatif, dan dinamis yang memberikan motivasi kepada peserta didik untuk 

menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olah raga. Untuk menciptakan

kemampuan peserta didik seperti itu, maka diperlukan proses pendidikan yang interaktif,

kreatif, inspiratif, komunikatif, menyenangkan, menantang, dan menumbuhkan motivasi. Jika

pendidikan agama dipahami dengan baik dan benar oleh peserta didik, maka dapat

mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa hormat diantara sesama pemeluk agamayang dianut terhadap pemeluk agama lain. Hal ini sesuai dengan Pendidikan Agama Islam

yang mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan antara lain holistic antara akidah, ibadah,

muamalah dan akhlakul karimah.

Prinsip Pendidikan Agama Islam lainnya adalah interkoneksitas antara ilmu agama, ilmu

pengetahuan, dan teknologi. Untuk itu kurikulum pembelajaran dalam pendidikan agama

Islam lebih banyak mengenai dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan dunia luar,

karena hal ini dianggap sebagai upaya “memanusiakan manusia.” Manusia dibedakan dari

 jenis makhluk hidup lain karena ia mempunyai intelektual. Oleh karenanya upaya

memanusiakan manusia dilakukan dengan mengembangkan inteleknya. Orang berpendidikandipandang sebagai kaum intelektual yang termasuk kaum elite. Kelas sosial tertinggi adalah

mereka yang memperoleh pendidikan tinggi; makin rendah tingkatan pendidikan makin

rendah kelas sosialnya. Tujuan pendidikan adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin

mentalnya. Namun demikian kurikulum sepatutnya tidak dimaksudkan untuk semata-mata

membentuk intelek, tetapi diarahkan agar peserta didik dapat mempelajari sesuatu yang

berhubungan dengan fungsi kehidupan. Selain itu ada pula budaya yang disampaikan dalam

pembelajaran hanya berisi informasi yang bersifat praktis dan realistis, dengan tujuan

mendidik keterampilan yang esensial dan berguna untuk hidup produktif.

Pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan menempatkan nilai-nilai agama dan budaya

luhur bangsa sebagai spirit dalam proses pengelolaan dan pembelajaran. Hal ini ditunjukanantara lain dengan mengintegrasikan wawasan keagamaan pada kurikulum pendidikan,

menciptakan suasana keberagamaan pada kurikulum pendidikan, mengutamakan keteladanan

dalam perilaku dan amalan keagamaan aparat pengelola dan pendidik, menyediakan

dukungan bahan dan sarana pembelajaran seperti kitab suci, buku referensi keagamaan dan

tempat ibadah. Namun demikian, pelaksanaan kurikulum pendidikan terkadang masih belum

sepenuhnya menjadi alat perubahan nilai budaya masyarakat, tetapi masih lebih

mengutamakan mengajarkan nilai-nilai budaya lama. Peserta didik kurang dibekali dengan

realitas yang berkaitan dengan hakekat hidup dan kehidupan sehari-hari yang dialami di

lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik lebih diarahkan untuk memperoleh ijazah

setinggi-tinggi dan mempersiapkannya untuk menjadi pegawai dalam suatu instansi dan

kurang menstimulus mereka untuk menjadi seorang peserta didik yang berbudaya, khususnya

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 3/9

budaya keberagamaan. Untuk itu kurikulum seharusnya menjadikan guru dan peserta didik 

mampu menyadari pentingnya budaya keberagamaan dalam kehidupanya.

Pendidikan agama Islam pada berbagai jenjang persekolahan dituntut untuk menyesuaikan

dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan ini sebagai akibat

dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan prinsip pengembangankurikulum yaitu tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

yang berkembang secara dinamis. Semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman

belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, khususnya dalam pembelajaran.

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam berorientasi pada penerapan

Standar Nasional Pendidikan. Dalam proses pembelajaran bukan hanya terjadi transfer ilmu

pengetahuan dari guru kepada peserta didik atau dari peserta didik kepada peserta didik 

lainnya, namun juga terjadi proses transfer kebudayaan yaitu terjadinya penanaman nilai-

nilai, norma-norma, atau adat kebiasaan. Peserta didik adalah subjek yang melakukanakulturasi kebudayaan. Peserta didik mempelajari dan mengamalkan nilai, norma, atau

kebiasaan yang ada di masyarakat. Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan seperti

pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama Islam, pengembangan kultur budaya

Islami dalam proses pembelajaran, dan pengembangan kegiatan-kegiatan kerokhanian Islam

dan ekstrakurikuler. Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut maka dilaksanakan kegiatan

yang langsung melibatkan pelaku utama pendidikan yaitu peserta didik.

Wujud dari kegiatan ini antara lain diselenggarakannya kegiatan keterampilan dan seni

pendidikan agama Islam. Kegiatan ini sangat penting dalam rangka memberikan semangat

dan gairah baru bagi para pendidik, peserta didik, atau yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selain itu juga diharapkan kegiatan ini

dapat menumbuhkan budaya keberagamaan (religious culture) di lingkungan sekolah.

Kegiatan-kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan Emotional Quotient (EQ) dan

Spiritual Quotient (SQ) agar semakin kokoh pada para peserta didik di kalangan

sekolah/madrasah yaitu MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA dan SMK, mempererat ukhuwah

Islamiyah, membawa persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa sesama peserta didik 

sekolah/madrasah. Emotional Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosional dan Spiritual

Quotient (SQ) adalah kecerdasan berkaitan dengan keberagamaan (religious), dan ada pula

gabungan dari EQ dan SQ ini yaitu ESQ (Emotional Spiritual Quotient. Daniel Goleman

(Depkominfo 2006: 15) beranggapan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian

besar sekitar 80% ditentukan oleh kecerdasan emosi dan hanya 20% ditentukan oleh faktorkecerdasan kognitif (IQ). Intelegent Quotient (IQ) adalah kecerdasan intelektual atau

kecerdasan otak kiri. Kecerdasan otak kiri menekankan pada peserta didik untuk menguasai

kemampuan kognitif atau akademik, seperti membaca, menulis, berhitung. atau berupa

hafalan, sehingga tidak ada apresiasi dan penghayatan yang dapat menumbuhkan semangat

untuk belajar. Keberhasilan akademik peserta didik diukur dengan nilai angka dan ranking

bukan pada proses belajar. Tujuannya mencetak peserta didik pandai di bidang akademik 

kognitif, maka materi pelajaran yang berkaitan dengan otak kiri saja yang diperhatikan yaitu

bahasa dan logis matematik.

Emotional Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosional atau kecerdasan otak kanan. Materi

pelajaran yang berkaitan dengan otak kanan seperti kesenian atau musik. Beberapa aspek emosi-sosial yang menentukan keberhasilan peserta didik antara lain rasa percaya diri

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 4/9

(confidence), rasa ingin tahu (curiosity), kemampuan mengontrol diri (self control),

kemampuan bekerja sama (cooperation) ataupun mandiri, memiliki sifat jujur (honesty), bisa

dipercaya (amanah), bekerja tepat waktu, mampu dan cepat menyesuaikan diri dengan orang

lain, mempunyai motivasi kuat meningkatkan kualitas diri, mampu berkomunikasi, mampu

menyelesaikan masalah.

Kematangan emosi-sosial menentukan keberhasilan peserta didik di sekolah, di masyarakat,

dan dalam kehidupannya. Kematangan emosi ditandai antara lain mempunyai rasa percaya

diri, rasa sabar, mematuhi instruksi, dan mampu bekerja sama dengan kelompok. Peserta

didik menjadi sumber daya manusia yang bisa bekerja, terampil, rajin, tekun, kerja keras dan

cerdas, percaya diri dengan kemampuan sendiri. Kecerdasan emosi memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk berkembang secara alami. Peserta didik dapat mengembangkan

fungsi otak kanan, sehingga akan memudahkan menguasai pelajaran yang diberikan guru.

Peserta didik mengalami proses sosial emotional learning (kecerdasan emosi), joyful learning

(belajar yang menyenangkan), dan active learning (peserta didik terlibat aktif). Peserta didik 

sebagai subjek pendidikan bukan hanya objek. Oleh karena itu sekolah seharusnya

memberikan lingkungan yang dapat menumbukan rasa senang dan gembira kepada pesertadidik. Pada diri peserta didik akan tumbuh rasa cinta untuk belajar, tidak perlu dipaksakan

dengan perintah atau pelajaran terlalu kaku, membebani, dan membosankan, sehingga

hasilnya tidak optimal.

Peserta didik yang tidak mempunyai bekal kompetensi emosional, spiritual, dan sosial sering

tidak berhasil dalam masa-masa belajar di sekolah. Kehidupannya akan menghadapi berbagai

masalah emosi, perilaku, akademik, dan perkembangan sosial. Mereka mengalami rendahnya

rasa percaya diri dan keingintahuan, ketidakmampuan mengontol diri, rendahnya motivasi,

kegagalan bersosialisasi, ketidakmampuan bekerja, dan rendahnya rasa empati. Untuk itu,

guru perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik dengan menciptakankematangan emosi-sosialnya. Kematangan emosi-sosial peserta didik akan dapat berhasil

dalam menghadapi segala macam tantangan. Kematangan emosi sosial pun berpengaruh

terhadap kesehatan fisik peserta didik, yaitu mampu mengendalikan tekanan-tekanan (stress)

yang dialaminya, karena jika tidak dikendalikan akan menimbulkan berbagai penyakit.

Perilaku guru dalam proses pendidikan, pengajaran, atau pola asuhnya yang diterapkannya di

dalam sekolah kepada peserta didik pasti berpengaruh dalam pembentukan kepribadian

peserta didik. Keberhasilan peserta didik mengatasi konflik kepribadian dalam dirinya sangat

menentukan keberhasilan dalam kehidupan sosial di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku itu antara lain kedekatan emosi (emotional bonding), pemberian atau sentuhan kasih

sayang. Untuk itu proses pendidikan tidak hanya mementingkan kecerdasan otak kiri atau IQsaja tetapi juga mementingkan kecerdasan otak kanan atau EQ atau kecerdasan emosional

dan Spiritual Quotient (SQ).

Bentuk Kegiatan Menumbuhkan Budaya Keberagamaan (Religious Culture)

Kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan budaya keberagamaan (religious culture) di

lingkungan sekolah antara lain pertama, melakukan kegiatan rutin, yaitu pengembangan

kebudayaan keberagamaan secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar biasa di sekolah.

Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan sehari-hari yang terintegrasi dengan kegiatan

yang telah diprogramkan, sehingga tidak memerlukan waktu khusus. Pendidikan agama

merupakan tugas dan tanggung jawab bersama bukan hanya guru agama saja melainkan jugatugas dan tanggung jawab guru-guru bidang studi lainnya atau sekolah. Pendidikan agama

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 5/9

pun tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan, tetapi juga meliputi pembentukan sikap,

perilaku, dan pengalaman keagamaan. Untuk itu pembentukan sikap, perilaku, dan

pengalaman keagamaan pun tidak hanya dilakukan oleh guru agama, tetapi perlu didukung

oleh guru-guru bidang studi lainnya.

Kedua menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan menjadi laboratorium bagipenyampaian pendidikan agama, sehingga lingkungan dan proses kehidupan semacam ini

bagi para peserta didik benar-benar bisa memberikan pendidikan tentang caranya belajar

beragama. Dalam proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan

sekolah, selain lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Suasana lingkungan sekolah

dapat menumbuhkan budaya keberagamaan (religious culture). Sekolah mampu menanamkan

sosialisasi dan nilai yang dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas dan

berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku utama kehidupan di masyarakat. Suasana

lingkungan sekolah ini dapat membimbing peserta didik agar mempunyai akhlak mulia,

perilaku jujur, disiplin dan semangat sehingga akhirnya menjadi dasar untuk meningkatkan

kualitas dirinya.

Ketiga, pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru agama dengan

materi pelajaran agama dalam suatu proses pembelajaran, namun dapat pula dilakukan di luar

proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Guru bisa memberikan pendidikan agama

secara spontan ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan

ajaran agama. Manfaat pendidikan secara spontan ini menjadikan peserta didik langsung

mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya dan langsung pula mampu

memperbaikinya. Manfaat lainnya dapat dijadikan pelajaran atau hikmah oleh peserta didik 

lainnya, jika perbuatan salah jangan ditiru, sebaliknya jika ada perbuatan yang baik harus

ditiru.

Keempat, menciptakan situasi atau keadaan keberagamaan. Tujuannya untuk mengenalkan

kepada peserta didik tentang pengertian agama dan tata cara pelaksanaan agama tersebut

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga menunjukkan pengembangan kehidupan

keberagamaan di sekolah yang tergambar dari perilaku sehari-hari dari berbagai kegiatan

yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena itu keadaan atau situasi keagamaan

di sekolah yang dapat diciptakan antara lain pengadaan peralatan peribadatan seperti tempat

untuk shalat (masjid atau mushalla), alat-alat shalat seperti sarung, peci, mukena, sajadah atau

pengadaan Al Quran. Selain itu di ruangan kelas bisa pula ditempelkan kaligrafi, sehingga

peserta didik dibiasakan selalu melihat sesuatu yang baik. Selain itu dengan menciptakan

suasana kehidupan keagamaan di sekolah antara sesama guru, guru dengan peserta didik, atau

peserta didik dengan peserta didik lainnya. Misalnya, dengan mengucapkan kata-kata yangbaik ketika bertemu atau berpisah, mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, mengajukan

pendapatan atau pertanyaan dengan cara yang baik, sopan, santun tidak merendahkan peserta

didik lainnya, dan sebagainya.

Kelima memberikan kesempatan kepada peserta didik sekolah/madrasah untuk 

mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas pendidikan agama Islam

dalam keterampilan dan seni, seperti membaca Al Quran, adzan, sari tilawah, serta untuk 

mendorong peserta didik sekolah mencintai kitab suci, dan meningkatkan minat peserta didik 

untuk membaca, menulis serta mempelajari isi kandungan Al Quran. Dalam membahas suatu

materi pelajaran agar lebih jelas guru hendaknya selalu diperkuat oleh nas-nas keagamaan

yang sesuai berlandaskan pada Al Quran dan Hadits Rasulullah saw. Tidak hanya ketikamengajar saja tetapi dalam setiap kesempatan guru harus mengembangkan kesadaran

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 6/9

beragama dan menanamkan jiwa keberagamaan yang benar. Guru memperhatikan minat

keberagaman peserta didik. Untuk itu guru harus mampu menciptakan dan memanfaatkan

suasana keberagamaan dengan menciptakan suasana dalam peribadatan seperti shalat, puasa

dan lain-lain.

Keenam, menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas cermat untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecepatan, dan ketepatan menyampaikan pengetahuan

dan mempraktekkan materi pendidikan agama Islam. Mengadakan perlombaan adalah

sesuatu yang sangat menyenangkan bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam

melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, menambah wawasan dan membantu

mengembangkan kecerdasan serta menambahkan rasa kecintaan. Perlombaan bermanfaat

sangat besar bagi peserta didik berupa pendalaman pelajaran yang akan membantu mereka

untuk mendapatkan hasil belajar secara maksimal. Perlombaan dapat membantu para

pendidik dalam mengisi waktu kekosongan waktu peserta didik dengan sesuatu yang

bermanfaat bagi mereka dan pekelahian pelajar dapat dihindarkan. Dari perlombaan ini

memberikan kreativitas kepada peserta didik dengan menanamkan rasa percaya diri pada

mereka agar mempermudah bagi peserta didik untuk memberikan pengarahan yang dapatmengembangkan kreativitasnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam perlombaan itu antara

lain adanya nilai pendidikan di mana peserta didik mendapatkan pengetahuan, nilai sosial,

yaitu peserta didik bersosialisasi atau bergaul dengan yang lainnya, nilai akhlak yaitu dapat

membedakan yang benar dan yang salah, seperti adil, jujur, amanah, jiwa sportif, mandiri.

Selain itu ada nilai kreativitas dapat mengekspresikan kemampuan kreativitasnya dengan cara

mencoba sesuatu yang ada dalam pikirannya.

Salah satu contoh perlombaan adalah lomba berpidato. Peserta didik diberikan kesempatan

berpidato untuk melatih dan mengembangkan keberanian berkomunikasi secara lisan dengan

menggunakan teks atau tanpa teks menyampaikan pesan-pesan Islami. Menjadi ahli pidatoyang efektif menuntut para peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk 

berkomunikasi secara efektif dan penuh percaya diri, serta mampu merumuskan dan

mengkomunikasikan pendapat dan gagasan di dalam berbagai kesempatan dan keadaan.

Peserta didik diharapkan mampu mendakwahkan ajaran agama yang benar sesuai dengan

hukum-hukum agama, tidak sebaliknya berpidato atau berkomunikasi yang merendahkan

agama.

Ketujuh, diselenggarakannya aktivitas seni, seperti seni suara, seni musik, seni tari, atau seni

kriya. Seni adalah sesuatu yang berarti dan relevan dalam kehidupan. Seni menentukan

kepekaan peserta didik dalam memberikan ekspresi dan tanggapan dalam kehidupan. Seni

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengetahui atau menilai kemampuanakademis, sosial, emosional, budaya, moral dan kemampuan pribadinya lainnya untuk 

pengembangan spiritual rokhaninya. Untuk itu pendidikan seni perlu direncanakan dengan

baik agar menjadi pengalaman kreatif yang jelas tujuannya. Melalui pendidikan seni, peserta

didik memperoleh pengalaman berharga bagi dirinya, mengekspresikan sesuatu tentang

dirinya dengan jujur dan tidak dibuat-buat. Untuk itu, guru harus mampu menyadarkan

peserta didik untuk menemukan ekspresi dirinya. Melalui pendidikan seni peserta didik 

dilatih untuk mengembangkan bakat, kreatifitas, kemampuan, dan keterampilan yang dapat

ditransfer pada kehidupan. Melalui seni para peserta didik akan memperoleh pengalaman dan

siap untuk memahami dirinya sendiri secara mandiri. Peserta didik yang mandiri mampu

memahami gaya belajar mereka sendiri, disiplin dalam belajar bukan karena tekanan pihak 

lain, sehingga mereka mampu mengenali, mengidentifikasi dan memahami kekuatan dankelemahan kemampuannya mengembangkan bakat dan minatnya. Selain itu juga untuk 

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 7/9

menghadapi berbagai tantangan, baik dalam belajar maupun dalam kehidupan yang

dijalaninya sehari-hari. Peserta didik dikondisikan agar mampu mengkomunikasikan apa

yang dilihat, didengar, diketahui, atau dirasakannya. Peserta didik mampu membuat dan

mengembangkan perasaan, imajinasi, dan gagasan secara ekspresif agar menjadi hidup yang

berguna bagi pengembangan diri.

Pembelajaran seni di sekolah memiliki kontribusi dalam sikap belajar seumur hidup (life long

learning). Selama waktu belajar di sekolah atau di luar waktu belajar, peserta didik 

diharapkan selalu melakukan aktivitas seni untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilannya. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan seni pada dasarnya dirancang untuk 

membantu peserta didik untuk belajar seumur hidup dengan memiliki pengetahuan,

pemahaman, pemikiran, atau komunikasi yang efektif. Melalui pelajaran seni di sekolah, para

peserta didik dilibatkan untuk menciptakan dan mengekspresikan gagasan dan perasaan

dalam bentuk ucapan, tulisan, pendengaran atau gerakannya.

Salah satu bidang seni yang diselenggarakan adalah seni nasyid. Nasyid adalah seni vocal

yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat music. Tujuan nasyid antara lain untuk melatihdan mengembangkan keberanian, penjiwaan, keindahan, keserasian dan kemampuan

mengaransemen seni modern yang islami. Nasyid mengembangkan kemampuan untuk 

berfikir dan mengeksresikan diri dalam bentuk vokal atau bunyi-bunyian alat-alat musik.

Peserta didik belajar untuk menginterpretasikan atau mengekspresikan emosi atau jiwa

spiritual di dalam bernyanyi atau bermusik. Dengan bernyanyi atau bermusik peserta didik 

mendapatkan kepuasan lahir dan bathinnya sehingga menjadi landasan yang baik untuk 

meningkatkan semangat belajarnya. Nasyid biasanya berisikan lagu-lagu atau syair syair

manis berupa pujian yang menyenangkan perasaan atau hati. Nasyid ini dapat dijadikan cara

yang cukup efektif untuk membantu peserta didik dalam memahami berbagai persoalan,

seperti tentang kehidupan, rasa cinta kepada sesama manusia atau kepada Tuhan Yang MahaEsa, dan sebagainya. Nasyid dengan menggunakan bahasa dan intonasi yang mudah

dipahami mempunyai pengaruh yang baik bagi pertumbuhan jiwa dan bahasa peserta didik.

Apalagi kalau disertai dengan gerakan-gerakan yang mudah untuk dilakukan. Serasinya

antara suara dengan gerakan atau antara lagu/syair-syair dengan gerakan-gerakan yang

mengikutinya dapat menyenangkan perasaan dan menenangkan hati peserta didik.

Budaya Keberagamaan dengan Kecakapan Hidup

Pembelajaran yang menekankan pada kebudayaan keberagamaan bisa dilakukan dengan

menerapkan pendekatan kecakapan hidup (life skill). Manfaat atau dampak yang positif 

kecakapan hidup bagi peserta didik antara lain dalam kecakapan personal yang diperolehpeserta didik dapat menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

sebagai pondasi dalam membentuk dan mengembangkan akhlak mulia, rasa percaya diri,

kemandirian, harga diri, dan kasih sayang kepada orang lain. Bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, yaitu berkaitan keyakinan terhadap agama atau kepercayaan, pengabdian dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptakan semua makhluk hidup

dan alam semesta. Peserta didik pun diarahkan agar menjadi manusia yang memiliki akhlak 

mulia, yaitu memiliki atau menunjukkan ciri-ciri karakter akhlak mulia, seperti kejujuran,

kesalehan, kesabaran, keberanian, kedermawanan, atau kehormatan, kasih sayang, hormat,

toleran, pemberi maaf, rendah hati, dan baik hati.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentraluntuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 8/9

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung

pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA 

Depkominfo., (2006). Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga. Jakarta: Depkominfo

Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 Bab II tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Menempatkan Pancasila sebagai Spirit Bangsa Dalam kaitan 65 tahun hari lahir Pancasila ini

berbagai pihak merayakannya dengan kepentingan masing-masing. Ada yang berdasarkan

tujuan idealistis, subsatantif, tetapi ada yang hanya bertujuan sebagai tameng bahkan kedok

untuk memperjuangkan kepentingan sendiri atau kelompoknya. Padahal banyak persoalan

besar yang dihadapi bangsa ini dimana memerlukan Pancasila sebagai spirit untukmembangkitkan bangsa yang sedang mengatasi masalahnya.

Kebangkitan nasional sendiri diperingati secara semarak, tetapi tidak sedikitpun menyentuh

Pancasila sebagai spirit pembangkit nasional. Padahal Pancasila sebagai falsafah negara,

sebagai dasar negara dan sekaligus sebagai ideologi negara menyedeakan berbagai prinsip

dasar yang bisa digunakan bangsa ini untuk melaksanan perjuangan nasional. Maka sangat

ironis kalau kebangkitan nasional dikumandangkan tanpa menggunakan Pancasila sebagai

sarana kebangkitan.

Demikian juga sangat ironis kalau kelahiran Pancasila diperingati tetapi tanpa mengingat

kembali kesejarahan bangsa ini dan sejarah yang memungkinkan lahirnya Pancasila, dan lebih

memperihatinkan tidak melihat Pancasila dengan sila-silanya itu sebagai sarana memecahkan

persoalan politik dan kebudayaan yang ada. Pancasila hanya dijadikan topeng atas

kepentingannya, sehingga hanya membutuhkan simbolnya sebagai sarana pemersatu, itu pun

hanya digunakan saat posisinya terancam, karena pada dasarnya mereka individualis. Karena

itu mereka melupakan substansi Pancasila sebagai sumber inspirasi dalam berpikir dan sarana

penggerak dalam berpolitik.

Secara filosofis, Pancasila merupakan gugusan moral yang harus diterapkan dalam

perikehidupan sehari hari. Sisi moral dari Pancasila ini juga sesuatu yang diabaikan bahkan

dihindari oleh mereka. Karena mereka menolak segala bentuk moralitas, baik yang bersumberdari agama maupun tradisi atau kekuasaan. Tetapi kenapa mereka merayakan Pancasila?

5/10/2018 MENUMBUHKAN BUDAYA KEBERAGAMAAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/menumbuhkan-budaya-keberagamaan 9/9

Sebagaimana dikatakan di depan bahwa mereka merayakan hari lahir Pancasila hanya untuk

tameng kepentingan mereka yang terancam, ketika ancaman hilang, hilang pula Pancasila

dalam ingatan mereka. Mereka menggunakan prinsip individualis, kompetitif berdasarkan

prinsip liberal.

Dalam bidang kebudayaan prinsip Pancasila sangat penting diketengahkan. Kalau tidak bangsaini akan kehilangan karakter bahkan kehilangan jati diri. Ketika seluruh rujukan budaya diputus

dan diganti dengan budaya pragmatis produk kapitalis yang terus disebarkan melalui media.

Kapitalisme dan imperialisme kebudayaan telah memaksakan budayanya pada masyarakat

Indonesia dengan melalui film baik televisi maupun bioskop. Mereka tidak mendidik pada

keluhuran, kesetiakawanan, kasih sayang, tetapi mengajarkan kebencian, kekerasan,

keangkuhan, keculasan bahkan pengkhianatan.

Kenyataan itu tidak hanya bertentangan dengan moralitas bangsa sebagaimana dirumuskan

dalam Pancasila, tetapi juga sangat bertentangan dengan agama. Tetapi etois semacam itu

mereka perjuangkan dengan gigih atas nama kebebasan. Ternyata kebebasan yang mereka

propagandakan adalah bebas untuk berbohong, bebas untuk bertindak culas dan bebas untuk

berkhianat.

Sayangnya negara yang semestinya bertugas melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman baik

ancaman fisik, politik dan ancamana moral termasuk ancaman budaya, ternyata tidak berkutik

dengan alasan tidak memiliki lagi kewenangan. Karena berbagai Undang-undang dan peraturan

telah mereka bikin untuk mempreteli kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Kekuasaan

sepenuhnya telah diambil oleh pasar, oleh kapital. Akhirnya soal moral bangsa diselesaikan

atau digadaikan dalam bentuk jual beli dalam arti yang sebenarnya, mereka butuh masukan

uang, tanpa mempedulikan akibat sosial yang terjadi. Ketika negara hanya mementingkan duit,

harus dibayar denagn kebejatan moral bangsa. Padahal kerugian moral dan untukmerehabilitasinya membutuhkan dana lebih besar dari uang yang diperoleh dalam perdagangan

pornografi dan kekerasan serta keculasan.

Proses demoralisasi bangsa melalui kebudayaan dan proses desintegrasi bangsa melalui

gerakan politik sudah harus mulai dibendung. Pancasila dengan filosofinya yang moralistis

mesti dijadikan kembali sebagai titik tolak bersama untuk membangun bangsa ini, karena

bersumber dari tradisi dan merupakan pengalaman konkret bangsa ini, sehingga diharapkan

memeiliki relevansi yang mendalam dan sekaligus memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan.

Konsistensi dan tidaknya terhadap Prinsip Pancasila ini bisa dijadikan sebagai tolok ukur

kesetiaan dan keseriusan dalam menggerakkan Pancasila. Siapa yang sekadar bermain bisa

dilihat, dan bagi yang serius bisa dilihat baik dalam titik tolak, proses maupun solusi yang

ditawarkan. Dengan demikian pengamalan Pancasila tidak hanya sebatas verbalistis, tetapi

lebih substantif, dan ini yang diharapkan mampu membangkitkan spirit perjuangan dan moral

bangsa ini. ( Abdul Mun’im DZ)