mendeteksi pengaruh pasar minyak bumi dunia terhadap

17
1 MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP KRISIS HARGA Nosami Rikadi SE, MSi Dosen Universitas Bunda Mulia e-mail: [email protected] ABSTRAK: The world oil market, as a result of the convergence of a number of factors, has experienced significant tightness. Some of the factors influencing the market might be temporary, some may be cyclical, and others may possible be permanent. While the high price that resulted from the tight balance between oil demand and supply caused increased energy expenditure for consumer, business, and industry, it also led to higher incomes for energy producer. Expectations concerning future market conditions are quickly embodied in oil price formed in futures market. The fear of geopolitical situations are reflected in price. Speculative buying and selling might also affect prices as financial traders adjust their investment portfolios to reflect expected market conditions. It is possible that the economy as a whole might experience macroeconomic effects, not only from the high oil prices themselves, but as a result of the monetary and fiscal policy responses that might be taken if the prices persist and are determined to constitute inflation. Keywords: Oil price, Demand and supply, Higher incomes, Speculation PENDAHULUAN Kenaikan harga minyak bumi yang terus melaju menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis ekonomi global. Pada tanggal 2 November 2007, harga minyak bumi melonjak hingga menyentuh harga 96 dollar US per barel di New York Merchantile Exchange (NYME), mengisyarakan prediksi harga dapat mencapai 100 dollar AS per barel akan menjadi kenyataan. Harga tersebut telah melebihi harga tertinggi minyak bumi dalam sejarah yang terjadi pada tahun 1980 akibat konflik Iran-Irak, dengan kurs saat ini setara dengan 95 dollar AS per barel yang mengakibatkan resesi dunia pada saat itu. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketergantungan dunia atas minyak bumi sebagai sumber energi masih sangat besar. Bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya sektor industri terutama dari negara-negara Asia seperti Cina dan India dalam satu dekade ini mengakibatkan meningkatnya permintaan atas minyak bumi. Faktor geopolitis terutama di kawasan Timur Tengah juga ikut memicu pergerakan harga minyak bumi. Hal tersebut mudah dipahami sebab hampir 65% dari seluruh cadangan minyak bumi berada di Timur Tengah. Meningkatnya berbagai

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

1

MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA

TERHADAP KRISIS HARGA

Nosami Rikadi SE, MSi

Dosen Universitas Bunda Mulia e-mail: [email protected]

ABSTRAK: The world oil market, as a result of the convergence of a number of

factors, has experienced significant tightness. Some of the factors influencing the

market might be temporary, some may be cyclical, and others may possible be

permanent. While the high price that resulted from the tight balance between oil

demand and supply caused increased energy expenditure for consumer, business, and

industry, it also led to higher incomes for energy producer. Expectations concerning

future market conditions are quickly embodied in oil price formed in futures market.

The fear of geopolitical situations are reflected in price. Speculative buying and

selling might also affect prices as financial traders adjust their investment portfolios

to reflect expected market conditions. It is possible that the economy as a whole

might experience macroeconomic effects, not only from the high oil prices themselves,

but as a result of the monetary and fiscal policy responses that might be taken if the

prices persist and are determined to constitute inflation.

Keywords: Oil price, Demand and supply, Higher incomes, Speculation

PENDAHULUAN

Kenaikan harga minyak bumi yang terus melaju menimbulkan kekhawatiran

akan terjadinya krisis ekonomi global. Pada tanggal 2 November 2007, harga minyak

bumi melonjak hingga menyentuh harga 96 dollar US per barel di New York

Merchantile Exchange (NYME), mengisyarakan prediksi harga dapat mencapai 100

dollar AS per barel akan menjadi kenyataan. Harga tersebut telah melebihi harga

tertinggi minyak bumi dalam sejarah yang terjadi pada tahun 1980 akibat konflik

Iran-Irak, dengan kurs saat ini setara dengan 95 dollar AS per barel yang

mengakibatkan resesi dunia pada saat itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketergantungan dunia atas minyak bumi sebagai

sumber energi masih sangat besar. Bertambahnya jumlah penduduk dan

berkembangnya sektor industri terutama dari negara-negara Asia seperti Cina dan

India dalam satu dekade ini mengakibatkan meningkatnya permintaan atas minyak

bumi. Faktor geopolitis terutama di kawasan Timur Tengah juga ikut memicu

pergerakan harga minyak bumi. Hal tersebut mudah dipahami sebab hampir 65%

dari seluruh cadangan minyak bumi berada di Timur Tengah. Meningkatnya berbagai

Page 2: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

2

bencana diseluruh dunia yang mengganggu distribusi minyak bumi dan turunnya

cadangan minyak bumi di berbagai negara juga mendorong kenaikan harga minyak

bumi.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) diminta untuk

meningkatkan produksi dan membanjiri pasar dengan minyak bumi walaupun

berdasarkan pengalaman, upaya ini tidak berjalan efektif. OPEC sendiri menengarai

adanya spekulasi dari pemain besar yang dituding sebagai penyebab tingginya harga

minyak bumi selain dari tingginya tingkat permintaan. Faktor fundamental ekonomi

seperti kelangkaan dan meningkatnya permintaan telah terdistorsi dengan adanya

faktor-faktor lain.

FAKTA HARGA MINYAK BUMI

Harga minyak bumi sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi

yang paling sederhana yaitu keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran.

Namun masing-masing sisi dari mekansime pasar ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor variabel.

Untuk jangka panjang, permintaan minyak bumi dipengaruhi oleh tingkat

pertumbuhan ekonomi dunia dan besarnya jumlah penggunaan minyak yang

digunakan sebagai sumber energi. Namun pengaruh struktural tersebut tidak akan

berubah dengan cepat dan tidak mendorong krisis harga minyak dalam waktu yang

singkat.

Disisi lain, suplai minyak bumi dipengaruhi oleh output dari produksi negara-

negara OPEC dan non-OPEC dimana tingkat produksi sangat bergantung pada faktor

geologi, ekonomi dan politik. Dalam jangka panjang, suplai minyak bumi sangat

bergantung pada ketersediaan cadangan minyak bumi, penemuan eksplorasi baru dan

pengembangan teknologi peralatan. Untuk jangka pendek perubahan kuota produksi

OPEC dan gangguan suplai seperti faktor teknis, politik atau bencana alam memiliki

konsekuensi penting terhadap suplai dan harga. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut

sangat bergantung pada besarnya kapasitas produksi yang tersisa (sebagian besar

berada di Arab Saudi) dan persediaan minyak (meurujuk pada Strategic Petroleum

Reserve di Amerika Serikat). Selain itu faktor fundamental lain yang mempengaruhi

harga minyak bumi adalah kurs mata uang dollar AS, dimana perubahan nilai mata

uang dollar AS akan berdampak langsung pada jumlah permintaan dan distribusi

minyak bumi dunia.

Page 3: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

3

Namun pasar minyak bumi memiliki karakteristik unik dan kompleks. Selain

dipengaruhi oleh faktor fundamental, harga minyak juga sangat dipengaruhi oleh

faktor ekspektasi pasar dan spekulasi di pasar spot dan futures atas perkiraan besarnya

jumlah permintaan di masa yang akan datang dan (khususnya) kondisi suplai yang

distimulasi oleh kondisi ekonomi dan politik.

PROGNOSIS KONDISI

Beberapa tahun lalu, tidak pernah terbayangkan harga minyak mencapai level

seperti saat ini. Tetepi perkembangan beberapa tahun terakhir semakin menunjukkan

bukan suatu hal yang mustahil jika dalam waktu dekat harga minyak dapat mencapai

100 dollar AS per barel. Walaupun untuk saat ini, harga minyak cendrung

menunjukkan tren kenaikan akibat adanya selisih permintaan terhadap penawaran

namun keseimbangan pasar masih dapat terjaga dengan baik. Akan tetapi ditengah

ketatnya pasar minyak tersebut, ada faktor spekulasi yang memanfaatkan ruang

sempit di sela-sela mekanisme pasar. Keterbatasan informasi pelaku pasar minyak

dalam parameter kunci seperti produksi, ekspor, permintaan dan penawaran membuat

respon pasar menjadi irasional. Kegiatan makro dan mikro yang tidak dapat

dipisahkan dengan sirkulasi kapital membuat seluruh kegiatan ekonomi sangat mudah

untuk dispekulasi (Keen, 1995:607).

Pada masa 1 – 3 dekade yang lalu harga minyak bumi dunia memiliki karakter

fluktuatif, berkisar pada angka 10 – 30 dollar AS, dengan sedikit pengecualian pada

saat terjadinya krisis energi pada tahun 1973 akibat embargo minyak oleh negara-

negara Arab, terjadinya konflik Iran-Irak tahun 1979-1981 serta serangan Irak ke

Kuwait pada tahun 1991 (lihat gambar 1). Namun ketegangan dan masalah yang

sifatnya lokal dan temporal, dapat direspons dengan "jujur" oleh harga. Begitu

masalah mereda, maka harga pun turun kembali. Penyesuaian harga dapat berjalan

sesuai dengan mekanisme pasar dengan sedikit distorsi yang dilakukan oleh OPEC

(Shojai and Katz, 1992: 72).

Page 4: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

4

Gambar 1. Sejarah Pergerakan Harga Minyak 1970-2006

PERISTIWA PENTING TERKAIT MINYAK BUMI DUNIA, 1970-2006(Harga disesuaikan atas kurs dollar AS tahun 2006)

$-

$10

$20

$30

$40

$50

$60

$70

$80

$90

19701972

19741976

19781980

19821984

19861988

19901992

19941996

19982000

20022004

2006

Ku

rs d

oll

ar A

S t

ahu

n 2

006

1973 Embargo Minyak

oleh Negara Teluk

Revolusi

Iran

Perang Iran-Irak

Saudi Arabia

meninggalkan sistem

administrative price

menyebabkan harga

minyak merosot tajam

Irak

menyerang

Kuwait

Perang

Teluk

berakhir

Krisis Moneter di

Asia menyebabkan

minyak oversupply

Harga naik akibat

pemotongan

kapasitas produksi

OPEC disaat

permintaan

meningkat

Tragedi 11

September 2002

Permintaan meningkat

tajam terutama dari AS,

Cina dan India disaat

persediaan minyak

mengalami penurunan

Source: EIA

Sumber : International Monetery Fund (IMF, 2006)

Setelah selama lima tahun sejak tahun 1998-2003 harga rata-rata minyak

bertahan di angka 20-30 dollar AS, pada tahun 2004 harga rata-rata minyak

menembus angka diatas 30 dollar AS dan terus mengalami kenaikan hingga saat ini

(lihat gambar 2).

Gambar 2. Harga Rata-Rata Minyak Bumi 2005-2007

Harga Minyak Bumi Dunia 2005-2007

(dalam dollar AS)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Apr

-05

Jun-

05

Aug

-05

Oct

-05

Dec

-05

Feb-

06

Apr

-06

Jun-

06

Aug

-06

Oct

-06

Dec

-06

Feb-

07

Apr

-07

Jun-

07

Aug

-07

Oct

-07

Har

ga p

er b

arel

Padahal berdasarkan data yang diperoleh dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir, tidak ada peristiwa ekonomi ataupun politik yang memiliki dampak luar

biasa yang dapat mempengaruhi stabilitas harga minyak bumi. Gejolak politik di

wilayah penghasil minyak seperti di Nigeria dan Venezuela sudah berakhir.

Sementara itu, perselisihan antara Pemerintah Rusia dan perusahaan negara miliknya

Page 5: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

5

sendiri, Yukos juga berakhir. Ketegangan sekarang terbatas di wilayah Timur Tengah,

tetapi tidak meluas dan sifatnya temporal. Namun demikian, harga melonjak

sedemikian rupa secara terus-menerus. Tampaknya ketegangan politik bukan satu-

satunya faktor yang dapat mempengaruhi gejolak harga minyak bumi. Ada unsur-

unsur yang sifatnya lebih terstruktur.

CADANGAN DAN DATA PRODUKSI

Terbatasnya penawaran minyak bumi dapat mempengaruhi stabilitas dan

fluktuasi harga minyak bumi dunia yang membahayakan. Terbatasnya penawaran

atas minyak bumi sangat terkait dengan besarnya kapasitas produksi. Disisi lain,

keterbatasan produksi sangat bergantung dengan besarnya ketersediaan cadangan

minyak bumi. Sebagai catatan bahwa hampir 75% cadangan minyak bumi berada di

negara-negara angota OPEC. OPEC yang mensuplai minyak bumi hampir 42% dari

total produksi minyak bumi dunia memiliki kekuatan dan pengaruh yang kuat

didalam mengendalikan produksi minyak bumi untuk kestabilan pasar minyak.

Saat ini, para ahli memperkirakan bahwa dunia mulai memasuki fase krisis

minyak akibat menurunnya persediaan cadangan minyak bumi. Cara yang paling

banyak digunakan untuk memperkirakan mulainya krisis minyak bumi adalah Peak

Oil Theory yang diperkenalkan oleh ahli geofisika asal AS, Marion King Hubber

pada tahun 1956. Peak Oil Theory adalah sebuah model untuk mengestimasi puncak

dari produksi minyak dunia. Para pendukung Peak Oil Theory ini meyakini produksi

minyak bumi dunia saat ini sudah atau akan segera mencapai titik puncak untuk

kemudian stagnan sebelum akhirnya mengalami penurunan produksi dengan cepat

secara permanen (http://www.peakoil.ie/newsletters).

Pada tahun 1956, Hubbert memprediksikan bahwa produksi minyak di

Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada tahun 1970. Dan ternyata puncak

tersebut terjadi pada tahun 1971. Menurut Hubber, cadangan minyak Amerika Serikat

akan habis pada akhir abad ke-21. Pada tahun 1971, Hubber kembali mencoba untuk

memprediksi puncak produksi minyak, kali ini untuk produksi minyak dunia.

Menurut beliau, puncak produksi minyak dunia akan terjadi pada tahun 1995-2000.

Prediksi ini meleset karena sampai saat ini produksi minyak dunia masih

menunjukkan peningkatan. Tetapi hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor

lain yang dapat menunda peak ini, yaitu: krisis keuangan asia 1997, perang teluk, dan

resesi pada tahun 1980 dan 1990-an.

Page 6: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

6

Namun hasil dari kompilasi beberapa ahli dari Exxonmobil, OPEC, Total, BP

dan Rembrandt Koppelaar memperkirakan bahwa puncak produksi minyak, baru akan

terjadi setelah tahun 2030-2050. Hanya ASPO (Association for the Study of Peak Oil

and Gas), pendukung Peak Oil Theory yang memperkirakan bahwa puncak produksi

minyak terjadi pada tahun 2007

Walaupun terjadi peningkatan produksi minyak bumi serta peningkatan

produksi dari sumber-sumber non konvensional seperti minyak pasir di Rusia pada

tahun 2005, namun kecendrungan beberapa tahun terakhir ini, menunjukkan bahwa

pendukung Peak Oil Theory lebih mendekati kebenaran atas krisis minyak bumi ini.

Hal ini juga diperkuat dengan menurunnya kapasitas produksi dibeberapa lapangan

minyak terbesar di dunia seperti lapangan Centrall di Teluk Mexico, Ghawar di Arab

Saudi dan Burgan di Kuwait. Padahal teknologi yang digunakan sudah sedemikian

canggih dan berkembangnya, serta mampu meningkatkan jumlah minyak yang

berhasil di angkat dari 25% menjadi 60%. Bahkan penggunaan teknologi mutahir

tersebut ikut memberi andil dengan meningkatnya harga minyak bumi di pasar dunia

akibat besarnya biaya produksi.

Ironisnya, penurunan jumlah produksi pada tahun 2006 diikuti juga oleh

turunnya jumlah cadangan minyak bumi dunia. Secara teori, besarnya kapasitas

produksi tergantung dengan besarnya jumlah cadangan minyak yang tersedia. Pada

saat suatu negara melakukan proses produksi, maka cadangan minyak negara tersebut

akan berkurang. Sebaliknya cadangan minyak akan bertambah jika ditemukan

lapangan baru dan meningkatnya kapabilitas teknologi pengeboran. Sayangnya sejak

tahun 1990, hanya ada satu lapangan besar baru ditemukan di wilayah Kazakhstan

yang memiliki kapasitas 500.000 barel per hari pada kapasitas puncaknya.

Untuk melakukan perhitungan standar atas potensi ketersediaan minyak bumi

adalah dengan mengukur rasio cadangan minyak/ produksi atau reserve/production

ratio (R/P). R/P dapat dijelaskan dengan menghitung seberapa lama (dalam tahun)

cadangan minyak dapat memenuhi kebutuhan produksi. Selama jumlah cadangan dan

produksi minyak bumi dapat berubah dari tahun ke tahun, nilai R/P dapat

memberikan gambaran atas ukuran potensi pasar minyak bumi. Tabel 1 memberikan

gambaran nilai R/P selama 24 tahun diseluruh dunia.

Page 7: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

7

Tabel 1. Cadangan Minyak Bumi/Produksi

1983 1993 2003 2005 2006

Dunia 31.6 42.5 41.0 38.9 37.5

Amerika Serikat 7.0 8.6 9.6 9.8 7.0

Amerika Utara 14.6 17.9 12.2 14.5 14.34

Amerika Selatan dan

Tengah

25.5 42.9 41.5 47.6 47.0

Eropa None* 16.2 17.1 24.8 20.2

Timur Tengah 76.4 92.3 88.1 85.2 85.7

Afrika 32.9 23.8 33.2 34.9 34.8

Asia Pasifik 21.4 18.6 16.6 16.2 13.5

Sumber: IEA, Statistical Review of World Energy 2007

Jika diperhatikan dari tabel tersebut, dibandingkan dengan rasio pada tahun

2005, hampir seluruh wilayah dunia ditahun 2006 mengalami penurunan rasio

cadangan minyak bumi atas produksi kecuali di Timur Tengah. Hal ini

memperlihatkan bahwa hampir diseluruh kawasan dunia ketersediaan minyak

mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Namun di Timur Tengah terjadi

kenaikan rasio dari 85,2 tahun menjadi 85,7 tahun yang disebabkan oleh menurunnya

produksi minyak mereka.

Menurut laporan BP Statistical Review of World Energy 2007, cadangan

minyak bumi dunia pada tahun 2006 mencapai 1,156 triliun. Meningkat

dibandingkan pada tahun 2003 sebesar 1,147 triliun barel, pada tahun 1993 cadangan

minyak sebesar 1,023 triliun barel dan 1983 hanya 723 juta barel. Data tersebut

menunjukkan selama 23 tahun terjadi kenaikan jumlah cadangan minyak sebesar 37%

dibandingkan tahun 1983. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah cadangan

minyak pada tahun 2005 yang mencapai titik tertinggi dalam sejarah sebesar 1,201

triliun barel total, cadangan minyak tahun 2006 mengalami penurunan (Lihat tabel 2).

Page 8: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

8

Tabel 2. Cadangan Minyak Bumi Dunia 2005-2006

2005 2006

Dunia 1,201 triliun barel 1,156 triliun barel

Amerika Serikat 29,922 miliyar barel 21,757 miliyar barel

Amerika Utara 30,170 miliyar barel 30,273 miliyar barel

Amerika Selatan dan Tengah 103,502 miliyar barel 102,798 miliyar barel

Eropa 140,534 miliyar barel 114,686 miliyar barel

Timur Tengah 742,711 miliyar barel 739,205 miliyar barel

Afrika 114,268 miliyar barel 114,073 miliyar barel

Asia Pasifik 40,244 miliyar barel 33,366 miliyar barel

Sumber: IEA Statistical Review of World Energy 2007

Di lain sisi, kenaikan juga diperlihatkan atas produksi minyak bumi dunia

sebesar 84,603 juta barel per hari, dibandingkan 66 juta barel per hari ditahun 1993

atau 57,9 juta barel per hari pada tahun 1983. Hal tersebut menunjukkan adanya

kenaikan produksi sebesar hampir 50% dibandingkan tahun 1983. Namun

dibandingkan dengan total produksi tahun 2005 sebesar 84,633 juta barel per hari,

produksi tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 0.03%.

Walaupun terjadi penurunan jumlah cadangan minyak maupun kapasitas

produksi namun secara garis besar, data R/P tidak menunjukkan perubahan yang

signifikan atas keseimbangan cadangan dan produksi minyak dalam dua tahun

terakhir ini. Walaupun dalam jangka panjang R/P mempengaruhi harga minyak bumi,

namun perubahan yang relatif kecil tersebut memperlihatkan bahwa tingginya harga

minyak bumi bukan ”hanya” disebabkan oleh adanya penurunan rasio cadangan atas

produksi minyak..

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PETA PERMINTAN MINYAK BUMI

Permintaan minyak dunia mencapai 84,66 juta barel per hari pada tahun 2006

atau meningkat 1,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meningkatnya

permintaan minyak bumi disebabkan oleh tetap tingginya pertumbuhan ekonomi di

beberapa negara besar khususnya negara-negara industri non-OECD seperti Cina dan

India (Lihat tabel 3). Dari hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan

pertumbuhan ekonomi dengan meningkatnya jumlah permintaan atas minyak.

Page 9: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

9

Sebagian besar peneliti ekonomi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di negara-

negara non-OECD dimasa yang akan datang cenderung terus meningkat.

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi 2004-2006

2004 2005 2006

Cina 10,1% 10,2% 10,7%

India 8,3% 9,2% 9,2%

AS 4,2% 3,2% 3,3%

Rusia 7,1% 6,4% 6,7%

Jepang 2,3% 2,6% 2,2%

Dunia 4,4% 4,7% 5,4%

Sumber : International Monetery Fund, GDP Growth Outlook 2007

Dalam lima tahun terakhir ini pertumbuhan perekonomian Cina terus

mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan ekonomi Cina mengakibatkan

tingginya permintaan minyak untuk industri dan konsumsi.

Jumlah permintaan minyak Cina mencapai record tertinggi pada tahun 2004

yang meningkat drastis hingga 16%. Ada dua faktor kunci yang menyebabkan

kenaikan tersebut : Pertama, meningkatnya jumlah ekspor mereka menyebabkan

kapasitas produksi industri meningkat, sehingga Cina membutuhkan minyak untuk

menjalankan sumber energi dan bahan baku industri mereka. Kedua, meningkatnya

pendapatan domestik mengakibatkan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat

negara tersebut seperti listrik dan kendaraan yang membutuhkan bahan baker minyak.

Walaupun ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami

peningkatan, namun pertumbuhan permintaan minyak Cina pada tahun 2005 dan

2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004. Penurunan pertumbuhan

permintaan minyak bumi tersebut disebabkan oleh tingginya harga minyak bumi

dunia dan keberhasilan mereka didalam menjaga keseimbangan kebutuhan

pembangkit energi sektor industri dan listrik dengan mengantisipasi melalui konversi

energi minyak dengan batu bara dan gas.

Dilain sisi, IMF memperingatkan adanya peningkatan risiko turunnya

permintaan minyak akibat menurunnya pertumbuhan ekonomi di AS, Jepang dan

negara-negara maju lainnya akibat tingginya harga minyak, tingginya tingkat inflasi

dan defisit perdagangan.

Page 10: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

10

Jumlah permintaan Amerika Serikat pada tahun 2006 mengalami penurunan

yang disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi rata-rata Amerika Serikat pada tahun

2005-2006 sebesar 3,3% atau tertinggi dalam 10 terakhir yang hanya sebesar 2,5%.

Walaupun mengalami penurunan permintaan, namun penurunan tersebut relatif kecil

disebabkan oleh tetap besarnya kebutuhan konsumen di negara tersebut. Walaupun

jumlah penduduk negara tersebut hanya sebesar 5% dari total penduduk dunia dan

pendapatan mereka menyumbang 28% atas pendapatan domestik dunia (hasil data

2006), namun Amerika Serikat merupakan negara konsumsi minyak terbesar di dunia

saat ini, dimana negara tersebut mengkonsumsi hampir 25% produksi minyak bumi

dan 40% produksi bensin dunia. Disaat produksi domestik tidak memadai (produksi

saat ini hanya sebesar 50% dari puncak produksi mereka pada tahun 1971) dan

permintaan domestik untuk konsumsi terutama bensin meningkat, menyebabkan

negara tersebut harus mengimpor hampir 75% kebutuhan domestik negara tersebut.

Tingginya tingkat ketergantungan tersebut menyebabkan pengaruh Amerika Serikat

menjadi sangat besar atas gangguan distribusi suplai minyak bumi dunia (Klare,

2004: 12).

Timbal balik dari kenaikan harga minyak akan menimbulkan efek yang buruk

bagi tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pertama, jika otoritas

moneter meng-interpretasikan kenaikan biaya minyak sebagai inflasi harga secara

umum, maka otoritas moneter akan mengadopsi kebijakan moneter ketat yang

mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat/menurun. Kedua, jika harga produk

minyak naik dan masyarakat tidak dapat atau tidak ingin menurunkan konsumsi

minyak, maka masyarakat akan menurunkan pengeluaran pada barang atau jasa

lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tingkat pendapatan domestik akan

melambat/menurun di kemudian hari (Stern and Clavelend, 2004).

Tabel 4. Keseimbangan Pasar Minyak Bumi Tahun 2003-2006 ( jutaan barel per

hari)

2003 2004 2005 2006

Suplai Minyak Bumi

Amerika Serikat 8,80 8,70 8,32 8,33

OECD lainnya 14,46 14,11 13,56 13,26

OPEC 31,47 33,92 35,56 35,30

Rusia 10,43 11,35 11,77 12,16

Page 11: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

11

Non-OECD 14,47 15,05 15,42 15,57

Total Suplai Dunia 79,62 83,12 84,63 84,60

Permintaan Minyak

Bumi

Amerika Serikat 20,03 20,73 20,80 20,69

OECD lainnya 28,57 28,63 28,86 28,56

Cina 5,58 6,44 6,72 7,27

Rusia 3,91 4,04 4,07 4,33

Non-OECD 21,52 22,49 23,20 23,81

Total Permintaan

Dunia

79,61 82,33 83,65 84,66

Surplus/Defisit 0,01 0,79 0,98 -0,06

Sumber : International Energy Agency (IEA 2007)

Secara umum permintaan atas minyak bumi masih menunjukkan trend

kenaikan akibat meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi secara

umum di seluruh dunia. Walaupun pertumbuhan kenaikan permintaan minyak

mengalami penurunan akibat tingginya harga minyak bumi dan dipicu oleh faktor

ekonomi lainnya, namun penurunan tersebut tidak diimbangi oleh suplai yang

memadai disebabkan oleh menurunnya produksi minyak bumi dunia.

Ketidakseimbangan mekanisme pasar ini dikhawatirkan akan mendorong kenaikan

harga ke level yang lebih tinggi (lihat tabel 4).

EFEK NILAI TUKAR DOLLAR AS

Salah satu faktor fundamental yang mempengaruhi harga minyak bumi adalah

kurs mata uang dollar AS, dimana perubahan nilai mata uang dollar AS akan

berdampak langsung pada jumlah permintaan dan distribusi minyak bumi dunia.

Pada bulan Februari 2002, berdasarkan catatan indeks nilai mata uang dollar AS

mencapai angka tertinggi. Namun sejak saat itu, nilai mata uang dollar AS terus

mengalami penurunan hingga mencapai 30%. Bahkan pada tahun 2007, mata uang

dollar AS terus turun pada titik terendah atas mata uang euro dan beberapa mata uang

kuat lainnya. Pelemahan nilai mata uang dollar AS umumnya terjadi di wilayah

Eropa. Akan tetapi penurunan nilai mata uang dollar AS tidak berdampak secara luas

terhadap mata uang kuat lainnya. Jepang dan negara-negara industri di Asia

Page 12: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

12

cenderuang melakukan intervensi terhadap pasar uang untuk menahan penurunan

nilai dollar AS atas nilai mata uang mereka. Bahkan dengan sistem kurs tetap, yuan

Cina cenderuang tidak mangalami apresiasi terhadap dollar AS.

Besarnya nilai mata uang dollar AS sangat berpengaruh atas harga minyak

bumi dunia dikarenakan harga dan transaksi minyak bumi dunia dilakukan dengan

menggunakan mata uang dollar AS. Keterkaitan tersebut memungkinkan munculnya

beberapa akibat. Jika nilai mata uang dollar AS melemah terhadap mata uang lain,

maka dollar yang diterima oleh eksportir minyak menjadi menurun nilainya sehingga

berimbas pada penurunan daya beli negara eksportir di pasar internasional. Hal

tersebut tidak menutup kemungkinan jika eksportir minyak mampu menggunakan

kekuatan pasar dalam mengatur harga atau mendikte dengan harga yang lebih tinggi,

sehingga mereka memiliki insentif untuk menutupi turunnya nilai mata uang dollar

AS mereka sebagai upaya untuk mempertahankan daya beli di pasar internasional.

Dilain sisi efek dari penurunan mata uang dollar AS terhadap negara importir

memiliki pengaruh yang bervariasi tergantung bagaimana negara tersebut dapat

melakukan penyesuaian mata uang mereka atas perubahan mata uang dollar AS.

Bagi AS, tentunya kenaikan dari setiap dollar AS atas harga minyak secara langsung

menambah beban harga, yang dapat berakibat menurunnya permintaan. Situasi akan

berbeda dalam kasus negara-negara Eropa. Selama nilai mata uang euro

menguat/terapresiasi terhadap mata uang dollar AS, efek peningkatan harga minyak

bumi yang berdominasi dollar AS tidak akan memiliki pengaruh signifikan. Akan

tetapi apresiasi mata uang suatu negara tidak selalu berdampak positif. Ahli ekonomi

menilai apresiasi mata uang suatu negara akan berdampak pada tingginya biaya

ekspor di pasar internasional. Kenaikan biaya tersebut berakibat menurunnya

penjualan mereka di pasar internasional dan jika penurunan penjualan tersebut cukup

besar, maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan produk domestik suatu negara

dengan teraprsiasinya mata uang negara bersangkutan.

Sedangkan negara-negara di Asia seperti Jepang, Cina, India dan negara-

negara pengimpor minyak lainnya, melakukan intervensi melalui pasar uang

internasional untuk menghindari kejatuhan nilai mata uang dollar AS terhadap mata

uang mereka dengan tujuan untuk lebih memilih mengamankan keuntungan yang

dapat diraih atas hasil penjualan barang ekspor mereka dengan rendahnya nilai mata

uang mereka di pasar internasional.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa menurunnya mata uang dollar AS

Page 13: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

13

tidak memiliki pengaruh signifikan atas permintaan minyak. Hal ini terbukti bahwa

dengan menguatnya mata uang euro terhadap mata uang dollar AS tidak memberikan

perubahan yang berarti atas permintaan minyak bumi mereka bahkan cenderung

mengalami penurunan permintaan.

HARGA BENSIN DAN PERSEDIAAN

Sebesar 40% dari biaya produksi bensin berasal dari minyak mentah.

Besarnya penggunaan minyak mentah sebagai bahan dasar bensin menyebabkan ada

keterkaitan dari kedua faktor tersebut, dimana perubahan harga pada minyak mentah

berdampak pada harga bensin. Namun saat ini keterkaitan tersebut berubah terbalik,

dimana besarnya harga bensin menjadi faktor penting didalam menentukan harga

minyak bumi, terutama di New York Merchantile Exchange (NYMEX).

Saat ini harga bensin terus menciptakan rekor tertinggi baru sejak tahun 2004.

Walaupun salah satu faktor peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya

harga minyak mentah, namun peningkatan harga yang disebabkan oleh faktor lain

yang bersifat independen ikut memberikan andil yang sangat besar atas peningkatan

harga bensin di NYMEX seperti tingginya tingkat utilitias atas kapasitas penyulingan

minyak, menurunkan tingkat investasi pada penyulingan minyak baru, biaya ekstra

untuk memproduksi variasi bensin untuk persyaratan ramah lingkungan di beberapa

negara dan rendahnya persediaan di Amerika Serikat serta rendahnya data persediaan.

Di Amerika Serikat, persediaan bertujuan untuk mengamankan lancarnya

distribusi jika ada lonjakan permintaan maupun gangguan suplai. Jika persediaan

berada dibawah rata-rata, hal tersebut memberikan indikasi bahwa pasar dalam

kondisi sangat ketat dimana permintaan hampir menyamai bahkan melebihi

penawaran. Hal ini berakibat naiknya tekanan terhadap harga. Ada tiga faktor yang

memberikan kontribusi rendahnya data persediaan. Pertama, disebabkan biaya

operasional untuk persediaan minyak cukup mahal, maka untuk mengurangi beban

biaya adalah dengan mengurangi jumlah persediaan. Kedua, dalam pasar future

komoditas di NYMEX, harga pengiriman minyak di masa yang akan datang selalu

lebih rendah dibandingkan harga saat ini menyebabkan terhambatnya akumulasi

persediaan saat ini. Dan ketiga, disebabkan ketatnya pasar minyak.

Tingginya harga bensin (berdasarkan data harga bensin di pasar AS),

memberikan kontribusi atas meningkatnya harga minyak bumi dunia yang disebabkan

atas dasar ekspektasi pasar. Para pedagang yang bertransaksi di NYMEX memiliki

Page 14: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

14

hipotesa bahwa tingginya harga bensin di Amerika Serikat disebabkan oleh

rendahnya data persediaan bensin AS yang merupakan indikasi ketatnya pasar

penawaran minyak.

DAMPAK PASAR FUTURES

Seperti seluruh sistem harga terdahulu, sistem formula harga pasar juga tidak

lepas dari kekurangan. Sistem formula harga pasar adalah patokan harga yang

menghubungkan harga jual negara produsen minyak dengan harga pasar. Patokan

harga pasar minyak bumi didasari oleh harga ”fisik” minyak mentah di WTI (Western

Texas Intermediate), Brent dan Dubai. Sistem harga pasar tersebut menjamin para

pembeli yang melakukan pembelian dari OPEC memiliki harga yang sama dengan

pembelian pada Non-OPEC (Farrel, 2001: 69).

Sistem formula harga pasar akan berjalan ideal jika didasari oleh kekuatan

rasionalitas ekonomi dimana kekuatan sistem permintaan dan penawaran menjadi

tolak ukur atas penentuan harga minyak. Sehingga dengan penggunaan sistem

tersebut diharapkan dapat membawa keseimbangan permintaan dan penawaran.

Namun pasar minyak WTI, Brent dan Dubai, yang menjadi acuan harga jual

bagi negara pengekspor minyak memiliki banyak keterbatasan. Pertama, ketiga pasar

tersebut merupakan pasar regional. Didalam menetapkan harga minyak, pasar-pasar

tersebut menggunakan parameter regional masing-masing. Harga minyak WTI

sangat dipengaruhi oleh kekuatan permintaan di Chicago dan penawaran di teluk

Mexico. Sebaliknya harga Brent lebih dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di

Eropa. Kedua, interaksi yang semakin kompleks atas harga acuan minyak dunia

dengan berkembangnya pasar future yang lebih likuid, yaitu NYMEX (New York

Merchantile Exchange), IPE (The International Petroleum Exchange) di London, dan

SIMEX (The Singapore International Monetery Exchange). Dalam konsep pasar

future ini, pembeli ataupun penjual wajib melakukan kontrak untuk pembelian dan

pengiriman minyak dalam satu bulan atau lebih ke depan. Namun, dalam

pelaksanaannya, pengiriman minyak mentah tersebut jarang sekali memiliki

keterkaitan dengan pasar future. Investor yang melakukan kontrak di pasar future

tersebut akan menerima uang tunai disaat kontrak berakhir. Itulah sebabnya pasar

future dikatakan sebagai pasar yang sangat likuid. Didalam pasar yang sangat likuid

tersebut, pihak yang bermain (investor) dapat melakukan spekulasi, dimana mereka

memiliki kekuatan dalam mempengaruhi tekanan harga minyak bumi, tidak terlalu

Page 15: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

15

memperhatikan fundamental fisik permintaan dan penawaran. Walaupun mekanisme

permintaan dan penawaran memiliki peranan atas harga minyak, namun faktor-faktor

lain seperti respon berita, pandangan investor atas suatu informasi dan faktor-faktor

irasional lain seperti perpindahan portofolio antar pasar minyak dengan pasar

komoditas lain, obligasi, saham atau pasar valuta asing memiliki kontribusi yang

sangat besar dalam penentuan harga minyak di pasar future tersebut (Baghestani,

2004 : 4).

PERMANEN

Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan "Oil Price and Global

Imbalances" memprediksikan tekanan harga minyak sekarang ini bakal bertahan atau

permanen dan memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan krisisi harga

minyak sebelumnya. Dari perspektif historis, separuh lonjakan harga minyak 1973-

1974 terbukti permanen/berlanjut, sementara krisis minyak 1979-1981 akhirnya

berbalik.

Saat ini, ekspektasi pasar maupun penilaian terhadap fundamental jangka

menengah pasar minyak mengisyaratkan sebagian besar tren kenaikan sifatnya

permanen atau bertahan. Artinya, kemungkinan koreksi atau turun, kecil.

Prediksi jangka menengah IEA juga memperkirakan kondisi pasar minyak

dunia akan tetap ketat lima tahun mendatang, dengan pertumbuhan konsumsi 2,2

persen per tahun, sementara pasokan dari non-OPEC hanya meningkat 1 persen per

tahun sebelum akhirnya stagnan. Ini akan semakin mempertinggi tensi dan

ketergantungan negara-negara maju pada OPEC. OPEC akan dipaksa menggenjot

produksi dari 31,3 juta bph sekarang ini menjadi 36,2 juta bph tahun 2012 sehingga

berakibat kapasitas tersisa hanya 1,6 persen dari permintaan global, dari sekarang 2,9

persen.

KESIMPULAN

Kondisi pasar minyak yang dipengaruhi oleh beberapa faktor variabel,

menyebabkan pasar minyak menjadi sangat ketat sejak tahun 2003 hingga saat ini.

Beberapa faktor yang mempengaruhi minyak ada yang bersifat sementara, ada yang

siklus dan bahkan beberapa faktor bersifat permanen. Sebagai akibat ketatnya

permintaan minyak dan penawaran mengakibatkan konsekuensi meningkatnya biaya

energi untuk konsumsi, bisnis dan industri. Hal ini berdampak besar pada kondisi

Page 16: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

16

makroekonomi global, yang tidak hanya disebabkan oleh tingginya harga minyak

bumi, namun juga berdampak pada respon kebijakan moneter dan fiskal jika krisis

harga minyak berlangsung lama dan mengakibatkan inflasi global.

Walaupun menghadapi tekanan pada tahun 2003-2006, namun mekanisme

pasar minyak masih berjalan sesuai dengan fungsinya. Ketegangan dan masalah yang

sifatnya lokal dan temporal, dapat direspons dengan "jujur" oleh harga. Begitu

masalah mereda, maka harga pun turun kembali. Penyesuaian harga dapat berjalan

sesuai dengan mekanisme pasar dengan sedikit distorsi yang dilakukan oleh OPEC.

Ketegangan politik dan bencana alam masih memiliki peran yang besar

terhadap harga minyak dunia. Namun sejak tahun 2006, gejolak politik Nigeria,

Venezuela dan perselisihan antara Pemerintah Rusia dan perusahaan negara miliknya

sendiri, Yukos sudah berakhir. Ketegangan politik saat ini hanya terbatas di wilayah

Timur Tengah, tetapi tidak meluas dan sifatnya temporal. Dilain sisi kekhawatiran

banyak pihak akibat menurunnya suplai minyak tidak memiliki bukti akan munculnya

dampak yang luar biasa disebabkan tidak adanya bukti keterbatasan cadangan dan

gangguan distribusi suplai minyak, akan tetapi lebih disebabkan oleh menurunnya

produksi minyak di negara-negara produsen minyak.

Namun sejak tahun 2007, harga minyak melonjak sedemikian rupa secara

terus-menerus. Tampaknya faktor-faktor fundamental bukan menjadi satu-satunya

faktor yang dapat mempengaruhi gejolak harga minyak bumi. Pasar minyak bumi

memang memiliki karakteristik unik dan kompleks. Selain dipengaruhi oleh faktor

fundamental, harga minyak juga sangat dipengaruhi oleh faktor ekspektasi pasar dan

spekulasi di pasar spot dan futures. Ditengah ketatnya pasar minyak, ada faktor

spekulasi yang memanfaatkan ruang sempit di sela-sela mekanisme pasar.

Keterbatasan informasi pelaku pasar minyak dalam parameter kunci seperti produksi,

ekspor, permintaan dan penawaran membuat respon pasar menjadi irasional.

Page 17: MENDETEKSI PENGARUH PASAR MINYAK BUMI DUNIA TERHADAP

17

DAFTAR PUSTAKA

Association for the Study of Peak Oil and Gas (ASPO). 2006. Newsletter No. 69.

Available online: http://www.peakoil.ie/newsletters

Baghestani. 2004. On the predictive accuracy of crude oil futures prices, Energy

Policy Journal, Elsevier

Farrell, G.N., Kahn, B., and Visser, F.J. 2001. “Price Determination in International

Oil Markets: Developments and Prospects.” SARB Quarterly Bulletin, No. 219,

March 2001

International Energy Agency. 2006, Energy Balances of OECD Countries and Energy

Balances of Non-OECD Countries (2005 Edition). Paris IEA

International Energy Agency. 2007, Oil Market Report. March 2007, Available

online: http://omrpublic.iea.org/Accessed15/11/2007

International Monetery Fund. 2007. International Financial Statistic. Washington,

DC: IMF

Keen S. 1995. "Finance and economic breakdown: modelling Minsky's Financial

Instability Hypothesis", Journal of Post Keynesian Economics, Vol. 17, No. 4

Klare, M. 2004. Blood and Oil: The Dangers and Consequences of America’s

Growing Petroleum Dependency, (London: Penguin Books)

Stern, DI and Clavelend, CJ. 2004. Energy and Economic Growth, Rensselear

Working Papers in Economics 410

Siamack Shojai, Bernard S. Katz, The Oil Market in the 1980's: A Decade of Decline,

(Greenwood, 1992)