membangun sikap positif
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
1/23
MAKALAH
MEMBANGUN SIKAP POSITIF
DALAM PELAJARAN OLAH RAGA
Diterjemahkan oleh:
Andi Sofiyan
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
2/23
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah yang telah memberi kami
kecerdasan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Besar harapan kami
makalah ini dapat berguna untuk memperbaiki sistim pengajaran pendidikan
jasmani yang ada di sekolah-sekolah. Tetapi ibarat kata pepatah: Tak ada gading
yang tak retak. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran untuk perbaikan
di masa yang akan datang.
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
3/23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
I. SIKAP POSITIF ADALAH HAL YANG HARUS DIUSAHAKAN..1
II. TINDAKAN GURU...............................................................................2
A. Penyediaan Alternatif................................................................2
B. Tidak Membeda-bedakan Anak
C. Perekaman Suara
D. Daerah Aman
E. Penggantian Kata Tidak dengan Belum
III. AKTIFITAS YANG BERDAMPAK BURUK BAGI MENTAL SISWA
A. Kapten Memilih Tim
B. Permainan dengan Sistim Gugur
C. Lari Estafet
IV. PERLOMBAAN UNTUK ANAK-ANAK
A. Pilihan Permainan
B. Sistim Penilaian Alternatif
C. Kegiatan yang Dirancang oleh Anak
V. PENGUJIAN
A. Menafsirkan Hasil Tes
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
4/23
B. Menentukan Tujuan Sendiri
VI. MEMAHAMI PERASAAN
A. Buku Harian Siswa
B. Lingkaran Diskusi
VII. KESIMPULAN
VIII. RINGKASAN
IX. PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK PERENUNGAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
5/23
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
6/23
dari lingkungan ini dan tujuan Bapak adalah membantumu merasa nyaman karena
kau telah bersedia ikut ambil bagian dalam kegiatan olah raga.
II. TINDAKAN GURU
Ada sejumlah cara yang guru telah kembangkan untuk membantu setiap
anak, bukan hanya anak yang memiliki kemampuan tinggi saja dapat menikmati
kegiatan olah raga. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penyediaan alternatif,
menganalisa hubungan yang telah dibina dengan anak, perekaman suara, yang
pada intinya kesemuanya itu mengatakan pada anak: Melakukan kesalahan
adalah hal yang biasa, tetapi harus berusaha untuk memperbaikinya dan
membantu anak memahami bahwa keahlian motorik tidaklah dapat dipelajari
secepat yang diinginkan.
A. Penyediaan Alternatif
Si Ujang yang malang (dedeuh karunya pisan;sunda). Gurunya tidak
memberikan pilihan lain selain aktifitas memanjat tali sampai ke ujung, yang telah
diwajibkan oleh gurunya bagi semua anak. Akhirnya dia menggigil panas dingin
karena takut ketinggian dan juga malu di depan teman-temannya sehingga
menjadi rendah diri, yang mana hal ini bisa jadi dapat membekas dalam jiwanya
sampai dia dewasa. Guru yang peduli akan menyediakan bagi Ujang beberapa
pilihan sehingga dia akan terhindar dari rasa malu karena diminta melakukan hal-
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
7/23
hal yang mungkin dia tahu dia tidak dapat lakukan tetapi tetap dipaksakan.
Ketika anak diminta untuk memainkan sebuah permainan seperti basket,
bola voli, sepak bola dan lain-lain, perasaan tidak mampu akan merasuk cepat ke
dalam jiwa mereka jika sekali saja seorang anak tidak dapat mendribel bola dalam
permainan basket, atau mendapatkan bola dalam permainan sepak bola atau
menservis bola dalam permainan bola voli. Mereka gagal di depan anak seluruh
kelas.
Guru yang peduli akan menciptakan lingkungan yang tidak memperagakan
anak satu persatu di depan kelas untuk melakukan suatu hal sebab hal ini hanya
akan memajukan beberapa orang yang memiliki kemampuan saja dan membuat
malu anak yang kurang kemampuannya. Aktifitas dirancang dan diajarkan
sedemikian rupa sehingga anak-anak dapat terhindar dari rasa malu ketika mereka
tidak dapat melakukan sesuatu (misalnya, setiap anak memiliki masing-masing
satu bola untuk di-dribel), jika keadaan tidak memungkinkan, misal karena jumlah
bola sedikit sebab harga bola mahal, maka buatlah beberapa kelompok. Mengajar
dengan membagi menjadi beberapa kelompok juga menghindarkan siswa dari
perasaan tidak nyaman. Si Ujang misalnya, tidak seharusnya dipertontonkan di
depan seisi kelas jika dia hanya mampu memanjat tali sampai ke tengah, dan
bukan ke atas.
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
8/23
B. Tidak Membeda-bedakan Anak
Cara lain yang dapat guru lakukan untuk menghidarkan sikap negatif anak
terhadap pelajaran olah raga adalah bersikap sama terhadap anak berkemampuan
tinggi dan berkemampuan rata-rata atau rendah. Sebab murid dapat dengan mudah
membaca sikap guru yang bersikap manis terhadap anak pandai dan bersikap
masam terhadap anak kurang pandai. Anak yang kurang pandai anak merasa
semakin bodoh jika guru memperlakukan mereka dengan masam. Guru tidak
boleh lengah dengan cara mereka menghadapi anak sebab anak-anak selalu
mengawasi. Ketika guru menghadapi ratusan anak seharinya atau bahkan ribuan,
sulit untuk bersikap secara ideal sehingga kita hanya dapat berhadap jika suatu
saat kita secara tidak sengaja berlaku tidak adil, hal itu tidak akan terlalu
berpengaruh. Tetapi bayangkan jika kita membedakan sikap kepada anak, setiap
saat, selama bertahun-tahun, hal ini jelas akan membuat anak merasa bodoh dan
tidak mampu. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan lembar untuk
menganalisa lebih dalam mengenai anak-anak yang kita didik.
Saya merasa siap/tidak siap untuk menjalani pelajaran karena ...
Saya terdorong/tidak terdorong untuk ikut serta dalam pelajaran karena ...
Pelajaran yang saya ikut tersebut diselenggarakan dengan baik/perlu lebih
diperbaiki lagi karena ...
Terlalu banyak waktu/kurang waktu di dalam pelajaran yang dicurahkan untuk
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
9/23
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
10/23
mental?
Ketika Anda sudah mendengarkan rekaman, Anda mungkin akan
memahami bagaimana Anda telah bersikap pada anak. Anda juga perlu meminta
seseorang yang dapat dipercaya untuk mendengarkan rekaman itu dan
memberikan komentar yang jujur. Tapi Anda juga harus hati-hati, jangan sampai
Anda menjadi terbebani. Ingatlah bahwa semua kesulitan yang Anda hadapi
terjadi karena pada dasarnya mengajar merupakan tugas yang sulit dan rumit.
D. Daerah Aman
Cara lain bagi guru untuk membantu anak merasa nyaman adalah
meyakinkan anak bahwa proses pembelajaran terkadang dimulai dengan
kesalahan dan dari kesalahan itulah kita belajar, jika anak tersebut melakukan
kesalahan, terlebih lagi jika dia merasa malu dengan kesalahannya tersebut, akan
tetapi kesalahan tersebut harus diperbaiki supaya tidak terulang lagi.
Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah menyatakan kepada para
murid untuk tidak mentertawakan atau mengejek suatu kesalahan yang dibuat oleh
seorang anak. Hal ini memang agak sulit karena sifat anak memang lebih dominan
ditentukan oleh lingkungan keluarganya. Anak yang berasal dari keluarga yang
memberikan pengajaran yang baik di lingkungan rumah, cenderung untuk tidak
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
11/23
mentertawakan atau mengejek, begitupun sebaliknya. Tetapi sebagai guru, Anda
harus berusaha.
E. Penggantian Kata Tidak dengan Belum
Agness Stillman (1989) menggambarkan salah satu cara untuk membantu
murid berfikir positif tentang pelajaran olah raga. Nama yang dia berikan sedikit
lucu, Penggantian Kata Belum Dua Babak Milik Stillman (The Stillman Two-
Part 'Yet' Intervention).
Babak Pertama. Ketika seorang murid lupa dan berkata, Saya tidak bisa
Stillman mengganti kata tidak menjadi belum. Dia menyimpulkan bahwa
setelah 21 tahun mengajar, kalimat Saya tidak bisa tidak akan pernah hilang
dari perbendaharaan kata siswa.
Babak kedua. Dia membuat kesepatakan dengan murid. Dia meminta
murid untuk mencoba 37 kali lagi dan jika masih belum bisa, bearti anak tersebut
memang tidak bisa.
Jelasnya jumlah 37 kali pengulangan dapat berubah-ubah. Tapi intinya
adalah murid harus mencoba dan mencoba lagi. Tetapi jika murid sudah berusaha
sungguh-sungguh dan tetap tidak bisa, itu artinya dia memang betul-betul tidak
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
12/23
bisa.
III. AKTIFITAS YANG BERDAMPAK BURUK BAGI MENTAL SISWA
Sebagai tambahan bagi guru, aktifitas yang kita pilih untuk kita ajarkan
dan cara kita mengelompokkan anak juga memiliki dampak bagi perasaan murid.
Jelasnya kita dapat memilih aktitas yang sekiranya tidak mempermalukan siswa
jika siswa itu gagal. Permainan yang mengharuskan adanya sistim gugur akan
berdampak kurang baik bagi anak yang kurang kemampuannya. Mungkin kita
dapat berkata bahwa wajar bagi yang pintar mendapat penghargaan lebih tetapi
masalahnya kita berkewajiban untuk mendidik semua siswa tanpa terkecuali dan
bukan hanya satu dua siswa yang unggul saja.
A. Kapten Memilih Tim
Bagian ini mungkin tidak penting saat ini, tapi setidaknya perlu sedikit
dibahas. Setelah pembahasan di atas, kita menyadari bahwa memilih beberapa
orang anak untuk menjadi kapten tim yang memilih teman-temannya secara
langsung bukanlah hal yang baik. Sebab anak yang dipilih terakhir akan merasa
bahwa dirinya kurang berharga sekalipun kenyataannya belum tentu begitu. Hal
seperti ini sudah selayaknya dihapus dari dunia pendidikan.
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
13/23
B. Permainan dengan Sistim Gugur
Dalam permainan apapun yang menggunakan sistim gugur, anak yang
paling tidak bisa tentulah anak yang pertama gugur. Sistem gugur ini merupakan
praktek dari jaman jahiliah yang sudah seharusnya dihapus dari dunia pendidikan,
bukan hanya dalam pelajaran olah raga saja.
C. Lari Estafet
Aktifitas ketiga yang membuat anak merasa rendah diri adalah lari estafet.
Sayangnya anak yang kemampuan larinya kurang atau anak yang berat badannya
berlebih dapat memperlambat kerja tim dan seringkali disalahkan sebagai
penyebab kekalahan. Hal ini membuat anak-anak tersebut tidak menyukai
pelajaran olah raga.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas, saat ini sudah tidak diperlukan lagi
karena berdampak buruk terhadap perkembangan mental anak
IV. PERLOMBAAN UNTUK ANAK-ANAK
Jika seorang guru tidak berhati-hati, permainan yang sifatnya berlomba
dapat merusak rasa percaya diri anak. Padahal dalam pelajaran olah raga banyak
sekali aktititas yang sifatnya berlomba yang mana sulit untuk dihindari. Pada
dasarnya perlombaan memiliki unsur tekanan terutama bagi anak yang
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
14/23
kemampuannya kurang. Ada beberapa alternatif bagi guru untuk menghindarkan
tekanan pada anak. Salah satunya adalah mengizinkan anak memilih permainan
yang ingin dia mainkan.
A. Pilihan Permainan
Salah satu alternatif adalah memberi anak pilihan: Kita akan memainkan
dua permainan. Dalam permainan ini tidak akan dimasukkan nilai, cuma untuk
kesenangan saja. Walaupun beberapa orang memandang sulit untuk melakukan
dua permainan sekaligus tetapi sekarang ini sudah mulai umum dijumpai dalam
pelajaran olah raga beberapa permainan dimainkan sekaligus.
B. Sistim Penilaian Alternatif
Alternatif kedua adalah merubah sistem penilaian untuk mendorong jiwa
kerjasama, dengan demikian menghindarkan sesama anak dari kritikan kasar
yang mungkin muncul dalam permainan yang bersifat lomba. Misal, nilai dapat
diberikan untuk sifat sportif misal komentar positif diucapkan kepada lawan,
gerakan sportifitas seperti menolong lawan berdiri setelah jatuh, atau menawarkan
sebuah trik untuk membantu lawan memperbaiki permainannya, dapat diberi nilai.
Jelasnya sistem penilaian perlu dibangun bersama anak-anak sehingga mereka
juga ikut merasa memiliki karena sudah turut terlibat dalam pembuatan sistim
penilaian.
Sistim penilaian alternatif mengandung pelajaran bagi anak-anak
berkemampuan tinggi yang terlibat dalam permainan yang mana nilai sportifitas
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
15/23
juga dicatat sehingga mereka benar-benar menjadi biasa, terutama ketika
berhadapan dengan teman sekelas mereka yang kemampuannya rendah.
Umumnya anak-anak berkemampuan tinggi ini sulit mengadopsi sistem penilaian
alternatif pada awalnya, tetapi lama kelamaan akan terbiasa dan bahkan
menikmati.
C. Kegiatan yang Dirancang oleh Anak
Meminta anak untuk merancang permainan mereka sendiri atau senam
juga mendorong anak untuk menemukan kegiatan yang cocok untuk kemampuan
mereka. Sekalipun permainan yang dibuat oleh anak berbeda dari yang diinginkan
guru, ada kepuasan dan kesenangan dari menciptakan kegiatan baru. Hal ini
dilakukan utamanya pada anak kurang kemampuan tapi bagus dalam menciptakan
permainan yang menyenangkan.
Tapi yang perlu diingat, guru tetap saja memutuskan kapan permainan
yang dibuat anak tepat untuk diterapkan. Yang jelas anak perlu suasana yang
mendukung sebelum mereka dapat menciptakan aktitas yang bagus.
Walaupun tampaknya dibatasi tapi sesungguhnya anak tetap dapat
melakan aktifitasnya dengan baik ketika guru membatasi. Misal:
Ketika anak membuat permainan menendang bola dengan saling berhadapan,
kita dapat memberikan bola dari busa supaya tidak ada yang terluka terkena
bola betulan.
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
16/23
V. PENGUJIAN
Sebagai tambahan bagi permainan perlombaan, hal lain yang membuat
anak merasa rendah diri adalah situasi ujian. Di ruang kelas, ujian relatif bersifat
pribadi, hanya guru dan murid yang tahu kesalahan yang telah dibuat jika
kesalahan itu dalam bidang matematika misalnya. Tetapi dalam pelajaran olah
raga, hasilnya dapat diketahui oleh orang banyak. Semua anak menjadi tahu siapa
yang lari paling lambat atau yang tidak bisa menangkap bola. Sebagai guru olah
raga kita harus peka dan berhati-hati akan hal ini dan berusaha meminimasi hal
yang sekiranya dapat berdampak buruk pada mental anak. Untunglah kita telah
mengembangkan beberapa cara untuk menghindarkan anak dari situasi yang tidak
nyaman termasuk membuat anak paham akan hasil tes dan menentukan tujuan
masing-masing.
A. Menafsirkan Hasil Tes
Pada berbagai kesempatan, guru akan memberitahukan nilai kepada anak.
Adalah penting untuk memperhatikan bagaimana cara ini dilakukan.
Menempelkan nilai di tembok supaya semua orang dapat melihat bisa membuat
seorang anak yang nilainya jelek ditertawakan yang menambah perasaan tidak
mampu pada anak. Kita bisa saja meminta anak untuk tidak membicarakan nilai
orang lain, tetapi tetap saja sulit karena anak cenderung membandingkan nilai.
Membuat kriteria nilai juga merupakan hal yang kurang baik bagi anak
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
17/23
yang berkemampuan kurang.
Cara paling manusiawi dan peka untuk melaporkan nilai pada anak adalah
memberi mereka kesempatan untuk membandingkan nilai mereka sekarang
dengan nilai mereka yang lalu. Apakah anak mengalami perkembangan? Itulah
kegunaan nilai yang sebenarnya. Perlu diketahui bahwa untuk membuat anak
yang kurang kemampuan mau menyadari kekurangannya adalah lebih mudah dari
menyadarkan anak yang berkemampuan tinggi yang biasanya egonya juga tinggi.
B. Menentukan Tujuan Sendiri
Cara lain yang dapat guru lakukan untuk membuat murid merasa nyaman
adalah membantu murid menentukan tujuan mereka sendiri. Cara ini juga berlaku
bagi anak yang lebih besar, yang mulai paham bahwa hasil yang baik memerlukan
waktu dan latihan. Tidak peduli sebesar dan setua apapun anak didik itu, pada
permulaan, mereka memerlukan pertolongan untuk menentukan tujuan yang
realistis yang dapat diperoleh dalam waktu yang cukup singkat. Kenaikan jumlah
angka berapa kali mereka dapat push up atau sit up adalah hal-hal yang dapat
dicapai. Tetapi jika tidak hati-hati anak akan menentukan tujuan yang tidak dapat
dicapai, bahkan dalam waktu satu tahun. Misalnya lari satu kilometer di bawah
waktu 4 menit adalah hal yang sulit dicapai bahkan untuk anak berbadan fit
sekalipun.
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
18/23
Pada pelaksanaannya nanti, tujuan-tujuan tersebut akan menjadi sulit bagi
siswa setelah mengetahui hal apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Walaupun anak menentukan sendiri tujuannya, perlu dijelaskan proses yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Guru juga wajib menjelaskan arti
keberhasilan dan kegagalan dan juga memberi pengertian bahwa apa yang anak
lakukan adalah demi kebaikan mereka sendiri, bukan untuk mencari muka di
hadapan guru ataupun teman-teman.
VI. MEMAHAMI PERASAAN
Salah satu dari keuntungan bertambah umur ialah kita dapat memahami
perasaan kita lebih baik. Tetapi anak-anak sulit memisahkan perasaan dengan
harga diri. Saya hanya dapat push up sedikit dan tidak dapat memukul bola
ketika main kasti, karenanya saya bukanlah orang yang pandai adalah cara anak-
anak berfikir. Tetapi pada saat dewasa nanti, mereka akan tahu bahwa jago dalam
bidang olah raga sama sekali tidak memiliki hubungan dengan harga diri. Kita
dapat membantu anak memahami fakta-fakta tersebut dengan meminta mereka
mencatat dalam buku harian siswa dan menyediakan suasana dan lingkungan yang
kondusif untuk berdiskusi.
A. Buku Harian Siswa
Meminta anak untuk menulis tentang perasaan yang timbul dari mengikuti
pelajaran olah raga adalah cara lain yang guru dapat lakukan untuk memahami
perasaan anak dengan lebih baik. Guru dapat meminta anak menulis setelah
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
19/23
pelajaran olah raga.
Pertanyaan seperti Bagaimana rasanya bermain voli? seringkali dijawab
lebih baik dalam sebuah paragraf daripada sekedar satu kata.. Buku harian
tersebut membuat guru dapat memahami anak-anak dengan lebih mendalam.
Wentzell (1989) menyarankan sejumlah cara untuk merangsang anak menulis
tentang pelajaran olah raga. Banyak cara dapat diterapkan keapda anak-anak pada
kelas empat sampai enam SD.
Ketika kita mengajar lebih dari 400 anak, akan sangat tidak efisien jika
membaca seluruh catatan yang dibuat murid. Karena itu bacalah beberapa saja
yang sekiranya mewakili. Dengan begitu kita sebagai guru tidak terbebani.
B. Lingkaran Diskusi
Cara lain untuk lebih memahami perasaan anak-anak adalah lingkaran
diskusi. Lakukanlah hal ini secara acak pada beberapa kelas karena akan sulit dan
menjadikan beban bagi Anda jika Anda berdiskusi dengan semua anak.
Tujuannya adalah mengetahui bagaimana sikap anak terhadap pelajaran olah raga.
Anda dan para siswa duduk membentuk lingkaran dan berbincang-bincang
tentang berbagai hal misalnya:
Bagaimana rasanya masuk ke gedung olah raga
Bagaimana perasaanmu tentang cara saya memintamu mencari partner atau
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
20/23
membentuk kelompok
Apakah Anda lelah selepas selesai pelajaran olah raga?
Adakah kegiatan yang kau ingin saya untuk ajarkan?
Kita sedang mempelajari memukul bola dengan raket. Sudahkah kau
mempraktekkan kemampuan itu setelah pulang sekolah? Jika ya kenapa, jika
tidak kenapa?
Bagi para guru yang tidak pernah berdiskusi semacam itu, ada beberapa
tehnik yang penting supaya diskusi dapat berfungsi, guru perlu merencanakan
dengan hati-hati pertanyaan yang akan ditanyakan. Selain itu juga perlu
diperhitungkan waktu untuk setiap pertanyaan.
VII. KESIMPULAN
Sebagian hal yang telah digambarkan dalam makalah ini tidak
memerlukan dibentuknya kurikulum baru. Apa yang kita ajarkan tidak perlu
dirubah, yang perlu dirubah hanya cara menyampaikannya saja.
Pesan penting dari makalah ini adalah kita perlu peka kepada semua anak
yang kita ajar sehingga mereka merasa nyaman dan terdukung. Ketika anak-anak
menghadiri pelajaran olah raga, kita ingin supaya anak merasa aman dan
bukannya dipermalukan dan menempatkan mereka ke dalam situasi yang tidak
nyaman. Kita ingin pelajaran kita menjadi tempat istimewa di mana anak merasa
nyaman menjalani pelajaran olah raga.
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
21/23
Contoh seperti Si Ujang yang dibicarakan di awal makalah ini, dia turun
dari tali dengan dibantu dan tentu saja merasa malu sedangkan gurunya masih saja
membiarkan Si Ujang jadi tontonan seisi kelas. Dulu keadaannya memang masih
begitu, tetapi sekarang sudah berubah. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi bagi perubahan siswa semacam Si Ujang di masa depan
supaya tidak dipermalukan lagi yang membuat siswa semacam Si Ujang tidak
suka pelajaran olah raga dan merasa rendah diri.
VIII. RINGKASAN
Aktifitas fisik memiliki pengaruh pada kondisi mental anak. Karena itu
wajib bagi guru olah raga untuk melakukan berbagai macam cara sebisa mungkin
tanpa harus terbebani, untuk menjaga mental anak dan membantu anak bersikap
positif. Guru yang membantu anak membangun sikap positif, tentu akan peduli
dengan perasaan anak.
IX. PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK PERENUNGAN
1. Renungkan kembali pengalaman-pengalaman Anda selama mengajar olah
raga. Ingat kembali hal-hal yang telah Anda lakukan yang membuat anak
merasa malu. Mengapa para guru itu tidak peka terhadap anak-anak ini?
2. Bayangkan cara mengajar Anda, apakah Anda cenderung membedakan
antara anak pandai dan anak kurang pandai? Anak yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan, Laki-laki atau perempuan?
http://www.priangannews.com
-
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
22/23
3. Sebagai guru olah raga kita cenderung memiliki banyak teman yang
berkemampuan tinggi dalam bidang olah raga, coba pikirkan tentang
teman atau kenalan Anda yang kurang pandai dalam bidang olah raga.
Tahukah Anda kenapa mereka tidak bisa atau sulit untuk berlatih atau
tidak suka olah raga? Dapatkah pengalaman mereka digali kembali?
4. Saat menguji pada pelajaran olah raga, sulit untuk menguji murid sendiri-
sendiri. Gambarkan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
membuat ujian senyaman mungkin bagi murid. Jika memungkinkan anak
dapat menguji satu sama lain, kenapa tidak dilakukan?
5. Anak-anak dan orang dewasa tidak memiliki pemahaman yang sama. Ingat
kembali beberapa contoh perbedaannya dan jelaskan pengertiannya dalam
pengajaran pendidikan jasmani.
http://www.priangannews.com
http://www.priangannews.com/http://www.priangannews.com/ -
8/10/2019 Membangun Sikap Positif
23/23
DAFTAR PUSTAKA
Flugelman, A. (Ed.) (1976). The new games book. Garden City, NY: Doubleday.
Franck, M., Graham, G., Lawson, H., Loughery, (1991). Physical education
outcomes: A project of the National Association for Sport and
Physical Education. Reston, VA: National Association for Sport and
Physical Education.
Martens, R. (Ed.) (1978).Joy and sadness in children's sports. Champaign, IL:
Human Kinetics.
Orlick, T. (1978a). Cooperative sports and games books. New York: Pantheon.
Stillman, A. (1989). The yet intervention. Strategies, 2(4), 17, 28
Turner. L.F., & Turner, S.L. (1984).Alternative sports and games for the new
physical educator. Palo Alto, CA: Peek
Tutko, T., & Bruns, W. (1976). Winning is everything: And other American
myths. New York: Macmillan.
Wentzell, S.R. (1989). Beyond the physical-expresive writing in physicaleducation.Journal of Physical Education, Recreation and Dance, 60(9), 18-20.
http://www.priangannews.com