membangun peternakan berkelanjutan menuju era industri 4

119
Penerbit : Fakultas Peternakan Universitas Jambi PROSIDING Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat “ Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4.02 - 3 Oktober 2019, BW Luxury Hotel Jambi TIM PENYELIA : Prof. Dr. Ir .H. R.A. Muthalib, MS Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr. Prof. Dr. Ir . Hj. Adriani. MS Prof. Dr. Ir. H. Abdul Azis , MS Prof. Dr. Ir. Hj. Zubaidah, MS Prof. Dr. Ir. Ucop Haroen, MS

Upload: others

Post on 13-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

Penerbit : Fakultas

Peternakan

Universitas Jambi

PROSIDING Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat

“ Membangun Peternakan Berkelanjutan

Menuju Era Industri 4.0”

2 - 3 Oktober 2019, BW Luxury Hotel Jambi

TIM PENYELIA : Prof. Dr. Ir .H. R.A. Muthalib, MS Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr. Prof. Dr. Ir . Hj. Adriani. MS Prof. Dr. Ir. H. Abdul Azis , MS Prof. Dr. Ir. Hj. Zubaidah, MS Prof. Dr. Ir. Ucop Haroen, MS

Page 2: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

ii

PROSIDING HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

SEMINAR NASIONAL 2019

“Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuj Era Industri 4.0”

Tim Penyelia :

Prof. Dr. Ir .H. R.A. Muthalib, MS Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr. Prof. Dr. Ir . Hj. Adriani. MS Prof. Dr. Ir. H. Abdul Azis , MS Prof. Dr. Ir. Hj. Zubaidah, MS Prof. Dr. Ir. Ucop Haroen, MS

ISBN : 978-602-50946-1-3

Disain sampul dan tata letak :

Dr. Ir. H.M. Afdal, MSc., M.Phil.

Penerbit :

Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Alamat :

Kampus UNJA Mendalo Indah KM 15 Jambi 36361 Telepon/Fax : (0741) 582907

Cetakan pertama Januari 2020

Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Page 3: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

iii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2019

Hasil Pengabadian Kepada Masayarakat

Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4.0”

Panitia Pelaksana kegiatan Seminar Nasional tahun 2019 Fakultas

Peternakan Universitas Jambi

Steering Comitee Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, MSc. Agr.

(Dekan Fakultas Peternakan) Anggota Dr. Sc. Agr Ir. Teja Kaswari, MSc

(Wakil Dekan Bidang Akademik, Kerjasama dan Sistem Informasi) Dr. Ir. Agus Budiansyah, MS (Wakil Dekan Bidang Umum, Perencanaan dan Keuangan) Dr. Ir. Depison, M.P. (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni)

Ketua : Dr. Firmansyah, SPt. MP Wakil ketua : Dr. Ir. Mairizal, Msi Sekretaris : Dr. Heni Suyani, SPt. Bendahara : Afriani H. SPt. M.P

Bagian Pelaksanaan Acara Seminar

: Prof. Dr. Ir . Adriani. MS Ir. Yusrizal, MSc., Ph.D Ir. Wiwaha A.S, MSc., Ph.D. Dr. drh. Fahmida Manin, MP Dr. Ir. Syafril Hadi, M.S Dr. Ir. H. Afzalani, M.P Dr. Ir. Suparjo, M.P

Bagian Sekretariat, Publikasi dan dokumentasi

: Dr. Ir. H.M. Afdal, MSc., M.Phil Dr. Ir . Akmal MSi Dr. Bagus Pramusintho, SPt. MSc. M. Hariski, S.Pi

Page 4: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

iv

RTS Sherly Dwijayanti, S.Pt, M.Pt. Siti Rahayu, S.E Drh. Nurbani Azis

Bagian Kerjasama : Dr. Ir. Fachroerrozy Hoesni, M.P.

Bagian Field Trip : Ir. Saitul Fakhri, M.Sc, Ph.D Dr. Ir Rahmi Dianita SPt. MSc

Bagian Konsumsi : Nelwida, S.Pt, MP

Filawati, S.Pt, M.P

Bagian Perlengkapan dan Transprotasi

: Dr. Yatno, S.Pt, M.Si Supriyadi, SH Wahyudi Darmawan Fauzan Ramadan S.Pi

Page 5: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa atas segala rahmatNya kepada kita sekalian, serta dengan izinNya SEMINAR

NASIONAL TAHUN 2019 Hasil Penelitian yang bertema : Membangun Peternakan

Berkelanjutan Menuju Era Industri 4.0 yang diadakan oleh Fakultas Peternakan

Universitas Jambi dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini dapat diterbitkan.

Teknologi akan selalu berkembang untuk mendukung berbagai aspek

kehidupan manusia, tidak terkecuali di bidang peternakan. Industri peternakan

semakin berkembang di era industri 4.0 dimana produk peternakan diciptakan dan dibuat

segala sesuatunya menjadi lebih cepat, smart, dan efisien.

Prosiding ini memberikan kesempatan untuk berbagi informasi tentang

berbagai strategi untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan

penelitian serta penerapan hasil-hasil penelitian bidang peternakan. Melalui kegiatan

ini diharapkan dapat menciptakan inovasi serta memenuhi tuntutan pengembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial ekonomi khususnya di bidang peternakan

Kami menyadari bahwa dalam penyelenggaran seminar ini masih banyak

kekurangan baik dalam penyajian acara, pelayanan administrasi maupun

keterbatasan fasilitas, serta penyusunan prosiding Seminar Nasional hasil penelitian

tahun 2019 ini masih banyak kekurangan. Pada akhirnya kami ucapkan banyak terima

kasih dan penghargaan yang begitu tinggi kepada semua pihak yang membantu

dalam penyusunan prosiding Seminar Nasional hasil penelitian tahun 2019.

Jambi, Oktober 2019

Ketua Panitia

Dr. Firmansyah SPt. MP.

Page 6: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PEMAKALAH SEMINAR HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Introduksi Teknologi Biochar pada Usahatani Hortikultura Sebagai Upaya

Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Kasang Lopak Alai Kabupaten Muaro Jambi

Armen Mara, Endriani, dan M. Syarif ............................................................................ 1

2. PKM Kelompok Peternak Sapi Dalam Pembuatan Probio_fm F3 Di Desa Lubuk

Lingkuk Kabupaten Bangka Tengah

Rufti Puji Astuti , Evahelda dan Nur Annis Hidayati ................................................... 11

3. Metode Cepat Perkecambahan Jernang Di Mandiangin, Provinsi Jambi

Revis Asra, Ade Octavia , Lisna ...................................................................................... 23

4. Penerapan Sistem Integrasi Ternak Sapi Dengan Tanaman Padi

Murnita, Nitta Yessirita dan Yonny Arita Taher .......................................................... 35

5. Penerapan Teknologi Bioproses Bahan Pakan Lokal Untuk Ayam Kampung Di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari

Noferdiman dan Yusma Damayanti ................................................................................ 50

6. Meningkatkan Akses Permodalan Kelompok Tani Teman Abadi Kepada Lembaga

Keuangan Untuk Usaha Ternak Sapi

Afriani H, Firmansyah, M. Farhan ................................................................................. 62

7. Implementasi Sistem Pertanian Tekno-Ekologis Untuk Meningkatkan Pendapatan

Petani Dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Sri Arnita Abu Tani, Darlis Dan Suhessy Syarief .......................................................... 71

8. Sosialisasi Model 5C Untuk Membantu Peternak Sapi Memperoleh Akses Modal

Afriani H, Firmansyah dan Rahmi Dianita .................................................................... 86

9. Pengenalan Saccharomyces cerevisiae sebagai Probiotik Dalam Pakan Ternak Sapi

Potong

Teja Kaswari, H. Suryani, S. Fakhri dan M. Afdal ....................................................... 93

10. Pengembangan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Kub) Secara Longyam Dengan Ikan

Lele Berbasis Probiotik Di Desa Nyogan Kecamatan Mestong

Mairizal, Hutwan Syarifuddin dan M. Afdal ................................................................ 100

Page 7: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

1

Introduksi Teknologi Biochar pada Usahatani Hortikultura Sebagai

Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Kasang Lopak Alai

Kabupaten Muaro Jambi

Armen Maraa)

, Endriani, M. Syarif Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jalan Raya Jambi Ma. Bulian KM. 15 Mendalo Indah.

a )Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Inovasi teknologi produksi biochar dan biokompos dapat menghasilkan bahan pembenah tanah yang baru atau pengembangan produk, sehingga tanah menjadi lebih

berkualitas, efektif dan efisien, produk hortikultura yang dihasilkan lebih sehat dan

dapat diterima oleh pasar. Tujuan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini

adalah untuk membentuk atau mengembangkan sekelompok masyarakat yang

tergabung dalam kelompok tani “Tani Makmur” menjadi kelompok yang produktif,

berkinerja tinggi dan mandiri secara ekonomis, serta meningkatkan ketrampilan

masyarakat petani dalam memproduksi tanaman hortikultura sekaligus mengelola tanah

ramah lingkungan agar sustainable. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini

dilaksanakan pada Mitra Kelompok Tani “Tani Makmur” di Desa Kasang Lopak Alai

Kecamatan Kumpeh Ulu, selama 6 (enam) bulan dalam tahun 2019. Metode

pelaksanaan kegiatan PKM melalui penyuluhan, pelatihan dan demplot yang

selanjutnya diikuti dengan pendampingan. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah

sebagai berikut : (1) Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan pelatihan dan

praktek lapang (demplot) mampu meningkatkan ketrampilan anggota dalam

menerapkan teknologi; (2) Introduksi teknologi biochar dan biokompos dapat

mendorong tumbuhnya usaha sentra biochar skala rumah tangga, yang ditandai dengan

pengabdosian teknologi biochar dan biokompos oleh 5 (lima) orang petani. Penguasaan

teknologi pemanfaatan biochar dan biokompos dapat memicu tumbuhnya usaha

agroindustri, khususnya biochar dan pengomposan di lingkungan kelompok tani “Tani

Makmur”; (3) Usaha produksi biochar meningkatkan pendapatan petani dengan R/C =

6,87 serta meningkatkan produksi tanaman hortikultura. Dapat dikatakan bahwa

teknologi biochar dan biokompos yang diterapkan pada kelompok masyarakat sangat

layak untuk dilanjutkan.

Kata Kunci: biochar, biokompos, hortikultura, limbah pertanian peternakan, ekonomi

rumah tangga

PENDAHULUAN

Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Muaro

Jambi. Berdasarkan RTRW Kabupaten Muaro Jambi (2016), pemanfaatan ruang

Kecamatan Kumpeh diarahkan sebagai perkebunan, pertanian lahan kering dan

Page 8: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

2

pemukiman. Kecamatan Kumpeh Ulu dikenal sebagian sebagai daerah utama penghasil

sayur dan buah-buahan karena sebagian besar penduduk bermata pencarian petani,

khususnya tanaman palawija dan holtikultura. Hal ini didukung kondisi lahan yang

sebagian terdiri dari dataran rendah / lahan basah sehingga sangat cocok untuk budidaya

tanaman sayuran dan buah-buahan. Menurut BPS Kabupaten Muaro Jambi (2017),

Desa Kasang Lopak Alai terletak di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.

Desa ini memiliki luas ±700 ha yang terdiri dari tanah sawah ±100 ha, tanah

pekarangan ±300 ha, tanah perkebunan ±150 ha, dan tanah tegalan ±150 ha. Mayoritas

mata pencarian penduduk desa ini adalah sebagai petani sawah ataupun petani

hortikultura dan perkebunan. Jumlah penduduk Desa Kasang Lopak Alai adalah 1.919

jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 513 KK, dengan rincian jumlah penduduk laki-

laki sebanyak 1.016 jiwa, perempuan 903 jiwa.

Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi,

merupakan wilayah yang berpotensi dalam pengembangan tanaman hortikultura, namun

hasil yang diperoleh petani masih rendah dan tidak seimbang dengan input yang

diberikan. Hal tersebut disebabkan karena lahan petani umumnya lahan kering masam

dengan sifat fisika yang kurang baik dan kesuburan yang rendah. Petani umumnya

masih melakukan usaha tani sayuran secara kimiawi, melalui pemanfaatan pupuk kimia

dan pestisida. Padahal untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan dan konservatif,

sangat perlu pengurangan aplikasi bahan kimia dalam usaha tani, dintaranya adalah

dengan pemanfaatan biochar pada lahan usahatani.

Biochar atau arang hayati merupakan pembenah tanah alami berbahan baku

hasil pembakaran tidak sempurna (pirolisis) dari residu atau limbah pertanian yang sulit

didekomposisi, seperti kayu-kayuan, kakao, dan lain-lain. Pembakaran tidak sempurna

dilakukan dengan menggunakan alat pembakaran atau pirolisator suhu sekitar 2500 –

3500 C, selama 2-3,5 jam, sehingga diperoleh arang yang mengandung karbon tinggi

dan dapat diaplikasikan sebagai pembenah tanah. Pemilihan bahan baku pembenah

tanah dari bahan tang sulit didekomposisi dimaksudkan agar dapat bertahan lama di

dalam tanah (Gani, 2010, Endriani et al., 2016). Di Jambi, potensi penggunaan biochar

cukup besar mengingat bahan baku seperti residu kayu, tempurung kelapa dan sekam

padi cukup tersedia, pada setiap proses penggilingan gabah akan dihasilkan 16,3 – 28 %

Page 9: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

3

sekam. Berdasarkan analisis situasi yang dijelaskan di atas, maka perlu usaha untuk

menjaga kelestarian tanah dan meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat

mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan (Sustainable agriculture

development), meningkatkan pendapatan petani yang pada gilirannya akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu kelompok tani produktif di Desa

Kasang Lopak Alai adalah kelompok tani ”Tani Makmur” dengan anggota 18 orang

yang diketuai oleh Suprayogi. Hasil diskusi dengan kelompok tani dan berdasarkan

kunjungan lapangan, diketahui terdapat beberapa permasalah yang ditemui di lapangan,

di antaranya : pengelolaan lahan kering marjinal belum maksimal, usaha tani sayuran

yang dilakukan masih menggunakan pestisida dan pupuk kimia, kesadaram petani yang

masih rendah dalam penerapan Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan berbasis

bioorganik baik berupa pembenah tanah biochar, pupuk organik maupun pestisida

organik.

Tujuan kegiatan ini adalah : a) mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat

dengan cara mengoptimalkan kemampuan budidaya hortikultura secara ramah

lingkungan; b). meningkatkan kemampuan masyarakat tani dalam memproduksi biochar

berbasis bahan lokal dan biokompos limbah pertanian, serta biopestisida,

pemanfaatannya untuk budidaya tanaman sayuran; c). pengelolaan lahan kering

marjinal yang ramah lingkungan untuk masa depan dengan mengembangkan biochar

dan biokompos dan; d). peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan cara

mengembangkan kegiatan ekonomi produktif, membentuk kelompok usaha baru sentra

produksi biochar sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup secara mandiri.

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Materi yang diperlukan antara lain, bahan pembuat biochar seperti sekam padi,

serbuk gergaji, ram kawat, kotoran sapi/ayam, hijauan gamal, rock phosphate,

Trichoderma, gembor, papan, seng, karung, semen, spanduk, stiker, materi untuk

penyuluhan, dan lain-lain. Metode kegiatan PKM berupa penerapan IPTEK yang akan

dilaksanakan meliputi : penyuluhan dan atau pelatihan, tujuannya untuk menambah

pengetahuan petani tentang pengelolaan lahan marginal yang ramah lingkungan,

Page 10: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

4

mengenalkan biochar “si pembenah tanah yang ramah lingkungan”, mengenalkan

pupuk organik biokompos berbasis bahan lokal, pada kelompok tani Tani Makmur.

1) Pembentukan kelompok usaha baru Sentra Produksi Biochar dan Biokompos.

2) Pelaksanaan demonstrasi produksi biochar dan biokompos sebagai usaha baru untuk

pemenuhan kebutuhan petani pada budidaya sayuran dan menstimulasi petani dalam

penerapan pada usaha tani sayuran masing masing,

3) Melaksanakan percontohan penerapan teknologi biochar pada lahan sayuran dengan

melibatkan seluruh anggota kursus, yang mencakup kegiatan pembuatan pupuk

biochar, pembuatan dan pemberian pupuk organik, pestisida organik.

4) Melaksanakan percontohan pola diversifikasi pangan dan sayuran dengan

memberikan bantuan bibit.

5) Melaksanakan pembinaan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi

rumah pangan lestari bebas pupuk kimia dan pestisida di lahan pekarangan milik

petani itu sendiri.

6) Melaksanakan pendampingan pemeliharaan tanaman sayuran secara tepat guna untuk

mendapat hasil yang menguntungkan sekaligus bebas dari bahan kimia.

7) Melaksanakan evaluasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berupa program Kemitraan

Masyarakat dilaksanakan di Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu

Kabupaten Muaro Jambi terletak pada lokasi yang cukup strategis dengan jarak tempuh

ke ibu kota kecamatan sekitar 20 km, ke ibu kota kabupaten sekitar 50 km dan ke ibu

kota provinsi sekitar 25 km. Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Kasang

Lopak Alai ke kota Jambi sangat dekat sehingga memudahkan bagi masyarakat

khususnya petani yang tergabung dalam kelompok Tani Makmur menjual hasil

pertaniannya ke kota.

Kawasan ini merupakan kawasan yang juga kaya akan potensi sumberdaya alam

maupun sumberdaya manusia. Walaupun memiliki potensi sumber daya alam yang

Page 11: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

5

cukup besar, namun tingkat perekonomian masyarakat di Desa Kasang Lopak Alai

masih tergolong rendah. Selain itu, juga terdapat potensi pencemaran lingkungan di

sekitar pemukiman, sampah-sampah anorganik dibuang secara langsung ke lingkungan

permukiman. Jika hal ini dibiarkan, tentunya dapat menjadi permasalahan yang cukup

serius bagi lingkungan maupun bagi masyarakat pada umumnya. Sampah merupakan

material sisa yang dihasilkan oleh pemanfaatan suatu benda atau produk yang

dimanfaatkan oleh manusia maupun aktivitas alam.

Lahan milik petani di lokasi PPM umumnya tidak dimanfaatkan secara optimal,

sebagian besar lahan pekarangan hanya dibiarkan tanpa pengelolaan yang baik.

Sebagian lahan pekarangan ditanami tanaman buah-buahan seperti rambutan, durian dan

duku, serta sirsak, namun tanaman tersebut terlihat tidak dipelihara dan dirawat dengan

baik. Petani melakukan kegiatan usahatani hanya pada musim penghujan saja

sedangkan pada musim kemarau membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan

baik. Petani umumnya menanam tanaman sayuran, diantaranya : kacang panjang, pare,

gambas, mentimun, dan lain sebagainya, disamping itu juga menanam tanaman palawija

seperti jagung. Lahan usahatani masyarakat juga ditanami buah buahan seperti papaya

dan pisang.

Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya sayuran adalah

serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan

penyempRotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham

bahwa sebelum pemanenan tidak boleh dilakukan penyempRotan pestisida karena akan

membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak

miskin hara.

Introduksi Teknologi Biochar

Solusi lahan usaha tani yang masih miskin hara adalah mengurangi penggunaan

pupuk kimia, serta upaya terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan membantu

meningkatkan pendapatan rumah tangga petani adalah dengan introduksi teknologi

biochar dan biokompos. Dimulai dari pengenalan biochar pada petani dan sosialisasi

manfaatnya dalam memperbaiki kesuburan tanah dan menghasilkan tanaman sayuran

yang sehat dan bebas pestisida. Selanjutnya dilakukan pelatihan pembuatan biochar

Page 12: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

6

(Gambar 1) dan pelatihan pembuatan biokompos yang pelaksanaannya mendapat respon

sangat baik dari petani, dibuktikan dari jumlah kehadiran petani, respo kemampuan

menyerap teknologi yang diintroduksikan.

Gambar 1. Kegiatan pelatihan produksi biochar sekam padi

Tabel 1. Hubungan antara kegiatan, target, realisasi kegiatan dan capaian

No. Kegiatan Target Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Capaian

1. Penyuluhan usaha 20 orang peserta Kegiatan penyuluhan dan diskusi 100 %

tani berbasis hadir dan mengenai usaha tani berbasis (semua anggota

organik farming memaham usaha organik terlaksana dengan baik dan kelompok tani hadir tani berbasis mendapat tanggapan yang baik dan mendengar pertanian organic yang dinilai berdasarkan keaktifan penyuluhan) dalam diskusi dan jumlah petani

yang berpartisipasi

2. Penyuluhan 20 orang peserta Kegiatan penyuluhan dan diskusi 100 %

pengenalan fungsi hadir dan melihat mengenai usaha tani berbasis (semua anggota

dan manfaat biochar serta organik berupa biochar dan kelompok tani yang

biochar sebagai mengetahui pengenalan biochar terlaksana hadir megetahui apa

pembenah tanah manfaatnya dengan baik dan mendapat itu biochar dan sebagai tanggapan yang baik dari petani mengetahui ppembenah tanah yang dinilai berdasarkan keaktifan manfaatnya) dalam diskusi dan jumlah petani

yang berpartisipasi

3. Pelatihan Minimal 50 % Pelatihan pembuatan bochar 100 %

Pembuatan petani mampu berjalan baik, petani mampu dan (semua petani yang

Biochar membuat biochar bisa membuat biochar dengan baik, hadir bisa membuat hampir semua petani yang hadir (20 biochar) orang) mampu membuat biochar

dengan pyrolysis sederhana

4. Pembuatan rumah 1 rumah biochar Pembuatan Sentra Biochar 100 %

biochar /sentra berbasis sekam padi dan serbuk (sudah terbentuk satu

biochar gergaji sudah terlaksana, rumah “sentra kesepakatan ketua kelompok tani Biochar”) (Bapak Yogi Pratama) adalah di

Loorong antu Rengas RT 01 Desa

Lasang Lopak Alai

Page 13: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

7

Lanjutan Tabel.1

5. Pelatihan

membuat

biokompos

6. Penerapan aplikasi

biochar pada

tanaman buah

buahan

7. Pendampingan

keberlanjutan

sentra biochar

Minimal 50 %

anggota yang

hadir mampu

membuat pupuk

organic

biokompos

Sudah dilakukan

penerapan biochar

pada lahan

hortikultura

Minimal 2 orang

anggota keompok

tani mau

mengelola usaha

baru sentra

biochar

Pelatihan pembuatan biokompos

berjalan baik, petani mampu dan

bisa membuat biokompos dengan

baik, hampir semua petani yang

hadir sudah mampu membuat

biokompos dengan bahan kotoran

sapi, hijauan legume, dan

trichoderma

Penerapan aplikasi biochar pada

lahan tanaman buah buahan sudah

dilaksanakan, biochar diaplikasikan

pada lahan yang ditanami pepaya

Diskusi lebih diutamakan mencari

alternatif dan solusi untuk

keberlanjutan usaha “Sentra

Biochar” dan manajemen

pengelolaannya dengan Tim PPM

dari PT sebagai fasilisator

100%

(semua petani yang

hadir dapat membuat

biokompos)

20 %

(penerapan biochar

dilakukan pada

tanaman papaya 5

orang petani)

100 %

(biochar dan

biokompos sudah

memiliki labeling dan

pemasaran lebih luas)

Introduksi teknologi biochar telah mendorong tumbuhnya usaha sentra biochar

skala rumah tangga, ditandai dengan diadopsinya teknologi biochar oleh 5 orang petani.

Petani tersebut melakukan produksi biochar secara individu dengan cara sederhana

sebanyak 500 kg/petani. Alasan yang disampaikan petani, pengangkutan yang selama

ini menjadi masalah dapat diatasi.

Gambar 2. Proses produksi biochar kelompok Tani Makmur Desa Kasang Lopak Alai

Tabel 2. menunjukkan bahwa pengolahan limbah pertanian menjadi biochar

telah dapat diadopsi petani khususnya anggota kelompok Tani Makmur. Dari ± 1.000 kg

bahan baku pembuatan biochar diperoleh biochar jadi sebanyak 500 kg, dan dengan

total biaya Rp.800.000,00 maka harga pokok biochar Rp.800/kg.

Page 14: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

8

Tabel 2. Analisa Usaha Produksi Biochar di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Kasang Lopak Alai, 2019.

No Uraian Fisik Harga/satuan Jumlah

I. Biaya : Sekam padi (Kg)

1000,00

400,00

400.000,00

Tenaga kerja (HOK) 10,00 30.000,00 300.000,00 Penyusutan saung (bulan) 1,00 100.000,00

II. Total biaya 800.000,00

III. Hasil (kg) 500,00 Harga pokok biochar/kg 800,00 Harga jual biochar/kg 5.500,00

IV. Pendapatan 2.350.000,00

V. Keuntungan 1.950.000,00

VI. R/C 6,875

Sumber : data primer (diolah)

Berdasarkan pengamatan, dengan harga jual bochar yang beredar di pasaran

sekitar Rp.5.500/kg, maka petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.1.950.000,-

dengan R/C = 6,87. Namun apabila bahan utama biochar dapat disediakan oleh petani

(dari limbah pertanian milik petani) dan dikemas sendiri, maka biaya produksi dapat

diturunkan menjadi Rp.500.000,- , akan diperoleh keuntungan Rp.2.500.000,- dengan

R/C= 11,0. Artinya akan diperoleh keuntungan 11 kali lipat apabila biochar dibuat dari

bahan sendiri dibandingkan bahan dibeli yang hanya memperoleh keuntungan 6,88 kali

lipat. Biochar merupakan bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik

(biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas

(Gambar. 3)

Gambar 3. Proses Pembakaran Limbah Organik

Page 15: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

9

Biochar bukan pupuk tetapi berfungsi sebagai pembenah tanah. Aplikasi biochar

ke lahan pertanian dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dan hara,

memperbaiki kegemburan tanah, mengurangi penguapan air dari tanah dan membuat

habitat yang baik untuk mikroorganisme simbiotik. Biomas pertanian yang dapat

menjadi bahan biochar dapat berupa sekam padi, tempurung kelapa, tempurung kelapa

sawit, kulit buah kakao, dan tongkol jagung. Dari berbagai hasil penelitian

mengungkapkan bahwa kulit buah kakao merupakan bahan baku yang paling baik untuk

pembuatan biochar.

Hasil pembakaran tak sempurna dari biomas di atas akan menjadi arang. Arang

(biochar) itulah yang akan dibenamkan ke dalam tanah sehingga memberikan dampak

pertukaran air dan udara dalam tanah/daerah perakaran tanaman menjadi lebih baik, dan

sejumlah manfaat lainnya seperti tersebut di atas. Dengan berbagai manfaat tersebut,

Tim dari Unversitas Jambi telah berinisiasi mengadakan pelatihan pembuatan biochar

kepada kelompok tani Tani Makmur dan masyarakat sekitar agar teknologi ini dapat

didiseminasikan secara luas di Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu

Provinsi Jambi.

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa introduksi teknologi biochar telah mendorong tumbuhnya

usaha produksi biochar skala rumah tangga, ditandai dengan telah diadopsinya

teknologi produksi biochar oleh 5 orang petani. Penguasaan teknologi biochar dapat

memicu tumbuhnya usaha agroindustri, khususnya produksi biochar di lingkungan

kelompok tani Tani Makmur. Usaha produksi biochar meningkatkan pendapatan petani

dengan R/C 6,88, serta meningkatkan produksi tanaman hortikultura.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan

Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

Republik Indonesia melalui Hibah PKM. Ucapan terima kasih kepada Yang Terhormat

Page 16: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

10

Bapak Dirjen DRPM Dikti, Bapak Rektor Universitas Jambi, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Jambi, yang telah mendanai dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan ini,

terima kasih PPL Kecamatan Kumpeh Ulu Ir. Ramli atas bantuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Asai, H., Samson, B.K., Stephan, H.M., Songyikhangsuthor, K., Homma, K., Kiyono,

Y., Inoue, Y., Shiraiwa, T., & Horie, T. (2009). Biochar amendment techniques for

upland rice production in Northern Laos 1. Soil physical properties, leaf SPAD and

grain yield. Field Crops Research, 111, 81–84.

Balai Penelitian Tanah, 2017. Teknologi Pembuatan Biochar sederhana. Badan Litbang

Pertanian. Kementerian Pertanian.http://www.litbang.pertanian.go.id/berita.php/one

/2845/ Balai Penelitian Tanah, 2017).

BPS Kabupaten Muaro Jambi. 2017. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka.

https://muarojambikab.bps.go.id/publication/2017/08/10/f86ba3d3d3847237b843ca

8c/

Chan K Y, A, E, L. Van Zwieten B , I. Meszaros A , A. Downie C,D, and S. Joseph D

A. 2007. Agronomic values of greenwaste biochar as a soil amendment. Australian

Journal of Soil Research, 2007, 45: 629–634. www.publish.csiro.au/journals/ajsr Djaenudin D. 2007. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Perluasan Areal Tanaman

Pangan di Kabupaten Merauke. Jrnal Iptek Tanaman Pangan. 2(2):180-194.

Endriani dan A Kurniawan. 2017. Pengembangan Soil Amandement Biochar Untuk

Pengelolaan Lahan Kering Sub-Optimal Hemat Karbon dan Rendah Emisi

Mendukung Ketahanan Pangan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Universitas Jambi.

Endriani, Sunarti dan Ajidirman. 2012. Biochar cangkang kelapa sawit sebagai sumber

energi alternatif yang renewable dan soil amandement lahan sub optimal di Provinsi

Jambi. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Jambi.

Gani, A. 2010. Multiguna Arang - Hayati Biochar. Sinar Tani. Edisi 13-19 Okt 2010.

Juniadi, 2012. Teknis pembuatan arang sekam. Balai Besar Pelatihan Pertanian

Lembang. www.bbpp-lembang.info

RTRW Kabupaten Muaro Jambi. 2016. Revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Muaro Jambi. file:///G:/DES%20KASANG/rtrw_105_2016.pdf

Sapto A, Bambang. 2012. Si Hitam Biochar yang Multiguna. PT. Perkebunan Nusantara

X (Persero), Surabaya.

Sukartono, W. H. Utomo, Z. Kusuma, and W. H. Nugroho. "Soil Fertility Status,

Nutrient Uptake, and Maize (Zea Mays L.) Yield Following Biochar and Cattle

Manure Application on Sandy Soils of Lombok, Indonesia." Journal of Tropical

Agriculture49.1-2 (2011): 47-52.

Page 17: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

11

PKM Kelompok Peternak Sapi Dalam Pembuatan Probio_FM F3 Di

Desa Lubuk Lingkuk Kabupaten Bangka Tengah

Rufti Puji Astuti1a

, Evahelda2 , Nur Annis Hidayati

3

1,2 Pogram Studi Agribisnis, Universitas Bangka Belitung, 3 Pogram Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung,

1a) Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Teknologi Probio_fm dikenal masyarakat Bangka Belitung sebagai bahan

fermentasi pakan dalam kegiatan budidaya ternak sapi. Teknologi Probio_fm dinilai

sederhana dan tepat guna, tidak hanya menjadikan cara budidaya ternak sapi lebih

mudah, namun peternak juga terbebas dari masalah pencemaran bau limbah kotoran

ternak. Kendala yang dihadapi peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Saling

Gumilang dalam penerapan Teknologi Probio_fm adalah, ketergantungan peternak

untuk membeli Probio_fm F3, biaya pengiriman produk mahal dan distribusi

pengiriman produk terkendala adanya penolakan oleh jasa ekpedisi sehingga

penggunaannya belum berkelanjutan.

Tujuan pengabdian ini untuk memberdayakan peternak dalam membuat

Probio_fm F3. Metode pelaksanaan pengabdian dilakukan melalui tahapan sosialisasi,

aksi demontrasi dan pelatihan, serta evaluasi dan monitoring. Metode pengumpulan data

dengan wawancara dan penyebaran angket. Analisis data dilakukan dengan analisis

deskriptif kualitatif. Hasil pelaksanaan program kemitraan masyarakat menunjukkan

adanya perubahan pengetahuan, keterampilan dan perilaku peternak di kelompok saling

gumilang dalam menerapkan teknologi probio_fm. Pengetahuan peternak tentang

tekknologi probio_fm meningkat 44%; sebagain besar (80% peternak) terampil

membuat Probio_fm F3 sehingga peternak tidak lagi membeli Probio_fm F3 dan 25%

peternak sudah menerapkan teknologi berkelanjutan dengan mengolah pakan silase

pelepah sawit.

Hasil evaluasi dan monitoring menemukan adanya kendala dalam produksi Probio_fm F3, yaitu masalah penyaringan bahan. Hasil evaluasi dan monitoring juga

menemukan adanya dampak aplikasi pakan berbasis teknologi probio_fm mampu

mengatasi pencemaran bau di lingkungan kandang dan efisien waktu dalam manajemem

pemberian pakan.

Kata Kunci: Perberdayaan , Teknologi Probio_Fm ,Ternak Sapi.

Page 18: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

12

PENDAHULUAN

Penguasaan dan pengembangan IPTEKS baik oleh masyarakat peternak maupun

petani perkebunan, menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan produksi hasil

perkebunan maupun peternakan. Pemeritah Kabupaten Bangka Tengah

memprioritaskan program peningkatan penerapan teknologi dan menargetkan terdapat

30 kelompok yang memiliki kemampuan dalam pengembangan dan penguasaan

teknologi dibidang peternakan dan perkebunan. Penerapan teknologi (minimal 30

kelompok tani), diyakini mampu berkontribusi dalam pencapaian target populasi

sebanyak 5000 ekor ternak sapi pada tahun 2019. Dalam hal ini, pemerintah juga

mengandalkan program sistem integrasi sapi kelapa sawit (SISKA) untuk mewadahi

peternak maupun petani perkebunan dalam penguasaan dan pengembangan teknologi.

Usaha pengembangan ternak sapi Bali banyak dibudidayakan oleh sebagian

masyarakat di desa Lubuk Lingkuk. Kelompok Tani Saling Gumilang merupakan salah

satu kelompok yang aktif melakukan kegiatan usaha pengembangan ternak sapi. Tidak

hanya memelihara ternak sapi, peternak anggota Kelompok Tani Saling Gumilang juga

berprofesi sebagai petani kebun kelapa sawit. Pengembangan ternak sapi oleh peternak

dilakukan secara bersamaan dengan mengelola kebun kelapa sawit. Peternak

menerapkan sistem integrasi sapi dan kelapa sawit dalam pemeliharaan ternak sapi dan

tanaman sawit.

Bentuk penerapan sisten integrasi sapi-kelapa sawit di Kelompok Tani Saling

Gumilang adalah dengan mengolah limbah pelepah sawit sebagai pakan ternak dan

sebaliknya limbah kotoran ternak digunakan untuk pupuk tanaman. Desa Lubuk

Lingkuk berpotensi untuk menjadi desa percontohan dalam penerapan sistem integrasi

sapi kelapa sawit. Keberadaan kebun sawit milik masyarakat maupun perusahaan

swasta berpotensi untuk menyediakan sumber pakan bagi ternak dan sebaliknya kotoran

ternak berpotensi untuk pupuk tanaman sawit. Namun faktanya kegiatan pemelihraan

ternak sapi oleh sebagai peternak di Kelompok Tani Saling Gumilang masih dilakukan

dengan cara tradisional, yaitu mengandalkan rumput alam. Cara tradisional juga terlihat

dari cara peternak menggunakan limbah kotoran ternak sebagai pupuk tanaman sawit

secara langsung tanpa pengolahan.

Page 19: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

13

Kelompok Tani Saling Gumilang terbentuk sejak tahun 2011 dengan jumlah

anggota sebanyak 20 orang. Kelompok tani ini termasuk salah satu kelompok penerima

bantuan mesin pencacah pelepah sawit maupun mesin kompos dari Dinas Pertanian

Kabupaten Bangka Tengah. Permasalahan yang dihadapi pada awal kelompok terbentuk

adalah belum optimalnya penggunaan mesin pencacah dan kompos. Kelompok tani

kembali aktif melakukan kegiatan pengembangan ternak sapi sejak tahun 2017.

Permasalahan cara budidaya yang dianggap kurang menguntungkan oleh sebagian

anggota kelompok, telah diatasi dengan menerapkan teknologi probio_fm untuk

pengolahan pakan silase pelepah sawit.

Probio_Fm merupakan probiotik cair mengandung beberapa spesies bakteri asam

laktat, yang merupakan hasil isolasi mikroba dari saluran pencernaan itik Kerinci

(Manin et al. 2003; Manin et al. 2010). Probio_Fm baik digunakan untuk pengolahan

pakan ternak unggas maupun ruminansia dan telah digunakan oleh peternak di berbagai

daerah seperti Provinsi Banten, Kabupaten Kerawang Provinsi Jawa Barat dan Provinsi

Kalimantan Selatan. Mayoritas peternak merasa puas dengan hasil yang dirasakan

setelah menggunakan probio_Fm, dikarenakan selain dapat mengurangi pencemaran

lingkungan kandang (bau kandang), penggunaan probio_Fm juga terbukti dapat

mengurangi jumlah bakteri patogen pada saluran pencernaan unggas, meningkatkan

kesehatan ternak, serta meningkatkan produktivitas ternak itik dan sapi (Yusrizal dan

Aziz 2009; Hendalia et al. 2010; Manin et al. 2010; Hendalia et al. 2012; Yusrizal et al.

2012; Manin et al. 2014; Riza et al 2015). Probio_Fm juga sudah digunakan oleh

peternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terbukti mampu mengatasi

permasalahan pencemaran bau kandang, menjaga kesehatan ternak, serta dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan pakan (Hendalia et al. 2017)

Probiotik juga dikenal sebagai produk suplemen pakan berisi bakteri hidup yang

berfungsi untuk menjaga keseimbangan mikroflora dalam usus, dengan mengurangi

jumlah mikroba patogen dalam saluran pencernaan (Fuller, 2002). Teknologi probio_fm

pertama dikenal Kelompok Tani Saling Gumilang pada tahun 2018. Informasi tentang

teknologi probio_fm diperoleh ketua kelompok saat mengikuti acara pameran produk di

Kelompok Tunas Baru. Peternak menggunakan produk probiotik probio_fm produksi

Kelompok Tunas Baru.Penggunaan Probio_fm dinilai peternk tidak hanya memudahkan

Page 20: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

14

proses manajemen pemberian pakan tapi juga dapat mengatasi masalah pencemaran bau

di lingkungan kandang. Permasalahannya peternak tidak berdaya untuk memproduksi

probiotik Probio_fm,sehingga keberlanjutan penggunaan probio_fm berkelanjutan

berdampak pada ketergantungan peternak membeli probiotik Probio_fm.

Keberhasilan peternak menerapkan teknologi probio_fm untuk mengolah pakan

silase pelepah sawit, menjadikan penggunaan mesin pencacah lebih optimal.

Keberhasilan ini juga memotivasi peternak di Kelompok Saling Gumilang untuk

memiliki keterampilan memproduksi Probio_fm F3. Kegiatan pelatihan produksi

Probio_fm perlu dilakukan agar peternak tidak ketergantung untuk terus membeli

Probio_fm F3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan memproduksi Probio_fm F3

dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, demontrasi dan pelatihan serta evaluasi

dan monitoring. Cara ini terbukti mampu menjadikan peternak di Kelompok Nadi

Lestari trampil membuat Probio_fm F3 (Astuti at al, 2018). Tujuan pengabdian ini

adalah untuk memberdayakan peternak untuk membuat Probio_fm F3. Pengetahuan

dan keterampilan peternak dalam memproduksi probio_fm akan bermanfaat untuk

menunjang penerapan teknologi probio_fm berkelanjutan oleh Kelompok Tani Saling

Gumilang, serta mengatasi masalah ketergantungan membeli produk.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan di Desa Lubuk Lingkuk,

Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Pengabdian dilaksanakan selama 4 bulan sejak bulan Mei - Agustus 2019.

Pelaksanaan pengabdian melibatkan peternak mitra, yaitu peternak di Kelompok Tani

Saling Gumilang. Pemilihan lokasi dan mitra sasaran didasari oleh pengalaman dan

minat peternak menggunakan Probio_fm.

Mekanisme Penyelesain Masalah

Kemampuan peternak untuk memproduksi Probio_fm berkelanjutan harus

didukung dengan kepemilikan alat produksi, salah satu diantaraya adalah inkubator.

Pelaksanaan program pemberdayaan peternak dalam membuat Probio_fm F3 ini diawali

Page 21: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

15

dengan kegiatan pendampingan merakit inkubator sederhana. Pelaksanaan program

kemudian akan dilanjutkan dengan pelatihan produksi Probio_fm setelah dipastikan

peternak memiliki kemampuan merakit inkubator. Bentuk pelaksanaan program

produksi Probio_fm ini dilakukan secara berkelompok, dengan 1 (satu) kepemilikan

inkubator diyakini kualitas produk yang dihasilkan dapat terjaga.

Metode Pelaksanaan Pengabdian

Pelaksanaan program kegiatan pengabdian dilakukan dengan melalui 3 (tiga)

bentuk metode, yaitu: sosialisasi, aksi dalam bentuk demontrasi dan pelatihan serta

evaluasi dan monitoring.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program terlaksana secara sistematis melalui tiga tahapan, diawali dengan

kegiatan sosialisai materi cara memproduksi Probio_fm F3 maupun merakit inkubator,

dilanjutkan dengan demontrasi dan pelatihan pembuatan Probio_fm F3. Pelaksanaan

program diakhri dengan kegiatan evaluasi dan moitoring yang bertujuan untuk

mengukur tingkat keberdayaan peternak. Noor (2011) menyatakan bahwa tujuan utama

kegiatan pemberdayaan adalah untuk menjadikan masyarakat mampu mengatasi

permasalahan dengan segala keterbatasan yang dimiliki dan memiliki rasa tanggung

jawab, mau berkerja keras dan mau menerima perubahan. Hasil kegiatan pengabdian

masyarakat secara detail dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Persentase persepsi peternak yang menyatakan setuju sampai dengan sangat

setuju tentang penilaian indikator dalam kegiatan pengabdian

Indikator penilaian Persentase (%)

Sebelum Sesudah

Sosialisasi

Pengetahuan tentang teknologi probio_fm 36 71

Pengalaman menggunakan teknologi probio_fm 15 -

Minat mengikuti pelatihan produksi probio_fm - 100

Demontrasi/ pelatihan produksi probio_fm

Pengetahuan tentang teknologi probio_fm 71 100

Kemampuan merakit alat produksi dan produksi f3 0 100

Kemampuan memproduksi Probio_fm F3 0 80

Evaluasi dan monitoring

Pengalaman menggunakan teknologi probio_fm 15 80

Page 22: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

16

Tahapan Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk mengawali kegiatan Pengabdian Kepada

Masyarakat. Tim pengabdian menggunakan kesempatan dengan membentuk dan

menyepakati jadwal pelaksanaan program bersama peserta dalam kegiatan sosialisasi.

Tujuan utama pelaksanaan kegiatan sosialisasi adalah untuk memastikan kesiapan dan

minat peternak di Kelompok Saling Gumilang untuk mengikuti kegiatan pendampingan

pembuatan Probio_fm F3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi

program, pengenalan teknologi probio_fm dan sosiliasi materi pelatihan baik materi

perakitan inkubator maupun materi pembuatan Probio_fm F3. Kegiatan sosialisasi

dihadiri oleh 14 peternak anggota kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi

diawali dengan pembagian buku pedoman pelatihan, dilanjutkan dengan penyampaian

masing-masing materi oleh tim pengabdi (Gambar 1)

Gambar 1. Foto kegiatan sosialisasi

Hasil penilaian angket kegiatan sosialisasi (Tabel.1) menunjukkan adanya

perubahan pengetahuan peternak tentang teknologi probio_fm kearah yang positif.

Pengetahuan peternak tentang teknologi probio_fm mengalami peningkatan dari 36%

Page 23: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

17

menjadi 71%, setelah dilakukan kegiatan sosialisasi. Peternak pernah mendengar dan

mengetahui manfaat probio_fm dengan melihat anggota lain yang sudah menerapkan

teknologi namun belum memahami alat dan bahan untuk pembuatan probio_fm F3.

Peternak saat ini tidak hanya mengetahui manfaat teknologi probio_fm, namun juga

memahami alat, bahan serta proses produksi Probio_fm F3.

Pengenalan teknologi probio_fm yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi

terbukti mampu meningkatkan pengetahuan peternak. Kegiatan pengenalan teknologi

probio_fm di Kelompok Tunas Hijau terbukti memapu menambah pengetahuan

peternak. Peternak tidak hanya mengetahui manfaat saja, peternak juga mengetahui

tentang cara penggunaan teknologi (Astuti et al, 2019). Peternak di Kelompok Saling

Gumilang sebagain besar belum berpengalaman menggunakan probio_fm, hasil

penilaian angket dalam kegiatan sosialisasi menunjukkan hanya 15% atau sebanyak 3

orang saja yang pernah menggunakan. Namun demikian, berdasarkan hasil penilaian

minat diketahui bahwa semua peternak atau 100% menyatakan setuju sampai sangat

setuju perlu dilakukan pelatihan produksi Probio_fm F3. Minat peternak juga

ditunjukan dengan kesiapan peternak mengikuti jadwal pelatihan yang telah disepakati

bersama.

Tahapan Demontrasi/pelatihan Pembuatan Probio_fm

Kegiatan demontrasi dilaksanakan menggunakan pendekatan metode partisipatif.

Menurut Dewi (2014) pendekatan partisipatif dapat digunakan untuk mempengaruhi

kemandirian yang mengarah pada kesadaran masyarakat. Pelaksanaan kegiatan

demontrasi dihadiri oleh pakar teknologi probio_FM (Ibu Dr. drh Fahmida Manin M.P)

dari Universitas Jambi sebagai narasumber. Pelaksanaan kegiatan demontrasi diawali

kegiatan diskusi dan tanya jawab bersama antara peternak dan narasumber.

Pelaksanaan kegiatan demontrasi dilanjutkan dengan pengumpulan alat dan bahan,

setelah diskusi peternak dan narasumber selesai. Kehadiran narasumber dalam kegiatan

demontrasi menambah motivasi peternak untuk mengikuti pelatihan, peternak tidak

hanya bertanya tentang cara penggunaan probio_fm untuk pakan ternak, peternak juga

memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya tentang cara penggunakan teknologi

probio_fm untuk pengolahan pelet ikan maupun pakan ternak unggas.

Page 24: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

18

Pelaksanaan kegiatan demontrasi pembuatan Probio_fm F3 dilakukan oleh

narasumber bersama peternak secara langsung dengan mempraktekkan materi pelatihan.

Narasumber berperan sebagai pengarah sekaligus pemeraga, dalam hal ini tim pengabdi

dan peternak juga terlibat aktif dalam memperagakan arahan narasumber. Proses

pembuatan probio_fm secara keseluruhan dilakukan melalui 7 (tujuh) tahapan. Hasil

kegiatan demotrasi menunjukkan peserta pelatihan aktif dan secara langsung terlibat

pada semua proses, baik penimbangan, pencampuran, pengadukan, perebusan,

penyaringan dan pendinginan, penambahan bahan starter dan inkubasi, maupun pada

saat pemanenan produk (Gambar 2.)

Hasil penilaian angket (Tabel.1) menunjukan sebelum kegiatan mengikuti

kegiatan demontrasi sebanyak 71% peternak menyatakan setuju sampai dengan sangat

setuju memiliki pengetahuan tentang teknologi probio_fm, pengetahuan peternak

meningkat menjadi 100% setelah mengikuti kegiatan demontasi. Bentuk pengetahuan

peternak setelah mengikuti kegiatan demontrasi tidak hanya ditunjukkan oleh

pengetahuan tentang manfaat dan cara menggunaan teknologi, tetapi juga pengetahuan

tentang cara produksi Probio_fm F3. Artinya kegiatan demontrasi yang dilakukan

terbukti mampu memberikan tambahan pengetahuan pada peternak, dari belum

mengetahui menjadi mengetahui.

Hasil penilaian angket pada Tabel 1 juga menunjukkan adanya perubahan kearah

yang positif pada kemampuan peternak merakit inkubator dan membuat Probio_fm F3.

Peternak tidak hanya mampu merakit inkubator dan memproduksi probio_fm, tetapi

juga trampil memproduksi probio_fm dengan berbagai varian takaran bahan dalam 4

kali pengulangan percobaan. Keterampilan peternak juga ditunjukkan dari kemampuan

menjelaskan cara membuat Probio_fm F3 kepada sesama peserta pelatihan. Perubahan

keterampilan peternak ke arah yang positif ini ditunjjukkan oleh pernyataan setuju

sampai dengan sangat setuju oleh 80% sampai 100% peternak pada indikator penilaian

yang ditentukan. Hasil serupa juga terjadi di Kelompok Tani Nadi Lestari. Adanya

kegiatan demontrasi pelatihan pembuatan probio_fm memberikan pengaruh pada

perubahan keterampilan petermak dalam membuat Probio_fm F3. Keterampilan

membuat probio_fm dimiliki oleh sebagian peternak saja, karena hanya 65% peternak

Page 25: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

19

yang berhasil mempraktekkan membuat probio_fm dengan berbagai ukuran takaran

bahan dalam berbagai percobaan (Astuti et al. 2018).

Keterampilan peternak membuat Probio_fm F3 dengan berbagai takaran ukuran

bahan dinilai sangat bermanfaat untuk peternak, misalnya produksi probio_fm dapat

disesuaikan dengan ketersediaan biaya, jumlah bahan, maupun disesuaikan dengan

kebutuhan. Jumlah peternak yang berhasil mempraktekkan proses produksi probio_fm

dengan berbagai variasi takaran bahan di Kelompok Nadi Lestari jauh lebih banyak

(80%) bila dibandingkan kelompok Nadi lestari (65%). Artinya Kelompok Saling

Gumilang juga berpotensi untuk menerapkan teknologi probio_fm berkelanjutan, untuk

mendukung kegiatan pengembangan ternak sapi.

Page 26: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

20

Gambar 2. Foto kegiatan produksi Probio_fm F3

Tahapan evaluasi dan monitoring

Evaluasi dan monitoring dilakukan selama dua bulan. Pelaksanaan kegiatan

dilakukan melalui kegiatan tatap muka, maupun komunikasi melalui media sosial

(whatsapp). Pelaksanaan kegiatan evaluasi dan monitoring juga melibatkan mahasiswa

untuk membantu di lapangan. Tujuan utama kegiatan evaluasi dan monitorng adalah

untuk memastikan keberlanjutan program, mengamati temuan di lapangan terkait

dampak dan kendala. Hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan sebagai dasar

membuat perbaikan pada tahap selanjutnya.

Hasil penilaian angket pada Tabel. 1, menunjukkan adanya perubahan kearah

positif pada pengalaman peternak menggunakan probio_fm. Jika sebelum peternak

memiliki pengetahuan dan keterampilan membuat probio_fm hanya terdapat 15%

peternak yang menggunakan probio_fm, saat ini dengan pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki jumlah pengguna probio_fm di Kelompok Saling Gumilang mencapai

80%. Hasil evaluasi dan monitoring menunjukkan bahwa pengalaman menggunakan

probio_fm oleh anggota Kelompok Saling Gumilang sebagain beasar dilakukan melalui

pemberian air minum dan hanya 25% persen peternak yang sudah menggunakan

berkelanjutan untuk mengolah pakan silase pelepah sawit.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan beberapa dampak nyata yang

dirasakan peternak adalah adanya perubahan anggota kelompok ternak, sebeleumnya

membeli probio_fm dari Kelompok Tunas Baru saat ini sudah memproduksi sendiri dan

tidak membeli lagi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi

Page 27: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

21

pakan mencapai 68,3%. Perubahan perilaku tidak hanya terjadi pada perolehan

Probio_fm F3 sebagai bahan dalam pengolahan pakan, keterampilan membuat

probio_fm dan kepemilikan alat inkubator meningkatkan keaktifan anggota dalam

kelompok tani.

Hasil wawancara angket juga menemukan adanya kendala dalam proses produksi

Probio_fm F3 di Kelompok Saling Gumilang. Bentuk kendala yang dirasakan peternak

adalah, kendala penyaringan bahan yang terlalu halus sulit untuk dipisahkan dengan air

rebusan. Jumlah kepemilikan ternak juga menjadi kendala menerapkan atau

memproduksi probio_fm dalam jumlah besar. Pada peternak dengan jumlah

kepemilikan ternak 1 sampai 2 ekor penggunaan probio_fm masih relatif sedikit, belum

menjadi kebutuhan dan bersifat uji coba saja. Penyuluhan dan monitoring perlu terus

dilakukan untuk mendampingi peternak dalam menerapkan teknologi probio_fm

berkelanjutan, pada berbagai jumlah kepemilikan ternak.

KESIMPULAN

Pelaksanaan program pengabdian memberikan perubahan pada pengetahuan,

sekaligus perilaku peternak dalam menerapkan teknologi probio_fm. Peternak anggota

Kelompok Saling Gumilang trampil membuat Probio_fm F3. Peternak mampu

mengatasi pencemaran bau di lingkungan kandang dengan menerapkan teknologi

probio_fm berkelanjutan melalui aplikasi pakan berbasis probio_fm.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti yang telah

memberi pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat melalui hibah

program kemitraan masyarakat (PKM) tahun 2019. Kepada Universitas Bangka

Belitung (UBB) yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti

pendampingan penyusunan proposal pengabdian masyarakat tahun 2019, serta kepada

Universitas Jambi (UNJA) atas dukungan pengiriman bahan dan tranfer teknologi yang

diberikan. Kepada Dinas Pertanian Bangka Tengah atas izin dan dukungan menugaskan

Page 28: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

22

penyuluh lapangan mendampingi pelaksanaan program. Serta Kepada kelompok tani

saling gumilang atas kesediaan dan kerjasamanya menjadi mitra.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti R.P. Yulia.2018. Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Pembuatan Probio_Fm

sebagai Bahan Fermentasi Pakan Ternak di Bangka Tengah. Jurnal ilmiah

pengabdian kepada masyarakat agrokreatif.Vol 5 (2):141-149.

Astuti R.P., Manin F., Adriani, Bahtera N.I.,Adawiyah C.R 2019. The Agricultural

Extension Services to Stock Farmers through Utilizing The Probio_Fm in

Improving The Productivity of Beef Cattle in Central Bangka, Indonesia.

Prociding WoMELA-GG 2019, January 26-28, Medan, Indonesia. DOI

10.4108/eai.26-1-2019.2283322.

Dewi NK. 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Masyarakat. Madiun (ID): IKIP

PGRI Madiun.

Fuller R. 2002. Probiotic-What they are and what they do. [Internet]. [diunduh 2018

November 28]: Tersedia pada https://digestive-disorders/what-are-probiotics.

Hendalia E, Yusrizal, Manin F. 2010. Pemanfaatan Berbagai Spesies Bakteri Bacillus

dan Lactobacillus dalam Probiotik Untuk Mengatasi Polusi Lingkungan Kandang

Unggas. Jurnal Penelitian Universitas Jambi. 12(3): 26–32.

Hendalia E, Manin F, Yusrizal, Nasution GM. 2012. Aplikasi probiotik untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan protein dan menurunkan emisi amonia pada

ayam broiler. Agrinak. 1(2): 29–35.

Manin F, Hendalia E, Yatno, Kompiang IP. 2003. Potensi Saluran Pencernaan Itik

Lokal Kerinci Sebagai Sumber Probiotik dan Implikasinya Terhadap

Produktivitas Ternak dan Penanggulangan kasus Salmonellosis. Laporan

Penelitian Hibah Bersaing X Tahun Kedua. Jambi (ID): Universitas Jambi.

Manin F, Hendalia E, Yusrizal, Yatno. 2010. Penggunaan Simbiotik yang Berasal dari

Bungkil Inti Sawit dan Bakteri Asam Laktat Terhadap Performans, Lingkungan

dan Status Kesehatan Ayam Broiler. Laporan Penelitian Strategi.

Manin F, Hendalia E, Yatno, Rahayu P. 2014. Dampak Pemberian Probiotik

Probio_FM Terhadap Status Kesehatan Ternak Itik Kerinci. Jurnal Ilmu Ternak.

1(2): 7–11.

Noor, M. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah CIVIS. 1 (2): 87-99. Riza H, Wizna, Rizal Y, Yusrizal. 2015. Peran Probiotik dalam Menurunkan Amonia

Feses Unggas. Jurnal Peternakan Indonesia. 17(1): 19–26.

https://doi.org/10.25077/jpi.17.1.19-26.2015

Yusrizal, Aziz A. 2009. Identifikasi dan Pemanfaatan Kombinasi Berbagai Bakteri

untuk menurunkan kadar amonia feses dan litter unggas. Laporan Penelitian

Fundamental.

Yusrizal, Manin F, Yatn, Noverdiman. 2012. The use of probiotic and prebiotic

(symbiotic) derived from palm kernel cake in reducing ammonia emission in the

broiler house. Proc. The 1st Poult Int.Sem P : 3334- 343. ISBN 798-602-969334-

6-1

Page 29: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

23

Metode Cepat Perkecambahan Jernang Di Mandiangin, Provinsi

Jambi

Revis Asra1a

, Ade Octavia 2, Lisna

3

1 Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi.

2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi

3 Program Studi Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi

aKoperpondensi:[email protected]

ABSTRAK

Salah satu hasil hutan non kayu yang memiliki potensi yang besar dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat di Jambi adalah resin merah dari Rotan

Jernang. Rotan Jernang tidak seperti Rotan pada umumnya, dimana yang dimanfaaatkan

bukanlah batangnya melainkan resin merah yang dihasilkan dari permukaan buah

Rotan. Rotan Jernang merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat pedalaman di

Jambi, seperti Suku Anak Dalam dan Talang Mamak serta masyarakat yang tinggal di

pedesaan terutama di sekitar hutan. Pada umumnya masyarakat akan mencari buah

Rotan Jernang ke hutan alam ketika musim buah Rotan Jernang telah tiba. Namun

dengan berkurangnya luasan hutan alam karena konversi menjadi perkebunan, maka

keberadaan Rotan Jernang di hutan alam juga menurun drastis. Budidaya Rotan

Jernang oleh masyarakat sangat minim. Beberapa faktor penyebabnya adalah sulitnya

mendapatkan buah tua dan lamanya perkecambahan biji Rotan tersebut (8-12 bulan).

Oleh karena itu melalui Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skim Program

Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) telah melakukan pelatihan metode

cepat perkecambahan Jernang di Mandiangin.

Kegiatan pengabdian ini menggunakan metode Participatory Rural Apraisal (PRA). Kegiatan PPPUD melibatkan Kelompok Tani Jernang Rimbo dan Jernang

Lestari. Berdasarkan hasil pengabdian pelatihan budiaya Jernang melalui biji sudah

berhasil dilakukan yang ditandai dengan berhasilnya anggota kelompok tani dalam

mengecambahkan biji Jernang. Waktu yang dibutuhkan untuk tumbuhnya kecambah

hanya 2 (dua) minggu, waktu jauh lebih cepat dibandingkan metode konvensional,

karena menggunakan teknogi sederhana dengan memanfaatkan hormone pertumbuhan

alami dan sintetis. Scarifikasi yang dilakukan juga sangat membantu untuk proses

imbibisi, sehingga perkecambahan lebih cepat.

Kata kunci: Rotan Jernang (Daemonorops spp.), perkecambahan, hormone alami dan

sintetis, scarifikasi.

Page 30: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

24

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan khatulistiwa

dengan keanekaragaman hayati yang melimpah di dunia. Sumber plasma nutfah yang

dimiliki oleh Indonesia bersumber dari hutan. Salah satu manfaat hutan yang dapat

diambil secara langsung adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK), misalnya Rotan

(Arecacea) (Jumiati et al., 2012; Schreer, 2016). Rotan merupakan jenis tanaman yang

dapat ditemui hampir diseluruh wilayah Indonesia. Ada 314 jenis rotan yang dapat

dikelompokkan kedalam 8 (delapan) genus. Hanya terdapat 62 jenis rotan di Indonesia

yang dikomersialkan atau diperdagakan, misalnya spesies-spesies dari genus

Daemonorops (Jasni et al., 2017; Rachamn and Jasni, 2013).

Rotan Jernang (Daemonorops) adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang

memiliki potensi tinggi menjadi produk unggulan Provinsi Jambi. Penelitian dari Asra

et al. (2014) yang menyatakan bahwa keanekaragaman genetik dari Jernang yang

berada dikawasan hutan konservasi ataupun hutan sekunder di Provinsi Jambi dan

Provinsi Riau. Hasil tertinggi berada di hutan sekunder Sepintun, Kabupaten

Sorolangun, Jambi. Resin Jernang (dragon’s blood) merupakan getah termahal di dunia

dan sangat dicari oleh dunia farmasi. Hal ini disebabkan karena resin Jernang

mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologis (antimikroba, antitumor,

antivirus, antisitotoksi, anifungal) dan aktivitas biologi (Gupta et al., 2008; Waluyo dan

Pasaribu, 2015). Resin Jernang juga dimanfaatkan dalam indusutri bahan baku pewarna

keramik, mamer, kayu, alat kert dan dalam pembuatan kosmetik (Gafar, 2010).

Akibat banyaknya kebutuhan resin Jernang dalam berbagai industri menyebabkan

harganya selalu mengalami kenaikan. Saat ini pada tingkat petani harga resin Jernang

per kilogramnya dapat mencapai Rp. 5 juta, sedangkan buah segar dijual dengan harga

Rp. 200-400 ribu rupiah/kilogram (Ridwhan et al., 2018). Inilah yang menyebabkan

Jernang menjadi salah satu mata pencaharian bagi masyarkat pedalaman Jambi seperti

Suku Anak Dalam dan Talang Mamak serta masyarakat yang tinggal di pedesaan

terutama di sekitar hutan. Pada umumnya masyarakat akan mencari buah Rotan

Jernang ke hutan alam ketika musim berbuah Rotan Jernang telah tiba. Akan tetapi saat

ini menurut Widiyaningsih et al. (2019) kawasan hutan dibanyak negara yang sedang

Page 31: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

25

berkembang seperti Indonesia mengalami penyusutan dan penuruan kualitas, salah

satunya mengarah ke penurunan HHBK seperti Jernang. Berkurangnya luasan hutan

alam, karena konversi menjadi perkebunan menyebabkan keberadaan Rotan Jernang di

hutan alam juga menurun drastis ditambah dengan upaya budidaya Rotan Jernang oleh

masyarakat sangat minim. Faktor penyebab minimnya upaya budidaya salah satunya

karena sulitnya mendapatkan buah tua dan lamanya perkecambahan biji Rotan (8-12

bulan). Sulasmi et al. (2012) menyatakan bahwa penyebab menurunnya dan langkanya

produksi getah Jernang karena semakin ekspansifnya pengembangan perkebunan

disamping tidak optimalnya sistem regenerasi alami dan pola pemanenan dengan cara

menebang pohon Jernang tersebut. Sementara menurut Asra et al. (2014), resin Jernang

adalah sumber penghasilan bagai masyarakat di Mandiangain ketika musim berbuah

Jernang tiba. Mereka akan mencari buah Jernang di hutan sekunder disekitar lingkungan

mereka.

Desa Liam Lestari dan Desa Mandiangan pasar merupakan desa yang terletak di

Kecamatan Mandingan, Kabupaten Sorolangun, Provinsi Jambi. Awalnya masyarakat

disana sebagian besar memiliki mata pencarian sebagai petani karet. Harga karet yang

sangat fluktuatif menyebabkan kehidupan petani karet masih jauh dari sejahtera. Saat

musim hujan tiba, petani karet tidak dapat memanen karetnya dan guna memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari biasanya mereka akan berhutang pada toke karet dan baru

akan membayar hutangnya kalau mereka sudah bisa memanen karetnya kembali. Hal

tersebutlah yang menyebabkan masyarakat tersebut akhirnya berprofesi sebagai pencari

getah Jernang di hutan alam karena harganya lebih menjanjikan.

Hasil wawancara dengan masyarakat masyarakat Desa Liam Lestarari dan Desa

Mandiangin, Jambi diperoleh informasi bahwa keberadaan Jernang dihutan alam

semakin hari semakin sedikit, kalaupun ada jarak tempuh untuk pengambilan Jernang

semakin jauh dari desa mereka dan hasil yang didapatpun sedikit. Hutan alam di daerah

tersebut telah banyak berubah menjadi lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. Tiap

tahun luas hutan terus berkurang sehingga berdampak terhadap hasil yang diperoleh.

Upaya untuk membudidayakan Jernang (regenerasi) oleh masyarakat tersebut masih

sangat mimim, sehingga muncul eksploitasi yang berlebih dan mengancam kelestarian

populasi Jernang di hutan alam sebab bersifat open acces dan berlaku hukum rimba,

Page 32: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

26

siapa cepat dia dapat. Pola pemanenan yang dilakukan juga tidak lestari, dimana para

pencari Jernang selalu memanen buah Jernang yang masih muda, karena getah Jernang

lebih banyak diperoleh pada buah yang masih muda. Hal ini menyebabkan kesempatan

buah menjadi tua untuk bergenerasi menghasilkan bibit menjadi tidak ada. Ini

merupakan faKtor utama yang menyebabkan produksi Jernang di Jambi menurun

drastis. Hal ini mengakibatkan Jernang masuk dalam kategori langka (Balai Informasi

Kehutanan Provinsi Jambi, 2009). Baru-baru ini, Jernang termasuk di antara 22 spesies

yang terdaftar sebagai tanaman berpotensi terancam (Adiwibowo et al. 2012).

Desa Liam Lestari dan Desa Mandiangan pasar merupakan desa yang memiliki 3

(tiga) rumpun Jernang yang diintegrasi dengan kebun karet di desa ini. Buah dari pohon

induk Jernang tersebut dapat dimanfaatka sebagai bibit dalam pembudidayaan oleh

masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, kedua desa tersebut juga memiliki akses yang

mudah kelokasi penjualan biji Jernang berkualitas baik yang cocok digunakan sebagai

sumber bibit. Namun masyarakat disana masih konvensional dan masih membutuhkan

waktu yang lama dalam mengecambahkan Jernang yakni 8 bulan hingga 12 bulan. Oleh

karena itu dilakukan upaya untuk membudidayakan Jernang dengan memberikan

penyuluhan metode perkecambahan yang cepat dengan teknologi sederhana

menggunakan hormon alami dan sintesis melalu skim Program Pengembangan Produk

Unggulan Daerah (PPPUD).

METODE PENERAPAN

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini telah dilaksanakan di Desa

Mendiangin Pasar dan di Desa Liam Lestari, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten

Sarolangun, bersama Kelompok Tani Jernang Rimbo (Desa Mandiangin Pasar) dan

Kelompok Tani Lestari (Desa Liam Lestari). Pemilihan lokasi ini didasarkan karena

sebagian besar masyarakat ini merupakan petani karet dan di daerah ini memiliki

sumber plasma nutfah Rotan Jernang yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

tanaman budidaya. Metode pengabdian yang digunakan adalah PRA (Participatory

Rural Apraisa), yaitu metode pendidikan pada masyarakat.

Page 33: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

27

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dengan metode penyuluhan, pelatihan,

demonstrasi di lapangan serta aplikasi langsung melalui percontohan dengan melibatkan

kelompok tani sebagai pengelola. Langkah pertama dalam kegiatan ini adalah

sosialisasi yang dilakukan pada Kelompok Tani Jernang Lestari dan Tani Jernang

Rimbo terkait teknologi sederhana mempercepat perkecambahan Jernang dengan

menggunakan hormon alami dan sintetis.

HASIL KEGIATAN PENGABDIAN

Target luaran yang diharapkan dalam pelaksanaan Pengabdian Kepada

Masyarakat dalam skim PPPUD (Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah) di

Mandiangin, Provinsi Jambi, adalah untuk meningkatkan minat masyarakat yang

berprofesi sebagai petani karet di Mandiangin dalam budidaya Jernang dengan

teknologi sederhana menggunakan hormon alami dan sintetis. Guna mendapatkan buah

Jernang tua sebagai sumber bibit dalam budidaya maka dilakukan perlindungan pohon

induk Jernang dengan cara pemagaran menggunakan kayu besi/kayu bulian bertujuan

supaya pagar yang dibuat bisa tahan lama.

Sosialisasi Kegiatan PPPUD

Sosialisasi terkait kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat PPPUD (Program

Pembangungan Produk Unggulan Daerah) bertujuan untuk memberikan informasi

kepada masyarakat khususnya Kelompok Tani Jernang Rimbo dan Jernang Lestari

bahwa ada metode cepat yang dapat digunakan dalam mengecambahkan biji Jernang

untuk budidaya Jernang di desa tersebut. Masyarakat juga diberi penjelasan terkait

pentingnya budidaya Jernang, salah satunya mereka tidak perlu lagi mencari Jernang di

hutan alam yang lokasinya jauh dan jumlah yang didapatpun tidak banyak serta

mengeluarkan biaya yang cukup besar.

Semakin menurunnya produksi Jernang di Jambi diperoleh informasi dari

anggota kelompok tani. Hal yang sama juga dikemukan oleh Yetty et al. (2013), sejak

zaman dahulu Rotan Jernang merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan,

akan tetapi saat ini tingkat produktifitasnya sedang mengalami penurunan. Hal tersebut

ditunjukkan pada tahun 1960an, setiap pengekstrak Jernang dapat menghasilkan getah

Page 34: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

28

Jernang setiap musim berbuah sebanyak 30-50 kg, sedangkan saat ini hanya dapat

menghasilkan sebanyak 5-15 kg. Demikian juga jumlah populasi Jernang menjadi

semakin berkurang akibat kerusakan habitatnya. Budidaya Jernang merupakan salah

satu upaya yang dapat dilakukan. Nasution (2018) juga menyatakan bahwa keberadaan

dari Rotan Jernang dihutan alam semakin langka. Selain itu para pemburu Jernang saat

ini juga sulit untuk mendapatkannya (mereka harus berjalan sejauh 5 km- 10 km) dan

hasil yang didapatkan biasanya tidak banyak.

Kegiatan sosialisasi ini untuk menumbuhkan kesadaran dan kemauan petani

karet untuk melakukan budidaya Jernang dan selanjutnya bibit akan diintegrasikan di

kebun karet mereka. Hasil sosialisasi dapat dianggap berhasil dengan banyaknya

pertanyaan dan antusias dari anggota kelompok tani.

Pelatihan Mengecambahkan Jernang

Perkecambahan Jernang secara alami (konvensional) yang biasa dilakukan oleh

anggota kelompok tani membutuhkan waktu 8 bulan hingga 12 bulan. Lamanya

perkecambahan tersebut menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk melakukan

budidaya, masyarakat justru lebih tertarik untuk mengambil buah Jernang secara

langsung dihutan dan kemudain menjualnya. Oleh karena itu pada kegiatan Pengabdian

Kepada Masyarakat PPPUD, kelompok tani dilatih untuk mengecambahkan Jernang

dengan metode pemanfaatan hormon alami dan sintetis. Pelatihan perkecambahan ini

dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, sampai masyarakat berhasil melakukannya sendiri

(Gambar 1).

A B Gambar 1. Pelatihan metode cepat dalam mengecambahkan biji Jernang dengan metode cepat

dalam mengecambahkan biji (A); yang kedua kalinya (B).

Page 35: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

29

Metode yang pertama kali diajarkan dalam pelatihan tersebut adalah teknik

dalam mencari buah Jernang yang dapat digunakan sebagai bibit. Buah yang dicari

berasal dari pohon induk yang berada di desa tersebut. Buah yang diambil haruslah buah

yang telah tua/masak. Pengambilan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon bukan

dengan cara menebang. Ada beberapa masyarakat yang telah menerapkan hukum adat

berupa denda bagi para penJernang yang mengambil buah dengan cara menebang pohon

secara langsung seperti pada suku Batin Sembilan dan Suku Talang Mamak (Asra, et al.

2012). Pemanenen buah yang telah masak biasanya dilakukan pada saat tanaman

Jernang yang berusia 6-7 tahun. Biji yang dipergunakan merupakan biji yang benar-

benar masak dan sehat. Cirinya adalah mengkilap, berwarna coklat tua serta tidak

terserang hama/penyakit.

Gambar 2. Pemanenan buah Jernang tua yang dimanfaatkan untuk perkecambahan

Setelah diperoleh buah yang sesuai dengan kriteria, biji dipisahkan dari kulit

buah, daging buah serta kotoran yang terdapat pada buah tersebut. Kulit biji kemudian

dikupas dan dicuci hingga bersih dengan menggunakan air hingga bersih. Selanjutnya

biji yang sudah bersih disimpan di tempat kering dan teduh selama ±5 menit lalu biji

diberikan hormon. Hormon yang digunakan berupa hormon alami (air kelapa muda)

dan sintetis (atonik). Telah lama masyarakat mengenal air kelapa sebagai zat pengatur

pertumbuhan. Air kelapa mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin

(vitamin C dan B Kompleks), beberapa jenis hormon (auksin, sitokinin dan giberelin),

Ca dan P (Purdyaningsih, 2013). Menurut Azwar (2008), air kelapa juga memiliki

Page 36: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

30

manfaat dalam meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman. Hormon yang terdapat

didalam air kelapa juga dapat memecahkan masa istirahat (masa dormansi) dari suatu

biji dan menumbuhkan tunas beberapa tumbuhan. Selain banyaknya kandungan yang

mampu mendorong perkecambahan pada Jernang, di lokasi pengabdian tanaman kelapa

merupakan tanaman yang mudah didapatkan dan harga jualnya tidak terlalu mahal

sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengecambahkan

Jernang.

Atonik merupakan hormon sintetis yang dapat dengan mudah ditemukan di toko

pertanian dengan harga terjangkau yakni Rp.14.000-/100 ml (botol berukuran kecil).

Hormon ini juga mudah ditemukan di toko pertanian di pasar Mandiangin. Bahan-bahan

yang terkandung didalam atonik diantaranya bahan aktif natrium, senyawa fenol yang

berfungsi sebagai karier metabolit dalam proses metabolisme dan ion Na+ yang mampu

menggantikan fungsi dari ion K+. Komponen aktif utama yang menyusun atonik terdiri

dari natrium 5–nitroguaicol (C7H6NO4Na), natrium ortonitrofenol (C6H4NO3Na),

natrium para-nitrofenol (C6H4NO3Na) dan natrium 2,4–dinitrofenol (C6H3N2O5Na)

(Afandhie dan Yuwono, 2007). Komponen aktif tersebutlah yang mampu mendorong

Jernang berkecambah lebih cepat.

Larutan hormon alami dibuat dalam konsentrasi 75% dan hormon sintesis dibuat

dalam konsentrasi 1%. Sebelumnnya penulis terlebih telah mencoba membuat beberapa

konsentrasi dan waktu perendaman yang dilakukan di laboratorium guna mendapatkan

konsentrasi terbaik untuk diajarkan ke masyarakat Mandiangin. Biji Jernang kemudian

direndam dalam larutan hormon tersebut selama 36 jam, diganti setiap 12 jam sekali

untuk hormon alami (air kelapa).

(A) (B)

Gambar 3. Biji Jernang yang direndam larutan Hormon Alami (A) dan Sintesis (B)

Page 37: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

31

Perendaman ini merupakan metode sklarifikasi yang dapat membantu imbibisi

dari biji Jernang sehingga perkecambahan berjalan cepat. Setelah dilakukan perendaman

dengan meggunakan hormon, biji kemudan dibilas dengan air dan direndam dalam

larutan fungisida selama 5 menit mencegah agar biji tidak terserang jamur. Cara

perkecambahan yang diajarkan ialah perkecambahan pada tempat kedap udara. Agustin

(2011), wadah kedap udara yang digunakan pada saat perkecambahan dapat

mempengaruhi sirkulasi dari oksigen. Selama proses respirasi, oksigen menjadi sangat

terbatas akibatnya aktivitas metabolisme dibutuhkan lebih awal untuk proses

perkecambahan. Rahayu dan Widajati (2007) juga menyatakan bahwa oksigen yang

terbatas pada benih menyebabkan proses metabolisme sangat diperlukan untuk proses

perkecambahan sehingga proses perkecambahan akan menjadi lebih awal. Akibatnya

kelompok tani dan masyarakat Mandiangin tidak perlu melakukan penyiraman setiap

harinya, sehingga cara mengecambahkan ini lebih efektif dan efesien.

Kelebihan dari metode perkecambahan yang diajarkan kepada kelompok tani

diantaranya perkecambahan menjadi lebih cepat hanya memerlukan waktu paling lama

7 hari. Metode perkecambahan ini berhasil meningkatkan viabilitas dan vigoritas dari

biji yang dipergunakan sebagai bibit. Penggunaan hormon alami (air kelapa) mampu

meningkakan potensi tumbuh biji hingga 75%, laju perkecambahan 84,25% dan daya

berkecambah 91,67%, kerserampakan tumbuh dan indeks vigor 91,67% sedangkan

penggunaan hormon sintetis (atonik) mampu meningkatkan poensi tumbuh biji hingga

75%, laju perkecambahan 89,25% dan daya berkecambah 91,67%, kerserampakan

tumbuh dan indeks vigor 91,67%. Selain itu metode ini juga dapat mampu mendorong

pertumbuhan radikula dan plumula yang lebih cepat dan lebih panjang.

Beberapa bulan setelah dilakukannya pelatihan perkecambahan tersebut, Ketua

Kelompok Tani yakni Bapak Herlandes Gros menginformasikan bahwa banyak

masyarakat mandiangin yang sudah sadar untuk melakukan budidaya Jernang tersebut.

Selain itu, masyarakat yang tidak tergabung kedalam kelompok tani Jernang Rimbo dan

Kelompok Tani Jernang Lestari turut serta mendatangi ketua kelompok tani tersebut

untuk belajar cara mengecambahkan Jernang dengan cepat. Selain itu, masyarakat yang

menemukan biji Jernang tua dihutan akan langsung melakukan perkecambahan sendiri

dengan metode yang telah diajarkan.

Page 38: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

32

Gambar 4. Kecambah Jernang yang dihasilkan dari pelatihan

Saat ini Ketua Kelompok Tani Jernang di Desa Liam Lestari sudah menjadi

instruktur bagi masyarakat Mandiangin untuk belajar cara mengecambahkan Jernang.

Ketua Kelompok Tani sudah memiliki keahlian dalam melakukan perkecambahan

Jernang dan ketika mendapatkan biji tua, beliau langsung melakukan perkecambahan

Jernang setelah kecambah menghasilkan akar, baru ditanam ke polybag.

Gambar 5. Biji Jernang yang dikecambahkan oleh Ketua kelompok tani

Metode yang diajarkan melalui pelatihan tersebut kemudain dituangkan dalam

brosur yang dibagikan kepada masyarakat. Pemberian brosur ini bertujuan agar

kelompok tani yang telah diberikan pelatihan tidak lupa tentang metode yang diajarkan.

Gambar 6. Brosur yang dibagikan ke masyarakat Mandiangin

Page 39: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

33

Gambar 7. Bibit Jernang hasil perkecambahan

Kecambah yang dipindahkan kedalam polybag adalah kecambah yang telah

memiliki akar. Kecambah yang memiliki akar tersebut diyakini dapat tumbuh pada

media tanam yang dipergunakan dan dapat dikembangkan menjadi bibit.

Gambar 7: Bibit hasil pengecambahkan Jernang

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengabdian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa sosialisasi dan pelatihan tentang budidaya Jernang di Mandiangin dengan

memanfaatkan hormon alami beruapa air kelapa dan hormon sintesis beruapa atonik

mendapat respon positif dari anggota kelompok tani, hal ini dapat dilihat dari

antusiasme anggota kelompok tani mengikuti rangkaian pelatihan dari awal

hingga akhir berjalan lancar serta masyarakat di luar kelompok tani juga ikut

memotivasi untuk melakukan budidaya Jernang dengan menggunakan metode yang

telah diajarkan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih tidak terhingga kami sampaikan kepada Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Perjanjian

Pendanaan Pelaksanaan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor:

013/SP2H/PPM/DRPM/2018 .

Page 40: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

34

DAFTAR PUSTAKA

Adiwibowo A, Is S, Nisyawati. 2012. The relationships of forest biodiversity and rattan

Jernang (Daemonorops draco) sustainable harvesting by Anak Dalam tribe in

Jambi, Sumatra. Biodiversitas. 13(1):46–51.

Afandhie, R dan N.W. Yuwono. 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Agustin, W. 2008. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh BAP (6-Benzi Amino

Purine) terhadap Perkecambahan Biji Kapas (Gossypium hirsutum L.). Skripsi.

Malang: Universitas Islam Negri (UIN) Malang.

Asra, R., Syamsuardi, Mansyurdin dan J. R. Witono. 2012. Rasio Seks Jernang

(Daemonorops draco (Wild.) Blume) pada Populasi Alami da Budidaya :

Implikasi untuk Produksi Biji. Buletin Kebun Raya. 15(1): 1-9.

Asra, R. Syamsuardi, Mansyurdin, Joko Ridho Witono. 2014. Genetic Diversity of the

Dragon’s Blood Rattan Daemonorops draco (Palmae) Using ISSR Markers,

BIODIVERSITAS Journal of Biological Diversity, Volume 15, Number 2

Azwar. 2008. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan Anggrek. http://www.azwar.web.ac.id. Diakses tanggal 14 September 2019.

Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi. 2009. http://infokehutananjambi.or.id (diakses

tanggal 2 Januari 2009)

Gupta, D.; B. Bleakley And R. K. Gupta. 2008. Dragon's Blood : Botany, Chemestry

And Therapeuticuses. Journal of Ethnopharmacology. 115(3) : 361-380.

Nasution, N.R. 2018. Potensi dan Pemanfaatan Tanaman Jernang (Daemonorops

didymophylla Becc.) di Kawasan Taman Nasional Batang Gadis.Skripsi.

Sumatera Utara: Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Purdyaningsih, E. 2013. Kajian Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Urine Sapi

Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam. Balai besar Perbenihan dan Proteksi

Tanaman Perkebunan.

Rahayu, E. dan E. Widajati. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan

Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica hinensis L.).

Sulasmi, I. S., Purwanto, Y., dan Fatimah, S. 2012. Rattan Jernang (Daemonorops

draco) management by Anak Dalam Tribe in Jebak Batanghari, Jambi Province.

Biodiversitas, 13(3), p. 152 - 162.

Waluyo, T. K., dan G. Pasaribu. 2015. Aktivitas Antijamur, Antibakteri dan

Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.

33(4): 377-285.

Widianingsih, N.N., Schmidt, L. H., and Theilade, I. 2009. Jernang (Daemonorops

spp.) Commercalization and its role for Rural Incomes and Livelihoods in

Southern Sumatra, Indonesia. Forests, Trees and Livelihoods. 28 (3) : 143-159.

Yetty., B. Hariyadi dan P. Murni. 2013. Studi Etnobotani Jernang (Daemonorops spp.) pada Masyarakat Desa Lamban Sigatal dan Sepintun Kecamatan Pauh

Kabupaten Sorolangun Jambi. Jurnal Biospcies. 6(1): 38-44.

Page 41: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

35

Penerapan Sistem Integrasi Ternak Sapi dengan Tanaman Padi

Murnita

a), Nitta Yessirita dan Yonny Arita Taher

Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti Padang a) Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Penerapan Sistem integrasi tanaman padi sawah dengan ternak sapi pada

Kelompok Tani Bina Karya, Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung Kabupaten

Solok belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan Program Kemitraan

Masyarakat (PKM) dilakukan dengan tujuan untuk: (1) meningkatkan motivasi petani

membuat pupuk organik dan pakan ternak dari amoniasi jerami padi; (2) meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan pupuk organik dan pakan

ternak serta; (3) meningkatkan penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi untuk

mengurangi pemakaian pupuk anorganik pada tanaman padi. Tujuan tersebut dicapai

dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Hasil kegiatan ini

menunjukkan bahwa PKM berlangsung dengan baik. Mitra memiliki motivasi yang

tinggi untuk melanjutkan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak. Terlihat dari

kegiatan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak yang dilakukan kembali oleh

kelompok tani. Kegiatan PKM telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan

sehingga pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan pupuk organik dari

kotoran ternak dan jerami padi serta pakan ternak dari amoniasi jerami padi meningkat.

Penggunaan pupuk organik saja menghasilkan produksi padi yang rendah (6,08-6,20

ton/ha) tetapi dengan pemberian pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk

anorganik. Sedangkan pemberian (pupuk anorganik 50% + organik 50%) dapat

meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 25% (8,34 ton/ha) dan dengan penambahan

pupuk organik cair lebih meningkatkan produksi padi yaitu sebanyak 27% (8,6 ton/ha)

dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik.

Kata Kunci: integrasi, sapi, padi sawah, pupuk organik, pakan ternak

PENDAHULUAN

Kelompok Tani Bina Karya didirikan pada tahun 2003, dengan jumlah anggota 20

orang. Umumnya mata pencaharian dari anggota kelompok tani adalah petani sawah,

petani kebun coklat, petani kebun karet dan peternak sapi. Luas sawah garapan sekitar

10 ha, tanaman sayur-sayuran sekitar 5 ha (cabe, bawang merah), luas tanaman kakao

sekitar 15 ha dan perkebunan karet 30 ha. Kelompok memiliki 11 ekor sapi yang

Page 42: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

36

dipelihara pada satu tempat oleh kelompok tani dan diusahakan di kandang individu

milik warga sebanyak 20 ekor. Dengan demikian jumlah keseluruhan sapi yang terdapat

di Jorong Dalam Nagari ada 31 ekor. Kelompok Tani ini, untuk proses pematangan

kotoran padat ternak sapi (feses) dengan cara pembakaran, sehingga kualitas unsur hara

pupuk organik berkurang. Belum ada upaya dari masyarakat untuk mengolah limbah

sapi yang cair (urine). Padahal limbah peternakan baik feses atau urine dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga mampu mensubstitusi pupuk anorganik.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Budiyanto (2011) bahwa satu ekor sapi setiap

harinya menghasilkan kotoran berkisar 8 - 10 kg per hari atau 2,6 - 3,6 ton per tahun

atau setara dengan 1,5-2 ton pupuk organik sehingga akan mengurangi penggunaan

pupuk anorganik dan mempercepat proses perbaikan lahan. Selanjutnya Ustriyana

(2011) menyatakan bahwa pengelolaan limbah peternakan dapat memberikan manfaat

ekonomi dan lingkungan bila dikelola dengan baik.

Jorong Dalam Nagari, Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung sebagai daerah

persawahan memiliki ketersediaan jerami padi yang sangat berlimpah. Produksi jerami

padi mencapai 8,4 - 15 ton per hektar per panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan

jenis varietas tanaman padi yang digunakan. Jerami padi di lokasi pengabdian, dapat

panen 2 kali setahun sehingga jerami yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan

sapi dewasa sebanyak 2 - 3 ekor sepanjang tahun atau dapat menunjang kebutuhan

pakan berserat untuk 4 - 6 ekor per ha sawah. Dengan luas areal sawah yang dimiliki

kelompok tani mencapai 10 Ha, secara matematis walau hanya mengandalkan jerami

sebagai sumber pakan ternak, seharusnya dapat dipelihara ternak sapi lebih kurang 60

ekor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Marjuki (2013), untuk mengatasi kendala

dan meningkatkan potensinya sebagai pakan ternak, maka limbah pertanian harus diolah

atau diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Salah satu

perlakuan yang mudah diaplikasikan dan berpengaruh baik terhadap peningkatan

kualitas limbah pertanian adalah perlakuan urea amoniasi.

Jerami padi dibakar selama ini oleh kelompok tani, apabila diolah menjadi

kompos akan menjadi alternatif pengurangan penggunaan pupuk anorganik dan ramah

lingkungan. Wiwaha (2013), pupuk organik dapat diperoleh dengan memanfaatkan

limbah padi sawah yaitu jerami padi yang biasanya hanya dibakar di areal persawahan

Page 43: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

37

sehingga menimbulkan polusi udara yang dapat membahayakan lingkungan. Pupuk

organik yang berasal dari jerami padi yang telah dikomposkan memiliki potensi hara

yang sangat tinggi dengan komposisi: rasio C/N =18,88, C= 35,11, N= 1,86% , P2O5=

0,21% , K2O 5,35% dan air= 55%.. Hal ini berarti bahwa kompos jerami padi per ton

memiliki kandungan hara setara dengan 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl

atau total 136,27 kg NPK .

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan ketua dan anggota pada

Kelompok Tani Bina Karya, umumnya masyarakat masih mengeluhkan rendahnya

pendapatan petani karena rendahnya produktivitas dan tidak efisiennya penggunaan

sumber daya yang mereka miliki. Beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi

meliputi:

1. Belum efisiennya pemanfaatan jerami untuk pakan ternak dan kompos. Jerami padi

yang dihasilkan dari pertanaman padi baru sebagian kecil saja yang bisa

dimanfaatkan untuk makanan ternak karena pemberiannya dalam bentuk segar.

Sebagian besar lainnya dibakar petani untuk memudahkan pengolahan tanah

berikutnya. Sementara menyabit rumput menyita waktu petani sekitar 2-3

jam/hari/ekor sepulang dari sawah/ladang, ini menyebabkan terbatasnya jumlah

ternak yang mampu dipelihara oleh setiap petani.

2. Masih dilakukan pembakaran feses ternak untuk proses pematangan pupuk dan

belum dimanfaatkan urine untuk dijadikan pupuk. Feses ternak sapi biasanya

langsung menjualnya kepada petani yang ada di sekitar Kabupaten Solok, dengan

terlebih dahulu dilakukan pematangan dengan pembakaran, sehingga pupuk

organiknya kurang berkualitas. Padahal feses maupun urine diolah dengan teknologi

yang tepat akan memiliki kualitas yang baik serta nilai jual yang tinggi.

3. Harga pupuk anorganik yang semakin mahal. Harga pupuk urea non subsidi

mencapai Rp 367.500,- /50 kg. Sementara pupuk urea bersubsudi susah diperoleh.

Petani yang terlibat pada kelompok tani dapat memperoleh pupuk bersubsidi tetapi

terbatas jumlahnya yaitu 1 sak (50 kg), padahal petani memerlukan pupuk urea 100 -

200 kg/ha. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat mengakibatkan

tidak efisiensinya pemupukan tersebut, rusaknya struktur tanah, rendahnya

mikrobiologi tanah dan ketidakseimbangan unsur hara di dalam tanah. Penggunaan

Page 44: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

38

pupuk cair dapat mengantisipasi ketidakseimbangan unsur hara tanah, sehingga

tanaman memperoleh unsur hara yang cukup dan berimbang.

4. Sumberdaya manusia masih rendah. Sumberdaya manusia rendah, terutama untuk

mengelola kotoran ternak sapi dan jerami padi menjadi pupuk organik dan pakan

ternak. Dalam hal ini terutama wawasan dan pengetahuan dalam mengope-rasikan

teknologinya membutuhkan pelatihan secara cukup.

Solusi terbaik yang dapat dilakukan adalah Penerapan Sistem Integrasi Ternak

Sapi dengan Tanaman Padi. Limbah dari sawah (jerami) merupakan sumber pakan

untuk ternak, limbah ternak (feses dan urine) dijadikan pupuk organik merupakan

sumber unsur hara yang sangat baik bagi pertumbuhan padi sawah. Tujuan dari

kegiatan PKM yaitu untuk: a) meningkatkan motivasi petani tentang pembuatan pupuk

organik dan pakan ternak; b) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani

tentang pembuatan pupuk organik dan pakan ternak serta; c) aplikasi pupuk organik

dari kotoran sapi untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik pada tanaman padi.

Metode Pelaksanaan

Waktu dan Tempat

Lama waktu pelaksanaan kegiatan PKM di kelompok tani sekitar 5 (lima) bulan

(Bulan April 2019 sampai Agustus 2019). Tempat PKM dilaksanakan di Kelompok

Tani Bina Karya yang terletak di Jorong Dalam Nagari, Nagari Koto Hilalang

Kecamatan Kubung Kabupaten Solok.

Solusi

Solusi (Gambar. 1) yang akan diberikan dibidang produksi, berupa introduksi

Ipteks yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:

a. Memanfaatkan limbah jerami padi untuk pupuk organik dan pakan ternak

b. Memanfaatkan kotoran ternak sapi untuk pupuk organik

c. Pembuatan demplot ternak sapi dengan memberikan pakan ternak berupa amoniasi

jerami padi.

d. Pembuatan demplot budidaya tanaman padi dengan memanfaatkan kombinasi pupuk

organik (feses dan urine sapi) dengan pupuk anorganik.

Page 45: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

39

Permasalahan manajemen tentang pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk dan

meningkatkan kesadaran mintra tentang memanfaatkan pupuk organik ada beberapa

solusinya yaitu:

1. Mitra diberikan motivasi untuk memanfaatkan jerami di lingkungan mereka untuk

dijadikan makanan ternak dan pupuk organik yang digunakan untuk tanaman padi,

palawija dan tanaman hortikultura serta perkebunan.

2. Mitra diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelebihan dan kekurangan

serta manfaat pupuk organik.

Bahan dan alat

Untuk terlaksananya kegiatan PKM diperlukan bahan-bahan sebagai berikut: atap

kayu ukuran : 6 x 12 x 4 cm; 5 x 10 x 4 cm, 4 x 6 x 4 cm, dan 5 x 7 x 4 cm, paku,

semen, pasir, parabung, dedak halus, EM4, gula merah, terasi, benih padi, urea, NPK

phonska. Alat yang digunakan adalah: cangkul, parang, penggaru, masker, sepatu boot,

sarung tangan, ember plastik, karung plastik, terpal, dan hand sprayer.

Metode

Pelaksanaan PKM dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi.

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi dan pemahaman kegiatan PKM

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang

teknologi yang akan diterapkan diterapkan pada PKM agar seluruh anggota kelompok

tani tidak salah paham dari kegiatan ini dan tertarik untuk melaksanakannya.

Page 46: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

40

Gambar 1. Solusi yang ditawarkan di bidang produksi

2. Pembuatan pondok pupuk organik/ fermentasi

Kegiatan ini dilakukan secara bergotong royong oleh kelompok tani. Tempat ini

dibangun agar mempermudah dan melindungi bahan baku pembuatan pupuk organik

dan tempat ketika proses fermentasi pupuk organik dan pakan ternak.

3. Demonstrasi pembuatan pupuk organik

Pembuatan pupuk organik yang dilakukan dengan sumber bahan organik berasal

dari feses dan urine sapi serta jerami padi. Pada tahap ini melibatkan kelompok tani

secara langsung dalam pembuatan pupuk organik sehingga memperdalam pemahaman

petani tentang cara pembuatan pupuk organik yang dibimbing oleh narasumber dari Tim

PKM.

Sebelum pelaksanaan telah dipersiapkan alat dan bahan. Kelompok tani

menyediakan kotoran ternak, jerami padi dan dedak, bahan lainnya disediakan melalui

dana PKM. Kegiatan yang dilakukan antara lain: menyiapkan bahan, mencampurkan

bioaktifator dengan bahan, menyusun tumpukan bahan dan menutup dengan

terpal/menutup derigen untuk pembuatan pupuk cair, selanjutnya memaksimalkan

proses fermentasi.

Page 47: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

41

4. Demonstrasi pembuatan pakan ternak

Teknik yang digunakan dalam demonstasi jerami padi untuk makanan ternak yaitu

teknik amoniasi. Bahan dan alat yang dipakai adalah: 100 kg jerami padi kering udara,

3-4 kg Urea (3-4% dari bahan), lembaran plastik sebagai alas, dan timbangan. Cara

membuatnya: jerami ditimbang dan dicincang dan ditaburi dengan cairan urea secara

merata, dimasukkan ke dalam kantong plastik. Selanjutnya ikat kantong plastik dengan

rapat agar tidak ada udara yang masuk/anerob dan simpan di tempat yang teduh dan

tidak kena hujan/air selama satu bulan. Kelompok tani menyediakan jerami, sedangkan

bahan lainnya disediakan melalui dana PKM. Pembuatan pakan ternak dilakukan oleh

anggota kelompok tani dengan dibimbing oleh anggota Tim PKM.

5. Demplot pemeliharaan ternak sapi

Demplot pemeliharaan ternak sapi, dipelihara sapi sebanyak 6 ekor. Amoniasi

jerami padi diberikan cukup 2 kali sehari dengan dosis sesuai dengan umur sapi. Untuk

umur sapi 1-2 tahun diberikan jerami 5 kg/ekor, umur sapi 3 tahun diberikan 8 kg/ekor,

dan umur sapi 4 atau lebih diberikan 9 kg/ekor. Untuk melengkapi kandungan gizi

pakan sapi penggemukan dilakukan pemberian pakan konsentrat sebanyak 1 % dari

berat badan. Formula ransum pakan konsentrat dapat disesuaikan dengan bahan yang

ada ditempat yaitu: 50% dedak, 22% jagung halus dan 18% bungkil kelapa, 5% tepung

Ikan, 4% mineral dan 1% garam.

Sapi diperiksa kesehatannya secara berkala berdasarkan gejala klinisnya sekali

sebulan oleh anggota Tim PKM. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan ektoparasit dan

endoparasit. Pengobatan diberikan berdasarkan kebutuhan. Biaya pembelian obat-

obatan berasal dari dana PKM. Peran serta kelompok tani yakni melakukan pemberian

obat-obatan sesuai petunjuk dari anggota Tim PKM.

6. Demplot tanaman padi

Pembuatan demplot tanaman padi dengan kombinasi pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pemberian pupuk organik berupa pupuk padat dan cair yang diberikan pada

tanaman padi. Pemberian 50% NPK (200 kg/ha Urea + 200 kg/ha NPK Ponska) dan

50% pupuk padat dari kotoran sapi. Takaran pupuk organik padat dari kotoran sapi 5

Page 48: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

42

Gambar 2. Pondok pembuatan pupuk organik/ fermentasi

ton/ha. Pupuk cair dari urine sapi 1: 15 disemprotkan pada tanaman padi. Luas petakan

tanaman padi yaitu 2 m x 3 m.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum kegiatan tahap demi tahap dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan

koordinasi dengan kelompok tani untuk mendiskusikan proses pelaksanaannya serta

dibuat spanduk kegiatan PKM. Hasil-hasil dan luaran yang telah dicapai meliputi:

pembuatan pondok pupuk organik, demonstrasi pembuatan pupuk organik dan

pembuatan pakan ternak, demplot ternak sapi dan tanaman padi.

1. Pembuatan pondok pupuk organik (fermentasi)

Pondok untuk pembuatan pupuk organik dibuat berukuran 3 x 8 m. Bahan dan

alat dari dana PKM sesuai dengan proposal, karena sebagian bertingkat maka

kekurangan untuk beli bahan berupa dana swadaya dari kelompok tani dan begitu juga

pelaksanaan pekerjaannya. Lokasi ini dibuat untuk mempermudah dan melindungi

bahan baku ketika proses fermentasi pembuatan pupuk organik baik dari bahan kotoran

sapi maupun jerami padi serta pakan ternak dari fermentasi jerami padi. Hasilnya seperti

Gambar 2.

2. Pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami padi

Untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani baik untuk tanaman pangan,

perkebunan salah satu kegiatan pengabdian yang sudah dilakukan adalah pembuatan

pupuk organik dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar petani. Pupuk organik

yang dihasilkan berasal dari bahan baku di lingkungan petani (kotoran ternak: feses dan

urine sapi serta jerami padi). Pembuatan dan pendampingan pembuatan pupuk organik

Page 49: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

43

telah dilakukan oleh Tim PKM dengan petani, dimulai dari pengumpulan kotoran ternak

sapi dan jerami, dilanjutkan dengan penimbangan bahan, hingga proses pembuatan

pupuknya dan pengemasan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Untuk mempercepat proses dekomposisi dari feses dan jerami padi serta proses

fermentasi dari urine sapi ditambah EM4. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah

urine diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan

limbah urine (biourine) sebagai nutrisi tanaman. Yuniwati, Iskarima dan Padulemba

(2012) menjelaskan bahwa fermentasi urin bertujuan menghasilkan pupuk cair dengan

bahan dasar urin dengan komposisi yang dihasilkan menjadi lebih baik, dengan

sentuhan inovasi tekhnologi, limbah urine sebagai nutrisi tanaman.

(c)

(e) (f)

Gambar 3. Pembuatan pupuk organik dari feses (a) dan kemasannya (b), Pembuatan

pupuk organik dari jerami padi (c) dan kemasannya (d), Pembuatan pakan

ternak dari amoniasi jerami padi (e) dan pemberiannya pada ternak (f)

Kelompok tani yang hadir menyimak dengan seksama dan mengajukan beberapa

pertanyaan pada setiap kegiatan. Pertanyaan petani berkisar pada kualitas pupuk organik

(a) (b)

(d)

Page 50: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

44

dan pemasarannya. Setelah tahap diskusi selesai, warga kemudian mengikuti kegiatan

selanjutnya yaitu demonstrasi dan praktek pembuatan pupuk organik. Pada tahap ini

Tim PKM terlebih dahulu mendemonstrasikan cara pembuatan pupuk organik yang

kemudian diikuti dan dilaksanakan secara langsung oleh petani. Pada akhir kegiatan,

pupuk organik yang dibuat oleh petani dievaluasi dan diberikan saran agar pupuk yang

dibuat lebih baik lagi.

Demonstrasi pembuatan pakan ternak

Kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya adalah demonstrasi pembuatan

pakan ternak dengan teknik amoniasi jerami padi. Sama dengan mekanisme kegiatan

sebelumnya bahwa kegiatan ini dimulai dengan penjelasan tentang pembuatan amoniasi

jerami padi dan kegunaan dilakukan amoniasi jerami padi. Selanjutnya petani

mengajukan beberapa pertanyaan dan diskusi mengenai kegunaan amoniasi jerami padi

dan hal-hal yang terkait dengan ransum pakan ternak serta penyakit pada ternak.

Tingkat partisipasi dan antusiasme petani yang hadir sangat baik. Hal ini dilihat dari

banyaknya pertanyaan seputar pakan dan penyakit ternak serta ada partisipasi

keikutsertaan petani di luar Kelompok Tani Bina Karya.

Setelah itu tahap pembuatan dan praktek dimulai dengan menyiapkan bahan dan

alat serta langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan pakan ternak dari amoniasi

jerami padi. Dengan dimanfaatkannya jerami padi sebagai bahan pakan ternak berarti

ketersediaan pakan bertambah, sehingga akan membuka peluang peternak untuk

menambah jumlah ternaknya untuk dipelihara tanpa terkendala pakan. Pada kegiatan

ini bahan pakan limbah pertanian berupa jerami padi sangat potensi sebagai sumber

serat, satu kendala penggunaannya sebagai pakan ternak ruminansia adalah kandungan

nutrisi dan daya cernanya lebih rendah dibanding rumput atau bahan pakan hijauan lain.

Untuk mengatasi kendala dan meningkatkan potensinya sebagai pakan ternak, maka

limbah pertanian harus diolah atau diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum diberikan

pada ternak. Sebagaimana menurut Marjuki (2013) salah satu perlakuan yang mudah

diaplikasikan dan berpengaruh baik terhadap peningkatan kualitas limbah

pertanian adalah perlakuan urea amoniasi.

Page 51: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

45

Produk kali pertama pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami

padi serta pakan ternak dari amoniasi jerami dibuat bersama dengan Tim PKM

Universitas Ekasakti Padang. Hasil produk kedua diproduksi oleh Kelompok Tani Bina

Karya sendiri. Pada proses ini, terbukti bahwa mitra memiliki motivasi yang tinggi

untuk melanjutkan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak.

Program Kemitraan Masyarakat telah dilaksanakan secara bertahap dan

berkelanjutan sehingga petani meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam

pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami padi serta pakan ternak dari

amoniasi jerami. Teknologi pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dan jerami

padi yang telah dilatihkan pada petani sangat bermanfaat untuk menciptakan usaha

bisnis pupuk organik akibatnya pendapatan petani bertambah. Sholihul (2017) yang

memanfaat-kan limbah kotoran sapi diolah menjadi pupuk organik ternyata

menghasilkan potensi ekonomi yang lumayan besar bagi anggota kelompok tani ternak

sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan dapat mendorong kesejahertaan

petani. Ditinjau dari sisi analisis bisnis dari kotoran sapi sangat layak dikembangkan

menjadi bisnis desa setempat dengan didapatkan nilai B/C >1 yakni 6,67 yang berarti

usaha ini layak untuk dijalankan.

Demplot ternak sapi

Kegiatan PKM untuk demplot ternak sapi dengan pemberian pakan ternak berupa

amoniasi jerami padi sebanyak 2 kali sehari. Sapi yang diberikan pakan amoniasi

jerami padi pada awalnya kurang menyukai karena bau amoniaknya dan baru

beradaptasi atau belum terbiasa dengan pakan amoniasi jerami padi. Tetapi hari-hari

berikutnya dengan pakan tersebut sapi menyukainya.

Demplot tanaman padi

Dari hasil diskusi antara para peserta kegiatan PKM dengan ketua kelompok tani

Bina Karya ternyata petani tertarik mengembangkan padi sawah dengan menggunakan

pupuk organik dan anorganik, sehingga didapatkan dan disepakti bahwa ketua

kelompok tani bersedia lahannya dijadikan demplot untuk penanaman padi sawah. Tim

PKM mengunjungi lahan yang telah ditetapkan untuk melihat kesiapan petani. Setelah

Page 52: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

46

lahan siap untuk ditanam, tim PKM bersama petani melakukan pemberian pupuk

organik dan pupuk anorganik serta menanam padi varietas Galur Harapan (GH).

Setelah kegiatan penanaman,tim PKM masih akan terus memantau perkembangan

demplot, pemberian pupuk susulan pertama dan kedua serta pemberian pupuk cair dari

urine sapi. Selain itu demplot yang diperlakukan terus diamati dan dihitung produksi

tanamnya. Sebagaimana Peraturan Meteri Pertanian Nomor 40/2007 merekomendasikan

pengembalian bahan organik atau pemberian pupuk organik yang dikombinasikan

dengan pupuk anorganik bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan kesuburan tanah.

Dari hasil demplot tanaman padi terlihat bahwa pertumbuhan tanaman yang paling

bagus adalah dengan pemberian pupuk organik dari feses sapi 50% + pupuk anorganik

50% dan disemprot dengan pupuk organik cair (Gambar 4 d). Kemudian berkurang

pertumbuhannya bertutur-turut sebagai berikut: pemberian 50% pupuk organik + 50%

pupuk anorganik (4 c), pemberian pupuk anorganik (4 b) dan pemberian pupuk organik

(4 a).

Demikian pula dengan produksi padi, aplikasi pupuk organik dari feses sapi saja

menghasilkan produksi padi yang rendah yaitu 6,08 - 6,20 ton/ha tetapi dengan

pemberian pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Sebagaimana.

yang dikemukakan oleh Widowati (2009); Rochmah (2009) bahwa aplikasi pupuk

organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan meningkatkan efisiensi pemupukan.

(4a) (4b)

Page 53: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

47

(4c) (4d) Gambar 4. Padi umur 2 bulan dengan pemberian pupuk organik (a), pemberian pupuk

anorganik (b), pemberian 50% pupuk organik + 50% pupuk anorganik (c)

dan disemprot pupuk cair (d)

Selanjutnya Eugene, Jacques, Desire dan Paul (2010); Leszczyinska dan Malina

(2011) menambahkan bahwa pemberian bahan organik sebagai pupuk organik dapat

meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah. Pemberian (pupuk anorganik 50% +

organik 50%), dapat meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 25% (produksi mencapai

8,34 ton/ha) dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik. Sarwono (2011)

menyatakan bahwa pupuk organik mempunyai banyak kelebihan, apabila dibandingkan

dengan pupuk anorganik yaitu pupuk yang memiliki unsur hara yang lebih lengkap,

baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro, mengandung asam-asam organik,

enzim dan hormon yang tidak terdapat dalam pupuk buatan. Selanjutnya Bakri (2011)

dengan aplikasi pupuk anorganik + organik hayati dengan metode SRI dapat

bmeningkatkan aktivitas dan jumlah populasi mikroba (Azotobacter dan mikroba

pelarut fosfat)

Apabila ada penambahan pupuk cair lebih meningkatkan produksi padi sebanyak

27% (produksi padi terbaik yaitu 8,6 ton/ha) karena pupuk organik cair merupakan

pupuk yang dapat langsung diserap tanaman dan mempunyai kandungan hara N, P dan

K. Sebagaimana dijelaskan oleh Sutedjo (2010) bahwa urine sapi memiliki kandungan

N dan K yang tinggi dan terdapat cukup kandungan P untuk perkembangan tanaman.

Selain dapat bekerja dengan cepat, urine ternyata mengandung hormon tertentu yang

dapat merangsang perkembangan tanaman. Urine pada ternak sapi terdiri dari air (92%),

nitrogen (1,00%), fosfor (0,2%) dan kalium (0,35%).

Page 54: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

48

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan PKM yang telah dilakukan di Kelompok Tani Bina Karya

dapat disimpulkan bahwa: mitra memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan

pembuatan pupuk organik dan pakan ternak terlihat dari kegitan pembuatan pupuk

organik dan pakan ternak yang dilakukan kembali oleh kelompok tani. Program

Kemitraan Masyarakat telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan sehingga

petani meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan pupuk organik dari

kotoran ternak dan jerami padi serta pakan ternak dari amoniasi jerami padi.

Penggunaan pupuk organik saja menghasilkan produksi padi yang rendah (6,08-6,20

ton/ha) tetapi dengan pemberian pupuk organik dapat mengurangi pemakaian pupuk

anorganik. Sedangkan pemberian pupuk anorganik 50% + organik 50% dapat

meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 25% (8,34 ton/ha) dan dengan penambahan

pupuk organik cair lebih meningkatkan produksi padi yaitu sebanyak 27% (8,6 ton/ha)

dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik

SARAN

Saran dari Tim PKM Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti pada Kelompok

Tani Bina Karya yaitu program pengabdian masyarakat sebaiknya dilakukan

berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi di kelompok tani yaitu kotoran ternak

sapi sebagai pupuk organik untuk tanaman dan memanfaatkan amoniasi jerami padi

sebagai pakan ternak. Untuk menambah pendapatan petani pupuk organik dikemas

sebaik mungkin dan dipasarkan baik untuk petani di Kabupaten Solok maupun di

kabupaten lainnya yang ada di Sumatera Barat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penghargaan dan ucapan terima kasih diberikan kepada Ibu Nitta Yessirita dan Yonny

Arita Taher atas kerjasamanya dalam tim PKM. Selanjutnya Afifah dan Kiki

mahasiswa yang telah terlibat di dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.

Demikian pula apresiasi disampaikan kepada kementerian Riset, Teknologi dan

Page 55: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

49

Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas dukungan pendanaannya dan Universitas

Ekasakti yang sudah memfasilitasi kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bakri, M.M. 2011. Aplikasi pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap pertumbuhan

dan hasil padi sawah (oriza sativa L.). Skripsi. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Budiyanto, Krisno. 2011. “Tipologi pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya

mendukung pertanian organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo

Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA 7 (1) 42 - 49.

Eugene, E.E., E. Jacques, V.T. Desire, B. Paul. 2010. Effect of some physical and chmeical characteristic of soil on productivity and yield of cowpea (Vigna

anguiculata L. Walp.) in Costal Ragion (Cameroon) Afr. J. Environ Sci. Technol,

4: 108 - 114.

Leszczynska, D., J. K. Malina. 2011. Effect of organic matter from various sources on

yield and quality of plant on soils contaminated with heavy metals. J. Ecol.

Chem Enginering. 18: 501 – 507.

Marjuki, 2013. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea Amoniasi.

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Rochmah, H. F. 2009. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan

dan hasil padi sawah (Oriza sativa L.) Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarwono, 2011. Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan /SR.140/10/2011. Pupuk

Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.

Sholihul H. 2017, Penerapan pola usaha tani terintegrasi tribionik sebagai upaya peningkatan pendapatan petani. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada

Masyarakat, Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35 Issn 2528-4967 (Print) Dan

Issn 2548-219x (Online).

Sukamta, M. A. Shomad dan A. Wisnujat. 2017. Pengelolaan limbah ternak sapi

menjadi pupuk organik komersial di Dusun Kalipucang, Bangunjiwo, Bantul,

Yogyakarta Jurnal BERDIKARI Vol.5 No.1 Februari 2017.

Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. 177 hal.

Ustriyana, I. Nyoman Gede. 2011. Analisis nilai tambah dan pendapatan usaha

pengolahan limbah ternak: Studi Kasus Di Desa Babahan Kecamatan Penebel

Kabupaten Tabanan, Dwijenagro Vol. 1 No. 2 Issn : 1979-3901.

Widowati, L. R. 2009. Peranan pupuk organik terhadap efisiensi pemupukan dan

tingkat kebutuhannya untuk tanaman sayuran pada tanah Inseptisol Ciherang. J.

Tanah Tropika. 14: 221 – 228.

Wiwaha.2013.https://lemahlanang.wordpress.com/2013/01/23/kandungan-jerami-padi/

diakses tanggal 30 November 2017.

Yuniwati M., F. Iskarima dan A. Padulemba. 2012. Optimasi kondisi proses pembuatan

kompos dari sampah organik dengan carafermentasi menggunakan EM4. Jurnal

Teknologi, Vol. 5 (2): 172 - 181.

Page 56: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

50

Penerapan Teknologi Bioproses Bahan Pakan Lokal Untuk Ayam

Kampung Di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari

Noferdiman1)

dan Yusma Damayanti 2)

1)

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jambi 2)

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini adalah: (1) penerapan teknologi

bioproses bahan pakan lokal oleh petani peternak ayam kampung; (2) peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan petani peternak ayam dalam menyusun ransum yang tepat

dan biaya yang lebih murah; dan (3) peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani

peternak ayam dalam manajemen pemeliharaan yang lebih efisien dan menghasilkan

produksi yang lebih baik. Metode pelaksanaan pada kegiatan pengabdian pada

masyarakat dilakukan dengan metode interaksi aktif antara tim pelaksana kegiatan

dengan kelompok sasaran yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu 40 anggota masyarakat

dan kelompok tani. Beberapa program yang ditawarkan untuk pencapaian target PPM

adalah: penyuluhan dan pelatihan, partisipatif aktif anggota masyarakat dan kelompok

tani, serta penerapan teknologi bioproses, penyusunan ransum ayam kampung berbasis

bahan pakan lokal, penerapan manajemen pemeliharaan untuk produksi ayam kampung.

Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah: (1) pelaksanaan

penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan, dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan peserta pelatihan, dimana keberhasilan penyuluhan berkategori baik; (2).

pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan oleh masyarakat, petani dan peternak di

Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari, tapi masih perlu bimbingan teknis agar tercapai

tingkat produksi yang lebih baik dan (3). pelaksanaan pengabdian pada masyarakat

(PPM) di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari dapat direspon dengan baik oleh

masyarakat, petani dan peternak.

Kata kunci : teknologi bioproses, manajemen pemeliharaan, dan ayam kampung

PENDAHULUAN

Kelompok Tani dan masyarakat petani peternak unggas (ayam kampung) di

Desa Lopak Aur Kabupaten Batnaghari dibentuk dari kondisi sosial masyarakat yang

tumbuh karena adanya keinginan untuk usaha bersama dalam satu tujuan, yaitu

peningkatan kesejahteraan. Kebersamaan ini lebih dari identitas untuk bereaksi dalam

melakukan usaha tani ternak yang lebih baik dari segi manajemen pemeliharaan,

penggunaan teknologi, permodalan dan pemasaran produk ternak yang akan dihasilkan.

Page 57: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

51

Kemampuan kelompok untuk mencapai kondisi tersebut sangat tergantung dari

kemampuan melibatkan anggotanya dalam kelompok-kelompok kerja dan masyarakat

sesuai dengan rencana usaha dan penggunaan teknologi yang dapat mendukung usaha

tani ternaknya.

Permasalahan utama dalam usaha pemeliharaan ayam kampung yang dihadapi

oleh kelompok tani ternak dan masyarakat adalah: ketersediaan bahan-bahan pakan

penyusun ransum yang lazim digunakan pada akhir-akhir ini makin terasa sulit dan

mahal harganya, kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya harga bahan-bahan pakan

ternak ayam terutama bahan baku yang masih impor seperti: bungkil kedelai, jagung,

dan tepung ikan. Pada tahun 2016, Indonesia masih mengimpor bungkil kedele sebesar

4,2 juta ton/tahun, jagung 850 ribu ton/tahun, tepung ikan 80 ribu ton/tahun dan tepung

daging tulang 450 ribu ton/tahun (BPS, 2017).

Penggunaan komponen impor ini dapat diturunkan atau dikurangi melalui

penggunaan sumberdaya pakan lokal, antara lain dengan menggali potensi limbah non

konvensional yang jumlahnya semakin meningkat, seperti: bungkil inti sawit dan dedak

padi. Bila dihitung secara nominal potensi dedak padi dan bungkil inti sawit

berdasarkan produksi tanaman padi dan produksi minyak sawit serta diestimasikan

menurut Aritonang (1984) dan Sutardi (1991), maka Provinsi Jambi pada tahun 2017

memiliki potensi dedak padi sebesar 168.500 ton/tahun dan bungkil inti sawit sebesar

97.420 ton/tahun.

Bungkil inti sawit dan dedak padi ini diharapkan dapat menunjang bahkan

mengefisienkan penggunaan bahan pakan untuk penyusun ransum unggas yang lebih

murah dan tersedia. Kandungan serat kasar yang tinggi pada bungkil inti sawit (17,40

%) dan dedak padi (15,10%) merupakan suatu kendala untuk dimanfaatkan sebagai

bahan pakan ternak ayam kampung, dikarenakan ayam kampung memiliki sistem

pencernaan tunggal tidak menghasilkan enzim selulase untuk mencerna komponen serat

kasar.

Salah satu cara untuk menurunkan kandungan serat kasar adalah dengan cara

memanfaatkan aktivitas mikroba melalui proses biodegradasi, dimana mikroba mampu

mendegradasi komponen serat secara lebih ekonomis dan hasilnya dapat lebih

bermanfaat. Salah satu mikroba selulolitik adalah jamur Trichoderma harzianum

Page 58: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

52

karena mampu mendegradasi selulosa yang merupakan komponen dari serat kasar.

Peningkatan nilai manfaat selulosa harus didahului dengan penguraian ikatan kompleks

lignoselulosa yang dapat dilakukan oleh enzim selulase dari jamur Trichoderma

harzianum. Pada proses fermentasi terjadi pemecahan oleh enzim terhadap komponen

serat seperti: selulosa, hemiselulosa, serta polimer lainnya menjadi lebih sederhana

sehingga bahan-bahan hasil fermentasi mempunyai mutu dan daya cerna lebih baik dari

bahan asalnya. Penelitian Nuraini (2002) melaporkan bahwa jamur Trichoderma

harzianum mempunyai kemampuan yang tinggi dalam merombak selulosa dibanding

species lain.

Ayam kampung merupakan komoditas peternakan yang sangat disukai oleh

masyarakat, dimana jika dibandingkan dengan ternak lain, namun ternak ini mempunyai

produktivitas masih rendah sebagai akibat dari pemeliharaan yang masih sederhana

dan belum memperhatikan tata laksana atau manajemen pemeliharaan yang baik,

pemberian pakan yang belum seimbang baik kulaitas maupun kuantitasnya (Muryanto

et al, 1994) dan pencegahan penyakit belum optimal (Lestari 2000). Sartika (2005)

menyatakan bahwa produktivitas ayam kampung beragam, bergantung pada sistem

pemeliharaan dan keragaan individu. Upaya meningkatkan produktivitas ayam buras

dapat dilakukan melalui introduksi teknologi pemeliharaan dari ekstensif-tradisional

menjadi semi-intensif atau intensif (Zakaria, 2004) disamping juga memperbaiki

managemen pemberian pakan dengan pemanfaatan sumber daya pakan dan meramu

bahan pakan lokal yang lebih bermutu.

Teknologi bioproses pada bahan pakan lokal untuk penyusunan ransum ayam

kampung merupakan solusi dalam penyediaan pakan yang lebih murah bagi petani

peternak ayam kampung serta dapat memperbaiki penampilan produksi ayam kampung

yang lebih baik sehingga akan memberikan kontribusi pendapatan bagi kelompok tani

dan masyarakat untuk menuju pengembangan kawasan unggas di pedesaan.

MATERI DAN PELAKSANAAN

Pelaksanan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) dilakukan dengan beberapa

tahapan, yaitu: Tahap I. Pengenalan Program dan Persiapan PPM; Tahap II. Penyuluhan

Page 59: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

53

dan Pelatihan; Tahap III. Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan; Tahap IV. Layanan

Konsultasi Teknis; dan Tahap V. Evaluasi Program.

1. Tahap I: Pengenalan program Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) dan Persiapan,

Tim Pelaksana PPM memperkenalkan rencana kegiatan pada masyarakat pada

kelompok tani ternak ayam kampung dengan menjelaskan secara detail rencana

kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini dibuat kesepakatan pengaturan rencana

kegiatan dan jadwal pelaksanaan pengabdian masyarakat, sehingga komitmen untuk

ikut serta dan partisipasi aktif kelompok lebih tinggi. Tahap ini dilakukan juga

survey awal tentang potensi kelompok tani dan masyarakat petani peternak unggas,

baik dari potensi sumberdaya usahatani ternak ayam kampung (sarana dan

prasarana), sumberdaya pendukung ketersediaan bahan-bahan pakan sumberdaya

manusia anggota kelompok tani, maupun keterkaitan kelompok tani dengan

Kelembagaan Desa, Kelembangaan Permodalan, serta peluang pemasaran produk

ayam kampung.

2. Tahap II: Penyuluhan dan Pelatihan dengan metode ceramah dan diskusi yang

dilaksanakan langsung di Kantor Kepala Desa dan di rumah ketua Kelompok Tani.

Penyuluhan dibantu dengan alat multimedia projector agar memudahkan peserta

penyuluhan dalam memahami materi yang disampaikan. Tahap ini materi yang

diberikan adalah:

a. Potensi ayam kampung pedaging unggul, potensi bahan-bahan pakan lokal,

potensi bungkil inti sawit, dedak padi dan kandungan nutrisinya.

b. Teknologi bioproses bahan pakan lokal, cara membuat bungkil inti sawit, dedak

padi melalui bioproses oleh jamur Trichoderma harzianum dan penggunaan

dalam ransum ayam kampung.

c. Cara menyusun pakan ayam kampung bermutu yang berbasis bahan-bahan pakan

lokal.

d. Manajemen pemeliharaan, perkandangan dan pemberian pakan pada ayam

kampung.

e. Permodalan dan peningkatan pemasaran produk ayam kampung.

Page 60: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

54

1. Tahap III: Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan: Pembuatan bungkil inti sawit

(BIS) dan dedak padi (DP) melalui bioproses oleh jamur Trichoderma harzianum,

dan penyusunan ransum ayam kampung per kelompok peserta pelatihan. Setiap

kelompok peserta membuat bioproses bahan pakan local sebanyak 10 kg dan

penyusunan ransum ayam kampung berbasis bahan-bahan pakan lokal dilakukan

dengan teknik menyusun ransum yang paling sederhana namun aplikatif. Selanjutnya

peserta mencoba sendiri cara menyusun ransum dan langsung memberikan kepada

ternak ayam kampung hasil ransum buatannya sendiri tersebut.

2. Tahap IV: Layanan Konsultasi Teknis: Memberi jasa konsultasi teknis kepada

anggota kelompok tani dan masyarakat tentang manajemen pemeliharaan ayam

kampung, baik masalah bibit, teknologi bioproses bahan pakan lokal, penyusunan

ransum dan pemberiannya, perkandangan, penyakit dan pengendaliannya,

pengolahan hasil ternak ayam, standar mutu hasil ternak ayam, solusi permodalan,

dan peningkatan pemasaran produk ayam kampung unggul.

3. Tahap V: Pelaksanaan evaluasi dilakukan dua kali, yaitu: pada akhir penyuluhan

dan pelatihan dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan materi yang

disampaikan, dan pada akhir demonstrasi/praktek pembuatan bioproses bahan pakan

lokal, menyusun ransum ayam bermutu basis bahan-bahan pakan lokal, dan

manajemen pemberian pakan ayam untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

ketrampilan peserta pelatihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan Kegiatan PPM.

Penyuluhan dan pelatihan program yang telah dilakukan pada kegiatan

pengabdian pada masyarakat (PPM) ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Page 61: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

55

Tabel 1. Materi penyuluhan dan jenis kegiatan pengabdian pada masyarakat di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari.

Materi Penyuluhan Jenis Kegiatan Target Capaian

Ayam Kampung Pedaging Unggul/Super

1. Potensi ayam kampung super

2. Ciri-ciri ayam kampung super 3. Jenis, macam ayam kampong

super

1. Peternak mengetahui potensi

ayam kampung super 2. Mengetahui Ciri-ciri dan jenis

ayam kampung super. Teknologi Bioproses 1. Potensi dan kualitas bahan 1. Peternak mengetahui bahan

Bahan Pakan Lokal pakan lokal potensial (bungkil pakan lokal tersedia (BIS dan inti sawit dan dedak padi). DP), mengetahui kualitasnya,

2. Penggunaan jamur Trichoderma

harzianum dalam proses

dan batas penggunaannya dalam

ransum unggas bioproses. 2. Peternak mengetahui 3. Cara membuat bahan pakan penggunaan jamur Trichoderma lokal dengan teknologi harzianum. bioproses. 3. Peternak mendapat pengetahuan tentang teknologi bioproses untuk bahan pakan lokal.

Cara Menyusun Ransum 1. Pemilihan bahan-bahan pakan 1. Peternak memahami tentang

Ayam Kampung Berbasis lokal untuk ayam. pemilihan bahan-bahan pakan

Bahan-Bahan Pakan Lokal 2. Penggunaan bahan pakan lokal lokal yang murah untuk hasil bioproses. menyusun ransum ayam 3. Menyusun ransum ayam dengan kampung. metode sederhana. 2. Peternak mendapat pengetahuan tentang menyusun ransum yang sederhana untuk ayam.

Manajemen Pemberian 1. Cara pemberiaan pakan yang 1. Peternak dapat melaksanakan

Pakan untuk Ayam efisien (jumlah dan frekuensi). pemberian pakan secara efisien.

Kampung 2. Penempatan tempat pakan dan 2. Penempatan tempat pakan dan minum. minum yang tepat sehingga 3. Sanitasi pakan. tidak tumpah/ tercecer. 3. Peternak paham cara pemberian pakan dan air minum yang

efisien.

Manajemen Pemeliharaan 1. Pemeliharaan Periode Starter 1. Pengaturan kandang, pakan dan

Anak Ayam (DOC) dan 2. Pemeliharaan Periode pemeliharaan untuk anak ayam

Masa pertumbuhan Pertumbuhan. (DOC). 2. Biosecurity untuk ayam. 3. Penanganan masa pertumbuhan hingga panen

Pemasaran Produksi Ayam

Kampung

1. Cara pemasaran telur dan ayam

pedaging unggul

2. Cara pemasaran bibit ayam

kampung (DOC).

1. Terbentuknya jalur pemasaran

produksi ayam di kawasan

Village Poultry Farming (VPF)

ayam kampung.

2. Peternak akan memperoleh

keuntungan yang lebih baik.

Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan.

Evaluasi pelaksanaan penyuluhan dilakukan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan peternak sebelum dilakukan penyuluhan dan pada akhir dilakukan

Page 62: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

56

penyuluhan dan pelatihan. Pengetahuan yang dievaluasi meliputi: pengetahuan tentang

ayam kampung unggul/super, cara menyusun ransum ayam kampung berbasis bahan-

bahan pakan lokal, manajemen pemberian pakan untuk ayam kampung, manajemen

pemeliharaan anak ayam (DOC) dan dara/petelur, serta pemasaran produksi ayam

kampung.

Evaluasi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan, sehingga dari evaluasi ini akan diketahui batas pengetahuan,

keterampilan peserta pelatihan, serta kegiatan apa lagi yang akan dilakukan untuk

menunjang keberhasilan yang telah dicapai dan target pelatihan sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan. Evaluasi tingkat pengetahuan peserta pelatihan dapat dilhat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Evaluasi Tingkat Pengetahuan Peserta Penyuluhan dan Pelatihan.

Tingkat Pengetahuan (%)

No. Materi Penyuluhan Sebelum Pelatihan Setelah Pelatihan

1. Pengetahuan Bibit Ayam 40,00 70,00 Unggul/Super

2 Teknologi Bioproses Bahan Pakan 35,00 65,00 Lokal

3. Menyusun Ransum Ayam Kampung 50,00 75,00 Berbasis Bahan-Bahan Pakan Lokal

4. Manajemen Pemberian Pakan untuk 55,00 80,00 Ayam Kampung

6. Manajemen Pemeliharaan Anak Ayam 50,00 75,00 (DOC) dan Dara/Petelur

7. Pemasaran Produksi Ayam Kampung 60,00 70,00

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan peserta

pelatihan mengalami peningkatan dari beberapa aspek materi penyuluhan yang

disampaikan dan di kategorikan berhasil. Tingkat pengetahuan tentang bibit ayam

kampong berkategori baik, dimana tingkat pengetahuan sebelum melakukan penyuluhan

hanya 40,00 % dan meningkat menjadi 70,00 %, keadaan ini menunjukkan bahwa

peserta pelatihan telah mengetahui ciri-ciri bibit ayam kampung super yang baik,

mengetahui potensi ayam kampung untuk bibit, petelur dan pedaging, serta mengetahui

keunggulan produksi ayam kampung. Tingkat pengetahuan teknologi bioproses hanya

35,00 % sebelum pelatihan dan meningkat menjadi 65,00 % setelah pelatihan, artinya

Page 63: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

57

peserta pelatihan sudah mengetahui cara-cara melakukan pembuatan bahan pakan local

dedak padi dan bungkil inti sawit menggunakan teknologi bioproses dengan baik.

Aspek menyusun ransum ayam kampung berbasis bahan-bahan pakan local

tingkat pengetahuan juga meningkat dari 50,00 % menjadi 75,00 %, artinya peserta

pelatihan sudah mengetahui beberapa macam bahan-bahan pakan lokal seperti: jagung,

dedak padi, bungkil kelapa, tepung, ikan, tepung bekicot, bungkil inti sawit, serta

mengetahui potensi, kualitas zat-zat gizi, dan batas penggunaannya dalam ransum ayam.

Sedangkan untuk manajemen pemberian pakan ayam kampung, pengetahuan peserta

meningkat dari 55 % ke 80 %, dimana peserta pelatihan sudah mengetahui tentang cara

pemberian ransum yang efisien, bentuk ransum, jumlah yang harus diberikan, waktu

pemberian ransum, dan perhitungan jumlah konsumsi ransum terhadap

bobot badan dan produksi telur yang dihasilkan.

Pengetahuan tentang pemasaran produk ayam kampung masih berkatagori baik

60,00 %, karena selama ini masyarakat sudah pernah dilakukan melakukan penjualan

ayam kampung di sekitar Desa saja. Setelah melakukan pelatihan, pengetahuan petani

peternak meningkat menjadi 70,00 % artinya masyarakat telah mengetahui tentang cara

memasarkan produk yang meliputi: menjual langsung di Desa atau ke Pasar Kota

Jambi, serta di beberapa rumah makan yang selalu menyediakan ayam kampung di

dekat dengan Desa setempat, serta sudah bias mencari pasar di luar Desa atau di

Kabupaten dengan bekerjasama dengan tenaga pemasaran, serta menjual langsung di

rumah dengan cara promosi sehingga konsumen bisa langsung memesan produk ayam

kampung.

Perkembangan Pemeliharaan Ayam Kampung

Pelaksanaan program PPM di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari dimulai

bulan Juli 2019 untuk pemeliharaan ayam kampung pedaging unggul/super dengan

jumlah ayam yang dipelihara sebanyak 100 ekor bibit anak ayam (DOC). Ayam ini

secara manajemen kelompok dipelihara di kandang ketua kelompok. Pada awal bulan

Juli 2019, bibit ayam berjumlah 100 ekor dipelihara secara intensif dengan pemberian

pakan yang telah disediakan dengan standar dibuat sesuai kebutuhan gizi ayam, dimana

selama bulan Juli rataan konsumsi ransum per ekor sebanyak 1.192 gram dengan rataan

Page 64: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

58

pertambahaan bobot badan sebesar 416 gram per ekor, sehingga konversi mencapai

2,86. Kondisi ini berarti tingkat efisiensi ransum untuk ayam kampung cukup baik

dimana ayam mengkonsumsi sebanyak 2,86 kg ransum untuk mencapai pertambahan

bobot badan setiap unit ayam 1 kg.

Pada minggu ke 4 bulan Agustus 2019, dimana ayam sudah dipelihara selama 8

minggu dengan rataan pencapaian bobot badan ayam sebesar 812 gram per ekor dengan

konversi ransum 3,24. Terjadi peningkatan nilai konversi ransum dibanding dengan

bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan ayam mengalami pertumbuhan dengan

mengkonsumsi ransum yang lebih banyak, sehingga untuk mencapai pertambahan

bobot badan 1 kg akan mengkonsumsi ransum sebanyak 3,24 kg. Begitu juga pada umur

ayam 10 minggu, rataan pencapaian bobot badan ayam sebesar 970 gr per ekor dengan

konversi 3,37.

Hasil perhitungan nilai income over feed chick cost (IOFCC) selama

pemeliharaan ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Hasil perhitungan

dari nilai Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) selama pemeliharaan ayam

kampung dapat dilihat di Tabel 4, dimana nilai IOFCC sebesar Rp. 8.690,- per kg ayam,

berarti setiap penerimaan penjualan ayam per ekor adalah Rp 8.690,- dari perhitungan

komponen biaya bibit ayam dan ransum, belum termasuk biaya tenaga kerja, investasi

kandang, dan komponen lainnya.

Tabel 3. Perkembangan pemeliharaan ayam kampung di Desa Lopak Aur Batanghari (2019).

Bulan Jumlah Ayam

(Umur ayam) Kampung Super (ekor)

Rataan Konsumsi

Ransum (gr/ekor)

Ratan PBB

(gr/ekor)

Konversi

Ransum

Juli (4 minggu) 100 1.192 416 2,86

Agustus (8 minggu) 97 2.631 812 3,24

September (10 minggu) 95 3.268 970 3,37

*) September minggu ke 2 ; PPB = Pertambahan bobot badan.

Nilai ekonomi dari biaya pakan ditujukan untuk melihat keuntungan dari

pendapatan yang diterima dalam usaha pemeliharaan ayam. Pendapatan merupakan

selisih antara penerimaan dan biaya produksi. Harga ransum dihitung berdasarkan harga

yang berlaku saat pemeliharaan dilakukan, sedangkan perbedaan harga ransum yang

timbul ditentukan oleh persentase atau komposisi bahan penyusun ransum percobaan

Page 65: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

59

masing-masing pemeliharaan. Nilai ekonomis ransum setiap ekor ayam dihitung

sebagai biaya ransum per kilogram bobot badan yang dihasilkan. Angka tersebut adalah

hasil perkalian konversi ransum dengan harga ransum masing-masing perlakuan setiap

kilogramnya.

Tabel 4. Nilai income over feed chick cost (IOFCC) pemeliharaan ayam kampung.

No. Komponen Perhitungan Nilai IOFCC

1. Harga DOC (Rp/ekor) 8.000

2. Harga Ransum (Rp/kg) 6.000

3. Rataan Konsumsi (Kg/ekor) 3.2

4. Biaya Konsumsi Ransum (Rp) (2 x 3) 19.200 5. Biaya Konsumsi Ransum + DOC (Rp) (4 + 1) 27.200

6. Rataan Bobot Hidup (Kg/ekor) 0,970

7. Harga Ayam per kg (Rp/kg) 37.000

8. Hasil Penjualan (Rp/ekor) (6 x 7) 35.890

9. Nilai IOFCC (Rp/kg) (8 – 5) 8.690

Nilai IOFCC dapat mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis,

selain memperhitungkan bobot badan akhir yang dihasilkan, juga harga ransum yang

dikonsumsi. Nilai IOFCC ini diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya

ransum untuk menghasilkan produksi (termasuk biaya bibit). Menurut Rasyaf (1989)

ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai IOFC yaitu : jumlah ransum yang dikonsumsi,

pertambahan bobot badan dan harga ransum yang diberikan. Semakin tinggi nilai

IOFCC maka semakin tinggi pendapatan kotor yang diperoleh.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan, dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan, dimana keberhasilan penyuluhan

berkategori baik, berarti semua materi penyuluhan yang disampaikan dapat dipahami

oleh petani peternak ayam kampung di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari.

2. Pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan oleh masyarakat, petani dan peternak

di Desa Lopak Aur Kabupaten Batanghari, tapi masih perlu bimbingan teknis agar

tercapai tingkat produksi yang lebih baik.

Page 66: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

60

3. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat (PPM) di Desa Lopak Aur Kabupaten

Batanghari dapat direspon dengan baik oleh masyarakat, petani dan peternak.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Jambi, Direktur

Pascasarjana Universitas Jambi, dan Ketua LPPM Universitas Jambi yang telah

memberi izin dan dukungan dana PNBP terhadap pelaksanaan pengabdian pada

masyarakat ini serta ucapan terima kasih juga kepada Kepala Desa Lopak Aur, anggota

masyarakat dan kelompok tani yang telah memberi respon dan semangat dalam

melaksanakan kegiatan PPM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, D. 1984. Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum babi yang

sedang bertumbuh. Disertasi, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.

----------, 2014. Analisis Usaha: Cara Cerdas Memulai Usaha.

http://www.analisisusaha.com/analisis-usaha-telur-asin/. (Diakses, 28 Maret

2014).

BPS, 2017. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Gibson, T.S. and B.V. McCleary. 2003. A simple procedure for the lange scale

purification of ß-D-Xilanase from Tricoderma viride. Carbohydrate Polymer.

Volume 7, Issue 3, p: 225-240. Available on line 25 April 2003.

Hardjosworo, P.S., A. Setioko, P.P. Ketaren, L. H. Prasetyo, A.P. Sinurat dan

Rukmiasih. 2001. Perkembangan teknologi peternakan unggas air di Indonesia.

Prosiding Lokakarya Unggas Air, BPT Ciawi, Bogor.

Iskandar, S. A.P. Sinurat, B.Tiesnamurti, dan A.Bamualim. 2008. Bungkil inti sawit

potensial untuk pakan ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Vol.30. No.1;16-17.

Jaelani, A dan N. Firahmi. 2007. Kualitas sifat fisik dan kandungan nutrisi bungkil inti

sawit dari Berbagai proses pengolahan crude palm oil (CPO). Jurnal Al Ulum

Vol.33 No 3; 1-7.

Noferdiman dan Zubaidah. 2012. Penggunaan Azolla microphylla fermentasi dalam

ransum broiler. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu-

Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2012, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal : 792 – 799.

Nuraini. 2002. Campuran ampas sagu dan enceng gondok fermentasi sebagai pakan

buras. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2002. Fakultas Peternakan

Universitas Andalas, Padang.

Pasaribu, A, M. 2012. Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Penerbit: Andi. Yogyakarta.

Page 67: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

61

Putra, R. 2012. Pengaruh Pendidikan, Permodalan, dan Pembinaan dalam Meningkatkan Kinerja Industri Kecil Hasil Pertanian.

http://raswanputra.blogspot.com/ (Diakses, 28 Maret 2014).

Rasyaf, M. 1989. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumarsono, S. 2013. Kewirausahaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sutardi, T. 1991. Pemanfaatan limbah tanaman perkebunan sebagai pakan ternak

ruminansia. Proseding seminar peningkatan produksi dan teknologi

peternakan. Fakultas Peternakan IPB dan Pemda Bogor. hal : 1 – 7.

Page 68: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

62

Meningkatkan Akses Permodalan Kelompok Tani Teman Abadi

Kepada Lembaga Keuangan Untuk Usaha Ternak Sapi

Afriani H a)

, Firmansyah, M. Farhan

Fakultas Peternakan Universitas Jambi a)

korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Kelompok Tani Teman Abadi berada di wilayah Kelurahan Mudung Laut

Kecamatan Pelayangan Kota Jambi menghadapi permasalahan, yaitu sulitnya untuk

mengakses sumber modal ke lembaga keuangan karena keterbatasan informasi dan

kemampuan menembus sumber modal tersebut. Kelompok tani dituntut menyajikan

proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan menguntungkan. Disamping itu

lembaga keuangan bank mensyaratkan kelompok tani harus bankable atau dapat

memenuhi ketentuan bank. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan

adalah melaksanakan pelatihan dan bimbingan pembuatan laporan keuangan, dan

penyusunan proposal usaha yang berisi kelayakan usaha Kelompok Tani Teman Abadi

dengan menggunakan program komputer sederhana dan mudah untuk dioperasikan. Metode pendekatan menggunakan prinsip yaitu setiap inovasi yang diterima oleh mitra

kelompok tani melalui proses mendengar, mengetahui, mencoba, mengevaluasi,

menerima, meyakini, dan melaksanakan, melalui proses-proses tersebut diharapkan

inovasi dapat diadopsi secara berkesinambungan. Tahapan kegiatan yang dilakukan

meliputi: sosialisasi kegiatan, diskusi, penyuluhan dan pelatihan, bimbingan dan

pendampingan serta evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi dapat diketahui bahwa

pengurus dan anggota kelompok Tani Teman Abadi dapat menerima materi yang

diberikan, hal ini terbukti pengurus dan anggota dapat mengoperasikan program

komputer yang disediakan sehingga laporan keuangan kelompok menjadi lengkap dan

tertata dengan rapi, selain itu juga dengan bimbingan dari tim pengabdian pengurus

telah mampu membuat proposal kelayakan usaha.

Kata Kunci : Akses permodalan, lembaga keuangan, usaha ternak sapi

PENDAHULUAN

Kelompok Tani Teman Abadi berada di wilayah Kelurahan Mudung Laut

Kecamatan Pelayangan Kota Jambi telah berdiri sejak tahun 1975 dan dikukuhkan

kembali pada tahun 1982. Kelompok Tani Teman Abadi terus berkembang, baik secara

kelembagaan maupun usaha tani. Secara kelembagaan, Kelompok Tani Teman Abadi

berkembang menjadi Gapoktan yaitu berdiri tahun 2009 yang merupakan gabungan dari

Page 69: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

63

8 kelompok tani yang ada di Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan dengan

jumlah anggota 70 orang. Secara usaha tani, Kelompok Tani Teman Abadi memiliki

usaha tani yang beragam. Jenis usaha yang dilakukan anggota kelompok meliputi

bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Usaha tani bidang pertanian, rata-rata

anggota Kelompok Tani Teman Abadi memiliki lahan sekitar 0,5 Hektar. Untuk usaha

tani ternak, didominasi ternak sapi yaitu berjumlah 125 ekor yang berasal dari bantuan

pemerintah dan ada juga yang milik sendiri, sedangkan khusus bidang perikanan

pelaksanaannya belum optimal.

Khusus untuk usaha ternak sapi, Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan

Mudung Laut Kecamatan Pelayangan masih menghadapi berbagai permasalahan, yaitu

kesulitan untuk mengakses sumber-sumber modal ke lembaga keuangan karena

keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut. Padahal

pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam. Lembaga keuangan bank adalah

sumber modal terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh Kelompok Tani Teman Abadi.

Namun untuk bermitra dengan bank, Kelompok Tani Teman Abadi dituntut menyajikan

proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan menguntungkan. Disamping itu

lembaga keuangan bank mensyaratkan Kelompok Tani Teman Abadi harus bankable

atau dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya akibat bank berlaku prudent

atau hati-hati, maka semakin mempersulit Kelompok Tani Teman Abadi untuk

mengakses sumber modal. Menurut Ningtyas (2017), pihak bank/lembaga keuangan

biasanya akan mensyaratkan laporan keuangan untuk melihat kelayakan pemberian

kredit.

Kelompok Tani Teman Abadi yang sulit mengakses bank hanya menunggu

bantuan atau hibah dari pemerintah atau akan mencari jalan pintas. Kemana lagi kalau

bukan kepada para rentenir dengan biaya yang mencekik. Mengandalkan modal sendiri

tidak mungkin karena jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank

atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif

dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi Kelompok Tani Teman Abadi

adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena kelompok tani tidak memiliki aset

yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan. Selain itu, Kelompok Tani Teman

Page 70: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

64

Abadi harus menyerahkan dokumen-dokumen pendukung persyaratan kredit

atau pembiayaan yang ditetapkan Laporan Keuangan Usaha (laporan neraca, laporan

rugi laba, dan laporan cash flow) dan Proposal Usaha yang berisi kelayakan usaha

kelompok tani ternak sapi).

Untuk itu perlu dilakukan pelatihan, bimbingan dan arahan dalam membuat

dokumen-dokumen pendukung persyaratan kredit atau pembiayaan yang ditetapkan

lembaga keuangan berupa Laporan Keuangan Usaha (laporan neraca, laporan rugi laba,

dan laporan cash flow) dan Proposal Usaha yang berisi kelayakan usaha kelompok tani

ternak sapi pada Kelompok Tani Teman Abadi.

METODE PELAKSANAAN

a. Sosialisasi Program

Meskipun ketua Kelompok Tani Teman Abadi sebagai Mitra sudah menandatangani

kesediaan bekerjasama, namun karena kegiatan usaha ternak sapi pada Kelompok

Tani Teman Abadi melibatkan berbagai pihak (anggota kelompok tani), maka

sosialisasi perlu juga dilakukan terhadap mereka, karena pihak lain akan turut terlibat

dalam aktivitas pendampingan, serta secara langsung turut berperan untuk mencapai

keberhasilan kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat.

b. Diskusi Tim Pelaksana Program Dengan Kelompok Tani

Kegiatan diskusi antara tim pelaksana Program Pengabdian Kepada Masyarakat

dengan ketua, pengurus dan anggota Kelompok Tani Teman Abadi dimaksudkan

untuk membicarakan tentang tujuan dan materi kegiatan, langkah-langkah yang akan

dilakukan, peranan kelompok tani dan tim pelaksana program, jadwal pelaksanaan

program, serta pengumpulan data tentang usaha ternak sapi yang ada pada kelompok

tani Teman Abadi.

c. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan oleh tim pelaksana Program Pengabdian Kepada Masyarakat

dengan materi yaitu : laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan analisis

kelayakan usaha

Page 71: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

65

d. Kegiatan pendampingan dan bimbingan

Transfer pengetahuan ini akan dilaksanakan dengan cara pelatihan dan

pendampingan dalam menyusunan kelayakan usaha yang ditinjau dari beberapa

aspek yaitu : Aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek

manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, serta

aspek ekonomis.

e. Evaluasi hasil kegiatan

Pada akhir kegiatan dilakukan diskusi dan evaluasi hasil kegiatan Program

Kelompok Tani Teman Abadi terutama : 1) Gambaran umum hasil kegiatan

sosialisasi, diskusi, penyuluhan, pendampingan dan bimbingan penyusunan laporan

keuangan dan analisis kelayakan usaha, 2) Respon, permasalahan dan harapan petani

terkait materi penyuluhan yang ditawarkan dan diterapkan; dan 3) Evaluasi peluang

penerapan selanjutnya oleh kelompok tani dan petani lainnya di Kelurahan Mudung

Laut Kecamatan Pelayangan.

Metode Pendekatan

Transfer IPTEKS yang dilakukan oleh tim pelaksana pengabdian kepada

Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan

dilakukan dengan menggunakan prinsip :

1. Setiap inovasi yang diterima oleh Mitra Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan

Mudung Laut sebaiknya melalui proses mendengar, mengetahui, mencoba,

mengevaluasi, menerima, meyakini, dan melaksanakan.

2. Melalui proses-proses tersebut diharapkan inovasi dapat diadopsi secara

berkesinambungan, serta target sasaran mempunyai kemampuan untuk melakukan

analisis terhadap perkembangan usahanya, serta mampu mengembangkan inovasi

yang telah dikuasainya.

3. Agar setiap proses berlangsung dengan baik, maka penyampaian inovasi kepada

Mitra Kelompok Tani Teman Abadi di Kelurahan Mudung Laut ditempuh melalui

tahapan penjelasan, diskusi, praktek serta dilakukan tahapan pendampingan dan

bimbingan.

Page 72: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

66

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sosialisasi Kegiatan

Kegiatan program pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan pertemuan

antara ketua tim pengabdian dengan ketua kelompok Tani Teman Abadi, yang bertujuan

untuk mensosialisasikan upaya meningkatkan akses permodalan kelompok tani Teman

Abadi kepada lembaga keuangan khususnya untuk usaha ternak sapi. Hal ini mendapat

respon dan tanggapan yang baik dari ketua kelompok, karena pada umumnya peternak

sapi di daerah ini mendapat modal hanya bersumber dari bantuan pemerintah, sementara

itu kelompok juga belum mampu melakukan penguatan modal, sehingga peternak

mengalami kesulitan untuk pengembangan usaha, sedangkan untuk memperoleh

pinjaman modal yang bersumber dari bank sangat sulit karena terkendala dengan

sejumlah persyaratan yang ditetapkan oleh pihak bank, peternak diwajibkan untuk

mengajukan proposal yang layak usaha. Selain bank, instansi pemerintah ada juga yang

menetapkan syarat apabila ingin memperoleh bantuan juga harus membuat proposal

kelayakan usaha. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam pemberian pinjaman modal

kepada peternak, pemerintah juga sudah menerapkan prinsip kehati-hatian.

Berdasarkan keadaan ini maka kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang usaha

untuk meningkatkan akses permodalan kelompok tani Teman Abadi kepada lembaga

keuangan untuk usaha ternak sapi merupakan solusi yang tepat.

Gambar 1. Usaha Ternak Sapi pada Kelompok Tani Teman Abadi

Page 73: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

67

Tahap Diskusi

Tahap diskusi dilakukan antara tim pengabdian dan pengurus dan perwakilan

anggota kelompok membicarakan tentang tujuan dan materi kegiatan, langkah-langkah

yang akan dilakukan, peranan kelompok tani dan tim pelaksana program, serta jadwal

pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat. Salah satu kegiatan terpenting

dalam diskusi tersebut adalah mengumpulkan sejumlah data kelompok yang terkait

dengan usaha ternak sapi. Hal ini penting dilakukan karena sistem pencatatan data

kelompok tentang usaha ternak sapi belum tertata dengan baik dan masih dilakukan

secara manual. Adapun data yang dikumpulkan meliputi jumlah ternak, data

penerimaan, biaya investasi berupa banguinan kandang, sarana produksi, kebun hijauan

makanan ternak, kendaraan dan mesin, serta peralatan. Sedangkan untuk data biaya

operasional data yang dikumpulkan meliputi biaya variable dan biaya tetap. Data

tersebut diperlukan dalam pembuatan laporan keuangan dan proposal kelayakan usaha.

Setelah seluruh data terkumpul tim pengabdian membuat program komputer yang

telah diprogram, dan untuk memudahkan pengoperasian program tersebut juga dibuat

buku panduan sebagai petunjuk bagi anggota dan pengurus kelompok. Program

komputer ini akan membantu anggota terutama pengurus kelompok dalam membuat

laporan keuangan yang meliputi laporan neraca, laporan rugi laba, dan laporan cash

flow serta proposal usaha yang berisi kelayakan usaha kelompok tani ternak sapi.

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mengkombinasikan anatara metode

ceramah, diskusi dan demonstrasi. Pada kegiatan ini materi penyuluhan yang diberikan

adalah tentang laporan keuangan (laporan neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus

kas), serta penyusunan proposal kelayakan usaha.

Page 74: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

68

Gambar 2. Tim pengabdian sedang berdiskusi dan memberikan penyuluhan

a. Laporan Neraca.

Laporan neraca yang menggambarkan posisi keuangan usaha Kelompok Tani

Teman Abadi pada saat tertentu. Dari laporan neraca bisa dilihat besarnya aset,

kewajiban, dan ekuitas sehingga bisa dilakukan evaluasi antara lain mengenai likuiditas

dan struktur modal usaha Kelompok Tani Teman Abadi. Menurut Hanafi (2004)

Laporan Keuangan Neraca yang menggambarkan posisi kekayaan yang dimiliki oleh

perusahaan pada waktu tertentu, neraca keuangan biasanya dinyatakan per tanggal

tertentu. Neraca dibagi kedalam dua bagian sisi kiri yang menyajikan aset yang dimiliki

perusahaan, sisi kanan menyajikan sumber dana yang dipakai untuk memperoleh aset

tersebut. Untuk setiap sisi neraca disusun atau diurutkan berdasarkan likuiditas aset

tersebut. Likuiditas yang dimaksud adalah kedekatan dengan kas. Karena itu kas

ditempatkan pada baris pertama. Demikian juga dengan sisi kanan (pasiva) neraca.

Kewajiban diurutkan dari utang dagang sampai modal saham.

b. Laporan Laba Rugi.

Laporan laba rugi yang menggambarkan kinerja keuangan usaha Kelompok Tani

Teman Abadi selama/dalam kurun waktu tertentu. Di laporan laba rugi ini bisa

mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian yang dihasilkan usahanya, biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk menjalankan usahanya, dan pendapatan yang dicapai dari

melaksanakan kegiatan usahanya selama satu periode. Menurut Ikatan Akuntan

Indonesia (2016), pada laporan laba rugi menyajikan informasi tentang pendapatan,

beban keuangan, beban pajak, dan laba atau rugi neto dari perusahaan.

Page 75: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

69

c. Laporan Arus Kas.

Laporan arus kas menggambarkan aliran kas masuk (sumber) dan keluar

(penggunaan) pada usaha kelompok tani ternak sapi dalam satu periode tertentu.

Menurut Kieso dan Donald (2010) laporan arus kas merupakan laporan yang menajikan

informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk

priode tertentu.

Laporan keuangan tersebut dibuat dan disajikan dalam format excel yang

sederhana agar mudah dibaca dan dipahami, namun tetap mengikuti prinsip-prinsip

akuntansi yang ada dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari usaha yang

dimiliki secara tepat dan akurat. Setelah pemberian materi selesai diberikan lalu

dilanjutkan dengan demonstrasi dan diskusi dengan peternak. Dalam kegiatan diskusi

terlihat antusiasme anggota dan pengurus dalam bertanya seputar pengoperasian

program dan pembuatan proposal kelayakan usaha. Hal ini memberikan gambaran

bahwa pengurus dan anggota dapat memahami materi yang diberikan.

Kegiatan pendampingan dan bimbingan

Pada tahap ini pengurus dan anggota berlatih agar terampil mengoperasikan

program komputer berupa program laporan keuangan dan dibimbing dalam

menyusunan kelayakan usaha ternak sapi dengan kriteria-kriteria investasi berupa NPV,

Net B/C, dan IRR baik secara teori maupun praktek dengan menggunakan program

komputer yang telah diprogram.

Evaluasi hasil kegiatan

Pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana pengurus dan anggota kelompok Tani Teman Abadi dapat memahami materi yang

diberikan, mulai dari tahap sosialisasi, diskusi, penyuluhan, pendampingan dan

bimbingan penyusunan laporan keuangan dan analisis kelayakan usaha.

Setelah dilakukan evaluasi dapat diketahui bahwa pengurus dan anggota

kelompok Tani Teman Abadi dapat menerima materi yang diberikan, hal ini terbukti

pengurus dan peternak dapat mengoperasikan program komputer yang disediakan

sehingga laporan keuangan kelompok menjadi lengkap dan tertata dengan rapi, selain

itu juga dengan bimbingan dari tim pengabdian peternak telah mempu membuat

Page 76: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

70

proposal kelayakan usaha kelompok, sehingga apabila ada tawaran pengajuan kredit ke

bank maupun pemerintah yang mengharuskan adanya persyaratan kelayakan usaha

maka kelompok tani Teman Abadi telah mampu mempersiapkannya

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan program Pengabdian Kepada Masyarakat dapat

disimpulkan bahwa :

1. Sistem pelaporan keuangan Kelompok Tani Teman Abadi menjadi lebih baik

2. Dihasilkannya proposal kelayakan usaha untuk pengajuan kredit kepada lembaga

keuangan sehingga kesulitan modal Kelompok Tani Teman Abadi dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogjakarta. Ikatan Akutansi Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan

Menengah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Kieso dan Donald E. 2010. Akuntansi Intermediate. Erlangga. Jakarta.

Ningtyas, J. D. A. 2017. Penyusunan Laporan Keuangan UMKM Berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK-EMKM) (Study

Kasus Di UMKM Bintang Malam Pekalongan). Owner. Riset & Jurnal Akuntansi

Volume 2 Nomor 1 Agustus 2017. Hal : 11-17.

Page 77: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

71

Implementasi Sistem Pertanian Tekno-Ekologis Untuk Meningkatkan

Pendapatan Petani Dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Sri Arnita Abu Tani, Darlis dan Suhessy Syarief

Tim Pelaksan Kegiatan Ppm-Pkm

Kemenristekdikti-LPPM Univ Jambi

ABSTRAK

Program PKM pada Kelompok Tani Kajanglako Desa Pudak kecamatan Kumpeh

Ulu, tidak hanya untuk menciptakan petani mandiri dan berjiwa enterpreneur, tetapi

juga mampu menyelamatkan lingkungan dan meningkatkan pendapatan. Diketahui

selama ini sistim usaha tani ternak sapi potong selalu dilakukan secara tradional tanpa

adanya sentuhan teknologi dalam pemanfaatan limbahnya baik padat dan cair. Begitu

juga halnya terhadap usaha tani tanaman pangan seperti tanaman jagung manis (Zea

Mays L. Saccarata) ataupun tanaman padi yang dilakukan selalu bergantung kepada

pupuk bersubsidi yang selama ini ketersediaannya tidak kontinu, harga terus merangkak

naik sehingga biaya produksi yang dikeluarkan petani semakin tinggi. Dampak semua

ini adalah produktivitas usaha yang dilakukan tidak optimal, emisi gas rumah kaca

(GRK) seperti halnya N2O dan CH4 dan CO2 meningkat karena penumpukan limbah

padat dan cair sapi potong dan penggunaan pupuk kimia secara intensif. Oleh karena itu

perlu implementasi system pertanian tekno-ekologis guna meningkatkan pendapatan dan

mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Metode yang dilakukan dalam implementasi

sistem ini maka dilakukan beberapa kegiatan antara lain (1) Mengolah limbah padat dan

cair sapi potong dengan menjadi pupuk organik “Trichokompos” dalam berbagai

formula dengan menambahkan berbagai limbah seperti limbah batang pisang (LBP),

Hijauan sisa pakan (HSP) dan jerami padi (JP); (2) Mengolah limbah cair sapi potong

menjadi Pupuk Organik Cair (POC) Biourin Ekstrak Empon-Empon (E2P); (3)

Mengolah limbah tanaman pangan menjadi SIPROMO (Silase Probiotik Molasses)

yang dapat dijadikan feed suplemen untuk ternak sapi.. Seluruh kegiatan ini dilakukan

melalui sosialisasi dan penerapan langsung di lapangan.

Produk berbagai olahan limbah seperti limbah padat (Trichokompos) dan limbah cair (Biourine E2P) sapi potong serta limbah tanaman (SIPROMO) dapat mengurangi

biaya produksi, serta dapat menjadi peluang usaha untuk menambah peningkatan

pendapatan serta mengurangi emisi gas kaca (GRK)

Key word : pupuk organik, silase, emisi, gas rumah kaca, pendapatan

PENDAHULUAN

Pada umumnya usaha tani yang dilakukan oleh petani masih bersifat tradisional,

baik untuk usaha budidaya sapi potong maupun usaha tani tanaman pangan. Kondisi

Page 78: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

72

disebabkan karena keterbatasan pengetahahuan petani, belum optimalnya teknologi

yang dapat diimplementasikan dalam melakukan usaha tani. Pada pemeliharaan sapi

potong biasanya petani hanya mengandalkan hijauan berupa rumput sebagai sumber

pakan ternak sapi, pada musim hujan permasalahan ketersediaan hijauan tidak menjadi

masalah, tetapi apabila pada musim kemarau ketersediaan hijauan berkurang sehingga

ketersedian hijauan mulai berkurang sehingga penyediaan hijauan akan mengalami

penurunan dan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak sapi potong. Dari hal

limbah yang dihasilkan dari ternak sapi, petani belum memanfaatkan secara optimal,

kotoran sapi dibuang ataupun ditumpuk disekitar kandang, begitu juga halnya dengan

limbah cair berupa urine juga tidak dimanfaatkan secara optimal. Sistem pemeliharaan

yang dilakukan ini, jelas akan mempengaruhi lingkungan terutama sekali terhadap emisi

gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan berupa methana (CH4). Kotoran sapi yang tidak

dimanfaatkan akan berkontribusi terhadap terjadinya global warming (pemanasan

global) karena emisi metan (CH4) yang dihasilkan. Gas metan (CH4) yang dihasilkan

mempunyai pengaruh yang besar terhadap panas bumi. Kotoran ternak (51%) berperan

terhadap keberadaan gas rumah kaca (GRK) (Yusuf, 2015). Sri Arnita (2017)

menyatakan penumpukan kotoran sapi berpotensi meningkatkan produksi methane

(CH4) apabila tidak dimanfaatkan.

Pada usaha tani tanaman pangan, ketergantungan petani terhadap pupuk kimia

sangat tinggi, dengan harga pupuk kimia yang cukup mahal, membuat petani berharap

dari pupuk subsidi. Tetapi pupuk subsidi ini ketersediaannya tidak kontinu dan sulit

diperoleh petani. Kondisi ini juga akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas usaha

tani yang dilakukan. Penggunaan pupuk N yang tinggi oleh petani juga menyebakan

produksi gas rumah kaca (GRK) berupa N2O juga tinggi, mempunyai pengaruh 298 kali

pengaruhnya lebih kuat terhadap persatuan berat dari CO2 (Yusuf, 2015). Terhadap

limbah pangan petani juga tidak mampu mengolah menjadi produk yang dimanfaatkan,

dan oleh petani setelah panen dibiarkan menumpuk, biasanya akan dibakar pada saat

tanam kembali.

Prilaku petani dalam sistem tradisonal yang dilakukan, jelas akan berpengaruh

terhadap produktivitas usaha yang dilakukan, biaya produksi menjadi tinggi sebagai

akibat ketergantungan petani terhadap pupuk subsidi, yang lebih fatal lagi kebiasaan

Page 79: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

73

membakar pada saat panen menjadi pencetus terhadap terjadinya kebakaran lahan

(Karhutla). Oleh karena itu perlu meminimalisir prilaku petani ini, dengan mulai

mengimplementasikan “sistem pertanian tekno-ekologis” dimana merupakan suatu

sistem pertanian dengan melakukan integrasi antara ternak dan tanaman dengan

mengimplementasikan teknologi dan mempertimbangkan lingkungan sehingga terwujud

pertanian ramah lingkungan (Guntoro, 2011). Pada sistem ini terjadi sustu sistem

sinergis antara ternak dan tanaman terutama dalam pemanfaatan limbah, dimana limbah

ternak dapat diberikan pada tanaman dan limbah tanaman dapat diberikan pada ternak,

Dengan sinergis antar konoditi ini, jelas tidak ada limbah yang terbuang yang akan

berpotensi merusak lingkungan terutama sekali terhadap emisi rumah kaca (GRK) yang

dihasilkan. Melalui sistem ini juga biaya produksi yang dikeluarkan akan berkurang

karena dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan antara ternak dan tanaman.

Dampak dari global warming ini sendiri juga akan berpengaruh terhadap iklim, yang

signifikan akan mempengaruhi usaha tani yang dilakukan. Sri Arnita (2017)

menyatakan penumpukan kotoran sapi berpotensi meningkatkan. Oleh karena itu perlu

suatu teknologi agar limbah yang terbuang dapat menjadi suatu produk yang

mempunyai nilai ekonomi sehingga produktifitas usaha tani meningkat.

Dengan Integrasi ternak dan tanaman dalam sistem pertanian tekno-ekologis

limbah padat dan cair sapi potong akan diolah menjadi pupuk organik “trichokompos”

dan pupuk cair “biourine Empon-Empon”.Aplikasi olahan limbah ternak sapi ini apabila

dikombinasikan di lahan akan menjadi sumber pupuk organik yang diharapkan dapat

mengurangi penggunaan pupuk kimia. Tehadap limbah tanaman apakah itu tanaman

padi atau jagung bila diolah akan menjadi produk feed suplemen dengan produk

SIPROMO.

Pemanfaatkan berbagai limbah baik dari ternak dan tanaman ini menjadi suatu

produk yang berdaya guna, dengan sendirinya petani telah berperan dalam mengurangi

emisi gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap terjadinya pemanasan global

(global warming). Peningkatan produktivitas usaha tani akan mendorong menciptakan

petani mandiri secara ekonomis karena dapat menggerakkan ekonomi perdesaan.

Dampak peningkatan produktivitas usaha tani akan sangat berpengaruh terhadap

kehidupan petani itu sendiri, sehingga secara keseluruhan tercipta masayarakat yang

Page 80: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

lebih sejahtera, aman dan tentram. Oleh karena itu, penerapan sistem pertanian tekno-

ekologis seyogyanya diimplementasikan pada kelompok tani, sehingga pendapatan

petani dapat meningkat, dan emisi gas rumah kaca (GRK) berupa N2O, CH4 dan CO2

dapat dikurangi,terjadi perbaikan produktivitas dan manajemen usaha tani serta

pertanian ramah lingkungan dapat

METODE PELAKSANAAN

Berdasarkan pada permasalahan di atas maka dilakukanlah beberapa kegiatan

berupa sosialisasi dan penerapan langsung di lapangan . Kegiatan yang dilakukan antara

lain :

1. Sosialisasi tentang Sistem Pertanian Tekno-Ekologis, untuk memahami tentantang

manfaat sistem ini apabila diimplementasikan di dalam usaha tani.

2. Membuat demplot dalam hal ini membuat 4 (empat) buah boks untuk mengolah

limbah padat sapi potong untuk dijadikan pupuk organik “Trichokompos” dengan

memanfaatkan limbah lain yang ada disekitar lokasi usaha. Untuk ini dimanfaatkan

limbah batang pisang hasil penjarangan pisang (LBP).limbah hijauan sisa pakan

(HSP) dan jerami padi (JP)

3. Membuat pupuk organik cair (POC) biourine E2P , berbahan urine yang

difermentasikan dengan ekstrak empon-empon dan bioaktivator EM4

4. Membuat SIPROMO jerami padi dengan bahan-bahan : limbah jerami padi,dedak

padi, probiotik yang dihasilkan dari EM4, yoghurt, nenas dan molases.

Cara Pengolahan Limbah pada , Cair Sapi Potong Dan SIPROMO

1. Limbah Padat Sapi Potong

Berbagai limbah tambahan berupa limbah batang pisang (LBP), limbah hijauan sisa

pakan (HSP) dan Jerami Padi dan pengolahannya disajikan pada Gambar 1.

Page 81: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

75

Formula Trichokompos LBP, HSP dan JP

Bahan Trichokompos Trichokompos

LBP

Trichokompos

HSP

Trichokompos

JP

--------------------------------------- % -----------------------------------------

Feses 85 75 75 75

Limbah batang pisang

(LBP) - 10 - -

Hijauan Sisa Pakan - - 10 -

Jerami Padi - - - 10

Serbuk Gergaji 5 5 5 5

Arang Sekam 5 5 5 5

Dedak Padi 5 5 5 5

Trichoderma 1 kg 1 kg 1 kg 1 kg

Indikator Keberhasilan Pembuatan Trichokompos

A. Secara Fisik :

a. Tidak berbau

b. Berwarna Coklat kehitam-hitaman

c. Remah dan tidak melengket di tangan

Jerami Padi

Hijauan Sisa Pakan

Page 82: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

76

B. Indikator terukur

Apabila proses fermentasi sudah selesai adalah melihat nilai suhu apakah telah

mencapai 300 C, kadar air 45-55 % dan pH kompos (6-8). Data diukur dengan alat

pengukur suhu kompos dan alat pengukur kadar air dan pH. Apabila indikator ini telah

tercapai kompos sudah dapat dipackaging untuk dapat dipasarkan. Pemasaran ini

sebaiknya diiringi dengan analisa laboratorium nilai nutrisi kompos sesuai dengan

aturan Permentan 70-2011 atau SNI untuk pupuk anorganik padat

2. Pengolahan Limbah Cair Sapi Potong

Bahan-Bahan Yang diperlukan :

a. Urine sapi 100-130 liter sapi

b. Molasses 750 ml

c. Empon-Empon 5 kg

d. Bioaktivator EM4 250 ml e. Air bersih 10 liter

Langkah Pembuatan :

Ada dua cara yang digunakan untuk membuat pupuk cair organik (POC) biourine sapi

antara lain :

a. Empon-empon yang telah dihaluskan langsung dimasukkan ke dalam urine dan

ditambahkan EM4

b. Empon-empon dihaluskan kemudian dibuat ekstrak baru di masukkan ke dalam

larutan urine

c. Bahan-bahan ini dimasukan ke dalam drum yang ditutup rapat agar tidak dimasuki

udara sehingga proses fermentasi dapat berlangsung sempurna

d. Aduk campuran selama 15 menit, kemudian drum ditutup rapat, pengadukan

dilakukan tiap hari selama 21 hari

e. Setelah 21 hari urine langsung di saring dan dilakukan aerasi menggunakan aerator

Gelembung selama 3 jam. Tujuannya untuk menurunkan kandungan amoniak dalam

larutan

f. Biourine siap digunakan

Page 83: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

77

Cara penggunaan POC dari urine sapi ini dicampur atau diencerkan dengan air dengan

perbandingan 10 % ( 1 liter urine : 10 liter air)

3. Pembuatan SIPROMO limbah tanaman pangan (Padi atau Jagung)

Bahan –Bahan :

a. Jerami padi atau jagung

b. Probiotik :

Molasses 25 kg

Buah nenas 5 buah diblender

EM4 1 botol

Susu bubuk ½ bungkus

Yakult 3 botol

Drum kapasitas 150 liter

c. Dedak padi

d. Garam

Cara Membuat SIPROMO Jerami Padi

a. Siapkan jerami padi maupun jagung sebanyak 25 kg

b. Masukkan ke dalam drum selapis dan setiap lapis disiram dengan dedak setelah itu

disiram dengan probiotik yang telah diolah, lapis lagi dengan jerami padi/jagung

biotik

c. Lakukan sampai drum berisi penuh dan dipadatkan sehingga tidak ada udara yang

tertinggal

d. Setelah penuh dan padat dalam drum, tutup dengan dedak dan siram kembali dengan

probiotik

e. Tutup rapat-rapat, sampai waktu 2-3 minggu

f. Buka tutup drum setelah 2-3 minggu kemudian dibuka

g. Cium aroma dari SIPROMO apakah sudah berbau wangi

h. Sebelum diberi keternak sapi diangin-anginkan dulu

Penggunaan berbagai limbah baik dari ternak dan tanaman dapat menghemat biaya

produksi dan emisi gas rumah kaca.

Page 84: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

78

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Profil Petani di Kawasan Ekonomi Masyarakat Desa Pudak Kecamatan Kumpeh

Ulu Kabupaten Muaro Jambi

Pada umumnya pola budidaya bertani dan beternak sapi potong masih bersifat

tradisional, petani hanya mengandalkan rumput lapangan sebagai pakan andalan dari

sapi yang mereka pelihara. Sisa hijauan pakan terbuang dan tidak termanfaatkan dengan

baik, biasanya hanya digunakan sebagai pengasapan di kandang sapi untuk mencegah

berkembangnya lalat. Dari limbah sapi yangh dihasilkan baik padat maupun cair juga

tidak termanfaatkan dengan baik . Kotoran dan urine ternak hanya dibiarkan menumpuk

disekitar kandang,. Waaupun dimanfaatkan tetapi itupun tidak secara maksimal.

Penumpukan limbah sapi potong ini jelas akan mencemari lingkungan terutama

menghasilkan gas metan (CH4) sehingga menjadi kontributor bagi terjadinya

pemanasan global. Prilaku ini merupakan prilaku budidaya yang hampir dilakukan oleh

SIPROMO Jerami Padi JERAMI PADI

Page 85: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

79

seluruh petani diperdesaan. Kondisi ini dikarenakan usaha yang dilakukan tidak

dilakukan secara agrisbisnis, mereka tidak ada target produktivitas yang akan dicapai.

Selanjutnya motivasi dan inovasi yang rendah membuat produktivitas usaha yang

dilakukan tidak optimal. Petani belum membaca peluang usaha dengan memanfaatkan

limbah yang dihasilkan dari beternak.

Pada budidaya tanaman pangan, kebutuhan petani akan pupuk subsidi sangat

tinggi. Ketersediaan pupuk ini tidak kontinue. Pada saat dibutuhkan ketersediaan pupuk

subsidi tidak ada. Apabila menggunakan pupuk komersial harga cukup tinggi.

Akibatnya kebutuhan pupuk yang seharusnya diatasi dengan pupuk subsidi ternyata

tidak terpenuhi. Hal ini juga menyebabkan produktivitas usaha tani menjadi rendah.

Prilaku selanjutnya yang terjadi pada petani diperdesaan dalam melakukan

budidaya ternak atau tanaman inilah menyebabkan petani tidak mempertimbangkan

lingkungan. Limbah tanaman yang terbuang menjadi sumber peningkatan emisi gas

rumah kaca (GRK) karena dibakar pada saat tanaman kembali. Pada musim kemarau

pembakaran pada lahan sering mencetus terjadinya kebakaran lahan.Oleh karena itu

perlu dilakukan implementasi sistem pertanian tekno-ekologis untuk mencegah

terjadinya kerusakan lingkungan dan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan

petani meningkat. Untuk mencapai hal ini, tentu saja perlu adanya kegiatan sinergis

antara ternak dan tanaman, sehingga seluruh limbah yang dihasilkan oleh ternak

maupun tanaman dapat saling memanfaatkan. Apabila ini terwujud akan menghasilkan

pertanian ramah lingkungan atau pertanian berkelanjutan.

2. Implementasi Sistem Pertanian Tekno-Ekologis

Sistem pertanian tekno-ekologis merupakan suatu sistem pertanian yang

mengimplementasikan teknologi dan mempertimbangkan ekologis (lingkungan). Sistem

ini sering juga dinyatakan dengan “eco-techno farming”. Menurut Guntoro (2011)

menyatakan bahwa ciri dan faktor pembentuk sistem pertanian tekno-ekologis antara

lain :

a) Adanya keragaman (diversifikasi) komoditas, sedikitnya harus ada dua

komoditas atau spesies yang diusahakan yang mempunyai hubungan fungsional

dengan komoditas pertama

Page 86: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

80

b) Adanya pola integratif, tanpa adanya integrasi atau diversifikasi fungsional antara

dua komoditas atau lebih. Pola integratif adalah pola dalam usaha tani yang

menekankan komoditas-komoditas yang diusahakan memiliki hubungan fungsional

dalam pemanfaatan zat-zat makanan, sehingga antar komoditas tidak berkompetisi,

melainkan saling substitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi. Dalam

hal ini rantai zat-zat makanan dibentuk terutama oleh pemanfaatan limbah. Limbah

tanaman diolah untuk pakan ternak, sedangkan limbah ternak diolah untuk pupuk

tanaman dan model pertanian ini akan mendorong lahirnya kawasan bebas limbah

(zero waste)

c) Orientasi pemanfaatan sumber daya lokal, karena model pertanian tekno-ekologis

mendorong terbentuknya siklus produksi tertutup, maka dengan sendirinya akan

berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya lokal dan menekan masuknya input dari

luar. Hal ini sesuai dengan prinsip low external input and sustainable agriculture

(LEISA), karena adanya rantai pemanfaatan zat-zat makanan dari tanaman ke

ternak berupa limbah tanaman untuk pakan dan dari ternak ke tanaman berupa

limbah (feses dan urine) untuk pupuk . Melalui proses dan penambahan bahan-

bahan tertentu dari sumber daya lokal ini juga dihasilkan biopestisida dan

bioenergi. Dengan berorientasi pada pemanfaatan sumber daya lokal ini, maka

model pertanian tekno-ekologis disamping lebih efisien juga akan mengurangi

ketergantungan petani terhadap input luar sehingga akan lebih menjamin

keberlanjutan usaha tani d)ramah lingkungan, aplikasi teknologi ramah

lingkungan merupakan ciri sekaligus pendukung penguatan model pertanian tekno-

ekologis. Pengertian ramah lingkungan di sini,di samping mengurangi penggunaan

bahan-bahan anorganik (pupuk,pestisida, pakan) dan meningkatkan penggunaan

bahan-bahan organik, juga berorientasi untuk menjaga keseimbangan antar

komponen ekosistem. Hal ini dilakukan untuk menjaga keragaman spesies

(komoditas) serta menjamin kelestarian sumber daya pertanian, seperti lahan, air

dan organisme-organisme yang hidup di dalamnya yang bermanfaat bagi kestabilan

ekosistem. Selain itu teknologi ramah lingkungan di sini merupakan teknologi-

teknologi yang dapat menekan emisi GRK).

Page 87: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

81

(e) Adanya pengolahan hasil, ini merupakan pendukung yang sangat penting selain

dapat memberi nilai tambah hasil pertanian, aplikasi teknologi pengolahan hasil

juga akan mendukung terbentuknya produksi siklus

Pada kegiatan ini berbagai limbah yang terbuang seperti halnya limbah padat dan

cair sapi potong dan limbah batang pisang, hijauan sisa pakan dan jerami padi, dapat

dijadikan sebagai bahan penyusun pupuk organik. Bahan inilah digunakan untuk

menghasilkan pupuk organik Trichokompos. Produk trichokompos ini sendiri dapat

dihasilkan dalam berbagai produk seperti trichokompos LBP (limbah batang pisang),

trichokompos HSP (Hijauan sisa pakan) dan trichokompos JP (Jerami padi). Dengan

menghasilkan produk ini, secara tidak langsung memperlihatkan atau mensosialisasikan

pada petani bahwa banyak peluang usaha yang dapat dilakukan untuk dapat dijadikan

sumber pendapatan tambahan selain beternak maupun bertani. Setidak-tidaknya pupuk

organik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, sehingga ketergantungan terhadap

pupuk kimia dapat dikurangi. Apabila hal ini difahami oleh petani, penggunaan pupuk

organik yang dihasilkan sendiri ini akan mengurangi biaya produksi.

Dampak secara langsung dari inovasi yang ditumbuhkan pada diri petani, dengan

sendirinya akan mengurangi potensi pencemaran lingkungan terutama sekaligus

mengurangi potensi terjadinya peningkatan gas rumah kaca berupa metana (CH4 ) dan

nitrogen di oksida (N2O). Sri Arnita (2017), mengemukakan bahawa penerapan sistim

pertanian tekno-ekologis dalam bentuk model integrasi antara sapi potong dan tanaman

pangan (PAJALE) dapat meningkatkan produktifitas, pendapatan peternak, dan

menekan produksi gas rumah kaca (GRK). Selanjutnya dikemukakan, limbah sapi

potong baik padat dan cair cukup banyak tersedia tidak dimanfaatkan secara optimal

oleh petani sehingga tumpukan kotoran sapi ini sangat berpotensi meningkatkan gas

metane (CH4) dan (CO2) yang berkontribusi terhadap peningkatan (GRK) serta

pemanasan global. Pengaruh gas metan (CH4) 23 kali lebih kuat dibandingkan CO2 dan

berkontribusi dalam memenuhi ruangan atmosfir yang menyebabkan suhu bumi

semakin panas. Begitu juga halnya dengan limbah cair sapi potong berupa urine juga

dapat berpotensi untuk dijadikan penambahan pendapatan. Dengan tehnologi fermentasi

dengan menggunakan empon-empon dan EM4 dapat dijadikan pupuk organik cair

Page 88: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

82

(POC) yang dapat dijadikan sumber pupuk organik cair bagi tanaman. Produk POC ini

diharapkan dapat menggantikan pupuk N cair kimia. Diketahui penggunaan pupuk N

yang berlebihan akan mencetus terjadinya emisi N2

Pengolahan limbah pertanian seperti halnya limbah padi dan jagung, merupakan

limbah terbuang dan tidak dimanfaatkan oleh petani. Jerami padi biasanya akan

ditumpuk di lahan dan diibakar pada saat akan tanam kembali, kebiasaan ini merupakan

kebiasan yang dilakukan oleh petani pada sistem tradisional. Pada kegiatan ini juga,

petani dilatih untuk membuat pakan sapi dari limbah yang terbuang ini dengan

mentransferkan technologi SIPROMO (Silase Probiotik Molasses) berbasis limbah

tanaman pangan . SIPROMO ini diharapkan dapat mensubtitusi kebutuhan hijauan pada

saat musim kemarau.Transfer technologi SIPROMO ini diharapkan dapat mengurangi

prilaku petani yang lebih menyukai membakar limbah menjadi pakan sapi.

Abay (2018) menyatakan bahwa pakan yang telah diawetkan dan diproses bahan

bakunya berupa hijauan pakan ternak yang telah difermentasikan oleh bakteri asam

laktat dalam suasana asam dan aerob (berproses tanpa oksigen) untuk memacu

terbentuknya suasana asam dapat ditambahkan aditif berupa karbohidrat yang mudah

dicerna seperti tetes tebu dan dedak. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tujuan dari

pembuatan silase adalah untuk mensiasati persediaan pakan ternak di musim kemarau,

menampung kelebihan hijauan pada musim penghujan agar dimanfaatkan secara

optimal serta mendayagunakan limbah hasil pertanian seperti jerami padi dan jagung.

Dengan memanfaatkan berbagai limbah baik dari ternak dan tanaman diharapkan petani

dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan, dan dengan implementasi sistem pertanian

tekno-ekologis diharapkan akan terjadi peningkatan pendapatan petani dan megurangi

emisi gas rumah kaca (GRK).

3. Dampak Pengolahan Berbagai Limbah (Ternak dan Tanaman)

Untuk melihat seberapa jauh dampak pengolahan limbah ternak (padat dan cair)

sapi potong menjadi trichokompos dan biourin dapat dilihat berapa produk ini dapat

dijadikan sebagai sumber pendapatan selain dari sapi dan tanaman. Perhitungan analisa

usaha tani sistem pertanian tradisional dan sistem pertanian tekno-ekologis disajikan

pada Tabel 2.

Page 89: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

83

Tabel 2. Analisa Usaha Tani Sistem Pertanian Tradisional Dan Sistem Pertanian Tekno- ekologis (Sapi Bali 4 ekor dan tanaman jagung seluas 1 Ha)

No Biaya Tenaga Kerja Dan Saprodi

Satuan Harga satuan

Sistem Sistem

Jagung

(Rp) Tradisional Tek-Eko

1. Tenaga Kerja

a. Biaya pengolahan lahan (Ha) 1 1.500.000 1.500.000 1.500.000

b. PenyempRotan herbisida sblm tanam

(HOK) 2 60.000 120.000 120.000

c. Penanaman (HOK) 15 60.000 900.000 900.000 d. PenyempRotan herbisida setelah tanam 12 60.000 720.000 720.000 penyempRotan insektisida (HOK)

e. Panen 15 60.000 900.000 900.000 SUB TOTAL (1) 4.140.000 4.140.000

2. Saprodi

a. Benih (kg) 15 120.000 1.800.000 1.800.000 b. Herbisida sistemik (ltr) 6 75.000 450.000 450.000 c. Kapur (ton) 1 1.500.000 1.500.000 0 d. Kompos kotoran sapi (ton) 1 750.000 0 750.000 e. Bio-slurry (ltr) 100 1.000 0 100.000 e. Bio-urine (ltr) 100 45.000 0 45.000 f. Urea (kg) 300 5.500 1.650.000 825.000 g.SP36 (kg) 200 6.000 1.200.000 60.000 h. KCL 100 7.000 700.000 350.000 i. Insektisida (ltr) 3 100.000 300.000 0 SUB TOTAL (2) 7.600.000 4.380.000

3. TOTAL BIAYA (1) 11.740.000 8.520.000

4. PANEN

PRODUKSI 5.000 6.300 HARGA 4.000 4.000 PENERIMAAN 20.000.000 25.200.000

5. PENDAPATAN (1) 8.260.000 16.680.000

II. SAPI

a. Harga awal sapi (ekor) 4 1.000.0000 40.000.000 40.000.000 b. Rumput (kg)(15 kgx4 ekorx120 hr) 7200 500 3.600.000 0 b. SIPROMO (kg) 4000 60.000 0 60.000 c. Tenaga Kerja (HOK) 30 80.000 2.400.000 2.400.000 d. Kandang (%) 0,33 1.000.000 330.000 330.000 e. Drum (unit) 1 250.000 0 250.000 SUB TOTAL 46.330.000 42.790.000 Rataan 11.582.500 10.697.500 PANEN

a. PBBH (kg/120 hr) 0,2-0,4 50.000 120 192 b. Harga akhir sapi (ekor) 16000000 19600000 PENDAPATAN (Rp) 4.417.500 8.902.500

Page 90: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

84

Lanjutan Tabel 2.

III KOMPOS

a.Feses Sapi (4 ekor x15 kg x 120 hr)( karung) 144 3.000 0 432.000

b. Dedak (kg) 360 2.000 0 720.000

c. Trichoderma (kg) 7 10.000 0 70.000

d. Sekam padi (karung) 4 3.000 0 12000

e. Serbuk gergaji (karung) 4 10.000 0 40000

SUB TOTAL 0 1.274.000

PANEN

Produksi kompos (4 ekor)(kg) 3.690 0 0 0

- Digunakan untuk lahan (kg) 1.000 300 0 0

- Potensi dijual (kg) 2.690 1500 162000 4.035.000

SUB TOTAL 162.000 4.035.000

PENDAPATAN 162.000 2.761.000

BIOURINE

a. Urine (4 ekor x 8 ltr x 120 hr) (liter) 3.840 250 960.000

b. Drum 16 200.000 0 3.200.000

c. Empon - empon 960 10.000 0 9.600.000

d .Em4 (botol) 16 22.000 0 352.000

e. Diregen kapasitas 1 liter (paket) 768 5.000 0 3.840.000

17.952.000

PANEN

Produksi urine ( 4 ekor X 8 liter X 120 hr) 3.840 0 0 0

- Digunakan untuk lahan (liter) 100 5.000 0 500.000

- Potensi dijual (liter) 3.740 10.000 0 37.400.000

SUB TOTAL 0 37.900.000

PENDAPATAN 19.948.000

TOTAL BIAYA PRODUKSI 23.322.500 38.443.500

TOTAL PENERIMAAN 36.162.000 66.787.000

Pendapatan 12.839.500 28.343.500

R/C 1,55 1,74

Berdasarkan data Tabel 2. Terlihat bahwa usaha tani yang dilakukan dengan

implementasi sistem pertanian tradisional, pendapatan yang diterima lebih rendah

dibandingkan dengan implementasi sistem pertanian tekno-ekologis. Hal ini disebabkan

dengan melakukan implementasi istem pertanian tekno-ekologis terbuka peluang usaha

untuk menambah pendapatan bagi petani. Melalui implementasi Sistem pertanian tekno-

ekologis ini selain menambhan pendapatan, dampak yang akan terlihat adalah

pencemaran lingkungan berupa potensi terjadinya peningkatan emisi gas rumah kaca

(GRK) dapat dikurangi, karena semua limbah diolah menjadi produk yang bernilai jual.

Strategi agar sistem ini dapat memotivasi petani lainnya, kegiatan yang

diimplementasi dalam bentuk demplot, dalam satu kawasan usaha tani ini secara terus

Page 91: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

85

menerus harus dilakukan, sehingga demplot dalam kawasan ini akan menjadi suatu

percontohan bagi kelompok tani lainnya dan kelompok tani yang dibina akan menjadi

pioneer bagi kelompok tani tersebut.

KESIMPULAN

Implementasi sistem pertanian tekno-ekologis dapat meningkatkan pendapatan

petani dan berdampak posistif terhadap penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

Pengolahan berbagai limbah disuatu kawasan usaha tani akan menjadi sumber

pendapatan bagi petani dan terwujudnya pertanian berkelanjutan.

ACKNOWLEGMENTS

Directorate General of Higher Education (DGHE) for providing funds PKM (Program

Kemitraan Masyarakat) program in 2019

DAFTAR PUSTAKA

Sri Arnita. 2017. Integration of Beef Cattle and Crops on Tidal Swamps at Tanjung

Jabung Timur Jambi Province (Eco-Techno Farming Sistem) .Disertation.

Institute Pertanian Bogor (IPB). Bogor

Abay, U. 2018. Silage Jerami Sosialisasi Pakan Ternak Musim Kemarau. Swadaya

Media Bisinis Pertanian

Guntoro, S. 2011. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis. Sebuah Model

Masa Depan Untuk Menyikapi Perubahan Iklim. PT Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Yusuf, A.C. 2015. Pertanian dan Peternakan Penyumbang Efek Rumah Kaca.

www.bonepos.com.

Page 92: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

86

Sosialisasi Model 5C Untuk Membantu Peternak Sapi Memperoleh

Akses Modal

Afriani H, Firmansyah dan Rahmi Dianita

Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Jl. Jambi-Ma. Bulian KM 15. Mendalo Darat Jambi

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan mensosialisasikan model

5C (Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital) untuk membantu peternak

memperoleh akes modal. Target khusus yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah

peternak mampu menyiapkan dokumen 5C sebagai salah satu persyaratan memperoleh

pinjaman modal. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka dilakukan sosialisasi

tentang persyaratan untuk memperoleh kredit terutama menyangkut kelengkapan

dokumen model 5C. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, dengan metode ceramah

dan diskusi dan bimbingan kepada peternak. Adapun materi yang diberikan meliputi :

penjelasan tentang peluang memperoleh kredit, penjelasan tentang model 5C

(Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital) dan penyusunan dokumen

5C.

Kata kunci : sosialisasi, model 5C, akses modal

PENDAHULUAN

Peluang usaha ternak sapi sangat besar, karena permintaan terus meningkat

setiap tahun, ini terbukti di provinsi Jambi selama lebih 20 tahun (periode 1995 – 2015)

selalu mendatangkan sapi dari luar provinsi dengan jumlah yang terus meningkat tajam

yaitu dari 2.738 ekor tahun 1995 menjadi 40.632 ekor tahun 2015 atau rata-rata

bertambah 29,12 % per tahun. Kondisi ini disebabkan karena perkembangan populasi

ternak sapi di provinsi Jambi pada periode tersebut tumbuh sangat lambat, dari 132.864

ekor tahun 1995 menjadi 145.760 ekor tahun 2015 atau rata-rata tumbuh hanya 1,17 %

pertahun (Firmansyah dan Afriani 2017), akan tetapi peluang ini belum dapat

dimanfaatkan sepenuhnya karena peternak mengalami kesulitan untuk mengembangkan

usaha disebabkan terbatasnya modal yang dimiliki.

Page 93: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

87

Pinjaman modal yang diberikan pemerintah berupa pinjaman ternak, yang

dilakukan dengan cara pengadaan ternak sapi bibit melalui program pola gaduhan

ternak pemerintah. Program penyebaran ternak sapi dapat berjalan dengan baik apabila

pemberdayaan peternak berjalan optimal, akan tetapi pinjaman modal yang diberikan

pemerintah tidak selalu berjalan lancar, yang berakibat pada kredit macet.

Ketidaklancaran pengembalian kredit oleh peternak karena terdapat beberapa

penyimpangan dalam mekanisme perguliran ternak, pelimpahan ternak sebelum ternak

beranak, dan adanya perguliran ternak di luar anggota kelompok (Wibowo dkk, 2011).

Lebih lanjut hasil penelitian Basuno dan Suhaeti (2007) ditemukan bahwa penerima

pinjaman modal enggan untuk menyerahkan aset ternak untuk digulirkan.

Berdasarkan fakta yang ada, maka dalam pemberian pinjaman modal kepada

peternak, pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dan dilakukan analisis calon

peternak dan calon lokasi melalui modifikasi dan rekayasa model perbankan dengan

model 5C (Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital)

Kelurahan Mudung Laut merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pelayangan

Kota Jambi dengan luas wilayah 15,29 KM 2 dan jumlah penduduk 13.469 jiwa (Badan

Pusat Statistik Kota Jambi, 2017). Daerah tersebut dapat ditempuh melalui jalan darat

maupun sungai dengan jarak dari pusat kota Jambi ± 15 KM, mata pencaharian sebagian

besar penduduknya adalah bertani, selain itu mereka juga menjalankan usaha beternak

sapi sebagai usaha sambilan, dan bahkan sudah ada yang menjadikannya sebagai usaha

pokok.

Untuk modal usaha rata-rata peternak memperoleh modal awal (pembelian bibit

ternak) berasal dari pinjaman modal dari pemerintah. Masih banyak petani di daerah

tersebut yang berminat untuk beternak sapi, karena potensi yang cukup banyak di

daerah tersebut seperti limbah pertanian, rumput lapang, lahan, potensi tenaga kerja

keluarga dan lokasi pemasaran. Akan tetapi belum semua peternak mendapatkan

kesempatan memperoleh pinjaman modal baik dari pemerintah maupun swasta, karena

pihak pemberi modal biasanya memberikan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi

oleh calon peternak termasuk persyaratan model 5C (Character, Capacity, Collateral,

Condition, dan Capital)

Page 94: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

88

METODE PELAKSANAAN

Berdasarkan permasalahan yang ada maka dilakukan kegiatan sosialisasi dengan

metode sebagai berikut :

1. Memberikan materi dengan kombinasi antara metode ceramah dan diskusi, tentang

kiat-kiat untuk mendapatkan pinjaman kredit baik dari pemerintah maupun pihak

swasta. Dengan metode ini diharapkan akan tumbuh pengertian dan pemahaman

peternak sehingga kelompok mitra akan dapat memanfaatkan peluang pinjaman

modal yang akan digunakan untuk pengembangan usahanya.

2. Memberikan materi dengan kombinasi antara metode ceramah dan diskusi, tentang

persyaratan model 5C (Character, Capacity, Collateral, Condition, dan Capital ).

Persyaratan model 5C sangat penting untuk diketahui oleh anggota kelompok mitra

karena dalam pemberian pinjaman modal kepada peternak, pemerintah menerapkan

prinsip kehati-hatian dan dilakukan analisis calon peternak dan calon lokasi melalui

modifikasi dan rekayasa model perbankan dengan model 5C.

3. Setelah peternak mengerti dan paham tentang materi yang diberikan, maka

selanjutnya peternak dibimbing dalam penyusunan dokumen 5C.

4. Guna mengetahui sejauh mana perubahan pengetahuan, dan pemahaman peternak

terhadap materi yang diberikan tim pengabdian melakukan evaluasi ke lapangan.

Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang

diperoleh dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan, sehingga dari evaluasi yang

dilakukan akan diketahui faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat

pelaksanaan program tersebut

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Tahap Persiapan

Hari sabtu tanggal 1 September 2018 tim pengabdian melakukan kunjungan ke

RT. 08 Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tepatnya ke

kelompok Tani Teman Abadi dan kelompok Wanita Tani Serasi. Adapun maksud

kedatangan tim pengabdian adalah untuk membicarakan rencana kegiatan yang akan

Page 95: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

89

dilakukan, pada pertemuan tersebut disepakati tentang jadwal, tempat dan peserta yang

akan mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut. Pada pertemuan ini juga banyak

diperoleh informasi tentang pemeliharaan ternak sapi di daerah ini. Untuk tahun 2018

peternak di kelurahan Mudung Laut tidak ada yang mendapat bantuan ternak sapi dari

pemerintah Kota Jambi, hal ini tentu membuat peternak kesulitan memperoleh modal

untuk membeli bibit, meskipun sebagian tetap ada yang memelihara sapi dengan modal

sendiri, dan modal ini juga awalnya mereka peroleh dari keuntungan memelihara ternak

sapi bantuan pemerintah baik untuk sapi penggemukan maupun pada pola

pengembangbiakan.

Berdasarkan kunjungan ke lapangan diketahui bahwa minat dan motivasi peternak

di Kelurahan Mudung Laut cukup tinggi untuk memelihara sapi, hal ini didukung

dengan ketersediaan tenaga kerja keluarga baik ayah, ibu dan anak. Hal ini terbukti di

daerah ini terdapat kelompok wanita tani, yang ikut berperan aktif pada usaha pertanian

maupun peternakan. Selain itu juga tersedia lahan yang cukup luas untuk pembuatan

kandang ternak individu maupun kandang koloni masih memungkinkan didirikan di

daerah ini. Tersedianya limbah pertanian dan rumput lapang, serta adanya kebun rumput

dan legume merupakan hal yang sangat mendukung pengembangan ternak sapi di

daerah tersebut. Sementara itu untuk pemasaran ternak tidak menjadi masalah, karena

kelurahan Mudung Laut dekat dengan pusat pasar sehingga bisa dijadikan sebagai

daerah penyangga dalam penyediaan ternak sapi khususnya untuk kota Jambi.

Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat maka pelaksanaan kegiatan

penyuluhan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 September 2018 bertempat di

kediaman ketua kelompok tani Teman Abadi. Pada pertemuan ini dilakukan penyuluhan

dengan kombinasi antara metode ceramah dan diskusi. Adapun materi penyuluhan yang

diberikan tentang kiat-kiat untuk mendapatkan pinjaman kredit baik dari pemerintah

maupun pihak swasta dan persyaratan model 5C (Character, Capacity, Collateral,

Condition, dan Capital ), materi penyuluhan terlampir.

Pada kegiatan ini terlihat antusiasme dari peserta untuk mendengarkan dan

bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Selama ini mereka memperoleh

Page 96: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

90

bantuan ternak dari pemerintah tanpa harus melengkapi berbagai persyaratan dan

apabila terjadi kematian karena sakit, kecelakaan dan pencurian peternak tidak perlu

menanggung resikonya, akibatnya banyak program bantuan sapi pemerintah mengalami

kegagalan, karena itu pemerintah sudah mulai menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

memberikan bantuan ternak dengan melakukan analisis calon peternak dan calon lokasi

melalui modifikasi dan rekayasa model perbankan yaitu model 5C, dengan harapan agar

bantuan kredit ternak sapi ini dapat berjalan dengan baik dan peternak dapat merasakan

manfaatnya. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peternak diharapkan dapat

mempersiapkan berbagai persyaratan untuk memperoleh bantuan kredit ternak sapi

apabila sewaktu-waktu diperlukan.

Evaluasi Kegiatan

Guna mengetahui sejauh mana peserta kegiatan penyuluhan dapat menerima

materi yang diberikan maka tim pengabdian melakukan evaluasi ke lapangan, terutama

dalam mempersiapkan persyaratan dokumen 5C yang diperlukan apabila sewaktu-waktu

diminta oleh pihak pemerintah maupun swasta selaku pemberi bantuan kredit ternak.

Setelah dilakukan evaluasi dapat diketahui bahwa Character sebagian besar

peternak cukup baik atau dapat dikatakan peternak jujur, sehingga dapat dikatakan layak

untuk menerima bantuan kredit ternak sapi. Hal ini terbukti bahwa peternak di

Kelurahan Mudung laut jarang yang menunggak pembayaran rekening listrik,

sedangkan untuk pembayaran PBB juga secara rutin mereka bayar, karena pembayaran

PBB juga menjadi syarat untuk berbagai urusan khususnya di kota Jambi. Sementara

untuk pembayaran angsuran motor, dan kredit baik di bank maupun dikoperasi mereka

jarang menunggak, bahkan banyak diantara peternak yang tidak memiliki pinjaman.

Ditinjau dari segi Capacity, peternak mampu menyediakan rumput lapang,

limbah pertanian, dan konsentrat berupa dedak padi yang cukup banyak di daerah

tersebut. Sementara itu pemeliharaan ternak sapi dilakukan dengan sistem semi intensif,

siang hari ternak dilepas dan malam hari dikandangkan.

Modal (Capital) merupakan hal pertama yang dibutuhkan saat seseorang memulai

usaha, begitu pula dalam menjalankan usaha peternakan. Peternak sapi di kelurahan

Mudung Laut sebagian besar bersedia mengeluarkan modal untuk membeli bibit sapi,

Page 97: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

91

membuat kandang, membeli peralatan kandang, obat-obatan, dan untuk biaya

inseminasi buatan.

Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon debitur

benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Untuk lebih menjamin agar bantuan

kredit ternak dari pemerintah atau swasta dapat dikembalikan atau digulirkan oleh

peternak dengan lancar sebaiknya peternak mengikuti program asuransi ternak. Di

kelurahan Mudung Laut belum ada peternak yang mengikuti asuransi ternak, bahkan

banyak diantara peternak belum mengetahuinya, akan tetapi peternak berminat untuk

pengikutinya.

Untuk pemeliharaan ternak sapi, kondisi ekonomi (economic condition) tidak

begitu menjadi masalah, karena kebutuhan daging sapi terus meningkat, bahkan

permintaan lebih tinggi dibanding ketersediaan, dan bila dilihat harga daging sapi

dipasaran cukup stabil, hal ini cukup menguntungkan bagi peternak.

Luaran yang Dicapai

Hasil dari kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat menambah bobot atau

memperkaya materi kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, Komunikasi dan penyuluhan, serta

akan dipublikasi pada prosiding Semnas Fapet Unja Tahun 2019.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa peternak

dapat memahami materi yang diberikan dan peternak mampu menyiapkan persyaratan

dokumen 5C apabila diperlukan untuk memperoleh bantuan kredit ternak baik dari

pemerintah maupun swasta.

Saran

Sebelum memberikan kredit usaha pemilikan ternak sapi kepada peternak,

sebaiknya pemerintah atau pihak swasta selaku pemberi modal melakukan sosialisasi

tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh peternak selaku calon penerima bantuan.

Page 98: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

92

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2018. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan

Kepadatan. https://jambikota.bps.go.id. Diakses tanggal 16 Februari 2018.

Basuno, E dan R.N. Suhaeti. 2007. Analisis Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat

(BPLM) : Kasus Pengembangan Usaha Ternak Sapi di Provinsi Sulawesi

Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 2. Juni 2007 : 150-

166.

Firmansyah dan H, Afriani. 2017. Model 5C untuk Meningkatkan Keberhasilan Pola

Gaduhan Ternak Sapi Pemerintah Daerah pada Beberapa Kawasan Sentra

Ternak Sapi di Propinsi Jambi. Laporan Penelitian, Universitas Jambi.

Wibowo , M. H. S., B. Guntoro dan E. Sulastri. 2011. Penilaian Pelaksanaan Program

Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Sekadau,

Kalimantan Barat. Buletin Peternakan Vol. 35 (2) : 143-153, Juni 2011.

Winarso, B. 2015. Keberhasilan Pengembangan Ternak Sapi Potong Melalui Pola

Pengembangan Model Usaha (KUPS). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan

Volume 15. Nomor 2, Mei 2015. Hal : 138-150.

Page 99: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

93

Pengenalan Saccharomyces cerevisiae sebagai Probiotik Dalam Pakan

Tenak Sapi Potong

Teja Kaswari, H. Suryani, S. Fakhri dan M. Afdal

Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi Ma- Bulian KM. 15 Mendalo Darat Jambi

Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mengenalkan probiotik

saccharomyces cerevisiae (SC) dalam pakan ternak Sapi Potong di Kelompok Tani Suka Maju. Target dan luaran dari program pengabdian kepada masyarakat ini diantaranya meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan probiotik SC. Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh mitra saat ini adalah keterbatasan pengetahuan tentang cara penggunaan probiotik dalam pakan dan keterbatasan pengetahuan mengenai dosis probiotik yang dapat diberikan pada ternak Sapi Potong. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan beberapa

kegiatan antara lain: Penyuluhan dan pelatihan cara menggunakan probitok SC. Program ini dimulai dengan pembekalan atau penyuluhan anggota kelompok ternak tentang manfaat probiotik, jenis – jenis probiotik yang dapat digunakan untuk ternak ruminansia. Selanjutnya, pelatihan tentang cara dan dosis penambahannya dalam pakan ternak Sapi Potong. Kegiatan pengabdian dilaksanakan Kelompok Tani Suka Maju. Peternak sangat antusias dengan materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya pemahaman peternak sekitar 90% setelah penyuluhan. Disimpulkan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan pengetahuan

peternak tentang pemanfaatan probiotik SC dalam pakan ternak ruminansia.

Kata kunci : probiotik, Saccharomyces cerevisiae, pakan sapi potong

PENDAHULUAN

Pemberian Saccharomyces cerevisiae (SC) sebagai imbuhan mikroba hidup ke

dalam tubuh akan mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan

mikroorganisme rumen (Zain et al., 2011, 2015). S.cerevisiae mampu bersaing dengan

bakteri pati (Lynch dan Marti, 2002) yang mengarah ke pencegahan akumulasi laktat

dalam rumen. Selain itu, dilaporkan bahwa SC memiliki kemampuan untuk merangsang

faktor pertumbuhan, seperti asam organik atau vitamin, sehingga merangsang populasi

bakteri selulolitik dan penggunaan bakteri asam laktat di dalam rumen (Chaucheyras et

Page 100: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

94

al., (1995); Zain et al., (2011). Wina, (2000) menyatakan bahwa penambahan probiotik

S. cerevisae (PSc) 5,2 x 1011

pada ternak sapi brahman cross menghasilkan kenaikan

produksi daging 0,43 kg/ekor/hari. Abd.El-Ghani (2004), menyatakan bahwa pemberian

3 g atau 6 g S. cerevisiae pada pakan sapi perah yang berupa alfafa dan jerami gandum

dapat meningkatkan produksi susu. Pada kambing saanen pemberian S. cerevisiae 4 x

109 CFU per harinya dapat meningkatkan produksi susu sebesar 14,4%.

Kelompok Tani Suka Maju sepakat dibentuk pada tanggal 15 Mei 2008 terletak di

Desa Kota Baru merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Geragai, Tanjung

Jabung Timur, Provinsi Jambi. Didaerah ini sebagian besar masyarakat memiliki ternak

sapi Bali. Kelompok Tani ini juga telah memiliki koperasi yang diberi nama koperasi

Suka Maju. Mata pencaharian dari masyarakat didaerah ini bervariasi diantaranya

sebagai petani karet, sawit, pedagang dan peternak. Namun, mata pencaharian sebagai

peternak sebagian besar dilakukan sebagai usaha sampingan. Banyak manfaat yang

telah mereka rasakan dengan adanya usaha sampingan ini. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya kesejahteraan peternak.

Pengenalan tentang manfaat probiotik untuk ternak perlu dilakukan pada

dikelompok tani tersebut. Hal ini mengingat sistem pemeliharaan yang diterapkan di

kelompok tani ini adalah sistem pemeliharaan intensif, dimana ternak selalu

dikandangkan dan makanannya berupa rumput dan konsentrat diberikan di dalam

kandang. Permasalahannya, ternak Sapi yang dikandangkan hanya akan memperoleh

makanan dari apa yang diberikan oleh peternak. Penambahan probiotik dalam pakan

akan membantu mengoptimalkan perkembangan mikroorganisme dalam rumen,

meningkatkan kesehatan ternak dengan meningkatkan imun atau sistem kekebalan

tubuh. Dengan meningkatkan optimalisasi bioproses dalam rumen melalui penambahan

probiotik dapat meningkatkan produktivitas ternak.

Page 101: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

95

METODE PELAKSANAAN

Penyuluhan Tentang Manfaat Probiotik Dalam Pakan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

peternak tentang jenis – jenis probiotik yang dapat ditambahkan pada pakan ruminansia.

Pelatihan dilakukan di rumah kelompok tani dan kandang ternak sapi selama satu hari.

Metode pelatihan yang digunakan adalah metode pembelajaran orang dewasa

(andragogi) serta partisipatif dengan menitikberatkan cara belajar sambil bekerja.

Manfaat probiotik untuk ternak ruminansia, cara penambahan probiotik dalam pakan

dan jenis – jenis probiotik untuk ternak ruminansia Peserta pelatihan adalah seluruh

anggota Kelompok Tani Suka Maju. Pelatihan yang dilakukan melibatkan Petugas

Penyuluh Lapangan (PPL), praktisi serta kepala desa setempat.

Pelatihan Penambahan Probiotik SC dalam Pakan

Tujuan Kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peternak mengenai

dosis penambahan probiotik SC yang efektif dalam pakan ternak Sapi Potong. Pelatihan

dilakukan di saung kelompok tani dan kandang ternak sapi selama satu hari. Metode

pelatihan yang digunakan adalah metode pembelajaran orang dewasa (andragogi) serta

partisipatif dengan menitikberatkan cara belajar sambil bekerja. Materi yang

disampaikan yaitu Pengertian probiotik, jenis – jenis probiotik, dosis probiotik untuk

ternak ruminansia, cara penambahan probiotik SC, Efek negatif dari kelebihan dosis

penambahan probiotik SC dalam pakan. Peserta pelatihan adalah seluruh anggota

kelompok tani mitra (Suka Maju dan Sumber Jaya).

Iplementasi Kegiatan Pengabdian

Persiapan dan Pembuatan Probiotik SC

Pada kegiatan pengabdian ini kultur murni SC diperoleh dari laboratorium

pangan dan gizi UGM dan diperbanyak dilaboratorium Fak. Peternakan Universitas

Jambi. Pembuatan inokulum SC mengikuti prosedur (Suryani et al., 2016). Dosis dan

cara penambahan SC dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan ternak, yaitu 1%

berdasarkan bobot badan dan bahan kering ransum. Penambahan probiotik SC 1% BK

(Suryani et al., 2016) dapat ditambahkan secara langsung dalam bahan pakan. Sebelum

Page 102: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

96

dilakukan atau dimulai kegiatan evaluasi. Para petani akan memperoleh pengetahuan

dasar tentang probiotik SC, manfaat dan dosisnya pada ternak. Setelah penyuluhan, para

peternak diberi pelatihan dikandang tentang cara penambahan probiotik SC.

Evaluasi Pelaksanaan Program

Keberhasilan kegiatan pengabdian ini dinilai dari beberapa indikator yaitu :

a. Peningkatan pemahaman petani tentang manfaat probiotik SC dalam ransum ternak

ruminansia

b. Peningkatan pemahaman petani tentang dosis probiotik SC dalam pakan

c. Peningkatan keterampilan peternak tentang cara menambahkan probiotik SC dalam

pakan

Untuk mengukur tingkat pemahaman petani tentang pemanfaatan probitotik, dosis

beserta cara penambahannya dalam pakan ternak dilakukan pengamatan dan tanya

jawab dan pengisian kuisioner.

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Kegiatan PPM yang telah dilakasanan di Kelompok Tani Suka Maju yaitu

kegiatan yang dilakukan dengan metode ceramah tatap muka dan demonstrasi tentang

pemberian probiotik SC dalam pakan ternak ruminansia berjalan dengan baik dan

lancar. Kegiatan penyuluhan dilakukan pada Kelompok Tani Suka Maju dihadiri oleh

anggota kelompok tani dan masyarakat desa setempat. Pertemuan berlangsung di rumah

ketua Kelompok Tani Suka Maju (Gambar 1)

Gambar 1. Gambar Kegiatan Penyuluhan

Page 103: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

97

Materi penyuluhan yang disampaikan meliputi pemahaman tentang penegrtian

probiotik, jenis – jenis probiotik, manfaat probiotik SC, dosis pemberian probiotik SC

dan cara pemberiannya pada ternak.

Kegiatan Demonstrasi Pemberian Probiotik SC

Kegiatan percontohan pemberian probiotik SC dalam pakan ternak dilakukan

untuk memberi pengetahuan dan keterampilan pada peternak dengan melihat langsung

prosesnya (Gambar 2).

Gambar 2. Gambar Kegiatan Demonstrasi Pemberian Probiotik SC

Dari proses demontrasi yang dilakukan, semua peternak tertarik untuk

menerapkannya karena mengetahui cara yang dilakukan sangatlah mudah yaitu dengan

menambahkan secara langsung pada kosentrat pakan tanpa menambahkannya untuk

fermentasi pakan. Sejauh ini pemahaman peternak dikelompok Tani Suka Maju yaitu

memanfaatkan probiotik untuk pengolahan limbah kotoran ternak untuk menjadi

kompos dan digunakan untuk memfermentasi pakan. Sehingga peternak sangat antusias

karena cara penambahan probiotik SC yang praktis dalam pakan.

Peningkatan Pengetahun dan Keterampilan Peternak

Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan ini, peternak

diberikan kuisioner pada akhir kegiatan. Hasil peningkatan pengetahuan dan

ketermpilan peternak dapat dilihat pada gambar 3.

Page 104: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

98

Gambar 3. Pengisian kuisioner

Anggota kelompok tani Suka Maju merupakan peternak yang ulet serta bersedia

menerima, mencoba dan menerapkan inovasi-inovasi baru. Hal ini dibuktikan dengan

antusianya anggota dalam berdiskusi pada saat penyuluhan dan demonstrasi.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan PPM ini adalah pengenalan probiotik

dapat meningkatkan keterampilan peternak terutama tingkat pengetahuan petani

terhadap hal – hal baru yang berkembang sesuai dengan ilmu pengetahuan. Hal ini perlu

dievaluasi secara terus menerus agar hasil hasil penelitian perguruan tinggi dapat

dirasakan manfaanya oleh ke kelompok tani yang berada di daerah daerah tertentu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada LPPM Universitas Jambi yang telah

membiayai kegiatan ini melalui DIPA-PNBP LPPM pada Fakultas Peternakan

Universitas Jambi Tahun Anggaran 2019 Nomor : SP DIPA-042.01.2.400950/2019 .

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, I. (2000). Oil palm frond (OPF) : A potential bio-waste material for commercial

feed production. Agro-Search. 7(1):29 – 34.

Dewhurst, R.J, D.R. Davies and R.J. Merry. 2000. Microbial Protein Supply from The

Rumen. J. Anim. Feed Sci and Tech. 85.

Page 105: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

99

Ørakov, E.R. and I McDonald. 1979. The estimation of protein degradability in the

rumen from incubation measurements weighted according to rate of passage. J.

Agr. Sci. Camb. S2:499-503

Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Salminen, S. and A. V. Wright. 2004. Lactic Acid Bacteria. Microbiology and

Functional Aspects. 2nd Edition, Revised and Expanded. Marcell Dekker, Inc.,

New York.

Suryani, H., M. Zain, R.W.S. Ningrat and N. Jamarun. 2016. Effect supplementation of

direct fed microbials on digestibility and fermmentability oil palm frond in vitro.

Pakistan Journal of Nutrition. 15(1) : 90-95

Suryani, H., M. Zain, R.W.S. Ningrat and N. Jamarun. 2017. Effect supplementation

based on ammoniated palm frond with direct fed microbials and virgin coconut oil

on the growth perfomance and methane production of bali cattle. Pakistan journal

of nutrition. 16(6):599-604.

Suyitman., L. Warly and Evitayani. 2018. In-vitro digestibility of palm leaf waste

treated with different processing methods. Pakistan Journal and Nutrition. 17

(8):368-373.

Tilley, M. A and R.A Terry. 1963. A two-stage technique for the in vitro digestion of

forage crops. Journal of British Grassland Society, 18 :104-111.

Warly, L. 1994. Study on improving nutritive valueof rice straw and physico-chemical

aspects of its digestion in sheep. Ph.D. Thesis. The UnitedGraduated School of

Agriculture Sciences, Tottori University, Japan.

Weinberg, Z.G., 2003. Effect of lactic acid bacteria on animal performance. Indian J.

Biotechnol. 2: 378-38i

Widyobroto B.P., SPS. Budhi. A Agus and B Santosa. 1995. Effect of undegraded

protein level on nutrient digestibility and microbial protein synthesis of dairy

cows.

Yoon, I.K. and M.D. Stern, 1995. Influence of direct-fed microbials on ruminal

microbial fermentation and performance of ruminants-A review. Asian-Aust. J.

Anim. Sci. 8: 533-555.

Zain, M., N. Jamarun dan Elihasridas. 2002. Suplementasi rumput dengan jerami

olahan dalam ransum ternak sapi. J. Andalas. No.31/Mei/Tahun XI.

Zain, M., N. Jamarun, A. Arnim, W.S.N. Ningrat and R. Herawati 2011. Effect of

Yeast (Saccharomyces cerevisiae) on fermentability, microbial population and

digestibility low quality roughage (in vitro). Archiva Zootecnica 14(4), 51-58.

Page 106: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

100

Pengembangan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Kub) Secara

Longyam Dengan Ikan Lele Berbasis Probiotik Di Desa Nyogan

Kecamatan Mestong

Mairizal, Hutwan Syarifuddin dan M. Afdal

Fakultas Peternakan, Universitas Jambi

RINGKASAN

Usaha budidaya ikan dan ayam kampung unggul sama-sama memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan dikalangan masyarakat mengingat permintaannya yang sangat besar dipasaran. Konsep Integrasi pemeliharaan ternak unggas dan ikan berbasiskan penggunaan probiotik diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani peternak. Kelompok usaha bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Jaya yang berada

di Desa Nyogan Kecamatan Mestong merupakan kelompok usaha bersama yang bergerak dibidang pemeliharaan ikan. Untuk meningkatkan pendapatan petani (income generating) bagi KUBE khususnya, maka perlu dikembangkan usaha mereka melalui integrasi pemeliharaan ikan dan ayam dengan system longyam dan berbasiskan probiotik. Kegiatan PPM penerapan ipteks ini melibatkan kelompok mitra Kelompok usaha bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Jaya. Metode pelaksanaan kegiatan menggunakan metode Participatory Rural Apraisal (PRA) melalui focus group

discussion, penyuluhan, transfer teknologi tepat guna (introduksi ayam, ikan dan probiotik), pelatihan dan percontohan. Hasil kegiatan IPTEK telah berhasil dikembangkan ayam kampung unggul KUB dengan sistem longyam yang berbasiskan pemanfaatan probiotik. Selama masa pemeliharaan ayam kampung KUB tingkat kematian atau mortalitas ayam cukup rendah dan hal ini menunjukkan nahwa ransfer ilmu berupa pemeliharaan ikan dan ayam secara longyam telah memberikan hasil yang baik. Demikian juga dengan kondisi lingkungan kandang dan kolam yang terjaga bersih dengan memanfaatkan probiotik sehingga dapat meningkatkn kesehatan ternak.

Kesimpulan kegiatan IPTEK ini adalah sistem pemeliharaan ayam dan ikan yang terintegrasi dapat membantu program pemerintah dalam rangka membangun ketahanan pangan serta peningkatan pendapatan masyarakat. Disamping itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Kata kunci: desa Nyogan, ikan lele, nila, integrasi, ayam kampung unggul Balitnak (KUB)

Page 107: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

101

PENDAHULUAN

Analisis Situasi

Desa Nyogan yang dahulunya disebut Dusun Sugandi Kecamatan Mestong

Kabupaten Muara Jambi merupakah salah satu daerah tempat pemukiman Suku Anak

Dalam (SAD) yang ada di Provinsi Jambi. Desa Nyogan mempunyai jarak yang cukup

dekat dengan ibukota propinsi Jambi yaitu sekitar 60 Km. Dalam rangka peningkatan

kualitas sumberdaya manusia Suku Anak Dalam (SAD) Jambi yang merupakan

komunitas masyarakat yang memiliki kebiasaan hidup berpindah-pindah dari suatu

lokasi hutan ke lokasi lainnya maka saat ini SAD yang ada di Desa Nyogan sudah mulai

hidup menetap.

Secara Geografis desa Nyogan berada pada ketinggian 5 – 10m dpl yang terletak

di bagian barat kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah + 7.872 Hektar dan berada

pada posisi : 01o45’ Lintang Utara ( LU ) s/d 01

o49’ Lintang Selatan ( LS ) dan 103

o30’

Bujur Timur ( BT ) s/d 103o27’ Bujur Barat (BB), dengan batas – batas wilayah

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pelempang, sebelah selatan dengan Desa Berkah

( Sei Bahar ), sebelah timur dengan Desa Suka Damai dan sebelah barat dengan Desa

Tanjung Pauh Talang Pelita / Markanding.

Peruntukan lahan di Desa Nyogan adalah bagian utara memiliki wilayah tanah

yang subur dengan Kultur tanah yang berbukit dengan lembah – lembah kecil di sela

perkebunan rakyat dan di aliri jalur sungai kecil, sedangkan dibagian selatan memiliki

kultur tanah sedikit landai atau datar dengan dilewati sungai besar lahan dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk bercocok tanam, berupa kebun karet dan kebun sawit sebagian

kecil lagi untuk lahan palawija dan tanaman sayuran. Kemudian dibagian Timur

merupakan lahan perkebunan Karet dan terdapat Tambang Batu bara sampai saat ini

dikeola Oleh PT Argo Makmur dan dibagian barat wilayah ini merupakan dataran

rendah dan daerah rawa. Hampir 50% dari jumlah penduduk di Desa Nyogan

merupakan komunitas SAD dan selebihnya adalah masyarakat pendatang. Mata

pencaharian yang dilakukan penduduk Desa Nyogan sebagai petani karet, kelapa

sawit, beternak dan memelihara ikan.

Page 108: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

102

Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan

perekonomian komunitas SAD yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk

membangun permukiman, sarana pendidikan, tempat ibadah dan lain-lain.

Pembangunan sarana dan prasarana akan memberikan peluang berusaha bagi penduduk

Desa Nyogan dan mengurangi perambahan hutan serta meningkatkan pelayanan

kesehatan bagi komunitas SAD. Pembangunan “Desa Sejahtera Mandiri” di Desa

Nyogan Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi sangat penting dalam rangka

menuju pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) terutama untuk

meningkatkan pengetahuan, kesehatan, perekonomian, pelestarian budaya terutama

komunitas SAD. Selama ini yang menjadi permasalahan dalam pembangunan

komunitas SAD adalah sumberdaya manusia, permodalan, penguasan teknologi dan

daya tawar yang masih rendah.

Salah satu upaya dalam Pembangunan “Desa Sejahtera Mandiri” melalui usaha

pemanfaatan sumberdaya yang ada berupa pemanfaatan kolam ikan untuk budidaya

ikan lele. Selama ini budidaya ikan lele yang dilakukan oleh penduduk Desa Nyogan

secara tradisional sehingga hasil yang didapat masih belum optimal. Untuk

meningkatkan hasil usaha perikanan maka perlu perbaikan dengan menggunakan

metode partisipatif dan aksi dari Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang ada di Desa

Nyogan. Dari hasil pengabdian Desa Binaan tahun 2017, Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Universitas Jambi telah berhasil membina KUBE dalam hal peternakan ikan

Nila. KUBE telah melakukan panen ikan Lele sebanyak dua kali dan ikan Nila sebanyak

satu kali. Pada saat sekarang telah terjadi peningkatan luas kolam pemeliharaan ikan di

KUBE dari 30 meter persebi sudah menjadi 80 meter persegi dimana pada awalnya

hanya bisa menampung 6 jaring pemeliharaan sekarang sudah menjadi 10 jaring

pemeliharaan ikan lele dan ikan nila. Berdasarkan pengamatan dilapangan, kondisi air

kolam pemeliharaan ikan di kelompok usaha bersama KUBE termasuk cukup bersih

dan mengalir sehingga sangat memungkin untuk diadakan usaha integrasi dengan

peternakan ayam dengan teknik pemeliharaan secara Longyam.

Longyam merupakan pemeliharaan ikan di kolong kandang ayam merupakan

suatu perpaduan kegiatan budidaya yang saling menguntungkan. Dua kegiatan budidaya

tersebut berjalan bersama-sama. Petani ikan yang membudidayakan ikan di kolong

Page 109: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

103

kandang ayam secara tidak langsung akan menghasilkan penghasilan ganda. Selain

dapat memanen ikan dari kegiatan memelihara ikan, petani juga dapat memanen ayam

dari kegiatan budidaya ayam. Selain itu keuntungan yang diperoleh yaitu kotoran ayam

yang jatuh ke kolam akan membuat atau akan menghasilkan pakan alami berupa

plankton, yang sangat berguna bagi pertumbuhan ikan, selain bisa menumbuhkan pakan

alami kotoran ayam tersebut bisa menjadi pakan langsung bagi ikan. Hal yang perlu

diperhatikan dalam pemeliharaan ikan secara longyam ini adalah aerasi lancer, kolam

tidak tertutup dan sinar matahari dapat menembus kolam serta kedalam 75 sampai 100

cm. Penggelolan produksi meliputi aspek terpadu antara segi teknis dengan segi bisnis.

Setiap kegitan peternakan sudah tentu melibatkan ternak, yaitu hewan yang telah

diarahkna kemampuan produksinya untuk memenuhi tujuan pemeliharaan. Salah satu

ternak unggas yang dapat dipelihara secara longyam dengan ikan lele adalah ayam

kampung unggul dari Balitnak (KUB) yang sudah mulai merata penyebarannya di

seluruh wilayah Indonesia.

Ayam kampung unggul Balitnak atau ayam KUB merupakan ayam hasil seleksi

Ayam Kampung asli Indonesia galur betina (female line) selama enam generasi. Ayam

KUB memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah pemberian pakan lebih efisien

dengan konsumsinya yang lebih sedikit, lebih tahan terhadap penyakit, tingkat

mortalitas yang lebih rendah, serta produksi telur Ayam KUB lebih tinggi dibanding

ayam kampung lain dengan frekuensi bertelurnya setiap hari, sehinga dapat dijadikan

solusi pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Berdasarkan

keunggulannya tersebut Ayam KUB dapat menjadi ayam dengan tujuan penghasil telur

atau sebagai pedaging.

Pengembangan ternak ayam lokal seperti ayam KUB sebagai produk pangan

komplemen dalam penyediaan daging unggas dewasa ini memiliki prospek yang cukup

baik. Salah satu indikasinya adalah kecenderungan peningkatan permintaan produk

ayam lokal dari tahun ke tahun dan hal ini menunjukkan bahwa: (1) masih tingginya

preferensi masyarakat terhadap produk ayam lokal karena rasa daging yang khas; (2)

terdapat kecenderungan beralihnya pangsa konsumen tertentu dari produk daging

berlemak ke produk daging yang lebih organik dan (3) adanya pangsa pasar ayam lokal

tersendiri yang tercermin dari semakin banyaknya restauran/outlet/gerai yang

Page 110: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

104

menggunakan ayam lokal seperti Ayam Suharti, Ayam Kalasan, Mbok Berek dll

(Priyanti et al., 2005). Demikian juga dengan telur ayam lokal yang oleh sebagian besar

masyarakat diyakini mempunyai khasiat yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur

ayam ras, selain itu kuatnya pendapat konsumen bahwa daging ayam lokal dan telurnya

lebih enak dibandingkan dengan ayam ras, sehingga dalam pemasarannya masih mudah

dan tidak mengalami kesulitan (Ratnawaty et al., 2006).

Pengembangan peternakan ayam dan khususnya ayam kampung unggul Balitnak

(KUBE) sering terkendala oleh dampak yang ditimbulkannya berupa bau kandang yang

menyengat sehingga akan mencemari lingkungan sekitarnya. Pengembangan ternak

ayam kampung dengan pemberian probiotik merupakan salah satu solusi yang dapat

mengatasi dampak lingkungan tersebut. Pemberian probiotik kepada ternak unggas,

selain dapat meningkatkan status kesehatan ternak juga akan mengurangi bau amoniak

dari kandang sehingga kandang tidak menimbulkan bau lagi. Berdasarkan beberapa

hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian probiotik dapat menggantikan

penggunaan antibiotik untuk ternak unggas serta dapat menjaga ekosistim kolam ikan

sehingga akan meningkatkan produktivitas ternak ayam ataupun ikan.

Permasalahan Mitra

Peluang usaha dibidang budidaya unggas lokal seperti ayam kampung unggul

Balitnak (KUB) masih terbuka lebar. Hal ini disebabkan permintaan konsumen akan

daging dan telur dari ayam kampung masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil kegiatan

pengabdian sebelumnya dan hasil survey awal menunjukkan bahwa kelompok usaha

bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Makmur memungkinkan untuk

pengembangan usaha pemeliharaan ikan dengan integrasi usaha pemeliharaan ayam

kampung unggul Balitnak (KUBE). Namun anggota kelompok usaha bersama

terkendala oleh beberapa faktor. Adapun masalah yang dihadapi oleh kelompok usaha

bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Makmur dapat dirumuskan prioritas masalah

yang perlu ditangani oleh anggota kelompok dengan pendampingan dari perguruan

tinggi yaitu :

1. Modal usaha yang masih kecil sehingga mengalami kesulitan untuk pengembangan

usaha integrasi pemeliharaan ikan dengan ayam kampung secara longyam.

Page 111: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

105

2. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tentang beternak ayam kampung

unggul Balitnak (KUB) sebagai sumber pendapatan yang dapat diandalkan

3. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tentang pemanfaatan probiotik untuk

menjaga kesehatan ternak dan kebersihan lingkungan.

4. Kurangnya kemampuan anggota kelompok untuk mengadopsi teknologi tepat guna

dalam pemeliharaan ayam dan ikan terintegrasi secara longyam berbasiskan

probiotik.

5. Masih kurangnya sumber daya manusia serta daya tawar dari kelompok usaha

bersama dalam memasarkan hasil ternak dan ikan.

Prioritas utama bagi KUBE Mina Jaya dan Harapan Makmur Desa Nyogan

adalah membangun Desa Sejahtera Mandiri berupa peningkatan produksi dengan

melakukan kerjasama pada berbagai stakeholders seperti perguruan tinggi, dinas

perikanan dan kelautan, dinas perindustrian dan perdagangan, dinas kesehatan, dinas

pendidikan, dinas lingkungan (DLH), pemerintah daerah dan pihak swasta untuk

mengembangkan usaha ikan lele dan ayam kampung unggul Balitnak (KUB) agar

menjadi usaha mandiri yang berkelanjutan

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam penerapan Ipteks melibatkan

kelompok mitra yaitu KUBE Mina Jaya dan Harapan Makmur Desa Nyogan

Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi yang akan dilaksanakan selama 8 bulan.

dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal ( PRA)

Solusi yang Ditawarkan

1. Metode Pendekatan yang ditawarkan

Metode yang ditawarkan adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA

adalah suatu metode yang menempatkan masyarakat sebagai subyek, perencana,

pelaksana, sekaligus sebagai penilai dalam program pemberdayaan sehingga tim dan

stakeholder yang terlibat sebagai fasilitator dan masyarakat dalam hal ini kelompok

mitra ternak sebagai pelakunya (Sidu, 2006). Metode partisipasi aktif pada Kelompok

Page 112: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

106

Usaha Bersama (KUBE) Mina Jaya dan Harapan Makmur dengan melibatkan secara

proaktif antar pihak, yaitu Pemerintah/Pemerintah Daerah, masyarakat (termasuk

jaringan kesetiakawanan sosial), dunia usaha, Perguruan Tinggi dan sebagainya.

2. Rencana Kegiatan (Langkah-Langkah Solusi)

Rencana kegiatan dibagi dalam beberapa tahapan yaitu; Melanjutkan program,

kegiatan demonstrasi dan pembinaan dari hanya satu sistem pembudidayaan ikan lela

saja kemudian diintegrasikan dengan pemeliharaan ayam kampung unggul KUB

secara longyam berbasiskan probiotik, tahap pengolahan hasil ikan lele, telur dan

daging ayam kampung unggul KUB dan tahap pelayanan jasa serta konsultasi

perikanan dan peternakan.

Rencana Kegiatan

Pelaksanaan pengabdian dilakukan kepada KUBE Mina Jaya dan Harapan Makmur

Desa Nyogan Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi.

Perintisan kerja sama antara KUBE Mina Lestari dengan stakeholder lainnya.

Penyusunan program lanjutan untuk peningkatan usaha KUBE Mina Jaya dan

Harapan Makmur.

Tahap Kegiatan

Sosialisasi rencana kegiatan,

Persiapan teknis untuk Pemberdayaan masyarakat Desa Nyogan dan KUBE melalui

kegiatan pendampingan dan FGD,

Melakukan penyuluhan, pelatihan, demontrasi dan pendampingan pada anggota

KUBE,

Pelatihan teknik integrasi budidaya ikan lele dan ayam kampung unggul KUB

berbasiskan penggunaan probiotik untuk meningkatkan produktivitas ternak dan ikan

serta menjaga kesehatan lingkungan.

Pelatihan pemeliharaan ternak ayam potong yang terintegrasi dengan ikan dan

ikan nila berbasiskan penggunaan probiotik.

Pelatihan teknik pengolahan ikan lele, dan ayam kampung unggul KUB yang

ramah lingkungan.

Page 113: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

107

Keberlanjutan kegiatan melalui perluasan kepada kelompok lain di sekitar

Desa Nyogan.

Monitoring dan Evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan.

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Tahapan Persiapan

Kegiatan PPM pemeliharaan ayam kampong unggul Balitnak (KUB) dan

pemeliharaan ikan secara terintegrasi dengan system longyam berbasiskan probiotik

diawali dengan tahapan persiapan. Pada tahap persiapan ini, tim melakukan komunikasi

dengan ketua kelompok dan sekaligus mengurus keperluan administrasi lainnya.

Sebagai gambaran, bahwa kelompok usaha Bersama Mikna Jaya dan Harapan Makmur

merupakan kelompok binaan dari LPPM Universitas Jambi dalam pemeliharaan ikan.

Awalnya, kelompok mitra ini hanya memiliki 4 jaring pemeliharaan untuk ikan lele dan

ikan nila dan pada saat sekarang sudah berkembang sebanyak 19 jaring pengembangan

ikan lele.

Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok didapatkan informasi bahwa

pemeliharaan ikan lele lebih menguntungkan karena cepat masa panen serta

pemeliharaannya yang tidak begitu sulit. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kelompok

mitra ini lebih memilih pemeliharaan ikan lele jika dibandingkan dengan ikan nila.

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan PPM diawali dengan pertemuan tim dengan ketua dan

anggota kelompok mitra untuk memulai kegiatan pemeliharaan ayam dan ikan secara

longyam dan berbasiskan probiotik.

Adapun serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan tentang pemeliharaan ikan lele dan prospek ekonominya.

2. Kegiatan penyuluhan dengan materi pemeliharaan ikan lele dan prospek ekonominya

telah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Juni 2019 dengan jumlah peserta 8

orang. Pada kesempatan ini juga dijelaskan tentang program PPM yang akan

memberikan bantuan berupa bibit ikan lele sebanyak 2000 ekor serta pakan yang

Page 114: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

108

disediakan selama 3 bulan pemeliharaan. Pemberian bantuan ini ditujukan untuk

meningkatkan kemauan dan kemampuan kelompok Mitra untuk dapat meningkatkan

pendapatan mereka melalui usaha tambahan berupa pemeliharaan ikan lele.

3. Penyuluhan beternak ayam kampung unggul Balitnak (KUB) yang terintegrasi

dengan pemliharaan ikan secara longyam dan berbasiskan penggunaan probiotik.

4. Kegiatan penyuluhan tentang cara beternak ayam KUB yang terintegrasi dengan

pemeliharaan ikan lele (Longyam) serta penggunaan probiotik untuk menjaga

kesehatan ternak dan ikan serta lingkungan kandang dan kolam. Pelaksanaan

kegiatan penyuluhan ini pada hari senin tanggal 8 Juli 2019 jam 13.00 dengan

peserta sebanyak 10 orang. Adapun materi yang disampaikan adalah keuntungan

pemeliharaan ayam KUB, kandang dan peralatan kandang, cara pemeliharaan ayam

KUB, pencegahan dan pengobatan penyakit yang menyerang ternak serta

penggunaan probiotik untuk menjaga kesehatan ternak dan meningkatkan produksi

ternak dan ikan. Pada kesempatan ini juga dijelaskan kepada kelompok mitra bahwa

tim PPM akan memberikan bantuan berupa bibit ayam KUB sebanyak 200 ekor

sebagai awal permulaan pemeliharaan ayam kampung KUB.

5. Pendampingan pembuatan kandang ayam diatas kolam pemeliharaan ikan dan jaring

apung untuk pemeliharaan ikan lele.

6. Kegiatan pembuatan kandang ayam diatas kolam ikan ditujukan untuk meningkatkan

pendapatan petani atau kelompok Mitra dalam usaha terintegrasinya (longyam) ikan

dan ayam. Pendampingan pembuatan kandang ayam dan jaring apung dilakukan

pada hari Sabtu tanggal 20 Juli 2019.

Gambar 1. Pendampingan pembuatan kandang ayam dan pembuatan jarring

pemeliharaan ikan lele

Page 115: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

109

1. Persiapan pemeliharaan anak ayam unggul KUB, pengadaan bibit ayam dan ikan

serta penggunaan probiotik. Kegiatan pendampingan ini telah dilaksanakan pada

tanggal 3 Agustus 2019 pada hari sabtu jam 11.00 dengan kehadiran peserta

sebanyak 7 orang. Pada saat pendampingan ini tim PPM memberikan bantuan

berupa bibit ayam KUB dan bibit ikan serta pakan selama pemeliharaan sampai

panen. Kegiatan usaha integrasi budidaya ikan lele dan peternakan ayam sangat

tergantung kepada kemampuan pembudidaya memilih benih yang baik dan murah,

nilai konversi pakan yang menjadi daging (feed conversion ratio) yang rendah sama

dengan 1, ukuran panen seragam 6-10 ekor per kg dan waktu budidaya pendek

maksimum 90 hari (Nasrudin, 2010). Penguasaan pasar yang baik, penguasaan

teknologi pembesaran ikan lele, dan strategi yang tepat dalam hal persiapan kolam,

pemilihan benih, pengisian air, manajemen pakan, manajemen mutu air, manajemen

panen, sangat berpengaruh terhadap keuntungan petani (Nugroho, 2007). Disamping

itu juga disediakan probiotik untuk selama pemeliharaan.

Gambar 2. Pengadaan bibit ayam KUB dan pakan ayam

Gambar 3. Penyerahan bantuan bibit ikan lele dan pakan ikan.

Page 116: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

110

1. Pemeliharaan ayam unggul KUB dan ikan Lele secara longyam dengan berbasiskan

pengguanaan probiotik.

Ayam KUB ini sudah dilepas sebagai ayam unggulan Balitnak sejak tahun 2009

dan merupakan hasil seleksi galur betina (female line) selama 6 generasi dengan

keunggulan produksi telur tinggi (henday 45-50%), Puncak produksi 65%, produksi

telur 160-180butir/tahun, konsumsi pakan 80-85 gram, sifat mengeram 10% dari total

populasi, umur pertama bertelur 22-24 minggu, bobot telur 35-45 gram dan konversi

pakan 3,8. (Sartika et al. 2009). Pada saat sekarang ayam sudah memasuki

pemeliharaan 2,5 bulan dan sebahagian sudah dipanen sesuai dengan permintaan pasar

yaitu ayam kampung KUB dengan bobot hidup dengan kisaran 1 – 1,2 kg per ekor.

Pemanenan dilaksanakan pada tanggal 24 oktober 2019 sebanyak 90 ekor sedangkan

sisanya masih dipelihara untuk mencapai bobot badan yang sesuai dengan permintaan

pasar.

Budidaya ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) secara intensif dapat

menyebabkan menurunnya kualitas air media budidaya, antara lain menurunnya

kandungan oksigen terlarut dan meningkatnya kandungan limbah khususnya nitrogen

organik. Rachmawati dkk. (2015) Selanjutnya Avnimelech dan Kochba (2009) juga

Ekasari (2008) serta Kuhn dkk. (2009) mengaplikasikan probiotik dalam pakan

berperan dalam perbaikan kualitas air, peningkatan produktivitas dan efisiensi pakan

serta penurunan pakan. Pratama dkk. (2016) melaporkan bahwa kualitas air kolam yang

diberikan probiotik lebih baik dari kolam tanpa probiotik dan memberikan pengaruh

positif pada ikan lele ditinjau dari pertambahan panjang dan berat. Sedangkan untuk

ikan lele pemanenan akan dilaksanakan pada akhir November 2019.

Gambar 4. Pemeliharaan ayam kampung KUB

Page 117: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

111

Gambar 5. Pemanenenan ayam tahap awal

2. Monitoring dan evaluasi kegiatan

Selama kegiatan PPM di kelompok Mitra yang berada di desa Nyogan Kecamatan

Mestong Kabupaten Muaro Jambi selalu dipantau oleh tim melalui kegiatan monitoring

dan evaluasi. Pada saat monitoring dan evaluasi tim memberikan pengarahan dan

pengetahuan praktis kepada kelompok mitra dalam pemeliharaan ayam dan lele secara

longyam berbasiskan probiotik. Berdasarkan kondisi dilapangan, banyak ilmu yang

didapatkan peternak dalam memelihara ayam dan ikan secara longyam. Jika mereka

menemukan kendala atau masalah dalam pemeliharaan mereka sering berkomunikasi

dengan tim PPM melalui sosial media seperti Whatshap ataupun mennelpon langsung

ke tim terhadap kendala yang mereka hadapi. Berkat ketekunan dari kelompok Mitra

angka mortalitas dalam pemeliharaan ayam KUB hanya 5 % dan ini dapat dikategorikan

sangat bagus bagi pemelihara ayam kampung KUB yang masih tahap pemula.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari kegiatan PPM adalah adanya kemauan kelompok mitra untuk

meningkatkan pengetahuan beternak ayam dan memelihara ikan dengan menggunakan

probiotik untuk menjaga lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya angka

kematian ayam KUB yang dipelihara rendah. Ayam KUB yang dipeliharapun men

unjukkan bobot badan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemeliharaan ayam

kampung biasa secaar tradisional. Kelompok Mitra juga sangat antusial dalam

pemeliharaan ayam dan ikan dan pada saat ini jaring ikan untuk pemeliharaan ikan lele

sudah berkembang dari 6 jaring apung menjadi 24 jaring apung.

Page 118: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4

POSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2019 : “ MEMBANGUN PETERNAKAN BERKELANJUTAN MENUJU ERA INDUSTRI 4.0

ISBN : 978-602-50946-1-3

112

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M., Fitriani, N. dan Subekti, S. . 2014. Pengaruh pemberian probiotik berbeda

pada pakan komersial terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan lele

Sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, . 6(1): 49-53.

April 2014.

Fuller R. 1992. Probiotics in man and animals. J. Appl. Bacterial. 66: 365-378. Di

dalam: Agrawal, R.2005. Probiotics: An Emerging Food Supplement With

Health Benefits. Food Biotechnology 19:227-246

Pratama, F. A., N. Afiati, dan A. Djunaedi . 2016. Kondisi Kualitas Air Kolam

Budidaya Dengan Penggunaan Probiotik Dan Tanpa Probiotik Terhadap

Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp) Di Cirebon, Jawa Barat.

Diponegoro Journal Of Maquares. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman

38-45.

Rachmawati, D., I. Samidjan. dan H.Setyono. 2015. Manajemen kualitas air media

budiaya ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) dengan teknik probiotik pada

kolam terpal di desa Voksi Rektosari, Kecamaan Suruh, Kabupaen Semarang.

PENA Akuatika.Volume 12 No. 1 - September 2015.

Sartika, T., S. Iskandar, D. Zainuddin, S. Iskandar, B. Wibowo dan A. Udjianto. 2009.

Seleksi dan “open nucleus” ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak). Lap.

Penelitian No: NR/G-01/Breed/APBN 2009.

Shepherd dan Bromage, 1988. Intensive Fish Farming. BSP Professional Books.

Oxford, London

Sidu, D. 2006. Pemberdayaan Masyarakat sekitar Hutan Lindung Jompi Kabupaten

Muna Propinsi Sulawesi Tenggara (Disertasi Doktor). Bogor: Pasca Sarjana IPB

Page 119: Membangun Peternakan Berkelanjutan Menuju Era Industri 4