membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

10
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 146 -155 146 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN INSULIN DIBANDINGKAN KOMBINASI INSULIN- METFORMIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta email: nee_chels@ yahoo.com ABSTRACT The use of metformin in insulin therapy hopefully could increase effectiveness of type 2 diabetes treatment equal with the expenditure. Non experimental research was conducted to investigate cost-effectiveness of insulin use and insulin-metormin combination. Data was taken prospectively from baseline until month 3. The measurable cost was direct medical cost which covered cost of antidiabetic drugs, cost of complication drugs, doctor’s fee, and cost of laboratory checkup. The measurable effectiveness of therapy was reduction of FPG and HbA1c level. ACER ( average cost- effectiveness ratio) was calculated based on cost and effectiveness ratio in both groups. ICER (incremental cost-effectiveness ratio) was calculated based on difference of cost and effectiveness ratio in both groups. Results showed FPG level reduction in insulin group and insulin-metformin combination consecutively was 25,05% and 1,03%. Increase of HbA1c level in insulin group and insulin-metformin combination consecutively was 6,21% and 1,87%. Based on HbA1c level reduction, ACER value in insulin group and insulin-metformin combination consecutively was Rp -37.617,00 and Rp -161.729,00, ICER value was Rp 15.860,00. From the results it can be concluded that insulin- metformin combination was more cost-effective than insulin in maintaining HbA1c level. Keywords: type 2 diabetes, cost-effective, insulin, metformin ABSTRAK Penelitian ini dirancang untuk mengetahui efektivitas biaya pada pasien DM tipe 2 yang menggunakan insulin dan kombinasi insulin-metformin. Data diambil secara prospektif dari baseline hingga bulan ke-3. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan perspektif ASKES. Komponen biaya yang diukur adalah biaya medik langsung, mencakup biaya antidiabetik, biaya komplikasi, biaya kunjungan ke klinik dan biaya pemeriksaan laboratorium. Efektivitas terapi yang diukur adalah penurunan kadar GDP dan HbA1c. ACER (average cost-effectiveness ratio) dihitung berdasarkan rasio biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. ICER (incremental cost-effectiveness ratio) dihitung berdasarkan rasio antara selisih biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin berurutan adalah 25,05% dan 1,03%. Peningkatan kadar HbA1c pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin berurutan adalah 6,21% dan 1,87%. Berdasarkan penurunan kadar HbA1c, nilai ACER pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin berurutan adalah Rp -37.617,00 dan Rp -161.729,00, nilai ICER adalah Rp15.860,00. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi insulin-metformin lebih cost-effective dalam mempertahankan kadar HbA1c. Kata kunci : DM tipe 2, cost-effective, insulin, metformin

Upload: suci-uppss-rahmaniar

Post on 13-Aug-2015

60 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

membandingkan bagaimana perbandingan terapi insulin dibandingkan terapi insulin metformin pd dm tipe 2

TRANSCRIPT

Page 1: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 146 -155

146

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN INSULIN DIBANDINGKAN KOMBINASI INSULIN-METFORMIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS

TIPE 2

Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta email: nee_chels@ yahoo.com

ABSTRACT

The use of metformin in insulin therapy hopefully could increase effectiveness of type 2 diabetes treatment equal with the expenditure. Non experimental research was conducted to investigate cost-effectiveness of insulin use and insulin-metormin combination. Data was taken prospectively from baseline until month 3. The measurable cost was direct medical cost which covered cost of antidiabetic drugs, cost of complication drugs, doctor’s fee, and cost of laboratory checkup. The measurable effectiveness of therapy was reduction of FPG and HbA1c level. ACER (average cost-effectiveness ratio) was calculated based on cost and effectiveness ratio in both groups. ICER (incremental cost-effectiveness ratio) was calculated based on difference of cost and effectiveness ratio in both groups. Results showed FPG level reduction in insulin group and insulin-metformin combination consecutively was 25,05% and 1,03%. Increase of HbA1c level in insulin group and insulin-metformin combination consecutively was 6,21% and 1,87%. Based on HbA1c level reduction, ACER value in insulin group and insulin-metformin combination consecutively was Rp -37.617,00 and Rp -161.729,00, ICER value was Rp 15.860,00. From the results it can be concluded that insulin-metformin combination was more cost-effective than insulin in maintaining HbA1c level.

Keywords: type 2 diabetes, cost-effective, insulin, metformin

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui efektivitas biaya pada pasien DM tipe 2 yang menggunakan insulin dan kombinasi insulin-metformin. Data diambil secara prospektif dari baseline hingga bulan ke-3. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan perspektif ASKES. Komponen biaya yang diukur adalah biaya medik langsung, mencakup biaya antidiabetik, biaya komplikasi, biaya kunjungan ke klinik dan biaya pemeriksaan laboratorium. Efektivitas terapi yang diukur adalah penurunan kadar GDP dan HbA1c. ACER (average cost-effectiveness ratio) dihitung berdasarkan rasio biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. ICER (incremental cost-effectiveness ratio) dihitung berdasarkan rasio antara selisih biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin berurutan adalah 25,05% dan 1,03%. Peningkatan kadar HbA1c pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin berurutan adalah 6,21% dan 1,87%. Berdasarkan penurunan kadar HbA1c, nilai ACER pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin berurutan adalah Rp -37.617,00 dan Rp -161.729,00, nilai ICER adalah Rp15.860,00. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi insulin-metformin lebih cost-effective dalam mempertahankan kadar HbA1c.

Kata kunci : DM tipe 2, cost-effective, insulin, metformin

Page 2: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Insulin Dibandingkan Kombinasi Insulin-Metformin

(Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani)

147

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik yang membutuhkan terapi obat secara kontinyu dan pengaturan pola hidup penderita untuk mencegah terjadinya komplikasi (1). Pemberian antidiabetik oral ataupun insulin pada pasien DM tipe 2 dimulai dari dosis terendah, lalu secara bertahap dinaikkan sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Apabila dengan monoterapi gagal, maka dilakukan terapi kombinasi hingga 3 macam antidiabetik oral dengan mekanisme kerja yang berbeda atau kombinasi antidiabetik oral dengan insulin basal kerja menengah. Insulin diberikan pada malam hari sebelum tidur. Dosis awal insulin basal kerja menengah adalah 10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila jumlah insulin melebihi 30 unit/hari atau pasien nyaman menggunakannya, maka antidiabetik oral dihentikan dan digunakan insulin saja. Insulin yang digunakan adalah insulin kombinasi basal dan prandial atau insulin campuran dengan 2/3 dosis diberikan pagi hari dan 1/3 dosis diberikan malam hari (2). Penyesuaian dosis insulin diperlukan untuk mencapai efektivitas terapi yang diharapkan. Pemantauan glukosa darah mandiri perlu dilakukan oleh pasien di rumah untuk penyesuaian dosis insulin. Penyesuaian dosis insulin dilakukan hingga GDP mencapai ≤ 100 mg/dl, kecuali bila terjadi episode hipoglikemia. Adapun alternatif penyesuaian dosis adalah dengan meningkatkan dosis insulin sebanyak 2 U tiap 3 hari hingga GDP mencapai ≤ 100 mg/dl. (3).

Penelitian oleh Jaber dkk. menyatakan bahwa terapi kombinasi insulin dan metformin mampu menurunkan kadar HbA1c secara signifikan yaitu sebesar 1,5% ± 1,2% (p=0.01). Kadar glukosa darah puasa (GDP) mengalami penurunan signifikan hanya pada minggu keempat penggunaan kombinasi insulin dan metformin (p<0.05), penurunan pada bulan berikutnya tidak signifikan (4). Penelitian Wulffelé dkk menggunakan 390 subyek, 37 subyek diantaranya dikeluarkan (12 subyek pada kelompok terapi insulin, 25 subyek pada kelompok terapi kombinasi insulin dan metformin). Penelitian berlangsung selama 16 minggu. Kadar glukosa darah rata-rata harian, kadar HbA1c, penurunan dosis insulin, penurunan berat badan, penurunan nilai LDL plasma selama 16 minggu pada kelompok terapi kombinasi insulin dan metformin berurutan adalah 7,8 mmol/L; 6,9%; 63,8 IU; -0,24 kg; -0,21 mmol/L, sedangkan pada kelompok terapi insulin berurutan adalah 8,8 mmol/L; 7,6%; 71,3 IU; +1,2 kg; -0,02 mmol/L (5).

Pemberian metformin pada terapi insulin diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengobatan DM tipe 2 dan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas biaya terapi insulin dibandingkan kombinasi insulin-metformin pada pasien DM tipe 2.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental dengan pengambilan data secara prospektif untuk menilai efektivitas biaya pengobatan DM tipe 2 dengan terapi

Page 3: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 146 -155

148

insulin dan kombinasi insulin-metformin dari baseline hingga bulan ke-3.

Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 rawat jalan, menjalani pengobatan dengan insulin campuran dan kombinasi insulin campuran-metformin serta datang ke Poliklinik Endokrinologi Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Juni-November 2007. Kriteria inklusi pasien : pasien terdiagnosis DM tipe 2 berusia 18 tahun atau lebih yang berkunjung ke poliklinik antara bulan Juni–November 2007, gagal dengan antidiabetik oral yang dilihat dari kadar glukosa darah puasa (GDP) >130 mg/dl dan/atau dengan kadar glukosa darah post prandial >180 mg/dl, bersedia menandatangani surat persetujuan untuk penelitian (informed consent) dan memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian. Kriteria eksklusi pasien : pasien dengan gangguan ginjal (peningkatan kadar kreatinin >1,5 mg/dl) atau pasien dengan gangguan hati (alanin aminotransferase > 2,5 kali dari normalnya).

Alat penelitian berupa lembar pengumpul data, lembar persetujuan pasien, alat tulis dan alat hitung. Bahan penelitian mencakup rekam medis, hasil pemeriksaan kadar HbA1c dari laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, tarif pemeriksaan laboratorium, tarif kunjungan ke klinik dan perincian biaya obat dari bagian Instalasi Farmasi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Rekam medis berisikan data hasil laboratorium terkait, yaitu kadar GDP dari baseline hingga bulan ke-3 dan penggunaan obat pasien (nama, dosis, frekuensi).

Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan perspektif ASKES. Komponen biaya yang diukur adalah biaya medik langsung, mencakup biaya antidiabetik, biaya komplikasi, biaya

kunjungan ke klinik dan biaya pemeriksaan laboratorium. Efektivitas terapi yang diukur adalah penurunan kadar GDP dan HbA1c pada bulan ke-3 dibandingkan baseline. Efektivitas terapi dianalisis menggunakan paired sample t test dan independent sample t test. ACER (average cost-effectiveness ratio) dihitung berdasarkan rasio biaya dan efektivitas terapi pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin. ICER (incremental cost-effectiveness ratio) dihitung berdasarkan rasio antara selisih biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik pasien Pasien DM tipe 2 rawat jalan yang

menggunakan insulin di Poliklinik Endokrinologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Juni-November 2007 yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 14 orang, sedangkan 17 pasien menggunakan kombinasi insulin-metformin. Pasien pengguna insulin terdiri dari 78,57% laki-laki dan 21,43% perempuan. Pasien yang menggunakan kombinasi insulin-metformin terdiri dari 52,94% laki-laki dan 47,06% perempuan. Mayoritas pasien pengguna insulin adalah pasien dengan kelompok usia >65 tahun (lanjut usia) sebesar 71,43%. Sedangkan mayoritas pasien pengguna kombinasi insulin-metformin adalah pasien dengan kelompok usia 54-65 tahun sebesar 64,71%. Durasi DM adalah lamanya pasien terkena DM sejak terdiagnosis pertama kali. Durasi DM dikaitkan dengan resiko terjadinya komplikasi DM. Faktor utama pencetus komplikasi pada pasien diabetes adalah durasi dan tingkat keparahan diabetes (6). Penelitian ini

Page 4: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Insulin Dibandingkan Kombinasi Insulin-Metformin

(Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani)

149

mengelompokkan pasien ke dalam lima kelompok durasi. Pasien dengan durasi DM > 35 tahun berjumlah 1 orang, yaitu pada kelompok insulin. Sedangkan pasien dengan durasi DM < 5 tahun berjumlah 7 orang, 3 orang pada kelompok insulin dan 1 orang pada kelompok insulin-metformin.

Komplikasi DM lebih banyak muncul pada kelompok kombinasi insulin-metformin, yaitu sebanyak 32 kasus dari 17 pasien. Hipertensi dan neuropati adalah komplikasi yang paling banyak muncul pada kedua kelompok terapi (Tabel 1).

Tabel 1

Karakteristik pasien pada baseline berdasarkan komplikasi DM

Efektivitas terapi berdasarkan kadar GDP

Hasil perhitungan menunjukkan kadar GDP rata-rata baseline pada kelompok insulin adalah 193,86 mg/dl (n=14) dan kadar GDP rata-rata bulan ke-3 adalah 145,29 mg/dl (n=14). Jumlah pasien yang mencapai kadar GDP rata-rata bulan ke-3 sesuai target ADA (90-130 mg/dl) yaitu sebanyak 7 dari 14 orang. Hasil paired sample t test menunjukkan penurunan kadar GDP rata-rata dari baseline hingga bulan ke-3 sebesar 48,57 mg/dl tidak signifikan. Walaupun belum bermakna secara statistik, terapi insulin mampu menurunkan kadar GDP sebesar 48,57 mg/dl. Persentase penurunan

kadar GDP dari baseline hingga bulan ke-3 adalah sebesar 25,05%.

Kadar GDP rata-rata baseline pada kelompok kombinasi insulin-metformin adalah 188,35 mg/dl (n=17) dan kadar GDP rata-rata bulan ke-3 adalah 186,41 mg/dl (n=17). Jumlah pasien yang mencapai target kadar GDP menurut ADA berjumlah 5 dari 17 orang. Hasil paired sample t test menunjukkan penurunan kadar GDP rata-rata dari baseline hingga bulan ke-3 sebesar 1,94 mg/dl tidak signifikan. Walaupun belum bermakna secara statistik, terapi kombinasi insulin-metformin mampu menurunkan kadar GDP sebesar 1,94 mg/dl. Persentase penurunan kadar

Jenis Komplikasi

Kelompok Terapi

Insulin Kombinasi Insulin-

Metformin

Jumlah kasus

Persentase (%)

Jumlah kasus

Persentase (%)

Tanpa komplikasi

2 7,41 0 0,00

Hipertensi 10 37,04 10 31,25

Dislipidemia 4 14,81 3 9,38

Neuropati 9 33,33 14 43,75

Ulkus 0 0,00 2 6,25

Angina 1 3,70 3 9,38

CHF 1 3,70 0 0,00

Total kasus 27 100,00 32 100,00

Page 5: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 146 -155

150

GDP dari baseline hingga bulan ke-3 adalah sebesar 1,03%.

Gambar 1 menunjukkan grafik kadar GDP rata-rata baseline hingga bulan ke-3 pada kedua kelompok terapi. Penurunan kadar GDP dari baseline hingga bulan ke-3 terlihat pada kelompok insulin. Analisis statistik diperlukan untuk mengetahui apakah penurunan kadar GDP dari baseline hingga bulan ke-3 antar kedua kelompok terapi berbeda signifikan atau tidak. Hasil

independent sample t test menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar dua kelompok, berartitidak ada perbedaan penurunan kadar GDP rata-rata yang signifikan antar kedua kelompok terapi. Walaupun penurunan kadar GDP antar kedua kelompok terapi tidak berbeda secara statistik, terapi insulin masih lebih efektif dalam menurunkan kadar GDP dibandingkan kombinasi insulin-metformin.

Gambar 1. Grafik kadar GDP rata-rata baseline hingga bulan ke-3 pada kelompok insulin dan kombinasi insulin-metformin

Peningkatan kadar GDP dapat

mempengaruhi profil glukosa darah secara keseluruhan, termasuk kadar glukosa darah post prandial (GDPP). Peningkatan kadar GDPP dapat meningkatkan kadar HbA1c. Oleh karena itu strategi utama terapi insulin adalah menurunkan kadar GDP hingga mencapai target (90-130 mg/dl). Terapi insulin basal diharapkan dapat menurunkan kadar GDP sekaligus kadar GDPP (3). Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP rata-rata dari baseline hingga bulan ke-3 setelah pemberian terapi insulin adalah sebesar 48,57 mg/dl.

Metformin adalah golongan biguanida yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan sangat efektif bila dikombinasikan dengan insulin eksogen (7). Penelitian oleh Jaber dkk menyatakan bahwa terapi kombinasi insulin dan metformin mampu menurunkan kadar GDP secara signifikan hanya pada minggu keempat (p<0.05), penurunan pada bulan berikutnya tidak signifikan (4). Hasil penelitian menunjukkan terapi kombinasi insulin-metformin mampu menurunkan kadar GDP sebesar 1,94 mg/dl. Kadar GDP rata-rata menunjukkan penurunan hingga bulan ke-2 saja. Peningkatan kadar GDP rata-rata justru terjadi pada

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

GDP

Baseline

GDP Bulan

ke-1

GDP Bulan

ke-2

GDP Bulan

ke-3

Pengukuran GDP

Kad

ar

GD

P

insulin

insulin-metformin

Page 6: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Insulin Dibandingkan Kombinasi Insulin-Metformin

(Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani)

151

bulan ke-3. Akan tetapi, peningkatan kadar tidak melebihi baseline (Gambar 1).

Efektivitas terapi berdasarkan Kadar HbA1c

Kadar HbA1c rata-rata baseline pada kelompok insulin adalah 8,21% (n=14) dan kadar HbA1c rata-rata bulan ke-3 adalah 8,72% (n=14). Hasil ini menunjukkan persentase peningkatan kadar HbA1c rata-rata dari baseline yaitu sebesar 6,21%. Penurunan kadar HbA1c yang diharapkan tidak terjadi. Target kadar HbA1c menurut ADA yaitu < 7,0%. Jumlah pasien yang mencapai target hanya sebanyak 3 dari 14 orang. Hasil paired sample t test menunjukkan peningkatan kadar HbA1c rata-rata dari baseline hingga bulan ke-3 tidak signifikan, berarti peningkatan kadar HbA1c pada bulan ke-3 setelah menjalani terapi insulin tidak signifikan.

Kadar HbA1c rata-rata baseline pada kelompok yang mendapat terapi kombinasi insulin-metformin adalah 9,61% (n=17) dan kadar HbA1c rata-rata bulan ke-3 adalah 9,79% (n=17). Hasil ini menunjukkan persentase peningkatan kadar HbA1c rata-rata dari baseline yaitu sebesar 1,87%. Jumlah pasien yang mencapai target ADA sebanyak 4 dari 17 orang. Hasil paired sample t test menunjukkan peningkatan kadar HbA1c rata-rata dari baseline hingga bulan ke-3 setelah menjalani terapi kombinasi insulin-metformin ternyata tidak signifikan.

Hasil independent sample t test menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar dua kelompok. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan penurunan kadar HbA1c rata-rata yang signifikan antar kedua kelompok terapi. Terapi kombinasi insulin-

metformin belum mampu menurunkan kadar HbA1c hingga mencapai target, tetapi dapat mempertahankan kadar HbA1c bulan ke-3 tidak melebihi kadar HbA1c baseline. Hal ini berarti efektivitas terapi berupa penurunan kadar HbA1c belum tercapai pada kedua kelompok terapi. Persentase peningkatan kadar HbA1c pada kelompok insulin adalah sebesar 6,21%. Walaupun harga tersebut tidak bermakna secara statistik, tetapi peningkatan kadar HbA1c 1% saja sudah dapat meningkatkan resiko penyulit DM. Hal ini dapat dianalogikan dengan 1% penurunan kadar HbA1c dapat mengurangi endpoint terkait diabetes atau non-diabetes yang dapat menyebabkan kematian sebesar 21%, mengurangi resiko infark miokard sebesar 14%, mengurangi resiko amputasi sebesar 43% dan mengurangi resiko komplikasi mikrovaskular sebesar 37% (8). Persentase peningkatan kadar HbA1c pada kelompok kombinasi insulin-metformin adalah sebesar 1,87%. Persentase peningkatan kadar HbA1c pada kelompok kombinasi insulin-metformin lebih besar dibandingkan kelompok insulin. Oleh karena itu, terapi kombinasi insulin-metformin lebih efektif dalam mempertahankan kadar HbA1c dibandingkan dengan terapi insulin.

Terapi awal insulin pada pasien DM tipe 2 yang gagal dengan antidiabetik oral adalah dengan kombinasi insulin basal kerja menengah dan dua macam antidiabetik oral. Apabila kadar HbA1c tidak mencapai target yaitu >7,0% maka dilakukan terapi menggunakan insulin campuran. Terapi menggunakan insulin basal dan prandial dapat diterapkan apabila target HbA1c juga belum tercapai (3).

Page 7: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 146 -155

152

Terapi awal insulin pada pasien DM tipe 2 yang gagal dengan antidiabetik oral juga harus melihat profil glukosa darah pasien : a) GDP dan post prandial tinggi, b) GDP tinggi, post prandial normal, dan c) GDP normal, post prandial tinggi. Insulin basal dan campuran digunakan pada ketiga profil tersebut, hanya saja berbeda pada sediaan, waktu dan frekuensi penyuntikan (9). Pasien dalam penelitian memiliki ketiga profil glukosa diatas. Sedangkan insulin yang diberikan adalah campuran antara insulin kerja pendek dan menengah.

Penyesuaian dosis insulin diperlukan untuk mencapai efektivitas terapi yang diharapkan. Efektivitas terapi berupa penurunan kadar HbA1c (<7%) dan pencapaian kadar GDP optimal (90-130 mg/dl) belum tercapai dengan terapi kombinasi insulin-metformin. Hal ini disebabkan belum dilakukannya penyesuaian dosis pada penggunaan insulin itu sendiri. Dosis harian insulin sama untuk tiap bulan. Oleh karena itu, efektivitas insulin belum tercapai. Penyesuaian dosis tidak dilakukan karena pasien belum menerapkan pemantauan glukosa darah mandiri. Pemantauan glukosa darah mandiri sangat penting bagi pasien DM tipe 2 yang menggunakan insulin.

Pola hidup pasien juga sangat berpengaruh pada efektivitas terapi yang diharapkan. Apabila pasien tidak mengatur pola makan dan tidak rutin berolahraga, maka terapi kombinasi insulin-metformin tidak akan efektif. Pasien hendaknya membatasi asupan makanan yang mengandung lemak jenuh dan makanan yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Lemak jenuh dapat menurunkan sensitivitas insulin. Olahraga rutin dan kontinyu, seperti renang, bersepeda, jalan dsb dapat meningkatkan

sensitivitas insulin terhadap jaringan perifer (10). Biaya Terapi

Biaya terapi mencakup biaya antidiabetik, biaya komplikasi, biaya pemeriksaan laboratorium, dan biaya kunjungan ke klinik. Biaya antidiabetik mencakup seluruh obat yang diresepkan untuk mengatasi DM. Obat antidiabetik berupa insulin (untuk kelompok insulin) serta insulin dan metformin (untuk kelompok kombinasi). Biaya antidiabetik rata-rata per bulan pada kelompok kombinasi insulin-metformin lebih besar dibandingkan kelompok insulin (tabel 2).

Biaya komplikasi mencakup seluruh obat yang digunakan untuk mengatasi komplikasi akibat DM. Biaya komplikasi terbesar pada kedua kelompok terapi adalah biaya untuk mengatasi komplikasi berupa hipertensi. Komplikasi berupa nefropati tidak muncul pada kelompok insulin (Tabel 3). Biaya untuk setiap jenis komplikasi diperoleh dari biaya rata-rata per bulan yang dihabiskan dari satu orang pasien hanya untuk mengatasi satu jenis komplikasi saja.

Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengevaluasi hasil terapi, meliputi pemeriksaan glukosa darah, profil lipid dan fungsi ginjal. Biaya pemeriksaan laboratorium mencakup biaya pemeriksaan kadar GDP, GDPP, HbA1c, biaya pemeriksaan kadar lipid seperti LDL, HDL, trigliserida dan biaya pemeriksaan kadar serum kreatinin, BUN, albumin serta pemeriksaan laboratorium lainnya. Terapi kombinasi insulin-metformin menghabiskan biaya pemeriksaan laboratorium rata-rata per bulan yang lebih besar dibandingkan insulin (Tabel 2).

Page 8: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Insulin Dibandingkan Kombinasi Insulin-Metformin

(Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani)

153

Biaya kunjungan ke klinik adalah salah satu komponen biaya medik langsung yang diperoleh dari biaya periksa dokter dan biaya administrasi sesuai standar RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pasien berkunjung ke klinik satu kali dalam sebulan. Biaya kunjungan ke klinik antar kelompok terapi tidak berbeda, yaitu sebesar Rp 13.500,00 per kunjungan.

Biaya total terapi adalah seluruh biaya medik langsung rata-rata per bulan yang dikeluarkan selama menjalani terapi dari baseline hingga bulan ke-3, yaitu merupakan penjumlahan dari komponen biaya antidiabetik, biaya komplikasi, biaya pemeriksaan laboratorium, dan biaya kunjungan ke klinik (Tabel 2).

Tabel 2

Biaya total terapi rata-rata per bulan

Tabel 3 Biaya komplikasi rata-rata per bulan untuk setiap jenis komplikasi

Jenis Komplikasi

Biaya Komplikasi

Insulin Insulin-Metformin

Hipertensi Rp 81.305,00 ± 47.868,00 Rp 79.580,00 ± 56.150,00 Dislipidemia Rp 7.403,00 ± 2.798,00 Rp 6.382,00 ± 3.751,00 Neuropati Rp 5.413,00 ± 1.838,00 Rp 5.643,00 ± 2.335,00 Nefropati Rp 0,00 Rp 26.915,00 Angina Rp 1.762,00 Rp 4.363,00 ± 2.643,00 CHF Rp 43.830,00 Rp 34.102,00 Ulkus Rp 762,00 Rp 1.253,00 ± 139,00

Persentase biaya antidiabetik pada kedua kelompok adalah > 50% dari biaya total. Hal ini berarti bahwa pengeluaran biaya terbesar pada terapi DM tipe 2 menggunakan insulin

dan kombinasi insulin-metformin adalah pada biaya antidiabetik. Biaya total rata-rata per bulan pada kelompok kombinasi insulin-metformin lebih besar dibandingkan kelompok

Komponen Biaya

Kel. Insulin Kel. Insulin-Metformin

Jumlah (%) Jumlah (%)

Biaya antidiabetik

Rp 233.599,00 ± 105.531,00

56,60

Rp 302.433,00 ± 108.995,00

63,85

Biaya komplikasi

Rp 79.964,00 ± 60.300,00

19,37

Rp 64.292,00 ± 64.601,00

13,57

Biaya pemeriksaan laboratorium

Rp 85.679,00 ± 8.383,00

20,76

Rp 93.449,00 ± 8.995,00

19,73

Biaya kunjungan ke klinik

Rp 13.500,00 3,27 Rp 13.500,00 2,85

Biaya total terapi

Rp 412.742,00 100,00

Rp 473.674,00 100,00

Page 9: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 146 -155

154

insulin. Terapi kombinasi insulin-metformin menghabiskan total biaya terapi yang lebih besar dibandingkan terapi insulin per bulannya (Tabel 5). Biaya komplikasi diperoleh dari biaya rata-rata per bulan yang digunakan untuk mengatasi seluruh jenis komplikasi dari satu orang pasien. Efektivitas Biaya Terapi (Cost-effectiveness)

Harga ACER diperoleh dari rasio antara biaya total terapi rata-rata per bulan dan efektivitas terapi. Efektivitas terapi yang diukur adalah % penurunan kadar GDP dan HbA1c setelah menjalani terapi dari baseline hingga bulan ke-3. Harga ICER diperoleh dari rasio antara selisih biaya total terapi rata-rata per bulan dan % penurunan kadar GDP dan HbA1c pada kedua kelompok terapi.

Berdasarkan parameter efektivitas terapi berupa % penurunan kadar GDP, nilai ACER pada kelompok kombinasi insulin-metformin lebih besar dibandingkan kelompok insulin (Tabel 4). Oleh karena itu, terapi

insulin lebih cost-effective dibandingkan kombinasi insulin-metformin dalam menurunkan kadar GDP. Nilai ICER minus dikarenakan selisih % penurunan kadar GDP minus, hal ini menunjukkan bahwa terapi insulin lebih cost-effective dibandingkan kombinasi insulin-metformin dalam menurunkan kadar GDP.

Berdasarkan parameter efektivitas terapi berupa % penurunan kadar HbA1c, nilai ACER pada kelompok insulin lebih besar dibandingkan kelompok kombinasi insulin-metformin (Tabel 4). Oleh karena itu, terapi kombinasi insulin-metformin lebih cost-effective dalam mempertahankan kadar HbA1c dibandingkan insulin. Nilai ICER yang diperoleh adalah besarnya biaya tambahan yang diperlukan untuk memperoleh 1% penurunan kadar HbA1c. Hal ini berarti bahwa terapi kombinasi insulin-metformin membutuhkan penambahan biaya sebesar Rp 15.860,00 untuk setiap 1% penurunan kadar HbA1c.

Tabel 4

Efektivitas biaya terapi pada kedua kelompok

Parameter Kelompok Insulin

Kelompok Insulin-Metformin

Biaya total terapi Rp 233.599,00 Rp 302.433,00

Efektivitas Terapi berdasarkan kadar GDP

% penurunan kadar

25,05% 1,03%

ACER Rp 9.325,00 Rp 293.624,00

ICER - Rp -2.866,00

Efektivitas Terapi berdasarkan kadar HbA1c

% penurunan kadar

-6,21% -1,87%

ACER Rp -37.617,00 Rp -161.729,00

ICER - Rp 15.860,00

Page 10: membandingkan biaya penggunaan insulin terhadap efektivitas diabetes mellitus tipe 2

Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Insulin Dibandingkan Kombinasi Insulin-Metformin

(Annisa Primadiamanti dan Tri Murti Andayani)

155

KESIMPULAN

Terapi kombinasi insulin-metformin lebih cost-effective dibandingkan terapi insulin dalam mempertahankan kadar HbA1c, sedangkan terapi insulin lebih cost-effective dalam menurunkan kadar GDP.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. Standard of Medical Care in Diabetes Melitus. Jakarta: ADA; 2007.

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni; 2006.

3. Edelman S, Dailey G, Flood T, Kuritzky L, and Renda S. A practical approach for implementation of a basal-prandial insulin therapy regimen in patients with type 2 diabetes. Osteopath Med Prim Care 2007; 1: 9.

4. Jaber LA, Nowak SN, Slaughter RR. Insulin-metformin combination therapy in obese patients with type 2 diabetes. J American College of Clinical Pharmacology 2002; 6: 18-23.

5. Wulffelé MG, Kooy A, Lehert P, Bets D, Jeles C, Ogterop JC, van der Burg BB, Ab JM, Donker AJM, Coen DA, Stehouwer CDA. Combination of Insulin and Metformin in the Treatment of Type 2 Diabetes Diabetes Care 2002; 25: 2133-2140.

6. Direktorat Bina FKK. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit DM. Jakarta: Depkes RI; 2006

.

7. Raskin P. Can Glycemic Targets Be Achieved - In Particular With Two Daily Injections of A Mix of Intermediate and Short-acting Insulin? American Association of Clinical Endocrinologists 2006; 12: 52-54.

8. White Jr JR, Davis SN, Cooppan R, Davidson MB, Mulcahy K, Manko GA, Nelinson D. Clarifying the Role of Insulin in Type 2 Diabetes Management. Clinical Diabetes 2003; 21: 14-21.

9. Mooradian AD, Bernbaum M, Albert SG. Narrative Review: A Rational Approach to Starting Insulin Therapy. Ann Intern Med 2006; 145: 125-134.

10. Bazzano LA, Serdula M, Liu S. Prevention of Type 2 Diabetes by Diet and Lifestyle Modification. Journal of the American College of Nutrition 2005; 24(5): 310-319.