memar

11
MEMAR I. PENDAHULUAN Trauma tumpul merupakan trauma yang paling sering di dokumentasikan dan diinterpretasikan oleh ahli patologi forensik. Trauma ini rutin di pada kasus kematian dengan berbagai maam penyebab! baik itu memar pad kasus heart attaked"related ollapse atau akibat robeknya#aring tindakan kekerasan. Trauma pada kulit! pada kebanyakan kasus! adalah t fatal dan tampak tidak penting.! namun dokumentasi trauma ini memiliki sebagai bukti. $!% Tidak sama dengan pola trauma penetrasi yang spesifik dengan sumber trauma! pola trauma tumpul tidak memiliki pola yang biasa. Pada kebany kasus terdapat trauma eksternal dan internal serta hubungan antara tra sebagai penyebab kematian perlu diinterpretasikan oleh ahli patologi f Pada sebagian kasus! trauma yang tampak mungkin minimal! namun kematian akibat trauma tumpul dapat &too muh or too little' dalam hal penemuan kelainan patologi. $ Trauma tumpul terdiri dari( ) $. Abrasi %. *ontusio ). Laserasi +. ,raktur sistem skeletal Tiga tipe trauma kulit yang sering ditemukan adalah kontusio -memar abrasi -leet dan laserasi -robekan . Abrasi ter#adi pada permukaan e/ sedangkan kontusio dan laserasi dapat ter#adi pada permukaan e/ternal internal. *ontusio merupakan perubahan 0arna kulit akibat ekstr darah dari pembuluh darah yang ruptur akibat trauma atau suatu penyaki tertentu. Permukaan pada kontusio &tertutup'! tidak sama dengan abrasi laserasi yang permukaannya &terbuka'. $!+ II. DE,INI2I 3E3A4 3emar atau kontusio adalah suatu area dimana terdapat perdar dalam #aringan lunak akibat ruptur pembuluh darah yang disebabkan oleh

Upload: reski-harlianty-harli

Post on 04-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

memar adalah salat

TRANSCRIPT

MEMAR

I. PENDAHULUANTrauma tumpul merupakan trauma yang paling sering di dokumentasikan dan diinterpretasikan oleh ahli patologi forensik. Trauma ini rutin ditemukan pada kasus kematian dengan berbagai macam penyebab, baik itu memar pada kasus heart attacked-related collapse atau akibat robeknyajaringan akibat tindakan kekerasan. Trauma pada kulit, pada kebanyakan kasus, adalah tidak fatal dan tampak tidak penting., namun dokumentasi trauma ini memiliki nilai sebagai bukti.1,2Tidak sama dengan pola trauma penetrasi yang spesifik dengan sumber trauma, pola trauma tumpul tidak memiliki pola yang biasa. Pada kebanyakan kasus terdapat trauma eksternal dan internal serta hubungan antara trauma ini sebagai penyebab kematian perlu diinterpretasikan oleh ahli patologi forensik. Pada sebagian kasus, trauma yang tampak mungkin minimal, namun kematian akibat trauma tumpul dapat too much or too little dalam hal penemuan kelainan patologi.1Trauma tumpul terdiri dari:31. Abrasi2. Kontusio3. Laserasi 4. Fraktur sistem skeletalTiga tipe trauma kulit yang sering ditemukan adalah kontusio (memar), abrasi (lecet) dan laserasi (robekan). Abrasi terjadi pada permukaan external sedangkan kontusio dan laserasi dapat terjadi pada permukaan external atau internal. Kontusio merupakan perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah dari pembuluh darah yang ruptur akibat trauma atau suatu penyakit tertentu. Permukaan pada kontusio tertutup, tidak sama dengan abrasi dan laserasi yang permukaannya terbuka.1,4

II. DEFINISI MEMARMemar atau kontusio adalah suatu area dimana terdapat perdarahan ke dalam jaringan lunak akibat ruptur pembuluh darah yang disebabkan oleh trauma tumpul. Kontusio tidak hanya terdapat pada permukaan kulit tapi juga dapat terjadi pada organ internal seperti paru-paru, jantung, otak, dan otot.3Terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan penampakan dari kontusio, seperti petechiae (perdarahan yang berupa small punctate), ecchymoses (kontusio yang berukuran kecil) dan hematoma (focal space-occupying collection of blood).2Istilah kontusio dan ekimosis selama ini digunakan untuk membedakan berbagai tipe trauma, yang secara sederhana dapat disebut sebagai memar. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan ukuran trauma yang berbeda-beda tetapi tidak memberikan suatu penjelasan yang berbeda mengenai penyebab atau mekanisme dari trauma itu sendiri. Oleh karena itu sebaiknya tidak lagi digunakan. Istilah hematoma digunakan untuk merujuk pada suatu kumpulan darah yang membentuk massa dibawah kulit dan dapat dikaitkan dengan adanya suatu trauma. Perbedaan antara hematoma dengan memar yaitu hematoma mungkin dapat diaspirasi seperti pada pus yang terkumpul dan dapat diaspirasi.5Memar juga perlu dibedakan dengan purpura. Purpura merupakan suatu keadaan yang spontan pada mereka dengan penyakit perdarahan atau pada orang yang sudah tua, dimana outline-nya tidak teratur serta biasanya timbul pada lengan bawah dan kaki bagian bawah.5

III. PROSES LUKA MEMARMemar timbul apabila terdapat kerusakan pada pembuluh darah sehingga darah keluar ke jaringan perivascular dan terlihat pada permukaan kulit sebagai perubahan warna. Warna ini mengalami perubahan warna, bentuk dan lokasi seiring dengan hemoglobin mengalami degradasi dan terabsorbsi. Pada beberapa kasus, meskipun pembuluh darah mengalami kerusakan, tidak tampak adanya perubahan pada kulit. Sedangkan pada kasus tertentu, memar timbul setelah beberapa jam atau hari. Trauma tumpul menyebabkan ruptur pembuluh darah kecil dibawah kulit yang intak dan darah kemudian infiltrasi ke daerah sekitar jaringan subkutan.5

Gambar 1. Terbentuknya memar5Memar dapat meluas seiring dengan periode waktu tertentu, dimana dapat menjadi petunjuk salah mengenai lokasi asli dari suatu trauma. Karena memar merupakan suatu mekanisme perembesan darah ke jaringan, maka dapat dipengaruhi oleh pergerakan dan gravitasi. Oleh karena itu, memar pada wajah dapat merupakan akibat dari suatu trauma di kulit kepala.Kesulitan lain dalam menilai memar apabila memar yang sebelumnya tidak terlihat meluas ke jaringan yang terlihat. Memar seperti ini tidak tampak selama beberapa waktu dan kemudian timbul pada tempat lain yang bukan daerah asli trauma terjadi. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus sering dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut satu atau dua hari kemudian.5Pada umumnya, memar (kecuali superfisial dan intradermal) merupakan trauma yang tidak spesifik dan biasanya tidak mungkin untuk mengetahui jenis atau alat apa yang menyebabkan trauma. Namun, beberapa memar dapat memiliki pola atau karena bentuk, ukuran atau lokasinya dapat memberikan informasi tertentu. Seperti pada korban yang terinjak kendaraan bermotor, dapat terlihat adanya bekas dari ban.2,5

Gambar 2. Pola memar bentuk ban yang korban yang terlindas2Ukuran dan keparahan dari suatu memar tidak selalu mengindikasikan seberapa besar kekuatan dari trauma. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran dari suatu memar yaitu usia, jenis kelamin, kondisi dan kesehatan dari korban serta lokasi dan tipe jaringan yang terkena trauma. Anak-anak dan orang tua lebih mudah timbul memar karena pada anak-anak jarinngan kulit lebih longgar sedangkan pada oranng tua jaringan penunjang subkutan telah berkurang. Senile purpura pada lengan bawah pada orang tua dapat di salah artikan sebagai suatu memar. Wanita, khususnya yang obes, juga lebih mudah timbul memar dibandingkan individu yang lebih berotot.3

IV. USIA MEMARAhli patologi forensik sering diminta untuk menentukan usia dari memar, dimana informasi seperti ini dapat menjadi suatu bukti yang kuat dalam suatu kasus. Metode yang digunakan untuk menentukan usia suatu memar yaitu histologi dan perubahan warna. Metode pertama dikatakan suatu metode yang tidak mungkin digunakan. Metode yang paling umum digunakan adalah berdasarkan perubahan warna.3Dalamnya kontusio dan pigmentasi kulit dapat mempengaruhi penampakan dan deteksi warna. Warna kuning dapat terlihat segera pada memar yang superfisial dibandingkan dengan memar yang letaknya lebih dalam. Pigmentasi yang gelap juga dapat menyebabkan memar tidak terlihat. Dalamnya serta lokasi dari memar dapat mempengaruhi waktu timbulnya memar. Pada memar yang superfisial dan memar pada kelopak mata (dengan jaringan ikat longgar), memar dapat timbul segera sedangkan memar yang lebih dalam muncul setelah berhari-hari.3Seiring dengan bertambahnya usia memar, terjadi perubahan warna memar akibat degradasi dari hemoglobin. Namun, timbul masalah karena adanya perbedaan dalam penggunaan terminologi warna dan kronologi dari perubahan warna, serta memar juga tidak konsisten dalam penampakan atau warnanya. Tidak ada terminologi standard yang digunakan untuk menggambarkan warna suatu memar. Suatu memar yang sama dapat digambarkan sebagai violet, reddish purple, bluish purple, purple atau blue.3Pada umumnya, memar awalnya timbul dengan warna red, dark blue, purple, violet atau black. Seiring dengan hancurnya hemoglobin, terjadi perubahan ke violet, green, dark yellow, dan pale yellow sebelum memarnya menghilang. Perubahan warna ini dapat terjadi dalam waktu beberapa hari sampai berminggu-minggu. Namun perubahan ini bervariasi, tidak hanya pada orang yang berbeda tetapi pada orang yang sama dengan memar yang berbeda. Pada individu yang sama dengan dua memar yang terjadi bersamaan, memar yang satu dapat berubah warna dari blue ke violet ke yellow dan kemudian menghilang sedangkan memar yang satunya tetap berwarna violet.3Perubahan warna dari violet langsung berubah ke yellow tanpa perubahan warna green jarang terjadi. Warna brown pada suatu memar juga dikatakan mengindikasikan bahwa memar ini tidak baru. Perubahan warna hanya dipertimbangkan sebagai guideline umum untuk menginterpretasikan usia dari memar dan sebaiknya hanya menyatakan bahwa suatu memar baru timbul atau sudah lama timbul.3

V. DOKUMENTASI DAN PENILAIAN KARAKTERISTIK MEMARSemua memar harus didokumentasikan secara menyeluruh seperti bentuk, ukuran dan warnanya. Fotografi dan kadang-kadang media visual lainnya seperti video sangat penting untuk proses dokumentasi dan untuk visual record. Agen penyebab suatu memar penting untuk menilai trauma dan rekonstruksi kejadian. Kadang-kadang, tergantung pada lokasi trauma dan agen penyebab, ini dapat digunakan untuk mencocokkan pola memar dengan objek tertentu, seperti tanda heels dengan sepatu tertentu.Namun, memar tertentu tidak memperlihatkan pola memar yang persis sama dengan agen penyebab seperti memar dengan pola bulat atau discoid kecil dapat disebabkan oleh ujung jari dan memar tramline dapat disebabkan oleh objek dengan bentuk permukaan siinder.6Suatu memar tidak diperiksa secara terpisah, karena pada beberapa kasus seperti shoe marks atau trauma tumpul akibat tongkat, besi atau ikat pinggang, terdapat abrasi atau laserasi yang menyertai memar. Penilaian ukuran memar serta adanya laserasi atau abrasiyang menyertai dapat membantu dalam menilai seberapa besar kekuatan dari trauma. Namun, suatu memar tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya kekuatan trauma. Faktor lain yaitu lokasi dari trauma (apakah di tulang atau jaringan lunak), tipe agen penyebab trauma serta faktor intrinsik dari korban sendiri. Perlu diingat bahwa pigmentasi kulit mempengaruhi penampakan dari suatu memar.6Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi yaitu61. Bentuk: kontur, pola serta derajat edema harus dideskripsikan secara menyeluruh.2. Ukuran: hal ini tergantung dari bentuk memar. Namun ukuran luka perlu dideskripsikan setidaknya terdapat ukuran panjang dan lebar.3. Warna4. Lokasi5. Fotografi: perlu menggunakan fotorafi dengan kualitas yang baik6. Pada kasus tertentu, penggunaan teknik fotografi tertentu seperti menggunakan sinar ultraviolet dan infra merah untuk memperjelas penampakan dari memar.Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian suatu memar yaitu61. Apakah perubahan warna yang tampak merupakan suatu memar atau bukan.2. Agen penyebab, permukaan objek yang mengenai kulit.3. Kekuatan trauma.4. Usia dari memar5. Lokasi dari memar yang ditemukan6. Kongesti atau vaskularisasi pada lokasi memar7. Distribusi, apakah terdapat beberapa memar8. Penampakan dari memar (pola, ukuran, warna serta truama lain yang menyertai seperti adanya abrasi)9. Penilaian secara keseluruhan dari memar yang multipel untuk rekonstruksi kejadian10. Ada tidaknya penyakit lain yang menyertai seperti blood dyscrasia, yang mana dapat mempengaruhi suatu memar11. Warna kulit dari korban

VI. Luka Memar pada kekerasan dalam Rumah TanggaKekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu jenis kekerasan yang menjadi masalah kesehatan global. Studi dari berbagai negara menunjukkan, angka kejadian KDRT berkisar antara 15-71%.Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus kekerasan pada tahun 2010 meningkat sekitar 5 kali dibandingkan tahun 2006. KDRT merupakan kasus yang mendominasi dalam kasus kekerasan terhadap perempuan yaitu 96% pada 2010. Dalam catatan tahunan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan tahun 2011, korban KDRT yang terbanyak adalah perempuan dalam rentang usia produktif (25-40 tahun).Kejadian KDRT dapat menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi kesehatan mental pada korban.Kasus KDRT yang tidak ditangani secara tuntas akan menimbulkan lingkaran kekerasan. Pola ini berarti kekerasan akan terus berulang, bahkan korban kekerasan suatu saat dapat menjadi pelakukekerasan.7Kekerasan dalam rumah tangga merupakan hal yang universal dan dapat terjadi tanpamemandang usia, profesi, tingkat ekonomimaupun pendidikan dari individu yang mengalaminya. Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan dewasa dan pelakunya biasanya ialah suami. Dalam pengungkapan kasus KDRT, diperlukan metode-metode tertentu dari dokter atau tenaga kesehatan untuk mendektesinya. Dalam hal ini, aspek-aspek dari forensik klinik sangat berperan. Dokter atau tenaga medis harus mampu mengetahui keadaan psikologis dan keadaan fisik, didalamnya pola luka/cedera yang dialami korban, apakah murni karena tindak kekerasan yang dilakukan terhadap korban atau karena hal yang lain.8Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin korban yang terbanyak adalah perempuan, yaitu sebesar 97,5%. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) dan sebuah penelitian di Hongkong. Laporan dari berbagai penelitian selalu menunjukkan perempuan sebagai mayoritas korban dalam kasus KDRT. Isu gender, faktor sosial budaya patriakat, tingkat ketergantungan perempuan secara ekonomi, dan tingkat pemahaman masyarakat yang masih rendah merupakan faktor yang menyebabkan dominasi perempuan sebagai korban KDRT. 8Berdasarkan Penelitian Afandi dkk pada tahun 2011 melaporkan bahwa Kekerasan fisis merupakan bentuk kekerasan yang dilaporkan oleh semua korban, dengan jenis kekerasan tumpul sebanyak 90%. Luka memar dan lecet merupakan jenis luka yang paling banyak ditemukan, masing-masing sebesar 79,3% dan 49,4%, sedangkan vulnus scissum hanya ditemukan pada empat dari seluruh korban. Luka paling banyak ditemukan pada daerah kepala dan leher (73,8%) dan ekstremitas (62,9%).8

Gambar 3. Dua memar dengan warna yang hampir sama akibat dari 2 pukulan yang berbeda9 Gambar 4. Memar akibat pukulan dengan menggunakan ikat pinggang9

Gambar 5. Memar pada paha akibat dianiaya oleh suami10

DAFTAR PUSTAKA

1. Shkrum, MJ, Ramsay DA. Forensic Pathology of Trauma : Common Problems for the Pathologist. New Jersey: Humana Press. 20072. Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic Pathology: Principles and Practice. California: Elsevier Academic Press. 20053. DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology 2nd Ed. New York: CRC Press. 20014. Dix J. Color Atlas of Forensic Pathology. New York: CRC Press. 20005. Stark MM. Clinical Forensic Medicine: A Physicians Guide 2nd Ed. New Jersey: Humana Press. 20056. Vanesis P. Interpreting Bruises at Necropsy. J Clin Pathol 2001;54:348-355. Downloaded from htttp://jcp.bmj.com/ on june 30 20157. Molenaar,RE,dkk.2015.Pola Luka Pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan di RS Bhayangkara Manado Periode 2013.Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2. [diakses : 3 Juli 2015]. Diunduh dari :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/8382/79558. Afandi D, dkk. 2012. Karakteristik Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11.[diakses : 3 Juli2015].Diunduh dari : http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/1263/12399. Curca GC et all. Study on Domestic Violence: A Legal Medicine Perspective. Rom J Leg Med 16 (3) 226 242 (2008)10. Barefoot E, Galvan L. Domestic Violence: The Medical Forensic Response. J Forensic Res 2013, 4:3