web viewbimbingan merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dalam bahasa inggris, ......
TRANSCRIPT
PENGARUH PERILAKU RELIGIUS, BIMBINGAN GURU DAN
LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP IKLIM PEMBELAJARAN
DAN DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 JATISRONO
Proposal
Usulan Penelitian untuk skripsi S-1
Program Studi pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Suharsih
A 410080056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………1
Daftar isi…………………………………………………………………………2
1. Latar belakang………………………………………………………………..…3
2. Identifikasi masalah……………………………………………………...…..…5
3. Pembatasan masalah……………………………………………………..…..…5
4. Rumusan masalah…………………………………………………...……….…6
5. Tujuan penelitian .…………………………………………………………...…6
6. Manfaat penelitian…………………………………………………………...…6
7. Kajian Teori…………………………………………………………………....7
8. Kajian Pustaka…………………………………………………………….…..12
9. Kerangka Berfikir……………………………………………………….…….13
10. Hipotesis…………………………………………………………….………...14
11. Jenis dan desain penelitian……………………………………………………14
12. Waktu dan tempat penelitian…………………………………………….……15
13. Populasi, Sampel, dan Sampling……………………………………….……..16
14. Metode pengumpulan Data…………………………………………………..16
15. Definisi Operasional variable…………………………………………..........17
16. Instrument Penelitian………………………………………………………...18
17. Teknik penyajian Data……………………………………………………….20
18. Teknik analisis Data…………………………………………………………20
Daftar pustaka………………………………………………………………..23
2
1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran
matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang didalamnya
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim pembelajaran dan pelayanan terhadap
kemampuan , potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa.(Suyitno, 2004:2).
Matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak
yang tersusun secara hierarkis dan penalaran deduktif yang membutuhkan penalaran
pemahaman secara bertahap dan berurutan. Aspek-aspek pemahaman suatu konsep
termasuk pemahaman rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting dan
harus dimiliki siswa. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika sehingga berdampak rendahnya nilai
siswa itu sendiri. Salah satu faktor penyebabnya adalah iklim pembelajaran yang kurang
menarik dan efektif. Dalam menciptakan iklim pembelajaran , hal yang esensial bagi
guru adalah memahami cara-cara siswa dalam melaksanakan atau mengikuti kegiatan
belajar didalam kelas. Dalam praktek belajar mengajar didalam kelas banyak dijumpai
iklim pembelajaran yang dirasa kurang efektif dan justru membuat siswa merasa jenuh
sehingga dalam penerimaan pelajaranpun siswa tidak dapat maksimal. Dalam hal ini
banyak faktor yang mempengaruhi iklim pembelajaran didalam kelas, faktor-faktor
tesebut bisa berasal dari siswa, dalam sekolah, maupun luar sekolah. Untuk itu perlu di
ketahui apa sajakah yang mempengaruh iklim pembelajaran sehingga nantinya dapat
ditemukan cara yang paling efektif untuk menciptakan iklim pembelajaran yang lebih
baik.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya pembudayaan
manusia. Karena itu melalui pendidikan, kepribadian siswa dibentuk dan diarahkan
sehingga dapat mencapai derajat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam hal
ini aspek yang penting dan sangat berpengaruh adalah perilaku religius siswa.
Idealnya pendidikan tidak hanya sebagai transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan
( transfer of knowledge and skill), tetapi lebih dari itu adalah transfer perilaku.
Diharapkan, perilaku religius siswa mampu membentengi siswa dari berbagai pengaruh
3
negatif lingkungan sekaligus dapat mengubah cara berfikir siswa dalam kegiatan
studinya, sehingga akan menumbuhkan keseriusan dan kesadaran siswa dalam rangka
belajar di kelas, yang dampaknya dapat langsung dirasakan didalam iklim pembelajaran
itu sendiri. Namun demikian , masyarakat mulai mempertanyakan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan sekarang ini, pendidikan agama tak lebih dari sekedar
kognitif dan hafalan saja, dan kurang berorientasi pada perilaku siswa itu sendiri. Namun
demikian, perilaku religius antara siswa satu dengan yang lainnya didalam kelas itu
berbeda-beda. Pengaruh perilaku religius itu tidak hanya berdampak di luar sekolah saja
seperti kekerasan dan keberingasan, ternyata dampaknya dapat dirasakan pada iklim
pembelajaran dikelas, sehingga sangat berpengaruh pada nilai siswa dibidang mata
pelajaran.pada aspek kognitif nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat mendorong siswa
unuk mengembangkan pengetahuan intelektualnya.
Untuk meningkatkan minat belajar dan menciptakan iklim pembelajaran yang
efektif bimbingan guru juga sangat di perlukan, bahkan kemampuan guru memahami dan
membimbing siswa dalam kelas dapat berpengaruh pada persepsi siswa terhadap guru itu
sendiri yang akhirnya akan berdampak pada iklim pembelajaran dikelas, apalagi untuk
guru matematika yang sejauh ini selalu di anggap kurang ramah oleh sebagian besar
siswa. Sudah seharusnya tugas guru bukan semata-mata menyampaikan ilmu, namun
guru harus dapat membuat siswa paham dan mengerti tentang materi pelajaran beserta
aplikasinya. Dalam hal ini, iklim pembelajaran berpengaruh tinggi terhadap tingkat
konsentrasi siswa, terlebih dibidang matematika.
Faktor yang tak kalah penting berpengaruh terhadap iklim pembelajaran adalah
lingkungan keluarga. Kebiasaan yang dimiliki anak sebagian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga, orangtua adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-
anaknya, karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan berupa
naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang para orangtua kepada anak-
anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa memiliki tanggungjawab untuk
memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing mereka.
Penelitian yang telah dilakukan dikemukakan bahwa anak yang dibesarkan
lingkungan keluarga yang tidak baik maka resiko anak untuk mengalami gangguan
4
kepribadian menjadi kepribadian anti sosial dan berperilaku menyimpang lebih besar
dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sehat.
Perilaku yang terbentuk oleh lingkungan keluarga itu akan berdampak langsung pada
iklim pembelajaran anak disekolah. Karena kebiasaan anak dirumah akan dibawa ke
sekolah, sedangkan anak-anak itu berasal dari lingkungan keluarga yang berbeda-beda.
Anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang tidak baik akan banyak menimbulkan
gangguan didalam kelas sehingga akan berakibat buruk pada iklim belajar dan akan
berdampak pada nilai untuk dirinya maupun teman-temannnya, hal itu juga dapat
merubah cara guru menyampaikan materi pelajaran, sehingga pelajaranpun akan
terganggu.
Bertolak dari latar belakang masalah yang diungkapkan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh perilaku religius, bimbingan
guru, dan lingkungan keluarga terhadap iklim pembelajaran serta dampaknya pada
tingkat pemahan siswa dalam menerima materi pelajaran matematika, melalui nilai
matematika siswa.
2. Identifikasi masalah
Berdasar latar belakang masalah diatas , maka diperoleh masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Iklim pembelajaran di kelas kurang menarik.
b. Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi iklim pembelajaran didalam kelas.
c. Masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas dan demi
keefektifan serta keefisienan penelitian ini, maka masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah:
a. Iklim pembelajaran adalah situasi didalam kelas pada saat berlangsung
pembelajaran matematika.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim pembelajaran dibatasi oleh perilaku
religius siswa, bimbingan guru, dan lingkungan keluarga.
5
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
diatas maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:
a. Apakah terdapat pengaruh perilaku religius siswa, bimbingan guru dan
lingkungan keluarga terhadap iklim pembelajaran?
b. Apakah iklim pembelajaran di kelas merpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa?
5. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan keefektifan iklim
pembelajaran didalam kelas.
Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk mengetahui apakah perilaku
religius, bimbingan guru, dan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap iklim
pembelajaran dikelas.
6. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Menciptakan iklim pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
b. Manfaat praktis
1) Bagi siswa: dapat memberikan informasi tentang pentingnya iklim
pembelajaran dalam prestasi belajar matematika siswa.
2) Bagi guru : merupakan masukan dalam memperluas pengetahuan mengenai
faktor yang berpengaruh terhadap iklim pembelajaran dikelas, serta dapat
menciptakan iklim belajar yang menarik.
3) Bagi orangtua siswa: merupakan masukan bagi orangtua untuk lebih
memberikan pendidikan perilaku di rumah sehingga dapat membentuk
kepribadian siswa yang lebih baik, baik di lingkungan keluarga maupun
sekolah.
6
7. Kajian Teori
a. Prestasi Belajar Matematika
1) Hakekat matematika menurut Sujono (1988:5) adalah cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu
matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan.
Menurut Dienes matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu
matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.(Ruseffendi,
1988:160)
2) Konsep belajar menurut Ernest R.Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata,
1984:252), belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahan yangditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan menurut Moh.Surya(1981:32), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiridalam interaksinya dengan
lingkungan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktifitas
mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan
perubahan yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
3) Konsep Prestasi menurut Poerwodarminto (2001:70), kata “prestasi” berasal
dari bahasa belanda yaitu “prestatie”, kemudian dalam bahasa Indonesia
“Prestasi” berarti hasil belajar.
Menurut Sardiman (2001:46), prestasi adalah kemampuan nyata yang
merupakan hasil interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhi baik dari
luar maupun dari dalam individu dalam belajar.
Sehingga dapat disimpulkan prestasi adalah hasil yang dicapai individu melalui
usaha yang dialami secara lansung dan merupakan aktifitas kecakapan dalam
situasi tertentu.
7
4) Hakekat prestasi belajar menurut Withering(2003:155), prestasi belajar
merupakan hasilyang dicapai individu, yang dalami secara langsung yaitu
dalam proses untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang
dikembangkan dalam mata pelajaran.
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dalam belajar.
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama yaitu:
Prestasi belajar sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
Prestasi belajar merupakan lambang kepuasan hasrat ingin tahu.
Prestasi belajar sebagai inovasi dalam penddikan.
Prestasi belajar sebagai indicator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
Indicator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
indicator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan.
Indicator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indicator kesuksesan anak didik dimasyarakat.
Prestasi belajar dapat dijadikan indicator terhadap adanya daya serap
(kecerdasan) anak didik. (Zainal Arifin, 1990:20)
Dengan kata lain prestasi belajar yang dimaksud disini adalah prestasi
akademik, yaitu: hasil yang dicapai siswa dalam proses belajar dengan
ditunjukkan dari proses yang dicapainya.
5) Hakekat prestasi belajar Matematika
Berdasarkan konsep-konsep yang diuraikan diatas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar matematika adalah suatu bukti keberhasilan yang
dicapai siswa setelah melalui proses belajar matematika yang menunjukkan
kecakapan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika.
8
b. Perilaku Religius
1) Hakekat perilaku menurut Gibson Cs.(1996) adalah segala sesuatu yang
dilakukan seseorang seperti berbicara, berjalan, berfikir atau tindakan dari suatu
sikap.
Sedangkan menurut Kurt Levin perilaku individu pada dasarnya merupakan
fungsi dari interaksi antara person/individu yang bersangkutan dengan
lingkungan.
Dari konsep diatas dapat disimpulkan perilaku inividu dapat diartikan sebagai
sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia seperti
berbicara, bertukar pendapat, berjalan dan sebagainya. Setiap individu memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga setiap manusia mempunyai keunikan-
keunikan tersendiri oleh sebab tiu antara individu satu dengan yang lain pasti
mempunyai perbedaan-perbedaan.
Ada beberapa alasan mengapa manusia berperilaku berbeda, yaitu;
Manusia memiliki perilaku berbeda karena kemampuannya tidak sama
Manusia memiliki kebutuhan yang berbeda
Oang berfikir tentang masa depan dan membuat pilihan bagaimana bertindak
Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan
pengalaman masa lalu
Seseorang mempunyai reaksi-reaksi tidak senang
Pemahaman dan jiwa religious manusia yang berbeda-beda
2) Konsep Religius berkaitan erat dengan agama.
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia
dalam menguasai dan mengungkap rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad
raya ini yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian dari jagad
raya. Dari situ akan muncul perilaku yang beragam sehubungan dengan
kepercayaan, keimanan, dan ketundukanmanusia kepada Yang Maha Kuasa.
9
3) Hakekat perilaku religius
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku religius adalah
segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti berbicara, berjalan, berfikir atau
tindakan dari suatu sikap yang didasarkan pada seberapa besar ketundukan
individu pada ajaran agamanya.
c. Bimbingan guru
1) Hakekat guru
Guru Menurut sardiman A.M adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan
sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.
Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Konsep ini
member kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam
pendidikan.
2) Konsep bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dalam bahasa
inggris, sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
“bantuan”. Konsep ini tidak berarti bahwa setiap bantuan adalah bimbingan.
Stoops dan waguist (1958) mengemukakan bimbingan adalah suatu proses
terus menerus dalam membantuperkembangan individu sampai batas
kemampuannya kearah paling menguntungkan baik bagi dirinya maupun
masyarakat.
Y.Gunansa dan singgih Gunansa menyatakan bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki didalam dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-persoalan sehingga
dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus
tergantung kepada orang lain.(1987:12)
Dari kosep tersebut dapa diambil kesimpulan bahwa bimbingan itu
merupakan proses pemberian bantuan atau pertolongan yang bersifat psikologis
dari seseorang kepada orang lain yang membutuhkan bimbingan untuk
memperoleh pengetahuan, menentukan pilihan-pilihan, mengadakan penyesuaian-
10
penyesuaian serta untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya agar
dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.
3) Hakekat bimbingan guru
Dalam proses belajar mengajar dikelas, guru mempunyai tugas yang
sangat penting karena gurulah yang berhubungan langsung dengan para pelajar.
Menurut Crow and Crow gurulah yang membimbing dan memberi
semangat kepada anak-anak sehingga pengajaran menjadi efektif. Guru harus
selalu mengusakahan siswanya menjadi pelajar yang aktif dengan memberi
stimulasi-stimulasi yang tepat(1978:31)
Elida Priyanto berpendapat bahwa tugas utama dan terpenting yang
menjadi tanggung jawab guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing
proses belajar siswa. Guru yang efektif dalam menjalankan tugasnya adalah guru
yang berhasil menjadikan siswanya termotivasi dalam belajar(1989:1)
d. Lingkungan keluarga
1) Menurut Friedman dalam suprajitno(2004) keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersamadengan keterikatan aturan dan emosional, setiap
individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
2) Lingkungan keluarga memiliki peranaan penting dalam mewujudkan kepribadian
anak. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan kepribadian anak.
Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku
kedua orangtua serta lingkungannya.
e. Iklim pembelajaran
1) Hakekat pembelajaran
Gagne dan Briggs dalam Aisyiah melukiskan pembelajaran sebagai upaya
orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar(aisyah:2007) secara
terperinci gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkata acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses
belajar yang sifatnya internal(gredler:1991)
11
Dari konsep diatas menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada
kegiatan siswa belajar dan berpusat pada kegiatan guru mengajar, oleh karena itu
pada hekekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan Susana lingkungan, memungkinkan
seseoran(pelajar) melaksankan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut
berpusat pada guru pengajar matematika. Pembelajaran matematika harus
memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari untuk pengalaman
tentang matematika.
Iklim yang kondusif dalam pembelajaran:
Kedisiplinan peserta didik yang ditandai dengan keteraturan dalam kehadiran
pada setiap kegiatan pembelajaran
Pembinaan hubungan antara peserta didik dan antara peserta didik dengan
pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah,
saling menghargai, saling membantu, dan saling belajar
Kegiatan pembelajaran adalah pada peranan peserta didik yang lebih aktif
melakukan kegiatan pembelajaran, bukan pendidik yang lebih utama dalam
kegiatan pembelajaran.
Interaksi kegiatan pembelajaran antara peserta didik dengan pendidik dilakukan
melalui hubungan horizontal, hubungan ini menggambarkan corak komunikasi
yang sejajar.
8. Kajian Pustaka
a. Hasil penelitian dari Lasinah (2004), menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
prestasi belajar yang dipengaruhi oleh kemampuan verbal dan bimbingan
orangtua.
b. Hasil penelitian dari Tutik Jaryanti (2004), menyimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara sikap siswa pada bidang studi matematika terhadap hasil
belajar matematika.
Dari hasil-hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.Perbedaan penelitian
12
yang ada dengan penelitian yang dilakukan terdapat pada variabel-variabel
penelitiannya.
9. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar matematika siswa di pengaruhi oleh berbagai macam faktor. Pada
penelitian ini penulis membatasi faktor-faktornya yaitu meliputi perilaku religious
siswa, bimbingan guru dan lingkungan keluarga. Faktor-faktor tersebut dapat
berpengaruh langsung pada iklim pembelajaran di kelas sehingga menyebabkan
lancar atau tidaknya pembelajaran itu dapat dilaksanakan. Hal itu dikarenakan Iklim
kelas berkolerasi positif dengan pengaruh tingkah laku dan prestasi belajar
matematika siswa sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa.
Iklim pembelajaran selain di pengaruhi oleh berbagai fasilitas yang tersedia di
dalam kelas juga di pengaruhi oleh karakter individu siswa khususnya pada perilaku
religius siswa, karena dengan hal itu akan tumbuh rasa taat, disiplin dan sikap
menghargai pada sesama terutama pada guru saat berlangsungnya pembelajaran.
Dalam hal ini bimbingan guru sangat diperlukan siswa, begitu pula dengan
lingkungan keluarga yang membentuk jiwa psikologi peserta didik. Dengan teladan
baik itu dari guru maupun oang tua di rumah siswa dapat mengatur tingkahlaku
mereka dengan cara membawa kebiasaan baik dari keluarga.
Siswa yang yang merasa nyaman dengan iklim belajar dikelas , akan merasa
senang dan bersungguh-sungguh dalam belajar khususnya matematika meskipun
pelajaran matematika itu sulit. Dengan adanya minat belajar matematika, siswa akan
cenderung memberikan perhatian yang khusus pada pelajaran matematika sehingga
akan dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.
Dari pemikiran tersebut dapat digambarkan pola pemikiran dalam penelitian ini
sebagai berikut :
13
10. Hipotesis
a. Ada pengaruh perilaku religious siswa, bimbingan guru, dan lingkungan keluarga
terhadap prestasi belajar matematika siswa secara tidak langsung, yaitu melalui
iklim pembelajaran di kelas.
b. Adanya pengaruh secara langsung perilaku religious siswa, bimbingan guru, dan
lingkungan keluarga terhadap iklim pembelajaran.
c. Ada pengaruh yang signifikan iklim belajar terhadap prestasi belajar matematika
siswa.
11. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang penulis ambil adalah penelitian kuantitatif, karena
penelitian ini berkaitan erat dengan teknik survai social, termasuk wawancara
terstruktur dan kuesioner yang tersusun, eksperimen, observasi terstruktur, analisis isi
dan masih banyak lagi.
14
Perilaku religius siswa
Bimbingan guru
Lingkungan keluarga
Iklim pembelajaran
Prestasi belajar matematika
Kerja peneliti bukan hanya memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi
meliputi:
a. Menerangkan hubungan.
b. Menguji hipotesis-hipotesis.
c. Membuat prediksi, mendapatkan makna, dan implikasi dari suatu masalah yang
dipecahkan.
d. Mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan menggunakan schedule
Questionair/interview guide.
12. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Berdasarkan observasi lingkungan penelitian, maka sekolah yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 4 Jatisrono yang berlokasi di Jl.
Mojoroto-Krandegan KM 1, Jatisrono, Wonogiri kelasVIII semester Genap
tahun ajaran 2010/2011.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan
November 2011. Adapun tahap-tahap penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tahap persiapan : Minggu ke II bulan Juni 2011 sampai minggu ke IV Juli
2011.
Tahap pelaksanaan : Minggu ke I bulan Agustus 2011 sampai Minggu ke I
September 2011.
Tahap analisis data : Minggu ke II bulan September 2011 sampai minggu ke II
Oktober 2011.
Tahap Pelaporan : Minggu ke III bulan Oktober 2011 sampai minggu ke III
bulan November 2011.
15
13. Populasi, Sampel, dan sampling.
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang ingi di teliti, berhingga
ataupun tidak berhingga ( Budiyono, 2009:119). Menurut Sugiyono (2008:215)
mengartikan populasi sebagai wilayah generalisai yang terdiri dari obyek atau
subyek yang ditetaokan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarikkesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 4 Jatisrono.
b. Sampel
Menurut Arikunto ( 2002: 131) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Jadi dalam penelitian ini tidak dilakukan terhadap semmua
anggota populasi, akan tetapi cukup dilakukan terhadap sampel yang diambil
dari populasi penelitian.
Dalam penelitian ini,yang di gunakan adalah 40 siswa yang dijadikan satu
kelas. Penelitian ini didasakan pada ciri-ciri yang sama yang dimiliki populasi
yaitu:
1) Siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada kelasa parallel yang
sama.
2) Siswa diampu guru yang sama.
c. Sampling
Sampling adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengambil sampel
( Arikunto, 2002:109). Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, digunakan teknik sampling. Dari 5 kelasa akan diambil 1 kelas
sebagai sampel.
14. Metode Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Metode angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentangpribadinya, atau
hal-hal lain yang ia ketahui(arikunto,2002:128)
16
Dalam penelitian ini bentuk angket yang akan digunakan yaitu angket
langsung tertutup, artinya angket tersebut diisi langsung oleh sunyek penelitian.
Tertutup artinya alternatf jawaban sudah ada dan subyek diminta untuk memilih
satu alternatif saja.
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan melihat buku-buku atau arsip-arsip
yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki.
15. Definisi Operasional variabel
Variable Penelitian merupakan hal yang penting karena adanya variable
dapat ditentukan teknik analisis data yang digunakan.Variabel adalah obyek
penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.
a. Variabel bebas
1) Perilaku religius siswa
Definisi operasional: Perilaku religius adalah segala sesuatu yang
dilakukan seseorang seperti berbicara, berjalan, berfikir atau tindakan
dari suatu sikap yang didasarkan pada seberapa besar ketundukan
individu pada ajaran agamanya.
Indicator : perilaku religious siswa yang berbeda-beda antara siswa satu
dengan yang lainnya.
lambang: X1
2) Bimbingan guru
Definisi operasional: tugas utama dan terpenting yang terpenting bagi
guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing proses belajar
siswa.
Indicator: besarnya bimbingan yang dapat guru berikan kepada siswa.
Lambang: X2
3) Lingkungan keluarga
17
Definisi operasional: kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersamadengan keterikatan aturan dan emosional, setiap individu
memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Indicator: peranan orangtua dalam membentuk perilaku siswa.
Lambang: X3
b. Variable terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
Prestasi belajar matematika adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai siswa
setelah melalui proses belajar matematika yang mennunjukkan kecakapan siswa
dalam menguasai materi pelajaran matematika. Dalam penelitian ini variable
terikat dinyatakan dengan lambing Y.
16. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian kuantitatif ini
adalah angket, alasan yang digunakan adalah untuk memperoleh informasi secara
langsung dari subyek yang bersangkutan dan untuk memberi batasan kepada subyek
dalam menjawabnya.
a. Penyusunan instrument
Langkah-langkah penyusunan instrument:
1) Menyusun kisi-kisi angket, pembuatan instrument angket perilaku religious
siswa, bimbingan guru, dan lingkungan keluarga.
2) Menjabarkan variable kedalam indicator-indikator.
3) Menjabarkan indicator kedalam item-item pertanyaan.
b. Tahap Uji Coba
Instrument yang telah disusun di uji cobakan terlebih dahulu untuk melihat
apakah instrument yang telah disusun itu memenuhi syarat instrument yang baik,
yaitu: validitas dan Reliabilitas
1) Validitas
Uji validitas tes
18
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan (Arikunto, 2002:14). Untuk mengetahui validitas soal test
digunakan rumus korelasi product Moment yaitu:
Γ xy=N∑ XY−(∑ x) (∑ Y )
√ {(N ∑ X2 )−(∑ X2 )} {( N∑ Y 2) (∑Y )2}
Keterangan:
Γ xy = Koefisien korelasi suatu butir (item)
N = Jumlah obyek/siswa
X = skor rata-rata dari x
Y = Skor rata-rata dari y
Keputusan uji
Γ xy ≥ Γ tabel item pernyataan tersebut valid
Γ xy < Γ tabel item pernyataan tersebut tidak valid
(Arikunto,2002:146)
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrument
sudah cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto,2002:154).
Pada penelitian ini uji reliailitas digunakan rumus Kuder Richadson
(kr-20)
Γ11=[ nn−1 ] [ S2−∑ pq
S2 ]Dengan:
Γ11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
n = banyaknya item
S = standar deviasai dari tes.
19
(Arikunto,2002:163)
17. Teknik Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel.
18. Teknik Analisis Data
Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan adalah dengan
terpenuhinya sifat normalitas. Untuk menguji apakah syarat tersebut terpenuhi
pada penelitian ini, maka digunakan metode Liliefors untuk menguji
normalitasnya. Metode ini menunjukkan apakah sampel dalam penelitian ini
berasal dari populasi normal atau tidak.
Prosedur uji normalitas menggunakan metode Liliefors adalah sebagai
berikut:
1) H0 = sampel berasal dari populasi normal.
H1 = sampel tidak berasal dari opulasi normal.
2) Statistik uji
L = maks│F(Z1)─S(Z1)│
Dimana:
F(Z1) = P (Z ≤ Z1) dengan Z ~ N (0,1)
S(Z1) = proporsi cacah Z ≤ Z1, terhadap seluruh cacahnZ1
S = Deviasi standar atau simpangan baku
Z1 = skor standar
Z1=X1−X
S
20
3) Taraf signifikasi : α : 0,05
4) Daerah kritik : DK = (Lmaks │Lmaks ≥ L a, n). harga La, n dapat diperoleh dari
tabel Liliefors pada tingkat signifikasi α dengan derajat kebebasan n.
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika L ϵ DK, atau H0 ditolak jika L ϵ DK
(Budiyono, 2009;169)
b. Uji homogenitas
Untuk uji homogenitas digunakan uji Bartlerr sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : σ 12=σ2
2(populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama ( populasi tak homogen)
2) Statistik uji
X2=2,303c [f log RKG−∑ f j log S j
2 ]
Dimana:
X2∼X2(k−1)
k=banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = nj -1 derajad kebebasan untuk S j2= nj – 1
j = 1, 2, …, k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
Hj = banyaknya nilai (ukuran) sampel dari ke-j = ukuran sampel ke-j
c=1+ 13 (k−1 ) [∑ 1
f 1− 1
f 1 ]
RKG=∑ ss j
∑ f 1
=∑ X j2−
(∑ X j )2
n j=(n j−1 ) SS j
2
3) Taraf signifikasi α = 0,05
21
4) Daerah kritik DK = { X2│ X2≥ X α; k−12 }
5) Keputusan uji
Ho ditolak bila X2> X(k−1)2
( Budiyono, 2000:176-177)
c. Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, akan dilakukan analisis data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dan
korelasi.
Adapun asumsi bagi analisis tersebut adalah:
Y 1=β0+β1 x1+β2 x2+β3 x3+∑ i
Dengan:
Y1 = variable terikat yaitu prestasi belajar
X1 = variable bebas pertama yaitu perilaku religious
X2 = variable bebas kedua yaitu bimbingan guru
X3 = variable bebas ketiga yaitu lingkungan keluarga
1) Hipotesis
H0: β1=β2=β3
H1 : β i≠ 0 ,∃ i
2) Statistic uji
F=R y .1,2. k
2
(1−R y .1,2 .k2 ) (n−k−1)
dengan F∼F (k : (n−k−1 ))
Dengan :
R= koefisien determinasi
N= banyak sampel
K= banyak variable bebas
3) Taraf signifikasi:α:0,05
4) Daerah kritik:
(x│x > xα:k:(n-1))
5) Keputusan uji
Tolak H0 bila F > Fα:k:(n-1)
22
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2002.Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dawyan,dkk.2009.Pengantar Statistik pendekatan. Jakarta:Gaung Persada.
Setyaningsih. 2008.Pengolahan Data Statistik dengan SPSS. Surakarta:laboratorium
computer matematika UMS.
Budiyono. 2009. Statistika untuk penelitian. Surakarta:UNS press.
23