media literacy di indonesia
TRANSCRIPT
PENGARUH E-LITERASI MASYARAKAT
INDONESIA TERHADAP MEDIA SOSIAL
“FACEBOOK”
NAMA : ARJUNA DOLITUA 2013170305
CHRISTINA WILLY 2013170085
PINNESIA NURALIFA 2013170050
SANTI TRI NUR SEPTIANTI 2013170867
TOMY 2013170205
MC 17-2B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna dengan
pertolongannya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah kelompok kami yang berjudul
Pengaruh E-Literasi Masyarakat Indonesia Terhadap Media Sosial “Facebook”dalam mata
kuliah Media Convergence dengan tepat waktu. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen
kami bapak Donny Budi Utoyo yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas akhir kami dengan baik dan lancar.Serta pengetahuan kami mengenai
media konvergensi bertambah.
Kami juga berterimakasih kepada kelompok kami yang telah menyisihkan waktunya
demi menyelesaikan tugas ini, serta kepada teman-teman dan orangtua kami yang
mendukung kami dalam tiap detik pengerjaan makalah ini.
Kami berharap semoga tugas akhir semester kami ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, serta kelompok
kami sendiri.Adapun kekurangan pada tugas akhir ini kami mohon maaf.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada era modernisasi seperti ini, teknologi yang semakin hari semakin berkembang
memunculkan namanya “media social” yang pada zaman ini sangat terkenal di khalayak anak
muda dan orang dewasa.
Media social yang ada digunakan para pemilik akunnya tanpa sengaja sudah menjadi
tempat untuk berkenalan dengan orang asing yang berada diluar sana. Para pemilik akun
secara bebas dapat berteman dan berkenalan dengan siapa saja yang juga memiliki akun di
media social yang sama. Banyak sekali kelebihan yang dihasilkan aplikasi media social ini
seperti memperoleh banyak teman dan dikenal banyak orang. Akun media sosial ini tidak
hanya dapat diakses oleh satu Negara saja melainkan seluruh dunia dapat mengakses media
social ini karna memang dibuat untuk seluruh umat manusia menggunakan teknologi canggih
jaman sekarang yaitu internet.
Untuk mengakses dan membuat akun pada media social ini juga sangat mudah, hanya
dengan memasukkan URL dari media sosial itu sendiri di gadget yang memiliki akses
internet, lalu akan tertera cara pembuatan akun dan sebagainya yang dijelaskan menggunakan
kata-kata yang mudah untuk dimengerti. Bahkan untuk anak yang belum cukup umur pun
dapat mengerti dan mengaksesnya.
Kebanyakan pemilik akunnya sangat terpuaskan dengan memiliki akun miliknya
sendiri hingga menjadikan media sosial sesuatu hal yang penting di kehidupan mereka,
adapun kekurangan-kekurangan yang dimiliki media sosial seperti ini yang juga dapat
membahayakan para pemilik akunnya jika tidak ‘cermat’ dalam menggunakannya.
Salah satu kekurangannya dan yang paling membuat bahaya yang akan makalah ini
bahas adalah penggunaan media sosial (facebook) pada anak yang belum mencukupi
umurnya. Karna para pendiri facebook ini tahu juga bahaya facebook bagi masyarakat maka
dari itu mereka menulis dan membuat agar aplikasi facebook ini hanya dapat dibuat oleh
orang dewasa (17-keatas) namun semakin berkembangnya jaman, kemampuan anak-anak pun
semakin pintar bahkan lebih pintar mengakses sesuatu melalu gadget mereka daripada
orangtua mereka. Hal ini yang membuat penggunaan facebook jadi menyimpang, pertama
karna kebanyakaan orangtua sudah memberikan gadget untuk anaknya dari mulai mereka
masuk SMP bahkan SD, hal ini membuat rasa ingin tahu sang anak makin bertambah akan
gadget tersebut. Lalu masalah kedua adalah ketika mereka sudah berhasil mengakses akunnya
sendiri yaitu facebook dengan memberikan fake birth atau tanggal ulang tahun palsu agar
mereka dapat memiliki akun tersebut dan mulai mencari tahu kegunaan dan fungsi facebook
sendiri tanpa adanya bimbingan orangtua membuat hal ini menjadi serius.
Facebook adalah salah satu media sosial yang sangat terkenal di seluruh dunia, karna
hampir setengah manusia yang hidup di suatu Negara memiliki akun facebook ini. Masalah
muncul ketika facebook adalah akun media sosial yang kalian bebas memasang foto sesuka
kalian dan memasangkan biodata sesuka kalian, hal ini yang membuat munculnya oknum-
oknum tak bertanggung jawab memanfaatkan fungsi dari facebook itu sendiri. Mereka
membuat akun palsu diri mereka dengan memasangkan foto-foto orang lain dan mengaku
kalau itu adalah mereka dan berkenalan kepada anak-anak yang masih terbilang labil pemilik
akun facebook tersebut. Tertipu akan profile seseorang di media sosial mungkin belum
seberapa tetapi ketika sang oknum mulai mengajak berkenalan dan mengusulkan untuk
bertemu, hal ini mulai berbahaya, karna sang oknum memiliki banyak akal agar daoat
bertemu sang anak dengan tujuan tidak baik, mulai dari mencuri barang berharga anak hingga
menculik dan meminta tebusan kepada orangtua anak.
Sehubungan dengan mata kuliah Media Convergence, kami menganggap kasus ini
merupakan salah satu bentuk e-literasi. Karena, berkaitan dengan teknologi informasi yang
digunakan untuk mengakses sebuah situs yang tidak terbatas. Teknologi yang digunakan
Facebook, membuat kami tertarik untuk membahas lebih lanjut unsur e-literasi dalam kasus
ini.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan e-literasi?Apakah ada kaitannya dengan literasi
media, literasi informasi, ataupun TIK/ICT literasi?
2. Bagaimana kondisi e-literasi di Indonesia?
3. Bagaimana strategi meningkatkan e-literasi di Indonesia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Media Convergence
2. Menambah pengetahuan mengenai e literacy yang terjadi di Indonesia
3. Memecahkan masalah yang terjadi di Indonesia
4. Untuk memberikan informasi bagi yang membaca makalah ini
BAB II
ANALISIS LITERATUR
Salah satu teori atau konsep yang digunakan untuk penelitian mengenai e-literasi ini
adalah teori literasi media.Teori literasi media sangat erat kaitannya dengan e-literasi yang
sarat dengan teknologi karena media sendiri adalah suatu bagian dari teknologi. Literasi
media sendiri adalah keterampilan untuk memahami sifat komunikasi, khususnya dalam
hubungannya dengan telekomunikasi dan media massa (Wikipedia). Pada umumnya literasi
media juga disebut sebagai ‘melek media’ yang berarti agar masyarakat Indonesia sudah bisa
memahami akan pentingnya keaktualan sebuah informasi dan agar masyarakat lebih kritis
dan aktif dalam menanggapi setiap informasi. Itu berarti bahwa teori ini sangat cocok dan
berhubungan dengan e-literasi karena e-literasi adalah sebuah bentuk pemahaman masyarakat
akan pentingnya literasi.
Facebook sendiri merupakan sebuah media sosial dunia maya yang berkaitan dengan
e-literasi.Dimana setiap orang yang memiliki akun ini dapat ‘menulis’, membaca, dan
mengolah informasi baik yang umum maupun pribadi. Pemilik akun dapat secara bebas
mengunggah foto dan video pribadi yang dapat secara cepat disebarluaskan oleh pengguna
akun lain yang melihatnya.
E-literasi sendiri membawa pengaruh dalam penggunaan Facebook, karena dalam
jejaring sosial tersebut para pengguna dapat dengan bebas mengekspresikan suasana hatinya.
Hal ini banyak dilakukan oleh pengguna Facebook di Indonesia, dan meningkatkan tingkat e-
literasi di Indonesia karena masyarakat secara tidak sadar telah menuliskan sebuah informasi
baik umum atau pribadi yang dapat diakses dan dibaca oleh pengguna lainnya.
Media sosial Facebook sejak dulu menjadi perhatian pemerintah karena dari media
sosial tersebut lahirlah beberapa kasus seperti penculikkan, pelecehan, dll. Masih ingat dalam
benak kita kasus seorang anak perempuan sekolah dasar yang dilecehkan di media sosial
facebook, atau kisah anak perempuan yang diajak bertemu oleh teman yang ia kenal dari
Facebook yang akhirnya berujung penculikkan dan pemerkosaan. Masih banyak orang yang
tidak memahami dengan baik tentang literasi media. Bahwa apa yang mereka ‘tulis’ di akun
sosial mereka dapat membawa pengaruh yang besar baik yang positif maupun negatif.
James Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” (Potter, dalam Kidia)
mengatakan bahwa media literasi adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika,
individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh
media.Jane Tallim menyatakan bahwa media literasi adalah kemampuan untuk menganalisis
pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur
(literasimedia.org).Hal ini menggambarkan contoh kehidupan masyarakat dalam
menggunakan akun sosial Facebook.Dimana para pengguna Facebook secara aktif mengakses
media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang terdapat didalam jejaring Facebook seperti
memberi komentar pada foto atau video, membalas pesan, ataupun menyebarluaskan pesan
yang didapatnya.Hal ini bersifat menghibur dan informatif bagi para pengguna Facebook.
Mengambil analogi teori peluru atau teori jarum hipodermik (Severin & Tankard,
2005) yang memandang bahwa pesan (isi) media mempunyai peran yang sangat kuat dalam
membentuk perilaku masyarakat (literasimedia.org). Inilah mengapa literasi media sangat
penting untuk diajarkan dan ditanamkan pada masyarakat di era e-literasi ini.Karena riset
membuktikan bahwa dewasa ini kemampuan e-literasi dalam setiap individu memiliki pola
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kedewasaan masyarakat.
Dari tingkat terbawah yaitu dimana seseorang sama sekali tidak tahu dan tidak peduli
akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari, sampai tingkat teratas
yaitu dimana seorang individu sudah menganggap bahwa teknologi dan informasi adalah
sebuah bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, dan secara langsung telah
membawa dampak terhadap perilaku hidupnya. Bila masyarakat tidak memahami literasi
media secara tepat, maka bisa jadi konsep e-literasi yang tidak benar membawa dampak
terhadap perilaku hidupnya, yang mana akan menjadi hal yang tidak baik.
Salah satu contoh dari dampak negatif terhadap penggunaan Facebook adalah jika
seorang pengguna Facebook terlalu mengekspos kehidupan pribadinya di akun jejaringnya
sehingga dapat dilihat oleh pengguna lainnya yang ia kenal maupun baru dikenalnya di
jejaring tersebut. Bila seseorang terlalu mengekspos kehidupan pribadinya dan menerima
siapapun yang baru ia kenal dengan sangat ramah, maka tak menutup kemungkinan kasus-
kasus seperti pelecehan, penculikkan, dll. dapat terjadi lagi seperti yang lalu.
BAB III
PEMBAHASAN PERMASALAHAN
3.1 PENGERTIAN DAN KAITAN E-LITERASI
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat
keputusan.Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi menurunkan
ketidakpastian atau meningkatkan pengetahuan.Informasi menjadi penting, karena
berdasarkan informasi itu para penguna dapat mengetahui kondisi obyektif disekitarnya.
Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan
metode ataupun cara – cara tertentu.
“Pengertian Informasi Menurut Gordon B. Davis (1991: 28), “Informasi adalah data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat
bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”
Istilah “e-literacy” diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis, memahami dan
mendapatkan informasi dengan menggunakan perangkat teknologi informasi. Tetapi ada juga
yang mendefinisikan “e-literacy” sebagai literasi komputer yang diintegrasikan dengan
literasi informasi, literasi moral, literasi media, dan ketrampilan belajar mengajar, menurut
Alan Martin (seperti yang dikutip oleh Secker, 2004 : 78). Istilah ini digambarkan sebagai
suatu kemampuan individu agar berhasil atau dapat menggunakan dalam mengikuti suatu era
yang telah memakai alat-alat dan fasilitas elektronik.
Defenisi tersebut menggambarkan bahwa istilah “e-literacy” ini sangat berkaitan erat
dengan “literacy” yang di artikan sebagai kemampuan seseorang dapat memahami seseuatu
karena membaca dan melakukan seseuatu berdasarkan pemahaman membacanya, atau dapat
disebut melek media. Jika seseorang sudah mampu menggunakannya dapat dikatakan
sebagai literat. Oleh karena itu, tentu saja e-literasi sangat berkaitan dengan literasi media,
literasi informasi ataupun TIK/ICT literasi, karena e-literasi tersebut adalah gabungan dari
media, informasi dan TIK/ICT literasi.
Literasi juga merupakan kemampuan untuk menganalisis pesan media yang
bersifat informatif maupun menghibur. Proses pengidentifikasian informasi dimana proses ini
mencari informasi yang dapat memberi definisi topik atau subjek, menentukan dan
memahami sasaran penyajian, menetapkan format yang sesuai dengan rencana yang
dipikirkan.
Berbagai jenis sumber informasi perlu dipahami untuk mencari suatau informasi agar
mengetahui dimana informasi tersebut dapat ditemukan kembali. Untuk
menginformasikannya menggunakan teknologi, diperuntukkan untuk menggambarkan
pengetahuan umum seseorang akan fungsi dan kegunaan dari teknologi . Sehingga orang
tersebut akan dapat merasakan kehadiran teknologi, bukan sesuatu yg menakutkan atau justru
sesuatu yg sangat menyenangkan bila digunakan. Dengan kata lain orang tersebut mengenal
akan dunia teknologi meski tidak ahli secara mendalam di dalam bidang teknologi. Serta
dapat memanfaatkan dan dapat mengetahui fungsi serta kegunaannya.
Teknologi yang digunakan mempunyai berbagai macam teknologi. Dengan
perkembangannya zaman dan juga kecanggihan teknologi, saat ini teknologi sudah di
lengkapi juga dengan berbagai macam media sosial. Saat teknologi internet dan mobile phone
makin maju, maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media-media sosial kini yang
lejit di Indonesia seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dll, yang bisa dilakukan dimana
saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Karena kecepatannya
media sosial, mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.
Media-media sosial tersebut memiliki fungsi dan manfaat yang beragam, sebagai situs
pertemanan. Salah satunya adalah sebagai sarana untuk mencari atau mendapat dukungan
sosial. Tidak hanya fungsi atau pun manfaat pada media sosial, ada pula berbagai dampak
yang di timbulkan pada media sosial. Namun, banyak pula pengguna media sosial tersebut
adalah anak-anak yang masih dibawah umur yang seharusnya masih dalam pengawasan
orangtua dalam mengoperasikan media sosial tersebut. Salah satu contohnya adalah pada
media sosial Facebook yang dioperasikan oleh anak sekolah dasar yang tanpa pengawasan
orangtua. Oleh karena itu, lebih banyak berdampak negatif pada pengguananya tersebut.
3.2 KONDISI E-LITERASI PADA FACEBOOK
Kondisi e-literacy di Indonesia memiliki tingkat yang cukup tinggi, karena semakin
banyaknya jumah penduduk maka akan semakin kompetitif nilai keunggulan masyarakat.
Dengan munculnya digital gap (kesenjangan digital) antar generasi di masyarakat itu menjadi
salah satu masalah yang muncul dalam masyarakat. Generasi muda adalah kelompok
masyarakat yang akan memiliki e-literacy yang tinggi, namun generasi ini baru akan
memberikan kontribusinya langsung pada masyarakat dikemudian hari. Makan terdapat dua
generasi yang akan berpengaruh langsung terhadap masyarakat, yaitu generasi sekarang dan
generasi dulu. Generasi dulu akan secara bertahap memberikan efek e-literacy kepada
generasi sekarang. Yang menjadi masalah di Indonesia adalah tingkat e-literacy pada generasi
sekarang yang masih terbilang cukup rendah. Hal ini tentunya akan berdampak pada
terbentuknya generasi baru. Untuk itulah perlu usaha keras agar terjadi akselarasi pengusaan
e-literacy pada generasi sekarang.
Sesuai dengan zamannya, maka peningkatan kondisi e-literacy pada setiap generasi
akan berbeda. Pada generasi dulu, kondisi mereka untuk mengenal atau pun menggunakan e-
literacy akan tumbuh sejalan dengan berkembangnya teknologi. Namun, untuk generasi
sekarang dan generasi yang baru, peningkatan kondisi e-literacy akan lebih cepat meningkat
dan efektif karena tidak berjalan secara sekuensial tetapi simultan.
Dari hasil penelitian yang kami dapatkan, bahwa pengguna media social beberapa
tahun terakhir, mengalami pertumbuhan yang pesat, angka pengguna sosial media seperti
facebook meningkat dengan sangat pesat seperti jamur yang tumbuh di musim hujan.
Pengguna aktif sosial media tersebut berasal bukan hanya dari kalangan orang dewasa saja,
anak-anak usia sekolah dasar dan remaja. Yang masih di bawah umur yang belum menginjak
17 tahun pun ikut menggunakan sosial media tanpa adanya pengawasan dari orangtua
mereka.
Hasil dari survey dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
Menyebutkan bahwa penggunaan internet di Indonesia anak anak di umur 8-11 sekitar 2,9%
serta di umur 12-15 pengguna internet sekitar 11,4%.
Hasil dari lembaga survey lain juga menyebutkan bahwa pengguna facebook di
Indonesia di usia 13-15 tahun penggunanya sekitar 10% dari total jumlah sekitar 44.234.540
juta dari pengguna facebook yang ada di Indonesia.
Dari data diatas, jelas tertera bahwa pengguna Facebook di Indonesia cukup tinggi
yang berada di peringkat kedua. Dengan berkembangnya teknologi limu pengetahuan
teknologi yang sangat pesat dan kian maju perkembangan teknologi semakin cepat
berkembang, dan masuknya internet di dalam masyarakat luas.Situs-situs sosial media sudah
menjamur disemua masyarakat. Hampir dari semua anak-anak hingga orang dewasa sudah
menggunakan fasilitas internet. Contohnya Facebook.
Facebook bukanlah hal baru di dalam dunia internet saat ini. Hal ini karena facebook
merupakan suatu jejaring sosial yang sangat di minati banyak orang, baik dari anak anak
sampai orang dewasa pun menyukainya dan banyak orang menggunakan jejaring sosial ini
sehingga mempermudah untuk berinteraksi satu dengan yang lain dari belahan dunia, juga
dapat menemukan teman lama yang sudah lama tidak di jumpai.
Seharusnya penggunan sosial media facebook di kalangan anak anak yang berada di
bawah umur 17tahun seharusnya ada di dalam pengawasaan dari orangtua agar tidak di salah
gunakan.oleh sang anak di sinilah peran orang tua memiliki peranan yang sangat penting
dalam pengedalian penggunaan sosial media.Orang tua janganlah pernah meninggalkan
ataumengurangi pengawasannya terhadap apa yang dilakukan oleh sang anak.
Ini adalah salah satu foto dari kasus anak di bawah umur yang mengunakan dan
mengoperasikan media sosial Facebook tanpa pengawasan orangtua.
3.3 STRATEGI E-LITERASI PADA FACEBOOK
Teknologi informasi yang ada di dunia ini tidak memiliki batas akhirnya, dimana
setiap tahunnya teknologi yang ada selalu terus menerus berkembang menjadi lebih canggih
dan mudah untuk digunakan. Adapun fungsi teknologi itu sendiri adalah untuk membantu
khalayak dalam memperoleh informasi ataupun dalam beraktivitas.
Berikut adalah tiga strategi memajukan e-literasi masyarakat Indonesia :
1. Menciptakan Konteks
Keseharian kegiatan manusia diisi dengan suasana atau atmosfer yang bernuansa
positif ataupun negatif. Yang dimaksud dengan atmosfer positif adalah ketika yang
bersangkutan memiliki suatu keinginan,atau cita-cita, atau harapan terhadap sesuatu yang
ingin diraih; sementara sebuah atmosfer negatif terjadi jika yang bersangkutan mengalami
permasalahan, atau kelelahan, atau beban hidup (stres) yang ingin dihilangkan. Ketika suatu
keinginan positif datang kepada seseorang, seperti contohnya ia ingin mendapatkan
universitas unggulan, beasiswa ataupun barang-barang yang memang ingin sekali ia miliki,
maka ia akan memberikan sebuah effort agar keinginannya tersebut terwujud. sama dengan
atmosfer negative, dimana seseorang mengalami hal yang tidak diinginkannya, seperti
kehilangan dompet, atau ketinggalan pesawat dan sebaginya yang membuat ia secara sadar
ataupun tidak, ingin keluar dari permasalahannya tersebut.
Pada saat individu mengalami hal-hal tersebut, salah satu atmosfer ataupun ke dua-
duanya sekaligus, maka secara alamiah kerja otak, ia akan segera mencari solusi ataupun cara
agar rasa atmosfer tersebut dapat ia selesaikan. Informasi akan menjadi salah-satu jalan untuk
pemecahan masalah yang ia hadapi, dengan mencari informasi dan dapat menyelesaikan rasa
dari atmosfer positif ataupun negatif tersebut, maka individu terebut akan merasa terpuaskan
hingga akhirnya tiap kali ia merasakan atmosfer-atmosfer seperti itu, ia akan balik lagi
kepada teknologi untuk mencaritahu jawabannya.
2. Strategi Teknologi
Ketika individu tersebut ‘sadar’ bahwa informasi merupakan jawaban atas keinginan
dan permaslaahan yang ada maka mereka akan terus menggali informasi tersebut. Pada saat
inilah dimana the value of technology dapat ditawarkan kepada mereka karna hal-hal
semacam pencarian informasi dapat dilakukan secara lebih cepat dan dan akurat,menembus
lintas batas georgafis negara, tersedia ragam fitur atau fasilitas untuk berinteraksi dan
bertransaksi secara mudah dan murah, melakukan akses terhadap informasi berkualitas yang
tak terhingga jumlahnya, dan lain-lain.
Tantangan pada saat ini adalah dimana individu-individu tidak memiliki kemauan
untuk berubah dari yang tidak menyukai teknologi, menjadi technology literature. Oleh
karena itu harus memiliki strategi jitu untuk membawa individu-individu ini ke kesadaran
penuh untuk menggunakan teknologi informasi sebagai sarana efektif dan efisien.
Yang paling berpegang penuh akan strategi ini adalah para pembuat teknologi itu
sendiri. Semakin susah teknologi tersebut digunakan maka semakin sulit juga memaksa
khalayak untuk menggunakan teknologi itu sendiri. Solusi dari permasalahan tersebut adalah
pada pembinaan penggunaan teknologi itu sendiri. Adanya sarana pengajaran menggunakan
teknologi informasi adalah salah satu strategi agar para khalayak mau mencoba dan
menggunakan teknologi.
Tujuan Strategi E-literasi Tersebut?
Tahap pertama dan tahap kedua strategi tersebut sangat mempengaruhi perubahan
perilaku dari pada individu tersebut. Jika mereka pada akhirnya memperoleh bukti bahwa
teknologi informasi telah berhasil memberikan kontribusi untuk masalah mereka, maka
pembelajaran ini akan menjadi sesuatu yang tidak ternilai bagi mereka. Dalam arti kata,
untuk seterusnya mereka akan lebih sering dan lebih pintar dalam menggunakan teknologi
informasi untuk menemukan jawaban dari segala masalah yang ia terima dari kedua atmosfer
tersebut. Dan dengan sendirinya mereka akan merasa bahwa teknologi adalah sebuah
kebutuhan hidup bagi mereka yang pada akhirnya secara perlahan namun pasti, kualitas
kehidupan mereka akan meningkat secara signifikan.
E-literasi pada facebook
Ketiga strategi tersebut sangat berperan penting dalam pemajuan tingkat pengetahuan
masyarakat Indonesia akan adanya teknologi. Masyarakat Indonesia kebanyakan memiliki
pengetahuan yang minim mengenai teknologi hingga akhirnya banyak oknum yang merasa
pintar dalam bidang ini memanfaatkan situasi tersebut. Hal-hal kejadian seperti anak SD yang
diculik melalui perkenalannya pada akun facebook menandakan kelalaiannya orangtua dalam
mengawasi anaknya, mereka para orangtua berfikir bahwa seorang anak SD takkan sanggup
mengakses media sosial semacam itu, melainkan itu pernyataan salah. Pada orangtua yang
sudah memberikan barang elektronik kepada anaknya yang belum cukup umur tidak berfikir
bahwa anaknya akan dapat mengakses media sosial begitu dalam karna mereka mengangap
bahwa dia hanyalah anak SD, sedangkan anak-anak di usia SD adalah masa-masa rasa ingin
tahunya sangat besar. Rasa ingin memiliki apa yang temannya juga miliki besar hingga
akhirnya menular ke anak-anak lainnya dimana jika satu anak sudah memiliki akun facebook
dan bercerita pada temannya, hal seperti ini akan sangat mudah menyebar luas hingga tak
lama satu kelas anak SD sudah dapat memiliki akun facebook. Hal-hal seperti itulah yang
disepelekan para orangtua KARNA mereka sendiri memiliki pengetahuan yang minim
mengenai situs-situs jejaring sosial seperti facebook.
Para oknum yang ingin berbuat jahat inilah yang sangat menyukai hal-hal seperti ini
karna orangtuanya lengah dalam menjaga anaknya sampai-sampai seorang anak SD memiliki
teman yang lebih dewasa dengan dia melewati akun facebook dan dengan senang hati mau
diajak berkenalan dan bertemu begitu saja. Strategi-strategi yang tertulis diatas ditujukan
kepada mereka-mereka orang dewasa agar mengerti fungsi dan apa yang sebenarnya ada di
dalam teknologi informasi seperti internet tersebut, agar mereka sendiri dapat menjadi pintar
dalam memproteksi anak-anak mereka dan mengajarkan kepada anaknya apa itu sebenarnya
media sosial, apa fungsinya dan apakah mereka sudah membutuhkan media sosial itu sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN
E-literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis, memahami dan
mendapatkan informasi dengan menggunakan perangkat teknologi informasi. E-literasi
sangat berkaitan erat dengan literasi media, literasi informasi ataupun TIK/ICT literasi.
Karena, pada dasarnya semua itu mempunyai kesamaan dalam tujuan penggunaaan teknologi
informasi sebagai alat untuk mengkomunikasikan kepada khalayak.
Kemudian berkembangnya seiring waktu dan sering dipadankan dengan teknologi
sehingga dikenal dengan istilah teknologi literasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan teknologi sebagai alat untuk memahami dan menggunakan teknologi sebagai
alay untuk memepermudah mencapai tujuan. Selanjutnya dengan perkembangan teknologi
komputer berkembang, dikenal pula istilah komputer literasi yang diartikan sebagai
kemampuan menggunakan komputer untuk memenuh kepuasan kebutuhan penggunanya.
Lalu karena munculnya teknologi dan komputer, berkembang pesat juga istilah internet
literasi yang lahir dengan sendirinya, yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan internet sebagai media komunikasi dan temu kembali informasi
secara teori dan praktis.
Dengan munculnya internet, satu persatu website atau pun situs bermunculan dengan
sendirinya. Lalu, di lengkapinya juga dengan bermacam media sosial yang membuat internet
menjadi lengkap dan pengguna dapat menjadi lebih luas untuk mengetahui ataupun encari
informasi-informasi pada internet. Tidak hanya itu, media sosial pun bahkan dijadikan
sebagai tempat untuk berbagi pengalaman, infomasi, berkomunikasi bahkan untuk
menambahkan teman. Karena manfaat dan fungsi teknologi, internet maupun media sosial
sangatlah banyak, sehingga penggunanya pun juga sangatlah beragam. Dimulai dari generasi
tua, muda bahkan generasi sekarang sudah mampu menggunakannya.
Namun tak disangka, pengguna teknologi, internet ataupun media sosial yang banyak
dan beragam, ternyata banyak pula anak-anak yang seharusnya tidak menggunakan maupun
mengoperasikan media-media sosial yang ada tanpa sepengetahuan ataupun pengawasan dari
orangtuanya. Dan semua itu berdampak kepada psikologi anak yang tidak dapat
terkontrolkan. Tak sedikit anak-anak yang dibawah umur menjadi korban kejahatan pada
media sosial. Salah satu contohnya yang sudah terkuak adalah seorang siswi murid sekolah
dasar menjadi salah satu korban kejahatan oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Tidak
hanya satu korban yang dijadikan bahan kejahatannya, tetapi masih banyak pula anak-anak
dibawah umur yang masih duduk dibangku sekolah dasar yang menjadi korban media sosial.
Tanpa pengawasan, sepengetahuan orangtua dan kebebasan anak, anak lah yang
menjadi korban. Karena, tidak memilikinya pengetahuan yang luas tentang media sosial, anak
dapat mengoperasikan media sosial tersebut dengan bebas dan berdampak negatif.
Pemahaman masyarakat Indonesia dalam menggunakan teknologi, internet maupun
media sosial masih hanya sebatas mencari ataupun berbagi informasi. Pemahaman ini
tentunya harus diperluas kearah pemanfaatan teknologi, internet maupun media sosial secara
baik dan produktif. Baik dalam tujuan penggunanya yang tidak hanya sebagai media
komunikasi dan sosialisasi, tetapi lebih jauh lagi menjadikannya sebagai sumber informasi
yang membangun pengetahuan, agar tiak terjadi hal-hal yang dapat merugikan para
penggunanya.
Penggunaan situs jejaring sosial yaitu seharusnya masyarakat remaja maupun orang
tua lebih memperhatikan perkembangan anak-anak mereka setiap harinya. Bagi remaja pun
seharusnya lebih mawas diri dan lebih bisa memilih dan menyeleksi budaya mana yang baik
dan buruk agar tidak terjadi suatu kesalahan akibat pemakaian situs jejaring sosial yang
terlalu berlebihan.
Karena semakin canggihnya sistem yang ada di dunia maya maka semakin besar pula
resiko yang akan ditimbulkan. Untuk itu para remaja harus tahu bagaimana cara
memanfaatkan facebook dengan baik dan benar agar tidak terjerumus dengan hal-hal yang
tidak diinginkan. Gunakan facebook seperlunya saja. Menggunakan facebook adalah hal
yang diperbolehkan selama itu tidak merusak diri sendiri. Sudah saatnya para pelajar
menyadari bahwa kewajiban utamanya adalah belajar dan sebaiknya kegiatan tersebut tidak
terganggu oleh kegiatan lainnya. Peran orang tua juga sangat penting bagi proses kedewasaan
remaja dalam pemilihan teknologi yang sangat mempengaruhi segala aspek
kehidupan.Sekitar 86,7% orangtua dari para remaja tahu bahwasanya putra dan putrinya
mempunyai facebook.
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi dan pengaruhnya dalam kehidupan adalah hal
yang tak dapat kita hindari. Akan tetapi, kita dapat melakukan tindakan yang bijaksana
terhadap diri kita sendiri, keluarga dan juga masyarakat luas agar kemajuan teknologi yang
semakin dahsyat ini tidak sampai menggeser jati diri kita sebagai manusia yang memiliki
norma dan juga nilai-nilai budi pekerti.
Bagaimanapun, sebagai anggota masyarakat, dan terutama sebagai orang tua, kita
harus melakukan suatu tindakan representative dan preventif, agar semaksimal mungkin
dapat mencegah pengaruh negatif teknologi terhadap anak-anak kita khususnya kaum remaja
yang merupakan generasi emas yang akan menjadi penerus perjuangan kita membentuk
bangsa yang berakhlak dan berbudaya di masa yang akan datang.
Olehkarena itu untuk mencegah atau mengurangi akibat negatif kemajuan teknologi,
pemerintah di suatu negara harus membuat peraturan-peraturan atau melalui suatu konvensi
internasional yang harus dipatuhi oleh pengguna teknologi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://iproudbemuslim.blogspot.com/2011/08/definisi-atau-pengertian- literasi.html?m=1
http://ahmadmang.blogspot.com/2010/01/pengertian-e-literacy.html
perpustakaanwinnie.weebly.com
msyafudin.wordpress.com/2013/05/08/286/sadidadalila.wordpress.com/medialiterasi
http://www.publikasi.kominfo.go.id/bitstream/handle/54323613/837/Jurnal%20PPI-
Volume1-2011.pdf?sequence=1#page=74
http://nanisuryani-nanisuryani51.blogspot.com/2010/01/e- literacy-dan-peran-pustakawan-
di.html