mci case.docx

Upload: rahmi-fatma-sari

Post on 02-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 mci case.docx

    1/16

    0

    Case Report Session

    AKUT MIOKARD INFARK

    Oleh :

    dr. Elvira Rosana

    Pendamping : dr. Fesdia Sari

    Pembimbing : dr. Yoviza Doarest, SpPD

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

    SUNGAI DAREH

    2012

  • 8/11/2019 mci case.docx

    2/16

    1

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1

    Definisi Infark Miokard

    Infark adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh iskemia. Infark miokard akut

    terjadi saat iskemia miokard yang terlokalisasi menyebabkan perkembangan suatu regio

    nekrosis yang berbatas jelas. Infark miokard paling sering disebabkan oleh ruptur lesi

    aterosklerotik pada arteri koroner. Hal ini menyebabkan penyumbatan thrombus yang

    menyumbat arteri, sehingga menghentikan pasokan darah ke regio jantung yang

    disuplainya.

    1.2Patofisiologi

    Penyebab terjadinya infark secara teoritis adalah akibat trombosis koroner dan

    robekan plak. Pada penelitian angiografi dan studi postmortem yang dilakukan pada

    pasien sindrom koroner akut (SKA) segera setelah timbulnya keluhan menunjukkan

    lebih dari 85% terdapat adanya oklusi trombus pada arteri penyebab. Trombus yang

    terbentuk merupakan campuran trombus putih dan trombus merah. Trombosis

    koroner umumnya terjadi dihubungkan dengan robekan plak. Perubahan yang tiba-tiba

    dari angina stabil menjadi tidak stabil atau infark miokard umumnya berhubungan

    dengan robekan plak pada titik dimana tekanan shear stress nya tinggi dan seringkali

    dihubungkan dengan plak aterosklerosis yang ringan. Plak yang mengalami robekan

    kemudian merangsang agregasi trombosit yang selanjutnya akan membentuk trombus.

    Spasme arteri koroner juga berperan penting dalam patofisiologi ini. Perubahan tonus

    pembuluh darah melalui Nitric Oxide (NO) endogen dapat membawa variasi ambang

    rangsangan angina diantara satu pasien dengan yang lain antara satu waktu dengan

    waktu yang lain. Beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi tonus arteri yaitu hipoksia,

    katekolamin endogen, dan zat vasoaktif (serotonin, adenosin diphospsat).

  • 8/11/2019 mci case.docx

    3/16

    2

    Gambar. Aterosclerosis Timeline

    MECHANISMS OF CORONARY THROMBUS FORMATION

    1.3 Diagnosis

    Gejala-gejala umum iskemia dan infark miokard adalah nyeri dada retrosternal.

    Pasien seringkali merasa dada ditekan atau dihimpit lebih dominan dari rasa nyeri.Yang

    perlu diperhatikan dalam evaluasi keluhan nyeri dada iskemik adalah :

    1. Lokasi nyeri; di daerah retrosternal dan pasien sulit melokalisir rasa nyeri

    2.

    Deskripsi nyeri; pasien mengeluh rasa berat seperti dihimpit, ditekan atau diremas,

    rasa tersebut lebih dominan dari rasa nyeri. Perlu diwaspadai juga bila pasienmengeluh nyeri epigastrik, sinkope atau sesak nafas

  • 8/11/2019 mci case.docx

    4/16

    3

    3. Penjalaran nyeri; penjalaran ke lengan kiri, bahu, punggung, leher rasa tercekik atau

    rahang bawah (rasa ngilu) kadang penjalaran ke lengan kanan atau kedua lengan

    4.

    Lama nyeri; nyeri pada SKA lebih dari 20 menit

    5. Gejala sistemik; disertai keluhan seperti mual, muntah atau keringat dingin

    Nyeri yang berhubungan dengan gerakan nafas lebih sering berasal dari proses pleura,

    sedangkan nyeri dengan gerakan lengan dapat disebabkan karena suatu gangguan saraf tepi

    (neuritis interkostal). Nyeri yang sifatnya sebentar (beberapa detik), bergetar atau

    berdenyut, biasanya bukan nyeri jantung. Nyeri pada angina sering dicetuskan oleh aktivitas

    fisik, mandi, makan dan sebagainya atau oleh suatu perubahn emosional (marah, kaget, dan

    lain-lain). Yang perlu juga diperhatikan dalam evaluasi nyeri adalah respon terhadap

    nitrogliserin.

    Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis, menyingkirkan

    kemungkinan penyebab nyeri dada lainnya dan mengevaluasi adanya komplikasi SKA

    (Sindrom koroner akut). Pemeriksaan fisik pada SKA umumnya normal. Terkadang pasien

    terlihat cemas, keringat dingin atau didapat tanda komplikasi berupa takipnoe, takikardia-

    bradikardia,adanya gallop S3, ronki basah halus di paru, atau terdengar bising jantung

    (murmur). Bila tidak ada komplikasi hampir tidak ditemukan kelainan yang berarti.

    Elektrokardiogram

    Gambar elektrokardiogram yang abnormal pada infark miokard akut selalu transien

    dan berevolusi, karena itu diagnosis EKG dari infark tergantung pada observasi saat-saat

    perubahan dengan waktu (rekaman serial).

    Gambaran yang khas yaitu timbulnya gelombang Q yang besar, elevasi segmen ST

    dan inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari perubahan EKG ini belum

    diketahui, diduga perubahan gelombang Q disebabkan oleh jaringan yang mati, kelainan

    segmen ST karena injuri otot dan kelainan gelombang T karena iskemia.

    Sandapan dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi. Infark anteroseptal

    menimbulkan perubahan pada sandapan V1-V3. Infark anterolateral menimbulkan

    perubahan pada sandapan V4-V5, sandapan I dan AVL. Infark anterior pada sandapan V1-

    V4 atau bahkan sampai V6, sandapan I dan AVL. Infark inferior bila ada perubahan di

    sandapan II, III dan AVF. Infark posterior tidak menimbulkan gelombang Q pada 12sandapan standard. Walaupun demikian, hilangnya aktifitas listrik dari bagian posterior

  • 8/11/2019 mci case.docx

    5/16

    4

    ventrikel kiri menyebabkan gambaran gelombang R yang tinggi di V1 dan juga terdapat

    gelombang Q di sandapan V7-V9. Infark ventrikel kanan yang hampir selalu bersamaan

    dengan infark inferior menimbulkan elevasi segmen ST yang transien di V4 kanan (V4R).

    Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium untuk menilai adanya tanda nekrosis miokardium seperti

    CKMB, Troponin T dan I, serta mioglobin dipakai untuk menegakkan SKA. Troponin lebih

    dipilih karena lebih sensitive daripada CKMB. Troponin juga berguna untuk diagnosis,

    stratifikasi risiko,dan menetukan prognosis. Troponin yang meningkat dihubungkan dengan

    peningkatan risiko kematian. Pada pasien dengan STEMI, reperfusi tidak boleh ditunda

    hanya untuk menunggu enzim jantung.

    Mioglobin merupakan suatu protein sel yang dilepaskan dari sel miokardium yang

    mengalami kerusakan, dapat meningkat setelah jam-jam awal terjadinya infark dan

    mencapai puncak pada jam 1 s/d ke 4 dan tetap tinggi sampai 24 jam.

    CKMB merupakan isoenzim dari creatinin kinase, yang merupakan konsentrasi terbesar

    dari miokardium. Dalam jumlah kecil CKMB juga dapat dijumpai di otot rangka, usus kecil

    atau diapragma. Mulai meningkat 3 jam setelah infark dan mencapai puncak 12-24 jam.

    CKMB akan mulai menghilang dalam darah 48-72 jam setelah infark.

    Troponinmengatur interaksi kerja aktin dan myosin dalam otot jantung dan lebih spesifik

    dari CKMB. Mempunyai dua bentuk troponin T dan I. Enzim ini mulai meningkat pada 3

    jam s/d 12 jam setelah onset iskemik. Mencapai puncak pada 12-24 jam dan masih tetap

    tinggi sampai hari ke 8-21 (Trop T) dan 7-14 (Trop I). Peningkatan enzim ini berhubungan

    dengan bukti adanya nekrosis miokard yang menunjukkan prognosis yang buruk pada SKA.

    Diagnosis infark miokard dapat ditegakkan bila memenuhi 2 atau 3 kriteria : nyeri

    dada khas infark, peningkatan serum ensim lebih dari 1 kali nilai normal, dan terdapat

    evolusi khas infark. Pada gambaran EKG IMA dengan ST elevasi, adanya elevasi ST

    2mm, minimal pada 2 sandapan prekordial yang berdampingan atau 1 mm pada 2

    sandapan ekstremitas.

  • 8/11/2019 mci case.docx

    6/16

    5

    1.4Tatalaksana

    Secara umum tatalaksana STEMI dan NSTEMI hampir sama baik pre maupun

    hospital hanya berbeda dalam strategi reperfusi terapi, dimana STEMI lebih ditekankan

    untuk segera melakukan reperfusi baik dengan medikamentosa(trombolisi) atau inervensi

    (percutaneous coronary intervention- PCI). Berdasarkan International Consensus onCardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science With

    Treatment Recommendation (AHA/ACC) tahun 2010, sangat ditekankan waktu efektif

    reperfusi terapi. Bila memungkinkan trombolisis dilakukan saat prehospital untuk

    menghemat waktu.

    Tatalaksana SKA dibagi atas :

    Pra Rumah Sakit (Prehospital)

    Rumah Sakit (Hospital)

    Prehospital

    Monitoring dan amankan ABC. Persiapkan RJP dan defibrilasi

    Berikan aspirin, dan pertimbangkan oksigen, nitrogliserin, dan morfin jika diperlukan

    Pemeriksaan EKG 12 sandapan dan interpretasi

    Lakukan pemberitahuan ke RS untuk melakukan persiapan penerimaan pasien dengan

    STEMI

    Bila akan diberikan fibrinolitik prehospital, lakukan checklist terapi fibrinolitik

    Hospital

    Ruang Gawat Darurat

    Penilaian awal di IGD (< 10 menit)

    Cek tanda vital, evaluasi saturasi oksigen

    Pasang intravena

    Lakukan anamnesis singkat, terarah dan pemeriksaan fisik

    Lengkapi check list fibrinolitik, cek kontraindikasi

    Lakukan pemeriksaan enzim jantung , elektroit dan pembekuan darahPemeriksaan sinar X ( 90%

    Berikan aspirin 160-325 mg

    Nitrogliserin sublingual atau semprot

    Morvin IV jika nyeri dada tidak berkurang dengan nitrogliserin

  • 8/11/2019 mci case.docx

    7/16

    6

    Terapi inisial pada SKA

    Oksigen

    Oksigen harus diberikan pada semuapasien dengan sesak nafas, tanda gagal

    jantung,syok, atau saturasi oksigen < 94%. Monitoring non invasive tentang kadar oksigendarah akan sangat bermanfaat untuk mengetahui apakah perlu diberikan oksigen pada

    pasien. Berdasarkan konsensus terbaru 2010 tentang resusitasi jantung paru oleh

    AHA/ACC, tidak ada bukti manfaat pemberian oksigen aliran tinggi (high flow) pada

    pasien SKA yang masuk emergensi bila tidak ada komplikasi kardiovaskular atau bila kadar

    saturasi oksigen dalam batas normal. Penelitian menunjukkan pemberian oksigen mampu

    mengurangi ST elevasi pada infark anterior. Berdasarkan consensus, dianjurkan

    memberikan oksigen dalam 6 jam pertama terapi. Pemberian oksigen lebih dari 6 jam secara

    klinis tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan seperti dibawah ini:

    Pasien dengan nyeri dada menetap atau berulang atau hemodinamik yang tidak stabil

    Pasien dengan tanda bendungan paru

    Pasien dengan saturasi oksigen

  • 8/11/2019 mci case.docx

    8/16

    7

    Menghasilkan venodilatasi yang akan mengurangi beban ventrikel kiri dan

    mengurangi kebutuhan oksigen

    Menurunkan tahanan vascular sistemik, sehingga mengurangi afterload ventrikel kiri

    Membantu redistribusi volume darah pada edema paru akut

    Menurut consensus 2010 AHA/ACC tentang kardiopulmonal resusitasi morphin

    diberikan secara intravena untuk mengurangi nyeri pada SKA.

    Nyeri dapat diatasi juga dengan petidin 25-50 mg Intravena atau tramadol 25-50 mg

    intravena.

    Clopidogrel dan antiplatelet lain

    Clopidogrel (antiagregasi platelet) terutama bermanfaat pada pasien STEMI dan

    NSTEMI risiko sedang sampai tinggi, dengan dosis pertama (loading dose) 300 mg yang

    dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg. Untuk pasien yang dipersiapkan invasifterapi diberikan dosis 600 mg.

    Terapi Reperfusi Pada STEMI

    Reperfusi pada pasien SKA akan mengembalikan aliran koroner pada arteri yang

    berhubungan dengan area infark,mengurangi ukuran infark, dan menurunkan mortalitas

    jangka panjang. Fibrinolitik berhasil mengembalikan aliran normal koroner pada 50-60%

    kasus. Sedangkan percutaneous coronary intervension (PCI) dapat mengembalikan aliran

    normal sampai 90% kasus, dan manfaat ini lebih besar didapatkan pada pasien dengan syok

    kardiogenik. PCI juga menurunkan risiko perdarahan intracranial dan strok.

    Antikoagulan

    Antikoagulan diberikan pada ACS NSTEMI bersama antiplatelet baik yang

    konservatif terapi maupun yang akan dilakukan intervensi koroner, enoxaparin atau

    fondaparinux merupakan pilihan antikoagulan di samping yang UFH (Unfraxionated

    heparin).

    Pada pasien dengan SKA NSTEMI dan gangguan fungsi ginjal bivalirudin atau UFH

    dapat menjadi pilihan. Sedangkan pada STEMI yang mendapatkan trombolisis juga

    dilanjutkan dengan pemberian enoxaparin, UFHatau fondaparinux. Pada STEMI yang akan

    dilakukan intervensi koroner enoxaparin cukup efektif dan aman sama dengan pemberian

    UFH.

    Terapi Tambahan (ajuvan)

    Antiaritmia

    Tidak diberikan sebagai terapi rutin pada SKA STEMI yang bertujuan untuk profilaksis

  • 8/11/2019 mci case.docx

    9/16

    8

    Penyekat Beta

    Pemberian penyekat beta intravena tidak diberikan secara rutin pada pasien SKA, hanya

    diberikan bila terdapat takikardia dan hipertensi

    ACE-Inhibitor dan ARB

    Kedua obat tersebut di atas telah terbukti, mengurangi morbiditas dan mortalitas bila

    diberikan pada SKA STEMI

    Statin (HMG Co-A inhibitor)

    Pemberian statin intensif diberikan segera setelah onset SKA dalam rangka menstabilkan

    plak.

  • 8/11/2019 mci case.docx

    10/16

    9

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    Nama : Ny. A

    Umur : 42 tahun

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Anamnesis :

    Seorang pasien perempuan, umur 42 tahun, Masuk IGD RSUD Sungai Dareh pukul

    22.40 WIB dengan :

    Keluhan Utama :

    Nyeri dada tengah sejak 2 hari yang lalu

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Nyeri dada tengah sejak 2 hari yang lalu, nyeri dada seperti dihimpit benda berat,

    nyeri dirasakan menjalar ke punggung dan tidak hilang dengan istirahat. Nyeri dada

    ini merupakan yang pertama kali.

    Nafas terasa sesak

    Keringat dingin ada

    Mual ada, Muntah tidak ada Demam tidak ada

    Batuk tidak ada

    BAK dan BAB biasa

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat hipertensi tidak diketahui

    Riwayat mag ada

    Riwayat penyakit jantung tidak ada

    Riwayat penyakit DM tidak ada

    Riwayat Penyakit Keluarga & Kebiasaan:

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, DM

    Riwayat merokok tidak ada

    Pasien pengguna KB Hormonal

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum : Sedang

  • 8/11/2019 mci case.docx

    11/16

    10

    Kesadaran : Kompos mentis-kooperatif

    Tek darah : 140/100 mmHg

    Nadi : 96 x/menit

    Nafas : 32 x/menit

    Suhu : Afebris0C

    Status Generalisata

    Kepala : Normocephal

    Mata : Konjunctiva tidak anemis , sklera tidak ikterik,

    Leher : JVP 5-2 cmH2O

    Dada : Paru : Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam statis dan dinamis

    Palpasi : Fremitus kiri = Fremitus kanan

    Perkusi : Sonor

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-)

    Jantung: Inspeksi : Iktus tak terlihat

    Palpasi : Iktus teraba di Linea Mid Clavicula Sinistra RIC V

    Perkusi : Batas jantung kanan di RIC IV Linea Sternalis Dekstra

    Batas jantung kiri di RIC V Linea Mid Clavicula Sinistra

    Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada

    Abdomen: Inspeksi : distensi tidak ada

    Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan epigastrium

    Perkusi : Timpani

    Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

    Punggung : tidak ditemukan kelainan

    Ekstremitas : edema -/-, akral hangat, perfusi baik

  • 8/11/2019 mci case.docx

    12/16

    11

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    EKG : kesan : ST Elevasi pada V4, V5, V6

    DIAGNOSIS

    Utama : Angina Pektoris e.c Akut Miokard Infark Anterolateral

    Tambahan : Gastritis + Hipertensi Stage I

    TERAPI

    - Istirahat/O24 L/1

    - IVFD RL 12 jam/kolf

    -

    ISDN 5 mg sublingual

    - Aspirin 2 tab (160mg) loading dose (PO)

    - Clopidogrel 4 tab (300mg) loading dose (PO)

    - Atrovastatin 1x 10 mg (PO)

    - Alprazolam 1 x 0,5 mg (PO)

    - Pantoprazol 1 x 1 vial (IV)

    - Rawat Interne : Observasi vital sign dan nyeri dada

    - EKG / Hari

    FOLLOW UP

    25 Agustus 2012

    S/ Nyeri dada (+) sedikit berkurang,

    O/ KU Kes TD Nadi Nafas Suhu

    Sedang CMC 110/70mmHg 88x/menit 24 x/menit afebris

    Cor : irama teratur, bising (-)

    Paru: SN vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

  • 8/11/2019 mci case.docx

    13/16

    12

    EKG : Kesan : ST Elevasi V4, V5, V6

    A/ Akut Miokard Infark Hari ke -3

    Th/

    Istirahat/Oksigen 4 L/menit

    IVFD Nacl 0.9% 12 jam/kolf

    Pethidin 2 x ampul (encerkan) (IV)

    Pantoprazol 1x1 vial (IV)

    Aspirin 1 x 80 mg (PO)

    Clopidigrel 1 x 75 mg (PO)

    Atrovastatin 1 x 10 mg (PO)

    Alprazolam 1 x o,5 mg (PO)

    26 Agustus 2012

    S/ Nyeri dada (+) berkurang,

    O/ KU Kes TD Nadi Nafas Suhu

    Sedang CMC 110/70mmHg 70x/menit 26 x/menit afebris

    Cor : irama teratur, bising (-)

    Paru: SN vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

    A/ Akut Miokard Infark Hari Ke-4

    Th/

    Istirahat/Oksigen 4 L/menit IVFD Nacl 0.9% 12 jam/kolf

    Pethidin 2 x ampul (encerkan) (IV)

    Pantoprazol 1x1 vial (IV)

    Aspirin 1 x 80 mg (PO)

    Clopidigrel 1 x 75 mg (PO)

    Atrovastatin 1 x 10 mg (PO)

    Alprazolam 1 x o,5 mg (PO)

  • 8/11/2019 mci case.docx

    14/16

    13

    27 Agustus 2012

    S/ Nyeri dada (+) berkurang,

    O/ KU Kes TD Nadi Nafas Suhu

    Sedang CMC 100/70mmHg 88x/menit 24 x/menit afebris

    Cor : irama teratur, bising (-)

    Paru: SN vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

    EKG : Kesan ST Elevasi V4, V5, V6

    A/ Akut Miokard Infark Hari Ke-5

    Th/

    Istirahat/Oksigen 4 L/menit

    IVFD Nacl 0.9% 12 jam/kolf

    Pethidin 2 x ampul (encerkan) (IV) Pantoprazol 1x1 vial (IV)

    Aspirin 1 x 80 mg (PO)

    Clopidogrel 1 x 75 mg (PO)

    Atrovastatin 1 x 10 mg (PO)

    Alprazolam 1 x o,5 mg (PO)

    28 Agustus 2012

    S/ Nyeri dada (+) berkurang,

    O/ KU Kes TD Nadi Nafas Suhu

    Sedang CMC 120/80mmHg 70x/menit 21 x/menit afebris

    Cor : irama teratur, bising (-)

    Paru: SN vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

    A/ Akut Miokard Infark Hari Ke-6

    Th/

    Istirahat/Oksigen 4 L/menit IVFD Nacl 0.9% 12 jam/kolf

  • 8/11/2019 mci case.docx

    15/16

    14

    Pethidin 2 x ampul (encerkan) (IV)

    Pantoprazol 1x1 vial (IV)

    Aspirin 1 x 80 mg (PO)

    Clopidogrel 1 x 75 mg (PO)

    Atrovastatin 1 x 10 mg (PO)

    Alprazolam 1 x o,5 mg (PO)

    29 Agustus 2012

    S/ Nyeri dada (-)

    O/ KU Kes TD Nadi Nafas Suhu

    S. ringan CMC 120/80mmHg 70x/menit 21 x/menit afebris

    Cor : irama teratur, bising (-)

    Paru: SN vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

    EKG :

    A/ Akut Miokard Infark Hari Ke-6

    Th/ Pasien Boleh Pulang

    Obat Pulang :

    - Clopidogrel 1 x 75 mg (PO)

    - ISDN 5 mg bila nyeri dada

    - Lansoprazole 1 x 1 tab

    - Kontrol Poli Penyakit Dalam

  • 8/11/2019 mci case.docx

    16/16

    15

    BAB III

    DISKUSI

    Seorang pasien perempuan, umur 42 tahun masuk IGD RSUD Sungai Dareh tanggal 24

    Agustus 2012 dengan diagnosis Angina Pektoris e.c Akut Miokardiak Infark Anterolateral.

    Diagnosis ditegakkan dari keluhan utama nyeri dada menjalar ke punggung, nyeri

    dirasakan terus menerus. Nyeri dada masih dirasakan sampai pasien tiba di rumah sakit.

    Pasien juga mengeluhkan dada terasa dihimpit dan nafas terasa sesak. Keluhan nyeri dada

    juga disertai dengan keringat dingin. Keluhan tersebut sesuai dengan keluhan umum untuk

    iskemi dan infark miokardium.

    Pemeriksaan fisik ditemukan takipneu, tekanan darah meningkat, sedangkan pada

    pemeriksaan jantung dan paru pasien ini masih dalam batas normal, tidak ditemukanbising jantung dan rhonki pada paru. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik pada SKA

    pada umumnya, yang biasanya tidak ditemukan kelainan yang berarti dan hal ini dapat

    menyingkirkan kemungkinan penyakit jantung dan paru lainnya yang memiliki keluhan

    mirip dengan infark miokard.

    Namun untuk memastikan adanya infark dibutuhkan pemeriksaan lanjutan EKG dan

    pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan EKG pasien ini didapatkan adanya ST Elevasi

    pada sadapan V4, V5, V6 yang mendukung ke arah diagnosis infark, sedangkan untuk

    pemeriksaan enzim tidak bisa dilakukan. Dengan dua kriteria dari tiga yaitu nyeri dada khas

    infark dan didukung oleh gambaran EKG adanya ST elevasi maka bisa kita tegakkan

    diagnosis infark miokard akut.

    Untuk tatalaksana awal pasien sesuai dengan protap akut miorkard infark yaitu O24

    L/1, ISDN 5 mg sublingual , Ascardia 2 tab (160mg) loading dose (PO), Clopidogrel 4 tab

    (300mg) loading dose (PO), Actalipid 1x 10 mg (PO), Alprazolam 1 x 0,5 mg (PO), Pantotis 1

    x 1 vial (IV), pasien kemudian dirawat di bangsal interne dan di observasi vital sign dan

    nyeri dada serta EKG / hari.

    Pada rawatan hari ke 2 nyeri dada masih dirasakan sedikit berkurang, untuk

    mengatasinya maka pada terapi ditambah dengan pethidin 2 x ampul. Rawatan hari ke-5

    nyeri dada sudah hilang serta gambaran EKG nya sudah terjadi evolusi berupa tidak

    ditemukan lagi gambaran ST elevasi dan pasien sudah dibolehkan pulang, dianjurkan untuk

    kontrol rutin ke poli penyakit dalam.