maulid menurut ahli hadits dan ulama kontemporer · sesat dan masuk neraka, mengapa bukan allah dan...

4
Melarang suatu amalan tidak serta merta dicukupkan dengan hadits yang masih umum (hadits bid’ah), namun harus ada dalil tegas yang melarang, seperti larangan membunuh, larangan zina dan sebagainya. Jika hanya karena tidak ada di masa Nabi atau masa Sahabat, maka hal itu bukan dalil melarang se- suatu, termasuk melarang Maulid. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut: “Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab- Nya maka halal. Apa yang Ia haramkan maka haram. Jika Allah diam atas sesuatu, maka itu adalah kebolehan. Maka terimalah. Kemudian Nabi membaca ayat: “Tidaklah Tuhanmu lupa” [QS Maryam: 64]” (HR Al-Baihaqi dan Thabrani, haditst hasan) Jika memang Maulid Nabi adalah haram, sesat dan masuk neraka, mengapa bukan Allah dan Rasul-Nya langsung yang melarang? Fatwa Ulama Ahli Hadits Jika memang Maulid ini adalah bid’ah No. 10 Tahun III 1 yang sesat, maka tidak mungkin difatwakan boleh oleh para ulama ahli hadits. Nyatanya cukup banyak para ulama ahli hadits yang memfatwakan boleh. Berikut beberapa fatwa ahli hadits dan ulama kontemporer tentang hu- kumdankeutamaanMaulidNabiMuhammadSAW. “ImamAbuSyamah,guruImamNawawi:Diantara bid’ah yang baik di masa kami adalah perayaan Maulid Nabi, seperti sedekah, berbuat baik dan menampakkan kesenangan. Di samping mengandung kebaikan juga menunjukkan kecintaan kepada Nabi dan syukur kepada Allah atas diutusnya Nabi untuk seluruh alam” (Ianatut Thalibin juz I hal 313) SyaikhulIslamAl-HafidzIbnuHajar(773-852H) Maulid Menurut Ahli Hadits dan Ulama Kontemporer

Upload: hacong

Post on 20-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Melarang suatu amalan tidak serta mertadicukupkan dengan hadits yang masih umum(hadits bid’ah), namun harus ada dalil tegasyang melarang, seperti larangan membunuh,larangan zina dan sebagainya. Jika hanyakarena tidak ada di masa Nabi atau masaSahabat, maka hal itu bukan dalil melarang se-suatu, termasuk melarang Maulid. Sebagaimanadijelaskan dalam hadits berikut:

“Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya maka halal. Apa yang Ia haramkan makaharam. Jika Allah diam atas sesuatu, maka ituadalah kebolehan. Maka terimalah. KemudianNabi membaca ayat: “Tidaklah Tuhanmulupa” [QS Maryam: 64]” (HR Al-Baihaqi danThabrani, haditst hasan)Jika memang Maulid Nabi adalah haram,sesat dan masuk neraka, mengapa bukanAllah dan Rasul-Nya langsung yang melarang?Fatwa Ulama Ahli HaditsJika memang Maulid ini adalah bid’ah

No. 10 Tahun III

1

yang sesat, maka tidak mungkin difatwakanboleh oleh para ulama ahli hadits. Nyatanyacukup banyak para ulama ahli hadits yangmemfatwakan boleh. Berikut beberapa fatwaahli hadits dan ulama kontemporer tentang hu-kum dan keutamaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Imam Abu Syamah, guru Imam Nawawi: Diantarabid’ah yang baik di masa kami adalahperayaan Maulid Nabi, seperti sedekah,berbuat baik dan menampakkan kesenangan.Di samping mengandung kebaikan jugamenunjukkan kecintaan kepada Nabi dansyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi untukseluruh alam” (Ianatut Thalibin juz I hal 313)

Syaikhul Islam Al-Hafidz Ibnu Hajar (773-852 H)

Maulid Menurut Ahli Haditsdan Ulama Kontemporer

2

“Pokok utama dalam amaliyah Maulid adalahbid’ah yang tidak diriwayatkan dari ulamasalafus shalih dari tiga generasi (sahabat, tabi’in,dan atba’ at tabi’in). Akan tetapi Maulidtersebut mengandung kebaikan-kebaikan dansebaliknya. Maka barangsiapa yang berusahameraih kebaikan dalam Maulid dan menjauhiyang buruk, maka termasuk bid’ah yang baik.Jika tidak, maka disebut bid’ah yang buruk”Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Telah jelasbagi saya dalam menggali dalil Maulid darisumber dalil yang sahih. Yaitu hadits riwayatImam Bukhari dan Imam Muslim:

“Ketika Rasulullah Saw datang ke Madinah, beliaumenjumpai kaum Yahudi berpuasa pada hariAsyura (10 Muharram), kemudian Nabimenanyakan kepada mereka? Mereka menjawab:Asyura adalah hari dimana Allah menenggelamkanFiraun dan menyelamatkan Musa. Maka kamiberpuasa pada hari Asyura sebagai bentuksyukur kepada Allah” [HR Al-Bukhari]Dari hadits ini bisa diambil satu faidahdiperbolehkannya melakukan syukur kepadaAllah atas anugerah dari-Nya di hari tertentu,baik mendapatkan nikmat atau terlepas darimusibah, dan hal tersebut bisa dilakukansecara berulang kali setiap tahun.Bersyukur kepada Allah dapat diwujudkandengan berbagai ibadah, seperti sujud, puasa,sedekah dan membaca Al-Qur’an. D anmanakah nikmat yang lebih agung daripadakelahiran seorang Nabi, Nabi pembawarahmat, di hari tersebut?Dari uraian ini dianjurkan untuk berusahauntuk mmenyesuaikan dengan hari kelahiran-

nya agar sesuai dengan kisah Musa di hariAsyura. Ulama yang tidak memperhatikanmasalah ini, dia tidak mempedulikan di hariapa saja ia melakukan Maulid di bulan RabiulAwal. Bahkan ada sekelompok ulama yangmemberi kelonggaran untuk mengamalkanMaulid di hari apapun dalam satu tahun. Iniadalah terkait dalil Maulid. (Al-Hawi, FatawasSuyuthi juz I hal 727)Al-Hafidz Sakhawi (831-902 H)

Al-Hafidz As-Sakhawi berkata dalam Fatwanya:Amaliyah Maulid tidak diriwayatkan dariseorang ulama Salaf dalam tiga kurun yangutama. Amaliyah ini dilakukan sesudahnya,kemudian umat Islam di seluruh penjuru dankota besar selalu merayakannya di bulan kelahiranNabi Muhammad Saw, dengan perayaan yangindah dan agung, mereka bersedekah dimalam harinya, menampakkan rasa suka cita,menambah belanjanya, dan membacakelahiran Nabi Muhammad Saw. Dan tampakkepada mereka berkahnya-Nabi denganmerata (Subul Huda war Rasyad juz I hal 362)Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi (849-911 H)

Buletin Ashabi diterbitkan oleh Divisi Bimbingan Ahlussunnah wal Jama’ah (BISWAH)Aswaja NU Centre PWNU Jawa Timur

Pembina: KH. Anwar Mansyur dan KH. M. Hasan Mutawakkil AlallahPemimpin Umum: KH. Abdurrahman Navis. Pemimpin Redaksi: A. Afif Amrullah.

Redaktur: Saiful Arifin, Rofi’i Boenawi, Yuana Fatwalloh, Faridatun Ni’mah, Hesty PutriUtami, Nafisatl Husniah. Distribusi: Tim Biswah.

Redaksi: Gedung PWNU Jatim Jl. Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya. Hp 0856 4501 9400

3

Jawab: Menurut saya, bahwa subtansi darimaulid yang berupa berkumpulnya banyakorang, membaca Al-Qur’an, membaca kisah-kisah Nabi Muhammad mulai beliau diutusmenjadi Rasul dan hal-hal yang terjadi saatkelahirannya yang terdiri dari tanda-tandakenabian, dilanjutkan dengan suguhanhidangan untuk makan bersama kemudianselesai tanpa ada tambahan lagi, maka hal initergolong bidah yang baik, yang pelakunyamendapatkan pahala karena ia mengagung-kan derajat Nabi Muhammad Saw, menam-pakkan rasa senang dan kebahagiaan dengankelahirannya yang mulia (Al-Hawi, FatawasSuyuthi juz I, hal 727)

Fatwa Ulama KontemporerDr Said Romdlon Al-Buthi (1929-2013 M)

“Perayaan Maulid Nabi adalah semangatsocial yang bernilai agamis, seperti muktamardan seminar agama yang dilakukan di masasekarang, dahulu tidak ada. Oleh karenanyatidak tepat jika disebut bid’ah sebagaimanaseminar dan muktamar Islam tidak disebutbid’ah. Tapi harus dihindari dari kemung-karan” (Fatawa Al-Maulid An-Nabi)

Dr Wahbah Zuhaili (1932-2015 M)

“Jika Maulid hanya sekedar membaca al-Quran, mengingatkan akhlak Nabi, mendo-rong umat agar mengamalkan ajaran Islamdan mendorong melakukan ibadah wa-jib danakhlak agama, maka bukan sebagai bid’ah”(Halaqah Al-Bid’ah)

Dr. Ali Jumat, Mufti Mesir (Lahir 1952 M)“Perayaan Maulid Nabi adalah amal yangpaling utama dan ibadah yang agung. SebabMaulid ibaratnya adalah rasa senang dancinta pada Nabi. Sedangkan mencintai Nabiadalah dasar keimanan” (Al-Bayan li maYusyghilu al-Adzhan)

Ustadz M. Ma’ruf KhozinDewan Pakar Aswaja NU Center PWNU JatimSumber: Majalah Aula edisi Desember 2016