materi cpns

18
1 MATERI UJIAN CPNS UUD1945 ,HUKUM, KORUPSI, TATA NEGARA D I S U S U N O L E H AGUS SETIAWAN, S.Pd

Upload: sugasetya

Post on 17-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

materu untuk ujian cpns

TRANSCRIPT

  • 1

    MATERI UJIAN CPNS

    UUD1945 ,HUKUM, KORUPSI, TATA NEGARA

    D

    I

    S

    U

    S

    U

    N

    O

    L

    E

    H

    AGUS SETIAWAN, S.Pd

  • 2

    HUKUM dan POLITIK

    Pemisahan kekuasaan juga disebut dengan istilah trias politica adalah sebuah ide bahwa

    sebuah pemerintahan berdaulat harus dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang

    bebas, mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak. Contoh

    negara yang menerapkan pemisahan kekuasaan ini adalah Amerika Serikat.

    Seorang pemikir Inggris John Locke-lah yang pertama mengenalkan istilah trias politica ini

    ke dunia. John Locke membagi kekuasaan menjadi dua yaitu Eksekutif dan Legislatif.

    Kemudian konsep ini disempurnakan oleh filsuf Prancis Baron de Montesquieu dengan

    menambahkan kekuasaan yudikatif sebagai perimbangan kekuasaan. Pemisahan kekuasaan

    merupakan suatu cara pembagian dalam tubuh pemerintahan agar tidak ada penyalahgunaan

    kekuasaan, antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.

    Indonesia tidak menganut trias politica, namun semangat untuk membagi-bagi kekuasaan

    tersebut jelas termaktub di dalam UUD. Untuk menjalankan fungsi-fungsi eksekutif,

    yudikatif dan legislatif, dibuatlah badan-badan kenegaraan yang disebut Lembaga-Lembaga

    Negara.

    Sebelum perubahan UUD 1945 lembaga-lembaga Negara tersebut diklasifikasikan, yaitu

    MPR adalah lembaga tertinggi Negara, sedangkan lembaga-lembaga kenegaraan lainnya

    seperti presiden, DPR, BPK, DPA dan MA disebut sebagai lembaga tinggi Negara.

    Sementara itu menurut hasil perubahan UUD, lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam

    UUD 1945 adalah sebagai berikut:

    (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

    (2) Presiden

    (3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

    (4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

    (5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

    (6) Mahkamah Agung (MA)

    (7) Mahkamah Konstitusi (MK)

    Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri

    sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan

    kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak

    dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin

    pemisahan kekuasaan.

  • 3

    Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan menunjuk

    pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya serta hubungan kekuasaan

    diantara badan-badan kenegaraan yang ada, yaitu;

    A. Sebelum Perubahan

    1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk menetapkan

    UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah UUD

    2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas yang

    dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:

    a. Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;

    b. Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;

    c. Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti,

    abolisi dan rehabilitasi;

    d. Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,

    membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta

    dan konsul.

    3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu

    kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi

    tindakan presiden.

    4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban

    memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada

    pemerintah

    5. BPK, sebagai counterpart terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk memeriksa

    tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada

    DPR.

    6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan tugasnya

    tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.

    B. Setelah Perubahan

    1. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara

    lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan kewenangannya

    menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena

    presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang menetapkan dan

    mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan

    Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara

    langsung melalui pemilu.

  • 4

    2. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk UU

    (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan

    saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan mekanisme

    membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi

    legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar

    lembaga negara.

    3. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan

    kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya

    utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR,

    keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia,

    dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu, mempunyai

    kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi

    daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan

    daerah.

    4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,

    berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan

    daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan

    ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan

    memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi

    pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.

    5. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara

    pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat

    sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada

    DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja,

    Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan

    pertimbangan DPR, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus

    memperhatikan pertimbangan DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme

    pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh

    rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa

    jabatannya.

    6. Mahkamah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan

    kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan

    hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi,

    menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain

  • 5

    yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam

    lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan

    militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-badan lain yang

    yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang

    seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.

    7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaannya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian

    konstitusi (the guardian of the constitution). Mempunyai kewenangan: Menguji UU

    terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus

    pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan

    atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil

    presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-

    masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,

    sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif,

    legislatif, dan eksekutif.

    Atas dasar itu, UUD 1945 meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan-

    hubungan (kekuasaan) diantara lembaga-lembaga negara tersebut. Hubunganhubungan itu

    adakalanya bersifat timbal balik dan ada kalanya tidak bersifat timbal balik hanya sepihak

    atau searah saja.

    Percepatan Pemberantasan Korupsi

    Pengertian Korupsi

    Korupsi secara umum diartikan sebagai pengabaian atau penyisihan atas suatu standar yang

    harus ditegakkan. Istilah korupsi juga bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur

    atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian.

    Berikut ini pengertian-pengertian korupsi :

    Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

    Korupsi adalah tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas demi

    keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.

    Kartini Kartono

    Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna

    mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.

    Kuper dan kuper

  • 6

    Korupsi dalam arti politik adalah penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah

    atau politisi bagi kepentingan pribadi.

    Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan ciri-ciri korupsi :

    Perbuatan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat negara

    Perbuatan yang merugikan negara

    Tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat

    Tindakan memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan kekuasaan

    Menurut sifatnya,korupsi terbagi menjadi dua bentuk yaitu :

    Korupsi yang bermotif terselubung : Yaitu korupsi yang sepintas kelihatannya

    bermotif politik tetapi sesungguhnya bermotif uang.

    Korupsi yang bermotif ganda : Yaitu korupsi yang secara lahiriah kelihatan seperti

    bermotif uang tetapi sesungguhnya bermotif lain yakni untuk kepentingan politik

    Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi :

    Lemahnya pendidikan agama dan etika

    Kolonialisme

    Kurangnya pendidikan

    Kemiskinan

    Tidak adanya sanksi yang keras

    Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi

    Struktur pemerintahan yang lemah

    Perubahan radikal

    Keadaan masyarakat

    Dasar hukum pemberantasan korupsi :

    Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas

    Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

    UU No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN

    UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

    UU No 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No 31 tahun 1999 tentang

    Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

  • 7

    UU No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

    Instruksi Presiden No 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi

    Upaya Pemberantasan Korupsi

    Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan pemerintah antara lain dengan membentuk

    lembaga yang menangani korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), KPKPN

    (Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara), Komisi Ombudsman Nasional dan

    juga pernah membentuk Timtas Tipikor (Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi).

    Dicanangkan pula Gerakan Pemberantasan Korupsi Nasional oleh SBY tanggal 9 Desember

    2004 yaitu dengan ditandatanganinya Inpres No.5 tahun 2004 tentang Percepatan

    Pemberantasan Korupsi.

    Tugas dan Wewenang KPK

    Tugas KPK antara lain :

    1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

    korupsi

    2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

    korupsi

    3. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

    4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi

    5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara

    Wewenang KPK antara lain :

    1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi

    2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi

    3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada

    instansi yang terkait

    4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang

    melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi

    5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi

  • 8

    Peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia

    Dalam UU No 31 tahun 1999 disebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta membantu

    upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta

    masyarakat tersebut dapat dilakukan dalam bentuk antara lain :

    1. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan terkait korupsi

    2. Berhak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari,memperoleh dan memberikan

    informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum

    yang menangani perkara tindak pidana korupsi

    3. Menyampaikan saran dan pendapat serta bertanggung jawab kepada aparat penegak

    hukum yang menangani tindak pidana korupsi

    4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada

    penegak hukum dalam waktu paling lama 30 hari

    5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum

    Unsur-Unsur Terbentuknya Negara

    Berdasarkan pengertian negara menurut Meriam Budiarjo di atas maka sesuatu dapat disebut

    sebagai negara harus memenuhi syarat-syarat berdirinya negara, yaitu :

    A. Rakyat

    Adalah seluruh orang baik yang berada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri dan

    mempunyai hak pilih atau dicabut hak pilihnya untuk waktu tertentu atau belum mempunyai

    hak pilih karena persyaratan tertentu.

    B. Wilayah

    Wilayah adalah tempat berhuninya rakyat dan tempat berlangsungnya pemerintahan yang

    berdaulat. Wilayah suatu negara meliputi darat, laut dan udara. Dalam wilayah tersebut

    negara menjalankan kekuasaannya, demikian sangat penting adanya batas wilayah yang tegas

    yang dimiliki setiap negara.

    \(1) Daratan

    Adalah wilayah di permukaan bumi dengan batas-batas tertentu dan di dalam tanah di bawah

    permukaan bumi. Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat atau perairan

    negara lain.

    (2) Lautan

    Wilayah laut yang menjadi wilayah suatu negara disebut perairan teritorial.

  • 9

    Berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional ada beberapa istilah terkait dengan perairan

    teritorial, yaitu :

    (a) Batas laut territorial, wilayahnya sejauh 12 mil diukur dari garis lurus yang ditarik dari

    garis dasar pantai terluar ketika air surut ke arah laut bebas.

    (b) Batas zona bersebelahan, wilayahnya sejauh 12 mil laut dari batas laut

    territorial. Dengan kata lain jika diukur dari pangkal laut wilayah jauhnya mencapai 24 mil

    laut. Hak negara yang bersangkutan adalah berwenang menghukum pihak-pihak yang

    melanggar undang-undang bea cukai, fiskal, imigrasi dan ketertiban negara.

    (c) Batas zona ekonomi eksklusif (ZEE), wilayahnya mencapai 200 mil laut yang diukur dari

    pantai. Bagi negara yang bersangkutan berhak melakukan eksplorasi terhadap kekayaan laut,

    melakukan kegiatan ekonomi dan berwenang menangkap nelayan asing yang menangkap

    ikan di wilayah ZEE. Negara asing hanya bebas berlayar atau terbang di atas wilayah

    tersebut serta bebas memasang kabel dan pipa di bawah laut ini.

    (d) Batas Landas Benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang lebih dari 200 mil laut. Di

    wilayah ini suatu negara boleh mengadakan eksplorasi dan eksploitasi dengan kewajiban

    membagi keuntungan dengan masyarakat internasional.

    Pada mulanya ada dua pandangan (konsepsi) mengenai wilayah lautan, yaitu :

    1. Res Nullius; Adalah konsepsi yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang

    memiliki, oleh karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing

    negara. Konsepsi ini dikembangkan oleh John Sheldon (1584-1654) berasal dari

    Inggris dalam bukunya Mare Clausum atau The Right and Dominion of the Sea.

    2. Res Communis ; Adalah konsepsi yang menyatakan bahwa laut itu milik masyarakat

    dunia sehingga tidak dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara. Konsepsi

    ini dikembangkan oleh Hugo de Groot (Grotius) dari Belanda pada tahun 1608 dalam

    bukunya Mare Liberium (Laut Bebas). Grotius dikenal sebagai Bapak Hukum Laut

    Internasional.

    (3) Udara

    Wilayah udara yang menjadi bagian wilayah suatu negara yaitu wilayah udara yang berada di

    atas wilayah darat dan perairan teritorial negara yang bersangkutan.

    Beberapa pandangan ahli mengenai wilayah udara adalah :

    1. a) Lee

  • 10

    Lapisan atmosfer dalam jarak tembak meriam yang dipasang di darat, dianggap sama dengan

    udara territorial negara. Di luar jarak tembak adalah udara bebas, dalam arti dapat dilalui

    oleh semua pesawat udara negara manapun.

    1. b) Von Holzen Dorf

    Ketinggian ruang udara adalah 1000 meter dari titik permukaan yang tertinggi.

    1. c) Henrichs

    Negara dapat berdaulat di ruang atmosfer selama masih terdapat partikel gas atau partikel-

    partikel udara atau pada ketinggian 196 mil.

    C. Pemerintah yang Berdaulat

    Pemerintah yang berdaulat adalah pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang

    dihormati dan ditaati, baik oleh seluruh rakyat negara itu maupun oleh negara lain.

    Kata daulat berasal dari

    kata daulah (Arab), sovereignty (Inggris), souvereiniteit (Prancis), supremus (Latin)

    dan sovranita (Italia), yang berarti kekuasaan tertinggi. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah

    mempunyai kekuatan yang berlaku ke dalam (interne-souvereiniteit) dan ke luar (externe-

    souvereiniteit).

    D. Pengakuan dari negara lain

    Pengakuan negara lain merupakan sikap yang bersifat politis untuk mengakui negara baru

    sebagai objek hukum. Pengakuan dari negara lain adalah pengakuan yang bersifat de

    facto maupun de jure.

    Unsur-unsur terbentuknya negara yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat

    merupakan unsur konstitutif, sedangkan unsur pengakuan dari negara lain merupakan unsur

    deklaratif. ***

    Amandemen UUD

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD

    1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusipemerintahan

    negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara

    oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia

    berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS

    1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan

    secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_dasar_tertulis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/PPKIhttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/27_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1949http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konstitusi_Sementara_Republik_Indonesia_Serikat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1950http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dekrit_Presiden_1959http://id.wikipedia.org/wiki/5_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1959http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyathttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1959

  • 11

    Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan

    (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan

    Republik Indonesia.

    Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen)

    yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

    Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945

    Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945

    Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945

    Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD

    1945

    Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16

    bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat

    berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat

    Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

    Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3

    pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.

    Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan

    Kompilasi Tanpa Ada Opini.

    2.1. Sejarah UUD 1945

    Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk

    pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa

    sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945,

    Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila.

    Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri

    dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD

    1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam

    bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD

    1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

    Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat

    (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945

    Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

    http://id.wikipedia.org/wiki/1999http://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/14_Oktoberhttp://id.wikipedia.org/wiki/21_Oktoberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1999http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Pertama_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/7_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/2000http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Kedua_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/1_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/9_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/2001http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Ketiga_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/1_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/11_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Keempat_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Keempat_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarnohttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Junihttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakarta

  • 12

    (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah

    Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17

    Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-

    Undang Dasar Republik Indonesia.

    Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949

    Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya

    karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

    Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan

    bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.

    Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer") yang

    pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap

    lebih demokratis.

    Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950

    Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.

    bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya

    terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan

    sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

    Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959

    Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering

    disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya

    pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan

    partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi

    Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar

    bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai

    dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan

    ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta

    merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur;

    sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante

    dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950

    http://id.wikipedia.org/wiki/10_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/17_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/17_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/PPKIhttp://id.wikipedia.org/wiki/16_Oktoberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/KNIPhttp://id.wikipedia.org/wiki/14_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1945

  • 13

    Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966

    Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur

    kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5

    Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya

    memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-

    Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

    Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:

    Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua

    DPA menjadi Menteri Negara

    MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

    Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai

    Komunis Indonesia

    Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998

    Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD

    1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga

    menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah peraturan:

    Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk

    mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan

    terhadapnya

    Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain

    menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus

    minta pendapat rakyat melalui referendum.

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan

    pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

    Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999

    Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan

    oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

    Periode UUD 1945 Amandemen

    Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)

    terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada

    http://id.wikipedia.org/wiki/5_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/5_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1959http://id.wikipedia.org/wiki/Sukarnohttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_Septemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_Septemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru

  • 14

    masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di

    tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu

    "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945

    tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

    2.2. PERUBAHAN UUD 1945

    Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi

    adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang

    merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum

    perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara

    sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan

    demokrasi dan hak asasi manusia.

    Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang

    MPR dari 1999 hingga 2002[1]. Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang UmumMPR

    Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan

    memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.

    Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua

    menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan

    pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal

    memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM.[2]

    Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001.Perubahan tahap

    inimengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan

    bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-

    ketentuan tentang Pemilihan Umum.[3] Sedangkan perubahan keempat dilakukan dalam

    Sidang Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan

    tentangkelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan

    Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan

    sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.[4]

    Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD

    1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan

    menghasilkan 199 butir ketentuan.[5] Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang ada dalam UUD

    1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan. Selebihnya,

    sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah mengalami

    perubahan.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat

  • 15

    Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah

    prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi

    dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga negara

    dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan rakyat dalam

    lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan Presiden yang

    sangat besar (concentration of power and responsibility upon the President) menjadi prinsip

    saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebut

    menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.

    Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang harus

    dilakukan adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD

    1945 harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan

    berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasar

    sehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan

    warga negara (the living constitution).

    2.3. Tujuan Perubahan UUD 1945

    Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti

    tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi

    dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan

    kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah

    Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan

    atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta

    mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

    Amandemen

    Di Indonesia, perubahan konstitusi telah terjadi beberapa kali dalam

    sejarah ketatanegaraan Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejak

    Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam delapan

    periode yaitu :

    1. Periode 18 Agustus 1945 27 desember 1949 (UUD 1945)

    2. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (RIS 1949)

    3. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 (UUDS 1950)

    4. Periode 5 Juli 1959 19 Oktober 1999 (UUD 1945amandemen)

    5. Periode 19 Oktober 1999 18 Agustus 2000 (amandemen ke 1)

    http://8fkonstitusindonesia.blogspot.com/p/amandemen.html

  • 16

    6. Periode 18 Agustus 2000 9 November 2001(amandemen ke 2)

    7. Periode 9 November 2001 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)

    8. Periode 10 Agustus 2002 sampai sekarang (amandemen ke 4)

    Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :

    1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4tercantum dasarnegara yaitu Pancasila;

    2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :

    16 Bab;

    37 Pasal

    4 aturan peralihan;

    o aturan Tambahan.

    3. Penjelasan

    UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS)

    pada 27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan oleh Undang-

    undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD

    1945 dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus

    2002, UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

    (MPR). Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :

    1. Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999

    Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5

    ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3),

    20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1).

    Beberapa perubahan yang penting adalah :

    a) Pasal 5 ayat (1) berbunyi : Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-

    undang dengan persetujuan DPR.Diubah menjadi : Presiden berhak mengajukan

    rancangan

    b) Pasal 7 berbunyi : Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa

    lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Diubah menjadi : Preseiden dan

    wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih

    kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.

  • 17

    c) Pasal 14 berbunyi : Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan

    rehabilitasi. Diubah menjadi :

    1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan pertimbangan

    Mahkamah Agung

    2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan pertimbangan

    DPR.

    d) Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR. Diubah

    menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.

    2. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000

    Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal

    18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5),

    20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan

    (2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4),

    28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.

    Beberapa perubahan yang penting adalah :

    a) Pasal 20 berbunyi : Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan

    DPR. Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran,

    dan fungsi pengawasan.

    b) Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan Negara

    ditetapkan dengan Undang-undang. Diubah menjadi : Penduduk ialah warga

    Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia

    c) Pasal 28 memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi manusia.

    3. Perubahan III diadakan pada tanggal 9 November 2001

    Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal

    1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B

    ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4),

    22D ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat

    (1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).

    Beberapa perubahan yang penting adalah :

    a) Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan

    sepenuhnya oleh MPR. Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan

    dilaksanakan menurut UUD

  • 18

    b) Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara

    langsung oleh rakyat

    c) Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli. Diubah

    menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak

    kelahirannya

    d) Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:

    1) Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

    pengangkatan hakim agung

    2) Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama

    dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang

    terhadap UUD (dan menurut amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi

    ditetapkan dengan ketentuan MPR bertugas mengkaji ulang keempat amandemen

    UUD 1945 pada tahun 2003

    4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002

    Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu:

    pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat

    (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5),

    Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.

    Beberapa perubahan yang penting adalah :

    a) Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan golongan-golongan

    menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang. Diubah menjadi : MPR

    terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan Umum dan diatur

    lebih lanjut dengan undang-undang.

    b) Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah

    menjadi : Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas

    memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur

    dalam Undang-undang

    c) Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha

    Esa. Pasal ini tetap tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata :

    dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)

    d) Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada

    17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh

    Mahkamah.