materi cpns
DESCRIPTION
materu untuk ujian cpnsTRANSCRIPT
-
1
MATERI UJIAN CPNS
UUD1945 ,HUKUM, KORUPSI, TATA NEGARA
D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
AGUS SETIAWAN, S.Pd
-
2
HUKUM dan POLITIK
Pemisahan kekuasaan juga disebut dengan istilah trias politica adalah sebuah ide bahwa
sebuah pemerintahan berdaulat harus dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang
bebas, mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak. Contoh
negara yang menerapkan pemisahan kekuasaan ini adalah Amerika Serikat.
Seorang pemikir Inggris John Locke-lah yang pertama mengenalkan istilah trias politica ini
ke dunia. John Locke membagi kekuasaan menjadi dua yaitu Eksekutif dan Legislatif.
Kemudian konsep ini disempurnakan oleh filsuf Prancis Baron de Montesquieu dengan
menambahkan kekuasaan yudikatif sebagai perimbangan kekuasaan. Pemisahan kekuasaan
merupakan suatu cara pembagian dalam tubuh pemerintahan agar tidak ada penyalahgunaan
kekuasaan, antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Indonesia tidak menganut trias politica, namun semangat untuk membagi-bagi kekuasaan
tersebut jelas termaktub di dalam UUD. Untuk menjalankan fungsi-fungsi eksekutif,
yudikatif dan legislatif, dibuatlah badan-badan kenegaraan yang disebut Lembaga-Lembaga
Negara.
Sebelum perubahan UUD 1945 lembaga-lembaga Negara tersebut diklasifikasikan, yaitu
MPR adalah lembaga tertinggi Negara, sedangkan lembaga-lembaga kenegaraan lainnya
seperti presiden, DPR, BPK, DPA dan MA disebut sebagai lembaga tinggi Negara.
Sementara itu menurut hasil perubahan UUD, lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam
UUD 1945 adalah sebagai berikut:
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
(2) Presiden
(3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
(4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(6) Mahkamah Agung (MA)
(7) Mahkamah Konstitusi (MK)
Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri
sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan
kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak
dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin
pemisahan kekuasaan.
-
3
Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan menunjuk
pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya serta hubungan kekuasaan
diantara badan-badan kenegaraan yang ada, yaitu;
A. Sebelum Perubahan
1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk menetapkan
UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah UUD
2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas yang
dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:
a. Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;
b. Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;
c. Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti,
abolisi dan rehabilitasi;
d. Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta
dan konsul.
3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu
kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi
tindakan presiden.
4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban
memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada
pemerintah
5. BPK, sebagai counterpart terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk memeriksa
tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada
DPR.
6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan tugasnya
tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.
B. Setelah Perubahan
1. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan kewenangannya
menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena
presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang menetapkan dan
mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara
langsung melalui pemilu.
-
4
2. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk UU
(sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan
saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan mekanisme
membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi
legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar
lembaga negara.
3. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya
utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR,
keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia,
dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu, mempunyai
kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan
daerah.
4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi
pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
5. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat
sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada
DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja,
Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme
pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh
rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa
jabatannya.
6. Mahkamah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain
-
5
yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan
militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-badan lain yang
yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang
seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaannya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution). Mempunyai kewenangan: Menguji UU
terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil
presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-
masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,
sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif,
legislatif, dan eksekutif.
Atas dasar itu, UUD 1945 meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan-
hubungan (kekuasaan) diantara lembaga-lembaga negara tersebut. Hubunganhubungan itu
adakalanya bersifat timbal balik dan ada kalanya tidak bersifat timbal balik hanya sepihak
atau searah saja.
Percepatan Pemberantasan Korupsi
Pengertian Korupsi
Korupsi secara umum diartikan sebagai pengabaian atau penyisihan atas suatu standar yang
harus ditegakkan. Istilah korupsi juga bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur
atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian.
Berikut ini pengertian-pengertian korupsi :
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Korupsi adalah tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas demi
keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Kartini Kartono
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
Kuper dan kuper
-
6
Korupsi dalam arti politik adalah penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah
atau politisi bagi kepentingan pribadi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan ciri-ciri korupsi :
Perbuatan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat negara
Perbuatan yang merugikan negara
Tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat
Tindakan memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan kekuasaan
Menurut sifatnya,korupsi terbagi menjadi dua bentuk yaitu :
Korupsi yang bermotif terselubung : Yaitu korupsi yang sepintas kelihatannya
bermotif politik tetapi sesungguhnya bermotif uang.
Korupsi yang bermotif ganda : Yaitu korupsi yang secara lahiriah kelihatan seperti
bermotif uang tetapi sesungguhnya bermotif lain yakni untuk kepentingan politik
Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi :
Lemahnya pendidikan agama dan etika
Kolonialisme
Kurangnya pendidikan
Kemiskinan
Tidak adanya sanksi yang keras
Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi
Struktur pemerintahan yang lemah
Perubahan radikal
Keadaan masyarakat
Dasar hukum pemberantasan korupsi :
Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
UU No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN
UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU No 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
-
7
UU No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Instruksi Presiden No 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan pemerintah antara lain dengan membentuk
lembaga yang menangani korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), KPKPN
(Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara), Komisi Ombudsman Nasional dan
juga pernah membentuk Timtas Tipikor (Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi).
Dicanangkan pula Gerakan Pemberantasan Korupsi Nasional oleh SBY tanggal 9 Desember
2004 yaitu dengan ditandatanganinya Inpres No.5 tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.
Tugas dan Wewenang KPK
Tugas KPK antara lain :
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara
Wewenang KPK antara lain :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi
-
8
Peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
Dalam UU No 31 tahun 1999 disebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta membantu
upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta
masyarakat tersebut dapat dilakukan dalam bentuk antara lain :
1. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan terkait korupsi
2. Berhak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari,memperoleh dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum
yang menangani perkara tindak pidana korupsi
3. Menyampaikan saran dan pendapat serta bertanggung jawab kepada aparat penegak
hukum yang menangani tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada
penegak hukum dalam waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
Unsur-Unsur Terbentuknya Negara
Berdasarkan pengertian negara menurut Meriam Budiarjo di atas maka sesuatu dapat disebut
sebagai negara harus memenuhi syarat-syarat berdirinya negara, yaitu :
A. Rakyat
Adalah seluruh orang baik yang berada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri dan
mempunyai hak pilih atau dicabut hak pilihnya untuk waktu tertentu atau belum mempunyai
hak pilih karena persyaratan tertentu.
B. Wilayah
Wilayah adalah tempat berhuninya rakyat dan tempat berlangsungnya pemerintahan yang
berdaulat. Wilayah suatu negara meliputi darat, laut dan udara. Dalam wilayah tersebut
negara menjalankan kekuasaannya, demikian sangat penting adanya batas wilayah yang tegas
yang dimiliki setiap negara.
\(1) Daratan
Adalah wilayah di permukaan bumi dengan batas-batas tertentu dan di dalam tanah di bawah
permukaan bumi. Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat atau perairan
negara lain.
(2) Lautan
Wilayah laut yang menjadi wilayah suatu negara disebut perairan teritorial.
-
9
Berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional ada beberapa istilah terkait dengan perairan
teritorial, yaitu :
(a) Batas laut territorial, wilayahnya sejauh 12 mil diukur dari garis lurus yang ditarik dari
garis dasar pantai terluar ketika air surut ke arah laut bebas.
(b) Batas zona bersebelahan, wilayahnya sejauh 12 mil laut dari batas laut
territorial. Dengan kata lain jika diukur dari pangkal laut wilayah jauhnya mencapai 24 mil
laut. Hak negara yang bersangkutan adalah berwenang menghukum pihak-pihak yang
melanggar undang-undang bea cukai, fiskal, imigrasi dan ketertiban negara.
(c) Batas zona ekonomi eksklusif (ZEE), wilayahnya mencapai 200 mil laut yang diukur dari
pantai. Bagi negara yang bersangkutan berhak melakukan eksplorasi terhadap kekayaan laut,
melakukan kegiatan ekonomi dan berwenang menangkap nelayan asing yang menangkap
ikan di wilayah ZEE. Negara asing hanya bebas berlayar atau terbang di atas wilayah
tersebut serta bebas memasang kabel dan pipa di bawah laut ini.
(d) Batas Landas Benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang lebih dari 200 mil laut. Di
wilayah ini suatu negara boleh mengadakan eksplorasi dan eksploitasi dengan kewajiban
membagi keuntungan dengan masyarakat internasional.
Pada mulanya ada dua pandangan (konsepsi) mengenai wilayah lautan, yaitu :
1. Res Nullius; Adalah konsepsi yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang
memiliki, oleh karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing
negara. Konsepsi ini dikembangkan oleh John Sheldon (1584-1654) berasal dari
Inggris dalam bukunya Mare Clausum atau The Right and Dominion of the Sea.
2. Res Communis ; Adalah konsepsi yang menyatakan bahwa laut itu milik masyarakat
dunia sehingga tidak dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara. Konsepsi
ini dikembangkan oleh Hugo de Groot (Grotius) dari Belanda pada tahun 1608 dalam
bukunya Mare Liberium (Laut Bebas). Grotius dikenal sebagai Bapak Hukum Laut
Internasional.
(3) Udara
Wilayah udara yang menjadi bagian wilayah suatu negara yaitu wilayah udara yang berada di
atas wilayah darat dan perairan teritorial negara yang bersangkutan.
Beberapa pandangan ahli mengenai wilayah udara adalah :
1. a) Lee
-
10
Lapisan atmosfer dalam jarak tembak meriam yang dipasang di darat, dianggap sama dengan
udara territorial negara. Di luar jarak tembak adalah udara bebas, dalam arti dapat dilalui
oleh semua pesawat udara negara manapun.
1. b) Von Holzen Dorf
Ketinggian ruang udara adalah 1000 meter dari titik permukaan yang tertinggi.
1. c) Henrichs
Negara dapat berdaulat di ruang atmosfer selama masih terdapat partikel gas atau partikel-
partikel udara atau pada ketinggian 196 mil.
C. Pemerintah yang Berdaulat
Pemerintah yang berdaulat adalah pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang
dihormati dan ditaati, baik oleh seluruh rakyat negara itu maupun oleh negara lain.
Kata daulat berasal dari
kata daulah (Arab), sovereignty (Inggris), souvereiniteit (Prancis), supremus (Latin)
dan sovranita (Italia), yang berarti kekuasaan tertinggi. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah
mempunyai kekuatan yang berlaku ke dalam (interne-souvereiniteit) dan ke luar (externe-
souvereiniteit).
D. Pengakuan dari negara lain
Pengakuan negara lain merupakan sikap yang bersifat politis untuk mengakui negara baru
sebagai objek hukum. Pengakuan dari negara lain adalah pengakuan yang bersifat de
facto maupun de jure.
Unsur-unsur terbentuknya negara yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat
merupakan unsur konstitutif, sedangkan unsur pengakuan dari negara lain merupakan unsur
deklaratif. ***
Amandemen UUD
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusipemerintahan
negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia
berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS
1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan
secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_dasar_tertulis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/PPKIhttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/27_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1949http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konstitusi_Sementara_Republik_Indonesia_Serikat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1950http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dekrit_Presiden_1959http://id.wikipedia.org/wiki/5_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1959http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyathttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1959
-
11
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen)
yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD
1945
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat
berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat
Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.
2.1. Sejarah UUD 1945
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk
pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa
sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945,
Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila.
Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri
dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD
1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam
bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD
1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
http://id.wikipedia.org/wiki/1999http://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/14_Oktoberhttp://id.wikipedia.org/wiki/21_Oktoberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1999http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Pertama_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/7_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/2000http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Kedua_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/1_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/9_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/2001http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Ketiga_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/1_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/11_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Keempat_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Keempat_UUD_1945http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarnohttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Junihttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakarta
-
12
(BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah
Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17
Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.
Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer") yang
pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap
lebih demokratis.
Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya
terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan
sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering
disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan
partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi
Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar
bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai
dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan
ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur;
sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante
dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950
http://id.wikipedia.org/wiki/10_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/17_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/17_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/PPKIhttp://id.wikipedia.org/wiki/16_Oktoberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/wiki/KNIPhttp://id.wikipedia.org/wiki/14_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1945
-
13
Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua
DPA menjadi Menteri Negara
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia
Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga
menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus
minta pendapat rakyat melalui referendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
Periode UUD 1945 Amandemen
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada
http://id.wikipedia.org/wiki/5_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/5_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1959http://id.wikipedia.org/wiki/Sukarnohttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Sementara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_Septemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_Septemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru
-
14
masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di
tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu
"luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945
tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
2.2. PERUBAHAN UUD 1945
Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi
adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang
merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum
perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara
sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan
demokrasi dan hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang
MPR dari 1999 hingga 2002[1]. Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang UmumMPR
Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan
memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua
menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal
memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM.[2]
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001.Perubahan tahap
inimengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan
bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum.[3] Sedangkan perubahan keempat dilakukan dalam
Sidang Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan
tentangkelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan
sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.[4]
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD
1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan
menghasilkan 199 butir ketentuan.[5] Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang ada dalam UUD
1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan. Selebihnya,
sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah mengalami
perubahan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat
-
15
Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah
prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga negara
dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan rakyat dalam
lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan Presiden yang
sangat besar (concentration of power and responsibility upon the President) menjadi prinsip
saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebut
menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.
Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang harus
dilakukan adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD
1945 harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasar
sehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan
warga negara (the living constitution).
2.3. Tujuan Perubahan UUD 1945
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi
dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan
atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Amandemen
Di Indonesia, perubahan konstitusi telah terjadi beberapa kali dalam
sejarah ketatanegaraan Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejak
Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam delapan
periode yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 27 desember 1949 (UUD 1945)
2. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (RIS 1949)
3. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 (UUDS 1950)
4. Periode 5 Juli 1959 19 Oktober 1999 (UUD 1945amandemen)
5. Periode 19 Oktober 1999 18 Agustus 2000 (amandemen ke 1)
http://8fkonstitusindonesia.blogspot.com/p/amandemen.html
-
16
6. Periode 18 Agustus 2000 9 November 2001(amandemen ke 2)
7. Periode 9 November 2001 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)
8. Periode 10 Agustus 2002 sampai sekarang (amandemen ke 4)
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4tercantum dasarnegara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :
16 Bab;
37 Pasal
4 aturan peralihan;
o aturan Tambahan.
3. Penjelasan
UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS)
pada 27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan oleh Undang-
undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD
1945 dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus
2002, UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :
1. Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999
Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5
ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3),
20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a) Pasal 5 ayat (1) berbunyi : Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-
undang dengan persetujuan DPR.Diubah menjadi : Presiden berhak mengajukan
rancangan
b) Pasal 7 berbunyi : Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Diubah menjadi : Preseiden dan
wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
-
17
c) Pasal 14 berbunyi : Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan
rehabilitasi. Diubah menjadi :
1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung
2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR.
d) Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR. Diubah
menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.
2. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000
Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal
18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5),
20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan
(2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4),
28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a) Pasal 20 berbunyi : Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan
DPR. Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran,
dan fungsi pengawasan.
b) Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan Negara
ditetapkan dengan Undang-undang. Diubah menjadi : Penduduk ialah warga
Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
c) Pasal 28 memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi manusia.
3. Perubahan III diadakan pada tanggal 9 November 2001
Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal
1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B
ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4),
22D ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat
(1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a) Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR. Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD
-
18
b) Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat
c) Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli. Diubah
menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak
kelahirannya
d) Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1) Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung
2) Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap UUD (dan menurut amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi
ditetapkan dengan ketentuan MPR bertugas mengkaji ulang keempat amandemen
UUD 1945 pada tahun 2003
4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002
Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu:
pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat
(1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5),
Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a) Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan golongan-golongan
menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang. Diubah menjadi : MPR
terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan Umum dan diatur
lebih lanjut dengan undang-undang.
b) Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah
menjadi : Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur
dalam Undang-undang
c) Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Pasal ini tetap tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata :
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)
d) Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada
17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh
Mahkamah.