materi bahasa indonesia web view · 2011-10-08kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama...

129
1. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA 1. Pengertian Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Dalam mempelajari bahasa tentu tidak luput dari kesalahan. Corder (1990:62) menyatakan bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu sumber inspirasi untuk menjadi benar. Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu digalakkan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa atau pembelajar. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat dugunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa. Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu sangat erat. Bahkan Tarigan (1990: 67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa. Para pakar linguistik dan para guru bahasa Indonesia sependapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat siswa harus dikurangi dan dihapuskan. Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan siswa atau seseorang yang sedang 1

Upload: ngokien

Post on 29-Jan-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

1. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

1. Pengertian

Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Dalam

mempelajari bahasa tentu tidak luput dari kesalahan. Corder (1990:62) menyatakan bahwa semua

orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu sumber

inspirasi untuk menjadi benar.

Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu digalakkan

sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal berkaitan dengan

kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa atau pembelajar. Apabila kesalahan-kesalahan

itu telah diketahui, dapat dugunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran

bahasa.

Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu sangat erat. Bahkan

Tarigan (1990: 67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana

ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi

dalam pembelajaran bahasa.

Para pakar linguistik dan para guru bahasa Indonesia sependapat bahwa kesalahan

berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, kesalahan

berbahasa yang sering dibuat siswa harus dikurangi dan dihapuskan.

Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan

siswa atau seseorang yang sedang mempelajari sesuatu, misalnya, bahasa. Bahasa itu bisa bahasa

daerah, bahasa Indonesia, bisa juga bahasa asing.

Kemampuan menguasai bahasa secara baik dapat dilakukan seseorang dengan cara

mempelajarinya, yaitu berlatih berulang-ulang dengan pembetulan di sana-sini. Proses

pembelajaran ini tentunya menggunakan strategi yang tepat agar dapat memperoleh hasil yang

positif.

Analisis kesalahan berbahasa, ditujukan kepada bahasa yang sedang dipelajari atau

ditargetkan sebab analisis kesalahan dapat membantu dan bahkan sangat berguna sebagai

kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan. Maksudnya, dengan analisis

kesalahan para guru dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa.

1

Page 2: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Kesalahan itu biasanya ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan yang berlaku dalam

bahasa yang sedang dipelajari. Jika kata atau kalimat yang digunakan siswa atau pembelajar

tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka pembelajar bahasa dikatakan membuat

kesalahan.

Dalam kaitannya dengan pengertian analisis kesalahan, Crystal (dalam Pateda,1989:32)

mengatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan,

mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat

siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan

prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.

Tarigan (1990:68) juga mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu

proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah

pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan

kesalahan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta

pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu.

Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman siswa atau

pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan.

Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila

tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran

remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan

merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari.

Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan

sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.

2

Page 3: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

2. BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Bahasa Indonesia yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan

norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung

kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa

Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi,

seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan

hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi, yang selalu memperhatikan norma bahasa.

Bahasa Indonesia yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan

kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah

ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan

kaidah penataan penalaran. Jika ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata

diperhatikan dengan saksama, dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten, pemakaian

bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati,

pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar.

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan

sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

yang berlaku. Pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Batak dalam

berbahasa Indonesia pada situasi resmi sebaiknya dikurangi. Kata memuaskan yang diucapkan

memuasken bukanlah lafal bahasa Indonesia.

Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang

yang sudah biasa mengucapkan kata logis dan sosiologi menjadi lohis dan sosiolohi. Jika

demikian, bagaiman dengan kata gigi? Apa dilafalkan hihi?

3

Page 4: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

3. KESALAHAN PENERAPAN KAIDAH EJAAN

Pada bagian ini dibahas tentang kesalahan-kesalahan penerapan kaidah Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan yang sering kita jumpai dalam pemakaian bahasa Indonesia.

Setelah disajikan bentuk-bentuk yang salah (nonbaku), disajikan pula bentuk-bentuk yang benar

(baku) sebagai perbaikanya. Mudah-mudahan bentuk-bentuk perbaikan itu akan mengingatkan

kita semua, pemakai bahasa, selalu berhati-hati dalam menerapkan kaidah ejaan ini. Hal ini

disajikan secara rinci di bawah ini.

1. Pelafalan

1. Memuaskan

Dalam bahadasa Indonesia terdapat akhiran –kan, bukan –ken. Sesuai dengan tulisannya,

akhiran itu tetap dilafalkan dengan [-kan], bukan [-ken]. Sementara ini memang ada orang yang

melafalkan kata seperti memuaskan dengan [memuasken], diharapkan dengan [diharapken],

diperhatikan dengan [diperhatiken]. Akan tetapi, pelafalan seperti itu jelas tidak tepat karena

dalam bahasa Indonesia apa yang ditulis itulah yang dilafalkan.

Timbulnya pelafalan yang tidak tepat itu di samping dipengaruhi oleh idiolek seseorang,

juga besar kemungkinan dipengaruhi oleh lafal bahasa daerah. Sungguhpun demikian, pemakai

bahasa yang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia tentu tidak akan mengikuti cara

pelafalan yang tidak tepat. Sebaliknya akan terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam

berbahasa Indonesia, termasuk dalam pelafalannya.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memang tidak semudah yang diduga orang. Kendati

demikian, dalam berbahasa, terutama dalam situasi yang resmi, lazimnya orang selalu berusaha

menggunakan bahasa sebaik-baiknya, baik dalam penggunaan kaidah tata bahasa maupun

pelafalannya.

Masyarakat kita yang berlatar belakang bahasa pertama bahasa daerah tampaknya

memang sering mengalami kesulitan dalam menghilangkan pengaruh bahasa daerahnya ketika

berbahasa Indonesia. Pengaruh itu terutama terlihat jelas dalam pelafalannya. “Penyakit” itu

agaknya tidak hanya terjadi pada masyarakat awam, tetapi juga pada orang tertentu yang

kebetulan menjadi pejabat pemerintah. Contohnya tidak hanya pada kata tersebut di atas, tetapi

juga pada kata lain, seperti makin, malam, kedudukan. Menurut aturan lafal bahasa Indonesia,

4

Page 5: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

kata-kata itu seharusnya dilafalkan dengan [makin], [malam], [kedudukan], bukan dengan

[mangkin], [malem], [kedudu’an]. Lafal yang terpengaruh bahasa daerah itu dalam penggunaan

bahasa Indonesia yang baik harus kita hindari karena lafal bahasa Indonesia yang baik adalah

lafal yang tidak menampakkan pengaruh atau atau ciri-ciri lafal daerah atau dialek tertentu.

2. Energi

Kata energi sering dilafalkan dengan [energi], [enerkhi], dan [enerji]. Kata energi dalam

bahasa Indonesia diserap dari kata asing energie (Belanda) atau energy (Inggris). Sesuai dengan

nama huruf di dalam abjad bahasa Indonesia, huruf g tetap dilafalkan dengan [g], bukan [kh]

atau [j], begitu pula halnya dengan huruf g yang terdapat pada kata energi. Oleh karena itu,

pelafalan yang baku untuk kata energi adalah [energi], bukan [enerkhi] atau [enerji].

Pelafalan g dengan [kh] diduga merupakan pengaruh dari lafal bahasa Belanda,

sedangkan dengan [j] diduga merupakan pengaruh dari lafal bahasa Inggris. Dalam berbahasa

Indonesia yang baik, pelafalan yang terpengaruh bahasa asing itu patut kita hindari karena lafal

bahasa Indonesia yang baik adalah lafal yang tidak menampakkan pengaruh dari bahasa lain,

baik bahasa daerah maupun bahasa asing.

Beberapa contoh pelafalan kata yang serupa dapat diperhatikan di bawah ini.

Kata Lafal Baku Lafal Tidak Baku

biologi [biologi] [biolokhi], [bioloji]

teknologi [teknologi] [tehnolokhi], [tehnoloji], [teknoloji]

filologi [filologi] [filolokhi], [filoloji]

sosiologi [sosiologi] [sosiolokhi], [sosioloji]

fonologi [fonologi] [fonolokhi], [fonoloji]

3. Huruf e

Huruf e dalam bahasa Indonesia mempunyai tiga macam bunyi, yaitu [e], [ ], dan [ ].

Ktiga bunyi itu penulisannya tidak dibdakan dan dilambangkan dengan satu huruf, yaitu e. Oleh

sebab itu, kemungkinan para pemakai bahasa melafalkan huruf itu secara tidak tepat sudah

merupakan suatu hal yang dapat diduga.

Kesalahan yang banyak kita dengar dewasa ini adalah bercampuraduknya bunyi e pepet

5

Page 6: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

[ ] dan e benar [e] . Kata-kata yang seharusnya dilafalkan dengan e pepet dilafalkan orang

dengan e benar, demikian juga sebaliknya.

Pada kata teras huruf e dapat dilafalkan dengan e benar/taling) [e] atau e pepet [ ]

dengan makna yang berbeda. Jika dilafalkan dengan dengan e taling, kata teras berarti serambi

atau emper, sedangkan jika dilafalkan dengan e pepet kata teras berarti ‘inti’, misalnya pejabat

teras berarti ‘pejabat inti’.

Kata-kata seperti pegang, kemana, mengapa yang seharusnya dilafalkan dengan e pepet,

sering dilafalkan dengan e keras/taling. Sebaliknya, kata-kata seperti lengah, ide yang

semestinya dilafalkan dengan e keras, dilafalkan dengan e pepet.

Kata esa pada Tuhan Yang Maha Esa sering dilafalkan dengan orang dengan e benar.

Lafal yang benar adalah dengan bunyi e pepet karena e pada awal kata itu lemah bunyinya.

Bunyi e itu lama kelamaan hilang lalu esa menjadi sa. Dalam bahasa Indonesia sa itu berubah

menjadi se dan karena terdiri atas satu suka kata, dittuliskan sebagai awalan seperti kita lihat

pada kata-kata sebatang, sebuah, semalam, sehari; artinya ‘satu’.

4. Pasca dan Civitas academika

Kata pasca dan civitas academica berasal dari bahasa yang berbeda. Kata pasca berasal

dari bahasa Sansekerta, sedangkan civitas academica dari bahasaLatin. Oleh karena asalnya

berbeda, cara melafalkannya pun tidak sama.

Huruf c pada kata pasca, sesuai dengan bahasa asalnya, dilafalkan [c], bukan [k]. Sejalan

dengan itu, kata pasca pun dalam bahasa kita dilafalkan dengan [pasca], bukan [paska], misalnya

pada pascapanen [pascapanen] dan pascasarjana [pascasarjana]. Di dalam kamus pun tidak ada

keterangan yang memberi petunjuk bahwa pasca harus dibaca dengan [paska]. Oleh karena itu,

pascapanen dan pascasarjana tidak dilafalkan dengan [paskapanen] dan [paskasarjana], tetapi

dilafalkan dengan [pascapanen] dan [pascasarjana]. Bandingkan pelafalan pasca dengan panca,

yang juga merupakan unsur serapan dari bahasa yang sama, yaitu Sansekerta. Dalam hal ini

panca pun dilafalkan dengan [panca], bukan [panka], misalnya pada kata pancasila dan

pancakrida.

Huruf c dari bahasa Latin, seperti halnya dari bahasa Inggris, tidak dolafalkan dengan

{c], tetapi di satu pihak huruf itu dapat dilafalkan dengan [s], dan di pihak lain dapat pula

6

Page 7: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

dilafalkan dengan [k]. Huruf c asing, sesuai dengan penyerapannya, dilafalkan dengan [s] jika

huruf itu terdapat di muka e, i, oe, dan y.

Misalnya:

cent ------ sen

central -------- sentral

circulation ----- sirkulasi

coelom-------- selom

cylinder-------- silinder

Adapun c asing dilafalkan dengan [k] jika huruf itu terletak di muka a, u, o dan konsonan.

corelation ---------- korelasi

calculation ---------- kalkulasi

cubic ---------- kubik

construction ---------- konstruksi

classification ---------- klasifikasi

Sejalan dengan keterangan itu, huruf c pada civitas pun dilafalkan dengan [s] karena terletak di

muka i, tetapi pada academica c dilafalkan dengan [k] karena terletak di muka a. Dengan

demikian, civitas academica dilafalkan dengan [sivitas akademika], bukan [civitas academica].

5. Singkatan cm dan ca

Cm dan ca merupakan singkatan dari centimeter dan calcium. Kedua istilah itu telah

diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi sentimeter dan kalsium. Sungguhpun demikian,

singkatannya tetap dipertahankan sesuai dengan singkatan asingnya karena pemakaian singkatan

itu sudah bersifat internasional. Jadi, dalam bahasa Indonesia pun bentuk singkatan itu tetap cm

dan ca, tidak diubah menjadi sm dan ka.

Dalam kaitannya dengan pelafalan perlu diketahui bahwa singkatan lazimnya dilafalkan

dengan dua cara, yaitu ada yang dilafalkan denga huruf demi huruf, misal SD dengan [es-de],

dan ada pula yang dilafalkan dengan mengikuti bentuk lengkapnya, misalnya, dsb., dan a.n.

Yang dilafalkan dengan [dan sebagainya] dan [atas nama], bukan [de-es,be] dan [a-en]. Sejalan

dengan itu, cm dan ca termasuk singkatan yang dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya.

Oleh karena itu, cm dan ca tidak dilafalkan dengan [ce-em] dan [ce-a], tetapi dengan mengikuti

7

Page 8: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

bentuk lengkapnya yang telah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia, yaitu [sentimeter] dan

[kalsium].

Singkatan lain, yang dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya seperti di bawah ini.

Singkatan Pelafalannya

Sdr. [saudara]

dst. [dan seterusnya]

ybs. [yang bersangkutan]

tsb. [tersebut]

d.a. [dengan alamat]

dll. [dan lain-lain]

6. Singkatan dan Akronim Asing

Singkatan dan akronim asing pelafalannya diperlakukan agak berbeda dengan singkatan

dan akronin bahasa Indonesia. Sebagai singkatan, huruf dari bahasa mana pun dilafalkan

menurut abjad bahasa Indonesia. Oleh karena itu, singkatan asing pun dilafalkan seperti halnya

lafal bahasa Indonesia.

Misalnya:

Singkatan Lafal Baku Lafal Tidak Baku

FAO [ef-a-o] [ef-ey-ow]

IGGI [i-ge-ge-i] [ay-ji-ji-ay]

DO [de-o] [di-ow]

BBC [be-be-ce] [bi-bi-si], [be-be-se]

AC [a-ce] [ey-si], [a-se]

WC [we-ce] [we-se], [dablyu-si]

TV [te-ve] [ti-vi]

TVRI [te-ve-er-i] [ti-vi-er-i]

Dahulu, ketika bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan lama, singkatan BBC, AC,

dan WC, pelafalannya [be-be-se], [a-se], dan [we-se] karena pelafalan itu sesuai dengan nama

huruf c dalam ejaan lama, yaitu se. Akan tetapi, sejak EYD diresmikan dan nama huruf c diubah

menjadi [ce]. Dengan demikian, BBC, AC, dan WC, pelafalannya yang baku adalah [be-be-ce].

8

Page 9: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

[a-ce], dan [we-ce] karena disesuaikan dengan nama hurf c yaitu ce, sedangkan [be-be-se], [a-

se], dan [we-se] dipandang sebagai lafal yang tidak baku.

Dalam hubungan itu, singkatan asing tidak dilafalkan dengan lafal asingnya karena dapat

menyulitkan para pemakai bahasa Indonesia. Jika singkatan dari bahasa Inggris harus dilafalkan

menurut huruf dalam bahasa Inggris, misalnya, bagaimana kalau kita dihadapkan pada singkatan

dari bahasa asing yang lain, seperti Prancis, Rusia, Jerman, dan Jepang? Berapa banyak

masyarakat kita yang mengenal nama huruf di dalam bahasa-bahasa itu? Bagaimana pula

melafalkan huruf dalam bahasa-bahasa itu, tentu tidak banyak yang tahu.

Dengan pertimbangan bahwa orang Indonesia yang paham bahasa Indonesia dengan

abjadnya lebih banyak daripada jumlah orang yang mengenal bahasa asing dengan abjadnya,

sebaiknyalah singkatan dari bahasa mana pun, demi kejelasan informasi yang akan disampaikan

kepada masyarakat luas, dilafalkan menurut nama huruf yang terdapat dalam abjad bahasa

Indonesia. Jadi, singkatan asing yang terdapat dalam bahasa Indonesia tetap dilafalkan sesuai

dengan lafal bahasa Indonesia.

Berbeda halnya dengan singkatan, akronim lazimnya dipandang seperti kata biasa. Dalam

hal ini, akronim asing pun dipandang identik dengan kata asing. Kalau kata asing dilafalkan

mengikuti lafal aslinya, akronim asing pun dilafalkan sesuai dengan lafal akronim itu dalam

bahasa asalnya. Dengan demikian, akronim asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia,

terutama yang pemakaiannya sudah bersifat internasional, dilafalkan sesuai dengan lafal bahasa

aslinya.

Misalnya”

Akronim Lafal Baku Lafal Tidak Baku

Unesco [yunesko] [unesko]

Unicep [yunisyep] [unicep]

Di samping akronim dan kata asing, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke

dalam bahasa Indonesia, yang masih ditulis dengan ejaan asing pelafalannya pun disesuaikan

dengan lafal bahasa asingnya.

Misalnya:

reshufle tetap dilafalkan [riesafel]

shuttlecock tetap dilafalkan [syatelkak]

9

Page 10: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

7. Angka Tahun dan Angka 0

Sampai saat ini pelafalan angka tahun dan angka memang cukup bervariasi. Tahun 1989,

misalnya, ada yang melafalkan dengan [satu-sembilan-delapan-sembilan] atau angka demi

angka, tetapi ada pula yang melafalkannya dengan [sembilan belas-delapan sembilan]. Di

samping itu, juga tidak sedikit yang melafalkannya dengan [seribu sembilan ratus delapan puluh

sembilan]. Dari berbagai variasi itu, pelafalan yang dipandang resmi adalah yang terakhir, yaitu

seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan. Pelafalan itu pulalah yang sebaiknya digunakan,

sedangkan dua pelafalan lainnya dipandang tidak baku.

Angka 0 berarti ‘kosong’ atau ‘tidak ada apa-apanya’. Dalam bahasa kita pelafalan angka

itu yang sebaiknya digunakan adalah [nol], bukan [kosong]. Misalnya, nomor telepon 306039

dilafalkan dengan [tiga-nol-enam-nol-tiga-sembilan], bukan [tiga-kosong-enam-kosong-tiga-

sembilan].

Pelafalan angka 0 dengan [kosong] kemungkinan dipengaruhi oleh bahasa Inggris zero,

yang dalam bahasa kita memang sering diterjemahkan dengan kosong.

8. Bank

Kata bank termasuk kata atau istilah asing yang telah diserap ke dalanm bahasa

Indonesia. Namun ejaan asingnya masih dipertahankan untuk membedakannya dnegan kata

Indonesia bang atau abang yang merupakan kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai

sebagai sapaan.

Kata bank dilafalkan dengan [bang] atau [bangk]. Bunyi [k] pada akhir kata itu sering

tidak begitu jelas. Akan tetapi, apabila kata itu mendapat imbuhan per-an, bunyi [k] akan muncul

kembali sehingga menjadi [perbangkan].

9. Masalah

Kata masalah diserap dari bahasa Arab, Dalam bahasa Indonesia konsonan yang diapit

oleh vokal, dilafalkan mengikuti vokal berikutnya. Oleh sebab itu, pelafalan kata masalah yang

sesuai dengan lafal bahasa Indonesia adalah [ma-sa-lah], sedangkan [mas-a-lah] merupakan lafal

dipengaruhi oleh bahasa asalnya, yaitu Arab.

10

Page 11: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

2. Penulisan

1. Sudahkah anda membayar PBB?

Penulisan kata anda di atas tidak sesuai dengan kaidah penulisan huruf kapital. Menurut

aturan yang berlaku, kata tersebut mesti diawali dengan huruf kapital A sehingga menjadi Anda

karena kata tersebut termasuk kata sapaan. Beberapa kaidah penulisan huruf kapital adalah

sebagai berikut.

a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan

langsung. Marilah kita lihat dahulu contoh yang salah.

Bentuk Salah

(1) Adik bertanya, “kapan kakak pulang?”

(2) Guru mereka menasihatkan,”rajin-rajinlah kamu belajar agar lulus dalam ujian.”

Huruf-huruf yang dicetak miring di atas (k pada kapan, r pada rajin) jelas tidak sesuai

dengan kaidah ejaan karena huruf-huruf itu mengawali petikan langsunb. Perbaikannya

adalah seperti di bawah ini.

Bentuk Benar

(1a) Adik bertanya, “Kapan Kakak pulang?”

(2a) Guru mereka menasihatkan, rajin-rajinlah kamu belajar agar lulus dalam ujian.”

Catatan:

Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma(,) bukan titik dua (:)

11

Page 12: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

4. BENTUK BAKU DAN TIDAK BAKU

Bahasa yang mantap mengenal satu kata untuk konsep tertentu. Artinya, satu pengertian

dinyatakan oleh satu kata atau satu bentuk tertentu, tidak boleh beberapa bentuk yang mirip.

Haruslah ditentukan mana bentuk yang baku dan mana bentuk yang nonbaku, sehingga di dalam

tuturan resmi, hanya bentuk baku itulah yang digunakan. Beberapa bentuk kembar disajikan

sebagai berikut.

1. analisa dan analisis

Dewasa ini masih tetap dipertanyakan orang tentang bentuk kata yang berbunyi akhir –a

atau –is seperti analisa dan analisis. Sampai sekarang ini masih tetap kita lihat dua bentuk itu

dipakai orang secara bergantian. Ada orang yang menggunakan bentuk analisa, tetapi ada juga

orang yang menggunakan analisis.

Secara historis, kata itu dahulu diserap dari bahasa Belanda: analyse. Karena dalam

bahasa Indonesia tidak terdapat kata yang berakhir dengan bunyi /e/, maka /e/ pada akhir kata

itu diganti dengan bunyi /a/, lalu kedua patah kata itu dijadikan analisa.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, sebuah lembaga di bawah Direktorat

Jenderal Kebudayaan Depetemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang “mengurus” bahasa dan

pekerjaannya antara lain membentuk istilah, menetapkan : 1) sebaiknya dalam membentuk istilah

yang mengambil dari bahasa asing, kita mendahulukan bahasa Inggris karena bahasa Inggris

adalah bahasa asing pertama dalam pendidikan di Indonesia; 2) sebaiknya dalam

mengindonesiakan kata asing (bila tidak ditemukan padanannya yang tepat dalam bahasa

Indonesia atau bahasa daerah) diusahakan agar ejaannya dekat dengan ejaan bahasa asalnya,

artinya, yang diganti hanyalah yang perlu saja. Pada saat ini ditetapkan bahwa yang digunakan

sebagai acuan adalah bahasa bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris terdapat bentuk analysis.

Oleh karena itu, bentuk analysis-lah yang diserap dan dindonesiakan menjadi analisis.

Alasan mengacu kepada bahasa Inggris ini didasarkan kepada pendirian bahwa bahasa

Inggris adalah bahasa yang sifatnya internasional dan dekat kepada generasi seakarang maupun

generasi yang akan datang. Bahasa Belanda tidak lagi dikenal oleh generasi muda dan agar

pembentukan kata-kata Indonesia nanti tidak menjadi bersifat mendua, lebih baik kita mengacu

kepada satu bahasa saja, yaitu bahasa Inggris. Pendirian ini memang tidak selalu bertaat asas

12

Page 13: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

secara ketat sebab dalam kenyataannya banyak kata yang berasal dari bahasa Belanda tidak

diubah lagi karena kata-kata itu sudah melembaga dalam bahasa Indonesia. Hanya sebagian kecil

saja yang diubah.

Mengubah sesuatu yang sudah melembaga dan sudah sangat biasa digunakan oleh

pemakai bahasa memang tidak mudah. Buktinya dapat kita lihat pada kedua patah kata yang

sudah kita bicarakan itu. Bentuk analisis sudah tinggi kekerapan pemakaiannya di kalangan

perguruan tinggi, tetapi di luar itu masih lebih banyak digunakan bentuk analisa. Jika bentuk

analisis yang kita gunakan sebagai bentuk dasarnya, maka kata bentukannya dengan imbuhan

bahasa Indonesia (awalan, akhiran) harus pula sejalan dengan bentuk dasar itu. Jadi,

menganalisis, dianalisis, penganalisisan, bukan menganalisa, dianalisa, penganalisaan.

Penggunaan bentuk baru yang sudah ditetapkan ini tentu perlu dipatuhi dan melalui pembiasaan,

lama kelamaan kita akan terbiasa menggunakan bentuk yang baru itu.

2. anarkis dan anakistis

Dalam berbahasa, kata anarkis tampaknya lebih banyak digunakan daripada anarkistis.

Kedua kata itu sering digunakan dalam pengertian yang tertukar. Sebagai contoh, perhatikan

kalimat berikut.

1. Para demonstran diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkis.

Kata anarkis pada kalimat itu tidak tepat. Untuk mengetahui hal itu, kita perlu memahami

pengertian kata anarkis.

Kata anarkis (anarchist) berkelas nomina dan bermakna’penganjur (penganut) paham

anarkisme’ atau’ orang yang melakukan tindakan anarki’. Dari pengertian tersebut ternyata

anarkis bermakna ‘pelaku’, bukan ‘sifat anarki’. Padahal, kata yang diperlukan dalam kalimat

tersebut adalah kata sifat untuk melambangkan konsep ‘bersifat anarki’. Dalam hal ini, kata yang

menyatakan ‘sifat anarki’ adalah anarkistis, bukan anarkis. Kata anarkis sejalan dengan linguis

‘ahli bahasa’ atau pianis ‘pemain piano’, sedangkan anarkistis sejalan dengan optimistis ‘bersifat

optimis’ dan pesimistis ‘bersifat pesimis’ Dengan demikian, kata anarkis pada kalimat tersebut

lebih baik diganti dengan anarkistis sehingga kalimatnya menjadi sebagai berikut.

1a. Para demonstran diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkistis.

13

Page 14: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

3. antri dan antre

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), kata yang baku adalah antre (dengan e)

yang berarti ‘berdiri berderet-deret menunggu giliran. Penulisan antri’ (dengan i) adalah bentuk

yang tidak baku.

4. anutan dan panutan

Akhiran –an yang melekat pada kata kerja mengandung arti antara lain, ‘hasil atau ‘yang

di’, seperti tampak pada kata tulisan ‘hasil menulis’ atau ‘yang ditulis’; karangan ‘hasil

mengarang’ atau ‘yang dikarang’; rangkuman ‘hasil merangkum’ atau ‘yang dirangkum’;

simpulan ‘hasil menyimpulkan’ atau ‘yang disimpulkan’. Kata anutan, bukan panutan sebab

berasal dari kata anut yang mendapat akhiran –an, yang berarti ‘hasil menganut’ atau ‘yang

dianut’. Dengan demikian, bentukan panutan merupakan bentukan yang salah kaprah.

5. ahli dan akhli

Kata ahli merupakan serapan dari kata bahasa Arab. Kata akhli tidak baku karena

mengandung konsonan k. Padahal dalam kata sumbernya tidak berhuruf konsonan k. Kata ahli

berrati ‘orang yang mahir’ atau paham sekali dalam suatu ilmu.

6. akta dan akte

Kata akta merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu act. Penyerapannya dengan

cara mengganti huruf konsonan c dengan huruf konsonan k dan membubuhkan huruf vokal a

pada akhir kata itu sehingga terbentuklah akta. Hal itu mengingatkan kita pada proses

pembakuan sejumlah kata yang setipe, misalnya kata legenda sebagai kata baku merupakan

serapan dari kata legend (Inggris), kata norma sebagai kata baku merupakan serapan dari kata

norm (Inggris), sketsa sebagai kata baku merupakan serapan dari kata scats (Inggris).

Kita ketahui bahwa kata akte merupakan serapan dari kata bahasa Belanda, yaitu akte.

Dalam hal ini, yang dikembangkan pemakaiannya adalah akta, seperti halnya kata legenda.

Padahal, dalam bahasa Belanda ditemukan kata legende. Atas dasar pertimbangan itu, diketahui

bahwa kata yang baku ialah akta, sedangkan kata yang tidak baku adalah akte. Kata akta berrati

‘surat tanda bukti berisi pernyataan resmi yang dibuat menurut peraturan yang berlaku’.

14

Page 15: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

7. cedera dan cidera

Bentuk cedera merupakan kata bahasa Indonesia dan pemakaiannya sangat lazim. Oleh

karena itu, kata yang baku ialah cedera. Kata cidera termasuk kata yang tidak baku karena

tingkat kelazimannya di bawah kata cedera. Kata cedera berarti ‘cacat sedikit’.

8. colok pada menyolok dan mencolok

Fonem /c/ pada kata dasar banyak yang menjadi luluh apabila mendapat awalan meN-,

seperti pada bentuk menyolok. Padahal, fonem ini tidak luluh apabila mendapat awalan meN-,

seperti kita juga tidak pernah mengatakan menyukur atau menyari, tetapi mencukur atau

mencari.

Dalam bahasa lisan yang tidak resmi memang sering digunakan bentuk-bentuk seperti itu.

Akan tetapi, dalam ragam tulis baku, bentuk bentuk itu mencolok,mencuci, mencicil.

9. darma dan dharma

Kata darma merupakan kata yang diserap dari bahasa Sansekerta dharma. Kata ini

disesuaikan ejaannya dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bentuk yang baku

ialah darma. Sebaliknya, kata dharma tidak baku karena ejaannya belum sesuai dengan kaidah

ejaan bahasa Indonesia. Kata darma mengandung arti ’kewajiban’, ‘tugas hidup’, dan

‘kebajikan’.

10. darmabakti, darma bakti, dan dharma bhakti

Kebakuan dan ketidakbakuan pasangan kata itu terletak pada ejaannya. Karena

merupakan sebuah kata, bentuk darma harus digabungkan dengan bentuk bakti. Oleh krena itu,

kata yang baku ialah darmabakti. Sedikitnya ada dua alasan yang menyebabkan bentuk dharma

bhakti bukan merupakan bentuk baku, yaitu (1) ejaannya belum benar dan (2) bentuk dharma

dipisahkan dengan bentuk bhakti. Kata darmabakti mengandung arti ‘perbuatan untuk berbakti

(kepada negara, agama)’.

Dengan beranalogi pada hal di atas, dapat diketahui bahwa darmasiswa, darmawisata,

merupakan kata baku, sedangkan darma siswa, darma wisata ialah kata tidak baku. Kata

darmasiswa mengandung arti ‘uang yang disediakan untuk mebiayai pelajar atau mahasiswa’.

Kata darmawisata mengandung arti ‘perjalanan singkat dengan tujuan bersenang-senang’.

15

Page 16: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

11. daya guna dan dayaguna

Bentuk daya guna merupakan kata gabung. Oleh karena itu, penulisan bentuk daya harus

dipisahkan dengan bentuk guna. Kata itu setipe dengan kata-kata hasil guna, tanda tangan, tepuk

tangan, tumpang tindih, dan tanggung jawab (dalam arti sebagai gabungan yang unsur-unsurnya

harus dipisahkan penulisannya). Dengan demikian, kata yang baku ialah daya guna. Jika dua

bentuk itu mendapatkan awalan dan akhiran, maka penulisannya digabungkan. Misalnya

mendayagunakan, didayagunakan. Kata dayaguna (digabungkan) merupakan kata yang tidak

baku. Kata daya guna mengandung arti ‘kemampuan yang mendatangkan hasil dan manfaat’,

‘efisien’, dan ‘tepat guna’.

12. deskriptip dan deskriptif

Anda mungkin bertanya? Manakah bentuk yang betul atau bentuk yang baku di antara

kedua bentuk di atas. Bentuk dengan akhir /p/ atau /f/? Mari kita teliti bunyi ketentuan yang

terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.

ive, ief menjadi if

descriptive, descriptief deskriptif

demonstrative, demonstratief demonstratif

maksudnya, kata dari bahasa Inggris yang berakhir –ive, yang semakna dan mirip bentuknya

dengan kata bahasa Belanda yang berakhir dengan –ief, dalam bahasa Indonesia menjadi kata

dengan akhir –if. Jadi, v dan f yang dilafalkan dengan /f/. Itu ditulis dalam bahasa Indonesia

dengan huruf f. Jangan dijadikan atau diganti dengan p. Bentuk-bentuk aktip, positip,

demonstratip, produktip, eksekutip, legislatip bukanlah bentuk-bentuk yang baku. Semua kata

yang sudah disebutkan itu haruslah berakhir dengan –if, bukan –ip. Jadi, yang baku ialah aktif,

positif, demonstratif, produktif, eksekutif, legislatif.

13. dukacita dan duka cita

Kata dukacita merupakan sebuah kata. Oleh karena merupakan sebuah kata, penulisan

bentuk duka harus digabungkan dengan bentuk cita. Dengan demikian, kata yang baku ialah

dukacita. Bentuk duka yang dipisahkan penulisannya dengan bentuk cita merupakan bentuk

yang tidak baku. Kata dukacita mengandung arti ‘kesedihan’ atau ‘kesusahan’

16

Page 17: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

14. efektif dan efektip

Kata efektif merupakan serapan dari kata bahasa Belanda effectief atau dari kata bahasa

Inggris effective. Di samping perubahan yang lain, yang perlu diperhatikan ialah bahwa bunyi -

ief atau -ive pada kata asing itu menjadi –if setelah kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, kata yang baku ialah efektif, sedangkan kata efektip merupakan kata yang tidak

baku. Kata efektif mengandung arti ‘ada efeknya’, manjur tau mujarab, dan ‘berhasil guna’.

15. eksklusif dan exclusif

Kata eksklusif merupakan serapan dari kata kata bahasa Inggris exclusive. Penyerapan

dengan cara mengganti huruf konsonan x dengan gabungan huruf ks, huruf konsona c dengan

huruf konsonan k, dan mengganti bunyi ive dengan bunyi if. Karena ejaannya sudah benar,

bentuk eksklusif merupakan kata baku, sedangkan exclusif merupakan kata yang tidak baku

karena ejaannya masih salah. Kata eksklisif berarti ‘terpisah dari yang lain’ atau ‘tidak termasuk’.

16. ekspor dan eksport

Kata ekspor merupakan serapan dari kata bahasa Inggris export. Penyerapannya dengan

cara mengganti huruf konsonan x dengan gabunagn huruf konsonan ks dan menghilangkan

konsonan t pada akhir kata itu. Benrtuk ekspor merupakan kata baku karena ejaannya sudah

benar. Oleh karena pada kata eksport masih mengandung huruf konsonan t, maka kata eksport

tidak baku. Kata ekspor berarti ‘pengiriman barang ke luar negeri’.

17. eksporter dan eksportir

Kata eksporter merupakan serapan dari kata exporter (Inggris). Penyerapannya dengan

cara mengganti huruf konsonan x dengan gabungan huruf ks. Oleh karena itu, bentuk ekporter

merupakan kata baku. Kata eksportir merupakan serapan dari kata exporteur (Belanda). Kita

ketahui bahwa kata yang dikembangkan pemakaiannya ialah kata yang diserap dari bahasa

Inggris, yaitu exporter. Dengan demikian, kata yang baku ialah eksporter, sedangkan kata

eksportir merupakan kata yang tidak baku. Kata eksporter mengandung arti ‘pengekspor’.

17

Page 18: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

18. ekstrem dan ekstrim

Kata ekstrem merupakan serapan dari kata extreem (Belanda) atau serapan dari kata

extreme (inggris). Di samping perubahan yang lain (misalnya huruf konsonan x berubah menjadi

bagungan huruf konsonan ks), yang perlu diperhatikan bahwa deret huruf vokan ee atau vokal e

yang mengikuti huruf konsonan r tetap menjadi e (bukan i) setelah kata itu diserap ke dalam

bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata yang baku ialah ekstrem, sedangkan ekstrim merupakan

kata yang tidak baku. Kata ekstrem mengandung arti ‘fanatik’, atau ‘sangat keras dan teguh’.

19. hipotesa dan hipotesis

Secara historis, kata-kata itu dahulu diserap dari bahasa Belanda: hypothese. Karena

dalam bahasa Indonesia tidak terdapat kata yang berakhir dengan bunyi /e/, maka /e/ pada akhir

kata itu diganti dengan bunyi /a/, lalu kedua patah kata itu dijadikan hipotesa.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, sebuah lembaga di bawah Direktorat

Jenderal Kebudayaan Depetemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang “mengurus” bahasa dan

pekerjaannya antara lain membentuk istilah, menetapkan : 1) sebaiknya dalam membentuk istilah

yang mengambil dari bahasa asing, kita mendahulukan bahasa Inggris karena bahasa Inggris

adalah bahasa asing pertama dalam pendidikan di Indonesia; 2) sebaiknya dalam

mengindonesiakan kata asing (bila tidak ditemukan padanannya yang tepat dalam bahasa

Indonesia atau bahasa daerah) diusahakan agar ejaannya dekat dengan ejaan bahasa asalnya,

artinya, yang diganti hanyalah yang perlu saja. Demikian juga halnya dengan kata hypothesis.

Kata itu lalu diindonesiakan menjadi hipotesis.

Alasan mengacu kepada bahasa Inggris ini didasarkan kepada pendirian bahwa bahasa

Inggris adalah bahasa yang sifatnya internasional dan dekat kepada generasi seakarang maupun

generasi yang akan datang. Bahasa Belanda tidak lagi dikenal oleh generasi muda dan agar

pembentukan kata-kata Indonesia nanti tidak menjadi bersifat mendua, lebih baik kita mengacu

kepada satu bahasa saja, yaitu bahasa Inggris. Pendirian ini memang tidak selalu bertaat asas

secara ketat sebab dalam kenyataannya banyak kata yang berasal dari bahasa Belanda tidak

diubah lagi karena kata-kata itu sudah melembaga dalam bahasa Indonesia. Hanya sebagian kecil

saja yang diubah.

Mengubah sesuatu yang sudah melembaga dan sudah sangat biasa digunakan oleh

pemakai bahasa memang tidak mudah. Buktinya dapat kita lihat pada kedua patah kata yang

18

Page 19: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

sudah kita bicarakan itu. Bentuk hipotesis dan analisis sudah tinggi kekerapan pemakaiannya di

kalangan perguruan tinggi, tetapi di luar itu masih lebih banyak digunakan bentuk hipotesa dan

analisa. Jika bentuk analisis yang kita gunakan sebagai bentuk dasarnya, maka kata bentukannya

dengan imbuhan bahasa Indonesia (awalan, akhiran) harus pula sejalan dengan bentuk dasar itu.

Jadi, menganalisis, dianalisis, penganalisisan, bukan menganalisa, dianalisa, penganalisaan.

Penggunaan bentuk baru yang sudah ditetapkan ini tentu perlu dipatuhi dan melalui pembiasaan,

lama kelamaan kita akan terbiasa menggunakan bentuk yang baru itu.

20. izin dan ijin

Di dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kita sering menemukan tulisan kata

tertrtentu secara berbeda. Ambillah contoh kata izin I dan ijin. Kita tentu bertanya tulisan man

yang baku di atara keduanya itu. Untuk menjawab pertanyaanitu, kita harus kembali pada aturan

pengindonesiaan kata asing.

Di dalam Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

dinyatakan bahwa ejaan kata yang erasal dari bahasa asing hanya diubah seperlunya agar

ejaannya dalam bahasa Indonesia masih dapat dibandingkan dengan ejaan bahasa asalnya. Kata

itu di dalam bahasa asalnya, yaitu Arab dituliss dengan huruf <zal> yang diindonesiakan

menjadi <z> . Dengan demikian, penulisan yang benar adalah izin bukan ijin.

21. jadual dan jadwal

Ada orang beranggapan bahwa yang baku adalah kata jadual karena mereka beranalogi

pada kualitas atau pada kuitansi. Jalan pikiran seperti itu sepintas lalu benar, tetapi sayang sekali

analogi itu tidak tepat. Kata kualitas dan kuitansi berasal dari bahasa Inggris yang memang

menggunakan u bukan w, yakni quality dan quitance, sedangkan jadwal tidak dapat disejajarkan

dengan kedua kata itu karena tidak seasal. Jadwal berasal dari bahasa Arab. Perhatikan

pemakaian yang salah berikut ini.

Bentuk salah

1. Sesuai dengan jadual, perkuliahan semester ganjil akan dimulai tanggal 10 Oktober 1998.

2. Bersama ini kami kirimkan jadual kuliah semester ganjil tahun akademik 1998/1999.

19

Page 20: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Bentuk Baku

1. Sesuai dengan jadwal, perkuliahan semester ganjil akan dimulai tanggal 10 Oktober

1998.

2. Bersama ini kami kirimkan jadwal kuliah semester ganjil tahun akademik 1998/1999.

22. komoditas dan komoditi

Kata komoditas merupakan serapan dari bahasa Inggris comodity. Penyerapannya dengan

mengganti huruf konsonan c dengan huruf konsonan k, menyederhanakan gugus konsonan mm

memjadi m, mengubah bunyi –ty menjadi tas, sehingga terbentuklah kata komoditas. Kata itu

dapat mengingatkan kita pada beberapa kata yang setipe, misalnya universitas merupakan

serapan dari kata university, kapasitas merupakan serapan dari kata kapacity, dan loyalitas

merupakan serapan dari kata loyality. Oleh karena itu, kata yang baku ialah komoditas,

sedangkan kata yang tidak baku ialah komoditi. Kata komoditas berarti ‘barang dagangan utama’,

‘benda niaga’.

23. kompleks dan komplek

Kata kompleks merupakan serapan dari kata bahasa Belanda complex atau dari bahasa

Inggris complex. Penyerapannya dengan cara mengganti konsonan c dengan k dan konsonan x

dengan gabungan huruf konsonan ks, sehingga terbentuklah kompleks. Oleh karena itu, kata yang

baku ialah kompleks. Kata kompleks berarti ‘ mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit,

sulit, dan saling berhubungan’.

24. konkret, kongkret, konkrit, dan kongkrit

Kata konkret merupakan serapan dari bahasa Inggris concrete. Di samping perubahan

konsonan c menjadi k, yang perlu diperhatikan juga adalah huruf konsonan n pada kata asing itu

tetap n atau tidak menjadi ng setelah kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

kata yang baku ialah konkret. Kata koncret berati ‘nyata’, ‘benar’, dan ‘benar ada’.

25. kontroversial dan kontraversial

Kata kontroversial merupakan serapan dari kata bahasa Inggris contovercial.

Penyeranannya dengan mengganti huruf konsonan c dengan huruf huruf konsonan k, sehingga

20

Page 21: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

terbentuklah kata kontroversial. Dengan demikian, kata yang baku ialah kontroversial. Kata

kontraversial merupakan kata yang tidak baku. Kata kontroversial berarti ‘bersifat menimbulkan

pertentangan’.

26. kualitas dan kwalitas

Kata kualitas merupakan serapan dari kata bahasa Inggris quality. Penyerapan dengan

cara mungubah qua menjadi kua dan –ty menjadi tas, sehingga terbentuklah kualitas. Oleh

karena itu, bentuk yang baku ialah kualitas. Bentuk kwalitas ialah bentuk yang tidak baku. Kata

kualitas berarti ’tingkat baik buruknya sesuatu’.

27. linguis dan lingguis

Kata linguis merupakan serapan dari kata bahasa Belanda linguist atau dari bahasa

Inggris linguist. Di samping penghilangan huruf konsonan t pada akhir kata itu, yang perlu

diperhatikan ialah bahwa gusus huruf konsonan ngg tidak terkandung pada kata asing itu. Oleh

karena itu, kata yang baku ialah linguis, sedangkan kata lingguis tidak baku. Kata linguis berarti

‘ahli ilmu bahasa’.

28. linguistik dan lingguistik

Kata linguistik merupakan serapan dari kata bahasa Belanda linguistie atau dari kata

bahasa Inggris linguistic. Oleh karena itu, kata yang baku ialah linguistik, sedangkan lingguistik

merupakan kata yang tidak baku. Kata linguistik berarti ‘ilmu tentang bahasa’ atau telaah bahasa

secara ilmiah’.

29. lokakarya dan loka karya

Kata lokakarya merupakan sebuah kata. Oleh karena itu, penulisan bentuk loka harus

digabungkan dengan karya. Dengan demikian, kata yang baku ialah lokakarya. Karena penulisan

bentuk loka dipisahkan dengan bentuk karya, kata loka karya tidak baku. Kata lokakarya berarti

‘pertemuan antarpara ahli untuk membahas suatu masalah dalam bidang keahliannya’, ‘sanggar

kerja’.

21

Page 22: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

30. mancanegara dan manca negara

Bentuk mancanegara merupakan sebuah kata. Oleh sebab itu, bentuk manca harus

digabungkan dengan bentuk negara. Dengan demikian, kata yang baku ialah mencanegara.

Bentuk manca negara merupakan bentuk yang tidak baku karena ejaannya salah. Kata

mencanegara berarti ‘negara asing’

31. multibahasa dan multi bahasa

Satuan multi merupakan bentuk terikat. Oleh kerena bentuk multi merupakan bentuk

terikat, maka penulisannya harus digabungkan dengan bentuk yang mengikutinya, yaitu bahasa.

Dengan demikian multibahasa merupakan bentuk yang baku. Bentuk multi bahasa merupakan

bentuk yang tidak baku karena penulisannya salah. Kata multibahasa berarti ‘mengandung lebih

dari satu bahasa’ atau ‘mampu menggunakan lebih dari satu bahasa’.

32. pascasarjana, pasca sarjana dan paskasarjana

Bentuk pasca- merupakan awalan yang artinya ialah ‘sesudah’. Ucapannya ialah /pasca/,

bukan /paska/ karena diserap dari bahasa Sanskerta. Oleh karena itu kata yang baku ialah

pascasarjana. Pascasarjan berarti ‘pengetahuan sesudah sarjana’.

33. penatar dan petatar

Penatar ialah ‘orang yang menatar’; kata tatar – menatar diserap dari bahasa daerah. Kata

bahasa Inggrisnya up grading yang dipadankan dengan penataran, yaitu kata kerjanya menatar.

Petatar artinya ‘orang yang ditatar’. Bentuk ini beranalogi kepada bentuk yang sudah ada.

Dalam bahasa Indonesia dikenal bentuk penyuruh dan pesuruh. Penyuruh ialah ‘orang yang

menyuruh’, sedangkan pesuruh ialah ‘orang yang disuruh’.Berdasarkan bentuk itulah dibentuk

kata penatar dan petatar yang berarti ‘orang yang menatar’dan ‘orang yang ditatar’. Dewasa ini

dijumpai pula bentuk–bentuk yang beranalogi kepada bentuk-bentuk itu, yaitu penyuluh dan

pesuluh. Penyuluh ialah ‘orang yang menyuluhi, sedangkan pesuluh ialah ‘orang yang disuluhi’.

34. perajin dan pengrajin

Kata dasar berfonem awal /r/ jika diberi awalan pe-, bentuk awalan itu tetap pe-, seperti

pada kata perawat, peramal. Bila kata dasar berupa kata sifat diberi awalan pe- maka awalan pe-

22

Page 23: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

mengandung makna ‘orang yang sifatnya seperti yang disebutkan kata dasar itu’.; Misalnya,

pemalas ‘orang yang sifatnya malas, pemarah ‘orang yang sifatnya suka marah’. Beranalogi

kepada bentukan itu maka perajin ialah ‘orang yang sifatnya rajin, (walaupun kata ini jarang

dipakai dalam tuturan).

Kata pengrajin tidak berarti ‘orang yang sifatnya rajin’, tetapi ‘orang yang mengerjakan

pekerjaan industri rumah seperti membuat keranjang, membuat tikar, membuat sepatu, dan

sebagainya.

35. pimpinan dan pemimpin

Sekarang ini kata pemimpin dan pimpinan digunakan seolah-olah dengan fungsi yang

sama . Misalnya dalam frase pimpinan proyek dan pemimpin proyek. Singkatan yang biasa

digunakan di departemen dewasa ini ialah pimpro (pimpinan proyek). Yang ditanyakan sebagian

orang ialah “Benarkah makna pimpinan proyek sama dengan pemimpin proyek?”

Mari kita bahas makna kedua bentukan itu dengan menentukan arti imbuhan awalan pem-

dengan akhiran –an pada bentuk dasar pimpin. Kita tahu bahwa awalan pe-, pem, pen-, peng-,

atau peny- seperti pada kata perawat, pembeli, penjual, penggali ialah 1) ‘orang yang meng-‘;

dan 2) ‘alat untuk meng-‘. Jadi, perawat ‘orang yang merawat’, pembeli ‘orang yang membeli’,

penggali ‘orang yang menggali’ atau alat untuk menggali. Berdasarkan analogi bentukan itu, kita

dapat mengatakan bahwa pemimpin artinya ‘orang yang memimpin.

Akhiran –an pada bentuk dasar kata kerja seperti kata tulisan mempunyai arti ‘hasil

menulis’ atau ‘yang ditulis’, karangan ‘hasil mengarang’, atau ‘yang dikarang’.

Agar bahasa Indonesia yang kita gunakan dapat memberikan makna yang lebih tepat,

sebaiknya kita membedakan kedua bentuk itu. Jadi, pemimpin ialah’ orang yang memimpin’,

sedangkan pimpinan ialah ‘hasil kerja memimpin’. Dalam kalimat:

1. Sudah dua tahun beliau memimpin partai itu.

2. Pemimpin yang jujur sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa dan negara.

3. Karana pimpinannya yang baik, perusahaan itu maju.

Pimpinan proyek yang teratur dimungkinkan berkat rencana yang matang.

36. pirsawan dan pemirsa

23

Page 24: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Sekarang ini kita dengar dua bentuk yang digunakan orang. Mana di antara kedua bentuk

itu yang betul?

Kita menyerap akhiran darai bahasa sanskerta –wan dan –man. Mulanya dipakai pada

ata-kata seperti hartawan , bangsawan, yang mengandung arti ‘yang memiliki’. Jadi, hartawan

berarti ‘yang memiliki harta’.

Dalam bahasa Indonesia, makna akhiran itu meluas. Dapat berarti ‘orang yang ahli

tentang’ misalnya ilmuwan sastrawan; dapat berarti ‘orang yang pekerjaannya atau orang yang

sering melakukan pekerjaan itu, misalnya wartawan. Umumnya bentuk dasar kata-kata yang

berakhiran –wan itu ialah kata benda. Tetapi ada juga beberapa kata sifat seperti setiawan’ yang

memiliki sifat setia, sukarelawan ‘yang memiliki sifat sukarela.

Kita kembali pada pertanyaan di atas. Bentuk dasarnya adalah pirsa yang dipungut dari

bahasa Jawa dan kata itu adalah kata kerja. Bentuk aktifnya dalam bahasa Jawa mirsa (baca:

mirso). Jika kata itu kita bentuk menurut aturan bahasa Indonesia, maka kata kerja bentuk

aktifnya ialah memirsa yang artinya’ melihat serta memperhatikan’. Jadi, orang yang memirsa

itu mengikuti dengan aktif dengan jiwanya apa yang dilihatnya, lebih besar perhatiannya

daripada orang yang menonton.

Kalau kata kerjanya memirasa seperti keterangan di atas, maka orang yang memirsa ialah

pemirsa, bukan pirsawan. Berdasarkan makna akhiran - wan seperti yang dijelaskan di atas tadi,

maka pirsawan dapat berarti ‘orang yang ahli pirsa) atau ‘yang memiliki pirsa’ (tidak

mungkin). Dengan alasan itu, maka bentuk pirsawan yang sering digunakan orang itu bentuk

yang kurang tepat.

37. proklamsi dan proklamir

Kata diproklamasikan merupakan bentukan dari kata dasar proklamasi dan imbuhan di-

kan. Kata prokalmasi merupakan serapan dari bahasa Belanda proclamtie atau dari bahasa

Inggris proclamation. Kata diprokalmirkan merupakan bentukan dari kata dasar proklamir dan

imbuhan di-kan. Kata proklamir merupakan serapan dari kata bahasa Belanda poclameren yang

berarti ‘mengumumkan’. Oleh karena proklamir sudah berkategori verba (kata kerja), maka

pembubuhan imbuhan di–kan pada kata itu tidak tepat karena artinya ‘dimengumumkan’ Bentuk

ini merupakan merupakan bentuk yang tidak logis. Atas dasar itu, dapat diketahui bahwa kata

24

Page 25: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

yang baku ialah diprokalmasikan dan diprokalmirkan merupakan kata yang tidak baku. Kata

diproklamsikan berarti ‘diumumkan’.

38. prosen dan persen

Kata persen berasal dari bahasa Inggris percent. Seperti unsur serapan yang lain, kata

percent atau percentage ini hanya diubah seperlunya agar bentuk serapannya masih bisa

dibandingkan dengan bentuk aslinya. Serapan yanmg dimaksud adalah persen atau persentase.

Jadi, yang diubah hanyalah /c/ menjadi /s/ dan huruf /t/ di akhir kata dibuang, dan age diubah

menjadi ase.

39. rohaniwan dan rohaniawan

Kata rohani dan rohaniah semuanya diserap dari bahasa Arab. Rohani ialah kata benda

lawan jasmani dan rohaniah berarti ‘yang bersifat rohani’. Demikian juga dapat dibandingkan

dengann ilmu dan ilmiah. Ilmu bersinonim dengan kata pengetahuan, sedangkan ilmiah berarti

‘yang bersifat ilmu’. Rohaniwan berarti ‘orang yang ahli tentang (ilmu) rohani, atau ilmu

agama’. Itu sebabnya pendeta, pastur, nabi dan penghulu disebut rohaniwan.

Kalau bentuk rohaniawan itu diterima, itu berarti bahwa bentuk itu diambil dari rohaniah

yang ditambah dengan akhiran –wan. Dari segi makna, bentuk itu tak dapat

dipertangungjawabkan sebab rohaniah dalam bahasa Arab (diserap juga dalam bahasa

Indonesia) yang berarti ‘yang bersifat rohani’. Oleh karena kata itu berarti seperti itu, maka tak

dapat kita tambahkan akhiran –wan di belakangnya sebab arti kata bentukan itu tidak tepat;

rohaniawan berarti ‘orang yang memiliki bersifat rohani’. Apa maksudnya itu? Berdasarkan

alasan inilah, maka bentukan rohaniawan bukanlan bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan.

40 relawan dan sukarelawan

Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering kita temukan penggunaan kata relawan dan

sukarelawan. Penggunaan kedua kata itu menyebabkan sebagian pemakai bahasa

mempertanyakan bentuk manakah yang benar dari kedua kata itu?

Dalam hal ini, kita perlu memahami bahwa imbuhan –wan itu berasal dari bahasa

Sankerta. Imbuhan itu digunakan bersama kata benda (nomina) seperti pada kata

bangsa + -wan ----- bangsaawan

25

Page 26: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

harta + -wan ----- hartawan

rupa + -wan ----- rupawan

Imbuhan itu menyatakan tentang ‘orang yang memiliki seperti yang disebukan pada kata dasar’.

Jadi, bangsawan berrati ‘orang yang memiliki bangsa’ atau ‘keturunan raja dan atau kerabatnya’;

hartawan ‘oarng yang memiliki harta; rupawan ‘orang yang memiliki rupa yang elok’ atau

‘orang yang elok rupa’.

Dalam perkembangannya, arti imbuhan meluas. Pada kata ilmuwan, negarawan,

sastrawan, misalnya, imbuhan –wan menyatakan ‘orang yang ahli dalam bidang yang disebutkan

pada kata dasarnya. Dengan demikian, ilmuwan berarti ‘orang yang ahli dalam bidang ilmu

tertentu; negarawan ‘orang yang ahli dalam bidang kenegaraan; sastrawan ‘orang yang ahli

dalam bidang sastra’.

Pada kata seperti olahragawan, usahawan, imbuhan –wan berarti orang yang berprofesi

dalam bidang yang disebutkan pada kata dasar’. Jadi, olahragawan berarti’ orang yang memiliki

profesi dalam bidang olah raga, usahawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang usaha

(tertentu)’.

Pada contoh itu terlihat bahwa imbuhan –wan pada umumnya dilekatkan pada kata benda

(nomina), seperti bangsa, harta, ilmu, olah raga, dan usaha. Imbuhan-wan tidak pernah

dilekatkan pada kata kerja (verba).

Berdasarkan kenyataan itu, penggunaan imbuhan –wan pada kata relawan dipandang tidak tepat.

Hal ini sama kasusnya dengan penambahan –wan pada kata kerja pirsa yang menjadi pirsawan.

Dalam hal ini pilihan bentuk kata yang benar adalah pemirsa, yaitu orang yang melihat dan

memperhatikan atau menonton siaran televisi.

Kata sukarelawan mengandung pengertian orang yang dengan sukacita melakukan

sesuatu tanpa rasa terpaksa. Kata sukarela ini berasal dari kata dasar sukarela dan imbuhan –

wan.

Dalam kamus Besar bahasa Indonesia (1996;070) pun, bentukan kata yang ada adalah

sukarelawan, sedangkan kata relawan tidak ada. Oleh karena itu, kata yang sebaiknya kita

gunakan adalah sukarelawan, bukan relawan.

26

Page 27: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

41. semena-mena dan tidak semena-mena

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta dicantumkan sebagai

berikut.

mena, tidak semena-mena: tidak dengan kira-kira, semau-maunya, sewenang-wenang, tidak

beralasan yang patut.

Melihat yang tercetak di dalam kamus itu, Anda tahu bahwa ungkapan yang benar bukan

semena-mena, melainkan tidak semena-mena. Kata tidak di depan kata semena-mena sama

sekali tidak boleh dihilangkan, seperti pemakaiannya dalam kalimat kutipan dari surat kabar:

Semua tamu sama di mata kami, kata karyawati yang telah berpengalaman tadi. “ Ada yang baik

dan sopan, ada pula yang seme-mena dan kurang ajar, baik tamu domestik maupun tamu asing”.

Ungkapan yang sama artinya dengan sewenang-wenang ialah tidak semena-mena bukan semena-

mena. Berbuat sewenang-wenang terhadap seseorang sama artinya dengan’berbuat tidak semena-

mena terhadap seseorang’. Kata tidak dalam ungkapan itu berfungsi menentukan arti ungkapan

itu. Oleh karena itu kata tidak jangan dihilangkan. Tentu saja tidak pandai tidak sama dengan

pandai saja tanpa tidak; tidak berwibawa tidak sama artinya dengan berwibawa. Yang pertama

bersifat ingkar, sedangkan yang ke dua justru sebaliknya.

Sengaja ungkapan tidak semena-mena ini dibicarakan di sini karena pemakaiannya

kacau. Kadang-kadang orang mengatakan atau menulis tidak semena-mena, tetapi kadang-

kadang juga hanya semena-mena. Ungkapan yang benar ialah yang menggunakan kata tidak

dengan arti yang sama dengan sewenang-wenang, yaitu tidak semena-mena.

42. sistim dan sistem

Kata systeem (Belanda) dan system (Inggris). Dahulu, kata Indonesianya sistim karena

kita mengindonesiakan kata bahasa Belanda systeem. Bunyi teem dekat dengan bunyi tim. Itu

sebabnya kata itu dijadikan sistim. Pada saat ini ditetapkan bahwa yang digunakan sebagai acuan

adalah bahasa bahasa Inggris. Oleh karena itu, kata system-lah yang diambil dan diindonesiakan

menjadi sistem.

43. standard dan standar

Kata–kata di atas berasal dari bahasa asing bahasa Inggris. Ada dua pendirian yang kita

pegang dalam mengindonesiakan kata asing: 1) bentuk yang dipungut itu disesuaikan dengan

27

Page 28: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

bentuk bahasa Indonesia (sistem fonologi dan morfologinya); 2) sedapat-dapatnya ejaannya

dekat dengan ejaan aslinya (visual). Mari kita teliti kata yang ditanyakan di atas?

Dalam bahasa Inggris ada kata standard. Kata itu diserap dan diindonesiakan menjadi

standar. Mungkin Anda bertanya, “Mengapa /d/ pada akhir kata itu dihilangkan?” jawabnya<

“Bunyi itu tidak berfungsi dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dibuang saja. Contoh seperti

itu dapat dilihat pada kata lain seperti impor dan ekspor yang berasal dari bahasa Inggris import

dan export (sama dengan bahasa Belanda). Bunyi /t/ pada akhir kata dihilangkan karena tidak

berfungsi” . Kalau bunyi akhir yang tidak berfungsi itu diambil, maka akan timbul kesulitan bila

memberi akhiran pada kata itu. Misalnya, kata standard yang diserap, bila diberi imbuhan pen-

an, maka hasilnya ialah penstandardan, padahal bila bentuk standar yang diambil, maka

hasilnya ialah penstandaran. Bentuk ini lebih sesuai karena sama dengan bentuk lain dalam

bahasa Indonesia: penggambaran, pelemparan. Bentuk menstandarkan lebih mudah diucapkan

dibandingkan dengan menstandardkan karena terdapat tiga konsonan berurutan /rdk/.

44. standardisasi dan standarisasi

Sekarang kita beralih pada bentuk standardisasi dan standarisasi. Mana yang betul atau

baku? Kata itu diserap dari bahasa Inggris standardization. Dalam bahasa Indonesia, bunyi –ion

pada akhir kata Inggris dijadikan –si. Hal ini terjadi karena banyak kata yang telah diserap

dahulu dari bahasa Belanda yang berakhir –tie (ucapannya /si/ dan sama dengan –tion dalam

bahasa Inggris itu). Bahasa Belanda untuk kata itu standardsatie. Bunyi /z/ dalam bahasa Inggris

yang dalam bahasa Belanda /s/ dijadikan /s/ dalam bahasa Indonesia. Yang lain tidak diubah

karena prinsip yang dipegang ” sedekat mungkin dengan ejaan bahasa asalnya”. Hasilnya

standardisasi.

45.Ubah pada Merubah dan Mengubah

Kata mengubah kata dasarnya adalah ubah. Jadi, bila kata dasarnya ubah, maka bentuk

awalan yang muncul ialah meng-, bukan mer-, sehingga bentukan yang betul ialah mengubah,

bukan merubah..

Hasil pekerjaan mengubah ialah pengubahan. Kata merubah mungkin timbul karena

orang mengacaukannya dengan bentuk dengan berawalan ber- yaitu berubah. Bentuk berubah

28

Page 29: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

dibentuk dari kata dasar ubah yang mendapat awalam ber-, bukan kata dasar rubah dengan

awalan be-. Hal, hasil atau cara berubah ialah perubahan.

46. zaman dan jaman

Kata zaman merupakan serapan dari bahasa Arab. Kata ini ini diserap secara utuh. Kata

zaman berarti ‘jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai sesuatu’ atau ‘masa’ dan

‘kala’ atau ‘waktu’. Kata jaman termasuk kata yang tidak baku.

29

Page 30: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

6. KONTAMINASI

Kontaminasi berasal dari bahasa Inggris contamination yang dapat diberi arti

‘pencemaran’. Dalam bidang bahasa, kontaminasi dipadankan dengan kerancuan. Kata

kerancuan diturunkan dari kata dasar rancu yang mendapat simulfiks ke-an; rancu bersinonim

dengan kacau. Jadi, kerancuan berarti kekacauan . Bentuk-bentuk yang rancu atau kacau

dianggap sebagai bentuk yang salah.

Apa yang rancu atau dirancukan itu? Yang dirancukan orang adalah susunan dua unsur

bahasa, entah unsur itu imbuhan, kata, atau kalimat. Oleh sebab itu, kontaminasi bahasa dapat

dibedakan atas:

1. kontaminasi bentuk kata

2. kontaminasi bentuk frase

3. kontaminasi bentuk kalimat

Dalam kontaminasi, selalu terjadi paduan dua unsur yang kacau, artinya kedua unsur itu

tidak seharusnya berpasangan. Misalnya, unsur A pasangannya unsur B, sedangkan unsur C

pasangannnya unsur D. Jadi, A – B dan C – D. Apabila yang muncul bukan pasangan yang

seharusnya, misalnya A – D atau C – B, maka gabungan ini disebut rancu atau kacau. Bentuk

gabungan yang rancu atau kacau itulah yang disebut kontaminasi dan bentuk kontaminasi di

dalam bahasa dianggap sebahgai bentuk yang salah.

1. Kontaminasi Bentuk Kata

Dalam sebuah pameran pernah ditulis orang pada kain rentang sebagai berikut.

DI SEKOLAH KAMI DIPELAJARKAN BERBAGAI KEPANDAIAN WANITA

Dengan memperhatikan tulisan itu, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin

ada bentuk dipelajarkan?

Dalam deretan bentuk dengan kata dasar ajar terdapat bentuk-bentuk :

mengajar - mengajarkan - mengajari

diajar - diajarkan - diajari

belajar - mempelajari - dipelajari

pelajar - pelajaran - terpelajar

terajar -terajarkan - terajari

30

Page 31: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

ajaran - pengajaran

Tidak terdapat bentuk dipelajarkan. Jika diperhatikan baik-baik, akan terungkap bahwa

bentuk dipelajarkan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal: dipelajari dan

diajarkan. Kalimat yang rancu di atas kain rentang itu dapat dikembalikan pada dua bentuk

asalnya yang betul.

a. Di sekolah kami diajarkan berbagai kepandaian wanita.

b. Di sekolah kami dapat dipelajari berbagai kepandaian wanita.

Gejala kontaminasi pada kata bentukan lainnya, yaitu bentuk mengenyampingkan . Mari

kita tinjau bagaimana proses pembentukannya. Kalau diambil bentuk dasarnya samping,

kemudian kata ini diberi imbuhan di - kan, maka bentuknya disampingkan. Bila bentuk ini

diubah menjadi bentuk me-, maka hasilnya ialah menyampingkan. Kata dasar yang dimulai

dengan /s/ memunculkan bentuk meny- dan fonem /s/ itu sendiri luluh di dalam bunyi nasal /ny/

itu. Bila bentuk dasar ke samping yang diambil, kemudian diberi imbuhan di- kan, hasilnya

dikesampingkan (ditulis serangkai karena diapit oleh di- dan –kan sekaligus). Bila bentuk

dikesampingkan diubah menjadi bentuk dengan imbuhan me – kan, maka hasilnya

mengesampingkan, bukan mengenyampingkan karena bentuk dasarnya dimulai dengan /k/. Bila

bentuk dasar berfonem awal /k/ diberi awalan me-, maka muncullah bentuk meng; sedangkan /k/

luluh di dalam bunyi nasal /ng/ itu. Fonem /s/ pada bentuk dasar ke samping terletak di tengah

kata. Oleh karena itu, tidak terpengaruh dengan pemberian awalan me-.

Bandingkan dengan contoh-contoh berikut.

kosong - mengosongkan

kotor - mengotorkan

Perhatikan bentuk-bentuk di atas. Yang mengalami peluluhan hanyalah fonem awal

bentuk dasar, yaitu /k/. Fonem yang terletak di tengah kata /s/, dan /t/ tidak mengalami

peluluhan. Tetapi, bila fonem-fonem ini terletak di depan bentuk dasar, pastilah fonem itu

mengalami peluluhan. Misalnya.

tangkap - menangkap ( /t/ ---/n/ )

potong - memotong (/p/ ---/m/ )

susul - menyusul ( /s/ --- /ny/ )

Bandingkan bentukan kata mengesampingkan dengan kata-kata bentukan di bawah ini.

Cara pembentukannya sejalan.

31

Page 32: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

tengah - ke tengah - mengetengahkan

tepi - ke tepi - mengetepikan

bumi - ke bumi - mengebumikan

Imbuhan me – kan seperti pada kata-kata itu mengandung makna ‘ membawa ke...’;

misalnya mengetengahkan artinya ‘membawa ke tengah’; arti kiasannya ‘mengemukakan,

mengutarakan, menyampaikan’ (pendapat, pikiran, saran, usul).

Bentuk mengenyampingkan yang rancu dapat dikembalikan pada dua bentuk asalnya

yang betul, yaitu menyampingkan dan mengesampingkan.

2. Kontaminasi Bentuk Frase

Kontaminasi bentuk frase sering juga terjadi dalam pemakaian bahasa Indonesia seperti

bentuk berulang kali. Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan bentuk

yang rancu. Bentuk asalnya ialah berulang-ulang dan berkali-kali. Kedua ungkapan tu dijadikan

orang menjadi satu ungkapan baru dengan mengambil berulang dari ungkapan pertama dan kali

dari ungkapan ke dua, sehingga lahirlah gabungan yang rancu itu. Berulang-ulang sama artinya

dengan berkali-kali.

Di samping itu, orang sering mengatakan mengajar bahasa Inggris, mengajar ilmu

pengetahuan alam, dsb. Kalau dikatakan Saya mengajar bahasa Inggris, tentu dapat dikatakan

Bahasa Inggris saya ajar. Benarkah itu? Jawabnya, tidak, karena bahasa Inggris tidak bisa

diajar. Yang bisa diajar hanyalah orang, binatang, ikan (misalnya ikan lumba-lumba). Mata

pelajaran, mata kuliah tidak dapat diajar tetapi diajarkan. Jadi, seharusnya dikatakan Saya

mengajarkan bahasa Inggris di sekolah itu. Kebalikannya ialah Bahasa Inggris saya ajarkan di

sekolah itu.

Perhatikan penggunaan kata mengajar, mengajari, diajarkan, diajari, dalam kalimat-

kalimat berikut.

Guru Zain mengajar murid-murid bernyanyi.

Guru Zain mengajari murid-murid bernyanyi.

Murid-murid diajar bernyanyi oleh Guru Zain.

Murid-murid diajari bernyanyi oleh Guru Zain.

Guru Zain mengajarkan nyanyian kerpada murid-murid.

Nyanyian diajarkan oleh Guru Zain kepada murid-murid.

32

Page 33: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Seorang Ibu Guru memimpin sekelompok anak dalam sebuah acara siaran di TVRI. Ibu

Guru itu berkata kepada anak-anak asuhannya, “Anak-anak, tentu di sekolah engkau telah

diajarkan mendeklamasikan sajak.”

Kacau benar kalimat Ibu Guru itu. Ini sebuah kontaminasi pula, hasil gabungan dua buah

frase yaitu 1) engkau telah diajar atau diajari; dan 2) kepadamu telah diajarkan.

Dalam kalimat lengkap:

a. Anak-anak, di sekolah engkau tentu telah diajar (i) cara mendeklamasikan sajak.

b. Anak-anak, di sekolah, kepadamu tentu telah diajarkan bagaimana cara

mendeklamasikan sajak.

Jika dibalikkan susunan kata-katanya, kalimat( b) itu tentu menjadi:

c. Bagaimana cara mendeklamasikan sajak, tentu telah diajarkan guru kepadamu di sekolah.

Jelas kepada kita yang telah dirancukan dalam kalimat di atas ialah susunan kata-kata

engkau telah diajar dan kepadamu telah diajarkan.

Dalam salah satu harian ibu kota ditulis tentang kasus perampokan di Bali sebagai

berikut.

Terus terang saja perampokan itu dilakukan oleh lima orang tak dikenal dengan terlebih

dahulu melempari batu, kemudian menyerbu dua rumah yang berdampingan itu.

Susunan kata melempari batu dalam kalimat di atas jelas tidak tepat karena yang

dilempari oleh lima orang itu bukan batu, melainkan rumah. Rumah yang berdampingan itu

mula-mula dilempari mereka dengan batu, kemudian diserbunya. Jadi, yang dirancukan di dalam

kalimat itu ialah melempari rumah dengan batu dan melemparkan batu ke rumah itu. Dengan

demikian, kalimat yang rancu di atas dapat dikembalikan ke dalam dua kalimat yang betul

sebagai berikut.

1. Terus terang saja perampokan itu dilakukan oleh lima orang tak dikenal dengan terlebih

dahulu melempari rumah dengan batu, kemudian menyerbu dua rumah yang

berdampingan itu.

2. Terus terang saja perampokan itu dilakukan oleh lima orang tak dikenal dengan terlebih

dahulu melemparkan batu ke rumah itu, kemudian menyerbu dua rumah yang

berdampingan itu.

3. Kontaminasi Kalimat

33

Page 34: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dalam penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini, sangat sering dijumpai kontaminasi

dalam bentuk kalimat. Perhatikan contoh-contoh berikut.

Bantuan itu diharapkan dapat meringankan para korban bencana alam.

Dalam kalimat di atas telah terjadi kerancuan pengertian. Sepintas lalu terasa kalimat di

atas itu susunannya betul. Namun, kalau diperhatikan secara teliti akan diketahui bahwa bantuan

itu akan meringankan para korban bukanlah ungkapan yang tepat. Kalau dikatakan para korban

yang diringankan, maka yang berat itu adalah para korban. Padahal, yang dimaksud untuk

diringankan ialah penderitaan para korban. Penderitaan mereka berat karena itu perlu

diringankan. Bukan mereka sendiri yang mau diringankan . Jadi, telah terjadi kerancuan antara:

menolong para korban yang tertimpa bencana, dengan meringankan beban penderitaan

para korban.

Bandingkan dengan kalimat Untuk meringankan kapal itu, sebagian muatannya dibuang

ke laut. Kapal itu dibuat menjadi ringan dengan membuang sebagian muatannya ke laut karena

ombak besar. Kalau kapal tidak diringankan ada kemungkinan kapal itu tenggelam.

Kalimat yang rancu di atas dapat dikembalikan pada kalimat yang betul sebagai berikut.

a) Bantuan itu diharapkan dapat menolong para korban yang ditimpa bencana alam.

b) Bantuan itu diharapkan dapat meringankan beban penderitaan para korban yang ditimpa

bencana alam.

Kalau kedua kalimat itu disatukan, maka hasilnya sebagai berikut.

c) Bantuan itu diharapkan dapat menolong meringankan beban penderitaan para korban

yang ditimpa bencana alam.

Contoh lain:

Di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu bermandikan

cahaya lampu-lampu neon.

Orang yang pernah mempelajari tata bahasa pasti tahu yang disebut dengan pokok

kalimat (subjek) dan sebutan kalimat (predikat). Tiap-tiap kalimat tentu mempunyai subjek (S)

dan predikat (P) sebab tak ada kalimat tanpa kedua unsur bahasa tersebut. Bila kita bertutur, kita

mengetengahkan sesuatu kepada lawan bicara kita. Yang kita ketengahkan itulah yang disebut

dengan subjek kalimat dan keterangan tentang subjek itu disebut dengan predikat.

Susunan kata-kata anak yang sakit tidak bisa disebut kalimat karena tidak mengandung

unsur subjek dan predikat. Susunan kata-kata anak itu sakit sudah merupakan kalimat karena

34

Page 35: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Anak itu sebagai subjek kalimat (sesuatu yang diterangkan/ diketengahkan) dan sakit sebagai

predikat (keterangan tentang subjek anak itu).

Bila penutur hanya mengucapkan anak itu, kemudian ia berhenti berbicara, tentu

pendengar akan bertanya, “ Mengapa anak itu?” atau “Diapakan anak itu?” atau “Bagaimana

anak itu?” Jawaban atas pertanyaan itulah predikat kalimat yang dimaksud. Jika hanya dikatakan

sakit, orang akan bertanya, “Siapa yang sakit?’ atau “Apa yang sakit?” Jawaban atas pertanyaan

itulah yang disebut subjek.

Sekarang mari kta kembali pada kalimat contoh tadi. Jika kita bertanya,”Apakah yang

bermadikan cahaya lampu-lampu neon?” Jawabnya tentu tidak mungkin “di seluruh jalan-jalan

yang dipagari oleh lampu-lampu neon itu” sebab bagian kalimat yang dimulai dengan kata

depan di menunjuk pada keterangan tempat. Pertanyaan untuk jawaban itu haruslah di mana.

Misalnya:

Di mana kaubeli buku itu? Jawabnya: di toko Guna Agung.

Di mana kendaraan hilir mudik ? jawabnya : di jalan-jalan di kota itu.

Jawaban yang tepat untuk pertanyaan “Apakah yang bermadikan cahaya lampu-lampu

neon?” ialah “jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu”. Jawaban ini

merupakan subjek kalimat itu dan bermadikan cahaya lampu-lampu neon adalah predikatnya.

Kalimat di atas jelas sebuah kalimat yang rancu. Kalimat yang betul sebagai berikut.

a. Jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu bermandikan cahaya lampu-

lampu neon.

b. Di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu tampak

berpancaran cahaya lampu-lampu neon.

Jadi, di sini terlihat bahwa kalimat yang rancu, selalu dapat dikembalikan pada bentuknya

yang betul, yaitu dua kalimat asalnya.

Mungkin Anda bertanya, “Mengapa timbul kalimat-kalimat yang rancu sepertii itu?”

Jawabnya ialah sebagai berikut.

a) Pemakai bahasa tidak menguasai benar struktur bahasa Indonesia yang baku, yang baik

dan benar.

b) Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik, sehingga tidak dapat

merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya.

35

Page 36: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

c) Dapat juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja karena ketika ia akan menuturkan

suatu kalimat tertentu, muncul dalam pikirannya kalimat yang hampir sama struktur dan

maknanya dengan kalimat yang akan dituturkan itu.

36

Page 37: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

6. PLEONASME

Gejala bahasa pleonasme kita jumpai dalam pemakaian bahasa sehari-hari dalam

berbagai bentuk. Kata itu berasal dari bahasa Latin pleonasmus yang berarti ’kata yang berlebih-

lebihan‘. Gejala bahasa ini memperlihatkan pemakaian kata yang berlebihan yang sebenarnya

tidak diperlukan. Pleonasme ada beberapa macam, yaitu:

1. Dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan.

2. Dalam suatu ungkapan yang terdiri tas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak

diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama.

3. Bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain yang dipakai

bersama-sama dalam ungkapan itu.

Supaya jelas, marilah kita bicarakan satu per satu. Kita mulai dengan bentuk yang

pertama.

Dalam buku cerita terutama dalam satra klasik, sering sebuah cerita atau dongeng dimulai

dengan ungkapan pada zaman dahulu kala. Mungkin, karena sudah terlalu biasa membacanya

atau menggunakannya, tidak terasa lagi kepada kita bahwa ungkapan itu mengandung pernyataan

yang berlebihan.

Perhatikanlah! Kata zaman yang dipungut dari bahasa Arab sama maknanya dengan

kata kala yang berasal dari bahasa Sanskerta. Kata-kata itu bersinonim pula dengan masa

(Sanskerta) dan waktu (Arab). Kalau kita alihkan ungkapan pada zaman dahulu kala dengan

memakai dua kata yang sama bentuk dan maknanya, maka ungkapan itu akan berubah menjadi

pada masa dahulu masa atau pada waktu dahulu waktu atau pada kala dahulu kala.

Penggunaan seperti itu belebih-lebihan , bukan?

Kalimat dengan menggunakan salah satu ungkapan yang tepat sebagai berikut.

a. Pada zaman dahulu, dalam sebuah kerajaan, memerintah seorang ratu yang sangat arif.

b. Dahulu kala, dalam sebuah kerajaan, memerintah seorang ratu yang sangat arif.

Ungkapan pada zaman dahulu = pada waktu dahulu = zaman purba = dahulu kala. Tiga

ungkapan yang disebut mula-mula susunannya menurut Hukum DM, yaitu kata yang diterangkan

terletak di depan kata yang menerangkan, sedangkan ungkapan dahulu kala susunannya MD

karena kata kala terletak di belakang kata yang menerangkannya. Sama dengan ungkapan pada

zaman dahulu kala, ungkapan pada zaman purba kala pun memperlihatkan gejala pleonasme.

Contoh lain:

37

Page 38: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Mulai sejak waktu itu, kelakuannya berubah.

Penggunaan kata mulai sekaligus dengan kata sejak memperlihatkan pula gejala bahasa

pleonasme karena kata mulai sama artinya dengan sejak. Cukuplah dikatakan:

Mulai waktu itu, kelakuannya berubah.

Sejak waktu itu, kelakuannya berubah.

Adakalanya orang menggunakan juga ungkapan dari sejak waktu itu. Di sini pun terlihat

gejala bahasa pleonasme karena sejak waktu itu = dari waktu itu.

Ungkapan yang sering juga kita jumpai adalah sebagai berikut: saling pukul-memuukul

atau saling berpukul-pukuanl. Bentuik pukul-memukul dan berpukul-pukulan sudah

mengandung pengertian bahwa pekerjaan itu dilakukan timbal balik atau secara berbalasan oleh

kedua belah pihak. Walaupun begitu, kata bentukan itu masih juga didahului oleh kata saling

yang artinya juga menyatakan ‘pekerjaan itu dilakukan oleh dua belah pihak’. Oleh sebab itu, di

sini telah terjadi gejala bahasa pleonasme. Seharusnya dipilih saja satu, pukul-memukul,

berpukul-pukulan ,atau saling memmukul Jadi, janganlah mengatakan saling pukul-memukul

atau saling berpukul-pukulan, melainkan pukul-memukul, berpukul-pukulan, atau saling

memukul. Demikian juga dengan bentuk : saling saing-menyaingi atau saling bersaing-saingan,

melainkan saling menyaingi. Supaya tidak terjadi pleonasme, kita pilih salah satu bentuk, yaitu

dengan kata dasar + me + kata dasar (+ i ) (saling menyaingi), ber + kata ulang + an

(bersaing-saingan), atau dengan kata saling + me + kata dasar (+ i ) (saling menyaingi).

Dengan demikian, bentuk yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

tuduh-menuduh lempar-melempari

bertuduh-tuduhan berlempar – lemparan

saling menuduh saling melempar

Yang menarik juga dalam pemakaian bahasa Indonseia dewasa ini adalah kata baku/.

Kata baku maknanya sama dengan ‘saling’. Kata baku diambil dari bahasa Melayu dialek

Manado . Kata baku itu diikuti kata kerja yang tidak berawalan seperti baku hantam, baku pukul,

baku tuduh, baku marah, baku sayang, dsb. Baku hantam sejajar dengan saling menghantam.

Kesalahan yang sering juga dijumpai dalam koran atau majalah dewasa ini ialah

pemakaian kata baku sekaligus dengan kata saling, seperti saling baku hantam. Di sini telah

terjadi pula gejala pleonasme. Perhatikan: baku sayang artinya ‘saling menyayangi’ atau ‘saling

mengasihi’; baku marah artinya ‘saling memarahi’ arti kiasannya ‘bermusuhan’.

38

Page 39: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dengan demikian, ada dua patah kata baku dalam bahasa Indonesia dewasa ini. Yang

pertama ialah kata baku yang berasal dari bahasa Melayu dialek Manado yang berarti ‘saling’

dan yang ke dua ialah kata baku yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya ‘pokok’ atau

‘standar’. Bahasa Indonesia baku ialah ‘bahasa Indonesia standar’, yaitu bahasa Indonesia

seperti yang diajarkan di sekolah – sekolah dan yang dipakai dalam situasi resmi.

Pemakaian kata agar supaya juga merupakan gejala pleonasme karena agar sama

maknanya dengan supaya. Contoh lain seperti itu ialah oleh karena atau oleh sebab; salah satu

makna kata oleh ialah ‘karena’. Misalnya, Bajuku basah oleh hujan, artinya ‘bajuku basah

karena ( kena) hujan’.

Kita pindah sekarang ke gejala bahasa pleonasme jenis ke dua, yaitu penggunaan kata ke

dua yang tidak diperlukan lagi karena makna yang dikandung oleh kata itu sudah terkandung

dalam kata yang pertama. Sering orang mengatakan turun ke bawah, naik ke atas, mundur ke

belakang, maju ke depan, atau tampil ke depan, dsb. Ungkapan seperti itu sudah dianggap

sebagai suatu gaya bahasa saja walaupun sebenarnya kalau kita pikirkan, penggunaan kata ke

dua itu tidak diperlukan lagi. Sudah jelas bahwa orang turun selalu ke bawah, orang naik selalu

ke atas, orang mundur selalu ke belakang, dan orang maju selalu ke depan. Oleh karena itu, kata

ke bawah, ke atas, ke belakang, ke depan, sebenarnya tidak usah dipergunakan lagi. Namun,

sebagai saya katakan tadi, ungkapan seperti itu sering kita denganr diucapkan orang,

Kita sering juga mendengar orang mengatakan atau menulis menegadah ke atas,

menundukkan kepala, melihat dengan mata kepala sendiri. Bukankah menengadah itu selalu ke

atas, yang ditundukkan itu selalu kepala; dan orang melihat tentu dengan menggunakan mata,

mata yang melekat di kepala, dengan mata sendiri dan bukan melihat dengan meminjam mata

orang lain?

Dalam kalimat:

Bagaimana mungkin aku berbohong, peristiwa itu aku lihat dengan mata kepalaku

sendiri.

Sebenarnya cukup bila dikatakan peristiwa itu aku lihat sendiri, bukan aku dengar dari

cerita orang lain’. Tetapi, untuk menegaskan pernyataannya itu ditambahkannya kata-kata

dengan mata kepalaku sendiri.

Anda tentu sering juga mendengar orang mengatakan, penyakitnya kambuh kembali, atau

kesehatanya telah pulih kembali.

39

Page 40: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dalam kata kambuh dan pulih sudah terkandung pengertian ‘kembali’ atau ‘sekali lagi’,

atau ‘seperti sedia kala’. Jika dikatakan penyakitnya kambuh, artinya ‘penyakitnya berulang

lagi’. Mulanya dia sehat, kemudian jatuh sakit, sembuh, kemudian sakit lagi atau sakit kembali.

Jadi, ungkapan kambuh kembali mengandung pengertian yang berlebihan.

Begitu juga dengan kata pulih. Kesehatannya pulih artinya ‘kesehatannya kembali seperti

sediakala sebelum dia sakit’. Orang itu sehat, kemudian jatuh sakit, kemudian sembuh dan

kesehatannya kembali seperti sediakala. Itu arti kata pulih. Jadi, ungkapan pulih kembali

mengandung makna yang berlebih-lebihan.

Di samping itu Anda tentu sering juga mendengar orang mengatakan namun demikian.

Bentuk namun demikian merupakan bentuk yang pleonastis. Mungkin orang itu mengira, kata

namun bersinonim dengan walaupun. Padahal yang benar tidak sperti itu. Kata namun

bersinonim dengan tetapi, sedangkan walaupun bersinonim dengan meskipun. Jika orang

menganggap bentuk yang benar adalah namun demikian, itu berarti ia juga harus berani

menggunakan tetapi demikian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata namun sudah

mengandung arti “walaupun demikian’ atau meskipun demikian. Jadi, kata namun sama dengan

walaupun demikian atau meskipun demikian .

Pleonasme jenis ke tiga dinyatakan oleh bentuk kata yang mengandung makna gramatikal

seperti kata yang membentuk ungkapan itu. Misalnya dikatakan:

a. Para tamu-tamu berdiri ketika kedua mempelai memasuki ruangan.

b. Dalam perjalanan ke luar negeri itu Menteri Luar Negeri mengunjungi beberapa negara-

negara sahabat.

Perhatikan bentuk para tamu-tamu dalam kalimat pertama. Kata para mengacu kepada

pengertian jamak, perulangan kata benda tamu-tamu juga menunjukkan penegertian jamak. Jadi,

pengertian jamak dinyatakan dua kali. Berlebih-lebihan, bukan? Oleh karena itu, cukup bila

dikatakan para tamu, atau dengan bentuk perulangan tamu-tamu.

Ungkapan beberapa negara-negara dalam kalimat ke dua tidak sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tidak terdapat gejala “concord” (persesuaian) seperti

dalam bahasa Inggris dan Belanda misalnya, bila kata bilangannya satu, kata bendanya pun

berbentuk tunggal; bila kata bilangannya dua atau lebih, maka kata bendanya pun dalam bentuk

jamak. Itu disebut dengan concord atau agreement. Misalnya one child ‘seorang anak’, tetapi five

children ‘lima anak’. Dalam bahasa Belanda pun demikian : een kind dan vif kindren.

40

Page 41: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dalam bahasa Indonesia, dikatakan seorang anak dan lima orang anak. Tidak perlu

dikatakan lima orang anak-anak. Oleh karena itu, beberapa negara-negara juga tidak tepat;

terlihat adanya gejala pleonasme dan bentukan seperti itu sebenarnya dipengaruhi oleh gejala

“concord” dalam bahasa asing.

Gejala concord seperti itu tidak terdapat dalam bahasa Indonesia karena memang bahasa

Indonesia lain strukturnya daripada bahasa-bahasa yang sudah disebutkan itu. Oleh sebab itu,

dalam salah satu harian ditulis dipamerkan 200 buah lukisan-lukisan, pengungkapan itu jelas

tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Bilangan 200 sudah melukiskan jumlah banyak.

Oleh sebab itu, kata benda yang di belakangnya tidak perlu di ulang.

Dalam bahasa Indonesia, jika kata di depan kata benda itu sudah menyatakan jamak,

maka kata bendanya tidak perlu dijamakkan dengan mengulangnya. Kita tidak perlu meniru

bahasa asing. Tiap bahasa mempunyai kaidahnya sendiri-sendiri, bahasa yang satu tidak perlu

sama dengan bahasa yang lain.

Bahasa yang hidup memang menerima pengaruh yang masuk dari bahasa asing. Tetapi,

yang masuk selalu harus diseleksi. Yang perlu, yang dapat menambah kekayaan kosa kata

bahasa Indonesia patut diterima dan yang tidak, karena tidak ada keperluannya, tak perlu

diterima. Pemakai bahasa Indonesia tidak perlu mengatakan, semua pejabat-pejabat, banyak

gedung-gedung karena dalam bahasa Indonesia, kata benda tidak perlu diulang untuk

menyatakan jamak apabila kata yang di depan kata benda itu sudah menyatakan jamak seperti

semua, segala, banyak, beberapa, bentukan seperti contoh di atas menyalahi kaidah bahasa

Indonesia. Cukup bila dikatakan: semua pejabat, banyak gedung, beberapa negara, para tamu.

Ada persoalan mengenai kata-kata yang mengandung makna jamak, yaitu kata-kata

pungut atau serapan dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia ada ulama, anasir, arwah, yang

diserap dari dari bahasa Arab. Kata ulama merupakan bentuk jamak kata alim; arwah merupakan

bentuk jamak kata roh. Dalam bahasa Indonesia, telah terjadi pergeseran makna. Kata-kata yang

dalam bahasa asalnya mengandung arti jamak, dalam bahasa Indonesia mengandung arti tunggal.

Perhatikan pemakaiannya dalam kalimat berikut.

a. Prof. Dr. Riza Anwar adalah seorang ulama yang disegani di negerinya.

b. Gubernur Jawa Barat mengadakan pertemuan dari hati ke hati dengan ulama-ulama

seluruh Jawa Barat.

Gejala bahasa pleonasme timbul karena beberapa kemungkinan:

41

Page 42: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

1. Pembicara tak sadar bahwa apa yang diucapkannya itu mengandung sifat berlebih-lebihan.

Jadi, dibuatnya tidak dengan sengaja.

2. Dibuat bukan karena tidak sengaja, melainkan karena tak tahu bahwa kata-kata yang

digunakannya mengungungkapkan pengertian yang berlebih-lebihan.

3. Dibuat dengan sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk memberikan tekanan pada

arti (intensitas).

42

Page 43: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

7. SALAH KAPRAH

Kata salah kaprah mungkin sering Anda dengar. Kata salah kaprah terdiri atas dua patah

kata yaitu salah dan kaprah (dari bahasa Jawa). Salah kaprah dalam kebahasaan diartikan ‘salah

atau kesalahan yang sudah sangat umum’ sehingga karena sudah terbiasa dengan yang salah

seperti itu, orang tidak lagi merasakan bahwa itu salah. Bahasa Indonesia pada waktu akhir-akhir

ini sangat cepat berkembang. Bermacam-macam unsur baru muncul, baik kata, istilah, maupun

bentukan baru. Ada yang dimunculkan dengan sengaja karena dibuat, misalnya oleh ahli bahasa

karena keperluannya. Ada juga yang muncul dari pemakai bahasa sebagai sumbangan spontan

masyarakat bagi pemerkayaan bahasa kita.

Bentuk baru juga muncul sebagai analogi bentuk lama, tetapi sering karena pembentukan

itu kurang disadari oleh pengetahuan yang cukup tentang kaidah bahasa, terjadilah kesalahan.

Kadang-kadang lahir susunan kalimat yang kacau karena pentur atau penulis yang melahirkan

tuturan itu kurang menguasai aturan penyusunan kalimat yang baik. Kesalahan yang disebutkan

itu sering terjadi bukan hanya sekali, melainkan berulang-ulang, sehingga yang salah itu seolah-

olah sudah benar dan karena itu dipakai terus-menerus. Kesalahan seperti inilah yang disebut

salah kaprah itu. Marilah kita lihat contoh yang sudah sangat dikenal.

1. Waktu dan tempat kami persilakan.

Dalam sebuah pertemuan pembawa acara berkata, “Sekarang kita tiba pada acara berikut,

yaitu sambutan dari Bapak X. Waktu dan tempat kami persilakan.” Ketika itu, bapak X itu tetap

duduk di kursinya, tidak juga memperlihatkan sikap akan meninggalkan tempat duduknya.

Pembawa acara mengulang kembali permintaannya, “Bapak X, kami persilakan tampil ”.

Barulah Bapak X itu meninggalkan tempat duduknya, berjalan ke arah podium, berdiri di sana,

dan sejenak kemudian memulai pembicaraannya.

Kata bapak itu, “ Saya tadi tidak berdiri dan melakukan apa yang diminta oleh Saudara

pembawa acara karena tadi saya dengar bukan saya yang dipersilakan. Tetapi, yang dipersilakan

itu adalah waktu dan tempat. Hadirin tertawa, Gerrr,,,

Ini bukan sebuah lelucon, tetapi benar-benar terjadi. Nah, Anda melihat bahwa apa yang

dikatakan oleh pembawa acara itu juga diucapkan oleh sebagian besar orang yang ditugasi

menjadi pembawa acara dalam pertemuan-pertemuan. Mereka tidak lagi berpikir bahwa kalimat

itu salah, tidak logis. Di mana ada waktu dan tempat yang dapat dipersilakan.

43

Page 44: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

2. Bapak gubernur berkenan meninggalkan pertemuan ini karena tugas yang menanti

beliau di tempat lain.

Contoh lain penggunaan kata yang tidak tepat dan salah kaprah pula. Dalam sebuah

perayaan hari raya tertentu. Bapak gubernur di wilayah itu diundang untuk memberikan

sambutan. Setelah selesai memberikan kata sambutannya, beliau mohon diri kepada panitia agar

dapat meninggalkan perayaan yang masih berlangsung itu. Gubernur itu meminta izin kepada

panitia untuk meninggalkan perayaan itu. Tetapi, apa yang kita dengar dari pembawa acara

melalui pengeras suara?

“Saudara-saudara hadirin kami persilakan berdiri karena Bapak gubernur berkenan

meninggalkan pertemuan ini karena tugas yang menanti beliau di tempat lain.”

Penggunaan kata berkenan dalam kalimat pembawa acara itu benar-benar salah kaprah .

Bekenan artinya ‘setuju, mau, bersedia dengan hati yang tulus tidak berkeberatan’, dalam hal

yang baru saja dibicarakan itu, bapak gubernur yang bersangkutan tidak dimintai persetujuannya.

Beliau sendiri malah yang meminta izin atau pekenan panitia untuk meninggalkan tempat itu

karena tugas lain menanti beliau di tempat lain. Terlihat ada keinginan pada pembawa acara

untuk memperhalus bahasanya tetapi ia salah dalam memilih kata. Kata berkenan pada kalimat

di atas tidak tepat penggunaannya. Upaya memperhalus bahasa di sini tidak mengena. Kata akan

yang seharusnya dipakai, dan kata ini tidak mengungkapkan ketidaksopanan.

3. Atas bantuan Bapak, kami menghaturkan terima kasih.

Contoh lain yang dikemukakan di sini, yaitu mengenai penghalusan bahasa dengan

mengganti kata dengan kata yang tidak tepat. Biasanya, kalau kita menulis surat, setelah surat

itu selesai, kita menutup surat itu dengan kalimat penutup misalnya sebagai berikut. “Atas

bantuan Bapak, kami mengucapkan terima kasih” kata mengucapakan itu dianggap oleh sebagian

orang kurang halus. Karena tu, kata itu diganti dengan menghaturkan, sehingga menjadi “Atas

bantuan Bapak, kami menghaturkan terima kasih.” Kata hatur bukan kata bahasa Indonesia

melainkan bahasa daerah. Dalam kamus bahasa Indonesia tidak terdapat kata hatur,

menghaturkan yang seperti itu maknanya. Kata itu dipinjam dari bahasa daerah, kemudian

dipergunakan dalam surat karena orang itu ingin menyatakan kehomatannya kepada orang yang

dikrimi surat.

44

Page 45: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dalam bahasa Indonesia ada kata atur tetapi artinya lain sekali. Oleh karen itu,

gunakanlah kata mengucapkan yang dapat berarti 1) mengatakan;2) menyampaikan. Jadi, kata-

kata itu tidak terbatas pemakaiannya pada bahasa lisan saja. Bila berbahasa Indonesia perasaan

bahasa Indonesialah yang dipakai.

4. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.

Sering juga kita melihat orang yang mengakhiri surat dengan kalimat sebagai berikut, “

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya”. Dikatakan perhatiannya.

Perhatian siapa? Kalau yang dimaksud itu ialah orang yang menerima surat, maka bukan –nya

yang seharusnya dipakai, melainkan Bapak, atau Ibu atau Saudara, atau Anda, dan sebagainya.

Jadi, katakanlah.

Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak.

Kami ucapka terima kasih atas perhatian Ibu.

Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Orang yang disurati ialah Bapak, Ibu, Saudara atau Anda (orang ke dua) bukan –nya = ia

atau dia (orang ke tiga). Oleh karena itu, dalam konteks itu bukan –nya yang dipakai.

5. Saya memenangkan dia dalam pertandingan itu.

Kata memenangkan dalam pemakaian bahasa dewasa ini perlu mendapat perhatian kita

karena yang menarik dari penggunaan kata ini ditinjau dari bentuk dan artinya. Mari kita bahas

bentuk itu dengan makna yang dikandung oleh imbuhan yang melekat pada kata itu, yaitu me-

kan.

Contoh:

Saya memenangkan dia dalam pertandingan itu.

Kalimat di atas mempunyai arti bahwa saya telah membuat dia, menjadikan dia, atau

menyebabkan dia menang dalam pertandingan itu, misalnya, dengan sengaja mengalah karena

tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Kalau seperti di atas ini kata memenangkan itu digunakan dalam kalimat, maka

penggunaannya betul-betul tepat dilihat dari segi makna. Tetapi sering kita melihat bahwa kata

atau bentuk memenangkan itu digunakan dalam kalimat secara salah karena tidak memberikan

makna seperti yang sudah dijelaskan di atas. Mari kita lihat contoh penggunaan yang salah.

45

Page 46: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

1. Suharyadi memenangkan pertandingan itu.

2. Elyas Pikal memenangkan hadiah Rp100 juta.

Coba perhatikan penggunaan kata memenangkan dalam kedua kalimat di atas baik-baik.

Tadi sudah dijelaskan di atas bahwa memenangkan artinya ‘menjadikan menang’.

Perhatikan kalimat 1: Suharyadi memenangkan pertandingan itu artinya Suharyadi

menjadikan pertandingan itu menang. Mungkinkah pertandingan menang? Mungkinkah benda

mati itu menang? Jelas tidak mungkin. Kalau begitu, penggunaan kata memenangkan dalam

kalimat itu salah. Begitu juga dengan penggunaannya dalam kalimat 2 , sama saja salahnya:

memenangkan hadiah berarti hadiah yang dibuat menang.

Menilik makna kata bentukan itu dengan penjelasan makna imbuhan pada kata itu, Anda

dapat mengambil kesimpulan bahwa kata itu selama ini sudah salah dipakai orang. Bukan hanya

dalam bahasa tulisseperti pada contoh kalimat 1 dan 2 di atas. Cobalah Anda denganrkan

komentar olahraga di TVRI. Komentator olah raga itu juga menggunakan kata memenangkan itu

secara salah. Saya katakan salah kaprah karena kesalahan itu tidak lagi disadari oleh para

pemakaianya dan bentuk yang salah itu diapakai terus seperti itu. Tentu sukar meluruskan

kembali yang sudah “bengkok”. Usaha yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kesalahan-

kesalahan seperti itu ialah melalui pengajaran bahasa di sekolah-sekolah. Kita mengharapkan

(hanya dapat mengharap) semoga generasi muda yang sudah mendapat pendidikan yang baik di

sekolah akan dapat menghindari kesalahan umum yang disebut salah kaprah, yang dewasa ini

banyak kita temukan dalam bahasa Indonesia.

Kalimat di atas dapat diubah dengan beberapa cara sebagai berikut.

Kalimat 1:

1a. Suharyadi menang dalam pertandingan itu.

1b. Suharyadi menjuarai pertandingan itu.

1c. Suharyadi menjadi juara dalam pertandingan itu.

1d. Suharyadi meraih juara pertama dalam pertandingan itu.

Kalimat 2:

2a. Elyas Pikal mendapat hadiah Rp 100 juta.

2b. Elyas Pikal menerima hadiah Rp 100 juta.

2c. Elyas Pikal meraih hadiah Rp 100 juta.

46

Page 47: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

6. Dirgahayu RI atau Dirgahahayu HUT RI?

Kita bicarakan kali ini tentang penggunaan kata dengan makna yang tepat dalam kalimat.

Sering kita membaca sebuah kalimat yang di dalamnya digunakan sepatah kata dengan makna

yang kurang tepat. Hal itu tentu saja disebabkan oleh kurangnya pemahaman pemakai bahasa

terhadap arti kata tersebut.

Saya ingin membicarakan pemakaian kata dirgahayu yang tiap tahun dipakai oleh bangsa

Indonesia dalam menghias gedung pemerintah atau menulisi kain rentang atau spanduk dsb. Tiap

tahun dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17

Agustus.

Kita baca kalimat-kalimat berikut:

DIRGAHAYU HUT RI KE-XXXVI

DIRGAHAYU HUT KE –XXXVI RI

Penggunaan kata dirgahayu pada kalimat di atas ini jelas salah karena kata dirgahayu

ditempatkan di depan kata hari ulang tahun (HUT). Jika Anda buka Kamus Umum Bahasa

Indonesia susunan Poerwadarminta, akan Anda temukan di dalamnya kata- kepala dirgahayu. Di

belakang kata itu ada singkatan sl. Artinya, kata itu terdapat dalam sastra lama; arti kata itu

‘(mudah-mudahan) berumur panjang; hidup.

Kalau kita alihkan kalimat di atas, maka kalimat itu dapat kita ganti menjadi:

MUDAH-MUDAHAN BERUMUR PANJANG HUT RI KE-XXXVI

atau

HIDUPLAH HUT RI KE-XXXVI

Pada kalimat ini dapat dilihat bahwa yang didoakan panjang usianya bukan negara

Republik Indonesia, melainkan hari ulang tahunnya. Padahal, hari ulang tahun itu hanya berumur

sehari. Yang diserukan agar hidup itu bukan negara RI, melainkan hari ulang tahun yang ke-36.

Jelas, penggunaan kata dirgahayu seperti di atas tidak tepat.

Sebenarnya mengenai kesalahan penggunaan kata dirgahayu, sudah sering diulang

kembali oleh pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI Stasiun Pusat. Dijelaskan

dan diberikan contoh bagaimana menggunakan kata itu secara tepat sesuai dengan makna yang

terkandung pada kata itu. Namun, setiap tahun pula kita membaca tulisan yang salah karena

orang tidak memperhatikan arti kata itu.

Dengan demikian, Anda dapat membuat kalimat sebagai berikut:

47

Page 48: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

DIRGAHAYU RI BER-HUT XXXVI

atau

DIRGAHAYU RI BER-HUT KE-36

atau

HUT RI KE-36

DIRGAHAYU KEMERDEKAAN KITA

Jadi, yang didoakan agar panjang usianya itu ialah negara Republik Indonesia yang

berhari ulang tahun ke- 36. Atau, yang didoakan itu ialah kemerdekaan yang telah kita miliki itu

panjang usianya, berlanjut sampai akhir zaman karena kita tidak mau penjajajhan oleh bangsa

lain berulang lagi.

Kesalahan yang kita lihat pada contoh di depan ialah penulisan bilangan yang

menyatakan tingkat. Bukan ke-XXXVI, melainkan ke-36, atau memakai angka Romawi saja tanpa

ke- di depannya. Selain itu, kalau itu memakai ke- di depan angka, haruslah dipakai pula garis

tanda hubung antara ke- dan angka Arab itu. Kalau angka Romawi yang digunakan, tak perlu

dipakai ke- di depannya. Perhatikan contoh di atas.

Mudah-mudahan kesalahan seperti di atas tidak terjadi lagi pada tahun-tahun yang akan

datang.

7. Sampai jumpa di lain kesempatan

Kalau anda seorang pemirsa yang setia, artinya tiap malam duduk di depan layar televisi,

anda tentu akan tidak asing lagi dengan kalimat: Sampai jumpa di lain kesempatan. Kelihatannya

kalimat itu sangat pendek, tetapi kalau kita teliti dari segi bahasa ragam resmi baku, berpegang

pada kaidah bahasa Indonesia, maka kita dapat mengatakan bahwa di dalam kalimat yang pendek

itu terdapat tiga kesalahan.

Pertama, frase sampai jumpa. Kata jumpa bersinonim dengan temu, sua; berjumpa =

bertemu = bersua. Dapatkah kita mengatakan sampai temu lagi, atau sampai sua lagi? Tidak

dapat karena terdengarnya janggal, bukan? Seharusnya kita mengatakan Sampai bersua lagi.

Nah, begitu juga dengan kalimat sapaan yang tertera pada judul di atas. Bukan sampai jumpa,

melainkan sampai berjumpa.

48

Page 49: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Kalau kita mengamati pemakaian bahasa Indonesia dewasa ini, kita akan segera dapat

melihat bahwa ada gejala penghilangan awalan ber- pada beberapa kata kerja yang sebenarnya

harus berawalan ber-.

Misalnya:

1. Para pemain sudah kumpul di lapangan

2. Setahu saya Amat dan Tina sudah cerai.

Semua kata yang bercetak miring dalam kalimat di atas ini hendaknya berawalan ber-:

berkumpul, bercerai. Epai, mungkin karena kemalasan orang atau karena pengaruh bentukan

kata bahasa daerah, awalan ber- itu ditanggalkan orang sehinga menjadi kata yang tidak

berawalan ber-.

Kedua, frase di lain kesempatan. Di sini terdapat dua kesalahan. Kesalahan pertama,

tentang susunan lain kesempatan. Kita tahu bahwa salah satu aturan bahasa Indonesia ialah

bahwa kata yang diterangkan selalu terletak di depan, sedangkan kata yang berfungsi

menerangkan terletak di belakang kata yang diterangkan itu. Jadi, susunannya diterangkan (D)

menerangkan (M). Kata yang diterangkan pada frase itu ialah kesempatan, sedangkan kata lain

berfungsi menerangkan. Jadi, susunannya bukan lain kesempatan, melainkan kesempatan lain

atau kesempatan yang lain. Unsur yang pada frase ini bersifat fakultatif artinya boleh digunakan

dan boleh juga tidak karena tidak mengubah arti. Kesalahan kedua, pada frase itu ialah

penggunaan kata depan di. Di depan kata keterangan waktu hendaknya digunakan kata depan

pada. Kata depan di hendaknya digunakan di depan kata benda yang menyatakan tempat,

misalnya di kantor, di sekolah, di pasar, dan lain-lain. Jadi, kalau kalimat di atas dikembalikan

pada kalimat yang sesuai dengan ragam baku, maka kalimat itu seperti di bawah ini.

1. Sampai berjumpa pada kesempatan lain.

2. Sampai berjumpa lagi pada kesempatan lain.

3. sampai bersua lagi pada kesempatan lain.

4. sampai bertemu lagi pada kesempatan lain.

49

Page 50: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

8. PENGHILANGAN UNSUR BAHASA

Dalam pemakaian bahasa tampak dua hal yang bertentangan sering dilakukan oleh

pemakaia bahasa. Kadang-kadang orang dengan sengaja menghilangkan unsur-unsur bahasa

tertentu, padahal unsur bahasa itu perlu digunakan. Sebaliknya, kadang-kadang orang juga

menambahkan unsur-unsur bahasa yang justru sebenarnya tidak diperlukan. Kedua hal itu akan

dibicarakan sebagai berikut.

Penghilangan Kata

Akhir-akhir ini dalam pemakaian bahasa Indonesia sering kita jumpai penghilangan unsur

kata depan dalam frase atau kalimat: dengan, atas, oleh, kepada, bagi.

1. Dengan

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa ungkapan yang terdidi atas frase dengan kata

depan dengan. Frase yang dibentuk dengan kata depan dengan adalah sebagai berikut.

a. berhubung dengan

b. berhubungan dengan

c. bertalian dengan

d. berkenaan dengan

e. bertepatan dengan

f. berkaitan dengan

g. berelasi dengan

h. berbeda dengan

i. berlainan dengan

j. selaras dengan

k. sesuai dengan

l. seiring dengan

m. seirama dengan

n. sejalan dengan

o. bertentangan dengan

Frase itu sudah merupakan ungkapan tetap sehingga kata depan pada frase-frase itu tidak

boleh dihilangkan begitu saja.

50

Page 51: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Contoh:

1. Berhubung saya sakit, saya tidak masuk kantor hari ini.

Dalam kalimat (1) di atas orang mengatakan berhubung saya sakit .......; kata depan

dengan di belakang kata berhubung dihilangkannya. Ini tidak tepat. Kata berhubung

disamakannya dengan dengan kata karena, padahal kedua kata itu tidak sama Kata berhubung

dengan digunakan bila peristiwa yang pertama ada hubungannya dengan peristiwa ke dua,

sedangkan kata karena digunakan bila peristiwa yang disebutkan pada klausa pertama

menyatakan sebab peristiwa yang disebutkan pada klausa yang satu lagi.

Kalimat tadi haruslah diubah menjadi:

1a. Karena saya sakit, saya tak dapat masuk kantor hari ini.

1b. Berhubung dengan kesehatan saya agak terganggu, saya tak dapat masuk kantor hari ini

2. Sesuai keputusan rapat....

Sering juga orang mengatakan sesuai keputusan rapat…; seharusnya dikatakan sesuai

dengan keputusan rapat…; Kata dengan mengeksplisitkan hubungan antara sesuai dan

keputusan; jangan dihilangkan. Jadi, haruslah dikatakan, sesuai dengan keputusan rapat….

1. Sesuai tujuan pembicaraan, dalam makalah ini hanya dibicarakan peranan koperasi dalam

pembangunan.

2. Hargailah orang lain sesuai kodratnya.

Dalam kalmat (2) dan (3) itu terdapat penghilangan kata depan dengan. Penghilangan itu

sesungguhnya salah sebab sesuai dengan itu merupakan ungkapan tetap. Oleh karena itu, kata

depan dengan tidak boleh dihilangkan, sehingga kedua kalimat tersebut harus diubah menjadi:

2a. Sesuai dengan tujuan pembicaraan, dalam makalah ini hanya dibicarakan peranan koperasi

dalam pembangunan.

3a. Hargailah orang lain sesuai dengan kodratnya.

2. Atas

Akhir-akhir ini kita lihat kecenderungan orang menghilangkan kata depan atas pada frase

terdiri atas. Frase ini biasa pula dijadikan orang terdiri dari. Jadi, alih-alih menggunakan kata

depan atas, dan lebih sering orang sekarang menggunakan kada depan dari di belakang kata

51

Page 52: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

terdiri. Seperti sudah dikatakan di atas, frase itu sudah merupakan ungkapan tetap. Oleh karena

itu, jangan dihilangkan atau dibuang kata depan atas yang menyertai kata itu.

Perhatikan : Rumah itu terdiri tiga kamar tidur; penggunaan kata terdiri seperti itu tidak

tepat. Seharusnya dikatakan Rumah itu terdiri atas tiga kamar tidur.

3. Bagi

Sering kita dengar kata depan bagi dalam frase diperuntukkan bagi dihilangkan orang

saja. Misalnya dalam kalimat Zakat fitrah itu diperuntukkan bagi fakir miskin. Kata bagi di

depan fakir miskin dihilangkan sehingga kalimat menjadi Zakat fitrah itu diperuntukkan fakir

miskin. Hubungan gatra diperuntukkan dengan fakir miskin dalam kalimat itu seolah-olah

menjadi lepas. Frase diperuntukkan bagi merupakan ungkapan tetap (frase berkata depan bagi).

Oleh karena itu, jangan dihilangkan begitu saja kata depan bagi dalam frase itu.

Kalimat Saya kurang jelas yang sering juga diucapka orang jika ingin meminta agar

keterangan yang diberikan orang lain diulangi sekali lagi. Kalau dikatakan demikian, berarti

bahwa yang belum jelas itu saya . Padahal, yang belum jelas itu ialah keterangan yang diberikan

orang itu. Mengapa hal ini bisa terjadi? Penyebabnya adalah kata depan bagi di depan kalimat itu

dihilangkan, sehingga makna kalimat menjadi lain. Seharusnya dikatakan Bagi saya kurang

jelas. Lengkapnya kalimat itu Keterangan itu bagi saya kurang jelas. Kata depan bagi dalam

kalimat itu sama sekali tidak boleh dihilangkan.

Penghilangan Imbuhan

1. Awalan ber-

Selain penghilangan kata dalam frase, kita juga sering melihat penghilangan imbuhan

pada kata-kata bentukan yang seharusnya tidak boleh terjadi seperti pada kata-kata berikut ini.

Kata jumpa seperti pada sampai jumpa lagi, seharusnya ditambah ber- sehingga menjadi

berjumpa seperti pada sampai berjumpa lagi.

Kata jumpa merupakan bentuk prakategorial, sama halnya dengan temu, sua, yang tidak

pernah berdiri sendiri, seperti dalam sampai temu lagi atau sampai sua lagi. Kalau bentuk

sampai temu lagi tidak pernah digunakan, maka penggunaan sampai jumpa lagi dalam bahasa

tulis atau bahasa lisan ragam resmi termasuk bentuk yang tidak benar. Perhatikan contoh berikut.

52

Page 53: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Kesalahan Umum

1. Sampai jumpa lagi di ibu kota tercinta.

2. Ketika saya datang, mereka sudah kumpul di rumah.

3. Silakan Saudara bicara dengan terus terang di depan petugas.

4. Keluarga kami akan musyawarah lagi tentang harta peninggalan kakek.

5. Saya akan cerita tentang pengalaman saya ketika bertugas di Amerika.

6. Kita harus rela korban jiwa untuk mempertahankan kedaulatan negara kita dari ganguan

musuh

Kata-kata jumpa, kumpul, bicara, musyawarah, cerita dan korban di atas merupakan

kata dasar yang dijadikan predikat kalimat. Sementara itu, semua kalimat di atas termasuk

kalimat aktif transitif. Seharusnya bentuk kata kerja intransitif dalam kalimat itu adalah

berjumpa, bekumpul, berbicara, bermusyawarah, bercerita, berkorban, sehingga perbaikan

kalimatnya menjadi sebagai berikut.

Bentuk yang Dianjurkan

1a. Sampai berjumpa lagi di ibu kota tercinta.

2a. Ketika saya datang, mereka sudah berkumpul di rumah.

3a. Silakan Anda berbicara dengan terus terang di depan petugas

4a. Keluarga kami akan bermusyawarah lagi tentang harta peninggalan kakek.

5a. Saya akan bercerita tentang pengalaman saya ketika bertugas di Amerika.

6a. Kita harus rela berkorban jiwa untuk mempertahankan kedaulatan Negara kita dari gangguan

musuh

2. Awalan meN-

Ada juga gejala penghilangan awalan meN- dalam pemakaian bahasa Indonesia.

Penghilangan awalan meN- ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis.

Akhirnya, terjadilah pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulisan yang menghasilkan suatu

bentuk kata yang salah. Kita sering menemukan penggunaan kata-kata: nyuap, nabrak, nyubit,

nangis, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku, kita harus menggunakan awalam meN- secara

eksplisit, sehingga kata-kata itu menjadi: menyuap, menabrak, mencubit, menangis, dan mencari.

Perhatikan contoh di bawah ini.

53

Page 54: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Kesalahan Umum

1. Penyelundup itu berusaha nyuap petugas, tetapi petugas menolaknya.

2. Pengendara motor itu nabrak pejalan kaki.

3. Ibu itu nyubit anaknya yang nakal.

4. Anak itu menganggu temannya sampai nangis.

Bentuk baku

1. Penyelundup itu berusaha menyuap petugas, tetapi petugas menolaknya.

2. Pengendara motor itu menabrak pejalkan kaki.

3. Ibu itu mencubit anaknya yang nakal.

4. Anak itu mengganggu temannya sampai menangis.

Konsep awalan me- dan meN-

Dahulu kita mengenal awalan me-, dengan penjelasan sebagai berikut:

Awalan me- “memperoleh” /m/ di depan kata-kata yang berawal dengan /p/ dan /b/;

“memperoleh” /n/ di depan kata-kata yang berawal dengan /d/, /t/; “memperoleh” /ng/ di depan

kat-kata yang berawal dengan /k/, /g/, /h/; “memperoleh” /ny/ di depan kata-kata yang berawal

dengan /c/, /j/, dan /s/. Di depan /y/, /r/., /l/, /w/ me tetap saja me.

Konsep ini sekarang berubah. Kita melihat tadi bahwa me- itu tidak berubah atau tidak

“memperoleh” apa-apa hanya di depan empat fonem saja, yaitu /y/, /r/, /l/, dan /w/. Di depan

semua vokal dan sisa konsonan yang lain ternyata bahwa me- itu memperoleh /m/, /n/, /ng/, /ny/,

semuanya adalah fonem Nasal. Karena penambahan ini terasa lebih banyak jumlahnya

dibandingkan dengan yang tidak memperoleh apa-apa tadi, maka lebih “demokratis” kalau

jumlahnya banyak ini dipakai sebagai pegangan dan yang jumlahnya sedikit tadi dianggap

sebagai “kekecualian”. Berdasarkan konsep ini, maka kita sekarang tidak lagi mengatakan

adanya awalam me-, melainkan awalan meN- (dengan catatan bahwa N- ini adalah singkatan dari

Nasal, rangkuman dari semua bunyi nasal atau sengau yang empat tadi).

Kalau dengan me- kita bertolak dari “tidak ada” menjadi “ada” (yaitu memperoleh nasal),

maka dengan meN- kita bertolak dari “ada” (yaitu ada nasal di situ). Karena yang ada di situ tadi

54

Page 55: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

merupakan abstraksi (yaitu N) dari empat fonem, maka kita mengatakan bahwa meN- ini berubah

menjadi “wujud” (realisasi) yang sebenarnya dari N itu, yaitu /m/, /n/, /ng/, /ny/.

Tentang me-, sekarang kita mengatakan demikian. Di dalam ilmu pengetahuan kita

memerlukan sistem yang ajeg. Karena terhadap yang nasal-nasal tadi kita mengatakan “N”

berubah menjadi ...”, maka untuk me- kita harus mengatakan begitu, supaya tetap bersistem,

tetap ajeg. Karena itu, kita berkata meN- berubah menjadi me0 (baca me- kosong atau zero), di

mana “kosong” (yang ditandai dengan 0) itu berarti juga memperoleh “N” tetapi “tidak

memperoleh apa-apa”.

Akhir-akhir ini kita mengenal kata-kata bersuku satu, seperti tes, bom, pak, cek, yang

kalau diberi awalan me- menjadi mengetes, mengebom, mengepak, mengecek. Dengan kata lain,

dapat dikatakan bahwa sekarang meN bisa berubah menjadi menge- di depan kata-kata bersuku

satu.

Sejalan dengan perubahan yang terjadi pada meN-, awalan peN- pun mengubah konsep

pe-. Sekarang kita bisa mengatakan awalan peN- berubah menajadi pem-, pen, peng, peny dan

penge- (pengetesan, pengeboman, pengepakan, pengecekan).

Karena kedua awalan ini bersangkutan dengan berubahnya nasal, dari abstraksi menjadi

realisasi, maka kita bisa berbicara tentang proses nasal atau nasalisasi.

Sampai sekian jauh kita masih berbicara tentang kata dasar dan imbuhan, khususnuya

awalan dan akhiran, dan itu pun tidak kita bicarakan semua imbuhan.

Konfiks dan Simulfiks

Di samping itu, terdapat juga konfiks dan simulfiks. Kedua istilah ini sering

membingungkan karena keduanya sering dikacaukan. Saya ingin kembali kepada istilah dalam

bahasa Inggris saja.

Dalam bahasa Inggris ada istilah simultaneous afixes, disingkat menjadi simulfix yang

kemudian diindonesiakan menjadi simulfiks. Sesuai dengan namanya yang simultaneous itu,

maka di sana harus ada unsur simultan atau sekaligus. Artinya, yang disebut simulfiks itu adalah

dua buah afiks (imbuhan ) yang hadir secara simultan atau sekaligus. Contohnya adalah ke-an

(dalam misalnya kedudukan, kebiasaan). Dalam kata-kata ini tidak ada bentuk keduduk atau

dudukan, kebiasa atau biasaan; per-an (dalam misalnya, perkebunan, perikanan). Tidak ada

bentuk perkebun atau kebunan, perikan atau ikanan; se-nya (dalam misalnya sesungguhnya).

55

Page 56: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Tidak ada sesungguh atau sungguhnya. Afiks-afiks (imbuhan-imbuhan itu melekat secara

simultan atau sekaligus. Dengan demikian, afiks itu disebut dengan simulfiks. Kata-kata tersebut

terdiri atas dua morfem, yaitu morfem (ke-an) + duduk; (ke-an) + biasa; (per-an) + kebun, (per-

an) + ikan; (se-nya) + sungguh.

Di samping itu, ada istilah combination afixes (afiks kombinasi atau gabungan afiks),

atau continuous afixes (afiks besinambung). Keduanya (continuous afixes) disingkat menjadi

confix atau diindonesiakan menjadi konfiks. Sesuai dengan namanya itu, maka istilah konfiks itu

mengacu kepada dua atau tiga afiks yang datangnya tidak simultan atau tidak sekaligus,

melainkan berturut-turut, satu demi satu. Contohnya adalah ber-an (dalam misalnya

berpakaian). Pada kata ini pada mulanya ada kata dasar pakai, kemudian melekat akhiran –an,

sehingga terdapat bentuk dasar pakaian. Selanjutnya dari bentuk dasar pakaian mendapat awalan

ber- sehingga menjadi berpakaian. Dengan demikian, kata tersebut terdiri atas tiga morfem,

yaitu ber+ pakai+ an. Kata padu dibubuhi ter-, menjadi terpadu, kemudian diibuhi lagi ke-an

sehingga menjadi keterpaduan.

Dari adanya contoh-contoh tentang konfiks inilah muncul konsep tentang kata dasar dan

bentuk dasar serta konsep tentang bagian langsung atau unsur langsung.

Kita lihat bahwa dari kata dasar padu bisa dijadikan terpadu; dan dari terpadu dijadikan

keterpaduan. Kita mengatakan terpadu adalah bentuk dasar dari bentukan keterpaduan. Kata

padu di samping kata dasar juga bentuk dasar dari bentukan terpadu. Jelasnya: bentuk dasar

adalah bentuk yang menjadi dasar bagi bentuk yang lebih besar.

Berdasarkan proses itu, maka kalau kita menganalisis atau “memecah-mecah” bentukan

yang “lebih besar” tadi menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang lebih kecil, maka

prosesnya kita balik, sehingga akan ditemukan analisis seperti:

padu --- > terpadu --- > keterpaduan

menjadi:

keterpaduan --- > terpadu + (ke – an) --- > (ter + padu ) + (ke-an)

atau begini:

keterpaduan

ke-an terpadu

ter- padu

56

Page 57: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

9. KATA DAN AKHIRAN ASING

Kata Asing

Pemakai bahasa Indonesia yang memiliki kemahiran menggunakan bahasa asing tertentu

sering menyelipkan kata-kata asing yang dikuasainya dalam pembicaraan atau tulisannya.

Kemungkinannya adalah pemakai bahasa itu ingin memperagakan kebolehannya atau bahkan

ingin meperlihatkan keintelekannnya kepada khalayak . Dia tidak sadar tindakannya itu kurang

terpuji. Dalam hubungan ini, ada kaidah yang menyatakan bahwa jika kita berbahasa Indonesia,

berbahasa Indonesialah dengan baik. Jika kita berbahasa asing , berbahasa asinglah dengan baik.

Dengan kata lain, kita tidak boleh mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing

sekaligus dalam suatu kesempatan.

Misalnya

Kesalahan Umum

1. Dalam work shop ini akan dibahas working paper agar diperoleh input bagi kta semua.

2. Kita harus segera menuyusun project proposal dan sekaligus butgeting-nya.

3. At last, semacam task force perlu dibentuk dahulu untuk job ini

4. Coba you kemukakan planning pementasan drama tersebut.

5. Kita harus segera mengadakan cross check dengan dinas terkait.

6. Pimpinan dan karyawan harus mengadakan approach untuk membicarakan masalah

kepegawaian.

Memang kalimat-kalimat itu terasa hebat karena sudah dibumbui bahasa asing. Hanya

sayang pembicara tersebut tuna harga diri terhadap bahasanya sendiri. Ia merasa lebih bangga

menggunakan kata-kata asing daripada menggunakan kata-kata bahasanya yang sebenarnya

harus lebih dibanggakan. Kalimat-kalimat seperti itu hanya dapat dipahami oleh segelintir orang

yang sudah beruntung mengikuti pendidikan yang memadai, tetapi belum tentu dapat dipahami

oleh orang-orang yang berpendidikan rendah, bahkan tidak mustahil bagi mereka yang tidak

mengerti kata-kata asing tersebut. Akan lain kesan mereka jika kalimat itu diucapkan sebagai

berikut.

57

Page 58: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Bentuk Yang Dianjurkan

1. Dalam sanggar kerja ini akan dibahasa beberapa kertas kerja agar diperoleh masukan

bagi kita semua.

2. Kita harus segera menyusun rancangan kerja dan sekaligus rancangan biayanya.

3. Akhirnya, semacam satuan tugas perlu dibentuk dahulu untuk pekerjaan ini

4. Coba Anda /Saudara kemukakan rencana pementasan drama tersebut.

5. Kita harus sering mengadakan saling koreksi dinas terkait

6. Pimpinan dan karyawan harus mengadakan pendekatan untuk membicarakan masalah

kepegawaian.

Ada gejala lain

Di setiap jalan raya di kota-kota banyak terpampang papan nama yang menggunakan kata

asing, bahkan di desa terpencil pun terpampang papan nama yang mengunakan kata asing.

Padahal, selama ini belum pernah seorang turis asing yang berkunjung ke desa itu. Alasan

penggunaannya mungkin sama, yakni ingin agar papan nama itu bergengsi, atau sekadar gagah-

gagahan, yang belum tentu pemasangnya sendiri mengerti betul arti tulisan yang

dipampangkannya. Padahal, jika kita ingin menggunakan bahasa Indonesia dengan baik,

penggunaan kata-kat asing yang sudah ada padanannya itu dalam bahasa Indonesia tidak perlu.

Kata asing hanya dapat digunakan jika memang betul-betul diperlukan dan tidak ada padanannya

dalam bahasa Indonesia. Perhatikan kata-kata asing di bawah ini.

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

1. Sederhana Taylor 1. Penjahit Sejahtera

2. Barber Shop 2. Pemangkas Rambut

3. Supermarket 3. Pasar Swalayan

4. Coffe Shop 4. Kedai Kopi

5. Video Rental 5. Penyewaan Video

6. Agung Shop 6 . Toko Agung

7. Garuda Theater 7. Bioskop Garuda

8. Royal Furniture 8. (Toko) Mebel Royal

9. Computer Center 9. Pusat Komputer

Contoh lain:

58

Page 59: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

1. Ranking

Adik ranking berapa?

Kata ranking (Inggris) berarti ‘pemeringkatan’ yang berasal dari kata dasar rank yang

berarti ‘peringkat’. Jika kata ranking yang digunakan dalam pengertian peringkat , seperti dalam

kalimat pertanyaan Adik ranking berapa? Pemakaian kata ranking itu tidak tepat. Ranking yang

berarti ‘pemeringkatan’ atau berarti ‘hal atau perbuatan, cara menyusun urutan berdasarkan tolok

ukur tertentu’, seperti juimlah nilai mata pelajaran dalam rapor seorang anak. Kedudukan anak

tersebut dalam kelasnya disebut peringkat atau rank. Kalimat Adik ranking berapa?, harus

diubah menjadi Adik peringkat berapa?

2. Free parking

Di halaman apotek, tempat praktek dokter, atau pasar swalayan terpampang tulisan free

parking diartikan dengan ‘bebas parkir’.

Kurang tepat jika free parking dipadankan dengan kata bebas parkir.

Yang benar untuk free parking adalah parkir gratis, parkir tanpa bayar.

Bebas parkir seharusnya diartikan dengan ‘dilarang parkir’ atau no parking. Dalam

bentuk ekplisit bebas dari parkir.

Akhiran Asing

Ada beberapa akhiran asing yang perlu kita bicarakan karena bentuk-bentuk kata bahasa

Indonesia hasil pengindonesiaan kata-kata asing itu yang pemakaiannya masih belum mantap.

Perubahan bentuk lama ke bentuk baru berdasarkan buku Pedomam Umum Ejaan yang

Disempurnakan dan buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah belum ditaati oleh pemakai

bahasa Indonesia secara menyeluruh, sehingga sampai saat ini kita masih melihat adanya bentuk

kembar atau bersaing antara bentuk lama dengan bentuk baru. Secara rinci akhiran asing itu akan

dpaparkan berikut ini.

1. Akhiran –sasi atau -isasi

Akhiran –isasi kita jumpai pada kata-kata bentukan seperti spesialisasi, modernisasi,

liberalisasi, netralisasi. Bandingkan dengan bahasa Belanda : socialisatie, modrenisatie,

liberalaisatie, netralisatie, dan bahasa Inggris specialization, modernization, neutralaization.

59

Page 60: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dalam buku Pedomamn Pembentukan Istilah dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan ditentukan sebagai berikut: -(a)tie, (a) tion menjadi -asi, si

actie, action menjadi aksi

publicatie, publication menjadi publikasi

Dalam pemakaian bahasa, selalu tampak bahwa pemakai bahasa Indonesia sering lebih

senang menggunakan kata asing walaupun dalam bahasa Indonesia telah ada kata Indonesia

yang searti dengan kata asing itu. Atau menggunakan bentukan yang meniru bentukan asing

walaupun dalam bahasa Indonesia ada cara membentuk kata dengan pengertian seperti itu.

Misalnya, orang lebih senang menggunakan bentuk modernisasi daripada pemodernan,

netralisasi daripada penetralan; indonesianisasi daripada pengindonesiaan. Oleh karena itu,

muncul bentuk-bentuk seperti turinisasi ‘penghijauan dengan menanam pohon turi’,

pompanisasi’ pemakaian pompa untuk mengairi sawah’.

Analogi bentukan semacam itu sebaiknya dibatasi. Kalau bisa, gunakanlah cara asli dalam

bentuk kata-kata Indonesia. Misalnya, dalam hal seperti itu, bila dapat gunakan imbuhan pe-an

dan tidak menggunakan bentukan dengan –sasi. Pengindonesiaan tidak usah dikatakan

Indonesianisasi, dan sebagainya.

2. Akhiran –ir

Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini.

Dalam bahasa Indonesia baku akhiran yang tepat untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –

isasi. Jadi bentuk yang baku adalah dilegalisasi, bukan dilegalisir. Mengapa dalam bahasa

Indonesia dipilih dilegalisasi, bukan dilegalisir. Penjelasannya sebagai berikut.

Kata benda legalisasi diserap dari kata legalisatie (Belanda) atau dari kata benda

legalization (Inggris). Jika kata benda legalisasi ini dijadikan kata kerja dengan ditambah

imbuhan –me atau di-, hasilnya menjadi melegalisasi atau dilegalisasi.

Banyak orang menganggap bahwa legalisir yang benar karena katanya, kata tersebut

diserap berdasarkan bunyinya legaliseren (Belanda). Memang dalam bahasa Belanda terdapat

kata legaliseren, tetapi kelas katanya kata kerja yang artinya ‘mengesahkan’ . Jika kata kerja

legalisir yang sudah berarti ‘mengesahkan’ itu ditambah lagi dengan imbuhan me- hasilnya

menjadi melegalisir. Ini sama dengan me + mengesahkan, sehingga hasilnya menjadi

60

Page 61: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

memengesahkan. Demikian juga, jika legalisir yang sudah berarti ‘mengesahkan’ ditambah

imbuhan –di sehingga hasilnya menjadi dimengesahkan. Ini merupakan bentuk tidak benar.

Sebagai bandingan, ikutilah penjelasan berikut tentang kata proklamasi dan proklamir.

Kata yang baku ialah proklamasi, bukan proklamir. Kata proklamasi diserap dari kata benda

proclamatie (Belanda) atau dari kata benda proclamation (Inggris). Jika kata proklamasi diberi

imbuhan me- atau di-, hasilnya menjadi memproklamasikan atau diproklamasikan. Kata

proclameren (Belanda) tidak diserap menjadi proklamir karena kata tersebut dalam bahasa

aslinya diperlakukan sebagai kata kerja yang berarti ‘mengumumkan‘. Jadi, jika kata proklamir

yang sudah berarti mengumumkan’ ditambah imbuhan me- yang hasilnya menjadi

memproklamirkan, arti yang dikandungnya sangat tidak mungkin, yaitu ‘memengumumkan’, atau

jika ditambah awalan di-, menjadi diproklamirkan, artinya tidak logis ‘dimengumumkan’. Itulah

sebabnya kita menyerap dari proclamatie (Belanda) atau proclamation (Inggris) yang tergolong

kata benda. Jika proklamasi ditambah me- atau di-, hasilnya menjadi memprokalmasikan atau

diprokalmasikan yang berarti ‘mengumumkan atau diumumkan’. Akhiran –ir yang sering

dijumpai terdapat pada kata-kata berikut.

Bentuk salah

1. Ijazah Saudara harus dilegalisir dahulu oleh Dekan Fakultas Ekonomi.

2. Perbuatan maksiat sebaiknya tidak usah dilokalisir.

3. Saya sanggup mengkoodinir kegiatan itu.

4. Sukarno Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia.

Bentuk yang benar

1. Ijazah Saudara harus dilegalisasi dahulu oleh Dekan fakultas Ekonomi.

2. Perbuatan maksiat sebaiknya tidak usah dilokalisasi.

3. Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu.

4. Sukarno-Hatta memprokalmasikan negara Republik Indonesia.

Contoh lain yang sering digunakan dalam bentuk yang salah: terealisir, teroganisir, mendominir,

mengakomodir, dinetralisir. Bentuk tersebut haruslah diungkapkan: terealisasi, terorganisasi,

mendominasi, mengakomodasikan, dinetralisasi

61

Page 62: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

3. Akhiran –is

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata-kata ekonomis, praktis, logis. Kata-kata itu

diserap dari dari bahasa Belanda : economisch, practisch, logisch. Jadi, akhiran bahasa Belanda –

isch dijadikan is dalam bahasa Indonesia. Kata-kata dengan akhiran –ish seperti di atas dalam

bahasa Belanda merupakan merupakan kata sifat, demikian juga kata-kata Indonesianya.

Ekonomis artinya ‘bersifat ekonomi, maksudnya ‘mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi’,

praktis artinya ‘mudah diterapkan di dalam praktek’.

Kata-kata di atas dalam bahasa Inggris: economical, practical, logical. Kalau kata-kata

Inggris itu yang diserap, tentulah dalam bahasa Indonesia bentuknya ekonomikal, praktikal,

logikal. Tetapi, bentuk-bentuk dengan akhiran –ikal seperti itu, pada umumnya, tidak ditemukan

dalam bahasa Indonesia . Dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah, dikatakan bahwa

kata-kata Inggris yang berakhir –ical, dalam bahasa Indonesia dijadikan kata dengan akhir -is.

Yang perlu diperhatikan ialah bahwa akhiran –is dalam bahasa Indonesia tidak diambil

dari –isch saja (Belanda) sebab kita mengambil kata asing itu secara utuh, artinya kata itu diserap

sekaligus dengan akhirannya. Kemudian ejaannya (cara penulisannya) disesuaikan dengan cara

penulisan dalam bahasa Indonesia. Kebanyakana kata-kata dengan akhiran –is dalam bahasa

Indonesia berasal; dari bahasa Belanda. Namun, dalam pekembangannya bahasa Indonesia akhir-

akhir ini, kita melihat bahwa akhiran -is itu mulai melampaui batas asalnya. Maksudnya, akhiran

–is mulai dipakai pada bentuk-bentuk dasar yang bukan bahasa Belanda saja, melainkan pada

bentuk dasar dari bahasa lain.

Contohnya, dalam bahasa Indonesia, kita jumpai sekarang kata-kata seperti: Pancasilais

yaitu (orang-orang) yang menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam tindak-tanduknya, tingkah

lakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau akhiran –is itu menjadi lebih produktif sehingga banyak kata Indonesia yang diberi

akhiran –is dengan maksud menyatakan sifat, maka akhiran –is itu pastilah dapat dimasukkan

dalam kelompok akhiran (sufiks) bahasa Indonesia; dengan perkataan lain, akan kita akui

sebagai akhiran bahasa Indonesia seperti juga akhiran –wan dari bahasa Sanskerta.

Ada lagi akhiran -is yang dalam bahasa Indonesia seperti yang kita jumpai pada kata-

kata: idealis, egois. Kata-kata itu pun diserap dari bahasa Belanda secara utuh yang ejaannya

disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Kata-kata itu berasal dari: idealist, egoist. Jadi,

akhiran –is pada kata-kata itu bukan kata sifat. Kata benda: idealis ialah ‘seseorang yang

62

Page 63: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

mementingkan cita-cita, seorang yang tinggi cita-cita; tidak mendasarkan pekerjaannya atas

imbalan materi, tetapi atas suatu tujuan yang mulia. Seorang dikatakan egois apabila ia terlalu

mementingkan “ego” nya, dirinya sendiri, keinginan dan kepentingan sendiri.

4. Akhiran –al

Di dalam buku Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dikatakan sebagai berikut:

-eel, -aal, -al, menjadi –al

structureel, structural struktural

formeel formal formal

rationeel rational rasional

ideaal ideal ideal

normaal normal normal

Kata-akata asing di atas dalam lajur sebelah kiri ialah kata-kata yang berasal dari bahasa

Belanda dan yang pada lajur kanan berasal dari bahasa Inggris. Jadi, kata-kata dengan bentuk

akhir –eel atau –aal dari bahasa Belanda sama maknanya dengan kata-kata Inggris yang berakhir

–al. Sebelum EYD, kata-kata seperti itu yang berakhir –eel (Belanda) diindonesiakan menjadi

kata dengan akhir –il karena bunyi akhiran bahasa Belanda cenderung ke bunyi –il. Jadi, kata-

kata di atas menjadi strukturil, formil, rasionil. Berdasarkan ketentuan baru seperti yang

tercantum dalam buku Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan buku Pedoman Pembentukan

Istilah, maka kata-kata itu menjadi struktural, formal, rasional.

Dengan mengambil bentuk –al bukan –il, kita melihat kesejajaran bentuk antara kata-kata

bentukan yang seasal morfem dasarnya; bentuknya lebih mirip. Misalnya, formal dan formalitas.

Anda mungkin bertanya. Apakah semua kata yang dahulu dibentuk dengan –il itu harus

diubah menjadi kata dengan bentuk –al? Jawabannya, kata-kata yang dahulu berakhir –il seperti

kata-kata yang dicontohkan di atas, harus diubah bentuknya menjadi kata dengan bentuk akhir –

al. Namun ada juga kecualinya.

Kalau ada dua bentuk yang berbeda karena yang satu berakhir –il dan yang satu lagi

berakhir –al, mengandung arti yang berbeda, maka kedua bentuk tu tetap dibiarkan seperti itu,

artinya kata dengan bentuk akhir –il tidak usah diubah menjadi kata dengan bentuk –al.

63

Page 64: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Misalnya, kata moril dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda moreel

dan kata moral yang diserap dari bahasa Belanda moraal dan bahasa Inggris moral memiliki

makna yang berbeda. Bantuan moril misalnya, tidak bisa diubah menjadi bantuan moral.

Pendidikan moral (=pendidikan akhlak) tidak bisa diubah menjadi pendidikan moril. Tiap bentuk

itu memiliki maknanya sendiri. Oleh karena itu, kedua bentuk itu tetap dipertahankan.

Demiakian juga kata idiil (dari bahasa Belanda ideeel) tidak dapat diubah menjadi ideal

(dari bahasa Belanda ideaal; bahasa Inggrisnya ideal) . Oleh karena masing-masing bentuk itu

memiliki makna sendiri, maka kedua bentuk itu tetap dipertahankan. Misalnya, suami yang ideal

(yang sangat diidam-idamkan oleh setiap wanita), tentu tidak dapat dikatakan seorang suami

yang idiil. Demikian juga, landasan idiil negara kita ialah Pancasila, tidak dapat diubah dengan

mengatakan landasan ideal negara kita ialah Pancasila.

5. Akhiran –i atau –wi

Dalam bahasa Indonesia, dikenal kata-kata dengan akhiran –i atau –wi seperti badani,

insani, alami, duniawi. Di samping itu, dikenal juga kata-kata badan, insan, alam, dunia. Jadi,

ada dua macam bentuk yang diserap dari bahasa Arab yaitu bentuk dasar dan bentuk dengan

akhiran –i atau –wi.

Akhiran –i atau –wi dari bahasa Arab itu bukan dua akhiran atau dua macam akhiran,

melainkan satu akhiran karena keduanya mewakili satu morfem atau merupakan alomorf.

Perbedaan bentuknya itu timbul karena lingkungan yang dimasukinya berbeda. Bila kata dasar

berakhir dengan konsonan, seperti dalam contoh kata di atas, yaitu /n/ dan /m/, maka akhiran

yang muncul ialah /i/, sedangkan bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, maka akhiran

yang muncul ialah –wi. Bandingkan dengan awalan me- yang dapat mengalami variasi bentuk :

mem-, men-. meng-, meny-, me-, dan menge-.

Melihat penggunaan akhiran –i atau –wi dalam bahasa Indonesia dewasa ini, kita dapat

mengatakan bahwa akhiran itu sudah menjadi akhiran bahasa Indonesia karena akhiran iu sudah

dilekatkan pada bentuk-bentuk dasar yang tidak berasal dari bahasa Arab. Kita mengenal bentuk

bahasa Indonesia manusiawi. Bentuk dasar kata itu bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan

kata Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran –i atau –wi ini mempunyai arti “’

mempunyai sifat’. Manusiawi artinya ‘mempunyai sifat manusia’.

64

Page 65: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

10. PEMAKAIAN BENTUK-BENTUK DI MANA, DALAM MANA,

DI DALAM MANA, DARI MANA, DAN YANG MANA SEBAGAI PENGHUBUNG

Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam

mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Contoh-contohnya

sebagai berikut:

(1) Rumah di mana ia tinggal sangat luas.

(2) Karmila membuka-buka album dalam mana ia menyimpan foto-foto barunya.

(3) Ia membuka almari di dalam mana ia meletakkan kunci sepeda motornya.

(4) Bila saya tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil dari mana suara gamelan yang

lembut dapat terdengar.

(5) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus

senantiasa ditingkatkan.

Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing,

khususnya bahasa Inggris. Bentuk di mana sejajar dengan penggunaan where,

dalam mana dan di dalam mana sejajar dengan penggunaan in which, dari mana sejajajr dengan

from which, dan yang mana sejajar dengan pemakaian which. Dikatakan dipengaruhi oleh bahasa

Inggris karena dalam bahasa Ingris bentuk-bentuk itu lazim digunakan sebagai penghubung.

Misalnya:

(6) The house where he lives is very large

(7) Karmila opened the album in which she had kept her new photographs.

(8) He opened the cupboard in which he put the key of his motorbike.

(9) If I have no class, I stay at the small building from which the sounds of gamelan can be

listened smootly.

(10) The tourism sector which is the economoical back bone of the country must always be

intensified.

Dalam bahasa Indonesia karena sudah ada penghubung yang lebih tepat, yaitu kata tempat

dan yang sehingga contoh (!) – (5) di atas seharusnya diubah menjadi:

(1a) Rumah tempat ia tinggal sangat luas.

(2a) Karmila membuka-buka album tempat ia menyimpan foto-foto barunya.

(3a) Ia membuka almari tempat ia menaruh kunci sepeda motornya.

65

Page 66: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

(4a) Bila saya tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil tempat suara gamelan yang lembut

dapat terdengar.

(5a) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonimian negara harus senantiasa

ditingkatkan.

Dalam bahasa Indonesia memang terdapat bentuk di mana, dari mana, dan yang mana,

tetapi tidak lazim digunakan sebagai penghubung. Bentuk-bentuk itu lazimnya dipakai untuk

menandai kalimat tanya. Bentuk di mana dan dari mana dipakai untuk menyatakan ‘tempat’,

yaitu ‘tempat berada’ dan ‘tempat asal’, sedangkan yang mana untuk menanyakan ‘pilihan’.

Misalnya:

(11) Saudara bekerja di mana?

(12) Di antara dua mesin tik ini menurut Anda yang mana yang terbaik?

.

66

Page 67: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

11. KESALAHAN BAHASA DALAM SURAT RESMI

1. Pendahuluan

Dalam pergaulan antarmasyarakat, kita tidak terlepas dari saling memberikan informasi

atau saling berkomunikasi. Infomasi itu dapat berupa pemberitahuan, pertanyaan-pertanyaan,

laporan, permintaan, dan lain-lain. Informasi itu dapat disampaikan kepada pihak lain dengan

lisan atau tertulis.

Informasi dapat disampaikan dengan lisan, jika pemberi informasi berhadap-hadapan atau

bersemuka dengan penerima informasi. Menyampaikan informasi lewat telepon, radio, dan

televisi dapat digolongkan ke dalam penyampaian informasi secara lisan, sedangkan

menyampaikan informasi kepada orang lain dengan menggunakan surat digolongkan ke dalam

penyampaian informasi secara tertulis.

Surat sebagai sarana komunikasi tertulis mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

dengan sarana komunikasi lisan karena surat merupakan bukti “ hitam di atas putih”. Di samping

itu, kelebihan lainnya adalah pembaca dapat membacanya berulang-ulang apabila pembaca

belum paham dengan isi surat itu dan biaya yang diperlukan relatif murah bila dibandingkan

dengan biaya yang diperlukan dengan mempergunakan sarana komunikasi yang lain, seperti

telepon atau telegraf.

Selain sebagai sarana komunikasi, surat juga mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai duta

atau wakil penulis untuk berhadapan dengan lawan bicaranya. Oleh karena itu, sangat tepat jika

dikatakan orang bahwa isi surat merupakan gambaran mentalitas pengirimnya.

2. Format Surat

Salah satu yang ikut juga menentukan baik atau kurang baiknya surat adalah formatnya.

Yang dimaksud dengan format surat adalah tata letak atau posisi bagian-bagian surat. Dalam

kegiatan surat-menyurat sehari-hari, kita melihat adanya berbagai bacam format surat yang

digunakan oleh organisasi atau instansi. Hal ini menunjukkan bahwa dewasa ini belum ada

pedoman yang baku. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dikemukakan beberapa format surat

yang dianggap memadai dalam menulis surat resmi.

Format surat resmi pada instansi-instansi di Indonesia ada tiga macam variasi, yaitu

67

Page 68: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

(1) Format resmi Indonesia variasi I (setengah lurus).

(2) Format resmi Indonesia variasi II (setengah lurus), dan

(3) Format resmi Indonesia variasi III (lurus).

Perlu juga dikemukakan di sini bahwa format resmi variasi I tergolong format resmi

Indonesia yang lama. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam kegiatan surat-

menyuratnya melazimkan penggunaan format resmi variasi II, yaitu format resmi Indonesia yang

baru.

Perhatikan gambar berikut

68

Page 69: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

FORMAT SURAT RESMI INDONESIA VARIASI I

( Format surat resmi Indonesia lama)

Kepala Surat

Nomor : Tanggal

Lampiran :

Hal :

Yth. ...................

.......................... Alamat

...........................

Salam pembuka,

....................................................................................................... Paragraf

................................................................................................................... Pembuka

...................................................................................................................

....................................................................................................... Paragraf

................................................................................................................... Isi Surat

....................................................................................................................

....................................................................................................................

........................................................................................................ Paragraf

.................................................................................................................... Penutup

...................................................................................................................

Tembusan: Salam penutup

....................... Jabatan

....................... tanda tangan

.......................

Inisial Nama jelas

69

Page 70: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Format setengah lurus

FORMAT SURAT RESMI INDONESIA VARIASI II

( Format surat resmi Indonesia Baru)

Kepala Surat

Nomor : Tanggal

Lampiran :

Hal :

Yth. ...................

.......................... Alamat

...........................

Salam pembuka,

....................................................................................................... Paragraf

................................................................................................................... Pembuka

...................................................................................................................

....................................................................................................... Paragraf

................................................................................................................... Isi Surat

....................................................................................................................

........................................................................................................ Paragraf

.................................................................................................................... Penutup

....................................................................................................................

Tembusan Salam penutup,

........................ Jabatan

........................ Tanda tangan

Inisial

Nama jelas

Format setengah lurus (format yang lazim digunakan oleh Pusat Bahasa)

70

Page 71: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

FORMAT SURAT RESMI INDONESIA VARIASI III

( Format surat resmi Indonesia Baru)

Kepala Surat

Nomor : Tanggal

Lampiran :

Hal :

Yth. ...................

.......................... Alamat

...........................

Salam pembuka,

................................................................................................................... Paragraf

................................................................................................................... Pembuka

...................................................................................................................

................................................................................................................... Paragraf

................................................................................................................... Isi Surat

.................................................................................................................... Paragraf

.................................................................................................................... Penutup

....................................................................................................................

Salam penutup,

Jabatan

Tanda tangan

Nama jelas

Tembusan:

......................................

......................................

Inisial

Format lurus

71

Page 72: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

3. Kesalahan Penulisan Kepala Surat

Sebaiknya, kepala surat disusun dan dicetak dalam bentuk yang menarik. Dalam kepala

surat tercantum nama kantor, alamat, nomor telepon (apabila ada), nomor kotak pos (apabila

ada); nama kantor cabang, nama bankir, bidang usaha, dan lambang instansi yang bersangkutan.

Beberapa kesalahan bahasa dalam kepala surat terlihat dalam contoh berikut.

Misalnya:

Bentuk Salah

(1) P.T. ASRI JAYA

Jln. Tanah Datar 5 – Ciledug – Tangerang – Jawa Barat

PO. Box 519/K.B.Y. Telp. 5.864.238

Kesalahan pertama dalam kepala surat di atas adalah penulisan P.T., yang menggunakan

tanda titik. Singkatan itu merupakan singkatan nama badan atau organisasi yang terdiri atas

huruf awal kata . Oleh karena itu, singkatan itu ditulis PT tidak diikuti tanda titik. Kesalahan

berikutnya adalah penulisan Jln., yang mestinya dituliskan lengkap Jalan. Pembatas unsur-unsur

alamat haruslah tanda koma, bukan tanda hubung seperti di atas Yang benar adalah Jalan Tanah

Datar 5, Cledug, Tangerang, Jawa Barat. PO Box merupakan kata asing yang berpadanan

dengan bahasa Indonesia Kotak Pos. KBY juga harus ditulis tanpa titik. Kata Telepon. harus

ditulis lengkap, bukan Telp. Dengan nomor telepon tanpa diberi tanda titik atau spasi, seperti

5.864.238 atau 5 864 238 karena bukan suatu jumlah, tetapi yang benar adalah 58624238. Kepala

surat di atas disarankan dicetak sebagai berikut.

Seharusnya (Bentuk Baku)

(1a) PT ASRI JAYA

Jalan Tanah Datar 5, Ciledug, Tangerang, Jawa Barat

Kotak Pos 519/KBY Telepon 5864239

72

Page 73: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

4. Kesalahan Penulisan Nomor Surat

Nomor surat sering disebut identitas surat sebab dalam penyimpanan atau pengarsipan

surat cukup dengan disebut nomornya.

Pada surat-surat dinas nomor surat sering dituliskan sebagai berikut.

Misalnya:

Bentuk Salah

1. Nomor: 456 / MKDU / ’87.-

Kesalahan penulisan nomor surat itu adalah penyingkatan angka dengan penggunaan

tanda koma di atas 87 dan pencantuman titik dan tanda hubung setelah angka tahun. Kesalahan

lain yang tampak dalam nomor surat itu adalah tanda garis miring yang didahului dan diikuti

spasi. Menurut aturan yang berlaku, tanda garis mirng tidak didahului dan diikuti spasi.

Perhatikan perbaikan yang disarankan.

Seharusnya (Bentuk Baku)

(1a) Nomor: 456/MKDU/1987

5. Kesalahan Penulisan Lampiran

Bagian lampiran tidak selamanya harus dicantumkan apabila misalnya, surat itu tidak

melampirkan sesuatu. Jika bersama surat itu ada sesuatu yang dilampirkan, apa yang dilampirkan

itu hendaknya dituliskan dengan lengkap. Akan tetapi, jika surat tersebut tidak melampirkan

barang yang lain, seperti brosur, fotokopi, atau buku, kata lampiran tidak perlu dicantumkan

dalam surat.

Miasalnya:

Bentuk Salah

(1) Nomor : 221/U/1987

Lampiran : - ,, -

Perihal: Rapat Penilaian

Seperti tampak di atas, kata lampiran dicantumkan tanpa memiliki fungsi yang jelas

karena memang surat itu tidak melampirkan sesuatu. Pencantuman tanda hubung, tanda

petik,atau mungkin angka nol (o) terasa sangat dipaksakan karena secara sekedar mengisi

73

Page 74: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

kekosongan tanpa tujuan yang jelas. Karena tanpa sesuatu yang dilampirkan, kata lampiran

tidak harus dicantumkan, seperti perbaikan berikut.

Bentuk Baku

(1a) Nomor: 221/U/1987

Perihal: Rapat Penilaian

6. Kesalahan Penulisan Hal Surat

Hal atau perihal adalah bagian surat yang memuat pokok surat atau inti persoalan yang

akan disampaikan dalam surat itu. Bagian ini berguna untuk memudahkan pembaca untuk

mengetahui persoalan. Bagian ini tidak perlu ditulis panjang-panjang, tetapi singkat. Walaupun

demikian pokok persoalan itu harus dapat mewakili keseluruhan maksud surat.

Misalnya:

Bentuk salah

(1) Perihal: Penentuan tentang Petugas Pameran dalam Dies

Natalis yang akan diadakan 2—3 Mei 1987.

Penerima surat akan banyak tersita waktunya hanya untuk membaca perihal surat yang

ditulis panjang lebar dan lengkap. Padahal, informasi itu akan diulang lagi di dalam isi surat.

Perhatikan perbaikannya.

Bentuk Baku

(1a) Perihal: Penentuan Petugas Pameran

7. Kesalahan Penulisan Tanggal Surat

Dalam surat-surat dinas dan surat niaga, sebelum tanggal surat tidak perlu dicantumkan

nama kota sebab nama kota itu sudah tercantum pada kepala surat.

Dalam surat-surat pribadi atau surat dinas yang tidak menggunakan kepala surat, nama

kota harus dicantumkan sebelum tangal surat. Selanjutnya, penulisan tanggal surat hendaknya,

tanggal, bulan, dan tahun ditulis secra lengkap. Tanggal 28 Oktber 1985 tidak disingkat menjadi

28 Okt. 1985 atau diganti dengan lambang bilangan menurut urutannya, seperti (5) 28 -10 – ’85,

(6) 10 – 11 – 1985, tetapi harus ditulis lengkap (5a) 28 Oktober 1985 dan (6a) 10 November

1985.

74

Page 75: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

8. Kesalahan Penulisan Alamat Surat

Selain dicantumkan pada sampul surat, alamat surat juga perlu dicantumkan pada lembar

surat. Alamat surat hendaknya ditulis dengan jelas, singkat, dan lengkap.

Penulisan alamat surat yang efisien dan efektif dapat dilakukan dengan aturan-aturan

sebagai berikut.

(1) Alamat tidak diawali dengan kata kepada sebab siapa pun sudah mengetahui bahwa alamat

yang ditulis itu adalah alamat yang dituju. Selain itu, kata kepada berfungsi sebagai kata

penghubung intrakalimat yang menyatakan tujuan, sedangkan alamat surat bukan berupa

kalimat, sama halnya dengan alamat pengirim yang tidak perlu menggunakan kata dari.

2) Alamat pada lembar surat ditulis di sebelah kiri di antara perihal dan salam pembuka dengan

tidak diikuti tanda baca apa pun.

(3) Kata sapaan seperti Bapak, Ibu, Saudara, dan Tuan tidak perlu ditulis di depan gelar,

pangkat, dan jabatan. Kata sapaan digunakan jika diikuti langsung oleh nama orang yang

dituju.

Bentuk Salah

(1) Kepada Yth.

Bapak Direktur CV Kencana

Jln. Wonosobo No, 40

SURABAYA

(2) Kepada Yth.

Bapak Kepala Kantor Wilatah Ditjen Binaguna

Propinsi Jawa Barat

Jln. Taman Sari No. 32

BANDUNG

(3) Kepada Yth.

Bapak Drs. Edy Sanjaya

Manjer Personalia PT Dahana

Jln. Gajah Mada No. 127

UJUNG PANDANG

75

Page 76: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

(4) Kepada Yth.

Bapak Kolonel Sumengkar

Jl. Hasanudin IV/12

Kebon Kangkung

BANDUNG

(5)Yth. Ibu Ir. Sulistiani

Staf Bagian Perencanaan

Direktorat Jalan Raya

Depertemen Pekerjaan Umum

Jalan Sutisna 15

Jakarta

Kesalahan pada (1) adalah penggunaan kata kepada dan Bapak. Selain itu, kata jalan

hendaknya ditulis lengkap, tidak disingkat Jln. Nama kota Surabaya tidak perlu ditulis dengan

kapital seluruhnya, tetapi awalnya saja yang kapital, yaitu Surabaya.

Kesalahan pada (2) sama seperti pada (1). Garis bawah dan segala tanda baca pada nama

kota Bandung merupakan tanda yang tidak akan menambah informasi.

Kesalahan pada (3) sama seperti (1). Gelar akademik Drs. Tidak perlu didahului kata

Bapak. Kesalahan (4) adalah pengunaan kata kepada dan pemakaian kata sapaan Bapak yang

berimpit dengan pangkat, kolonel.

Kesalahan pada (5) adalah penggunaan kata Ibu dan gelar akademik Ir. Yang berimpit.

Perhatikan perbaikannya.

Seharusnya (Bentuk Baku)

(1a) Yth. Direktur CV Kencana Wungu

Jalan Wonosobo No. 40

Surabaya

(2a) Yth. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Binaguna

Propinsi Jawa Barat

76

Page 77: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Jalan Taman Sari No. 32

Bandung

(3a) Yth. Drs. Edy Sanjaya

Manajer Personalia PT Dahana

Jalan Gajah Mada No. 127

Ujung Pandang

(4a) Yth. Kolonel Sumengkar

Jalan Husada IV/12

Kebon Kangkung

Bandung

(5a) Yth. Ir. Sulistiani

Staf Bagian Perencanaan

Direktorat Jalan Raya

Depertemen Pekerjaan Umum

Jalan Sutisna 15

Jakarta

9. Kesalahan Penulisan Salam Pembuka

Ungkapan salam pembuka yang lazim digunakan adalah Dengan hormat (dengan d

kapital, h kecil), diikuti tanda koma. Akan tetapi, dalam kenyataannya, penulisan salam pembuka

tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Mungkin Anda bertanya “Mengapa diakhiri dengan

tanda koma, padahal kalimat berikutnya dimulai dengan huruf kapital? Bukankah lebih tepat

dengan tanda titik?

Memang apa yang dikemukakan itu beralasan, tetapi dalam hal ini ada kesepakatan

bahwa salam pembuka surat dan salam penutup dituliskan dengan tanda koma di belakangnya.

Misalnya:

Bentuk Salah Bentuk Baku

(1) Dengan hormat (1a) Dengan hormat,

Yang perlu juga dingatkan di sini ialah agar kita tidak menyingkatkan kata sapaan

dengan hormat, itu menjadi DH. Atau Dh., dan sebagainya. Kita ingin menghomati orang

77

Page 78: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

dengan kata sapaan itu, tetapi dengan menyingkatkannya kita seolah-olah menarik kembali

penghormatan kita itu karena penyingkatan seperti itu rasanya kurang sopan, kurang adab.

10. Kesalahan Penulisan Paragraf Pembuka

Kalimat-kalimat yang lazim dipakai oleh penulis surat sebagai paragraf pembuka sangat

bervariasi. Marilah kita amati satu per satu.

Bentuk Salah

1. Bersama ini kami beritahukan bahwa ...

2. Kami mohon bantuan daripada Tuan ...

3. Bersama ini kami mengundang ...

4. Dengan ini kami mengirimkan satu karung beras Cianjur untuk contoh.

Kesalahan pada (1) adalah penggunaan bersama ini, padahal surat tersebut hanya

memberitahukan sesuatu, tidak melampirkan atau mengirimkan barang lain. Ungkapan bersama

ini artinya ‘bersama-sama dengan ini atau ‘seiring dengan ini’. Jadi tidak dapat dikatakan seiring

dengan surat ini kami beritahuka ... sebab pemberitahuan itu ridak diseiringkan dengan surat,

melainkan dituliskan di dalam surat itu. Ungkapan bersama ini digunakan untuk surat pengantar

sebab dalam surat pengantar, dituliskan apa yang dirimkan seiring dengan surat pengantar itu.

Kebiasaan menulis ungkapan bersama ini, kemudian ditiru orang bila menulis surat biasa yang

bukan surat pengantar.

Kesalahan pada (2) adalah penggunaan bantuan daripada Tuan. Sebenarnya, cukup

dituliskan bantuan Tuan karena kata depan daripada digunakan untuk membandingkan dua hal

atau masalah.

Kesalahan pada (3) adalah penggunaan kata bersama ini karena surat tersebut hanya

mengundang.

Kesalahan pada (4) adalah penggunaan dengan ini, yang seharusnya diganti dengan

bersama ini karena surat tersebut mengirimkan sesuatu.

Seharusnya (Bentu Baku)

(1a) Dengan ini kami beritahukan …

(2a) Kami mohon bantuan Tuan …

(3a) Dengan ini kami mengundang …

(4a) Bersama surat ini kami krimkan …

78

Page 79: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Isi Surat Sesungguhnya

Isi atau pokok surat sesungguhnya memuat sesuatu yang diberitahukan, dilaporkan,

ditanyakan, diminta, dan lain-lain. Untuk menghindari salah tafsir dan demi efisiensi, isi surat

hendaknya singkat dan jelas. Hindari penulisan kalimat yang bertele-tele.

11. Kesalahan Penulisan Paragraf Penutup

Dalam paragraf penutup surat dijumpai pemakaian kalimat sebagai berikut.

Bentuk Salah

(1) Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.

(2) Atas bantuan dan perhatian Bapak, kami menghaturkan banyak terima kasih.

(3) Demikian surat ini, atas perhatian bapak/ibu kami sampaikan terima kasih.

Kesalahan pada (1) adalah penggunaan bentuk perhatiannya. Perhatian siapa? Perhatian

penerima surat yang dimintai batuan? Kalau ia yang dimaksud, maka bukan –nya yang

seharusnya dipakai, melainkan Bapak atau Ibu, atau Saudara, atau Anda karena orang yang

disurati itu adalah Bapak, Ibu, Saudara, atau Anda (orang ke dua) bukan nya = dia atau ia

(orang ke tiga).

Kesalahan pada (2) adalah penggunaan kata menghaturkan. Kata menghaturkan bukan

kata bahasa Indonesia. Dalam kamus tidak ada kata hatur, menghaturkan yang seperti itu

maknanya. Kata itu dipinjam dari bahasa daerah (Sunda, Bali) dipergunakan dalam surat karena

orang ingin menyatakan kehormatannya kepada orang yang menerima surat. Kata mengucapkan

menurut anggapannya mungkin tidak halus, atau kurang hormat, sehingga dipakainya kata

bahasa daerah itu.

Kesalahan pada (3) adalah penggunaan kata bapak/ibu. Kata bapak/ibu pada kalimat ini

digunakan sebagai kata sapaan. Oleh karena itu, kata bapak/ ibu semestinya ditulis dengan huruf

kapital. Jadi, ditulis Bapak/Ibu. Kesalahan berikutnya adalah penghilangan tanda baca koma di

antara bapak/ibu dan kami. Semestinya pada kalimat ini dibubuhi tanda baca koma untuk

menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

79

Page 80: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Dalam bahasa Indonesia tidak ada kata hatur. Ada kata atur, tetapi artinya lain sekali.

Oleh karena itu, gunakanlah kata mengucapkan yang dapat berarti 1) mengatakan, 2)

menyampaikan. Jadi, kata itu tidak terbatas pemakaiannya pada pada bahasa lisan saja. Kalau

barbahasa Indonesia, perasaan bahasa Indonesialah yang dipakai. Bila perasaaan dalam

berbahasa daerah yang dibawa ke dalam bahasa Indonesia, maka ada kecenderungan untuk

menggantikan kata-kata Indonesia dengan kata bahasa daerah.

Ada yang menanyakan, kata anda dalam surat ditulis dengan A kapital (Anda) atau

dengan huruf kecil (anda)? Pusat Bahasa telah mengambil keputusan bahwa kata anda yang

dipakai dalam surat untuk menyapa orang yang menerima surat sebaiknya dituliskan dengan A

kapital, Jadi, Anda, walaupun kata anda itu sejajar dengan kata engkau (dalam makna yang lebih

halus, hormat).

Pertimbangan mengunakan huruf kapital pada kata anda adalah jika kita menyapa

seseorang yang lebih rendah kedudukannya dengan kita atau orang yang setara derajatnya

dengan kita digunakan kata Saudara,(dengan S kapital), maka kurang pada tempatnya bila kita

menyapa orang yang lebih tinggi kedudukannya daripada kita dengan kata anda (huruf a

pertama huruf kecil). Oleh karena itu, diputuskan menuliskan kata itu dengan A kapital, yaitu

Anda.

Perhatikan perbaikannya sebagai berikut.

Seharusnya (Bentuk baku)

(1a) Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan perhatian Bapak/ Ibu/ Saudara.

(2a) Atas bantuan dan perhatian Bapak, kami mengucapkan banyak terima kasih.

(3a) Demikian surat ini , atas perhatian Bapak/ Ibu, kami sampaikan terima kasih.

12. Kesalahan Penulisan Salam Penutup

Salam penutup yang sering dipakai sebagai berikut.

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

(1) Hormat kami (1a) Hormat kami,

(2) Wasalam (2a) Wasalam,

Kesalahan pada (1) dan (2) adalah tidak menggunakan tanda baca koma, yang seharusnya

menggunakan tanda baca koma (,).

13 Kesalahan Penulisan Tembusan

80

Page 81: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Penulisan kata Tembusan: (dengan tidak digarisbawahi) cukup efektif bila dibandingkan

dengan ditulis Tembusan: yang digarisbawahi atau Tembusan disampaikan kepada: Selain itu,

dalam rincian tembusan orang mencantumkan sebagai laporan, sebagai undangan, untuk

diketahui, harap dilaksanakan, dan arsip. Semua tambahan itu tidak diperlukan karena tanpa

embel-embel tersebut, yang ditembusi surat serta merta mengetahui apa yang harus

dikerjakannya. Rincian terakhir dalam tembusan, arsip juga tidak perlu karena setiap surat dinas

sudah lazim memiliki arsip.

Mari kita bandingkan bentuk salah dan bentuk benar berikut.

Bentuk salah

Tembusan: disampaikan kepada:

1. Direktur Bank Indonesia Pusat (sebagai laporan)

2. Kepala Pusdiklat Bank Indonsia (sebagai undangan)

3. Drs. Mahaban, S.H. (harap dilaksanakan)

4. Arsip.

Bentuk yang dianjurkan sebagai berikut.

Seharusnya (Bentuk Baku)

Tembusan:

1. Direktur Bank Indonesia

2. Kepala Pusdiklat bank Indonesia

3. Drs. Marhaban, S.H.

Dalam surat resmi harus dicantumkan inisial.

Inisial adalah tanda pengenal nama penyusun konsep surat dan pengetik surat tersebut.

Inisial ini biasanya diambil dari huruf terdepan nama yang bersangkutan.

Misalnya:

RK/YP

RK singkatan dari Rudi Kurniawan (pengonsep)

YP singkatan dari Yuni Parwati (pengetik)

81

Page 82: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

KATA DAN PEMAKAIANNYA

Sering kata digunakan secara tidak tepat dalam kalimat baik karena artinya yang tidak

tepat atau tidak tepat benar, atau karena penggabungan kata itu dengan kata lain dalam sebuah

frase, atau kalimat. Kita perhatikan contoh-contoh beserta keterangannya di bawah ini.

1. hadirin

Kata hadirin dipungut dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, artinya ‘semua yang hadir

laki-laki’. Untuk perempuan, dalam bahasa Arab digunakan hadirat ( dengan lafal a panjang

pada suku -rat). Dalam pemakaiannya bahwa kata hadirin yang berasal dari bahasa Arab itu

mengalami pergeseran makna dalam bahasa Indonesia. Kata hadirin dalam bahasa Indonesia

dipakai baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang yang berpidato menyapa orang yang

hadir dalam pertemuan itu dengan kata : Hadirin yang saya hormati, atau Hadirin yang saya

muliakan.

Seperti yang diklatakan di atas, kata hadirin berarti’semua yang hadir’. Karena itu, tidak

perlu diletakkan kata para di depannya seperti kebiasaan sekarang ini. Sangat umum kita

mendengar pembawa acara atau orang yang berpidato mengucapkan kata sapaannnya : Para

hadirin yang saya hormati. Penggunaan kata para di depan kata hadirin itu sifatnya pleonastic

(berlebih-lebihan).

Bentuk hadirat sebagai pasangan hadirin tidak dipakai dalam bahasa Indonesia. Namun,

kadang-kadang orang yang biasa menggunakan bahasa Arab menggunakan juga kata itu dalam

berpidato

2. suatu dan sesuatu

Kata suatu dipakai untuk menyatakan benda yang belum tentu; dapat dibandingkan dengan

one dalam bahasa Inggris seperti dalam pemakaian berikut: one day (Inggris) = pada suatu hari

(Indonesia).

82

Page 83: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

Kata sesuatu dipakai untuk menggantikan benda yang belum tentu baik dalam fungsi

sebagai subjek maupun sebagai objek kata kerja transitif; dapat dibandingkan dengan something

dalam bahasa Inggris. Kata sesuatu dipakai sebagai kata yang berdiri sendiri dalam kalimat.

Jadi, sebenarnya tidak dipakai di daam frase demgan kata benda di belakangnya seperti yang

sering dijumpai dalam pemakaian bahasa dewasa ini.

Contoh pemakain suatu:

Guru bercerita tentang suatu peristiwa yang menarik.

Pada suatu kesempatan yang baik, akan kuceritakan hal itu kepadamu.

Suatu kesalahan yang terjadi tanpa disengaja masih dapat dimaafkan.

Contoh pemakaian sesuatu:

Kalu pekerjaanmu sudah selesai, aku akan menceritakan sesuatu yang menarik kepadamu.

Ia seperti sedang memikirkan sesuatu.

Saya tak mengharapkan sesuatu dari Saudara.

Perhatikan perbedaan pemakaiannya dalam kalimat-kalimat di atas. Ada dua kesalahan

yang sering kita jumpai dewasa ini. Alih-alih mengatakan suatu hal, suatu peristiwa, suatu

kesalahan. Dewasa ini orang sring mengatakan sesuatu hal, sesuatu peristiwa, sesuatu kesalahan.

Seperti sudah dukatakan di atas, dengan contoh pemakaiannya dalam kalimat, awalan se- tidak

perlu dilekatkan pada kata suatu bila kata itu diikuti langsung oleh kata benda.

3. masing-masing dan tiap-tiap

Kata masing-masing dewasa ini dipakai tidak seperti yang tercantum di dalam kamus.

Kalau kita periksa Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta. Akan kita

lihat keterangan sebagai berikut.

masing-masing, tiap-tiap orang; seorang-seorang; sendiri-sendiri; mis. Masing- masing

mengemukakan keberatannya; pulang ke ruimah masing-masing.

Jelas dalam contoh di atas bahwa kata masing-masing tidak dipakai di depan kata benda,

melainkan dipakai sebagai kata yang berduri sendiri seperti tampak pada contoh pertama.

Sekarang sudah umum orang mengatakan atau menulis masing-masing anak, masing-

masing peserta, masing-masing negra alih-alih mengatakan atau menulis tiap-tiap anak, tiap-tiap

83

Page 84: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

peserta, tiap-tiap negara. Jadi, kata tiap-tiaplah yang seaharusnya dipakai bila di belakngnya

diletakkan kata benda, bukan kata masing-masing.

Bandingkan kalimat-kalimat yang berpasangan di bawah.

1) a. Tiap-tiap murid diberi oleh gurunya sebuah buku.

b. Murid-murid itu masing-masing diberi oleh gurunya sebuah buku.

2) a. Dalam konferensi itu , tiap-tiap negara diwakili oleh menteri luar negerinya.

b. Dalam konferensi itu, negara-negara itu masing-masing diwakili oleh menteri

luar negerinya.

Dalam contoh-contoh di atas dapat kita lihat bagaimana seharusnya kata masing-masing

dan tiap-tiap digunakan. Kedua kata itu memang mengandung makna yang sama, tetapi

pemakainnya tidak sama. Kalu diikuti oleh kata benda, maka kata tiap-tiaplah yang digunakan,

sedangkan jika menggantikan kata benda yang sudah disebutkan sebelumnya, maka kata masing-

masinglah yang digunakan.

Kesalahan penggunaan kata masing-masing seperti yang telah dikemukakan itu mula-mula

merupakan sebuah salah kaprah; lama kelamaan karena sering digunakan seperti itu, berubah

pemakaiannya dari yang seharusnya. Kalau kita ingin menggunakan bahasa secara cermat,

hendaklah kita gunakan kata itu masing-masing seperti yang dicontohkan di atas.

4. nyaris dan hampir

Kata nyaris bersinonim dengan kata hampir, tetapi pemakainnya tidak sama. Artinya tidak

selalu kata hampir dalam sebuah kalimat dapat diganti dengan kata nyaris.

Kata nyaris dipakai dalam pengertian ‘hampir’, tetapi dal;am arti yang kurang menguntungkan.

Perhatikan contoh pemakaiannya dalam kalimat-kalimat di bawah.

Karena kurang pandai berenang, anak itu nyaris tenggelam.

Orang itu nyaris tertabrak mobil karena kurang hati-hati.

Kata nyaris tak boleh dugunakan dalam pengertian yang menguntungkan seperti nyaris

menang, nyaris mendapat keuntungan.

84

Page 85: Materi Bahasa Indonesia Web view · 2011-10-08Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. ... bukan titik dua (:)

5. takdir dan nasib

Kedua kata itu biasanya dikacaukan orang saja pemakainnya. Mungkin hal itu timbul

karena di dalam kamus biasanya diberikan arti bolak-balik : takdir=nasib, dan nasib=takdir,

sehingga seolah-olah kedua patah kata itu sama saja artinya.

Takdir adalah suatu ketetapan Tuhan, tidak dapat berubah dan tidak dapat diubah oleh

manusia di luar kekuasaannya. Bahwa saya lahir sebagai laki-laki, sebagai orang Indonesia,

berkulit sawo matang, sebagai anak pertama dalam keluarga, itu merupakan takdir. Tuhan

memang sudah menetapkan demikian. Demikian juga hari kematian saya sudah ditetapkan oleh

Tuhan saatnya, tidak akan bergeser sedetik ke depan atau ke belakang. Saat itu suatu rahasia

yang tidak kita ketahui.

Nasib dapat berubah. Tuhan berfirman tidak akan berubah nasib suatu kaum kalau mereka

sendiri tidak mau mengubahnya. Orang selalu ingin lebih baik, tetapi hidup yang lebih baik itu

tidak akan terwujud bila tiidak ada usaha ke arah itu. Kalau kita tetap miskin, tidak dapat kita

mengatakan memang beginilah nasib saya ditentukan oleh Tuhan padahal tidak ada usaha untuk

memperbaiki nasib itu; misalnya dengan bekerja keras, dengan menambah ilu. dsb.

85