mata kuliah ilmu kalam "aliran khawarij dan murjiah
DESCRIPTION
SEKLOAH TINGGI ISLAM MA'HAD ALYBABAKAN CIWARINGIN CIREBONTRANSCRIPT
MAKALAH
ALIRAN KHAWARIJ DAN MURJI’AH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kalam
DOSEN MATA KULIAH : Drs.Makhfud, M.Ag
Disusun oleh :
Moh. Rohmat
Sholikha
Wiwi ulwiyah
Oliyana
PRODI. PROGRAM PENINGKATAN GURU DTA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY (STAIMA)
CIREBON
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengharap puji syukur kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha
Pengampun serta Maha Penerima Taubat bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat dan mohon
ampunan-Nya.
Dan mudah-mudahan Allah Swt melindungi dari kesalahan diri kami dan dari keburukan amal
kami. Karena siapa saja yang disesatkan oleh-Nya maka tidak seorang pun yang bisa memberi petunjuk
baginya. Dan siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pahlawan revolusioner dunia, Putra Abdullah,
Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita ke jalan yang lurus.
Berkat rahmat dan Hidayah-Nya serta Inayah-Nya pulalah, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini, sebagai tugas dari Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly, Prodi program
peningkatan guru DTA pada mata kuliah Ilmu Kalam.
Penulis sadar, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik
pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Cirebon, april 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...................................................... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………....................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang masalah ……..........................................................................................1
b. Rumusan masalah .....…………….……………......................………………………………………………...….2
c. Tujuan penulisan .......……………….....………….....................................................................2
d. Manfaat Penulisan ..........………………………......................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN .....................……………………………………………...………………................ 3
BAB III : PENUTUP
a. Kesimpulan ..……………………………………........................................................................... 11
b. Saran ..........…………………………………………………………………………………………..…………………………11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
a.Latar Belakang Masalah
Seringkali ditemukan orang berbicara tentang suatu golongan, sedang dia tidak mengetahuinya
dengan pasti apa yang dibicarakannya itu. Kebanyakkan berbicara sangat subjektif, akibatnya
menimbulkan pemahaman yang berbeda di tengah-tengah umat. Oleh karena itu, kita
mengklarifikasi aliran-aliran kalam dalam Islam.
Dalam hal ini ada satu aliaran kalam yang pertama kali muncul di zaman sahabat Nabi
Muhammad SAW, yaitu ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah. Dan literature Islam yang
mebahas asal kelompok itu adalah pecahan dari Ali bin Thalib. Kelompok ini sangat keras,
mereka menanamkan konsep dosa besar dan setiap pelaku dosa besar halal darahnya.
Di sisi lain ada kelompok yang mencul setelahnya, yaitu Murji’ah, kelompok ini justru
berlawanan konsep dengan yang ditawarkan khawarij. Mereka mengatakan pelaku dosa besar itu
tetap dihukumi sebagai muslim dan darahnya tidak halal. Urusan surge dan neraka adalah urusan
Tuhan.
Tentunya terpecahnya umat atas beberapa aliran kalam, menimbulkan banyak pertanyaan dan
persoalan. Semua ini harus dijawab dengan rasional, dengan tidak adanya keterpihakan kepada
satu aliran, harus diselesaikan dengan sesubjektif mungkin. Jika sifat fanatik yang digunakan
maka tidak akan bisa menyelesaikan masalah.
Semoga dengan adanya orang-orang yang masih peduli dengan umat, membuat cahaya ilahi
tetap terpancar kepermukaan bumi ini dan semua umat manusia dapat merasakan hal demikian.
Dengan pemikiran yang sama yaitu Islam. Mereka senang tiasa mengatakan I’m Muslim (saya
Islam) tidak memperkenalkan cirri khas kemazhaban, tapi keislamanlah yang ditampakkan
secara kaffah.
b.Rumusan Masalah
1. Bagiamana sejarah kemunculan Khwarij dan Murji’ah? Jelaskan!
2. Sebutkan tokoh-tokoh dan pokok ajaran Khawarij dan Murji’ah!
c.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini adalah utuk memberikan sebuah bacaan yang simpel
kepada umat Islam, bagaimana agar dapat memahami aliran-aliran dalam Islam khsususnya
Khawarij dan Murji’ah. Bagiamana agar mampu mengklarifikasi dan memberikan penilaian
kepada kelompok tersebut.
Di sisi lain kami mengingkan sebuah sikap keterbukaan dan menanggalkan sikap fanatik, karena
telah memahami aliran-aliran yang ada di dalam Islam. Setidaknya melalui tulisan ini dapat
memberikan kontribusi penting untuk umat Islam.
d.Manfaat Penulisan
Orang yang mengerti tentang sekte-sekte dengan baik yang ada di dalam Isalm, tentunya sangat
memberikan pengaruh positif. Kerena tidak mudah menyalahkan orang lain dan tidak fanatik,
yang menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling benar di antara kelompok yang lain.
Dengan demikian dapat menciptakan pribadi yang benar-benar Islami, mempunyai jiwa jihad di
jalan Allah, dan selalu bersuha untuk memajukan Islam. Tidak pernah berhenti belajar, untuk
kepentingan bangsa, negara dan khususnya untuk kepentingan umat Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Kemunculan Khawarij
Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, terjadi perpecahan di antara kaumnya yang mengklaim
setiap golongan merekalah yang berhak menjadi pemimpin pengganti Nabi. Dan hal ini terjadi
hingga masa kekhalifahan Sayyidina Ali ibn Abi Thalib. Dimana saat itu terdapat gencatan dari
muawiyah-gubernur Damaskus dan keluarga dekat bagi Sayyidiina Utsman ibn Affan. Selain itu
juga, Thalhah dan Zubair yang ikut serta tidak mengakui kekhalifahan Sayyidana Ali. Ketidak
pengakuan mereka terhadap Ali inilah yang kemudian memunculkan pertempuran di Shiffin
hingga disebut sebagai perang Shiffin. Dalam pertempuran di antara keduanya ini, tentara Ali ibn
Abi Thalib dapat mendesak tentara Muawiyah, hingga bisa dikatakan kemenangan bagi Ali ibn
Abi Thalib berada selangkah didepan mata. Namun ‘Amar bin Ash-tangan kanan muawiyah
yang terkenal licik ini, membuat tipu daya dengan mengangkat al-Qur’an sebagai tanda damai.
Sehingga pasukan Ali ibn Abi Thalib berhenti dan menaggalkan senjata, sehingga barisan Ali
menarik diri dari peperangan itu. Dan mereka merespons seruan Amar ibn Ash.
Sayyidina Ali ibn Abi Thalib berkata: “ Kalian telah melakukan tindakan yang melemahkan
kekuatan Islam, mengurangi kekuatan Islam , serta mewariskan kelemahan dan kehinaan. Ketika
kalian berhasil dan musuh-musuh kalian khawatir terkalahkan karena perang itu telah
menghantam mereka dan mereka merasa sakit akibat luka-luka, maka mereka mengangkat al-
Quran, menyeru kalian untuk memperhatikan sesuatu yang dapat meredakan (serangan) kalian
atas mereka dan mengakhiri perang antara kalian dan mereka, serta menimbulkan rasa takut
mati. Itu hanya tipu daya dan trik. Apa yang kalian lakukan ? kalian menuruti keinginan
mereka, dan mengikuti tipu daya mereka. Demi allah, setelah kalian tak mengikuti pandaganku
dan tak memilki ketetapan hati ( setelah tak mengikuti) komitmenku, aku tak melihat kalian akan
memiliki petunjuk.”[1]
Kemudian ajakan arbitrase itu dijawab oleh sebagian pasukannya yang mengusulkan Abu Musa
untuk tahkim. Dan dalam hal ini Sayyidina Ali setuju dan berkata “ Demi Allah aku tidak setuju
melakukan ini dan aku tidak mau kalian juga setuju. Namun demikian , kalian tetap saja setuju.
Akupun terpaksa setuju. Karena telah setuju , maka tidak pantas bagiku mencabut setelah setuju,
dan tak layak berubah setelah menerima. Berarti aku melawan Allah jika aku melanggar
kesepakatan yang telah dibuat ini, berarti jua aku melanggar kitab-Nya jika aku membatalkan
secara sepihak. Karena itu, perangilah siapa saja yang melanggar perintah Allah.”[2]
Dalam arbitrase itu, terjadi kesepakatan antara dua utusan ini. Abu Musa dan Amr ibn Ash untuk
menurunkan keduanya dan menyerahkan kepada umat. Akan tetapi Amar ibn Ash
mengumumkan sebaliknya, bahwa ia dan Abu Musa sepakat untuk menjatuhkan kepemimpinan
atau kekhalifahan Sayyidina Ali dan mengangkat Muawiyah. Sayyidina Ali di saat itu berada
dalam kondisi sangat ditekan oleh banyak hal, pertama terdapat sebagian kelompok dari tentara
beliau yang merespon seruan tangan kanan Muawiyah untuk memperhatikan al-Qur’an. Dan juga
ada kelompok yang pada pertamanya mereka jua yang mendorong untuk arbitrase yang
kemudian menolak itu, keluar dari barisan Sayyidina Ali – sekitar 4000 tentara pendapat lain
1200 tentara. Dan juga dikatakan bahwa mereka yang keluar dari pasukan Sayyidina Ali ini
merasa tidak puas atas gencatan senjata yang disepakati Sayyidina Ali dan Muawiyah [3]
Mereka bersemboyan bahwa tiada hukum kecuali dari Allah dan timbullah klaim mereka yang
mengatakan Sayyidina Ali telah menyimpang dari agama, menganggap beliau telah berdosa dan
murtad, dan wajib untuk di bunuh. Mereka dinamakan Khawarij karena keluar dari pasukan Ali
ibn Abi Thalib. Dan selain itu, mereka menamakan diri mereka sebagai orang yang keluar rumah
lari kepada Allah dan rasulnya- dalam surat an-Nisa ayat 100, dan mereka memandang surat ini
sebagai landasan bahwa merekalah yang mengabdikan diri mereka hanya untuk mengabdi pada
Allah. Selanjutnya mereka menyebut diri mereka Syurah, dari kata yasri sesuai dengan ayat 207
surat al-Baqarah. Dengan pendapat mereka bahwa mereka menjual diri mereka demi keridhaan
Allah. Ada juga nama lain diberikan pada mereka yaitu haruriah, dari kata harura. Di tempat
inilah mereka sejumlah 12000 orang pendapat lain 4000 orang keluar dari barisan Sayyidina Ali,
dan mengangkat Abdullah bin Wahb al-Rasyidi sebagai imam mereka.
2. Pokok Ajaran Khawarij
Poin penting daripada golongan ini, khususnya pada persoalan imamah atau kepemimpinan.
Adapun prinsip-prinsip dasar khawarij sebagai berikut:
Pertama,pemilihan khalifah tidak berlaku kecuali dengan demokratis dan benar yang diikuti oleh
seluruh ummat islam, dan bukan hanya dipilih oleh satu golongan saja. Kepemimpinan itu
berlanjut selama ia masih hidup dan menegakkan keadilan, menjalankan syariat, menjauhi segala
yang dilarang oleh aturan Islam. Jika melanggar maka ia wajib di pecat atau dibunuh.
Kedua, dalam kekhalifahan bukan hanya pada mereka bangsa Arab saja (Quraiys), melainkan
Ajam (non-arab) juga punya hak dalam kepemimpinan.
Ketiga, sekte nadjat berkeyakinan bahwa eksistensi seorang imam itu yajuz (boleh) adanya,
bukan wajib syar’i. Dan keberadaan imam adakalanya dibutuhkan disaat kesejahteraan mulai
tidak terwujud lagi.
Keempat, mereka juga sepakat tentang pelaku dosa, tidak ada beda antara dosa kecil atau besar,
dan juga kesalahan dalam pendapat itu merupakan dosa. Landasan itu karena hal-hal itu dapat
menimbulkan permasalahan dan perbedaan kebenaran dalam pandangan.
Prinsip-prinsip dasar mereka itulah yang membuat mereka keluar dari jumhur muslimin. Dan
atas hal ini mereka mempunyai hujjah (alasan dan bukti kuat). Ibn Abi al-Hadid dalam bukunya
“Syarhu Nahji al-Balaghah”, yang mana dalil-dalil ini menunjukan pemikiran mereka, kaum
khawarij salah satunya adalah: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
( kewajiban haji ini), maka sesungguhnya Allah maha kaya dari semesta alam.“ ( Q.s, Ali
Imran: 97). Tafsir mereka: meninggalkan haji adalah kafir, karena meninggalkan haji adalah
dosa, dan setiap orang yang dosa adalah kafir
.3. Kelompok-kelompok, Ajaran Pokok dan Tokoh-tokoh Khawarij
a. Al-Muhakkimah
Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Sayyidina Ali, kelompok ini disebut
al- Khawarij al-Muhakkimah. Orang khawarij dari kelompok ini bernama Zulkhuwairisah dan
Zultsadiyah. Mereka juga yang menciptakan dua bid’ah yaitu: Pertama, tentang imamah yang
menurutnya selain dari Qurayspun boleh menjadi pengganti setelah Nabi. Dan mereka yang
diangkat adalah orang-orang yang adil dan jikalau melanggar wajib di bunuh. Kedua, Sayyidina
Ali menurut mereka telah banyak melakukan kekeliruan.
b. Al-Azariqah
Golongan ini berkuasa diperbatasan Iraq dan Iran. Nama ini diambil dari Nafi’ ibn al-Azraq (
seorang pemberontak atas pemerintahan Sayyidina Ali) yang memilki pengikut 20 ribu orang.
Ajaran yang dipelpori oleh Abu Rayid Nafi’ ibn al-Azraq ini adalah :
Pertama, mereka mengkafirkan Ali ibn Abi Thalib. Dalam hal ini juga mereka membenarkan
tindakan Abdul Rahman ibn Muljam yang telah membunuh Sayyidina Ali.
Kedua, berdasarkan prinsip ini Azariqah mengkafirkan Utsman, Thalhah, Zubair, Aisyah,
Abdullah ibn Abbas, dan kaum muslimin yang tidak sependapat dengan mereka adalah kafir dan
pasti masuk neraka.
c. An-Najadaat al-‘Aziriah
Kelompok ini yang mengikuti pemikiran seorang yang bernama Najdah ibn Amir al-Hanafi yang
dikenal sebagai Ashim yang menetap di Yaman. Tokoh dari kaum khawarij ini melahirkan
sebuah ajaran agama itu ada dua yaitu:
Pertama, mengenal Allah Swt, para Rasul, haram membunuh sesama muslim, mengikuti secara
umum apa yang diturunkan Allah.
Kedua, mereka juga mengatakan bahwa kemungkinan saja mujtahid itu tersalah dalam
menetapkan hukum sebelum adanya bukti yang kuat.
d. Al-Baihasiah
Abu Baihas al-Haisyam ibn Jabir salah seorang dari suku Bani Saad Dhubai’ah adalah tokoh
kelompok ini sehingga dinamakan al-Baihasiah. Ia mengkafirkan Ibrahim dan Ma’mun
dikarenakan berbeda pendapat dengannya tentang perjualan budak wanita.
Ia memaparkan sebuah ajaran bahwa seseorang belum dikatakan muslim kecuali ia telah
mengenal Allah dengan yakin, mengenal Rasul, dan mengetahui apa yang dibawa para Rasul,
kepemimpinan hanya ditangan Allah bukan ditangan orang yang menjadi musuh-musuh Allah.
Dan adapun al-Baihas sendiri berkata bahwa: Iman menurutnya adalah pengetahuan terhadap
yang benar dan bathil, sedangkan pengetahuan bukan termasuk ucapan dan perbuatan.
e. Al-Ajaridah
Kelompok ini dipimpin oleh Abd al-Karim ‘Araj yang isi ajarannya sama mirip dengan ajaran
Najdiah. Ada yang mengatakan bahwa ia termasuk sahabat dekat Baihas. Menurut kelompok ini
tidak boleh mengatakan kafir atau muslim kepada seorang anak muslim sampai usianya baligh.
Sedangkan anak orang kafir bersama orang tuanya masuk kedalam neraka. Kelompok ini terbagi
tiga kelompok:
Pertama, ash-Shalthiah yang mengikuti ajaran-ajaran yang diajarkan Utsman ibn Abi Shalt, yang
sependapat dengan apa yang dikatakan kelompok al-Jaridah.
Kedua, al-Maimuniyyah yang mengikuti ajaran Maimun ibn Khalid. Yang mempunyai
pandangan ajaran bahwa baik dan buruk itu berasal dari manusia
Ketiga, kelompok al-Hamziyyah yang berdasarkan ajaran Hamzah ibn Adrak. Yang sependapat
dengan al-Maimunah tentang qodar, namun berbeda pendapat dengan muslim atau kafir yang
ditentukan pada seorang anak yang baru lahir.
f. At-Tsa’alibah
Pendiri kelompok ini adalah Tsa’alibah ibn Amir, menurutnya tidak ada yang mengikat antara
orang tua dengan anaknya, baik anak itu menjadi patuh terhadap agama atau tidak, sampai anak
itu mencapai dewasa.
g. Al-Ibadhiyah
Kelompok ini dipimpin oleh Abdullah ibn Ibadh yang memberontak terhadap pemerintahan
khalifah Marwan ibn Muhammad.Menurut kelompok ini Negara yang dihuni umat Islam yang
tidak sependapat dengan mereka masih dianggap negara berketuhanan, kecuali benteng kepala
negara termasuk Daru al-Harbi. Dan orang yang melakukan dosa masih dianggap ahlu tauhid
tetapi bukan mukmin.
h. As-Shufriyyah az-Ziyadiyyah
Kelompok ini dipelopori oleh Zayad ibn Ashfar. Kelompok ini tidak mengkafirkan orang yang
ikut perang selama masih seagama dan satu akidah. Mereka mengakui adanya hukum rajam,
dalam peperangan tidak boleh membunuh anak orang musyrik dan tidak mengatakan anak orang
musyrik kekal didalam neraka, menurut mereka taqiyah tidak diperbolehkan dalam perkataan
tapi boleh dalam perbuatan.
4. Sejarah Kemunculan Murji’ah
Tindakan pengkafiran terhadap Ali bi Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Amr bin Ash, Abu
Musa al-Asy’ari yang dilakukan oleh kalangan Khawarij, mengundang sikap kekhawatiran di
tengah umat Islam, khususnya para ulama.Munculnya Murji’ah sangat erat kaitannya dengan
Khawarij, dimana golongan yang dipimpin oleh Ghilan al-Dimasyai berusaha bersikap netral.[4]
Khawarij yang menaruh rasa hormat kepada dua khalifah pertama, yaitu Abu Bakar as-Shiddiq
dan Umar bin Khattab, tapi membenci Ali ibn Abi Thalib dan Utsman ibn Affan yang
sebenarnya bertentangan dengan pemahaman kaum muslimin pada umumnya. Murji’ah
menentang apa yang dipahami oleh kelompok Khawarij dengan dalil bahwa meraka tidak bisa
menyelesaiklan kemusykilan tersebut dan kemudian berusaha menyelesaikan dengan sebuah
prinsip qawl al-Irja: Mendahulukan perkara Abu Bakar dan Umar dan menangguhkan urusan
selalainnya hingga hari kiamat kelak.[5] Hal ini sesuai dengan makna dari kelompok Murji’ah itu
sendiri, dimana akar katanya yaitu Irja’ yang berarti penangguhan.
5. Pokok Ajaran Murji’ah
Pokok ajaran golongan ini adalah orang Muslim yang melakukan dosa besar tidak boleh
dihukumi dengan hukuman dunia, sehingga masuk surga atau neraka tidak bisa ditentukan,
karena di akhiratlah nanti yang menjadi sah. Golongan ini memandang orang yang beriman tidak
merusak iman ketika berbuat maksiat. Iman diartikan sebagai pengetahuan tentang Allah secara
mutlak dan kafir adalah ketidaktahuan tentang Allah secara mutlak. Oleh karena itu orang
Murji’ah menganggap iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.[6] Hal sesuai dengan
semboyan mereka yang makruf: Mendahukukan iman dengan menagguhkan amal.
6. Kelompok-kelompok, Ajaran Pokok dan Tokoh-tokoh Murji’ah
Golongan Murji’ah terbagi menjadi empat golongan besar , yaitu Murji’ah al-Khawarij,
Murji’ah al-Qadariyah, Murji’ah Jabariyah dan Murji’ah Murni. Namun kami hanya akan
membahas Murji’ah Murni saja yaitu:
a. Al-Yunusiyyah
Kelompok ini mengikuti ajaran Yunus ibn ‘Aun an-Numairi. Pemimpin al-Yunusiyyah
berpendapat bahwa iman adalah pengenalan kepada Allah dengan mentaatinya, meninggalkan
keinginan, menyerahkan diri kepada-Nya dengan menafikan rencana pribadi, dan mencintai-Nya
dengan sepenuh hati. Kelompok ini juga berpandangan bahwa Iblis itu adalah makhluk yang arif
billahi, dihukumi kafir hanya saja kerana ketakaburannya.
b. Al-‘Ubaidiyyah
‘Ubaid al-Mukta’ib adalah pendiri kelompok ini, karena para pengikutnya menisbatkan padanya,
dengan mengikuti ajaran-ajaran ‘Ubaid. Beberapa pokok ajarannya adalah tentang syirik, bahwa
pelaku syirik akan diampuni dosanya oleh Allah. Diriwayatkan oleh Al-Yaman dan disandarkan
kepada ‘’Ubai dan para pengikutnya, bahwa Allah tidak (dibatasi) kitab Allah dan tidak bersifat,
maka dari itu agama dipahami bukan dari Allah. Selain itu Allah dipahami berwujud seperti
bentuk manusia. Dengan dalil:
اهللا خلق آدم على صورة الرحمن الرحیم إن
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dalam bentuk Yang Maha Pengasih”
c. Al-Ghasaniyyah
Kelompok yang dipimpin oleh Ghassan al-Kafi, berpandangan bahwa iman adalah pengetahuan
kepada Allah dan Rasul, mengakui dengan lisan akan kebenaran yang diturunkan oleh Allah,
namun secara global tidak perlu secara rinci. Apabila seseorang berkata “Aku tahu bahwa Allah
mengharamkan babi, namun aku tidak tahu babi mana yang diharamkan” atau seseorang yang
mengatakan”Aku tahu bahwa Allah memerintahkan kita untuk menunaikan ibadah haji di
Ka’bah, namun aku tidak tahu Ka’nah mana yang dimaksud oleh Allah”. Orang tersebut masih
dikatakan beriman.
d. Ats-Tsaubadiyyah
Ajaran ats-Tsaubadiyyah mengikuti Abu Tasaubah al-Murji’ yang berpendapat bahwa iman
adalah pengenalan dan pengakuan lidah kepada Allah, Rasul dan kepada semua perbuatan yang
menurut akal tidak boleh dikerjakan dan perbuatan yang menurut akal boleh dikerjakan termasuk
iman. Iman lebih dahulu dari amal.Tokoh-tokoh yang mendukung adalah Marwan Ghailan Ibn
Marwan al-Damisqi, Abu Tsamar, Muwis ibn Umran, Al-Fadhal-Raqasyi, Muhammad ibn
Syu’aib, al-‘Arabi, dan Shaleh Qubbah
e. Al-Tuminiyyah
Al-Tuminiyyah adalah kelompok yang berkiblat kepada Abu Muaz At-Tumini yang menyatakan
iman adalah terpelihara dari kekufuran, iman adalah nama perbuatan yang apabila ditinggalkan
akan menjadi kafir, demikian juga kalau satu perbuatan saja ditinggalkan menjadi kafir. Karena
itu tidak boleh beriman kepada sebagian saja dan kafir pada sebagian.
f. As-Shalihiyyah
As-Shalihiyyah merupakan nama yang dinisbatkan kepada Shalih ibn ‘Umar ash-Shalihi, karena
para pengikutnya berkiblat kepada dirinya. Ash-Shalihi, Muhammad Ibn Syu’aib, Abu Syamar
dan Ghailan, semuanya adalah pengikut Qadariyah dan Murji’ah. Kelompok ini sendiri
digolongkan kedalam Murji’ah Murni, karena mereka mempunyai pendapat yang berbeda
dengan kelompok Murji’ah lain.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Khawarij yang keluar dari kelompok Ali ibn Abi Thalib membuat barisan sendiri.
Mereka mengkafirkna Sayyidina Ali dan Mu’awiyah dengan alasan bahwa mereka berdua tidak
berpegang kepada hukum Allah. Sehinnga mereka dinilai sebagai pelaku dosa besar dan pelaku
dosa besar tentunya darahnya halal. Dengan dasar inilah kemudian kelompok Khawarij berusaha
untuk membunuh kedua orang tesebut.
Tidak lama setelah Khawarij muncul lagi golongan yang bernama Murji’ah, kelompok yang
bersuha bersifat netral. Dengan menawarkan sebuah konsep penangguhan. Mereka
menangguhkan amal dari iman. Jadi Sayyidina Ali dan Mu’awiyah tidak bisa diputuskan dengan
hukum dunia, namun nanti di akhirat kelak.
Perbedaan yang sangat mendasar di antara Khawarij dan Murji’ah adalah pada persoalan iman
dan amal. Khawarij beranggapan bahwa amal merupakan bagian dari iman. Sedangkan Murji’ah
beranggapan bahwa amal bukan bagian daripada iman. Dan tidak merusak imanan hanya karena
amal seseorang.
2. Saran
Mengingat hal ini hanya sebatas pengantar tentang memahami aliran Khawarij dan
Murji’ah, dan kami tidak bisa memberikan kebenaran 100% . Oleh karena itu teruslah mengkaji
kedua aliran tersebut. Kami hanya menuliskan garis-garis besarnya saja. Silahkan anda merujuk
kepada buku-buku yang membahas secara sepesifik dan bandingkan dengan apa yang telah kami
tulis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dalam kitab Tarikh Al-kamil. Jil. 3. Hal. 322; Bihar al-Anwar. Jil. 8. Hal. 592
[2] Tarikh Thabari. Jil. 5. Hal. 59 ; Tarikh al-Kamil. Jil. 3. Hal. 322; Bihar al-Anwar. Jil. 8. Hal.
593
[3] Asy-Syahrastani. Al-Milal wa al-Nihal. (Surabaya, PT Bina Ilmu). Hal. 101.
[4] Harkaman01.wordpress.com/ makalah/ metodologistudiislam/ aliranaliran pemikiraniislam.
[5]Ja’far Subhani. Al-Milal wan-Nihal “Studi Tematis Mazhab Kalam”. (Pekalongan, Penerbi al-
Hadi: 1997). Hal.47
[6] Harkaman01.wordpress.com. Op.Cit.