masalah gizi dan kemiskinan

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi adalah suatu penyakit yang timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment) (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002). Masalah gizi pada umumnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah dan penyebabnya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya kemiskinan. Masalah gizi dapat berupa gizi lebih seperti obesitas dan gizi kurang yang nantinya akan berhubungan gizi buruk. Berdasarkan data yang diperoleh Panji Prabowo (2010), penderita gizi buruk di Indonesia bertambah sebanding dengan penambahan angka kemiskinan. Pada kurun waktu 2001-2003, FAO mencatat terdapat sekitar 13,8 juta penduduk yang kekurangan gizi. Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bahkan menunjukkan lebih dari 100 juta rakyat Indonesia kelaparan dan 8,3 % menderita gizi buruk. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang lebih besar di kalangan masyarakat apabila tidak ditangani dengan solusi yang tepat. Masalah gizi yang ada di Indonesia dan negara berkembang lainnya masih didominasi oleh masalah Kurang

Upload: aruniakp

Post on 25-Nov-2015

114 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMasalah gizi adalah suatu penyakit yang timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment) (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002). Masalah gizi pada umumnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah dan penyebabnya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya kemiskinan. Masalah gizi dapat berupa gizi lebih seperti obesitas dan gizi kurang yang nantinya akan berhubungan gizi buruk. Berdasarkan data yang diperoleh Panji Prabowo (2010), penderita gizi buruk di Indonesia bertambah sebanding dengan penambahan angka kemiskinan. Pada kurun waktu 2001-2003, FAO mencatat terdapat sekitar 13,8 juta penduduk yang kekurangan gizi. Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bahkan menunjukkan lebih dari 100 juta rakyat Indonesia kelaparan dan 8,3 % menderita gizi buruk. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang lebih besar di kalangan masyarakat apabila tidak ditangani dengan solusi yang tepat.Masalah gizi yang ada di Indonesia dan negara berkembang lainnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Gizi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Sehubungan dengan masalah diatas, maka penulis ingin membahas mengenai masalah Anemia Gizi. Anemia Gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, maupun anak sekolah, dimana golongan tersebut masih tidak lepas dari status kemiskinan/kelas bawah.1.2 Rumusan Masalah1. Apakah definisi masalah gizi di Indonesia?2. Bagaimana hubungan masalah gizi dengan kemiskinan dan anemia gizi pada ibu hamil?3. Apakah dampak dan solusi masalah gizi khususnya masyarakat kelas bawah?4. Apa definisi, penyebab, dampak, dan penanggulangan anemia gizi khususnya pada ibu hamil?1.3 Rumusan Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi masalah gizi 2. Untuk mengetahui hubungan masalah gizi dengan kemiskinan dan anemia gizi pada ibu hamil3. Untuk mengetahui dampak dan solusi masalah gizi pada masyarakat kelas bawah4. Untuk mengetahui definisi, penyebab, dampak, dan penanggulangan anemia gizi khususnya pada ibu hamil1.4 ManfaatMendapat pengetahuan tentang masalah gizi khususnya di Indonesia yang salah satu contohnya adalah anemia gizi pada ibu hamil, serta bagaimana dampak masalah gizi tersebut dan cara mengatasinya.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi Masalah GiziSaat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memperkirakan, sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa dan seringkali tidak cepat ditanggulangi, padahal dapat memunculkan masalah besar. Perlahan, kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Selain gizi kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi masalah gizi lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan hal diatas, maka keberhasilan pembangunan suatu bangsa menurut UNICEF (1990) dapat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial-ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk ini terus berlangsung dapat menjadi penghambat dalam sektor pembangunan nasional.Pada hakikatnya, masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor. Oleh karena itu, pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Panji Prabowo, 2010).2.1.1 Masalah Gizi dan KemiskinanDari berbagai faktor penyebab masalah gizi, kemiskinan dinilai memiliki peranan penting dan bersifat timbal balik, artinya kemiskinan akan menyebabkan kurang gizi dan individu yang kurang gizi akan berakibat atau melahirkan kemiskinan. Masalah kurang gizi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pemiskinan melalui beberapa cara. Pertama, kurang gizi secara langsung menyebabkan hilangnya produktivitas karena kelemahan fisik. Kedua, kurang gizi secara tidak langsung menurunkan kemampuan fungsi kognitif dan berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan. Ketiga, kurang gizi dapat menurunkan tingkat ekonomi keluarga karena meningkatnya pengeluaran untuk berobat karena penyakit yang diakibatkan gizi kurang tersebut (Bappenas, 2010).2.1.2 Hubungan Masalah Gizi dengan Anemia Gizi pada Ibu HamilAnemia gizi merupakan salah satu dari masalah gizi yang paling umum terjadi di Indonesia. Ibu hamil yang menderita anemia gizi biasanya terdapat masalah gizi kurang pada masa sebelum dan selama kehamilan. Menurut Soekirman (2005) dalam Irwan Budiono (2013), permasalahan tersebut apabila merujuk pada beberapa penelitian dapat ditentukan oleh tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan akses ibu hamil terhadap makanan yang cukup gizi menjadi tidak tercapai, sehingga berakibat terjadinya gizi kurang pada masa kehamilan tersebut.2.2 Dampak dan Solusi Masalah Gizi pada Masyarakat Kelas Bawah2.2.1 Dampak Masalah Gizi pada Masyarakat Kelas BawahMasalah gizi yang terjadi di masyarakat kelas bawah akan menimbulkan dampak negatif yang cukup berpengaruh dalam kesejahteraan masyarakat, baik dari segi tingkat pengetahuan, tingkat pendapatan dan ekonomi, maupun derajat kesehatan dari masyarakat tersebut. Semakin besar masalah gizi yang terjadi, maka akan semakin menurun pula kesejahteraan masyarakat (terutama masyarakat yang kurang mampu), begitu juga dengan menurunnya status ekonomi, sehingga dalam suatu kalangan masyarakat ada sebutan masyarakat kelas bawah. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat terutama dari pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada masyarakat kelas bawah agar tercipta kesejahteraan yang merata di seluruh kalangan. Selain itu, ada juga dampak kekurangan gizi lain yang terlihat, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan partisipasi sekolah, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi.2.2.2 Solusi Masalah Gizi pada Masyarakat Kelas BawahSolusi untuk mensejahterakan mayarakat salah satunya yaitu dengan mencukupi kebutuhan ekonomi masyarakat. Pertama, pemerintah dapat mengatasi kemiskinan terlebih dahulu, karena hal tersebut yang merupakan akar masalah dari kalangan masyarakat kelas bawah itu sendiri. Apabila pemerintah dapat mengatasi kemiskinan secara merata di seluruh kalangan terutama kelas bawah/kurang mampu, masyarakat pun akan mampu memenuhi kebutuhan primernya yang mencakup asupan gizi sehari-hari dengan baik. Jika hal tersebut bisa teratasi, selanjutnya masalah gizi juga bisa ditangani dengan 4 strategi utama berdasarkan Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005-2009 yaitu:1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas3. Meningkatkan sistem surveillance, monitoring, dan informasi kesehatan4. Meningkatkan pembiayaan kesehatanSelanjutnya, dari empat strategi utama tersebut telah ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan daerah Pangkep, H. Zainuddin, SKM, M.Kes mengatakan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan: menimbang berat badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran. Pengetahuan gizi yang cukup dan benar akan membuat masyarakat berupaya untuk mengatur pola makannya untuk memenuhi gizi seimbang.Namun, berdasarkan Bappenas (2010), adanya hubungan kemiskinan dan kekurangan gizi sering diartikan bahwa upaya penanggulangan masalah kekurangan gizi hanya dapat dilaksanakan dengan efektif apabila keadaan ekonomi membaik dan kemiskinanan dapat dikurangi. Secara empirik sudah dibuktikan bahwa mencegah dan menanggulangi masalah gizi kurang tidak harus menunggu sampai masalah kemiskinan dituntaskan. Sebenarnya, ada cara lain untuk memperbaiki gizi masyarakat, salah satunya dengan diperbaiki gizinya, produktivitas masyarakat miskin dapat ditingkatkan sebagai modal untuk memperbaiki ekonominya dan mengentaskan diri dari lingkaran kemiskinan-kekurangan gizi-kemiskinan. Semakin banyak rakyat miskin yang diperbaiki gizinya, akan semakin berkurang jumlah rakyat miskin. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa perbaikan gizi memerlukan konsistensi dan kesinambungan program dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2.3 Definisi, Penyebab, Dampak, dan Penanggulangan Anemia Gizi Khususnya pada Ibu Hamil2.3.1 Definisi Anemia Gizi Khususnya pada Ibu HamilKehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro (Andonotopo & Arifin 2005 dalam Wara Fitria 2006). Salah satu zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama kehamilan adalah zat besi. Menurut Darlina (2003) dalam Wara Fitria (2006), zat besi pada masa kehamilan digunakan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh. Zat besi yang diperlukan dapat diperoleh dari makanan dan tablet besi.Apabila kadar zat besi di dalam tubuh ibu hamil kurang, maka akan terjadi suatu keadaan yang disebut anemia. Anemia atau penyakit kurang darah yaitu suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) darah kurang dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin: balita 11 g%, anak usia sekolah 12 g%, wanita dewasa 12 g%, laki-laki dewasa 13 g%, ibu hamil 11 g% dan ibu menyusui 12 g% (Wara Fitria, 2006). Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini, yaitu anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi adalah keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia non gizi akibat pendarahan seperti luka akibat kecelakaan, mensturasi, atau penyakit darah yang bersifat genesis seperti thalasemia, hemofilia, dan lainnya (Harli 1999 dalam Wara Fitria 2006).Anemia gizi itu sendiri ada beberapa macam, yaitu : (1) anemia gizi besi, (2) anemia gizi vitamin E, (3) anemia gizi asam folat, (4) anemia gizi vitamin B12, (5) anemia gizi vitamin B6, dan (6) anemia Pica (Harli 1999 dalam Wara Fitria 2006).2.3.2 Penyebab AnemiaSeseorang dapat menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan sel-sel darah merah dari tubuh terlalu banyak. Pada ibu hamil lebih banyak terjadi perdarahan kronis, yaitu perdarahan sedikit-sedikit tetapi terus menerus dalam waktu yang lama. Anemia juga bisa terjadi karena kerusakan sel darah merah akibat kurang gizi, adanya zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genesis), penyakit Hodgkin atau kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang (Harli 1999 dalam Wara Fitria 2006).Anemia gizi pada umumnya dijumpai di Indonesia terutama disebabkan anemia kurang besi. Penyebab utama anemia kurang besi tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorbsi zat besinya (Rasmaliah 2004 dalam Wara Fitria 2006).2.3.3 Dampak Anemia Gizi Khususnya pada Ibu HamilAnemia selama kehamilan menyebabkan ibu tidak begitu mampu untuk menghadapi kehilangan darah dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Jika terjadi anemia, kegagalan jantung juga cenderung terjadi. Anemia dapat menimbulkan hipoksia fetal, persalinan prematur dan berpengaruh terhadap kematian ibu.Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibatnya bayi dapat lahir dengan cacat bawaan, lahir dengan anemia, gangguan/hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak janin sehingga pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), perdarahan sebelum dan waktu melahirkan, serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Penderita kekurangan besi akan turun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi.2.3.4 Penanggulangan Anemia Gizi Khususnya pada Ibu HamilUpaya pencegahan dan penanggulan anemia pada dasarnya adalah dengan mengatasi penybabnya. Pada anemia berat (kadar Hb